skripsi - core.ac.uk › download › pdf › 328341299.pdfpendahuluan 1.1. latar belakang...

105
PERSEPSI KELUARGA PASIEN RAWAT INAP TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KEROHANIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT (Studi Komparasi RS. Roemani dan RSI Sultan Agung) SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) SYAIFUL BAHRI 1101040 FAKULTAS DA'WAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2008

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERSEPSI KELUARGA PASIEN RAWAT INAP TERHADAP

    PELAYANAN BIMBINGAN KEROHANIAN PASIEN DI

    RUMAH SAKIT (Studi Komparasi RS. Roemani dan RSI Sultan

    Agung)

    SKRIPSI

    untuk memenuhi sebagian persyaratan

    mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

    Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)

    SYAIFUL BAHRI

    1101040

    FAKULTAS DA'WAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

    SEMARANG

    2008

  • ii

    NOTA PEMBIMBING

    Lamp : 5 (eksemplar)

    Hal : Persetujuan Naskah

    Usulan Skripsi

    Kepada

    Yth. Bapak Dekan Fakultas Da’wah

    IAIN Walisongo Semarang

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya,

    maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara :

    Nama : Syaiful Bahri

    NIM : 1101040

    Jurusan : DA’WAH /BPI

    Judul Skripsi : PERSEPSI KELUARGA PASIEN RAWAT INAP

    TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN

    KEROHANIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT (Studi

    Komparasi RS. Roemani dan RSI Sultan Agung)

    Dengan ini telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian atas

    perhatiannya diucapkan terima kasih.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

    Semarang, Juli 2008

    Pembimbing,

    Bidang Substansi Materi, Bidang Metodologi & Tatatulis,

    Drs. H. Djasadi M.Pd. Drs. Abu Rokhmad, M.Ag.

    NIP. 150 057 618 NIP. 150 318 014

  • iii

    DEPARTEMEN AGAMA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    FAKULTAS DAKWAH SEMARANG

    Jl. Prof. Dr. Hamka km.2 (Kampus III) Ngalian 50159 Semarang

    PENGESAHAN

    Skripsi Saudari : Fitroh Nur Hidayat

    NIM : 1102099

    Fak/Jurusan : DA’WAH /BPI

    Dengan Judul : PENANGGULANGAN BUDAYA SEKS BEBAS PADA

    REMAJA MENURUT JEFRI AL-BUKHORI DALAM

    BUKU "SEKUNTUM MAWAR UNTUK REMAJA"

    (Analisis Materi dan Metode Bimbingan dan Konseling

    Islam)

    Telah dimunaqosahkan oleh dewan penguji Fakultas Dakwah Institut Agama

    Islam Negeri Walisongo Semarang pada tanggal:

    30 Januari 2008

    Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan

    Studi Program Sarjana Strata 1 (S1) guna memperoleh gelar sarjana Sosial Islam

    dalam Ilmu Dakwah.

    Semarang, Pebruari 2008

    Dewan Penguji,

    Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

    Drs. H. Anasom, M.Hum Drs. Abu Rokhmad, M.Ag

    NIP. 150 267 748 NIP. 150 318 014

    Penguji I, Penguji II,

    Drs. Ali Murtadho M.Pd. Safrodin, M.Ag

    NIP. 150 277 103 NIP. 150 327 108

  • iv

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya

    sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

    memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga

    pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun

    yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan

    daftar pustaka

    Semarang, Juli 2008

    Penulis,

    Syaiful Bahri

    NIM: 1101040

  • v

    MOTTO

    (107: َوَما أَْرَسْلَناَك ِإَّلا َرْْحًَة لِّْلَعاَلِمنَي )األنبياء

    Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat

    bagi semesta alam (Qs. al-Ambiya: 107). (Depag, 1986:

    500).

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat

    dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang

    selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang

    tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat:

    Bapak dan Ibuku yang tercinta (Bapak HM. Athori dan Ibu Rondiyatun)

    yang memberi motivasi dan semangat dalam hidupku.

    Kakak dan Adikku yang telah memberi motivasi selama ini.

    Calon istri yang telah memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

    Teman-temanku angkatan 2001 jurusan BPI yang tak dapat kusebutkan

    satu persatu yang telah memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis

  • vii

    ABSTRAKSI

    Bimbingan kerohanian relevan dengan dakwah karena hakikat

    bimbingan kerohanian, agar manusia selalu mengingat Allah sehingga

    memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman jiwa. Demikian pula esensi

    dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta

    bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh

    kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri. Yang menjadi

    perumusan masalah yaitu bagaimana pelayanan bimbingan kerohanian

    terhadap pasien di Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan

    Agung? Bagaimana persepsi keluarga pasien terhadap pelayanan bimbingan

    kerohanian pasien di Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan

    Agung?

    Penulisan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan

    pendekatan psikologis. Data primer yaitu data yang di peroleh secara langsung

    dari keluarga pasien, dan pelayanan rohani Islam Rumah Sakit Roemani dan

    Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Data sekunder yaitu buku-buku lain yang

    ada hubungannya dengan tema skripsi ini. Pengumpulan data menggunakan

    Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitan ini adalah

    field research atau penelitian lapangan yang dimulai tanggal 2 Mei 2008 – 10

    Juni 2008 dan dengan library research dengan langkah-langkah: observasi,

    wawancara, dokumentasi. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan

    metode analisis deskriptif komparatif dengan tujuan membandingkan

    pelayanan bimbingan kerohanian terhadap pasien di Rumah Sakit Roemani

    dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

    Hasil dari pembahasan menunjukkan bahwa Bimbingan kerohanian di

    Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

    dengan menggunakan ajaran keagamaan pada hakikatnya merupakan

    pemberian sugesti pada pasien sebagai motivator untuk percepatan

    penyembuhan dari penyakitnya, karena dengan adanya motivator dari

    rohaniawan, dapat memberikan kemampuan daya tahan dan tumbuhnya energi

    untuk melawan penyakitnya. Ajaran keagamaan yang mereka dapatkan dari

    bimbingan kerohanian akan memperkokoh keimanannya dalam menghadapi

    cobaan hidup, karena dia akan sepenuhnya memasrahkan dirinya kepada Allah

    SWT. Persepsi keluarga pasien terhadap pelayanan bimbingan kerohanian di

    Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung dapat ditegaskan

    bahwa dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan keluarga pasien

    terhadap pelaksanaan bimbingan kerohanian di Rumah Sakit Roemani dan

    Rumah Sakit Sultan Agung Semarang mayoritas merasa senang. Hal ini

    merupakan tahap awal untuk mencapai tujuan yakni mendukung proses

    penyembuhan bagi pasien, karena mereka sudah menyadari bahwa agama

    telah memberikan pedoman yang benar-benar membahagiakan bagi dirinya. Di samping itu pasien sudah mampu melaksanakan ajaran Islam sebagai hasil

    dari bimbingan keagamaan yang dilaksanakan selama ini, meskipun belum

    mencapai 100 %. Namun demikian sudah dapat dikatakan cukup berhasil

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu'alaikum Wr. Wb.

    Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang yang

    senantiasa telah menganugerahkan rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis

    dalam rangka menyelesaikan karya skripsi dengan judul “PERSEPSI

    KELUARGA PASIEN RAWAT INAP TERHADAP PELAYANAN

    BIMBINGAN KEROHANIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT (Studi Komparasi

    RS. Roemani dan RSI Sultan Agung)"

    Karya skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

    derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) bidang jurusan Bimbingan Penyuluhan

    Islam di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

    Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW

    beserta keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti jejak

    perjuangannya.

    Dalam penyusunan skripsi ini penulis merasa bersyukur atas bantuan dan

    dorongan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah membantu

    terselesaikannya skripsi penulis dengan baik. Oleh karena itu penulis

    menyampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

    1. Bapak Rektor IAIN Walisongo, yang telah memimpin lembaga tersebut

    dengan baik

    2. Bapak Drs. H.M. Zain Yusuf, M.M. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

    Walisongo Semarang.

    3. Bapak Drs. H. Djasadi M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Abu

    Rokhmad, M.Ag. selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

    membimbing dengan keikhlasan dan kebijaksanaannya meluangkan waktu,

    waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan-pengarahan hingga

    terselesaikannya skripsi ini.

  • ix

    4. Seluruh dosen, staf dan karyawan di lingkungan civitas akademik Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan pelayanan yang

    baik serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

    5. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang serta pengelola perpustakaan

    Fakultas Dakwah yang telah memberikan pelayanan kepustakaan dengan baik.

    6. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, kakanda, adinda.

    Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum

    mencapai kesempurnaan yang ideal dalam arti sebenarnya, namun penulis

    berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para

    pembaca pada umumnya.

    Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

    HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

    ABSTRAKSI ................................................................................................... vii

    HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. viii

    HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. x

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 5

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5

    1.4. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6

    1.5. Metodologi Penelitian ................................................................. 9

    1.4. Sistematika Penulisan .................................................................. 15

    BAB II : TINJAUAN UMUM PERSEPSI KELUARGA DAN BIMBINGAN

    KEROHANIAN

    2.1. Persepsi Keluarga ........................................................................ 17

    2.1.1. Pengertian Persepsi Keluarga ............................................ 17

    2.1.2. Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi .............................. 20

    2.1.3. Prinsip-Prinsip dan Faktor-Faktor yang

    Mempengaruhi Persepsi ................................................... 23

    2.2. Bimbingan Kerohanian ............................................................... 26

    2.2.1. Pengertian Bimbingan Kerohanian .................................... 26

    2.2.2. Materi Bimbingan Kerohanian .......................................... 28

    2.2.3. Metode Bimbingan Kerohanian ........................................ 30

    BAB III: RUMAH SAKIT ROEMANI DAN RUMAH SAKIT ISLAM

    SULTAN AGUNG

    3.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Roemani dan Rumah

  • xi

    Sakit Islam Sultan Agung .......................................................... 35

    3.1.1. Sekilas Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Roemani ......... 35

    3.1.2. Sekilas Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Islam

    Sultan Agung ........................................................ 39

    3.2. Pelayanan Bimbingan Kerohanian ............................................. 43

    3.2.1. Pelayanan Bimbingan Kerohanian Rumah Sakit

    Roemani ........................................................ 43

    3.2.2. Pelayanan Bimbingan Kerohanian Rumah Sakit

    Islam Sultan Agung ........................................................ 46

    3.3. Persepsi Keluarga Pasien terhadap Pelayanan Bimbingan

    Kerohanian ........................................................ 55

    3.3.1. Persepsi Keluarga Pasien terhadap Pelayanan

    Bimbingan Kerohanian Rumah Sakit Roemani ............ 55

    3.3.2. Persepsi Keluarga Pasien terhadap Pelayanan

    Bimbingan Kerohanian Rumah Sakit Islam Sultan

    Agung ........................................................ 64

    BAB IV: ANALISIS PERSEPSI KELUARGA PASIEN TERHADAP

    PELAYANAN BIMBINGAN KEROHANIAN

    4.1. Analisis Pelayanan Bimbingan Kerohanian Rumah Sakit

    Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung ......................... 75

    4.2.Analisis Persepsi Keluarga Pasien terhadap Pelayanan

    Bimbingan Kerohanian ................................................................. 86

    BAB V : PENUTUP

    5.1. Kesimpulan .................................................................................. 89

    5.2. Saran-Saran .................................................................................. 90

    5.3. Penutup ........................................................................................ 91

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • 1

    BABI

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sesungguhnya Islam adalah agama samawi terakhir, ia berfungsi

    sebagai rahmat dan nikmat bagi manusia seluruhnya.

