skrining hipokratik

24
SKRINING HIPOKRATIK A. TUJUAN 1. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat menggunakan teknik skrinning hipokratik. 2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining farmakologi obat. B. LANDASAN TEORI Bahan alam yang digunakan sebagai obat telah digunakan masyarakat sejak zaman dahulu. Masyarakat pada zaman dahulu sudah memahami makna penting kesehatan, baik dari segi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Pemakaian bahan alam hingga saat ini cenderung meningkat, terutama setelah kemajuan teknologi yang berkembang pesat. Permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya pembuktian secara ilmiah tentang keamanan serta khasiat obat bahan alam tersebut yang dapat diaplikasikan secara klinis dalam penyembuhan segala macam penyakit. Bahan alam (terutama tumbuhan) merupakan keanekaragaman hayati yang masih sangat sedikit menjadi subjek penelitian ilmiah di Indonesia, padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar didunia dengan lebih kurang 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan serta biota lautnya. Dari sekian besar jumlah tersebut baru sekitar 940 species yang diketahui berkhasiat terapautik (mengobati) melalui penelitian ilmiah

Upload: iswanpermadi

Post on 28-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRINING HIPOKRATIK

SKRINING HIPOKRATIK

A. TUJUAN

1. Memahami dan terampil melakukan skrining farmakodinamik obat menggunakan

teknik skrinning hipokratik.

2. Memahami dan mampu menganalisa hasil-hasil skrining farmakologi obat.

B. LANDASAN TEORI

Bahan alam yang digunakan sebagai obat telah digunakan masyarakat sejak

zaman dahulu. Masyarakat pada zaman dahulu sudah memahami makna penting

kesehatan, baik dari segi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Pemakaian bahan

alam hingga saat ini cenderung meningkat, terutama setelah kemajuan teknologi yang

berkembang pesat.

Permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya pembuktian secara ilmiah

tentang keamanan serta khasiat obat bahan alam tersebut yang dapat diaplikasikan secara

klinis dalam penyembuhan segala macam penyakit.

Bahan alam (terutama tumbuhan) merupakan keanekaragaman hayati yang masih

sangat sedikit menjadi subjek penelitian ilmiah di Indonesia, padahal Indonesia merupakan

negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati terbesar didunia dengan lebih

kurang 30.000 jenis tumbuh-tumbuhan serta biota lautnya. Dari sekian besar jumlah

tersebut baru sekitar 940 species yang diketahui berkhasiat terapautik (mengobati) melalui

penelitian ilmiah dan hanya sekitar 180 species diantaranya yang telah dimanfaatkan

dalam temuan obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia (DepKes, 2000). Hal

ini disebabkan karena pemanfaatan tumbuhan di Indonesia untuk mengobati suatu

penyakit biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun

temurun tanpa disertai data penunjang yang memenuhi persyaratan (Sirait, 2001).

Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu

obat/bahan obat yang belum diketahui sebelumnya, baik yang berasal dari alam ataupun

senyawa sintesis/semisintesis. Cara ini didasarkan atas bahwa obat bila berinteraksi dalam

materi biologis dalam tubuh akan menghasilkan efek tertentu tergantung pada dosis yang

diberikan. Penapisan farmakologi pendahuluan dilakukan menurut metode Malon

Robichoud mengenai penapisan hipokratik yang dimodifikasi. Prinsipnya adalah melihat

Page 2: SKRINING HIPOKRATIK

gejala-gejala yang timbul pada hewan percobaan setelah diberi suatu obat. Skrining ini

dapat membedakan suatu obat/bahan yang berguna dan yang tidak berguna dengan cepat

dan biaya yang relatif murah. Darinya akan dihasilkan profil farmakodinamik obat/bahan.

Selain itu dapat diketahui efek farmakologi pada suatu obat yang belum diketahui

sebelumnya, sehingga diperoleh perkiraan efek farmakologi berdasarkan pendekatan data

parameter-parameter yang diketahui.

Penelitian ini menggunakan metode penapisan hipokratik yang dipertajam

dengan uji-uji spesifik diantaranya seperti uji viskositas, uji aktivitas motorik, uji

perpanjangan waktu tidur, uji anti konvulsi dan uji efek hipotensi.

Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas

farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan

setelah diberi zat uji.

Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas

farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat

gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Prinsip dasar penapisan

atau skrining farmakologi ini adalah mencari persen aktivitas yang terjadi pada setiap

kelompok efek-efek tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen

aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau

obat uji semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut.

Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum

diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis

atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini

masih merupakan prediksi.

Sistem saraf terbagi menjadi susunan saraf pusat (otak dan sumsum tulang

belakang). Serta susunan saraf perifer yang terdiri atas saraf motoris dan susunan saraf

otonom.

Farmakodinamik adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek

biokimiawi dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya. Menurut teori pendudukan

reseptor, intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki atau

diikatnya, dan intensitas efek mencapai maksimal bila seluruh reseptor diduduki oleh obat.

Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor.

1. Parasimpatomimetik

Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat

menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena

Page 3: SKRINING HIPOKRATIK

melepaskan neurohormon asetilkolin diujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang

muncul setelah pemberian kolinergik adalah :

Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar

ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.

Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,

vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.

Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan

sekresi dahak diperbesar.

Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya

tekanan intraokulere akibat lancarnya pengeluaran air mata.

Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin.

Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.

Menekan ssp setelah pada permulaan menstimulasinya.

2. Simpatomimetik

Simpatomimetik atau adrenergik adalah zat-zat yang dapat menimbulkan efek yang

sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung

sarafnya. Efek yang ditimbulkan adalah:

Vasokontriksi otot polos dan menstimulasi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya

sekresi liur dan keringat.

Menurunkan peristaltik usus.

Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.

Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

3. Simpatolitik

Simpatolitik atau adrenolitik adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh

aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh

simpatomimetik.

4. Analgetik

Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.

5. Vasodilator

Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah

secara langsung.

6. Vasokontriksor

Berlawanan dengan vasodilator

Page 4: SKRINING HIPOKRATIK

7. CNS Activation

Zat yang dapat merangsang SSP. Efek yang ditimbulkan adalah:

Konvulsi

Meningkatkan laju pernapasan

Aktivitas motorik meningkat

Naiknya temperatur

Rasa ingin tahu meningkat

8. CNS Depressant

Zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS

Activation.

9. Muscle Relaxant

Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.

Parameter yang diamati dalam faktor bobot :

