skrining dan deteksi penyakit dalam populasi

Upload: gio-vano-naihonam

Post on 13-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Skrining dan deteksi penyakit dalam populasi Misi epidemiologi adalah untuk menunjang program kesehatan masyarakat. Tujuan ahli epidemiologi adalah untuk memahami kausalitas dan hubungan penyakit sehingga program pengendalian penyakit, pencegahan dan program perlindungan dapat dikembangkan dan diterapkan untuk melindungi populasi. Program skrining merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mencapai misi dan sasaran epidemiologi tersebut. Program skrining dapat dilakukan secara pasif seperti pemeriksaan mata disekolah dasar atau secara ambisius seperti skrining multifase yang diadakan di mall perbelanjaan atau bazar kesehatan. Skrining didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk mengidentifikasi dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan berisiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Skrining dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti. Skrining multifase adalah penggunaan suatu kombinasi tes dan diagnostik yang dilakukan secara berurutan oleh tekhnisi dibawah arahan medis terhadap sekelompok besar orang yang sehat. Skrining multifase menggunakan serangkaian tes skrining tersebut sebagai upaya pencegahan untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi apa pun padapopulasi yang kelihatannya sehat. Skrining terkadang dipertukarkan maknanya dengan diagnosis, tetapi skrining itu sendiri merupakan prekursor untuk diagnosis. Tes skrining, seperti tes penglihatan, pengukuran tekanan darah, pap smears, pemeriksaan darah, dan x-rays dada dilakukan pada kelompok besar atau populasi. Tes skrining memiliki titik potong yang digunakan untuk menentukan mana orang yang berpenyakit dan mana yang tidak. Diagnosis diberikan kepada pasien secara perorangan oleh dokter atau institusi perawatan kesehatan berkualitas lainnya. Diagnosis selain menggunakan hasil tes, juga melibatkan evaluasi tanda dan gejala, dan mungkin melibatkan penilaian yang subjektif berdasarkan pengalaman dokternya. Diagnosis adalah hak prerogatif dokter. Tes skrining dapat dilakukan oleh tekhnisi medis di bawah pengawasan dokter. Skrining tidak ditujukan untuk menyaingi diagnosis, tetapi lebih sebagai proses yang digunakan untuk mendeteksi kemungkinan suatu kondisi penyakit sehingga dapat dirujuk untuk diagnosis. Diagnosis tidak hanya memperkuat atau menyanggah tes skrining, tetapi juga dapat membantu menetapkan validitas, sensitivitas, dan spesifisitas uji.

Pertimbangan program skrining Wilson dan junger menetapkan beberapa hal yang harus dipertimbangkan ahli epidemiologi saat merencanakan dan melaksanakan program skrining. Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, skrining paling efektif jika dapat mencapai sebagian besar populasi.Berikut faktor yang perlu dipertimbangkan ketika merencanakan program skrining untuk kelompok populasi yang besar : (1). Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama. (2). Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yang terungkap saat proses skrining dilakukan. (3). Harus tersedia akses ke fasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan. (4). Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali, dengan keadaan awal dan lanjutannya yang dapat diidentifikasi. (5). Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit. (6). Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakatumum. (7). Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami, termasuk fase reguler dan perjalanan penyakit, dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji. (8). Kebijakan, prosedur, dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis dan tindakan lebih lanjut. (9). Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi. (10). Skrining jangan dijadikan kegiatan sesekali saja, tetapi harus dilakukan dalam proses yang teratur dan berkelanjutan.