    َوَما أَْرَسْلَناَك ِإَّلا َرْْحًَة لِّْلَعاَلِمنَي )األنبياء(

    Artinya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat

    bagi semesta alam (Qs. al-Ambiya: 107). (Depag, 1986:

    500).

    Maka Allah SWT mewahyukan agama ini dalam nilai kesempurnaan

    yang tertinggi, meliputi segi-segi fundamental tentang duniawi dan ukhrawi,

    guna menghantarkan manusia kepada kebahagiaan lahir dan batin serta dunia

    dan akhirat. Sebab itu dienul Islam bersifat universal dan eternal (abadi) lagi

    pula sesuai dengan fitrah manusia dan cocok dengan tuntunan dhamir (hati

    nurani) manusia seluruhnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Mulia

    dalam menghadapi dan menerima agama Tuhan (Islam) yang hak itu (Razak,

    1986: 9).

    Sejalan dengan keterangan tersebut, Islam menetapkan tujuan pokok

    kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan

    keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas (jiwa, akal dan jasmani)

    berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat

    kaya dengan tuntunan kesehatan. Paling tidak ada dua istilah literatur

    keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan

  • 2

    dalam pandangan Islam: 1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat; 2. Afiat.

    (Shihab, 1994: 181).

    Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat

    afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "afiat" dipersamakan

    dengan "sehat" (KBBI, 2002: 11). Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan

    sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta

    bagian-bagiannya (bebas dari sakit) (KBBI, 2002: 1011). Kata "sehat" berasal

    dari bahasa Arab, صحة –يصح –صح yang artinya sembuh, selamat dari cela,

    atau cacat serta nyata, benar dan sesuai dengan kenyataan (Al-Munawwir,

    1997: 817).

    Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun

    dapat dirasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki

    keluhan-keluhan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian

    masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang gemuk adalah orang yang

    sehat dan sebagainya. Jadi, faktor subyektivitas dan kultural juga

    mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat

    (Notosoedirjo dan Latipun, 2002: 3). Akan tetapi demikian, setiap manusia

    tidak selalu sehat, sewaktu-waktu mengalami sakit. Setiap sakit harus diobati

    bahkan mungkin harus menginap di rumah sakit dalam waktu sehari,

    seminggu bahkan boleh jadi berbulan-bulan.

    Pasien yang menginap di rumah sakit biasanya mendapat pengawasan

    yang intensif dengan memberikan perawatan dan pengobatan. Pemberian obat

    dan pemeriksaan dimaksudkan agar sakitnya cepat sembuh. Namun demikian,

  • 3

    para ahli medis menyadari bahwa untuk mempercepat kesembuhan pasien

    tidak cukup terapi medis melainkan juga terapi yang menyangkut

    kerohaniannya. Sebab kesehatan ruhani dapat mempengaruhi kesehatan

    jasmani. Keduanya tali temali dan saling mempengaruhi. Untuk itu rumah

    sakit memberikan pula pelayanan bimbingan kerohanian.

    Para ahli medis menyadari bahwa manusia bukan semata-mata fisik-

    material, tetapi di balik itu, ia memiliki dimensi lain, yang dipandang sebagai

    hakikat manusia seperti dimensi rohaniah (spiritual). Oleh sebab itu, manusia

    tidak mungkin mampu menjalani hidup tanpa membekali kedua unsur yang

    ada pada dirinya itu. Rohaniah manusia yang menopang kehidupan

    jasmaniahnya tidak boleh diabaikan dalam kehidupan. Kalau dimensi fisik

    dapat hidup dan merasa senang dengan makanan yang bersifat material, maka

    rohani manusia akan dapat hidup dan merasa tenteram dengan makanan yang

    bersifat spiritual. Iman dan keyakinan adalah makanan rohani manusia. (Ali.

    2002: 151)

    Di antara sekian banyak rumah sakit, maka Rumah Sakit Roemani dan

    Rumah Sakit Islam Sultan Agung memberikan pelayanan bimbingan

    kerohanian. Pelayanan bimbingan kerohanian diberikan dengan

    memperhatikan jenis dan macamnya penyakit serta usia dan kondisi mental

    pasien. Di antara materi bimbingan kerohanian yaitu zikir dan do'a menjadi

    bagian penting yang selalu ditanamkan kepada pasien. Hal itu didasari atas

    pertimbangan bahwa zikir dan do'a dapat menenangkan jiwa, memperkuat

    ketegaran mental dalam menghadapi sakit yang diderita pasien.

  • 4

    Adapun sebabnya perlu bimbingan rohani bagi pasien yang sakit

    adalah karena masalah rohani sangat mempengaruhi kesehatan jasmani.

    Meskipun jasmaninya diobati, namun apabila rohani sakit seperti kurang

    tabah, mengeluh dan sebagainya maka kesehatan jasmani akan terganggu.

    Itulah sebabnya Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung

    memberikan pelayanan bimbingan kerohanian.

    Atas dasar itu maka penelitian ini menjadi menarik dan penting, karena

    adanya berbagai persepsi keluarga pasien terhadap pelayanan bimbingan

    kerohanian. Seiring dengan itu peneliti mengambil Rumah Sakit Roemani dan

    Rumah Sakit Islam Sultan Agung sebagai institusi yang hendak diteliti.

    Adapun sebabnya meneliti kedua rumah sakit tersebut adalah untuk

    membandingkan guna dicari persamaan, perbedaan, kelebihan dan kekurangan

    kedua rumah sakit itu dalam memberikan pelayanan bimbingan kerohanian.

    Alasan lainnya karena bimbingan kerohanian merupakan bagian dari

    dakwah. Bimbingan kerohanian relevan dengan dakwah karena hakikat

    bimbingan kerohanian adalah agar manusia selalu mengingat Allah sehingga

    memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman jiwa. Demikian pula esensi

    dakwah adalah terletak pada ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta

    bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh

    kesadaran demi untuk keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk

    kepentingan juru dakwah/juru penerang (Arifin, 2000: 6). Itulah sebabnya,

    Umary (1980: 52) merumuskan bahwa dakwah adalah mengajak orang kepada

  • 5

    kebenaran, mengerjakan perintah, menjauhi larangan agar memperoleh

    kebahagiaan di masa sekarang dan yang akan datang.

    Berdasarkan uraian tersebut mendorong peneliti memilih judul:

    PERSEPSI KELUARGA PASIEN RAWAT INAP TERHADAP

    PELAYANAN BIMBINGAN KEROHANIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

    (Studi Komparasi RS. Roemani dan RSI Sultan Agung)

    1.2. Perumusan Masalah

    Dengan memperhatikan latar belakang sebagaimana telah dikemukakan,

    maka yang menjadi rumusan masalah:

    1.2.1. Bagaimana pelayanan bimbingan kerohanian terhadap pasien di

    Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung?

    1.2.2. Bagaimana persepsi keluarga pasien terhadap pelayanan bimbingan

    kerohanian pasien di Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam

    Sultan Agung?

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian sebagai berikut:

    1.3.1.1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa pelayanan

    bimbingan kerohanian terhadap pasien di Rumah Sakit

    Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

    1.3.1.2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa persepsi keluarga

    pasien terhadap pelayanan bimbingan kerohanian pasien di

    Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

  • 6

    1.3.2. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari dua aspek :

    1.3.2.1. Secara teoritis, yaitu penelitian ini diharapkan mampu

    menambah khasanah ilmu bimbingan dan konseling Islam

    pada khususnya dan ilmu dakwah pada umumnya di Fakultas

    Dakwah IAIN Walisongo.

    1.3.2.2. Secara praktis, yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

    atau masukan dalam pembuatan kebijakan, khususnya di

    Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung,

    sehingga pelaksanaan bimbingan kerohanian terhadap pasien

    bisa lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai yang bermanfaat

    bagi individu, institusi, bangsa dan negara..

    1.4. Tinjauan Pustaka

    Dalam penelitian di Perpustakaan IAIN Walisongo, dijumpai adanya

    tiga skripsi yang temannya hampir sama dengan penelitian yang penulis susun.

    Skripsi yang dimaksud di antaranya:

    1. Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan dan Penyuluhan Ibadah terhadap

    Ketenangan Hidup Penderita Kusta (Di Rumah Sakit Tugu Rejo

    Semarang). Penelitian tersebut dilakukan oleh Mujib pada tahun 1995

    fokus pembahasannya adalah tentang pelaksanaan bimbingan dan

    penyuluhan Islam oleh, Rumah Sakit kusta Tugu Rejo Semarang terhadap

    penderita kusta. Dengan demikian bimbingan keagamaan yang diberikan

  • 7

    kepada para penderita kusta diharapkan mampu menghadapi tantangan

    hidup setelah para penderita kusta kembali di tengah-tengah masyarakat.

