skripsi eca triani pskg universitas sriwijaya palembang 2012

66
PREVALENSI MUCOCELE DAN RANULA DI POLI GIGI DAN MULUT RSUP DR. MOHAMMAD HUSEN PALEMBANG PERIODE JANUARI 2009 - JUNI 2012 SKRIPSI Oleh : E C A T R I A N I 0 4 0 8 1 0 0 4 0 5 3 Pembimbing 1 : Drg. ADIPRABOWO JAKTIONO, SpBM Pembimbing 2 : Drg. PURWANDITO PUJORAHARJO 1

Upload: rahmad-ade-irawan

Post on 03-Aug-2015

364 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

SKRIPSIPREVALENSI MUCOCELE DAN RANULA DI POLI GIGI DAN MULUT RSUP DR MOH HUSEN PALEMBANG PERIODE JANUARI 2009-JUNI 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

PREVALENSI MUCOCELE DAN RANULA DI POLI GIGI DAN MULUT

RSUP DR. MOHAMMAD HUSEN PALEMBANG

PERIODE JANUARI 2009 - JUNI 2012

SKRIPSI

Oleh :

E C A T R I A N I

0 4 0 8 1 0 0 4 0 5 3

Pembimbing 1 : Drg. ADIPRABOWO JAKTIONO, SpBM

Pembimbing 2 : Drg. PURWANDITO PUJORAHARJO

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG

2012

1

Page 2: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak lesi di dalam rongga mulut yang terjadi melibatkan kelenjar saliva.

Contoh lesi di dalam rongga mulut yang melibatkan kelenjar saliva adalah mucocele

dan ranula. Lesi tersebut menyebabkan terbentuknya massa atau pembengkakan yang

dapat menimbulkan gangguan dalam rongga mulut. Untuk mengatasi hal itu, dokter

gigi harus mampu mengenali gejala penyakit serta mengetahui perawatan yang harus

dilakukan.1

Mucocele muncul sebagai nodul asimtomatik, berwarna kebiruan, lunak, dan

berfluktuasi. Diameter mucocele 1 milimeter hingga beberapa centimeter, tetapi

umumnya berdiameter kurang dari 1 cm. Mucocele dilapisi oleh epitel membentuk

kubah tetapi ada pula yang tidak dilapisi oleh epitel. Mucocele terjadi tunggal dan

jarang secara bilateral. Mucocele terbentuk akibat trauma pada duktus kelenjar saliva

minor, serta dapat terjadi karena obat-obatan yang memiliki efek mengentalkan

ludah. Manifestasi klinis dapat bervariasi tergantung pada ukuran. Lokasi paling

umum adalah bibir bawah antara garis tengah dan komisura, tetapi dapat timbul juga

di lokasi lain seperti mukosa pipi, palatum, dasar mulut, dan ventral lidah.1-5

Cohen dan kawan-kawan,5 mengamati bahwa dari 63 kasus mucocele, 82%

ditemukan di bibir bawah, 8% pada mukosa bukal, 3% di daerah retromolar dan 1%

di palatum. Armed Forces Institute of Pathology,5 mengumpulkan 2.339 data tentang

1

Page 3: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

kasus mucocele dan menemukan bahwa 33,0% terjadi di bibir bawah, 7,7% pada

mukosa bukal, 6,3% di dasar mulut, 6,1% di lidah dan hanya 0,4% di bibir atas.5

Mucocele sering terjadi pada individu muda.6 Di Santo Paulo, Brazil pada

tahun 1991 hingga 2006, dari 104 pasien mucocele terdapat 36 pasien (34,6%)

berusia kurang dari 15 tahun dan yang termuda berusia 2 tahun.6 Penelitian lain dari

Yamasoba dan kawan-kawan,6 melaporkan 70 pasien mucocele berusia 2-63 tahun

dengan 70% pasien berusia kurang dari 20 tahun. Oliveira dan kawan-kawan juga

melaporkan dari 112 pasien mucocele, 62% berusia kurang dari 20 tahun.6

Frekuensi Mucocele berdasarkan predileksi jenis kelamin tidak ada

perbedaan.7,8 Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa mucocele lebih banyak

terjadi pada laki-laki daripada perempuan, tetapi ada pula hasil penelitian yang

menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Penelitian dari

Rumah Sakit Nepal periode Januari 2009 - Juni 2010,9 melaporkan 21 kasus

mucocele, 12 kasus (57%) adalah laki-laki dan 9 kasus (43%) adalah perempuan.

Penelitian serupa dari Departemen Kesehatan di Milano periode tahun 1994-2008

terdapat 158 kasus mucocele, 93 kasus adalah laki-laki dan 65 kasus adalah

perempuan.10 Penelitin lain dari Santo Paulo Brazil, dari 36 pasien terdapat 26 orang

pasien adalah perempuan dan 10 orang laki-laki.6

Ranula merupakan suatu pembengkakan yang berisi mucin di dasar mulut.

Diameter berkisar 1-6 cm, mukosa terlihat menegang, berwarna kebiruan dan terlihat

seperti perut katak. Etiologi ranula belum diketahui tetapi diduga akibat trauma dan

aneurisma duktus kelenjar saliva mayor. Secara umum ranula dibedakan atas dua tipe

1

Page 4: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

yaitu ranula superfisial dan plunging ranula. Ranula superfisial tampak sebagai suatu

pembengkakan lunak, dapat ditekan, dan timbul dari dasar mulut sedangkan plunging

ranula adalah ranula yang menerobos di bawah otot milohiodeus dan menimbulkan

pembengkakan submental.2,4,11

Hasil penelitian dari Rumah Sakit Anak Valencia periode tahun 1998-2008

dari 57 pasien ranula, tiga puluh dua kasus ranula terletak di sisi kiri dasar mulut.

