skripsi-analisis wacana kritis terhadap retorika hubungan islam dan amerika serikat dalam pidato...

75
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk komunikasi, tidak pernah terlepas dari simbol dan tanda- tanda dalam kehidupannya yang diciptakan baik secara alamiah ataupun diciptakan oleh manusia itu sendiri. Sebagai makluk yang dikaruniai daya pikir, manusia juga dikarunia ketrampilan untuk berkomunikasi dengan indah dan modern, sehingga manusia dapat melintasi rintangan jarak dan waktu untuk bekomunikasi. Dengan ini terciptalah simbol- simbol maupun tanda yang memberikan makna tersendiri pada gejala- gejala yang terjadi di dalam lingkungan di mana manusia itu tinggal. Hal ini membuktikan bahwa manusia sudah mampu mempunyai kebudayaan tersendiri untuk membangun komunikasi yang lebih canggih daripada peradaban sebelumnya. Kemampuan manusia membangun komunikasi ini tidak terlepas dari peran bahasa, peran simbol dan peran tanda yang membantu manusia untuk saling beruhubungan antara satu dengan lainnya. 1

Upload: viesztra-novierra

Post on 26-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

analisis wacana

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk komunikasi,

tidak pernah terlepas dari simbol dan tanda- tanda dalam kehidupannya

yang diciptakan baik secara alamiah ataupun diciptakan oleh manusia itu

sendiri. Sebagai makluk yang dikaruniai daya pikir, manusia juga dikarunia

ketrampilan untuk berkomunikasi dengan indah dan modern, sehingga

manusia dapat melintasi rintangan jarak dan waktu untuk bekomunikasi.

Dengan ini terciptalah simbol- simbol maupun tanda yang memberikan

makna tersendiri pada gejala- gejala yang terjadi di dalam lingkungan di

mana manusia itu tinggal.

Hal ini membuktikan bahwa manusia sudah mampu mempunyai

kebudayaan tersendiri untuk membangun komunikasi yang lebih canggih

daripada peradaban sebelumnya. Kemampuan manusia membangun

komunikasi ini tidak terlepas dari peran bahasa, peran simbol dan peran

tanda yang membantu manusia untuk saling beruhubungan antara satu

dengan lainnya.

Manusia mempunyai kecakapan yang aktif dengan menggunakan

tanda dan simbol terlebih bahasa sebagai alat perantara untuk

menyampaikan maksud pikiran mereka. Bahasa mempunyai definisi sistem

lambang atau arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk

bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005) bahasa berfungsi

sebagai penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan

objek, fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, dan melalui

1

Page 2: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut

fungsi transmisi dari bahasa. Tujuan bahasa pun sama mengikuti fungsinya

yaitu menghubungkan pesan atau informasi antar sesama manusia.

Tanpa bahasa hakekatnya manusia mati secara sosial. Bahasa

mempunyai kekuatan tersendiri untuk manusia dalam menunjukkan segala

bentuk ide, konsep, dan pengertian dari hasil pemikiran manusia, yang mana

sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan indikator perkembangan

intelektual dan sosial seseorang. Dari sudut aksiologi dan ontology, bahasa

merupakan alat penyampaian pesan yang berkonotasi emotif, afektif, dan

penalaran.

Bahasa erat kaitannya dengan cara berpikir seseorang. Pola pikir

seseorang terlihat dari cara ia membahasakan segala sesuatu hal. Salah satu

bentuk dari proses pemaparan pikiran adalah pidato. Pidato merupakan hasil

proses pemikiran seseorang yang mana dituangkan dengan berbicara kepada

khalayak umum dengan memberikan urutan pemaparan dalam bentuk

sistematis yang berupa sebuah topik informasi dengan tujuan khalayak

pendengar dapat mengetahui dan mengikuti maksud komunikator tersebut.

Proses pemikiran lain yang dapat dituangkan manusia lewat

berbahasa adalah dengan retorika dan propaganda. Sejatinya retorika

terkenal dengan seni berbicara. Jika dilihat dari asal kemunculannya,

retorika berasal dari bahasa Yunani rhetor, bahasa Inggris orator, yang

berarti mahir berbicara dihadapan umum (Wahyono, 1989:40). Sedangkan

di sisi lain menurut Carl I.Hovland (Propaganda: 2007) propaganda berarti

usaha untuk merumuskan secara tegas azas- azas penyebaran informasi serta

pembentukan opni dan sikap, yang sering kali propaganda dianggap sebagai

suatu usaha dalam melakukan komunikasi yang bersifat persuasif,

direncanakan untuk mempengaruhi pandangan dan tingkah laku individu-

individu agar sesuai dengan keinginan dari propagandis (orang yang

melakukan propaganda).

2

Page 3: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

Pidato, retorika, dan propaganda sering kali dipakai sebagai alat

komunikasi politik, karena ketiga-tiganya mempunyai bentuk, tujuan dan

fungsi yang hampir sama yaitu untuk mempengaruhi orang lain agar dapat

mengikuti kemauan dari orang yang melakukan ketiga kegiatan seni

berbahasa tersebut. Berbicara mengenai komunikasi politik tentulah yang

tergambar adalah unsur-unsur politik yang melingkupi dan mendasari

kegiatan pidato, retorika dan propaganda.

Berbicara tentang politik, tidak terlepas dari pembicaraan mengenai

kebijakan. Kebijakan merupakan ide atau rencana yang telah disetujui

bersama oleh sekelompok orang tertentu, partai politik, ataupun pemerintah.

Kebijakan dikeluarkan oleh orang yang mempunyai kuasa atas suatu

pembuatan dan penentuan keputusan, yang salah satunya adalah presiden.

Presiden di sini dititikberatkan bertugas sebagai pembuat kebijakan untuk

menentukan solusi dari suatu isu, permasalahan ataupun tujuan yang penting

yang ingin disampaikan kepada negaranya atau dalam bentuk kerja sama

terhadap negara lain.

Adapun kebijakan dalam bentuk kerja sama terhadap negara lain

yang bersifat politik disebut dengan kebijakan luar negeri. Suatu kebijakan,

khususnya kebijakan dalam bidang politik luar negeri identik dengan sikap

politik yang dimiliki seseorang atau suatu negara. Definisi kebijakan luar

negeri diberikan oleh Holsti (1992:92), ia mengatakan, kebijakan luar negeri

adalah aksi-aksi atau ide -ide yang dibuat oleh para pembuat keputusan

untuk memecahkan masalah atau mengembangkan beberapa perubahan di

dalam lingkungan yaitu dalam kebijakan, sikap, tindakan, dan aksi negara.

Jika sikap politik ini diberlakukan terhadap kondisi negara lainnya,

maka politik luar negerilah yang menjadi acuannya. Politik luar negeri

adalah wawasan internasional yang dimaknai sebagai sebuah identitas yang

menjadi karakteristik pembeda suatu negara dengan negara-negara lain di

dunia. Politik luar negeri merupakan paradigma besar yang dianut sebuah

3

Page 4: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

negara tentang cara pandang negara tersebut terhadap dunia. Jika melihat

konsep bahasa dan sikap politik, dapat diberikan kesimpulan, bahwa hasil

pertautan antara bahasa dan sikap politik suatu negara adalah kebijakan,

khususnya dalam bidang politik luar negeri.

Berkaitan dengan hal komunikasi politik luar negeri yang dilakukan

oleh Barrack Obama, dalam penelitian ini penulis mengambil topik

komunikasi politik yang dilakukan oleh Presiden Amerika Barrack Obama

ketika mengadakan kuliah umum di Universitas Indonesia pada tanggal 10

November 2010. Dalam melakukan komunikasi politik luar negerinya,

Presiden Amerika Barrack Obama menggunakan teknik berpidato yang

didalamnya juga menggunakan unsur retorika sebagai pencitraan seorang

pemimpin kulit hitam muda pertama yang berhasil menjadi presiden

Amerika Serikat yang ke- 44 dari kemampuan atas kekuatan berbahasanya

yang komunikatif.

Kedatangan Presiden Obama ke Indonesia tahun 2009 untuk pertama

kalinya merupakan tindak lanjut dari kunjungan yang telah diawali oleh

Hillary Clinton, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat. Kunjungan tersebut

juga dilatarbelakangi oleh kenangan akan masa kecilnya yang dihabiskan

empat tahun di Jakarta, namun dari sudut pandang politik, tujuan tersebut

memiliki makna upaya Barrack Obama dalam memperbaiki hubungan baik

dengan negara-negara Islam. Salah satu negara Islam dalam Asia Tenggara

adalah Indonesia, yang mana diketahui negara Indonesia adalah negara yang

mayoritas warga negaranya memeluk agama Islam, dan juga berpengaruh

dalam organisasi islam Internasional seperti OKI (Organisasi Konfrensi

Islam), ASEAN, dan organisasi dunia lainnya.

Dalam memperbaiki hubungan bilateral Amerika Serikat dengan

negara- negara islam, diketahui bahwa sejak pemerintahan Presiden George

W. Bush sebelum Obama, Amerika Serikat sangat bersikukuh untuk

memerangi teroris yang terjadi di kawasan Timur Tengah. Ini ditunjukkan

4

Page 5: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

dengan perang dingin melalui perang teluk antara AS dan hubungan kubu

komunitas muslim yang terbagi atas kubu komunitas muslim garis keras

(Mazrui, 2004) dan kubu muslim Asia Tenggara yang melibatkan negara

Malaysia dan Indonesia.

Ditunjukkan dengan negara AS banyak berkonflik secara terbuka

dengan berperang dan lewat embargo ekonomi maupun secara terselubung

melalui dukungan politik bagi pihak-pihak tertentu di negara kubu

komunitas muslim garis keras, sedangkan pada kubu muslim Asia Tenggara

membangun aliansi secara politik dengan pemerintahan-pemerintahan lokal

maupun ekonomi melalui bisnis multinasionalnya (Heller, 2009). Banyak

yang dikemukakan lewat pidato Obama mengenai kebijakan politik antara

AS dan Indonesia selain mengajak untuk memerangi terorisme.

