skrining panjang gelombang serapan...

54
SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET KAPTOPRIL YANG DIJUAL DI PASAR PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Anaytullah NIM: 108103000004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: phamthuan

Post on 14-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN

MAKSIMUM TABLET KAPTOPRIL YANG DIJUAL DI

PASAR PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETER

UV-VIS

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Anaytullah

NIM: 108103000004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 19 September 2011

Anaytullah

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET

KAPTOPRIL YANG DIJUAL DI PASAR PRAMUKA DENGAN

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Laporan Penelitian

Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh :

Anaytullah

NIM: 108103000004

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Nurul Hiedayati, PhD dr. Rachmania Diandini, MKK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

iv

1432 H/2011 M

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan penelitian berjudul SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN

MAKSIMUM TABLET KAPTOPRIL YANG DIJUAL DI PASAR PRAMUKA

DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS yang diajukan oleh Anaytullah

(NIM : 108103000004), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu kesehatan pada 19 September 2011. Laporan penelitian ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada

Program Studi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 19 September 2011

DEWAN PENGUJI

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And

Kaprodi PSPD FKIK UIN

DR. dr. Syarif Hasan Lutfie, Sp.KFR

Penguji I

dr. Alyya Siddiqqa, Sp.FK

Penguji II

Nurmeilis, M.Si, Apt

Penguji III

dr. Rachmania Diandini,

MKK

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat taufik dan hidayah-Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul

“Skrining Panjang Gelombang Serapan Maksimum Tablet Kaptopril yang Dijual di

Pasar Pramuka Dengan Spektrofotometer UV-Vis”.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam

kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi- tingginya

dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, dan Drs. H. Achmad Gholib, MA dan

Ibu Farida selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. H. Dr. Syarief Hasan Lutfi selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter.

3. dr. Nurul Hiedayati, PhD dan dr. Rachmania Diandini, MKK selaku Dosen

Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan saya dalam penyusunan penelitian ini.

4. Mas Dani dan Ibu Ayu Lathifah sebagai staf laboratorium farmakokinetik yang

membantu kami dalam mengejarkan penelitian ini.

5. Bapak dan Ibu serta keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang,

doa dan dorongan baik moril maupun materil.

6. Teman-teman kelompok riset, Anita Ratna Ningrum, Aldho Bramantyo, Aini

Zahra, Afra Humaira, dan Alvira Widjaja yang selalu membantu dan

menyediakan waktu untuk berdiskusi sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

7. PSPD 2008, OMO, Safira Geng, Mang Muan yang telah mendukung dan

menghibur dalam pembuatan penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan.

Ciputat, 19 September 2011

Anaytullah

vi

ABSTRAK

Anaytullah. Program Studi Pendidikan Dokter. Skrining Panjang Gelombang

Serapan Maksimum Tablet Kaptopril Yang Dijual di Pasar Pramuka Dengan

Spektrofotometer UV-Vis. 2011.

Berdasarkan laporan United States Trade Representative (USTR) tahun 2008

memperkirakan 25% obat yang beredar di Indonesia adalah palsu. Tujuan penelitian

ini adalah untuk melihat panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang

dijual di Pasar Pramuka sesuai dengan standar kaptopril yang ditetapkan dalam

Farmakope Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian dekskriptif. Besar sampel

adalah 73. Teknik sampling yang digunakan simple random sampling. Data

dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-vis. Dari hasil penelitian yang telah

dilaksanakan pada 73 sampel didapatkan 100% sampel sudah memenuhi standar

panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yaitu 231.8 nm dengan standar

deviasi 2% dengan rentang normal 226.38-235.62 nm. Diperlukan penelitian lebih

lanjut untuk menentukan kadar kaptopril dengan menggunakan metode kuantitatif.

Kata kunci: skrining, panjang gelombang serapan maksimum, kaptopril,

spektrofotometer UV-Vis.

Anaytullah. Faculty of Medicine. Screening of The Wavelength of Maximum

Absorbance of Captopril Tablets Sold at Pramuka Market Using UV-Vis

Spectrophotometer. 2011.

Based on the report from United States Trade Representative (USTR) dated

in 2008, it is estimated that 25% of the drugs in Indonesia are fake (counterfeit). The

point of this research is to compare the wavelength of maximum absorbance of

captopril sold at Pramuka market with standard captopril drug, and to see the

coherency between them. This research is descriptive method. The sample taken is

73, using simple random technique. The obtained data than being analyzed using

spectrophotometer UV-vis. The result shows that all 73 sample drugs has wavelength

of maximum absorbance standard of captopril, that is 231.8 nm, with deviation

standard of 2% in a normal range of 226.38nm-235.62nm. Further research is needed

to estimate the drug consentration more accurately using quantitative method.

Keywords : screening, the wavelength of maximum absorbance, captopril, Uv-Vis

spectrophotometer.

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iv

KATA PENGANTAR............................................................................... v

ABSTRAK.................................................................................................. vi

DAFTAR ISI.............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL......................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ix

DAFTAR SINGKATAN............................................................................ x

BAB 1: PENDAHULUAN......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................. 3

1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 3

1.4. Manfaat Penelitian............................................................................ 4

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

2.1. Landasan Teori................................................................................. 5

2.1.1. Obat......................................................................................... 5

2.1.2. Obat Palsu................................................................................ 5

2.1.3. ACE-inhibitor.......................................................................... 5

2.1.4. Kaptopril.................................................................................. 7

2.1.5. Spektrofotometer..................................................................... 12

2.2. Kerangka Konsep............................................................................. 16

2.3. Definisi Operasional......................................................................... 17

BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN................................................. 18

3.1. Desain Penelitian.............................................................................. 18

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 18

3.3. Populasi dan Sampel ......................................................................... 18

3.4. Cara Kerja Penelitian........................................................................ 20

3.5. Managemen Data.............................................................................. 24

BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 26

4.1. Karakteristik Sampel........................................................................ 26

4.2. Hasil.................................................................................................. 26

4.3. Pembahasan...................................................................................... 29

4.4. Keterbatasan Penelitian.................................................................... 31

BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 32

5.1. Simpulan.......................................................................................... 32

5.2. Saran................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 34

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... 36-44

viii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 2.1. Struktur Kimia Kaptopril.................................................................... 7

Tabel 2.1. Jenis Obat Yang Mengalami Interaksi Obat-obat Pada Rawat

Inap Geriartri di RS Dr. Sardjito Yogyakarta..................................... 11

Gambar 2.2. Cara Kerja Spektrofotometer............................................................... 14

Gambar 2.3. Skema Kerangka Konsep Penelitian.................................................... 16

Tabel 2.2. Definisi Operasional............................................................................ 17

Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian......................................................................... 20

Tabel 4.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril

Standar................................................................................................ 26

Tabel 4.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel dan

Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar........................ 27

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji Statistik.............................................................................. 35

Lampiran 2. Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer Uv-Vis......................... 36

Lampiran 3. Daftar Riwayat Hidup........................................................................ 42

x

DAFTAR SINGKATAN

ACE : Angiotensin Converting Enzym

ARB : Angiotensin Receptor Blockers

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

CHF : Congestive Heart Failure

CCB : Calcium Channel Blockers

IPMG : International Pharmaceutical Manufacturers Group

RAS : Renin Angiotensin System

USTR : United States Trade Representative

UV-Vis : Ultra Violet – Visible (spektrofotometer)

