skrining panjang gelombang serapan maksimum...
TRANSCRIPT
SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN
MAKSIMUM TABLET AMOKSISILIN YANG DIJUAL
DI PASAR PRAMUKA DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH
Anita Ratna Ningrum
NIM: 108103000010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 September 2011
Anita Ratna Ningrum
iii
SKRINING PANJANG GELOMBANG SERAPAN MAKSIMUM TABLET
AMOKSISILIN YANG DIJUAL DI PASAR PRAMUKA DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Anita Ratna Ningrum
NIM: 108103000010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
Pembimbing I
dr. Nurul Hiedayati, Ph.D
Pembimbing II
dr. Rachmania Diandini, MKK
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan penelitian berjudul SKRINING PANJANG GELOMBANG
SERAPAN MAKSIMUM TABLET AMOKSISILIN YANG DIJUAL DI
PASAR PRAMUKA DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS yang
diajukan oleh Anita Ratna Ningrum (NIM: 108103000010), telah diujikan dalam
sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 19 September 2011.
Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 19 September 2011
DEWAN PENGUJI
Penguji II
Nurmeilis, M.Si, Apt
Penguji III
dr. Rachmania Diandini, MKK
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd
Kaprodi PSPD FKIK UIN
DR. dr. Syarif Hasan Lutfie, Sp.KFR
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmat, hikmah, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Skrining panjang gelombang serapan
maksimum tablet Amoksisilin yang dijual di pasar pramuka dengan
spektrofotometer uv-vis”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat,dan umatnya.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak, sulit bagi
saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. (Hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang selalu berusaha dan memberikan
yang terbaik kepada mahasiswa PSPD.
2. Kaprodi PSPD FKIK UIN, dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. RM.
3. dr. Nurul Hiedayati. Ph.D dan dr. Racmadiandini. MKK selaku dosen
pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan dorongan moril
kepada saya dalam penyusunan penelitian ini.
4. Silvia Fitrina Nasution, M Biomed selaku penanggung jawab penelitian
untuk PSPD 2008 yang selalu mengingatkan dan memberikan arahan
untuk segera menyelesaikan penelitian ini.
5. Semua dosen-dosen saya, yang telah begitu banyak membimbing dan
memberikan kesempatan saya untuk menimba ilmu selama saya menjalani
masa pendidikan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rasa hormat
saya atas segala yang telah mereka berikan.
6. Danny dan Ayu Latifa sebagai pembantu Laboratorium yang menemani
dan mengarahkan penulis saat melakukan penelitian di laboratorium.
vi
7. Kedua orang tua saya, Sunardi Setyo Budi , SE dan Deswati, SSi. MPd
yang selalu memotivasi baik moril maupun materil dalam pendidikan
untuk meraih kesuksesan.
8. Adik-adik saya, Billy Aditya Pratama; Carlin Fadhil Sayyadad dan Calya
Nabila Ghania yang selalu menghibur dan menemani penulis ketika
penulisan penelitian ini.
9. Rr.Alvira Widjaya, yang selalu menginspirasi, mengoreksi dan
memberikan dukungan kepada penulis.
10. Seluruh teman dan sahabat di PSPD angkatan 2008, USMR, teman-teman
satu kelompok selama melakukan penelitian, dan teman-teman lain yang
telah memberikan bantuan dan dukungannya sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat menambah informasi sehingga penelitian ini dapat lebih sempurna. Semoga
penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dalam bidang ilmu
pengetahuan dan menjadi bagian dari amal ibadah penulis di mata Allah SWT.
Ciputat, 15 September 2011
Anita Ratna Ningrum
vii
ABSTRAK
Anita Ratna Ningrum. Program Studi Pendidikan Dokter. Skining Panjang
Gelombang Serapan Maksimum Tablet Amoksisilin yang Dijual di Pasar
Pramuka dengan Spektrofotometer Uv-Vis.
Berdasarkan laporan terakhir yang dikeluarkan United States Trade
Representative (USTR) tahun 2008 lalu, diperkirakan 25 persen dari obat yang
beredar di Indonesia adalah palsu. Obat palsu dampaknya sangat serius terhadap
kesehatan. Pemakaian Amoksisilin sebagai terapi infeksi saluran pernafasan atas
cukup sering digunakan, apabila Amoksisilin yang diberikan tidak mempunyai
kandungan zat aktif, tentulah efek terapi tidak akan muncul.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dekskriptif untuk melihat
kesesuaian antara panjang gelombang serapan maksimum sampel dengan puncak
panjang gelombang Amoksisilin standar dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Sampel pada penelitian berjumlah 73 sampel. Penelitian ini
menggunakan standar Amoksisilin dengan panjang gelombang serapan
maksimum 228,6 nm. Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum setiap
sample dilakukan sebanyak dua kali.Untuk analisis sampel peneliti menggunakan
rerata (mean) dari kedua pengukuran. Setelah itu hasil dari rerata tersebut
dianalisis dengan standar deviasi 2 Å nm. Dari 73 sampel didapatkan 6 (8,2%)
sampel yang tidak sesuai dengan standar. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menghitung kadar Amoksisilin pada setiap sampel secara kuantitatif.
Kata kunci: skrining, panjang gelombang serapan maksimum, amoksisilin.
Spektrofotometer UV-Vis.
Anita Ratna Ningrum. Faculty of Medicine. Screening of the wavelength of
Maximum Absorbance of Amoxicillin Tablets Sold at Pramuka Market using
Uv-Vis Spectrophotometer.
Based on last report by United States Trade Representative (USTR), in last
2008, it is estimated that 25 percent of drugs in Indonesia is fake. Fake drugs will
have serious effect on health. Furthermore, Amoxicillin is frequently used as
upper respiratory tract infection treatment. If the amoxicillin tablet does not
contain sufficient active ingredients, of course will not therapeutic effect. It
research each study design is descriptive cross sectional to measure the
wavelength of maximum absorbance of the sample drug and standard amoxicillin
and compare them using Uv-Vis Spectrophotometer. The sample consists of 73
sample. This research used amoxicillin with standard wavelength peak of 228,6
nm. The measurement of each sample’s peak wavelength is done twice. For the
sample analysis researcher used the mean of two measurement is checked
wheather within the range of 2 Å nm deviation standard. The result of the analysis
shows that there are 6 (8,2%) of the sample that are not as the standard. Further
research are needed to calculate Amoxicillin content on each sample
quantitatively.
Keywords : screening, wavelength of maximum absorbance, Amoksisilin, Uv-Vis
spectrophotometer
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL...................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................viiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xv
BAB 1: PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................3
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................5
2.1. Obat.............................................................................................................5
2. 2.Obat Palsu ...................................................................................................5
2.2.1. Definisi Obat Palsu..........................................................................5
2.2.2. Upaya Pemberantasan Obat Palsu...................................................6
2.2.2.1. Apotek Rakyat..................................................................6
2.2.2.2. Slogan S.T.O.P. dengan C.I.N.T.A...................................8
2.3 Antibiotik ....................................................................................................9
2.3.1. Klasifikasi dan Mekanisme kerja.....................................................9
2.4 Amoksisilin.................................................................................................10
2.4.1. Identitas..........................................................................................10
2.4.2. Farmakodinamik............................................................................11
2.4.3. Farmakokinetik..............................................................................11
2.4.4. Indikasi...........................................................................................12
2.4.5. Kontraindikasi................................................................................12
2.4.6. Dosis..............................................................................................12
2.4.7. Efek Samping.................................................................................13
2.4.8. Interaksi Obat.................................................................................15
2.5 Spektrofotometer UV-Vis...........................................................................16
2.5.1. Definisi..........................................................................................16
2.5.2. Cara Kerja Spektrofotometer UV-Vis............................................16
2.5.3. Mekanisme Pembentukkan Spektrum ...........................................18
2.5.4. Variasi Absorpsivitas dengan panjang gelombang........................21
ix
2.5.5. Kelebihan dan kekurangan spektrofotometer UV-Vis...................21
2.6. Kerangka Konsep.......................................................................................22
2.9. Definisi Operasional...................................................................................23
BAB 3: METODE PENELITIAN ......................................................................24
3.1 Desain Penelitian..........................................................................................24
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................24
3.2.1. Lokasi Penelitian............................................................................24
3.2.2. Waktu Penelitian............................................................................24
3.3 Populasi dan Sampel..................................................................................24
3.3.1. Populasi Terjangkau.......................................................................24
3.3.2. Populasi Target..............................................................................24
3.3.3. Sampel............................................................................................24
3.3.4. Jumlah Sampel...............................................................................25
3.3.5. Kriteria Sampel..............................................................................26
3.3.5.1. Kriteria Inklusi................................................................26
3.3.5.2. Kriteria Ekslusi................................................................26
3.4 Cara Kerja Penelitian..................................................................................26
3.4.1. Alur Penelitian...............................................................................26
3.4.2. Cara Kerja......................................................................................27
3.4.2.1. Persiapan Penelitian........................................................27
3.4.2.2. Pembuatan Larutan Amoksisilin Standar........................27
3.4.2.3. Pembuatan Larutan Amoksisilin Sampel........................27
3.4.2.4. Persiapan Alat Spektrofotometer UV-Visibel.................28
3.4.2.5. Pembacaan Panjang Gelombang Amoksisilin Standar...28
3.4.2.6. Pembacaan Panjang Gelombang Amoksisilin Sampel...28
3.5 Managemen Data........................................................................................29
3.5.1. Teknik Pengumpulan Data.............................................................29
3.5.2. Pengolahan Data............................................................................29
3.5.3. Analisa Data...................................................................................29
3.5.4. Penyajian Data...............................................................................29
BAB 4: HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................30
4.1 Karakteristik Sampel...................................................................................30
4.2 Hasil Penelitian............................................................................................31
4.2.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Amoksisilin
Standar..........................................................................................31
4.2.2. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum sampel dan
Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar....................31
4.2.3. Gambaran Persentase Panjang Gelombang Serapan Maksimum
Sampel yang Tidak Memebuhi Standar.......................................34
4.3 Pembahasan.................................................................................................34
4.4 Keterbatasan Penelitian...............................................................................38
4.4.1. Variabel Penelitian.........................................................................38
4.4.2. Sampel Penelitian...........................................................................38
BAB 5: SIMPULAN DAN SARAN....................................................................39
x
5.1 Simpulan......................................................................................................39
5.2 Saran............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
LAMPIRAN..........................................................................................................43
Lampiran 1.........................................................................................................43
Lampiran 2.........................................................................................................44
Lampiran 3.........................................................................................................46
Lampiran 4.........................................................................................................47
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.Panduan Penentuan Dosis Amoksisilin .................................................13
Tabel4.1.Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Amoksisilin
Standar...................................................................................................31
Tabel 4.2. Gambaran Panjang gelombang serapan maksimum Sampel dan
Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar............................................32
Tabel 4. 3. Gambaran Persentase Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel
yang Tidak Memenuhi Standar..............................................................................34
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Kimia Amoksisilin..............................................................10
Gambar 2.2. Perpindahan Energi ..........................................................................16
Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Spektrofotometer.................................................16
Gambar 2.4. Orbital molekular ikatan S................................................................18
Gambar 2.5. Orbital Molekular Ikatan P................................................................18
Gambar 2.6. Orbital Atomik Non Bonding............................................................19
Gambar 2.7. Transisi energi dalam absorpsi sinar UV dan Sinar Tampak............19
Gambar 2.8. Kelompok molekul Jenuh..................................................................19
Gambar 2. 9 Ikatan ganda pada dua atom yang tidak memilliki pasangan elektron
bebas.................................................................................................20
Gambar 2. 10. Ikatan Rangkap pada atom yang memiliki pasangan elektron
bebas.................................................................................................20
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian....................................................22
Bagan 3. 1. Alur Penelitian....................................................................................26
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Uji Statistik................................................................... ........43
Lampiran 2 Spektrum Amoksisilin Standar dan Sampel ..................................44
Lampiran 3 Sertifikat Analisis Amoksisilin Standar.........................................46
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup......................................................................47
xv
DAFTAR SINGKATAN
USTR United States Trade Representative adalah instansi pemerintahan
Amerika Serikat yang mengembangkan dan merekomendasikan
kebijakan Amerika Serikat bagian perdagangan.