Presiden Obama juga mengajak Indonesia memperkuat kerjasama

bilateral antar kedua belah negara yaitu antara bidang ekonomi,

pembangunan, investasi, isu perubahan iklim dan juga transfer teknologi

dari negara sebesar Amerika (Perspektif Online, 5 Februari 2010) dan juga

menyangkut masa depan politik luar negeri Indonesia. Kedatangannya

mengindikasikan konfrensi yang mempromosikan demokrasi AS dan

menekankan pada kontra terorisme selama kunjungannya ke Indonesia.

Seperti yang dikutip dalam situs whitehouse.gov :

(Briefing by White House Press Secretary Robert Gibbs, 2/1/10), “The President and the First Lady will be traveling to Indonesia and Australia in the second half of March. This trip is an important part of the President’s continued effort to broaden and strengthen the partnerships that are necessary to advance our security and prosperity. Indonesia is the world’s fourth most populous country, the third largest democracy; is home to the largest Muslim population in the world; and an important partner in the G20”.

Yang berarti Presiden Obama dan Ibu Negara akan melakukan

perjalanan ke Indonesia dan Australia dalam pertengahan Maret. Perjalanan

ini merupakan bagian yang penting bagi usaha Presiden untuk memperluas

5

Page 6: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

dan memperkuat kerjasama yang perlu dalam kemajuan keamanan dan

kemakmuran negaranya. Indonesia adalah negara ke empat yang

mempunyai padat penduduk, negara ketiga terbesar dalam demokrasi; dan

tempat tinggal populasi Muslim terbesar di dunia; dan menjadi kerabat

penting dalam G20;

Sekilas jika berbicara mengenai Presiden Barrack Obama, ia adalah

keturunan Afrika-Amerika pertama yang menjabat Presiden Amerika Serikat

setelah sebelumnya merupakan keturunan Afrika-Amerika pertama yang

dicalonkan oleh sebuah partai politik besar Amerika untuk menjadi

presiden. Obama terkenal public speakingnya yang menyentuh dengan kata-

kata yang bermuatan propaganda yaitu, “Yes! We Can!”. Maksud

pernyataan dari kata tersebut adalah Obama sebelum menjabat sebagai

presiden AS, ia berupaya menunjukkan kepada warga masyarakat Amerika

tentang perubahan yang dibawanya.

Pencitraan masyarakat muda Amerika yang menyukai perubahan

dapat ditunjukkan dengan sepenggal kata tersebut. Dengan memenggal

kalimat “Yes! We Can!” ada pesan yang ingin ia sampaikan yaitu dengan

kemampuannya sebagai pemimpin muda, ia mampu untuk membangun

negara adidaya tersebut menuju pembaharuan. Kata ini sangat kuat makna

sehingga mempunyai bias sampai terkenal di seluruh dunia. Selain “Yes! We

Can!”, Obama juga sangat terkenal dengan sosok kepemimpinannya yang

sangat karismatik yang cocok sebagai kepala negara adidaya yaitu negara

Amerika Serikat

Dalam pidato kemenangannya yang disampaikan di depan ratusan

ribu pendukungnya di Taman Grant di Chicago, Obama menyatakan bahwa

“perubahan telah tiba di Amerika.” Lahir di Hawaii, Obama akan menjadi

Presiden AS pertama yang lahir di luar Daratan Amerika Serikat. Ia juga

akan menjadi Presiden termuda kelima ketika menjabat dan yang kedua

sejak Lincoln yang basis politik utamanya terletak di Illinois. Presiden

6

Page 7: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

terpilih Obama disumpah sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 pada

tanggal 20 Januari 2009.

Ketika melakukan komunikasi poilitik, Obama terkenal sangat

komunikatif dengan audience-nya. Terdapat banyak penggunaan kode dan

simbol-simbol komunikasi politik dalam pidatonya tersebut melakukan

kontak mata atau tatapan langsung terhadap pendengarnya, adapun gesture

yang dicitrakan untuk memperkuat dan mempertegas kalimat yang

diucapkannya, juga penekanan kalimat yang dalam intonasi ketika

membacakan pidatonya tersebut.

Tidak hanya terkenal dengan penggunaan kode verbal dan nonverbal

yang dipakai dalam menjalankan fungsi komunikasi politik, Obama juga

terkenal dengan citra seorang pemimpin muda yang sangat berpengaruh di

negerinya sendiri dan hampir seluruh pelosok dunia dengan perawakannya

yang mendukung citranya tersebut. Dengan latar belakang budayanya yang

meliputi setengah Afrika-Amerika, Obama dapat merepresentasikan ras-nya

(warna kulit hitam) dalam melakukan perubahan di negaranya sendiri.

Peneliti juga mengkaitkan penulisan penelitian ini dengan bidang

studi yang berkaitan yaitu Human Relation yang mana terdapat banyak

unsur, salah satunya Public Speaking dan khususnya pencitraan terlebih

komunikasi interpersonal bedasarkan hubungan bedasarkan komponen

(Bochner, 1978) yang terjadi selama kegiatan komunikasi politik yang

dilakukan antara Presiden Barrack Obama dan khalayak pendengar.

Bedasarkan permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai, ”Representasi

Pesan Komunikasi Politik Pidato Barrack Obama ( Analisis Semiotika

Saussare, Pesan Verbal dan Nonverbal Pidato Barrack Obama di

Universitas Indonesia)”. Sepengetahuan dari penulis dengan melihat

contoh kasus mengenai pidato Barrack Obama yang dilakukan di

Universitas Indonesia pada 10 November 2010, belum ada yang memuat

7

Page 8: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

penelitian dengan judul yang sama. Hal ini dapat dibuktikan dengan

pencarian judul penelitian pada internet dan sumber- sumber lainnya.

Peneliti memakai analisis retorika Ferdinand De Saussure, yang mana

terkenal dengan ahli penanda dan pertanda makna dalam linguistik.

Sehingga, dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menganalisa pidato

yang dilakukan oleh Presiden Barrack Obama dengan mengartikan apa

makna dari pesan verbal dan nonverbal yang terkandung di balik

komunikasi politiknya tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang sesuai dengan penulisan bedasarkan latar

belakang masalah di atas adalah, “Apa makna dari pesan representasi

komunikasi politik Verbal dan Nonverbal yang terdapat dalam pidato

Presiden Barrack Obama ketika mengadakan kuliah umum di Universitas

Indonesia pada 10 November 2010?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mendeskripsikan makna pesan representasi komunikasi politik verbal dan

nonverbal yang terkandung pada pidato Presiden Barrack Obama di UI

tanggal 10 November 2010.

1.4 Fokus Penelitian

Untuk menghindari lingkup penulisan yang terlalu luas, sehingga

dapat mengaburkan tujuan penulisan, maka peneliti membatasi masalah

pada mencari dan mendeskripsikan makna pesan reprensentasi komunikasi

politik verbal dan nonverbal yang terkandung pada pidato Presiden Barrack

Obama di Universitas Indonesia pada tanggal 10 November 2010 dengan

menggunakan studi analisis semiotika pertanda dan penandaan Ferdinand

De Saussure.

8

Page 9: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademis

Secara akademis, penulisan ini menambah khasanah ilmu

pengetahuan di bidang Human Relation kepada mahasiswa Jurusan Ilmu

Komunikasi dalam rangka menumbuh-kembangkan wawasan tentang studi

semiotika yang terkandung dalam sebuah pidato, pencitraan dan bagaimana

penerapan Human Relation yaitu public speaking dapat tercapai dengan

baik dalam berpidato, beretorika, dan aksi propaganda lewat komunikasi

politik yang dilakukan oleh Presiden Amerika Barrack Obama.

1.5.2 Manfaat Teoritik

Secara teoritis, penulisan ini dapat menjadi masukan dan

pemahaman analisis dalam pengembangan teori-teori komunikasi

khususnya Human Relation yaitu memperluas aplikasi kajian teori

semiotika Ferdinand De Saussure terhadap analisis teks dalam petanda dan

penandaan, memberikan pemahaman analisis semiotika Saussure khususnya

pada teks pidato berdasarkan perspektif penulis pada semiotika Saussure,

memberikan sumbangan pemikiran Saussure terhadap teks pidato Barrack

Obama, dan dapat menjadi rujukan yang diperluas untuk mengkaji berbagai

teks lainnya.

1.5.3 Manfaat Praktis

Secara praktis, penulisan ini dapat menjadi masukan bagi pihak-

pihak yang berkompeten, menambah pengetahuan berkenaan dengan hasil

penelitian ini dan dapat memberikan sumbangsih pemahaman mengenai

perilaku politik verbal dan nonverbal semiotik Presiden Barrack Obama

dalam merepresentasikan seorang pemimpin yang mempunyai kekuatan

retorika lewat komunikasi politik dalam menyampaikan pidatonya. Dan

dapat menjadi tempat bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh

9

Page 10: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

selama masa kuliah serta memperluas cakrawala pengetahuan, memperluas

kajian analisis pesan dan tanda semiotika terhadap teks pidato.

10

Page 11: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Empirik

Ada beberapa penulisan sebelumnya yang peneliti gunakan untuk di

lihat sebagai studi pustaka dari penelitian sebelumnya yang berjudul,

“ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP RETORIKA

HUBUNGAN ISLAM DAN AMERIKA SERIKAT DALAM PIDATO

OBAMA DI KAIRO, MESIR” yang diambil dari judul skripsi mahasiswi

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Inggris, Universitas

Indonesia, Juli 2010, Febrianisa Mutiara.

Dalam penulisannya tersebut, Febrianisa Mutiara mengkaji Pidato

Presiden Barrack Obama ketika berada di Kairo Mesir dalam kunjungannya

membahas hubungan bilateral Amerika dan negara- negara Islam yang salah

satunya adalah Mesir. Penelitian dilihat dari sebuah struktur retorika teks

dengan menggunakan Teori Struktur Retorika yang dikembangkan oleh

Linguis William C. Mann dan Sandra A. Thompson. Metode yang

digunakan dalam penelitiannya adalah Analisis Wacana Kritis dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif secara eksplanatif yang

dikembangkan oleh Norman Fairclough.

