skripsi analisis perkembangan kemampuan keuangan daerah

94
SKRIPSI ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN GOWA Oleh: MUH. BAKRI S 105730450813 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKRIPSI

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

DI KABUPATEN GOWA

Oleh:

MUH. BAKRI S 105730450813

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2021

ii

SKRIPSI

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

DI KABUPATEN GOWA

Oleh:

MUH. BAKRI S 105730450813

Skripsi ini diajukan sebagai bentuk persyaratan untuk mendapat Gelar Sarjana

Akuntansi (S.Ak) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2021

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kedua Orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda

Ketulusan dan Hati atas doa yang tak pernah putus

Semangat yang tak ternilai

Untuk orang orang terdekatku yang tersayang

untuk alamaterku kebangganku

Motto,

Orang orang yang sukses

Telah belajar membuat diri mereka

Melakukan hal yang harus dikerjakan,

Ketika hal itu memang harus dikerjakan

Entah mereka menyukainya atau tidak.

LEMBA R PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Penelitian : “Analisis Perkembangan Kemampuan Keuangan

Daerah dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi

Daerah di Kabupaten Gowa”

Nama Mahasiswa : Muh. Bakri S

No. Stambuk/ NIM : 105730450813

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah diujiankan serta dipertahankan di hadapan penguji pada Ujian

Skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 30 Januari 2021 di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis di Ruangan IQ 7.1 Gedung Iqra Unismuh Makassar.

Makassar, Januari 2021

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Ansyarif Khalid, SE., M. Si., Ak, CA Ismail Rasulong, SE., MM NIDN: 0027035501 NBM : 9030798

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi,

Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP

NBM. 1 073 428

v

NBM. 1 073 428

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi atas Nama Muh. Bakri S, NIM: 105730450813, diterima dan

disahkan oleh Panitia Ujian Skrips i berdasarkan Surat Keputusan Rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 001 /1442H/2021 M, Pada

tanggal 17 Jumadil Akhir 1442 H/ 30 Januari 2021 M, sebagai salah satu

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, 17 Jumadil Akhir 1442 H

30 Januari 2021M

PANITIA UJIAN

1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag (………….)

(Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Ismail Rasulong, SE.,MM (...………..)

(Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis)

3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, SE.,MM (...………..)

(WD I Fakultas Ekonomi Dan Bisnis)

4. Penguji : 1. Amir, SE., M. Si., AK.,CA (………….)

2. Ramly, SE., M. Si (………….)

3. Wahyuni, SE., M. Ak (………….)

4. Ismail Rasulong, SE., MM (………….)

vi

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Muh. Bakri S

No. Stambuk/ NIM : 105730450813

Program Studi : Akuntansi

Judul Penelitian : “Analisis Perkembangan Kemampuan Keuangan

Daerah dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi

Daerah di Kabupaten Gowa”

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia

menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 30 Januari 2021

Yang Membuat Pernyataan

Muh. Bakri S NIM : 105730450813

Diketahui Oleh,

Dekan, Ismail Rasulong, SE.,MM NBM. 903 078

Ketua Program Studi Akuntansi, Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP NBM. 1 073 428

vii

ABSTRAK

Muh Bakri S. 2019. Analisis Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah

Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Gowa.

Jurusan Akutansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar. Dibimbing oleh H. Ansyarif Khalid dan Ismail Rasulong.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan Kemampuan

Keuangan Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di

Kabupaten Gowa. Adapun jenis penelitian adalah penelitian deskriptif

kuantitatif dengan sumber data sekunder berupa laporan keuangan daerah

dalam pelaksanaan otonomi daerah tahun 2017-2018. Tehnik analis data

menggunakan analisis rasio yaitu Rasio Kemandirian, Rasio Derajat

Desentralisasi Fiskal, Rasio Indeks Kemampuan Rutin, Rasio Keserasian,

dan Rasio Pertumbuhan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa dilihat dari indikator kinerja PAD,

secara umum Kabupaten Gowa mempunyai kemampuan keuangan untuk

mendukung pelaksanaan otonomi daerah yang dilihat dari realisasi PAD

selama 5 tahun bertutur-turut mengalami peningkatan secara signifikan.

Kabupaten Gowa mempunyai sumberdaya alam yang cukup dapat

diandalkan dan memiliki kinerja PAD yang baik. Berbagai upaya telah

dilakukan daerah untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah dan

mendorong potensi ekonomi lokal, melalui peningkatan PAD dan investasi

berdasarkan potensi yang dimilikinya.

Kata kunci: Kemampuan Keuangan Daerah, Pelaksanaan Otonomi Daerah

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikumwr. Wb.

Alhamdullahi Rabbil Alamin, dengan memanjatkan puji syukur

kehadirat Allah subahana Wa Ta‟ala, sang pencipta yang tak terbatas dan

menganugrahkan kesehatan kepada penulis untuk mencari pengetahuan

yang tak terbatas serta limpahan rahmat, taufiq dan hidayahnya sehimgga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Salawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada baginda Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam sebagai

Rasaul yang telah menyelamatkan manusia dari lemba kebiadakan menuju

puncak keberadaban.

Skripsi ini berjudul “Analisis Perkembangan Kemampuan Keuangan

Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten

Gowa” diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

studi serta memperoleh gelar sarjana Strata Satu(S1) pada Fakultas

Ekonomo dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tak ada manusia yang terlahir daalam wujud yang sempurna, begitupun

dengan penulis yang terlahir penuh dengan keterbatasan. Terwujudnya

Skripsi ini tan lepas dari bantuan dan uluran tanagan dari berbagai pihak,

yang penuh keiklasan memberi kontribusi baik berupah moril maupun

material.

Melalui kesempatan ini, dengan penuh renda hati penulis merangkaikan

terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

ix

atas sela bantuan yang telah diberikan, terutama keopada kedua orang tuaku

Said DG. Nai dan Cace DG. Nurung yang senantiasa mendoakan,

membesarkan, mendidik,membimbing dan mendoakan penulis dalam setiap

langkah menjalani hidup selama ini sehingga penulis bisa bisa

menyelesaikan studinya. Dan tak lupa juga kepada saudaraku tercinta

Suryani dan Jumiati, terima kasih atas semua doa yang didukungannya

selama ini.

Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa selama menjalani

mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar pada tahun akademik 2013 hingga sekarang ini,

telah banyak memperoleh bantuan maupun bimbingan serta dorongan moeil

dari semua pihak hingga studi penulis dapat terselesaikan.

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya terutama kepada Bapak Drs. H. Ansyarif Khalid SE.,M.Si. AK CA

selaku pembimbing pertama dan Bapak Ismail Rasulong, S.E., M.M selaku

pembimbing kedua atas segala bantuan dan keikhlasannya dalam

memberikan bimbingan serta waktu yang diluangkan kepada penulis sejak

awal proposal penelitian sampai terselesaikannya penulis skripsi ini. Semoga

amal kebaikan Bapak bernilai pahala disisi ALLAH SWT Aamiin.

Dengan segala kerendahana hati dan rasa hormat, penulis juga

menyampaikan terimah kasih kepada:

x

1. Bapak Prof. Dr. H Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rosulong, SE.,MM selaku dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr.Ismail Badollahi, S.E., M.Si., Ak.selaku ketua Jurusan Akuntasi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas muhammadiyah Makassar

4. Bapak Drs. H. Ansyarif Khalid, S.E., M.Si Ak. CA dan Bapak Ismail

Rasulong, S.E., M.M selaku dosen pembimbing.

5. Para dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya

JUrusan Akuntansi.

6. Pegawai Badan Pendapatan Daerah Kab. Gowa yang telah menerima

untuk melakukan penelitian serta menyediakan data yang dibutuhkan.

7. Teman-teman seangkatan khususnya akuntansi tahun 2013 yang telah

memberikan semangat dan turut membatu penulisan dalam

menyelesaikan skripsi.

Akhir kata penulis berharap semua amal baik yang telah diberikan semua

pihak kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT , dan skripsi ini

dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak

yang berkaitan.

WassalamualaikumWr.WB. Penulis

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………xi

ix

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………………xi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5

A. Otonomi Daerah ................................................................................... 5

B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah ......................................... 12

C. Sistem Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah ................................ 14

D. Kemampuan Keuangan Daerah ......................................................... 15

E. Tinjauan Jurnal Terdahulu ................................................................. 17

F. Kerangka Pikir.................................................................................... 21

G. Hipotesis ............................................................................................ 22

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 23

B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 23

C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 23

D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 25

E. Definisi Operasional ........................................................................... 26

F. Metode Analisis Data ......................................................................... 28

BAB IV GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ................................................. 29

A. Sejarah Kantor ................................................................................... 29

xii

B. Struktur Organisasi ............................................................................ 32

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 38

A. Hasil Penelitian .................................................................................. 38

B. Analisis Kemampuan Keuangan ........................................................ 46

C. Hasil Analisis ..................................................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 72

A. Kesimpulan ........................................................................................ 72

B. Saran ................................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi SDM Berdasarkan Gender ......................................................... 34

Tabel 2. Komposisi PNS menurut Jenjang Pendidikan.............................................. 35

Tabel 3. Komposisi PNS Menurut Jenjang Eselon .................................................... 36

Tabel 4. Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah Pemerintah Daerah

Kabupaten Gowa Periode 2014,2015,2016 ..................................................... 39

Tabel 5. Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah Pemerintah Daerah

Kabupaten Gowa Periode 2011 dan 2012 ........................................................ 39

Tabel 6. Realisasi Pajak Hotel .................................................................................... 40

Tabel 7. Realisasi Pajak Reklame .............................................................................. 41

Tabel 8. Realisasi Galian C ........................................................................................ 42

Tabel 9. Realisasi Pajak Parkir ................................................................................... 42

Tabel 10. Pendapatan Asli Daerah Periode Tahun 2008 - 2012 ............................... 43

Tabel 11. Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten Gowa Tahun Anggaran 2014-

2018 ................................................................................................................... 47

Tabel 12. Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah

........................................................................................................................... 48

Tabel 13. Perhitungan Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun

Anggaran 2014-2018 ......................................................................................... 50

Tabel 14. Kriteria Efektifitas Pendapatan Asli Daerah ............................................... 51

Tabel 15. Perhitungan Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun

Anggaran 2014-2018 ......................................................................................... 53

Tabel 16. Kriteria Efisiensi Pendapatan Asli Daerah ................................................. 54

xiv

Tabel 17. Perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD Tahun Anggaran 2014-2018 ........ 55

Tabel 18. Realisasi Pajak Hotel ................................... Error! Bookmark not defined.

Tabel 19. Realisasi Pajak Reklame ........................................................................... 58

Tabel 20. Realisasi Pajak Galian C ............................................................................ 59

Tabel 21. Realisasi Pajak Parkir ................................................................................. 60

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir........................................................................................... 21

Gambar 2. STRUKTUR ORGANISASI BALITBANGDA KABUPATEN GOWA ........ 33

Gambar 3. Komposisi SDM Berdasarkan Gender ..................................................... 34

Gambar 4. Komposisi PNS Menurut Jenjang Pendidikan ......................................... 35

Gambar 5. Komposisi PNS menurut Jenjang Eselon ................................................ 36

Gambar 6. Pendapatan Asli Daerah Tahun 2014 – 2018 .......................................... 43

Gambar 7. Grafik Rasio Kemandirian Kabupaten Gowa Tahun Anggaran 2014-2018

.................................................................................................................. 48

Gambar 8. Perhitungan Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun

Anggaran .................................................................................................. 51

Gambar 9. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2014-

2018 .......................................................................................................... 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang

Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,

serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah. Dituntut kemandirian Pemerintah Daerah dalam pembiayaan

penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Anggaran belanja rutin

maupun pembangunan tidak lagi berasal dari pusat, tetapi lebih banyak berasal

dari sumber-sumber daerah sendiri. Hal ini berarti pemerintah daerah memiliki

tanggung jawab yang lebih besar dalam pengelolaan keuangan daerah.

Dalam Penjelasan Umum UU No. 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa

penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal

apabila penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-

sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada

Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan

pembagian kewenangan antara pemerintah dan daerah. Semua sumber

keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan

kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Oleh karena itu pemerintah

1

2

daerah harus lebih jeli dan tanggap memandang dan mengoptimalkan

pemanfaatan potensi daerah sebagai pendapatan daerah.

Kreteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah

dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan self-

supportif bidan keuangan. Factor keuangan merupakan factor yang esensial

dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan oto]nominya.

Dimana daerah mampu membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya

dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai propesi

yang semakin mengecil.