WHO : World Health Organization, Organisasi Kesehatan Dunia

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan

rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan

atau bagian badan manusia.1

Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh orang yang tidak berhak

berdasarkan peraturan perundang-undangan atau produk obat dengan penandaan

yang meniru identitas obat lain yang telah mendapatkan izin edar.2

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 10 persen obat yang

beredar di seluruh dunia adalah palsu, dan berdasarkan laporan United States Trade

Representative (USTR) dalam 301 Report tahun 2008 memperkirakan 25 persen obat

yang beredar di Indonesia adalah palsu.3

Masyarakat umum dan semua pihak yang tidak bersalah di jalur pelayanan

kesehatan adalah korban jika terjadi pemalsuan. Semua pihak tersebut harus bekerja

sama dengan cara yang saling menguntungkan dan saling percaya, dan bukan hanya

mengkritik untuk menghadapi ancaman ini. Pasien merupakan korban utama karena

kesehatan mereka bahkan kehidupannya berada dalam bahaya jika mereka

mengkonsumsi obat tanpa jaminan keamanan yang seharusnya mereka dapatkan dari

produksi farmasi yang sah dan pengawasan peraturan. Pabrik obat yang sah

merupakan korban tidak hanya karena kerugian langsung akibat kehilangan

penghasilan tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dihasilakn

menurun, yang mengarah pada kehilangan jumlah penjualan. Reputasi perusahaan

dan kesan terhadap produk tersebut menjadi rusak. Pemerintah merupakan korban

karena dana yang digunakan untuk membeli obat yang tidak terjamin kemanjuran

dan keamanannya, yang oleh karena itu gagal untuk melaksanakan tujuan mereka

untuk melindungi kesehatan masyarakat. Pemerintah juga menjadi korban karena

3

kehilangan pendapatan pajak. Tenaga kesehatan profesional menjadi korban dengan

hilangnya kepercayaan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Bila tenaga

kesehatan juga sebagai penyedia (sebagai contoh apoteker), kehilangan financial

dapat terjadi saat membeli obat palsu.4

Kaptopril merupakan obat antihipertensi yang bekerja menghambat

Angiotensin Converting Enzym (ACE). Hipertensi merupakan penyakit

kardiovaskular yang paling lazim dengan gejala adanya gangguan pada

mekanisme regulasi tekanan darah. Hipertensi bercirikan kenaikan tekanan darah

yang mendadak dengan gejala encefalopati akut dengan gejala klinis sakit kepala

hebat, gangguan kesadaran, serangan epilepsi.5 Meskipun dapat terjadi akibat proses

penyakit lain, lebih dari 90 % pasien menderita hipertensi essensial, yaitu gangguan

tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Adanya riwayat dalam keluarga

meningkatkan kemungkinan seseorang mendapatkan hipertensi. Faktor – faktor yang

dapat menyebabkannya, antara lain stres, diet tinggi natrium, kegemukan dan

merokok.6

Pengukuran spektrofotometri dengan UV-Vis berguna untuk mendeteksi

komponen yang mengandung gugus tak jenuh atau atom seperti belerang atau

halogen. Namun, identifikasi khusus senyawa jarang sekali bisa dilakukan pada

spektral UV saja. Seringkali, spektrum berfungsi sebagai konfirmasi bukti identitas,

sebagai tinjauan untuk data analisis lainnya. Pendekatan umum pertama biasanya

dengan metode kualitatif yang berguna menjadi tinjauan untuk cara lainnya

(kromatografi misalnya) bahwa materi terdiri dari satu komponen substansial.7

Dilihat dari struktur kaptopril, yang mempunyai gugus kromofor, maka

senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet. Kaptopril memiliki

serapan maksimum dalam larutan asam pada 230 nm,Error! Bookmark not

defined. dengan standar deviasi 2%.8

Pasar pramuka adalah salah satu pusat perdagangan obat terbesar di Jakarta.

Selama ini Pramuka menjadi sasaran konsumen terutama dari golongan kelas

menengah ke bawah karena toko obat di Pramuka memang sanggup menjual obat

4

baik generik atau paten jauh lebih murah dibandingkan dengan tempat lain. Selain itu

dari hasil penelitian BPOM tahun 2005 di Pasar Pramuka didapatkan bahwa dari 222

toko obat di Pasar Pramuka, hanya 33 unit atau 15% saja yang memiliki izin. Toko

obat tidak berizin inilah yang dicurigai menjadi sasaran utama sindikat peredaran

obat palsu lokal.9

Atas dasar hal-hal tersebut diatas, maka peneliti melakukan penelitian tentang

“Skrining panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang dijual di Pasar

Pramuka dengan spektrofotometer UV-Vis”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

Apakah panjang gelombang serapan maksimum kaptopril yang dijual di Pasar

Pramuka sesuai dengan panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar

dengan standar deviasi 2% sesuai ketetapan Farmakope Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kesesuain antara panjang gelombang serapan

maksimum kaptopril yang dijual di Pasar Pramuka dengan panjang

gelombang serapan maksimum kaptopril standar.

1.3.2. Tujuan Khusus

Membandingkan panjang gelombang serapan maksimum kaptopril

yang dijual di Pasar Pramuka dengan panjang gelombang serapan

maksimum kaptopril standar. Sebagai syarat dalam menyelesaikan studi

pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti

Meningkatkan kemampuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian mengenai spektrofotometri uv-vis. Sebagai media aplikasi

ilmu dalam menentukan permasalahan di masyarakat serta merumuskan

permasalahan tersebut.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data untuk penelitian

selanjutnya terkait penghitungan panjang gelombang serapan maksimum

yang dijual di Pasar Pramuka. Data ini juga diharapkan dapat dijadikan

sebagai informasi untuk BPOM tentang seberapa banyak peredaran obat

palsu di Pasar Pramuka.

1.4.3. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang presentasi

kemungkinan obat yang tidak sesuai panjang gelombang serapan

maksimum standar kaptopril yang beredar di Pasar Pramuka agar

masyarakat berhati-hati. Menghimbau agar masyarakat membeli obat di

Apotek yang sesuai dengan peraturan dari Menteri Kesehatan.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Obat

A. Definisi Obat

Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan

untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,

menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau

kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk

memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia.1

B. Definisi Obat Palsu

Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh orang yang tidak berhak

berdasarkan peraturan perundang-undangan atau produk obat dengan

penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah mendapatkan izin

edar.2Menurut WHO, obat palsu dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu:

4

1. Produk tanpa zat aktif

2. Produk dengan kandungan zat aktif yang kurang

3. Produk dengan zat aktif berbeda

4. Produk yang diproduksi dengan menjiplak produk milik pihak lain

5. Produk dengan kadar zat aktif yang sama tetapi menggunakan label

dengan nama produsen atau negara asal berbeda

2.1.2. ACE-inhibitor

Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan

antihipertensi yang berupa golongan diuretik, Angiotensin Converting Enzyme

(ACE) Inhibitor, β-adrenergic blockers, Angiotensin Receptor Blockers (ARB),

Calcium Channel Blockers (CCB).5

ACE-inhibitor merupakan antihipertensi yang efektif dan efek sampingnya

dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping penggunaan ACE-inhibitor antara lain

sakit kepala, takikardi, berkurangnya persepsi pengecapan, dizziness seperti

ketidakseimbangan saat berdiri dari posisi duduk atau tidur, nyeri dada, batuk kering,