Dengan tujuan dapat menghasilkan pemaparan yang komperhensif

tanpa melepaskan teks tersebut dari konteksnya dan berharap pembaca dapat

melihat kompleksitas dan kedalaman struktur hierarkis dalam tataran tekstua

pidato tentang sebuah retorika.

Penelitian ini diambil oleh penulis sebagai perbandingan

pengamatan penelitian yang menitikberatkan pada penelitian tekstual pada

pidato. Yang memedakan antara penulisan Febrianisa Mutiara dengan

11

Page 12: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

penulis adalah Febrianisa Mutiara menggunakan metode Analisis Wacana

Kritis, sedangkan penulis menggunakan metode analisis studi semiotika

Ferdinand De Saussure dan menambah komponen sasaran penelitian yaitu

pesan verbal dan nonverbal komunikasi yang digunakan dan melihat

kekuatan retorika pada pidato Presiden Barrack Obama.

2.2 Kajian Teoritik

2.2.1 Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani, yaitu: semeion yang berarti

tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode

kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada

kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena

bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana

sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dapat

dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang

sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu

sendiri (Piliang,1998:262). Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang

suatu tanda (sign).

Dalam ilmu komunikasi ”tanda” merupakan sebuah interaksi makna

yang disampaikan kepada orang lain melalui tanda-tanda. Dalam

berkomunikasi tidak hanya dengan bahasa lisan saja namun dengan tanda

tersebut juga dapat berkomunikasi. Ada atau tidaknya peristiwa, struktur

yang ditemukan dalan sesuatu, suatu kebiasaan semua itu dapat disebut

tanda. Sebuah bendera, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu

keheningan, gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, rambut uban,

lirikan mata dan banyak lainnya, semua itu dianggap suatu tanda (Zoezt,

1993:18).

Dalam semiologi, penerima atau pembaca pesan, dipandang

memiliki peran yang aktif, dibandingkan dalam paradigma transmisi di

12

Page 13: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

mana mereka dianggap pasif. Semiologi lebih suka memilih istilah

“pembaca” untuk komunikan, karena “pembaca” pada dasarnya aktif dalam

menciptakan pemaknaan teks atau tanda (sign) dengan membawa

pengalaman, sikap, emosi terhadap teks atau tanda tersebut (Fiske:1990).

Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de

Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh

tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak

mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat.

Latar belakang keilmuan adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat.

Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).

2.2.2 Macam- Macam Semiotika

Menurut Patenda dalam Sobur (2006:100), ada sembilan macam

semiotika yang dikenal sekarang, yaitu:

1. Semiotik Analitik

Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.

Menurut Pierce, semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi

ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan

makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada ob-

jek tertentu.

2. Semiotik Deskriptif

Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda

yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap

seperti yang disaksikan sekarang.

13

Page 14: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

3. Semiotik Faunal (Zoo semiotic)

Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem

tanda yang dihasilkan oleh hewan.

misalnya aungan srigala menandakan adanya serigala di tempat aungan ter-

dengar.

4. Semiotik Kultural

Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.

5. Semiotik Naratif

Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam

narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore)

6. Semiotik Natural

Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dihasilkan oleh alam. Misalnya cuaca yang mendung menandakan

akan terjadinya hujan.

7. Semiotik Normatif

Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-

rambu lalu lintas.

8. Semiotik Sosial

Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang.

14

Page 15: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

9. Semiotik Struktural

Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda

yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan semiotik struktural yang

mana menjelaskan sistem tanda yang terdapat dalam teks pidato Presiden

Barrack Obama dan juga pesan verbal komunikasi politik yang dicitrakan

dengan intonasi suara Presiden Barrack Obama.

2.2.3 Semiotika Dalam Perspektif Ferdinand De Saussure

Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-

1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu

penanda (signifier) dan petanda (signified). tanda mempunyai dua entitas,

yaitu signifier (signifiant/wahana tanda/penanda/ mengutarakan/simbol) dan

signified (signifie/makna/petanda/yang diutarakan/thought of reference).

Tanda menurut Saussure adalah kombinasi dari sebuah konsep dan sebuah

sound-image yang tidak dapat dipisahkan.

Pemikiran De Saussure ini dapat di jelaskan melalui bagan elemen

pengertian pada gambar kerangka berikut:

Gambar 1.1 Bagan Elemen Pengertian Ferdinand De SaussureSumber : Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, 2011

15

SIGNFIED

SIGNIFIER

Page 16: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

Hubungan antara signifier dan signified adalah arbitrary (mana

suka). Tidak ada hubungan logis yang pasti diantara keduanya, yang mana

membuat teks atau tanda menjadi menarik dan juga problematik pada saat

yang bersamaan (Berger, 1998: 7-8). Penanda dilihat sebagai bentuk atau

wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang petanda

dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-

nlai yang terkandung didalam karya arsitektur.

Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan

petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika

signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam

sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial

diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut Saussure, tanda

terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan

konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk men-

girim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda

tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan

Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk

signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menye-

butkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika

orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal

tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure,

“Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti

dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur: 2006).

Saussure mengembangkan bahasa sebagai suatu sistim tanda. Semi-

otik dikenal sebagai disiplin yang mengkaji tanda, proses menanda dan

proses menandai. Bahasa adalah sebuah jenis tanda tertentu. Dengan

demikian dapat dipahami jika ada hubungan antara linguistik dan semiotik.

Saussure menggunakan kata ‘semiologi’ yang mempunyai pengertian sama

dengan semiotika pada aliran Pierce.

16

Page 17: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

Kata semiotics memiliki rival utama, kata semiology. Kedua kata ini

kemudian digunakan untuk mengidentifikasikan adanya dua tradisi dari

semiotik. Tradisi linguistik menunjukkan tradisi-tradisi yang berhubungan

dengan nama-nama Saussure sampai Hjelmslev dan Barthes yang menggu-

nakan istilah semiologi. Sedang yang menggunakan teori umum tentang

tanda-tanda dalam tradisi yang dikaitkan dengan nama-nama Pierce dan

Morris menggunakan istilah semiotics.

Kata Semiotika kemudian diterima sebagai sinonim dari kata semi-

ologi (Istanto:2000). Saussure kemudian merumuskan dua cara pengorgan-

isasian tanda kedalam kode, yaitu:

1. Paradigmatik

Merupakan sekumpulan tanda yang dari dalamnya dipilih satu

untuk digunakan.. dalam semiotic, paradigmatik digunakan un-

tuk mencari oposisi- oposisi (simbol- simbol) yang ditemukan di

dalam teks (tanda) yang bias membantu memberikan makna.

Dengan kata lain, bagaimana oposisi- oposisi yang tersembunyi

dalam teks menggeneralisasi makna.

2. Syntagmatik

Merupakan pesan yang dibangun dari paduan tanda- tanda yang

dipilh. Contohnya, rambu lalu lintas adalah sintagma, yakni pad-

uan dari bentuk- bentuk pilihan dengan simbol pilihan. Dalam

bahasanya, misalnya, kosakata adalah paradigm dan kalimat

adalah sintagma. Dalam semiotic, sintagmadigunakan untuk

menginterpretasikan teks (tanda) bedasarkan urutan kejdian atau

peristiwa atau kejadia yang memberikan makna atau bagaimana

urutan peristiwa atau kejadia menggeneralisasi makna.

Benny H. Hoed dalam bukunya Semiotik & Dinamika Sosial

Budaya membahas empat konsep penting dari Saussure yang perlu

dipahami.

17

Page 18: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

1. Teori Sosial tentang Bahasa dan Tanda Bahasa: Signifiant-

Signifier

Bahasa adalah alat komunikasi dalam masyarakat yang

menggunakan sistem tanda yang maknanya dipahami secara konvensional

oleh anggota masyarakat bahasa yang bersangkutan. Tanda bahasa terdiri

dari dua unsur yang tak terpisahkan yakni unsur citra akustik (bentuk)

(signifiant/penanda) dan unsur konsep (signifie/petanda). Kedua unsur itu

tak terpisahkan seperti dua sisi selembar kertas. Hubungan antara pendanda

dan pertanda, yakni antara bentuk dan makna, didasari konvensi dalam

kehidupan sosial. Kedua unsur itu terdapat dalam kognisi para pemakai

bahasa.

2. Hubungan Antartanda

Menurut Saussure, bahasa menggunakan tanda yang dimaknai secara

konvensional. Tanda-tanda bahasa itu tersusun dalam rangkaian yang

disebutnya rangkaian "sintagmatik". Dalam hal ini, tanda bahasa berada

dalam relasi sintagmatik, yakni rangkaian tanda yang berada dalam ruang

dan waktu yang sama atau relasi in praesentia. Contoh yang dapat kita

berikan dari bahasa Indonesia adalah:

Ali --> makan --> nasi.

Urutan ketiga kata itu tidak bersifat sebarang, tetapi dipedomani oleh

kaidah (langue) bahasa Indonesia. Jadi, arah panah pada contoh di atas tidak

hanya memperlihatkan urutan (karena bahasa bersifat linear), tetapi juga

hubunga fungsi sintaktis:

Subjek --> Predikat --> Objek.

Kata-kata (baca: unsur bahasa) yang berada dalam relasi sintag

gmatik tersusun dalam sebuah struktur. Kita dapat melihat pada kalimat di

atas adanya struktur, yakni unsur-unsur (Ali, makan, nasi) yang masing-

masing menempati "tempat kosong" yang kita sebut "gatra". Sesuai dengan

18

Page 19: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

kaidah (langue) Bahasa Indonesia, gatra dapat diisi oleh unsur bahasa

tertentu. Jadi, gatra adalah "tempat kosong" yang terdapat sebelum, di antara

dan sesudah panah, dalam contoh di atas, yang dapat kita sebut gatra:

(1) --> (2) --> (3).

Dalam sintaksis (1), (2), dan (3) masing-masing disebut fungsi

sintaksis dan dalam hal ini setiap fungsi itu dapat diisi kata tertentu sesuai

kaidah bahasa Indonesia. Dalam contoh yang pertama Ali --> makan -->

nasi, gatra (1) dapat diisi oleh kata seperti Amat, Ida, ia, mereka atau kucing

saya. Namun, kata-kata itu tidak dapat berada di ruang (dan waktu) yang

sama. Hubungan antara kata-kata itu bersifat asosiatif.