IPMG International Pharmaceutical Manufacturers Group adalah
organisasi nirlaba yang beranggotakan 26 perusahaan farmasi
multinasional berbasis riset di Indonesia.
FDA Food and Drug Administration adalah Badan Pengawas Obat dan
Makanan yang terdapat di Amerika Serikat.
BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan
Sinar UV Sinar Ultraviolet
Uv-Vis Ultraviolet-Visibel
SK Surat Keputusan
KepMenkes Keputusan Menteri Kesehatan
WHO World Health Organization adalah salah satu badan PBB yang
bertindak sebagai sebagai koordinator kesehatan umum
internasional.
S.T.O.P. Supaya Terhindar Obat Palsu
C.I.N.T.A. Cermati kemasan dan obatnya, Ingat untuk merusak kemasan
lama, Niat hidup lebih sehat, Ajak semua untuk saling
mengingatkan.
BPFI Baku Pembanding Farmakope Indonesia
PO Per Oral
tid ter in die (tiga kali sehari)
bid bis in die (dua kali sehari)
CL Clirens Creatinin
Ig E Imunoglobulin E
Ig G Imunoglobulin G
Ig M Imunoglobulin M
SGPT Serum Glutamic Piruvic Transaminase, enzim ini banyak terdapat
di hati.
xvi
SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim yang
secara normal berada di sel hati dan organ lain
CPK Creatine phosphokinase adalah suatu enzim yang ditemukan di
jantung, otak, dan otot rangka.
KB Keluarga Berencana
amax maximum absorbance adalah serapan maksimum dari suatu
panjang gelombang
SPSS Sofware Statistical Program for Social Science merupakan
suatu software statistik
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terdapat beberapa kasus obat palsu, berdasarkan laporan terakhir yang
dikeluarkan USTR sebanyak 301 laporan di tahun 2008 lalu, diperkirakan 25
persen dari obat yang beredar di Indonesia adalah palsu. Apalagi di saat situasi
sulit, resesi global dan melambungnya biaya hidup, tidak dipungkiri harga
murah menjadi salah satu faktor penentu dalam membeli barang termasuk
obat.1
Menurut Ketua I, menyatakan tingginya peredaran obat palsu di
Indonesia saat ini karena harganya lebih murah dibandingkan obat yang
memiliki hak paten. Selain itu, dengan rendahnya tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap obat maka kebanyakan dari mereka hanya membeli,
mereka tidak memperdulikan apakah obat yang dibeli baik atau kurang baik,
asli atau palsu, apabila sudah membutuhkan obat pasti mereka akan asal
membeli. Ditambah lagi dengan kenaikan harga obat yang semakin tinggi,
masyarakat tentunya akan membeli obat yang murah. Padahal obat yang murah
tersebut belum tentu obat asli, justru harga obat palsu cenderung murah
dibandingkan obat yang asli.2
Obat palsu dampaknya sangat serius terhadap kesehatan. Tingkat
bahayanya tergantung pada zat yang dikandung. Menurut FDA tahun 2009,
banyak kemungkinan bahwa obat palsu hanya mengandung zat-zat yang tidak
aktif, dosis obat yang tidak sesuai, atau bahkan mengandung bahan subpoten
atau superpoten yang berbahaya. Obat palsu mempunyai beberapa efek
tergantung dengan zat apa yang dikandungnya. Efek toksik, efek yang tidak
teridentifikasi, dan efek kegagalan terapi merupakan contoh efek yang dapat
ditimbulkan oleh obat palsu.3
Sejak 1999-2006, BPOM menemukan sekitar 89 merk obat yang
dipalsukan di pasar domestik. Obat-obat yang dipalsukan adalah obat yang
2
2
laku di pasar, salah satunya adalah obat dengan merk Amoxan yaitu
amoksisilin.4
Kebanyakan dokter meresepkan antibiotik dengan berbagai indikasi.
Antibiotik yang beredar di pasaran diantaranya adalah amoxicilin yang
merupakan antibiotik golongan penisilin dan banyak digunakan dalam
pengobatan karena harga antibiotik golongan ini relatif murah dan indikasi
pengobatannya adalah untuk infeksi saluran pernafasan atas. Amoksisilin yang
beredar di pasaran ada dalam berbagai bentuk sediaan, diantaranya dalam
bentuk tablet.5
Kepala BPOM Sampurno mengemukakan, pada tahun 2005 lalu, lebih
dari 80 persen kios obat di Jakarta tidak memiliki izin menjual obat. Penelitian
yang dilakukan BPOM ini dilakukan selama tiga bulan di tiga pasar yang
dikelola PD Pasar Jaya, yaitu Pasar Pramuka, Rawa Bening, dan Kramat Jati.
Di Pasar Pramuka hanya 33 unit atau 15% saja yang memiliki izin, di Pasar
Rawa Bening hanya 5 dari 94 kios obat, dan di Pasar Kramat Jati hanya 11 dari
66 kios. Kios obat tidak berizin inilah yang dicurigai menjadi sasaran utama
sindikat peredaran obat palsu lokal.6
Pasar pramuka merupakan salah satu pusat perdagangan obat terbesar di
Indonesia. Oleh karena itu peniliti memilih pasar pramuka sebagai objek untuk
diteliti. Dengan diketahuinya persentase obat palsu di pasar pramuka,
masyarakat bisa lebih berhati-hati dalam membeli obat.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang ”Skrining panjang gelombang serapan
maksimum tablet Amoksisilin yang dijual di pasar pramuka dengan
spektrofotometer uv-vis”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah apakah tablet Amoksisilin yang dijual di
pasar pramuka memiliki panjang gelombang serapan maksimum yang sesuai
dengan puncak gelombang Amoksisilin standar?
3
3
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya kesesuaian antara panjang gelombang
serapan maksimum tablet Amoksisilin yang dijual pada pasar pramuka
dengan panjang gelombang serapan maksimum Amoksisilin standar.
1.3. 2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui panjang gelombang serapan maksimum Amoksisilin
standar
2. Mengetahui panjang gelombang serapan maksimum sampel
3. Mengetahui hubungan antara panjang gelombang serapan
maksimum Amoksisilin sampel dengan panjang gelombang
serapan maksimum Amoksisilin standar
4. Mengetahui persentase panjang gelombang serapan maksimum
sampel yang tidak memenuhi standar.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat bagi peneliti
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam menganalis panjang gelombang serapan maksimum Amoxicilin.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat sebagai prasyarat untuk
menempuh jenjang pendidikan klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2. Bagi Institusi
Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk
penelitian lebih lanjut mengenai perhitungan kadar tablet Amoksisilin
yang dijual di pasar pramuka. Selain itu hasil penelitian ini bisa sebagai
bahan informasi kepada BPOM tentang persentase obat palsu yang
beredar di pasar pramuka
4
4
1.4.3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan informasi
kepada masyarakat tentang presentasi obat yang dicurigai palsu yang
beredar di pasar pramuka agar masyarakat lebih berhati-hati dalam
membeli obat.
5
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Obat
Menurut SK Menteri Kesehatan R.I. No.125/Kab/B.VII/71 tanggal 9 Juni
1971, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-
bahan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. 7
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena
penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari
tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. 8
2.2. Obat Palsu
2.2.1. Definisi Obat Palsu
Menurut KepMenkes No. 1010/2008, obat palsu adalah obat yang
diproduksi oleh yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku atau produksi obat dengan penandaan yang meniru identitas obat
lain yang telah memiliki izin edar. Sedangkan definisi obat palsu menurut
WHO adalah obat-obatan yang secara sengaja pendanaannya dipalsukan, baik
identitasnya maupun sumbernya. Menurut WHO, obat palsu dikelompokkan
dalam lima kelompok yaitu: 9
Produk tanpa zat aktif (API)
Produk dengan kandungan zat aktif yang kurang
Produk dengan zat aktif berbeda
Produk yang diproduksi dengan menjiplak produk milik pihak lain
Produk dengan kadar zat aktif yang sama tetapi menggunakan label
dengan nama produsen atau negara asal berbeda.
