analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MADIUN TAHUN 2003-2010 TESIS Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah Oleh : SETIJANINGSIH S 4210049 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2011 i

Upload: hoangdien

Post on 21-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

KABUPATEN MADIUN TAHUN 2003-2010

TESIS

Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah

 

Oleh :

SETIJANINGSIH

S 4210049

 

 

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA

2011 i 

 

Page 2: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

KABUPATEN MADIUN TAHUN 2003-2010

Disusun oleh :

SETIJANINGSIH

S 4210049

 

 

 

Telah disetujui oleh Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Evi Gravitiani, M.Si Malik Cahyadin, SE, M.Si

NIP. 19730605 200912 2 001 NIP. 19810729 200812 1 002

Ketua Program Studi

Magiter Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dr. JJ Sarungu, MS

ii 

 

NIP. 19510701 198010 1 001

Page 3: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

KABUPATEN MADIUN TAHUN 2003-2010

Disusun oleh :

SETIJANINGSIH

S 4210049

 

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Pada tanggal :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Tim Penguji Dr. JJ Sarungu, MS

Pembimbing Utama Dr. Evi Gravitiani, M.Si

Pembimbing Pendamping Malik Cahyadin, SE, M.Si

iii 

 

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., PhD

NIP.

Dr. JJ Sarungu, MS

NIP. 19510701 198010 1 001

Page 4: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv 

 

Page 5: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan untuk :

Ibunda tercinta yang selalu memberi dukungan dan bimbingan kepadaku

Keponakanku yang memberi semangat dalam hidupku

Teman-teman dan semua pihak yang telah membantuku

Page 6: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi 

 

MOTTO

Hidup adalah perjuangan, setiap perjuangan akan membuahkan hasil,

dimana ada usaha disitu pasti ada jalan

Page 7: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii 

 

ABSTRAK

Kemampuan Keuangan Daerah adalah kewenangan dan kemampuan daerah untuk mengoptimalkan sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai peyelenggaraan pemerintahannya. Kemampuan keuangan daerah dicerminkan dengan kemandirian keuangannya. Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan keuangan daerah dalam mendanai belanja daerah dari kemampuan sendiri, yaitu pendapatan asli daerah atau PAD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Madiun tahun 2003 – 2010 dan mengetahui kemandirian keuangan daerah di Kabupaten Madiun tahun 2003 – 2010.

Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun tahun 2003 – 2010 dengan menghitung memakai rasio pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan, rasio pendapatan asli daerah terhadap dana perimbangan dan rasio pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah dimana dapat diketahui dengan mengukur persentase penerimaan daerah, sedangkan kemandirian keuangan daerah parameter pengukurannya adalah rasio kemandirian daerah, rasio efektivitas keuangan daerah otonom yaitu parameter untuk mengukur seberapa jauh penerimaan yang berasal dari daerah dalam memenuhi kebutuhan daerah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Kabupaten Madiun belum mampu dalam kemampuan keuangan daerahnya ; (2) Tingkat kemandirian masih rendah sekali dan menunjukkan pola hubungan instruktif, dan tingkat efektivitas sudah masuk dalam kategori efektif sehingga Kabupaten Madiun merupakan daerah yang efektif untuk bisa menuju kemandirian keuangan daerah.

Kata kunci : Kabupaten Madiun, Kemampuan Keuangan Daerah, Kemandirian Keuangan Daerah.

Page 8: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii 

 

ABSTRACT  

  Regional Financial capability is a local authority and the ability to optimize financial resources, manage and use their own finances are sufficient to finance peyelenggaraan rule. The ability of local finance is reflected in its financial independence. Local financial independence is the ability of local finance in funding expenditures from its own capabilities, namely local revenues or PAD. This study aims to determine the financial capability areas in Madiun’s regency in 2003 - 2010 and know the local financial independence in Madiun’s regency in 2003- 2010.

The method used to determine financial capability Madiun’s regency area in 2003 - 2010 by calculating the wear ratio of revenue to total revenue, the ratio of revenue to the fund balance and ratio of revenue to the shopping area which can be identified by measuring the percentage of local revenue, while the local financial independence measurement parameter is the ratio of local independence, autonomous regional financial effectiveness ratio is the parameter to measure how much revenue that comes from the area in meeting local needs.

The results of this study indicate that: (1) Madiun’s regency has not been able in the area of financial capability ; (2) The level of independence is still very low and showed the pattern of relationships instructive, and the level of effectiveness has been included in the category so effective that Madison County is the effective area to be able to local financial autonomy.

Keywords: Madiun’s regency, Regional Financial Capability, Financial Independence Regional.

Page 9: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala limpahan

berkah dan karunia-Nya sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penulisan

tesis dengan judul ”Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Madiun

Tahun 2003 - 2010 ” ini.

Penelitian tesis ini terselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr. Evi Gravitiani, M.Si, selaku Pembimbing Utama dalam upaya mendorong

peneliti untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

2. Malik Cahyadin, SE, M.Si, selaku Pembimbing Pendamping yang memberikan

banyak masukan yang bermanfaat untuk pengembangan tesis ini.

3. Segenap Pengelola dan staf di Sekretariat MESP yang selalu membantu

kelancaran studi peneliti.

4. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu yang telah

membangkitkan semangat peneliti untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Peneliti sadar bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada kebaikan sangat peneliti

harapkan dan semoga penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi

Pemerintah Kabupaten Madiun dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang

berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemandirian daerah.

Surakarta, 2011

SETIJANINGSIH

Page 10: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ...................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

HALAMAN MOTTO .................................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN........................................................... ................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................... ............... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................... ...... 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................ ........... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8

A. Tinjauan Teoritik dan Empiris ................................................. 8

1. Tinjauan Teoritik ................................................................. 8

a. Pengertian Otonomi Daerah dan Desentralissi Fiskal .... 8

b. Kemampuan Keuangan Daerah....................................... 10

c. Kemandirian Keuangan Daerah ...................................... 12

1) Rasio Keuangan ....................................................... 12

Page 11: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi 

 

2) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ..................... 13

3) Pola Hubungan Pusat – Daerah................................ 14

4) Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Otonom .......... 15

5) Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan

Daerah Otonom ........................................................ 15

2. Tinjauan Empiris.................................................................. 17

B. Kerangka Konseptual ............................................................... 21

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... . 23

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 23

B. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 23

C. Teknik Analisis Data ................................................................ 24

1. Teknik Pengumpulan Data................................................... 24

2. Alat Analisis......................................................................... 24

a. Analisis Deskriptif ......................................................... 24

b. Analisis Kuantitatif ......................................................... 25

1). Derajat Desentralisasi Fiskal.................................... 25

2). Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (Rasio KKD) 25

3). Rasio Efektivitas Keuangan Daerah (Rasio EKD)... 26

4). Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan

Daerah Otonom ........................................................ 26

BAB IV. KONDISI DAERAH DAN ANALISIS DATA .............................. 28

A. Kondisi Daerah di Kabupaten Madiun ..................................... 28

1. Kondisi Umum .................................................................. 28

2. Visi dan Misi Kabupaten Madiun Tahun 2008-2013 ........ 29

3. Kondisi Keuangan ............................................................. 31

B. Analisis Data............................................................................. 33

1. Kemampuan Keuangan Daerah......................................... 33

a. Rasio PAD terhadap Pendapatan .................................. 36

Page 12: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii 

 

b. Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan ...................... 38

c. Rasio PAD terhadap Belanja Daerah............................ 41

2. Kemandirian Keuangan Daerah......................................... 44

a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (Rasio KKD) ... 44

b. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah (RasioEKD) ........ 56

c. Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah

Otonom......................................................................... 61

BAB V. PENUTUP .................................................................................... 72

A. Kesimpulan............................................................................... 72

B. Saran ......................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 76

LAMPIRAN

Page 13: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii 

 

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Definisi dan indikator Kemampuan Keuangan Daerah dan Kemandirian Keuangan Daerah ...................................................

16

4.1 Kondisi Keuangan Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam Jutaan Rupiah) ...............................................................

33

4.2 Klasifikasi Daerah Berdasarkan Rasio PAD terhadap APBD (Rata-rata 1990 – 1999) ...............................................................

34

4.3 Tolok Ukur Kemampuan Daerah .............................................. 35

4.4 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 (dalam Jutaan Rupiah) ..........................................

36

4.5 Rasio Pendapatan asli Daerah terhadap Total Pendapatan Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %) ...................

37

4.6 Dana Perimbangan Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 (dalam Jutaan Rupiah) ........................................................

39

4.7 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Dana Perimbangan Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam %) ..................

40

4.8 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam %) ..................

42

4.9 Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian dan Kemampuan Daerah 45

4.10 Rasio Kemampuan Keuangan DaerahKabupaten Madiun Tahun 2003-2010 (dalam %) ..................................................................

46

4.11 Perbandingan Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 20003-2010 (dalam %) ......................................

47

4.12 Efektivitas Keuangan Daerah Otonom ..................................... 57

4.13 Perhitungan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 (dalam %) ....................

58

Page 14: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv 

 

4.14 Perbandingan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003-2010 (dalam %) ....................................................

59

4.15 Trend Kemandirian Keuangan Daerah dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003-2010 (dalam %) ..................................................................................

63

4.16 Trend Kemandirian Keuangan Daerah berdasarkan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)................................................................

68

4.17 Trend Efektivitas Keuangan Daerah berdasarkan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)................................................................

68

Page 15: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv 

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ............... 38

4.2 Grafik Perkembangan Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ....................................................................................... 41

4.3 Grafik Perkembangan Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 .................. 43

4.4 Grafik Perkembangan Rasio Kemandiriran Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ................ 56

4.5 Grafik Perkembangan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ................ 60

4.6 Grafik Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003-2010 ..................... 64

4.7 Grafik Rasio KKD, Rasio EKD, Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 ............................................................. 66

Page 16: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi 

 

DAFTAR LAMPIRAN

LampiranI : Rekapitulasi Laporan Realisai Anggaran Pemerintah Kabupaten Madiun

Lampiran II : Regresi

Page 17: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii 

 

LAMPIRAN

Page 18: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

xviii 

 

Page 19: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara merupakan perundang-undangan yang mengatur

tentang pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum

pengelolaan keuangan negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang

kekuasaan pengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden

kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN

dan APBD, ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD,

pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral,

pemerintah daerah dan pemerintah/lembaga asing, pengaturan hubungan

keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah dan

perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat, serta penetapan

bentuk dan batas waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN dan APBD. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 juga

telah mengantisipasi perubahan standar akuntansi di lingkungan pemerintahan

di Indonesia yang mengacu kepada perkembangan standar akuntansi di

lingkungan pemerintahan secara internasional.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan daerah dalam

pelaksanaannya bagi Pemerintah Daerah di era otonomi daerah tidak lepas dari

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dalam mengatur tentang penyelenggaraan Otonomi

Page 20: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Daerah dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

bertanggungjawab kepada Daerah secara proporsional yang diwujudkan

dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang

berkeadilan, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah.

Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah diatur dengan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang mempunyai

prinsip bahwa : (1) perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan

Pemerintahan Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai

konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah,

(2) pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah dalam

rangka pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh

Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan

keseimbangan fiskal, (3) perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan

Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka

pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan.

Pasal 86 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dalam

pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah perlu menetapkan Peraturan

Pemerintah tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemerintah kemudian

menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Page 21: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Pasal 155 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah dalam pelaksanaannya Pemerintah menetapkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian diubah dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.

Bagian Ketiga Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 4

ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan bahwa pengelolaan

keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang

diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah ( Perda ).

Bupati Madiun periode tahun 2003 sampai 2008 yang memerintah pada

saat itu menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58

Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Bagian Ketiga Asas

Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 4 ayat (2) dengan menetapkan

Peraturan Daerah tentang APBD yang berguna sebagai arah dan kebijakan

umum serta strategi dan prioritas dalam melaksanakan pembangunan di

Kabupaten Madiun.