7

hiperkalemia, angiodema, neutropenia, dan pankreatitis. ACE-inhibitor dapat

digunakan sebagai obat tunggal maupun dikombinasikan dengan obat lain. Selain

sebagai antihipertensi, ACE-inhibitor juga dapat digunakan sebagai vasodilator,

terapi congestive heart failure (CHF), left ventricular dysfunction, myocardial

infarction, dan diabetes melitus.5

ACE-inhibitor mengurangi produksi angiotensin II, meningkatkan kadar

bradikinin, dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis. Penyekat reseptor

angiotensin II menyediakan blokade reseptor AT1 secara selektif, dan efek

angiotensin II pada reseptor AT2 yang tidak tersekat dapat menambah efek

hipotensif. Kedua kelas agen-agen ini adalah agen antihipertensif yang efektif yang

dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dalam kombinasi dengan diuretik,

antagonis kalsium, dan agen-agen penyekat alfa. Efek samping ACE-inhibitor dan

penyekat reseptor angiotensin antara lain adalah insufisiensi ginjal fungsional karena

dilatasi arteriol eferen ginjal pada ginjal dengan lesi stenotik pada arteri renalis.

Kondisi-kondisi predisposisi tambahan terhadap insufisiensi ginjal yang diinduksi

oleh agen-agen ini antara lain adalah dehidrasi, CHF, dan penggunaan obat-obat

antiinflamasi non steroid. Batuk kering terjadi pada 15% pasien, dan angioedema

terjadi pada <1% pasien yang mengkonsumsi ACE-inhibitor. Angioedema paling

sering terjadi pada individu yang berasal dari Asia dan lebih lazim terjadi pada orang

Afrika Amerika dibanding orang Kaukasia. Hiperkalemia yang disebabkan

hipoaldosteronisme merupakan efek samping yang kadang terjadi baik pada

penggunaan ACE-inhibitor maupun penyekat reseptor angiotensin.5

Jenis ACE-inhibitor yang dapat digunakan sebagai antihipertensi antara lain

Benazepril, Kaptopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindropil,

Quinapril, Ramipril, Trandolapril. Salah satu golongan ACE-inhibitor yang paling

banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah kaptopril. Kaptopril sebagai dosis

tunggal mempunyai durasi selama 6-12 jam dengan onset 1 jam. Kaptopril

diabsorpsi sebanyak 60-75% dan berkurang menjadi 33-40% dengan adanya

makanan serta 25-30% kaptopril akan terikat protein. Waktu paruh kaptopril

dipengaruhi oleh fungsi ginjal dan jantung dimana waktu paruh kaptopril pada

volunteers sehat dewasa 1,9 jam; pasien CHF 2,06 jam; dan pasien anuria 20-40 jam.

Kaptopril diekskresikan melalui urin 95% dalam waktu 24 jam.5

8

2.1.3. Kaptopril

2.1.3.1. Sifat Fisika dan Kimia Kaptopril

Gambar 2.1. Struktur Kimia Kaptopril

Sumber : Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics

Rumus molekul : C9H15NO3S

Nama IUPAC : (2S)-1-[(2S)-2-methyl-3-sulfanylpropanoyl] pyrrolidine-2-

carboxylic acid

Nama generik : Kaptopril

Nama dagang : Acepress, Capoten, Captensin, Captopril, Hexpharm,

Casipril, Dexacap, Farmoten, Forten, Locap, Lotensin,

Metopril, Otoryl, Praten, Scantensin, Tenofax, Tensicap.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam metanol, dalam etanol, dan

dalam kloroform.7,8

2.1.3.2. Farmakologi

Diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral dengan biovailabilitas 70-75%.

Pemberian bersama makanan akan mengurangi absorpsi sekitar 30%, oleh karena itu

obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan.5

Sebagian besar ACE-inhibitor mengalami metabolisme dihati, kecuali

lisinopril yang tidak dimetabolisme. Eliminasi umumnya melalui ginjal, kecuali

fosinopril yang mengalami eliminasi di ginjal dan bilier. Kaptopril mengandung

gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk kelat dengan ion Zn dalam tempat

aktif ACE, terjadi hambatan secara kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin

II dan kadar aldosteron menurun. Akibatnya, tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi

Na, sehingga tekanan darah menurun.10

9

Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat ACE adalah menghambat

pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak aktif, sehingga kadar bradikinin dalam

darah meningkat, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.

Penghambat ACE memiliki peran khusus yang penting dalam pengobatan pasien

dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi proteinuria dan menstabilkan

fungsi ginjal bahkan walaupun tidak terjadi penurunan tekanan darah.10

Ginjal memegang peranan utama pada pengaturan tingginya tekanan darah,

yang berlangsung melalui suatu sistem khusus, yakni Sistem Renin-Angiotensin,

singkatnya RAS. Bila volume darah yang mengalir melalui ginjal berkurang dan

tekanan darah di glomeruli ginjal menurun, misalnya karena penyempitan arteri

setempat, maka ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim proteolitis renin.

Dalam plasma, renin menghidrolisis protein angiotensinogen yang terbentuk di

dalam hati menjadi angiotensin I (AT I). Zat ini diubah oleh enzim Angiotensin

Converting Enzyme, yang disintesa di paru-paru (ACE) menjadi zat aktif angiotensin

II. AT II ini kuat, dan menstimulasi sekresi hormon aldosteron oleh anak-ginjal

dengan sifat retensi garam dan air. Akibatnya ialah volume darah dan tekanan darah

naik.10

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain:

mengkonsumsi terlalu banyak garam, stress, merokok, kehamilan. Tindakan-

tindakan umum untuk menurunkan tekanan darah; menguruskan badan, mengurangi

garam dalam pola makan, berhenti merokok, membatasi minum kopi dan alkohol,

cukup istirahat dan tidur.11

Pengobatan dengan antihipertensi dimulai dengan dosis rendah agar tekanan

darah jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian, setiap 1-2

minggu dosis berangsur-angsur dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan.

Begitu pula penghentian terapi harus secara berangsur pula.11

2.1.3.3. Dosis

Kaptopril mula-mula diberikan dengan dosis 25 mg 2 atau 3 kali sehari, 1-2

jam sebelum makan. Respons tekanan darah maksimal terlihat 2-4 jam setelah dosis

tersebut. Pada interval 1-2 minggu, dosis dapat ditingkatkan sampai tekanan darah

terkontrol.5

10

2.1.3.4. Efek Samping

Efek sampingnya yang sering terjadi adalah hilangnya rasa terkadang juga

penciuman, batuk kering, dan eksanthema. Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih

dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal.

Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita

hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan

maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap

bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.11

Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping

ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini

muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita

terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung

leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan

dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut

pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya

neutropenia.10,11

Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis

berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa

pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat

pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka

hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu

dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang

umumnya mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi

dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.

Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek

tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.

Teriadi perubahan rasa, yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang

meskipun obat diteruskan.5,10

Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan

ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan

pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.11

11

2.1.3.5. Indikasi dan Kontraindikasi

Tujuan Penggunaan adalah sebagai terapi pada hipertensi esensial dan

hipertensi renovaskuler.

a. Indikasi:5

Untuk pengobatan hipertensi sedang dan berat yang tidak dapat

diatasi dengan pengobatan kombinasi lain. Kaptopril dapat

dipergunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan obat

antihipertensi lain terutama tiazid.

Payah jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol

dengan diuretik dan digitalis.

b. Kontraindikasi:5

Hipersensitif terhadap kaptopril dan obat-obat ACE-inhibitor lainnya.

ACE-inhibitor dikontraindikasikan pada wanita hamil karena bersifat

teratogenik. Pemberian pada ibu menyusui juga kontraindikasi ACE-inhibitor

diekskresi melalui ASI dan berakibat buruk terhadap fungsi ginjal bayi.

Dalam JNC VII, ACE-inhibitor diindikasikan untuk hipertensi dengan

penyakit ginjal kronik. Namun harus berhati-hati terutama bila ada hipertensi

kalemia, karena ACE-inhibitor akan memperberat hyperkalemia. Kadar

kreatinin darah perlu dipantau selama pemberian ACE-inhibitor. Bila terjadi

peningkatan keatinin, maka obat ini harus dihentikan. ACE-inhibitor

dikontraidikasikan pada stenosis arteri renalis bilateral atau unilateral pada

ginjal tunggal.

Pemberian bersama diuretik hemat kalium dapat menimbulkan

hiperkalemia. Pemberian bersama antasida akan mengurangi absorpsi,

sedangkan kombinasi dengan AINS akan mengurangi efek antihipertensinya

dan menambah risiko hiperkalemia.

2.1.3.6. Interaksi Obat

Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi interaksi farmakokinetika dan

interaksi farmakodinamik. Farmadinamik mempengaruhi hubungan konsentrasi-efek

obat, sedangkan farmakokinetik menentukan hubungan dosis-konsentrasi obat.

Proses-proses farmakokinetik seperti absorpsi, distribusi, dan eliminasi menentukan

berapa cepatnya, berapa konsentrasinya dan untuk berapa lama obat tersebut akan

berada pada organ target. Konsep farmakodinamik tentang respons maksimum dan

12

sensitivitas menentukan besarnya efek pada konsentrasi tertentu.5 Berikut ini adalah

tabel jenis obat yang mengalami interaksi obat-obat pada penderita rawat inap

geriartri di RS Dr. Sardjito Yogyakarta.12

Tabel 2.1. Jenis Obat Yang Mengalami Interaksi Obat-obat Pada Rawat

Inap Geriartri di RS Dr. Sardjito Yogyakarta

Sumber : Rahmawati F. Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit

Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. 2006.

Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa terdapat interaksi kaptopril

terhadap furosemid, alupurinol, asetoal dan antasida. Berikut merupakan penjelasan

interaksi kaptopril dengan obat lain :13,14

1. Kaptopril dengan furosemid

Penggunaan ACE-inhibitor dengan furosemid efektif dan aman

digunakan. Akan tetapi dapat terjadi hipotensi pada pemberian pada dosis pertama,

terutama apabila pemakain dosis tinggi diuretik yaitu lebih dari 80mg per hari dan

biasanya berkaitan dengan keadaan gagal jantung, hipertensi renovascular,

13

hemodialisa, renin-angiotensin yang tinggi, diet rendah sodium, dehidrasi, diare, dan

mual.

2. Kaptopril dengan alupurinol

Terdapat tiga kasus Stevens-Johnson syndrome dan dua kasus

hipersensitifitas yang dilaporkan dalam penggunaan kaptopril dan alupurinol.

Anafilaksis dan infark miokard terjadi pada satu orang yang menggunakan enalapril

dengan alupurinol. Kombinasi ACE-inhibitor dengan alupurinol mungkin

meningkatkan resiko leukopenia dan infeksi yang serius. ACE-inhibitor mungkin

meningkatkan level plasma digoksin dan litium dan mungkin meningkatkan

hipersensitifitas terhadap alupurinol.

3. Kaptopril dengan antacid

Antasid dapat mengurangi bioavalibitas dari ACE-inhibitor akan tetapi

jarang sekali kejadian yang menimbulkan gejala klinis.

2.1.4. Spektrofotometer

2.1.4.1. Definisi

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya

yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk

mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer

dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat

terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun

celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan

diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi

melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin

diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu

trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang

14

gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai

cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum

tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau

blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan

blangko ataupun pembanding.15

Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap

dengan frekuensi panjang gelombang sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi

yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah

tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektra

dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif.

Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding

dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga

dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.16

Semua molekul dapat mengabsorpsi

radiasi daerah UV-Vis karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun

menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi.17

Sinar

ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar

tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm.Error! Bookmark not

defined.

Berikut ini adalah uraian bagian-bagian spektrofotometer.Error! Bookmark not defined.

1. Sumber-sumber lampu; lampu deutrium digunakan untuk daerah UV pada

panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau

lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara

350-900 nm.

2. Monokromator: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.

Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar

monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.

3. Sel absorpsi: Pada pengukuran didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca

corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus

menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih

15

besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi

bentuk silinder dapat juga digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang

bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil

leburan serta seragam keseluruhannya.

4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap

cahaya pada berbagai panjang gelombang.

2.1.4.2. Cara Kerja

Gambar 2.2. Cara Kerja Spektrofotometer

Sumber gambar : www.hitachi-hitec.com

Keterangan Gambar:

Sumber sinar yang diperlukan adalah sumber sinar yang menyediakan seluruh

spektrum tampak dan ultra-ungu dekat sehingga didapatkan spektrum pada daerah

200 nm – 800 nm. Karena alasan tersebut maka sumber sinar yang digunakan

adalah kombinasi dari lampu deutrium untuk mendapatkan spektrum UV dan

lampu tungsten/halogen untuk mendapatkan spektrum tampak. Kemudian hasil

kombinasi kedua lampu tersebut difokuskan pada kisi difraksi. Tanda panah biru

menunjukan jalur berbagai panjang gelombang sinar diteruskan dengan arah yang

16

berbeda. Celah (slit) hanya menerima sinar pada daerah panjang gelombang yang

sangat sempit untuk diteruskan ke spektrometer. Sinar datang dari kisi difraksi dan

celah akan mengenai lempeng putar dan satu dari tiga hal berikut dapat

terjadi:Error! Bookmark not defined.

1. Jika sinar mengenai bagian transparan, sinar akan mengarah langsung dan

melewati sel yang mengandung sampel. Kemudian dipantulkan oleh cermin

ke lempeng putar kedua. Lempeng ini berputar ketika sinar datang dari

lempeng yang pertama, sinar akan mengenai bagian cermin lempeng kedua.

Yang kemudian memantulkannya ke detektor. Selanjutnya mengikuti jalur

merah pada diagram diatas.

2. Jika berkas asli sinar dari celah mengenai bagian cermin lempeng putar

pertama, berkas akan dipantulkan sepanjang jalur hijau. Setelah cermin, sinar

melewati sel referens. Akhirnya sinar mencapai lempeng kedua yang

berputar, sehingga sinar mengenai bagian transparan. Selanjutnya akan

melewati detektor.

3. Jika sinar mengenai bagian hitam lempeng pertama, sinar akan dihalangi –

dan untuk sesaat tidak ada sinar yang melewati spektrometer. Komputer akan

memproses arus yang dihasilkan oleh detektor karena tidak ada sinar yang

masuk

17

2.2. Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep ini dijelaskan terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi panjang gelombang serapan maksimum kaptopril sampel.