    2. Pengaruh Ibadah Shalat dan Dzikir terhadap Kepribadian Pasien Rumah

    Sakit Jiwa Semarang. Penelitian tersebut ditulis oleh Uswatun Hasanah,

    pada tahun 1997. Pembahasannya tentang pengaruh ibadah shalat dan

    dzikir terhadap kepribadian pasien. Di dalamnya memuat tentang proses

    pelaksanaan ibadah shalat dan zikir sebagai upaya memperbaiki

    kepribadian pasien, sehingga shalat dan zikir digunakan sebagai alat

    penyembuh bagi gangguan kejiwaan. Selain itu juga sebagai pembinaan

    bagi kesehatan jiwa dan merupakan alat terpenting dalam perbaikan

    kepribadian, sebab ibadah shalat dan zikir dapat dijadikan sarana

    komunikasi batin antara manusia dengan Tuhan. Selain itu juga dapat

    memberikan nilai spiritual yang tinggi sehingga seorang pasien

    mempunyai perasaan yang tenang, jiwa yang damai dan kalbu yang

    tenteram. Hal inilah yang dapat mempengaruhi kepribadian dan tingkah

    laku pasien.

    3. Terapi Psikoreligius terhadap Pasien Rumah Sakit (Studi tentang

    Bimbingan Agama Islam terhadap Pasien Rumah Sakit Islam Sultan

    Agung Semarang). Penelitian tersebut ditulis oleh Nur Anisah tahun 2002,

    yang secara garis besar menyatakan tentang bagaimana proses bimbingan

    agama Islam dalam perspektif terapi religius diterapkan pada pasien. Hal

    ini dilakukan dalam usaha memberikan materi pembinaan agama Islam,

    seperti menanamkan pengetahuan keagamaan. Jadi dengan adanya

  • 8

    pembinaan agama dengan terapi psikoreligius dapat menjadikan pasien

    lebih mempunyai kemantapan iman dan taqwa, sehingga pasien lebih

    bersemangat dalam menjalani hidupnya.

    Selain penelitian-penelitian yang telah penulis uraikan di atas, ada

    beberapa buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, di antaranya

    adalah:

    1. Al-Quran dan Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa karya Dadang

    Hawari. Buku ini antara lain membahas tentang stress, depresi dan

    kecemasan, sebab dan akibat serta penanggulangannya. Di dalamnya

    meliputi masalah terapi penanggulangan stress, depresi dan cemas,

    relevansinya yaitu pada terapi psikoreligius pada pasien, sedangkan

    fokusnya lebih menitik beratkan pada penanggulangan stress, depresi dan

    cemas akibat banyaknya masalah yang dihadapi pasien.

    2. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, karya Aunur Rohim Faqih. Buku

    ini membahas tentang dasar-dasar bimbingan dan konseling secara Islami,

    fokus isi dari buku ini menjelaskan fungsi kegiatan bimbingan dan

    konseling dalam Islam sebenarnya sangat signifikan dalam membentuk

    masyarakat berakhlakul karimah. Dalam buku ini dijelaskan ada empat

    fungsi bimbingan dan konseling dalam Islam, yaitu fungsi preventif,

    korektik, proservatif, dan developmental. Karya ini memiliki arti penting

    dalam membantu individu mengetahui, mengenal, dan memahami

    keadaan dirinya sesuai dengan hakekatnya.

  • 9

    3. Pasien Citra, Peran dan Perilaku (Tinjauan Fenomena Sosial), karya

    Benyamin Lumenta, tentang hubungan dokter dengan pasien. Hubungan

    dokter dengan pasien lebih merupakan hubungan kekuasaan, hubungan

    antara pihak yang aktif dan memiliki wewenang-dan pihak yang lemah,

    pasif dan menjalankan peran ketergantungan, artinya antara dokter dan

    pasien dapat juga dibina hubungan yang sempurna. Di dalam hubungan

    yang sempurna itu kedua pihak dapat berperan dan berinteraksi secara

    aktif.

    Dengan menelaah tiga skripsi dan beberapa literatur yang disebutkan

    terdahulu, menunjukkan adanya perbedaan dengan penelitian yang hendak

    penulis susun. Perbedaannya yaitu penelitian yang hendak penulis susun

    hendak mendeskripsikan dan menganalisa persepsi keluarga pasien terhadap

    pelayanan bimbingan kerohanian pasien di Rumah Sakit Roemani dan Rumah

    Sakit Islam Sultan Agung.

    1.5. Metodologi Penelitian

    1.5.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Sesuai rumusan masalah yang ada, maka jenis penelitian ini

    merupakan penelitian kualitatif yaitu suatu metode penelitian yang

    digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan

    yang sedang dihadapi ditempuh dengan langkah-langkah pengumpulan,

    klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan

    laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang

    sesuatu keadaan secara obyektif dari suatu deskriptif (Ali, 1995 : 120).

  • 10

    Pendekatan yang menurut penulis sesuai dengan tema penelitian

    ini adalah pendekatan psikologi dakwah. Menurut Nata (2000: 50)

    pendekatan psikologis atau ilmu jiwa adalah ilmu jiwa yang mempelajari

    ilmu jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat di amatinya.

    1.5.2 Definisi Konseptual

    1.5.2.1 Persepsi Keluarga Pasien

    Menurut Najati (2005: 195) persepsi merupakan fungsi

    yang penting dalam kehidupan. Dengan persepsi, makhluk hidup

    dapat mengetahui sesuatu yang akan mengganggunya sehingga ia

    pun dapat menjauhinya, juga dapat mengetahui sesuatu yang

    bermanfaat sehingga ia pun dapat mengupayakannya.

    Individu mengenal dunia luarnya dengan menggunakan

    alat indranya. Bagaimana individu dapat mengenali dirinya sendiri

    maupun keadaan sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan persepsi

    (perception). Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan

    mengalami persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang

    didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan suatu proses yang

    berwujud yang diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

    reseptornya (Irwanto, 2004: 71).

    Adapun keluarga adalah kelompok sosial kecil yang terdiri

    dari suami, istri beserta anak-anaknya yang belum menikah.

    Keluarga, lazimnya juga disebut rumah tangga, yang merupakan

  • 11

    unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses

    pergaulan hidup (Soekanto, 2004: 1).

    1.5.2.2. Bimbingan Kerohanian

    Menurut Walgito (1989: 4), “Bimbingan adalah bantuan

    atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan

    individu dalam menghadapi atau mengatasi kesulitan-kesulitan di

    dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu

    dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”

    Dengan memperhatikan rumusan tersebut, maka dapat

    disimpulkan bahwa bimbingan merupakan pemberian bantuan

    yang diberikan kepada individu guna mengatasi berbagai

    kesukaran di dalam kehidupannya, agar individu itu dapat

    mencapai kesejahteraan hidupnya. Adapun yang di maksud

    bimbingan kerohanian adalah proses pemberian bantuan terhadap

    individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk

    Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

    akhirat (Musnamar, 1992: 5).

    1.5.3. Definisi Operasional

    Persepsi keluarga pasien yaitu aktivitas yang terintegrasi yang

    mencakup perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir individu

    (keluarga pasien) terhadap suatu hal yang dipersepsikan yaitu

    pelayanan bimbingan yang diberikan rumah sakit pada pasien.

    Sedangkan bimbingan kerohanian adalah proses pemberian bantuan

  • 12

    terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan

    petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia

    dan di akhirat

    1.5.4. Sumber Data

    Sumber data adalah sesuatu yang dapat memberikan

    informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini (Hadi, 1986: 70).

    Sumber data dalam penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu

    sumber data primer dan data sekunder.

    a. Sumber Data Primer

    Sumber data primer adalah data yang di peroleh secara

    langsung dari obyek penelitian yang menggunakan alat

    pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada obyek

    sebagai sumber informasi yang di cari. (Azwar, 1999 : 36).

    Sumber data primer dalam penelitian ini penulis dapatkan dari

    keluarga pasien, dan pelayanan rohani Islam Rumah Sakit

    Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

    b. Sumber Data Sekunder

    Sumber data sekunder adalah data yang tidak langsung di

    peroleh peneliti dari obyek peneliti (Azwar, 1993 : 36). Adapun

    sumber data sekunder terdiri dari dua sumber yakni literer dan

    nonliterer. Sumber data literer antara lain buku, dan karya-karya

    ilmiah lainnya. Sumber data nonliterer: monografi Rumah Sakit

    Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

  • 13

    1.5.5. Populasi dan Sampel

    1.5.5.1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang

    akan diteliti (Arikunto, 2002: 109). Dalam hal ini populasinya

    adalah 10 keluarga pasien rawat inap Rumah Sakit Roemani

    dan 10 keluarga pasien Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

    Dalam hal ini menggunakan snowball sampling. Dengan tiga

    kategori: anak-anak, remaja dan orang tua.

    1.5.5.2.Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan

    diteliti (Arikunto, 2002: 109). Populasi penelitian yang

    dimaksud adalah 10 keluarga pasien Rumah Sakit Roemani dan

    10 keluarga pasien Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

    1.5.6. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

    penelitan ini adalah field research atau penelitian lapangan yang

    dimulai tanggal 2 Mei 2008 – 10 Juni 2008. Penelitian ini

    ditempuh untuk mendapatkan data primer. Sedangkan data

    sekunder yang dapat menunjang penelitian ini yaitu dengan

    library research atau riset kepustakaan, yaitu pengumpulan data

    dengan cara melakukan penulisan terhadap buku dan macam-

    macam tulisan yang berkaitan dengan penelitian (Singarimbun

    dan Efendi, 1987:45). Untuk melakukan; field research

  • 14

    selanjutnya penulis melakukan langkah-langkah pengumpulan

    data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

    1. Observasi

    Metode Observasi yaitu metode pengumpulan data yang

    dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan

    secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,

    1986: 70). Metode ini digunakan untuk meneliti dan

    mengobservasi secara langsung gejala-gejala yang ada kaitannya

    dengan pokok masalah yang ditemukan di lapangan untuk

    memperoleh keterangan tentang persepsi keluarga pasien terhadap

    pelayanan bimbingan kerohanian pasien keluarga Rumah Sakit

    Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

    2. Wawancara

    Metode wawancara yaitu suatu metode pengumpulan data

    dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada seseorang

    yang berwenang tentang suatu masalah (Arikunto, 1993 : 104).

    Dalam hal ini penulis melakukan wawancara secara langsung

    kepada keluarga pasien Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit

    Islam Sultan Agung. .

    3. Dokumentasi

    yaitu cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis

    (dokumen) yang berupa arsip-arsip yang ada hubungannya

    dengan penelitian ini (Hadi, 1973 : 133). Metode dokumentasi ini

  • 15

    digunakan untuk memperoleh data yang ada kaitannya dengan

    persepsi keluarga pasien Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit

    Islam Sultan Agung.