6
6
2.2.2. Upaya Pemberantasan Obat Palsu
2.2.2.1. Apotek Rakyat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor.
284/MENKES/PER/III/2007 definisi apotek rakyat adalah sarana
kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana
dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak
melakukan peracikan. 10
a. Alasan didirikan Apotek Rakyat 10
Dalam rangka meningkatkan dan memperluas akses masyakat dalam
memperoleh obat dan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian
perlu dibuka kesempatan pengembangan Pedangan Eceran Obat
menjadi Apotek Rakyat.
Bahwa agar apotek rakyat dapat memberikan pelayanan kefarmasian
dengan baik perlu mengatur pengelolaan Apotek Rakyat dengan
peraturan Menteri Kesehatan
b. Pengaturan Apotek Rakyat
Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotik rakyat.
Pedagang eceran obat dapat merubah statusnya menjadi apotik rakyat
bila merupakan satu atau gabungan paling banyak 4 pedagang eceran
obat. 10
Jika bergabung maka harus: 10
o Mempunyai ikatan kerjasama dalam bentuk badan usaha atau
bentuk badan lainnya
o Letak lokasi pedagang eceran obat berdampingan yang
memungkinkan dibawah satu pengelolaan
o Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus
mengutamakan obat generik
o Apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai
penanggung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker
7
7
o Apotek rakyat harus memenuhi standar dan persyaratan
o Pedagang eceran obat yang statusnya sudah berubah menjadi
apotek sederhana dianggap telah menjadi apotek rakyat dan
harus mengganti izin apotek sederhana tersebut oleh dinkes
kab/kota
c. Larangan Jika Sudah Menjadi Apotek Rakyat
Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan
psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah
besar. 10
d. Pembinaan Apotek Rakyat
Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh departemen
kesehatan, BPOM, dinas kesehatan kabupaten/kota dengan
mengikutsertakan organisasi profesi. 10
e. Sanksi
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan apotek rakyat yang
melanggar dapat dikenakan tindakan administratif berupa : 10
Teguran lisan
Tertulis
Pencabutan izin
f. Keuntungan dan Kerugian Didirikan Apotek Rakyat
Keuntungan: 10
Apotek rakyat menurut permenkes tersebut mempermudah
rakyat untuk memperoleh obat dengan mudah, murah dan aman
karena apotek rakyat juga diperkuat dengan diluncurkannya
“Obat Rakyat Murah dan Berkualitas” atau biasa kita sebut
dengan “obat serba seribu” dimana harga obat yang tersedia per
stripnya yang terdiri dari 8 – 10 buah dengan harga seribu.
8
8
Pendirian Apotek Rakyat juga dimaksudkan untuk
meningkatkan penertiban peredaran obat-obatan di sentra-sentra
perdagangan dimana pada sentra sentra perdagangan ini dijual
obat secara bebas dan tidak dipungkiri banyak terjadi penjualan
penjualan obat yang tidak legal.
Kerugian: 10
Konsep apoteker pada apotek rakyat adalah “apoteker tidak
diwajibkan selalu berada di apotek.” Secara sederhana telah
dapat ditelaah bahwa tidak akan terjadinya pelayanan asuhan
kefarmasian pada apotek dan pada akhirnya rakyat yang
dirugikan.
Apotek rakyat terkesan hanya untuk melegalkan praktek-praktek
penjualan obat yang dilakukan pada tempat tempat tertentu yang
berbau ilegal dan apotek rakyat juga terkesan untuk melegalkan
kios-kios obat menjual obat resep.
Diharapkan dengan pembentukkan apotek rakyat di Pasar
Pramuka dapat memutus rantai perdangangan obat palsu.
2.2.2.2. Slogan S.T.O.P dengan C.I.N.T.A
IPMG juga menyadari bahwa peredaran obat palsu masih
banyak di masyarakat. Sehingga untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap beredarnya obat palsu dan memberikan cara untuk
menghindari obat palsu. 11
Untuk dapat memutus rantai peredaran obat palsu dan
bahayanya maka diperlukan S.T.O.P.: 11
S: Supaya
T: Terhindar
O: Obat
P: Palsu
9
9
Setelah melakukan S.T.O.P., untuk menghindari obat palsu
dapat dilakukan slogan C.I.N.T.A: 11
C: Cermati kemasan dan obatnya
I: Ingat untuk merusak kemasan lama
N: Niat hidup lebih sehat.
T: Tempat membeli obat di apotek
A: Ajak semua untuk saling mengingatkan
Dengan melakukan S.T.O.P. dengan C.I.N.T.A. maka masyarakat dapat
memutus perdagangan dan menghindari obat palsu. 12
2.3. Antibiotik
Pengertian antibiotik secara sempit adalah senyawa yang dihasilkan oleh
berbagai jenis mikroorganisme antara lain bakteri, fungi, dan aktinomiteses
yang menekan pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Namun, penggunaaanya
secara umum sering kali memperluas istilah antibiotik hingga meliputi
senyawa antimikroba sintetik, seperti sulfonamida dan kuinolon. Ratusan
antibiotik berhasil diidentifikasi dan dikembangkan sehingga dapat
dimanfaatkan dalam terapi penyakit infeksi. Senyawa-senyawa antibiotik
sangat berbeda dalam sifat fisik, kimia, dan farmakologinya, dalam spektrum
antibakteri serta dalam mekanisme kerjanya.13
2. 3. 1. Klasifikasi dan Mekanisme Kerja
Secara historis, klasifikasi yang paling umum didasarkan pada struktur
kimia dan mekanisme kerja yang diajukan, sebagai berikut: 13
Senyawa yang menghambat sintesis dinding sel bakteri misalnya
penisilin dan sefalosporin.
Senyawa yang bekerja langsung pada membran sel
mikroorganisme, memengaruhi permeabilitas dan menyebabkan
kebocoran senyawa-senyawa intraselular misalnya polimiksin,
nistatin, dan amfotericin B.
10
10
Senyawa yang memengaruhi fungsi subunit ribosom 30S atau 50S
sehingga menyebabkan penghambatan sintesis protein yang
reversibel misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, eritromisin, dan
klindamisin.
Senyawa yang berikatan dengan subunit ribosom 30S dan
mengubah sintesis protein, yang pada akhirnya akan
mengakibatkan kematian sel contohnya aminoglikosida.
Senyawa yang mempengaruhi metabolisme sintesis asam nukleat
bakteri contohnya rifamisin, gol. Kuinolon.
Kelompok antimetabolit, termasuk diantaranya trimetoprin dan
sulfonamida.
Beberapa senyawa antivirus misanya analog asam nukleat, inhibitor
transkriptase balik non-nukleosida, dan inhibitor enzim-enzim
esensial virus.
2.4. Amoksisilin
Amoksisilin merupakan penisilin semisintetik yang rentan teradap
penisilinase dan secara kimia serta farmakologisnya berhubungan erat dengan
ampisilin.13
2.4.1. Identitas
Rumus Kimia : C16H19N3O5S 14
Rumus Bangun :
11
11
Gambar 2.1. Struktur Kimia Amoksisilin
Sumber: DepKes RI. Farmakope Indonesia Edisi IV Jakarta: DepKes RI; 1995.
Sinonim :(2S,5R,6R)- 6-{[(2R)-2-amino- 2-(4-hydroxyphenyl)-
acetyl]amino}- 3,3-dimethyl- 7-oxo- 4-thia- 1-
azabicyclo[3.2.0]heptane- 2-carboxylic
acidhydrochloride 14
Berat Molekul : 365.4 g/mol14
Pemerian : Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau. 14
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol,tidak larut dalam
benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam
kloroform. 14
Baku Pembanding :Amoksisilin BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan. 14
PH : Antara 3,5 sampai 6,0 lakukan penetapan
menggunakan larutan 2 mg per ml. 14
Sifat-sifat Fisika : Amoksisilin dalam larutan asam, mengandung tiga
proton yang dapat terdisosiasi, masing-masing terikat
pada gugus karboksil, hidroksil aromatik dan pada
gugus α-amonium. Kelembapan dan suhu yang tinggi
memberikan efek merugikan pada stabilitasnya. Satu
gram dapat larut dalam kira-kira 370 mL air dan kira-
kira 2000 mL alkohol. 15
2.4.2. Farmakodinamik
Obat ini stabil dalam suasana asam dan dirancang untuk penggunaan
oral. Absorpsinya dari saluran gastrointestinal lebih cepat dan lebih
sempurna daripada ampisilin.13
2.4.3. Farmakokinetik
Konsentrasi puncak amoksisilin dalam plasma adalah dua setengah
kali lebih tinggi daripada ampisilin setelah pemberian oral dengan dosis
12
12
yang sama; konsentrasi tersebut dicapai dalam waktu 2 jam dan rata-rata
sekitar 4 μg/ml jika diberikan 250 mg. Adanya makanan tidak
mempengaruhi absorpsinya. Sekitar 20 % amoksisilin terikat oleh protein
plasma. Sebagian besar dosis antibiotik ini diekskresikan dalam bentuk
aktif dalam urin. Probenesid dapat menunda ekskresi obat ini. 13
2.4.4. Indikasi
Amoksisilin aktif terhadap S. Pyogenes dan berbagai galur S.
Pneumoniae dan H. Influenzae yang merupakan bakteri patogen utama
pada saluran pernafasan atas. Obat ini memberikan terapi yang efektif
untuk sinusitis, otitis media, bronkitis kronis yang memburuk secara akut,
dan epiglotitis yang disebabkan galur-galur organisme ini yang peka.