Selain itu, berkaitan dengan pajak salah satunya yaitu pajak penghasilan (

PPH), dimana selama ini daerah telah memberikan fasilitas yang ikut

mendukung kelancaran usaha penyediaan sarana, perizinan dan situasi usaha

yang kondusif, namun selama ini daerah tidak memperoleh” bagi hasil pajak”

dari hasil penerimaanya. Berdasarkan UU Nomer.17 tahun 2000 derah akan

memperoleh bagian biaya 20%, hanya sebagai objek pajak perorangan, namun

sebagai objek badan usaha, daerah tidak memperolehnya. Perusahaan besar

belum memberikan kontribusi apaapa kecuali akses keberadaannya di daearh

dan resiko social yanh dialami masyarakat setempat.

Dampak dari munculnya permasalahan diatas adalah daerah akan tetap

selalau menggantungkan diri pada bantuan pemerintah pusat yang tentunya

tidak menguntungkan bagi pemerintah pusat karna daerah dianggap sebagai

beban, dan bagi pemerintah daerah sendiri hal ini merupakan factor yang

menghambat kemandirian daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.

3

Daerah akan kesulitan dalam mengelolah sumber-sumber pendapatan asli

daerah (PAD).

Pengukuran tingkat kemampuan keuangan daerah yang banyak dilakukan

saat ini antara lain dengan melihat rasio antara PAD dengan APBD. Prinsifnya,

semakin besar sumbangan PAD kepada APBD akan menujukkan semakin kecil

ketergantunga daerah kepada pereintah pusat. Satu hal yang perlu dicatat

adalah peningkatan PAD bukan berarti daerah khusus berlomba-lomba

membuat pajak baru, tetapi daerah diharapkan memiliki tingkat kejelian yang

tinggi dan kemampuan dalam melihat dan memanfaatkan bersumber potensial

yang dimiliki. Sebaliknya, ketidak manpuan pemerintah daerah dalam melihat

dan memanfaatkan sumber-sumber pendapatan potensial yang ada dapat

mengakibatkan rendahnya kemanpuan keuangan daerah yang pada akhirnya

akan menghambat kelancaran pelaksanaan otonomi daerah.

Dengan adanya urusan wajib pilihan sebagai dampak dari adanya urusan

desentralisasi, maka dibutuhkan kejelian dalam melihat mengolah sumber-

sumber pendapatan daerah yang ada dokabupaten gowa. Dari situlah kita dapat

melihat apakah penerintah kabupaten gowa sudah mampu mengoptimalkan

tiap-tiap summber pendapatan yang ada untuk mempercepat atau mendukung

pelaksanaan otonomi daerah.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN

DAERAH DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN

GOWA”.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana perkembangan Kemampuan Keuangan

Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Gowa”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui Penerapan perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah

Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Gowa”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penerapan

perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah diKabupaten Gowa.

2. Memberi sumbangan pemikiran melalui penelitian dalam penerapan

perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang sejeninya.

4. Penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan serta dapat

memberi konstribusi bagi pembaca.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi atau autonomi berasal dari bahasa yunani, autos yang berarti

sendiri dan nomaus yang berarti hukum atau peraturan. Dengan demikian,

ekomimi pada dasarnya memuat makna kebebasan dan kemandirian.

Koesoemahatmadja (1979) berpendapat bahwa otonomi itu mengandung arti

perundangan (bestuur). Lebih jauh diungkapkan CW. Van der Pat

“autonomie betehent ander dan het word zon daen vermdeden regehing en

bestuur van eigen zaken, van wat de grond wet noemt ligen huishording

“(tonomi itu berarti peraturan dan pemerintahan dari urusan sendiri)” bayu

suryanigrat (1980) berpendpat bahwa otonomi berarti mengatur sendiri,

melaksanakan pemerintahan sendiri.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa otonomi adalah

menyelenggarakan pemerintah. Dalam pengertian menyelenggarakan

pemerintahan ini terkandung unsur hak dan wewenan. Tanpa adanya hak

dan wewenang suatu lembaga tidak akan dapat melaksnakan pemerintahan

sendiri. Atas dasar itu dapat disimpulkan bahwa pengertian otonomi adalah

hak dan wewenan menyelenggarakan pemerintah sendiri.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah Pasal 1 ayat 5, “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

5

6

pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan”. Dari pengertian itu, dapat diartikan

bahwa otonomi daerah merupakan kemerdekaan atau kebebasan

menentukan aturan sendiri. Berdasarkan perundang-undangan, dalam

memenuhi kebutuhan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan yang

dimiliki oleh daerah.

Pengertian otonomi dapat juga ditemukan dalam literature Belanda,

dimana otonomi berarti pemerintahan sendiri (zelfregering) yang oleh Van

Vollenhoven dibagi atas zelfwetgeving (membuat undang-undang sendiri),

zelfuitvoering (melaksanakan sendiri), zelfrechtspraak (mengadili sendiri),

dan zelfpolitie (menindaki sendiri) (Sarundajang, 2005).

Sarundajang (2005) juga menyatakan bahwa otonomi daerah pada

hakekatnya adalah:

a. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak

tersebut bersumber dari wewenang pangkal dan urusan-urusan

pemerintah (pusat) yang doserahkan kepada daerah. Istilah sendiri dalam

hak mengatur dan mengurus rumah tangga merupakan inti keotonomian

suatu daerah.

b. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah

tangga sendiri, daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang

otonominya itu diluar batas-batas wilayah daerahnya.

7

c. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah

tangga daerah lain sesuai dengan wewenang pangkal dan urusan yang

diserahkan kepadanya.

d. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan

mengurus rumah tangga sendiri tidak merupakan hak mengatur dan

mengurus rumah tangga daerah lain.

2. Tujuan Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari keberadaan Pasal

18 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal tersebut

yang menjadi dasar penyelenggaraan otonomi dipahami sebagai

normatifikasi gagasan-gagasan yang mendorong pemakaian otonomi

sebagai bentuk dan cara menyelenggarakan pemerintahan daerah.

Otonomi yang dijalankan tetap harus memperhatikan hak-hak asal usul

dalam daerah yang bersifat istimewa.

Sejalan dengan hal itu, Soepomo dalam Ladjin (2008) mengatakan

bahwa otonomi daerah sebagai prinsip berarti menghormati kehidupan

regional menurut riwayat, adat dan sifat-sifat sendiri dalam kadar Negara

kesatuan. Tiap daerah mempunyai historis dan sifat khusus yang berlainan

dari riwayat dan sifat daerah lain. Oleh karena itu, pemerintah harus

menjauhkan segala urusan yang bermaksud akan menguniformisir seluruh

daerah menurut satu model.

8

Menurut Sarundajang (2005), tujuan pemberian otonomi daerah

setidak-tidaknya akan meliputi 4 (empat) aspek sebagai berikut:

a. Dari segi politik adalah untuk mengikut sertakan, menyalurkan

inspirasi dan aspirasi masyarakat, baik untuk kepentingan daerah

sendiri, maupun untuk mendukung politik dan kebijaksanaan nasional

dalam rangka pembangunan dalam proses demokrasi di lapisan

bawah.

b. Dari segi manajemen pemerintahan, adalah untuk meningkatkan

dayaguna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, terutama

dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan

memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan

masyarakat.

c. Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta

menumbuhkan kemandirian masyarakat, dengan melakukan upaya

pemberdayaan (empoerment) masyarakat, sehingga masyarakat

makin mandiri, dan tidak terlalu banyak tergantung pada pemberian

pemerintah serta memiliki daya saing yang kuat dalam proses

pertumbuhannya.

d. Dari segi ekonomi pembangunan adalah untuk melancarkan

pelaksanaan program pembangunan guna tercapainya kesejahteraan

rakyat yang makin meningkat.

9

Martin dalam Paturusi (2009) mengemukakan bahwa tujuan utama

otonomi daerah pada era otonomi daerah telah tertuang dalam kebijakan

desentralisasi sejak tahun 1999, yakni:

a. Pembebasan pusat, meksudnya membebaskan pemerintah pusat dari

beban-beban tidak perlu mengenai urusan domestic sehingga ia

berkesempatan mempelajari, memahami, merespons berbagai

kecenderungan global dan mengambil manfaat daripadanya. Pada

saat yang sama sangat diharapkan pemerintah pusat lebih mampu

berkonsentrasi pada kebijakan makro nsional dari yang bersifat

strategis.

b. Pemberdayaan lokal atau daerah. Alokasi kewenangan pemerintah

pusat daerah pemberdayaan yang signifikan. Arinya abyliti

(kemampuan) prakarsi dan kreativitas daerah akan terpacu sehingga

kapasitasnya dalam mengatasi berbagai macam masalah domestic

akan semakin kuat.

c. Pengembalian trust (kepercayaan) pusat kedaerah. Desentralisasi

merupakan symbol lahirnya kepercayaan dari pemerintah pusat

kedaerah. Hal ini dengan sendirinya mengembalikan kepercayaan

kepada pemerintah dan masyarakat daerah.

Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, derah mempunyai

kewajiban:

a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan

nasional, serta keutuhan Negara repiblik Indonesia.

10

b. Meningkatkan kehidupan masyarakat.

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi.

d. Wujudkan keadilan dan pemerataan

e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.

f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

g. Menyediakan fasilitas social dan fasilitas umum yang layak

h. Memgembangkan system jaminan social

i. Menyusun kepercayaan dan tata ruang daerah

j. Mengembangkan sumberdaya produktif di daerah

k. Melestarikan lingkungan hidup

l. Mengelolah administrasi kependudukan.

m. Melestarikan nilai social budya

n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai

dengan wewenangnya.

o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

3. Konsep Dasar Otonomi Daerah

Menurut Ryaa Rasyid dalam Syamsuddin Haris (2007:10), konsep

dasar otonomi daerah yang melandasi lahirnya undang-undang nomer 22

tahun 1999 dan undang-undang nomer 25 tahun 1999, dan menjadi tonggak

lahirnya otonomi daerah dan disentralisasi, yaitu:

a. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan dalam

hubungan domistik pada daerah. Selain bidan keuangan dan moneter,

politik luar negeri, pertahanan, keagamaan, serta beberapa bidan

11

kebijakan pemerintahan yang bersifat strategis nasional, semua bidan

pemerintahan lain dapat didesenalisasikan.

b. Penguatan peran dprd dalam pemilihan dan penetapan kepala daerah.

Kewewenangan dprd dalam menilai keberhasilan atau kegagalan

kepemimpinan kepala daeah harus dipertegas. Pemberdayaan dan

penyaluran aspirasi masyarakat harus dilakukan.

c. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur setempat

demi menjamin tampilnya kepemimpinan pemerintahan yang berkualitas

tinggi dengan tingkat akseptabilitas yang tinggi pula.

d. Peningkatan efektivitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif melalui

pembenahan organisasi dan institusi yang dimiliki agar lebih sesuai

derngan ruang lingkup kewenangan yang telah didesentralisasikan,

setara dengan beban tugas yang dipikul, selaras degan kondisi daerah,

serta lebih responsive terhadap kebutuhan daerah.

e. Peningkatan efisiensi administrasi keuangan daerah serta pengaturan

yang jelas atas sumber-sumber pendapatan Negara dan daerah,

pembagian revenue dari sumber penerimaan yang terkait dengan

kekayaan alam, pajak, retribusi, tata cara, serta syarat untuk pinjaman

dan obligasi daerah.

f. Perwujudan desentralisasi fiscal melalui pembesaran alokasi subsidi dari

pemerintah pusat yang bersifat block grant, pengaturan pembagian

sumber-sumber pendapatan daerah, pemberiaan keleluasaan kepada

daerah untuk menetapkan prioritas pembangunan, serta oprtimalisasi

12

upaya pemberdayaan masyarakat melalui lembaga swadaya

pembangunan yang ada.

g. Pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga dan nilai-nilai lokal

yang bersifat kondusif terhadap upaya memelihara harmoni sosial dan

solidaritas sosial sebagai satu bangsa.

B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah disesuaikan dengan situasi dan

kondisi serta potensi daerah dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Berdasarkan Peraturan Perundang-

undangan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan umum

pengelolaan keuangan daerah antara lain sebagai berikut:

1. Dalam mengalokasikan anggaran baik rutin maupun pembangunan

senantiasa berpegang pada prinsip-prinsip anggaran berimbang dan dinamis

serta efisien dan efektif dalam meningkatkan produktivitas.

2. Anggaran rutin diarahkan untuk menunjang kelancaran tugas pemerintah dan

pembangunan.

Anggaran pembangunan diarahkan untuk meningkatkan sector-sektor secara

berkesinambungan dalam mendukung penyempurnaan maupun perbaikan

sarana daan prasarana yang dapat menunjang peningkatan pembangunan dan

kemasyarakatan dengan memperhatikan skala prioritas.