    1.5.7. Teknik Analisis Data

    Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

    mengorganisasikannya dalam suatu pola, dan satuan uraian dasar

    setelah data terkumpul kemudian dikelompokkan dalam satuan

    kategori serta di analisis secara kualitatif (Moleong, 1993 : 103)

    Adapun metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif

    komparatif dengan tujuan membandingkan pelayanan bimbingan

    kerohanian terhadap pasien di Rumah Sakit Roemani dan Rumah

    Sakit Islam Sultan Agung.

    1.6.Sistematika Penulisan

    Penulisan ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

    Bab kesatu pendahuluan, memuat: latar belakang, perumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode

    penelitian, dan sistematika penulisan.

    Bab kedua arti penting bimbingan rohani bagi orang sakit yang

    meliputi (pengertian bimbingan kerohanian, materi bimbingan kerohanian,

    metode bimbingan kerohanian, pentingnya bimbingan rohani bagi orang

    sakit).

    Bab ketiga berisi rumah sakit Roemani dan rumah sakit Islam Sultan

    Agung yang meliputi gambaran umum rumah sakit Roemani dan rumah sakit

  • 16

    Islam Sultan Agung (sekilas sejarah berdirinya rumah sakit Roemani dan

    rumah sakit Islam Sultan Agung, letak geografis, fasilitas pelayanan),

    pelayanan bimbingan kerohanian, persepsi keluarga pasien terhadap pelayanan

    bimbingan kerohanian.

    Bab keempat berisi analisis persepsi keluarga pasien terhadap

    pelayanan bimbingan kerohanian yang meliputi analisis pelayanan bimbingan

    kerohanian rumah sakit Roemani dan rumah sakit Islam Sultan Agung,

    analisis persepsi keluarga pasien terhadap pelayanan bimbingan kerohanian.

    Bab kelima merupakan penutup yang berisi: kesimpulan; saran-saran

    dan penutup yang dianggap penting.

  • 17

    BAB II

    TINJAUAN UMUM PERSEPSI KELUARGA DAN BIMBINGAN

    KEROHANIAN

    2.1 Persepsi Keluarga

    2.1.1 Pengertian Persepsi Keluarga

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 863) persepsi

    berarti tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses

    seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancainderanya. Menurut

    Chaplin (1993: 358) persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali

    objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.

    Secara terminologi, terdapat beberapa rumusan tentang

    persepsi, di antaranya menurut Walgito (1983: 46) persepsi adalah

    proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang

    diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu

    yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri

    individu. Sejalan dengan pengertian tersebut, menurut Mubarok (1999:

    109) persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga

    manusia memperoleh pengetahuan baru. Karena itu menurut Sarwono

    (1996: 39) persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan,

    mengelompokkan, memfokuskan atau kemampuan untuk

    mengorganisasikan pengamatan.

  • 18

    Menurut Najati (2005: 195) persepsi merupakan fungsi yang

    penting dalam kehidupan. Dengan persepsi, makhluk hidup dapat

    mengetahui sesuatu yang akan mengganggunya sehingga ia pun dapat

    menjauhinya, juga dapat mengetahui sesuatu yang bermanfaat

    sehingga ia pun dapat mengupayakannya.

    Individu mengenal dunia luarnya dengan menggunakan alat

    indranya. Bagaimana individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun

    keadaan sekitarnya. Hal ini berkaitan dengan persepsi (perception).

    Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi.

    Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan,

    yaitu merupakan suatu proses yang berwujud yang diterimanya

    stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Irwanto, 2004: 71).

    Namun proses itu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan

    stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf, yaitu otak dan

    terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia

    lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya. Dengan kata lain, individu

    tersebut mengalami persepsi (Walgito, 1989: 53).

    Dari definisi di atas dapat diambil pengertian, bahwa persepsi

    adalah aktivitas yang terintegrasi yang mencakup perasaan,

    pengalaman, kemampuan berfikir individu terhadap suatu hal yang

    dipersepsikan.

    Dalam hubungannya dengan pengertian keluarga, bahwa dalam

    setiap masyarakat manusia, pasti akan dijumpai keluarga. Keluarga

  • 19

    merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta

    anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga, lazimnya juga disebut

    rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai

    wadah dan proses pergaulan hidup (Soekanto, 2004: 1). Keluarga

    merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia,

    tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam

    hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 1978: 180).

    Keluarga mempunyai peranan penting untuk membantu pertumbuhan

    dan perkembangan jasmani anak serta menciptakan kesehatan jasmani

    dan rohani yang baik (Ramayulis, 1990: 79).

    Keluarga merupakan kelembagaan (institusi) primer yang

    sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu

    maupun masyarakat (Suhendi dan Wahyu, 2001: 5). Sebenarnya

    keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus

    keturunan saja. Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber

    pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan

    intelektual manusia diperoleh pertama-tama dari orang tua dan anggota

    keluarganya (Gunarsa, 1986: 1).

    Dengan demikian yang dimaksud persepsi keluarga pasien

    yaitu aktivitas yang terintegrasi yang mencakup perasaan, pengalaman,

    kemampuan berfikir individu (keluarga pasien) terhadap suatu hal

    yang dipersepsikan yaitu pelayanan bimbingan yang diberikan rumah

    sakit pada pasien.

  • 20

    2.1.2 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi

    Agar individu dapat menyadari dan mengadakan persepsi,

    maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    a. Adanya objek yang dipersepsikan

    Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

    reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat

    indera (reseptor), dapat datang dari dalam yang langsung mengenai

    syaraf penerimaan (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.

    b. Alat indera atau reseptor

    Alat indera atau reseptor adalah merupakan alat untuk

    menerima stimulus. Di samping itu, harus ada pula syaraf sensoris

    sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke

    pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai

    alat untuk mengadakan respons yang diperlukan syaraf motoris.

    c. Menyadari pentingkan perhatian

    Untuk menyadari atau mengadakan persepsi sesuatu

    diperlukan pula adanya perhatian. Perhatian merupakan langkah

    pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa

    perhatian tidak akan terjadi persepsi. Dari hal tersebut di atas dapat

    disimpulkan, bahwa untuk mengadakan persepsi harus memenuhi

    syarat sebagai berikut:

    1) Fisik atau kealaman

    2) Fisiologis

  • 21

    3) Psikologis

    Sehubungan dengan syarat-syarat di atas, maka proses terjadinya

    persepsi adalah sebagai berikut:

    a. Diawali dengan objek yang menimbulkan persepsi dan stimulus

    mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses

    kealaman (fisik).

    b. Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf

    sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis.

    c. Kemudian terjadilah suatu proses ke otak, sehingga individu dapat

    menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat

    dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau

    pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan

    taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang

    apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.

    Proses persepsi psikologis adalah proses terakhir dari persepsi dan

    merupakan persepsi yang sebenarnya. Respons sebagai akibat dari persepsi

    dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

    Keadaan menunjukkan, bahwa individu tidak hanya dikenal satu

    stimulus saja, melainkan individu dikenal berbagai macama stimulus yang

    ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tetapi tidak semua stimulus itu

    mendapatkan respon individu. Secara skematis proses terjadinya persepsi

    dapat dikemukakan sebagai berikut:

  • 22

    St

    St St

    St St

    Sp Respon

    Fi Fi

    Fi Fi

    Fi

    St = stimulus (faktor luar)

    Fi = faktor intern (dalam)

    Sp = struktur pribadi (organisme)

    Skema tersebut memberikan gambaran, bahwa individu menerima

    bermacam-macam stimuli yang datang dari lingkungannya. Tetapi tidak

    semua stimulus akan diberikan responsnya. Hanya beberapa stimulus yang

    menarik individu yang akan diberikan respons. Individu mengadakan

    seleksi stimulus mana yang akan diberikan respons. Sebagai akibat dari

    stimulus yang dipilih dan diterima oleh individu, individu menyadari dan

    memberikan respons sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.

    Skema di atas dapat dilanjutkan sebagai berikut:

    L S O R L

    L = Lingkungan

    S = Stimulus

    O = Organisme atau individu

    R = Respons atau reaksi

    Dari skema di atas dapat dipahami, bahwa tidak semua stimulus

    akan direspon oleh individu. Respons diberikan oleh individu terhadap

    stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik individu. Dengan

  • 23

    demikian, maka yang dipersepsikan oleh individu selain tergantung pada

    stimulusnya juga tergantung kepada keadaan individu itu sendiri. (Bimo:

    56)

    2.1.3 Prinsip-Prinsip dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

    Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa persepsi adalah

    organisasi pengamatan. Oleh karena itu, dalam persepsi mengikuti

    beberapa prinsip sebagai berikut:

    a. Wujud dan latar

    Wujud dan latar adalah objek-objek yang diamati di sekitar

    individu sebagai wujud (figure) dengan hal-hal lainnya sebagai latar

    (ground). Misalnya, ketika seseorang melihat sebuah meja dalam

    kamar, maka meja itu akan tampil sebagai wujud, sedangkan benda-

    benda lain yang ada dalam kamar itu akan menjadi latar.

    b. Pola Pengelompokan

    Pola pengelompokkan adalah hal-hal tertentu yang cenderung

    dikelompok-kelompokkan dalam persepsi itu (Sarwono, 1996: 39)

    Di depan telah dipaparkan bahwa apa yang ada dalam diri

    individu akan mempengaruhi dalam individu mengadakan persepsi, ini

    merupakan faktor internal. Di samping itu masih ada faktor lain yang

    dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu faktor stimulus itu

    sendiri dan faktor lingkungan di mana persepsi itu berlangsung, dan ini

    merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkngan sebagai faktor

  • 24

    eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam

    individu mengadakan persepsi.

    Agar stimulus dapat dipersepsikan, maka stimulus harus cukup

    kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan

    stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran,

    sudah dapat dipersepsi oleh individu. Kejelasan stimulus akan banyak

    berpengaruh dalam persepsi. Stimulus yang kurang jelas, stimulus yang

    berwayuh arti, akan berpengaruh dalam ketepatan persepsi lebih terletak

    pada individu yang mengadakan persepsi, karena benda-benda yang

    dipersepsi tersebut tidak ada usaha untuk mempengaruhi yang

    mempersepsi. Hal tersebut akan berbeda bila yang dipersepsi itu

    manusia.