Amoksisilin merupakan senyawa yang paling aktif diantara senyawa
antibiotik β-laktam terhadap S. Pneumoniae yang peka maupun yang
resisten terhadap penisilin. Bedasarkan peningkatan prevalensi resistensi
pneumokokus terhadap penisilin, dianjurkan untuk melakukan peningkatan
dosis amoksisislin oral yaitu mulai dari 40 sampai 45 mg/kg hingga 80
sampai 9- mg/kg per hari untuk pengobatan empiris otitis media akut pada
anak-anak. H. Influenzae yang resisten terhadap ampisilin dapat menjadi
masalah di banyak daerah. Penambahan inhibitor β-laktamase dalam hal
ini amoksisilin-klavulanat yang memperluas spektrum terhadap H.
Influenzae dan Enterobacteriaceae yang menghasilkan β-laktamase. 13
2.4.5. Kontraindikasi
Pemberian penisillin dikontraindikasikan kepada pasien yang
mempunyai riwayat hypersensitifitas terhadap penisilin. 13
13
13
2.4.6. Dosis
Dosis untuk amoksisilin dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 16
Tabel 2.1. Panduan Penentuan Dosis Amoksisilin
Antibiotika
(cara pemberian) Dosis Dewasa Dosis Anak
(a)
Penyesuaian dosis
berdasarkan klirens
kreatinin (CLcr)
CLcr rata-
rata 50
mL/min
CLcr
rata-rata
10
mL/min
Amoksisilin
(PO) 0,25-0,5 g tid
20-40 mg/kg/h
dalam 3 dosis 66% 33%
Amoksisilin /as.
Klavulanat (PO)
500/125-875/125 mg
bid-tid
20-40 mg/kg/h
dalam 3 dosis 66% 33%
(a)Dosis total < dosis dewasa
Sumber: Syarif, Amir. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan terapeutik FKUI; 2007.
2.4.7. Efek samping
Efek samping penisilin dapat terjadi pada semua cara pemberian,
dapat melibatkan berbagai organ dan jaringan secara terpisah maupun
bersama-sama dan dapat muncul dalam bentuk yang ringan sampai fatal. 16
Frekuensi kejadian efek samping bervariasi, tergantung dari sediaan
dan cara pemberian. Pada umumnya pemberian oral lebih jarang
menimbulkan efek samping daripada pemberian parenteral. 16
a. Reaksi Alergi
Reaksi alergi merupakan bentuk efek samping yang tersering
dijumpai pada golongan penisilin bahkan penisilin G khususnya
merupakan salah satu obat yang tersering menimbulkan reaksi alergi.
Terjadinya reaksi alergi didahului oleh adanya sensitisasi. Namun mereka
yang belum pernah diobati dengan penisilin dapat juga mengalami reaksi
alergi. Dalam hal ini diduga sensitisasi terjadi akibat pencemaran
lingkungan oleh penisilin misalnya makanan asal hewan atau jamur. 16
14
14
Manifestasi klinik reaksi alergi penisilin yang terberat adalah reaksi
anafilaktis yang termasuk dalam keompok reaksi alergi immediate. Reaksi
ini umumnya akibat reaksi IgE dengan determinan minor dan lebih banyak
terjadi pada pemberian parenteral, tetapi pemberian oral dan pemberian uji
kulit intradermal dapat pula menimbulkan reaksi anafilaksis yang fatal.
Reaksi alergi yang lain yang sifatnya berat adalah angioderma, penyakit
serum dan fenomena Arthus. 16
Anemia hemolitik oleh penisilin juga terjadi berdasarkan mekanisme
imun dengan zat anti IgG atau IgM, atau kedua-duanya terlibat dalam hal
ini. 16
Gangguan fungsi hati oleh penisilin diperkirakan berdasarkan
mekanisme reaksi imun pula dapat berkembang sampai menjadi hepatitis
anikterik dengan nekrosis sel hati tanpa kolesterol. SGPT, SGOT, CPK
dan fosfatase alkali meningkat cukup tinggi. Selain oleh karbenisilin, efek
samping ini dapat pula ditimbulkan oleh ampisilin dan oksasilin. Reaksi
alergi yang sifatnya ringan sampai sedang berupa berbagai bentuk
kemerahan kulit, dermatitis kontak, glositis, serta gangguan lainnya pada
mulut, demam yang kadang-kadang disertai menggigil. Yang paling sering
terjadi diantara semuanya adalah kemerahan kulit.16
Tindakan yang diambil terhadap reaksi alergi adalah menghentikan
pemberian obat dan memberikan terapi simtomatik dengan adrenalin. Bila
perlu ditambahkan dengan antihistamin dan kortikosteroid sesuai dengan
kebutuhan. Pemberian antihistamin sebelum atau bersama-sama dengan
pemberian penisilin tidak bermanfaat untuk mencegah reaksi alergi berat
(anafilaktik), sebab reaksi ini diperantai oleh berbagai zat, termasuk
histamin, serotonin dan brandikinin. 16
b. Reaksi Toksik dan Iritasi Lokal.
Pada manusia, penisilin umumnya tidak toksik. Banyak diantara
reaksi yang digolongkan sebagai efek toksik terjadi berdasarkan sifat
15
15
iritatif penisilin dalam kadar tinggi. Batas dosis tertinggi penisilin yang
dapat diberikan secara aman belum dapat dipastikan. 16
Hanya sebagian kecil kemerahan kulit oleh ampisilin berdasarkan
reaksi alergi dan disini pemberian ampisilin harus dihentikan. Namun
sebagian besar kemerahan kulit diperkirakan karena reaksi toksik.
Kemerahan ini bersifat difus, tidak gatal, berbentuk makulo papular dan
bersifat non urtikarial. kemerahan kulit ini sering timbul 7-10 hari setelah
dimulainya terapi dan menghilang sendiri walaupun pemberian ampisilin
diteruskan. Efek samping ini sering timbul bila ampisilin diberikan kepada
pasien infeksi virus misalnya mononukleosis infeksiosa. Jadi sebaiknya
penisilin tidak diberikan pada pasien mononukleosis. Ampisilin dapat
menyebabkan ruam kulit yang tidak berdasarkan reaksi alergi, berupa
delayed-erythema.16
c. Perubahan Biologik.
Perubahan biologik oleh penisilin terjadi akibat gangguan flora
bakteri di berbagai bagian tubuh. Abses dapat terjadi pada tempat
suntikan dengan penyebab stafilokokus atau bakteri gram-negatif. Gejala
pelagra, terutama pada daerah selangkang dan skrotum, mungkin
berhubungan dengan gangguan flora usus yang mengakibatkan defesiensi
asam nikotinat. 16
2.4.8. Interaksi obat
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan penisilin. Antibiotik
penisilin mempunyai beberapa interaksi bila digunakan bersamaan
dengan:17
Kloramfenikol: interaksinya berupa efek penisilin yang
berkurang.
16
16
Eritromisin: interaksinya berupa efek masing-masing antibiotik
baik penisilin maupun eritromisin dapat meningkat ataupun
berkurang.
Pil KB: interaksinya berupa efek pil KB berkurang.
Estrogen: interaksinya berupa efek estrogen dapat berkurang.
Tetrasiklin: interaksinya berupa efek penisilin yang berkurang.
2.5. Spektrofotometer Uv-Vis
2.5.1. Definisi
Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh suatu molekul akan
menghasilkan transisi di antara tingkat energi. Transisi tersebut pada
umumnya antara orbital ikatan (bonding) atau orbital pasangan bebas (non-
bonding) dan orbital bukan ikatan atau orbital anti ikatan (anti-bonding). 18
Gambar 2.2. Perpindahan Energi
Sumber: Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
Panjang gelombang serapan merupakan ukuran perbedaaan tingkat-
tingkat energi dari orbital yang bersangkutan.18
17
17
2.5.2. Cara Kerja Spektrofotometri UV-Vis
Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Spektrofotometer
Sumber: Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
Keterangan Gambar:
Sumber sinar yang diperlukan adalah sumber sinar yang menyediakan
seluruh spektrum tampak dan ultra-ungu dekat sehingga didapatkan
spektrum pada daerah 200 nm – 800 nm. Karena alasan tersebut maka
sumber sinar yang digunakan adalah kombinasi dari lampu deutrium untuk
mendapatkan spektrum UV dan lampu tungsten/halogen untuk mendapatkan
spektrum tampak. Kemudian hasil kombinasi kedua lampu tersebut
difokuskan pada kisi difraksi. Tanda panah biru menunjukan jalur berbagai
panjang gelombang sinar diteruskan dengan arah yang berbeda. Celah (slit)
hanya menerima sinar pada daerah panjang gelombang yang sangat sempit
untuk diteruskan ke spektrometer. Sinar datang dari kisi difraksi dan celah
akan mengenai lempeng putar dan satu dari tiga hal berikut dapat terjadi: 19
1. Jika sinar mengenai bagian transparan, sinar akan mengarah
langsung dan melewati sel yang mengandung sampel. Kemudian
sinar akan dipantulkan oleh cermin ke lempeng putar kedua.
Lempeng ini berputar ketika sinar datang dari lempeng yang
pertama, sinar akan mengenai bagian cermin lempeng kedua.
Yang kemudian sinar akan dipantulkan ke detektor.Selanjutnya
sinar mengikuti jalur merah pada diagram diatas.
18
18
2. Jika berkas asli sinar dari celah mengenai bagian cermin
lempeng putar pertama, berkas akan dipantulkan sepanjang jalur
hijau. Setelah cermin, sinar melewati sel referens. Akhirnya
sinar mencapai lempeng kedua yang berputar, sehingga sinar
mengenai bagian transparan. Selanjutnya sinar akan melewati
detektor.
3. Jika sinar mengenai bagian hitam lempeng pertama, sinar akan
dihalangi dan untuk sesaat tidak ada sinar yang melewati
spektrometer. Komputer akan memroses arus yang dihasilkan
oleh detektor karena tidak ada sinar yang masuk.