13

Menurut peraturan undang-undang nomer 105 tahun 2000 tentang

pengelolaan dan pertanggung jawaban keuangan daerah, dalam pasal 1

disebutkan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak

dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD).

Disisi lain keuangan daerah adalah sebagai alat fiskal pemerintah daerah,

merupakan bagian integral dari keuangan Negara dalam mengalokasikan

sumber-sumber ekonomi, memeratakan hasil pembangunan dan menciptakan

stabilitas ekonomi selain stabiliats sosial politik. Peranan keuangan daerah

semakin penting, selain karena keterbatasan dana yang dapat dialihkan ke

daerah berupa Dana Alokasi Umum (DAU) dan dana Alokasi Khusus (DAK),

tetapi juga karena makin kompleksnya persoalan yang dihadapi daerah dan

pemecahannya membutuhkan partisipasi aktif masyarakat daerah. Selain itu,

peranan keuangan daerah yang makin meningkat akan mendorong terwujudnya

otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab (Radianto dalam Farian

(2010)).

Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggungjawab diperlukan kewenangan dan kemampuan untuk menggali

sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah yang merupakan prasyarat dalam sistem

pemerintahan daerah. Sehubungan dengan itu, maka daerah hendaknya

14

memiliki kewenangan yang luas dan kamampuan yang optimal untuk menggali

dan mengembangkan potensi sumber keuangannya sendiri.

Mengenai pentingnya pengelolaan keuangan daerah, J. Wajong dalam

Kaho (2010:68) menyatakan:

1. Bahwa pengendalian keuangan mempunyai pengaruh yang begitu besar

pada hari kemudia penduduk sedaerah, sehingga kebijaksanaan yang

ditempuh pada melakukan kegiatan irtu dapat menyebabkan kemakmuran

atau kelemahan, kejayaan atau kejatuhan penduduk daerah itu;

2. Bahwa kepandaian mengendalikan daerah tidak akan memberikan hasil

yang memuaskan dan abadi, tanpa cara pengendalian keuangan yang baik,

terlebih lagi tanpa kemampuan melihat ke muka dengan penuh

kebijaksanaan, yang harus diarahkan pada melindungi dan memperbesar

harta daerah, dengan mana semua kepentingan masyarakat sedaerah

sangat berhubungan erat;

3. Bahwa anggaran adalah alat utama pada pengendalian keuangan daerah,

sehingga rencana anggaran yang di perhadapkan pada DPRD haruslah

tepat dalam bentuk dan susunannya dengan memuat rancangan yang

dibuat berdasarkan keahlian dengan pandangan kemuka yang bijaksana.

C. Sistem Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah

Belakangan ini ada kecenderungan yang terjadi di seluruh dunia akan

tuntutan terhadap peningkatan kewenangan daerah dalam melaksanakan

kebijakan ekonomi. Tuntutan ini didukung oleh alasan bahwa permasalahan

yang terjadi di daerah sedemikian kompleks dan multidimensional sehingga tidak

15

mungkin diatasi dengan suatu terapi yang bersifat terpusat. Selain itu disadari

bahwa span of control pemerintah pusat sangat terbatas, sehingga kebijakan

yang dibuat menjadi tidak efektif dan efisien.

Desentralisasi Fiskal

Menurut saragih (2003:83), dicentralisasi fiscal adalah suatu proses

distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih rendah untuk

mendukung fungsi atau tugas pemerintahan dan pelayanan public sesuai

dengan banyaknya kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan.

Dalam pelaksanaan disentralisasi fiscal, prinsip (rules)money should follow

function merupakan salah satu prinsif yang harus diperhatikan dan

dilaksanakan. Artinya, seriap pelimpahan dan penyerahan wewenang

pemerintahan membawa konsekwensi pada anggaran yang diperlukan untuk

melaksanakan kewenangan tersebut. Dalam kebijakan fiscal dala

perimbangan merupakan inti dari desentralisasi fiscal selalu berkorelasi

dengan persolaan kebijakan fiscal nasional dalam APBN. Oeh sebab itu,

kebijakan desentralisasi fiscal dalam mendukung otonomi daerah juga sedikit

banyak bergantung pada APBN dan kebijakan ekonomi makro.

D. Kemampuan Keuangan Daerah

Kemampuan Keuangan Daerah adalah kemampuan keuangan daerah dalam

mebiayai urusan-urusan rumah tanggaya, khususnya yang berasal dari pendapatan

aseli daerah. Pendapatan Aseli daerah sampai saat ini merupakan sektor yang

sangat diharapkan dan diandalkan oleh pemerintah daerah. Dalam menjamin

penyelenggaraan otonomi daerah, diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan

16

kemampuan keuangan sendiri dengan mengupayakan peningkatan penerimaan

PAD. Peningkatan PAD dapat dilakukan dengan meningkatkan peneriman sumber

PAD yang sudah ada maupun dengan menggali sumber PAD yang baru sesuai

dengan ketentuan yang ada serta memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi

masyarakat (Halim,2004:91).

Pendapatan daerah sesuai UU No.32 Tahun 2004 Pasal 1 adalah hak

pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam

periode tahun bersangkutan. Sesuai dengan UU No.33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 6 bahwa

sumber- sumber PAD yang terdiri dari :

1. PAD yang terdiri dari :

a. PAD yang sah yang sah, yaitu :

1) Hasil pajak daerah

2) Hasil retribusi

3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan.

4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah

b. PAD yang berasal dari pemberian Pemerintah, yang terdiri dari :

1) Sumbangan dari pemerintah,

2) Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangan,

3) Pendapatan lain-lain yang sah

17

2. Dana Perimbangan

Dana Ddiperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari penerimaan pajak bumi

dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam

dan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dana perimbangan terdiri

atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Lain –lain Pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber

lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Menurut Mamesh dalam

Halim (2004:18), “Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat

dinilai dengan uang”, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun

barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau

dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Reformasi keuangan

daerah dapat dikatakan merupakan peluang terbesar sekaligus ancaman yang

diperoleh pemerintah daerah dan DPRD, untuk menunjukkan kemampuan

menggali dan dan mengelola anggaran daerah tanpa terlalu banyak campur

tangan dari pemerintah pusat.

E. Tinjauan Jurnal Terdahulu

1. Laedy Tamboto, Jenny Morasa, Lidis Mawikere, 2014. Judul penelitian ini

adalah analisis kemampuan keuangan daerah dalam masa etonomi daerah

pada kabupaten minahasa tenggara. Hasil penilitian ini adalah kemandirian

kuangan daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam

18

membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan

kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

2. David Efendi, Sry Yuryanti, 2011. Judul jurnal analisis perkembangan

kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otoda di

kabupaten nganjuk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni

deskriptif. Hasil penelitian ini adalah berdasarkan rasio keserasian, diketahui

bahwa rasio belanja rutin selalu lebih besar dari pada rasio belanja

pembangunan.

3. Ananin rahmayati, 2016. Judul jurnal analisis kinerja keuangan pemerintah

daerah kabupaten sokoharjo tahun anggaran 2011-2013. Metode yang

digunakan yakni sekunder berupa laporan keuangan pemerintah daerah di

kabupaten sukoharjo tahun 2011 2013 yang diperoleh dengan menggunakan

tehnik dokumentasi.

4. Taufik Ahmad, 2013. Judul jurnal yakni permesta dan gerakan otonomi

daerah 1957-1960. Metode yang digunakan yakni sejarah kritis melalui

tahapan kerja heuristic, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini

adalah otonomi daerah sebagaimana diperjuangkan oleh permesta

mencakup pengertian, pengedaran masyarakat daerah akan pentingnya

pembangunan, kemudian pengturan wewenang pemerintah agar daerah

dibenarkan mengtur rumah tangga sendiri.

5. Andi Muhammad Adef, Rabbina Yusuf, Andi M.Rusli, 2013 judul jurnal yakni

analisis peran camat dalam penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan

19

Pallangga Kabupaten Gowa. Metode yang digunakan yakni metode kualitatif.

Hasil penelitian ini adalah pelaksananan tugas dan fungsi camat

penyelenggaraan pemerintah dikecamatan pallangga kabupaten Gowa

meliputi pengarahan, pembinaan, pengawasan dan efaluasi telah

dilaksanakan oleh camat pallangga sesuai dengan ketentuan uu no 23 tahun

2014.

6. Ismanuddin, M.Si. 2009. Judul jurnal pelaksanaan otonomi daerah

kemandirian daerah Kabupaten Indramayu. Metode yang digunakan yakni

kualitatif. Hasil penelitian pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten

Indramayu secara umum telah menujukkan banyak peningkatan kuantitas,

meskipun secara kualitas belum tampak optimal berbagai kebijakan daerah

telah dilakukan baik mencakup peningkatan aspek kelembagaan, wewenang

maupun administrasi pemerintah laiinya.

7. Lutfih Muta‟ali, 2000. Judul jurnal Analisis dampak kebijakan otonomi daerah

terhadap kepentingan perkembangan wilayah dikawasan ciayumajakuning.

Metode yang digunakan yakni analisis deskriptif kuantitatif. Hasil

penelitiannya yakni profil perkembangan ekonomi kawasan dapat

menggambarkan berbagai karakteristik kegiatan ekonomi yang berbeda pada

masing-masing daerah terjadi setiap tahunnya.

8. Pathul Muin, 2014. Judul jurnal otonomi daerah dalam perspektif pembagian

urusan pemerintah-pemerintah daerah dan keuangan daerah. Metode yang

digunakan yakni metode kuantitatif. Hasil penelitian yakni konsep negara

kesatuan tidak ada kedaulatan cabang, sehingga tidak konflik

20

kewewenangan antara pemerintah pusta dengan daerah, daerah selalu

Tunduk dan merupakan subordinat dari pemerintah pusat.

9. Ika dina amin, 2013. Judul jurnal otonomi daerah untuk penguatan Negara

satuan republic Indonesia pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan

otonomi daerah. Metode yang digunakan yakni kuantitatif. Hasil penelitiannya

yakni pemerintah pusat tidak perlu mengadakan penyeragaman

pengaturan untuk seluruh wilayah nusantara seperti yang diperaktekkan

selama ini. Pemerintah pusat juga lebih meningkatkan kemandirian dan

keprakarsaan.

10. Putri nia desita, 2015. Judul jurnalnya yakni analisis kemampuan keuanagan

daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah kota Pekanbaru

2010-2014. Metode yang digunakan yakni metode deskriptif komparatif.

Menurut hasil perhitungan pada table 1 selama liam tahun terakhir rasio

kemandirian keuangan daerah hanya tahun 2013 dan 2014 yang mencapai

hasil 26,05 pada tahun 2013 dan 22,29 pada tahun 2014 yang berada dalam

pola konsultatif.

21

F. Kerangka Pikir

Secara lebih jelasnya untuk melihat bagaimana alur penelitian, dapat lihat

pada:

Gambar 1. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Dari kerangka pikir, yang menjadi objek penelitian yaitu pelaksanaan

otonomi daerah di Kabupaten Gowa yang ditinjau dari aspek kemampuan

keuangan daerah sesuai dengan konsep otonomi daerah dan aturan keuangan

daerah. Indikator yang digunakan dalam pengukuran tersebut adalah Indeks

Kemampuan Keuangan yang digunakan oleh Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional.

Hubungan konsep otonomi daerah dan keuangan daerah dijadikan

landasan utama untuk mengukur tingkat kemandirian daerah dalam membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerahnya sehinggga dapat meminimalisir

Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan Kemampuan

Keuangan Daerah

Indeks Kemampuan Keuangan (IKK) (BAPPENAS)

Konsep otonomi Daerah

Keuangan Daerah

22

tingkat ketergantungan terhadap pusat. Dimana, semakin besar tingkat

kemandirian suatu daerah terhadap pemerintah pusat, maka dapat dianggap

daerah tersebut berhasil melaksanakan otonomi daerah.

G. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan

bahwa “Diduga bahwa perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam

mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Gowa terjadi

peningkatan dan telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Gowa dengan memperoleh data

melalui Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Gowa, Bagian

Verifikasi dan PembukuanPemerintah Kabupaten Gowa.sedangkan penelitian

ini akan dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan September 2018.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah merupakan usaha untuk mengumpulkan

bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian yang dapat berupa data,

fakta, gejala, maupun informasi yang sifatnya valid (sebenarnya), realible (dapat

dipercaya), dan objektif (sesuai dengan kenyataan).