Kata-kata yang dapat masuk ke dalam suatu gatra itu tergolong

dalam kategori yang sejenis, biasanya dianggap masuk dalam paradigma

yang sama. Hal yang sama juga terjadi pada makan yang memunyai relasi

asosiatif dengan kata seperti menanak, menyendok dan membungkus nasi.

Begitu seterusnya, setiap gatra hanya dapat diisi unsur bahasa yang

memenuhi syarat tertentu. Oleh karena itu relasi asosiatif kemudian disebut

juga sebagai relasi paradigmatik.

Pada tataran langue, setiap penutur bahasa menguasai semacam

jejaring unsur-unsur bahasa yang terolong-golong dalam paradigma. Jadik,

sekaligus semua unsur itu dapat saling membedakan diri. Jejaring ini disebut

sistem.

3. Teori tentang "Langue" dan "Parole"

Dalam memahami bahasa sebagai alat komunikasi dan sebagai

gejala sosial, De Saussure melihat ada dua tataran yang berkaitan satu sama

lain. Bahasa sebagai gejala sosial disebut "langgage" yang terdiri atas dua

tataran. Tataran pertama--pada tataran sosial atau lintas individu--adalah

yang disebut "langue", yakni tataran konsep dan kaidah. Tataran

dibawahnya adalah yang disebutnya "parole", yakni tataran praktik

berbahasa dalam masyarakat.

Menurut De Saussure langue (kaidah) menguasai parole (praktik

19

Page 20: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

berbahasa). Tanpa menguasai langue seorang tidak dapat ikut serta

mempraktikkan langage dalam sebuah masyarakat bahasa. Jadi, kita tidak

akan dapat mempraktikan parole bahasa Urdu kalau kita tidak menguasai

dulu langue dari langage Urdu. Konsep ini dapat diterapkan pada gejala

nonverbal. De Saussure memberi contoh yang sangat terkenal yaitu

"permainan catur".

Para pemain sebagai "komunitas pecatru" menguasai kaidah

permainan tersebut, yakni langue, antara lain aturan tentang cara

menjalankan setiap jenis bidak catur, misalnya "kuda" mengikuti gerakan

"huruf L", "raja" hanya bisa bergerak satu kotak demi satu kota, "ratu" dapat

bergerak melewati semua kotak kecuali berjalan secara diagonal, dan

seterusnya. Kaidah itu mengarahkan bagaimana pecatur harus menjalankan

bidaknya, yaitu parole.

4. Bahasa yang Utama adalah yang Lisan

Bertentangan dengan pandangan Derrida (yang juga akan dibahas

dalam artikel lain), Saussure meyakini bahwa bahasa tulis merupakan

"turunan" dari bahasa lisan. Jadi bahasa yang utama adalah bahasa lisan.

Bahasa yang sebenarnya adalah bahasa lisan. Ini merupakan kritik terhadap

para peneliti bahasa yang terlampau terfokus pada bahasa tulis yang oleh de

Saussure dipandang sebagai "tidak alamiah".

Setelah berbicara tentang "langue" dan "parole" sebagai baian dari

"langage", Saussure membicarakan pentingnya bahasa lisan. "Langage"

yang utama adalah bahasa lisan, yang merupakan objek kajian utama

linguistik. Menurut Saussure, tulisan sering dianggap bahasa

yang ;menurunkan bahasa lisan karena penelitian bahasa-bahasa kuno

(seperti Yunani, Latin dan Sansekerta) memberikan citra bahwa bahasa

tertulis lebih berprestise. Padahal tulisan adalah turunan dari bahasa lisan

yang menurut de Saussure diatur oleh "langue", sedangkan tulisan

merupakan sistem yang berbeda. Bahasa lisan juga dianggap yang utama

karena menurut Saussure makna lebih dekat pada yang lisan daripada yang

20

Page 21: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

tertulis. Objek kajian utama linguistik adalah bahasa lisan.

Karena hubungan antara penanda dan petanda secara bersamaan

membentuk tanda, keduanya tidak terlepas satu sama lain. Dengan

demikian, keduanya membentuk satu kesatuan--yakni tanda--yang

seringkali (konsep seperti ini) disebut struktur. Begitu pula hubungan antara

"langue" dan "parole" (sebagai bagian dari "langage"), keduanya berkaitan

satu sama lain secara tak terpisahkan, sehingga membentuk sebuah struktur,

yakni "langage”.

Pemikiran Saussure juga mempunyai gaung yang kuat dalam

rumpun ilmu-ilmu sosial budaya secara umum dan akhirnya menjadi sumber

ilham bagi sebuah paham pemikiran yang dinamakan strukturalisme.

Prinsip-prinsip linguistik Saussure dapat disederhanakan kedalam butir-butir

pemahaman sebagai sebagai berikut :

1.      Bahasa adalah sebuah fakta sosial.

2.      Sebagai fakta sosial, bahasa bersifat laten, bahasa bukanlah

gejala-gejala permukaan melainkan sebagai kaidah-kaidah yang

menentukan gejala-gejala permukaan, yang disebut sengai

langue. Langue tersebut termanifestasikan sebagai parole, yakni

tindakan berbahasa atau tuturan secara individual.

3.      Bahasa adalah suatu sistem atau struktul tanda-tanda. Karena itu,

bahasa mempunyai satuan-satuan yang bertingkat-tingkat, mulai

dari fonem, morfem, klimat, hingga wacana.

4.      Unsur-unsur dalam setiap tingkatan tersebut saling menjalin

melalui cara tertentu yang disebut dengan hubungan

paradigmatik dan sintakmatik.

5.      Relasi atau hubungan-hubungan antara unsur dan tingkatan

itulah yang sesungguhnya membangun suatu bahasa. Relasi

menentukan nilai, makna, pengertian dari setiap unsur dalam

bangunan bahasa secara keseluruhan.

6.      Untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa yang prinsip-

prinsipnya yang telah disebut di atas, bahasa dapat dikaji

21

Page 22: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

melalui suatu pendekatan sinkronik, yakni pengkajian bahasa

yang membatasi fenomena bahasa pada satu waktu tertentu,

tidak meninjau bahasa dalam perkembangan dari waktu ke

waktu (diakronis).

2.3 Batasan Konsep

2.3.1 Konsep Komunikasi

Komunikasi menurut De Vito (1997) mengacu pada tindakan, oleh

satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi

gangguan, terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, da

nada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Menurut Harold D.

Laswell, cara tepat untuk menerangkan komunikasi dengan menjawab

pertanyaan, “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui

saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya?”.

Sedangkan menurut Hafied Cangara (2008) istilah komunikasi

berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.

Singkatnya definisi komunikasi merujuk pada suatu proses bertukar pesan

antara orang yang mengirim pesan (komunikator) kepada pihak yang

menerima pesan (komunikan) dengan menggunakan media sebagai

perantaranya dan kemudian mempunyai feedback yaitu tangapan balik dari

komunikan atas penyamaan makna yang sudah diterima.

Komunikasi menjadi hal yang penting bagi manusia untuk saling

berhubungan dengan sesamanya. Harold D. Laswell menyebutkan ada tiga

fungsi dasar yang menjadi penyebab komunikasi menjadi sangat penting

bagi manusia yaitu adalah hasrat manusia untuk menggontrol

lingkungannya, adalah upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan

lingkungannya, yang ketiga adalah upaya untuk melakukan transformasi

22

Page 23: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

warisan sosialisai.

Profesor David K. Berlo dari Michigan State University menyebut

secara ringkas bahwa komunikasi sebagai instrument dari interaksi sosial

berguna untuk mengetahui dan memprediksi orang lain, juga untuk

mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan

dengan masyarakat (Byrnes,1965).

Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang dikemukakan secara

sadar atau tidak, dikenal dan sebaliknya, juga tidak perlu mereka yang

terlibat (komunikator dan komunikan) meyepakati tujuan komunikasi antara

lain, yaitu menemukan yang dalam pengertiannya yaitu penemuan akan diri;

berhubungan dengan orang lain sebagai motivasi yang kuat; untuk

meyakinkan untuk mengubah sikap dan perilaku; dan untuk menghibur diri

(De Vito, 1997:31-33). Memang ada tujuan-tujuan lain menurut para ahli,

tetapi penulis menjabarkan empat tujuan sebagai yang utama dalam proses

berkomunikasi.

Dalam ruang lingkupnya, komunikasi menggambarkan bagaimana

seseorang menyampaikan sesuatu lewat bahasa atau simbol-simbol tertentu

kepada orang lain dimana manusia sebagai pelaku komunikasi baik terjadi

secara tatap muka langsung atau dengan menggunakan media komunikasi

sebagai perantara pesan.

Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi yaitu sumber

yang membuat dan mengirim pesan; pesan yaitu informasi yang dibawa;

media yaitu alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari tempat

yang satu ketempat yang lain; penerima yaitu pihak yang menjadi pihak

penerima pesan; pengaruh atau efek adalah perbedaan yang terjadi sebelum

dan sesudah penerima menerima pesan; tanggapan balik sebagai bentuk

pengaruh yang berasal dari penerima; dan lingkungan dimana faktor- faktor

atau situasi dapat mempengaruhi proses pengiriman pesan.

23

Page 24: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

Menurut pakar komunikasi bukan hanya definisi komunikasi yang

berhak untuk di klasifikasi atas pembagiannya tetapi juga dalam bentuk

komunikasi yang dapat diklasifikasi. Klasifikasi dibagi bedasarkan atas

sudut pandang masing- masing pakar menurut pengalaman dan bidang studi

yang dialami. Joseph De Vito (Communicology: 1982) membagi komunikasi

kedalam empat macam, yakni komunikasi intrapribadi; komunikasi

antarpribadi; komunikasi kelompok kecil; komunikasi publik; dan

komunikasi massa.