    Mengenai keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil

    persepsi datang dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi

    kejasmanian, dan yang berhubungan dengan segi psikologis. Bila sistem

    fisiologisnya terganggu, hal tersebut akan berpengaruh dalam persepsi

    seseorang, sedangkan segi psikologis seperti telah dipaparkan di depan,

    yaitu antara lain mengenai pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir,

    kerangka acuan, motivasi akan berpengaruh pada seseorang dalam

    mengadakan persepsi.

    Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi

    stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek

    persepsi adalah manusia. Objek dan lingkungan yang melatarbelakangi

  • 25

    objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek

    yang sama dengan situasi sosial yang berbeda, dapat menghasilkan

    persepsi yang berbeda (Walgito, 2002: 46-47).

    Sementara itu menurut Sarwono (1996 : 43-44) faktor-faktor

    yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

    a. Perhatian. Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada

    di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada

    satu dua obyek saja.

    b. Set. Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul.

    c. Kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap

    pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.

    Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda, akan

    menyebabkan pula perbedaan persepsi.

    d. Sistem Nilai. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat

    berpengaruh pula terhadap persepsi.

    e. Ciri Kepribadian. Ciri kepribadian akan mempengaruhi pula

    persepsi.

    f. Gangguan Kejiwaan. Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan

    kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi,

    halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang

    bersangkutan saja.

  • 26

    2.2 Bimbingan Kerohanian

    2.2.1 Pengertian Bimbingan Kerohanian

    Gerakan bimbingan di Amerika Serikat dimulai dengan

    bimbingan pekerjaan oleh Parsons. Gerakan ini berpengaruh besar

    terhadap banyak negara, seperti Filipina, Malaysia, India, dan Indonesia

    (Gunawan, 1987: 21). Karena itu perkembangan bimbingan dan

    konseling di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di negara

    asalnya Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan

    yang telah menamatkan studinya di negeri Paman Sam itu dan kembali

    ke Indonesia dengan membawa konsep-konsep bimbingan dan

    konseling yang baru. Hal itu terjadi sekitar tahun 60-an sehingga tidak

    dapat dibantah bahwa para pakar pendidikan itu telah menggunakan

    dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustaka Amerika Serikat

    (Willis, 2004: 1)

    Bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan

    atau tuntunan. Namun menurut Jumhur dan Surya (1975: 25 ) bahwa

    untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya harus diingat bahwa

    tidak setiap bantuan atau tuntunan dapat diartikan sebagai guidance

    (bimbingan). Atas dasar itu, berbagai batasan tentang bimbingan dapat

    ditemui dalam buku-buku kepustakaan. Aneka macam batasan ini

    disebabkan oleh perbedaan filsafat yang mendasari penulisan buku itu.

    Sering pula perbedaan itu terjadi karena para penulis buku itu tidak

    sama berat penekanannya pada aspek kemanusiaan tertentu yang

  • 27

    menjadi pusat perhatian pembahasan mereka masing-masing. Walaupun

    demikian, pada umumnya terdapat kesesuaian dalam batasan-batasan

    itu. Kesesuaiannya ialah bimbingan (1) bukan pemberian arah atau

    pengaturan kegiatan orang lain, (2) bukan pemaksaan pandangan

    seseorang kepada orang lain, (3) bukan pengambilan keputusan bagi

    orang lain, dan (4) bukan pemikulan beban orang lain. Bukan empat hal

    yang baru disebutkan ini, melainkan kebalikannya. Bimbingan

    merupakan bantuan yang diberikan oleh orang yang berwewenang dan

    terlatih baik kepada perseorangan dari segala umur untuk (1) mengatur

    kegiatannya sendiri, (2) mengembangkan pandangannya sendiri, (3)

    mengambil keputusannya sendiri, dan (4) menanggung bebannya

    sendiri. Demikianlah antara lain yang dikemukakan oleh Grow

    sebagaimana dikutip Wijaya (1988: 88). Menurut Wijaya bimbingan

    meliputi dua lapangan tugas, yakni (1) mempelajari individu manusia

    untuk mengetahui kemampuan, minat, dan kepribadiannya, dan (2)

    membantu individu itu untuk menempatkan dirinya dalam situasi yang

    memungkinkan dia berkembang.

    Menurut Walgito (1989: 4), “Bimbingan adalah bantuan atau

    pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu

    dalam menghadapi atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam

    kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat

    mencapai kesejahteraan hidupnya”

  • 28

    Dengan memperhatikan rumusan tersebut, maka dapat

    disimpulkan bahwa bimbingan merupakan pemberian bantuan yang

    diberikan kepada individu guna mengatasi berbagai kesukaran di dalam

    kehidupannya, agar individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka yang di maksud bimbingan

    kerohanian adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar

    mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga

    dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Musnamar,

    1992: 5).

    2.2.2 Materi Bimbingan Kerohanian

    Bimbingan Islami berkaitan dengan masalah yang dihadapi

    individu, yang mungkin dihadapi individu, atau yang sudah dialami

    individu. Masalah itu sendiri, dapat muncul dari berbagai faktor atau

    bidang kehidupan. Jika dirinci, dengan pengelompokan, masalah-

    masalah itu dapat menyangkut bidang-bidang:

    1. Pernikahan dan keluarga

    Anak dilahirkan dan dibesarkan (umumnya) di lingkungan

    keluarga, entah itu keluarga intinya (ayah dan ibunya sendiri), entah

    itu keluarga lain, atau keluarga besar (sanak keluarga). Keluarga

    lazimnya diikat oleh tali pernikahan. Pernikahan dan ikatan keluarga

    di satu sisi merupakan manfaat, di sisi lain dapat mengandung

    mudarat atau menimbulkan kekecewaan-kekecewaan. Dalam pada

    itu pernikahan dan kekeluargaan sudah barang tentu tidak terlepas

  • 29

    dari lingkungannya (sosial maupun fisik) yang mau tidak mau

    mempengaruhi kehidupan keluarga dan keadaan pernikahan. Karena

    itulah maka bimbingan dan konseling Islami kerap kali amat

    diperlukan untuk menangani bidang ini.

    2. Pendidikan

    Semenjak lahir anak sudah belajar, belajar mengenal

    lingkungannya. Dan manakala telah cukup usia, dalam sistem

    kehidupan dewasa ini, anak belajar dalam lembaga formal (di

    sekolah). Dalam belajar (pendidikan) pun kerapkali berbagai

    masalah timbul, baik yang berkaitan dengan belajar itu sendiri

    maupun lainnya. Problem-problem yang berkaitan dengan

    pendidikan ini sedikit banyak juga memerlukan bantuan bimbingan

    dan konseling Islami untuk menanganinya.

    3. Sosial (kemasyarakatan)

    Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan

    kehidupannya sedikit banyak tergantung pada orang lain. Kehidupan

    kemasyarakatan (pergaulan) ini pun kerapkali menimbulkan masalah

    bagi individu yang memerlukan penanganan bimbingan dan

    konseling Islami (Musnamar, 1992: 41)

    4. Pekerjaan (jabatan)

    Untuk memenuhi hajat hidupnya, nafkah hidupnya, dan

    sesuai dengan hakekatnya sebagai khalifah di muka bumi (pengelola

    alam), manusia harus bekerja. Mencari pekerjaan yang sesuai dan

  • 30

    membawa manfaat besar, mengembangkan karier dalam pekerjaan,

    dan sebagainya, kerapkali menimbulkan permasalahan pula,

    bimbingan dan konseling Islami pun diperlukan untuk

    menanganinya.

    5. Keagamaan

    Manusia merupakan makhluk religius. Akan tetapi dalam

    perjalanan hidupnya manusia dapat jauh dari hakekatnya tersebut.

    Bahkan dalam kehidupan keagamaan pun kerapkali muncul pula

    berbagai masalah yang menimpa dan menyulitkan individu. Hal ini

    memerlukan penanganan bimbingan dan konseling Islami. Sudah

    barang tentu masih banyak bidang yang digarap bimbingan dan

    konseling Islami di samping apa yang tersebut di atas. (Faqih, 2001:

    45).

    Berdasarkan uraian tersebut bimbingan kerohanian dapat

    membantu menanggulangi rasa putus asa terhadap pasien rawat inap,

    karena bimbingan kerohanian dapat dijadikan sarana untuk membangun

    sikap optimisme pada pasien yang mengalami penderitaan akibat

    penyakitnya.

    2.2.3. Metode Bimbingan Kerohanian

    Dalam pengertian harfiyyah, metode adalah jalan yang harus

    dilalui untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari

    meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan (M. Arifin, 1994: 43).

    Metode lazim diartikan sebagai jarak untuk mendekati masalah sehingga

  • 31

    diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan

    pernerapan metode tersebut dalam praktek. Dalam pembicaraan ini akan

    melihat bimbingan sebagai proses komunikasi .Oleh karenanya, berbeda

    sedikit dari bahasan-bahasan dalam berbagai buku tentang bimbingan,

    metode bimbingan Islami ini akan diklasifikasikan berdasarkan segi

    komunikasi tersebut.

    Metode bimbingan berbeda halnya dengan metode dakwah.

    Sebagai kita ketahui metode dakwah meliputi : metode ceramah, metode

    tanya jawab, metode debat, metode percakapan antar pribadi, metode

    demonstrasi, metode dakwah Rasulullah SAW, pendidikan agama dan

    mengunjungi rumah (silaturrahmi) (Syukir, 1983: 104). Demikian pula

    bimbingan Islami bila diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi,

    pengelompokannya menjadi: metode komunikasi langsung atau

    disingkat metode langsung dan metode komunikasi tidak langsung atau

    metode tidak langsung.

    1. Metode langsung

    Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah

    metode di mana pembimbing melakukan komunikasi langsung

    (bertatap muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat

    dirinci lagi menjadi:

    a. Metode individual

  • 32

    Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara

    individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan

    dengan mempergunakan teknik:

    1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung

    tatap muka dengan pihak yang dibimbing;

    2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan

    dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah klien

    sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien dan

    lingkungannya;

    3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing/konseling

    jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati

    kerja klien dan lingkungannya.

    b. Metode kelompok

    Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam

    kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik:

    1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan

    dengan cara mengadakan diskusi dengan/bersama kelompok klien

    yang mempunyai masalah yang sama.

    2). Karya wisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara

    langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai

    forumnya.

    3). Sosiodrama, yakni bimbingan/konseling yang dilakukan dengan

    cara bermain peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya

    masalah (psikologis) (Musnamar, 1992: 49-51).

    4). Psikodrama, yakni bimbingan/konseling yang dilakukan dengan

    cara bermain peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya

    masalah (psikologis).