Dalam melakukan pengumpulan data, penulis menghimpun data primer

untuk mendukung penelitian serta melakukan pencarian data sekunder, baik

yang berupa catatan-catatan, laporan-laporan, dokumen-dokumen, maupun

literatur yang ada hubungannya dengan masalah penelitian ini.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik

orang-orang yang telah ditetapkan menjadi informan maupun kondisi riil yang

didapat langsung di lokasi penelitian dengan cara melakukan observasi dan

wawancara. Dalam rangka pengumpulan data ini, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data antara lain sebagai berikut :

24

1. Studi lapangan (field research)

Studi lapangan yang dimaksudkan penulis yaitu langsung melakukan

penelitian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan

data studi lapangan ditempuh dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi. teknik ini dilakukan dengan jalan mengamati dan mencatat

secara langsung di lokasi penelitian atas gejala-gejala yang ada

kaitannya dengan objek yang diteliti. Dari hasil ini kita dapat memperoleh

gambaran yang jelas tentang masalahnya dan petunjuk yang

dibutuhkan.

b. Wawancara, dimana terjadi proses interaksi dan komunikasi antara

pewawancara dengan responden atau informan untuk memperoleh

gambaran tentang masalah yang terdapat dalam rumusan masalah.

c. Dokumentasi. Teknik ini bertujuan melengkapi teknik observasi dan teknik

wawancara mendalam.

b. Studi kepustakaan (library research)

Penelitian pustaka merupakan teknik pengumpulan data melalui teks-

teks tertulis maupun soft copy seperti buku e-book artikel-artikel dalam jurnal,

laporan, makalah, tesis dan skripsi yang dipublikasikan pemerintah dan lain-

lain. Bahan pustaka yang berupa soft copy tersebut biasanya diperoleh dari

sumber-sumber internet yang dapat diakses secara online. Pengumpulan

data melalui studi pustaka menjadi bagian yang penting dalam penelitian

ketika peneliti menuliskan untuk melakukan kajian pustaka dalam menjawab

rumusan masalahnya. Pendekatan studi pustaka sangat umum dilakukan

25

dalam penelitian karena peneliti tidak perlu mencari data dengan terjun

langsung ke lapangan tetapi cukup dengan mengumpulkan dan menganalisis

data yang tersedia dalam pustaka.

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu

dengan cara mengutip atau mencatat dari dokumen-dokumen yang berupa

data statistik, arsip, gambar, maupun grafik dari Pemerintah Daerah,

perusahaan ataupun sumber lainnya yang valid, seperti Laporan Realisasi

Anggaran, AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah, Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban Walikota, dan sebagainya. Dokumen yang dipilih harus

memiliki kredibiltas yang tinggi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya

akan diduga (Singarimbun dan Efendi, 2006) dalam penelitian ini, populasi

yang dimaksud adalah pihak-pihak yang memiliki wewenang pada Dinas

Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten gowa yang akan diminta untuk

menilai analisis kemampuan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi

daerah tahun 2017-2018.

2. Sampel

Agar kesimpulan mengandung kebenaran, sampel yang dipilih sebagai

landasan penyimpulan harus mewakili atau refresentatif untuk populasinya

(Hadi, 2004) penentuan sampel yang menjadi responden adalah seluruh staf

yang bersangkutan.

26

D. Definisi Operasional

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Peneliti dapat

menggunakan kekuatan-kekuatan metode tambahan untuk mengatasi

kelemahan metode lainnya. Selain itu, penggunaan metode lebih dari satu

dimaksudkan sebagai sarana konfirmasi, jika hanya dengan satu metode peneliti

menganggap temuan riset kurang valid.

Bryman dalam brannen (1996), menjelaskan sejumlah carapenggabunga

penelitian kuantitatif dan kualitatif yang telah dibukukan diperoleh kesimpulan

tentang pendekatan-pendekatan yang teridentifikasi, yaitu:

1. Logika “triangulasi” temuan-temuan dari suatu jenis stadi dapat dicek pada

temuan-temuan yang diperoleh dari jenis study yang lain, misalnya, hasil-

hasil penelitian kualitatif dapat dicek pada study kuantitatif. Tujuannya

secara umum adalah untuk memperkuat kesahihan temuan temuan.

2. penelitian kualitatif membantu penelitian kualitatif. Penilaian kualitatif dapat

membantu memberikan informasi dasar tentang konteks dan subjek dan

membantu konstruksi skala.

3. penelitian kuantitatif membantu penelitian kualitatif. Biasanya, ini berate

penelitian kuantitatif membantu dalam hal pemilihan subjek bagi peneliti

kualitatif.

4. penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif digabungkan untuk memberikan

gambaran umum. Penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk mengisi

kesenjangan-kesenjangan yang muncul dalam study kualitatif.

27

5. struktur dan proses penelitian kuantitatif terutama efisien pada penelusuran

ciri-ciri struktual kehidupan social, sementara studi-srudi kualitatif biasanya

lebih kuat dalam aspek-aspek operasional. Kekuatan ini dapat dihadirkan

bersama- sama dalam satu study.

6. Masalah kegeneralisasian. Kelebihan beberapa fakta kuantitaif dapat

membantu menyederhanakan fakta ketika seringkali tidak ada kemungkinan

menggeneralisasi (dalam arti statistik) temuan-temuan yang diperoleh dari

penelitia kualitatif.

7. Penelitian kualitatif dapat membantu interpretasi hubungan antara variabel.

Penelitian kuantitatif dengan mudah member jalan bagi peneliti untuk

menentukan hubugan antara variabel, tetapi seringkali lemah ketika ia hadir

untuk mengungkap alasan-alasan bagi hubungan-hubungan itu. Studi

kualitatif dapat digunakan untuk membantu menjelaskan faktor-faktor yang

mendasari hubungan yang terbangun.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh bersumber dari hasil wawancara, sedangkan

data sekunder berasal data keuangan APBD Kabupaten Gowa tahun anggaran

2007-2011. APBD tersebut diperoleh dari beberapa instansi pemerintah terkait,

dalam hal ini diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah dan Sub Bagian

Verifikasi dan Pembukuan Pemerintah Kabupaten Gowa.

28

E. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Rasio Kemandirian:

b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal:

c. Rasio Indeks Kemampuan Rutin:

d. Rasio Keserasian

Rasio Belanja Rutin:

Rasio Belanja Pembangunan:

e. Rasio Pertumbuhan:

BAB IV

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Kantor

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gowa dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 11 Tahun 2016, tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, dimana tugas pokok Balitbangda

Kabupaten Gowa adalah membantu Bupati melaksanakan fungsi penunjang urusan

pemerintahan bidang penelitian dan pengembangan yang menjadi kewenangan

daerah. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balitbangda Kabupaten Gowa

menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintahan

bidang penelitian dan pengembangan daerah;

2. Pelaksanaan kebijakan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang penelitian

dan pengembangan daerah;

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan fungsi

penunjang urusan pemerintahan bidang penelitian dan pengembangan daerah;

4. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintahan

bidang penelitian dan pengembangan;

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Berdasarkan tugas dan fungsi tersebut di atas, maka peranan Balitbangda

Kabupaten Gowa tidak hanya terbatas melaksanakan kegiatan penelitian dan

pengembangan saja, tetapi juga turut berperan serta dalam mengimplementasikan

30

hasil- hasil penelitian dengan memberikan rekomendasi dan merumuskan kebijakan

dalam pembangunan daerah.

Tugas pokok Kepala Badan yaitu membantu Bupati melaksanakan urusan

pemerintahan bidang pengembangan dan penelitian berdasarkan kewenangan dan

tugas pembantuan yang ditugaskan Kepala Daerah sesuai peraturan perundang-

undangan dan pedoman yang berlaku untuk kelancaran tugas.

Kepala Badan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis bidang penelitian dan pengembangan;

b. Pelaksanaan tugas dukungan teknis bidang penelitian dan pengembangan;

c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis

bidang penelitian dan pengembangan;

d. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang bidang penelitian dan

pengembangan;

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait tugas dan

fungsinya.

Tugas pokok Sekretaris yaitu membantu Kepala Badan dalam melaksanakan

koordinasi kegiatan, memberikan pelayanan teknis dan administrasi penyusunan

program, pelaporan, umum, kepegawaian, hukum dan keuangan dalam lingkungan

badan. Sekretaris menyelenggarakan fungsi:

a. Pengoordinasian pelaksanaan tugas dalam lingkungan badan;

b. Pengoordinasian penyusunan program dan pelaporan;

c. Pengoordinasian urusan umum, kepegawaian dan hukum;

d. Pengoordinasian pengelolaan administrasi keuangan;

e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.

Tugas pokok Kepala Bidang Ekonomi dan Pembangunan yaitu membantu

Kepala Badan dalam mengoordinasikan, merumuskan dan melaksanakan kebijakan

31

teknis fungsi penunjang penelitian dan pengembangan bidang ekonomi dan

pembangunan. Kepala bidang ekonomi dan pembangunan mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis fungsi penunjang penelitian dan pengembangan

bidang ekonomi dan pembangunan:

b. Pelaksanaan kebijakan teknis fungsi penunjang penelitian dan

pengembangan bidang ekonomi dan pembangunan;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan fungsi penunjang penelitian dan

pengembangan bidang ekonomi dan pembangunan;

d. Pelaksanaan administrasi bidang ekonomi dan pembangunan;

e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.

Tugas pokok Kepala Bidang Sosial dan Pemerintahan yaitu membantu Kepala

Badan dalam mengoordinasikan, merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis

fungsi penunjang penelitian dan pengembangan bidang sosial dan pemerintahan.

Kepala bidang sosial dan pemerintahan mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis fungsi penunjang penelitian dan pengembangan

bidang sosial dan pemerintahan;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis fungsi penunjang penelitian dan

pengembangan bidang sosial dan pemerintahan;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan fungsi penunjang penelitian dan

pengembangan bidang sosial dan pemerintahan;

d. Pelaksanaan administrasi bidang sosial dan pemerintahan;

e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.

32

Tugas pokok Kepala Bidang Inovasi dan Teknologi yaitu membantu Kepala

Badan dalam mengoordinasikan, merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis

fungsi penunjang penelitian dan pengembangan bidang inovasi dan teknologi.

Kepala bidang inovasi dan teknologi mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis fungsi penunjang penelitian dan pengembangan

bidang inovasi dan teknologi;

b. Pelaksanaan kebijakan teknis fungsi penunjang penelitian dan

pengembangan bidang inovasi dan teknologi;

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan fungsi penunjang penelitian dan

pengembangan bidang inovasi dan teknologi;

d. Pelaksanaan administrasi bidang inovasi dan teknologi;

e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai bidang tugasnya.

B. Struktur Organisasi

Organisasi Balitbangda Kabupaten Gowa terdiri dari 1 unit kerja eselon II

(Kepala Badan), 4 unit keija eselon III (1 Sekretaris dan 3 Kepala Bidang yaitu:

Kepala Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Kepala Bidang Sosial dan

Pemerintahan, dan Kepala Bidang Inovasi dan Teknologi), ditambah dengan 8 unit

kerja eselon IV/a. Bagan struktur organisasi Balitbangda Kabupaten Gowa dapat

dilihat seperti di bawah ini:

33

Gambar 2. STRUKTUR ORGANISASI BALITBANGDA KABUPATEN GOWA

1. Komposisi SDM Organisasi

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan pilar utama berjalan roda

organisasi. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Balitbangda Kabupaten

Gowa didukung oleh 1S orang PNS yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 9 orang

perempuan serta 3 orang staf pegawai tidak tetap yang terdiri dari 1 orang laki-

laki dan 2 orang perempuan, dari berbagai latar belakang pendidikan dan tingkat

kepangkatan.

34

Tabel 1. Komposisi SDM Berdasarkan Gender

No Uraian Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1. Kepala Balitbangda 1 -

2. Sekretariat 1 4

3. Bidang Ekonomi dan

Pembangunan 1 2

4. Bidang Sosial dan Pemerintahan 1 2

5. Bidang Inovasi dan Teknologi 2 1

Jumlah 6 9

Persentase (%) 40 % 60 %

Gambar 3. Komposisi SDM Berdasarkan Gender

Persentase Pegawai Balitbangda Berdasarkan Jenis Kelamin (%)

2. Komposisi PNS Menurut Jenjang Pendidikan

Komposisi PNS menurut jenjang pendidikan pada Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah Kabupaten Gowa terdiri atas tingkat pendidikan SMA

sebanyak 1 orang, SI sebanyak 8 orang dan S2 sebanyak 5 orang. Komposisi

PNS menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

35

Tabel 2. Komposisi PNS menurut Jenjang Pendidikan

Gambar 4. Komposisi PNS Menurut Jenjang Pendidikan

3. Komposisi PNS Menurut Jenjang Eselon

Balitbangda Kabupaten Gowa terdiri atas 15 orang pegawai yang terdiri

atas 1 (satu) orang eselon II, 4 (empat) orang eselon III, 8 (delapan) orang eselon

IV dan 1 orang staf. Komposisi PNS menurut jenjang eselon dapat dilihat pada

tabel berikut:

36

Tabel 3. Komposisi PNS Menurut Jenjang Eselon

Gambar 5. Komposisi PNS menurut Jenjang Eselon

37

Laporan Kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten

Gowa tahun 2018 adalah media pertanggung jawabkan Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah Kabupaten Gowa yang didalamnya berisi informasi

mengenai kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gowa

untuk periode tahun 2018. Dalam Laporan Kinerja ini diuraikan hasil evaluasi berupa

analisis akuntabilitas kinerja sasaran dalam rangka mewujudkan tujuan, misi dan visi

sebagaimana telah ditetapkan dalam Renstra Kabupaten Gowa Tahun 2018 -2021.