Mardiasmo (2002) dalam Setiaji dan Adi (2007) mengatakan bahwa

sebelum era otonomi harapan yang besar dari Pemerintah Daerah untuk dapat

membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri

ternyata dari tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari kenyataan. Harapan

Pemerintah Daerah tersebut ternyata adalah ketergantungan fiskal dan subsidi

Page 22: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

serta bantuan Pemerintah Pusat sebagai wujud ketidakberdayaan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dalam membiayai Belanja Daerah.

Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang

lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Otonomi

daerah tersebut bertujuan antara lain adalah untuk lebih mendekatkan

pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk

memantau dan mengawasi penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), selain untuk menciptakan persaingan

yang sehat antar daerah dan mendorong timbulnya inovasi. Pemerintah Daerah

dengan kewenangan tersebut diharapkan lebih mengoptimalkan sumber-

sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan

pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui PAD.

Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin

banyaknya kewenangan pemerintah yang dilimpahkan kepada daerah disertai

pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah

dalam jumlah besar. Dana Perimbangan yang merupakan transfer keuangan

oleh pusat kepada daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi

daerah, meskipun jumlahnya relatif memadai yakni sekurang-kurangnya

sebesar 25 persen dari Penerimaan Dalam Negeri dalam APBN, namun daerah

harus lebih kreatif dalam meningkatkan PAD-nya untuk meningkatkan

akuntabilitas dan keleluasaan dalam pembelanjaan APBD-nya (Sidik, 2002)

dalam Setiaji dan Adi (2007). Sumber-sumber penerimaan daerah yang

potensial harus dikelola secara maksimal, namun tentu saja di dalam koridor

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 23: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Halim (2001) dalam Erlangga (2005) dalam Yuniarti (2008)

menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan

otonomi, yaitu : (1) kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus

memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber

keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup

memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya, dan

(2) ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan

terbesar sehingga peranan Pemerintah Daerah menjadi lebih besar.

Kemampuan daerah otonom melaksanakan otonomi keuangan secara

penuh dalam periode pendek masih diragukan, baik sebagai akibat kapabilitas

daerah otonom yang tidak dapat berubah begitu cepat maupun sistem

keuangan, yaitu Pemerintah Pusat tidak sepenuhnya mau kehilangan kendali

atas Pemerintah Daerah.

Kuncoro (2002) dalam Dwirandra menjelaskan beberapa hal yang

dapat menghambat keberhasilan Pemerintah Daerah melaksanakan otonomi,

yaitu : (1) dominannya transfer dari pusat, (2) kurang berperannya perusahaan

daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), (3) tingginya derajat

sentralisasi dalam bidang perpajakan, (4) kendati pajak daerah cukup beragam,

ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan,

(5) kelemahan dalam pemberian subsidi dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah.

Page 24: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan keuangan daerah

dalam mendanai belanja daerah dari kemampuan sendiri, yaitu pendapatan asli

daerah atau PAD.

Berdasarkan uraian diatas, maka dengan adanya pertanggungjawaban

keuangan oleh pemerintah inilah yang membuat peneliti tertarik untuk

mengadakan penilaian yang mengkaji tentang kemampuan keuangan pada era

otonomi daerah yang sudah menjalankan otonomi daerah setelah delapan tahun

berjalan serta kemandirian dan efektivitas keuangan daerah. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Kabupaten Madiun mampu untuk

mengelola keuangannya dalam memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan

taraf kesejahteraan dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhannya dan sejauh mana kemandirian dan efektivitas keuangan di

Kabupaten Madiun sepanjang tahun 2003 sampai dengan tahun 2010.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Madiun pada tahun

2003 – 2010 ?

2. Bagaimana kemandirian dan efektivitas keuangan daerah di Kabupaten

Madiun pada tahun 2003 – 2010 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini meliputi :

1. Untuk menganalisa kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Madiun

pada tahun 2003 – 2010.

Page 25: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 

2. Untuk menganalisa kemandirian dan efektivitas keuangan daerah di

Kabupaten Madiun pada tahun 2003 – 2010.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Toeritis

Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran dalam mengembangkan

model-model penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan keuangan

daerah di masa-masa yang akan datang.

2 . Manfaat Praktis

Dari hasil analisis yang telah didapatkan, diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penyusunan kebijakan

pembangunan daerah, khususnya bagi Pemerintah Daerah di Kabupaten

Madiun dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sekarang ini.

Page 26: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik dan Empiris

1. Tinjauan Teoritik

a. Pengertian Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal

Ketentuan Umum Bab I Pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa desentralisasi

mempunyai pengertian penyerahan wewenang pemerintahan oleh

Pemerintah kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Daerah otonom yang selanjutnya disebut daerah mempunyai

pengertian kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Otonomi yang luas kepada daerah bertujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah, hal

ini akan semakin mendorong pelaksanaan pembangunan yang

Page 27: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9  

menyeluruh di daerah karena makin terbukanya peluang bagi daerah

untuk memanfaatkan sumber daya dan sumber pendanaan yang dimiliki.

Sardi (1999) dalam Yuniarti (2008) menjelaskan bahwa

perkembangan teori desentralisasi di Indonesia tercatat ada 3 jenis,

yaitu sebagai berikut.

1) Desentralisasi administrasi : pengalihan wewenang administrasi

untuk memungut pajak/retribusi beserta pemberian ijin termasuk

pendaftaran usaha ;

2) Desentralisasi teritorial : pengalihan wewenang untuk mengatur

daerah /wilayah yang menjadi ajang kegiatan ;

3) Desentralisasi fungsional : pengalihan wewenang untuk menata

kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.

Livingstone dan Charlton dalam Suryantini (2001) dalam Yuniarti

(2008) mengemukakan bahwa desentralisasi keuangan pemerintah

merupakan suatu tujuan yang penting di banyak negara berkembang dan

bahwa kabupaten atau kota lebih memungkinkan untuk dekat dengan

masyarakat dan pelayanan yang perlu disediakan untuk masyarakat.

Desentralisai keuangan pemerintah memberi akibat masyarakat pun

memiliki kesadaran untuk membayar pajak sebagai kontribusinya, karena

jumlah yang mereka kontribusikan kepada pemerintah akan langsung

terlihat hasilnya.

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak dapat

dilepaskan dari kemampuan daerah dalam bidang keuangan, karena

kemampuan keuangan ini merupakan salah satu indikator penting guna

Page 28: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10  

mengukur tingkat otonomi suatu daerah. Suparmoko mengutip dari

Munir (2004) dalam Yuniarti (2008) otonomi fiskal daerah adalah

kemampuan Pemerintah Daerah dalam meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD), otonomi fiskal ini dapat diketahui dengan menghitung

desentralisasi fiskal, dimana dapat diketahui dengan menghitung rasio

PAD terhadap total penerimaan daerah dan rasio subsidi dan bantuan

pemerintah yang lebih tinggi terhadap total penerimaan daerah serta rasio

penerimaan daerah terhadap total penerimaan negara.

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk

meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah.

Pada dasarnya terkandung 3 misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal, yaitu (Mardiasmo, 2002) dalam Yuniarti (2008).

1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan

kesejahteraan masyarakat.

2) Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya

daerah.

3) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk

berpartisipasi dalam proses pembangunan.

b. Kemampuan Keuangan Daerah

Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu

melaksanakan otonomi menurut Abdul Halim yang dikutip dari Erlangga

(2005) dalam Yuniarti (2008) adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan keuangan daerah artinya daerah otonom harus memiliki

kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber

Page 29: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11  

keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri

yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan daerahnya.

2) Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin

sehingga Pendapatan Asli Daerah harus menjadi sumber keuangan

terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat

dan daerah. Kedua ciri tersebut akan mempengaruhi pola hubungan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pola hubungan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan daerah secara konseptional harus sesuai

dengan kemampuan daerah dalam membiayai pelaksanaan

pemerintahan.

Suparmoko (1996) dalam Yuniarti (2008) mengatakan bahwa

hubungan keuangan antar pemerintah (inter govermental fiscal relation)

menunjuk pada hubungan keuangan antar berbagai tingkatan

pemerintahan dalam suatu negara, kaitannya dengan distribusi

pendapatan negara dan pola pengeluarannya termasuk kekuasaan dari

tingkat pemerintahan yang lebih tinggi terhadap tingkat pemerintahan

yang lebih rendah. Pola hubungan keuangan antar pemerintahan pada

gilirannya merupakan cermin ideologi politik dan struktur pemerintahan.

Musgrave dan Musgrave (1991) dalam Yuniarti (2008)

mengemukakan bahwa untuk melihat kemampuan daerah dalam

menjalankan otonomi daerah salah satunya diukur dengan derajat

desentralisasi fiskal antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yakni

Page 30: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12  

perbandingan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Total Penerimaan

Daerah.

Indikator Kemampuan Keuangan Daerah

Derajat Desentralisasi Fiskal

Derajat desentralisasi fiskal yakni perbandingan antara Pendapatan

Asli Daerah dengan Total Penerimaan Daerah. Derajat desentralisasi

fiskal apabila semakin tinggi derajat desentralisasi fiskal suatu daerah

menunjukkan semakin tinggi tingkat kemampuan keuangan daerah

tersebut.

c. Kemandirian Keuangan Daerah

Kemandirian keuangan daerah adalah kemampuan keuangan

daerah dalam mendanai belanja daerah dari kemampuan sendiri, yaitu

pendapatan asli daerah atau PAD.

Indikator Kemandirian Keuangan Daerah

1) Rasio Keuangan

Pemerintah daerah sebagai pihak yang diberikan tugas

menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat

wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerah

dalam bentuk buku laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta didasari oleh

Peraturan Daerah sebagai dasar penilaian kinerja keuangannya. Salah

satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah

adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD

Page 31: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13  

yang telah ditetapkan dan dilaksanakan (Halim, 2001) dalam

Dwiranda.

Penggunaan analisis rasio keuangan sebagai alat analisis kinerja

keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan yang

bersifat komersial, sedangkan pada lembaga publik khususnya

pemerintah daerah masih sangat terbatas sehingga secara teoritis

belum ada kesepakatan yang bulat mengenai nama dan kaidah

pengukurannya, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang

transparan, jujur, demokratis, efekif, dan akuntabel, analisis rasio

keuangan terhadap pendapatan belanja daerah perlu dilaksanakan

meskipun terdapat perbedaan kaidah pengakuntasiannya dengan

laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta (Mardiasmo,

2002) dalam Dwirandra.

Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur

akuntabilitas pemerintah daerah (Halim, 2002) dalam Dwirandra,

yaitu : rasio kemandirian keuangan (otonomi fiskal), rasio efektivitas

terhadap pendapatan asli daerah, rasio efesiensi keuangan daerah,

rasio keserasian, rasio pertumbuhan (analisis shift), rasio proporsi

pendapatan dan belanja daerah (analisis share).

2) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio kemandirian keuangan daerah (selanjutnya disebut ”Rasio

KKD”) menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam

membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan

Page 32: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14  

pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan

retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.

Rasio KKD menggambarkan sejauh mana ketergantungan

daerah terhadap sumber dana ekstern, semakin tinggi rasio ini berarti

tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern

(terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, demikian

pula sebaliknya. Rasio KKD juga menggambarkan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pembangunan daerah, semakin tinggi rasio ini

berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak

dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.

3) Pola Hubungan Pusat – Daerah

Paul Hersey dan Kenneth Blanchard dalam Halim (2001) dalam

Dwirandra mengemukakan mengenai hubungan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah, terutama

pelaksanaan undang-undang tentang perimbangan keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, yaitu sebagai berikut.

1. Pola hubungan instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih

dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak

mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial).

2. Pola hubungan partisipatif, yaitu pola dimana peranan pemerintah

pusat semakin berkurang mengingat tingkat kemandirian daerah

otonom bersangkutan mendekati mampu melaksanakan urusan

Page 33: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15  

otonomi. Peran pemberian konsultasi beralih ke peran partisipasi

pemerintah pusat.

3. Pola hubungan delegatif, yaitu campur tangan pemerintah pusat

sudah tidak ada lagi karena daerah telah benar-benar mampu dan

mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah. Pemerintah

pusat siap dan dengan keyakinan penuh mendelegasikan otonomi

keuangan kepada pemerintah daerah.

4) Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Otonom

Rasio efektivitas keuangan daerah otonom (selanjutnya disebut

”Rasio EKD”) menunjukkan kemampuan pemerintahan daerah dalam

merealisasikam pendapatan asli daerah (PAD) yang direncanakan

dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil

daerah (Halim, 2002) dalam Dwirandra.

Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan

efektif apabila rasio yang dicapai minimal 100%, namun, semakin

tinggi rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah semakin

baik.

5) Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Otonom

Kecenderungan kemandirian dan efektivitas keuangan daerah

otonom penting dinilai untuk mengetahui arah perkembangan kedua

dimensi keuangan ini. Suatu daerah otonom kabupaten/kota pada

suatu tertentu barangkali belum dapat memenuhi kemandirian dan

efektivitas keuangannya, tetapi dengan melihat trend positif dari

kedua dimensi keuangan tersebut diperoleh keyakinan, walaupun

Page 34: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16  

lambat ada peluang akan menuju kemandirian dan efektivitas

keuangan yang ideal.

Amin (2000) dalam Dwirandra menyatakan bahwa persentase

trend digunakan apabila ingin melihat perkembangan suatu

perusahaan. Persentase trend dalam perhitungannya digunakan salah

satu tahun sebagai tahun dasar, apabila suatu tahun dipilih sebagai

tahun dasar, maka data dalam tahun tersebut dinyatakan dengan

angka seratus, yang artinya 100% dan data sejenis dalam tahun

berikutnya dinyatakan dalam angka persentase data dari tahun dasar.

Definisi dan indikator dari Kemampuan Keuangan Daerah dan

Kemandirian Keuangan Daerah dapat ditampilkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Definisi dan indikator Kemampuan Keuangan Daerah dan

Kemandirian Keuangan Daerah

Definisi Indikator Kemampuan Keuangan Daerah

kewenangan dan kemam-puan daerah untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, menge-lola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelengga-raan pemerintahan daerahnya

Derajat Desentrasilasi Fiskal dengan memakai : 1. Rasio PADP 2. Rasio PADDP 3. Rasio PADB

Kemandirian Keuangan Daerah

kemampuan keuangan daerah dalam mendanai belanja daerah dari kemampuan sendiri, yaitu pendapatan asli daerah atau PAD.

Rasio Keuangan : 1. Rasio KKD 2. Rasio EKD

Sumber : Musgrave dan Musgrave (1980) dalam Sumarsono (2009), Laporan Perkembangan Ekonomi dan Perbankan Kep. Bangka Belitung Tw. III Tahun 2006, dan Halim(2002) dalam Dwirandra.

Page 35: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17  

2. Tinjauan Empiris

Suhendro (2004) dalam Yuniarti (2008) meneliti mengenai analisis

kemampuan ekonomi kota dan kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta tahun 2001. Suhendro menganalisa kinerja ekonomi daerah

sebagai basis utama mewujudkan otonomi daerah yang nyata dan

bertanggungjawab. Kinerja otonomi daerah adalah prestasi dan kondisi

ekonomi yang telah dicapai daerah dari pembangunan terdahulu. Tolok ukur

kinerja ekonomi menggunakan indikator makro ekonomi regional yakni laju

pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, struktur ekonomi, sektor

unggulan, tabungan masyarakat, investasi, porsi PAD tingkat pendapatan

daerah dan PAD perkapita.

1) Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita merupakan indikator

efektif dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

2) Investasi merupakan akumulasi modal yang mendorong kemajuan

ekonomi, tabungan masyarakat merupakan sumber investasi.

3) Pendapatan daerah (PAD) mencerminkan kemampuan ekonomi

pemerintah di daerah.

Metode analisis yang dipakai adalah metode tehnik bench marking yakni

membandingkan indikator ekonomi di wilayah Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, hasil yang dipeoleh menunjukkan hasil bahwa kemampuan

ekonomi Kota Yogyakarta sebagai bench mark paling tinggi diantara

kabupaten-kabupaten lain di Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 36: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18  

Sasana (2002) dalam Yuniarti (2008) meneliti mengenai pengaruh

hubungan fiskal Pemerintah Pusat – Daerah terhadap PDRB Kabupaten

Klaten, dengan variabel fiskal berupa Pendapatan Asli Daerah, Penerimaan

Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, Penerimaan sumbangan dan Bantuan

serta Tenaga Kerja. Hasilnya variabel penerimaan Bagi Hasil Pajak dan

Bukan Pajak dan Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi (PDRB) Kabupaten Klaten. Pendapatan Asli Daerah dan

penerimaan Sumbangan dan bantuan tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan PDRB. Hubungan fiskal Pemerintah Pusat-Daerah di

kabupaten Klaten menunjukkan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap

bantuan Pemerintah Pusat.

Astuti (2001) dalam Yuniarti (2008) meneliti mengenai Kemandirian

Kota Surakarta dilihat dari posisi PAD dan kemungkinan pengembangannya

selama periode 1995/1996 sampai 1999/2000. Bahwa untuk mengetahui

posisi fiskal Kota Surakarta dapat dilakukan perbandingan antara upaya

pengumpulan PAD (UPP) dengan tingkat PAD standar (TPS). Apabila UPP

lebih besar dari TPS berarti posisi fiskal kuat, tetapi apabila UPP lebih kecil

dari TPS berarti posisi fiskal lemah. UPP diperoleh dari perbandingan antara

PAD Kota Surakarta dengan PDRB Kota Surakarta. TPS diperoleh dari

perbandingan PAD se-Jawa Tengah dengan PDRB se-Jawa Tengah. Dari

perbandingan antara UPP dan TPS diperoleh Indeks penampilan PAD (IP

PAD) yang merupakan gambaran dari posisi fiskal Kota Surakarta. Hasil

Page 37: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19  

penelitian menunjukkan bahwa derajat desentralisasi fiskal Kota Surakarta

selama periode penelitian termasuk kategori kurang mandiri.

Landiyanto (2005) mengadakan penelitian mengenai kinerja keuangan

dan strategi pembangunan kota era otonomi daerah dengan stusi kasus Kota

Surabaya. Landiyanto mengemukakan bahwa untuk melihat kinerja

keuangan daerah dapat digunakan derajat kemandirian daerah guna

mengukur sejauh mana penerimaan yang berasal dari daerah dapat

digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah. Semakin tinggi derajat

kemandirian daerah menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin mampu

membiayai kebutuhannya sendiri tanpa mengandalkan bantuan dari

Pemerintah Pusat. Derajat kemandirian daerah apabila dipadukan dengan

derajat desentralisasi fiskal yang digunakan untuk melihat kontribusi PAD

terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, maka akan terlihat kinerja

keuangan daerah secara utuh.

Secara umum, semakin tinggi kontribusi PAD dan semakin tinggi

kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri akan

menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif, dalam hal ini, kinerja

keuangan positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah

dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi

daerah pada daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Pemerintah Kota Surabaya memiliki ketergantungan yang tinggi pada

Pemerintah Pusat disebabkan belum optimalnya penerimaan dari PAD.

Page 38: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20  

Yuniarti (2008) mengemukakan tentang Pengaruh Pertumbuhan

Pendapatan Perkapita, Tingkat Investasi dan Tingkat Industrialisai terhadap

Kemandirian Daerah, studi kasus pada Kabupaten dan Kota di Wilayah

Soloraya yang menyimpulkan bahwa secara bersama-sama Pertumbuhan

Pendapatan perkapita, Tingkat Inestasi dan Tingkat Industrialisasi

berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya derajat desentralisasi.

Dwirandra (2007) meneliti tentang Efektivitas dan kemandirian

keuangan Daerah Otonom Kabupaten/Kota di Propinsi Bali Tahun 2002 –

2006 disimpulkan bahwa pada tahun 2006 ternd efektivitas keuangan daerah

otonom kabupaten/kota di Propinsi Bali semakin baik walaupun masih ada

yang di bawah 100 % seperti Kabupaten Gianyar, Buleleng dan Denpasar.

Setiaji dan Adi (2007) mengadakan penelitian yang dikemukakan

pada Simposium Nasional Akuntasi X Unhas Makasar tanggal 26 – 28 Juli

2007 tentang peta kemampuan keuangan daerah sesudah otonomi daerah

dengan kasus apakah mengalami pergeseran studi kasus pada Kabupaten

dan Kota se Jawa – Bali. Wirawan Setiaji dan Priyo Hari Adi

mengemukakan bahwa terdapat perbedaan Growth (pertumbuhan) PAD

yang signifikan antara sebelum dan sesudah otonomi daerah. Pertumbuhan

PAD setelah otonomi secara empriris lebih tinggi (lebih baik) dibanding

pertumbuhan PAD sebelum otonomi. Perbedaan pertumbuhan ini tidak

diikuti dengan kenaikan share (kontribusi) PAD terhadap belanja.

Kontribusi PAD terhadap belanja justru lebih rendah dibanding kontribusi

Page 39: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21  

setelah otonomi. Hal ini menunjukkan dalam era otonomi ketergantungan

terhadap pemerintah pusat justru menjadi lebih tinggi.

Mardikasari (2007) mengemukakan mengenai Evaluasi Kinerja

Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Periode Tahun 2001 – 2005

dikemukakan bahwa kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Madiun pada

tahun anggaran 2001 – 2005, tingkat kemandirian masih rendah sekali dan

menunjukkan pola hubungan instruktif dimana daerah belum mampu

melaksanakan otonomi daerah dan peran dari pemerintah pusat masih sangat

besar. Tingkat efektivitas dan efisiensi sudah masuk dalam kategori efektif

dan efisien. Hal ini ditunjukkan dari tingkat efektivitas yang selalu diatas

100% dan tingkat efisiensi selalu dibawah 60%. Tingkat keserasian antara

belanja rutin dan belanja pembangunan menunjukkan adanya perubahan

fokus dari belanja rutin ke belanja pembangunan.

B. Kerangka Konseptual

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah Kemampuan Keuangan

Kabupaten Madiun dengan menggunakan derajat desentralisasi fiskal sedangkan

untuk Kemandirian Keuangan Daerah adalah rasio kemandirian keuangan

daerah dan rasio efektivitas keuangan daerah yang ditinjau dari dua sudut yakni

pendapatan dan belanja daerah serta pembiayaan dimana kedua faktor tersebut

nantinya akan digunakan untuk melihat kemampuan keuangan Kabupaten

Madiun setelah adanya otonomi daerah dan selanjutnya berguna juga untuk

menentukan kebijakan pemerintah dalam mencapai visi dan misi yang

Page 40: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22  

dicanangkan oleh Bupati Madiun juga menuju Kabupaten Madiun sejahtera

2013.

Peneliti juga menghitung menggunakan model trend kemandirian dan

efektifitas keuangan daerah otonom untuk melihat perkembangan kemajuan

Kabupaten Madiun sehingga diperoleh keyakinan, Kabupaten Madiun ada

peluang akan menuju kemandirian dan efektivitas keuangan yang ideal. Peneliti

juga berharap Kabupaten Madiun mampu untuk meningkatkan pendapatan asli

daerahnya dan mampu meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat sehingga

masyarakat di Kabupaten Madiun bisa menikmati sarana dan prasarana yang

sudah dilaksanakan di Kabupaten Madiun.

Page 41: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23  

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah Kabupaten Madiun dengan periode

waktu yang diteliti dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. Periode waktu

tersebut dipilih untuk dapat membandingkan kondisi pemerintahan dua Bupati

Madiun setelah era otonomi daerah. Pemerintahan Bupati sebelum periode

sekarang adalah pada tahun 2003 sampai dengan tanggal 22 Juli 2008,

sedangkan pemerintahan Bupati Madiun sekarang dimulai pada tanggal 23 Juli

2008 sampai dengan sekarang.

Variabel yang diteliti adalah pendapatan daerah dan belanja daerah sesuai

dengan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan

belanja daerah.

B. Jenis dan Sumber Data

Data penelitian ini merupakan data sekunder dengan studi kepustakaan

yang dikumpulkan dari sumber :

1. Data pendapatan daerah, diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan Kabupaten Madiun berupa buku Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun.

2. Data belanja daerah, diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan Kabupaten Madiun berupa buku Pertanggungjawaban

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun.

23  

Page 42: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24  

C. Teknik Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang diambil dari

Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Daerah Kabupaten Madiun.

Meteode yang dipakai peneliti adalah metode time trial yaitu metode

dengan mengacu pada tahun anggaran. Disini yang digunakan yaitu mulai

tahun anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2010 dengan asumsi

bahwa sudah berada pada era otonomi daerah.

2. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskripsi dan analisis

kuantitatif dengan variabel pendapatan daerah dan belanja daerah dari tahun

anggaran 2003 sampai dengan tahun anggaran 2010.

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran

tentang perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten Madiun dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun

2010 dengan melihat pertumbuhan APBD, proporsi penerimaan

terhadap APBD dan proporsi pengeluaran terhadap APBD. Analisis

deskriptif bermanfaat dalam memecahkan permasalahan yang aktual

dengan berusaha mengumpulkan, menyajikan, menganalisa dan

membandingkan data yang ada, dimana analisis deskritif menggunakan

tabel dan grafik sebagai hasil.

24  

Page 43: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25  

b. Analisis Kuantitatif

1) Derajat Desentralisasi Fiskal

Derajat desentralisasi fiskal yakni perbandingan antara

Pendapatan Asli Daerah dengan Total Penerimaan Daerah. Semakin

tinggi derajat desentralisasi fiskal suatu daerah menunjukkan

semakin tinggi tingkat kemandirian daerah tersebut.

2) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ( Rasio KKD )

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukan

kemandirian keuangan daerah. Kemandirian keuangan daerah

menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai

sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber

pendapatan yang diperlukan oleh daerah.

Rasio Kemandirian Daerah dapat diketahui pola hubungan

yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan

kemandirian daerah itu, semakin tinggi rasio kemandirian berarti

tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern

(terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah. Semakin

tinggi kontribusi pendapatan asli daerah dan semakin tinggi

kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri

menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Kinerja

keuangan yang positif dapat diartikan sebagai kemampuan keuangan

25  

Page 44: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26  

daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung

pelaksanaan otonomi daerah pada daerah tersebut.

3) Rasio Efektivitas Keuangan Daerah ( Rasio EKD )

Rasio Efektivitas Keuangan Daerah berguna untuk mengukur

efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan Keuangan Daerah

terutama pada Pendapatan Daerah.

Rasio efektivitas ini menggambarkan kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisaikan Pendapatan Asli Daerah yang

direncanakan dibanding target Pendapatan Asli Daerah yang

ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.

4) Trend kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Otonom

Kecenderungan kemandirian dan efektivitas keuangan daerah

otonom penting dinilai untuk mengetahui arah perkembangan

kedua dimensi keuangan ini. Suatu daerah otonom kabupaten / kota

pada suatu tertentu barangkali belum dapat memenuhi kemandirian

dan efektivitas keuangannya, tetapi dengan melihat trend positif

dari kedua dimensi keuangan tersebut diperoleh keyakinan,

walaupun lambat ada peluang akan menuju kemandirian dan

efektivitas keuangan yang ideal.

Trend kemandirian dan efektivitas keuangan daerah dapat

dihitung memakai persentase, digunakan salah satu tahun sebagai

tahun dasar. Suatu tahun dipilih sebagai tahun dasar, maka data

dalam tahun tersebut dinyatakan dengan angka seratus, yang

26  

Page 45: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27  

artinya 100% dan data sejenis dalam tahun berikutnya dinyatakan

dalam angka persentase data dari tahun dasar.

Trend kemandirian dan efektivitas keuangan yang digunakan

memakai tahun dasar tahun 2002 dikarenakan perhitungan

keuangan sampai tahun 2010 adalah masih tahun berjalan.

27  

Page 46: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28  

BAB IV

KONDISI DAERAH DAN ANALISIS DATA

A. Kondisi Daerah Kabupaten Madiun

1. Kondisi Umum

Kabupaten Madiun secara astronomis memiliki luas 1.010,86 Km2

yang terletak antara 7012’ - 7048’30” Lintang Selatan dan 1110 25’45’’ -

111051’ Bujur Timur. Kabupaten Madiun secara administratif terbagi

dalam 15 kecamatan, 8 kelurahan dan 197 desa. Batas daerah, di sebelah

utara Kabupaten Madiun berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro.

Kabupaten Madiun bagian sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Nganjuk. Kabupaten Madiun bagian sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Ponorogo. Kabupaten Madiun bagian sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi. Jarak antara

Kabupaten Madiun dengan ibukota Propinsi Jawa Timur kurang lebih 175

Km ke arah timur, sedangkan jarak dengan ibukota negara kurang lebih

775 Km dengan arah yang berlawanan.

Wilayah Kabupaten Madiun secara topografis sebagian besar

terletak di dataran rendah dengan bentuk permukaan lahan sebagian besar

(67.576 Ha) relatif datar dengan tingkat kemiringan lereng 0o-15o.

Kabupaten Madiun mempunyai curah hujan sebesar 1.803,75 mm3 setahun

dengan hari hujan sebanyak 93 hari setahun. Bulan Desember merupakan

bulan dengan curah hujan tertinggi yaitu 367,50 mm3, sedangkan bulan

Agustus merupakan bulan kering dengan curah hujan 0 mm3.

Page 47: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29  

2. Visi dan Misi Kabupaten MadiunTahun 2008 – 2013

Pengangkatan Bupati dan Wakil Bupati Madiun periode tahun

2008-2010 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.

133.35-522 tanggal 21 Juli 2008 tentang Pengangkatan Bupati dan Wakil

Bupati dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 133.35-522

tahun 2008 tentang Pengesahan Pemberhentian Bupati dan Wakil Bupati

Madiun masa jabatan 2003-2008, maka ditetapkan Bupati dan Wakil

Bupati Madiun untuk masa jabatan 2008-2013 terhitung sejak pelantikan

pada tanggal 23 Juli 2008.

Visi Kabupaten Madiun Tahun 2008 – 2013 adalah sebagai berikut :

” Kabupaten Madiun Sejahtera Tahun 2013 ”.

Makna dari Visi :

1. Memaknakan adanya Proses, yaitu pembangunan berbasis argo,

religius dan gotong royong dalam sistem pemerintahan yang

demokratis dan terpercaya untuk kesejahteraan masyarakat yang

berkeadilan dan berbudaya.

2. Memaknakan adanya Upaya, yaitu pengaturan, pelayanan dan

pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan harkat dan martabat

masyarakat dalam kehidupan ekonomi, sosial budaya dan politik.

3. Memaknakan adanya Wujud, yaitu masyarakat hidup dinamis,

tentram dan terayomi berdasarkan prinsip hari esok lebih baik dari

hari ini, yang mempunyai arti bahwa masyarakat menikmati hasil-

hasil pembangunan, dapat memperbaiki kualitas kehidupannya, dapat

melaksanakan kegiatan sosial ekonomi dengan aman dan damai, dapat

Page 48: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30  

berpartisipasi sesuai kemampuan masing-masing, dapat menyalurkan

aspirasi dan dapat memperoleh pelayanan yang baik dari pemerintah.

Misi Kabupaten Madiun adalah :

1. Membangun Perekonomian Rakyat Berbasis Agro dan Berwawasan

Bisnis

2. Mengembangkan Sistem Sosial yang dinamis, berkeadilan dan

berbudaya

3. Mewujudkan Pemerintahan yang demokratis dan terpercaya

4. Meningkatkan Daya Saing Daerah dan kelestarian lingkungan hidup.

Keempat pernyataan misi Bupati tersebut mengandung makna sebagai

berikut :

1. Misi 1 Membangun perekonomian rakyat berbasis agro dan

berwawasan bisnis. Substansi yang dikandung dalam misi ini adalah

terwujudnya pertanian yang maju dan dapat menggerakkan sektor

lain untuk mempercepat kemajuan desa dan mendorong pertumbuhan

ekonomi daereah.

2. Misi 2 Mengembangkan Sistem Sosial yang dinamis, berkeadilan dan

berbudaya. Substansi yang dikandung dalam misi ini adalah

meningkatnya ketahanan sosial dalam kerangka memutus mata rantai

kemiskinan, keterbelakangan dan degradasi moral.

3. Misi 3 Mewujudkan Pemerintahan yang demokratis dan terpercaya.

Substansi yang dikandung dalam misi ini adalah terselenggaranya

pelayanan masyarakat yang prima

Page 49: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31  

4. Misi 4 Meningkatkan Daya Saing Daerah dan kelestarian lingkungan

hidup. Substansi yang dikandung dalam misi ini adalah meningkatnya

kapasitas daerah yang dapat mendorong terciptanya peluang untuk

maju dan berkembang dengan berwawasan lingkungan hidup..

Bupati Madiun periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2013

mempunyai visi dan mempunyai misi yang bertujuan untuk meningkatkan

Pendapatan Daerah terutama meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

dalam menuju Kabupaten Madiun yang sejahtera tahun 2013.

Bupati Madiun juga mempunyai Program : (1) program prioritas

yaitu pertanian, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, keamanan, dan

lingkungan hidup ; (2) program akselerasi berupa infrastruktur, Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan birokrasi profesional ; (3) program

reguler yaitu program lainnya dilaksanakan secara seimbang dan

bersinergi untuk tujuan : meningkatkan pendapatan masyarakat, perluasan

lapangan pekerjaan, mendorong dunia usaha dan pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan mencegah dan

mengendalikan degradasi moral.

Program reguler inilah yang dibuat pertimbangan bagi pemerintahan

Kabupaten Madiun dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

masyarakat, dengan demikian pendapatan masyarakat lebih meningkat

sehingga Pendapatan Asli Daerah juga semakin meningkat.

3. Kondisi Keuangan

Pengelolaan Keuangan daerah di Kabupaten Madiun selama masa

jabatan Bupati Madiun tahun 2003-2008 berpedoman Kepmendagri

Page 50: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32  

Nomor 29 Tahun 2002 dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

Pengelolaan Keuangan daerah tahun 2003-2006 berpedoman pada

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang

”Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan

Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran dan Pendapatan Belanja

Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah”, sedangkan pengelolaan

keuangan daerah tahun 2007- 2008 berpedoman pada Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang ”Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah”. Penyajian laporan keuangan berdasarkan berdasarkan

dua peraturan tersebut, untuk struktur pendapatan daerah tidak ada

perbedaan, sedangkan untuk struktur belanja daerah tahun 2003-2006

disajikan berdasarkan pembagian bidang kewenangan yaitu : belanja

aparatur dan publik, sedangkan tahun 2007-2008 disajikan berdasarkan

belanja langsung dan tidak langsung.

Keuangan daerah di Kabupaten Madiun juga mengacu pada

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah dan ditindaklanjuti dengan menetapkan

Peraturan Daerah tentang APBD yang berguna sebagai arah dan kebijakan

umum serta strategi dan prioritas dalam melaksanakan pembangunan di

Kabupaten Madiun.

Pemerintah Kabupaten Madiun melaporkan pertanggungjawaban

keuangan daerahnya dalam bentuk buku Pertanggungjawaban

Page 51: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33  

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Madiun.

Kondisi keuangan Kabupaten Madiun pada tahun 2008 sampai

dengan tahun 2010 sesuai Tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1 Kondisi Keuangan Kabupaten Madiun

Tahun 2003 – 2010 (dalam Jutaan Rupiah )

TAHUN

TARGET PENDAPATAN

REALISASI PENDAPATAN

TARGET BELANJA

REALISASI BELANJA

CLR

2003 293.291,05 300.121,49 313.165,27 310.290,46 96,72

2004 303.359.48 312.198,21 321.633,70 317.094,19 96,36

2005 317.240,32 326.186,86 333.262,13 312.077,07 99,71

2006 483.124,34 490.867,56 486.055,71 455.617,46 103,43

2007 547.670,79 558.721,20 582.196,66 548.961,98 97,81

2008 651.272,49 655.006,78 697.895,51 661.944,33 96,06

2009 684.656,65 706.349,93 724.737,05 710.714,08 96,90

2010 815.316,90 831.985,79 844.667,03 770.059,87 102,01

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kab. Madiun

B. Analisis Data

1. Kemampuan Keuangan Daerah

Kemampuan keuangan daerah artinya daerah otonom harus

memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber

keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang

cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan

daerahnya.

Page 52: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34  

Kemampuan keuangan daerah perhitungannya menggunakan derajat

desentralisasi fiskal. Derajat desentralisasi fiskal yakni perbandingan antara

Pendapatan Asli Daerah dengan Total Penerimaan Daerah, semakin tinggi

derajat desentralisasi fiskal suatu daerah menunjukkan semakin tinggi

tingkat kemandirian daerah tersebut.

Kuncoro (2002) selanjutnya memaparkan data mengenai Rasio PAD

(Pendapatan Asli Daerah) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) pada rata-rata tahun 1990 – 1999 di seluruh propinsi dan

kabupaten/kota di Indonesia seperti tersurat pada Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Klasifikasi daerah Berdasarkan Rasio PAD terhadap APBD

( Rata-rata 1990 – 1999 )

PAD / APBD (%) JUMLAH PROPINSI

JML KAB /KOTA

< 10 3 151

10 – 19,99 4 82

20 – 29,99 11 38

30 – 39,99 6 13

40 – 49,99 2 7

> 50 1 1

Total 27 292

Sumber : Kuncoro, (2002)

Klasifikasi daerah berdasarkan Rasio PAD terhadap APBD pada

Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebelum dilaksanakan reformasi

keuangan daerah hanya satu propinsi dan kabupaten/kota yang memiliki

rasio kemandirian lebih dari 50%, yaitu DKI Jakarta (Kuncoro, 2002),

Page 53: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35  

sedangkan rasio kemandirian Kabupaten Madiun pada tahun 2003-2010

rata-rata sebesar 5,07% yang berarti Kabupaten Madiun rasio

kemandirian keuangan daerah pada posisi < 10% dan dalam kategori

sangat kurang ( Tabel 4.3).

Tolok ukur kemampuan daerah (Munir, 2004), diukur dari rasio

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD)

sebagai berikut (lihat Tabel 4.3) :

Tabel 4.3 Tolok Ukur Kemampuan Daerah

No

Rasio PAD terhadap TPD (%)

Kategori

1. 0,00 – 10,00 Sangat Kurang

2. 10,01 – 20,00 Kurang

3. 20,01 – 30,00 Sedang

4. 30,01 – 40,00 Cukup

5. 40,01 – 50,00 Baik

6. > 50,00 Sangat Baik

Sumber : Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM, 1991 Depdagri dikutip dari Munir (2004: 106)

Pendapatan Asli Daerah merupakan faktor penting dalam

menganalisa kemampuan keuangan daerah, adapun Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010 sesuai Tabel 4.4

Page 54: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36  

Tabel 4.4 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Madiun

Tahun Anggaran 2003-2010 (dalam Jutaan Rupiah )

TAHUN TARGET PAD

REALISASI PAD

CLR

2003 18.279.,16 18.704,25 102,33

2004 19.241,77 19.335,36 100,49

2005 14.615,45 15.713,73 107,52

2006 21.792,53 24.270,69 111,37

2007 26.413,33 27.439,73 103,89

2008 28.693,20 26.559,11 92,56

2009 31.590,30 30.112,86 95,32

2010 37.321,53 45.034,30 120,67

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010

a. Rasio PAD terhadap Pendapatan

Rasio PAD terhadap pendapatan menghitung pendapatan daerah

dengan membandingkan pendapatan asli daerah dengan total

pendapatan yang dapat diformulakan sebagai berikut :

 

Keterangan :

Rasio PADP : Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Total

Pendapatan

PAD : Pendapatan Asli Daerah

TPD : Total Pendapatan Daerah

Page 55: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37  

Pendapatan Asli Daerah terhadap total pendapatan di Kabupaten

Madiun dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan

Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)

TAHUN

RASIO PADP

2003 6,23

2004 6,19

2005 4,81

2006 4,94

2007 4,91

2008 4,05

2009 4,26

2010 5,41

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )

Tabel 4.5 menggambarkan bahwa Kemampuan Keuangan

Kabupaten Madiun dihitung dengan menggunakan Rasio PAD terhadap

Pendapatan menunjukkan bahwa mulai tahun 2003 sampai 2010 berada

dibawah 10%, ini berarti Kabupaten Madiun masuk dalam kategori

sangat kurang.

Perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun

berdasarkan Rasio PAD terhadap total Pendapatan dapat dilihat pada

Grafik 4.1

Page 56: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38  

Grafik 4.1 Perkembangan Rasio PAD terhadap Total Pendapatan

Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010

RASIO PADP

6,23 6,19

4,81 4,94 4,91

4,05 4,26

5,41

0

1

2

3

4

5

6

7

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010TAHUN

%

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011)

Grafik 4.1 menggambarkan bahwa kemampuan keuangan

Kabupetan Madiun mengalami penurunan dari mulai tahun 2003

sampai dengan tahun 2008 puncak dari penurunan mencapai nilai

4,05%, kemudian barulah pada tahun 2009 mulai ada kenaikan.

b. Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan

Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan menghitung pendapatan

daerah dengan membandingkan pendapatan asli daerah dengan dana

perimbangan yang dapat diformulakan sebagai berikut :

 

Keterangan :

Rasio PADDP : Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Dana

Perimbangan

Page 57: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39  

PAD : Pendapatan Asli Daerah

DP : Dana Perimbangan

Dana Perimbangan Kabupaten Madiun untuk tahun 2003 – 2011

dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Dana Perimbangan Kabupaten Madiun

Tahun Anggaran 2003-2010 (dalam Jutaan Rupiah )

TAHUN TARGET DANA PERIMBANGAN

REALISASI DANA PERIMBANGAN

CLR

2003 225.793,88 262.198,95 102,50

2004 266.650,85 271.476,24 101,81

2005 289.912,87 297.761,02 102,71

2006 461.331,81 466.598,87 101,14

2007 521.257,45 531.281,47 101,92

2008 611.261,29 617.309,17 100,99

2009 635.402,44 655.862,38 103,22

2010 731.655,09 740.161,11 101,16

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa target dana perimbangan selalu

terpenuhi pada realisasi dana perimbangan dan pencapaian realisasi

selalu melebihi 100%, ini berarti bahwa dana perimbangan yang

merupakan bantuan keuangan dari pemerintah pusat dan propinsi

mendominasi pendapatan di Kabupaten Madiun.

Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan Kabupaten Madiun pada

tahun 2003 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.7

Page 58: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40  

Tabel 4.7 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Dana Perimbangan

Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)

TAHUN RASIO PADDP

2003 7,13

2004 7,12

2005 5,27

2006 5,20

2007 5,16

2008 4,30

2009 4,59

2010 6,08

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )

Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun dihitung berdasarkan

rasio PAD terhadap Dana Perimbangan mulai tahun 2003 sampai

dengan tahun 2010 bernilai kurang dari 10%, ini berarti Kabupaten

Madiun masih bergantung pada bantuan dari pihak ekstern (Pemerintah

Pusat dan Propinsi).

Perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun

berdasarkan Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan dapat dilihat pada

Grafik 4.2

Page 59: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41  

Grafik 4.2 Perkembangan Rasio PAD terhadap Dana Perimbangan

Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010

RASIO PADDP

7,13 7,12

5,27 5,2 5,164,3 4,59

6,08

0

1

2

3

4

5

6

7

8

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010TAHUN

%

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011)

Grafik 4.2 menggambarkan bahwa kemampuan keuangan

Kabupetan Madiun mengalami penurunan dari mulai tahun 2003

sampai dengan tahun 2008 puncak dari penurunan mencapai nilai 4,3%,

kemudian barulah pada tahun 2009 mulai ada kenaikan.

c. Rasio PAD terhadap Belanja Daerah

Rasio PAD terhadap Belanja Daerah menghitung pendapatan

daerah dengan membandingkan pendapatan daerah dengan belanja

daerah yang dapat diformulakan sebagai berikut :

 

Page 60: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42  

Keterangan :

Rasio PADB : Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja

Daerah

PAD : Pendapatan Asli Daerah

BD : Belanja Daerah

Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun pada

tahun 2003 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah

Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)

TAHUN

RASIO PADB

2003 6,02

2004 6,09

2005 5,03

2006 5,32

2007 4,99

2008 4,01

2009 4,23

2010 5,84

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )

Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun dihitung berdasarkan

rasio PAD terhadap Belanja Daerah mulai tahun 2003 sampai dengan

tahun 2010 kurang dari 10%, ini berarti Kabupaten Madiun belum

Page 61: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43  

mampu untuk membiayai belanjanya melalui Pendapatan Asli

Daerahnya.

Perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun

berdasarkan Rasio PAD terhadap Belanja Daerah dapat dilihat pada

Grafik 4.3

Grafik 4.3 Perkembangan Rasio PAD terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010

RASIO PADB

6,02 6,09

5,03 5,23 4,99

4,01 4,23

5,84

0

1

2

3

4

5

6

7

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010TAHUN

%

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011)

Grafik 4.3 menggambarkan bahwa kemampuan keuangan

Kabupetan Madiun mengalami penurunan dari mulai tahun 2003

sampai dengan tahun 2008 puncak dari penurunan mencapai nilai

4,01%, kemudian barulah pada tahun 2009 mulai ada kenaikan.

Page 62: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44  

2. Kemandirian Keuangan Daerah

a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah ( Rasio KKD )

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukan kemandirian

keuangan daerah. Kemandirian keuangan daerah menunjukkan

kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan

pemerintahan, pambangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang

telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang

diperlukan oleh daerah.

Rasio kemandirian daerah ini dapat diketahui pola hubungan

yang terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan

cara melakukan perhitungan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dibandingkan dengan pendapatan selain PAD yang dapat

diformulasikan sebagai berikut (Halim, 2002) :

Keterangan :

Rasio KKD = Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

PAD = Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan selain PAD = Dana Perimbangan dan Lain-Lain

Pendapatan yang sah

Semakin tinggi rasio kemandirian berarti tingkat ketergantungan

daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan

propinsi) semakin rendah. Semakin tinggi kontribusi pendapatan asli

daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai

Page 63: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45  

kemampuannya sendiri menunjukkan kinerja keuangan daerah yang

positif. Kinerja keuangan positif dapat diartikan sebagai kemampuan

keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung

pelaksanaan otonomi daerah pada daerah tersebut.

Pola hubungan pemerintah pusat dan daerah serta tingkat

kemandirian dan kemampuan keuangan daerah dapat disajikan dalam

matriks seperti tampak pada Tabel 4.9 berikut ini (Halim, 2001).

Tabel 4.9 Pola Hubungan, Tingkat Kemandirian, dan Kemampuan Keuangan

Daerah

Kemampuan Keuangan

Rasio Kemandirian (%)

Pola Hubungan

Rendah Sekali 0 – 25 Instruktif

Rendah >25 - 50 Konsultatif

Sedang >50 – 75 Partisipatif

Tinggi >75 -100 Delegatif

Sumber : Abdul Halim, ( 2004)

Keterangan :

1. Pola Instruktif : pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian

pemerintah daerah (daerah tidak mampu melaksanakan otonomi

daerah)

2. Pola Konsultatif : campur tangan pemerintah pusat sudah mulai

berkurang

3. Pola Partisipasipasif : campur tangan pemerintah berkurang karena

daerah dianggap mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi

Page 64: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46  

4. Pola Delegatif : campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada

pemerintah daerah mampu melaksanakan urusan otonomi.

Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Madiun pada tahun

2003 – 2010 dilihat dari rasio kemandirian keuangan daerah dapat dilihat

pada Tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam % )

TAHUN

RASIO KKD

2003 6,65

2004 6,60

2005 5,06

2006 4,83

2007 5,06

2008 4,23

2009 4,72

2010 5,20

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )

Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan

kemampuan keuangan daerah setiap tahunnya maka dapat diketahui

melalui perbandingan tahun sebelummnya dapat dilihat pada Tabel 4.11

berikut ini

Page 65: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47  

Tabel 4.11 Perbandingan Kemandirian Keuangan Daerah

Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam % )

TAHUN

∆ KKD

2002 -2003 1,87

2003 -2004 -0,04

2004 -2005 -1,54

2005 - 2006 -0,23

2006 -2007 0,23

2007 - 2008 -0,84

2008 -2009 0,50

2009 -2010 0,48

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2002 – 2010 (data diolah, 2011)

Kemandirian Daerah berdasarkan Tabel 4.10 dan Tabel 4.11 serta

berdasarkan tolok ukur kemandirian daerah Kabupaten Madiun pada

Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2010 Kemandirian Keuangan Daerah

Kabupaten terhadap ketergantungan daerah pada bantuan ekstern termasuk

dalam kategori Rendah Sekali ( < 25 % ) dan berpola instruktif (tidak

mampu) yaitu peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada

kemandirian pemerintah daerah (daerah tidak mampu melaksanakan

otonomi daerah secara finansial) (Halim, 2004), hal ini disebabkan karena

jumlah penerimaan PAD kecil karena penerimaan PAD yang sangat kecil

dibandingkan dengan jumlah dana bantuan dari pihak ekstern. Penerimaan

Page 66: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48  

PAD kecil karena potensi yang dimiliki Kabupaten Madiun sangat kecil,

seperti contoh penerimaan dari pajak hiburan yang jumlahnya kecil, hal ini

disebabkan karena minimnya pelaksanaan kegiatan pertunjukan hiburan.

Tempat wisata yang dapat memberikan pemasukan hanyalah Waduk

Widas dan Taman Rekreasi Umbul, ditempat wisata tersebut terkadang

diadakan pertunjukan tetapi itupun hanya ada pertunjukan pada saat-saat

tertentu seperti pada Hari Raya dan Tahun Baru tetapi pada hari-hari biasa

sepi pengunjung. Pendapatan terbesar diperoleh dari pajak penerangan

jalan dan retribusi pelayanan kesehatan.

Rasio kemampuan keuangan Kabupaten Madiun tahun 2003 pada

posisi yang paling tinggi yaitu 6,65% sedangkan posisi terendah dicapai

pada tahun 2008 yaitu sebesar 4,23% (Tabel 4.6). Rasio kemampuan

keuangan daerah Kabupaten Madiun akan dibahas setiap tahunnya mulai

tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 berikut ini.

Perhitungan APBD pada tahun 2003 berdasarkan pada Peraturan

Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2003 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003 kemudian diubah dengan Peraturan

Bupati Madiun Nomor 5 Tahun 2003 tentang Perubahan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003, sedangkan untuk

pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada Peraturan Bupati Madiun

Nomor 14 Tahun 2004 yang disahkan pada tanggal 13 Mei 2004 tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003.

Page 67: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49  

Rasio kemandirian keuangan Kabupaten Madiun Tahun 2003 jika

dibandingkan Tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar 1,87% (Tabel 4.11)

hal ini dikarenakan ada peningkatan dari 2 komponen pajak dari 5 jenis

pajak yaitu pajak reklame dan pajak galian golongan C yaitu sebesar

27,37% serta peningkatan dari 17 jenis retribusi dari 23 jenis retribusi

yang ada dimana peningkatannya sebesar 101,23% dari rencana

penerimaan.

Penetapan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2004 berdasarkan pada

Peraturan Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2004 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004 kemudian diubah

dengan Peratauran Bupati Madiun Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran

2004, sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada

Peraturan Bupati Madiun Nomor 3 Tahun 2005 yang disahkan pada

tanggal 5 Agustus 2005 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun

Anggaran 2004.

Kabupaten Madiun pada tahun 2004 secara umum pencapaian

realisasi pendapatan melampaui rencana yang telah ditetapkan yaitu

sebesar 102,91% atau Rp. 312.198.211.946.20 dari target

Rp. 303.359.489.393,20. Realisai PAD mencapai 100,49% dari target,

semua komponen PAD meningkat kecuali komponen lain-lain PAD yang

sah hanya mencapai 97,46%. Rasio kemampuan keuangan Kabupaten

Madiun Tahun 2004 jika dibandingkan Tahun 2003 terjadi penurunan

Page 68: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50  

sebesar -0,04% (Tabel 4.6), penyebab menurunnya kemampuan keuangan

ini dikarenakan ada peningkatan pada dana perimbangan dan lain-lain

pendapatan yang sah sebesar 97,40%.

Perhitungan APBD pada tahun 2005 berdasarkan pada Peraturan

Bupati Madiun Nomor 2 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005 kemudian diubah dengan Peraturan

Bupati Madiun Nomor 4 Tahun 2005 tentang Perubahan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005, sedangkan untuk

pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada Peraturan Bupati Madiun

Nomor 4 Tahun 2006 yang disahkan pada tanggal 31 Agustus 2006

tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2005.

Kabupaten Madiun pada Tahun 2005 pencapaian realisasi

pendapatan melampaui rencana yang telah ditetapkan, semua komponen

pendapatan dapat melampaui target dengan realisasi 102,82% dari rencana

sebesar Rp. 317.240.325.223,00 menjadi Rp. 326.186.863.274,37.

Realisasi PAD mencapai 100,49% dari rencana, semua komponen PAD

meningkat kecuali komponen lain-lain PAD yang sah hanya mencapai

97,46%. Kabupaten Madiun untuk Tahun 2005 dibandingkan Tahun 2004

kemampuan keuangan mengalami penurunan sebesar -1,54% (Tabel 4.11),

hal ini terjadi karena besarnya pendapatan dari dana perimbangan yang

mencapai 102,71% dari target yang ditetapkan.

Penetapan APBD Kabupaten Madiun tahun 2006 berdasarkan pada

Peraturan Bupati Madiun Nomor 2 Tahun 2006 tentang Anggaran

Page 69: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51  

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2006 kemudian diubah

dengan Peraturan Bupati Madiun Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran

2006, sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada

Peraturan Bupati Madiun Nomor 17 Tahun 2007 yang disahkan pada

tanggal 2 Agustus 2007 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun

Anggaran 2006.

Realisasi pendapatan Kabupaten Madiun Tahun 2006 melampaui

target yang ditetapkan yaitu sebesar 101,60% dimana realisasi pendapatan

yang dicapai sebesar Rp. 490.867.569.344,81 dari target yang ditetapkan

sebesar Rp. 483.124.348.739,00. Tahun 2006 dibandingkan Tahun 2005

kemampuan keuangan mengalami penurunan sebesar -0,23% (Tabel 4.11),

hal ini terjadi karena besarnya pendapatan dari dana perimbangan yang

mencapai 101,14% dari target yang ditetapkan.

Perhitungan APBD pada tahun 2007 berdasarkan pada Peraturan

Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007 kemudian diubah dengan Peraturan

Bupati Madiun Nomor 19 Tahun 2007 tentang Perubahan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007, sedangkan untuk

pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada Peraturan Bupati Madiun

Nomor 8 Tahun 2008 yang disahkan pada tanggal 16 Juni 2008 tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2007.

Page 70: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52  

Pendapatan Kabupaten Madiun pada Tahun Anggaran 2007

pencapaian realisasi telah mencapai target yang telah ditentukan yaitu

sebesar 103,89% atau Rp. 558.721.206.646,67 dari rencana sebesar Rp.

547.670.794.271,00. Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun Tahun

2007 dibandingkan Tahun 2006 mengalami peningkatan yaitu sebesar

0,23% (Tabel 4.11), peningkatan ini terjadi karena peningkatan PAD

sebesar 103,89% dari target sebesar Rp. 20.413.339.754,00 dengan

realisasi PAD sebesar Rp. 27.439.735.253,67. Peningkatan PAD ini

dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah berupa Pengintensifikasi dan

ekstensifikasi pendapatan, antara lain : (1) pelaksanaan monitoring dan

penagihan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah oleh koordinator wilayah

kepada petugas pemungut di wilayah pungutan masing-masing dalam

rangka meminimalisasi terjadinya tunggakan, (2) pelaksanaan intensifikasi

dan ekstensifikasi sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah dalam rangka

menggali potensi pajak dan retribusi baru serta meningkatkan penerimaan

Pendapatan Asli Daerah, (3) melaksanakan pemutakhiran data Pajak Bumi

dan Bangunan bekerja sama dengan KP PBB Madiun dalam rangka

peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan, (4) melaksanakan pemutakhiran

data Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bekerja sama

dengan KP PBB Madiun dalam rangka peningkatan Bagi Hasil Pajak

BPHTB.

Penetapan APBD Kabupaten Madiun tahun 2008 berdasarkan pada

Peraturan Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2008 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008 kemudian diubah

Page 71: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53  

dengan Peraturan Bupati Madiun Nomor 9 Tahun 2008 tentang Perubahan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008,

sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada Peraturan

Bupati Madiun Nomor 5 Tahun 2009 yang disahkan pada tanggal 18 Juni

2009 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2008.

Pencapaian Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2008 telah

mencapai target, semua komponen Pendapatan dapat melampaui target

dengan realisasi sebesar 100,57% atau Rp 655.006.788.742,49 dari

rencana sebesar Rp. 651.272.498.942,00. Rasio kemandirian keuangan

Kabupaten Madiun sebesar -0,84 % (Tabel 4.11), ini dikarenakan

Pendapatan Asli Daerah tidak memenuhi target yang ditentukan yaitu

sebesar Rp. 26.559.118.423,49 dari Rp. 28.693.204.342,00. Penyebab

tidak tercapainya PAD adalah Retribusi di bidang pelayanan pemakaman

dan pengabuan mayat mengalami penurunan pada tahun 2007 yaitu

sebesar Rp. 19.075.000,00 dari Rp. 26.555.000,00 dan retribusi pelayanan

di bidang peeternakan juga mengalami penurunan dari Rp. 24.503.000,00

menjadi Rp. 14.448.000,00 dibandingkan tahun 2007.

Penetapan APBD Kabupaten Madiun tahun 2009 berdasarkan pada

Peraturan Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2009 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2009 kemudian diubah

dengan Peratauran Bupati Madiun Nomor 14 Tahun 2009 tentang

Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran

2009, sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD berdasarkan pada

Page 72: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54  

Peraturan Bupati Madiun Nomor 1 Tahun 2010 yang disahkan pada

tanggal 24 Juni 2010 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran

2009.

Pencapaian Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2009 telah

mencapai target, semua komponen Pendapatan dapat melampaui target

dengan realisasi sebesar 103,17% atau Rp. 706.349.934.777,21 dari

rencana sebesar Rp. 684.656.658.800,00. Rasio kemandirian keuangan

Kabupaten Madiun sebesar 0,50% (Tabel 4.11), kenaikan ini dikarenakan

penerimaan PAD tahun 2009 mengalami peningkatan daripada tahun 2008

yaitu sebesar Rp. 30.112.862.499,21 dari tahun 2008 sebesar

Rp. 26.559.118.423,49, meskipun belum mencapai target yang ditentukan

yaitu sebesar Rp. 31.590.306.400,00.

Perhitungan APBD pada tahun 2010 berdasarkan pada Peraturan

Bupati Madiun Nomor 17 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010 kemudian diubah dengan

Peratauran Bupati Madiun Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010,

sedangkan untuk pertanggungjawaban APBD masih dalam proses

pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Jawa Timur

sehingga data Pertanggungjawaban APBD yang diambil berdasarkan pada

perhitungan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Madiun dan Laporan

Keterangan Pertangunggjawaban Bupati Madiun Tahun 2010.

Page 73: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55  

Pencapaian Realisasi Pendapatan Tahun Anggaran 2010 secara

umum telah mencapai target, semua komponen Pendapatan dapat

melampaui target dengan realisasi sebesar 102,04% atau

Rp. 831.985.796.033,66 dari rencana sebesar Rp. 815.315.909.616,00.

Rasio kemandirian keuangan Kabupaten Madiun sebesar 0,48%

(Tabel 4.11), kenaikan ini dikarenakan penerimaan PAD tahun 2010

mengalami peningkatan daripada tahun 2009 yaitu sebesar

Rp. 45.034.305.944,66 dari tahun 2009 sebesar Rp. 30.112.862.499,21.

Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2010 melebihi target sebesar 120,67%

yaitu sebesar Rp. 45.034.305.944,66 dari Rp. 37.321.534.950,00 yang

disebabkan oleh peningkatan pada retribusi yaitu pada tanda daftar gudang

sebesar Rp. 49.975.000,00 dari Rp. 26.853.200,00 (186,10 %).

Kabupaten Madiun mulai tahun 2003-2010 meskipun mengalami

peningkatan pendapatan asli daerah yang secara umum mengalami

peningkatan dan memenuhi target yang telah ditentukan tetapi bila

dihitung berdasarkan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Kabupaten

Madiun masih tergolong sangat rendah kemampuan keuangan daerahnya

yaitu dibawah 10%. Kabupaten Madiun masih tergolong pada kabupaten

yang masih belum bisa mandiri kemampuan keuangannya dan masih

membutuhkan bantuan keuangan dari pemerintah pusat.

Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten

Madiun mulai tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 dapat terlihat dalam

Grafik 4.4 dibawah ini :

Page 74: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56  

Grafik 4.4 Perkembangan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011 )

Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun berdasarkan perhitungan

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah seperti tampak pada grafik 4.4

terlihat bahwa semasa pemerintahan Bupati Madiun periode tahun 2003-

2008 masih terlihat lebih tinggi dari pada semasa pemerintahan Bupati

Madiun periode tahun 2008 – 2013, hal ini dikarenakan pada tahun 2008

terjadi peningkatan dana perimbangan yang diterima oleh Kabupaten

Madiun dan kecilnya Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Madiun.

b. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah ( Rasio EKD )

Rasio Efektivitas Keuangan Daerah berguna untuk mengukur

efektivitas dalam merealisasikan Keuangan Daerah terutama pada

Pendapatan Daerah.

Page 75: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57  

Rasio efektivitas ini menggambarkan kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang direncanakan

dibanding target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.

Perhitungan Rasio Efektivitas dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Keterangan :

Rasio EKD = Rasio Efektivitas Keuangan Daerah

Realisai Penerimaan PAD = Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli

Daerah

Target Penerimaan PAD = Target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Departeman Dalam Negeri dengan Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor : 690.900-327, Tahun 1996 mengkategorikan kemampuan

efektivitas keuangan daerah otonom ke dalam lima tingkat efektivitas

seperti terlihat pada Tabel 4.12

Tabel 4.12 Efektivitas keuangan daerah Otonom

Kemampuan Keuangan Rasio Kemandirian (%)

Sangat Efektif >100

Efektif >90 – 100

Cukup Efektif >80 – 90

Kurang Efektif >60 – 80

Tidak Efektif < 60

Sumber : Departemen Dalam Negeri (1996)

Page 76: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58  

Tabel 4.12 menyebutkan bahwa kemampuan keuangan di suatu

daerah apabila melebihi 100% merupakan daerah yang sangat efektif,

sedangkan apabila berada pada posisi kurang atau sama dengan 60%

berarti daerah tersebut merupakan daerah yang tidak efektif kemampuan

keuangannya.

Rasio Efektivtias Keuangan Kabupaten Madiun dihitung dengan

membandingkan penerimaan riil Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan

target Pendapatan Asli Daerah yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

Penetapan target dihitung dengan mengacu penerimaan PAD tahun

sebelumnya dan merencanakan persentasenya berdasarkan trend tahun

sebelumnya. Perhitungan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten

Madiun dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.13 Perhitungan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun

Tahun Anggaran 2003 – 1010 ( dalam % )

TAHUN RASIO EKD

2003 102,33

2004 100,49

2005 107,52

2006 111,37

2007 103,89

2008 92,56

2009 95,32

2010 120,67

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)

Page 77: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59  

Rasio Efektivitas Keuangan Kabupaten Madiun pada tahun 2003

sampai dengan tahun 2010 bila dilihat pada Tabel 4.13 dimana

perkembangan rata-rata rasio efektivitas keuangan Daerah selalu berhasil

melampaui target yang telah ditentukan dan termasuk dalam kriteria

efektif karena rata-rata mencapai diatas 100 %.

Pada tahun 2008 dan 2009 efektivitas kemampuan keuangan

Kabupaten Madiun sebesar 92,56% dan 95,32% (berada dibawah 100 %)

tetapi masih dalam kategori efektif (90% - 100 %). Posisi tertinggi yaitu

pada tahun 2010 sebesar 120,67% sedangkan terendah pada tahun 2008

yaitu sebesar 92,56%.

Sedangkan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan efektivitas

keuangan daerah setiap tahunnya maka dapat diketahui melalui

perbandingan tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Perbandingan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam % )

TAHUN

∆ EKD

2002 -2003 -8,75

2003 -2004 -1,84

2004 -2005 7,03

2005 -2006 3,86

2006 -2007 -7,49

2007 -2008 -11,32

2008 -2009 2,76

2009 -2010 25,34

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2002 – 2010 (data diolah, 2011)

Page 78: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60  

Efektivitas Keuangan Kabupaten Madiun seperti tertampak pada

Tabel 4.14 efektivatas tertinggi terjadi pada Tahun 2010 yaitu sebesar

25,34% sedangkan posisi terendah pada tahun 2008 yaitu sebesar -

11,32%. Kabupaten Madiun Pada tahun 2008 terdapat pada posisi

terendah dikarenakan pada saat itu Pemerintahan Kabupaten Madiun

dalam masa peralihan dari Bupati yang lama ke Bupati Madiun sekarang,

sehingga kebijakannya masih harus disesuaikan juga dengan kondisi pada

masa itu dan segala kegiatan masih terfokus pada pemilihan bupati

tersebut karena pada pemilihan periode ini dilakukan dengan cara

pemilihan langsung. Kabupaten Madiun mengalami peningkatan efektifas

keuangan yang semakin membaik pada setiap tahunnya bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Perkembangan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten

Madiun dapat terlihat dalam Grafik 4.5 dibawah ini :

Grafik 4.5 Perkembangan Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010

102,33 100,49 107,52 111,37 103,8992,56 95,32

120,67

0

20

40

60

80

100

120

140

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

%

TAHUN

RASIO EKD

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( data diolah, 2011)

Page 79: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61  

Grafik 4.5 menggambarkan perkembangan efektivitas keuangan

Kabupaten Madiun, dimana pada masa pemerintahan Bupati Madiun

periode 2003 – 2008 berada pada posisi diatas 100% ini berarti pada

periode tersebut PAD Kabupaten Madiun bisa memenuhi target dan

keuangan Kabupaten Madiun dalam keadaan sangat efektif. Pemerintahan

Bupati periode 2008 – 2010 keuangan Kabupaten Madiun mulai beranjak

naik hingga pada tahun 2010 mencapai 120,67% dimana posisi ini

melebihi pemerintahan Bupati periode 2003 – 2008, hal ini berarti

Kabupaten Madiun kemampuan keuangannya semakin sangat efektif.

c. Trend kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah Otonom

Kecenderungan kemandirian dan efektivitas keuangan daerah

otonom penting dinilai untuk mengetahui arah perkembangan kedua

dimensi keuangan ini. Suatu daerah otonom kabupaten / kota pada suatu

tertentu barangkali belum dapat memenuhi kemandirian dan efektivitas

keuangannya, tetapi dengan melihat trend positif dari kedua dimensi

keuangan tersebut diperoleh keyakinan, walaupun lambat ada peluang

akan menuju kemandirian dan efektivitas keuangan yang ideal.

Trend kemandirian dan efektivitas keuangan dapat dihitung dengan

menggunakan salah satu tahun sebagai tahun dasar. Apabila suatu tahun

dipilih sebagai tahun dasar, maka data dalam tahun tersebut dinyatakan

dengan angka seratus, yang artinya 100% dan data sejenis dalam tahun

berikutnya dinyatakan dalam angka persentase data dari tahun dasar, dari

Page 80: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62  

penjelasan ini maka trend kemandirian dan efektivitas keuangan dapat

diformulasikan sebagai berikut :

1. Trend Kemandirian Keuangan Daerah

Keterangan :

Trend KKD = Trend Kemandirian Keuangan Daerah

KKD to +1 = Kemandirian Keuangan Daerah pada tahun ke 1

KKD to = Kemandirian Keuangan Daerah pada tahun ke 0

2. Trend Efektivitas Keuangan Daerah

Keterangan :

Trend EKD = Trend Efektivitas Keuangan Daerah

EKD to +1 = Efektivitas Keuangan Daerah pada tahun ke 1

EKD to = Efektivitas Keuangan Daerah pada tahun ke 0

Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Madiun pada tahun 2003

sampai dengan tahun 2010 apabila dihitung dengan menggunakan trend

kemandirian n dan trend efektivitas keuangan daerah dan tahun ke 0 yang

diacu adalah pada tahun 2002 kemudian berturut-turut sampai dengan

tahun 2010 kemudian hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini :

Page 81: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63  

Tabel 4.15 Trend Kemandirian Keuangan Daerah dan Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 ( dalam % )

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)

TAHUN

TREND KKD

TREND EKD

2003 139,26 92,12

2004 99,33 98,20

2005 76,66 106,99

2006 95,42 103,59

2007 104,80 93,28

2008 83,50 89,10

2009 111,78 102,98

2010 110,11 126,59

Kemampuan dan efektivitas Keuangan Kabupaten Madiun yang

dihitung berdasarkan trend kemandirian dan efektivitas keuangan daerah

sesuai Tabel 4.15 menunjukan harga positif, ini berarti Kabupaten

Madiun berpeluang untuk menuju kemandirian dan keefektivan keuangan

daerah meskipun secara lambat.

Kemampuan dan efektivitas Keuangan Kabupaten Madiun yang

dihitung berdasarkan trend kemandirian dan efektivitas keuangan daerah

dapat dilihat pada Grafik 4.6

Page 82: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64  

Grafik 4.6 Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan Daerah

Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003 – 2010

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)

Grafik 4.6 menggambarkan bahwa posisi KKD dan EKD pada tahun

2003-2010, pada tahun 2003 bisa mencapai trend KKD pada 139,26%

dan menempati posisi tertinggi sedangkan trend EKD pada posisi

92,12%, ini berarti bahwa meskipun PAD belum memenuhi target tetapi

mempunyai kemandirian keuangan yang tinggi.

Kabupaten Madiun pada tahun 2004 trend KKD pada posisi 99,33%

dan trend EKD pada posisi 98,20%, ini berarti pada tahun ini Kabupaten

Madiun tidak bisa memenuhi target PADnya dan mempunyai kemandirian

keuangan yang menurun bila dibanding tahun 2003.

Page 83: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65  

Posisi trend KKD dan trend EKD pada tahun 2005 sebesar 76,66%

dan 106,99% ini berarti bahwa meskipun target PAD di Kabupaten

Madiun memenuhi target tetapi kemandirian keuangannya menurun bila

dibanding tahun 2004.

Tahun 2006 Posisi trend KKD dan trend EKD sebesar 95,42% dan

103,59% ini berarti bahwa meskipun target PAD di Kabupaten Madiun

memenuhi target tetapi kemandirian keuangannya meningkat bila

dibanding tahun 2005.

Trend KKD dan trend EKD pada tahun 2007 di Kabupaten Madiun

sebesar 104,80% dan 93,28%, hal ini berarti bahwa target PAD tidak

terpenuhi tetapi kemandirian keuangannya relatif lebih tinggi daripada

tahun 2006.

Kabupaten Madiun pada tahun 2008 trend KKD pada posisi 83,50%

dan trend EKD pada posisi 89,10%, ini berarti pada tahun ini Kabupaten

Madiun tidak bisa memenuhi target PADnya dan KKD nya mengalami

penurunan.

Tahun 2009 Posisi trend KKD dan trend EKD sebesar 111,78% dan

102,98% ini berarti bahwa target PAD di Kabupaten Madiun terpenuhi

dan kemampuan keuangan daerah mengalami peningkatan kemandirian

keuangannya bila dibanding tahun 2008.

Kabupaten Madiun pada tahun 2010 trend KKD pada posisi

110,11% dan trend EKD pada posisi 126,59%, ini berarti pada tahun 2010

Kabupaten Madiun bisa memenuhi target Pendapatan Asli Daerahnya dan

Page 84: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66  

mengalami penurunan kemampuan keuangannya bila dibanding tahun

2009 tetapi tingkat efektivitasnya lebih tinngi.

Kabupaten Madiun berdasarkan trend KKD dan trend EKD pada

masa pemerintahan Bupati periode 2008-2013 mengalami peningkatan

yang mengacu untuk menuju kemandirian kabupaten Madiun.

Kemampuan Keuangan Kabupaten Madiun pada tahun 2003 sampai

dengan tahun 2010 dihitung secara bersama-sama dengan menggunakan

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektivitas Keuangan

Daerah, Trend Kemandirian Keuangan Daerah dan Trend Efektivitas

Keuangan Daerah dapat digambarakan dalam Grafik 4.7

Grafik 4.7 Rasio KKD. Rasio EKD, Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan

Daerah Kabupaten Madiun Tahun Anggaran 2003- 2010

6,65 6,6 5,06 4,83 5,06 4,23 4,72 5,2

102,33 100,49107,52 111,37

103,89

92,56 95,32

120,67

139,26

99,33

76,66

95,42104,8

83,5

111,78 110,11

92,1298,2

106,99 103,5993,28

89,1

102,98

126,59

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

%

TAHUN

KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MADIUN

RASIO KKD

RASIO EKD

TREND KKD

TREND EKD

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011).

Page 85: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67  

Metode trend juga digunakan untuk memprediksi kemungkinan

yang akan terjadi pada tahun yang akan datang. Metode yang

dipergunakan untuk mengukur kemampuan keuangan daerah Kabupaten

Madiun dengan menggunakan regresi liner sederhana dengan program

SPSS 17.

Regresi linier sederhana karena analisis ini hanya berkaitan dengan

dua variabel saja, satu disebut variabel independen atau variabel bebas,

diberi notasi X, sedangkan variabel satunya disebut sebagai variabel

dependen atau variabel bergantung yang diberi notasi Y.

Regresi linear sederhana mengikuti persamaan di bawah ini :

Y = a + bX

dimana :

Y : merupakan variabel bergantung (dependent variabel)

X : sebagai variabel bebas (independent variabel)

a : sebagai konstanta regresi

b : slope atau kemiringan garis regresi

Trend kemandirian dan efektivitas keuangan di Kabupaten Madiun

tahun anggaran 2003 – 2010 dengan variabel bergantung trend

kemandirian dan rasio kemandirian sebagai variabel bebasnya dalam

menghitung kemandirian keuangan, sedangkan untuk efektivitas keuangan

daerah menggunakan variabel bergantung trend efektivitas dan rasio

efektivitas sebagai variabel bebasnya.

Page 86: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68  

Tabel 4.16 Trend Kemandirian Keuangan Daerah berdasarkan rasio kemandirian

keuangan daerah Kabupaten Madiun Tahun 2003–2010 (%)

TAHUN TREND KKD (Y)

RASIO KKD (X)

2003 139,26 6,65

2004 99,33 6,60

2005 76,66 5,06

2006 95,42 4,83

2007 104,80 5,06

2008 83,50 4,23

2009 111,78 4,72

2010 110,11 5,20

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)

Tabel 4.17

Trend Efektivitas Keuangan Daerah berdasarkan rasio efektivitas keuangan Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (dalam %)

TAHUN TREND EKD (Y)

RASIO EKD (X)

2003 92,12 102,33

2004 98,20 100,49

2005 106,99 107,52

2006 103,59 111,37

2007 93,28 103,89

2008 89,10 92,56

2009 102,98 95,32

2010 126,59 120,67

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban APBD Kabupaten Madiun Tahun 2003 – 2010 (data diolah, 2011)

Page 87: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69  

Hasil pengolahan

1. Berdasarkan hasil olah data dengan SPSS diperoleh nilai constant

untuk trend KKD sebesar 34,523 artinya besarnya trend KKD 34,52%,

sedangkan Rasio KKD bernilai 12,86%. Hasil dari regresi trend KKD

dan rasio EKD adalah sebagai berikut :

Regression

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 34.523 39.089 .883 .4111

rasio kkd 12.861 7.298 .584 1.762 .128

a. Dependent Variable: trend kkd

Persamaan Trend kemandiriran keuangan daerah dengan regresi linier

adalah sebagai berikut :

Y = 34,523 + 12,861 X

Dimana :

Y = Trend Kemandirian Keuangan Daerah

X = Rasio kemandirian keuangan daerah

Keterangan :

Keuangan Kabupaten Madiun jika rasio kemandirian (X) nilainya

adalah 0, maka trend kemandirian (Y) nilanya sebesar 34,523%,

sedangkan apabila trend kemandirian (Y) mengalami kenaikan

sebesar 1% maka rasio kemandirian (X) mengalami peningkatan

Page 88: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70  

sebesar 12,861%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan

positif antara rasio kemandirian dan trend kemandirian keuangan,

semakin tinggi rasio keuangan maka semakin meningkat trend

kemandirian keuangannya.

2. Berdasarkan hasil olah data dengan SPSS diperoleh nilai constant

untuk trend EKD sebesar -10,880 artinya besarnya trend EKD

-10,88%. Rasio EKD diperoleh nilai sebesar 1,079 yang artinya bahwa

rasio EKD bernilai 1,079%. Hasil dari regresi trend EKD dan rasio

EKD adalah sebagai berikut :

Regression

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) -10.880 32.545 -.334 .7501

rasio ekd 1.079 .311 .817 3.468 .013

a. Dependent Variable: trend ekd

Persamaan Trend kemandiriran keuangan daerah dengan regresi linier

adalah sebagai berikut :

Y = -10,880 + 1.079 X

Dimana :

Y = Trend Efektivitas Keuangan Daerah

X = Rasio efektivitas keuangan daerah

Page 89: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71  

Keterangan :

Keuangan Kabupaten Madiun jika rasio efektivitas (X) nilainya

adalah 0, maka trend efektivitas (Y) nilanya sebesar -10,880%, sedangkan

apabila trend efektivitas (Y) mengalami kenaikan sebesar 1% maka rasio

kemandirian (X) mengalami peningkatan sebesar 1,079%. Koefisien

bernilai negatif artinya Kabupaten Madiun mengalami kenaikan efekvitas

keuangan berjalan sangat lambat.

Page 90: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72  

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data atas derajat desentralisasi fiskal, rasio

kemandirian keuangan daerah, efektivitas keuangan daerah, trend kemandirian

keuangan daerah dan trend efektivitas keuangan daerah di Kabupaten Madiun,

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan Keuangan Kabupaten Madiun dihitung dengan menggunakan

derajat desentralisasi fiskal, dimana indikatornya berupa :

Rasio PAD terhadap Pendapatan menunjukkan bahwa mulai tahun 2003

sampai 2010 posisi kemampuan keuangan daerah di Kabupaten Madiun

berada dibawah 10%, ini berarti kemampuan keuangan Kabupaten Madiun

masuk dalam kategori sangat kurang.

Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun dihitung berdasarkan rasio

PAD terhadap Dana Perimbangan mulai tahun 2003 sampai dengan tahun

2010 kurang dari 10%, ini berarti Kabupaten Madiun masih bergantung

pada bantuan dari pihak ekstern (Pemerintah Pusat dan Propinsi).

Kemampuan keuangan Kabupaten Madiun dihitung berdasarkan rasio

PAD terhadap Belanja Daerah mulai tahun 2003 sampai dengan tahun

2010 kurang dari 10%, ini berarti Kabupaten Madiun belum mampu untuk

membiayai belanjanya melalui Pendapatan Asli Daerahnya.

Page 91: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73  

2. Tingkat kemandirian Pemerintah Kabupaten Madiun selama 8 tahun

anggaran dari tahun 2003 – 2010 sebesar rata- rata sebesar 5,07%.

Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten terhadap ketergantungan

daerah pada bantuan ekstern termasuk dalam kategori Rendah Sekali

( < 25 % ) dan berpola instruktif (tidak mampu) yaitu peranan pemerintah

pusat lebih dominan daripada kemandirian pemerintah daerah (daerah

tidak mampu melaksanakan otonomi daerah secara finansial)

Tingkat Efektivitas Keuangan Daerah kurun waktu dari tahun 2003 – 2010

rata-rata sebesar 92,09 % masuk dalam kategori efektif, hal ini

berdasarkan tabel Rasio Efektivitas Keuangan Daerah, dengan demikian

Kabupaten Madiun merupakan daerah yang efektif untuk bisa menuju

kemandirian keuangan daerah.

Dari analisa tersebut secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa

Pemerintah Kabupaten Madiun masih tergantung kepada pemerintah pusat

dikarenakan jumlah realisasi Pendapatan Asli Daerah yang sangat kecil.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat peneliti sarankan untuk :

1. Pemerintah Kabupaten Madiun

Perbaikan mekanisme penyusunan dan penetapan anggaran dan juga

peningkatan target Pendapatan Asli Daerah pada tahun berikutnya yang

selama ini realisasi Pendapatan Asli Daerah selalu dapat mencapai target

yang telah ditentukan meskipun pada tahun 2008 dan 2009 belum

terlampaui tetapi masih mendekati target sehingga pembangunan di

Page 92: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74  

Kabupaten Madiun bisa dipenuhi dari Pendapatan Asli Daerahnya sendiri

sehingga Kabupaten Madiun bisa menjadi Kabupaten yang mandiri.

Meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara menggiatkan usaha di

semua sektor perekonomian yang dapat memacu perkembangan ekonomi

sehingga akan meningkatkan pendapatan daerah yang diperoleh dari pajak

dan retribusi.

Meningkatkan investasi yang ada di daerah dengan cara meningkatkan

kemampuan menarik investor untuk berinvestasi di daerah, hal ini dapat

dilakukan dengan menggalang kerjasama antar daerah untuk melakukan

penawaran bersama atas proyek investasi yang dimiliki daerah.

Mengintensifkan penggalian dana daerah yang diperoleh dari pajak dan

retribusi sehingga kontribusinya kepada Pendapatan Asli Daerah dapat

meningkatkan kemampuan keuangan daerah, tetapi masih berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mendahulukan

kepentingan masyarakat, sehingga bisa mewujudkan masyarakat yang

sejahtera sesuai dengan visi kabupaten Madiun.

Perbaikan dan penataan kembali tempat-tempat hiburan yang dimiliki agar

dapat menarik pengunjung tidak hanya datang pada saat-saat tertentu

tetapi juga pada hari- hari biasa yang berguna untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah.

Diharapkan apabila upaya-upaya perbaikan sudah dilakukan

perkembangan ekonomi akan berkembang ke arah yang positif, sehingga

berdampak pada peningkatan derajat desentralisasi/kemandirian daerah.

Page 93: analisis kemampuan keuangan daerah kabupaten madiun tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75  

2. Satuan Kerja Perangkat Daerah Penghasil

Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat percaya

bahwa pajak yang dibayar untuk meningkatkan kepentingan masyarakat

juga. Kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang prima membuat

masyarakat lebih yakin dan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang

disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Madiun, dengan demikian

pemasukan akan bertambah sehingga Pendapatan Asli Daerah akan

meningkat.

3. Penelitian lebih lanjut

Mengingat keterbatasan penelitian dalam menganalisa Kemampuan

Keuangan Daerah Kabupaten Madiun yang berdasarkan pada

Desentralisasi Fiskal, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio

Efektivitas Daerah serta Trend Kemandirian dan Efektivitas Keuangan

Daerah, peneliti berharap agar penelitian ini bisa lebih dikembangkan

lebih lanjut dan menjadi dasar penelitian selanjutnya.