Faktor-faktor tersebut diantaranya: kandungan kaptopril, bahan pengotor,

pelarut, vehikulum, proses pembuatan tablet. Penelitian kali tidak dibahas

pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap panjang gelombang serapan

maksimum kaptopril. Penelitian kali ini hanya bersifat skrining panjang

gelombang, yaitu hanya melihat panjang gelombang serapan maksimum

berdasarkan hasil perekaman panjang gelombang sampel dengan

spektrofotometer Uv-vis. Berikut bagan kerangka konsep pada penelitian kali

ini:

: Diteliti pada penelitian ini

: Tidak diteliti pada penelitian ini

Gambar 2.3. Skema Kerangka Konsep Penelitian

Skrining panjang

gelombang serapan

maksimum kaptopril

sampel

Spektrofotometer

Uv-vis

Sesuai

standar

Tidak sesuai

standar

Kandungan kaptopril

Pelarut

Vehikulum

Proses pembuatan tablet

Asli

Palsu

Penelitian lebih lanjut

18

2.3. Definisi Operasional

Tabel 2.2. Definisi Operasional

No Variabel Penguk

ur

Alat Ukur Cara Pengukuran Skala

pengukuran

1 Panjang

gelombang

serapan

maksimum

Peneliti Spektrofotometer

UV-Vis U2910

Sesuai dengan prosedur

baku pengukuran

panjang gelombang

Dibagi atas:

Sesuai: jika

mean dari dua

kali pengukuran

pada rentang

226.38-235.62

nm

Tidak sesuai:

jika mean dari

dua kali

pengukuran

tidak pada

rentang 226.38-

235.62 nm

Katagorik

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif katagorik. Penelitian

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang berusaha menggambarkan

objek, variabel, gejala, atau keadaan dengan apa adanya. Metode ini tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu. Peneliti juga tidak melakukan

kontrol dan manipulasi terhadap variabel penelitian.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus 2011.

Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Pasar

Pramuka dan skrining dilaksanakan pada bulan Februari dan Agustus 2011 di

laboratorium Farmakokinetik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.3. Populasi dan Subyek penelitian

3.3.1. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh toko obat di Pasar

Pramuka.

3.3.2. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah seluruh toko obat di Pasar

Pramuka yang menjual tablet kaptopril.

3.3.3. Kriteria Sampel

Penelitian dilakukan di laboratorium kimia analsis FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan kriteria :

A. Kriteria Inklusi

Tablet kaptopril 25 mg yang dibeli di Pasar Pramuka Jakarta

20

B. Kriteria Ekslusi

1. Tablet kaptopril yang bukan berasal dari toko obat di Pasar

Pramuka.

2. Tablet kaptopril yang sudah kadaluarsa.

3.3.4. Jumlah Sampel

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan rumus deskriptif kategorik, rumus deskriptif katagorik yaitu:18

Zα2

x P x Q

N =

d2

Ket :

Zα : adalah deviat baku alfa, α5% (Zα = 1,96)

P : merupakan proporsi dari kategori variabel yang diteliti

(25%).

Q : 1-P (75%)

d : merupakan kesalahan penilitian yang masih bisa diterima

untuk memprediksi proporsi yang akan diperoleh. Peneliti

menetapkan presisi sebesar 10%.

Dengan demikian sampel yang diambil pada penelitian ini adalah:

N = Zα² x P x Q

= (1,96)² x 0,25 x 0,75

0.1²

= 73

Dengan demikian sampel yang diambil pada penelitian ini

sebanyak 73 sampel.

21

3.3.5. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Dari

282 toko di Pasar Pramuka diambil 73 sampel kaptopril dari merk generik

ataupun paten. Jika nomer toko yang telah ditentukan merupakan toko bukan

penjual obat maka pengambilan sampel pada toko tersebut digantikan ditoko

sebelahnya atau toko obat yang paling dekat dengan toko tersebut.

Pengambilan sampel oleh peneliti tidak berdasarkan ijin penjual obat

(informed consent) agar tidak terjadi bias.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian

Pengambilan Sampel

di Pasar Pramuka

Penggerusan Sampel

Pembuatan Pelarut

Buffer Fosfat Citrat

dengan pH 7

Pembuatan Larutan

Kaptopril Standar

dan Sampel

Pembacaan Panjang Gelombang Serapan Maksimum dengan Spektrofotometer

Uv-Vis

Analisis Hasil Serapan Maksimum Panjang Gelombang (Menggunakan SPSS

16)

22

3.4.2. Cara Kerja

A. Persiapan Penelitian

(1) Alat :

1. Hitachi U-2910 Spectrophotometer UV-Vis

2. HP Pro Desktop (Windows Xp Pro, Software UV-Solution U-

2910)

3. Pipet (Nichipet) 5 mL dan 10 mL

4. Kuvet 3.5 mL

5. Vortex ( SRS710HA Advantec)

6. Timbangan Digital (AND GX-200)

7. Mesin Sentrifuge (Hettich EBA 21)

8. 73 tabung reaksi

9. Rak tabung reaksi

(2) Bahan :

1. Standar kaptopril

2. Kaptopril sampel sebanyak 73 tablet

3. Buffer Fosfat Citrat dengan pH 7

4. Metanol

B. Pembuatan Buffer Fosfat Citrat pH 7

Pembuatan buffer menggunakan metode sesuai Farmakope

dengan modifikasi. Buffer merupakan gabungan dari asam lemah

dengan garam konjugatnya atau basa lemah dengan garam

konjugatnya. Buffer berfungsi untuk menjaga pH sebuah larutan.

Pertama, buat larutan Na2HPO4 1 M. Lakukan penimbangan

garam Na2HPO4 sebanyak 70,98 gram. Isi garam tersebut ke dalam

gelas ukur, kemudian tambahkan aquades hingga 500 mL. Lakukan

homogenisasi larutan dengan menggunakan stirrer sehingga larutan

benar-benar tercampur. Setelah larutan Na2HPO4 terbentuk, baru

kemudian buat larutan 0,2 M Na2HPO4 yang nanti akan menjadi bahan

buffer fosfat citrate ph 7. Ambil 100 mL larutan Na2HPO4 1 M,

23

kemudian campurkan dengan 400 mL aquades. Maka larutan

Na2HPO4 0,1 M telah selesai dibuat.

Langkah berikutnya adalah membuat larutan 0,1 M asam sitrat,

dengan terlebih dahulu membuat asam sitrat 1 M. Pertama-tama

lakukan penimbangan garam asam sitrat sebanyak 94,55 gram dengan

menggunakan timbangan digital., kemudian masukkan ke dalam gelas

ukur dan tambahkan aquades hingga mencapai 500 mL. Lakukan

homogenisasi larutan dengan menggunakan stirrer. Setelah larutan 1

M asam sitrat dibuat, buat larutan 0,1 M asam sitrat dengan cara

mengambil 50 mL larutan 1 M asam sitrat dan tambahkan 450 mL

aquades sehingga terbentuklah larutan asam sitrat 0,1 M.

Kemudian, buat buffer fosfat sitrat pH 7 dengan

mencampurkan larutan Na2HPO4 0,2 M dan larutan asam sitrat 0,1 M.

Buffer yang dibuat harus memiliki pH 7 yang terdiri dari Na2HPO4

0,2 N sebanyak 218 ml dan Asam Sitrat 0,1 N sebanyak 32,5 ml.

