skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... ·...

100

Upload: phamphuc

Post on 14-Jun-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan
Page 2: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan
Page 3: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan
Page 4: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan
Page 5: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang maha Esa, atas pertolongan yang di

anugerahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul: “Analisis Perkembangan Kemampuan Keuangan Daerah

Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Nias

Barat”. Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam

meraih gelar Sarjana Ekonomi pada program Studi Manajemen STIE Nias

Selatan.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari kekurangan dan

kelemahan. Hal tersebut bisa diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Taosige Wau, SE.,M.Si, selaku Ketua STIE Nias Selatan yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti dan sekaligus

membantu memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi ini.

2. Bapak Samalua Waoma, SE.,MM, selaku Wakil Ketua Bidang Akademik

STIE Nias Selatan yang telah memberikan pelayanan akademik kepada

penulis dan sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu,

tenaga, pikiran untuk membimbing serta memberikan saran dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

iii

3. Ibu Alwinda Manao,SE.,MM, selaku Wakil Ketua II STIE Nias Selatan

yang telah memberikan pelayanan akademik kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Yohanes Dachi, SE., MM, selaku Wakil Ketua III STIE Nias

Selatan yang telah memberikan pelayanan akademik kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Paskalis Dachi, SE., M.AP, selaku Ketua Program Studi

Manajemen yang telah memberikan pelayanan akademik kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Elistina Wau, SE., MM selaku sekretaris Program Studi Manajemen

yang telah memberikan pelayanan akademik kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Nisradiyanti Bu’ulolo, SE.,MM, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta

memberikan saran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Erasma F. Zalogo, SE.,MM selaku kepala LPPM yang telah membantu

memberikan pelayanan akademik ide-ide yang membangun serta sebagai

orangtua penulis dalam hal memotivasi, menyemangati serta memberikan

materi selam penulis menyelesaikan studi Strata I.

9. Bapak Samanoi H. Fau SE., MM sebagai dosen Pembimbing Akademik

yang selalu membimbing, memotivasi serta membantu penulis selama

menyelesaikan studi Strata I.

Page 7: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

iv

10. Bapak/I Dosen STIE Nias Selatan yang telah banyak memberikan ilmunya

kepada penulis sehingga skripsi penelitian ini dapat terselesaikan.

11. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah membantu memberikan,

saran yang sangat membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan

dengan baik.

12. Ayah (Sabarudi Zai) dan Ibu (Sanarima Gulo) serta adik-adik penulis

(Trimujaya Zai, Yulianto Bastian zai, Iantonius Zai), dan keluarga besar

(Bapak/I Yani Gulo, Bapak/I Nura Zai, Bapak/I Sion Zai, Bapak/I Efi Zai,

Bapak/I Yedi Zai, paman Bapak/I Mayner Gulo) yang telah memberikan

bantuan dukungan material maupun moral kepada penulis.

13. Keluarga bapak A/I Ayu Hia dan Bapak A/I Jhosua Sarumaha yang telah

menunjang perkuliahan penulis selama ini.

14. Teman-teman dekat saya (abang Anugerah Halawa, abang Syukurman

Laia, Yusnidar Zagoto, kakak Ester waruwu, kakak Selingat Murni Hulu,

Yusrani Sihura, Maslina Ndruru, abang Sindoigolo Wau, Niat

Rahmayanti Zendrato, Noventinus Zagoto, Lestria Fau, Melnis Bali,

Shinta Meiwati Manao, Listin Lahagu, Revor K. Mendrofa, Nias Ajasman

Duha, kakak Andrianti Gowasa, abang Berkat Laia, teman-teman

Bidikmisi) dan seluruh teman-teman stambuk 2014 di STIE Nias Selatan

yang telah menjadi tempat curhat penulis dalam suka dan duka dan yang

telah memberikan motivasi serta dukungan baik dari segi material maupun

moral.

Page 8: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

v

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yesus berkenan membalas

kebaikan semua pihak yang telah membantu, semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Telukdalam, Agustus 2018

Penulis

NIAS TIVIS ZAI

NIM. 14100121334

Page 9: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................ii

Daftar Isi .............................................................................................................v

Daftar Tabel ........................................................................................................viii

Daftar Grafik ......................................................................................................... x

Daftar Gambar ....................................................................................................... xi

Daftar Lampiran .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5

1.3 Batasan Masalah............................................................................................. 5

1.4 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

1.7 Sistematika Penulisan..................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 8

2.1 Kerangka Konseptual ..................................................................................... 8

2.1.1 Konsep Keuangan Daerah .................................................................... 8

2.1.2 Konsep Otonomi Daerah ...................................................................... 10

2.2 Kerangka Teoritis ........................................................................................... 12

2.2.1 Hubungan Keuangan daerah Dengan Otonomi Daerah ...................... 12

2.2.2 Ciri-Ciri Keuangan Daerah mampu Mampu Melaksanakan Keuangan

daerah.................................................................................................... 14

Page 10: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

vi

2.2.3 Sumber-sumber Keuangan Daerah ...................................................... 15

2.2.4 Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah ............................................... 17

2.2.5 Komponen-Komponen Yang Membentuk Otonomi Daerah ............... 20

2.2.6 Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah .......................................................... 22

2.2.7 Tujuan Penyelenggaraan otonomi Daerah ........................................... 23

2.2.8 Pengukuran Kemampuan Keuangan Daerah ....................................... 25

2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 32

2.4 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 38

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 38

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................................................... 38

3.3 Subjek Dan Objek Penelitian ......................................................................... 39

3.4 Data Penelitian ............................................................................................... 39

3.4.1 Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 39

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 39

3.5 Metode Analisis Data ..................................................................................... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 44

4.1 Gambaran Umum objek Penelitian ................................................................ 44

4.2 Deskriptif Data Variabel Penelitian ............................................................... 45

4.3 Analisis Dan Pembahasan .............................................................................. 51

4.3.1 Analisis ................................................................................................ 51

4.3.1.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah .................................... 51

4.3.1.2 Rasio Ketergantungan Daerah................................................. 52

Page 11: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

vii

4.3.1.3 Rasio Tingkat Desentralisasi Fiskal ........................................ 54

4.3.1.4 Rasio Efektivitas ...................................................................... 55

4.3.1.5 Rasio Aktivitas ........................................................................ 56

4.3.1.6 Rasio Pertumbuhan ................................................................. 58

4.3.1.7 Rasio Keserasian...................................................................... 59

4.3.2 Pembahasan .......................................................................................... 60

4.3.2.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah .................................... 60

4.3.2.2 Rasio ketergantungan Keuangan Daerah ................................. 62

4.3.2.3 Rasio desentralisasi Fiskal ....................................................... 63

4.3.2.4 Rasio Efektivitas ...................................................................... 64

4.3.2.5 Rasio Aktivitas ........................................................................ 65

4.3.2.6 Rasio Pertumbuhan .................................................................. 67

4.3.2.7 Rasio keserasian ...................................................................... 69

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 71

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 71

5.2 Saran .............................................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74

Page 12: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

viii

Page 13: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rincian Realisasi Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

(APBD) Kabupaten Nias Barat ........................................................ 5

Tabel 1.2 Rincian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan

Kabupaten Nias Barat......................................................................... 6

Tabel2 .1 Kriteria Penilaian Kemandirian, Ketergantungan dan Desentralisasi

Keuangan Daerah ............................................................................... 29

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah ............ 30

Tabel 2.3 Skala Internal Kemandirian Keuangan Daerah ................................... 30

Tabel 2.4 Skala Efektivitas Keuangan Daerah ..................................................... 31

Tabel 2.5 Skala Rasio Efesiensi Keuangan Daerah ............................................. 32

Tabel 2.6 Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal ........................................ 32

Tabel 2.7 Skala Interval Indeks Kemampuan Rutin ............................................ 33

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Kemandirian Daerah ............................................... 42

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Ketergantungan ...................................................... 43

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Desentralisasi Fiskal ............................................... 43

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah ............. 44

Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Nias Barat ............................................................................................. 49

Tabel 4.2 Neraca Kabupaten Nias Barat .............................................................. 50

Tabel 4.3 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Nias Barat.............. 52

Tabel 4.4 Rasio Ketergantungan Daerah Kabupaten Nias Barat .......................... 55

Page 14: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

x

Tabel 4.5 Rasio Tingkat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Nias Barat.................. 57

Tabel 4.6 Perhitungan Rasio Efektivitas Kabupaten Nias Barat ........................... 60

Tabel 4.7 Rasio Aktivitas Untuk belanja Rutin Kabupaten Nias Barat ................ 62

Tabel 4.8 Rasio Aktivitas Untuk Belanja Pembangunan ...................................... 63

Tabel 4.8 Rasio Pertumbuhan Kabupaten Nias Barat ........................................... 65

Tabel 4.10 Rasio Keserasian Kabupaten Nias Barat ............................................. 69

Page 15: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Nias Barat ........... 52

Grafik 4.2 Rasio Ketergantungan Daerah Kabupaten Nias Barat ........................ 53

Grafik 4.3 Rasio Tingkat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Nias Barat ............... 55

Grafik 4.4 Rasio Efektivitas Kabupaten Nias Barat.............................................. 56

Grafik 4.5 Rasio Aktivitas Belanja rutin Kabupaten Nias Barat .......................... 57

Grafik 4.6 Rasio Aktivitas belanja pembangunan Kabupaten Nias Barat ........... 58

Grafik 4.7 Rasio Pertumbuhan Kabupaten Nias Barat.......................................... 59

Grafik 4.8 Rasio Keserasian Kabupaten Nias Barat ............................................. 60

Page 16: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 39

Page 17: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Transkrip nilai

Lampiran II Surat Keterangan Bebas SKS

Lampiran III Berita Acara Bimbingan Skripsi

Page 18: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

ABSTRAK

ANALISIS PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

KABUPATEN NIAS SELATAN

Oleh:

Nias Tivis Zai NIM: 14100121334

Dosen Pembimbing:

Samalua Waoma,SE.,MM dan Nisradiyanti Buulolo,SE.,MM

Ruang lingkup penelitian ini adalah studi tentang analisis perkembangan

kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah

Kabupaten Nias Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di

Kabupaten Nias Barat tahun 2012-2016. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode analisis rasio dengan menggunakan laporan keuangan Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) dan neraca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

otonomi daerah Kabupaten Nias Barat dari tahun 2012-2016 dilihat dari rasio

kemandirian keuangan daerah sangat baik atau sudah mampu karena berada pada

kriteria ≤10%. Rasio ketergantungan keuangan daerah sangat tinggi karena berada

pada kriteria >50%. Rasio tingkat desentralisasi fiskal masih sangat kurang karena

berada pada kriteria ≤10%. rasio efektivitas sudah efektif karena berada pada

kriteria 90%-100%. Rasio aktivitas masih belum mampu karena belanja rutin dan

belanja pembangunan belum terlaksana secara optimal. Rasio pertumbuhan masih

rendah sekali karena berada pada kriteria 0,00-25% dan rasio keserasian sudah

berada pada kategori sedang karena berada pada kriteria 10%-50%.

Kata Kunci : Keuangan Daerah, Otonomi Daerah dan Rasio.

Page 19: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE DEVELOPMENT OF REGIONAL FINANCIAL

CAPACITY IN SUPPORTING THE IMPLEMENTATION OF THE

WEST NIAS REGENCY REGIONAL AUTONOMY

By:

Nias Tivis Zai NIM. 14100121334

Supervisor:

Samalua Waoma, SE., MM and Nisradiyanti Buulolo, SE., MM

The scope of this research is the study the analysis of the development of regional

financial capacity in supporting the implementation of the West Nias regency

autonomy. The purpose of this study was to analyze the ability of regional finance

in supporting the implementation of regional autonomy in the West Nias district

in 2012-2016. The research method used is a method of ratio analysis using

financial statements Budget Realization Report (BRR) and balance sheet. The

results showed that the development of regional financial capacity in supporting

the implementation of West Nias regency regional autonomy from 2012-2016 was

seen from ratio of regional financial independence very well or already able

because it was in the ≤ 10% criteria. Regional financial dependency ratio is very

high because it is in the >50 criteria. The ratio of the level fiscal decentralization

is still very low because it is in the ≤ 10% criteria. The effectiveness ratio is

effective because it is in the 90-100% criteria. The activity ratio is still not capable

because routine expenditure and devolopment spending have not been

implemented optimally. The growth ratio is still low because itis in the criteria of

0,00-25% and the harmony ratio is in the medium category because it is 10%-50%

criteria. West Nias regency should continue to improve and optimize the

realization of sources of income so that dependence on balance funds can be

lacking. Increase the growth of local revenue and establish the regulations relating

to the collection of taxes and regional retribution.

Key words: Regional Finance and Regional Autonomy

Page 20: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang

terus-menerus menuju tercapainya tujuan yang di inginkan. Secara umum tujuan

yang ingin dicapai adalah terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat

secara merata dan adil. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka segenap potensi

dan sumber daya pembangunan yang ada harus dialokasikan secara efektif dan

efesien demi meningkatkan kegiatan produksi secara keseluruhan. Undang-

undang No.20 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang

no.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah yang menjadi tonggak dimulainya otonomi daerah.

Otonomi daerah adalah merupakan langkah awal menuju pembangunan

ekonomi nasional yang lebih berdaya tumbuh tinggi dengan memberikan

kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di daerah. Asas yang menjadi prinsip

dasar otonomi daerah adalah otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab.

Prinsip ini memperhatikan aspek demokrasi, partisipasi, adil dan merata dengan

tetap memperhatikan potensi dan keragaman daerah. Berdasarkan asas tersebut,

diharapkan otonomi daerah mampu mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat daerah. Kesejahteraan masyarakat memang menjadi tujuan utama dari

kebijakan otonomi sebagaimana tuntunan pada saat reformasi digulirkan. Tujuan

Page 21: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

2

tersebut hanya dapat terwujud dengan adanya pembagian urusan pemerintahan

antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Pemberian otonomi daerah kepada kabupaten dan kota tersebut

menjadikan pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah

daerah. Daerah di berikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan antara lain

berupa: Kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan

pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak

dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber

daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya, hak untuk

mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain

yang sah serta sumber-sumber pembiayaan.

Dengan pemberian otonomi daerah kepada tiap-tiap daerah, konsekuensi

di satu sisi pemerintah daerah kini dituntut untuk menggali dan meningkatkan

sumber-sumber pendapatnya dan di sisi lain pemerintah pusat tidak boleh lagi

dominan dan menjadi faktor segala-galanya dalam pembangunan daerah, misalnya

dalam menentukan jumlah dan alokasinya. Kemampuan daerah dalam menggali

sumber-sumber penerimaan yang independen, misalnya pajak daerah dan retribusi

daerah akan sangat menentukan pemerintah dalam menjalankan fungsinya itu.

Oleh karena itu, jika pemerintah daerah mampu untuk mendapatkan pendapatan

yang besar tentu membawa konsekuensi politis dan ekonomi menuju posisi yang

lebih baik dalam menentukan perencanaan dan pengelolaan pembangunan daerah

daripada pemerintah daerah yang masih bergantung dari pusat.

Page 22: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

3

Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam menjalankan otonomi

dicatat dan dikelola dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Dearah (APBD).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah (PP No.58 tahun 2005)

serta merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun

anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember (UU

No.32 tahun 2004), sehingga APBD secara langsung maupun tidak langsung

mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelaksanaan sosial.

Keuangan daerah merupakan sumber daya yang dominan dalam menopang

kemampuan otonomi daerah. Hampir tidak ada satupun kegiatan pemerintah di

daerah yang tidak memerlukan biaya. Oleh sebab itu, pengelolaan keuangan

daerah merupakan satu variabel yang penting dalam kerangka pelaksanaan

otonomi daerah dan pemerintahan di daerah pada umumnya. Kemampuan

keuangan daerah dalam era otonomi daerah sering di ukur dengan menggunakan

kinerja Pendapatan Asli Daerah (PAD). Besar kecilnya penerimaan PAD

seringkali dihubungkan dengan keberhasilan daerah dalam menjalani otonomi

daerah.