Maksud dan tujuan dari Penyusunan Laporan Kinerja ini adalah untuk

memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan manajemen dalam upaya

peningkatan kinerja (performance improvement) baik dalam bentuk regulasi

distribusi dan alokasi sumberdaya yang dimiliki Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah Kabupaten Gowa. Evaluasi terhadap capaian kinerja

ditujukan untuk:

a. Memberikan informasi capaian kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan

Daerah Kabupaten Gowa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang

diembannya.

b. Memberikan bahan evaluasi sebagai masukan untuk peningkatan akutanbilitas

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gowa.

c. Umpan balik bagi peingkatan kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan

Daerah Kabupaten Gowa.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Gowa

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai

posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu

entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan

mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya (Hadi, 2010: 30).

Setiap tahunnya anggaran pemerintah daerah tersebut diakumulasi

untuk melihat jumlah besaran dana yang diterima dan dikeluarkan untuk

keperluan pemerintah daerah dan juga pembangunan daerahnya, baik dari

segi pendapatan maupun segi pengeluaran. Adapun uraian dari pendapatan

tersebut dapat dilihat dari pendapatan asli daerah dan dana perimbangan

yang diterima. Untuk uraian pengeluaran dapat dilihat dari belanja operasi,

belanja modal, dan belanja tak terduga. Sehingga dari sana dapat diketahui

surplus atau defisit dari anggaran Pemerintah daerah setiap tahunnya.

39

Tabel 4. Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa Periode 2014,2015,2016

Uraian Realisasi Tahun (Rp)

2014 2015 2016

Pendapatan Asli Daerah

12.773.550.718,50 22.042.030.166,95 11.894.036.693,62

Pendapatan Transfer

359.068.454.469,13 345.473.061.746,47 369.343.440.437,80

Belanja Operasi 256.671.611.628,13 297.377.172.426,00 349.930.177.263,36

Belanja Modal 404.531.425.106,99 74.103.206.985,00 44.997.459.154,00

Belanja Tak Terduga

817.973.772,00 3.091.744.375,00 1.510.464.000,00

Surplus/Defisit (286.179.005.319,49) (7.057.031.872,58) (1.470.349.247,94)

Sumber data: Buku APBD Kabupaten Gowa, Tahun 2014-2016

Tabel 5. Laporan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah Pemerintah

Daerah Kabupaten Gowa Periode 2017, 2018, 2019

Uraian Realisasi Tahun (Rp)

2017 2018 2019

Pendapatan Asli Daerah

14.758.401.174,70 18.911.016.577,54 19,007,140,804,000

Pendapatan Transfer

459.219.736.125,78 540.927.127.317,98 800,333,974

Belanja Operasi 399.315.419.775,00 457.874.992.461,00 41, 891,515

Belanja Modal 76.175.630.262,95 81.760.404.114,00 204, 304, 565

Belanja Tak Terduga

1.254.986.955,00 47.846.000,00 -

Surplus/Defisit (2.767.849,692,47) 20.877.315.076,90 -7, 850, 382

Sumber data: Buku APBD Kabupaten Gowa, Tahun 2017 - 2018

40

2. Faktor Pendukung Keuangan Daerah Kabupaten Gowa

Factor yang mendukung keuangan daerah Kabupaten Gowa berasal

dari pajak yang diuraikan sebagai berikut:

a. Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah

bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat

menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan fasilitas lainnya dengan

dipungut bayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel

yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, serta termasuk

bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang

sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

Tabel 6. Realisasi Pajak Hotel Kabupaten Gowa Tahun 2014-2019

Tahun Target Pajak Hotel Realisasi

2014 6,975,000,000.00 4,391,067,500.10

2015 7,300,000,000.00 7,268,738,988.64

2016 8,000,000,000.00 8,860,954,125.45

2017 9,500,000,000.00 11,060,312,599.18

2018 13,008,002,500.00 13,364,380,346.40

2019 15,582,252,000.00 16,547,694,400.00

Sumber data: Buku APBD Kabupaten Gowa, Tahun 2014-2019

41

b. Pajak Reklame

adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,

pembuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk

tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan

atau memujikan suatu barang, jasa atau untuk menarik perhatian umum

kepada suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan atau yang dapat

dilihat dan dibaca.

Tabel 7. Realisasi Pajak Reklame Kabupaten Gowa Tahun 2014-2019

Tahun Target Pajak Reklame Realisasi

2014 24,000,000.00 23,641,404.09

2015 18,000,000.00 18,107,052.34

2016 316,000,000.00 25,646,023.48

2017 244,000,000.00 12,895,521.25

2018 514,000,000.00 354,565,588.05

2019 645,000,000.00 547,892,100.00

Sumber data: Buku APBD Kabupaten Gowa, Tahun 2014-2019

c. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan

pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan

perundang- undangan yang berlaku. Adapun bahan galian golongan c

yang terdapat di Gowa adalah: Pasir, dan kerikil.

42

Tabel 8. Realisasi Galian C Kabupaten Gowa Tahun 2014-2019

Tahun Galian C Realisasi

2014 135,000,000.00 142,376,159.56

2015 170,000,000.00 181,401,845.81

2016 235,000,000.00 241,567,206.84

2017 267,500,000.00 278,746,865.42

2018 348,256,000.00 348,895,251.52

2019 497,584,000.00 587,251,452.91

Sumber data: Buku APBD Kabupaten Gowa, Tahun 2014-2019

d. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas tempat parkir di luar badan

jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan

berkaitan atas pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan

garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Tabel 9. Realisasi Pajak Parkir Kabupaten Gowa Tahun 2014-2019

Tahun Parkir Realisasi

2014 133,500,000.00 168,222,406.56

2015 168,500,000.00 207,248,092.81

2016 233,500,000.00 267,413,453.84

2017 266,000,000.00 304,593,112.42

43

2018 346,756,000.00 374,741,498.52

2019 427,546,140.00 430,145,512.46

Sumber data: Buku APBD Kabupaten Gowa, Tahun 2014-2019

Sumber - sumber pendapatan asli daerah di atas merupakan acuan

pemerintah daerah dalam menetapkan target PAD yang akan dicapai

setiap tahunnya. Adapun realisasi Pendapatan Asli daerah Kabupaten

Gowa dalam lima tahun terakhir periode 2014 - 2017 adalah sebagai

berikut:

Tabel 10. Pendapatan Asli Daerah Periode Tahun 2008 - 2012

Tahun PENDAPATAN ASLI DAERAH

2014 12.773.550.187,50

2015 22.042.030.166,95

2016 11.894.036.693,62

2017 14.758.401.174,70

2018 18.911.016.577,54

2019 19,007,140,804.98

Sumber data: Buku APBD Kabupaten Gowa, 2020

Berdasarkan pada tabel 10 menunjukkan bahwa pendapatan asli

daerah Kabupaten Gowa fluktiatif. Tahun 2014 menunjukkan angka

pencapaian penerimaan PAD sebesar Rp. 12.773.550.187 dan

meningkatpada tahun berikutnya di 2015 menjadi Rp. 22.042.030.166.

44

namun tahun ketiga yakni 2016 penerimaan PAD mengalami penurunan

menjadi Rp. 11.894.036.693. Penurunan tahun ketiga penerimaan PAD

sangat signifikan menunjukkan hampir 50% dari tahun sebelumnya di

2015.

Selanjutnya pada tahun 2017 kembali meningkat menjadi

Rp.14.758.401.174 dan demikian pula pada tahun selanjutnya di 2018 dan

2019. Namun pencapaian penerimaan PAD tahun 2018 dan 2019 masih

berada dibawah pencapaian realisasi PAD di tahun 2015. Dengan

demikian bahwa dari 5 tahun penerimaan PAD ditunjukkan penerimaan

terendah pada tahun 2016 dan tertinggi di tahun 2015.

Gambar 6. Pendapatan Asli Daerah Tahun 2014 – 2018

Gambar di atas menunjukan tingkat Pendapatan Asli Daerah di

2014 2015 2016 2017 2018 2019

12.773.550.187,50

22.042.030.166,95

11.894.036.693,62

14.758.401.174,70

18.911.016.577,54

19.007.140.804

1 2 3 4 5 6

PAD Kab Gowa 2014-2019

Tahun PENDAPATAN ASLI DAERAH2014 2015 2016 2017 2018

12.773.550.187,50

22.042.030.166,95

11.894.036.693,62

14.758.401.174,70

18.911.016.577,54

1 2 3 4 5

PAD Kab Gowa 2014-2018

Tahun PENDAPATAN ASLI DAERAH

45

Kabupaten Gowa yang tidak stabil dalam perolehannya selama lima tahun

terakhir yaitu pada periode 2014 – 2019. Untuk melihat kinerja dari

Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Gowa, dapat dilihat dari rasio

kemandirian, rasio efektifitas, rasio efisiensi, dan rasio pertumbuhan.

3. Standar Pembahasan Otonomi Daerah

Sejak diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah pada tanggal 1 Januari 2001 lalu, telah terjadi pelimpahan

kewenangan yang semakin luas kepada pemerintah daerah dalam rangka

meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan fungsi pemerintah

daerah.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan yang lebih luas oleh pemerintah

daerah tersebut perlu didukung oleh sumber pembiayaan yang memadai.

Disadari bahwa sumber-sumber penerimaan antar satu daerah dengan

daerah lainnya sangat beragam. Ada beberapa daerah dengan sumber daya

yang dimiliki mampu menyelenggarakan otonomi daerah, namun tidak

tertutup kemungkinan ada beberapa daerah akan menghadapi kesulitan

dalam menyelenggarakan tugas desentralisasi, mengingat keterbatasan

sumber daya yang dimiliki.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 105 Tahun 2000, dijelaskan

bahwa keuangan daerah mengandung pengertian semua hak dan kewajiban

46

daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat

dinilai dengan uang. termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Dengan demikian, wilayah kajian

kemampuan keuangan daerah dapat mencakup aspek hak, yaitu

pendapatan; dan aspek kewajiban, yaitu belanja. Sumber pendapatan daerah

terdiri dari PAD, Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah. Adapun belanja daerah dirinci berdasarkan

organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Kajian kemampuan keuangan daerah

pada studi ini dibatasi pada sisi pendapatan dan fokus pada aspek PAD.

Untuk membiayai kewenangan daerah, PAD idealnya menjadi sumber

pendapatan pokok daerah. Sumber pendapatan lain dapat bersifat fluktuatif

dan cenderung di luar kontrol kewenangan daerah. Melalui kewenangan yang

dimiliki, daerah diharap dapat meningkatkan PAD, seraya tetap

memperhatikan aspek ekonomis, efisiensi, dan netralitas.

B. Analisis Kemampuan Keuangan

1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

a) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap

sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian daerah, tingkat

ketergantungan terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah

47

pusat dan provinsi) semakin rendah, dan sebaliknya. Rasio Kemandirian

Pemerintah Kabupaten Gowa dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel 11. Perhitungan Rasio Kemandirian Kabupaten Gowa Tahun Anggaran 2014-2019

Keterangan Pendapatan Asli Pendapatan Transfer Dana Perimbangan

Rasio

Tahun Daerah (PAD) Kemandirian

2014 12.773.550.187,50 350.017.783.050,00 3.65%

2015 22.042.030.166,95 339.328.028.084,00 6.50%

2016 11.894.036.693,62 341.655.587.953,00 3.48%

2017 14.758.401.174,70 382.925.770.693.00 3.85%

2018 18.911.016.577,54 464.456.933.976,00 4.07%

2019 19,007,140,804,000 422,214,264,120 4.50%

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2018

Pada tabel di atas, dapat dilihat dan diketahui bahwa rasio

kemandirian keuangan daerah Pemkab Gowa dalam lima tahun terakhir

(2008-2012). Pada periode tahun 2008 rasio kemandirian yang di

hasilkan yaitu sebesar 3.65%. Pada periode tahun 2009 rasio

kemandirian mengalami kenaikan sebesar 2,85% sehingga menjadi

6.50%. Pada periode tahun 2010 rasio kemandirian turun sebesar

3,02% sehingga menjadi 3.48%. Pada periode tahun 2011 rasio

kemandirian mengalami kenaikkan sebesar 0,37% sehingga menjadi

3,85%. Dan pada periode tahun 2012 rasio kemandirian mengalami

kenaikkan sebesar 0,22% sehingga menjadi 4,07%.