Diameter bervariasi yaitu 27 kasus berukuran 1-3 cm, 22 kasus kurang dari 1 cm, dan

8 kasus lebih dari 3 cm. Ranula muncul tanpa gejala, 54 kasus asimtomatik dan 3

kasus lain nyeri saat menelan.12

Ranula sering terjadi pada individu muda dan beberapa penelitian

menyebutkan ranula lebih sering terjadi pada perempuan.8,12,13 Penelitian dari Unit

Bedah Oral dan Maksilofasial Rumah Sakit Anak Valencia periode tahun 1998-2008

terdapat 57 pasien ranula, 21 anak laki-laki dan 36 anak perempuan dengan usia rata-

rata 5,1 tahun.12 Penelitian lain dari Unit Bedah Oral dan Maksilofasial Rumah Sakit

Al-Hada periode tahun 2005-2008 terdapat 24 kasus ranula, 10 kasus adalah laki-laki

dan 14 kasus adalah perempuan.8

Berdasarkan uraian di atas, masalah mucocele dan ranula harus lebih

diperhatikan oleh tenaga medis khususnya dokter gigi karena dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dan gangguan dalam rongga mulut. Pengetahuan masyarakat

mengenai mucocele dan ranula yang masih rendah juga mendorong penulis untuk

meneliti prevalensi mucocele dan ranula dengan melihat data rekam medik di Poli

Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 –

1

Page 5: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Juni 2012. Penulis memilih RSUP Dr. Mohammad Hoesin karena rumah sakit

tersebut merupakan rumah sakit rujukan terbesar di Sumatera Bagian Selatan,

sehingga dapat menjadi sumber informasi yang lengkap untuk dilakukan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

beberapa masalah, yaitu :

1. Berapa prevalensi mucocele di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr. Mohammad

Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012?

2. Berapa prevalensi mucocele berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut

RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012?

3. Berapa prevalensi mucocele berdasarkan umur di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr.

Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012?

4. Berapa prevalensi ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr. Mohammad Hoesin

Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012?

5. Berapa prevalensi ranula berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut RSUP.

Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012?

6. Berapa prevalensi ranula berdasarkan umur di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr.

Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012?

1

Page 6: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

1.3 Tujuan

1. Mengetahui prevalensi mucocele di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr. Mohammad

Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.

2. Mengetahui prevalensi mucocele berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut

RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.

3. Mengetahui prevalensi mucocele berdasarkan umur di Poli Gigi dan Mulut RSUP.

Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.

4. Mengetahui prevalensi ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP. Dr. Mohammad

Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.

5. Mengetahui prevalensi ranula berdasarkan jenis kelamin di Poli Gigi dan Mulut

RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.

6. Mengetahui prevalensi ranula berdasarkan umur di Poli Gigi dan Mulut RSUP.

Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 - Juni 2012.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Peneliti

Memperoleh pengetahuan tentang besarnya prevalensi mucocele dan ranula

serta mendapatkan pengalaman melaksanakan penelitian di Poli Gigi dan Mulut

RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

1

Page 7: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber referensi dan

acuan penelitian berikutnya, khususnya mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas

Sriwijaya.

1.4.3 Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran

mengenai mucocele dan ranula sehingga kasus-kasus tersebut dapat ditangani dengan

baik.

1.4.4 Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat memperoleh informasi yang

benar mengenai mucocele dan ranula serta dapat menghilangkan kebiasaan buruk

yang menjadi penyebab penyakit tersebut.

1

Page 8: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelenjar Saliva

2.1.1 Definisi

Kelenjar saliva terletak di sekitar mulut dan tenggorokan. Kelenjar saliva

berfungsi memproduksi saliva yang bermanfaat untuk membantu pencernaan,

mencegah mukosa mulut dari kekeringan, memberikan perlindungan pada gigi

terhadap karies serta mempertahankan homeostasis. Kelenjar saliva terbagi menjadi

kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari

kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (gambar 1).13,14

Gambar 1. Kelenjar Saliva13

1

Page 9: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

2.1.2 Klasifikasi

2.1.2.1 Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar saliva mayor terdiri dari:

1. Kelenjar parotis

Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral pada

permukaan otot masseter yang berada di belakang ramus mandibula, di

anterior dan inferior telinga. Kelenjar ini menghasilkan sekret serosa yang

akan disalurkan melalui duktus Stensen yang keluar dari sebelah anterior

kelenjar, yaitu sekitar 1,5 cm di bawah zigoma. Duktus ini memiliki panjang

sekitar 4-6 cm dan berjalan ke anterior menyilang pada otot masseter, berputar

ke medial dan menembus otot buccinator dan berakhir di seberang molar

kedua atas.13,15,16

2. Kelenjar submandibularis

Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah

kelenjar parotis. Kelenjar ini menghasilkan sekret mukus maupun serosa,

berada di submandibula yang pada bagian anterior dan posterior dibentuk oleh

otot digastrikus dan inferior oleh mandibula. Sekret dialirkan melalui duktus

Wharton yang keluar dari permukaan medial kelenjar dan berjalan di antara

otot milohyoid, dan otot hioglossus menuju otot genioglossus. Duktus ini

memiliki panjang kurang lebih 5 cm, berjalan bersama dengan nervus

hipoglossus di sebelah inferior dan nervus lingualis di sebelah superior,

kemudian berakhir di sebelah lateral frenulum lingual di dasar mulut.13,15

1

Page 10: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

3. Kelenjar sublingualis

Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar saliva mayor terkecil yang

mensekresi mukus. Kelenjar ini terletak pada dasar mulut antara mandibula

dan otot genioglossus di bagian lateral, sedangkan di bagian inferior dibatasi

oleh otot milohyoid.13,15

2.1.2.2 Kelenjar Saliva Minor

Kelenjar saliva minor merupakan kelenjar saliva berukuran kecil yang terletak

di dalam mukosa atau sub mukosa. Kelenjar saliva ini tersebar di regio bukal, labial,

palatum, lingual, dan juga dapat ditemukan pada superior tonsil palatina (kelenjar

Weber), pilar tonsilaris, serta di pangkal lidah. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama

berdasarkan lokasi atau nama pakar yang menemukan.13,15,16 Kelenjar saliva labial

terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus. Kelenjar

saliva bukal terdapat pada mukosa pipi. Kelenjar saliva Bladin-Nuhn atau yang sering

disebut kelenjar lingualis anterior terletak pada bagian bawah ujung lidah. Kelenjar

saliva Von Ebner terletak pada pangkal lidah, yang disebut juga kelenjar lingualis

posterior.16 Kelenjar saliva minor terutama menghasilkan cairan mukus, kecuali pada

kelenjar saliva Von Ebner yang menghasilkan cairan serosa.13,17

1

Page 11: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

2.2 Mucocele

2.2.1 Definisi

Mucocele merupakan lesi mukosa oral yang jinak. Mucocele adalah istilah

klinis yang digunakan untuk menggambarkan pembengkakan akibat saliva yang

tersumbat oleh trauma lokal atau mekanik.7,17 Lesi kelenjar saliva ini terbentuk akibat

terjadi ruptur pada kelenjar atau duktus kelenjar saliva minor.1,17 Mucocele dapat