NO PARAMETERFAKTOR

BOBOT

KIRETERIA

AKTIVITAS

1 Kelopak mata turun 1 Pen. SSP/Smpl/Rel. Ot

2 Bulu berdiri 0,5 Simm/Parasimm

3 Ekor berdiri 0,5 Analg

4 Bola mata menonjol 1,5 Simm

5 Ekor/telinga memerah 1 Vasodilatasi

6 Ekor/telinga pucat 2 Vasokontriksi

7 Fasikulasi 1 Stim. SSP/Parasimm

8 Tremor 1 STIM. SSP

9 Aktivitas motorik menurun 1 Pen.SSP/Simpl/Rel. Ot

10 Aktivitas motorik meningkat 1 Stim. SSP

11 Respirasi meningkat 2 Stim. SSp

12 Respirasi menurun 2 Pen. SSP/Rel. Ot

13 Gerak berputar 1 Stim. SSP/Analg

14 Ekor bergelombang 1 Stim. SSP

15 Agresif 1 Stim. SSP

16 Rasa ingin tahu meningkat 1 Stim. SSP

17 Rasa ingin tahu menurun 1 Pen. SSP/Rel.Ot

Page 5: SKRINING HIPOKRATIK

18 Refleks kornea hilang 1 Pen. SSp

19 Refleks telinga hilang 1 Pen. SSP/Rel. Ot

20 Refleks balik hilang 1 Pen SSP

21 Salivasi 2 Pen SSP/Rel. Ot

22 Lakrimasi meningkat 0,5 Parasimm

23 Lakrimasi menurun 2 Simm

24 Air mata berdarah 1,5 Parasimm

25 Paralisa kaki 1 Pen. SSP/Rel. Ot

26 Tremor 1 Stim. SSp

27 Konvulsi1 Stim.

SSP/SIMM/SimL/Parasim

28 Urinasi 2 Parasimm

29 Diare 1 Parasimm

30 Temperatur rektum meningkat 2 Stim. SSP/SIMM

31 Temperatur rektum menurun 1 Pen. SSP/Siml/Parasimm

32 Jatuh dari rotaroad 1 Pen. SSP/Rel.Ot

33 Katalepsi 1 Pen. SSP

34 Tonus tubuh menurun 1,5 Pen. SSP/Rel. Ot

35 Tonus tubuh meningkat 2 Stim. SSP

36 Reaksi plat panas menurun 1 Pen. SSP/Rel. Ot/Analg

37 Reaksi jepit ekor menurun 1 Pen. SSP/Rel. Ot/Analg

38 Menggeliat 0,5 Rel. Ot

39 Pandangan tak lurus 2 Pen. SSP

40 Pupil mengecil 1,5 Parasimm/Siml/Pen.SSP

41 Pupil melebar 0,5 Simm/Parasiml/Analg

42 Ekor naik 0,5 Analg

43 Berat badan turun 1,5

44 Berat badan naik 2

Page 6: SKRINING HIPOKRATIK

C. CARA KERJA

1. Timbang hewan, tandai dan tentukan dosis yang akan diberikan.

2. Amati parameter-parameter seperti yang tertera pada tabel 2 dan beri skor 1 atau 0

untuk respon kualitatif dan 1, 2, 3 untuk respon kuantitatif

3. Gunakan alat yang tersedia untuk mendeteksi gejala tertentu seperti :

a. Tonus otot melalui kemampuan hewan memegang jaring atau bergelantung pada

alat gelatung

b. Laju pernafasan dihitung persatuan waktu memakai stopwatch

c. Reaksi jepit ekor menggunakan pinset

d. Reaksi plat panas menggunakan hotplate

e. Temperatur tubuh menggunakan thermometer

4. Setelah semua parameter teramati (pada keadaan belum diberi obat=kontrol) injeksi

masing-masing hewan pada dosis yang telah ditentukan secara intraperitonial

5. Amati semua parameter diatas pada waktu 5,10,15, 30, dan 60 menit setelah

penyuntikan obat.

6. Evaluasi hasil yang didapatkan.

a. Kumpulkan nilai menurut bobot untuk masing-masing parameter sesuai dengan

dosis.

b. Lakukan hal yang sma untuk semua parameter lain.

c. Hitung skor total dengan mengalikan skor dengan faktor bobot untuk masing-

masing parameter pada setiap dosis dan bandingkan dengan skor maksimum.

d. Kumpulkan nilai parameter-parameter yang relevan untuk aktifitas tertentu,

misalnya untuk aktivitas sistem saraf pusat.

e. Rangking % respon aktivitas yang didapat menurut dosis dan kategori aktivitas.

f. Bahas dan buat beberapa kemungkinan yang terjadi.

Page 7: SKRINING HIPOKRATIK

D. HASIL PRAKTIKUM

Tanggal : 4 April 2014

Hewan : Mencit

BB : 22 gram

Dosis : 1 g/kg

VAO : 0,22 ml

Konsentrasi : 100 mg/ml

VAO=Berat ( Kg ) x Dosis ( mg

KgBB)

Konsentrasi (mgml

)