2.3.2 Pesan Verbal dan Nonverbal

Dalam proses komunikasi yang dilakukan antara manusia, salah satu

unsur yang terpenting dalam melakukan proses komunikasi adalah pesan

(message). Pesan, komunikator, dan komunikan tidak dapat terlepas antara

satu dengan yang lain, tetapi menjadi keterkaitan didalamnya. Tujuan dari

komunikasi itu sendiri adalah mencoba membawa pesan atau informasi

yang hendak disampaikan antara manusia kepada sesamanya.

Pesan dapat disampaikan dengan cara melakukan tatap muka atau

jika tidak dapat berlangsung dapat juga diperbantukan dengan menggunakan

media komunikasi. Havied Changara (2005) menyebutkan bahwa isi pesan

dapat berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, bahkan

propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan diterjemahkan dengan kata

message, content, atau information. Pesan kemudian dalam

penyampaiannya dibagi menjadi pesan verbal dan pesan nonverbal.

2.3.2.1 Pesan Verbal

Pesan verbal dalam penggunaanya sering memakai bahasa. Aloliliweri

(15:1994) mengatakan bahasa sebagai alat komunikasi (lisan maupun

tulisan) yang mempunyai fungsi- fungsi yang dapat dipahami penuturnya

atau untuk dipahami para penuturnya. Fungsi- fungsi tersebut dikelompokan

kedalam empat fungsi utama yaitu menjadi identitas, sebagai wahana

24

Page 25: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

interaksi sosial, sebagai wahana kartasis atau dengan kata lainnya sebagai

konsep yang dalam psikologi menjelaskan mengenai proses pembebasan

manusia dari setiap tekanan, dan sebagai manipulasi (Arnold dan Hirsch:

1997).

Komunikasi verbal merupakan pesan- pesan lisan yang dikirimkan

melalui suara. Komunikasi lisan biasanya melibatkan simbol- simbol verbal

dan nonverbal sedangkan komunikasi tertulis merupakan komunikasi

melalui kata- kata yang ditulis atau dicetak. Komunikasi verbal-tertulis

berurusan dengan penciptaan dan pengiriman pesan. Pesan lisan diucapkan

terus-menerus dengan suara yang menghubungkan kata demi kata,

sedangkan dalam komunikasi tertulis, kata- kata tampak berbeda satu sama

lain karena dikelilingi oleh spasi, koma, titik koma, dan titik (Liliweri, 378:

2011).

Pesan verbal terbagi atas bahasa lisan dan tertulis. Efektivitas bahasa

lisan dilihat dari pengucapan dalam berbicara, kejelasan kata yang

diucapkan, kosakata, rasa percaya diri, suara nada dan gaya. Sedangkan

pada bahasa tertulis terdapat ”perangkat penulisan” yang merujuk pada

factor yang mempenagruhi kapasitas seseorang seperti mendengar,

membaca, kemampuan berpikir, memori, kekuatan pengamatan dan

kekuatan belajar, kemampuan mengumpulkan dan menganalisa informasi,

daya imajinasi, satuan bahasa, kemampuan menulis, dan kemampuan

mendayagunakan medium (Liliweri, 381: 2011).

2.3.2.2 Pesan Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan

pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk

melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan

tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat

dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling

jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan

25

Page 26: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

sehari-hari.

Sobur (2009) mendefenisikan pesan nonverbal kedalam komunikasi

tanpa bahasa, tanpa kata makan pesan nonverbal berarti tanda minus bahasa

atau tanda minus kata. Berbeda dengan De Vito, mengungkapkan pesan

nonverbal adalah pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, gerakan

mata, ekspresi wajah, sosok tubuh, penggunaan jarak (ruang), kecepatan,

dan volume bicara bahkan juga keheningan (1997:177). Menurutnya dengan

sikap- sikap seperti ini kita dapat melihat apa yang ada di balik pesan- pesan

verbal yang “jelas”.

Jika dirangkum kedua pengertian ahli, definisi mengenai pesan non

verbal berupaya untuk menjadi subtitut atau pengganti pesan verbal ketika

bahasa tidak mampu bekerja dan diolah menjadi pesan dan peran dari tiap-

tiap anggota tubuh bekerja untuk menarik sehingga terciptanya sebuah

pencapaian pesan pada komunikan.

Terdapat enam ciri umum dari pesan- pesan nonverbal seperti

bersifat komunikatif, kontekstual, paket, dapat dipercaya, dikendalikan oleh

aturan, dan seringkali bersifat metakomunikasi. Semuanya ini dinamakan

universal. Ada enam fungsi utama dari pesan nonverbal menurut para

periset nonverbal (Ekman, 1965; Knapp, 1978) seperti untuk menekankan

beberapa bagian dari pesan verbal, untuk melengkapi dan memperkuat

makna dari pesan verbal, untuk menujukkan kontradiksi, mengatur dalam

hal ini mengendalikan dan mengisaratkan pesan, untuk mengulangi atau

menegaskan sebuah pesan dan untuk menggantikan pesan verbal.

Liliweri (2011) mengkategorikan pesan-pesan nonverbal sebagai

berikut:

a. Pesan Kinesik. Bidang komunikasi visual Nonverbal dapat diperinci

dalam beberapa komponen: (1) bahasa isyarat (gestures),

menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan

26

Page 27: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna; (2) ekspresi wajah

menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat

menyampaikan paling tidak ada 30.000 lebih ekspresi wajah yang

maknanya berbeda satu dengan yang lain seperti: kebagiaan, rasa

terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman,

minat, ketakjuban, tekad, dan senyuman. Senyuman dalam budaya

Asia Tenggara pada umumnya, berungsi menutupi kemarahan,

perasaan malu, perasaan marah; (3) bersalaman (handshake)

merupakan sesuatu yang patut diperhatikan dalam komunikasi antar

budaya. Ada perbedaan tafsiran antarbudaya terhadap makna

bersalaman; (4) kontak mata adalah koneksi visual yang

menggambarkan salah satu pihak menatap kedalam mata pihak lain.

Tatapan mata merupakan pesan yang paling intens untuk

memunjukkan emosional; (5) tampilan fisik tubuh (Jalaludin

Rakhmat, 1994) berkenaan dengan keseluruhan anggota badan,

makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan

kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur

yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan

dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi

pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang

yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c.

Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada

lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak

berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

b. Pesan Prosemik. Adalah bahasa nonverbal yang ditampilkan melaui

“ruang” dan “jarak” antara individu dan orang lain waktu

komunikasi atau antara individu dan objek. Prosemik dibagi atas

prosemik jarak, prosemik ruang, dan prosemik waktu. Prosemik

jarak merupakan bahasa jarak sebagai simbol komunikasi yang

paling sensitive. Jarak dapat digolongkan sebagai zona intim(0- 45

27

Page 28: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

cm), zona pribadi (45- 122 cm), zona sosial (122- 300 cm), dan zona

public ( >300 cm). Prosemik ruang dibagi kedalamenam aspek yang

meliputi ukuran ruang, hawa atau udara dalam ruang, warna,

pencahayaan, jangkauan ruang, dan bentuk dan tata letak ruang.

Sedangkan prosemik waktu menentukan kedekatan sosial dan

personal antara dua orang dalam komunikasi personal, karena itu

waktu dapat menggambarkan sebuah peristiwa yang dapat

memberikan makna, maksud, dan tujuan tertentu. Ada dua konsep

yang menjelaskan prosemik waktu yaitu monokrik (pandangan

bahwa waktu selalu bergerak secara liner, waktu akan bergerak

seperti deret hitung, pergantian waktu merupakan sesuatu yang tidak

terlalu luar biasa) dan polikronik (pandangan terhadap waktu waktu

yang sangat berharga).

c. Pesan Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan

dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal

yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan

secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya

sebagai parabahasa. Seperti volume suara yang dapat menentukan

derajat sopan santun kepada siapa kita berbicara.

d. Pesan Artefak dalam komunikasi nonverbal dengan berbagai benda

disekitar kita. Benda digunakan untuk menampilkan pesan saat

digunakan. Dalam situasi sosial, benda memberikan pesan kepada

orang lain.

2.3.3 Konsep Teks, Bahasa, dam Makna

Teks merupakan kata- kata, klausa atau kalimat yang diucapkan dan

dapat berupa tulisan yang membentuk suatu makna. Untuk memahami

makna dalam teks, tidak hanya satu sisi, tetapi harus mempunyai banyak

sudut pandang yang harus dilihat untuk mengartikan sebuah makna dalam

teks. Penulis mengkaitkan konsep yang dikemukana oleh Halliday, yaitu

context of situation, maksudnya "melalui sebuah hubungan yang sistematik

28

Page 29: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

antara lingkungan sosial pada satu sisi dan organisasi bahasa yang

fungsional pada sisi lainnya" (Halliday, 1985:11) yang diartikan dalam

memahami suatu makna dalam teks juga harus dilihat dari konteksnya.

Teks membentuk suatu kalimat yang tertata dalam bahasa. Bahasa

adalah simbol yang dipakai untuk mewakili suara manusia yang ketika

disatukan membentuk frasa, kata, dan kalimat; bahasa adalah sitem tanda,

simbol, isyarat, atau aturan yang digunakan dalam komunikasi. Bahasa oleh

manusia diciptakan sebagai alat berkomunikasi untuk dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan dalam kehidupan sosial dan kultural (Alo Liliweri,

340-341: 2011)

Bahasa sebagai alat komunikasi (lisan maupun tulisan) yang

mempunyai fungsi- fungsi yang dapat dipahami penuturnya atau untuk

dipahami para penuturnya (Alo liliweri, 15:1994). Fungsi- fungsi tersebut

dikelompokan kedalam lima fungsi dasar yaitu:

(1) Bahasa deskriptif yang mana melalui bahasa manusia

menggambarkan pikiran dan perasaanya melalui ungkapan kata- kata atau

kalimat kepada orang lain. Umumnya bahasa deskriptif menampilkan pesan-

pesan berupa data, fakta- fakta sebagaimana “apa adanya” pada pihak lain;

(2) Bahasa ekspresif merupakan penggunaan bahasa untuk

“mengekspresifkan” pikiran, perasaan, dan perbuatan dengan

mengungkapkan kata- kata secara verbal ditambah visual dan vokal

(paralinguistik). Fokus dari fungsi bahasa ini adalah bagaimana cara untuk

menyampaikan pesan berbasis pada emosi;

(3) Bahasa langsung, yang mana diucapkan atau ditulis secara

langsung dari sumber kepada penerima. Umumnya, pada bahasa langsung

pesan berisi perintah atau anjuran dari pengirim kepada penerima untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu;

29

Page 30: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

(4) Bahasa seremonial artinya bahasa yang terstruktur bedasarkan tata

aturan dan kebiasaan atau etika komunikasi yang berlaku. Aspek seremonial

bahasa terletak pada aktivitas mengomunikasikan pesan secara terprogram,

dengan tujuan dan fungsi tertentu, dengan struktur sesuai etika

berkomunikasi dengan mengharapkan sesuatu yang akan terjadi;

(5) Bahasa khusus, merupakan bahasa spesial yang dipakai untuk

mengirimkan informasi, mengekspresikan perasaan, berkomunikasi secara

langsung atau mengarahkan penerima dengan ungkapan atau kata-kata atau

pepatah khusus yang hanya dimengerti dalam konteks penerima.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahasa merupakan syarat bagi

manusia untuk melakukan proses komunikasi. Disebutkan bahwa dalam

bahasa terdapat simbol- simbol, tanda, isyarat, atau aturan yang dipakai

untuk berkomunikasi. Tiap pencitraan simbol, tanda, dan isyarat dalam

bahasa mempunyai pengertian makna berbeda-beda yang digunakan dalam

konteks atau situasi yang sudah, sementara, dan yang akan terjadi.

Pemberian makna merupakan proses yang aktif. Makna diciptakan

dengan kerja sama di antara sumber dan penerima, pembicara dan

pendengar, penulis dan pembaca (Wendell Johnson, 1951). Menurut

Johnson (1951), makna tidak terletak pada kata- kata melainkan manusia.

Kita menggunakan kata- kata untuk mendekati makna yang ingin kota

komunikasikan. Tetapi kata- kata ini tidak secara sempurna dan lengkap

menggambarkan makna yang kita maksudkan.

Demikian pula, makna yang di dapat pendengardari pesan- pesan kita

akan sangat berbeda dengan makna yang kita ingin komunikasikan.

Komunikasi hanya adalah sebuah proses yang kita gunakan untuk

mereproduksi , di benak pendengar apa yang ada di dalam benak kita.

Reproduksi ini hanyalah sebuah proses parsial dan selalu bias salah.

30

Page 31: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

2.3.4 Konsep Situasi Dalam Teks

Situasi adalah lingkungan tempat teks beroperasi. Konteks situasi

adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal) maupun

lingkungan tempat teks itu di produksi (diucapkan atau ditulis). Untuk

memahami teks dengan sebaik- baiknya, diperlukan pemahaman terhadap

konteks situasi dan konteks budayanya. Dalam pandangan Halliday (1978:

110), konteks situa terdiri dari tiga unsur, yakni medan teks, pelibat teks,

dan modus teks.

2.3.5 Konsep Tanda, Simbol dan Kode

Tanda, simbol dan kode dalam kehidupan sehari- hari tidak dapat

dipisahkan dari pengertian yang sama. Manusia tidak dapat membedakan

konsep antara simbol dan kode karena keduanya mempunyai persepsi yang

hampir sama. Kedua konsep ini dipakai dalam ilmu semiotika untuk

menjelaskan sistem kognitif manusia ketika berhadapan dengan tanda.

Tanda (sign) merupakan “pengidentifikasi” atau merupakan “sesuatu”

yang mewakili “dirinya” dan tidak mewakili “sesuatu” yang lain. Tanda

memberikan makna yang sama untuk semua orang yang menggunakannya.

Setiap tanda berhubungan langsung dengan objeknya. Dalam pengertiannya

tanda secara langsung mewakili suatu. Tanda adalah dasar dari semua

komunikasi karena tanda menjelaskan sestuatu tentang dirinya sendiri,

apalagi makna suatu tanda ditentukan oleh penanda (signifier) dan pertanda

(signified).

Sedangkan simbol merujuk pada definisi tanda untuk mengartikan

sesuatu yang diambil dari bahasa Latin symbolicum yang semula dari bahasa

Yunani yaitu sumbolon. Verdeber (1986) menyatakan simbol selalu diwakili

oleh kata- kata yang dapat saja memiliki pengertian yang berbeda- beda

maka menurutnya, komunikasi verbal lisan maupun tertulis tergantung pada

penguasaan dan tata bahasa. (Liliweri, 347-351: 2011).

31

Page 32: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

Dan kode merupakan system yang mengorganisasikan tanda- tanda;

merupakan aturan atau konvensi tentang bagaimana kita mengkombinasikan

tanda yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Kode mengatur sebuah

tanda sehingga tanda tersebut mempunyai makna (Liliweri, 346: 2011).

2.3.5 Konsep Representasi

Ahli perilaku (behavioris) mencoba untuk mengamati dan mengukur

dunia nyata secara langsung. Fenomenologis secara eksklusif tertarik pada

pengalaman mawas diri seseorang. Ahli semiotika dan retorika mencoba

untuk memahami hubungan antara dunia internal kita dan dunia luar, dan

hubungan yang diperlukan, mereka percaya, karena dunia luar selalu

dimediasi oleh indera kita dan pikiran kita. Sementara ahli retorika telah

menyelidiki bagaimana manusia membuat dan memanipulasi simbol dalam

rangka untuk mempengaruhi manusia lain, ahli semiotik telah lebih tertarik

pada bagaimana manusia (dan hewan lainnya) menerjemahkan setiap jenis

tanda, termasuk simbol, yang diciptakan oleh orang lain, serta tanda-tanda

alami yang mungkin dihasilkan dari tanaman, hewan, atau bahan anorganik.

Kedua ahli retorika dan ahli semiotika prihatin dengan bagaimana tanda-

tanda "mediasi" antara dunia eksternal dan "dunia" internal kami, atau

bagaimana sebuah tanda "berarti" atau "mengambil tempat" sesuatu dari

dunia nyata dalam pikiran seseorang. Apa yang bersangkutan dengan para

ahli disebut representasi. Bab ini menjelaskan kekuatan dan kelemahan dari

empat jenis teori tentang bagaimana merepresentasikan gambar.

Konsep representasi telah dianggap sebagai hubungan dengan dua,

tiga, dan empat bagian. Dua bagian model yang dikaitkan dengan Saussure

(di antara banyak lainnya), yang mendefinisikan tanda linguistik sebagai

"entitas dua sisi psikologis" yang terdiri dari sarana sebuah tanda dan

maknanya. Ia menggunakan penanda kata sebagai sarana penanda

(pengalaman antecedent, atau kata, atau ungkapan, atau suara bicara) dan

kata tersebut menunjuk kepada makna dari tanda tersebut (dengan

32

Page 33: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

pengalaman sebagai akibat, atau sesuatu, atau konten, atau respon

pendengarnya).

Ketiga bagian model dikaitkan dengan Pierce (di antara banyak

lainnya), yang didefinisikan sebagai representasi hubungan antara tanda,

objek, dan penafsir.

Untuk Peirce, semiosis terjadi ketika tanda yang ada dihubungkan

dengan objek yang ditandai untuk menghasilkan makna dalam benak

penafsir.

Keempat bagian model terkait dengan Mitchell (1990). Dimensi

tambahan adalah pembuat representasi. Mitchell membayangkan

representasi sebagai sebuah segiempat dengan dua sumbu diagonal, yang

menghubungkan objek presentasional dengan yang merepresentasikan

(seperti model dyadic Saussure), dan lainnya menghubungkan pembuat

representasi ke penampil. Garis yang menghubungkan antara penanda dan

objek disebut sumbu representasi. Garis yang menghubungkan antara

pembuat dan pemirsa disebut sumbu komunikasi. Model triadic Peirce

menghilangkan dimensi keempat (pembuat) karena membolehkan

kemungkinan terjadinya gejala alamiah, yang tidak memiliki pembuat yang

hendak untuk berkomunikasi. Salah satu keuntungan dari model Mitchell,

oleh karena itu, adalah bahwa ia menekankan komunikasi, yang sesuai

untuk studi gambar, yang mungkin diciptakan dengan tujuan untuk

berkomunikasi, atau untuk mengekspresikan perasaan pencipta, atau untuk

mendapatkan respon (dimaksudkan) emosional si pemirsa.

Sebuah pertimbangan penting untuk analisis representasi adalah

hubungan antara tanda dan objek. Ahli semiotika membedakan tiga jenis

hubungan: ikon suatu relasi yang menekankan kemiripan, hubungan

simbolis yang terutama sewenang-wenang, dan hubungan indexical yang

didasarkan pada sebab dan akibat, atau hubungan seperti kedekatan fisik

atau keterkaitan. Sebagian besar representasi menggunakan lebih dari satu

33

Page 34: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

jenis hubungan antara objek tanda.

Empat jenis teori representasi piktorial secara langsung terhubung ke

tiga jenis hubungan antara gejala dan objek mereka. Teori hubungan sebab

akibat (termasuk teori transparansi dan teori pengakuan) menekankan

hubungan indeksikal dan ikonik. Kemiripan teori (termasuk nonperceptual

dan persepsi) menekankan hubungan ikonik. Teori Konvensi menekankan

hubungan simbolik. Teori konstruksi mental (termasuk ilusi, membuat

percaya, dan "melihat di dalam") menekankan hubungan ikonik dan

simbolik (Handbook Of Visual Communication. Theory, Methods, And

Media BAB 6: 122).

2.3.6 Konsep Komunikasi Politik

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai komunikasi politik, dalam

konsep penulisan ini, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai komunikasi

dan politik. Komunikasi adalah proses kegiatan pertukaran makna yang

terjadi dengan komunikator membawa pesan lewat media pada komunikan

kemudia komunikan membalas pesan tersebut dengan memberikan umpan

balik seperti tanggapan.

Sedangkan politik merujuk pada ilmu tentang kekuasaan (Harold D.