Sel sampel dan referens
Keduanya adalah berupa wadah gelas atau kuarsa kecil, sering juga
dibuat sedemikian rupa sehingga jarak yang dilalui berkas sinar adalah 1
cm. Sel sampel berisi larutan materi yang akan diuji dan biasanya sangat
encer. Pelarut dipilih yang tidak menyerap sinar secara signifikan pada
daerah panjang gelombang yang digunakan yaitu antara 200 nm sampai 800
nm. Sel referens hanya berisi pelarut murni. 20
2.5.3. Mekanisme pembentukkan spektrum
Spektrometri molekular dapat digunakan dalam penentuan kualitatif
untuk memberikan informasi struktural, seperti adanya gugus fungsional
dalam suatu unsur tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dengan mengukur
besarnya radiasi yang diserap oleh suatu unsur pada panjang gelombang
tertentu. Hasil pengukuran berupa grafik antara absorbansi versus panjang
gelombang inilah yang disebut spektrum absorpsi. 19
Ada 3 jenis orbital keadaan dasar yang mungkin terlibat :
a. Orbital molekular ikatan s
19
19
Gambar 2.4. Orbital molekular ikatan S
Sumber: Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
b. Orbital molekular ikatan p
Gambar 2.5. Orbital Molekular Ikatan P
Sumber: Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
c. Orbital atomik non-bonding n
Gambar 2.6. Orbital Atomik Non Bonding
Sumber: Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
Dua jenis orbital anti-bonding yang terlibat dalam transisi adalah :
o orbital s* (sigma star)
o orbital p*(pi star)
Orbital anti bonding n* tidak terlibat karena elektron-elektron ini tidak
membentuk ikatan. Transisi yang terjadi dalam absorpsi sinar UV dan sinar
tampak adalah :
20
20
Gambar 2.7. Transisi energi dalam absorpsi sinar UV dan Sinar Tampak
Sumber: Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
transisi s → s * dan n → s * memerlukan energi yang besar dan oleh karena
itu terjadi pada UV jauh atau lemah pada daerah 180-240 nm. Oleh karena
itu kelompok-kelompok jenuh seperti yang dibawah ini tidak akan terjadi
absorbsi yang kuat pada daerah UV – tampak. 19
Gambar 2.8. Kelompok molekul Jenuh
Sumber: Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
Transisi n→p * dan p→p
* terjadi dalam molekul tak jenuh dan memerlukan
energi lebih sedikit dari pada transisi ke orbital antibonding s *.19
Dua jenis gugus yang mempengaruhi spektrum absorpsi suatu senyawa
a. Kromofor
Kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus
lain, yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar
UV-sinar tampak. Ada 3 jenis Kromofor sederhana :19
Ikatan ganda antara dua atom yang tidak memiliki pasangan elektron
bebas
Contoh :
Gambar 2. 9 Ikatan ganda pada dua atom yang tidak memilliki pasangan elektron bebas
Sumber; Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
Ikatan ganda antara dua atom yang memiliki pasangan elektron bebas
21
21
Contoh :
Gambar 2. 10. Ikatan Rangkap pada atom yang memiliki pasangan elektron bebas
Sumber: Clark, Jim. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009
Cincin Benzena. Jika beberapa Kromofor berhubungan maka absorpsi
menjadi lebih kuat dan berpindah ke panjang gelombang yang lebih
panjang. 19
a) Auksokrom
Auksokrom tidak menyerap pada panjang gelombang 200-800nm,
namun mempengaruhi spektrum chromophore dimana auxochrome tersebut
terikat- CH3 – OH -NH2 – NO2. Auksokrom dapat mempengaruhi sebagai
berikut :
Menggeser ke panjang gelombang lebih panjang (red shift) disebut
efek batokromik
Menggeser ke panjang gelombang lebih pendek (blue shift) disebut
efek hipsokromik
amax meningkat atau peningkatan intensitas disebut hiperkromik. amax
menurun atau penurunan intensitas disebut hipokromik. 21
2.5.4. Variasi Absorpsivitas dengan Panjang Gelombang
Absorpsivitas atau absorpsivitas molar adalah konstan untuk suatu
unsur atau senyawa pada panjang gelombang tertentu. Ini merupakan ukuran
seberapa kuat suatu unsur menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Karena suatu unsur akan menyerap cahaya lebih kuat pada panjang
gelombang tertentu daripada yang lainnya, dikatakan absorpsivitas
bervariasi sesuai dengan panjang gelombang. Absorpsivitas akan
maksimum pada panjang gelombang absorbansi maksimum.19
22
22
2.5.5. Kelebihan dan Kekurangan Spektrofotometer UV-Vis
a. Kelebihan Spektrofotometri UV-Vis: 22
Panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi
Caranya sederhana
Dapat menganalisa larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil
a. Kekurangan Spektrofotometri UV-Vis: 22
Absorbsi dipengaruhi oleh pH larutan, suhu dan adanya zat
pengganggu dan kebersihan dari kuvet
Hanya dapat dipakai pada daerah ultra violet yang panjang gelombang
>185 nm
Pemakaian hanya pada gugus fungsional yang mengandung elektron
valensi dengan energi eksitasi rendah
Sinar yang dipakai harus monokromatis
2.6. Kerangka Konsep
Pada kerangka konsep ini dijelaskan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
panjang gelombang serapan maksimum amoksisilin sampel. Faktor-faktor tersebut
diantaranya: kandungan amoksisilin, pengotor, pelarut, vehikulum, proses pembuatan
tablet. Penelitian kali tidak dibahas pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap panjang
gelombang serapan maksimum amoksisilin. Penelitian kali ini hanya bersifat
kualitatif, yaitu hanya melihat puncak panjang gelombang berdasarkan hasil
perekaman panjang gelombang sampel dengan spektrofotometer Uv-vis. Berikut
bagan kerangka konsep pada penelitian kali ini:
23
23
: Diteliti pada penelitian ini
: tidak diteliti pada penelitian ini
Bagan 2.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian
2.7. Definisi Operasional
Tabel 2. 2. Definisi Operasional
No. Variabel Pengukur Alat Ukur Cara Pengukuran Skala Pengukuran
1. Panjang
gelombang
serapan
maksimum
Peneliti Spektrofoto
meter UV-
Vis Hitachi
U910
Sesuai dengan prosedur
baku Clarke23
untuk
pengukuran panjang
gelombang serapan
maksimum
Dibagi atas:
Sesuai : ± 2 Å nm dari
panjang gelombang
serapan maksimum
standar amoksisilin
Tidak sesuai: >2 Å
nm dan <2 Å nm dari
panjang gelombang
serapan maksimum
standar amoksisilin.
Katagorik
Sesuai standar
Spektrofotometer Uv-vis Panjang gelombang
serapan maksimum
Amoksisilin sampel
Tidak sesuai
standar
Kandungan Amoksisilin
Pengotor
Pelarut
Vehikulum
Proses pembuatan tablet
24
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain dekskriptif katagorik.
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasar Pramuka dan Laboratorium
Farmakokinetik dan Farmasetika UIN Syarif Hidayatullah
3.2.2.Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari dan
bulan Agustus 2011. Pengambilan sampel dilakukan di Pasar
Pramuka pada bulan Februari 2011.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh tablet
amoksisilin yang dijual di seluruh kios obat di Pasar Pramuka.
3.3.2. Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah seluruh tablet amoksisilin
500 mg yang dijual di kios obat yang menjadi responden penelitian
di Pasar Pramuka.
3.3.3. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh tablet amoksisilin
500 mg yang dijual oleh kios obat yang menjadi responden
penelitian di Pasar Pramuka. Pengambilan sampel dilakukan di Pasar
Pramuka pada bulan Februari 2011. Pengambilan sample dilakukan
di pasar pramuka dengan cara membeli tablet amoksisilin.
Pengambilan sample dilakukan tanpa memberikan inform consent.
25
25
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya bias. Teknik
pengambilan sampel adalah simple random sampling dengan
berpendapat bahwa karakteristik subjek penelitian adalah homogen
pada sampling frame yaitu Pasar Pramuka.
3.3.4. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan rumus deskriptif katagorik 24
, yaitu:
Zα2
x P x Q
N=
d2
Ket :
N : jumlah sampel
Zα : deviat baku alfa, α5% (Zα = 1,96)
P : merupakan proporsi dari kategori variabel yang diteliti
(25%). Angka 25% ini didapatkan dari laporan USTR pada
2008 lalu.(1)
Q : 1-P (75%)
D : merupakan kesalahan penilitian yang masih bisa diterima untuk
memprediksi proporsi yang akan diperoleh. Peneliti
menetapkan presisi sebesar 10%.
Dengan demikian sample yang diambil pada penelitian ini adalah:
N = Zα² x P x Q
d²
N= (1,96)² x 0,25 x 0,75
0.1²
= 73
Dengan demikian sample yang diambil pada penelitian ini
sebanyak 73 sampel.
26
26
3.3.5. Kriteria Sampel
3.3.5.1. Kriteria Inklusi
Tablet Amoksisilin 500 mg yang dijual di kios-kios obat di pasar
Pramuka
3.3.5.2. Kriteria Ekslusi
Tablet Amoksisilin 500 yang tidak tersedia di kios obat di
pasar Pramuka
Tablet Amoksisilin yang sudah kadaluarsa.
3.4. Cara kerja Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara membeli tablet Amoksisilin.
Pengambilan sample dilakukan tanpa memberikan inform consent. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari adanya bias. Teknik pengambilan sampel
adalah simple random sampling.
3.4.1. Alur Penelitian
Bagan 3. 1. Alur Penelitian
Persiapan Penelitian
Pengambilan sampel (dengan metode random sampling)
Tanpa Informed consent
Penggerusan Tablet
Pembuatan Larutan
Amoksisilin Standar Amoksisilin Sampel
Sentrifuge larutan
Pembacaan Panjang gelombang serapan maksimum dengan Spektrofotometer Uv-Vis
Input data ke SPSS 16.0
Analisis Data
27
27
3.4.2. Cara Kerja
3.4.2.1. Persiapan Penelitian
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah satu unit
spektrofotometer UV-Visible (Hitachi U2910), seperangkat
computer (Hp, Windows Xp), tabung reaksi, pipet (Nichipet
Ex), stamper, alu, gelas beker, rak tabung reaksi, vortex
(SRS710HA Advantex), dan mesin sentrifuge (Hettich EBA
21).