48

Gambar 7. Grafik Rasio Kemandirian Kabupaten Gowa Tahun Anggaran

2014-2019

Pada grafik atas terlihat jelas perbedaan yang sangat jauh dari

jumlah total dana bantuan pusat dibandingkan dengan Pendapatan Asli

Daerah di Kabupaten Gowa. Dana bantuan dari pusat yang terus

meningkat tidak diikuti dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah yang

tidak stabil realisasinya.

Tabel 12. Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Keuangan Daerah

Kemampuan Keuangan

Rasio Kemandirian (%)

Pola Hubungan Rendah Sekali 0 - 25 Instruktif

Rendah >25 - 50 Konsultif Sedang >50 - 75 Partisipatif Tinggi >75 - 100 Delegarif

Sumber: Halim, 2004 dalam Rusherlistyanti, 2013

0 12.773.550.187,5

0

22.042.030.166,95

11.894.036.693,62

14.758.401.174,70

18.911.016.577,54

350.017.783.050,00

339.328.028.084,00

341.655.587.953,00

382.925.770.693,00

464.456.933.976,00

1 2 3 4 5 6

PAD 2014-2019

Pendapatan Asli Pendapatan Transfer Dana Perimbangan

49

Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio kemandirian Pemda

Kabupaten Gowa ini menggambarkan tingkat kemampuan keuangan

daerah Kabupaten Gowa masih sangat rendah sekali. Atau termasuk

kedalam pola hubungan yang Instruktif yang berarti peranan Pemerintah

Pusat lebih dominan dari pada kemandirian Pemerintah Daerah (daerah

tidak mampu melaksanakan Otonomi Daerah). Terlihat dari hasil

perhitungan yang ada dari tahun 2014 sebesar 3.65%, tahun 2015

sebesar 6.50%, tahun 2016 sebesar 3.48%, tahun 2017 sebesar 3.85%,

dan tahun 2018 sebesar 4.07%, dan 2019 sebesar 4.50%, sangat jauh

dari standarisasi keuangan yang ada. Yang berarti pemerintah daerah

Kabupaten Gowa masih sangat bergantung pada dana perimbangan

yang berasal dari pusat.

b) Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan Pemda dalam

merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan target yang

ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam

menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai

minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Semakin tinggi rasio

efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.

Rasio efektivitas Pemerintah Kabupaten Gowa dapat dihitung sebagai

berikut:

50

Hasil perhitungan rasio efektifitas PAD dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 13. Perhitungan Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2014-2018

Tahun Target Penerimaan PAD

Realisasi

Penerimaan PAD

Rasio

Efektifitas

2014 12,124,890,765.00 12,773,550,718.50 105.35

2015 18,084,688,988.00 22,042,030,166.95 121.88

2016 16,080,433,967.00 11,894,036,693.62 73.97

2017 15,366,203,760.00 14,758,401,174.70 996.04

2018 14,669,257,351.56 18,911,016,577.54 128.92

2019 18,975,321,925 19,007,140,804,000 100.10

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2018

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa rasio efektifitas Pemkab

Gowa dalam lima tahun terakhir (2014-2018). Pada periode tahun 2008

rasio efektifitas sebesar 105,35%. Pada periode tahun 2009 rasio

efektifitas mengalami kenaikkan sebesar 16,53% sehingga menjadi

121,88%. Pada periode tahun 2010 rasio efektifitas mengalami

penurunan sebesar 47,92% sehingga menjadi 73,9%. Pada periode

tahun 2011 rasio efektifias mengalami kenaikkan sebesar 22,08%

sehingga menjadi 96,04%. Pada periode tahun 2012 rasio efektifitas

mengalami kenaikkan sebesar 32,88% sehingga menjadi 128,92%.

51

Selanjutnya tahun 2019 diperoleh rasio efektifitas menurun menjadi

100.10% dari tahun sebelumnya.

Gambar 8. Perhitungan Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran

Pada grafik gambar di atas dapat diketahui bahwa Pendapatan

Asli Daerah Kabupaten Gowa yang tidak stabil walaupun dapat

mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, namun dilihat

dari grafik tersebut diketahui bahwa target yang ditetapkan pemerintah

setiap tahunnya justru menurun dibandingkan dengan tahun – tahun

sebelumnya.

Tabel 14. Kriteria Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

Kriteria Rasio Efektifitas (%) Sangat Efektif >100

Efektif 100 Cukup Efektif 90 - 99 Kurang Efektif 75 - 89

12.124.890.765,00

18.084.688.988,00

16.080.433.967,00 15.366.203.760,0

0 14.669.257.351,56

18.975.321.925

12.773.550.718,50

22.042.030.166,95

11.894.036.693,62

14.758.401.174,70

18.911.016.577,54

19.007.140.804.000

1 2 3 4 5 6

Rasio Efektifitas

Target Penerimaan PAD Realisasi Penerimaan PAD

52

Kriteria Rasio Efektifitas (%) Tidak Efektif <75

Sumber: Halim, 2004 dalam Rusherlistyanti, 2013

Berdasarkan Perhitungan Rasio Efektifitas Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2014-2019 menggambarkan

kemampuan Pemda dalam merealisasikan PAD yang direncanakan

dibandingkan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Ini

terlihat dari perhitungan rasio efektifitas yang dari tahun 2014 sebesar

105,35%, tahun 2015 sebesar 121,88%, tahun 2016 sebesar 73,97%,

tahun 2017 sebesar 96,04%, dan pada tahun 2018 sebesar 128,92%.

Sesuai dengan kriteria efektifitas yang ada, terdapat tiga tahun dalam

periode 2014– 2019 yang menyentuh angka lebih dari 100% yaitu pada

periode tahun 2014, 2015, dan 2016 yang berarti pada tahun tersebut

efektifitas PAD Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa masuk dalam

kriteria sangat efektif. Sedangkan pada periode tahun 2017 rasio

efektifitas yang dihasilkan sebesar 96,04% yang berarti masuk dalam

kriteria efektif, Hanya pada tahun 2016 mengalami penurunan yang

cukup signifikan yaitu menjadi sebesar 73,97% yang berati pada tahun

tersebut masuk dalam kriteria kurang efektif.

c) Rasio Efesiensi

Rasio efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi

pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dikatakan efisien

53

apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah l00 persen.

Semakin kecil rasio efisiensi menggambarkan kemampuan daerah yang

semakin baik. Rasio efesiensi Pemerintah Kabupaten Gowa dapat

dihitung sebagai berikut:

Hasil perhitungan rasio efektifitas PAD dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 15. Perhitungan Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2014-2018

Tahun Realisasi Penerimaan

PAD Biaya

Pemungutan PAD Rasio

Efisiensi

2014 12,773,550,718.50 603,677,535.92 4.72

2015 22,042,030,166.95 1,001,102,508.34 4.54

2016 11,894,036,693.61 549,107,438.60 4.61

2017 14,758,401,174.70 730,290,058.74 4.94

2018 18,911,016,577.54 915,505,825.88 4.84 2019 19,007,140,804,000 885,248,578.30 4.65

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2018

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa perhitungan rasio efisiensi

PAD Pemkab Gowa dalam lima tahun terakhir (2014-2018). Pada tahun

2014 berada di angka 4,72%. Pada tahun 2015 turun menjadi 4,54%,

pada tahun 2016 naik menjadi 4,61%. Pada tahun 2017 naik kembali

menjadi 4,94% dan pada tahun 2018 turun menjadi 4,84%. 2019

kemudain Kembali menurun menjadi 4.65%.

Gambar 9. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2014-2019

54

Pada grafik gambar 4.4 di atas dapat dilihat Pendapatan Asli

Daerah yang tidak stabil namun dari grafik tersebut dapat dilihat besar

kecilnya jumlah PAD yang diterima tidak mempengaruhi biaya pungutan

yang dilakukan oleh petugas penarik pajak daerah tersebut.

Tabel 16. Kriteria Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

Kriteria Rasio Efektifitas (%) Sangat Efisiensi < 5

Efisiensi >5-10 Cukup Efisiensi >11-20 Kurang Efisiensi >21-30 Tidak Efisiensi >30

Sumber: Halim, 2004 dalam Rusherlistyanti, 2013

Berdasarkan Perhitungan Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Tahun Anggaran 2014-2018 menggambarkan kemampuan

Pemda dalam mengefisiensikan PAD sesuai dengan kriteria efisinesi

keuangan daerah yang pada tahun 2014 berada di angka 4,72%. Pada

tahun 2015 turun menjadi 4,54%, pada tahun 2016 naik menjadi 4,61%.

12.773.550.718,50

22.042.030.166,95

11.894.036.693,61

14.758.401.174,70

18.911.016.577,54

19.007.140.804.000

603.677.535,92 1.001.102.508,34 549.107.438,60 730.290.058,74 915.505.825,88 885.248.578,30

1 2 3 4 5 6

Rasio Efisensi

Realisasi Penerimaan PAD Biaya Pemungutan PAD

55

Pada tahun 2017 naik kembali menjadi 4,94% dan pada tahun 2018

turun menjadi 4,84%. Ini menandakan bahwa Pemda Gowa mampu

meminimalisirkan biaya upah pungut dalam merealisasikan PAD setiap

tahunnya.

d) Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan (growth ratio) mengukur seberapa besar

kemampuan Pemda dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Dengan mengetahui pertumbuhan masing-masing komponen sumber

pendapatan dan pengeluaran, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap

potensi-potensi daerah yang perlu mendapat perhatian. Semakin tinggi

persentase pertumbuhan setiap komponen pendapatan dan

pengeluaran, maka semakin besar kamampuan Pemda dalam

mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari

setiap periode. Rasio pertumbuhan Pemerintah Kabupaten Gowa dapat

dihitung sebagai berikut:

Tabel 17. Perhitungan Rasio Pertumbuhan PAD Tahun Anggaran 2014-2018

56

Tahun PADt0 PADt1 Rasio

Pertumbuhan

2014-2015 12,773,550,718.50 22,042,030,166.95 72.56

2015-2016- 22,042,030,166.95 11,894,036,693.62 -46.04

2016-2017 11,894.036,693.62 14,758,401,174.70 24.08

2017-2018 14,758,401,174.70 18,911,016,577.90 28.14 2018-2019 18,911,016,577.90 19,007,140,804 50.57

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2018

Pada tabel di atas, hanya ada satu periode dalam lima tahun

terakhir (2014-2018) di mana rasio petumbuhan Pemkab Gowa negatif,

yaitu pada tahun 2014-2019 sebesar -46,04%. Adapun rasio

pertumbuhan yang mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2015-2016-

2010 sebesar -46,04% naik menjadi 24,08% tahun 2016-2017,

kemudian naik menjadi 28,14% pada tahun 2017-2019.

Semakin meningkatnya pertumbuhan PAD dari tahun ke tahun

menandakan semakin tumbuhnya pembangunan di derah tersebut

sehingga semakin banyak juga pemasukan yang di dapat oleh

Pemerintah Daerah kabupaten Gowa, walaupun sempat terjadi

penurunan yang signifikan pada periode tahun 2015-2016 hingga

menyentuh -46,04% namun untuk periode tahun 2016– 2017 dan 2017–

2018 pertumbuhan PAD Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa

meningkat dari 24.08% menjadi 28,14%.

57

2. Analisis Faktor Pendukung Keuangan Daerah Kabupaten Gowa Factor

yang mendukung keuangan daerah Kabupaten Gowa berasal dari pajak

yang diuraikan sebagai berikut:

a. Pajak Hotel

Tabel 18. Realisasi Pajak Hotel

Tahun Target Pajak Hotel Realisasi Rasio

2014 6,975,000,000.00 4,391,067,500.10 62.95437276

2015 7,300,000,000.00 7,268,738,988.64 99.57176697

2016 8,000,000,000.00 8,860,954,125.45 110.7619266

2017 9,500,000,000.00 11,060,312,599.18 116.4243431

2018 13,008,002,500.00 13,364,380,346.40 102.7396816

2019 15,582,252,000.00 16,547,694,400.00 106.1957822

Penerimaan pajak hotel selama 5 tahun berturut-turut menunjukkan

rasioyang sangat signifikan meningkat. Selama tahun 2014-2015

menunjukkan peningkatan rasio 99.57% dari 62.95%. selanjutnya tahun

2015-2016 peningkatan pajak hotel terealisasi sebesar 110%-106%.

Namun di tahun selanjutnya 2018, dan 2019 penerimaan pajak hotel

mengalami penurunan menjadi 102% dan 106%.

Berdasarkan pada tabel 18 ditunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5

tahun penerimaan ajak hotel Kab Gowa tahun 2014-2019 menunjukkan

penerimaan tertinggi pada tahun 2016-2017 dan terendah pada tahun

2014-2015.

58

a. Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Tabel 19. Realisasi Pajak Reklame

Tahun Target Pajak

Reklame Realisasi Rasio

2014 24,000,000.00 23,641,404.09 98.50585038

2015 18,000,000.00 18,107,052.34 100.5947352

2016 316,000,000.00 25,646,023.48 8.115830215

2017 244,000,000.00 12,895,521.25 5.285049693

2018 514,000,000.00 354,565,588.05 68.98163192

2019 645,000,000.00 547,892,100.00 84.94451163

Berdasarkan pada tabel 19 ditunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5

tahun penerimaan pajak reklame Kab Gowa tahun 2014-2019

menunjukkan penerimaan tertinggi pada tahun 2016 dan 2014,

sedangkan penerimaan terendah pada tahun 2016 dan 2017.

59

b. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan

pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan

perundang- undangan yang berlaku.

Tabel 20. Realisasi Pajak Galian C

Tahun Galian C Realisasi Rasio

2014 135,000,000.00 142,376,159.56 105.4638219

2015 170,000,000.00 181,401,845.81 106.7069681

2016 235,000,000.00 241,567,206.84 102.7945561

2017 267,500,000.00 278,746,865.42 104.2044357

2018 348,256,000.00 348,895,251.52 100.1835579

2019 497,584,000.00 587,251,452.91 118.020566

Berdasarkan pada tabel 20 ditunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5

tahun penerimaan pajak galian golongan C Kab Gowa tahun 2014-2019

menunjukkan penerimaan tertinggi pada tahun 2019 dan 2015,

sedangkan penerimaan terendah pada tahun 2016 dan 2018.

60

c. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas tempat parkir di luar badan

jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan

berkaitan atas pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu

usaha.

Tabel 21. Realisasi Pajak Parkir

Tahun Parkir Realisasi Rasio

2014 135,000,000.00 142,376,159.56 126.0092933

2015 170,000,000.00 181,401,845.81 122.9959008

2016 235,000,000.00 241,567,206.84 114.5239631

2017 267,500,000.00 278,746,865.42 114.5086889

2018 348,256,000.00 348,895,251.52 108.0706602

2019 427,546,140.00 430,145,512.46 100.6079747

Berdasarkan pada tabel 21 ditunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5

tahun penerimaan pajak parkir Kab Gowa tahun 2014-2019 menunjukkan

penerimaan tertinggi pada tahun 2014 dan 2015, sedangkan penerimaan

terendah pada tahun 2018 dan 2019.

3. Analisis Standar Pembahasan Otonomi Daerah

Pengelolaan aset menjadi salah satu komponen yang mengalami

trendpeningkatan realisasi yang cukup tinggi. Kabupaten Gowa menjadi

salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang cukup berhasil melaksanakan

61

pengelolaan asset hingga mampu mempertahankan opini Wajar Tanpa

Pengecualian. Banyak daerah seperti Sidrap, Bone, dsb menjadikan

Kabupaten Gowa sebagai daerah percontohan untuk keberhasilan

pengelolaan aset terutama di daerah kabupaten. Aturan mengenai

pengelolaan aset telah dibuatkan aturannya melalui Peraturan Daerah

Kabupaten Gowa Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Barang Milik

Daerah. Realisasi kontribusi setiap komponen PAD Kabupaten Gowa

menunjukkan trend fluktuatif pada interval tahun 2014-2018. Salah

satu komponen PAD yang memiliki tingkat realisasi kontribusi tinggi

adalah pajak (44,85%). Capaian tersebut tidak lepas dari upaya dan

dukungan Bupati Kabupaten Gowa beserta jajarannya untukselalu

mendorong masyarakat agar patuh terhadap pajak dan wajib

melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan(SPT) di kantor pajak. Selain

komponen pajak, pengelolaan aset juga berkontribusi optimal

(35,00%) terhadap PAD yang realisasi kontribusinya cukup meningkat

selama kurun waktu empat tahun dari 2014. Hal ini tidak lepas dari

kerja keras pemerintah Kabupaten Gowa dalam mendorong

masyarakat untuk selalu bangga dengan aset daerah salah satunya

pengelolaan aset cagar budaya seperi Balla‟ Lompoa. Pengeloaan aset

yang baik mampu memberikan kontribusi positif terhadap capaian target

PAD di Kabupaten Gowa.

62

C. Hasil Analisis

1. Kemampuan Keuangan Daerah

a. Kemandirian Keuangan Daerah

Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) menunjukan

kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan

pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang

diperlukan daerah. Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar

kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan

daerah yang berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan

pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Rasio kemandirian

menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana

ekternal. Semangkin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa

tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekternal

(terutama pemerintah pusat dan propinsi) semangkin rendah, dan

demikian juga sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan

tinggkat partisipasi masayarakat dalam pembayar pajak dan restribusi

daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah.

Semangkin tinggi masyarakat membayar pajak dan restribusi daerah

akan menggambarkan tinggkat kesejateraan masyarakat yang semakin

tinggi.

63

Hasil penelitian dari perhitungan rasio kemandirian Pemda

Kabupaten Gowa ini menunjukkan tingkat kemampuan keuangan

daerah Kabupaten Gowa cukup rendah sekali. Karena tingkat

kemandirian di Kabupaten Gowa pada tahun 2014 berada di angka

3.65%, pada tahun 2015 naik menjadi 6.50%, pada tahun 2016 turun

kembali menjadi 3.48%, pada tahun 2017 naik menjadi 3.85%, dan

kemudian pada tahun 2018 naik menjadi 4.07% berdasarkan pola

kemandirian menurut Halim (2004). Penilitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2010) yang menyatakan bahwa

Kabupaten Aceh Selatan masih dalam kriteria sangat kurang mandiri

dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah dan pembangunan.

Kemandirian berarti mampu mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk

melakukan tugastugas pemerintahan dan pembangunan dengan

mengandalkan pendapatan asli daerahnya sendiri dari pada bantuan

pihak eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian berarti semakin tinggi

pendapatan asli daerah dan ketergantungan bantuan terhadap pihak

eksternal semakin rendah.

Rendahnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut

disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar

pajak serta lemahnya pengelolaan pemerintah terhadap kekayaan

daerah yang tidak produktif sehingga tidak dapat menghasilkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang maksimal, Usman (2011). Kondisi

64

ini menunjukkan bahwa ketergantungan pemerintah Kabupaten Gowa

terhadap dana alokasi dari pemerintah pusat/pemerintah provinsi sangat

besar. Terlebih lagi pada pendapatan retribusi daerah dan pendapatan

lain – lain yang sah yang belum stabil karena setiap tahunnya pada dua

sumber pendapatan tersebut selalu mengalami penurunan maupun

kenaikkan yang berdampak pada PAD Kabupaten Gowa. Sehingga

dapat dikatakan bahwa Kabupaten Gowa masih sangat bergantung

dengan bantuan dari dana perimbangan atau bantuan dari pemerintah

pusat. Ini dikarenakan Kabupaten Gowa belum mampu membiayai

sendiri kegiatan dan pembangunan di daerahnya sendiri. Kabupaten

Gowa masih mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat yang cukup

besar dan hanya dapat mengumpulkan pendapatan yang yang belum

maksimal.

b. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Halim (2004) rasio efektifitas manggambarkan kemampuan

pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang

direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan

potensi rill daerah yang ada sudah sangat efektif. Kemampuan daerah

dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila yang dicapai

mencapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 persen. Namun demikian

65

semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah

yang semangkin baik.

Hasil perhitungan dari Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Tahun Anggaran 2014 – 2018 menggambarkan bahwa

Kabupaten Gowa sudah dapat mencapai target yang berarti sangat

efektif sesuai dengan kriteria efektifitas yang ada karena telah dapat

mencapai lebih dari 100%, walaupun pada periode 2016 masuk dalam

kriteria yang tidak efektif karena rasio efektifitasnya menyentuh angka

73,9%, di bawah kriteria efektifitas yang efektif menurut Halim (2004).

Capaian tersebut menunjukkan bahwa realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) lebih besar dibandingkan dengan anggaran/target yang

telah ditetapkan pada tahun yang bersangkutan dan jika dilihat capaian

bahwa realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami penurunan,

ini berarti bahwa anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih rendah

dari capaian/realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun yang

bersangkutan sehingga kondisi keuangan pemerintah dikategorikan

tidak efektif, Usman (2011).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fino

(2011) bahwa tingkat efektifitas keuangan daerah Kabupaten Agam

selama tiga tahun anggaran yaitu sangat efektif dalam merealisasikan

PAD yangtelah ditargetkan menurut skala penghitungan yang

66

menunujukkan kriteria sangat efektif, yaitu berada pada persentase

>100% pada tahun anggaran 2014 dan 2015 namun tidak efektif pada

tahun anggaran 2016.

Hal ini berarti menunjukkan kinerja yang positif bagi Kabupaten

Gowa dalam merealisasikan PAD yang telah ditargetkan. Kemampuan

Kabupaten Gowa dalam meraup PAD yang telah ditargetkan

menandakan di Kabupaten Gowa masih memiliki banyak sumber PAD

yang apabila bisa dioptimalkan dengan baik dapat membantu tugas –

tugas pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Gowa. Namun

target yang di tetapkan oleh pemerintah daerah tersebut masih terlalu

kecil, bahkan setiap tahunnya target penerimaan PAD tersebut

bukannya semakin meningkat justru semakin menurun. Ini satu hal yang

sangat disayangkan karena dari perhitungan yang rasio efektifitas

terdapat tiga periode yaitu pada tahun 2014, 2015, dan 2018 yang dapat

mencapai angka di atas seratus persen yang menandakan bahwa

Kabupaten Gowa memiliki kemampuan dalam mengoptimalkan PAD

yang ada apabila didukung oleh kinerja pemerintah daerah.

c. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Halim (2004), efisiensi adalah tingkat perbandingan antara

masukan (input) dengan hasil (output) yang dicerminkan dalam rasio

atau perbandingan diantara keduanya. Jika output lebih besar dari input

67

maka dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input lebih besar dari

output maka dikatakan tidak efisien. Jadi tinggi rendahnya efisien

ditentukan oleh besar kecilnya rasio yang dihasilkan. Rasio Efisiensi

PAD, dalam merealisasikan PAD tentunya dikeluarkan biaya-biaya, hal

ini akan menggambarkan kinerja pemerintah dalam melakukan

pemungutan pendapatan yang diimbangi dengan biaya yang memenuhi

batas kewajaran.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap Rasio Efisiensi

Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa menunjukkan kinerja yang sangat

efisien karena sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri yang

menetapkan biaya pungutan maksimal sebesar 5% untuk

kabupaten/kota berarti menunjukkan kinerja yang sangat efisien.

Sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Fino (2011) pemerintah

daerah Kota Padang menunjukkan kinerja yang sangat baik dan efisien

dalam pemungutan sumber pendapatannya. Karena realisasi

Pendapatan Asli Daerah yang diterima lebih besar dibandingkan

dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memungut PAD tersebut.

Jadi pemerintah daerah Kabupaten Gowa sudah sangat baik dan

efisien dalam melakukan pemungutan sumber pendapatan daerahnya.

Ini berkat kinerja yang baik antara petugas penarik pajak di Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan Daerah serta petugas penarik

68

pajak di setiap Kecamatan di Gowa yang berkerjasama membantu

pemerintah daerah untuk memungut PAD di Kabupaten Gowa. Karena

realisasi PAD yang diterima lebih besar dibandingkan dengan biaya

yang harus dikeluarkan untuk memungut PAD tersebut. Ini berarti

pemerintah daerah Kabupaten Gowa sangat mengoptimalkan

pendapatan yang didapat dengan mengeluarkan pungutan sekecil –

kecilnya.

d. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Halim (2005), rasio pertumbuhan adalah untuk mengetahui

komponen-komponen (Pendapatan, PAD, Belanja, Belanja Rutin dan

sebagainya) mana yang perlu mendapatkan perhatian sebaiknya

melihat terlebih dahulu pertumbuhan komponen-komponen tersebut.

Selain ini rasio pertumbuhan ini akan menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya.

Sebaiknya pertumbuhan ini dinyatakan dalam bentuk persentase.