terjadi di setiap lokasi yang terdapat kelenjar saliva minor, seperti di mukosa pipi,

palatum, dasar mulut, dan ventral lidah (gambar 2), tetapi lebih sering ditemukan di

bibir bawah (gambar 3).1-3,5,17

Gambar 2. Mucocele pada anterior median line permukaan ventral lidah6

Gambar 3. Mucocele di bibir bawah5

2.2.2 Etiologi

1

Page 12: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Mucocele terbentuk akibat trauma lokal atau mekanik pada duktus kelenjar

saliva minor, akumulasi mukus dalam duktus ekskresi yang tersumbat, dan obat-

obatan yang berefek mengentalkan ludah.6-8,10,17,18

Mucocele yang disebabkan oleh trauma lokal atau mekanik disebut mucocele

ekstravasasi mukus.6,7,10,17 Trauma lokal atau mekanik ini menyebabkan suatu duktus

terputus, diikuti oleh akumulasi mukus di luar duktus kelenjar saliva dalam jaringan

ikat.4 Trauma lokal atau mekanik ini dapat disebabkan karena trauma pada mukosa

mulut yang melibatkan duktus kelenjar saliva minor akibat pengunyahan atau

kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk ini misalnya kebiasaan menghisap mukosa bibir

antara gigi yang diastema, menggigit-gigit bibir, menggesek-gesekkan bagian ventral

lidah pada permukaan gigi rahang bawah dan pada anak yang memiliki kebiasaan

minum susu melalui botol atau dot.7

Mucocele yang diakibatkan karena akumulasi mukus dalam duktus ekskresi

yang tersumbat dan melebar disebut mucocele retensi mukus.7,10,17 Akumulasi mukus

dapat disebabkan karena batu kelenjar saliva (sialolith) yang menyebabkan obstruksi

pada kelenjar saliva minor. Obtruksi kelenjar saliva minor tersebut mengakibatkan

mukus terakumulasi, sehingga menimbulkan pembengkakan pada mukosa mulut yang

disebut mucocele.4,10,19

1

Page 13: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

2.2.3 Klasifikasi

Berdasarkan etiologi, mucocele dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:6,10

1. Mucocele ekstravasasi mukus dengan etiologi trauma lokal atau mekanik

yang memutuskan suatu duktus, diikuti oleh akumulasi mukus di luar duktus

kelenjar saliva dalam jaringan ikat.4,18,20

2. Mucocele retensi mukus dengan etiologi plug mukus yang tersumbat akibat

batu kelenjar saliva (sialolith) atau inflamasi pada mukosa mulut yang

menyebabkan duktus kelenjar saliva tertekan dan tersumbat secara tidak

langsung.8,20

2.2.4 Patogenesis

Mucocele terjadi karena sumbatan pada duktus kelenjar saliva minor.

Sumbatan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu trauma lokal atau mekanik

maupun karena akumulasi mukus yang tersumbat dalam duktus ekskresi. Kebiasaan

buruk seperti menggigit-gigit bibir, menghisap-hisap mukosa bibir, serta menggesek-

gesekkan bagian ventral lidah dapat menyebabkan ruptur pada duktus kelenjar saliva

minor. Duktus kelenjar saliva minor yang ruptur menyebabkan saliva keluar menuju

lapisan submukosa, sehingga cairan mukus terdorong dan hasil sekresi tertahan dan

terbentuk inflamasi yang mengakibatkan penyumbatan. Penyumbatan tersebut

menyebabkan pembengkakan lunak, berfluktuasi, translusen kebiruan pada mukosa

mulut yang disebut mucocele.1,21 Mucocele banyak ditemukan di bibir bawah, namun

1

Page 14: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

dapat juga ditemukan di bagian lain dalam mulut, seperti di palatum dan di mukosa

bukal 1,3,4,5,18

2.2.5 Gambaran Klinis

Mucocele sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, namun dapat juga

terjadi di segala usia termasuk bayi dan lansia.6 Mucocele memiliki gambaran klinis

yang khas, yaitu pembengkakan lunak berfluktuasi dan berwarna translusen kebiruan

(gambar 4).1,3,4,6 Sebagian besar mucocele tidak disertai sakit, namun cukup

mengganggu terutama pada saat pengunyahan dan berbicara. Mucocele berdiameter 1

milimeter hingga beberapa centimeter, beberapa literatur menuliskan diameter

mucocele umumnya kurang dari 1 cm.1,3-6,10,17

Gambar 4. Mucocele tampak lunak dan berwarna translusen kebiruan6

2.2.6 Histopatologis

Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstravasasi mukus berbeda dengan

tipe retensi mukus. Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstravasasi

memperlihatkan kelenjar yang dikelilingi oleh jaringan granulasi (gambar 5).22

1

Page 15: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Mucocele tipe retensi mukus menunjukkan kelenjar yang dikelilingi oleh epithel yaitu

stratified squamous epithelium (gambar 6).2,22

Gambar 5. Gambaran histopatologi mucocele tipe ekstravasasi mukus24

Gambar 6. Gambaran histopatologi mucocele tipe retensi mukus24

2.2.7 Diagnosa Banding

Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan

mucocele, yaitu lipoma, hemangioma, limfangioma, dan kista nasolabial.11 Riwayat

massa yang timbul, gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang yang akurat seperti

pemeriksaan laboratorium dan radiografi diperlukan untuk dapat membedakan

mucocele dengan penyakit-penyakit lain.23

2.2.7.1 Lipoma

1

Page 16: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Lipoma adalah tumor jinak dari jaringan lemak, dan relatif jarang terjadi

dalam rongga mulut. Gambaran klinis berupa tumor tanpa gejala yang jelas, berwarna

kekuningan atau merah muda, palpasi terasa lunak, kadang-kadang berfluktuasi, dan

memiliki ukuran bervariasi dari 0,5 cm sampai 3 cm. Lipoma dapat terjadi pada

perempuan maupun laki-laki antara usia 40 dan 60 tahun. Regio yang paling sering

terkena adalah mukosa bukal, dasar mulut, dan lidah.21

2.2.7.2 Hemangioma

Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari

sel-sel endotelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus meyebabkan

kelainan yang merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vaskular.