Bahan
Bahan uji yang digunakan adalah amoksisilin standar,
73 sampel tablet amoksisilin yang dijual dari Pasar
Pramuka, aquades.
3.4.2.2. Pembuatan larutan Amoksisilin Standar
Pembuatan larutan amoksisilin standar ini
menggunakan metode sesuai yang telah ditetapkan
Farmakope14
dengan sedikit modifikasi, yaitu amoksisilin
standar sebanyak 50 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan aquades sebanyak 10 ml ke dalam tabung.
Kemudian lakukan homogenisasi dengan vortex. Langkah
selanjutnya, lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm
selama 3 menit. Sentrifugasi dimaksudkan agar partikel yang
tidak larut bisa mengendap dan tidak menjadi pengganggu
pada saat pembacaan panjang gelombang serapan maksimum
pada spektrofotometer Uv-Vis.
3.4.2.3. Pembuatan Larutan Amoksisilin Sampel
Pembuatan larutan amoksisilin sampel ini
menggunakan metode sesuai yang telah ditetapkan
Farmakope14
dengan sedikit modifikasi, yaitu tablet
amoksisilin digerus dengan stamper sampai halus. Lalu
ambil sekitar 50 mg dari serbuk amoksisilin tersebut.
Masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan aquades
28
28
sampai 10 ml lalu homogenisasi dengan vortex. Langkah
selanjutnya, lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm
selama 3 menit. Sentrifugasi dimaksudkan agar partikel yang
tidak larut bisa mengendap dan tidak menjadi pengganggu
pada saat pembacaan panjang gelombang serapan maksimum
pada spektrofotometer Uv-Vis.
3.4.2.4. Persiapan alat Spektrofotometer UV-Visibel
Penggunaan spektrofotometer UV-Vis ini berdasarkan
metode yang telah ditetapkan oleh Clarke.23
Secara singkat
penggunan spektrofotometer uv-vis sebagai berikut:
Nyalakan mesin spektrofotometer uv-vis yang telah
terhubung dengan komputer. Spektrofotometer uv-vis ini
memerlukan waktu 30 menit setelah dinyalakan sebelum
digunakan untuk mengukur panjang gelombang larutan.
Setelah 30 menit mesin menyala, lakukan pengaturan metoda
yang akan dipilih, dibuat kurva serapannya pada panjang
gelombang 200-300 nm. Sebelum melakukan pengukuran,
dilakukan penetapan base line. Penetapan base line dilakukan
menggunakan blanko, dalam hal ini blanko yang digunakan
peneliti adalah aquades.
3.4.2.5. Pembacaan Panjang Gelombang Amoksisilin standar
Siapkan salah satu kuvet yang akan digunakan, isi
kuvet dengan larutan amoksisilin standar sebanyak 3,5 mL
dengan menggunakan pipet. Masukkan kuvet tersebut ke
dalam mesin spektrofotometer uv-vis. Kemudian lakukan
pembacaan panjang gelombang dengan rentang 200-300 nm.
3.4.2.6. Pembacaan Panjang Gelombang Amoksisilin Sampel
Siapkan salah satu kuvet yang akan digunakan. Untuk
pembilasan kuvet, isi kuvet dengan larutan amoksisilin
sampel sebanyak 1,5 mL dengan menggunakan pipet.
Larutan tersebut dipergunakan untuk membilas kuvet. Setelah
itu larutan tersebut dibuang. Setelah itu isi kuvet dengan
29
29
larutan amoksisilin sampel sebanyak 3,5 mL dengan
menggunakan pipet. Masukkan kuvet tersebut ke dalam
mesin spektrofotometer uv-vis. Kemudian lakukan
pembacaan panjang gelombang dengan rentang 200-300 nm.
3.5. Managemen Data
3.5.1. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
Pengumpulan data dilakukan saat penelitian pada bulan
Februari 2011 dan Agustus 2011.
Data yang diperoleh, yaitu dari data primer, yaitu data yang
didapatkan berdasarkan pembacaan panjang gelombang
dengan spektrofotometer Uv-Vis.
3.5.2. Pengolahan Data
Data yang didapatkan diedit dan dikoding untuk kemudian
dimasukkan dan dilakukan perhitungan statistik dengan
menggunakan SPSS versi 16.0 dekskriptif.
3.5.3. Analisis Data
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
analisa univariat dengan menampilkan gambaran panjang
gelombang serapan maksimum amoksisilin standar dan sampel
dan kemudian di analisis berdasarkan standar deviasi untuk
pengukuran panjang gelombang maksimum menurut Clarke.23
3.5.4. Penyajian Data
Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tekstuler dan
tabuler.
30
30
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Sampel
Penelitian tentang skrining panjang gelombang Amoksisilin yang dijual
di pasar pramuka dengan metode spektrofotometer UV-Vis dilaksanakan selama
1 bulan di pasar pramuka dan di laboratorium Farmakokinetik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengambilan
sampel penelitian dilakukan pada awal bulan Februari 2011 kemudian
pengukuran pertama dilakukan pada pertengahan bulan Februari 2011 dan
dilakukan pengukuran kedua pada bulan Agustus 2011.
Pengambilan sampel dilakukan di pasar pramuka dengan cara membeli
tablet amoksisilin. Penelitian ini menggunakan amoksisilin yang dijual di Pasar
Pramuka baik generik maupun paten sebagai objek penelitian. Pengambilan
sample dilakukan dengan metode simple random sampling dan tanpa
memberikan inform consent. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya
bias. Pada saat pengambilan sample, terdapat beberapa kios yang tidak menjual
amoksisilin dan beberapa kios diantaranya tutup, sedangkan dari beberapa kios
yang tidak menjual amoksisilin dan beberapa kios tutup tersebut merupakan
tempat pengambilan sample pada penelitian ini. Karena hal tersebut, peneliti
mengganti kios yang tidak menjual Amoksisilin dan kios tutup tersebut dengan
kios terdekat yang menjual amoxicilin dan kios terdekat yang buka.
Pada penelitian kali ini, dilakukan pengukuran sampel sebanyak dua kali.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bias pada data yang diperoleh. Peneliti
juga menggunakan standar amoksisilin berupa bubuk yang didapatkan dari
pabrik obat Wako, Jepang sebagai acuan pengukuran panjang gelombang
serapan maksimum pada sampel.
31
31
4.2. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini, diperoleh hasil yang akan disajikan dalam bagian-
bagian sebagai berikut: gambaran panjang gelombang serapan maksimum
amoksisilin standar; gambaran panjang gelombang serapan maksimum sampel
dan hubungannya dengan panjang gelombang standar; gambaran persentase
panjang gelombang serapan maksimum sampel yang tidak memenuhi standar
4.2.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Amoksisilin Standar
Penelitian didahului dengan menghitung panjang gelombang serapan
maksimum amoksisilin standar untuk dijadikan sebagai tolak ukur dalam
analisis hasil penelitian. Standar amoksisilin tersebut peneliti dapatkan dari
pabrik obat Wako, Jepang dalam bentuk bubuk dan berisi kandungan
amoksisilin murni tanpa bahan tambahan seperti vehikulum dan pengotor
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh panjang gelombang serapan
maksimum amoksisilin standar terlihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Gambaran Panjang Gelombang Serapan Maksimum Amoksisilin Standar
Standar Amoksisilin Panjang gelombang
Serapan Maksimum
Amoksisilin Wako,
Jepang
228,60
Dari tabel 4. 1 terlihat bahwa panjang gelombang serapan maksimum
standar amoksisilin adalah 228,60 nm. Dari hasil inilah nanti akan menjadi
tolak ukur untuk dibandingkan dengan panjang gelombang serapan
maksimum pada sampel.