Penghitungan rasio pertumbuhan diketahui bahwa laju

pertumbuhan PAD Kabupaten Gowa berada pada posisi baik karena

tingkat laju pertumbuhan PAD Kabupten Gowa terus mengalami

peningkatan setelah mengalami penurunan. Dapat dilihat dari tahun

(2014-2018) di mana rasio petumbuhan Pemkab Gowa negatif, yaitu

69

pada tahun 2015-2016 sebesar -46,04%. Adapun rasio pertumbuhan

yang mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2015-2016 sebesar -

46,04% naik menjadi 24,08% tahun 2016-2017, kemudian naik menjadi

28,14% pada tahun 2017-2018. Sama hal nya penelitian yang dilakukan

oleh Fino (2011) yang menunjukkan rasio pertumbuhan PAD Kabupaten

Agam pada tahun 2009 sebesar 7,34% dan pada tahun 2010 rasio

pertumbuhan PAD mengalami penurunan 11,57% dari tahun

sebelumnya, karena berkurangnya penerimaan yang berasal dari lain-

lain pendapatan asli daerah. Ini juga terjadi di Kabupaten Gowa yang

mengalami penurunan pada periode 2009 – 2010 karena berkurangnya

pendapatan lain lain yang sah. Namun pemerintah daerah cepat untuk

bangkit kembali sehingga pertumbuhanya terus meningkat.

Peran serta pemerintah sangatlah penting dalam sebuah

pertumbuhan daerahnya terutama pertumbuhan PAD, sebab

pemerintah daerah yang memiliki hak umtuk membuat peraturan hal

apa saja yang bisa menjadi pajak daerah dalam sebuah peraturan

daerah serta izin dari pemerintah daerah untuk memberikan

kesempatan bagi perusahaan yang ingin berinvestasi di Kabupaten

Gowa untuk dapat menambah sumber PAD.

Rasio pertumbuhan dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar

kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan

70

meningkatkan keberhasilannya yang dicapai dari periode ke periode

berikutnya. Rasio pertumbuhan dikatakan baik, jika setiap tahunnya

mengalami pertumbuhan positif atau mengalami peningkatan menurut

Halim (2008).

2. Faktor Pendukung Keuangan Daerah Kabupaten Gowa

Realisasi Pajak Hotel dari tahun 2014 terealisasi sebesar 62,9%,

sedangkan pada tahun 2015 meningkat cukup signifikan menjadi 99,5%.

Sedangkan pada tahun 2016 dan 2017 menunjukkan peningkatan yang

sangat signifikan pada penerimaan pajak hotel yakni 110% di tahun 2016

dan 116% di tahun 2017. Namun di tahun 2018 terjadi penurunan realisasi

pajak hotel menjadi 102%.

Selanjutnya penerimaan dan realisasi pajak reklame menunjukkan

pennerimaan di tahun 2014 cukup besar yakni dengan realisasi 98.5% dan

terjadi peningkatan di tahun selanjutnya menjadi 100.5%. sedangkan

tahun 2016 terjadi penurunan yang sangat signifikan penerimaan realisasi

pajak reklame hanya mencapai 8,11% saja dan Kembali menururn di

tahun berikutnya 2017 menjadi 5.28%. sedangkan pada tahun 2018

penerimaan realisasi pajak reklame mulai mengalami peningkatan dengan

besar realisasi 68,9%.

71

Untuk penerimaan realisasi pajak galian C di Kabupaten Gowa

berdasarkan data menunjukkan peningkatan di beberapa tahun dan tetap

berada pada posisi stabil diatas 100% pada tahun 2014 penerimaan

realisasi pajak galian C sebesar 105.4%, disusul tahun 2015 sebesar

106,7. Dua tahun berturut-turut penermaan pajak mengalami peningkatan,

namun di tahun 2016 menunjukkan adanya penururnan sebesar 4%

sehingga pada tahun tersebut realisasi pajak galian C sebesar 102,7%.

Selanjutnya tahun 2017 kembali meningkat 2% menjadi 104,2% dan

Kembali menururn di tahun 2018 sebesar 4% sehingga penerimaan

realisasi pajak galian C sebesar 100,1%.

Selanjutnya penerimaan realisasi pajak parkir menunjukkan

penururun selama 5 tahun terakhir. Dimana tahun 2014 menunjukkan

penerimaan realisasi signifikan besar yakni 126% dan menururn di tahun

selanjutnya yakni 122,9%, dan tahun 2016 kembali menururn menjadi

114%. Tahun 2017 sebesar 114% dan tahun 2018 sebesar 108%. Selama

5 tahun berturut-turut penerimaan pajak parkir berfluktuatif dan cenderung

menurun.

3. Pembahasan Otonomi Daerah

Berdasarkan hasil analisis pengelolaan pendapatan daerah sejak

diberlakukan otonomi mengalami trend peningkatan realisasi yang cukup

tinggi. Hal tersebut ditunjukkan pada realisasi setiap komponen PAD

72

Kabupaten Gowa menunjukkan trend fluktuatif pada interval tahun

2014-2018. Pada factor pendukung penerimaan daerah yang dikelola

langsung pemerintah Kabupaten Gowa dari 5 pendapatan yaki pada aspek

pajak menunjukan bahwa hanya 1 penerimaan pajak reklame yang

mengalami penurunan realisasi. Sedangkan pada penerimaan pajak hotel,

parkir, galian C menunjukkan peningkatan yang signifikan. Adapun

penururnan penerimaan realisasi pajak besarannya tidak begitu banyak

hanya berkisar pada 2-4% saja dari total penerimaan realisasi pajak di

tahun sebelumnya. Seperti yang diketahui bahwa salah satu komponen

PAD yang memiliki tingkat realisasi kontribusi tinggi adalah pajak

(44,85%). Capaian tersebut tidak lepas dari upaya dan dukungan Bupati

Kabupaten Gowa beserta jajarannya untuk selalu mendorong

masyarakat agar patuh terhadap pajak dan wajib melaporkan Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) di kantor pajak.

4. Manfaat Hasil Analisis

Secara umum dengan mengetahui perkembangan kemampuan

daerah dalam mendukung pelaksanaan otnomi daerah di Kabupaten

Gowa setidaknya memberikan informasi terkait mengenai kemampuan

daerah mengelola pendapatan daerah dan pencapaian target pada

bidang-bidang pendapatan daerah langsung seperti pajak. Berdasarkan

hasil analisis data walaupun belum optimal, ada dinamika dan upaya

73

daerah untuk meningkatkan kemampuan keuangan dan mendorong

potensi ekonomi lokal melalui peningkatan PAD berdasarkan potensi yang

dimilikinya. Beberapa upaya tersebut justru menimbulkan ekses berupa

kebijakan demi peningkatan PAD yang bersifat kontra produktif terhadap

peningkatan PAD. Banyak pengalaman positif daerah yang dapat dijadikan

pelajaran bagi daerah lain untuk meningkatlan PAD. Sehubungan dengan

peningkatan PAD, pelajaran yang dapat diambil adalah: (1) intensifikasi

dan ekstensifikasi pajak; (2) negosiasi ulang kerjasama dengan pihak

ketiga; (3) akomodasi terhadap penerimaan dinas eks kanwil, dan; (4)

optimalisasi sumbangan pihak ketiga. Sedangkan pelajaran yang terkait

dengan peningkatan investasi adalah: (1) dukungan infrastruktur dasar dan

penunjang, politik, dan hankam; (2) revitalisasi institusi dibidang investasi;

(3) kerjasama regional; (4) kemudahan informasi, dan; (5) pemberian

fasilitas insentif.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada Bab sebelumnya dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dilihat dari indikator kinerja PAD, secara umum Kabupaten Gowa

mempunyai kemampuan keuangan untuk mendukung pelaksanaan otonomi

daerah yang dilihat dari realisasi PAD selama 5 tahun bertutur-turut

mengalami peningkatan secara signifikan.

2. Kabupaten Gowa mempunyai sumberdaya alam yang cukup dapat

diandalkan dan memiliki kinerja PAD yang baik. Berbagai upaya telah

dilakukan daerah untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah dan

mendorong potensi ekonomi lokal, melalui peningkatan PAD dan investasi

berdasarkan potensi yang dimilikinya.

B. Saran

1. Kabuapaten Gowa masih terus harus berupaya untuk dorongan agar PAD-nya

tumbuh, disertai Belanja Daerah yang rasional sesuai kemampuan riil yang

dimiliki daerah. Perlu upaya-upaya khusus yang menyentuh penataan berbagai

aspek seperti: (1) peningkatan kualitas SDM; (2) penyiapan sarana/prasarana

dasar dan pendukung; (3) peraturan dan perundangan yang memperhatikan

aspek ekonomis, efisiensi, dan netralitas; (4) revitalisasi lembaga-lembaga terkait,

termasuk desentralisasi kewenangan perijinan investasi; (5) lebijakan pemberian

73

fasilitas insentif kepada investor yang lebih menarik, dan; (6) optimalisasi potensi

perekonomian lokal sehingga bermanfaat kepada daerah. Upaya khusus ini dapat

dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri ataupun dengan dukungan fasilitasi dari

pihak-pihak yang kompeten.

2. Keberadaan PAD hendaknya dipahami sebagai hasil ikutan dari tumbuhnya

investasi di daerah. Dengan demikian kebijakan peningkatan PAD tidak boleh

mengorbankan kepentingan jangka panjang yang berdampak lebih luas yaitu

investasi sektor swasta.

74

DAFTAR PUSTAKA Adi, Priyo Hari. 2012. Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin Vol. XXI, No. 1.

Kemampuan Keuangan Daerah dalam Era Otonomi dan Relevansinya denganPertumbuhan

(http://priyohari.files.wordpress.com/2009/06/kemampuan-keuangan-daerah-dan-

relevansi.pdf diakses tanggal 10 Oktober 2012). Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Direktorat Pengembangan

Otonomi Daerah. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Provinsi dalam Era Otonomi Daerah: Tinjauan atas Kinerja PAD, dan Upaya Yang Dilakukan Daerah. (Online) (www.bappenas.go.id/get-file-

server/node/2511/ diakses tanggal 17 Agustus 2012).

Badan Pusat Statistik. 2010. Makassar Dalam Angka 2010. Makassar: Badan Pusat Statistik Kota Makassar.

Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Bella, Rohana. 2002. Potensi Objek Pendapatan Asli Daerah (Retribusi) Kota

Makassar. Makassar: Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Brannen, Julia. 1996. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Samarinda:

Pustaka Pelajar. Djaenuri, Aries, dkk. 2003. Sistem Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka. Halim, Abdul. 2009. Problem Desentralisasi dan Keuangan Pemerintahan Pusat-

Daerah Peluang dan Tantangan dalam Pengelolaan Sumber Daya Daerah. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM.

Haris, Syamsuddin. 2007. Desentralisasi Dan Otonomi Daerah: Desentralisasi,

Demokratisasi, Dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah. Jakarta: LIPI Press.

Laedy Tamboto, Jenny Morasa, Lidis Mawikere, 2014. Judul Penelitian Ini Adalah

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Masa Etonomi Daerah Pada Kabupaten Minahasa Tenggara.

Lutfih Muta‟ali, 2000. Judul Jurnal Analisis Dampak Kebijakan Otonomi Daerah

Terhadap Kepentingan Perkembangan Wilayah Dikawasan Ciayumaja Kuning.

75

BIOGRAFI PENULIS

Bakri lahir di dusun Baddo Baddo, Desa Jene Madingin Kec.

Patallassang Kab. Gowa pada tanggal 07 Juli 1993 sebagai

anak Ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Said Dg.

Nai dan Ibu Cacce Dg. Nurung.. Penulis telah menempuh

pendidikan sebagai berikut. Penulis masuk SD Inpres Kombes

Armed, kemudian SMP 2 Mandai, kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di

SMK 1 Patallassang. pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke

perguruan tinggi pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar program strata satu sampai sekarang. Sebagai tugas

akhir maka penulis menulis skripsi yang berjudul “Analisis Perkembangan

Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah

Di Kabupaten Gowa”.

28%SIMILARITY INDEX

28%INTERNET SOURCES

5%PUBLICATIONS

3%STUDENT PAPERS

1 5%

2 5%

3 5%

4 4%

5 3%

6 2%

7 2%

8 2%

Muh.Bakri.s - 105730450813ORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

etheses.uin-malang.ac.idInternet Source

repository.unhas.ac.idInternet Source

journal.unhas.ac.idInternet Source

www.bappenas.go.idInternet Source

eprints.undip.ac.idInternet Source

repository.unib.ac.idInternet Source

zakiyudinfikri-babel.blogspot.comInternet Source

bpsdm.sulselprov.go.idInternet Source

Exclude quotes On

Exclude bibliography On

Exclude matches < 2%