    5). Group teaching, yakni pemberian bimbingan/konseling dengan

    memberikan materi bimbingan/konseling tertentu (ceramah)

  • 33

    kepada kelompok yang telah disiapkan. Di dalam bimbingan

    pendidikan, metode kelompok ini dilakukan pula secara klasikal,

    karena sekolah umumnya mempunyai kelas-kelas belajar.

    2. Metode tidak langsung

    Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)

    adalah metode bimbingan/konseling yang dilakukan melalui media

    komunikasi massa. Hal ini dapat dilakukan secara individual

    maupun kelompok, bahkan massal (Musnamar, 1992: 49-51).

    a. Metode individual

    1). Melalui surat menyurat.

    2). Melalui telepon dan sebagainya

    b. Metode kelompok/massal

    1). Melalui papan bimbingan.

    2). Melalui surat kabar/majalah.

    3). Melalui brosur.

    4). Melalui radio (media audio).

    5). Melalui televisi.

    Metode dan teknik mana yang dipergunakan dalam

    melaksanakan bimbingan kerohanian, tergantung pada :

    1. Masalah/problem yang sedang dihadapi/digarap.

    2. Tujuan penggarapan masalah.

    3. Keadaan yang dibimbing/klien.

    4. Kemampuan pembimbing/konselor mempergunakan

    metode/teknik.

  • 34

    5. Sarana dan prasarana yang tersedia.

    6. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar.

    7. Organisasi dan administrasi layanan bimbingan dan konseling.

    8. Biaya yang tersedia (Musnamar, 1992: 49-51).

  • 35

    BAB III

    RUMAH SAKIT ROEMANI DAN RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN

    AGUNG

    3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Roemani dan Rumah Sakit Islam Sultan

    Agung

    3.1.1 Sekilas Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Roemani

    Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang adalah

    Rumah Sakit swasta dan merupakan salah satu dari beberapa milik

    organisasi Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan

    organisasi Muhammadiyah mendirikan badan di bidang kesehatan

    adalah mewujudkan sarana dakwah dalam rangka mengembangkan

    dan mengamalkan ajaran Islam, selain dengan pelayanan sosial.

    Nama Roemani diambil dari nama seorang sosiawan muslim,

    yaitu Bapak H. Ahmad Roemani sebagai cikal bakal pemrakarsa

    berdirinya Rumah Sakit. Beliau mewakafkan bangunan beserta

    perlengkapan Rumah Sakit kepada organisasi Muhammadiyah untuk

    dikelola dan dikembangkan demi kepentingan masyarakat yang

    membutuhkan, terutama dalam bidang kesehatan. Organisasi

    Muhammadiyah dalam mengembangkan Islam tidak hanya berfikir

    masalah akhirat saja, tetapi kepeduliannya masalah sosial juga cukup

    tinggi. Bangunan dan perlengkapan Rumah Sakit menjadi modal awal

    Rumah Sakit Roemani yang kemudian diresmikan penggunaannya

  • 36

    oleh Gubernur Jawa Tengah Soeparjo Rustam pada tanggal 27 Agustus

    1975 (19 Sya'ban 1395 H).

    Mulai saat itulah Kotamadya Semarang telah berdiri Rumah

    Sakit Islam milik organisasi Muhammadiyah (R.S. Roemani, 1988: 5).

    Kotamadya Semarang hanya terdapat 2 (dua) Rumah Sakit yang

    beridentitaskan Islam, yaitu Rumah Sakit Sultan Agung dan Rumah

    Sakit Roemani, yang keduanya memiliki tujuan dakwah dan

    pengembangan Islam.

    Sebelum Rumah Sakit ini berdiri, Pimpinan Muhammadiyah

    Daerah.(PMD) Kotamadya Semarang, Majelis Pembinaan

    Kesejahteraan Umat (MPKU), yang pada waktu itu hanya memiliki 1

    (satu) unit perencanaan keluarga (klinik KB) sebagai modal awal untuk

    mendirikan Rumah Sakit dan balai pengobatan. Pada waktu itu Rumah

    Sakit Roemani berada di komplek panti asuhan yatim piatu

    Muhammadiyah.

    Perkembangan Rumah Sakit Roemani selanjutnya mengalami

    peningkatan yang ditandai dengan diresmikannya sebuah gedung baru

    bantuan Presiden pada tanggal 24 Agustus 1980. Bangunan ini

    berkapasitas 22 tempat tidur diperuntukkan bagi mereka yang kurang

    mampu.

    Rumah Sakit ini semakin lama semakin mendapat kepercayaan

    dari masyarakat, terutama dari warga Muhammadiyah dan masyarakat

    Kodya Semarang. Rasa kepercayaan masyarakat semakin bertambah

  • 37

    sehingga pada saat peresmian gedung bantuan dari bapak Presiden

    tersebut ada salah satu hadirin yang ikut serta mewakafkan gedung

    untuk ditempati pasien yang tergolong mampu atau untuk pasien kelas

    ekonomi menengah ke atas. Beliau adalah bapak Ibrahim Djamhuri,

    S.H. Kemudian pada tanggal 7 Maret 1981 diresmikanlah penggunaan

    gedung tersebut oleh bapak Gubernur Soeparjo Rustam. Gedung ini

    berkapasitas 8 tempat tidur dan gedung ini termasuk bangunan Rumah

    Sakit Roemani kelas VIP. Dengan demikian lengkaplah ruangan yang

    ada di Rumah Sakit ini mulai dari kelas ekonomi menengah ke bawah

    sampai kelas ekonomi menengah ke atas (R.S. Roemani, 1988: 5).

    Selain bantuan dari masyarakat tidak ketinggalan pula dari

    pemerintah di mana Departemen Kesehatan telah memberi bantuan

    berupa obat-obatan, mobil ambulan, perlengkapan bedah,

    laboratorium, dan peralatan ronsen. Selanjutnya pada bulan Agustus

    1983 menerima wakaf dari keluarga H. Hetami (pendiri surat kabar

    Suara Merdeka) berupa sebuah gedung ronsen, gedung perawatan

    intensif, ruang operasi, dan ruang pertemuan. Dengan berdirinya

    gedung-gedung baru tersebut Rumah Sakit Roemani tampak megah

    dari sebelumnya.

    Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang terus

    berkembang terutama di bidang kesehatan, Rumah Sakit Roemani

    merasa perlu meningkatkan mutu pelayanannya. Untuk itulah maka

    diprogramkan perluasan bangunan dan penyempurnaan peralatan.

  • 38

    Perluasan bangunan berkonsekuensi dengan dipindahnya panti asuhan

    ke tempat baru yang lingkungannya lebih baik. Hal itu tidak berarti

    mengabaikan kedudukan panti asuhan, tetapi justru lebih

    meningkatkan harkat, sebab Rumah Sakit ini mencatat amanat bapak

    Roemani bahwa penghasilan Rumah Sakit harus dimanfaatkan untuk

    pengembangan Rumah Sakit dan sekaligus untuk penyantunan anak-

    anak yatim dan mereka yang terlantar (R.S. Roemani, 1988:6).

    Dengan motto bersih, ramah, islami, dan profesional, maka

    bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional tanggal 12 November

    1990 Rumah Sakit Roemani mendapat penghargaan dari Menteri

    Kesehatan RI. Dr. II. Adyatma, M.Ph berupa Patakan Nugraha Karya

    Husada tingkat II sebagai Rumah Sakit swasta kelas C, berpenampilan

    terbaik dari segi manajemen Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan.

    1. Letak Geogralis

    Rumah Sakit Roemani beralamat di jalan Wonodri dalam II no.

    22 Semarang, berada di kelurahan Wonodri Kecamatan Semarang

    Timur. Lingkungan Rumah Sakit Roemani dikelilingi pemukiman

    warga kelurahan Wonodri dan Kelurahan Pleburan. Didekatnya

    terdapat kampus BPLP (Balai Pendidikan Latihan Pelayaran), kampus

    UNIMUS (Universitas Muhammadiyah Semarang), dan tidak jauh lagi

    juga terdapat kampus Universitas Diponegoro (UNDIP).

    Apotik Rumah Sakit Roemani berada di lingkungan Rumah

    Sakit. Agak jauh sedikit terdapat Apotik Eriangga dan Apotik

  • 39

    Bangkong di jl. Mataram. Semuanya dapat dijangkau dengan mudah.

    Lokasi yang terletak di tengah kota ini memudahkan hubungannya

    dengan masyarakat. Walaupun letaknya di tengah kota namun keadaan

    suasananya sangat tenang dan tidak bising. Di samping itu sebagai

    sarana untuk melengkapi kebutuhan masyarakat maka di dalam

    komplek. Rumah Sakit Roemani juga terdapat masjid untuk umum,

    sedang di depan Rumah Sakit tersebut terdapat kantor sekretariat PDM

    Kodya Semarang dan PWM Jawa tengah (R.S.Roemani,1988:26).

    3.1.2 Sekilas Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Islam Sultan Agung

    RSI Sultan Agung Semarang pada awal berdirinya merupakan

    Health Center yang pada perkembangan selanjutnya ditingkatkan

    menjadi rumah sakit yaitu RSl Sultan Agung atau Medical Center

    Sultan Agung. RSI Sultan. Agung merupakan lembaga pelayanan

    kesehatan masyarakat dibawah naungan Yayasan Badan Wakaf Sultan

    Agung.

    RSI Sultan Agung Semarang yang terletak di jalan Raya

    Kaligawe Km, 4 yang berdekatan dengan terminal Terboyo dan pusat

    pertumbuhan industri. RSl Sultan Agung Semarang dibangun pada

    tahun 1971, yang diresmikan sebagai rumah sakit umum pada tanggal

    23 Oktober 1973 dengan SK dari Menkes No. 1/024/ Yan Kes/1075

    tertanggal 23 Oktober 1975 diresmikan sebagai rumah sakit tipe C

    (rumah sakit tipe Madya).

  • 40

    Sesuai dengan program YBWSA (Yayasan Badan Wakaf

    Sultan Agung, untuk menjadikan RSl Sultan Agung Semarang sebagai

    "Teaching Hospital, maka perlu diadakanya penambahan sarana dan

    prasarana baik, berupa gedung atau bangsal, peralatan medis, maupun

    man powernya.

    Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan sehingga

    pada bulan Agustus 2003 RSI Sultan Agung Semarang secara resmi

    mengoperasikan gedung baru berlantai empat. RSI Sultan Agung

    Semarang yang mempunyai motto "Sahubul Umat Menuju Sehat dan

    Afiat'''. RSI Sultan Agung Semarang juga berusaha agar mampu

    bersaing dengan rumah sakit lain. Di era globalisasi pelayanan, maka

    manajemen berusaha menerapkan konsep-konsep manajemen mutu

    terpadu dengan kualitas pelayanan terbaik-bagi pelanggan. Untuk

    upaya-upaya pembenahan manajemen pelayanan medis, penunjang,

    perawatan, keuangan serta peningkatan sumber daya manusia

    diperbaiki secara terus menerus, sehingga dapat menghasilkan produk

    yang berkualitas guna meningkatkan jumlah pasien rawat jalan dan

    rawat inap.

    Berbagai macam jenis pelayanan dilakukan oleh pihak rumah

    sakit guna mendukung dan menyukseskan visi, misi yang telah dibuat

    di masa yang akan datang. Pelayanan yang disediakan rumah sakit

    pada umumnya meliputi pelayanan yang bergerak dibidang kesehatan

    dan penunjang kesehatan. Namun tidak menutup kemungkinan

  • 41

    pelayanan dakwah juga disertakan dalam suatu kegiatan. Adapun jenis

    pelayanannya adalah sebagai berikut:

    a. Instalasi Pelayanan Kesehatan, meliputi :

    1). Pelayanan Poliklinik Umum dan IGD (24 jam)

    2). Pelayanan Poliklinik spesialis clan sub spesialis (jam 08.00-

    21.00 WIB) yang terdiri dari:

    a) Anak

    b) Penyakit Dalam

    c) Kebidanan dan kandungan

    d) Badan Umum

    e) THT

    f) Mata

    g) Bedah Onkologi

    h) Jantung

    i) Syaraf

    j) Paru-paru

    k) Bedah Orthopedi

    1) Bedah Digesif

    m) Bedah Urologi

    n) Kesehatan gigi dan mulut

    b. Pelayanan Penunjang Kesehatan (24 Jam)

    1). Instalasi Radiologi

    2). Instalasi Farmasi

  • 42

    3). Laboratorium Patologi Klinik

    4). Fisio Terapi

    5). Klinik Gizi

    6). Laboratorium Patologi Anatomi

    7). Klinik Psikologi

    8). Lithoclast

    9). CT Scan

    c. Pelayanan Rawat Inap

    1). VIP

    2). Kelas I A

    3). Kelas I B

    4). Kelas II

    5). Kelas III A

    6). Kelas III B

    d. Rehabilitasi Medik

    1). Exercise Massage

    2). Infra Red

    3). Nebulizer

    4). Ultra Sonic

    5). Diathermi

    e. Pelayanan lain meliputi:

    1). Medical Chek up

    2). Hearing Centre

  • 43

    3). Pelayanan Ambulance

    4). Perawatan Jenazah

    5). Konsultasi kerohanian

    3.2 Pelayanan Bimbingan Kerohanian

    3.2.1. Pelayanan Bimbingan Kerohanian Rumah Sakit Roemani

    1. Unit Bina Rohani

    Ciri khusus Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah

    Semarang adalah adanya unit bina rohani. Keberadaaan unit ini

    diharapkan ikut menunjang tercapainya visi dan misi Rumah Sakit

    Roemani, yaitu memberi pelayanan kesehatan yang islami,

    profesional dan bermutu dengan tetap peduli terhadap kaum

    dhu'afa serta pelaksanaan amar ma'ruf nahi mungkar di Rumah

    Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.

    Untuk menunjang visi dan misi tersebut, pihak Rumah

    Sakit menempatkan tenaga kerja pada unit bina rohani sebanyak 7

    (lima) orang, dengan perincian sebagai berikut:

    - Sarjana Agama 4 orang

    - D3 1 orang

    - SMA 2 orang

    Jumlah : 7 orang

    Dalam melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar, unit bina

    rohani (para rohaniawan) mempunyai agenda kegiatan sebagai

    berikut:

  • 44

    a. Pembinaan rohani karyawan

    1). Doa bagi karyawan

    2). Pengajian bulanan

    3). Pengajian hari-hari besar Islam (insidentil)

    4). Konsultasi karyawan

    5). Kursus meningkatkan kemampuan membaca dan terjemah Al-Quran

    b. Santunan rohani pasien dan keluarga

    Mengunjungi pasien yang sedang dirawat untuk memberikan bimbingan

    rohani guna membantu penyembuhan dari segi mental spiritual yang

    terdiri dari 2 (dua) shift, pagi dan sore.

    c. Perawatan terhadap pasien khusnul khotimah dan pemulasaraan jenazah.

    d. Pelayanan perpustakaan agama baik bagi karyawan maupun pasien

    Secara umum kegiatan rohaniawan dapat dilihat pada tabel di bawah

    ini:

    Tabel 1

    Jadual Bimbingan Kerohanian

    No. Shift Jam Jenis Kegiatan Keterangan

    1 Pagi 07.00-08.00

    08.30-10.00

    10.00-11.00

    11.30-12.00

    12.00-12.15

    12.30-13.00

    12.30-13.45

    Bimbingan do'a pagi

    Santunan rohani pasien

    Musik kunjungan pasien

    Pengajian al-Qur'an

    Panggilan shalat dhuhur

    Pengumuman waktu

    kunjungan habis

    Santunan rohani karyawan

    Lt II OPD Ruang pasien

    Audio

    Audio

    Audio

    Audio

    Ruangan

  • 45

    2 Siang 14.00-14.45

    15.00-15.30

    15.30-17.00

    17.00-17.30

    17.45-18.00

    18.00-18.30

    19.00-19.30

    19.30-20-30

    Checking ke ICU, PICU

    Panggilan rohani pasien

    Panggilan rohani pasien

    Musik kunjungan pasien

    Pengajian al-Qur'an

    Panggilan shalat maghrib

    Panggilan shalat isya' Audio

    Waktu kunjungan habis/ sift

    rohani karyawan

    Ruangan

    Audio

    Ruangan

    Audio

    Audio

    Audio

    Audio

    Audio

    3 Malam 21.00-21.30

    21.30-22.30

    03.45-04.00

    04.30-05.30

    05.30-06.45

    Checking ke ICU, PICU

    Santunan rohani karyawan

    Pengajian al-Qur'an

    Ceramah agama

    Santunan rohani pasien

    Ruangan

    Ruangan

    Audio

    Audio

    Ruangan

    2. Sarana dan Fasilitas Rohaniawan

    Sarana dan fasilitas rohaniawan meliputi peralatan bimbingan

    kerohanian. Adapun peralatan saat melakukan bimbingan di antaranya

    adalah :

    a. Buku pedoman pasien, di dalamnya meliputi tuntunan atau tata cara

    shalat bagi pasien, tayamum maupun do'a khusus bagi pasien rawat

    inap.

    b. Media audio, digunakan rohaniawan saat melakukan panggilan shalat

    maupun pengajian al-Qur'an dan musik-musik islami.

    c. Ruangan khusus rohaniawan.

    d. Perpustakaan, meliputi buku-buku dan majalah-majalah.

  • 46

    Sarana dan fasilitas tentu tidak selamanya mengalami proses yang

    lancar, adakalanya .pasien yang diberikan bimbingan senang ketika

    menerima bimbingan, namun ada juga pasien yang tidak suka dan benci

    ketika mendapatkan bimbingan. Ini merupakan salah satu hambatan ketika

    melakukan bimbingan kerohanian.

    Oleh karena itu sarana dan fasilitas rohaniawan dalam bimbingan

    kerohanian perlu ditingkatkan dalam pengamalannya, artinya sarana dan

    fasilitas rohaniawan benar-benar dimanfaatkan, seperti buku-buku

    panduan bagi pasien, dalam hal ini rohaniawan perlu memberikan

    bimbingan tentang cara ibadah dan lain sebagainya. Selain buku panduan,

    juga ada sarana dan fasilitas lain yang perlu diperhatikan sebagai

    penunjang bimbingan kerohanian.

    3.2.2. Pelayanan Bimbingan Kerohanian Rumah Sakit Islam Sultan

    Agung

    Jumlah dan jenis tenaga RSI Sultan Agung Semarang

    berdasarkan data kepegawaian pada tahun 2007 sebagai berikut:

    Tabel.2

    Jumlah dan Jenis Tenaga RSI Sultan Agung Semarang Pada Tahun 2007

    No. Jenis Tenaga Jumlah Prosentase 1 Tenaga Medis 67

    (20,5%)

    Dokter Gigi Dokter Spesialis Dokter Umum

    2 63 2

    2 Tenaga Keperawatan 118 Sarjana Keperawatan

    Sarjana Kesehatan Masyarakat

    D III Keperawatan

    1

    1

    79

  • 47

    D III Kebidanan

    SPK + Pendidikan Bidan 1 Tahun

    SPK

    SPR (Sekolah Pengatur Rawat)

    PKU, PKE, PKC

    Pembantu Perawat

    Juru Kesehatan

    7

    3

    8

    5

    9

    3

    2

    3 Tenaga Kesehatan Non

    Keperawatan

    31

    (9,48 %)

    Sarjana Apoteker

    D III Gizi

    D III Analis Kesehatan

    Analis Kesehatan (AAK)

    SMF

    Dili Fisio Terapi

    Dili Rekam Medis

    AKPRO (Akademi Radiologi)

    SPRG (Sekolah Perawat Gigi)

    ARO (Akademi Retaksi Optik)

    2

    2

    6

    2

    8

    1

    2

    5

    1

    2

    4 Tenaga Non Kesehatan 111

    (33,95%)

    Sarjana Ekonomi

    Sarjana Hukum

    Sarjana Agama

    D III Ekonomi

    SLTA

    SMKK

    SLTP

    Baby Sister

    SD

    3

    2

    2

    3

    28

    6

    33

    10

    24

    Jumlah 327 100%

    Bimbingan kerohanian yang dilaksanakan oleh rohaniawan RSI

    Sultan Agung Semarang dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Proses Bimbingan terhadap Pasien di RSI Sultan Agung Semarang

    Yang direalisasikan Oleh Rohaniawan

    Proses pelaksanaan Bimbingan terhadap pasien dilakukan oleh

    rohaniawan pada waktu pertama kali pasien masuk rumah sakit, dan

    akan diulangi lagi pada hari-hari berikutnya apabila dirasa perlu.