4.2.2. Gambaran Panjang gelombang serapan maksimum Sampel dan
Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar
Setelah diketahui panjang gelombang serapan maksimum amoksisilin
standar, maka dilakukan penghitungan panjang gelombang serapan
maksimum semua sampel penelitian. Setelah itu dibuat tabel analisis
antara panjang gelombang serapan maksimum amoksisilin standar dengan
32
32
panjang gelombang serapan maksimum sampel. Maka didapatlah hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Gambaran Panjang gelombang serapan maksimum Sampel dan
Hubungannya dengan Panjang Gelombang Standar
No Sampel λ 1 max λ 2 max Mean Keterangan
1 1 229,6 229,4 229.5 sesuai standar
2 3 228,0 229,2 228,6 sesuai standar
3 5 226,8 230,6 228,7 sesuai standar
5 8 227,6 230,0 228,8 sesuai standar
6 11 229,2 227,8 228,5 sesuai standar
7 13 226,2 230,4 228,3 sesuai standar
8 14 231,4 230,0 230,7 tidak sesuai standar
9 15 226,4 227,6 227,0 sesuai standar
10 17 228,2 229,4 228,8 sesuai standar
11 18 225,4 228,2 226,8 sesuai standar
12 21 229,4 230,0 229,7 sesuai standar
13 24 228,4 227,8 228,1 sesuai standar
14 27 227,6 230,4 229,0 sesuai standar
15 28 225,6 225,4 225,5 tidak sesuai standar
16 29 227,8 227,6 227,7 sesuai standar
17 30 229,8 229,6 229,7 sesuai standar
18 33 228,2 228,8 228,5 sesuai standar
19 35 227,0 230,2 228,6 sesuai standar
20 36 230,6 228,2 229,4 sesuai standar
21 39 229,6 227,2 228,4 sesuai standar
22 41 226,6 226,4 226,5 tidak sesuai standar
23 45 229,0 227,4 228,2 sesuai standar
24 47 229,2 229,4 229,3 sesuai standar
25 50 228,8 227,2 228,0 sesuai standar
26 51 227,4 227,4 227,4 sesuai standar
27 53 227,8 226,6 227,2 sesuai standar
28 55 227,2 228,8 228,0 sesuai standar
29 58 229,6 229,0 229,3 sesuai standar
30 60 228,0 2278 227,9 sesuai standar
31 65 229,4 230,8 230,1 sesuai standar
32 67 227,2 224,8 226,0 tidak sesuai standar
33 69 230,0 228,8 229,4 sesuai standar
34 70 228,8 226,8 227,8 sesuai standar
35 73 227,6 228,2 227,9 sesuai standar
36 74 229,6 227,4 228,5 sesuai standar
37 76 228,8 228,8 228,8 sesuai standar
38 78 227,4 227,6 227,5 sesuai standar
39 80 227,4 228,0 227,7 sesuai standar
40 82 229,4 228,8 229,1 sesuai standar
41 85 229,6 228,4 229,0 sesuai standar
42 87 227,4 227,4 227,4 sesuai standar
43 89 228,8 228,0 228,4 sesuai standar
44 91 231,4 228,8 230,1 sesuai standar
45 93 229,2 229,4 229,3 sesuai standar
46 95 228,8 246,6 237,7 tidak sesuai standar
47 99 229,0 229,2 229,1 sesuai standar
49 104 230,6 230,6 230,6 sesuai standar
50 107 227,6 228,0 227,8 sesuai standar
33
33
No Sampel λ 1 max λ 2 max Mean Keterangan
52 192 228,0 223,8 225,9 tidak sesuai standar
53 201 228,4 230,0 229,2 sesuai standar
54 203 227,4 227,8 227,6 sesuai standar
55 207 230,4 229,4 229,9 sesuai standar
56 212 229,6 228,2 228,9 sesuai standar
57 222 229,6 229,0 229,3 sesuai standar
58 225 228,0 230,0 229,0 sesuai standar
59 228 227,8 229,8 228,8 sesuai standar
60 231 228,8 227,6 228,2 sesuai standar
61 234 230,2 227,6 228,9 sesuai standar
62 236 228,4 229,0 228,7 sesuai standar
63 239 229,2 226,4 227,8 sesuai standar
64 241 229,0 227,4 228,2 sesuai standar
65 244 229,0 228,6 228,8 sesuai standar
66 245 228,4 226,0 227,2 sesuai standar
67 247 228,0 226,2 227,1 sesuai standar
68 253 228,4 228,6 228,5 sesuai standar
69 257 228,4 228,4 228,4 sesuai standar
70 258 229,4 224,6 227,0 sesuai standar
71 259 228,6 228,6 228,6 sesuai standar
72 263 229,0 227,8 228,4 sesuai standar
73 267 228,0 228,8 228,4 sesuai standar
Pada penelitian kali ini, pengukuran panjang gelombang serapan
maksimum setiap sampel dilakukan sebanyak dua kali. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari bias pada data yang diperoleh. Untuk
analisis terhadap standar amoksisilin, peneliti menggunakan rerata (mean)
dari kedua pengukuran. Setelah itu hasil dari rerata tersebut dianalisis
dengan standar deviasi 2 Å nm sesuai dengan metode Clarke 23
untuk
analisis panjang gelombang serapan maksimum. Bila dalam penelitian kali
ini didapatkan hasil panjang gelombang dari sampel berkisar antara 226,60
nm hingga 230,60 nm maka dapat dikatakan sampel tersebut sesuai dengan
standar amoksisilin. Bila hasil panjang gelombang sampel diluar ± 2 Å nm
dari 228,6 nm, maka sampel tersebut dikatakan tidak sesuai standar.
Berdasarkan hasil dari analisis dengan standar deviasi 2 Å nm
didapatkan bahwa terdapat 6 sample amoksisilin yang tidak memenuhi
standar panjang gelombang serapan maksimum Amoksisilin.
34
34
4.2.3. Gambaran Persentase Panjang Gelombang Serapan Maksimum Sampel
yang Tidak Memenuhi Standar.
Dari tabel analisis diatas didapatkan 6 sampel yang tidak memenuhi
standar. Dari hasil inilah, dibuat tabel gambaran presentase panjang
gelombang serapan maksimum sampel yang tidak memenuhi standar.
Tabel 4. 3. Gambaran Persentase Puncak Panjang Gelombang Sampel
yang Tidak Memenuhi Standar.
Sampel Amoksisilin Persentase (100%)
Memenuhi standar 91,8 %
Tidak memenuhi standar 8,2 %
Dari seluruh sampel pada penelitian ini sejumlah 73 sample, diperoleh
sebagian besar sampel yang diteliti sebanyak 67 sampel (91,8%) telah
memenuhi standar tetapi terdapat 6 sampel (8,2 %) yang tidak memenuhi
standar.
4.3. Pembahasan
Pengertian antibiotik secara sempit adalah senyawa yang dihasilkan oleh
berbagai jenis mikroorganisme antara lain bakteri, fungi, dan aktinomiteses
yang menekan pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Namun, penggunaaanya
secara umum sering kali memperluas istilah antibiotik hingga meliputi
senyawa antimikroba sintetik, seperti sulfonamida dan kuinolon. Ratusan
antibiotik berhasil diidentifikasi dan dikembangkan sehingga dapat
dimanfaatkan dalam terapi penyakit infeksi. Senyawa-senyawa antibiotik
sangat berbeda dalam sifat fisik, kimia, dan farmakologinya, dalam spektrum
antibakteri serta dalam mekanisme kerjanya.13
Terdapat banyak klasifikasi antibiotik yang didasarkan pada struktur
kimia dan mekanisme kerjanya. Salah satu klasifikasi antibiotik adalah
senyawa yang menghambat sintesis dinding sel bakteri seperti penisilin dan
sefalosporin. Amoksisilin merupakan penisilin semisintetik yang rentan
35
35
teradap penisilinase dan secara kimia serta farmakologisnya berhubungan erat
dengan ampisilin. 13
Kebanyakan dokter meresepkan antibiotik dengan berbagai indikasi.
Antibiotik yang beredar di pasaran diantaranya adalah amoksisilin yang
merupakan antibiotik golongan penisilin dan banyak digunakan dalam
pengobatan karena harga antibiotik golongn ini relatif murah dan indikasi
pengobatannya adalah untuk infeksi saluran pernafasan atas.5
Obat palsu dampaknya sangat serius terhadap kesehatan. Tingkat
bahayanya tergantung pada zat yang dikandung. Ditambah lagi pemakaian
amoksisilin sebagai terapi infeksi saluran pernafasan atas cukup sering
digunakan. Apabila amoksisilin yang diberikan tidak mempunyai kandungan
zat aktif, tentulah efek terapi tidak akan muncul. Hal ini akan menyebabkan
infeksi yang dialami pasien tidak akan hilang, bahkan infeksi tersebut
cenderung akan semakin berat. Hal ini dikarenakan infeksi tersebut tidak
diterapi oleh karena amoksisilin yang diberikan sebagai terapi tidak
mempunyai kandungan zat aktif. Dokter sebagai tenaga kesehatan juga
dirugikan oleh obat palsu tersebut karena akan kehilangan kepercayaan pasien,
apabila pasien tidak sembuh setelah mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh
dokter. Selain itu pabrik obat yang sah merupakan korban tidak hanya karena
kerugian langsung akibat kehilangan penghasilan tetapi juga kepercayaan
masyarakat terhadap produk yang dihasilkan menurun, yang mengarah pada
kehilangan jumlah penjualan. Reputasi perusahaaan dan kesan terhadap produk
tersebut menjadi rusak.25
Menurut WHO, obat palsu dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu:
(1) Produk tanpa zat aktif (API) (2) Produk dengan kandungan zat aktif yang
kurang (3) Produk dengan zat aktif berbeda (4) Produk yang diproduksi
dengan menjiplak produk milik pihak lain (5) Produk dengan kadar zat aktif
yang sama tetapi menggunakan label dengan nama produsen atau negara asal
berbeda. 9
36
36
BPOM melansir, sejak 1999 hingga 2006 jumlah obat palsu yang beredar
di pasaran Indonesia mencapai 81 merek, mulai dari obat hipertensi, diabetes,
antibiotik, hingga obat sakit kepala. Peredaran obat palsu yang mengalir deras
membuat para pengguna obat rugi secara materi karena harus terus membeli
obat tak berkhasiat.4
Pada penelitian skrining panjang gelombang amoksisilin yang dijual di
pasar pramuka dengan metode spektrofotometer UV-Vis ini bersifat kualitatif,
yaitu melihat kesesuaian panjang gelombang serapan maksimum standar
amoksisilin dengan panjang gelombang serapan maksimum sampel kemudian
dianalisis berdasarkan standar deviasi sebesar ± 2 Å nm sesuai dengan metode
Clarke.23
Panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa tentulah
berbeda-beda. Apabila terdapat penyimpangan terhadap panjang gelombang
serapan maksimum, hal tersebut berarti tidak adanya senyawa tersebut ataupun
terdapat senyawa lain yang bukan senyawa yang diuji.
Menurut Farmakope Indonesia edisi iv, kelarutan amoksisilin adalah
sukar larut dalam air (1 gram amoksisilin larut dalam 100-1000 bagian air).
Dalam penelitian ini setiap sampel amoksisilin yang digunakan sebanyak 50
mg yang bearti dapat larut dalam 5 sampai 50 mL air. Peneliti melarutkan 50
mg amoksisilin dalam 10 mL aquades. Jadi menurut Farmokope Indonesia
edisi iv, amoksisilin sampel pada penelitian ini dikatakan telah larut dalam 10
mL aquades. 14
Berdasarkan grafik 4.1, Dari seluruh sampel pada penelitian ini sejumlah
73 sample diperoleh sampel yang tidak memenuhi standar sebanyak 6 sampel
(8,2 %). Sampel yang tidak memenuhi standar tersebut diartikan bahwa pada
sampel tidak ditemukan panjang gelombang serapan maksimum yang telah
memenuhi panjang gelombang serapan maksimum standar amoxicilin sesuai
dengan standar deviasi 2 Å nm yang telah ditetapkan oleh Clarke.23
Terdapat
penyimpangan panjang gelombang serapan maksimum pada 6 (8,2% )sampel
ini dipengaruhi banyak faktor diantaranya terdapat pengotor dalam tablet
amoxicilin sampel yang melebihi batas yang ditentukan, pelarut yang tidak
37
37
sesuai, PH larutan, suhu, kebersihan kuvet, dan terjadi efek batokromik dan
efek hipsokromik sehingga terjadi positif palsu.