Laswell). Adapun meyebutkan bahwa ilmu politik sebagai ilmu Negara

bukan lagi dalam skope intitutsional yang statis, tetapi lebih maju dengan

melihat Negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi kehidupan

masyarakat. Sehingga digabungkan komunikasi dan politik menjadi sebuah

studi intersisiplin yang dibangun atas berbagai macam disiplin ilmu

terutama dalam hubungannya, antara proses komunikasi dan proses politik.

Dahlan (Hafied Cangara, 2009:35) mendefenisikan komunikasi politik

merupakan suatu proses pengoperan lambang- lambang atau simbol- simbol

komunikasi yang berisi pesan- pesan politik dari seseorang atau kelompok

kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara

34

Page 35: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

berpikir, serta mempegaruhi sikpa dan tingkah laku khalayak yang menjadi

target politik. Hafied Cangara menjelaskan bahwa komunikasi politik

adalah suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi atau konsekuensi

terhadap aktifitas politik yang artinya komunikasi politik memiliki pesan

bermuatan politik. Dari kedua pengertian ahli ini jelaslah bahwa komunikasi

politik adalah studi yang menjelaskan proses komunikasi yang didalamnya

terdapat lambang- lambang atau simbol- simbol komunikasi yang berisi

pesan- pesan politik yang memiliki implikasi atau konsekuensi terhadap

aktifitas politik yang ditujukan komunikator politik pada komunikan.

Komunikasi politik memiliki lima fungsi dasar menurut McNair

(2003:21) sebagai berikut.

a. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi

disekitarnya.

b. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikansi fakta yang

ada.

c. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-

masala politik, sehingga dapat menjadi wacana dalam

membentuk opini public, dan mengembalikan hasil opini

tersebut kepada masyarakat.

d. Membuat publikasi yang ditujukan pada pemerintah dan

lembaga- lembaga politik.

e. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi

sebagai sarana advokasi yang bias membantu agar kebijakan dan

program- program lembaga politik dapat disalurkan kepada

media massa.

Dalam pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah isi dari teks

pidato yang dibawakan oleh Presiden Barrack Obama termasuk salah satu

35

Page 36: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

bentuk dari komunikasi politik. Dalam penyampaian pidatonya terdapat

lambang- lambang atau simbol- simbol komunikasi yang berisi pesan- pesan

muatan politik yang terkandung didalamnya.

Hal ini dipersepsikan dengan kalimat- kalimat politis yang dibiaskan

dengan kalimat sederhana sehingga khalayak pendengar tidak tersadar

dengan pesan verbal- nonverbal politik. Bagaimana disini pengertian makna

pesan verbal- nonverbal dapat diartikan dengan teori Ferdinand Saussure

yaitu mengindikasikan tanda dalam pesan komunikasi politik yang hendak

dibangun dengan cara melihat unsur paradigmatik dan sintagmatik.

2.3.6 Retorika, Pidato, dan Propaganda Sebagai Alat Komunikasi

Politik

Aristotoles ahli retorika mendefinisikan retorika sebagai kemampuan

untuk mengemukakan suatu suatu kasus tertentu secara menyeluruh melalui

persuasi. Sedangkan menurut Sonja dan Karen Foss menyebutkan retirka

sebagai aksi manusia untuk tampil ketika mereka menggunakan simbol-

simbol dalam berkomunikasi dengan orang orang lain; Retorika juga

merupakan perspektif yang difokuskan pada proses simbolik (Liliweri, 13:

2011).

Dengan kata lain, manusia mesti berbicara berdasarkan seni

berbicara yang dikenal dengan istilah retorika. Retorika adalah seni

berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah

orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika

seringkali disamakan dengan istilah pidato. Fokus retorika mencakup segala

cara manusia dalam meggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan

di sekitarnya dan untuk mengembangkan dunia dimana manusia tinggal.

Wiyanto (2006:23) mengatakan berpidato sebenarnya kegiatan

berkomunikasi di depan umum antara pembicara dan pendengar. Salah

seorang pakar pidato, Siregar (1984:31) berpendapat bahwa pidato adalah

salah satu cara dari sekian banyak cara komunikasi antara si pembicara

36

Page 37: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

(komunikator) dengan sejumlah orang (audience). Sedangkan Rendra

(1979: 86) berpendapat bahwa berpidato adalah cara menyampaikan isi

perasaan, buah pikiran, atau cerita kepada hadirin dan hadir di depan hadirin

itu. Jadi dengan membuat kesimpulan pada definisi diatas menurut para ahli,

pidato merupakan sebuah kegiatan berkomunikasi atau sebuah seni

berbicara yang dilakukan antar komunikator dengan sejumlah komunikan di

depan umum dengan menyampaikan isi perasaan, buah pikiran, atau cerita.

Dari isi pidato yang disampaikan dapat berupa pesan, ide (butir pikiran), isi

hati atau perasaan, sebuah program atau rencana, dan lain sebagainya.

Pidato berarti kegiatan berbicara di depan orang banyak yang dilakukan di

atas sebuah mimbar atau podium dengan mengarahkan maksud dan tujuan

langsung dengan secara lisan tepat pada sasaran pendengar yaitu

komunikan. Oleh sebab itu, ketika menyampaikan pidato bukan saja

pemaparan pesan yang diperhatikan tetapi ada bebrapa aspek lain yang

sebenarnya penting juga dalam menyampaikan sebuah pidato, yaitu

penampilan, ekspresi atau mimik muka, perilaku, dan intonasi. Apabila

dalam penyampaian, aspek- aspek ini tidak diperhatikan, maka sebaik

apapun pidatonya tidak akan efektif pada sasaran yaitu komunikan. Pidato

merupakan seni berbicara di depan orang banyak.

Harorl D. Laswell (1972) mendefinisikan propaganda sebagai

keinginan yang sistematis untuk memastikan sejauh mana tingkat validitas

dan realibilitas dari suatu fenomena. Propaganda merupakan control

terhadap pendapat umum melalui simbol- simbol pesan yang signifikan

yang telah dikemas dalam kecakapan berbicara secara lebih konkret, namun

terkadang dengan argumentasi yang kurang akurat, terkadang diselipi

dengan cerita-cerita humor, laporan, gambar, dan bentuk-bentuk komunikasi

sosial (Liliweri, 773: 2011).

Propaganda seringkali dianggap sebagai suatu usaha dalam

melakukan komunikasi yang bersifat persuasif, direncanakan untuk

mempengaruhi pandangan dan tingkah laku individu agar sesuai dengan

37

Page 38: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

keinginan komunikator atau propagandis. Tujuan dari propaganda dapat

bersifat “terbuka” atau “tersembunyi” bagi audience-nya. Propaganda

menjadi senjata ampuh bagi seorang komunikator untuk memuluskan

jalannya agar maksud dan tujuannya diikuti oleh komunikan.

Dengan cara menyebarluaskan tujuan berupa informasi yang

dilakukan secara sitematis dan berulang-ulang, komunikator mengharapkan

informasi yang yang mengandung pesan tersebut dapat mengubah pendapat

komunikan mejadi mengikuti komunikator sebagai hasil proses propaganda.

Pidato, retorika, dan propaganda tidak dapat dipisahkan karena dalam

penggunaanynya ketiganya merupakan seni komunikasi yang sama

tujuannya untuk mempengaruhi khalayak pendengar.

Didalam sebuah pidato selalu mempunyai unsur retorika. Keindahan

bahasa yang mengikat di telinga pendengar menjadi kekuatan tersendiri oleh

komunikator untuk membuat topik pembicaraan tetap hidup. Tidak saja

secara lisan tetapi kekuatan retorika dan pidato terletak pada teks yang

digunakan. Oleh karenanya, dalam menyampaikan pidato, seorang

komunikator harus memahami dengan benar teks pidato yang telah

dipersiapkannya, kemudian bagaimana ia membahasakan teksnya tersebut

dengan sebuah retorika yang indah.

Dalam sebuah pidato dan retorika pun terdapat unsur propoaganda.

Hal ini yang dipahami benar oleh Presiden Barrack Obama ketika berpidato.

Obama banyak menggunakan kalimat- kalimat retoris yang menggugah

pendengarnya. Salah satu penggunaan retorika dalam pidatonya terdapat

pada bahan penelitian yang akan penulis teliti. Bagaimana dengan kekuatan

retorika dalam teksnya dapat menyampaikan maksud dan tujuannya sampai

pada pendengar dengan penggunaan tanda verbal dan nonverbal komunikasi

politik.

38

Page 39: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

2.4 Kerangka Berpikir

Pidato merupakan seni berbicara di depan orang banyak, sama

halnya dengan retorika dan propaganda. Retorika, pidato, dan propaganda

adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang

kepada sejumlah orang secara langsung dengan bertatap muka. Tidak ada

perbedaan yang signifikan untuk membedakan pidato, propaganda, dan

retorika karena bertujuan sama yaitu mempengaruhi khalayaknya untuk

mengikuti keinginan dari komunikator atau orang yang menyampaikan

pesan.

Dalam pidato mempunyai unsur retorika dan propaganda,

sebaliknya di dalam propaganda mempunyai unsur retorika dalam bentuk

sebuah pidato. Yang paling terpenting dalam kegiatan berpidato adalah

proses pemaparan pesan. Pesan sebelum dipaparkan, harus disusun terlebih

dahulu dengan mempertimbangkan apa poin-poin yang akan dipaparkan

dengan penyusunan bahasa

Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menghubungkan

bagaimana kekuatan retorika dapat berhasil dengan menganalisis teks pidato

menggunakan analisis semiotika. Tujuan analisis semiotika berupaya untuk

menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik

sebuah tanda seperti teks, iklan, dan berita disebabkan sistem tanda sifatnya

amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Karena

pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai

konstruksi sosial dimana pengguna tanda tersebut berada (Rachmat

Kriyanto, 2010: 266).