  • 48

    Bimbingan kerohanian bertujuan untuk menyadarkan penderita agar dia

    dapat memahami dan menerima cobaan yang dideritannya secara ikhlas

    serta meringankan problem kejiwaan yang sedang dideritanya.

    Dengan pendekatan tersebut pasien dapat diberi pengertian dan

    kesadaran terhadap adanya hubungan dengan nilai keimanannya. Dalam

    hal ini rohaniawan memberikan nasehat dan bimbingan keagamaan

    kepada pasien untuk menambah iman dan tawakal kepada Allah,

    disamping itu juga rohaniawan menuntun dan meningkatkan tentang

    ibadah serta untuk selalu berdo'a.

    Adapun bagi pasien yang mau menjalankan operasi akan

    mendapatkan perawatan yang lebih intensif, karena biasanya pasien

    yang akan menjalankan operasi clown mentalnya, sehingga dengan

    adanya Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang dilakukan rohaniawan

    bisa membantu mengembalikan kepercayaan bagi pasien, dan

    setidaknya pasien akan merasa tenang. Hal senada diungkapkan oleh

    Kurnia, yaitu Kepala Perawat lantai 3 dan 4 (25 Juni 2008) bahwa

    dengan adanya Bimbingan dan Penyuluhan Islam dapat membesarkan

    hati pasien yang tentunya hal tersebut dapat membantu untuk

    memotivasi kesembuhan pasien hal serupa juga diungkapkan oleh Dina

    (25 Juni 2005) salah seorang perawat lantai 3.

    Sedangkan bagi pasien yang tak sadarkan diri atau dalam kondisi

    kritis (sakaratul maut) pasien diarahkan untuk lebih mempersiapkan diri,

    dengan cara:

  • 49

    a. Dengan berdo'a bersama atau dido'akan

    b. Dituntun untuk mengucapkan kalimat Allah semampunya

    c. Dibacakan ayat suci al-Qur'an biasanya surat Yasin

    d. Pasien diarahkan kekiblat

    Ini semua dilaksanakan dengan tujuan kalaulah pasien tersebut

    diberi kesembuhan biarlah lekas sembuh tetapi kalau meninggal mudah-

    mudahan meninggal dengan Khusnul Khatimah. Secara psikologis

    keadaan pasien bisa dikatakan dalam keadaan tertekan dan seakan-akan

    tidak bisa berbuat sesuatu hal, sehingga mereka merupakan sekelompok

    orang yang sangat bergantung pada banyak hal terutama masalah

    kesehatan kepada rumah sakit, dalam keadaan jiwa tertekan itulah maka

    perlu adanya Bimbingan dan Penyuluhan Islam di rumah sakit.

    Sebagai ilustrasi kasus, dari 40 responden, penulis akan

    memaparkan beberapa contoh para pasien yang telah mendapatkan

    bimbingan kerohanian, dan berhasil penulis wawancarai dengan kondisi

    penyakit yang berbeda-beda.

    Pertama, ibu Ng (17 Juni 2008) adalah seorang ibu rumah tangga

    berumur 42 tahun, tinggal di Demak dan suaminya bekerja sebagai

    buruh pabrik dengan penghasilan yang pas-pasan untuk menghidupi

    keluarganya, bahkan sering mengalami kekurangan. Sebenarnya ibu Ng

    sudah lama menderita gangguan pada matanya tetapi enggan untuk

    memeriksakan diri karena keadaan ekonomi yang pas-pasan, namun jika

    tidak dibawa ke dokter atau rumah sakit dikhawatirkan kondisinya akan

  • 50

    semakin parah, maka pada tanggal 16 Juni 2008 dia dibawa ke RSI

    Sultan Agung Semarang oleh suaminya, dalam masa perawatannya di

    rumah sakit, ibu Ng dan suaminya merasa cemas dengan masalah

    pembayaran. Hal semacam ini dapat membuat ibu Ng semakin

    terganggu psikologisnya dan tentunya akan berdampak pada proses

    kesembuhannya. Menyikapi hal demikian, rohaniawan memberikan

    bimbingan sebagai berikut;

    1. Rohaniawan menganjurkan pada ibu Ng dan keluarga untuk

    memasrahkan permasalahannya pada Allah SWT. dan yakin bahwa

    semua ini merupakan ujian dari Allah dan pasti ada hikmahnya.

    2. Rohaniawan mendoakan supaya sakit yang dideritanya cepat

    sembuh.

    3. Rohaniawan mengingatkan untuk tidak memikirkan tentang masalah

    pembiayaan karena dari pihak RSI Sultan Agung Semarang

    memberikan keringanan kepada para pasien yang benar-benar tidak

    mampu.

    4. Rohaniawan mengajarkan pada ibu Ng dan keluarganya untuk

    berdo'a dan berdzikir sendiri, karena dengan doa dan dzikir Insya

    Allah hati akan menjadi tenang.

    Bimbingan yang diberikan pada ibu ternyata berhasil, hal ini bisa

    dilihat bahwa ibu Ng dan keluarganya terlihat lebih sabar dan tenang

    serta memasrahkan dirinya pada Allah. Kedua, Pak Bm (22 Juni 2008)

    adalah seorang bapak yang masih muda berusia 28 tahun warga Genuk

  • 51

    Semarang, dia masuk RSI Sultan Agung Semarang sejak 19 Juni 2008

    karena jari tangannya terkena mesin pemotong kertas di tempat kerjanya

    dan terpotong dan dia hams kehilangan dua jarinya. Pak Bm yang

    merasa dirinya masih muda merasa ada yang kurang pada dirinya dan

    tidak percaya diri lagi, tapi yang paling memprihatinkan adalah dia

    selalu meratapi dirinya seolah-olah tidak percaya pada apa yang terjadi

    padanya. Menyikapi hal demikian, Rohaniawan memberikan bimbingan

    sebagai berikut:

    1. Rohaniawan mengajak keluarganya untuk berdoa bersama supaya

    Pak Bm lekas sembuh.

    2. Rohaniawan mengingatkan bahwa semua itu merupakan ujian dari

    Allah dan pastilah ada hikmahnya dibalik semua itu.

    3. Rohaniawan mengingatkan bahwa dalam kondisi yang demikian

    untuk selalu tetap tegar dalam menghadapi kehidupan karena masih

    banyak orang-orang yang sayang dan membutuhkannya yaitu

    keluarga, teman dan sebagainya.

    4. Rohaniawan menganjurkan pada keluarga pak Bm untuk

    memberikan support untuk membesarkan hatinya.

    5. Rohaniawan menganjurkan pada pak Bm untuk selalu berdoa dan

    berdzikir.

    Bimbingan yang diberikan pada pak Bm ternyata tidak sia-sia,

    terbukti pada hari-hari berikutnya, dia sudah terlihat tenang dan dapat

    menerima ketentuan dari Allah.

  • 52

    Ketiga, seorang eksekutif muda bernama F dengan badan yang

    sehat, olah raga tidak pernah lalai dan makanannya teratur. Tetapi

    bekerja sangat berlebihan, dan kurang istirahat. Akibatnya jatuh sakit,

    dan dirawat di rumah sakit. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan

    fungsi otak terganggu karena adanya gangguan sirkulasi darah di otak,

    hal itu menunjukkan bahwa F terkena stroke dan lumpuh sebelah.

    Akibatnya tubuh yang tadinya energik menjadi invalid, tidak bisa

    mengerjakan apa-apa.

    Dari suatu keadaan yang penuh pekerjaan menjadi tidak berdaya

    apa-apa. Dengan kondisi yang seperti itu F mengalami gangguan

    kejiwaan golongan depresi karena ketidakpastiannya menghadapi

    kondisi yang seolah-olah menjadikannya terbelenggu atau terpenjara.

    Dia mengalami gangguan penyesuaian, F tidak mampu menyesuaikan

    diri dengan keadaan itu, dan timbul pikiran bahwa F tidak berguna lagi

    atau tidak berarti lagi. Dengan demikian selain terapi medis dari dokter

    dan terapi psikiatri maupun fisioterapi, F juga menerima terapi

    psikoreligius dari rohaniawan. Secara garis besar terapi psikoreligius

    yang diberikan kepada F adalah sebagai berikut:

    1. Bahwa musibah yang dialaminya, hendaknya dianggap sebagai

    cobaan, dan setiap musibah yang dialami pasti ada hikmahnya.

    2. Menerima kenyataan atau pasrah terhadap nasib yang sedang

    dialami, supaya terhindar dari stres.

  • 53

    3. F diminta lebih khusyu' dalam menjalankan ibadah sholat baik

    fardlu maupun sunnah, setelah selesai sholat dianjurkan untuk

    berdoa dan berdzikir setiap usai sholat. Hal ini perlu dilakukan

    sebagaimana firman Allah:

    اَلِة ِإنَّ الّلَه َمَع الصَّاِبرِيَن يَا أَي َُّها الَِّذيَن آَمُنوْا اْسَتِعينُ ْْبِ َوالصَّ وْا بِالصَّ (153)البقرة:

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan kepada

    Allah dengan sabar dun Shalat. Sesungguhnya Allah beserta

    orang-orang yang sabar " (Q.S. 2: 153).

    Terapi gabungan antara medis-psikiatris dan agama terbukti

    membuahkan hasil secara berangsur, kecemasan dan kegelisahan F

    berkurang, demikian puia pemeriksaan dokter menunjukkan perbaikan,

    hingga akhirnya kesehatan fisik dan mentalnya pulih kembali.

    "Bekerja yang sangat berlebihan atau melampaui batas

    kemampuan manusia normal, dan kurangnya istirahat atau istilah

    populernya workaholic, akan mengakibatkan kelemahan pada tubuh

    terutama pada otak yang akhirnya akan mudah sekali jatuh sakit. Kasus

    F di atas adalah salah satu contoh, bimbingan penyuluhan Islam yang

    diamalkan F telah membuahkan hasil, yaitu pulihnya kepercayaan din

    dan optimisme, sehingga dapat meningkatkan kekebalan (imunitas)

    tubuh, dengan demikian proses penyembuhan penyakit lebih cepat dan

    terhindar dari berbagai komplikasi. Sungguh hidup ini adalah ibadah,

    pekerjaan yang diberikan merupakan amanah yang dititipkan Allah Swt

    kepada kita. Dengan kekuatan iman dan takwa, selalu ingat kepada-Nya

  • 54

    (shalat, berdoa dan berdzikir), maka dalam menghadapi berbagai macam

    problem kehidupan pasien da