Hemangioma sering terjadi pada bayi dan anak-anak, dan lebih sering terjadi pada

perempuan. Hemangioma terbagi menjadi tiga jenis, yaitu hemangioma kapiler,

hemangioma kavernosum, dan hemangioma campuran. Hemangioma kapiler tampak

sebagai bercak merah menyala, tegang, berbentuk lobular, berbatas tegas, yang dapat

timbul pada berbagai tempat di tubuh. Berbeda dengan hemangioma kapiler, lesi pada

hemangioma kavernosum tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau

nodus yang berwarna merah sampai ungu, bila ditekan mengempis dan akan cepat

mengembung kembali apabila tekanan dihilangkan. Hemangioma campuran

merupakan gabungan dari jenis kapiler dan jenis kavernosum. Lesi berupa tumor

yang lunak, berwarna merah kebiruan, serta pada masa perkembangan dapat

memberikan gambaran keratotik dan verukosa. Hemangioma campuran ini sering

ditemukan pada ekstremitas inferior dan unilateral.24

1

Page 17: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

2.2.7.3 Limfangioma

Limfangioma adalah tumor jinak dari saluran limfatik yang terjadi pada masa

awal kehidupan, tanpa predileksi jenis kelamin. Limfangioma dapat terjadi pada kulit

atau membran mukosa, tetapi paling banyak terjadi di dalam rongga mulut yaitu pada

permukaan dorsal dan lateral anterior lidah, bibir dan mukosa bibir. Limfangioma

superfisial yang berukuran kecil mempunyai tonjolan-tonjolan papil tak teratur yang

menggambarkan suatu papiloma. Papiloma tersebut lunak serta dapat ditekan dan

memiliki warna yang bervariasi dari merah muda normal sampai keputih-putihan,

sedikit translusen atau biru.4

2.2.7.4 Kista Nasolabial

Kista nasolabial adalah kista jaringan lunak yang langka dan tumbuh terbatas

hanya di jaringan lunak vestibulum regio anterior maksila, di bawah hidung regio

nasolabial crest.2 Pasien kista nasolabial tampak ada pembengkakan pada bibir,

sehingga kartilago alar terangkat dan tampak meluas hingga ke dasar hidung serta

sulkus labialis.1 Pasien kadang mengeluh hidung tersumbat, tidak nyaman, atau

kesulitan dalam menggunakan gigi tiruan. Kista ini sering terjadi pada perempuan,

antara usia 40 sampai 50 tahun.20

2.2.8 Diagnosa dan Perawatan

1

Page 18: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Upaya menegakkan diagnosa mucocele harus dilakukan prosedur-prosedur

yang meliputi beberapa tahap. Tahap-tahap itu meliputi anamnesa pasien,

pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan ekstra oral dan

pemeriksaan intra oral, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan radiografi apabila diperlukan.23

Perawatan mucocele dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan

gangguan fungsi rongga mulut yang dirasakan pasien akibat ukuran dan keberadaan

massa..7,17 Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan

perawatan bedah. Penanggulangan faktor penyebab bertujuan untuk menghindari

terjadi rekurensi. Rata-rata mucocele dengan etiologi trauma akibat kebiasaan buruk

maupun trauma mekanik dapat menyebabkan rekurensi walaupun sudah pernah

dilakukan perawatan bedah jika kebiasaan buruk tidak dihilangkan.1,2

Pembedahan pada mucocele dilakukan dengan cara eksisi (gambar 8). Eksisi

dilakukan dengan anestesi lokal, dan dilakukan dengan hati-hati agar lesi tidak pecah

sehingga pembuangan tidak menjadi rumit.25 Mucocele ekstravasasi mukus tidak

memiliki epithel dan apabila pecah maka lesi mucocele akan sulit dilihat. Lesi

mucocele dapat dengan mudah dibuang jika massa tetap utuh, dan penjahitan

dilakukan untuk penutupan luka (gambar 9).2,25

1

Page 19: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Gambar 7. Lesi mucocele26

Gambar 8. Pembuangan lesi mucocele26

Gambar 9. Penjahitan lesi26

1

Page 20: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Gambar 10. Mucocele yang telah dibuang dari mukosa mulut26

Ranula

Definisi

Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mucocele yang terletak

di dasar mulut.1,2,4,7,17 Kata ranula berasal dari bahasa latin rana yang berarti perut

katak, karena ranula menyerupai bentuk tenggorokan bagian bawah dari

katak.1,2,4,7,10,,27 Ranula merupakan pembengkakan dasar mulut yang berhubungan dan

melibatkan kelenjar sublingualis atau kelenjar submandibula. Ukuran ranula dapat

membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan mengganggu fungsi bicara,

mengunyah, menelan, dan bernafas.4,27

Etiologi

Etiologi ranula tidak diketahui namun diduga akibat trauma, obstruksi

kelenjar saliva, dan aneurisma duktus kelenjar saliva.4 Ranula terbentuk sebagai

akibat sumbatan pada aliran saliva melalui duktus ekskretori mayor yang membesar

1

Page 21: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

atau terputus dari kelenjar sublingual (duktus Bartholini) atau kelenjar submandibula

(duktus Wharton).2,4

Klasifikasi

Berdasarkan letak, ranula dibedakan menjadi dua, yaitu:4

1. Ranula superfisial

Ranula superfisial disebut juga dengan oral ranula merupakan ranula yang

terbentuk karena obstruksi duktus kelenjar saliva tanpa diikuti dengan duktus

yang ruptur. Letak ranula superfisial tidak melewati submandibula, dengan

kata lain tidak menerobos atau berpenetrasi ke otot milohioideus.4,28

2. Plunging ranula

Plunging ranula merupakan ranula yang terbentuk akibat terjadi ruptur pada

duktus kelenjar saliva yang kemudian menerobos di bawah otot milohiodeus

dan menimbulkan pembengkakan submental.4,28

Patogenesis

Patogenesis ranula superfisial terbagi menjadi dua konsep. Pertama akibat

obstruksi duktus saliva dan kedua pembentukan massa yang diakibatkan oleh trauma

pada duktus.27 Obstruksi duktus saliva dapat disebabkan oleh batu kelenjar saliva

(sialolith), malformasi kongenital, dan lain-lain.8

Patogenesis plunging ranula yang berpenetrasi ke otot milohioideus terjadi

karena sekresi mukus mengalir ke arah leher melalui otot milohioideus dan menetap

1

Page 22: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

di dalam jaringan fasial sehingga terjadi pembengkakan yang difus pada bagian

lateral atau submental leher. Sekresi saliva yang terus berlangsung pada kelenjar

sublingual akan menyebabkan akumulasi mukus sehingga terjadi pembesaran massa

secara konstan.8

Gambaran Klinis

Ranula merupakan massa lunak yang berfluktusi, berwarna translusen

kebiruan, dan terletak di dasar mulut atau bagian bawah lidah (gambar 11).2,4,12

Ranula tidak diikuti rasa sakit, berdiameter 1-6 cm dan mukosa terlihat menegang.2,4

Ranula yang semakin membesar akan membuat mulut pasien terasa penuh dan lidah

terangkat ke atas. Apabila tidak segera diatasi akan terus mengganggu fungsi bicara,

mengunyah, menelan, dan bernafas.12 Plunging ranula yang terbentuk akibat terjadi

ruptur pada duktus kelenjar saliva yang kemudian menerobos di bawah otot

milohiodeus akan menimbulkan pembengkakan submental (gambar 12).4,29,30

Gambar 11. Ranula di dasar mulut12

1

Page 23: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Gambar 12. Plunging ranula yang menimbulkan pembengkakan submental30

Histopatologi

Dilihat secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan

epitel dan dinding ranula terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai jaringan

granulasi. Dinding ranula didominasi oleh histiosit dan juga dijumpai mucin (gambar

14).27

Gambar 13. Gambaran histopatologi ranula31

1

Page 24: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Diagnosa Banding

Beberapa penyakit mulut memiliki kemiripan gambaran klinis dengan ranula,

yaitu kista dermoid, sialolithiasis, kista duktus tiroglosus, dan kista higroma.

Gambaran klinis serta hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

akurat dibutuhkan untuk membedakan ranula dengan penyakit-penyakit tersebut.23

Kista Dermoid

Kista dermoid merupakan kista yang memiliki ciri khas berupa bentukan-

bentukan jaringan dermis seperti folikel rambut, kelenjar keringat, atau kelenjar

sebaceous. Kista ini dapat ditemukan pada bayi baru lahir, tetapi umumnya

ditemukan pada usia 15 sampai 35 tahun. Lokasi yang paling umum terjadi adalah di

midline dasar mulut dan dapat menyebabkan pembengkakan di regio leher.2,4 Pasien

kista dermoid ditemukan pembengkakan di dasar mulut sampai menyebabkan lidah

terangkat, sehingga mengalami kesulitan berbicara, makan, bernafas, dan menutup

mulut.2

Sialolithiasis

Sialolithiasis merupakan pengerasan kompleks kalsium di dalam duktus saliva

yang menyumbat aliran saliva sehingga dapat menyebabkan pembengkakan di dasar

mulut. Pembentukan sialolit terjadi paling sering pada usia lebih dari 25 tahun, dua

kali lebih sering pada laki-laki daripada perempuan dan kelenjar submandibula yang

paling sering terlibat. Sialolit berbentuk oval dan licin atau memiliki permukaan yang

tidak teratur. Penyumbatan aliran saliva oleh sialolit akan mengakibatkan

pembengkakan dasar mulut yang keras, nyeri, dan sakit. Pembengkakan dapat meluas

1

Page 25: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

di sepanjang aliran duktus ekskretoris dan berlangsung selama berjam-jam atau

berhari-hari, tergantung pada penyumbatan.4

Kista Duktus Tiroglosus

Kista duktus tiroglosus merupakan kista yang banyak ditemukan di regio

leher, timbul karena infeksi pada saluran pernapasan, sakit ketika dipalpasi, dan

kadang sampai terjadi abses dan drainase spontan berupa pus. Kista ini ditemukan

sebagai massa bulat di regio tulang hyoid dan terlihat bergerak pada waktu proses

menelan. Gerakan pada proses menelan tersebut terjadi karena sebagian massa kista

melekat pada tulang hyoid. Kista duktus tiroglosus ini tumbuh dari sisa-sisa sel epitel

embrionik rongga mulut yang membentuk kelenjar tiroid.2

Kista Higroma

Kista higroma merupakan pertumbuhan abnormal yang berakibat pada dilatasi

saluran limfe. Kista higroma sering terjadi di daerah wajah dan leher, dan dapat juga

muncul di bagian tubuh yang lain. Bagian wajah yang terlibat akan terjadi

pembengkakan, tidak sakit dan lunak, sedangkan daerah kulit yang terlibat berwarna

kebiruan dan bengkak yang transilluminasi. Kista ini ditemukan saat lahir dan

kepastian diagnosa ditegakkan sebelum usia dua tahun.2,4

Diagnosa dan Perawatan

Beberapa prosedur yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa ranula

meliputi beberapa tahap, yaitu anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan

1

Page 26: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

ekstra oral dan intra oral. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium

dan radiografi. 24

Perawatan yang dilakukan meliputi penanggulangan faktor penyebab dan

pembedahan. Penanggulangan faktor penyebab dimaksudkan untuk menghindari

rekurensi.17 Pembedahan massa ranula dilakukan dengan marsupialisasi.

Marsupialisasi adalah membuka sebagian dinding ranula dengan tujuan melakukan

dekompresi agar secara perlahan ranula semakin mengecil dan menghilang.2,27

Marsupialisasi ranula dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:21,29,32

1) Anastesi blok kemudian lakukan aspirasi untuk membantu menegakkan

diagnosa sementara ranula.

2) Insisi pada ranula dan membuat preparasi akses dengan pisau bedah (scalpel).

3) Membuang cairan ranula dan bila mungkin dilakukan pemeriksaan visual

pada lapisan jaringan ranula yang tersisa (gambar 16).

4) Ranula dieksisi dan rongga kosong hasil insisi dibersihkan (gambar 17).

5) Menutup rongga kosong hasil insisi dengan kassa iodoform yang telah

dioleskan benzoin atau salep antibiotik.

6) Menjahit batas dinding ranula sekitar kavitas pada mukosa mulut dengan

jahitan terputus dan dijahit ke dinding samping insisi (gambar 18).

1

Page 27: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Gambar 14. Lesi ranula32

Gambar 15. Membuang cairan ranula32

Gambar 16. Eksisi ranula marsupialisasi32

1

Page 28: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Gambar 17. Penjahitan pasca operasi marsupialisasi32

Gambar 18. Kontrol 14 hari pasca operasi32

2.4 Prevalensi

2.4.1 Definisi

Prevalensi merupakan jumlah total penyakit tertentu yang terjadi pada periode

waktu tertentu di wilayah tertentu.33-36 Prevalensi ditekankan pada keberadaan jumlah

penderita di dalam suatu populasi pada suatu titik waktu tertentu atau dalam suatu

periode waktu tertentu. Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya insidensi dan

lamanya sakit. Lamanya sakit adalah suatu periode mulai dari didiagnosanya suatu

penyakit hingga berakhirnya penyakit tersebut yaitu sembuh, kronis, atau mati.33,34,36

1

Page 29: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Manfaat Prevalensi :33,34

1. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit.

2. Mendeskripsikan beban penyakit pada populasi.

3. Mendeskripsikan status penyakit pada populasi.

4. Menafsirkan frekuensi paparan.

5. Menafsirkan kebutuhan pelayanan kesehatan untuk individu-individu yang

terkena penyakit.

6. Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan, misalnya penyediaan

obat-obatan, tenaga kesehatan, dan ruangan.

7. Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa.

8. Digunakan untuk keperluan administratif lainnya.

2.4.2 Klasifikasi Prevalensi

Prevalensi terbagi atas 2 bagian yaitu :33,36

1. Periode prevalensi

Periode prevalensi mencakup total individu yang pernah mengalami penyakit

yang menjadi sorotan pada satu titik dalam periode waktu tertentu. Periode prevalensi

dimulai pada satu titik waktu dan berhenti pada satu titik waktu. Semua orang dengan

penyakit yang telah diderita pada periode waktu sebelumnya atau menjadi sakit pada

akhir periode waktu dimasukkan dalam perhitungan. Perhitungan periode prevalensi

memasukkan kasus baru yang terjadi selama periode waktu studi, serta kekambuhan

(rekurensi) penyakit selama satu periode yang berurutan (biasanya satu tahun). Nilai

1

Page 30: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

periode prevalensi ini berhubungan dengan besar insidensi dan lama sakit, selain itu

untuk menghitung rata-rata digunakan jumlah penduduk pada waktu tertentu.33,36

2. Poin prevalensi

Poin prevalensi merupakan jumlah kasus individu yang mengalami suatu

penyakit atau kesakitan pada satu titik waktu yang spesifik atau jumlah kasus yang

ada pada satu titik waktu. Poin prevalensi meningkat pada imigrasi penderita,

emigrasi orang sehat, imigrasi tersangka penderita atau mereka dengan risiko tinggi

untuk menderita, masa sakit meningkat, dan jumlah penderita baru meningkat. Poin

prevalensi menurun pada imigrasi orang sehat, emigrasi penderita, angka kesembuhan

meningkat, angka kematian meningkat, jumlah penderita baru menurun, masa sakit

jadi pendek.33,36

BAB III

METODE PENELITIAN

1

Page 31: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah deskriptif survei dengan mengidentifikasi

data sekunder dari buku register dan rekam medik pasien dengan kasus mucocele dan

ranula yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan umur pada Poli Gigi dan

Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 10 - 17 september 2012.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang datang berobat dan

tercatat dalam buku register pasien di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012.

3.3.2 Sampel Penelitian

1

Page 32: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah pasien dengan kasus mucocele

dan ranula dalam periode Januari 2009 – Juni 2012.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling

yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan yaitu kasus mucocele

dan ranula.

3.5 Variabel Penelitian

1. Mucocele

2. Ranula

3. Jenis Kelamin

4. Umur

3.6 Definisi Operasional

VariabelDefinisi

OperasionalAlat Ukur Cara Ukur Hasil ukur

Skala ukur

MucocelePembengkakan lunak, berwarna translusen kebiruan, ukuran 1 milimeter hingga beberapa centimeter tetapi umumnya < 1 cm, dapat muncul di lidah, bibir atas, palatum, mukosa bukal, tetapi paling umum dibibir bawah.

Check List Observasional Sakit atau tidak sakit

Nominal

1

Page 33: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Ranula Pembengkakan lunak, berwarna translusen kebiruan, mukosa terlihat menegang, ukuran 1-6 cm, terletak pada dasar mulut.

Check List Observasional Sakit atau tidak sakit

Nominal

Umur Lama waktu hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan.

Check List Observasional Umur < 20 tahun

Umur 20 -40 tahun

Umur > 40 tahun

Interval

Jenis Kelamin

Perbedaan anatomi dan fisiologis antara laki-laki dan perempuan.

Check List Observasional Laki-laki Perempuan

Nominal

3.7 Cara Kerja

Sampel diperoleh dari buku register dan rekam medik pasien yang datang

berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode

Januari 2009 – Juni 2012. Data yang diperoleh dikumpulkan menurut variabel.

3.8 Cara Penyajian Data

Data yang telah dikumpulkan dikalkulasikan berdasarkan variabel dan diolah

dengan membuat tabel distribusi prevalensi dan dipresentasikan dalam bentuk

persentase.

BAB IV

1

Page 34: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pasien yang datang berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang pada periode Januari 2009 – Juni 2012 berjumlah 32.403 orang.

Jumlah pasien yang datang berobat setiap tahun dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Pasien di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang Periode Januari 2009 – Juni 2012.

Periode Jumlah Pasien

Januari 2009 – Desember 2009 8.408

Januari 2010 – Desember 2010 8.342

Januari 2011 – Desember 2011 9.918

Januari 2012 – Juni 2012 5.735

Jumlah 32.403

Tabel di atas memperlihatkan jumlah pasien yang berkunjung ke Poli Gigi dan

Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin setiap tahunnya yaitu pada tahun 2009

sebanyak 8.408 orang, tahun 2010 sebanyak 8.342 orang, pada tahun 2011 sebanyak

9.918 orang, dan pada Januari - Juni 2012 berjumlah 5.735 orang.

Data pasien dengan kasus mucocele dan ranula didapatkan dari catatan rekam

medik di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang yang

1

Page 35: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

kemudian dikalkulasikan menurut variabelnya. Kasus mucocele dan ranula ini adapun

variabel yang diambil adalah jenis kelamin dan umur.

Tabel 2. Prevalensi Kasus Mucocele dan Ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2009– Juni 2012.

Periode

Mucocele Ranula

JumlahPersentase

(%)Jumlah

Persentase

(%)

Januari-

Desember 200926 0,31 10 0,12

Januari-

Desember 201024 0,29 4 0,05

Januari-

Desember 201149 0,49 8 0,08

Januari-Juni

201210 0,19 2 0,03

Jumlah 109 0,34 24 0,07

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 32.403 pasien yang datang ke Poli Gigi dan

Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dalam periode Januari 2009 – Juni

2012 terdapat kasus mucocele yaitu sebesar 109 pasien dengan jumlah pasien terbesar

pada tahun 2011 sebanyak 49 pasien (0,49%), sedangkan untuk kasus ranula yaitu

sebesar 24 pasien dengan jumlah pasien terbesar pada tahun 2009 berjumlah 10

pasien (0,12%).