Teks pidato sebagai sistem tanda mempunyai makna yang harus dapat

diartikan dengan menggunakan teori dan analisa tanda yang jelas. Sebab

dalam teks pidato mempunyai banyak makna yang terkandung entah

disampaikan secara “tampak” atau tidak. Dalam teori analisis semiotika,

disebutkan bahwa tanda- tanda mempunyai arti yang luas. Tiap teks

39

Page 40: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

mempunyai banyak makna, ini yang memungkinkan khalayak pendengar

harus menganalisis tiap teks dengan melihat dan memahami sesuai dengan

konteks dan tanda- tanda yang ada.

Penulis mengambil pemikiran Ferdinand De Saussure yang

menggunakan penanda (signifier) dan pertanda (signified) untuk

menjelaskan tanda dan makna dalam sebuah teks pidato. Dalam konsep

pemikiran De Saussure teks pidato merupakan tanda-tanda yang mempunyai

makna bagi si komunikator untuk dinyatakan pada khalayak pendengar.

Tiap-tiap kata yang diucapkan dengan memuat unsur komunikasi politik

dengan tambahan kode nonverbal seperti gerakan tubuh, mimik wajah, dan

lirikan mempunyai tanda yang mempunyai makna berbeda-beda, sehingga

penanda dan pertanda tersebut harus dapat diinterpretasi secara subjektif

agar dapat membentuk suatu makna yang sama antara Obama dan khalayak

pendengar.

Namun, dalam konsep Saussare mempunyai syarat yaitu antara

komunikator dan komunikan harus mempunyai bahasa atau pengetahuan

yang sama terhadap system tanda tersebut agar komunikasi dapat berjalan

dengan lancar (Rachmat Kritanto, 2010: 270).

40

Page 41: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

Bedasarkan permasalahan di atas, maka penulis akan membuat

kerangka kerja penelitian sebagai berikut:

41

Page 42: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan penelitian

studi pendekatan kritis khususnya metodologi riset kualitatif dimana metode

risetnya diambil dari studi semiotika Ferdinand De Saussare dengan

menggunakan analisis deskriptif. Kirk dan Miller (1986:9) mendefinisikan

bahwa penelitin kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia

baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Rachmat Kriyanto (2010) menyebutkan bedasarkan tataran atau

cara menganalisis data, dikenal beberapa jenis atau tipe riset salah satunya

adalah jenis deskriptif. Jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara

sistematis, faktul dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau

objek tertentu. Penelitian dengan menggunakan studi analisis semiotika

dilihat dari tujuannya (Rachmat Kriyanto, 2010:266) berupaya untuk

menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik tanda

baik itu teks, iklan, dan berita.

Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada

penggunaan tanda tersebut. Pemikiran penggunaan tanda merupakan hasil

pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut

berada. Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menjelaskan makna

pesan verbal dan nonverbal dari pidato Presiden Obama ketika mengadakan

kuliah umum di Universitas Indonesia pada 10 November 2010 pdi

hadapan pendengarnya.

42

Page 43: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

3.2 Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian dalam penulisan ini yaitu berupa teks

serta visualisali pidato Presiden Obama ketika berpidato.

3.3 Unit Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis studi semiotik

Ferdinand De Saussare. Ada lima pandangan menurutnya yang menjadi

penggorganisasian tanda yaitu Signifier dan Signified (penanda dan

pertanda); Form dan Konteks; Langue dan Parole; Sinkronik dan

Diakronik; Sintagma dan Assosiatif; yang akan dipakai dalam menganalisis

data. Yang menjadi unit untuk di analisis adalah teks pidato serta visualisali

Obama ketika berpidato.

3.4 Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata- kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sumber data diperoleh dari:

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertma

atau tangan pertama dilapangan (Rackmat Kriyantono: 2010). Dalam

penelitian ini, data primer yang digunaka diambil dari penelitian kepustakan

(library research) dengan mengumpulkan literature dan bacaan yang relevan

untuk mendukung penelitian. Data primer yang diambil berupa video

dokumentasi rekaman Pidato Presiden yang diambil dari media sosial

Youtube, dan teks pidato yang berasal dari website yang di ambil dari

internet yaitu situs www.whitehouse.gov. jadi dapat dikatakan data yang

dipakai bersifet primer karena diperoleh langsung dari dari hasil unduhan,

43

Page 44: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

bukan hasil analisis yang sudah digunakan sebelumnya (penjelasan

dijabarkan pada latar belakang).

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua. Data

sekunder dapat diperoleh dari data primer penelitian sebelumnnya yang

telah diolah lebih lanjut menjadi informative bagi pihak yang memerlukan

(Rackmat Kriyantono: 2010). Data sekunder bersumber dari kumpulan

studi pustaka yang memuat isi penelitian yaitu makalah penelitian terdahulu,

catatan para ahli, surat kabar, opini pengamat, dan buku-buku yang

berkaitan dengan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi

yaitu penulis mengumpulkan data dari rekaman berupa video sewaktu Presi-

den Barrack Obama berpidato di Universitas Indonesia tanggal 10 Novem-

ber 2010 serta teks pidato sebanyak 6 halaman yang terdiri dari 51 paragraf

yang diambil pada transkip pidato resminya (http://www.whitehouse.gov)

Selanjutnya dilakukan metode observasi yang mana instrumennya

digunakan dari panduan pengamatan yang diambil dari pembatasan

masalah, tujuan penelitian, dan ditinjau dari kajian teoritik dan konsep

sebagai pedoman dan tentunya lembar pengamatan untuk menulis hasil

pengamatan. Adapun proses pengumpulan data dilakukan dengan langkah-

langkah berikut ini.

1. Teks pidato dibaca secara keseluruhan.

2. Bagian dari teks pidato dipilah dan dicatat, kemudian dipilah

dalam kategori proses, partisipan, dan sirkumstan.

3. Untuk data lisan, dilakukan pencatatan pada bagian-bagian yang

mendukung analisis retorika dan diberikan penandaan untuk

44

Page 45: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

memperjelas maksud dari data.

Berbeda dengan teks pidato yang diteliti, meneliti data visual

dilakukan dengan beberapa cara seperti:

1. Video yang sudah di ambil dari website kemudian di tonton

secara keseluruhan

2. Pada bagian yang dituju, gambar akan di potong dan dianalisa

dengan menggunakan teori yang digunakan.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam hal ini, data yang digunakan adalah data tertulis dan lisan

yang berupa pidato pelantikan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

Berikut ini adalah prosedur analisisnya, yaitu:

(1) Data dipilah menjadi teks dan visualisasi berupa rekaman pidato

(2) Data yang sudah dipilah, kemudian diidentifikasi dalam teori De

Saussure

(2) Berdasarkan hasil identifikasi, data dianalisis dan dituliskan

hasil analisisnya .

(3) Data kemudian diidentifikasikan dan dianalisis ke dalam

konteks situasinya.

(4) Hasil dari analisis (1), (2), dan (3), kemudian dideskripsikan

untuk menemukan jawaban kekuatan retorika dalam teks pidato

pelantikan Presiden Amerika Serikat , Barack Obama.

(6) Menginterpretasikan hasil analisis.

45

Page 46: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

3.7 Korpus Data

Korpus data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

teks dan pesan nonverbal pidato Presiden Barrack Obama.

3.8 Rincian Biaya

Rincian biaya yang digunakan dalam proposal penelitian ini

sebanyak Rp 756.500.00

3.9 Organisasi

1. Pembimbing I : Prof. Dr. Aloysius Liliweri, M.S

NIP. 19570619 198103 1 001

2. Pembimbing II : Drs. Umrah Kamahi, M.Si

NIP. 19620930 198901 1 001

3. Nama Peneliti : Angaela Ivania Kanapau

NIM 0903051636

4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Human Relations

3.10 Jadwal Penelitian

Proposal penelitian dibuat selama dua minggu dan penelitian akan

dilaksanakan selama dua minggu.

46

Page 47: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

DAFTAR PUSTAKA

Barthes, Rolend. 2012. Elemen Elemen Senmiologi. Yogyakarka: Jalasutra.

Cangara, Havied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cangara, Havied. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

DeVito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti.

_____________________. 1994. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Herrick, J. A. 2001. The Hisrtory and The Theory of Rhetoric, Massachussest: Allyn and Bacon

Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, Jakarta: Ko-munitas Bambu.

King, Larry. 2010. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja Dimana Saja, Raha-sia Komunikasi Yang Baik, Jakarta: Gramedia Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia

PustakaUtama.

Kriyanto, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Ken-cana Prenada Media Group.

Leanne, Shell. 2009. Berbicara dan Menang Seperti Obama. Jakarta: Gra-media Pustaka.

Liliweri, Alo. 1994. Komunikasi Verbal dan Nonverbal, Bandung: Citra Aditya Bakti.

47

Page 48: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

__________. 2011. Komunikasi Seba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

LittleJhon, W Stephen. 2011. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Hu-manika.

Moleong, Lexy. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Rahardjo, Turnomo. 2009. Cetak Biru Teori Komunikasi dan Studi Komu-nikasi di Indonesia, Jakarta: Universitas Diponegoro

Rakhamat, Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya

Penelitian Sebelumnya:

Mutiara, Febrianisa. 2010. Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika

Hubungan Islam dan Amerika SErikat Dalam Pidato Barrack Obama di

Mesir, Jakarta: Universitas Indonesia.

48

Page 49: Skripsi-Analisis Wacana Kritis Terhadap Retorika Hubungan Islam Dan Amerika Serikat Dalam Pidato Obama Di Kairo, Mesir

Internet:

http://www.whitehouse.gov

http://www.youtube.com/results?

search_query=pidato+presiden+obama+di+ui&oq=pidato+presiden+obama

+di+ui&gs_l=youtube.

http://ndahindah.wordpress.com/2012/05/17/semiotika-makna-dalam-

komunikasi/ http://organisasi.org/pidato/Pengertian Pidato/

Tujuan/Sifat/Metode/Susunan Dan Persiapan Pidato Sambutan/

http://fahri99.wordpress.com/2006/10/14/semiotika-tanda-dan-makna/

http://archaeologyofknowledge.blogspot.com

http://kolom-biografi.blogspot.com/

http://www.kompasiana.com/channel/polhukam

http://raaratiara.blogspot.com/2012/12/teori-representasi.html

49