Peranan Pendapatan Asli Daerah dalam keuangan daerah menjadi

salahsatu tolak ukur penting dalam pelaksanaan otonomi daerah, dalam arti

semakin besar suatu daerah memperoleh dan menghimpun PAD maka akan

semakin besar pula tersedianya jumlah keuangan daerah yang dapat digunakan

Page 23: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

4

untuk membiayai penyelenggaraan otonomi daerah. Kabupaten Nias Barat

merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di dalam wilayah Pulau Nias

Propinsi Sumatera Utara dan berada di sebelah Barat Pulau Nias yang berjarak ±

60 KM dari kota Gunungsitoli. Berdasarkan UU Nomor 46 Tahun 2008, luas

wilayah Kabupaten Nias Barat adalah 544,09 Km2 yang terdiri dari 8 Kecamatan

dan 110 Desa dengan ibukota terletak di Kecamatan Lahomi. Kabupaten Nias

Barat berbatasan dengan sebelah utara dengan Kecamatan Tugala Oyo Kabupaten

Nias Utara, sebelah Selatan dengan Kecamatan Lolowau Kabupaten Nias Selatan.

Sebelah Timur dengan Kecamatan Botomuzoi, Kecamatan Hiliserangkai,

Kecamatan Gido dan Kecamatan Ma’u Kabupaten Nias serta sebelah Barat

dengan Samudera Hindia.

Setiap Kabupaten diharapkan mampu untuk mengelola keuangan

daerahnya dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerahnya itu, menggali

Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan UU yang berlaku supaya daerah

tersebut tidak selalu tergantung pada dana perimbangan dari pemerintahan pusat.

Kabupaten Nias Barat di tuntut untuk dapat menggali sumber-sumber keuangan

daerahnya sendiri dalam membantu pelaksanaan otonomi daerah. Setiap tahun

diindikasikan bahwa Kabupaten Nias Barat masih kurang mampu merealisasikan

anggaran sesuai dengan yang diharapkan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

Tabel 1.1

Page 24: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

5

Tabel 1.1

Rincian Realisasi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Kabupaten Nias Barat dalam jutaan rupiah

Tahun Anggaran Realisasi Persentase

2012 323.821.345.652 323.241.567.908 99,82%

2013 326.914.977.545 326.277.085.464 99,80%

2014 389.839.691.207 373.104.473.255 95,71%

2015 506.944.935.539 465.951.797.914 91,91%

2016 506.944.935.539 534.737.998.610 82,34%

Sumber: BPKAD Kabupaten Nias Barat

Dari Tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Nias Barat yang telah direncanakan masih

belum mampu terealisasikan dengan baik, setiap tahun dana yang terealisasi

berfluktuasi. Pada tahun 2012-2014 persentase realisasi mengalami penurunan,

pada tahun 2015 persentase realisasi meningkat namun pada tahun 2016

menurun. Hal ini disebabkan karena kurangnya kerjasama antara tim

pemerintahan daerah sehingga menghambat kesejahteraan masyarakat. Demikian

juga Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Nias Barat masih sangat

bergantung pada dana perimbangan dari pusat, pemerintah masih kurang mampu

dalam menggali sumber-sumber keuangan daerahnya sendiri, ini terbukti pada

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kabupaten Nias Barat tahun 2012-2016 masih

sangat bergantung pada dana dari pusat, untuk lebih jelas dapat dilihat pada

Tabel 1.2

Page 25: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

6

Tabel 1.2

Rincian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan

Kabupaten Nias Barat Tahun 2012-2016

Tahun PAD Dana Perimbangan Pendapatan lain-

lain yang sah

2012 5.460.766.342 305.295.471.385 2.093.788.000

2013 7.223.690.778 303.731.606.187 1.336.004.000

2014 10.298.057.732 338.860.301.831 3.088.668.791

2015 14.492.750.129 382.494.289.563 68.964.758.222

2016 15.616.742.531 419.656.466.541 99.464.789.538

Sumber : BPKAD Kabupaten Nias Barat

Dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa PAD Kabupaten Nias Barat

masih sangat minim, sehingga masih sangat tergantung pada dana perimbangan

dari pusat. Pada tahun 2012 PAD sangat minim dan sangat jauh berbeda dengan

dana perimbangan, pada tahun 2013 PAD mengalami peningkatan namun masih

sangat jauh berbeda dengan dana perimbangan juga, PAD dari tahun 2012-2016

memang mengalami peningkatan namun masih sangat mengharapkan dana

perimbangan, hal ini disebabkan karena minimnya keseriusan satuan kerja

perangkat daerah dalam menggali potensi Pendapatan Asli Daerah, minimnya

PAD bukan hanya diakibatkan karena minimnya sumber daya alam atau

peralatan, namun faktor yang paling menentukan adalah sumber daya manusia

yang mengelola PAD tersebut, hambatan terkait minimnya peraturan bupati yang

dibentuk sebagai pelaksanaan peraturan daerah pajak daerah dan retribusi daerah.

Dengan ketidakmampuan daerah menggali sumber-sumber PAD itu maka

pemerintah sangat tergantung dari dana perimbangan dari pusat sehingga

Kabupaten Nias Barat masih belum mandiri.

Page 26: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

7

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul” Analisis Perkembangan Kemampuan Keuangan

Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten

Nias Barat.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya ketidakmampuan daerah Kabupaten Nias Barat dalam merealisasikan

anggaran yang telah ditetapkan

2. Adanya ketidakmampuan daerah dalam menggali sumber-sumber keuangan

daerahnya sendiri yang masih tergantung pada dana perimbangan dari pusat.

3. Adanya ketidakmampuan PAD dalam mendukung perkembangan keuangan

daerah di Kabupaten Nias Barat.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka penulis membatasi penelitian hanya pada menganalisis upaya kemampuan

keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah Kabupaten Nias

Barat pada tahun 2012-2016.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat kemampuan

keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten

Nias Barat tahun 2012-2016?

Page 27: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

8

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis

kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di

Kabupaten Nias barat tahun 2012-2016.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini di antaranya

adalah:

1. Bagi penulis

a. Menambah ilmu serta sumber pustaka (referensi) dalam bidang

pengembangan penerimaan pendapatan daerah di Kabupaten Nias Barat,

khususnya dalam penyelenggaraan pemerintah.

b. Untuk mempelajari dan memperoleh pemahaman terhadap permasalahan

mengenai perkembangan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

otonomi daerah di kabupaten Nias Barat.

2. Bagi akademik

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai

gambaran tentang sejauh mana perkembangan kinerja pemerintah daerah dan

dapat digunakan sebagai bahan pengembangan bagi peneliti selanjutnya.

3. Bagi pemerintah

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten

Nias Barat dan Dewan Perwakilan Rakyat daerah Kabupaten Nias Barat dalam

menerapkan kebijakan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

Page 28: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

9

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari Bab I

Pendahuluan, Bab II Tinjauan Literatur, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil

dan Pembahasan dan Bab V Penutup. Bab I Pendahuluan menguraikan

permasalahan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan. Bab II Tinjauan Literatur membahas tentang kerangka konseptual,

kerangka teoritis, penelitian terdahulu, dan kerangka berpikir. Bab III Metode

Penelitian membahas tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek

dan objek penelitian, data penelitian (jenis dan sumber data dan teknik

pengumpulan data), dan metode analisis data. Bab IV Hasil dan Pembahasan

membahas tentang gambaran umum objek penelitian, deskriptif data variabel

penelitian, analisis dan pembahasan. Bab V Penutup membahas tentang

kesimpulan dan saran.

Page 29: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

10

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Kerangka Konseptual

2.1.1 Konsep Keuangan Daerah

Kriteria penting dalam mengetahui perkembangan suatu daerah adalah

mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus

rumah tangga atau daerahnya melalui keuangan daerah. Dengan kata lain, faktor

keuangan merupakan faktor yang penting dalam mengatur tingkat kemampuan

keuangan daerahnya dalam melaksanakan otonomi daerah. Sehubungan dengan

pentingnya posisi keuangan tersebut, maka keuangan daerah sebagai salahsatu

indikator yang terpenting untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Pada peraturan pemerintah Nomor 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa

keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat di nilai dengan uang termasuk

di dalamnya segala bentuk kekayaan lain yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah dalam kerangka APBD. Selain itu, Pasal 1 ayat 5 PP No. 58

Tahun 2005 dalam Abdul Halim menyebutkan bahwa keuangan daerah adalah

semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan

daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk

kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam

kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Page 30: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

11

Menurut Halim (2012:19) “keuangan daerah diartikan sebagai semua hak

dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik

berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang

belumdimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih penting serta pihak-

pihak lain sesuai dengan ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku”.

Menurut Afiah dalam Fau (2012) menyebutkan bahwa keuangan daerah

adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala

bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.

Sedangkan UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, mengatakan bahwa

keuangan daerah adalah pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup

kepada daerah yang mengacu kepada Undang-undang tentang perimbangan

keuangan antar pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dimana besarnya

disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara pemerintah

pusat dan daerah.

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa keuangan daerah adalah semua hak

dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, juga segala satuan baik yang

berupa uang maupun barang, yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang

belum dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-

pihak lain sesuai ketentuan/peraturan perundangan yang berlaku dan harus

dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku,

efesien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas

kepatuhan dan keadilan.

Page 31: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

12

2.1.2 Konsep Otonomi Daerah

Kebebasan atau hak suatu daerah otonom melakukan berbagai cara dalam

mengembangkan daerahnya sendiri disebut otonomi daerah. Dimana, otonomi

daerah adalah bagian dari sentralisasi. Sehingga dengan adanya otonomi daerah,

maka daerah mempunyai hak serta kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri

tetapi masih tetap di kontrol oleh pemerintah pusat sesuai dengan Undang-

Undang.

Pasal 1 butir (h) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah dan Undan g-Undang Nomor 35 Tahun 2004 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah, menyebutkan

bahwa otonomi daerah adalah ke wenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri atau aspirasi

masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan pemberian

otonomi daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur

dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka meningkatkan daya guna

dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan bagi pelayanan masyarakat dan

pelaksanaan pembangunan. Daerah otonomi yang dimaksud adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

Menurut Widjaja (2011:76) “otonomi daerah adalah kewenangan daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

Page 32: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

13

perundang-undangan”. Hal senada dikatakan oleh Sanny (2003:61) “otonomi

daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat”. Demikian halnya juga dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 2 ayat 3 disebutkan tujuan otonomi

daerah yaitu pemerintah daerah sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 (dua)

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi

urusan pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

pelayanan umum dan daya saing daerah.

Otonomi daerah tidak di pandang semata-mata sebagai hak dan kewajiban,

tetapi lebih merupakan kewajiban dan tanggungjawab, sehingga bagi daerah

dituntut mengembangkan dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM),

kelembagaan ketatalaksanaan, kualitas personal (birokrat), kelayakan organisasi

dan kecanggihan administrasi. Menurut Hanif (2007:110) “otonomi daerah adalah

satuan pemerintahan di daerah yang penduduknya berwenang mengatur dan

mengurus kepentingannya sendiri berdasarkan aspirasinya”. Menurut Andarini

(2010:1) “otonomi daerah adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat

kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri

berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah adalah suatu hak dan

kewajiban yang di berikan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus daerah

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat itu sendiri.

Page 33: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

14

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Hubungan Perkembangan Keuangan Daerah Dengan Otonomi

Daerah

Keuangan daerah berhubungan erat dengan masalah pembiayaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah. Keuangan daerah adalah sumber daya yang dominan

dalam menopang kemampuan otonomi daerah. Hampir tidak ada satu pun

kegiatan pemerintah di daerah yang tidak memerlukan biaya. Oleh sebab itu,

pengelolaan keuangan daerah merupakan satu variabel yang penting dalam

kerangka pelaksanaan otonomi daerah. Seperti halnya dikatakan oleh S. Pamudji

bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan

efektif dan efesien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan

pembangunan. Hal senada dikatakan oleh Widjaja (2011:76) bahwa anggaran

daerah pada hakikatnya merupakan salahsatu alat untuk meningkatkan publik dan

kesejahteraan rakyat sesuai dengan tujuan otonomi daerah. Artinya bahwa dalam

menjalankan otonomi daerah tidak terlepas dari keuangan daerah, karena

keuangan daerah merupakan dasar yang menjadi tonggak dalam menunjang

pelaksanaan seluruh program dalam otonomi daerah.

Untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber-

sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan kabupaten/kota yang

merupakan prasyarat dalam sistem pemerintahan daerah dalam rangka

menyelenggarakan otonomi daerah yang melekat pada setiap kewenangan

Page 34: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

15

pemerintahan menjadi kewenangan daerah. Seperti halnya yang dikatakan Halim

(2012) mengatakan bahwa “ciri utama yang menunjukkan suatu daerah mampu

berotonomi adalah terletak pada kemampuan keuangan daerahnya. Ini berarti

daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan optimal untuk

menggali sumber-sumber keuangan sendiri, sedangkan ketergantungan pada

bantuan pemerintah pusat harus diupayakan seminimal mungkin”.

Keuangan daerah sangat menentukan dalam penyelenggaraan otonomi

daerah. Keuangan daerah memiliki hubungan efesiensi dengan otonomi daerah.

Dimana, keuangan daerah menjadi tolak ukur dalam menyukseskan otonomi

daerah. Menurut Yuliati (2016:3) mengatakan bahwa “peranan keuangan daerah

sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah

serta jenis dan besar belanja yang harus dikeluarkan agar perencanaan

keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien”. Seperti halnya dikatakan

Kuncoro (2017:84) mengatakan bahwa “pembangunan ekonomi daerah tidak

terlepas dari dukungan kemampuan keuangan daerah, baik dalam bentuk Dana

Alokasi Umum (DAU) maupun dalam bentuk dana perimbangan yang bersumber

dari pemerintahan pusat”.

Dari analisis hubungan keuangan daerah dengan otonomi daerah penulis

dapat menyimpulkan bahwa suatu Kabupaten sudah mampu atau masih belum

mampu dalam mengembangkan otonomi daerah di lihat dari keuangan daerahnya.

Keberhasilan otonomi daerah tidak terlepas dari kemampuan suatu daerah dalam

bidang keuangan. Aspek keuangan merupakan salah satu dasar kriteria untuk

dapat mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah

Page 35: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

16

tangganya sendiri. Kemampuan daerah yang dimaksud adalah sampai sejauh

mana daerah dapat menggali sumber-sumber keuangan sendiri guna membiayai

kebutuhan keuangan daerahnya tanpa harus menggantungkan diri pada

bantuan dana dari pemerintah pusat/pemerintah daerah yang lebih tinggi. Untuk

itulah, peranan data keuangan daerah sangat dibutuhkan guna mengidentifikasi

sumber-sumber pembiayaan daerah serta jenis dan besar belanja yang harus

dikeluarkan agar perencanaan keuangan dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien.

2.2.2 Ciri-ciri Keuangan Daerah Mampu Melaksanakan Otonomi Daerah

Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan, APBD sebagai indikator

untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya Undang-undang tentang otonomi

daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan

antara daerah yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal kemampuan

keuangan daerah, antara lain 1). Daerah yang mampu melaksanakan otonomi

daerah, 2). Daerah yang mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah, 3).

Daerah yang sedikit mampu melaksanakan otonomi daerah, 4). Daerah yang

kurang mampu melaksanakan urusan otonomi daerah.

Menurut Nataluddin (2001:167) ciri utama yang menunjukkan

kemampuan keuangan daerah adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki

kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber

keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri

yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahannya.

Page 36: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

17

2. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal

mungkin agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi

bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh

kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah, sehingga

peranan pemerintah daerah menjadi lebih baik.

2.2.3 Sumber-sumber Keuangan Daerah

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah

untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan merata berdasarkan pancasila

dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menetapkan negara Indonesia adalah

negara kesatuan yang berbentuk republik maka pembangunan daerah sebagai

bagian internal dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip

otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan

kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah.