1

Page 36: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Tabel 3. Prevalensi Kasus Mucocele dan Ranula Berdasarkan Jenis Kelamin di Poli Gigi

dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2009 – Juni

2012.

Jenis Kelamin

Mucocele Ranula

JumlahPersentase

(%)Jumlah

Persentase

(%)

Laki-laki 45 41,28 9 37,50

Perempuan 64 58,71 15 62,50

Jumlah 109 100 24 100

Tabel 3 menunjukkan prevalensi kasus mucocele dan ranula berdasarkan

pedileksi jenis kelamin. Tabel tersebut menunjukkan dari 109 kasus mucocele di Poli

Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 –

Juni 2012 ditemukan 45 pasien berjenis kelamin laki-laki (41,28%) dan 64 pasien

berjenis kelamin perempuan (58,71%), sedangkan untuk kasus ranula diperoleh 24

kasus, 15 pasien berjenis kelamin perempuan (62,50%) dan 9 pasien berjenis kelamin

laki-laki (37,50%).

1

Page 37: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Tabel 4. Prevalensi Kasus Mucocele dan Ranula Berdasarkan Umur di Poli Gigi dan Mulut

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2009 – Juni 2012.

Umur

Mucocele Ranula

JumlahPersentase

(%)Jumlah

Persentase

(%)

< 20 79 72,48 12 50,00

20-40 16 14,68 7 29,17

> 40 14 12,84 5 20,83

Jumlah 109 100 24 100

Tabel 4 menunjukkan prevalensi kasus mucocele dan ranula berdasarkan

tingkatan umur. Prevalensi mucocele terbanyak pada umur < 20 tahun sebanyak 79

pasien (72,48%), pada umur 20-40 tahun sebesar 16 pasien (14,68%), dan pada umur

> 40 tahun berjumlah 14 pasien (12,84%). Prevalensi ranula terbanyak pada umur <

20 tahun sebesar 12 pasien (50,00%), kemudian pada umur 20-40 tahun sebanyak 7

pasien (29,17%), dan pada umur > 40 tahun berjumlah 5 pasien (20,83%).

4.2 Pembahasan

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di Poli Gigi dan Mulut RSUP

Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Sumber data adalah buku register dan kartu

rekam medik pasien dengan kasus mucocele dan ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP

Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012.

1

Page 38: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Penelitian mengenai mucocele dan ranula ini dapat dikembangkan lebih lanjut

dengan menambahkan mengenai lokasi lesi, hubungan dengan tingkat pendidikan dan

pekerjaan, serta rencana perawatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan karena

dengan meneliti tentang hal tersebut dapat diketahui kebiasaan buruk yang paling

sering dilakukan di rongga mulut pasien, kaitannya dengan pengetahuan dan sosial

ekonomi pasien, dan mengetahui perawatan apa yang sering dilakukan sehingga dapat

membuat rencana perawatan yang paling tepat kepada pasien. Akan tetapi, hal

tersebut memiliki kendala yaitu pengisian status pasien di buku register dan kartu

rekam medik kurang lengkap.

Tabel 1 menunjukkan jumlah pasien yang datang ke Poli Gigi dan Mulut

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 adalah

sebanyak 32.403 pasien. Jumlah pasien pada tahun 2009 sebesar 8.408 orang, tahun

2010 sebanyak 8.342 orang, tahun 2011 berjumlah 9.918 orang, dan pada Januari-

Juni 2012 berjumlah 5.735 orang.

Data pasien yang diambil sebagai sampel penelitian sebaiknya dilakukan

selama 5 tahun karena penyimpanan kartu rekam medik pasien paling lama disimpan

dalam periode tersebut, selain itu sampel yang akan diperoleh akan lebih banyak

sehingga data akan lebih lengkap. Periode pengambilan sampel pada penelitian ini

dilakukan selama 3,5 tahun yaitu periode Januari 2009 – Juni 2012, hal ini

dikarenakan pengambilan data pada periode 5 tahun tidak dapat dilakukan sebab data

pada tahun 2007 dan 2008 tidak lengkap. Data yang tidak lengkap disebabkan karena

terdapat perubahan sistem pencatatan manual menjadi sistem komputerisasi dan buku

1

Page 39: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

registrasi pasien bulan April – Desember tahun 2007 dan bulan Januari – November

tahun 2008 hilang.

Jumlah seluruh pasien yang datang berobat ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr.

Mohammad Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 berjumlah 32.403

pasien dengan kasus mucocele sebanyak 109 pasien dan kasus ranula sebesar 24

pasien. Jumlah kasus mucocele dan ranula yang diperoleh dalam periode 3,5 tahun,

yaitu Januari 2009 – Juni 2012 menunjukkan bahwa di Sumatera Selatan khususnya

Palembang kasus tersebut cukup menonjol untuk kasus pembengkakan yang

melibatkan kelenjar saliva.

Prevalensi kasus mucocele dan ranula berdasarkan predileksi jenis kelamin

menunjukkan bahwa pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki, yaitu dari

109 kasus mucocele terdapat 41,28% berjenis kelamin laki-laki dan 58,71% berjenis

kelamin perempuan, sedangkan untuk kasus ranula yang berjumlah 24 pasien,

62,50% berjenis kelamin perempuan dan 37,50% berjenis kelamin laki-laki.