Setelah Na2HPO4 dengan Asam Sitrat tercampur, tambahkan

Aquades ke dalam gelas kimia hinga volume larutan menjadi 500 ml.

C. Pembuatan Larutan Kaptopril Standar

Pembuatan larutan standar dan sampel mengunakan metode

sesuai Farmakope, metode sesuai pada jurnal El-nany dan jurnal

Ribeiro dengan modifikasi.8, 19 , 20

Sebanyak 25 mg kaptopril

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Masukkan metanol 2 mL ke

dalam tabung tersebut. Kemudian gunakan vortex dengan kecepatan

setengah dan tidak dipanaskan agar bubuk kaptopril dan metanol

menjadi homogen. Kemudian tambahkan buffer fosfat citrate

sebanyak 6 mL ke dalam tabung. Setelah itu, lakukan sentrifugasi

selama 3 menit dengan kecepatan 2000 rpm.

24

D. Pembuatan Larutan Kaptopril Sampel

Pembuatan larutan standar dan sampel mengunakan metode

sesuai Farmakope dan metode sesuai pada jurnal El-nany dan jurnal

Ribeiro dengan modifikasi.8,19,20

Kaptopril yang telah ditumbuk

menjadi bubuk halus dimasukkan sebanyak 25 mg ke dalam tabung

reaksi. Tambahkan metanol 2 mL ke dalam tabung tersebut.

Kemudian gunakan vortex dengan kecepatan setengah dan tidak

dipanaskan agar bubuk kaptopril dan metanol menjadi homogen.

Kemudian tambahkan buffer fosfat citrate sebanyak 6 mL ke dalam

tabung. Setelah itu, lakukan sentrifugasi selama 3 menit dengan

kecepatan 2000 rpm. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada setiap

sampel.

E. Penggunaan Alat Spektrofotometer

Penggunaan spektrofotometer UV-Vis ini berdasarkan metode

yang telah ditetapkan oleh Clarke.Error! Bookmark not defined.

Secara singkat penggunaan spektrofotometer adalah sebagai berikut :

Langkah pertama pastikan alat spektrofotometer tersambung

dengan komputer. Kemudian tekan switch power on dan tunggu

hingga 30 menit agar mesin siap dipakai. Lalu buka software UV-

Solution U-2910 dan tunggu hingga sofware dan mesin terhubung.

Setelah itu kita lakukan penetapan baseline dengan

menggunakan buffer fosfat citrate dengan pH 7 dan men-nol-kan

serapan. Kemudian masukan kaptopril sampel ke dalam mesin

spektrofotometer dengan menggunakan kuvet 3.5 mL untuk memulai

pembacaan. Pada setiap selesai pembacaan, kuvet dibilas

menggunakan buffer fosfat citrate dengan pH 7.

25

F. Pembacaan Panjang Gelombang Kaptopril Standar

Siapkan salah satu tabung kuvet yang akan digunakan, isi

kuvet dengan larutan kaptopril standar sebanyak 3,5 mL dengan

menggunakan pipet. Masukkan kuvet tersebut ke dalam mesin

spektrofotometer Uv-vis. Kemudian lakukan pembacaan panjang

gelombang serapan maksimum dengan rentang 200-400 nm.

G. Pembacaan Panjang Gelombang Kaptopril Sampel

Siapkan salah satu tabung kuvet yang akan digunakan. Untuk

pembilasan kuvet, isi kuvet dengan larutan kaptopril sampel sebanyak

1,5 mL dengan menggunakan pipet. Setelah itu isi kuvet dengan

larutan kaptopril sampel sebanyak 3,5 mL dengan menggunakan

pipet. Masukkan kuvet tersebut ke dalam mesin spektrofotometer Uv-

vis. Kemudian lakukan pembacaan panjang gelombang serapan

maksimum dengan rentang 200-400 nm.

3.5. Managemen Data

3.5.1. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Pengumpulan data dilakukan saat penelitian pada bulan

Februari 2011 dan Agustus 2011.

2. Data yang diperoleh, yaitu data yang didapatkan berdasarkan

pembacaan panjang gelombang serapan maksimum dengan

spektrofotometer Uv-Vis.

3.5.2. Pengolahan Data

Data yang didapatkan diedit dan dikoding untuk kemudian

dimasukkan dan dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan

Sofware Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0.

26

3.5.3. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan menampilkan gambaran

panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar dan sampel

dan kemudian di analisis berdasarkan standar deviasi panjang

gelombang serapan maksimum kaptopril standar.

3.5.4. Rencana Penyajian Data

Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tekstuler dan

tabuler.

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karateristik Sampel

Penelitian ini dilaksanakan selama empat minggu di Pasar Pramuka dan di

laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan di Pasar Pramuka dengan cara

membeli tablet kaptopril tanpa memberikan informed consent. Pengambilan sampel

dilakukan dengan metode simple random sampling. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari adanya bias. Pada saat pengambilan sampel, beberapa toko tempat

pengambilan sampel tutup dan beberapa toko juga tidak menjual kaptopril. Karena

hal tersebut, peneliti mengganti toko yang tidak menjual kaptopril dan toko tutup

tersebut dengan toko terdekat yang menjual kaptopril dan toko terdekat yang buka.

Pada penelitian ini, diperoleh hasil yang akan disajikan sebagai berikut:

gambaran panjang gelombang serapan maksimum kaptopril standar; gambaran

panjang gelombang serapan maksimum sampel dan hubungannya dengan panjang

gelombang standar.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril

Standar.

Penelitian didahului dengan melihat panjang gelombang serapan

maksimum kaptopril standar sebagai tolak ukur dalam analisis hasil

penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang gelombang serapan

maksimum kaptopril standar terlihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan

Maksimum Kaptopril Standar

Zat yang diuji λ max

Kaptopril Standar 231.8

28

Dari tabel 4.1. terlihat bahwa panjang gelombang serapan maksimum

kaptopril standar adalah 231.8 nm. Nilai ini akan menjadi tolak ukur untuk

dibandingkan dengan panjang gelombang serapan maksimum pada sampel.

4.2.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel dan

Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar

Setelah diketahui panjang gelombang serapan maksimum kaptopril

standar, maka dilakukan skrining panjang gelombang serapan maksimum

sampel penelitian. Setelah itu dibuat tabel analisis antara panjang gelombang

serapan maksimum kaptopril standar dengan panjang gelombang serapan

maksimum sampel. Maka didapatlah hasil berikut:

Tabel 4.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel dan

Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar

No Sampel λ 1 max λ 2 max Mean Keterangan

1 3 231.2 232 231.6 Sesuai Standar

2 5 232.8 232.2 232.5 Sesuai Standar

3 7 231.8 233.2 232.5 Sesuai Standar

4 16 231.4 231.6 231.5 Sesuai Standar

5 26 232.6 233.2 232.9 Sesuai Standar

6 33 233.4 234.4 233.9 Sesuai Standar

7 36 230.6 233.2 231.9 Sesuai Standar

8 43 232.4 231.8 232.1 Sesuai Standar

9 45 231.6 233.2 232.4 Sesuai Standar

10 48 230.2 233.4 231.8 Sesuai Standar

11 53 232.8 230.4 231.6 Sesuai Standar

12 57 230.8 233.6 232.2 Sesuai Standar

13 58 230.2 231.2 230.7 Sesuai Standar

14 59 232.4 234.4 233.4 Sesuai Standar

15 61 231.4 234.4 232.9 Sesuai Standar

16 66 231.4 233.4 232.4 Sesuai Standar

17 69 231.8 232 231.9 Sesuai Standar

18 73 232.6 233.6 233.1 Sesuai Standar

19 74 232.6 234 233.3 Sesuai Standar

20 77 232.6 234.6 233.6 Sesuai Standar

21 78 230.8 231.2 231 Sesuai Standar

29

22 81 232.2 234.6 233.4 Sesuai Standar

23 83 230.6 230.4 230.5 Sesuai Standar

24 87 232 232.4 232.2 Sesuai Standar

25 91 230.8 229.6 230.2 Sesuai Standar

26 93 232.2 233 232.6 Sesuai Standar

27 95 229.6 234.8 232.2 Sesuai Standar

28 97 231.2 233.4 232.3 Sesuai Standar

29 99 231.6 234.8 233.2 Sesuai Standar

30 102 234.6 235 234.8 Sesuai Standar

31 107 234.6 235 234.8 Sesuai Standar

32 108 234 231.6 232.8 Sesuai Standar

33 110 230.6 231.6 231.1 Sesuai Standar

34 111 232.4 234.4 233.4 Sesuai Standar

35 112 231.4 233 232.2 Sesuai Standar

36 115 230.2 235.8 233 Sesuai Standar

37 129 229.8 232.8 231.3 Sesuai Standar

38 132 232.6 232.2 232.4 Sesuai Standar

39 141 232.4 235 233.7 Sesuai Standar

40 149 232.8 229.8 231.3 Sesuai Standar

41 151 232 233.6 232.8 Sesuai Standar

42 152 232 233.6 232.8 Sesuai Standar

43 155 231.6 231.8 231.7 Sesuai Standar

44 170 231.4 235 233.2 Sesuai Standar

45 175 231 234.2 232.6 Sesuai Standar

46 177 232 230.6 231.3 Sesuai Standar

47 179 230.4 229.8 230.1 Sesuai Standar

48 181 230.2 234 232.1 Sesuai Standar

49 190 234 230.6 232.3 Sesuai Standar

50 192 231.2 231.6 231.4 Sesuai Standar

51 194 231.2 234.8 233 Sesuai Standar

52 196 231 230.4 230.7 Sesuai Standar

53 199 233 235.2 234.1 Sesuai Standar

54 209 231.6 235.4 233.5 Sesuai Standar

55 212 232.8 232 232.4 Sesuai Standar

56 215 233.8 234.2 234 Sesuai Standar

57 217 231.4 229.6 230.5 Sesuai Standar

58 221 232.4 234 233.2 Sesuai Standar

59 232 231.8 234.4 233.1 Sesuai Standar

60 234 233 231 232 Sesuai Standar

61 240 233.2 235 234.1 Sesuai Standar

62 241 232.2 230.4 231.3 Sesuai Standar

63 245 232.8 234.6 233.7 Sesuai Standar

64 248 233.8 231.6 232.7 Sesuai Standar

65 249 233.2 233.8 233.5 Sesuai Standar

66 256 232.2 234 233.1 Sesuai Standar

67 267 231.2 234.4 232.8 Sesuai Standar

68 270 231.4 234.6 233 Sesuai Standar

30

69 271 233.6 234.4 234 Sesuai Standar

70 274 231 234.6 232.8 Sesuai Standar

71 275 231.8 233.6 232.7 Sesuai Standar

72 279 233 231 232 Sesuai Standar

73 282 232.8 232.6 232.7 Sesuai Standar

Pada penelitian ini, pengukuran panjang gelombang serapan maksimum

setiap sampel dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

bias pada data yang diperoleh. Untuk analisis terhadap kaptopril standar, digunakan

rerata (mean) dari kedua pengukuran. Setelah itu hasil dari rerata tersebut dianalisis

dengan standar deviasi 2% yang telah ditetapkan Farmakope dengan rentang normal

yaitu 226.38-235.62 nm.Error! Bookmark not defined.

Berdasarkan hasil dari analisis dengan standar deviasi 2% didapatkan bahwa

100% sampel kaptopril memenuhi panjang gelombang serapan maksimum kaptopril

standar.

4.3. Pembahasan

Pada penelitian skrining panjang gelombang serapan maksimum kaptopril

yang dijual di Pasar Pramuka dengan metode spektrofotometer UV-Vis ini bersifat

kualitatif,7 yaitu melihat kesesuaian panjang gelombang serapan maksimum

kaptopril standar dengan panjang gelombang serapan maksimum sampel kemudian

dianalisis berdasarkan standar deviasi panjang gelombang serapan maksimum

kaptopril standar yaitu sebesar 2% dengan rentang normal 226.38-235.62 nm.Error!

Bookmark not defined.

Standar deviasi 2% diperlukan karena terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi pengukuran seperti ikatan dengan pembawa, ikatan dengan senyawa

lain yang terikat dengan zat aktif kaptopril, hal tersebut yang menyebabkan terjadi

pergeseran panjang gelombang.7 Pada pengukuran sampel yang sama, pengukuran

pertama dan pengukuran kedua juga memberikan hasil yang berbeda. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Karena itu, pada pengukuran ini diambil mean atau

rata-rata dari hasil pengukuran panjang gelombang pertama dan panjang gelombang

kedua.

31

Setiap senyawa mempunyai panjang gelombang serapan maksimum yang

berbeda, apabila terdapat penyimpangan terhadap panjang gelombang serapan

maksimum yang melebihi standar deviasi, hal tersebut berarti tidak adanya senyawa

tersebut ataupun terdapat senyawa lain yang bukan senyawa yang diuji. Menurut

WHO, obat palsu dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu:4 (1) Produk tanpa zat

aktif (API) (2) Produk dengan kandungan zat aktif yang kurang (3) Produk dengan

zat aktif berbeda (4) Produk yang diproduksi dengan menjiplak produk milik pihak

lain (5) Produk dengan kadar zat aktif yang sama tetapi menggunakan label dengan

nama produsen atau negara asal berbeda.

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa 73 sampel kaptopril dari Pasar

Pramuka yang kemudian dianalisis didapatkan bahwa 100% sampel memenuhi

standar panjang gelombang serapan maksimum dengan standar deviasi 2% dari

panjang gelombang serapan maksimum standar dengan rentang normal 226.38-

235.62 nm.

Pada penelitian lain secara kuantitatif didapatkan hasil berikut, diperoleh

kadar untuk tablet Captopril generik (Indofarma) sebesar 103,31 % ± 0,0435, tablet

Captopril (Dexa Medica) sebesar 100,41% ± 0,0883, dan tablet nama dagang; tablet

Dexa Cap (Dexa Medica) sebesar 102,41% ± 0,1086, tablet Otoryl (Otto) sebesar

100,63% ± 0,7438, tablet Tensicap (Sanbe Farma) sebesar 99,40% ± 0,3131, tablet

Captensein (Kalbe Farma) sebesar 102,03% ± 0,4007, tablet Farmoten (Pratapa

Nirmala) sebesar 100,40% ± 0,3133. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar

kaptopril dalam sediaan tablet dengan nama dagang maupun generik, memenuhi

standar persyaratan tablet menurut The United States Pharmacopeia (2007) yaitu

tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada

etiket.21

Penelitian ini bukanlah untuk menentukan suatu obat palsu atau tidak, tetapi

penelitian ini bersifat skrining, untuk menentukan kesesuaian zat aktif pada kaptopril

standar dan sampel. Walaupun seluruh sampel telah memenuhi panjang gelombang

serapan maksimum standar, tidak menutup kemungkinan sampel tersebut merupakan

obat palsu. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tambahan untuk menghitung

kadar kaptopril sampel dengan metode kuantitatif.7

32

4. 4. Keterbatasan Penelitian

4.4.1. Variabel Penelitian

Peneliti hanya meneliti satu variabel, yaitu panjang gelombang

serapan maksimum untuk mengetahui ada tidaknya zat aktif kaptopril pada

sampel. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran

panjang gelombang serapan maksimum sampel, antara lain bahan pembawa,

proses pembuatan tablet, dan bahan lainnya yang terkandung dalam tablet.

Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara faktor-

faktor tersebut dengan pergeseran panjang gelombang serapan maksimum

sampel.

4. 4. 2. Sampel Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam pengambilan sampel, antara

lain terdapat beberapa toko yang telah ditunjuk menjadi tempat pengambilan

sampel, sedang tutup atau tidak menjual kaptopril. Karena hal tersebut,

peneliti mengganti toko tersebut dengan toko terdekat yang buka atau yang

menjual kaptopril.

33

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan 73 sampel dari Pasar Pramuka yang

kemudian dianalisis didapatkan bahwa 100% sampel kaptopril memenuhi standar

panjang gelombang serapan maksimum kaptopril 231.8 nm dengan standar deviasi

2% dengan rentang normal 226.38-235.62 nm.

5.2. Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan kadar kaptopril dan

penggunaan kromatografi untuk mengukur secara kuantitatif kandungan kaptopril

dalam suatu obat.

International Pharmaceutical Manufacturers (IPMG) mulai melakukan

sosialisasi kepada masyarakat tentang obat palsu melalui slogan “STOP dengan

CINTA”. Supaya terhindar dari obat palsu (STOP) dengan cermati kemasan dan

obatnya, ingat untuk merusak kemasan lama, niat hidup lebih sehat, tempat membeli

obat di apotek, ajak semua untuk saling mengingatkan (CINTA).22

Diperlukan peran

dari pemerintah untuk menciptakan sebuah gerakan bersama untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat akan bahaya peredaran obat palsu.

34

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Kesehatan No.

23 tahun 1992. ( Dipublikasi pada 2006, diakses pada September 2011).

Didapat dari :

http://www.binfar.depkes.go.id/data/files/1203426275_PEDOMAN%20OBAT%

20BEBAS%20DAN%20BEBAS%20TERBATAS.pdf

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang registrasi

obat. 2008. (Dipublikasi pada 2008, diakses pada September 2011).

Didapat dari :

http://www.depkes.go.id/downloads/Permenkes/registrasi_obat.pdf

3. The United States Trade Representative. National trade estimate report –

Indonesia (internet). 2009. ( Dipublikasi pada 3/29/2009, diakses pada

September 2011). Didapat dari :

http://www.ustr.gov/sites/default/files/uploads/reports/2009/NTE/asset_upload_file2

55_15479.pdf

4. World Health Organization. Quality assurance of pharmaceuticals: a

compendium of guidelines and related materials, Vol 1. 1997.

5. Katzung, Bertram G. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC;

1998.

6. Mycek MJ, Harvey R, Champe PC. Farmakologi. Edisi II. Jakarta: Widya

Medika; 2001.

7. Moffat AC, Osselton MD, Widdop B. Clarke„s analysis of drug and poisons.

3th ed. London: Pharmaceutical Press; 2004.

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV.

Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1995.

9. Ana. Apotek Rakyat, Mission Imposible? Majalah Farmacia [serial online]

2007 [cited 2011 September 14] Available from: URL:

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=468.

10. Goodman LS, Gilman A. Dasar Farmakologi Terapi Ed.10 Vol.2. Jakarta:

EGC; 2007.

35

11. Rahardja T. Obat-obat penting. Edisi V. Jakarta: Gramedia; 2002.

12. Rahmawati F. Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit

Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta. 2006.

13. Baxter K. Stockley‟s Drug Interactions Pocket Companion (Electronic

Serial). London: Pharmaceutical Press; 2009.

14. Harkness R. Interaksi obat. Bandung: Penerbit ITB; 1989.

15. Khopkar SM. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia; 1990.

16. Rohman A. Kimia farmasi analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2007.

17. Underwood A.L, R.A. Day JR. Analisis kimia kuantitatif. Jakarta: Penerbit

Erlangga; 2002.

18. Dahlan, Muhammad Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Salemba

Medika; 2009.

19. El-Enany Nahed, Belal Fathalla, Rizk Mohamed. Novel Spectrophotometric

Method for the Assay of Captopril in Dosage Forms using 2,6-

Dichloroquinone-4-Chlorimide. International Journal of Biomedical

Science ; 2008;4(2):147-154.

20. Ribeiro PRS, Pezza L, Pezza HR. A Simple Spectrophotometric Method For

The Determination Of Captopril In Pharmaceutical Preparations Using

Ammonium Molybdate. Brasil Journal Quimica Volume 35, number 3.

2010.

21. Manik UC. Penetapan Kadar Kaptropril Dalam Sediaan Tablet Secara

Spektrofotometri Ultraviolet. 2008. ( Dipublikasi pada 2010, diakses pada

September 2011). Didapat dari :

http://www.researchgate.net/publication/43605416_Penetapan_Kadar_Kaptro

pril_Dalam_Sediaan_Tablet_Secara_Spektrofotometri_Ultraviolet

22. International Pharmaceutical Manufacturers Group. Obat palsu (serial

online). 2009. Didapat dari:

http://www.ipmgonline.com/index.php?modul=issues&cat=ICounterfeit

36

Lampiran 1

Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS 16.0

Hasil Uji Statistik

Statistics

Peak 1

N Valid 73

Missing 0

Mean 231.8

Std. Deviation 1.173

Minimum 229.4

Maximum 234.6

Statistics

Mean Panjang

Gelombang

N Valid 73

Missing 0

Mean 232.53

Std. Deviation 1.50

Minimum 230.1

Maximum 234.8

Statistics

Peak 2

N Valid 73

Missing 0

Mean 233.25

Std. Deviation 1.729

Minimum 229.6

Maximum 236

37

Statistics

Mean Panjang

Gelombang

N Valid 73

Missing 0

Mean 232.53

Std. Deviation 1.50

Minimum 230.1

Gambaran Hasil Analisis Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memenuhi Standar 73 100.0 100.0 100.0

Lampiran 2

Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

Contoh Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Standar

38

(Lanjutan)

39

Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

40

(Lanjutan)

Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

Contoh Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Sampel 3

pada running pertama

41

(Lanjutan)

Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

42

(Lanjutan)

Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

Contoh Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kaptopril Sampel 3

pada running kedua

43

(Lanjutan)

Contoh Hasil Pembacaan Spektrofotometer

44

Lampiran 3

Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Anaytullah

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Maret 1990

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Olahraga I No. 24 Rt.007 Rw.015 Kramat Jati

Jakarta Timur

Nomor Telepon/HP : 085691085867

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996-2002 : SDN Cililitan 01 Pagi Jakarta Timur

2002-2005 : Global Islamic School Junior High

2005-2008 : Global Islamic School Senior High

2008- sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

2009-2010 : Center For Indonesian Medical Student Activities (SCORA)