Untuk mendukung pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah itu maka

suatu daerah memerlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab

diperlukan kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber keuangan

sendiri. Hubungan pembiayaan pemerintah daerah perlu diketahui sumber

pendapatannya yang pasti agar terdapat kepastian mengenai pelaksanaan dan

kelangsungan kegiatan pemerintah daerah.

Menurut Hanif (2007:182-183) mengatakan bahwa sumber keuangan

daerah terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang

diperoleh dari penerimaan pajak, retribusi daerah, laba

perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang merupakan bagian

daerah yang berasal dari dana bagi hasil pajak bumi dan

bangunan.

Page 37: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

18

3. Pinjaman

Pinjaman merupakan pelengkap sumber-sumber penerimaan

daerah. Dana pinjaman digunakan untuk membiayai kegiatan-

kegiatan produktif seperti investasi baru dan peningkatan

sarana dan prasarana yang bisa menambah penerimaan daerah

dan memberi manfaat pada palayanan masyarakat.

4. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya Yang

Dipisahkan

Daerah yang memiliki kekayaan yang dipisahkan lalu

ditanamkan pada pihak ketiga (perusahaan/pemerintah) dalam

bentuk saham, obligasi atau lainnya.

5. Lain-lain: Hibah, Dana Darurat dan Penerimaan Lainnya

Hibah merupakan pemberian dari pihak ketiga tanpa ikatan

apapun. Dana darurat adalah dana yang bersifat mendesak,

mendesak maksudnya dana ini harus ada dalam waktu

singkat/secepatnya karena hendak dipakai untuk

menanggulangi kejadian, peristiwa atau keadaan luar biasa

seperti bencana alam dan lain-lain.

6. Dana pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan

7. Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk

menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar

yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

Sedangkan menurut Deddy (2004:173) mengatakan bahwa sumber-sumber

keuangan daerah terdiri dari:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu penerimaan yang

diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya

sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah

yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan

kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan

pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama

peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang

semakin baik. Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil

(DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus (DAK).

3. Dana Pinjaman Daerah merupakan pelengkap dari sumber-

sumber penerimaan daerah yang ada dan ditujukan untuk

membiayai pengadaan prasarana daerah atau harta tetap lain

yang berkaitan dengan kegiatan yang bersifat meningkatkan

penerimaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan

pinjaman.

Page 38: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

19

4. Lain-lain penerimaan yang sah, antara lain hibah, dana darurat

dan penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Hal senada di katakan oleh Halim (2014:101) bahwa sumber-sumber

keuangan daerah adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan

daerah yang berasal dari sumber ekonomi aasli daerah.

Kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat

jenis pendapatan, yaitu sebagai berikut:

a. Pajak daerah

b. Retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari

penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai

kebutuhan daerah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi

hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus

(DAK).

3. Pendapatan Transfer merupakan pendapatan daerah yang

diperoleh dari otoritas pemerintah di atasnya.

4. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah yang terdiri dari pendapatan

hibah, pendapatan dana darurat dan pendapatan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa sumber-

sumber keuangan daerah adalah Pendapatan Asli daerah (PAD), dana

perimbangan, dana pinjaman, hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang

dipisahkan, lain-lain hibah, dana darurat dan penerimaan lainnya dan dana

pelaksanaan dekosentrasi dan tugas pembantuan.

2.2.4 Hubungan Keuangan Pusat Dengan Daerah

Hubungan keuangan daerah atau dalam arti sempit sering disebut

perimbangan keuangan pusat dan daerah. Hubungan antara pemerintah pusat dan

daerah dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mengatur cara mencari sumber-

sumber pembiayaan daerah untuk menunjang kegiatan-kegiatan sektor publiknya.

Page 39: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

20

Hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah tampak dalam mekanisme

hubungan di bidang otonomi, dekonsentrasi, tugas pembantuan, susunan

organisasi, keuangan dan pengawasan.

Menurut Hanif (2007:121-122) mengatakan bahwa hubungan pemerintah

pusat dan daerah mencakup mekanisme yang berhubungan dengan:

1. Mekanisme di bidang tugas pembantuan

Tugas pembantuan adalah tugas melaksanakan peraturan

perungang-undangan tingkat lebih tinggi. Tugas pembantuan

hanya berhubungan dengan melaksanakan peraturan perundang-

undangan, tidak termasuk pertanggungjawaban. Cara

melaksanakan dan tanggungjawabnya tetap berada pada

pemerintah daerah yang bersangkutan.

2. Mekanisme di bidang pengawasan

Pengawasan sangat diperlukan agar kebebasan daerah akibat

otonomi tidak meluncur jauh sehingga terlepas dari negara

kesatuan. pengawasan terbagi dua yaitu pengawasan represif yang

artinya pengawasan pusat untuk menangguhkan, menunda dan

membatalkan peraturan perundang-undangan yang di buat daerah.

Pengawasan preventif adalah pengawasan yang bersifat

pencegahan agar peraturan daerah agar peraturan daerah yang

dibuat tidak boleh menyimpang dari koridor dan rambu-rambu

yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

3. Mekanisme di bidang susunan organisasi

Susunan organisasi pemerintah daerah terdiri atas dua susunan

yaitu susunan luar dan susunan dalam. Susunan luar adalah

susunan organisasi pemerintahnya seperti provinsi,

kabupatene/kota dan desa. Sedangkan susunan dalam adalah

susunan dalam organisasi pemerintahan khususnya alat-alat

kelengkapan pemerintah daerah seperti DPRD dan kepala desa.

4. Mekanisme di bidang keuangan

Sumber keuangan yang utama bagi pemerintah daerah adalah

pajak dan retribusi yang relevan.

Menurut Davey (2014:22) mengemukakan bahwa hubungan keuangan

pusat dan daerah dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan antara lain:

a. Pendekatan kapitalis

Berdasarkan pendekatan ini, hubungan antara pemerintah pusat

dan daerah dibidang keuangan. Pemerintah pusat mengadakan

investasi di daerah, berpatungan dengan pemerintah daerah.

Page 40: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

21

Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengelola

namun keuantungan yang diperoleh sebagian menjadi hak pusat

dan sebagian lagi menjadi hak daerah sesuai dengan besarnya

modal yang ditanam dan perimbangan manajemennya.

b. Pendekatan sumber pendapatan

Pendekatan ini didasarkan pada sebagian pendapatan dari sumber-

sumber pendapatan oleh pusat kepada daerah yang berupa

kewenangan daerah dalam mengelola sumber-sumber pendapatan

tertentu.

c. Pendekatan belanja

Pendekatan ini didasarkan pada kebutuhan pengeluaran biaya-

biaya untuk proyek atau untuk membiayai kegiatan rutin

pemerintah daerah.

d. Pendekatan komprehensif

Pendekatan ini didasarkan pada pemberian wewenang kepada

daerah untuk mengelola sumber-sumber pendapatan sendiri guna

membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah dan mencoba untuk

mempertemukan antara sumber-sumber pendapatan dan target

belanja.

Berdasarkan Undang-undang No.23 tahun 2014 pasal 1 ayat 8-11 tentang

pemerintahan daerah, ada 4 dasar sistem hubungan antara pusat dan daerah yaitu:

1. Desentralisasi yaitu penyerahan urusan pemerintahan oleh

pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asa

otonom.

2. Dekosentralisasi adalah pelimpahan sebagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat

kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, kepada

instansi vertikal di wilayah tertentu dan/kepada gubernur dan

bupati/wali kota sebagai penanggungjawaban urusan

pemerintah umum.

3. Instansi vertikal adalah perangkat kementrian dan/atau

lembaga pemerintah nonkementrian yang mengurus urusan

pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom

dalam wilayah tertentu dalam rangka dekonsentrasi.

4. Tugas pembantu adalah penugasan dari pemerintah pusat

kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat

atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah

kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi.

Page 41: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

22

2.2.5 Komponen-komponen Yang Membentuk Otonomi Daerah

Terbentuknya suatu daerah memiliki komponen yang harus dijalankan dan

dikembangkan. Menurut Kuncoro (2014:31) mengatakan bahwa ada beberapa

komponen yang membentuk otonomi daerah yaitu:

1. Kewenangan Otonomi Luas

Yang dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah

keleluasan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan

yang mencakup semua bidang politik luar negeri, pertahanan

keamanan, peradilan, moneter, fiskal dan agama serta

kewenangan di bidang lainnya di tetapkan dengan peraturan

perundang-undangan. Disamping itu keleluasan otonomi

mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam

penyelenggaraan mulai dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, pengendalian dan evaluasi.

2. Otonomi Nyata

Otonomi nyata adalah keleluasan daerah untuk

menyelenggarakan kewenangan pemerintah di bidang

tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh

hidup dan berkembang di daerah.

3. Otonomi Yang Bertanggungjawab

Otonomi yang bertanggungjawab adalah berupa perwujudan

pertanggungjawaban sebagai konsenkuensi sebagai

pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam

mencapai tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan dan

kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan

kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta

pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat dan daerah

serta antara daerah dalam rangka menjaga Keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan menurut Rasyid (2014:26), konsep dasar otonomi daerah yang

melandasi lahirnya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No.25 tahun 1999, dan

menjadi tonggak lahirnya otonomi daerah yaitu:

1. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan dalam

hubungan domestik pada daerah. Selain bidang keuangan dan

moneter, politik luar negeri, pertahanan keagamaan dan beberapa

bidang kebijakan pemerintahan yang bersifat strategis nasional,

semua bidang pemerintahan lain.

Page 42: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

23

2. Penguatan peran DPRD dalam pemilihan dan penetapan kepala

daerah. Kewenangan DPRD dalam menilai keberhasilan dan

kegagalan.

3. Kepemimpinan kepala daerah harus dipertegas. Pemberdayaan

dan penyaluran aspirasi masyarakat harus dilakukan.

4. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur

setempat demi menjamin tampilan kepemimpinan pemerintahan

yang berkualitas tinggi.

5. Peningkatan efektivitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif melalui

pembenahan organisasi dan institusi yang dimiliki agar lebih

sesuai dengan ruang lingkup kewenangan yang telah

didesentralisasikan.

6. Peningkatan efesiensi administrasi keuangan daerah serta

pengaturan yang jelas atas sumber-sumber pendapatan negara dan

daerah, pembagian Revenue dari sumber penerimaan yang terkait

dengan kekayaan alam, pajak, retribusi, tata cara serta syarat

untuk pinjaman dan obligasi daerah.

7. Perwujudan desentralisasi fiskal melalui pembesaran alokasi

subsidi dari pemerintah pusat, pengaturan pembagian sumber-

sumber pendapatan daerah, pemberian keleluasan kepada daerah

untukmenetapkan prioritas pembangunan, serta optimalisasi

upaya pemberdayaan masyarakat melalui lembaga swadaya

pembangunan yang ada.

8. Pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga dan nilai-nilai

lokal yang bersifat kondusif terhadap upaya memelihara harmonis

sosial dan solidaritas sosial sebagai satu bangsa.

Menurut Mardiasmo (2004:9-10) mengatakan bahwa dalam upaya

pemberdayaan pemerintah daerah, maka prespektif perubahan yang diinginkan

dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada

kepentingan publik (publik oriented). Hal ini tidak saja

terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk

kepentingan publik, tetapi juga terlihat pada besarnya

partisipasi masyarakat dalam perencanaan.

2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada

umumnya dan anggaran daerah pada khususnya.

3. Desentralisasi pengelolaan dan kejelasan peran para

partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti

DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah lainnya.

4. Kerangka hukum dan administrasi bagi pembiayaan, investasi

dan pengelolaan uang daerah berdasarkan kaidah mekanisme

pasar, value for money, transparansi dan akuntabilitas.

Page 43: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

24

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa komponen

terbentuknya otonomi daerah adalah dengan adanya kewenangan yang luas,

otonomi yang nyata dan bertanggungjawab sehingga dapat membentuk suatu

daerah yang berotonomi.

2.2.6 Prinsip-Prinsip Otonomi Daerah

Prinsip yang dimiliki otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang

seluas-luasnya, prinsip otonomi yang nyata, serta berprinsip otonomi yang

bertanggungjawab. Jadi, kewenangan otonomi yang diberikan terhadap daerah

adalah kewenangan otonomi luas, nyata dan juga bertanggungjawab.

Kuncoro (2014:6), perkembangan prinsip dan tingkatan otonomi

pemerintah daerah di Indonesia pada dasarnya dibedakan menjadi:

1. Rumah tangga secara materiil, dimana terdapat pembagian

kewenangan secara terperinci antara tugas pemerintah pusat

dan daerah.

2. Rumah tangga secara riil, suatu sistem rumah tangga yang

didasarkan pada keadaan, faktor, tindakan dan kebijakan

yang nyata, sehingga dapat harmonis antara tugas,

kemampuan dan kekuatan baik dalam daerah itu sendiri

maupun dengan pemerintah pusat.

3. Rumah tangga secara formal, dimana tidak terdapat

perbedaan dari sisi sifat dan urusan yang diselenggarakan

oleh pemerintah pusat dan daerah, sehingga perbedaan tugas

yang dilaksanakan dengan kesanggupan daerah yang

bersangkutan.

Prinsip-prinsip otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam UU No.22

tahun 1999 yang telah diubah menjadi Undang-undang No.32 tahun 2004 adalah:

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta

potensi dan keanekaragaman daerah.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas,

nyata dan bertanggungjawab.

Page 44: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

25

c. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada

daerah kabupaten dan daerah kota, sedangkan otonomi

provinsi merupakan otonomi yang terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi

negara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara

pemerintah pusat dan daerah serta antara daerah.

Dari semua penjelasan prinsip otonomi daerah diatas, penulis

menyimpulkan bahwa daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah

untuk memberikan pelayanan, meningkatkan peran serta, prakarsa dan

pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan otonomi yang

luas, nyata dan bertanggungjawab di daerah secara proporsional dan berkeadilan,

jauh dari praktik-praktik korupsi, kolusi, nepotisme serta adanya perimbangan

antara keuangan pemerintah pusat dan daerah.

2.2.7 Tujuan Penyelenggaraan Otonomi Daerah

Dalam mencapai kinerja yang baik, suatu otonomi daerah harus memiliki

berbagai tujuan agar menjadi dasar dalam memajukam suatu daerah. Tujuan

utama penyelenggaraan otonomi daerah menurut Mardiasmo (2012:28) adalah

untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah.

Pada dasarnya, terkandung tiga tujuan utama pelaksanaan otonomi daerah yaitu:

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan

masyarakat.

2. Menciptakan efesien dan evektivitas pengolaan sumber daya daerah, dan

3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi

dalam proses pembangunan.

Page 45: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

26

Selanjutnya Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah, pasal 2 ayat 3 disebutkan bahwa tujuan otonomi daerah adalah sebagai

berikut: pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan

otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan

pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan

umum dan daya saing daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut ada tiga tujuan

otonomi daerah yaitu: 1). Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, 2).

Pemberdayaan masyarakat atau adanya peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan daerah, 3). Upaya peningkatan daya saing.

Selain itu, Halim (2014:25) mengatakan bahwa tujuan otonomi daerah

terbagi dua kepentingan yaitu kepentingan pemerintah pusat dan kepentingan

pemerintah. Dari kepentingan pemerintah tujuan utamanya adalah pendidikan

politik, pelatihan kepemimpinan, menciptakan stabilitas politik dan perwujudan

demokrasi sistem pemerintah di daerah. Sedangkan dari kepentingan

pemerintahan daerah tujuannya yaitu: a). Membuka kesempatan bagi masyarakat

untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik lokal/daerah, b).

Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dan memperhatikan hak-hak

masyarakat, c). Untuk mewujudkan lokal responsivenes yang artinya

mempermudah antisipasi terhadap berbagai masalah yang muncul sekaligus

meningkatkan akselerasi pembangunan sosial.