Hasil penelitian tentang mucocele berdasarkan predileksi jenis kelamin

didapatkan bahwa pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki, hal ini sama

dengan beberapa penelitian sebelumnya.6,37,38 Hasil penelitian lain yang dilakukan

Rashid dkk di Rumah Sakit Penang periode Januari 2000 – Desember 2005

menunjukkan jumlah pasien laki-laki lebih besar daripada perempuan.3 Penelitian dari

Mustafa IZ dan Boucree SA menyatakan bahwa prevalensi kasus mucocele tidak ada

perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.8

1

Page 40: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

Hasil penelitian tentang ranula berdasarkan predileksi jenis kelamin

didapatkan bahwa pasien perempuan lebih banyak daripada laki-laki, hal ini sama

dengan beberapa penelitian sebelumnya.9,12,38 Penelitian lain oleh Krol DM dan Keels

MA menyatakan bahwa ranula tidak memiliki perbedaan predileksi jenis kelamin

antara laki-laki dan perempuan.7

Beberapa penelitian tentang mucocele dan ranula menunjukkan hasil yang

sama dengan penelitian ini, yaitu mucocele dan ranula lebih banyak terjadi pada

perempuan dibandingkan laki-laki.9,10,12,37,38 Hal ini berkaitan dengan faktor etiologi

mucocele dan ranula karena trauma lokal akibat stres. Perempuan secara psikologis

lebih mudah stres dibandingkan laki-laki sehingga perempuan lebih rentan untuk

melakukan kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit bibir, menghisap mukosa bibir

antara gigi yang diastema, dan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah untuk

mengalihkan stres dan kepanikan.5,22,25,27 Selain itu, perempuan lebih memperhatikan

kesehatan dan estetika dibandingkan laki-laki sehingga apabila terdapat kelainan yang

mengganggu kenyamanan atau penampilan di dalam rongga mulut, perempuan

cenderung segera ingin melakukan perawatan dibandingkan laki-laki yang lebih

memilih membiarkan lesi tersebut pecah sendiri.25,31

Prevalensi kasus mucocele dan ranula berdasarkan tingkatan umur sering

terjadi pada usia muda. Hasil penelitian yang dilakukan di Poli Gigi dan Mulut

RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari – Juni 2012 menunjukkan

bahwa kasus mucocele dan ranula sering terjadi pada pasien berumur < 20 tahun.

Persentase pasien mucocele pada umur < 20 tahun adalah 72,47%, pada umur 20-40

1

Page 41: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

tahun sebesar 14,67%, dan pada umur > 40 tahun sebanyak 12,84%. Prevalensi ranula

terbanyak pada umur < 20 tahun yaitu 50,00%, kemudian pada umur 20-40 tahun

sebesar 29,16%, dan pada umur > 40 tahun sebanyak 20,83%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut besarnya prevalensi kasus mucocele

dan ranula berdasarkan tingkatan umur sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu

yang menyatakan bahwa mucocele dan ranula banyak terjadi pada usia muda < 20

tahun.38,39 Hasil penelitian serupa tentang mucocele dilakukan di Santo Paulo, Brazil

pada tahun 1991-2006, dari 104 pasien mucocele terdapat 36 pasien (34,6%) berusia

kurang dari 15 tahun dan yang termuda berusia 2 tahun.6 Penelitian tentang ranula

yang dilakukan di Rumah Sakit Anak Valencia periode tahun 1998-2008

menunjukkan bahwa pasien yang datang berobat berusia rata-rata 5,1 tahun.12 Hasil

penelitian serupa yang ditemukan di China pada tahun 2009 bahwa ranula sering

terjadi pada usia 3-16 tahun.25

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut dapat diketahui bahwa faktor usia

berhubungan dengan jumlah kasus mucocele dan ranula. Hal ini berkaitan dengan

faktor etiologi mucocele dan ranula yang banyak terjadi pada usia muda, yaitu karena

trauma lokal akibat stres psikologis sehingga menyebabkan seseorang melakukan

kebiasaan buruk seperti menggigit-gigit bibir, menghisap mukosa bibir antara gigi

yang diastema, dan menggesek-gesekkan bagian ventral lidah.5,25,27

Faktor perkembangan mental turut mempengaruhi angka kejadian mucocele

dan ranula pada usia muda. Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, sehingga pada orang tua cenderung dapat mengalihkan

1

Page 42: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

beban psikologis yang dialami karena memiliki kematangan dalam berpikir dan

pengalaman hidup dibandingkan pada usia muda.13,25 Faktor anatomis yang ikut

berperan dalam pembentukan lesi mucocele dan ranula adalah produksi saliva.

Semakin tua umur seseorang maka produksi saliva akan semakin menurun, sehingga

pada orang tua apabila terjadi trauma pada duktus kelenjar saliva maka akumulasi

saliva akan menjadi lebih lama atau bahkan sulit terjadi karena orang tua cenderung

mengalami xerostomia. Selain itu, pada anak-anak dapat terjadi trauma akibat

kebiasaan minum susu botol atau dot, trauma akibat gigi radiks, dan kebiasaan

menghisap mukosa antara gigi permanen yang belum tumbuh.7,15

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1

Page 43: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa

di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode Januari

2009 – Juni 2012 :

1. Pasien yang berkunjung ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 berjumlah 32.403

orang dengan kasus mucocele sebanyak 109 orang ( 0,34% ) dan kasus

ranula sebesar 24 orang ( 0,07% ).

2. Jumlah kasus mucocele di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 sebanyak 109 pasien

dengan jumlah pasien terbesar pada tahun 2011 yaitu 49 pasien (0,49%).

3. Jumlah kasus ranula di Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Mohammad

Hoesin Palembang periode Januari 2009 – Juni 2012 sebanyak 24 pasien

dengan jumlah pasien terbesar pada tahun 2009 yaitu 10 pasien (0,12%).

4. Prevalensi kasus mucocele berdasarkan jenis kelamin menunjukkkan 45

pasien berjenis kelamin laki-laki (41,28%) dan 64 pasien perempuan

(58,71%).

5. Prevalensi kasus ranula berdasarkan jenis kelamin menunjukkan 9 pasien

berjenis kelamin laki-laki (37,50%) dan 15 pasien perempuan (62,50%).

6. Prevalensi kasus mucocele berdasarkkan umur menunjukkan kasus

terbanyak pada umur < 20 tahun sebesar 79 pasien (72,48%), pada umur

1

Page 44: Skripsi Eca Triani PSKG Universitas Sriwijaya Palembang 2012

20-40 tahun sebanyak 16 pasien (14,68%), dan pada umur > 40 tahun

berjumlah 14 pasien (12,84%).

7. Prevalensi kasus ranula terbanyak pada umur < 20 tahun sebesar 12 pasien

(50,00%), kemudian pada umur 20-40 tahun sebanyak 7 pasien (29,17%),

dan pada umur > 40 tahun berjumlah 5 pasien (20,83%).

5.2 Saran

1. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan

menambahkan tentang lokasi lesi, hubungan dengan tingkat pendidikan

dan pekerjaan, serta rencana perawatan.

2. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat secara lebih intensif untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin sehingga

dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang menjadi penyebab lesi

mucocele dan ranula tersebut.

3. Bagi para staf rumah sakit baik medis maupun non paramedis diharapkan

untuk mengisi kartu rekam medik dan buku register dengan lebih akurat,

lengkap dan jelas.

1