Dari hasil tersebut, dapat diperkirakan bahwa terdapat 8,2% amoksisilin
yang beredar di pasar pramuka yang tidak memiliki zat aktif ataupun terdapat
zat aktif yang berbeda. Hasil ini sangat jauh berbeda dengan prediksi
peredaran obat palsu yang mencapai 25% pada laporan USTR tahun 2008 lalu.
Hal ini diperkirakan karena adanya upaya Menteri Kesehatan untuk
pembentukan Apotek Rakyat di Pasar Pramuka melalui SK Menteri Kesehatan
No. 284/2007 pada tanggal 3 April 2007 lalu. Keputusan Menteri Kesehatan
Siti Fadilah Supari yang menjadikan kios-kios obat di Pasar Pramuka menjadi
Apotek Rakyat adalah salah satu langkah baru dalam upaya memutus rantai
perdangangan obat palsu.
Agar setiap obat yang beredar di Pasar Pramuka tersebut dapat terjamin
kualitasnya, setiap pedagang diwajibkan untuk memiliki sertifikat sebagai
bukti obat-obat yang dijual di kios tersebut layak untuk dikonsumsi. Selain
mewajibkan pedagang obat di Pasar Pramuka untuk memiliki sertifikat, para
pedagang juga diharuskan memiliki apoteker yang betugas memeriksa resep
yang diberikan dokter. Pendirian Apotek Rakyat juga dimaksudkan untuk
meningkatkan penertiban peredaran obat-obatan di sentra-sentra perdagangan
dimana pada sentra sentra perdagangan ini dijual obat secara bebas dan tidak
dipungkiri banyak terjadi penjualan penjualan obat yang tidak legal.12
Penelitian kali ini bukanlah untuk menentukan suatu obat palsu atau
tidak, tetapi penelitian ini bersifat kualitatif. Apabila terdapat ketidaksesuaian
antara panjang gelombang serapan maksimum standar dengan panjang
gelombang serapan maksimum sampel, maka tidak menutup kemungkinan
sampel tersebut merupakan obat palsu. Oleh karena itulah diperlukan penelitian
lebih dalam untuk menghitung kadar amoksisilin pada setiap sampel secara
kuantitatif.
38
38
4.4. Keterbatasan Penelitian
4.4.1. Variabel Penelitian
Peneliti hanya meneliti satu variabel saja yaitu panjang gelombang
serapan maksimum untuk mengetahui kandungan amoksisilin. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi panjang gelombang serapan maksimum
amoksisilin sampel. Faktor-faktor tersebut diantaranya: kandungan
amoksisilin, pengotor, pelarut, vehikulum, proses pembuatan tablet.
Penelitian kali tidak dibahas pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap panjang
gelombang serapan maksimum amoksisilin. Penelitian kali ini hanya bersifat
kualitatif, yaitu hanya melihat panjang gelombang serapan maksimum
berdasarkan hasil perekaman panjang gelombang sampel dengan
spektrofotometer Uv-vis.
4.4.2. Sampel Penelitian
Pada saat pengambilan sampel peneliti tidak terlalu memperhatikan
status kios, apakah kios tersebut sudah mempunyai izin atau tidak. Hal ini
penting untuk dipertimbangkan karena peredaran obat palsu berasal dari kios
obat yang tidak mempunyai izin.
39
39
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
Dari seluruh sampel pada penelitian ini sejumlah 73 sample diperoleh
sampel yang tidak memenuhi standar sebanyak 6 sampel (8,2 %). Sampel yang
tidak memenuhi standar tersebut diartikan bahwa pada sampel tidak ditemukan
panjang gelombang serapan maksimum yang telah memenuhi panjang
gelombang serapan maksimum standar amoksisilin sesuai dengan standar
deviasi sebesar ± 2 Å nm sesuai dengan metode Clarke.
5.2. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih dalam untuk menghitung kadar amoksisilin pada
semua sampel kemudian disesuaikan dengan kadar yang tertera pada
kemasan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keaslian Amoksisilin
tersebut.
2. Diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi panjang gelombang serapan maksimum Amoksisilin seperti:
pengotor, pelarut, vehikulum, pengaruh penekanan pada proses pembuatan
tablet.
3. Mensosialisasikan kepada masyarakat program STOP (Supaya Terhindar
Obat Palsu) dengan CINTA (Cermati kemasan dan obatnya, Ingat untuk
merusak kemasan lama, Niat hidup lebih sehat, Tempat membeli obat di
apotek, Ajak semua untuk saling mengingatkan) agar dapat menghindari
peredaran obat palsu.
40
40
DAFTAR PUSTAKA
1. United States Trade Representative. Trade Summary of Indonesia [serial
online] 2008 [cited 2011 september 14]. Available from: URL:
http://www.ustr.gov/sites/default/files/uploads/reports/2009/NTE/asset_uploa
d_file255_15479.pdf
2. Saksono H. Peredaran Obat Palsu Diperkirakan Naik 11%. Indonesia Finance
Today [serial online] 2011 june [cited 2011 july 3]. Available from: URL:
http://www.ipmg-
online.com/index.php?modul=berita&cat=BMedia&textid=323840065426
3. Food and Drug Administration. FDA Initiative to Combat Counterfeit Drugs
[serial online]. 2009 [cited 2011 agust 15]. Available from: URL:
http://www.fda.gov/Drugs/DrugSafety/ucm180899.htm
4. Esha JNR. BPOM Surabaya Temukan Penjualan Obat Palsu. Situs Resmi
Pemkot Sumenep [serial online]. 2007. [cited 2011 sept 1]. Available from:
URL:
http://www.pu.sumenep.go.id/mainx.php?smnp=Z289YmVyaXRhJnhrZD00
MTY2
5. Harianto, Sabarijah W, Transitawuri F. Perbandingan Mutu dan harga tablet
amoksisilin 500 mg generik dengan non generik. Departemen Farmasi
FMIPA-Universitas Indonesia. Majalah ilmu Kefarmasian Vol III, No 3;
2006 Dec. ISSN: 1693-9883.
6. Badan Pengawas Obat dan makanan. BPOM: 80 Persen Toko Obat di Jakarta
Tanpa Izin. Tempo Interaktif [serial online] 2005 june [cited 2011 july 3].
Available from: URL:
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/06/08/brk,20050608-
62223,id.html
7. Rahardjo R. Kumpulan Kuliah Farmakologi ed 2. Jakarta: EGC; 2008.
8. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Informatorium
Obat Nasional Indonesia Indonesia. Jakarta: CV Sagung Seto, 2008.
41
41
9. Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1010/MENKES/PER/XI/2008 [serial online]. 2008 [cited 2011 Juni 10].
Available from : URL :
www.depkes.go.id/downloads/Permenkes/registrasi_obat.pdf+4.
10. Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan nomor.
284/MENKES/PER/III/2007 [serial online]. 2007 [cited 2011 september 13].
Available from: URL:
http://www.depkes.go.id/downloads/Permenkes/permenkes%20284.pdf
11. International Pharmaceutical Manufacturers Group. Obat palsu [serial online]
2009 [cited 2011 September 10] Available from : URL : http://www.ipmg-
online.com/index.php?modul=issues&cat=icounterfeit
12. Ana. Apotek Rakyat, Mission Imposible? Majalah Farmacia [serial online]
2007 [cited 2011 Septeber 14] Available from: URL: http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=468.
13. Gilman A, Goodman LS. Dasar Farmakologi Terapi Ed.10 Vol.2. Jakarta:
EGC; 2007.
14. Depaetemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: DepKes RI; 1995.
15. Connors KA, Amidon GL, Stella VJ. Stabilitas kimiawi sediaan farmasi Ed 2.
Semarang: IKIP Semarang Press; 1992.
16. Syarif A. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi
dan terapeutik FKUI; 2007.
17. Harkness R. Interaksi Obat. Bandung: Penerbit ITB; 1989.
18. Sudjadi. Penuntun Struktur Senyawa Organik. Bandung: ghalia Indonesia;
1983.
19. Clark J. Edexcel IGCSE Chemistry.UK: Pearson company; 2009.
20. Hermanto S. Petunjuk Praktikum Kimia Instrumen. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah; 2008.
21. Dudley H, Williams. Spectroscopic Methods In Organic Chemistry. England:
The McGraw-Hill Companies; 1996.
42
42
22. Nur A. Bahan Kuliah Alat Analisa. Surakarta: Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik UNS; 2009. Available from: URL:
http://adrian_nur.staff.uns.ac.id/files/2009/12/08-alat-analisa-upload.pdf
23. Anthony M C, David O M, Widdop B. Clarke’s Analysis of Drugs and
Poisons. UK : Pharmaceutical Company. 2005.
24. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:Salemba
Medika; 2009.
25. World Health Organization. Pemastian Mutu Obat Vol 1. Jakarta: EGC;
2007.
43
43
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Uji Statistik
1. Gambaran frekuensi panjang gelombang serapan maksimum amoksisilin
sampel
91,8%
8,2%
44
44
Lampiran 2
Spektrum Amoksisilin Standar dan Sampel
1. Spektrum Standar Amoksisilin
2. Contoh spektrum amoksisilin sampel pengukuran pertama
45
45
(lanjutan)
3. Contoh spektrum amoksisilin sampel pengukuran kedua
46
46
Lampiran 3
Sertifikat Analisis Amoksisilin Standar
47
47
Lampiran 4
Daftar Riwayat Hidup
Data Personal
Nama : Anita Ratna Ningrum
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir :Bekasi, 17 September 1991
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Manggis 4 no 417 Blok A Duren Jaya Bekasi
Timur, Jawa Barat 17112
Nomor Telepon/HP : 08568678506
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1997 – 2003 : SD Negeri Duren Jaya 6
2003 – 2006 : SMP Negeri 1 Bekasi
2006 – 2008 : SMA Negeri 1 Bekasi
2008 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta