skripsi - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/2982/1/l gde muhamad subhan_e1c113069.pdf ·...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII A DISMPN 4 PUJUT MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu(S1) Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh
LALU GDE MUHAMAD SUBHANE1C 113 069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DANDAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM2017
ii
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJl. Majapahit No. 62 Mataram 83125 Telp (0370) 623873 Fax. 634918
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul skripsi:
Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIII A Di SMPN 4 Pujut
Menggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji pada tanggal 21 Juni 2017
Dosen Pembimbing I
(Drs. Suyanu, M.Pd.)NIP.195802151984031001
Dosen Pembimbing II
(Syaiful Musaddat, M.Pd.)NIP.197712312005011003
Mengetahui,Ketua Prog. Studi
(Drs. Khairul Paridi, M.Hum.)NIP.196012311987031018
iii
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJl. Majapahit No. 62 Mataram 83125 Telp (0370) 623873 Fax. 634918
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIII A di SMPN 4 PujutMenggunakan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)”
Skripsi ini telah diuji dan disahkan pada tanggal 6 Juli 2017 oleh tim penguji
Dewan Penguji,
Ketua,
(Drs. Suyanu, M.Pd.)NIP.195802151984031001
Sekretaris,
(Syaiful Musaddat, M.Pd.)NIP.197712312005011003
Anggota,
(Dra. Siti Rohana Hariana Intiana, M.Pd.)NIP.196603311993032002
Mengetahui,
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Iringi langkah dengan kejujuran dan kesabaran karena itu
adalah kunci menuju ketenangan yang abadi
Persembahan:
Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan,
dan saya persembahkan untuk:
Mamik dan ibu tercinta, matur tampiasih yang tiada tara atas segala doa dan
pengorbanan yang pelungguh berikan dengan penuh keikhlasan.
Guru-guru saya tercinta, tidak lelah saya ucapkan jazaakallahu khoiron.
Kakak-kakak saya (k’ande, k’aji, k’adam, dan k’intan) yang selalu memberikan
doa dan dukungan baik moral maupun material.
Keponakan saya tersayang (alfa, ziden, biyan, azel, lati, iyas, embun) senyum
kalian memberi semangat dan keceriaan tersendiri untukku.
Keluarga besar yang di Pengembur Karang Dalam.
Sahabat-sahabat saya (eza, nazim, tofan, haris, gani, zaki, mega, ara, mini, dwi,
mushab) terima kasih selalu ada disaat suka dan duka.
Almamater tercinta.
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita, Rasulullah Saw, beserta
keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan Allah SWT.
Penulis ucapkankan terima kasih kepada semua pihak yang dengan berkat
bantuannya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Wildan, M.Pd., Dekan FKIP Universitas Mataram.
2. Ibu Dra. Siti Rohana Hariana Intiana, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram, sekaligus
sebagai dosen anggota penguji skripsi. Terima kasih atas bimbingan, arahan, ilmu
dan semua waktu yang telah diberikan.
3. Bapak Drs. Khairul Paridi, M. Hum., Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram.
4. Bapak Drs. Suyanu M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan serta arahan sehingga penulisan skripsi ini
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Syaiful Musaddat, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang juga telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
vi
6. Semua dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah yang telah
memberikan ilmu kepada penulis, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
lebih baik.
7. Mamiq dan ibu tercinta yang selalu menjadi motivasi saya.
8. Guru-guru saya di SMPN 4 Pujut yang telah banyak membantu dalam pembuatan
skripsi ini dari awal sampai akhir.
9. Teman-teman seperjuangan PBSID khususnya We’are B angkatan 2013 yang
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
10. Teman-teman saya yang tidak bias saya sebutkan satu per satu.
11. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi. Amin Ya Rabbal Alamin.
Mataram, …. Juli 2017
Penulis
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara
Siswa Kelas VIII A di SMPN 4 Pujut Menggunakan Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)” dapat diselesaikan.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesai-
kan program sarjana (S1) Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram. Penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu, mendukung, membimbing dan mengarahkan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Selanjutnya, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberi
manfaat bagi semua pihak seperti yang penulis harapkan.
Mataram, …. Juli 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL........................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi
ABSTRAK .............................................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ................................................. 51.2.1 Rumusan Masalah ............................................................................... 51.2.2 Pemecahan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 71.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 71.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN............................ 92.1 Landasan Teori............................................................................................... 9
2.2 Penelitian yang Relevan............................................................................... 20
2.3 Kerangka Berpikir........................................................................................ 23
2.4 Hipotesis Tindakan ...................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 24
3.1 Seting Penelitian .......................................................................................... 243.1.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 243.1.2 Waktu Penelitian ............................................................................... 24
ix
3.2 Subyek dan Observer Penelitian .................................................................. 243.2.1 Subjek Penelitian ............................................................................... 243.2.2 Observer Penelitian ........................................................................... 24
3.3 Faktor yang Diteliti ...................................................................................... 253.3.1 Faktor Guru ....................................................................................... 253.3.2 Faktor Siswa ...................................................................................... 25
3.4 Variabel Penelitian....................................................................................... 253.4.1 Definisi Operasional Variabel Harapan............................................. 253.4.2 Definisi Operasional Variabel Tindakan ........................................... 26
3.5 Rancangan dan Langkah-Langkah Penelitian.............................................. 263.5.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 263.5.2 Langkah-Langkah Penelitian............................................................. 28
3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data .......................................................... 323.6.1 Jenis Data........................................................................................... 323.6.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 33
3.7 Instrument Pengumpulan Data..................................................................... 343.7.1 Lembar Observasi.............................................................................. 343.7.2 Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara ....................................... 42
3.8 Teknik Analisis Data.................................................................................... 453.8.1 Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran ................................... 453.8.2 Data Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa............................ 47
3.9 Indikator Kinerja .......................................................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 50
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 504.1.1 Deskripsi Data Siklus I...................................................................... 504.1.2 Deskripsi Data Siklus II..................................................................... 68
4.2 Pembahasan.................................................................................................. 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 90
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 90
5.2 Saran ............................................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 94
x
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................ 27
Gambar 4.1 Peningkatan Aktivitas Guru ................................................................. 84
Gambar 4.2 Peningkatan Aktivitas Siswa................................................................ 86
Gambar 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ......................................................... 89
TABEL
Tabel 3.1 Tahap Pelaksanaan Tindakan................................................................... 29
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru ........................................................... 36
Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa.......................................................... 40
Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Keterampilan Berbicara ............................................. 44
Tabel 3.5 Kriteria Aktivitas Guru ............................................................................ 46
Tabel 3.6 Kriteria Aktivitas Siswa........................................................................... 47
Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ......................................... 58
Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ........................................ 61
Tabel 4.3 Data Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I.............. 64
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ........................................ 74
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II....................................... 76
Tabel 4.6 Data Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II ............ 79
Tabel 4.7 Perbandingan Aktivitas Guru................................................................... 83
Tabel 4.8 Perbandingan Aktivitas Siswa ................................................................. 85
Tabel 4.9 Perbandingan Keterampilan Berbicara Siswa.......................................... 87
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Identitas Sekolah .................................................................................. 95
Lampiran 2 RPP Siklus I.......................................................................................... 96
Lampiran 3 Artikel dan Tugas ............................................................................... 103
Lampiran 4 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ........................................ 104
Lampiran 5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ....................................... 106
Lampiran 6 Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Siklus I ........................... 108
Lampiran 7 RPP Siklus II ...................................................................................... 110
Lampiran 8 Artikel dan Tugas ............................................................................... 117
Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ....................................... 119
Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II.................................... 121
Lampiran 11 Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Siklus II........................ 123
Lampiran 12 Foto Dukumentasi ............................................................................ 125
Lampiran 13 Surat Tugas Dosen............................................................................ 127
Lampiran 14 Surat Penelitian dari Provinsi ........................................................... 128
Lampiran 15 Surat Penelitian dari Sekolah............................................................ 129
Lampiran 16 Kartu Seminar................................................................................... 130
Lampiran 17 Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi................................................ 131
xii
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya kemampuan berbicara siswa padapembelajaran bahasa Indonesia, ini dilihat dari hasil observasi peneliti di SMPN 4Pujut. Penyebabnya adalah guru kurang inovatif dalam menerapkan modelpembelajaran, siswa kurang terampil berbicara, seperti kurang berani, kurangantusias, masih bermalas-malasan, dan kurang leluasa dalam pembelajaran berbicara.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) bagaimanakah peningkatanketerampilan berbicara siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Pujut menggunakan strategipembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dari segi proses pembelajaran?;2) bagaimanakah peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VIII A SMP Negeri4 Pujut menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)dari segi hasil pembelajaran?. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi danevaluasi, dan refleksi. Tujuannya untuk mengetahui peningkatkan keterampilanberbicara siswa kelas VIII A di SMPN 4 Pujut. Data dikumpulkan dengan melakukanobservasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berbicarasiswa menggunakan model Think Pair Share (TPS) pada siklus I dari 22 siswamemperoleh nilai rata-rata kelas 76,14 dengan ketuntasan klasikal 68,18%. Kemudianpada siklus II dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 80,36 dengan ketuntasanklasikal 86,36%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategipembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkankemampuan berbicara pada siswa kelas VIII A SMPN 4 Pujut pada tahun pelajaran2016/2017.
Kata kunci: Keterampilan Berbicara, Strategi Pembelajaran Think Pair Share (TPS).
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar mengajar akan terjadi komunikasi timbal-balik atau
komunikasi dua arah antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa.
Semua kegiatan yang terjadi ini merupakan kegiatan berbahasa. Guru bukan hanya
sekedar menguasai materi yang diajarkannya, tetapi guru tersebut juga berperan
sebagai guru bahasa.
Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa di sekolah adalah agar siswa
terampil berbahasa. Kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa melalui
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah meliputi empat aspek keterampilan
berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini
seperti yang tercantum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar
mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Selain untuk meningkatkan
siswa agar mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk
mendorong siswa aktif dalam menyerap materi yang disampaikan serta mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi.
Komponen yang paling penting dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara.
Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Dalam
menyampaikan pesan, informasi yang disampaikan harus mudah dipahami oleh orang
lain agar terjadi komunikasi yang lancar.
2
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat aktif, keterampilan
berbicara bukanlah hal yang mudah untuk dikuasai siswa. Penguasaanya
membutuhkan latihan yang intensif, bukan hanya menyangkut aspek kebahasaanya
tetapi juga aspek nonkebahasaanya. Menurut Tarigan (1981: 15), berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan KTSP, standar kompetensi (SK) yang seharusnya dicapai siswa
kelas VIII adalah mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
diskusi dan protokoler, mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan)
melalui kegiatan diskusi. Sedangkan untuk kompetensi dasar (KD) siswa menyam-
paikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi disertai
dengan bukti atau alasan, mengomentari dan menanggapi kutipan novel remaja (asli
atau terjemahan). Indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan adalah siswa
mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat melalui
diskusi, membawakan acara, mendata, mengomentari, menanggapi, dan mengemuka-
kan hal menarik tentang novel.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
harus dikuasai siswa. Pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapat perhatian
agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik. Biasanya siswa lancar berkomunikasi
dalam situasi tidak resmi atau di luar sekolah, tetapi ketika mereka diminta berbicara
di depan kelas siswa mengalami penurunan kelancaran berkomunikasi.
Kurangnya kemampuan berbicara juga terjadi pada siswa kelas VIII A SMP
Negeri 4 Pujut. Berdasarkan pengamatan dan sharring ideas dengan bapak Lalu
3
Mahsyarudin, S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII di SMP
Negeri 4 Pujut, sebagian besar (62%) dari 26 siswa kelas VIII A mengalami
permasalahan dalam pembelajaran berbicara. Proses belajar-mengajar kemampuan
berbicara khususnya pada kompetensi dasar bercerita ternyata kurang berhasil. Hal
ini diketahui oleh peneliti setelah melihat daftar nilai siswa pada semester ganjil
tahun pelajaran 2016/2017, diketahui bahwa nilai siswa yang mencapai KKM ≥74
(tuntas) diperoleh 10 siswa, nilai ≤73 (tidak tuntas) diperoleh 16 siswa. Mengacu
pada hal di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam aspek berbicara
di kelas VIII A masih lemah dan belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal (85%)
dari banyaknya jumlah siswa di kelas.
Masalah tersebut disebabkan ketidakaktifan siswa ketika guru memberikan
kesempatan berbicara. Hanya sebagian kecil siswa yang mau tampil berbicara, itu
pun hanya memberikan tanggapan sangat minim bahkan tidak merespon sama sekali.
Hal tersebut dikarenakan siswa yang kurang terampil dalam berbicara. Dalam hal ini
adalah siswa yang kurang memahami topik, siswa yang kurang berani atau malu
tampil di depan kelas dan disertai dengan sikap siswa yang malas berbicara.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan berbicara siswa adalah
latar belakang siswa. Latar belakang siswa yang mayoritas dalam keseharian mereka
berkomunikasi dengan bahasa ibu (bahasa Sasak) menyebabkan kemampuan
berbicara siswa dengan bahasa Indonesia masih kurang baik dan benar sehingga
siswa merasa pesimis, takut salah, takut ditertawakan sewaktu tampil di depan
temannya. Hal tersebut berdasarkan hasil observasi pertama peneliti di kelas VIII A.
4
Penyebab kesulitan berbicara yang dihadapi oleh siswa juga tidak terlepas
dengan adanya metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa, seharusnya guru mengurangi teori untuk
berlatih (perform). Siswa seharusnya lebih banyak di suruh praktik berbicara
sehingga siswa terbiasa tampil berbicara di depan kelas dengan bahasa yang baik dan
benar tanpa rasa takut, malu, atau pun grogi.
Berdasarkan permasalahan di atas, dapat diketahui bahwa proses belajar
mengajar memerlukan strategi pembelajaran yang menyenangkan, mudah dipahami
siswa, dan menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang tidak hanya menerima
secara pasif apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus menempatkan siswa sebagai
insan yang secara alami memiliki pengalaman, pengetahuan, keinginan, dan pikiran
yang dapat dimanfaatkan untuk belajar, baik secara individu maupun kelompok.
Metode pembelajaran yang dipilih guru hendaknya melibatkan siswa berperan aktif
dalam proses belajar pembelajaran, agar siswa mempunyai keyakinan bahwa dirinya
mampu belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya.
Di dalam kelas, siswa harus mampu menerapkan keterampilan berbicaranya.
Agar dapat menyampaikan pikiran atau pendapat secara efektif, siswa harus
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan atau disampaikan.
Oleh karena itu, perlu adanya pemecahan yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa dalam proses belajar mengajar. Salah satu alternatif yang
dilakukan adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Alasan peneliti memilih strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) ini adalah: (1) karena dengan strategi ini siswa akan dapat mengatasi
5
rasa malu dan takut yang selalu mengganggu kelancaran berbicara siswa dalam
proses diskusi kelompok atau saat berbicara di depan teman-temannya; (2) karena
dengan strategi pembelajaran think pair share akan meningkatkan partisipasi siswa
untuk aktif latihan berbicara; (3) penerapan strategi Think Phair Share dalam
pembelajaran keterampilan berbicara belum pernah dilakukan.
Adapun langkah-langkah strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar adalah dengan
meminta siswa berpikir secara individual (think), selanjutnya siswa belajar dari
pasangan (pair), dan terakhir adalah berbagi atau saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas (share).
Sesuai dengan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil
pembelajaran keterampilan berbicara dengan judul: “Peningkatkan Keterampilan
Berbicara Siswa Kelas VIII A di SMPN 4 Pujut Menggunakan Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)”.
1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VIII A di
SMP Negeri 4 Pujut menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dari segi proses pembelajaran?
6
2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VIII A di
SMP Negeri 4 Pujut menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dari segi hasil pembelajaran?.
1.2.2 Pemecahan Masalah
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah untuk memudahkan dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang
digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Siswa menerima atau merespon materi yang disampaikan oleh guru.
2. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang sudah
dipelajari.
3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara individu (Think).
4. Siswa membentuk kelompok sesuai instruksi guru. Tiap kelompok masing-
masing terdiri dari 2 siswa dengan latar belakang sosial, dan kemampuan
akademik yang berbeda. Kemudian siswa duduk bersama kelompoknya dan
berdiskusi untuk belajar (Pair).
5. Siswa membentuk kelompok baru dari dua pasangan menjadi satu kelompok
dan berdiskusi dengan kelompok berempat.
6. Siswa berbagi atau mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas
(Share).
7. Siswa yang menyelesaikan tugasnya dengan baik menerima penghargaan dari
guru.
7
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Pujut
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dari
segi proses pembelajaran.
2. Peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Pujut
menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dari
segi hasil pembelajaran.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan
tentang penggunaan strategi think pair share dalam pembelajaran keterampilan
berbicara pada pelajaran bahasa Indonesia di sekolah lanjutan pertama.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa
a) Penerapan strategi think pair share pada pembelajaran keterampilan
berbicara, siswa akan menjadi termotivasi.
b) Penerapan strategi think pair share pada pembelajaran, keterampilan
berbicara siswa akan meningkat.
8
2. Bagi Guru
a) Strategi think pair share sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa
agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara.
b) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga
dapat menarik perhatian siswa.
3. Bagi Sekolah
a) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang
inovatif.
b) Dapat digunakan sebagai acuan guru bidang studi lain karena strategi
pembelajaran kooperatif tipe think pair share diharapkan juga efektif
untuk meningkatkan keterampilan siswa pada mata pelajaran lainnya.
4. Bagi Peneliti
a) Mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti mengenai penerapan
pembelajaran keterampilan berbicara.
b) Dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampai-
kan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 2015: 16). Berbicara
dalam KBBI disamakan dengan berkata, bercakap, dan berbahasa.
Berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan dua
orang atau lebih.
Mulgrave (dalam Tarigan, 2015:16) menyatakan berbicara adalah
suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pen-
dengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang meng-
ungkapkan gagasannya secara langsung kepada penyimak, hal itu
dimaksudkan agar penyimak mengerti atau memahami gagasan yang
disampaikan oleh pembicara.
Sedangkan menurut Zulkifli Musaba (2012: 7) berbicara adalah
salah satu wujud kemampuan berbahasa, di samping kemampuan
menyimak, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Masing-
10
masing kemampuan tersebut memiliki ciri. Kemampuan menyimak
bersifat menerima (reseptif) sebagaimana membaca, sedangkan
kemampuan berbicara bersifat mengemukakan atau mengeluarkan
(produktif) sebagaimana menulis. Namun perlu dicamkan bahwa semua
kemampuan berbahasa sebenarnya bersifat aktif, termasuk mendengar-
kan dan membaca.
b. Tujuan Berbicara
Menurut Tarigan (2015: 27), tujuan orang berbicara adalah: (1)
melaporkan, (2) menghibur, (3) meyakinkan, dan (4) merundingkan.
Berbicara untuk melaporkan, untuk memberikan informasi, atau dalam
bahasa inggris disebut informative speaking sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti memberi atau menanamkan pengetahuan,
menetapkan atau menentukan hubungan antara benda-benda,
menerangkan atau menjelaskan suatu proses, dan menginterpretasikan
atau menafsirkan sesuatu persetujuan atau pun menguraikan sesuatu
tulisan secara lisan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf (dalam Musaddat, 2015:
59) tujuan berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan,
menstimulus, meyakinkan, dan berbicara untuk menggerakkan.
c. Faktor Penunjang Keterampilan Berbicara
Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara
selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang
11
dibicarakan, pembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan
kegairahan. Selain itu pembicara harus berbicara dengan jelas dan
tepat. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh
pembicara untuk keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan
faktor nonkebahasaan. Arsjad dan Mukti (dalam Musaddat, 2015: 59)
merinci kedua faktor tersebut sebagaimana dijelaskan dibawah ini.
1. Faktor Kebahasaan
Faktor kebahasaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan
bahasa sebagai sarana alat ucap yang menghadirkan bunyi-bunyi
bahasa meliputi: (1) ketepatan ucapan, (2) penempatan tekanan
nada, send dan durasi yang sesuai, (3) pilihan kata (diksi), dan (4)
ketepatan sasaran pembicaraan.
Ketepatan ucapan cukup mempengaruhi proses komunikasi.
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang
tidak tepat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan
atau kurang menarik, atau juga dapat mengalihkan perhatian
pendengar.
Kesesuaian penempatan tekanan, nada, dan durasi merupakan
daya tarik sendiri dalam berbicara. Bahkan merupakan faktor
penentu keefektifan berbicara. Walaupun masalah yang dibicarakan
kurang menarik, namun dengan penempatan tekanan nada, sendi,
dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi
12
menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat
dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara
tentu berkurang.
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas
maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi
sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham,
kalau kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sering
didengar oleh pendengar. Misalnya, kata populer tentu akan lebih
efektif dari pada kata yang ilmiah dan kata-kata yang berasal dari
bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang mem-
bangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran
komunikasi.
Ketepatan sasaran pembicaraan menyangkut pemakaian
kalimat. Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan
memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Susunan
penuturan kalimat sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan
penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat
efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu
menimbulkan pengaruh dan meninggalkan kesan.
2. Faktor Nonkebahasaan
Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor
kebahasaan seperti yang sudah diuraikan di atas, tetapi juga
ditentukan oleh faktor nonkebahasaan. Bahkan dalam pembicaraan
13
formal, faktor nonkebahasaan ini sangat mempengaruhi keefektifan
berbicara. Dalam proses pembelajaran berbicara sebaiknya faktor
nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, karena jika faktor
nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan penerapan faktor
kebahasaan. Yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah 1) Sikap
yang wajar, tenang, dan tidak kaku; 2) pandangan harus diarahkan
kepada lawan bicara; 3) kesediaan menghargai pendapat orang lain;
4) gerak-gerik dan mimik yang tepat; 5) kenyaringan suara; 6)
kelancaran; dan 7) pengusaan topik.
Jika dalam keadaan berbicara kita harus bersikap wajar,
tenang, dan tidak kaku. Bersikap wajar berarti berbuat biasa saja
tidak mengada-ada. Sikap yang tenang adalah sikap dengan
perasaan hati yang tidak gelisah, tidak gugup dan tidak tergesa-
gesa. Sikap tenang dapat menjadikan jalan pikiran dan pembicaraan
menjadi lebih lancar. Dalam berbicara tidak boleh bersikap kaku,
tetapi harus bersikap luwes dan fleksibel.
Supaya pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam
kegiatan berbicara, pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini
sering diabaikan oleh pembicara. Pandangan yang hanya tertuju
pada satu arah, akan menyebabkan pendengar merasa kurang
diperhatikan.
Selanjutnya adalah sifat terbuka. Dalam menyampaikan isi
pembicaraan, seorang pembicara seharusnya memiliki sifat terbuka
14
dalam arti dapat menerima pendapat orang lain, bersedia menerima
kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau ternyata memang
keliru.
Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang
keefektifan berbicara. Hal-hal yang penting selain mendapat
tekanan, biasanya juga dibantu dengan gerak tangan atau mimik.
Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Tetapi
gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan
berbicara.
Tingkat kenyaringan suara juga sangat menentukan keefektifan
berbicara. Tingkat kenyaringan ini disesuaikan dengan situasi,
tempat, dan jumlah pendengar. Tetapi perlu diperhatikan jangan
berteriak. Aturlah kenyaringan suara kita supaya dapat didengar
oleh semua pendengar dengan jelas.
Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan
pendengar menangkap isi pembicaraannya. Sering kali kita dengar
pembicara berbicara putus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang
terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat
mengganggu penangkapan pendengar, misalnya: menyelipkan
bunyi ee, emm dan sebagainya. Sebaliknya pembicara yang terlalu
cepat berbicara juga akan menyulitkan pendengar menangkap
pokok pembicaraannya.
15
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya
tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai.
Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan
kelancaran. Jadi, penguasaan topik ini sangat penting bahkan
merupakan faktor utama dalam berbicara.
d. Faktor Penghambat Keterampilan Berbicara
Menurut Taryono (dalam Syaiful Musaddat, 2015: 60), menge-
mukakan hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datang dari
pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar
pembicara (eksternal).
1. Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam
diri pembicara. Hal–hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara
adalah sebagai berikut:
a) Hambatan yang bersifat fisik
Contoh hambatan yang bersifat fisik antara lain sebagai berikut;
1) Alat ucap yang sudah tidak sempurna lagi.
2) Kondisi fisik kurang segar.
3) Kesalahan dalam mengambil postur dan posisi tubuh.
b) Hambatan yang bersifat mental/psikis
Hambatan yang bersifat mental atau psikis dibedakan menjadi
dua yaitu sebagai berikut;
16
1) Hambatan mental yang bersifat temporer, misalnya rasa
malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi.
2) Hambatan mental yang bersifat laten. Hambatan mental yang
bersifat laten ini dibagi menjadi empat jenis yaitu tipe
penggelisah, tipe ehm vokalis, tipe penggumam, dan tipe tuna
gairah.
c) Hambatan lain-lainnya
1) Kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tatat bentuk,
tata kalimat, dan tata makna.
2) Kurangnya pengalaman dalam hal berbicara.
3) Kurangnya perhatian pada tugas yang diemban dibidang
berbicara.
4) Adanya kebiasaan yang kurang baik.
2. Hambatan Eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi
hambatan yang datang dari luar dirinya. Hambatan itu kadang-
kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara.
Hambatan eksternal meliputi:
a) Hambatan yang berupa suara, dapat berasal dari dalam ruang
atau dari luar ruang.
b) Hambatan berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara informal,
misalnya diatas bus, kereta, atau pesawat. Sedangkan pada
kondisi formal jarang dijumpai.
17
c) Hambatan yang berupa cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan
dilakukan dibawah cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan
dilakukan dimalam hari atau ruang yang gelap tanpa
pencahayaan.
d) Hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika
pendengar atau pembicara tidak memperdulikan pentingnya
pengaturan jarak bicara antara pembicara dengan pendengar.
2.1.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009: 15). Slavin
(dalam Hobri, 2009: 47) menyatakan bahwa belajar kooperatif adalah
siswa belajar dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen dari segi
gender, etnis, dan kemampuan akademik untuk saling membantu satu sama
lain dalam mencapai tujuan bersama. Sedangkan Artzt & Newman (dalam
al-Tabany, 2014: 108) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa
belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok
18
untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks. Jadi hakikat
sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif (al-Tabany, 2014: 108).
Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa diberi
kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam
lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif,
dan melalui kelompoknya dapat membangun komunitas pembelajaran
(learning comunity) yang saling membantu antar satu sama lain (Huda,
2011: 33).
2.1.3 Pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
a. Pengertian Strategi Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa. Strategi ini pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas
Maryland sesuai yang dikutip Arends (dalam al-Tabany, 2014: 129-
130), menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan
asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak
waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
19
Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari
siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan
sebelum disampaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share juga
dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi
kesempatan untuk berprestasi dalam kelas (al-Tabany, 2014: 129).
b. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Dalam buku Trianto (2009: 133) adapun langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut:
1. Langkah 1: Berpikir
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan
waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban
atau masalah.
2. Langkah 2: Berpasangan
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama
waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu
masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi
waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
3. Langkah 3: Berbagi
20
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk
berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal
ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan
melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat
kesempatan untuk melaporkan.
2.2 Penelitian yang Relevan
Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting
untuk mengetahui relevansinya. Berdasarkan penelitian peneliti, berikut beberapa
penelitian terdahulu yang relevan atau yang terkait dengan objek penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2013) dalam penelitiannya yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Role Playing Pada
Siswa Kelas IV Mush’ab Bin Umair SDIT Anak Sholeh Mataram Tahun
Pelajaran 2012-2013”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa dengan teknik Role Playing. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IV Mush’ab Bin Umair SDIT Anak Sholeh Mataram
dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa yang dilaksanakan dalam 2 siklus,
setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Sumber data diperoleh dari evaluasi hasil belajar dan hasil observasi.
Penelitian ini dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa
pada aspek pembicaraan mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 75 dengan
21
ketuntasan belajar mencapai 85%. Berdasarkan hasil observasi sebelum
dilaksanakn PTK nilai rata-rata siswa adalah 68,36 dengan ketuntasan
42,86%. Setelah dilakukan penelitian pada siklus I, nilai rata-rata siswa
menjadi 73,57 dengan ketuntasan 67,86% sehingga mengalami peningkatan
25%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 85,71 dengan
ketuntasan 89,29% dan mengalami peningkatan 21,85% dari siklus I. oleh
karena hasil belajar siswa pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara
sudah melampaui KKM yang ditetapkan yaitu 75 dengan ketuntasan belajar
diatas 85%, maka berdasarkan analisa hasil penelitian tersebut penerapan
teknik Role Playing ternyata mampu meningkatkan kemampuan berbicara
siswa.
Adapun persamaan yang mendasar dalam penelitian ini dengan
penelitian terdahulu ialah sama-sama meneliti tentang aspek berbicara, tetapi
yang membedakannya adalah teknik atau strategi sebagai solusi yang
digunakan. Dalam penelitian ini adalah melalui strategi pembelajaran
kooperatif tipe think pair share, sedangkan penelitian terdahulu yaitu
menggunakan teknik role playing.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarlin (2012) dengan judul penelitian
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
(TGT) dengan Media Potografi Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN 3 Gunungsari”. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas. Langkah penelitian dilakukan dalam
tiga siklus. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes hasil belajar,
22
sedangkan data aktivitas belajar siswa dikumpulkan melalui lembar observasi.
Pada siklus I, perolehan rata-rata skor aktivitas belajar siswa adalah 12,32
dengan kategori cukup aktif. Sedangkan pada siklus II, perolehan rata-rata
skor aktivitas belajar siswa adalah14,65 dengan kategori aktif dan pada siklus
III perolehan rata-rata skor aktivitas belajar siswa adalah 15,97 dengan
kategori aktif. Selain itu, peningkatan terjadi pada rata-rata ketuntasan hasil
belajar IPS siswa dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III, yaitu dari 63,10
menjadi 74,4 kemudian menjadi 78,6 dengan presentase 45,45% menjadi 70%
kemudian menjadi 85,7%. Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team
Games Tournament (TGT) dengan media Potografi dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 3 Gunungsari.
Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat
ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif sebagai
solusi yang dipakai dari permasalahan masing-masing. Sedangkan yang
membedakannya adalah strategi yang digunakan dan tujuan memilih strategi
tersebut. Penelitian saat ini menggunakan strategi Think Pair Share untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VIII A di SMPN 4 Pujut,
sedangkan penelitian terdahulu menggunakan strategi tipe Team Games
Tournament dengan Media Potografi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPS pada siswa kelas V SDN 3 Gunungsari.
23
2.3 Kerangka Berpikir
Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat merupakan kunci
keberhasilan dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Karena
bagaimanapun baik dan lengkapnya materi pelajaran yang disampaikan didepan
kelas apabila tidak disesuaikan, maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan
baik.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah strategi pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share. Strategi ini merupakan pembelajaran yang
berlandaskan tim atau kelompok diskusi. Dengan strategi ini siswa akan dapat
mengatasi rasa malu dan takut yang selalu mengganggu kelancaran berbicara
dalam proses diskusi kelompok atau saat berbicara di depan teman-temannya, dan
dengan strategi ini memungkinkan semua siswa berpartisipasi untuk latihan
berbicara. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas VIII A SMPN 4 Pujut.
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika strategi pembelajaran Think Pair Share
dilaksanakan dengan optimal, maka keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII
A SMPN 4 Pujut akan meningkat.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 4 Pujut Kecamatan Pujut Kabupaten
Lombok Tengah.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap atau semester II tahun
pelajaran 2016/2017.
3.2 Subjek dan Observer Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A semeter II tahun ajaran
2016/2017 yang jumlahnya adalah 26 siswa, 13 siswa laki-laki dan 13 siswa
perempuan.
3.2.2 Observer Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua observer. Adapun yang
menjadi observer I dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia kelas
VIII SMPN 4 Pujut atas nama bapak Lalu Mahsyarudin, S.Pd dan guru
Bahasa Indonesia kelas IX atas nama bapak Lalu Burhanuddin S.Pd sebagai
observer II.
25
3.3 Faktor yang Diteliti
3.3.1 Faktor Guru
Faktor guru yang diteliti adalah aktivitas guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan strategi Think Pair Share.
3.3.2 Faktor Siswa
Adapun faktor siswa yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada materi
menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam
diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
2. Hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran tipe Think Pair
Share.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Operasional Variabel Harapan
Variabel harapan dalam penelitian ini adalah peningkatan
keterampilan berbicara siswa kelas VIII A SMPN 4 Pujut pada materi pokok
menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam
diskusi disertai dengan bukti atau alasan, setelah mengikuti pembelajaran
melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, yang ditandai
dengan pelafalan, intonasi, kelancaran, kenyaringan suara, dan penguasaan
topik. Dalam hal ini adalah perbandingan hasil keterampilan berbicara
sebelum dan sesudah diberi tindakan.
26
3.4.2 Definisi Operasional Variabel Tindakan
Variabel tindakan dalam penelitian ini adalah strategi Think Pair
Share (TPS). Strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS) dalam penelitian
ini merupakan sebuah strategi pembelajaran yang mengharuskan siswa
berpikir, berpasangan (berkelompok), dan berbagi. Strategi pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang akan diterapkan dalam proses
belajar mengajar ini, pertama-tama meminta siswa berpikir secara individual,
selanjutnya siswa belajar dari temannya (berpasangan) untuk saling tukar
pendapat/pikiran, kemudian membentuk kelompok dengan pasangan lain
sehingga tiap kelompok terdiri dari empat anggota, masing-masing kelompok
akan berdiskusi, saat berdiskusi tiap siswa saling menyampaikan idenya
untuk menentukan kesimpulan akhir sebelum disampaikan di depan kelas, dan
langkah terakhir adalah tiap pasangan akan membagikan atau mem-
presentasikan hasil kelompoknya di depan kelas.
3.5 Rancangan dan Langkah-Langkah Penelitian
3.5.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Karena
berupa PTK, penelitian ini terdiri atas beberapa siklus. Masing-masing siklus
terdiri atas empat tahap. Adapun tahap pelaksanaan siklus tersebut dapat
dilihat pada bagan berikut:
27
Gambar 3.1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2010: 137)
Refleksi SIKLUS I
SIKLUS IIRefleksi
?
Observasi dan Evaluasi
Perencanaan
Observasi dan Evaluasi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
28
3.5.2 Langkah-Langkah Penelitian
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Dalam tahapan perencanaan ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Penyusunan rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b) Mempersiapkan artikel untuk penugasan.
c) Mempersiapkan media yang diperlukan.
d) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru.
e) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.
f) Mempersiapkan lembar penilaian kemampuan berbicara siswa.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan ini tahap-tahap yang dilakukan sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.
Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran keterampilan berbicara
dalam menyampaikan persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat
dalam diskusi disertai bukti dan alasan melalui strategi pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Tindakan ini meliputi tiga tahap, di antaranya adalah sebagai berikut:
29
Tabel 3.1 Tahap Pelaksanaan Tindakan
NoTahap
PelaksanaanTindakan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 TahapPendahuluan
Membuka pembelajarandengan salam.
Menjawab salam.
Meminta siswa untukmemimpin temannyaberdoa.
Berdoa bersama.
Mengecek kehadiransiswa (daftar hadir/absensi).
Memberikan responsaat absensi.
Mengkondisikan siswaagar siap menerimapelajaran.
Mempersiapkan dirimenerima pelajarandan mempersiapkanalat pembelajaran.
Melakukan apersepsitentang materi pem-belajaran.
Menanggapiapersepsi.
Memotivasi siswadengan menjelaskanmanfaat materi yangakan dipelajari dalamkehidupan sehari-hari.
Menyimak motivasi.
Menyampaikan tujuanpembelajaran.
Menyimak tujuanpembelajaran.
2 TahapKegiatan Inti
Menjelaskan terlebihdahulu materi yangdiajarkan kepada siswa.
Merespon penjelasanguru dan membukabuku paket panduan.
Melakukan tanya jawabdengan siswa mengenaimateri yang telahdipelajari.
Melakukan tanyajawab mengenaimateri yang sudahdipelajari.
Memberikan tugasberupa sebuah artikel.Setiap siswa memikir-
Mengerjakan tugassecara individu.
30
kan dan mengerjakantugas tersebut sendiri(Thinking).
Membagi siswamenjadi 13 kelompokdengan anggotamasing-masing terdiridari 2 siswa denganlatar belakang sosial,dan kemampuanakademik yangberbeda.
Membentuk kelompoksesuai instruksi guru.
Meminta siswa ber-pasangan (Pairing) danguru menyuruh tiappasangan untukberdiskusi.
Siswa duduk bersamakelompoknya danberdiskusi untukbelajar.
Meminta dua pasanganbertemu dalamkelompok berempat.Jadi tiap kelompokterdiri dari 4 siswa.Siswa mempunyaikesempatan untukmendiskusikan hasildiskusi kepadakelompok berempat.
Membentuk kelompokbaru dari dua pasanganmenjadi satukelompok danberdiskusi dengankelompok berempat.
Meminta kelompok-kelompok tersebutberbagi atau bekerjasama dengan kelassecara keseluruhan(Sharing) mengenaihasil kerjanya dari tiapkelompok.
Membagikan ataumempresentasikanhasil kerjakelompoknya didepankelas.
Memberikan penghar-gaan kepada siswa yangdapat menyelesaikan
Siswa mendapatkanpenguatan danapresiasi.
31
tugasnya dengan baik.
3 TahapPenutup
Mengajak siswamenyimpulkan hasilpembelajaran.
Menyimpulkan hasilpembelajaran.
Guru menyempurnakanpemahaman siswa darihasil kesimpulan.
Menyimak kesimpulandari guru.
Menginformasikanmateri pada pertemuanberikutnya.
Mendengarkan materiuntuk pertemuanselanjutnya.
Memotivasi siswauntuk tetap giat belajar.
Mendapatkan motivasi
Mengajak siswamenutup pembelajarandengan membaca“Alhamdalah”.
Menutup pembelajarandengan bersama-samamembaca“Alhamdalah”.
3) Tahap Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran aktivitas di kelas
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, sehingga dapat diketahui
kekurangan atau kendala yang muncul pada saat pelaksanaan tindakan.
Observasi berguna untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada setiap
siswa seperti aktivitas, perhatian, kemampuan, dan tanggung jawab siswa.
Evaluasi akan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran dengan
strategi yang digunakan telah selesai. Adapun tujuan evaluasi ini adalah
untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa. Dalam hal ini, ditandai
oleh pelafalan, intonasi, kelancaran, kenyaringan, dan penguasaan topik.
32
4) Tahap Refleksi
Langkah yang terakhir adalah refleksi. Pada langkah ini dilakukan
analisis hasil belajar siswa pada pembelajaran berbicara menyampaikan
persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat dalam diskusi kelas. Data
yang terkumpul dari kegiatan observasi dianalisis dan diinterpretasi
sehingga diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah meningkatkan
hasil keterampilan berbicara siswa.
b. Siklus II
Bila penelitian yang dilakukan pada siklus I belum mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus
II. Langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II pada dasarnya sama
dengan siklus I, hanya saja pada siklus II dilakukan perbaikan terhadap
kekurangan pada siklus I.
3.6 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati, sedangkan data kuantitatif berupa angka-
angka sebagai alat keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono,
1996: 36). Data kualitatif dalam penelitian ini bersumber dari aktivitas siswa dan
aktivitas mengajar guru selama proses pembelajaran, sedangkan data kuantitatif
33
dalam penelitian ini bersumber dari hasil tes atau evaluasi kemampuan berbicara
siswa.
3.6.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
dan tes.
a. Metode Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi secara
langsung, yaitu mengamati langsung proses pembelajaran mulai dari awal
sampai akhir pembelajaran.
b. Metode Tes
Tes yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes lisan. Tes
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berbicara siswa
setelah diterapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS).
34
3.7 Instrument Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data-data diambil dengan menggunakan dua instrument
penelitian, yaitu:
3.7.1 Lembar Observasi
a. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk mengumpulkan data
kemampuan guru selama proses pembelajaran dalam menerapkan strategi
pembelajaran Think Phair Share. Adapun indikator aktivitas guru yang
diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan dan persiapan pembelajaran
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b) Menyiapkan perlengkapan untuk kegiatan belajar mengajar.
c) Mengajak siswa bedoa.
2) Persiapan proses belajar mengajar
a) Melakukan apersepsi.
b) Mengecek kehadiran siswa.
c) Mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran.
3) Penggunaan media dan sumber belajar
a) Menjelaskan materi sebagai pengantar pembelajaran.
b) Mengelompokkan siswa secara heterogen untuk pembelajaran
kooperatif Think Pair Share.
c) Memberikan penjelasan terhadap tugas yang dibagikan.
35
4) Pengaturan kegiatan strategi pembelajaran kooperatif Think Pair Share
a) Memberikan kesempatan siswa mengerjakan tugas secara individu
berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
b) Mengontrol siswa saat membentuk kelompok.
c) Membimbing dan memberikan kesempatan siswa berbicara dalam
presentasi hasil kerja kelompok berdasarkan waktu yang sudah
ditentukan.
5) Pemberian umpan balik dan penguatan
a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi, bertanya
terhadap komentar temannya.
b) Memberikan umpan balik dan penguatan terhadap tanggapan siswa.
c) Mengapresiasi hasil kerja tiap kelompok.
6) Menutup pembelajaran
a) Memberikan kesempatan kepada siswa bertanya tentang materi yang
belum dimengerti.
b) Memotivasi siswa untuk tetap rajin belajar.
c) Menyampaikan kesimpulan materi.
Lembar observasi aktivitas guru dapat dilihat pada tabel berikut:
36
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru
No DeskriptorSkor Rata-
rata skor0 1 2 31 Perencanaan dan persiapan pembelajaran
a) Membuat rencana pelaksanaan pem-belajaran (RPP).
b) Menyiapkan perlengkapan untuk kegiatanbelajar mengajar.
c) Mengajak siswa berdoa.2 Persiapan proses belajar mengajar
a) Melakukan apersepsi.b) Mengecek kehadiran siswa.c) Mengkondisikan siswa agar siap
menerima pelajaran.3 Penggunaan media dan sumber belajar
a) Menjelaskan materi sebagai pengantarpembelajaran.
b) Mengelompokkan siswa secara heterogenuntuk pembelajaran kooperatif Think PairShare.
c) Memberikan penjelasan terhadap tugasyang dibagikan.
4 Pengaturan kegiatan strategi pembelajarankooperatif Think Pair Sharea) Memberikan kesempatan siswa
mengerjakan tugas secara individuberdasarkan waktu yang telah ditentukan.
b) Mengontrol siswa saat membentukkelompok.
c) Membimbing dan memberikankesempatan siswa berbicara dalampresentasi hasil kerja kelompokberdasarkan waktu yang sudah ditentukan.
5 Pemberian umpan balik dan penguatana) Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanggapi, bertanya terhadapkomentar temannya.
37
b) Memberikan umpan balik dan penguatanterhadap tanggapan siswa.
c) Mengapresiasi hasil kerja tiap kelompok.6 Menutup pembelajaran
a) Memberikan kesempatan kepada siswabertanya tentang materi yang belumdimengerti.
b) Memotivasi siswa untuk tetap rajinbelajar.
c) Menyampaikan kesimpulan materi.Jumlah
Kategori
Petunjuk pengisian:
1) Berikan tanda checklist (√) pada kolom aktivitas apabila deskriptor
tampak.
2) Cara menentukan skor:
Skor 3 diberikan jika deskriptor nampak dan pelaksaan direspon oleh
seluruh siswa.
Skor 2 diberikan jika deskriptor nampak dan pelaksanaan direspon
oleh sebagian besar siswa.
Skor 1 diberikan jika deskriptor nampak dan pelaksanaan direspon
oleh sebagian kecil siswa.
Skor 0 diberikan jika deskriptor tidak nampak atau pelaksanaan tidak
direspon oleh semua siswa.
38
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Adapun indikator untuk aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Kesiapan dalam mengikuti pelajaran
a) Masuk kelas tepat waktu.
b) Menyiapkan kelengkapan belajar seperti alat tulis.
c) Tidak mengerjakan kegiatan lain yang mengganggu situasi kelas.
2) Antusiasme siswa
a) Memperhatikan pembelajaran dengan baik dan seksama selama ke-
giatan belajar mengajar berlangsung.
b) Siswa tidak ribut atau berbicara dengan temannya saat guru men-
jelaskan.
c) Tidak terpengaruh oleh situasi diluar kelas.
3) Keaktifan siswa
a) Memperhatikan instruksi atau perintah guru.
b) Sering mengajukan pertanyaan.
c) Mengemukakan pendapat dalam berdiskusi.
4) Kerjasama kelompok
a) Kompak dalam melakukan diskusi.
b) Bekerjasama pada saat mengerjakan tugas kelompok.
c) Tidak menggangu kelompok lain pada saat melakukan diskusi.
5) Keseriusan siswa ketika menjelaskan dan memberi komentar atau saran
a) Menanggapi persoalan dari hasil diskusi kelompok.
39
b) Saling membantu pada saat menanggapi persoalan.
c) Siswa tidak bermain-main saat menanggapi persoalan.
6) Keberanian siswa ketika menjelaskan dan memberi komentar atau saran
a) Mengacungkan jari (tanpa ditunjuk) untuk menanggapi persoalan yang
diajukan teman atau guru.
b) Menjawab hasil pertanyaan teman.
c) Menyimpulkan hasil persoalan permasalahan yang dibahas.
Lembar observasi aktivitas siswa dapat dapat dilihat pada tabel berikut:
40
Tabel 3.3 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No DeskriptorSkor Rata-
rata skor0 1 2 31 Kesiapan dalam mengikuti pelajaran
a) Masuk kelas tepat waktu.b) Menyiapkan kelengkapan belajar seperti
alat tulis.c) Tidak mengerjakan kegiatan lain yang
mengganggu situasi kelas.2 Antusiasme siswa
a) Memperhatikan pembelajaran dengan baikdan seksama selama kegiatan belajarmengajar berlangsung.
b) Siswa tidak ribut atau berbicara dengantemannya saat guru menjelaskan.
c) Tidak terpengaruh oleh situasi diluarkelas.
3 Keaktifan siswaa) Memperhatikan instruksi atau perintah
guru.b) Sering mengajukan pertanyaan.c) Mengemukakan pendapat dalam
berdiskusi.4 Kerjasama kelompok
a) Kompak dalam melakukan diskusi.b) Bekerjasama pada saat mengerjakan tugas
kelompok.c) Tidak menggangu kelompok lain pada
saat melakukan diskusi.5 Keseriusan siswa ketika menjelaskan dan
memberi komentar atau sarana) Menanggapi persoalan dari hasil diskusi
kelompok.b) Saling membantu pada saat menanggapi
persoalan.c) Siswa tidak bermain-main saat
menanggapi persoalan.
41
6 Keberanian siswa ketika menjelaskan danmemberi komentar atau sarana) Mengacungkan jari (tanpa ditunjuk) untuk
menanggapi persoalan yang diajukanteman atau guru.
b) Menjawab hasil pertanyaan teman.c) Menyimpulkan hasil persoalan
permasalahan yang dibahas.Jumlah
Kategori
Petunjuk pengisian:
1) Berikan tanda checklist (√) pada kolom aktivitas apabila deskriptor
tampak.
2) Cara menentukan skor:
Skor 3 diberikan jika deskriptor nampak dan dilaksanakan oleh
seluruh siswa.
Skor 2 diberikan jika deskriptor nampak dan dilaksanakan oleh
sebagian besar siswa.
Skor 1 diberikan jika deskriptor nampak dan dilaksanaan oleh
sebagian kecil siswa.
Skor 0 diberikan jika deskriptor tidak nampak atau tidak dilaksanakan
oleh seluruh siswa.
42
3.7.2 Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara seseorang dapat dinilai dari dua aspek seperti yang di
ungkapkan oleh Arsjad dan Mukti (1987: 18) yaitu aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan.
1) Aspek Kebahasaan
a) Pelafalan
(1) Semua pengucapan konsonan tepat. (skor 3)
(2) Sebagian besar pengucapan konsonan tepat. (skor 2)
(3) Sebagian besar pengucapan konsonan tidak tepat. (skor 1)
b) Intonasi
(1) Semua intonasi kalimat tepat. (skor 3)
(2) Kadang-kadang terjadi kesalahan intonasi. (skor 2)
(3) Sering terjadi kesalahan intonasi. (skor 1)
2) Aspek Nonkebahasaan
a) Kelancaran
(1) Berbicara dengan lancar. (skor3)
(2) Berbicara sedikit tersendat-sendat. (skor 2)
(3) Berbicara selalu tersendat-sendat. (skor 1)
b) Kenyaringan suara
(1) Suara jelas dan dapat didengar oleh semua siswa. (skor 3)
(2) Suara cukup jelas, dapat didengar oleh sebagian besar siswa. (skor
2)
43
(3) Suara tidak jelas dan tidak dapat didengar oleh seluruh siswa. (skor
1)
c) Penguasaan topik
(1) Semua uraian/isi pembicaraannya sesuai dengan topik. (skor 3)
(2) Sebagian besar uraian/isi pembicaraannya sesuai dengan topik.
(skor 2)
(3) Sebagian besar uraian/isi pembicaraannya tidak sesuai dengan
topik. (skor 1)
Lembar penilaian berbicara tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
44
Tabel 3.4 Rubrik Penskoran Keterampilan Berbicara
No Nama SiswaNo Item dan
Perolehan SkorSkor
AktualSMi Nilai
Kategori
A B C D E TT T1 Ahmad Jainul H2 Baiq Nila Cahyani3 Dika Astuti4 Farida Iriyani5 L. Ali Asgar6 L. Moh Jayadi7 L. Muhali Ainul G8 Leni Susilawati9 Lola Eliza
10 Mahdina11 Mahendra Saputra12 Martikayati13 Marzuki14 Megayanti15 Najwa Apriliana16 Rizwan Hasim17 Rondi Anwar18 Sahrul Ahmad19 Saumin20 Sawiyah21 Siti Nursafika22 Susanti23 Taufik Hidayat24 Usman Jayadi25 Wildan Hadi26 Sulman Alfarizi
Keterangan:
A = Pelafalan
B = Intonasi
C = Kelancaran
D = Kenyaringan suara
E = Penguasaan Topik
SMi = Skor Maksimum ideal
45
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
a. Data Aktivitas Guru
Data aktivitas guru dianalisis dengan cara sebagai berikut:
1) Menentukan skor aktivitas guru untuk masing-masing indikator yaitu:
Skor 3 diberikan jika deskriptor nampak dan pelaksaan direspon oleh
seluruh siswa.
Skor 2 diberikan jika deskriptor nampak dan pelaksanaan direspon
oleh sebagian besar siswa.
Skor 1 diberikan jika deskriptor nampak dan pelaksanaan direspon
oleh sebagian kecil siswa.
Skor 0 diberikan jika deskriptor tidak nampak atau pelaksanaan tidak
direspon oleh semua siswa.
2) Menentukan skor aktivitas maksimal ideal (SMI)
Banyaknya indikator = 6
Skor maksimal setiap indikator = 3
Jadi untuk skor maksimal semua indikator: 6 x 3 = 18
3) Menentukan Mi (Mean ideal) dan SDi (Standar Deviasi ideal) dengan
rumus sebagai berikut (Nurkancana, 1990: 100)
Mi = × SMI SDi = × Mi
= × 18 = × 9
= 9 = 3
46
4) Menentukan kriteria aktivitas
Tabel 3.5 Kriteria untuk menentukan aktivitas guru berdasarkan
skor standar
Interval Interval Skor KategoriMi + 1,5 SDi ≤ G ≤ Mi + 3 SDi 13,5 ≤ 18 Sangat baikMi + 0,5 SDi < G < Mi+ 1,5 SDi 10,5 ≤ G < 13,5 BaikMi - 0,5 SDi ≤ G < Mi + 0,5 SDi 7,5 ≤ G < 10,5 Cukup baikMi - 1,5 SDi ≤ G < Mi – 0,5 SDi 4,5 ≤ G < 7,5 Kurang baikMi - 3 SDi ≤ G < Mi – 1,5 SDi 0 ≤ G < 4,5 Tidak baik
Keterangan:
G = Aktivitas Guru
Mi = Mean Ideal
SDi = Standar Deviasi ideal
b. Data Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas siswa dianalisis dengan cara sebagai berikut:
1) Menentukan skor aktivitas siswa untuk masing-masing indikator yaitu;
Skor 3 diberikan jika deskriptor nampak dan dilaksanakan oleh
seluruh siswa.
Skor 2 diberikan jika deskriptor nampak dan dilaksanakan oleh
sebagian besar siswa.
Skor 1 diberikan jika deskriptor nampak dan dilaksanaan oleh
sebagian kecil siswa.
Skor 0 diberikan jika deskriptor tidak nampak atau tidak dilaksanakan
oleh seluruh siswa.
2) Menentukan skor aktivitas maksimal ideal (SMI)
Banyaknya indikator = 6
Skor maksimal setiap indikator = 3
Jadi untuk skor maksimal semua indikator: 6 x 3 = 18
47
3) Menentukan Mi (Mean ideal) dan SDi (Standar Deviasi ideal) dengan
rumus sebagai berikut (Nurkancana, 1990: 100)
Mi = × SMI SDi = × Mi
= × 18 = × 9
= 9 = 3
4) Menentukan kriteria aktivitas
Tabel 3.6 Kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa
berdasarkan skor standar
Interval Interval Skor KategoriMi + 1,5 SDi ≤ A ≤ Mi + 3 SDi 13,5 ≤ 18 Sangat aktifMi + 0,5 SDi < A < Mi+ 1,5 SDi 10,5 ≤ A < 13,5 AktifMi - 0,5 SDi ≤ A < Mi + 0,5 SDi 7,5 ≤ A < 10,5 Cukup aktifMi - 1,5 SDi ≤ A < Mi – 0,5 SDi 4,5 ≤ A < 7,5 Kurang aktifMi - 3 SDi ≤ A < Mi – 1,5 SDi 0 ≤ A < 4,5 Tidak aktif
Keterangan:
A = Aktivitas Siswa
Mi = Mean Ideal
SDi = Standar Deviasi Ideal
3.8.2 Data Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa
Peningkatan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan
meningkat secara individu apabila siswa mampu memperoleh nilai ≥74
(KKM). Peningkatan hasil belajar dihitung dengan rumus sebagai berikut:
48
a. Ketuntasan Individual
Setiap individu dalam proses pembelajaran dikatakan tuntas apabila
memperoleh nilai ≥ 74. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan
nilai ketuntasan individu adalah sebagai berikut:
NA = × 100
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
SA = Skor aktual yang diperoleh siswa
SMi = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
b. Ketuntasan Klasikal
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah tercapainya
ketuntasan belajar dengan rumus:
KK = × 100%
Keterangan:
KK= Ketuntasan Klasikal
P = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥74 (KKM)
N = Jumlah siswa yang ikut tes
c. Nilai Rata-Rata Kelas
Nilai yang diperoleh siswa satu kelas, dihitung untuk mengetahui
keterampilan berbicara rata-rata kelas tiap siklus dengan menggunakan
rumus (Nurkancana, 1990: 174) sebagai berikut:
49
M =
Keterangan:M = Nilai rata-rata (mean)
ΣfX = Jumlah seluruh skor
N = Jumlah siswa yang ikut tes
3.9 Indikator Kinerja
Penelitian Tindakan Kelas ini dinyatakan berhasil apabila sebagai berikut:
1. Ketuntasan perorangan yaitu siswa dikatakan telah tuntas belajarnya apabila
telah mencapai nilai ≥74 sesuai dengan KKM dan persentase ketuntasan
klasikalnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti evaluasi.
2. Aktivitas guru dikatakan meningkat apabila skor aktivitas guru minimal
berkategori baik.
3. Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila skor aktivitas siswa
secara klasikal minimal berkategori aktif.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan proses pembelajaran
menggunakan strategi kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dilakukan di kelas
VIII A SMPN 4 Pujut pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus I terdiri dari dua kali
pertemuan dan siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Jadi total pertemuan sebanyak
empat kali pertemuan. Rincian hasil setiap siklus akan diuraikan sebagai berikut.
4.1.1 Deskripsi Data Siklus I
Kegiatan siklus I merupakan kegiatan pertama peneliti untuk meningkat-
kan keterampilan berbicara siswa melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS). Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru,
sedangkan yang bertindak sebagai observer I adalah Lalu Mahsyarudin, S.Pd dan
yang menjadi observer II adalah Lalu Burhanudin, S.Pd. Langkah-langkah yang
ditempuh pada siklus I adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, guru dan peneliti melak-
sanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya. Pada tahap ini, semua peralatan yang berkaitan dengan persiapan
mengajar telah disiapkan, seperti:
51
a. Penyusunan rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. Mempersiapkan artikel untuk penugasan.
c. Mempersiapkan media yang diperlukan.
d. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru.
e. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.
f. Mempersiapkan lembar penilaian kemampuan berbicara siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan
rencana pembelajaran dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS). Pembelajaran ini terbagi menjadi dua kali pertemuan, tiap
pertemuan terdiri dari tiga tahap yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup. Langkah-langkah pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Pertemuan I
Tindakan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan sesuai jadwal
pelajaran Bahasa Indonesia pada hari rabu tanggal 08 Maret 2017, selama
2 x 40 menit pada jam 1-2 atau pukul 07.20-08.40 di kelas VIII A SMPN
4 Pujut.
1) Kegiatan Awal
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran yang dibuat sebelumnya. Pertama guru memberi
salam kepada siswa di kelas, kemudian guru meminta ketua kelas
untuk memimpin temannya berdo’a. Selanjutnya guru mengecek
daftar hadir siswa dan hasilnya ada tiga siswa yang tidak masuk. Di
52
kelas tidak ada fasilitas seperti LCD sebagai alat bantu mengajar,
maka guru menyampaikan secara lisan materi maupun ulasan sedikit
mengenai strategi pembelajaran yaitu strategi kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS).
Guru menjelaskan pengertian strategi pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dan tahapan-tahapan dalam strategi
pembelajaran tersebut. Guru menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajar-
an yang menekankan pada keaktifan dan kerja sama siswa dalam suatu
kelompok. Guru juga menjelaskan agar siswa dapat belajar secara
bersama-sama dengan teman satu kelompoknya.
Selanjutnya, guru menjelaskan bahwa pada saat melakukan
tahap share atau presentasi terdapat hal-hal yang harus diperhatikan
yaitu aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Aspek kebahasaan
terdiri dari pelafalan dan intonasi. Sedangkan aspek nonkebahasaan
terdiri dari kelancaran, kenyaringan suara, dan penguasaan topik.
Beberapa hal tersebut yang nantinya akan diperlukan untuk penilaian.
2) Kegiatan Inti
Pada pertemuan pertama guru menyajikan pelajaran dengan
menjelaskan materi tentang pengertian dan contoh cara menyampaikan
persetujuan, sanggahan, atau penolakan pendapat dalam diskusi.
Setelah selesai menjelaskan, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang materi yang belum mereka pahami.
53
Tetapi tidak ada satupun siswa yang bertanya, sehingga guru
menganggap siswa sudah mengerti dengan penjelasan guru.
Setelah itu, guru memberikan sebuah artikel yang berjudul
“Pengaruh Sinetron Terhadap Remaja”. Suasana kelas gaduh ketika
guru membagikan artikel tersebut, siswa mulai berbicara dengan
teman sebangkunya. Guru meminta siswa diam dan memperhatikan
penjelasan guru tentang tugas yang akan siswa kerjakan. Siswapun
menuruti perkataan guru dan langsung berhenti berbicara. Kelas yang
awalnya gaduh sekarang tenang.
Selanjutnya, guru menjelaskan tugas yang telah diberikan
kepada siswa. Guru meminta agar siswa memberi tanggapan berupa
persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat yang disertai bukti
dan alasan terhadap artikel tersebut.
Dalam memberi tanggapan persetujuan atau pun penolakan
siswa harus berpikir secara individu (tahap think). Tidak ada
pertanyaan dari siswa tentang tugas tersebut. Siswa mulai
mengerjakan secara individu, berpikir sendiri mencari jawaban atas
tugas tersebut. Pada tahap ini guru tidak berkeliling mendatangi siswa
atau membimbing siswa dalam mengerjakan tugasnya. Beberapa saat
kemudian suasana kelas yang awalnya tenang, berubah menjadi gaduh
karena siswa mulai bingung dan kesulitan dalam menjawab atau
memberikan tanggapannya.
54
Selanjutnya, guru membagi kelas yang terdiri dari 23 siswa
yang hadir menjadi 11 pasangan. Masing-masing kelompok terdiri dari
dua orang siswa dan satunya terdiri dari tiga anggota. Kemudian guru
meminta siswa agar bekerja sama dengan pasangannya untuk
mendiskusikan hasil yang telah dikerjakan siswa secara individu
sebelumnya (tahap pair). Pada tahap ini suasana kelas tampak ramai,
ada beberapa pasangan yang tidak dapat mengerjakan karena kesulitan
menjawab atau mengeluarkan pendapatnya, sehingga mereka hanya
main-main. Ada juga pasangan yang merasa teman pasangannya tidak
cocok sehingga mengerjakan tugasnya sendiri. Pada keadaan seperti
ini, guru mendatangi siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan
tugasnya kemudian guru membimbing kelompok tersebut.
Selanjutnya, kelompok-kelompok kecil tersebut dibuat dalam
kelompok yang lebih besar yaitu dari 11 kelompok yang terdiri dari
dua orang dibuat menjadi empat orang atau dua pasangan
dipertemukan dalam satu kelompok. Dari 23 siswa yang hadir
dibentuk dalam 6 kelompok. Kelompok terakhir terdiri dari tiga
anggota. Pembentukan kelompok ini membuat keadaan kelas menjadi
gaduh, karena sebagian besar siswa memilih untuk menentukan
anggota kelompoknya masing-masing.
Kemudian, kedua pasangan yang bertemu dalam satu
kelompok ini dilanjutkan dengan diskusi kelompok berempat. Dalam
55
diskusi kelompok berempat, sebagian besar siswa laki-laki masih
kurang serius dan suka menggangu kelompok lain.
3) Kegiatan Penutup
Setelah kegiatan inti sampai pada diskusi kelompok sebelum
dilanjutkan ke tahap Share atau presentasi pada pertemuan kedua
siklus satu. Pada kegiatan akhir atau penutup, guru meminta siswa
belajar dirumah untuk persiapan presentasi dan evaluasi pada
pertemuan kedua siklus I. kemudian guru memberikan sedikit motivasi
kepada siswa dan memberikan kesimpulan pembelajaran. Selanjutnya,
guru mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan bersama-sama
mengucap “alhamdalah”.
b. Pertemuan II
Tindakan siklus I pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Jumat
tanggal 10 maret 2017 selama 2 x 40 menit pada jam ke-2 atau pukul
08.00-09.20 di kelas VIII A SMPN 4 Pujut.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan pendahuluan pada pertemuan kedua ini sama halnya
dengan pertemuan pertama. Guru melaksanakan kegiatan pembela-
jaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat sebelumnya.
Pertama guru memberi salam kepada siswa di kelas dan siswa
menjawab salam dari guru, kemudian meminta ketua kelas untuk
memimpin temannya berdo’a. Selanjutnya guru mengecek kehadiran
siswa dan ada empat siswa yang tidak masuk.
56
Kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan pada
pertemuan pertama. Guru bertanya tentang pengertian persetujuan,
penolakan, dan contoh-contohnya tersebut. Sebagian kecil siswa
menjawab pertanyaan guru secara bersamaan. Tetapi guru
menghentikan jawaban siswa yang bersama-sama tersebut dengan
mengatakan “jika ingin menjawab acungkan tangan terlebih dahulu”.
Siswa tersebut langsung diam dan tidak ada yang mengacungkan
tangannya. Tetapi kemudian ada tiga siswa yang mengacungkan
tangannya dan guru memberikan kesempatan kepada ketiga siswa
tersebut. Jawaban ketiga siswa tersebut hampir sama. kemudian guru
memberikan penghargaan berupa tepuk tangan agar siswa merasa
senang dan termotivasi lagi.
Selanjutnya guru menerangkan tata cara dalam mem-
presentasikan hasil diskusi di depan kelas. Guru menjelaskan bahwa
pada saat melakukan presentasi (tahap share) terdapat hal-hal yang
harus diperhatikan yaitu aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan.
Aspek kebahasaan terdiri dari pelafalan dan intonasi. Aspek
nonkebahasaan terdiri dari kelancaran, kenyaringan suara, dan
penguasaan topik. Beberapa hal tersebut yang nantinya akan
diperlukan untuk penilaian.
57
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti dalam pertemuan kedua merupakan tahap
terakhir dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) pada siklus satu. Tahap Think dan Pair sudah dilaksanakan pada
pertemuan pertama. Setelah menjelaskan aspek-aspek penilaian,
selanjutnya guru meminta siswa duduk sesuai dengan kelompoknya
dan melakukan persiapan sebelum mempresentasikan hasil diskusinya
(share). Siswa mulai mendatangi dan duduk dengan kelompoknya.
Tiap kelompok mulai berdiskusi sebentar sehingga membuat kelas
menjadi sangat ramai. Setelah itu, guru meminta tiap kelompok secara
bergantian untuk menyampaikan hasil diskusinya (tahap Share).
Setelah presentasi kelompok selesai, guru memberikan pujian
kepada kelompok yang paling aktif. Kemudian guru melakukan
penilaian secara individu (evaluasi) dengan menyuruh siswa maju satu
per satu untuk menyampaikan persetujuan dan penolakan pendapat
terhadap artikel yang diberikan.
3) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa untuk memberikan-
kan kesimpulan pembelajaran, namun hanya Farida, Najwa, dan
Hakim yang berani menyampaikan kesimpulan pembelajaran.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
58
Kemudian guru menarik kesimpulan mengenai hasil pem-
belajaran dan memotivasi siswa untuk tetap rajin belajar secara
kelompok agar berbagai kesulitan dalam belajar dapat diselesaikan
bersama-sama, karena belajar dari teman lebih mudah dalam
berkomunikasi. Selanjutnya guru mengakhiri pelajaran dengan
mengajak siswa dengan sama-sama membaca “alhamdalah”.
3. Observasi dan Evaluasi
Selama proses pembelajaran kegiatan guru dan kegiatan siswa diamati
oleh observer I, dan evaluasi kemampuan berbicara siswa oleh observer II.
Sedangkan yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah peneliti.
a. Observasi
Berikut penyajian hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Berikut data hasil observasi aktivitas guru pada siklus I.
Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
No Indikator Skor1 Perencanaan dan persiapan pembelajaran 32 Persiapan proses belajar mengajar 1,73 Penggunaan media dan sumber belajar 1,74 Pengaturan kegiatan strategi pembelajaran kooperatif
Think Pair Share1,7
5 Pemberian umpan balik dan penguatan 1,76 Menutup pembelajaran 1,7
Jumlah 11,5Kategori Baik
59
Berdasarkan hasil observasi terdapat beberapa hal yang belum
berhasil dilaksanakan oleh guru pada saat proses pembelajaran ber-
langsung. Pada indikator pertama, perencanaan dan persiapan pem-
belajaran. Guru menyiapkan RPP, menyiapkan perlengkapan untuk
kegiatan belajar mengajar, dan mengajak siswa berdoa, pelaksanaanya
direspon oleh seluruh siswa. Sehingga rata-rata skornya adalah 3.
Indikator ke-2, persiapan proses belajar mengajar. Untuk apersepsi
dan mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran, deskriptor-
nya nampak namun pelaksanaannya direspon oleh sebagian kecil
siswa. Sedangkan saat mengecek kehadiran siswa pelaksanaannya
direspon oleh seluruh siswa. Sehingga rata-rata skornya adalah 1,7.
Indikator ke-3, penggunaan media dan sumber belajar. Pada saat
guru menjelaskan materi dan memberikan penjelasan terhadap tugas
yang diberikan, pelaksanaannya direspon oleh sebagian besar siswa.
Sedangkan untuk pengelompokan siswa secara heterogen direspon
oleh sebagian kecil siswa. Sehingga skor rata-ratanya adalah 1,7.
Indikator ke-4, pengaturan kegiatan strategi pembelajaran Think
Pair Share. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan
tugas sesuai waktu yang telah ditentukan hanya direspon oleh sebagian
kecil siswa. Sedangkan mengontrol siswa saat membentuk kelompok
dan memberikan kesempatan berbicara saat presentasi sesuai waktu
yang ditentukan, pelaksanaannya direspon oleh sebagian besar siswa.
Skor rata-ratanya adalah 1,7.
60
Indikator ke-5, pemberian umpan balik dan penguatan. Pada saat
guru memberikan umpan balik terhadap anggapan siswa dan meng-
apresiasi hasil kerja tiap kelompok, pelaksanaannya direspon oleh
sebagian besar siswa. Sedangkan saat guru memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk menanggapi atau bertanya terhadap
komentar temannya direspon oleh sebagian kecil siswa. Sehingga rata-
rata skornya adalah 1,7.
Indikator ke-6, menutup pembelajaran. Saat guru memberikan
kesempatan kepada siswa bertanya tentang materi yang belum
dimengerti hanya direspon oleh sebagian kecil siswa. Sedangkan saat
memotivasi siswa dan saat menyampaikan kesimpulan materi,
pelaksanaannya direspon oleh sebagian besar siswa. Sehingga rata-rata
skornya adalah 1,7.
Dari data hasil observasi aktivitas guru pada siklus I menunjukkan
bahwa total skor aktivitas guru adalah 11,5. Berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan pada teknik analisis data maka aktivitas guru pada
siklus I adalah berkategori baik. Lembar observasi aktivitas guru dapat
dilihat pada lampiran.
61
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Berikut data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I.
Tabel 4.2 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Indikator Skor1 Kesiapan dalam mengikuti pelajaran 22 Antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran 1,33 Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran 1,34 Kerjasama kelompok dalam kegiatan diskusi 1,35 Keseriusan siswa ketika menjelaskan dan
memberi komentar atau saran1,7
6 Keberanian siswa ketika menjelaskan danmemberi komentar atau saran
1
Jumlah 8,6Kategori Cukup Aktif
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, terdapat hal-hal yang
belum dicapai oleh siswa sepenuhnya pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Pada indikator pertama, kesiapan dalam mengikuti
pelajaran. Siswa masuk kelas tepat waktu, menyiapkan kelengkapan
belajar, dan tidak mengerjakan kegiatan lain, deskriptor nampak dan
dilaksanakan oleh sebagian besar siswa. Sehingga skor rata-ratanya
adalah 2.
Indikator ke-2, antusiasme siswa. Siswa memperhatikan pem-
belajaran selama kegiatan belajar mengajar, siswa tidak ribut atau
berbicara dengan temannya saat guru menjelaskan, deskriptor nampak
namun hanya dilaksanakan oleh sebagian kecil siswa. Sedangkan
siswa tidak terpengaru oleh situasi diluar kelas, dilaksanakan oleh
seluruh siswa. Sehingga rata-rata skornya adalah 1,3.
62
Indikator ke-3, keaktifan siswa. Siswa memperhatikan instruksi
atau perintah guru, dilaksanakan oleh sebagian besar siswa. Sedangkan
siswa sering mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
dalam berdiskusi, dilaksanakan oleh sebagian kecil siswa. Sehingga
rata-rata skornya adalah 1,3.
Indikator ke-4, kerjasama kelompok. Siswa kompak dalam
melakukan diskusi dan bekerjasama pada saat mengerjakan tugas
kelompok, deskriptornya nampak namun dilaksanakan oleh sebagian
kecil siswa. Sedangkan siswa tidak menggangu kelompok lain pada
saat diskusi, deskriptornya dilaksanakan oleh sebagian besar siswa.
Rata-rata skornya adalah 1,3.
Indikator ke-5, keseriusan siswa ketika menjelaskan dan mem-
berikan komentar atau saran. Siswa saling membantu pada saat
menanggapi persoalan hanya dilaksanakan oleh sebagian kecil siswa.
Sedangkan siswa menanggapi persoalan dari hasil diskusi kelompok
dan siswa tidak bermain-main pada saat menanggapi persoalan,
deskriptornya nampak dan dilaksanakan oleh sebagian besar siswa.
Sehingga skor rata-ratanya adalah 1,7.
Indikator ke-6, keberanian siswa ketika menjelaskan dan
memberi komentar atau saran. Siswa mengacungkan jari (tanpa
ditunjuk) untuk menanggapi persoalan yang diajukan teman atau guru,
menjawab hasil pertanyaan teman, dan menyimpulkan hasil persoalan
63
yang dibahas, semua deskriptor nampak namun hanya dilaksanakan
oleh sebagian kecil siswa. Sehingga rata-rata skornya adalah 1.
Dari data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I menunjuk-
kan bahwa total skor aktivitas siswa adalah 8,6. Berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan pada teknik analisis data maka aktivitas siswa
pada siklus I tergolong pada kategori cukup aktif. Hal ini berarti
indikator aktivitas siswa pada siklus I belum tercapai sepenuhnya.
Lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran.
b. Evaluasi Hasil Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara siswa dinilai dengan instrument penilaian yang
sudah disiapkan peneliti dengan indikator-indikator sebagai berikut: a)
pelafalan; b) intonasi; c) kelancaran; d) kenyaringan suara; e) penguasaan
topik. Lembar penilaian kemampuan berbicara siswa dapat dilihat pada
lampiran.
Berikut hasil tes kemampuan berbicara siswa pada siklus I
64
Tabel 4.3 Data Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus I
No Nama SiswaNo Item dan
Perolehan Skor SkorAktual SMi Nilai
Kategori
A B C D E TT T1 Ahmad Jainul H 3 2 2 2 2 11 15 73 √2 Baiq Nila Cahyani 2 2 3 3 2 12 15 80 √3 Dika Astuti 2 2 3 2 3 12 15 80 √4 Farida Iriyani 2 2 3 3 3 13 15 87 √5 L. Ali Asgar - - - - - - - - - -6 L. Moh Jayadi 3 2 2 3 2 12 15 80 √7 L. Muhali Ainul G 2 2 2 2 2 10 15 67 √8 Leni Susilawati 2 1 2 1 3 9 15 60 √9 Lola Eliza 2 2 3 3 2 12 15 80 √
10 Mahdina 3 2 3 2 2 12 15 80 √11 Mahendra Saputra - - - - - - - - - -12 Martikayati 1 1 2 1 2 7 15 47 √13 Marzuki 2 3 2 3 2 12 15 80 √14 Megayanti 2 2 3 2 3 12 15 80 √15 Najwa Apriliana 3 2 3 3 3 14 15 93 √16 Rizwan Hasim - - - - - - - - - -17 Rondi Anwar 2 1 2 1 1 7 15 47 √18 Sahrul Ahmad 2 2 3 2 3 12 15 80 √19 Saumin 2 3 2 3 3 13 15 87 √20 Sawiyah 2 2 3 2 3 12 15 80 √21 Siti Nursafika 2 3 2 2 2 11 15 73 √22 Susanti 2 2 3 2 3 12 15 80 √23 Taufik Hidayat 2 2 3 3 3 13 15 87 √24 Usman Jayadi 2 2 2 2 2 10 15 67 √25 Wildan Hadi 3 2 3 3 2 13 15 87 √26 Sulman Alfarizi - - - - - - - - - -
Jumlah 1675Nilai Rata-Rata 76,14Nilai Terendah 47Nilai Tertinggi 93
Jumlah Siswa yang Tuntas 15Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 7
Ketuntasan Klasikal 68,18%
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari 26 siswa yang seharusnya
mengikuti tes menjadi 22 siswa dikarenakan ada empat siswa yang tidak
65
masuk pada saat evaluasi atau pengambilan nilai. Terdapat 15 siswa yang
tuntas dalam belajar dan 7 siswa yang tidak tuntas belajarnya. Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 93 dan nilai terendah yang diperoleh
siswa adalah 47. Ketuntasan klasikal pada siklus I mencapai 68,18%
dengan nilai rata-rata kelas mencapai 76,14. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara klasikal
belum tercapai karena belum memenuhi indikator ketercapaian yaitu 85%
dari jumlah siswa yang mengikuti evaluasi.
Perolehan nilai keterampilan berbicara siswa juga dapat dilihat dari
per kriteria kemampuan berbicara yang dinilai. Berikut akan dipaparkan
perolehan nilai per kriteria kemampuan berbicara siswa pada siklus I.
1) Pelafalan
Dari 22 siswa yang mengikuti evaluasi ada 1 siswa atau 4,54%
yang sebagian besar pengucapan konsonan tidak tepat (skor 1), 16
siswa atau 72,73% yang sebagian besar pengucapan konsonan tepat
(skor 2), dan 5 siswa atau 22,73% yang semua pengucapan konsonan
tepat (skor 3).
2) Intonasi
Dari 22 siswa yang mengikuti evaluasi ada 3 siswa atau 13,64%
yang sering terjadi kesalahan intonasinya (skor 1), 16 siswa atau
72,73% yang kadang-kadang terjadi kesalahan intonasi (skor 2), dan 3
siswa atau 13,64% yang semua intonasi kalimatnya tepat (skor 3).
66
3) Kelancaran
Dalam hal kelancaran berbicara siswa sudah cukup baik. Dari 22
siswa yang mengikuti evaluasi, tidak ada siswa yang berbicaranya
selalu tersendat-sendat (skor 1), 10 siswa atau 45,45% yang berbicara
sedikit tersendat-sendat (skor 2), dan 12 siswa atau 54,55% yang ber-
bicara dengan lancar (skor 3).
4) Kenyaringan suara
Dari 22 siswa yang mengikuti evaluasi ada 3 siswa atau 13,64%
yang suara tidak jelas dan tidak dapat didengar oleh seluruh siswa
(skor 1), 11 siswa atau 50% yang suaranya cukup jelas dan dapat
didengar oleh sebagian besar siswa (skor 2), dan 8 siswa atau 36,36%
yang suaranya jelas dan dapat didengar oleh semua siswa (skor 3).
5) Penguasaan topik
Untuk penguasaan topik, dari 22 siswa yang mengikuti evaluasi
ada 1 siswa atau 4,54% yang sebagian besar uraian/isi pembicaraannya
tida sesuai dengan topik (skor 1), 12 siswa atau 54,55% yang sebagian
besar uraian/isi pembicaraannya sesuai dengan topik (skor 2), dan 9
siswa atau 40,91% yang semua uraian/isi pembicaraannya sesuai
dengan topik (skor 3).
Lembar penilaian terhadap keterampilan berbicara siswa pada
siklus I dapat dilihat pada lampiran.
67
4. Refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan untuk mengkaji kembali hasil tindakan
yang telah dilakukan. Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan
tindakan perbaikan yang akan dilakukan, kemudian refleksi dilakukan
terhadap beberapa data yang telah diperoleh selama tindakan berlangsung,
yaitu hasil observasi terhadap guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS).
Dari hasil observasi pada siklus I maka peneliti akan mengkaji ulang
pelaksanaan pembelajaran untuk melihat kelemahan-kelemahannya sebagai
upaya perbaikan pada siklus II. Adapun kelemahan-kelemahan pada siklus I
adalah sebagai berikut:
a. Kelemahan-kelemahan untuk aktivitas guru
1) Guru tidak mengelompokkan siswa secara heterogen.
2) Pemanfaatan waktu untuk pembelajaran Think Pair Share kurang
efektif.
b. Kelemahan-kelemahan untuk aktivitas siswa
1) Siswa masih ribut atau berbicara dengan temannya saat guru
menjelaskan.
2) Tidak ada kelompok yang menanggapi dan bertanya dari hasil
kelompok yang presentasi.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang tampak pada siklus I, dapat
dikatakan bahwa pemanfaatan strategi pembelajaran Think Pair Share masih
68
kurang maksimal. Berikut alternatif tindakan sebagai upaya perbaikan pada
siklus selanjutnya:
a. Guru membentuk kelompok secara heterogen pada siklus berikutnya.
b. Guru lebih memperhatikan alokasi waktu yang telah direncanakan,
mengatur waktu dengan baik, dengan cara menginformasikan kepada
siswa batasan waktu untuk setiap tahap pembelajaran.
c. Guru mengkondisikan siswa agar siswa lebih siap untuk mengikuti
pembelajaran, agar tidak terjadi keributan didalam kelas atau berbicara
dengan temannya ketika menerima penjelasan materi.
d. Saat presentasi pada siklus II, guru mewajibkan minimal satu perwakilan
dari setiap kelompok untuk menanggapi atau bertanya jika ada hal yang
belum jelas dari kelompok yang presentasi.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka kegiatan pembelajaran akan
dilanjutkan ke siklus II.
4.1.2 Deskripsi Data Siklus II
Siklus II merupakan usaha perbaikan siklus I, usaha perbaikan ini
meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan yang belum
sepenuhnya dilaksanakan pada siklus I. Adapun langkah-langkah dalam siklus II
adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan
Setelah melakukan analisis hasil kegiatan pada siklus I, maka perlu
dilakukan beberapa perbaikan dalam peoses pembelajaran agar hasil yang
69
diinginkan dapat meningkat. Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
b. Penyusunan rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Mempersiapkan artikel untuk penugasan.
d. Mempersiapkan media yang diperlukan.
e. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru.
f. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.
g. Mempersiapkan lembar penilaian kemampuan berbicara siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus II sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah dibuat.
a. Pertemuan I
Tindakan siklus II pertemuan pertama dilaksanakan sesuai jadwal
pelajaran bahasa Indonesia pada hari rabu tanggal 22 maret 2017 selama 2
x 40 menit pada jam 1-2 atau pukul 07.20-08.40 di kelas VIII A SMPN 4
Pujut.
1) Kegiatan Awal
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran yang dibuat sebelumnya. Pertama guru memberi
salam kepada siswa di kelas, kemudian guru meminta ketua kelas
untuk memimpin temannya berdo’a. Selanjutnya guru mengecek
daftar hadir siswa dan hasilnya ada enam siswa yang tidak masuk.
70
Sebelum masuk ke kegiatan inti, guru mengkondisikan siswa
agar siap menerima pelajaran dan menyiapkan perlengkapan belajar.
Kemudian guru melakukan apersepsi. Guru menjelaskan kembali
bahwa strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan dan
kerja sama siswa dalam suatu kelompok. Guru juga menjelaskan agar
siswa dapat belajar secara bersama-sama dengan teman satu
kelompoknya.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan pertama siklus II, dari ketiga
tahap yaitu tahap think, tahap pair, dan tahap share dilaksanakan
bersamaan dalam satu pertemuan. Peneliti sengaja tidak memisah
ketiga tahapan tersebut menjadi dua pertemuan karena siswa sudah
mengenal dan paham proses pembelajaran pada siklus I sehingga
alokasi waktu cukup jika ketiga tahapan tersebut menjadi satu pada
pertemuan pertama siklus II.
Pada pertemuan pertama, guru menyajikan pelajaran dengan
menjelaskan materi tentang pengertian dan contoh cara menyampaikan
persetujuan, sanggahan, atau penolakan pendapat dalam diskusi.
Setelah selesai menjelaskan, guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang materi yang belum mereka pahami.
Tetapi tidak ada satupun siswa yang bertanya, sehingga guru
menganggap siswa sudah mengerti dengan penjelasan guru.
71
Setelah itu, guru memberikan sebuah bacaan berupa artikel
yang berjudul “Resiko Perokok Aktif dan Pasif Sama”. Selanjutnya,
guru menjelaskan tugas yang telah guru berikan kepada siswa yaitu
memberi tanggapan berupa persetujuan, sanggahan atau penolakan
pendapat yang disertai bukti dan alasan terhadap artikel tersebut.
Kemudian guru menjelaskan aturan pembelajaran Think Pair Share,
pada tahap Think siswa memiliki waktu 5 menit, sedangkan tahap pair
adalah 20 menit, dan terakhir tahap Share selama 25 menit.
Siswa mulai mengerjakan secara individu, berpikir sendiri
mencari jawaban atas tugas tersebut. Kemudian guru membagi kelas
yang terdiri dari 20 siswa yang hadir menjadi 10 kelompok. Masing-
masing kelompok terdiri dari dua orang siswa. Kemudian guru
meminta siswa agar bekerja sama dengan pasangannya untuk
mendiskusikan hasil jawaban yang telah dikerjakan siswa secara
individu (tahap pair).
Selanjutnya, kelompok-kelompok kecil tersebut dibuat dalam
kelompok yang lebih besar yaitu dari 10 kelompok menjadi 5
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat anggota.
Pembentukan kelompok kali ini adalah secara heterogen sehinnga
membuat keadaan kelas menjadi sedikit gaduh. Kemudian, kedua
pasangan yang bertemu dalam satu kelompok ini dilanjutkan dengan
diskusi kelompok berempat. Guru meminta siswa untuk menanggapi
dan bertanya terhadap komentar temannya. Dalam diskusi kelompok
72
berempat, sebagian kecil siswa laki-laki masih kurang serius dan suka
menggangu kelompok lain.
Selanjutnya penyampaian hasil atau presentasi. Guru
mengintruksikan siswa untuk berbagi jawaban atau mempresentasikan
hasil diskusi dengan seluruh kelas (tahap share).
3) Kegiatan Penutup
Setelah kegiatan inti pada pertemuan pertama siklus II sampai
pada tahap Share atau presentasi. Selanjutnya pada kegiatan akhir atau
penutup, guru menyuruh siswa untuk menarik kesimpulan pelajaran,
dan meminta siswa belajar dirumah untuk persiapan evaluasi pada
pertemuan kedua siklus II. Guru juga memberikan sedikit motivasi
kepada siswa. Kemudian guru memberikan kesimpulan pembelajaran
dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan bersama-sama
mengucap “alhamdalah”.
b. Pertemuan II
Tindakan siklus II pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari jumat
tanggal 24 maret 2017 selama 2 x 40 menit pada jam 2-3 atau pukul
08.00-09.20 di kelas VIII A SMPN 4 Pujut.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan pendahuluan pada pertemuan kedua ini sama halnya
dengan pertemuan pertama. Pertama guru memberi salam kepada
siswa di kelas dan siswa menjawab salam dari guru, kemudian
meminta ketua kelas untuk memimpin temannya berdo’a. Selanjutnya
73
guru mengecek kehadiran siswa dan ada empat siswa yang tidak
masuk. Guru juga melakukan tanya jawab terhadap siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan pada
pertemuan pertama. Pada tahap ini siswa mendengarkan dengan
tenang dan tidak ada satupun siswa yang bertanya.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti dalam pertemuan kedua siklus II merupakan
tahap evaluasi kemampuan berbicara siswa yang kedua kalinya. Pada
tahap kegiatan inti, guru menjelaskan bahwa pada saat evaluasi
terdapat hal-hal yang harus diperhatikan yaitu aspek kebahasaan dan
aspek non kebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri dari pelafalan, dan
intonasi. Aspek nonkebahasaan terdiri dari kelancaran, kenyaringan
suara, dan penguasaan topik. Beberapa hal tersebut yang nantinya
akan diperlukan untuk penilaian.
Setelah menjelaskan kriteria penilaian, selanjutnya guru
melakukan penilaian individu dengan menyuruh siswa maju secara
bergiliran untuk menyampaikan persetujuan dan penolakan pendapat
terhadap artikel yang sudah diberikan.
3) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa untuk merangkum
atau menarik kesimpulan pembelajaran. Kemudian guru memotivasi
siswa untuk tetap rajin belajar secara berkelompok agar berbagai
kesulitan dalam belajar dapat diselesaikan bersama-sama, khususnya
74
dapat membantu melatih keterampilan berbicara ketika
berargumentasi. Selanjutnya guru mengakhiri pelajaran dengan
mengajak siswa dengan sama-sama membaca “alhamdalah”.
3. Observasi dan Evaluasi
Berikut penyajian hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa, serta hasil
kemampuan berbicara siswa dengan strategi pembelajaran Think Pair Share
pada siklus II.
a. Observasi
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru
Berikut data hasil observasi aktivitas guru pada siklus II.
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II
No Indikator Skor1 Perencanaan dan persiapan pembelajaran 32 Persiapan proses belajar mengajar 2,33 Penggunaan media dan sumber belajar 2,34 Pengaturan kegiatan strategi pembelajaran
kooperatif Think Pair Share2
5 Pemberian umpan balik dan penguatan 2,36 Menutup pembelajaran 2,3
Jumlah 14,2Kategori Sangat Baik
Pada indikator pertama, perencanaan dan persiapan pem-
belajaran. Guru menyiapkan RPP, menyiapkan perlengkapan untuk
kegiatan belajar mengajar, dan mengajak siswa berdoa, pelaksanaanya
direspon oleh seluruh siswa. Sehingga rata-rata skornya adalah 3.
75
Indikator ke-2, persiapan proses belajar mengajar. Untuk
apersepsi dan mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran,
deskriptornya nampak dan pelaksanaannya direspon oleh sebagian
besar siswa. Sedangkan saat mengecek kehadiran siswa pelaksana-
annya direspon oleh seluruh siswa. Sehingga rata-rata skornya adalah
2,3.
Indikator ke-3, penggunaan media dan sumber belajar. Pada saat
guru menjelaskan materi dan mengelompokkan siswa secara
heterogen, pelaksanaannya direspon oleh sebagian besar siswa.
Sedangkan pada saat guru memberikan penjelasan terhadap tugas yang
diberikan, pelaksanaannya direspon oleh seluruh siswa. Sehingga skor
rata-ratanya adalah 2,3.
Indikator ke-4, pengaturan kegiatan strategi pembelajaran Think
Pair Share. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengerjakan
tugas sesuai waktu yang telah ditentukan, mengontrol siswa saat
membentuk kelompok, dan memberikan kesempatan berbicara saat
presentasi sesuai waktu yang ditentukan, semua deskriptornya nampak
dan pelaksanaannya direspon oleh sebagian besar siswa. Sehingga
skor rata-ratanya adalah 2.
Indikator ke-5, pemberian umpan balik dan penguatan. Pada saat
guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menanggapi
atau bertanya terhadap komentar temannya, dan saat guru memberikan
umpan balik terhadap anggapan siswa, pelaksanaannya direspon oleh
76
sebagian besar siswa. Sedangkan saat mengapresiasi hasil kerja tiap
kelompok, pelaksanaannya direspon oleh seluruh siswa. Sehingga
rata-rata skornya adalah 2,3.
Indikator ke-6, menutup pembelajaran. Saat guru memberikan
kesempatan kepada siswa bertanya tentang materi yang belum
dimengerti dan menyampaikan kesimpulan materi, pelaksanaannya
direspon oleh sebagian besar siswa. Sedangkan saat guru memotivasi
siswa, pelaksanaannya direspon oleh seluruh siswa. Sehingga rata-rata
skornya adalah 2,3.
Dari tabel data hasil observasi aktivitas guru pada siklus II diatas
menunjukkan bahwa total skor aktivitas guru adalah 14,2. Berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan pada teknik analisis data maka aktivitas
guru pada siklus II adalah berkategori sangat baik.
2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Berikut data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II.
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No Indikator Skor1 Kesiapan dalam mengikuti pelajaran 2,32 Antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran 23 Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran 1,74 Kerjasama kelompok dalam kegiatan diskusi 2,35 Keseriusan siswa ketika menjelaskan dan
memberi komentar atau saran2
6 Keberanian siswa ketika menjelaskan danmemberi komentar atau saran
1,7
Jumlah 12Kategori Aktif
77
Pada indikator pertama, kesiapan dalam mengikuti pelajaran.
Siswa masuk kelas tepat waktu dan tidak mengerjakan kegiatan lain,
deskriptor nampak dan dilaksanakan oleh sebagian besar siswa.
Sedangkan siswa menyiapkan kelengkapan belajar, deskriptornya
nampak dan dilaksanakan oleh seluruh siswa. Sehingga skor rata-
ratanya adalah 2.
Indikator ke-2, antusiasme siswa. Siswa memperhatikan pem-
belajaran selama kegiatan belajar mengajar, siswa tidak ribut atau
berbicara dengan temannya saat guru menjelaskan, dan siswa tidak
terpengaruh oleh situasi diluar kelas, semua deskriptornya nampak dan
dilaksanakan oleh sebagian besar siswa. Sehingga rata-rata skornya
adalah 2.
Indikator ke-3, keaktifan siswa. Siswa memperhatikan instruksi
atau perintah guru, dan mengemukakan pendapat dalam berdiskusi
dilaksanakan oleh sebagian besar siswa. Sedangkan siswa sering
mengajukan pertanyaan, deskriptornya hanya dilaksanakan oleh
sebagian kecil siswa. Sehingga rata-rata skornya adalah 1,7.
Indikator ke-4, kerjasama kelompok. Siswa kompak dalam
melakukan diskusi dan bekerjasama pada saat mengerjakan tugas
kelompok, deskriptornya nampak dan dilaksanakan oleh sebagian
besar siswa. Sedangkan siswa tidak menggangu kelompok lain pada
saat diskusi, deskriptornya telah dilaksanakan oleh seluruh siswa.
Rata-rata skornya adalah 2,3.
78
Indikator ke-5, keseriusan siswa ketika menjelaskan dan mem-
berikan komentar atau saran. Siswa menanggapi persoalan dari hasil
diskusi kelompok, saling membantu pada saat menanggapi persoalan,
dan siswa tidak bermain-main pada saat menanggapi persoalan,
deskriptornya nampak dan dilaksanakan oleh sebagian besar siswa.
Sehingga skor rata-ratanya adalah 2.
Indikator ke-6, keberanian siswa ketika menjelaskan dan
memberi komentar atau saran. Siswa mengacungkan jari (tanpa
ditunjuk) untuk menanggapi persoalan yang diajukan teman atau guru,
menjawab hasil pertanyaan teman, deskriptornya nampak dan
dilaksanakan oleh sebagian besar siswa. Sedangkan menyimpulkan
hasil persoalan yang dibahas, deskriptornya nampak namun hanya
dilaksanakan oleh sebagian kecil siswa. Sehingga rata-rata skornya
adalah 1,7.
Dari data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II menunjuk-
kan bahwa total skor aktivitas siswa adalah 12. Berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan pada teknik analisis data, maka aktivitas siswa
pada siklus II adalah berkategori aktif. Hal ini berarti indikator
aktivitas siswa pada siklus II sudah tercapai.
79
b. Evaluasi Hasil Kemampuan Berbicara
Berikut hasil tes kemampuan berbicara siswa pada siklus II:
Tabel 4.6 Data Rekapitulasi Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Siklus II
No Nama SiswaNo Item dan
Perolehan Skor SkorAktual SMi Nilai
Kategori
A B C D E TT T1 Ahmad Jainul H 3 2 2 3 2 12 15 80 √2 Baiq Nila Cahyani 2 2 3 3 3 13 15 87 √3 Dika Astuti 2 2 3 2 3 12 15 80 √4 Farida Iriyani 3 2 3 3 3 14 15 93 √5 L. Ali Asgar 1 1 2 2 1 7 15 47 √6 L. Moh Jayadi 3 2 2 3 2 12 15 80 √7 L. Muhali Ainul G 3 2 3 3 2 13 15 87 √8 Leni Susilawati 2 2 3 2 3 12 15 80 √9 Lola Eliza 2 2 3 3 3 13 15 87 √
10 Mahdina 3 2 3 2 3 13 15 87 √11 Mahendra Saputra 2 2 2 3 3 12 15 80 √12 Martikayati 2 2 2 1 2 9 15 60 √13 Marzuki 2 3 2 3 2 12 15 80 √14 Megayanti 2 2 3 3 3 13 15 87 √15 Najwa Apriliana 3 2 3 3 3 14 15 93 √16 Rizwan Hasim 2 2 3 2 3 12 15 80 √17 Rondi Anwar 1 1 2 2 2 8 15 53 √18 Sahrul Ahmad - - - - - - - - - -19 Saumin 2 3 3 3 3 14 15 93 √20 Sawiyah 2 2 3 2 3 12 15 80 √21 Siti Nursafika - - - - - - - - - -22 Susanti - - - - - - - - - -23 Taufik Hidayat 2 2 3 3 3 13 15 87 √24 Usman Jayadi 2 2 2 3 3 12 15 80 √25 Wildan Hadi 3 2 3 2 3 13 15 87 √26 Sulman Alfarizi - - - - - - - - - -
Jumlah 1768Nilai Rata-Rata 80,36Nilai Terendah 47Nilai Tertinggi 93
Jumlah Siswa yang Tuntas 19Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas 3
Ketuntasan Klasikal 86,36%
80
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari 26 siswa yang seharusnya
mengikuti tes menjadi 22 siswa dikarenakan ada empat siswa yang tidak
masuk pada saat evaluasi atau pengambilan nilai. Terdapat 19 siswa yang
tuntas dalam belajar dan 3 siswa yang tidak tuntas belajarnya. Nilai
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 93 dan nilai terendah yang diperoleh
siswa adalah 47. Ketuntasan klasikal pada siklus II mencapai 86,36%
dengan nilai rata-rata kelas mencapai 80,36. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal
sudah tercapai karena telah memenuhi indikator ketercapaian yaitu 85%
dari jumlah siswa yang mengikuti evaluasi.
Perolehan nilai keterampilan berbicara siswa juga dapat dilihat dari
per kriteria kemampuan berbicara yang dinilai. Berikut akan dipaparkan
perolehan nilai per kriteria kemampuan berbicara siswa pada siklus II.
1) Pelafalan
Dari 22 siswa yang mengikuti evaluasi ada 2 siswa atau 9,09%
yang sebagian besar pengucapan konsonan tidak tepat (skor 1), 13
siswa atau 59,09% yang sebagian besar pengucapan konsonan tepat
(skor 2), dan 7 siswa atau 31,82% yang semua pengucapan konsonan
tepat (skor 3).
2) Intonasi
Dari 22 siswa yang mengikuti evaluasi ada 2 siswa atau 9,09%
yang sering terjadi kesalahan intonasinya (skor 1), 18 siswa atau
81
81,82% yang kadang-kadang terjadi kesalahan intonasi (skor 2), dan 2
siswa atau 9,09% yang semua intonasi kalimatnya tepat (skor 3).
3) Kelancaran
Dalam hal kelancaran berbicara siswa sudah cukup baik. Dari 22
siswa yang mengikuti evaluasi, tidak ada siswa yang berbicaranya
selalu tersendat-sendat (skor 1), 8 siswa atau 36,36% yang berbicara
sedikit tersendat-sendat (skor 2), dan 14 siswa atau 63,64% yang ber-
bicara dengan lancar (skor 3).
4) Kenyaringan suara
Dari 22 siswa yang mengikuti evaluasi ada 1 siswa atau 4,55%
yang suara tidak jelas dan tidak dapat didengar oleh seluruh siswa
(skor 1), 8 siswa atau 36,36% yang suaranya cukup jelas dan dapat
didengar oleh sebagian besar siswa (skor 2), dan 13 siswa atau 59,09%
yang suaranya jelas dan dapat didengar oleh semua siswa (skor 3).
5) Penguasaan topik
Untuk penguasaan topik, dari 22 siswa yang mengikuti evaluasi
ada 1 siswa atau 4,55% yang sebagian besar uraian/isi pembicaraan-
nya tida sesuai dengan topik (skor 1), 6 siswa atau 27,27% yang
sebagian besar uraian/isi pembicaraannya sesuai dengan topik (skor 2),
dan 15 siswa atau 68,18% yang semua uraian/isi pembicaraannya
sesuai dengan topik (skor 3).
Lembar penilaian terhadap keterampilan berbicara siswa pada siklus II
dapat dilihat pada lampiran.
82
4. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh, guru dan peneliti mengkaji
kembali. Refleksi dilaksanakan pada siklus II untuk menentukan apakah
pembelajaran ini berakhir atau perlu ditindak lanjuti pada siklus berikutnya.
Refleksi dilakukan terhadap beberapa data yang diperoleh selama siklus II
berlangsung, yaitu penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS), hasil observasi terhadap guru, dan hasil observasi terhadap
siswa. Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) pada siklus II sudah berjalan baik. Hal tersebut
terlihat dari nilai rata-rata siswa yaitu 80,36 dan ketuntasan klasikalnya
86,36% sudah melebihi standar yang ditentukan yaitu 85%. Pada siklus II ini
aktivitas guru juga sangat baik dengan skor yang diperoleh adalah 14,2.
Sedangkan pada aktivitas belajar siswa diketahui bahwa jumlah skor yang
diperoleh adalah 12. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa
sudah mencapai kriteria yang diharapkan yaitu berkategori aktif.
Berdasarkan pengamatan terhadap kemampuan guru dalam
melaksanakan perencanaan pembelajaran, dan hasil analisis terhadap aktivitas
siswa, serta kemampuan berbicara siswa, maka peneliti mengakhiri siklus
tindakan penelitian kelas dalam pembelajaran pada siklus II.
83
4.2 Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas atau proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa
dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VIII A SMPN 4 Pujut tahun
pelajaran 2016/2017. Adapun perbandingan hasil penelitian dari siklus I dan II yang
memuat kegiatan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa, akan dideskripsikan
sebagai berikut:
4.2.1 Aktivitas Guru
Berikut data perbandingan hasil observasi aktivitas guru.
Tabel 4.7 Perbandingan Aktivitas Guru
SiklusAktivitas Guru
Skor Kriteria
I 11,5 Baik
II 14,2 Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor aktivitas guru
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Skor aktivitas guru dalam
pembelajaran pada siklus I dari 11,5 (kriteria baik) meningkat pada siklus II
menjadi 14,2 (kriteria sangat baik).
Menurut teori konstruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini,
84
dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi
siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur
dalam Trianto, 2014: 29).
Peningkatan aktivitas guru terjadi karena adanya perbaikan-perbaikan
yang dilakukan pada siklus II, seperti guru sudah mampu mengkondisikan
kelas dengan baik dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan sehinnga
siswa merespon kegiatan guru di kelas.
Peningkatan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 4.1 Peningkatan Aktivitas Guru
84
dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi
siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur
dalam Trianto, 2014: 29).
Peningkatan aktivitas guru terjadi karena adanya perbaikan-perbaikan
yang dilakukan pada siklus II, seperti guru sudah mampu mengkondisikan
kelas dengan baik dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan sehinnga
siswa merespon kegiatan guru di kelas.
Peningkatan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar
berikut:
Aktivitas Guru
11,514,2
2,7
Gambar 4.1 Peningkatan Aktivitas Guru
Siklus I Siklus II Peningkatan
84
dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan
ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi
siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi,
dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur
dalam Trianto, 2014: 29).
Peningkatan aktivitas guru terjadi karena adanya perbaikan-perbaikan
yang dilakukan pada siklus II, seperti guru sudah mampu mengkondisikan
kelas dengan baik dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan sehinnga
siswa merespon kegiatan guru di kelas.
Peningkatan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar
berikut:
85
4.2.2 Aktivitas Siswa
Berikut data perbandingan hasil observasi aktivitas siswa.
Tabel 4.8 Perbandingan Aktivitas Siswa
SiklusAktivitas Siswa
Skor Kriteria
I 8,6 Cukup Aktif
II 12 Aktif
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa skor dari siklus I ke
siklus II untuk aktivitas siswa mengalami peningkatan. Skor aktivitas siswa
pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dari 8,6 (kriteria cukup aktif)
meningkat pada siklus II menjadi 12 (kriteria aktif).
Peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus II tidak terlepas dari
treatmen yang diberikan oleh guru selama pembelajaran berlangsung dan
motivasi belajar yang disampaikan atau diberikan oleh guru, seperti pujian
dan penghargaan. Pujian dan penghargaan ini merupakan pemicu semangat
yang dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar siswa. Sehingga
siswa menjadi termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas.
Menurut teori behavioristik, pembelajaran diartikan sebagai proses
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Pembelajaran merupakan
proses pelaziman (pembiasaan). Teori behavioristik sering disebut stimulus-
respon (S-R) psikologi, artinya tingkah laku manusia dikendalikan oleh
ganjaran/reward dan penguatan/reinforcement.
86
Tarigan (1996: 10) menjelaskan hubungan antara stimulus, respon, dan
penguatan dapat digambarkan sebagai berikut. Stimulus adalah suatu
rangsangan atau aksi yang menuntut suatu tindakan atau reaksi pada
seseorang atau organism. Responsi adalah perilaku yang timbul sebagai reaksi
seseorang terhadap suatu aksi atau stimulus. Penguatan atau “reinforcement”
adalah suatu stimulus baru yang mengikuti terjadinya suatu responsi. Stimulus
baru itu dapat membuat respon yang telah terjadi berulang terjadi lagi atau
tidak lagi. Penguatan yang menunjang suatu response berulang kembali
disebut sebagai penguatan positif atau “positive reinforcement”, misalnya
dalam bentuk hadiah atau pujian. Penguatan yang menghalangi terjadi
kembali response yang tidak diinginkan disebut penguatan negatif atau
“negative reinforcement”, misalnya hukuman.
Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar
berikut:
86
Tarigan (1996: 10) menjelaskan hubungan antara stimulus, respon, dan
penguatan dapat digambarkan sebagai berikut. Stimulus adalah suatu
rangsangan atau aksi yang menuntut suatu tindakan atau reaksi pada
seseorang atau organism. Responsi adalah perilaku yang timbul sebagai reaksi
seseorang terhadap suatu aksi atau stimulus. Penguatan atau “reinforcement”
adalah suatu stimulus baru yang mengikuti terjadinya suatu responsi. Stimulus
baru itu dapat membuat respon yang telah terjadi berulang terjadi lagi atau
tidak lagi. Penguatan yang menunjang suatu response berulang kembali
disebut sebagai penguatan positif atau “positive reinforcement”, misalnya
dalam bentuk hadiah atau pujian. Penguatan yang menghalangi terjadi
kembali response yang tidak diinginkan disebut penguatan negatif atau
“negative reinforcement”, misalnya hukuman.
Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar
berikut:
Aktivitas Siswa
8,612
3,4
Gambar 4.2 Peningkatan Aktivitas Siswa
Siklus I Siklus II Peningkatan
86
Tarigan (1996: 10) menjelaskan hubungan antara stimulus, respon, dan
penguatan dapat digambarkan sebagai berikut. Stimulus adalah suatu
rangsangan atau aksi yang menuntut suatu tindakan atau reaksi pada
seseorang atau organism. Responsi adalah perilaku yang timbul sebagai reaksi
seseorang terhadap suatu aksi atau stimulus. Penguatan atau “reinforcement”
adalah suatu stimulus baru yang mengikuti terjadinya suatu responsi. Stimulus
baru itu dapat membuat respon yang telah terjadi berulang terjadi lagi atau
tidak lagi. Penguatan yang menunjang suatu response berulang kembali
disebut sebagai penguatan positif atau “positive reinforcement”, misalnya
dalam bentuk hadiah atau pujian. Penguatan yang menghalangi terjadi
kembali response yang tidak diinginkan disebut penguatan negatif atau
“negative reinforcement”, misalnya hukuman.
Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar
berikut:
87
4.2.3 Hasil Belajar Siswa
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa maka
dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil evaluasi keterampilan
berbicara siswa. Secara umum hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.9 Perbandingan Keterampilan Berbicara Siswa Secara Umum
Kriteria SkorSiklus I Siklus II
Jlh Siswa Presentase Jlh Siswa PresentaseTuntas 74-100 15 68,18% 19 86,36%
Tidak Tuntas 0-73 7 31,82% 3 13,64%Jumlah 22 100% 22 100%
Nilai rata-rata kelas 76,14 80,36
Ketuntasan Klasikal 68,18% 86,36%
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada siklus I, dari 22 siswa yang
mengikuti tes atau evaluasi terdapat 15 siswa atau 68,18% tuntas, sedangkan 7
siswa atau 31,82% tidak tuntas dalam belajar, dengan nilai rata-rata kelas
76,14. Setelah tindakan siklus II, dari 22 siswa yang mengikuti tes, jumlah
siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa atau 13,64% dan jumlah siswa yang
tuntas dalam belajarnya sebanyak 19 siswa atau 86,36% denan nilai rata-rata
kelas 80,36. Berdasarkan perbandingan antara siklus I dan siklus II
menunjukkan adanya peningkatan.
Strategi belajar dengan cara pengelompokan siswa memberikan
pengaruh yang signifikan dalam pembelajaran, siswa dapat saling berbagi
pengetahuan dan informasi dari teman sebayanya. Menurut al-Tabany (2014:
88
108) Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling
membantu memecahkan masalah yang kompleks. Jadi hakikat sosial dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif.
Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini tidak terlepas dari
strategi belajar yang digunakan oleh guru. Penerapan strategi Think Pair
Share merupakan suatu proses pembiasaan dimana semua siswa memiliki
kesempatan untuk berlatih berbicara ketika saling bertukar pikiran atau
idenya. Menurut Tarigan (1996: 33) teori pembentukan kebiasaan ini
diaplikasikan dalam pengajaran bahasa dalam wujud peniruan atau latihan.
Siswa dilatih berulang-ulang mengucapkan bunyi bahasa, kalimat. Siswa pun
dilatih berulang-ulang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Melalui
kegiatan peniruan atau latihan ini siswa menguasai struktur bahasa dan
keterampilan berbahasa. Kegiatan peniruan itu biasanya diikuti oleh pujian,
penguatan dan perbaikan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dapat diketahui bahwa
belajar kelompok akan memberikan kesempatan siswa untuk belajar dari
sesama. Hal tersebut memberikan suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran sehingga meningkatkan motivasi belajar siswa yang berdampak
pada peningkatan hasil kemampuan berbicara dan aktivitas siswa.
89
Selain itu, peningkatan kemampuan berbicara siswa dari siklus I ke siklus II
untuk setiap aspeknya dapat dilihat pada gambar berikut:
Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa pembelajaran menggunakan strategi
pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
Dengan demikian, pada siklus berikutnya dapat dihentikan serta dapat diambil
kesimpilan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS) dapat
meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas VIII A SMPN 4 Pujut tahun
pelajaran 2016/2017.
2,181,95
2,542,27 2,41
2,232
2,64 2,54 2,64
0,05 0,05 0,10,27 0,23
Pelafalan Intonasi Kelancaran KenyaringanSuara
Penguasaantopik
Gambar 4.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Siklus I Siklus II Peningkatan
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terjadi peningkatan aktivitas pembelajaran (proses pembelajaran), baik dari
aspek guru maupun siswa. Peningkatan aktivitas guru selama penggunaan
strategi pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
pada pokok bahasan menyampaikan persetujuan, sanggahan atau penolakan
pendapat dalam diskusi disertai bukti dan alasan. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya skor aktivitas guru dari 11,5 dengan kriteria baik pada siklus I
menjadi 14,2 dengan kriteria sangat baik pada siklus II. Penggunaan strategi
pembelajaran Think Pair Share juga dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa kelas VIII A SMPN 4 Pujut tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini terlihat
dari meningkatnya aktivitas siswa dari 8,6 dengan kriteria cukup baik pada
siklus I menjadi 12 dengan kriteria baik pada siklus II.
2. Terjadi peningkatan hasil belajar berupa peningkatan kemampuan berbicara
siswa kelas VIII A SMPN 4 Pujut tahun ajaran 2016/2017. Hal ini terlihat dari
meningkatnya nilai rata-rata kelas dari 76,1 pada siklus I menjadi 79,8 pada
siklus II dan meningkatnya persentase ketuntasan klasikal sebesar 18,2% dari
68,2% pada siklus I menjadi 86,4% pada siklus II.
91
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dalam penelitian ini, ada beberapa
saran yang perlu dipertimbangkan, antara lain:
1. Bagi guru, strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat
dijadikan alternatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai upaya
meningkatkan keterampilan berbicara siswa di dalam kelas.
2. Bagi peneliti lain, peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian
ini untuk menemukan sesuatu yang baru dan mengarah pada kebaikan hingga
pada akhirnya benar-benar dapat bermanfaat bagi banyak orang.
92
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, Trianto I. B. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Haryati. 2013. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Role Playing Pada
Siswa Kelas IV Mush’ab Bin Umair SDIT Anak Sholeh Mataram Tahun
Pelajaran 2012-2013”. Skripsi tidak diterbitkan. Mataram: FKIP Unram.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar
Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Margono. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Musaba, Zulkifli. 2009. Terampil Berbicara Teori dan Pedoman Penerapannya.
Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo.
Musaddat, Syaiful. 2015. Panduan PLPG 2015 Materi Penelitian Tindakan Kelas.
Universitas Mataram: Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi Rayon 122
Universitas Mataram.
Nurkancana, Wayan, dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Sumarlin. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) dengan Media Potografi Untuk Meningkatkan Aktivitas
dan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN 3 Gunungsari”. Mataram:
FKIP Unram: skripsi tidak diterbitkan.
Suyanto. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
93
Tarigan, Henry G. 2015. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: CV. Angkasa.
Tarigan, Djago. dan Sulistyaningsih, Lilis S. 1996. Analisis Kesalahan Berbahasa.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Fajar
Interpratama Offset.
94
95
Lampiran 1
IDENTITAS SEKOLAH
Nama Sekolah : SMP 4 Pujut
Akreditasi : B
NPSN : 50205174
Alamat : Jln. Tanak Awu – Pengembur Km.3
Kode Pos : 83573
Telp. : 0370 6175465
Fax : -
Email : [email protected]
Jenjang : SMP
Status : Negeri
Tgl SK Pendirian : 01-07-1995
Kelurahan : Pengembur
Kecamatan : Pujut
Kota/Kab. : Lombok Tengah
Propinsi : Nusa Tenggara Barat
96
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I
Nama Sekolah : SMPN 4 Pujut
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2x Pertemuan )
I. Standar Kompetensi
10. Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
diskusi dan protokoler.
II. Kompetensi Dasar
10.1.Menyampaikan persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat
dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
III. Indikator
Menyampaikan persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat dalam
diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
Membuat notula setelah diskusi yang memuat catatan tentang
pendapat-pendapat yang disampaikan oleh peserta diskusi.
IV. Karakter Siswa yang Diharapkan
Dapat dipercaya
Rasa hormat dan perhatian
Tekun
Tanggung jawab
97
V. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan atau penolakan
pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan setelah
diterapkanya strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share(TPS).
2. Siswa mampu membuat notula yang memuat catatan tentang pendapat
pendapat yang disampaikan oleh peserta diskusi.
VI. Materi Ajar
1. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
2. Pengertian kalimat persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat.
a. Kalimat persetujuan adalah kalimat yang menunjukkan kesetujuan
dalam suatu hal.
Contoh : saya setuju dengan pendapat saudara karena
b. Kalimat sanggahan atau penolakan adalah kalimat pengungkapan
ketidak setujuan terhadap suatu masalah atau pembicaraan.
Contoh : saya tidak setuju karena
3. Pengertian Diskusi
Diskusi merupakan satu bentuk pembicaraan secara teratur dan
terarah. Jadi pada dasarnya diskusi merupakan suatu bentuk tukar
pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau
98
besar. Dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian,
kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
4. Hal-hal yang harus diperhatikan saat menyampaikan persetujuan,
sanggahan atau penolakan pendapat dalam diskusi kelompok.
a. Menyertakan alasan yang logis.
b. Menyampaikan jalan keluar (jika penolakan).
c. Menguasai topik dan mengungkapkan dengan lancar, dan suara
nyaring.
d. Menggunakan pilihan kata, intonasi, dan pelafalan yang tepat.
VII. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Phair Share.
Diskusi.
VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2x40)
Tahap Kegiatan PembelajaranAlokasiWaktu
Kegiatan Awal Membuka pembelajaran dengan salam. Meminta siswa untuk memimpin temannya
untuk berdoa. Mengecek kehadiran siswa (daftar hadir/
absensi).
Mengkondisikan siswa agar siap menerimapelajaran.
Mempersiapkan media pembelajaran.
Melakukan apersepsi tentang materi pem-belajaran.
Memotivasi siswa dengan menjelaskanmanfaat materi yang akan dipelajari dalam
15
menit
99
kehidupan sehari-hari. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti Menjelaskan terlebih dahulu materi yangdiajarkan dan melakukan tanya jawabdengan siswa mengenai materi yangdipelajari.
Tahap Think Memberikan tugas berupa sebuah artikel. Guru menyuruh setiap siswa untuk berpikir
mengenai pendapat dalam artikel yangditugaskan. Dalam hal ini, siswamenentukan kalimat persetujuan besertaalasan yang logis (jika setuju), danmenentukan kalimat sanggahan sertamenyampaikan jalan keluar (jika tidaksetuju).
Tahap Pair Membagi siswa menjadi 13 kelompok
dengan anggota masing-masing terdiri dari2 siswa dengan latar belakang sosial, dankemampuan akademik yang berbeda untukberdiskusi mengenai kalimat persetujuanbeserta alasan yang logis (jika setuju), dankalimat sanggahan serta menyampaikanjalan keluar (jika tidak setuju) terhadapartikel yang diberikan.
Meminta dua pasangan bertemu dalamkelompok berempat. Jadi tiap kelompokterdiri dari 4 siswa. Siswa mempunyaikesempatan untuk mendiskusikan hasildiskusi kepada kelompok berempat.
Tahap Share Meminta tiap kelompok-kelompok berbagi
atau bekerja sama dengan kelas secara
50
menit
100
keseluruhan (Sharing) mengenai hasilkerjanya dari tiap kelompok.
Guru meminta siswa membuat notula yangmemuat catatan tentang pendapat-pendapatyang disampaikan oleh peserta diskusi
Kegiatan Akhir Mengajak siswa menyimpulkan hasilpembelajaran.
Guru menyempurnakan pemahaman siswadari hasil kesimpulan.
Menginformasikan materi pada pertemuanberikutnya.
Memotivasi siswa untuk tetap giat belajar. Mengajak siswa menutup pembelajaran
dengan membaca “Alhamdalah”
15
menit
Pertemuan Kedua (evaluasi/pengambilan nilai) (2x40)
Tahap Kegiatan PembelajaranAlokasi
Waktu
Kegiatan Awal Membuka pembelajaran dengan salam.
Meminta siswa untuk memimpin temannyauntuk berdoa.
Mengecek kehadiran siswa (daftar hadir/absensi).
Mengkondisikan siswa agar siap menerimapelajaran.
Mempersiapkan media pembelajaran. Melakukan apersepsi tentang materi pem-
belajaran. Memotivasi siswa dengan menjelaskan
manfaat materi yang akan dipelajari dalamkehidupan sehari-hari.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
15
menit
101
Kegiatan Inti Pengambilan nilai (evaluasi)
Guru memberikan tugas sebuah artikel. Siswa berpikir atau menentukan kalimat
persetujuan beserta alasan yang logis (jikasetuju), dan kalimat sanggahan sertamenyampaikan jalan keluar (jika tidaksetuju) terhadap artikel yang diberikan.
Semua siswa secara bergantianmengomentari artikel yang ditugaskan.Dalam hal ini, siswa mengungkapkanpersetujuan beserta alasan yang logis (jikasetuju), dan mengungkapkan sanggahanserta menyampaikan jalan keluar (jika tidaksetuju).
50
menit
Kegiatan Akhir Mengajak siswa menyimpulkan hasilpembelajaran.
Guru menyempurnakan pemahaman siswadari hasil kesimpulan.
Menginformasikan materi pada pertemuanberikutnya.
Memotivasi siswa untuk tetap giat belajar.
Mengajak siswa menutup pembelajarandengan membaca “Alhamdalah”
15
menit
IX. Sumber/Bahan/Alat
Buku paket Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII
Internet
X. Penilaian
1. Prosedur Tes
Tes proses dan hasil dilakukan untuk melihat keaktifan siswa selama
proses pembelajaran.
102
2. Jenis dan Bentuk Tes
Tes lisan diberikan pada saat proses pembelajaran.
Tes kinerja (performa) setelah proses pembelajaran.
Pengembur, Februari 2017
Mengetahui:
Guru Bahasa Indonesia Peneliti
Lalu Mahsyarudin, S.Pd Lalu Gde Muhamad S
NIP. 197712312003121019 NIM. E1C113069
Kepala Sekolah SMPN 4 Pujut
Fathurrohman, S.Pd. M.Pd
NIP. 196912311995121024
103
Lampiran 3
Resiko Perokok Aktif dan Pasif Sama
Risiko terhadap penyakit pada orang yang terkena asap rokok (perokok pasif)
sama dengan pengisap rokok (perokok aktif). Sementara itu, hampir 80% penderita
penyakit jantung kororer memiliki kebiasaan merokok. Kepala badan pengawas obat
dan makanan (POM), Sampurno mengatakan bukti-bukti cukup kuat menunjukkan
penyakit yang berkaitan dengan tembakau bisa sama-sama diderita perokok pasif
maupun mengisap rokok.
Pada pengisap rokokpun, katanya efek yang terjadi umumnya sekian lama
mereka menjadi perokok aktif. Mereka baru menyadari sesudah terserang penyakit.
Menurut Sampurno, efek jangka panjang akibat merokok dalam waktu lama berupa
penyakit jantung, stroke, dan kanker. Penyakit-penyakit ini disebabkan oleh 40 jenis
bahan kimia berbahaya dalam tembakau yang bersifat karsinogenik, seperti tar serta
karbon monoksida.
Dalam setiap batang rokok, katanya mengandung dua macam asap, masing-
masing asap utama maupun asap sampingan. Bahan kimia dalam asap sampingan tak
kalah kandungannya dengan asap utama. Berarti, pengisap rokok umumnya tidak
menyadari bahaya juga berpotensi besar menimpa perokok pasif. Ironis, beberapa
alasan yang mendorong seseorang merokok, misalnya akibat lingkungan atau
kebiasaan masyarakat, pengaruh orang terdekat, iklan maupun sponsor.
Setelah membaca teks di atas, kemudian tanggapilah (setuju, sanggahan atau
penolakan disertai bukti dan alasan) setiap siswa berpikirlah sendiri, berdiskusi
dengan pasangannya, mendiskusikan dengan kelompoknya dan berbagi atau bekerja
sama dengan kelas secara keseluruhan (diskusi kelas)!
1. Merokok sangat membahayakan kesehatan diri sendiri maupun kesehatan
keluarga.
2. Seseorang yang merokok biasanya terpengaruh oleh orang-orang terdekat
terutama bagi remaja muda terpengaruh untuk merokok.
3. Perokok pasif sangat berpotensi terkena penyakit jantung, kanker, dan stroke.
4. Resiko perokok aktif dan pasif sama.
104
Lampiran 4
105
106
Lampiran 5
107
108
Lampiran 6
109
110
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II
Nama Sekolah : SMPN 4 Pujut
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/2
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2x Pertemuan )
I. Standar Kompetensi
10. Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan
diskusi dan protokoler.
II. Kompetensi Dasar
10.1.Menyampaikan persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat
dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
III. Indikator
Menyampaikan persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat dalam
diskusi disertai dengan bukti atau alasan.
Membuat notula setelah diskusi yang memuat catatan tentang
pendapat- pendapat yang disampaikan oleh peserta diskusi.
IV. Karakter Siswa yang Diharapkan
Dapat dipercaya
Rasa hormat dan perhatian
Tekun
Tanggung jawab
111
V. Tujuan Pembelajaran
3. Siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan atau penolakan
pendapat dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan setelah
diterapkanya strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share(TPS).
4. Siswa mampu membuat notula yang memuat catatan tentang pendapat
pendapat yang disampaikan oleh peserta diskusi.
VI. Materi Ajar
5. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
6. Pengertian kalimat persetujuan, sanggahan atau penolakan pendapat.
c. Kalimat persetujuan adalah kalimat yang menunjukkan kesetujuan
dalam suatu hal.
Contoh : saya setuju dengan pendapat saudara karena
d. Kalimat sanggahan atau penolakan adalah kalimat pengungkapan
ketidak setujuan terhadap suatu masalah atau pembicaraan.
Contoh : saya tidak setuju karena
7. Pengertian Diskusi
Diskusi merupakan satu bentuk pembicaraan secara teratur dan
terarah. Jadi pada dasarnya diskusi merupakan suatu bentuk tukar
pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau
112
besar. Dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian,
kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
8. Hal-hal yang harus diperhatikan saat menyampaikan persetujuan,
sanggahan atau penolakan pendapat dalam diskusi kelompok.
e. Menyertakan alasan yang logis.
f. Menyampaikan jalan keluar (jika penolakan).
g. Menguasai topik dan mengungkapkan dengan lancar, dan suara
nyaring.
h. Menggunakan pilihan kata, intonasi, dan pelafalan yang tepat.
VII. Strategi Pembelajaran
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Phair Share.
Diskusi.
VIII. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2x40)
Tahap Kegiatan PembelajaranAlokasiWaktu
Kegiatan Awal Membuka pembelajaran dengan salam. Meminta siswa untuk memimpin temannya
untuk berdoa. Mengecek kehadiran siswa (daftar hadir/
absensi).
Mengkondisikan siswa agar siap menerimapelajaran.
Mempersiapkan media pembelajaran.
Melakukan apersepsi tentang materi pem-belajaran.
Memotivasi siswa dengan menjelaskanmanfaat materi yang akan dipelajari dalam
15
menit
113
kehidupan sehari-hari. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti Menjelaskan terlebih dahulu materi yangdiajarkan dan melakukan tanya jawabdengan siswa mengenai materi yangdipelajari.
Tahap Think Memberikan tugas berupa sebuah artikel. Guru menyuruh setiap siswa untuk berpikir
mengenai pendapat dalam artikel yangditugaskan. Dalam hal ini, siswamenentukan kalimat persetujuan besertaalasan yang logis (jika setuju), danmenentukan kalimat sanggahan sertamenyampaikan jalan keluar (jika tidaksetuju).
Tahap Pair Membagi siswa menjadi 13 kelompok
dengan anggota masing-masing terdiri dari2 siswa dengan latar belakang sosial, dankemampuan akademik yang berbeda untukberdiskusi mengenai kalimat persetujuanbeserta alasan yang logis (jika setuju), dankalimat sanggahan serta menyampaikanjalan keluar (jika tidak setuju) terhadapartikel yang diberikan.
Meminta dua pasangan bertemu dalamkelompok berempat. Jadi tiap kelompokterdiri dari 4 siswa. Siswa mempunyaikesempatan untuk mendiskusikan hasildiskusi kepada kelompok berempat.
Tahap Share Meminta tiap kelompok-kelompok berbagi
atau bekerja sama dengan kelas secara
50
menit
114
keseluruhan (Sharing) mengenai hasilkerjanya dari tiap kelompok.
Guru meminta siswa membuat notula yangmemuat catatan tentang pendapat-pendapatyang disampaikan oleh peserta diskusi
Kegiatan Akhir Mengajak siswa menyimpulkan hasilpembelajaran.
Guru menyempurnakan pemahaman siswadari hasil kesimpulan.
Menginformasikan materi pada pertemuanberikutnya.
Memotivasi siswa untuk tetap giat belajar. Mengajak siswa menutup pembelajaran
dengan membaca “Alhamdalah”
15
menit
Pertemuan Kedua (evaluasi/pengambilan nilai) (2x40)
Tahap Kegiatan PembelajaranAlokasi
Waktu
Kegiatan Awal Membuka pembelajaran dengan salam.
Meminta siswa untuk memimpin temannyauntuk berdoa.
Mengecek kehadiran siswa (daftar hadir/absensi).
Mengkondisikan siswa agar siap menerimapelajaran.
Mempersiapkan media pembelajaran. Melakukan apersepsi tentang materi pem-
belajaran. Memotivasi siswa dengan menjelaskan
manfaat materi yang akan dipelajari dalamkehidupan sehari-hari.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
15
menit
115
Kegiatan Inti Pengambilan nilai (evaluasi)
Guru memberikan tugas sebuah artikel. Siswa berpikir atau menentukan kalimat
persetujuan beserta alasan yang logis (jikasetuju), dan kalimat sanggahan sertamenyampaikan jalan keluar (jika tidaksetuju) terhadap artikel yang diberikan.
Semua siswa secara bergantianmengomentari artikel yang ditugaskan.Dalam hal ini, siswa mengungkapkanpersetujuan beserta alasan yang logis (jikasetuju), dan mengungkapkan sanggahanserta menyampaikan jalan keluar (jika tidaksetuju).
50
menit
Kegiatan Akhir Mengajak siswa menyimpulkan hasilpembelajaran.
Guru menyempurnakan pemahaman siswadari hasil kesimpulan.
Menginformasikan materi pada pertemuanberikutnya.
Memotivasi siswa untuk tetap giat belajar.
Mengajak siswa menutup pembelajarandengan membaca “Alhamdalah”
15
menit
IX. Sumber/Bahan/Alat
Buku paket Bahasa Indonesia untuk SMP kelas VIII
Internet
X. Penilaian
1. Prosedur Tes
Tes proses dan hasil dilakukan untuk melihat keaktifan siswa selama
proses pembelajaran.
116
2. Jenis dan Bentuk Tes
Tes lisan diberikan pada saat proses pembelajaran.
Tes kinerja (performa) setelah proses pembelajaran.
Pengembur, Februari 2017
Mengetahui:
Guru Bahasa Indonesia Peneliti
Lalu Mahsyarudin, S.Pd Lalu Gde Muhamad S
NIP. 197712312003121019 NIM. E1C113069
Kepala Sekolah SMPN 4 Pujut
Fathurrohman, S.Pd. M.Pd
NIP. 196912311995121024
117
Lampiran 8 Artikel dan Tugas
Pengaruh Sinetroon Terhadap Remaja
Kondisi tayangan televisi cenderung memberi contoh buruk pada para remaja.
Sebenarnya, bukan karena para insan pertelevisian kita tidak bisa membuat sinetron
yang bagus. Bukan juga karena para produser tidak dapat membuat acara yang
bagus. Menurut mereka membuat sinetron yang realistis cenderung tidak laku.
Sinetron yang disukai remaja adalah sinetron yang mengumbar kemewahan atau
menebar horor. Acara yang disukai juga acara yang cenderung hura-hura dan
mengumbar hawa nafsu. Dengan demikian, pemilik TV juga cenderung
mengutamakan keuntungan dari pada mendidik remaja kita melalui layar kaca.
Padahal apa yang ditonton remaja akan mempengaruhi pola pikirnya. Menurut
Dadang Hawari apa-apa yang ditayangkan televisi secara terus menerus akan
membuat orang mengikutinya. Contohnya saja iklan kartu as dengan slogannya “aku
lagi galau”. Orang-orang ikut-ikutan menggunakan “aku lagi galau” dalam
perbincangan sehari-hari. Hal ini juga terjadi waktu orang berbondong-bondong
mengidentifikasikan diri dengan tokoh di televisi, misalnya orang beramai-
ramai mengikuti gaya Syahrini. Demikian juga orang akan terbawa untuk meniru
busana maupun gaya artis cantik tersebut.
Adapun usia remaja merupakan usia yang paling rawan terkena pengaruh.
Pada usia antara 13-18 tahun atau setingkat SMP-SMA itu anak-anak sangat rentan
untuk terpengaruh perilaku yang ditontonnya. Remaja juga rentan terlibat narkoba,
pergaulan bebas, dan sebagainya. Ada perubahan sistem hormonal yang
mempengaruhi alam pikir, rasa, dan perilakunya. Jadi, remaja yang gemar
menonton film dan sinetron yang serba memperbolehkan semua perilaku bebas,
akan beranggapan perilaku itu diperbolehkan. Maka kita harus lebih perhatian
menjaga mereka.
118
Menurutnya, jika sesuatu disampaikan berulang-ulang secara konsisten,
dengan pesan yang kurang lebih sama, bisa diprediksi akan terjadi perubahan
budaya sesuai yang disampaikan. Dia juga menekankan bahwa perilaku yang
ditiru remaja dan anak-anak tidak hanya sekedar bersifat fisik dan verbal. Tapi
lebih dari itu, mereka memang sudah dimasuki nilai-nilai yang dianut atau
diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film dan sinetron yang ditontonnya itu.
Setelah membaca teks di atas, kemudian tanggapilah (setuju, sanggahan atau
penolakan disertai bukti dan alasan) pendapat berikut!
1. Melihat tayangan TV tidak memberi dampak apa-apa bagi remaja karena
menonton TV hanya sebagai hiburan saja.
2. Para insan pertelevisian Indonesia belum dapat membuat sinetron atau film yang
bagus sehingga yang ditayangakan di TV hanya mengumbar kemewahan saja.
3. Remaja mudah terpengaruh oleh gaya tokoh artis yang disukainya dan meniru
perilaku tokoh tersebut.
119
Lampiran 9
120
121
Lampiran 10
122
123
Lampiran 11
124
b
125
Lampiran 12
Foto Dokumentasi
Saat guru mengecek daftar hadir siswa Guru memotivasi siswa
Guru menjelaskan materi Guru membimbing siswa dalam diskusi
126
Presentasi kelompok
Siwa bertanya dan menyampaikan sanggahan
Evaluasi kemampuan berbicara siswa
127
Lampiran 13
128
Lampiran 14
129
Lampiran 15
130
Lampiran 16
131
Lampiran 17