¿0,022kg x1000

mgkg

100mgml

=0,22ml

ParameterNilai (1-3) atau terukur pada waktu

K 5 10 15 30 60

Kelopak mata turun 0 1 0 0 1 1

Bulu berdiri 0 0 0 0 0 0

Ekor berdiri 0 0 0 0 0 0

Bola mata menonjol 0 0 0 0 0 0

Ekor/telinga memerah 0 1 0 0 0 0

Ekor/telinga pucat 0 0 0 0 0 0

Fasikulasi 0 0 0 0 0 0

Tremor 0 1 0 0 0 0

Aktivitas motorik menurun 0 0 0 1 1 0

Aktivitas motorik meningkat 0 1 1 0 0 0

Respirasi meningkat 0 2 2 2 0 0

Respirasi menurun 0 0 0 0 2 2

Gerak berputar 0 0 0 0 0 0

Ekor bergelombang 0 0 0 0 0 0

Agresif 0 0 0 0 0 0

Rasa ingin tahu meningkat 0 0 0 1 1 0

Rasa ingin tahu menurun 0 1 1 0 0 0

Refleks kornea hilang 0 0 0 0 0 0

Refleks telinga hilang 0 0 0 0 0 0

Page 8: SKRINING HIPOKRATIK

Refleks balik hilang 0 0 0 0 0 0

Salivasi 0 0 0 0 0 0

Lakrimasi meningkat 0 0 0 0 0 0

Lakrimasi menurun 0 0 0 0 0 0

Air mata berdarah 0 0 0 0 0 0

Paralisa kaki 0 0 0 0 0 0

Tremor 0 1 0 0 0 0

Konvulsi 0 0 0 0 0 0

Urinasi 0 0 0 0 0 0

Diare 0 0 0 0 0 0

Temperatur rektum meningkat 39 0 0 0 1 1

Temperatur rektum menurun 39 1 1 1 0 0

Jatuh dari rotaroad 38 0 0 0 0 2

Katalepsi 0 0 0 0 0 0

Tonus tubuh menurun 0 0 0 0 0 0

Tonus tubuh meningkat 0 0 0 0 0 0

Reaksi plat panas menurun 0 1 1 0 0 1

Reaksi jepit ekor menurun 0 0 0 1 1 1

Menggeliat 0 0 0 0 0 0

Pandangan tak lurus 0 0 0 0 0 0

Pupil mengecil 0 1,5 0 0 0 0

Pupil melebar 0 0 0 0 0 0

Ekor naik 0 0 0 0 0 0

Berat badan turun 22 0 0 0 0 0

Berat badan naik 22 0 0 0 0 0

1. Simpatolitik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Kelopak mata ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Aktivitas motorik ↓ 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5

Konvulsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1

Temperature rectum ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Page 9: SKRINING HIPOKRATIK

Jumlah 8 15

Page 10: SKRINING HIPOKRATIK

2. Aktivitas penekan sistem saraf pusat

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Kelopak mata ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Aktivitas motorik ↓ 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5

Respirasi ↓ 4 x 2 8 5 x 2 x 2 20

Rasa ingin tahu ↓ 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5

Reflex kornea hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Reflex telinga hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Reflex balik hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Paralisa kaki 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Temperatur rectum ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Jatuh dari rotaroad 2 x 1 2 5 x 2 x 1 10

Katalepsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Tonus tubuh ↓ 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0

Reaksi jepit ekor ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Pandangan tak lurus 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

Jumlah 23 55

3. Relaksasi Otot

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Kelopak mata ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Aktivitas motorik ↓ 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5

Respirasi ↓ 4 x 2 8 5 x 2 x 2 20

Rasa ingin tahu ↓ 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5

Reflex telinga hilang 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Paralisa kaki 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Jatuh dari rotaroad 2 x 1 2 5 x 2 x 1 10

Tonus tubuh ↓ 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0

Reaksi jepit ekor ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Menggeliat 0 x 0,5 0 5 x 0 x 2 0

Jumlah 20 50

Page 11: SKRINING HIPOKRATIK

4. Simpatomimetik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Bola mata menonjol 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0

Lakrimasi ↓ 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

Konvulsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Temperatur rectum ↑ 2 x 2 4 5 x 2 x 2 20

Jumlah 4 20

5. Parasimpatomimetik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Bulu berdiri 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0

Fasikulasi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Salivasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

Lakrimasi ↑ 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0

Air mata berdarah 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0

Konvulsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Urinasi 0 x 2 0 5 x 0 x 2 0

Diare 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Temperatur rectum ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Jumlah 3 5

6. Analgetik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Ekor berdiri 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0

Gerak berputar 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Reaksi jepit ekor ↓ 3 x 1 3 5 x 1 x 1 5

Jumlah 3 5

7. Vasokontriksi

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Ekor/telinga pucat 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Jumlah 0 0

Page 12: SKRINING HIPOKRATIK

8. Vasodilatasi

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Ekor/telinga memerah 1 x 1 1 5 x 1 x 1 5

Jumlah 1 5

9. Stimulasi sistem saraf pusat

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Fasikulasi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Tremor 1 x 1 1 5 x 1 x 1 5

Aktivitas motorik ↑ 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5

Respirasi ↑ 6 x 2 12 5 x 2 x 2 20

Gerak berputar 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Ekor bergelombang 0 x 1 0 5 x 0 x1 0

Agresif 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Rasa ingin tahu ↑ 2 x 1 2 5 x 1 x 1 5

Konvulsi 0 x 1 0 5 x 0 x 1 0

Temperatur rectum ↑ 2 x 2 4 5 x 2 x 2 20

Tonus tubuh↓ 0 x 1,5 0 5 x 0 x 1,5 0

Jumlah 21 50

10. Parasimpatolitik

Parameter Skor Total Jumlah Skor Max Jumlah

Pupil mata melebar 0 x 0,5 0 5 x 0 x 0,5 0

Jumlah 0 0

Perhitungan % aktivitas

% aktivitas= skor totalskor maksimum

x100 %

1. Aktivitas penekan sistem saraf

pusat % aktivitas=23

55x100 %

Page 13: SKRINING HIPOKRATIK

= 41,8%

2. Simpatolitik

% aktivitas= 815

x100 %

= 53,3%

3. Relaksasi otot

% aktivitas=2050

x100 %

= 40%

4. Simpatomimetik

% aktivitas= 420

x100 %

= 20%

5. Parasimpatomimetik

% aktivitas=35

x100 %

= 60%

6. Analgetik

% aktivitas=35

x100 %

= 60%

7. Vasodilatasi

% aktivitas=15

x100 %

= 20%

8. Vasokontriksi

% akti vitas=00

x 100 %

= 0%

9. Stimulasi sistem saraf pusat

% aktivitas=2150

x100 %

= 42%

10. Parasimpatolitik

% aktivitas=00

x100 %

= 0%

E. PEMBAHASAN

Pada dasarnya, percobaan skrining hipokratik ini dilakukan untuk mengetahui atau

menapis aktivitas suatu obat atau bahan yang belum diketahui sebelumnya baik yang

berasal dari bahan alami maupun senyawa sintesis atau semisintesis. Hal itu disebut

dengan skrining hipokratik. Obat yang diberikan belum diketahui aktifitas maupun

golongan senyawa tersebut. Oleh karena itu, pada percobaan skrining hipokratik ini

digunakan hewan uji yaitu berupa mencit. Mencit selanjutnya disuntikkan obat secara

intraperitonial dengan dosis 1 g/kg BB dan konsentrasi obat sebesar 100 mg/ml. Kemudian

setelah itu mencit diamati berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi pada menit ke-5,

10, 15, 30, dan 60.

Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar adalah

parasimpatomimetik (60%) dan analgetik (60%). Efek-efek lainnya terjadi dengan

persentase bervariasi, antara lain stimulasi sistem saraf pusat (42%), aktifitas penekan

sistem saraf pusat (41,8%), simpatolitik (53,3%), relaksasi otot (40%), simpatomimetik

(20%), dan vasodilatasi (20%).

Page 14: SKRINING HIPOKRATIK

Berdasarkan parameter-parameter yang diamati pada percobaan, obat yang

disuntikkan merupakan golongan parasimpatomimetik dan analgetik.

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa menghasilkan kesadaran. Nyeri adalah gejala penyakit atau

fungsi saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa

mempengaruhi kesadaran. Analgesik bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi

rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul, analgetika dibagi menjadi

analgetik narkotik dan analgetik non narkotik.

Ketidakakuratan hasil yang diperoleh mungkin saja terjadi dalam percobaan ini

dikarenakan kesalahan-kesalahan yang terjadi, mungkin disebabkan karena pengamatan

dari efek terapi mencit yang subjektif, masih terlalu susah untuk menentukan apakah

terjadi perubahan signifikan pada mencit.

F. KESIMPULAN

Skrining hipokratik adalah salah satu cara untuk menapis aktivitas suatu obat/bahan

yang belum diketahui sebelumnya baik yang berasal darri bahan alami maupun sintesis

atau semisintesis.

Berdasarkan parameter yang diamati pada percobaan. Obat yang disuntikkan

merupakan golongan parasimpatomimetik dan golongan analgetik sebesar 60%. Efek-

efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain stimulasi sistem saraf

pusat (42%), aktifitas penekan sistem saraf pusat (41,8%), simpatolitik (53,3%),

relaksasi otot (40%), simpatomimetik (20%), dan vasodilatasi (20%).

Faktor yang mempengaruhi hasil eksperimen dalam hal ini kondisi mencit yaitu

keadaan kandang, suasana kandang baru yang asing, pengamatan hewan dalam

kandang, dan keadaan ruangan tempat hidup hewan percobaan (cuaca) dan juga faktor

lainnya seperti kesalahan yang mungkin dilakukan oleh praktikan.

Page 15: SKRINING HIPOKRATIK

PEMBAHASAN SOAL

1. Apa beda skrining buta dan skrining spesifik?

Jawab :

Skrining buta adalah program skrining terhadap senyawa baru yang tidak diketahui

aktivitas farmakologinya. Sedangkan skrining spesifik adalah program skrining yang

dilakukan pada senyawa yang telah dapat diperkirakan khasiatnya.

2. Apa kelebihan metode skrining hipokratik dibandingkan dengan skrining spesifik? Apa

pula kelemahannya?

Jawab :

Kelebihan :

a. Caranya sederhana dan peralatan yang digunakan relative mudah.

b. Aktivitas bahan/obat yang diuji dapat diketahui dengan cepat.

Kekurangan :

a. Dalam pengamatannya sedikit rumit karena waktu pengamatan membutuhkan waktu

yang singkat (5 menit) sedangkan parameter yang diamati banyak.

3. Apakah toksisitas bahan obat dapat diramalkan menggunakan cara skrining ini?

Jawab :

Bisa. Karena dari skrining hipokratik ini diperoleh seberapa besar aktivitas dari berbagai

kriteria yang diamati. Bila pada skrining hipokratik ini pada dosis yang besar dapat

memberikan efek yang sangat berlebihan, maka bisa dinyatakan berefek toksik.

4. Jelaskan tahap-tahap penelitian yang harus dilalui untuk suatu obat baru agar dapat

digunakan secara klinis?

Jawab :

Pengembangan dan penilaian obat ini meliputi 2 tahap uji :

1. Uji praklinik

a. Uji farmakodinamik

b. Uji farmakokinetik

c. Uji toksikologi

Page 16: SKRINING HIPOKRATIK

d. Uji farmasetika

2. Uji klinik

a. Uji klinik fase I. Merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama kalinya pada

manusia

b. Uji klinik fase II. Dicobakan pada pasien sakit

c. Uji klinik fase III. Pada manusia sakit, ada kelompok kontrol dan kelompok

pembanding.

d. Uji klinik fase IV. Uji terhadap obat yang telah dipasarkan.

5. Jelaskan hubungan parameter-parameter yang diamati dengan jenis aktivitas-aktivitas yang

ditentukan.

Jawab :

Piloerection atau bulu mencit berdiri menunjukkan adanya kompensasi temperatur

yang rendah atau aktivitas simpatomimetik.

Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah dari merah muda

menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi akibat pengaruh simpatolitik.

Warna putih menunjukkan vasokontriksi pengaruh simpatomimetik.

Heart rate atau detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitas parasimpatomimetik dan

dapat diperlambat oleh depresan pernafasan dan SSP, khususnya pada dosis tinggi.

Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi obat. Pelebaran pupil

menandakan bahwa hewan terpengaruh oleh obat parasimpatolitik atau

simpatomimetik.

Page 17: SKRINING HIPOKRATIK

DAFTAR PUSTAKA

Nurmeilis, dkk. 2009. Penuntun Praktikum Farmakologi. Program Studi Farmasi FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition, Lange Medical

Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).

Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo Kelompok Gramedia

Woodley, Michele. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.