Berdasarkan tujuan penyelenggaraan otonomi daerah diatas, penulis

menyimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah daerah otonomi

harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerahnya dengan

Page 46: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

27

meningkatkan sumber-sumber pendapatan dan dapat bersaing dengan daerah yang

lain dengan cara penyelenggaraan pembangunan daerah secara adil dan dapat

meningkatkan persaingan di era globalisasi.

2.2.8 Pengukuran Kemampuan Keuangan Daerah

Suatu daerah yang otonom, harus mempunyai kemampuan keuangan

dalam menyelenggarakan pemerintahan. Daerah yang telah mandiri ditandai

dengan berkurangnya ketergantungan keuangan terhadap pemerintah pusat.

Dengan demikian tujuan otonomi daerah bisa terlaksana sesuai dengan yang

diharapkan. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salahsatu

cara dalam meningkatkan kemampuan keuangan pemerintahan daerah dalam

membiayai belanja rutin dan pembangunan. Semakin besar kontribusi PAD

terhadap APBD maka semakin besar pula kemampuan daerah dalam

melaksanakan otonomi.

Menurut Halim (2018:27) mengatakan bahwa untuk mengukur kemampuan

keuangan daerah dalam menjalankan otonomi daerah dapat di ukur dengan

menggunakan beberapa kinerja, yaitu rasio kemandirian, rasio efektifitas, rasio

efesiensi, rasio pertumbuhan dan rasio keserasia/aktivitas.

Sedangkan menurut Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM (2018:28-29)

mengatakan bahwa pengukuran kinerja keuangan dapat di lihat dari:

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Tingkat kemandirian keuangan daerah adalah ukuran yang

menunjukkan pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat, yang di ukur dengan rasio PAD terhadap jumlah

bantuan pemerintah pusat dan pinjaman.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

R𝐾𝐾𝐷 =𝑃𝐴𝐷

𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 100%

Ket:

Page 47: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

28

RKKD = Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

PAD = Pendapatan Asli Daerah

2. Rasio Ketergantungan Daerah

Tingkat ketergantungan daerah adalah ukuran tingkat

kemampuan daerah dalam membiayai aktivitas pembangunan

daerah melalui kemampuan keuangan pemerintah daerah

dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan optimalisasi

PAD, yang di ukur dengan rasio antara PAD dengan total

penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Asli Daerah

(APBD) tanpa subsidi (dana perimbangan).

Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝑅𝐾𝐷 =𝑃𝐴𝐷

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑃𝐵𝐷 𝑇𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑆𝑢𝑏𝑠𝑖𝑑𝑖𝑥100%

Ket:

RKD = Rasio Ketergantungan daerah

PAD = Pendapatan Asli daerah

APBD = anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

3. Rasio Desentralisasi Fiskal

Rasio desentralisasi fiskal adalah ukuran yang menunjukkan

tingkat kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk

melaksanakan pembangunan. Tingkat desentralisasi ini

diukur dengan menggunakan rasio PAD terhadap total

pemerintah.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝑅𝐷𝐹 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ𝑥100%

4. Rasio Efektivitas

Rasio efektivitas adalah pengukuran tingkat efektivitas untuk

mengetahui berhasil tidaknya pencapaian tujuan anggaran

yang memerlukan data-data realisasi pendapatan dan target

pendapatan.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑥 100%

5. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menggambarkan bagaimana pemerintah

daerah mempriorotaskan alokasi dananya pada belanja rutin

dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi

persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti

persentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang

digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi

masyarakat cenderung semakin kecil.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Page 48: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

29

Rasio Belanja Rutin = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑃𝐵𝐷𝑥100%

Dan

RBP = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑃𝐵𝐷𝑥100%

Ket:

RBP = Rasio Belanja Pembangunan

APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

6. Rasio Pertumbuhan (growth ratio)

Rasio pertumbuhan merupakan mengukur seberapa besar

kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan

meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke

periode berikutnya. Untuk mengetahui pertumbuhan di

masing-masing komponen sumber pendapatan dan

pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi

mana yang perlu mendapat perhatian.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

RP PAD= 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷 𝑋𝑛−(𝑋𝑛−1)

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷 𝑋𝑛−1𝑥100%

𝑅𝑃𝐽𝑃 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑋𝑛 − (𝑋𝑛 − 1)

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑋𝑛 − 1𝑥100%

RPBR = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑋𝑛−(𝑋𝑛−1)

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑋𝑛−1𝑥100%

Ket:

RP PAD = Rasio Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

RPJP = Rasio Pertumbuhan Jumlah Pendapatan

RPBR = Rasio Pertumbuhan Belanja Rutin

Xn = Tahun yang dihitung

Xn-1 = Tahun sebelumnya

Kriteria yang digunakan sebagai pedoman dalam menentukan

kinerja keuangan adalah:

Tabel 2.1

Kriteria Penilaian Kemandirian, Ketergantungan dan Desentralisasi

Keuangan Daerah

Rasio

Keuangan

Daerah

Kemandirian Ketergantungan Desentralisasi

Fiskal

0,00-10,000 Sangat baik Sangat rendah Sangat kurang

10,01-20,00 Baik Rendah Kurang

20,01-30,00 Cukup Sedang Sedang

30,01-40,00 Sedang Cukup Cukup

40,01-50,00 Kurang Tinggi Baik

>50,00 Sangat kurang Sangat tinggi Sangat baik

Sumber: Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (1991)

Page 49: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

30

Sedangkan kriteria penilaian efektivitas pengelolaan keuangan

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kriteria Penilaian Evektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Rasio Kemandirian Keuangan

Daerah

Kemandirian Keuangan

Daerah

di atas 100% Sangat efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup efektif

Sumber: Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (1991)

Hal senada juga di ungkapkan oleh Nazir (2012:45-46) mengatakan bahwa

untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan daerah dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah adalah:

1. Rasio Kemandirian keuangan daerah

Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan

tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri

kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai

sumber pendapatan yang di perlukan daerah. Rasio

kemandirian ditunjukkan oleh besarnya pendapatan asli

daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal

dari sumber lain (pihak ekstern) antara lain: Bagi hasil pajak,

bagi hasil bukan pajak sumber daya alam, dana alokasi umum

dan dana alokasi khusus, dana darurat dan dana pinjaman.

Rumus yang digunakan adalah:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛

=𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ (𝑃𝐴𝐷)

𝑆𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑛

Tabel 2.3

Skala internal kemandirian keuangan daerah

No Kemandirian (%) Kemampuan Keuangan

1. 0%-25% Rendah sekali

2. 25%-50% Rendah

3. 50%-75% Sedang

4. 75%-100% Tinggi

Sumber: Nazir (2010:189)

Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan

daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio

kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan

daerah terhadap bantuan pihak eksternal semakin rendah dan

demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga

menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam

Page 50: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

31

pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian,

semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak

dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama

pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat

membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan

tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi. Jadi,

semakin tinggi rasio kemandirian, maka semakin tinggi pula

kemampuan keuangan daerah dalam mendukung otonomi

daerah.

2. Rasio Efektivitas

Pengertian efektifitas berhubungan dengan derajat

keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga

suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut

mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan

menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan

sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Rumus rasio efektivitas adalah sebagai berikut:

𝑅𝐸𝑃 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑥 100%

REP

= Rasio Efektivitas Pendapatan

Tabel 2.4

Skala Efektifitas Keuangan Daerah

Persentase Kriteria

>100% Sangat Efektif

100% Efektif

90%-99% Cukup Efektif

75%-89% Kurang Efektif

<75% Tidak Efektif

Sumber :Nazir (2010:189)

Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan

pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang

direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan

berdarkan potensi riil daerah. Semakin besar realisasi

penerimaan PAD dibanding target penerimaan PAD, maka

dapat semakin efektif, begitu pula sebaliknya.

3. Rasio Efisiensi

Rasio Efisiensi adalah rasio yang menggambarkan

perbandingan antara output dan input atau realisasi

pengeluaran dengan realisasi penerimaan daerah. Semakin

kecil rasio ini, maka semakin efisien, begitu pula

sebaliknya. Dalam hal ini dengan mengasumsikan bahwa

pengeluaran yang direncanakan. Pada sektor pelayanan

masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan

baik dan pengorbanan seminimal mungkin. Suatu

Page 51: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

32

kegiatan dikatakan telah dikerjakan secara efisien jika

pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai hasil

dengan biaya yang terendah atau dengan biaya minimal

diperoleh hasil yang diinginkan.

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini

adalah sebagai berikut:

𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖

=𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ𝑥 100%

Tabel 2.5

Skala Rasio Efesiensi Keuangan Daerah

Persentasi Kriteria

100% keatas Tidak Efesien

100% Efesien berimbang

Kurang dari

100%

Efesien

Sumber: Nazir (2010:190)

4. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Rasio derajat desentralisasi fiskal atau otonomi fiskal

daerah adalah kemampuan pemerintah daerah dalam rangka

meningkatkan pendapatan asli daerah guna membiayai

pembangunan. Derajat desentralisasi fiskal, khususnya

komponen PAD dibandingkan dengan total TPD.

Derajat desentralisasi fiskal dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐷𝐷𝐹 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑇𝑃𝐷𝑥100%

Keterangan :

DDF = Derajat Desentralisasi Fiskal

TPD = Total Pendapatan daerah

Tabel 2.6

Skala Interval Derajat Desentralisasi Fiskal

Persentase Kemampuan Keuangan daerah

0,00-10,00 Sangat kurang

10,01-20,00 Kurang

20,01-30,00 Cukup

30,01-40,00 Sedang

40,01-50,00 Baik

>50,00 Baik sekali

Sumber : Nazir (2010:190)

5. Rasio Indeks Kemampuan Rutin

Indeks kemampuan rutin ini digunakan untuk

mengetahui sejauh mana peranan PAD terhadap sisi

pengeluaran rutin daerah. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui seberapa jauh kondidi keuangan kabupaten atau

Page 52: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

33

kota dapat mendukung otonomi daerah. Belanja rutin ini

tidak termasuk belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, pe

ngeluaran tidak termasuk bagian lain dan pengeluaran tidak

tersangka.

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐼𝐾𝑅 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑡𝑖𝑛𝑥 100%

IKR = Indeks Kemampuan Rutin

Tabel 2.7

Skala interval indeks kemampuan rutin

% Kemampuan keuangan daerah

0,00-20,00 Sangat kurang

20,01-40,00 Kurang

40,01-60,00 Cukup

60,01-80,00 Baik

80,01-100 Sangat baik

Sumber : Nazir (2010:191)

Rasio indeks kemampuan rutin menggambarkan

besarnya kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai

pengeluaran rutin dalam melaksanakan kegiatan

pemerintahannya. Semakin tinggi indeks rasio kemampuan

rutin maka semakin tinggi pula kemampuan keuangan dalam

mendukung otonomi daerah. 6. Rasio Keserasian

Rasio keserasian ini menggambarkan bagaimana

pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada

belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.

Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk

belanja rutin berarti persentase belanja pembangunan yang

digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi

masyarakat cenderung semakin kecil.

Rumus rasio keserasian adalah:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑟𝑢𝑡𝑖𝑛

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐴𝑃𝐵𝐷

7. Rasio Pertumbuhan

Rasio ini menggambarkan seberapa besar kemampuan

pemerintah daerah dalam mempertahankan dan

meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode ke

periode lainnya. Apabila semakin tinggi PAD, TPD dan

belanja pembangunan diikuti dengan semakin rendahnya

belanja rutin maka pertumbuhannya positif, artinya bahwa

daerah yang bersangkutan telah mampu mempertahankan dan

meningkatkan pertumbuhannya dari periode ke periode.

Rumus rasio pertumbuhan adalah:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 (𝑟) =𝑝𝑛 − 𝑝𝑜

𝑝𝑜𝑥100%

Page 53: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

34

Ket:

Pn = Data yang dihitung pada tahun ke-n

Po = Data yang dihitung pada tahun ke-0

R = pertumbuhan

Berdasarkan uraian diatas, pengukuran kemampuan keuangan daerah

dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah maka peneliti menggunakan

rasio-rasio sebagai berikut: Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah, tingkat

Ketergantungan Daerah, tingkat Desentralisasi Fiskal, rasio Efektivitas, rasio

Aktivitas, rasio Pertumbuhan (growth ratio) dan rasio keserasian.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Halawa (2014) dalam penelitian yang berjudul:

Analisis perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Nias Selatan periode 2008-2012.

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perkembangan kemampuan keuangan di Kabupaten Nias Selatan tahun 2008-

2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil dari

penelitian yang dilakukan yaitu Rasio kemandirian rendah sekali yaitu berada

pada kisaran 2,30%-4,92% dengan rata-rata 3,39%, rasio derajat desentralisasi

fiskal sangat kurang yaitu berada diantara 0,00%-10,00%, rasio indeks

kemampuan rutin berskala sangat kurang, yaitu berada pada kisaran 1,95%-4,80%

dengan rata-rata 3,09% masih berada diantara 0,00%-20,00%. Dengan melihat

hasil analisis tersebut, perkembangan kemampuan keuangan Kabupaten Nias

Selatan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di anggap masih kurang. Maka

untuk itu di perlukan upaya untuk peningkatan PAD secara ekstensifikasi yaitu

pemerintah daerah harus dapat mengidentifikasi potensi daerah sehingga peluang-

Page 54: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

35

peluang baru untuk sumber penerimaan daerah dapat di cari sehingga

ketergantungan keuangan daerah kepada pemerintah pusat dapat dikurangi

melalui intensifikasi PAD dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

Penelitian yang dilakukan oleh Fau (2012) dalam penelitian yang berjudul

“Kemampuan keuangan daerah dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah di

Kabupaten Nias Selatan”. Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk

mengetahui rasio kemandirian keuangan daerah dan rasio kemampuan daerah

dalam membiayai pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Nias Selatan.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode komparatif, dengan

menggunakan beberapa rasio kemandirian keuangan daerah, rasio PAD terhadap

APBD, rasio bagi hasil pajak dan bukan pajak terhadap APBD dan rasio DAU dan

DAK terhadap APBD. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu rasio

kemandirian keuangan daerah Kabupaten Nias Selatan selama tiga tahun terakhir

rata-rata sebesar 4,65% tergolong rendah sekali sedangkan kemampuan daerah

dalam membiayai otonomi daerah juga sangat rendah ditandai dengan rasio PAD

terhadap APBD selama tiga tahun terakhir rata-rata sebesar 4%. Hal ini

membuktikan bahwa pemerintah Kabupaten Nias Selatan belum mampu

mengoptimalkan PADnya dan sumber-sumber keuangannya dalam pelaksanaan

otonomi daerah.

Penelitian yang berkaitan dengan kinerja keuangan daerah dilakukan

oleh Gaurifa (2012) dengan judul “Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

terhadap pelaksanaan otonomi daerah kota Gunungsitoli T.a. 2010-2011. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana daerah dapat menggali

Page 55: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

36

sumber-sumber keuangan sendiri guna membiayai kebutuhan keuangan daerah

tanpa harus menggantungkan diri pada bantuan dan subsidi dari pemerintah pusat.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Berdasarkan

hasil penelitian, disimpulkan bahwa besarnya hasil kemampuan perhitungan rasio

kemandirian keuangan daerah pada tahun 2010 sebesar 1,74% termasuk kategori

cukup dan pada tahun 2011 diperoleh sebesar 1,28% termasuk kategori sangat

kurang. Berdasrkan hasil perhitungan rasio kemampuan rutin diperoleh rasio

kemampuan rutin tahun 2010 sebesar 4,756% dan pada tahun 2011 sebesar

2,125% yang berarti proporsi PAD denganpengeluaran rutin termasuk dalam skala

0,00%-1,00% termasuk kategori sangat kurang.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Zebua (2014) dengan judul “

analisis kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi

daerah Kabupaten Nias Selatan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat perkembangan kemampuan keuangan Kabupaten Nias Selatan dalam

rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan kontribusi Pendapatan Asli

Daerah terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten Nias Selatan.

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan

beberapa rasio keuangan. Hasil penelitian, rasio kemandirian keuangan yang

diperoleh hasil yang berada pada pola instruktif (sangat rendah). Rasio derajat

desentralisasi fiskal dan rasio indeks kemampuan rutin yang menunjukkan

kemampuan keuangan daerah masih kurang, yaitu 4,36% dan 6,14%. Pada rasio

keserasian, pengeluaran belanja rutin lebih besar di bandingkan dengan belanja

pembangunan. Rasio pertumbuhan, secara keseluruhan mengalami pertumbuhan

Page 56: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

37

yang negatif, karena peningkatan PAD dan total pendapatan daerah tidak di ikuti

oleh pertumbuhan belanja pembangunan, tetapi diikuti oleh belanja rutin. Dengan

melihat hasil analisis tersebut, perkembangan kemampuan keuangan Kabupaten

Nias Selatan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dianggap masih kurang.

Penelitian yang dilakukan oleh Ana (2012) dengan judul “analisis

kemampuan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah di kota

Surakarta”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan

keuangan daerah di Kota Surakarta beserta tingkat kemandiriannya. Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

deskriptif dan kuantitatif. Adapun alat analisisnya adalah DDF, DOF,

Kapasitas Fiskal, Kebutuhan Fiskal, Upaya/Posisi Fiskal, Rasio Efektivitas PAD,

Indikator Kinerja Pajak dan Retribusi Daerah serta Rasio Kemandirian

Daerah. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari instansi

pemerintah terkait, yakni mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) dalam kurun waktu 2003-2008. Hasil analisis deskriptif menunjukkan

bahwa dari tahun 2003-2008 pendapatan Kota Surakarta terus meningkat,

tetapi peningkatan ini juga disertai dengan peningkatan jumlah belanja

daerah (kecuali pada tahun 2004) sehingga pada akhirnya pada tahun 2008

terjadi defisit anggaran. Ini disebabkan karena persentase peningkatan belanja

lebih besar daripada prosentase peningkatan pendapatan daerah. Adapun jika

dilihat dari hasil analisis kuantitatifnya, dapat disimpulkan bahwa Kota

Surakarta belum mampu secara keuangan dalam membiayai sendiri kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan di daerahnya. Ini terlihat dari masih rendahnya

Page 57: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

38

proporsi PAD terhadap TPD dari tahun 2003-2008, dengan rerata sebesar

15,56%. Perhitungan rasio kemandirian Kota Surakarta menunjukkan hasil

rerata sebesar 20,52%. Hal tersebut menggambarkan bahwa Kota Surakarta

memiliki pola hubungan instruktif, dimana ketergantungan keuangan terhadap

pemerintah pusat masih sangat tinggi.

2.4 Kerangka Berpikir

Dalam deskripsi teori antara lain dijelaskan bahwa setiap Kabupaten

dalam melakukan kegiatan apapun pasti membutuhkan dana, dana tersebut

digunakan untuk membiayai kegiatan di kabupaten tersebut. Dana yang

diperlukan itu bersumber dari internal dan eksternal kabupaten. Untuk mengukur

tingkatan tersebut maka digunakan rasio-rasio yang mendukung dalam

mengetahui tingkat efesiennya suatu daerah. Untuk melengkapi data diatas, dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 58: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

39

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Sumber : Olahan sendiri, 2018

Kabupaten Nias Barat

1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

2. Rasio Ketergantungan

Keuangan Daerah

3. Rasio Desentralisasi

Fiskal

4. Rasio Efektivitas

5. Rasio aktivitas

6. Rasio Pertumbuhan

7. Rasio Keserasian

Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah (LKPD)

a. LRA (Laporan Realisasi

Anggaran)

b. Neraca

Otonomi Daerah

Page 59: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif yang merupakan suatu penelitian yang bertujuan

untuk mengumpulkan data, dimana data yang telah dikumpulkan kemudian

disajikan kembali dengan disertai analisis sehingga dapat memberikan gambaran

tentang objek penelitian dengan jelas. Data yang digunakan diperoleh dari data

sekunder berupa laporan keuangan tahunan Kabupaten Nias Barat tahun 2012-

2016.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah Badan Pengelolaan

Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKP AD) kabupaten Nias Barat di Jl.

Onolimbu kabupaten Nias Barat. Adapun alasan peneliti meneliti di tempat ini

adalah disana terdapat beberapa masalah yang berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti dan data laporan keuangan di ketahui bahwa Kabupaten

Nias Barat masih belum mampu menggali sumber-sumber keuangan daerahnya

sendiri atau Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga masih bergantung pada dana

perimbangan dari pemerintahan pusat, adanya ketidakmampuan daerah kabupaten

Nias Barat dalam merealisasikan anggaran yang telah di tetapkan. Dengan alasan

ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana perkembangan keuangan daerah dalam

mendukung pelaksanaan otonomi daerah di kabupatem Nias barat.

Page 60: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

41

Adapun waktu yang digunakan peneliti ketika melakukan observasi awal

yaitu selama 4 (empat) hari berturut-turut dan waktunya kurang lebih 5 (lima) jam

setiap melakukan observasi. Sedangkan pada saat meneliti, waktu yang digunakan

peneliti yaitu selama 2 (dua) minggu. Dimana setiap 1 (satu) minggu peneliti

meneliti selama 4 hari dan waktunya kurang lebih 2 (dua) jam.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kantor Badan

Pengelolaan Keuangan Pendapatan dan Aset Daerah (BPKP AD) Kabupaten Nias

Barat. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah laporan

keuangan Kabupaten Nias Barat tahun 2012-2016 khususnya Laporan Realisasi

Anggaran (LRA).

3.4 Data Penelitian

3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder, data yang penulis kumpulkan dari laporan keuangan khususnya Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) dan neraca di Kabupaten Nias Barat tahun 2012-2016.

Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitan ini adalah ikhtisar laporan

keuangan tahunan selama periode 2012-2016.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data pendukung yang tertulis dalam

laporan keuangan khususnya Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan neraca yang

diperoleh dari kantor Kabupaten kantor Badan Pengelolaan Keuangan

Pendapatan dan Aset Daerah (BPKP AD) Kabupaten Nias Barat tahun 2012-2016.

Page 61: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

42

Serta pengumpulan data yang dilakukan dari berbagai literatur berupa jurnal dan

buku-buku referensi yang relevan dan berkaitan dengan masalah yang dibahas.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

rasio. Rasio adalah suatu alat yang digunakan untuk membandingkan keuangan

pada suatu daerah. Pada penelitian ini, peneliti memakai 6 jenis rasio yaitu:

1. Rasio Kemandirian keuangan daerah

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kemandirian yaitu:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑚𝑎𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖𝑎𝑛 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ (𝑃𝐴𝐷)

𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 100%

Untuk mengukur tingkat kemandirian suatu daerah dapat dilihat pada

Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1

Kriteria penilaian kemandirian daerah

Rasio keuangan daerah Kemandirian

0,00-10,000 Sangat baik

10,01-20,00 Baik

20,01-30,00 Cukup

30,01-40,00 Sedang

40,01-50,00 Kurang

>50,00 Sangat kurang

Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (1991)

2. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝑅𝐾𝐷 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑃𝐵𝐷 𝑇𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑆𝑢𝑏𝑠𝑖𝑑𝑖𝑥100%

Ket:

RKD = Rasio Ketergantungan daerah

Page 62: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

43

APBD = anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tabel 3.2

Kriteria penilaian ketergantungan

Rasio Keuangan Daerah Ketergantungan

0,00-10,000 Sangat rendah

10,01-20,00 Rendah

20,01-30,00 Sedang

30,01-40,00 Cukup

40,01-50,00 Tinggi

>50,00 Sangat tinggi

Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (1991)

3. Rasio Tingkat Desentralisasi Fiskal

Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝑅𝐷𝐹 =𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑠𝑙𝑖 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ𝑥100%

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Desentralisasi Fiskal

Rasio Keuangan Daerah Desentralisasi Fiskal

0,00-10,000 Sangat kurang

10,01-20,00 Kurang

20,01-30,00 Sedang

30,01-40,00 Cukup

40,01-50,00 Baik

>50,00 Sangat baik

Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (1991)

4. Rasio Efektivitas

Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑥 100%

Page 63: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

44

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Efektivitas pengelolaan keuangan daerah

Rasio Keuangan Daerah Kemandirian Keuangan

Daerah

Di atas 100% Sangat efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup efektif

Sumber : Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM (1991)

5. Rasio Aktivitas

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Rasio Belanja Rutin = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑃𝐵𝐷𝑥100%

Dan

Rasio Belanja Pembangunan = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑃𝐵𝐷𝑥100%

Ket:

APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

6. Rasio Pertumbuhan (growth ratio)

Rumusnya adalah sebagai berikut:

RP PAD= 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷 𝑋𝑛−(𝑋𝑛−1)

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑃𝐴𝐷 𝑋𝑛−1𝑥100%

𝑅𝑃𝐽𝑃 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑋𝑛 − (𝑋𝑛 − 1)

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑋𝑛 − 1𝑥100%

RPBR = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑋𝑛−(𝑋𝑛−1)

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑅𝑢𝑡𝑖𝑛 𝑋𝑛−1𝑥100%

Ket:

RP PAD = Rasio Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

RPJP = Rasio Pertumbuhan Jumlah Pendapatan

Page 64: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

45

RPBR = Rasio Pertumbuhan Belanja Rutin

Xn = Tahun yang dihitung

Xn-1 = Tahun sebelumnya

7. Rasio Keserasian

Rumusnya adalah sebagai berikut

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑎𝑛 =𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑟𝑢𝑡𝑖𝑛

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐴𝑃𝐵𝐷

Page 65: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kabupaten Nias Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara, Indonesia. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri

Indonesia, Mardiyanto, pada tanggal 26 Mei 2009, sebagai salah satu hasil

pemekaran dari Kabupaten Nias. Kabupaten ini terdiri dari 8 kecamatan dan 105

desa, luas Kabupaten Nias Barat adalah 544,09 km2, banyaknya penduduk

127.120 jiwa. Kabupaten Nias Barat telah berdiri selama 9 tahun.

Kabupaten Nias Barat telah di pimpin oleh bupati Adrianus Aroziduhu

Gulo,SH.,MH dengan wakil bupati Hermit Hia, S.Ip dengan periode 13 April

2011-13 April 2016 dan bupati Faduhusi Daeli, S.Pd dengan wakil bupati

Khenoki Waruwu dengan periode 22 April-sekarang.

Adapun visi kabupaten Nias Barat adalah adalah “NIAS BARAT YANG

BERDAYA” DENGAN MOTTO HASAMBUA dan Misinya adalah sebagai

berikut:

1. Memperkuat tata kelola keperintahan yang baik dan bersih.

2. Meningkatkan layanan infrastruktur dasar dan strategis.

3. Meningkatkan aksesbilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan.

4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada sumber

daya alam dan kelestarian lingkungan hidup

5. Meningkatkan kualitas iman, melestarikan nilai budaya dan peningkatan

pembinaan pemuda dan olahraga.

Page 66: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

47

Struktur organisasi Badan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (BPKAD)

adalah sebagai berikut:

Kepala Badan : Siado Zai, S.E.,MM

Sekretaris : Hadison Lase, S.SI

Sub Bagian Umum : Septianus Lase, S.Kom

Sub Bagian program : Rukun Sanarima Hia, S.Sos.,MM

Sub Bagian keuangan : Heldawati yanti Halawa, A.Md

4.2 Deskriptif Data Variabel Penelitian

Berdasarkan penelitian, data variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah laporan keuangan pada BPKAD Kabupaten Nias Selatan selama 5 (lima)

tahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 yang terdiri dari laporan

khususnya LRA (Laporan Realisasi Anggaran) dan neraca Kabupaten Nias Barat.

Untuk menganalisis perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam

mendukung pelaksanaan otonomi daerah, maka Penulis menggunakan rasio

kemandirian keuangan daerah, dimana rasio ini bertujuan untuk mengetahui

tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai kegiatan pemerintahannya

sendiri, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Rasio ketergantungan

keuangan daerah, dimana rasio ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kemampuan daerah dalam membiayai aktivitas pembangunan daerah.. Rasio

desentralisasi derajat fiskal, dimana rasio ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat

kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah

untuk melaksanakan pembangunan. Rasio efektivitas, dimana rasio ini bertujuan

untuk mengetahui berhasil tidaknya pencapaian tujuan anggaran yang

Page 67: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

48

memerlukan data-data realisasi pendapatan dan target pendapatan. Rasio aktivitas,

dimana rasio ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pemerintah daerah

memprioritasikan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan

secara optimal. Rasio pertumbuhan, dimana rasio ini bertujuan untuk mengukur

seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan

meningkatkan keberhasilan yang telah di capai dari periode ke periode berikutnya.

Dan terakhir adalah rasio keserasian, dimana rasio ini bertujuan untuk

menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya

pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.

Untuk menganalisis rasio-rasio tersebut di atas, maka dibutuhkan data

berupa laporan keuangan daerah kabupaten nias barat khususnya Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) dan neraca. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah

laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan,belanja, transfer,

surplus/defisit, pembiayaan dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang

masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Neraca

adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan

(aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan tertentu. Dengan kata lain, suatu

laporan keuangan yang menggambarkan keadaan atau jumlah kekayaan,

kewajiban dan modal yang dimiliki pada suatu periode tertentu. Laporan Realisasi

Anggaran (LRA) secara garis besar dan berdasarkan nilai-nilai tiap komponen

yang telah ditotalkan setiap tahun. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Kabupaten

Nias Barat dari tahun 2012-2016 dapat dilihat pada LRA seperti diuraikan pada

Tabel 4.1 di bawah ini.

Page 68: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

49

Tabel 4.1

Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Uraian Periode

2012 2013 2014 2015 2016

PAD 5.460.766.342 7.223.690.778 10.298.057.732 14.492.750.129 15.616.742.531

Hasil Pajak Daerah 1.062.979.069 1.540.949.293 2.025.674.764 3.345.011.166 4.731.234.652

Hasil Retribusi Daerah 505.258.448 491.911.554 469.326.346 617.293.662 544.987.985

Lain-lain PAD yang sah 3.892.528.825 5.190.829.931 7.803.056.621 10.530.445.301 10.340.519.894

Pendapatan Transfer 315.686.461.129 316.259.867.187 359.717.746.732 414.673.924.321 419.656.466.541

Bagi Hasil Pajak/Bagi

Hasil Bukan Pajak

305.295.471.385 303.731.606.187 338.860.301.831 382.494.289.563 419.656.466.541

Dana Bagi Hasil Pajak 13.679.975.385 9.931.903.187 9.800.939.831 7.549.762.350 12.024.052.868

Dana Alokasi Umum 227.860.916.000 251.631.634.000 279.674.672.000 301.537.799.000 346.451.709.000

Dana Alokasi Khusus 63.754.580.000 42.168.069.000 49.384.690.000 71.201.600.000 61.180.704.673

Transfer dari pemerintah

pusat-lainnya

8.018.367.000 11.556.367.000 18.380.764.000 20.543.024.000 0

Transfer Pem. Provinsi 0 971.894.000 2.476.680.901 11.636.610.758 0

Lain-Lain Pendapatan

Yang Sah

2.093.788.000 2.793.527.499 3.088.668.791 36.785.123.464 99.464.789.538

Pendapatan Hibah 0 0 0 7.383.287.000 1.960.590.000

Dana Bagi Hasil Pajak

dari Provinsi

2.093.788.000 0 0 18.792.185.461

Dana penyesuaian dan

Otonomi Khusus

0 66.859.884.000

Pendapatan Lainnya 0 2.793.527.499 3.088.668.791 29.401.836.464 11.852.130.077

Jumlah Pendapatan 323.241.015.471 326.277.085.464 373.104.473.255 465.951.797.914 534.737.998.610

Belanja Operasi 168.162.507.009 197.203.616.938 217.450.429.012 262.841.228.573 405.367.011.856

Belanja Pegawai 101.743.068.564 115.918.975.099 127.560.278.248 151.281.831.755 186.824.791.617

Belanja Barang dan Jasa 56.022.559.238 67.224.229.713 71.328.106.987 88.314.948.418 124.780.788.255

Belanja Hibah 846.000.000 950.000.000 621.770.000 21.555.098.400 1.494.600.000

Belanja Bantuan Sosial 1.067.000.000 5.877.533.500 10.682.871.459 1.689.350.000 1.152.000.000

Belanja Ban. Keuangan 8.483.879.207 7.232.878.626 7.257.402.318 0 91.114.831.984

Belanja Modal 106.213.800.934 161.067.997.352 153.329.905.708 186.499.821.897 156.180.257.609

Tanah 0 0 0 0 0

Peralatan Dan Mesin 0 17.670.847.977 21.896.813.445 19.637.600.508 0

Gedung dan Bangunan 0 66.284.170.142 53.458.194.879 57.594.748.362

Jalan, Irigasi Dan

Jaringan

0 76.244.140.933 76.427.967.774 108.745.190.775

Aset Tetap Lainnya 106.213.800.934 868.838.300 1.546.929.610 522.282.252 156.180.257.609

Belanja Tak Terduga 1.064.923.800 371.516.000 29.559.000 610.210.000 1.537.646.000

Belanja Tak Terduga 1.064.923.800 371.516.000 29.559.000 610.210.000 1.537.646.000

Jumlah Belanja 275.441.231.743 358.643.130.290 370.809.893.720 449.951.260.470 563.084.915.465

Sumber: BPKAD Kabupaten Nias Barat Tahun 2012-2016

Neraca secara garis besar menggambarkan posisi keuangan suatu entitas

pemerintah daerah yang meliputi aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tahun

tertentu. Neraca Kabupaten Nias Barat dari tahun 2012-2016 dapat dilihat seperti

diuraikan pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Page 69: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

50

Tabel 4.2

Neraca

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

URAIAN PERIODE

2012 2013 2014 2015 2016

Aset 368.095.536.380 521.720.756.955 609.530.291.372 649.590.088.448 794.261.576.021

Aset Lancar 96.963.653.019 80.160.559.489 74.284.801.950 53.383.393.585 27.162.985.692

Kas dan Setara

Kas

89.003.655.926 57.092.216.807 59.203.903.973 40.950.868.952 12.786.625.715

Piutang

Pendapatan

3.118.318.492 0 4.589.016.738 10.287.695.868 11.923.258.586

Piutang lain 0 19.618.178.811 9.243.712.921 261.673.211 261.673.211

Pengisihan

Piutang

0 0 0 (228.611.114) (330.371.031)

Persediaan 4.841.678.601 3.450.163.871 1.248.168.318 2.111.766.668 2.521.799.210

Aset Tetap 271.131.883.376 441.560.197.466 535.082.197.441 596.148.412.888 759.254.331.599

Tanah 19.882.500 19.882.500 17.926.863.093 18.410.859.616 24.245.780.086

Peralatan dan

mesin

47.624.322.763 65.939.938.383 80.179.564.059 86.266.254.703 90.026.085.357

Gedung dan

bangunan

77.283.353.040 137.463.709.388 122.015.176.212 176.476.867.286 236.790.297.360

Jalan, Jaringan,

irigasi dan

Instalasi

128.714.580.493 193.261.738.682 252.321.560.964 338.364.096.865 451.453.277.635

Aset Tetap

lainnya

11.510.971.451 13.028.482.951 5.017.840.351 40.930.626.306 41.806.504.851

Konstruksi

Dalam

Pengerjaan

5.978.773.127 31.846.445.560 57.621.192.760 88.711.636.812 115.989.921.495

Akumulasi

Penyusutan

0 0 0 (153.159.531.707) (201.057.535.185)

Aset lainnya 0 0 163.291.980 58.281.980 5.844.258.729

Tagihan

Tuntunan Gaji

Kerugian Daerah

0 0 163.291.980 58.281.980 5.844.258.729

Kewajiban 336.617.988 9.845.603.449 5.684.577.718 5.816.657.895 61.704.571.431

Kewajiban jangka

Pendek

336.617.988 9.845.603.449 5.684.577.718 5.816.657.895 61.704.571.431

Utang

Perhitungan

Pihak Ketiga

7.143.200 719.684.513 482.252.299 5.090.156.605 5.046.541.880

Utang PTK 329.474.788 9.125.918.936 5.202.325.419 726.501.290 46.063.549.586

Utang Jangka

Pendek Lainnya

0 0 0 0 10.594.479.965

Ekuitas Dana 367.758.918.407 511.875.153.506 603.845.713.654 648.360.253.932 732.557.004.590

Ekuitas Dana

Lancar

96.627.035.031 70.314956.040 68.600.224.232 44.978.194.662 0

Ekuitas Dana

Investasi

271.131.883.376 441.560.197.466 535.245.489.421 603.382.059.269 0

Kewajiban

+Ekuitas Dana

368.095.536.395 521.720.756.955 609.539.230.372 665.410.419.840 794.261.576.021

Sumber : BPK AD Kabupaten Nias Barat Tahun 2012-2016

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menyajikan bahwa selama 5 (lima) periode

dari tahun 2012-2016 tingkat pendapatan daerah mengalami peningkatan, total

Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2012 Rp.5.460.766.342, total dana

Page 70: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

51

perimbangan Rp.315.686.461.129, dan lain-lain pendapatan yang sah Rp.

2.093.788.000 sehingga total pendapatan daerah sebesar Rp.323.241.015.471.

Pada tahun 2013 total Pendapatan Asli Daerah Rp. 7.223.690.778, total dana

perimbangan Rp.316.259.867.187, dan lain-lain pendapatan yang sah Rp.

2.793.527.499 sehingga total pendapatan daerah sebesar Rp. 326.277.085.464.

Pada tahun 2014 total Pendapatan Asli Daerah Rp. 10.298.057.737, total dana

perimbangan Rp. 359.717.746.732, dan lain-lain pendapatan yang sah Rp.

3.088.668.791 sehingga total pendapatan daerah sebesar Rp 373.104.473.255.

Pada tahun 2015 total Pendapatan Asli Daerah Rp. 14.492.750.129, total dana

perimbangan Rp.414.673.924.321, dan lain-lain pendapatan yang sah Rp.

36.785.123.464 sehingga total pendapatan daerah sebesar Rp.465.951.797.914

dan pada tahun 2016 total Pendapatan Asli Daerah Rp. 15.616.742.531, total dana

perimbangan Rp. 419.656.466.541 dan lain-lain pendapatan yang sah Rp.

99.464.789.538 sehingga total pendapatn daerah sebesar Rp. 534.737.998.610. Ini

menunjukkan bahwa dari tahun 2012-2016 pendapatan daerah terus mengalami

peningkatan.

Pada posisi belanja periode selama 5 (lima) tahun yakni dari tahun 2012-

2016, pada tahun 2012 belanja operasi Rp.168.162.507.009, belanja modal

Rp.106.213.800.934 dan belanja tak terduga Rp.1.064.923.800 sehingga total

belanja 275.441.231.743. Pada tahun 2013 belanja operasi Rp.197.203.616.938,

belanja modal Rp.161.067.997.352 dan belanja tak terduga Rp. 371.516.000

sehingga total belanja Rp.358.643.130.290. Pada tahun 2014 belanja operasi

Rp.217.450.429.012, belanja modal Rp. 153.329.905.708 dan belanja tak terduga

Page 71: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

52

Rp. 29.559.000 sehingga total belanja Rp.370.809.893.720. Pada tahun 2015

belanja operasi Rp. 262.841.228.573, belanja modal Rp.186.499.821.897 dan

belanja tak terduga Rp.610.210.000 sehingga total belanja Rp.449.951.260.470

dan pada tahun 2016 belanja Rp.405.367.011.856, belanja modal

Rp.156.180.257.609 sehingga total belanja Rp.563.084.915.465. Ini menunjukkan

bahwa belanja dari tahun 2012-2013 mengalami penurunan dan pada tahun 2014-

2016 total belanja mengalami peningkatan.

4.3 Analisis Dan Pembahasan

4.3.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Nias Barat

merupakan tingkat kemampuan Kabupaten Nias Barat dalam membiayai sendiri

kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah

membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang di perlukan

daerah. Berikut ini rasio kemandirian keuangan daerah kabupaten Nias Barat.

Tabel 4.3

Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Tahun PAD Dana

Perimbangan

Rasio

(%) Kemandirian

2012 5.460.766.342 315.686.461.129 1,73% Sangat Baik

2013 7.223.690.778 316.259.867.187 2,28% Sangat Baik

2014 10.298.057.732 359.717.746.732 2,86% Sangat Baik

2015 14.492.750.129 414.673.924.321 3,49% Sangat Baik

2016 15.616.742.531 419.656.466.541 3,71% Sangat Baik

Rata-rata 10.618.401.505 365.198.893.182 2,81% Sangat Baik

Sumber: Olahan Penulis 2018

Analisis rasio kemandirian keuangan daerah dapat dilihat dari Grafik 4.1

Page 72: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

53

Grafik 4.1

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Sumber: Olahan Sendiri Melalui Ms. Exel 2018

Kemandirian keuangan daerah Kabupaten Nias Barat dalam

menggali Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap tahunnya selama 5 (lima) tahun

bila dilihat dari rasio kemandirian keuangan daerah pada Tabel 4.3 dan Grafik 4.1

dari tahun 2012-2016 adalah sebesar 14,07% atau dengan rata-rata 2,81%

menunjukkan bahwa keadaan keuangan daerah Kabupaten Nias Barat tergolong

dalam kriteria sangat baik. Dimana, Pada tahun 2012 tingkat kemandirian

mencapai 1,73%, pada tahun 2013 tingkat kemandirian mencapai 2,28%, pada

tahun 2014 tingkat kemandirian mencapai 2,86%, pada tahun 2015 tingkat

kemandirian mencapai 3,49%, dan pada tahun 2016 tingkat kemandirian

mencapai 3,71%. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Nias Barat selama

periode tahun anggaran 2012-2016 dalam menggali sumber-sumber pendapatan

asli daerahnya sudah sangat baik. Seperti halnya yang dikatakan Tim litbang

depdagri-fisipol UGM (1991) mengatakan bahwa jika tingkat kemandirian

keuangan suatu daerah berada di antara 0,00-10,000% maka dikatakan sangat

1,73

2,28

2,86

3,493,71

0

1

2

3

4

2012 2013 2014 2015 2016

Nilai Rasio

Page 73: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

54

baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemandirian keuangan daerah dilihat dari

kriterianya sangat baik maka perkembangan kemampuan keuangan daerah

Kabupaten Nias Barat dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah dari tahun

2012-2016 jika di ukur dari rasio kemandirian keuangan daerah dapat dikatakan

sangat baik atau dalam arti sudah mampu. Walaupun pada hakikatnya Kabupaten

Nias Barat masih mengharapkan dana tranfer dari pusat karena dana PAD masih

belum mampu dalam membiayai seluruh biaya-biaya yang telah di anggarkan

pada tahun berkenaan.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah daerah harus terus menggali

potensi yang sudah ada maupun mencari pendapatan baru melalui program

kerjasama pembiayaan dengan pihak swasta dan melalui program yang telah

menjadi prioritas daerah yaitu dibidang pengembangan agribisnis, pariwisata,

perdagangan dan pertambangan, sehingga dengan adanya program prioritas ini

diharapkan dapat meningkatkan PAD. Hal ini memerlukan kreatifitas dari aparat

pelaksana keuangan daerah untuk mencari sumber-sumber pembiayaan dalam

program peningkatan PAD.

4.3.2 Rasio Ketergantungan Daerah

Rasio Ketergantungan Daerah Kabupaten Nias Barat merupakan tingkat

kemampuan daerah dalam membiayai aktivitas pembangunan daerah melalui

kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan

pemerintahan optimalisasi PAD tanpa subsidi. Berikut ini rasio ketergantungan

daerah Kabupaten Nias Barat.

Page 74: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

55

Tabel 4.4

Rasio Ketergantungan Daerah

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Tahun PAD APBD tanpa Subsidi

Rasio (%) Ketergantungan

2012 5.460.766.342 7.554.554.342 72,27% Sangat Tinggi

2013 7.223.690.778 9.559.694.778 75,55% Sangat Tinggi

2014 10.298.057.732 13.386.726.523 76,91% Sangat Tinggi

2015 14.492.750.129 51.277.873.593 28,25% Sedang

2016 15.616.742.531 115.081.532.069 13,57% Rendah

Rata-rata 10.618.401.502 39.372.076.261 53,31% Sangat Tinggi

Sumber: Olahan Penulis (2018)

Analisis rasio ketergantungan daerah dapat dilihat pada Grafik 4.2

Grafik 4.2

Rasio Ketergantungan Daerah

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Sumber: Olahan Sendiri Melalui MS. Exel 2018

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

20122013

20142015

2016

72,27%75,55% 76,91%

28,25%

13,57%

Nilai Rasio

Page 75: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

56

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.4 dan Grafik 4.2 di atas, dapat dilihat

bahwa tingkat ketergantungan keuangan daerah Kabupaten Nias Barat selama

periode tahun anggaran 2012-2016 adalah sebesar 266,55% dengan rata-rata

53,31%. Ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan daerah Kabupaten Nias

Barat dalam menggunakan dalam perimbangan sangat tinggi. Dimana, pada tahun

2012 tingkat ketergantungan mencapai 72,27%, pada tahun 2013 mencapai

75,55% dan tahun 2014 mencapai 76,91% sehingga tingkat ketergantungan

semakin meningkat itu disebabkan karena tidak ada pendapatan dari pendapatan

hibah dan dana bagi hasil pajak dari provinsi, pada tahun 2015 tingkat

ketergantungan sudah mulai berkurang sehingga dikategorikan sedang dan tahun

2016 tingkat ketergantungan menjadi rendah. ini berarti bahwa PAD dan lain-lain

pendapatan asli daerah mulai meningkat. Seperti halnya dikatakan oleh tim

litbang depdagri-fisipol UGM jika tingkat ketergantungan suatu daerah berada

pada >50 maka dikategorikan sangat tinggi. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa

perkembangan keuangan daerah Kabupaten Nias Barat dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah dari tahun 2012-2016 jika di ukur dari rasio

ketergantungan keuangan daerah dapat dikatakan tingkat ketergantungan daerah

Kabupaten Nias Barat sangat tinggi atau masih belum mampu, karena daerah

Kabupaten Nias Barat masih sangat tergantung pada dana perimbangan dari pusat.

Rendahnya perolehan persentase yang dimiliki oleh Kabupaten Nias Barat

menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum mampu membiayai

pengeluarannya sendiri, dengan kata lain masih sangat tergantung pada

pemerintah pusat.

Page 76: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

57

Untuk mengatasi tingkat ketergantungan daerah Kabupaten Nias Barat

terhadap dana perimbangan, maka pemerintah daerah harus mampu menghasilkan

PAD serta pemerintah daerah harus menghasilkan PAD yang lebih tinggi dengan

memerlukan kreatifitas dari aparat pelaksana keuangan daerah untuk mencari

sumber-sumber pendapatan yang baru baik melalui program kerjasama antara

desa, kecamata ataupun dengan pihak swasta dan juga program peningkatan PAD

misalnya pendirian BUMD sektor potensial maupun penyertaan modal

keperusahaan daerah dengan mendapatkan imbalan berupa deviden.

4.3.3 Rasio Tingkat Desentralisasi Fiskal

Rasio tinggi desentralisasi fiskal Kabupaten Nias Barat merupakan tingkat

kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan.

Berikut ini rasio tingkat desentralisasi fiskal daerah kabupaten Nias barat.

Tabel 4.5

Rasio Tingkat Desentralisasi Fiskal

Kabupaten Nias barat

Tahun 2012-2016

Tahun PAD

Total

Penerimaan

Daerah

Rasio

(%)

Desentralisasi

Fiskal

2012 5.460.766.342 323.241.015.471 0,016% Sangat Kurang

2013 7.223.690.778 326.277.085.464 0,022% Sangat Kurang

2014 10.298.057.732 373.104.473.255 0,027% Sangat kurang

2015 14.492.750.129 465.951.797.914 0,031% Sangat Kurang

2016 15.616.742.531 534.737.998.619 0,029% Sangat Kurang

Rata-rata 10.618.401.502 404.662.468.744 0,125 % Sangat Kurang

Sumber: olahan Penulis (2018)

Page 77: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

58

Analisis rasio tingkat desentralisasi fiskal dapat dilihat pada Grafik 4.3

Grafik 4.3

Rasio Tingkat Desentralisasi Fiskal

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Sumber: Olahan Sendiri Melalui Ms. Exel, 2018

Dari hasil perhitungan rasio desentralisasi fiskal pada Tabel 4.5 dan Grafik 4.3

diatas, dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan daerah Kabupaten Nias Barat

dalam melaksanakan pembangunan daerahnya masih sangat memerlukan dana

perimbangan. Pada tahun 2012-2016 tingkat desentralisasi fiskal mencapai

0,125% dengan rata-rata 0,14% masih tergolong dalam kriteria sangat kurang.

Dimana, pada tahun 2012 tingkat desentralisasi fiskal hanya 0,016%, pada tahun

2013 tingkat desentralisasi fiskal 0,022%, pada tahun 2014 tingkat desentralisasi

fiskal 0,027%, pada tahun 2015 tingkat desentralisasi fiskal 0,031% dan pada

tahun 2016 tingkat desentralisasi fiskal 0,029%. Ini berarti, kewenangan dan

tanggungjawab yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah Kabupaten Nias

Barat dalam melaksanakan pembangunan sangat kurang. Jadi, dapat diambil

0,000%

0,005%

0,010%

0,015%

0,020%

0,025%

0,030%

0,035%

20122013

20142015

2016

0,016%

0,022%0,027%

0,031%0,029%

nilai Rasio

Page 78: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

59

kesimpulan bahwa perkembangan kemampuan keuangan daerah Kabupaten Nias

Barat dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah tahun 2012-2016

(membiayai pembangunan) masih sangat kurang atau masih belum mampu.

Ini disebabkan karena pemerintah daerah masih sangat tergantung pada

bantuan dari pusat, yang diakibatkan masih rendahnya PAD yang diperoleh

pemerintah daerah Kabupaten Nias Barat dibandingkan dengan total pendapatan.

Ini berarti bahwa kemampuan keuangan daerah pemerintah Kabupaten Nias Barat

memiliki kemampuan yang sangat kurang dalam membiayai pembangunan

daerah.

Oleh sebab itu, sebaiknya Kabupaten Nias Barat lebih meningkatkan

infranstruktur-infranstruktur yang ada disetiap daerahnya supaya Pendapatan Asli

Daerah (PAD) bisa lebih meningkat sehingga total penerimaan yang ada di

Kabupaten Nias Barat bisa lebih tinggi dan tingkat kemampuan keuangan

daerahnya lebih stabil lagi pada tahun-tahun yang akan datang.

4.3.4 Rasio Efektivitas

Rasio efektivitas Kabupaten Nias Barat merupakan tingkat efektivitas

kabupaten Nias Barat dalam mengetahui berhasil tidaknya pencapaian tujuan

anggaran yang memerlukan data-data realisasi pendapatan dan target pendapatan.

Berikut ini rasio efektifitas keuangan daerah kabupaten Nias Barat.

Page 79: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

60

Tabel 4.6

Perhitungan Rasio Efektivitas

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Tahun Realisasi

Pendapatan

Anggaran

Pendapatan

Rasio

(%) Efektivitas

2012 323.241.567.908 323.821.345.652 0,99% Efektif

2013 326.277.085.464 326.914.977.545 0,99% Efektif

2014 373.104.473.255 389.839.691.207 0,95% Efektif

2015 465.951.797.914 506.944.935.539 0,91% Efektif

2016 534.737.998.610 649.407.671.244 0,82% Cukup Efektif

Rata-rata 404.662.584.630 439.385.724.237 0,93% Efektif

Sumber: Olahan Penulis, (2018)

Analisis rasio efektifitas dapat dilihat pada Grafik 4.4

Grafik 4.4

Rasio Efektivitas

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Sumber: Olahan Sendiri Melalui Ms. Exel 2018

Dari hasil perhitungan rasio efektivitas pada Tabel 4.6 dan Grafik 4.4

diatas, dapat diketahui bahwa kemampuan pemerintah Kabupaten Nias Barat

dalam merealisasikan PAD yang direncanakan untuk mencapai target sudah

0,99% 0,99% 0,95%0,91%

0,82%

0,00%

0,20%

0,40%

0,60%

0,80%

1,00%

1,20%

2012 2013 2014 2015 2016

nilai Rasio

Page 80: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

61

terlaksana secara efektif. Dimana, pada tahun 2012-2016 tingkat efektivitasnya

mencapai 4,66% dengan rata-rata 0,93%. Pada tahun 2012 tingkat realisasi

anggaran mencapai 0,99%, pada tahun 2013 tingkat realisasi anggaran mencapai

0,99%, pada tahun 2014 tingkat realisasi anggaran mencapai 0,95%, pada tahun

2015 tingkat realisasi anggaran mencapai 0,91% sedangkan pada tahun 2016

tingkat realisasi anggaran mengalami penurunan sebesar 0,82% dengan selisih di

tahun 2015 sebesar 0,09% sehingga dikategorikan kriteria keefektivitasnya hanya

cukup efektif sehingga masih berada dalam skala interval antara (90%-100%)

yaitu sebesar 0,93 atau 93%. Ini berarti bahwa perkembangan kemampuan

keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah Kabupaten Nias

Barat tahun 2012-2016 sudah efektif, namun masih tidak terealisasi secara baik.

Hal ini disebabkan karena Kabupaten Nias Barat masih belum

bersungguh-sungguh dalam mengelola keuangan daerahnya secara efektif sesuai

dengan sasaran yang ingin dicapai dalam rangka pelaksanaan otonomi daerahnya.

Sebaiknya Kabupaten Nias Barat mengelompokkan bagian-bagian manajemen

dalam bidang keuangan supaya lebih terfokus dalam menggali PAD sehingga

dana yang telah dianggarkan terealisasi dengan baik.

4.3.5 Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas kabupaten Nias Barat merupakan tingkat kemampuan

dalam mengukur bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya

pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Berikut ini rasio

aktivitas keuangan daerah kabupaten Nias Barat.

Page 81: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

62

Tabel 4.7

Rasio Aktivitas Untuk Belanja Rutin

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Tahun Total Belanja Rutin Total APBD Rasio (%)

2012 92.865.206.692 323.821.345.652 0,28%

2013 110.540.854.194 326.914.977.545 0,33%

2014 125.577.999.152 389.839.691.207 0,24%

2015 189.695.559.417 506.944.935.539 0,37%

2016 250.604.888.213 649.407.671.244 0,38%

Rata-rata 153.856.901.533 439.385.724.237 0,32%

Sumber: Olahan Penulis, (2018)

Analisis rasio aktivitas belanja rutin dapat dilihat pada grafik 4.5

Grafik 4.5

Rasio Aktivitas Belanja Rutin

Kabupaten Nias Barat

tahun 2012-2016

Sumber: Olahan Sendiri Melalui Ms. Exel 2018

0,00%

0,05%

0,10%

0,15%

0,20%

0,25%

0,30%

0,35%

0,40%

2012 2013 2014 2015 2016

0,28%

0,33%

0,24%

0,37% 0,38%

Nilai Rasio

Page 82: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

63

Tabel 4.8

Rasio Aktivitas untuk Belanja Pembangunan

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Tahun Total Belanja

Pembangunan Total APBD Rasio(%)

2012 106.213.800.934 323.821.345.652 0,32%

2013 161.067.997.352 326.914.977.545 0,49%

2014 153.329.905.708 389.839.691.207 0,39%

2015 186.449.821.897 506.944.935.539 0,36%

2016 156.180.257.609 649.407.671.244 0,24%

Rata-rata 152.648.356.700 439.385.724.237 1,8%

Sumber: Olahan Penulis, (2018)

Analisis rasio aktivitas belanja rutin dapat dilihat pada Grafik 4.6

Grafik 4.6

Rasio Aktivitas belanja Pembangunan

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Sumber: Olahan Sendiri Melalui Ms. Exel 2018

Hasil perhitungan rasio aktivitas keuangan pemerintah daerah Kabupaten

Nias Barat dari tahun 2012-2016 dilihat pada Tabel 4.7 dan grafik 4.5 lebih

dominan di arahkan pada belanja pembangunan di bandingkan dengan belanja

rutin. Dimana, pada tahun 2012 belanja pembangunan berada tingkat rasio 0,32%

0,00%

0,20%

0,40%

0,60%

2012 2013 2014 2015 2016

0,32%

0,49%

0,39%0,36%

0,24%Nilai Rasio

Page 83: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

64

sedangkan belanja rutin berada pada tingkat rasio 0,28%, pada tahun 2013 belanja

pembangunan sebesar 0,49% sedangkan belanja rutin hanya 0,33%, pada tahun

2014 belanja pembangunan sebesar 0,39% sedangkan belanja rutin hanya 0,24%,

namun, pada tahun 2015 belanja pembangunan lebih kecil dibandingkan dengan

belanja rutin dimana dana yang diarahkan untuk belanja pembangunan sebesar

0,36% sedangkan belanja rutin 0,37% dan begitu juga pada tahun 2016 dana yang

diarahkan untuk belanja pembangunan hanya 0,24% sedangkan dana untuk

belanja rutin sebesar 0,38% dengan rata-rata belanja rutin sebesar 0,32%

sedangkan belanja pembangunan 1,8% dengan selisih 1,48% sehingga

dikategorikan bahwa pemerintah daerah masih belum memprioritaskan alokasi

dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal.

Ketimpangan yang terjadi antara belanja rutin dan belanja pembangunan

pada tahun 2012-2014 disebabkan tingginya belanja pembangunan terutama

dikarenakan banyaknya kegiatan yang diarahkan untuk pembangunan gedung-

gedung kantor dan jalan karena sebelumnya gedung-gedung kantor yang

digunakan hanya rumah-rumah masyarakat setempat. Sedangkan tahun 2015-2016

belanja pembangunan mulai menurun sedangkan belanja rutin ditingkatkan

kembali. Seperti halnya yang dikatakan oleh tim litbang depdagri-fisipol UGM

bahwa keaktivitas suatu daerah dalam memprioritaskan alokasi dananya pada

belanja rutin dan belanja pembangunan harus secara optimal, namun pada

kenyataannya Kabupaten Nias Barat tidak memprioritaskan alokasi dananya

secara optimal, maka jika di ukur dari rasio aktivitas maka perkembangan

kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di

Page 84: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

65

Kabupaten Nias Barat tahun 2012-2016 masih belum mampu, karena belanja rutin

dan belanja pembangunan tidak terlaksana secara optimal.

Dengan diketahuinya perbedaan-perbedaan tersebut maka masing-masing

komponen sumber pendapatan dan pengeluaran kabupaten Nias Barat dapat

digunakan untuk mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan

perhatian. Potensi itu adalah pada belanja rutin dan belanja pembangunan. Hal ini

merupakan hal yang sangat penting dikarenakan PAD berasal dari asli daerah

untuk menuju kemandirian dan belanja pembangunan untuk berinvestasi dan

pelayanan publik.

4.3.6 Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan Kabupaten Nias Barat merupakan seberapa besar

kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan

keberhasilan yang di capai dalam periode keperiode lainnya. Berikut ini adalah

rasio pertumbuhan kabupaten Nias barat.

Tabel 4.9

Rasio Pertumbuhan

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2013

Tahun Total PAD Total RPJP Total RPBR

2012 0,91% 0,14% 0,19%

2013 0,32% 0,01% 0,17%

2014 0,42% 0,14% 0,10%

2015 0,41% 0,24% 0,21%

2016 0,07% 0,14% 0,54%

Rata-rata 0,43% 0,13% 0,24%

Sumber: Olahan Penulis, 2018

Page 85: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

66

Analisis rasio pertumbuhan dapat dilihat pada Grafik 4.7

Grafik 4.7

Rasio Pertumbuhan

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Sumber: Olahan Sendiri Melalui Ms.Exel 2018

Dari hasil penelitian pada Tabel 4.8 dan Grafik 4.7 diketahui bahwa pertumbuhan

PAD, pendapatan dan belanja rutin Kabupaten Nias barat tiap tahunnya

mengalami fluktuasi. dimana diketahui bahwa pada tahun 2012 total PAD 0,91%,

total rasio penerimaan jumlah pendapatan 0,14% dan total rasio pertumbuhan

belanja rutin 0,19%, pada tahun 2013 total PAD 0,32%, total rasio pertumbuhan

jumlah pendapatan 0,01% dan total pertumbuhan belanja rutin 0,17%, tahun 2014

total PAD mengalami peningkatan 0,42%, begitu juga total rasio penerimaan

jumlah pendapatan mengalami peningkatan sebesar 0,14% tetapi total

2012 2013 2014 2015 2016

Total PAD 0,91% 0,32% 0,42% 0,41% 0,07%

Total RPJP 0,14% 0,01% 0,14% 0,24% 0,14%

Total RPBR 0,19% 0,17% 0,10% 0,21% 0,54%

0,00%

0,10%

0,20%

0,30%

0,40%

0,50%

0,60%

0,70%

0,80%

0,90%

1,00%

Total PAD

Total RPJP

Total RPBR

Page 86: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

67

pertumbuhan belanja rutin mengalami penurunan sebesar 0,10%, pada tahun 2015

total PAD mengalami penurunan 0,41% sedangkan total rasio pertumbuhan

jumlah pendapatan mengalami peningkatan sebesar 0,24% dan total rasio

pertumbuhan belanja rutin 0,21%, dan pada tahun 2016 total PAD mengalami

penurunan 0,07% dan total rasio pertumbuhan jumlah pendapatan 0,14% dan total

rasio pertumbuhan belanja rutin mengalami peningkatan sebesar 0,54%. Ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan rata-rata yang positif. Hal ini diakibatkan nilai

PAD dan total pendapatan daerah diikuti oleh pertumbuhan belanja. Artinya

bahwa pemerintah daerah kabupaten Nias Barat telah mampu dan meningkatkan

pertumbuhannya dari tahun ke tahun walaupun mengalami fluktuasi. Dengan

mengetahui pertumbuhan masing-masing komponen sumber pendapatan dan

pengeluaran, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi daerah yang

perlu mendapat perhatian.

Semakin tinggi persentase pertumbuhan setiap komponen pendapatan dan

pengeluaran, maka semakin besar kemampuan pememrintah daerah dalam dalam

mendukung pelaksanaan otonomi daerah serta dalam mempertahankan dan

meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari setiap periode serta dalam hal

pengelolaan keuangan daerah pemerintah Kabupaten Nias Barat masih perlu

banyak perbaikan . Jika rasio pertumbuhan dibandingkan dengan pola hubungan

tingkat kemampuan keuangan daerah maka perkembangan kemampuan keuangan

daerah Kabupaten Nias Barat berada pada tingkat pertumbuhan yang rendah

sekali atau masih berada dalam skala 0,00-25% dalam mendukung pelaksanaan

otonomi daerah.

Page 87: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

68

Implikasi dari masalah ini disebabkan masih rendahnya PAD yang

diperoleh oleh pemerintah daerah dan tidak sebanding dengan pengeluaran yang

ada. Oleh karena itu, pemerintah Kabupaten Nias Barat harus terus menggali

potensi yang sudah ada maupun mencari pendapatan baru melalui program

kerjasama pembiayaan dengan pihak swasta dan juga program pemerintah

Kabupaten Nias Barat harus terus menggali potensi yang ada dan mencari

sumber-sumber pembiayaan baru baik melalui program kerjasama pembiayaan

dengan pihak swasta guna untuk meningkatkan PAD dan pemerintah daerah

Kabupaten Nias Barat harus mengembangkan program yang telah menjadi

prioritas daerah dalam meningkatkan PAD yaitu melalui meningkatkan

pengembangan Koperasi dan UMKM (Usaha Menengah Kecil Masyarakat),

pengembangan pariwisata, penguatan ketersediaan pangan utama yaitu padi, karet

dan lain-lain, serta peningkatan investasi dan perluasan kesempatan kerja.

Dengan adanya program yang menjadi prioritas Kabupaten Nias Barat ini,

diharapkan dapat membantu pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan

kemandirian/kemampuan serta mengatasi kekurangan dalam hal pembiayaannya

dalam rangka membiayai kegiatan pembangunan pemerintahan dan diharapkan

pemerintah daerah Kabupaten Nias Barat juga harus terus mempertahankan dan

meningkatkan pertumbuhan pada setiap periodenya, sehingga dapat meningkatkan

tingkat kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi

daerah.

Page 88: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

69

4.3.7 Rasio Keserasian

Rasio keserasian Kabupaten Nias Barat merupakan bagaimana pemerintah

daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja

pembangunan secara optimal. Berikut rasio keserasian kabupaten Nias Barat.

Berikut ini adalah rasio keserasian keuangan daerah Kabupaten Nias barat

adalah sebagai berikut.

Tabel 4.10

Rasio Keserasian

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Tahun Total Belanja Rutin Total Belanja APBD Rasio(%)

2012 92.865.206.692 275.441.231.743 0,33%

2013 110.540.854.194 358.643.130.290 0,30%

2014 125.577.999.152 370.809.893.720 0,33%

2015 189.695.559.417 486.868.120.018 0,38%

2016 250.604.888.213 563.084.915.465 0,44%

Rata-rata 153.856.901.533 410.969.458.247 0,36%

Sumber: Olahan Penulis, (2018)

Analisis rasio keserasian dapat dilihat pada Grafik 4.8

Page 89: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

70

Grafik 4.8

Rasio Keserasian

Kabupaten Nias Barat

Tahun 2012-2016

Sumber: Olahan Sendiri Melalui Ms. Exel 2018

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.10 dan Grafik 4.8 diatas, dapat

diketahui bahwa keserasian daerah Kabupaten Nias barat dalam memprioritaskan

alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan masih belum

optimal. Dimana pada tahun 2012 keserasian antara belanja rutin dengan belanja

APBD masih sangat kurang hanya 0,33%, pada tahun 2013 keserasian antara

belanja rutin dengan belanja APBD 0,30%, pada tahun 2014-2016 terus

mengalami peningkatan. Namun, dari tahun 2012-2016 keserasian antara total

belanja rutin dengan belanja APBD masih belum serasi. Berdasarkan hasil rasio

keserasian menunjukkan bahwa selama tahun 2012-2016 pemerintah Kabupaten

Nias Barat menggunakan sebagian besar dana yang dimiliki masih diprioritaskan

untuk kebutuhan belanja APBD, sehingga rasio belanja rutin terhadap APBD

0,00%

0,10%

0,20%

0,30%

0,40%

0,50%

2012 20132014

20152016

0,33%0,30%

0,33%0,38%

0,44%

nilai rasio

nilai rasio

Page 90: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

71

relatif kecil. Ini dapat dibuktikan dari rasio belanja APBD yang selalu lebih besar

dari rasio belanja rutin dan tingkat pertumbuhan belanja APBD jauh lebih besar

daripada tingkat pertumbuhan belanja rutin. Besarnya alokasi dana untuk belanja

pembangunan terutama dikarenakan banyaknya kegiatan pembangunan kantor-

kantor dan jalan karena Kabupaten Nias Barat masih tahap pembangunan. Hal ini

dikarenakan belum ada patokan yang pasti untuk belanja rutin, sehingga

pemerintah daerah masih berkosentrasi pada pemenuhan belanja APBD yang

mengakibatkan belanja rutin untuk pemerintah Kabupaten Nias Barat belum

terpenuhi.

Jika rasio keserasian dibandingkan dengan perkembangan kemampuan

keuangan daerah, maka kemampuan keuangan daerah Kabupaten Nias Barat

dalam kategori sedang (skala 50%-75%) dalam membiayai belanja APBD dan

rendah (skala 10%-50%) dalam membiayai belanja rutin dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah, walaupun pada saat ini pemerintah daerah

Kabupaten Nias Barat masih memprioritaskan belanjanya pada belanja APBD

dibandingkan belanja rutin.

Dengan adanya program yang telah menjadi daerah yaitu di bidang

agribisnis, pariwisata, perdagangan dan pertambangan, diharapkan dapat

meningkatkan PAD. Apabila PAD terus meningkat tiap tahunnya maka

pemerintah daerah Kabupaten Nias Barat akan mampu membiayai pengeluaran

yang ada. Semakin tinggi alokasi dana pemerintah daerah pada belanja rutin dan

belanja pembangunan maka semakin tinggi rasio keserasian, maka semakin tinggi

Page 91: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

72

pula kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi

daerah.

Page 92: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

73

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Nias Barat

tentang perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Nias Barat dari tahun 2012-2016 jika

di ukur dari analisis:

1. Berdasarkan rasio kemandirian keuangan daerah, menunjukkan bahwa

pemerintah Kabupaten Nias Barat dalam periode 5 (lima) tahun dari tahun

2012-2016 tingkat kemandiriannya berada pada rata-rata 2,81%. Jika

dibandingkan dengan tingkat kemampuan keuangan daerah maka

perkembangan kemampuan keuangan pemerintah Kabupaten Nias Barat

sudah sangat baik (skala 0,00%-10,000%) dalam mendukung pelaksanaan

otonomi daerah.

2. Berdasarkan rasio ketergantungan keuangan daerah, menunjukkan bahwa

pemerintah Kabupaten Nias Barat dalam periode 5 (lima) tahun dari tahun

2012-2016 tingkat ketergantungannya berada pada rata-rata 53,31%. Jika

dibandingkan dengan tingkat keuangan daerah maka perkembangan

kemampuan keuangan daerah Kabupaten Nias Barat masih sangat tinggi

tingkat ketergantungannya pada dana pusat (skala >50%) dalam

mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

3. Berdasarkan tingkat desentralisasi fiskal, bahwa pemerintah daerah

Kabupaten Nias Barat selama lima tahun dari tahun 2012-2016

Page 93: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

74

menunjukkan angka rata-rata sebesar 0,14% dengan kemampuan keuangan

yang tergolong sangat kurang karena masih berada dalam skala interval

antara (0,00-10,00%). Hasil ini menunjukkan bahwa pemerintah

Kabupaten Nias Barat belum mampu membiayai pengeluarannya sendiri.

Pemerintah Kabupaten Nias Barat masih bergantung pada pemerintah

pusat dalam hal pembiayaan pengeluaran. Jika dibandingkan dengan

tingkat kemampuan daerah maka perkembangan kemampuan keuangan

pemerintah daerah Kabupaten Nias Barat sangat kurang dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah.

4. Berdasarkan rasio efektivitas, menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten

Nias Barat dalam periode 5 (lima) tahun dari tahun 2012-2016 maka

tingkat keefektivitasnya berada pada rata-rata 0,93%. Jika dibandingkan

dengan tingkat kemampuan keuangan daerah maka perkembangan

kemampuan keuangan daerah Nias Barat sudah efektif ( skala 90%-100%)

dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah.

5. Berdasarkan rasio aktivitas, menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten

Nias Barat dalam periode 5 (lima) tahun dari tahun 2012-2016 maka

tingkat aktivitas Kabupaten Nias Barat dalam memprioritaskan alokasi

dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan masih belum

terlaksana secara optimal dimana belanja rutin berada pada tingkat rata-

rata 0,32% sedangkan belanja pembangunan berada pada tingkat rata-rata

1,8%. Jika dibandingkan dengan tingkat kemampuan keuangan daerah

maka perkembangan kemampuan keuangan daerah maka tingkat

Page 94: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

75

aktivitasnya masih belum terlaksana secara optimal dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah.

6. Berdasarkan rasio pertumbuhan, kondisi pertumbuhan APBD Kabupaten

Nias Barat pada tahun anggaran 2012-2016 menunjukkan pertumbuhan

positif. Walaupun masih skala rendah pada pertumbuhan nilai PAD dan

total pendapatan daerah diikuti oleh pertumbuhan belanja pembangunan.

Artinya, bahwa pemerintah Kabupaten Nias Barata masih belum mampu

mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannnya dari periode satu

ke periode yang berikutnya. Jika rasio pertumbuhan dibandingkan dengan

hubungan tingkat kemampuan daerah maka perkembangan kemampuan

keuangan daerah Kabupaten Nias Barat belum mampu dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah.

7. Berdasarkan rasio keserasian, pemerintah Kabupaten Nias Barat masih

lebih memprioritaskan belanja APBD daripada belanja rutin. Terdapat

kesenjangan antara belanja rutin dan belanja APBD sebesar

Rp.252.112.556.714 . Angka ini menunjukkan bahwa pemerintah belum

secara bersama memprioritaskan pebelanjaan. Jika di bandingkan dengan

tingkat kemampuan daerah maka kemampuan keuangan daerah Kabupaten

Nias Barat termasuk kategori rendah dalam mendukung pelaksanaan

otonomi daerah.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan tentang kinerja keuangan

pemerintah Kabupaten Nias Barat, penulis mencoba mengajukan beberapa saran.

Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

Page 95: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

76

1. Pemerintah Kabupaten Nias Barat perlu mengoptimalkan potensi sumber

pendapatan yang ada atau dengan meminta kewenangan yang lebih luas

untuk mengelola sumber pendapatan lainnya yang masih dikuasaioleh

pemerintah oleh pemerintah pusat/propinsi untuk meningkatkan PAD,

sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada pemerintah.

2. Melakukan penyederhanaan, penyederhanaan mekanisme dan prosedur,

serta penataan ulang jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah ataupun

jenis penerimaan daerah lainnya, agar dapat meningkatkan efektivitas

sember-sumber PAD dan meningkatkan mutu pelayanan kepada

masyarakat.

3. Meningkatkan pembangunan pada sektor utama yang digunakan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan fisik daerah,

pembangunan jalan, irigasi, jaringan serta fasilitas umum msyarakat.

4. Agar pemungutan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dilakukan secara

efektif dan efesien dalam mendorong peningkatan penerimaan PAD di

Kabupaten Nias barat, maka pemerintah kabupaten Nias Barat harus

mengingkatkan sosialisasi kepada masyarakat melalui kepala-kepala

daerah agar masyarakat mengerti dan memahami manfaat pajak dan

retribusi suatu daerah, demi kemajuan perekonomian daerah dan memberi

hadiah kepada masyarakat yang taat membayar pajak serta perlu adanya

penegakkan hukum dan peraturan yang berlaku serta penciptaan perangkat

hukum lainnya.

Page 96: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

77

5. Penelitian ini hanya dilakukan pada tahun anggaran 2012-2016 di

kabupaten Nias Barat saja, namun kedepan diharapkan untuk melakukan

selanjutnya di beberapa kota sehingga terdapat perbandingan antara kota

yang satu dengan yang lainnya.

Page 97: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

78

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim dan Theresia damayanti. 2007. Pengelolaan Keuangan Daerah.

Yokyakarta: UPP STIM YKPN.

. 2012. Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik

Jakarta: Salemba Empat.

dan Kusufi. 2014. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan

Daerah. Jakarta: Salemba Empat.

Andarini, 2010. Otonomi Daerah. Jakarta Timur: CV.GHINA WALAFAFA

Badan Litbang Depdagri RI dan FISIPOL-UGM. 1991. Pengukuran Kemampuan

Keuangan Daerah Tingkat II Dalam Rangka Otonomi Daerah Yang Nyata

Dan Bertanggungjawab, Jakarta.

Deddy, 2004. Otonomi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

Fau, Jhon Firman. 2012. Kemampuan keuangan daerah dalam menunjang

pelaksanaan otonomi daerah di kabupaten Nias Selatan. Skripsi.

Telukdalam: Program S-I. STIE Nias Selatan.

Gaurifa, Nimaria. 2012. Analisis kemampuan keuangan daerah terhadap

pelaksanaan otonomi daerah kota Gunungsitoli T.A 2010-2011.

Telukdalam: Program S-I. STIe Nias Selatan.

Halawa, Ferianus. 2014. Analisis perkembangan kemampuan keuangan daerah

dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di kabupaten Nias Selatan

periode 2008-2012. Skripsi. Telukdalam: Program S-I. STIE Nias Selatan

.

Hanif, 2007. Teori dan praktik pemerintahan dan otonomi daerah. Jakarta: PT

Grasindo

Kuncoro, Mudrajat. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Yokyakarta:

Erlangga

Kuncoro, Mudrajat. 2017. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi Edisi revisi.

Yokyakarta: Erlangga

Page 98: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

79

Mardismo. 2012. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yokyakarta:

ANDI.

Nataluddin. 2001. Potensi Dana Perimbangan Pada Pemerintahan Daerah.

Malang: ITS Press

Nazir, muhammad. 2012. Metode Penelitian Otonomi Daerah. Jakarta: Ghalia

Indonesia

Pemerintah RI 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.105 Tahun

2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah,

Jakarta.

Peraturan pemerintah No.105/2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah.

Peraturan pemerintah Nomor 104/2000 tentang dana perimbangan

Sanny. 2003. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Dalam Pelaksanaan

Otonomi Daerah Di Kota Tomohon. Jurnal berskala ilmiah efisiensi.

Volume 17;64-78).

Sembiring, 2010. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia

Pemerintahan Daerah (PEMDA), Bandung: Nuansa Aulia

Sugiyono.2012. metode Penelitian Bisnis,Bandung : Alfabeta CV

Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Jakarta, Direktorat Jenderal

Otonomi Daerah.

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta,

Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.

Waoma, Samalua. 2018. Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah

Kabupaten Nias Selatan. Owner Riset & Jurnal Akuntansi. Vol 2;23-33).

Wau, Ta’osige. 2017. PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL, SKRIPSI DAN

JURNAL ILMIAH Program Studi Manajemen STIE Nias Selatan.

Widjaja, 2011. Otonomi daerah dan daerah otonom. Jakarta: PT RAJA

GRAFINDO Persada.

Zebua, Srit Wati Kurniajaya. 2014. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Dalam Mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Nias

Selatan. Skripsi. Telukdalam: Program S-I. STIE Nias Selatan

Page 99: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nias Tivis Zai

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Sisobaholi, 05 November 1994

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jalan Desa Sisobambowo, Kec. Mandrehe, Kab.

Nias Barat

Nomor Telp/HP : 082167768381

Alamat e-mail : [email protected]

Pendidikan Formal:

Sekolah Dasar (2000-2006) : SD Negeri 071091 Sisobambowo

SMP (2006-2009) : SMP Negeri 1 Mandrehe Barat

SMA (2009-2012) : SMA Negeri 2 Mandrehe

Perguruan Tinggi (2014-2018) : S-1 STIE Nias Selatan

Pengalaman Organisasi:

- Sekretaris OSIS umum SMA N.2 Mandrehe (2011-2012)

- Sekretaris Kelas di STIE Nias Selatan (2014-2015)

- Sekretaris Himpunan Mahasiswa Nias Barat (2016-2017)

- Anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen (2014-2017)

- Koordinator bidang UKM kerohanian STIE Nias Selatan (2016-2017)

- Ketua komisi pemuda GBI Baithani Telukdalam (2016-2017)

- Anggota di organisasi OSE TANO telukdalam(2017-sekarang)

- Anggota lembaga penelitian ARCO (2018)

- dll

Page 100: skripsistie.files.wordpress.comskripsistie.files.wordpress.com/2018/03/nias-tivis-zai_analisis-perkembangan... · perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan

Penghargaan:

- Juara I pada Lomba Mata Pelajaran IPS/PPKN tingkat Kabupaten (2005)

- Juara II lomba Fisika antar Kabupaten (2010)

- Juara III vocal solo antar gereja Resort Hiligafia (2013)

- Utusan vocal solo Prodi Manajemen di acara natal YPNS (2016)

- Peserta Tax Goes To Campus (2017)

- Peserta di seminar Create & vision with Quantum Life Model (2018)

- Peserta paduan suara YPNS pada wisuda VI (2018)

- dll