skenario.docx

84
RESUME SKENARIO 3 TUMOR DAN NEOPLASMA AMALIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS OLEH KELOMPOK B Roat Yeti Mustafida (092010101039) Devita Prima Nurmasari (102010101002) Rahma Fadhila (102010101007) Kiki Amilia Brillianita (102010101011) Amalia Firdaus (102010101014) Vita Alfiatul Hasanah (102010101017)

Upload: amaliafirdaus

Post on 09-Aug-2015

114 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKENARIO.docx

tumor dan neoplasma

Amalia

OLEH KELOMPOK B

Roat Yeti Mustafida (092010101039)

Devita Prima Nurmasari (102010101002)

Rahma Fadhila (102010101007)

Kiki Amilia Brillianita (102010101011)

Amalia Firdaus (102010101014)

Vita Alfiatul Hasanah (102010101017)

Riswan Febrianto (102010101019)

M. Ferry Nur Abadi (102010101021)

Quritaayun Zendikia L. (102010101023)

Derry Herdhimas (102010101025)

Farida Dwi Irnawati (102010101051)

Michael Hostiadi (102010101076)

Ika Niswatul Chamidah (102010101086)

Abcharina Rachmatina (102010101099)

Page 2: SKENARIO.docx

SKENARIO

PEMBAHASAN

1 |RESUME SKENARIO 3 2013

Seorang wanita usia 45 tahun datang ke dokter untuk memeriksakan benjolan di payudara kiri yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Dari anamnesis didapatkan benjolan tidak terasa nyeri, dan makin membesar. Riwayat penyakit sebelumnya pernah ada benjolan kecil di lengan dan sudah di operasi,menurut dokter adalah tumor jinak. Riwayat penyakit keluarga tidak ada yang menyandang penyakit serupa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan diameter 5 cm, permukaan rata,konsistensi padat keras, melekat pada kulit sehingga terdapat gambaran seperti kulit jeruk. Pada daerah axilla kiri ditemukan pembesaran kelenjar getah bening. Ketika pasien menanyakan kemingkinan penyebabnya apa, dokter menjawab dan menyimpulkan keadaan serius yang perlu disampaikan kepada pasien serta merujuk pasien ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Setelah melalui berbagaipemeriksaan dan konsultasi dengan dokter bedah, diputuskan harus dilakukan operasi. Sebelum masuk ruang operasi, pasien mendapat penjelasan dari dokter anestesi tentang prosedur anestesi yang akan dilakukan.

Page 3: SKENARIO.docx

1.Tumor 2. PenyakitA. Perkembangan Tumor

B. Faktor resiko

C. Klasifikasi jenis

D. Karakteristik

E. Diagnosis

F. Stadium

G. Preventif (deteksi dini)

H. Operasi

I. Radioterapi

J. Kemoterapi

K. Hormon terapi

L. Imunoterapi

M. Paliatif

N. Rehabilitatif

TUMOR

2 |RESUME SKENARIO 3 2013

I.TUMOR GANAS

a. Ca Mammae

b. Paget disease

c. Limfadenopati

II. TUMOR JINAK

a. Fibroadenoma

mammae

b. Fibrokista

Page 4: SKENARIO.docx

A. Perkembangan tumorPerkembangan Tumor Jinak ke Ganas

Tumor merupakan sekelompok sel-sel abnormal yang terbentuk hasil proses pembelahan sel yang berlebihan dan tak terkoordinasi. Dalam bahasa medisnya, tumor dikenal sebagai neoplasia. Neo berarti baru, plasia berarti pertumbuhan/pembelahan, jadi neoplasia mengacu pada pertumbuhan sel yang baru, yang berbeda dari pertumbuhan sel-sel di sekitarnya yang normal. Yang perlu diketahui, sel tubuh secara umum memiliki 2 tugas utama yaitu melaksanakan aktivitas fungsional nya serta berkembang biak dengan membelah diri. Namun pada sel tumor yang terjadi adalah hampir semua energi sel digunakan untuk aktivitas berkembang biak semata. Fungsi perkembangbiakan ini diatur oleh inti sel (nucleus), akibatnya pada sel tumor dijumpai inti sel yang membesar karena tuntutan kerja yang meningkat.

Dari pengertian tumor diatas, tumor dibagi mejadi 2 golongan besar yaitu tumor jinak (benign) dan tumor ganas ( malignant) atau yang popular dengan sebutan kanker. Terdapat perbedaan sifat yang nyata diantara dua jenis tumor ini dan memang membedakannya merupakan tuntutan wajib bagi praktisi medis. Perbedaan utama di antara keduanya adalah bahwa tumor ganas lebih berbahaya dan fatal sesuai dengan kata ‘ganas’ itu sendiri. Gambarannya begini, walaupun tumor ganas atau kanker itu berada pada jaringan di kaki, hal

itu dalam tahap lanjut dapat mengakibatkan kematian. Tumor jinak hanya dapat menimbulkan kematian secara langsung terkait dengan lokasi tumbuhnya yang membahayakan misalnya tumor di leher yang dapat menekan saluran napas.

3 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 5: SKENARIO.docx

Proses metastase

1. Faktor lingkungan

Pencemaran udara, tanah, dan air

2. Faktor pekerjaan

Kontak jangka panjang dengan karsinogen di lingkungan pekerjaan

3. Pola hidup yang buruk

Merokok

Minum-minuman keras

4. Usia

Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan usia. Hal ini terjadi akibat akumulasi mutasi somatik yang disebabkan oleh berkembangnya neoplasma ganas. Menurunnya kompetensi imunitas yang menyertai penuuan yang mungkin juga ikut berperan.

5. Factor Geografik

Karsinogen lingkungan banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Contohnya seperti sinar matahari, dapat ditemukan terutama di perkotaan, atau terbatas pada pekerjaan tertentu.

4 |RESUME SKENARIO 3 2013

C.

B. FAKTOR RESIKO

Page 6: SKENARIO.docx

Jenis Jenis tumor berdasarkan sifatnya diklasifikasikan menjadi :

Y Jinak 

Y Ganas

Tumor Jinak.

Tumor jinak merupakan suatu kelainan dengan pertumbuhan yang lambat, yang biasanya

tidak menembus jaringan sekitarnya atau menyebar ke bagian lain dalam tubuh. Pada waktu

tumor jinak timbul pada epitel atau permukaan mukosa, tumor akan tumbuh

menjauhi permukaan,karena tumor tidak dapat mengadakan infasi,sehingga sering kemudian

terbentuk  polip yang bentuknya bertangkai atau tonjolan datar Walaupun tumor jinak ,sesuai

dengan definisi,letaknya terlokalisir dan terbatas tegas dengan jaringan asal tumor jinak

dapat menyebabkan masalah /kesulitan klinis yang di sebabkan oleh:

Tekanan/desakan pada jaringan sekitarnya (misalnya tumor

jinak meniganmenyebabkan epilepsi)

Obstruksi aliran cairan (misalnya tumor jinak epitel dari suatu saluran akan menutupaliran)

Produksi hormon (misalnya tumor jinak tiroid menyebabkan tiroksikosis)

Tranformasi menjadi neo plasma ganas  (misalnya polip adenomatosa menjadi

adenokarsinoma)

Ketakutan (kekawatiran penderita karena memperkirakan penyakitnya

dapatmenyebabkan kemtian) Ciri tumar jinak :Bersinpai dan tumbuh mendesak jaringan

sekitar disebut juga ekspansif Tumor ganas

Infasif,jadi mampu menyebar secara langsung atau metatasis

Pertumbuhan relatif cepat

Bermacam-macam kemiripan bentuk histologinya dengan jaringan asalJaringan/sel tumor

ganas,secara histologi mempunyai lebih sedikit kemiripan dengansel/jaringan induk(asal) di

banding dengan tumor jinak.

5 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 7: SKENARIO.docx

Tumor ganas tumbuh magnifiltrasi dan merusak jaringan sekitarnya,dan memungkinkan sel

neplastik menembus dinding pembuluh darah dan pembuluh limpe,dan dengan demikian

menyebar kesisi yang lain. Proses penting ini disebut metastasis dan tumor sekunder yanga

dihasilkan disebut metatases.Penderita dengan metatases yang luas sering disebut menderita

carsino matosis.

Beberapa karakteristik tumor jinak dan ganas

Karakteristik Tumor jinak Tumor ganas

Batas tumor Jelas Tidak jelas

Kapsul Jelas Tidak jelas/pseudo kapsul

Kecepatan tumbuh Umumnya lambat Umumnya cepat

Infiltrasi Tidak ada Ada, bahkan merupakan ciri khas

Nekrosis/ulserasi Sangat jarang Sering

Struktur jaringan Khas menunjukkan asal jaringan

Tidak khas, sering sulit menentukan asal jaringan

Bentuk sel Uniform Polikromasi

Warna inti sel Normal Hiperkromasi/polikromasi

Warna sitoplasma Normal Hiperkromasi/polikromasi

6 |RESUME SKENARIO 3 2013

D.KARAKTERISTIK

Page 8: SKENARIO.docx

Rasio nucleus/plasma Normal Naik

Metastase Tidak ada Sering

Residif Jarang Sering

Efek sistemik Jarang kecuali tumor endokrin Sering

1. Anamnesis

Pada tumor jinak biasanya hanya terdapat tanda/gejala local, sedangkan pada tumor ganas tergantung pada stadiumnya. Tumor ganas stadium dini biasanya tidak terdapat keluhan, kalaupun ada biasanya terlokalisir (sama halnya dengan tumor jinak). Sedangkan tumor ganas stadium lanjut biasanya disertai dengan gejala sistemik ditambah dengan keluhan-keluhan akibat komplikasinya. Hal-hal yang perlu ditanyakan ketika melakukan anamnesis adalah:

a. Keluhan utama biasanya pasien datang karena ada benjolan pada

bagian tertentu di tubuhnya

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak kapan muncul benjolan (onset)

Di mana letak benjolannya (lokasi)

Nyeri atau tidak

Gejala sistemik yang menyertai (demam, malaise, mual, muntah, sesak, nyeri kepala, dll)

c. Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami sakit yang sama atau tidak

Pernah mengalami penyakit kronis yang mungkin bisa menyebabkan terjadinya kanker (misal: sirosis hepatis bisa menyebabkan hepatoma)

7 |RESUME SKENARIO 3 2013

E.DIAGNOSIS

Page 9: SKENARIO.docx

d. Riwayat pengobatan

Pernah dioperasi, dikemoterapi ataupun radioterapi

a. Riwayat penyakit keluarga

Ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama atau tidak

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi : - keadaan umum penderita (kakeksia atau tidak)

- ada ulkus atau tidak di daerah yang terdapat benjolan

- ada tanda-tanda radang di daerah yang terdapat benjolan

- ada retraksi atau tidak

b. Palpasi : - Site (lokasi)

- Size (ukuran)

- Marginal (batas jelas atau tidak, ada kapsul atau tidak)

- Multiplicity (jumlahnya tunggal atau banyak)

- Mobility (bisa digerakkan atau tidak)

- Consistency (konsistensi padat, lunak, atau kenyal)

- Tenderness (nyeri tekan atau tidak)

- Infiltration (infiltrasi ke jaringan di sekitarnya)

c. Perkusi : - Pekak jika ada massa yang padat

- Redup di thorax, karena ada efusi pleura

3. Pemeriksaan Laboratorium

Tujuan: untuk mengetahui keadaan umum pasien dan persiapan terapi

- darah lengkap

- urin lengkap

- elektrolit serum

8 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 10: SKENARIO.docx

- protein serum

- dll

4. Pemeriksaan Histopatologis

- FNA (Fine Needle Aspiration/ Aspirasi Jarum Halus)

- Pap Smear

- Biopsi (mengambil sebagian atau seluruh jaringan tumor untuk diperiksa)

5. Pemeriksaan Radiologis

- Foto polos

- Radiografi dengan contras (misal: Colon in loop)

- USG

- CT-scan

- MRI

- Sintigrafi / sidikan radioisotop : dengan Isotop Radioaktif seperti Iodium131,

Technetium99

Beberapa cara menentukan stadium dari tumor, antara lain berdasarkan :

1. Letak topografi tumor beserta ekstensi dan metastasenya dalam organ

2. Sistem TNM

3. Pentahapan menurut AJCC ( American Joint Committee on Cancer )

4. Berdasarkan kesepakatan para ahli ( konvensi )

1. Stadium tumor berdasarkan letak topografi tumor beserta ekstensi dan

metastasenya dalam organ :

9 |RESUME SKENARIO 3 2013

F.

Page 11: SKENARIO.docx

1. Stadium lokal : pertumbuhannya masih terbatas pada organ semula

tempatnya tumbuh .

Karsinoma in situ : pertumbuhannya masih terbatas intraepitelial, intraduktal, intra

lobuler. Istilah ini hanya dikenal pada tumor ganas epitelial.

Infiltrasi lokal atau invasif : tumor padat telah tumbuh melewati jaringan epitel,

duktus, atau lobulus, tetapi masih dalam organ yang bersangkutan ( pengertian

patologi : telah melewati stratum papilare atau membran basalis ) atau telah

menginfiltrasi jaringan sekitarnya ( pengertian klinis : sudah ada perlekatan dengan

organ sekitarnya ).

1. Stadium metastase regional : tumor padat telah metastase ke kelenjar limfe yang

berdekatan ( kelenjar limfe regional ).

2. Stadium metastase jauh     : tumor padat telah metastase pasa organ yang letaknya

jauh dari tumor primer.

Secara klinis kadang – kadang dipakai dua sitilah diatas sekaligus untuk menyebut stadium

tumor padat yaitu Stadium lokoregional, oleh karena pada kenyataannya sering ditemukan

stadium lokal dan regional secara bersamaan pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis.

1. Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM )

    Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang sarjana Perancis Piere de Noix,

kemudian dipergunakan dan disempunakan oleh UICC ( Union Internationale Contre

le Cancere ), dan sejak 1958 sistem ini dipergunakan secara luas di berbagai belahan

dunia.

    Sistem TNM ini berdasarkan 3 kategori, yaitu : T ( Tumor primer ), N ( Nodul

regional, metastase ke kelenjar limfe regional ), dan M ( Metastase jauh ). Masing –

masing kategori tersebut dibagi lagi menjadi subkategori untuk melukiskan keadaan

masing – masing kategori dengan cara memberi indeks angka dan huruf di belakang

T, N, dan M, yaitu :

10 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 12: SKENARIO.docx

T = Tumor Primer

o Indeks angka    : Tx, Tis, T0, T1, T2, T3, dan T4

o Indeks huruf    : T1a, T1b, T1c, T2a, T2b, T3b, dst

N = Nodul, metastase ke kelenjar regional.

o Indeks angka    : N0, N1, N2, N3.

o Indeks huruf    : N1a, N1b, N2a, N2b, dst

M = Metastase organ jauh

o Indeks angka    : M0, M1

o Indeks huruf    : Mx

Tiap – tiap indeks angka dan huruf mempunyai arti klinis sendiri – sendiri untuk setiap jenis

atau tipe tumor padat. Jadi arti indeks untuk karsinoma payudara tidak sama dengan karinoma

nasofaring, dsb. Pada umumnya arti sistem TNM tersebut adalah sebagai berikut :

Kategori T = Tumor Primer

o Tx = Syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.

o Tis = Tumor in situ

o T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer

o T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm

o T2 = Tumor dengan f maksimal 2 – 5 cm

o T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm

o T4 = Tumor invasi keluar organ.

Kategori N = Nodul, metastase ke kelenjar regional.

o N0 = Nodul regional negative

o N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perlekatan )

o N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan

o N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.

11 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 13: SKENARIO.docx

Kategori M = Metastase organ jauh

o M0 = Tidak ada metastase organ jauh

o M1 = Ada metastase organ jauh

o M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.

1. Stadium tumor berdasarkan pentahapan menurut AJCC

( American Joint Committee on Cancer )

   Setelah sistem TNM diperkenalkan dan dipakai secara luas pada tahun 1958,

kelompok para ahli yang menangani kanker di USA, pada tahun 1959 juga

mengemukakan suatu skema pentahapan kanker yang merupan penjabaran lebih

lanjut dari sistem TNM. Kelompok para ahli tersebut semula bernama : The American

Joint Committee for Cancer Staging and End Results Reporting ( disingkat AJC ).

AJC tersebut kemudian berubah nama pada tahun 1980 menjadi American Joint

Committee on Cancer ( disingkat AJCC ). Tujuan pembuatan staging kanker tersebut

adalah agar lebih praktis dan lebih mudah pemakaiannya di klinik. Buku manual

stadium kanker ( Manual for Staging of Cancer ) edisi satu hasil kerja AJCC

dipublikasikan pertama kali pada tahun 1977 dan diperbarui setiap beberapa tahun

sehingga pada tahun 2002 sudah dikeluarkan edisi 6 sampai saat ini dipakai secara

luas.

   Staging menurut AJCC ini pertama harus menentukan T, N, M dari tumor padat

tersebut sesuai ketentuan yang ada, dan selanjutnya dikelompokkan dalam stadium

tertentu yang dinyatakan dalam angka romawi ( I – IV ) dan angka arab ( khusus

untuk stadium 0 ). Lebih mudahnya, sebagai contoh dapat dilihat staging kanker

payudara menurut AJCC pada table berikut

Pentahapan Karsinoma Payudara Menurut AJCC Edisi 6 Tahun 2002

Stadium Deskripsi TNM

Stadium 0 Tis N0 M0

12 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 14: SKENARIO.docx

Stadium I T1 N0 M0

Stadium II A

T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stadium II BT2 N1 M0

T3 N0 M0

Stadium III A

T0 N2 M0

T1 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

Stadium III B

T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

Stadium III C Sembarang T N3 M0

Stadium IV Sembarang T Sembarang N M1

1. Stadium tumor berdasarkan kesepakatan para ahli ( Konvensi )

Beberapa jenis tumor padat stagingnya didasarkan pada kesepakatan para ahli di bidangnya masing – masing . Beberapa contohnya antara lain :

Stadium Dukes, untuk karsinoma kolorektal

Stadium Ann Arbor, untuk limfoma maligna

Stadium FIGO, untuk karsinoma serviks dan tumor ginekologi

Stadium Jewett, untuk karsinoma bladder ( kantung kencing )

American staging for prostate cancer, untuk kanker prostat.

Staging melanoma maligna menurut Clark, dan Breslow, dll..

13 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 15: SKENARIO.docx

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

Pemeriksaan ‘sadari’ (periksapayudarasendiri – saatmenstruasi – pada hari ke 7 sampai

dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid karena payudara dalam keadaan lunak

dikarenakan pengaruh hormon) dilakukan di rumah secara rutin dan disarankan dilakukan

pemeriksaan rutin tahunan untu kmendeteksi benjolan pada payudara .Pemeriksaan payudara

sendir dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun

dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun kebidan atau dokte untuk setiap

tahunnya.

Adapun langkah-langkahnya adalah :

1. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.

Tahap I

Lihat pada cermin ,bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara

melakukan :

Tahap II

14 |RESUME SKENARIO 3 2013

G. PREVENTIF (DETEKSI DINI)

Page 16: SKENARIO.docx

Tahap III

Tahap IV

2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.

15 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 17: SKENARIO.docx

Tahap 1.Persiapan

.

Tahap 2.PemeriksaanPayudaradenganVertical Strip

Tahap 3.PemeriksaanPayudaradengan Cara Memutar.

Tahap 4.Pemeriksaan Cairan Di PutingPayudara.

16 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 18: SKENARIO.docx

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

Tahap 5.MemeriksaKetiak

Tindakan operasi ini ditujukkan untuk mengangkat sel tumor sekaligus membasmi jaringan

sel tumor yang ada pada si penderita penyakit tumor. Biasanya tindakan operasi ini

adalah solusi tercepat yang diberikan oleh seorang dokter ahli untuk menyembuhkan pasien

dari tumor dan membuat sel tumor yang ada pada tubuh pasien tidak menyebar sehingga

17 |RESUME SKENARIO 3 2013

H. OPERAS

Page 19: SKENARIO.docx

pasien dapat segera sembuh. Tetapi jika sel tumor ini telah menyebar ke organ tubuh lain dari

si pasien, maka tindakan operasi ini tidak akan dilakukan karena sel tumor yang telah

menyebar itu tidak dapat dibuang atau diangkat tanpa merusak organ tubuh penting yang

telah terkena tumor tersebut. Seperti contoh tumor yang ada pada hati dan otak, dipastikan

jika sudah menyebar sampai dengan otak dan hati maka operasi pembedahan tidak akan

dilakukan karena akan merusak fungsi hati dan otak si pasien tersebut. Biasanya tindakan

pengobatan tumor dengan melakukan operasi pengangkatan tumor ini harus seizin seluruh

anggota keluarga,dan biayanya pun pasti akan menguras dompet . Jadi jika sudah mengetahui

gelaja dan tanda adanya tumor, ada baiknya langsung konsultasi dengan dokter ahli.

Tujuan: Preventif (Pencegahan)

Dilakukan untuk mengangkat jaringan tubuh non kanker yang dikhawatirkan akan

berkembang menjadi ganas/kanker. Contohnya, operasi untuk mengangkat polip di usus

besar.

Diagnostik

Lazim disebut biopsi, dilakukan untuk mengambil sampel jaringan untuk mengetahui ganas-

tidaknya atau apa jenis kankernya. Diagnosa kanker sering hanya dapat dipastikan dengan

cara memeriksa sampel jaringan menggunakan mikroskop.

MenentukanStadium

Sekalipun pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium atau foto dapat membantu

menetukan stadium kanker, operasi bisa lebih akurat menunjukkan sudah seberapa jauh

kanker itu menyebar, misalnya operasi laparotomi atau laparoskopi.

Penyembuhan

Selama berpuluh-puluh tahun tindakan operasi merupakan cara penyembuhan kanker yang

paling utama. Terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi atau radiasi (atau keduanya

sekaligus), terkadang tidak. Kemoterapi dan radiasi bisa diberikan sebelum atau sesudah

pembedahan, bahkan radiasi kadang diberikan pada saat dilakukan pembedahan.

Jika jaringan kanker belum menyebar dan seluruhnya bisa diangkat, tindakan ini dapat

membawa kesembuhan total. Tetapi jika sudah menyebar ke sekitarnya, apalagi ke organ

tubuh lain seperti pada penderita stadium lanjut, mengangkat seluruh jaringan kanker

beresiko menyebabkan kerusakan yang terlalu parah. Tindakan operasi dilakukan hanya

18 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 20: SKENARIO.docx

untuk mengangkat sebanyak mungkin jaringan, sisanya dibersihkan dengan kemoterapi atau

radioterapi.

Paliatif

Pada beberapa jenis kanker stadium lanjut yang tidak mungkin disembuhkan, tindakan

operasi dilakukan untuk mengatasi komplikasi dan gangguan yang timbul. Misalnya, kadang

ada kanker di bagian perut tumbuh begitu besar sampai menyumbat usus atau mengganggu

organ-organ lain. Ini perlu diatasi. Bisa juga pembedahan dilakukan untuk menghilangkan

sumber rasa sakit yang tidak mungkin diatasi dengan obat-obatan biasa.

Suportif

Pembedahan jenis ini bertujuan untuk menunjang pengobatan jenis lain. Misalnya operasi

pemasangan port kateter pada pembuluh darah, yang akan digunakan untuk memasukkan

obat-obat kemoterapi, mengambil sampel darah, dsb.

Rekonstruktif

Bedah rekonstruksi dilakukan untuk mengembalikan penampilan seseorang atau fungsi organ

tubuhnya setelah dilakukan operasi lain sebelumnya. Contohnya pada kanker payudara, perlu

dilakukan bedah rekonstruksi setelah penderita menjalani operasi mastektomi (pengangkatan

payudara). 

TINDAKAN ANESTESI

Anestesi umum adalah merupakan tindakan medis dengan memberikan obat-obatan yang

mengakibatkan penderita tidak sadar yang bersifat sementara.

Menghilangkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh suatu tindakan pembedahan

1. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi di ruang

instalasi bedah sentral baik elektif / terencana maupun emergency.

2. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien belum

sadar secara penuh.

3. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun

pasca pembedahan sesuai perintah dokter anestesi.

I. OPERASI ELEKTIF

19 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 21: SKENARIO.docx

PERSIAPAN OPERASI

A. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam anamnesa :

1. Identifikasi pasien , misal: nama,umur, alamat, pekerjaan dll

2. Pernyataan persetujuan untuk anestesi yang ditandatangani oleh pasien atau wali

3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit

dalam anestesi, antara lain : penyakit alergi, penyakit paru-paru kronik ( asma bronkial,

bronkitis ), penyakit jantung, hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal.

4. Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan yang mungkin menimbulkan interaksi

dengan obat-obat anestesi.

5. Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami pada waktu yang lalu, berapa kali dan

selang waktu. Apakah saat itu mengalami komplikasi, seperti: lama pulih sadar, memerlukan

perawatan intensif pasca bedah, dll.

6. Kebiasaan buruk sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi,

seperti : merokok, minum minuman beralkohol, pemakai narkoba.

B. PEMERIKSAAN FISIK

• Pemeriksaan fisik rutin meliputi: keadaan umum, kesadaran, anemis / tidak, BB, TB, suhu,

tekanan darah, denyut nadi, pola dan frekuensi pernafasan.

• Dilakukan penilaian kondisi jalan nafas yang dapat menimbulkan kesulitan intubasi

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Darah : Hb, Ht, hitung jenis lekosit, golongan darah, waktu pembekuan dan perdarahan

• Urine : protein, reduksi, sedimen

• Foto thorak : terutama untuk bedah mayor

• EKG : rutin untuk umur > 40 tahun

• Elekrolit ( Natrium, Kalium, Chlorida )

• Dilakukan pemeriksaan khusus bila ada indikasi ,misal:

EKG : pada anak dan dewasa < 40tahun dengan tanda-tanda penyakit kardiovaskuler.

Fungsi hati ( bilirubin, urobilin dsb ) bila dicurigai adanya gangguan fungsi hati.

Fungsi ginjal (ureum, kreatinin ) bila dicurigai adanya gangguan fungsi ginjal.

20 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 22: SKENARIO.docx

Penatalaksanaan PERSIAPAN DI HARI OPERASI

1. Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi /

muntah. Untuk dewasa dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi , sedang anak / bayi 4-5 jam.

2. Tentang pemberian cairan infus sebagai pengganti defisit cairan selama puasa, paling

lambat 1 jam sebelum operasi (dewasa) atau 3 jam sebelum operasi , untuk bayi / anak

dengan rincian : * 1 jam I : 50% * 1 jam II : 25% * 1 jam II : 25 %

3. Gigi palsu / protese lain harus ditanggalkan sebab dapat menyumbat jalan nafas dan

mengganggu.

4. Perhiasan dan kosmetik harus dilepas /dihapus sebab akan mengganggu pemantauan

selama operasi.

5. Pasien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus, bersih dan longgar dan mudah

dilepas

6. Mintakan ijin operasi dari pasien atau keluarganya

1. Sudah terpasang jalur / akses intravena menggunakan iv catheter ukuran minimal 18 atau

menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang.

2. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2

3. Dilakukan pemeriksaan fisik ulang, jika ditemukan perubahan dan tidak memungkinkan

untuk dilakukan pembedahan elektif maka pembedahan dapat ditunda untuk dilakukan

pengelolaan lebih lanjut.

4. Jika pasien gelisah /cemas diberikan premedikasi : Midazolam dosis 0,07 –

0,1mg/kgBB iv Pada anak SA 0,01–0,015 mg/kgBB + midazolam 0,1mg/kgBB + ketamin

3 – 5mg/kgBB im atau secara intra vena SA 0,01 mg/kgBB + midazolam 0,07 mg/kgBB

5. Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen 6 liter/menit dengan masker ( pre oksigenasi

) selama 5 menit.

6. Obat induksi yang digunakan secara intravena :

1. Ketamin ( dosis 1 – 2 mg/kgBB )

2. Penthotal (dosis 4 – 5 mg/kgBB )

21 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 23: SKENARIO.docx

3. Propofol ( dosis 1 – 2mg/kgBB )

7. Pada penderita bayi atau anak yang belum terpasang akses intravena, induksi dilakukan

dengan inhalasi memakai agent inhalasi yang tidak iritasi atau merangsang jalan nafas seperti

halothane atau sevoflurane.

8. Selama induksi dilakukan monitor tanda vital ( tekanan darah, nadi maupun saturasi

oksigen )

9. Pada kasus operasi yang memerlukan pemeliharan jalan nafas, dilakukan intubasi

endotracheal tube.

10. Pemeliharaan anestesi dilakukan dengan menggunakan asas trias anestesia ( balance

anaesthesia ) yaitu : sedasi, analgesi, dan relaksasi

11. Pemeliharaan anestesi dapat menggunakan agent volatile ( halothane, enflurane, maupun

isoflurane ) atau TIVA ( Total Intravena Anestesia ) dengan menggunakan ketamin atau

propofol.

12. Pada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan pemeliharaan dengan obat

pelumpuh otot non depolarisasi.

13. Ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar.

14. Setelah operasi penderita dirawat dan dilakukan pengawasan tanda vital secara ketat di

ruang pemulihan.

15. Penderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal setelah memenuhi kriteria

( Aldrete score > 8 untuk penderita dewasa atau Stewart Score > 5 untuk penderita bayi /

anak)

16. Apabila post-operasi diperlukan pengawasan hemodinamik secara ketat maka dilakukan

di ICU

II. OPERASI DARURAT ( EMERGENCY )

1. Dilakukan perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu.

2. Dilakukan pemeriksaan laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih

mungkin dapat dilakukan.

3. Pada operasi darurat, dimana tidak dimungkinkan untuk menunggu sekian lama, maka

22 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 24: SKENARIO.docx

pengosongan lambung dilakukan lebih aktif dengan cara merangsang muntah dengan

apomorfin atau memasang pipa nasogastrik.

4. Dilakukan induksi dengan metode rapid squence induction menggunakan suksinil kolin

dengan dosis 1 – 2 mg /kgBB.

5. Pemeliharaan anestesi dan monitoring anestesi yang lainnya sesuai dengan operasi elektif.

Radioterapi adalah tindakan medis yang dilakukan pada pasien dengan menggunakan radiasi

pengion untuk mematikan sel kanker sebanyak mungkin dengan kerusakan pada sel normal

sekecil mungkin. Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup. Radiasi pengion

adalah berkas pancaran energi atau partikel yang bila mengenai sebuah atom akan

menyebabkan terpentalnya elektron keluar dari orbit elektron tersebut. Pancaran energi

berupa gelombang elektromagnetik, yang dapat berupa sinar gamma dan sinar X. Akibat dari

disintegrasi inti tersebut akan terbentuk satu pancaran energi berupa sinar gamma dan 2

pancaran partikel, yaitu pancaran elektron disebut sinar beta dan pancaran inti helium disebut

sinaralfa. 

Radiasi merupakan salah satu modalitas standar pengobatan kanker disamping pengobatan

kanker lainnya, yaitu pembedahan dan kemoterapi. Radiasi menggunakan energi pengion dan

non pengion. Contoh dari energi pengion yaitu: Sinar X (Roentgen), sinar ɤ (Co60).

Sedangkan energi non pengion seperti menggunakan panas (Hyperthermi). Pengobatan

dengan radiasi dapat diberikan sendiri atau dapat juga dilakukan secara kombinasi, baik

dengan pembedahan maupun kemoterapi. Radioterapi dapat diberikan pada semua jenis

kanker dan stadium.

1.    Tindakan untuk membunuh sel tumor, memperkecil ukuran tumor , mengurangi nyeri

dan obstruksi 

2.    Tujuan  Radiasi:  Maksimum tumor kontrol dengan   kerusakan  minimal pada  jaringan

normal 

3.    Pemberian:  

       a. Sinar luar  diberi dalam dosis  yang disesuaikan dengan kemampuan  pasien  

       b. sinar dalam untuk tumor yang terletak pada rongga tubuh 

23 |RESUME SKENARIO 3 2013

I.RADIOTERAPI

Page 25: SKENARIO.docx

Efek  Samping Radiasi :

     a. Kulit (radiasi luar): lecet, kemerahan, kehitaman

Gunakan sabun lembut

Keringkan kulit dengan lembut  JANGAN DIGOSOK

Bedak atau lotion harus dengan seijin dokter

Gunakan baju yang longgar menyerap keringat

Hindari  sinar matahari langsung

b.Dinding mulut: sariawan/luka, nyeri, liur berkurang 

c.Pencernaan : mual/muntah, diare, perdarahan 

     d. Pneumonitis Radiasi

1-3  bulan setelah  terapi

Cough, fever

Obat

PROSEDUR RADIOTERAPI

1. Investigasi

     a. Anamnesis/wawancara tentang :

        - Identitas: Nama, usia, pekerjaan, alamat, dsb

        - Riwayat penyakit.

        - Pemeriksaan atau pengobatan yang pernah didapat.

     b. Pemeriksaan:

        - Pemeriksaan fisik.

        - Pemeriksaan laboratorium.

        - Pemeriksaan Radiologi

        - Patologi Anatomi

24 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 26: SKENARIO.docx

2. Menetapkan:

     a. Diagnosis

     b. Stadium

     c. Indikasi pengobatan: ada/tidak ada

     d. Tujuan pengobatan radiasi: kuratif/paliatif

     e. Volume dosis yang akan diberikan

3. Membuat Perencanaan Radiasi.

    1) Pembuatan Masker

    2) Simulasi

    3) CT-Scan untuk perencanaan

    4) Treatment Planning System (TPS) / perencanaan radiasi dengan komputerisasi

4. Pelaksanaan Radiasi

    Radiasi harus diberikan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya baik

melalui simulasi, CT planning radiasi dan distribusi dosis yang dibuat secara komputerisasi

sehingga harus tepat dosis, sasaran dan waktu radiasi

5. Monitor/Follow-up

    Setiap pasien yang mendapat radiasi harus dimonitor/follow-up baik dalam pengobatan

maupun setelah pengobatan radiasi selesai. Dari data monitor pasien yang mendapat

pengobatan dengan radiasi maka akan dapat pula dievaluasi hasil-hasil pengobatan radiasi,

baik respon tumor sendiri maupun efek samping yang timbul.

6. Evaluasi

    Setelah pasien dinyatakan selesai menjalani terapi radiasi, maka dilakukan evaluasi

menyeluruh terhadap pelaksanaan radiasi yang diberikan. Evaluasi dapat meliputi:

    - Respon pengobatan

    - Toleransi pasien

25 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 27: SKENARIO.docx

    - Efek samping dan akut lambat, dll

 

Khemoterapi adalah jenih terapi pada kanker dengan menggunakan obat-obatanm

atau sitostatika. Umumnya sitostatika ini sangat toksis sehingga dalam

penggunaannya harus dengan hati-hati dan atas indikasi yang tepat.

Pada waktu ini hanya ada 3 jenis kanker yang baru dapat disembuhkan dengan

sitostatika, yaitu: leukemia, limphoma maligna, dan choriocarcinoma. Sementara efek

sitostatika pada kanker jenis lain hanya dapat menghentikan pertumbuhannya.

1. Mekanisme obat anti kanker

Obat anti kanker terutama bekerja pada DNA yang merupakan komponen utama

gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Cara kerjanya pada sel-sel

kanker yang:

a. Menghambat atau mengganggu sintesis DNA dan atau RNA

b. Merusak replikasi DNA

c. Mengganggu transkipsi DNA oleh RNA

d. Mengganggu kerja gen

2. Klasifikasi obat anti kanker

Berdasarkan cara kerja obat itu dalam fase siklus pertumbuhan sel. Kerja obat

anti kanker sebagai berikut:

a. Alkylator

b. Antimetabolisme

c. Menghalangi Mitose

d. Antibiotika

3. Pemilihan obat anti kanker

Untuk mendapat hasil yang sebaik-baiknya obat yang diberikan kepada penderita

hendaknya 5 tepat dan 1 waspada:

a. Tepat indikasi

Indikasi pemberian obat anti kanker adalah pada kanker-kanker

sistemik, yaitu kanker yang telah menyebar atau yang diduga telah

menyebar tetapi masih subklinis atau mikroskopik dan kanker yang

limphopoitik dan hemopoitik

26 |RESUME SKENARIO 3 2013

J.KHEMOTERAPI

Page 28: SKENARIO.docx

b. Tepat jenis

Untuk terapi utama obat yang diberikan adalah obat yang sensitif

terhadap obat yang khemoreseptif, sedang untuk terapi tambahan dapat

diberikan obat yang khemoreseptif baik sebagai monofarfa maupun

polifarma.

c. Tepat dosis

Obat anti kanker itu sangat toksis dan harus diberikan mendekati dosis

toksis, karena itu dosisnya diberikan dengan tepat. Dan dosis itu umumnya

diberikan per KG. Berat badan atau per m2 luas badan.

d. Tepat waktu

ada obat anti kanker yang diberikan tiap hari, dalam siklus 1 minggu, 2

minggu, 3 minggu, 4 minggu, dsb.

e. Tepat cara

Cara oemberian obat ada bermacam-macam dan untuk penderita yang

bersangkutan harus tepat caranya, seperti iv, ia, dsb

f. Wapada ESO (efek samping obat)

Karena obat anti kanker sangat toksis maka untuk mendapat hasil yang

maksimal dengan toksisitas yang minimal perlu waspada terhadap efek

samping obat.

4. Pemberian obat anti kanker:

a. Sebagai terapi utama

Sebagai terapi utama obat anti kanker diberikan pada kanker yang:

- Khemoreseptif, contohnya leukemia, kanker paru, choriocarcinoma,

sarkoma Ewing, dll.

- Kanker yang telah menyebar jauh (umumnya stadium IV), tujuan dari

terapinya adalah paliatih, contohnya ca mammae, serviks, kulit, mulut,

paru, dsb.

b. Sebagai terapi tambahan (adjuvan)

Terapi tambahan biasanya diberikan pasca operasi atau pasca

radioterapi. Terapi tambahan ini dapat mengurangi residif dan metastase.

5. Indikasi pemberian Khemotherapi

27 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 29: SKENARIO.docx

a. Untuk menyembuhkan kanker

b. Memperpanjang hidup dan remisi

c. Memperpanjang interval bebas kanker

d. Menghentikan progesi kanker

e. Paliasi simptom

f. Mengecilkan volume kanker

g. Menghilangkan gejala para neoplasma

6. Kontraindikasi pemberian Khemoterapi

a. Kontraindikasi absolut

- Penyakit stadium terminal

- Hamil trisemester pertama, kecuali akan digugurkan

- Septicemia

- koma

b. Kontraindikasi relatif

- Usia lanjut

Terutama tumor yang tumbuhnya lambat dan sensitivitasnya rendah

- Status penampilan yang sangat jelek

- Ada gangguan fungsi organ vital yang berat

- Dementia

- Tidak ada kooperasi dari penderita

- Tumor resisten terhadap obat

7. Cara pemberian Khemoterapi

a. Intravena

Biasanya digunakan untuk terapi sistemik, dimana obat telah melalui jantung

dan hati baru mencapai tumor primer. Cara ini yang paling banyak digunakan

b. Intra arteri

Melalui arteri yang memasok darah ke daerah tumor dengan cara infusi intra

arteri menggunakan catheter dan pompa arteri. Pemberian intra arteri dapat:

- Menaikkan dosis obat langsung ke dalam tumor

- Menaikkan efek obat yang kurang stabil karena secara cepat dan langsung

masuk ke dalam tumor

- Mengurangi toksisitas

c. Perfusi regional

28 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 30: SKENARIO.docx

Adalah cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi langsung ke daerah

tumor tanpa menimbulkan toksisitas pada sirkulasi umum dengan cara

sirkulasi ekstra korporal menggunakan mesin jantung-paru.

d. Intra tumoral

Obat langsung disuntikkan ke dalam tumor. Cara ini tidak dianjurkan karena

dapat melepaskan sel kanker dari tumor induknya dan ada cara lain yang

lebih efektif, yaiut operasi atau radioterapi.

e. Intra cavitair

Obat disuntikkan atau diinstalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra pleura,

peritonium, perikardial, vesikal atau tekal.

f. Topikal

Pemberian salep fluorouracil pada kanker kulit

8. Hasil khemoterapi

a. Subjektif

Mengukur hasil subjektif/ hasil terapi kanker sukar tetapi sebagai peregangan

dapat dipakai parameter berat badan dan status penampilan.

b. Objektif

hasil objektif ada yang dapat dan yang tidak dapat diukur serta dapat

diperiksa secara klinik, radiologi, biokimia atau pemeriksaan stadium klinik-

patologi.

- Respon komplit

Semua tumor menghilang untuk jangka waktu sedikitnya 4 minggu

- Respon partial

Semua tumor mengecil sedikitnya 50% dan tidak ada tumor baru yang

timbul untuk jangka waktu sedikitnya 4 minggu.

- Tidak berubah

Tumor mengecil kurang dari 50% atau membesar kurang dari 25%

- Penyakit progresif

Tumor membesar 25% atau lebih atau timbul tumor baru yang dulu tidak

diketahui adanya.

9. Komplikasi khemoterapi

a. Segera

Shock, aritmia, nyeri pada tempat suntikan

29 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 31: SKENARIO.docx

b. Dini

Mual, muntah, panas,

c. Lambat (beberapa hari)

Stomatitis, diare, alopecia, neuropathi, depresi sumsung tulang setelah: 1-3

minggu: sebagian besar obat anti kanker, setelah 4-6 minggu : nitrosourcea

d. Lama (beberapa bulan)

- Hiperpigmentasi kulit

- Lesi organ

1) Adriamycin : hati

2) Bleomycin, busulfan: paru

3) Methotrecate: hati

- Gangguan kapasitas reproduksi

1) Amenorrhea

2) Penurunan konsentrasi sperma

- Gangguan endokrin

1) Feminisasi

2) Virilisasi

Indikasi terapi hormon:

a. Terapi kuratif

Sebagai terapi kuratif hormon diberikan dalam kombinasi dengan khemoterapi pada kanker

hemapoitik dan limfopoitik:

i. Leukemia

ii. Limfoma maligna

iii. Multipel myeloma

iv. Dll.

b. Terapi paliatif

30 |RESUME SKENARIO 3 2013

K. TERAPI HORMON

Page 32: SKENARIO.docx

Sebagai terapi paliatif hormon terapi diberikan pada kanker lanjut yang telah mengadakan

diseminasi. Seperti pada kanker:

i. Mamma

ii. Endometrium

iii. Thiroid

iv. Prostat

v. Paraneoplastik sindrom

vi. Dll.

Cara pemberian terapi hormon:

Ada bermacam-macam cara pemberian terapi hormon, seperti:

b. Menambah hormon (additive), pada kanker:

i. Mamma: estrogen, progesteron, kortikosteroid

ii. Endometrium: Progesteron

iii. Thyroid: Thyroxin

iv. Prostat: kortikosteroid

v. Leukemia: kortikosteroid

vi. Lymphoma Maligna: kortikosteroid

vii. Ovarium: progesteron, estrogen

viii. Hypernephroma: androgen, estrogen, anti-estrogen, pogesteron

c. Memberikan anti-hormon (antagonist)

i. Mamma: Androgen, Tamoxifen

ii. Prostat: estrogen, progesteron

d. Menghilangkan sumber hormon dalam tubuh (ablative)

31 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 33: SKENARIO.docx

i. Operasi:

a) Mamma: Ovariektomi, adrenalektomi, hipofisektomi

b) Testis: orchidektomi

c) Thyoid: hipofisektomi

ii. Radiasi pada organ produsen hormon

a) Radiasi eksternaL ovarium, thyroid

b) Intravena: thyroid dengan I131

e. Menekan produksi hormon (suppresive)

i. Mamma: aminigluthetemidine, arimedey. GnRH analogue

J. Prostat: GnRH analogue

Imunoterapi digunakan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh melawan kanker. Misal,

vaksin yang terdiri dari antigen diperoleh dari sel tumor bisa menaikkan fungsi tubuh pada

antibodi atau sel kekebalan (t limpiosit). Ekstrak bakteri tuberkolosis yang dilemahkan, yang

diketahui untuk menaikkan reaksi kekebalan, telah berhasil ketika ditanamkan ke dalam

kandung kemih untik mencegah kambuhnya tumor kandung kemih.

Terapi antibodi Monoclonal memerlukan penggunaan antibodi yang dihasilkan secara

eksperimental untuk menjadikan protein khusus di atas permukaan sel kanker sebagai

sasaran. Trastuzumab adalah salah satu antibodi, yang menyerang HER-2/neu receptor yang

hadir di atas permukaan sel kanker pada 25% wanita dengan kanker payudara. Trastuzumab

meningkatkan efek obat kemoterapi. Rituximab sangat efektif mengobati lymphomas dan

leukemia lymphocytic kronis. Rituximab yang dihubungkan dengan isotop radioaktif bisa

digunakan untuk mengantarkan radiasi secara langsung ke sel lymphoma. Gemtuzumab

ozogamicin, antibodi dan obat gabungan, efektif pada beberapa orang dengan leukemia

myelocyticgawat.

32 |RESUME SKENARIO 3 2013

L.

Page 34: SKENARIO.docx

Pemodifikasi reaksi biologis memperbaiki kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk

menemukan dan menghancurkan sel kanker, seperti dengan merangsang sel normal untuk

menghasilkan utusan kimia (penengah). Interferon (di antaranya ada beberapa macam) adalah

yang diketahui terbaik dan sangat luas pemodifikasi reaksi biologis yang digunakan. Hampir

semua sel manusia menghasilkan interferon secara alami, tetapi juga bisa dibuat lewat

bioteknologi. Walaupun mekanisme tepat pada tindakan tidak benar-benar jelas, interferon

mempunyai tugas di dalam pengobatan beberapa kanker, seperti Kaposi's sarcoma dan ganas

melanoma. Interleukin 2, yang dihasilkan pada sel darah putih tertentu, juga bisa membantu

sel carcinoma dan metastatic melanoma di ginjal.

Definisi perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang

berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan

penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–

baik fisik, psikososial maupun spiritual”.

Paliatif berasal dari bahasa Latin pallium, sejenis jubah pada zaman Yunani kuno dan

Romawi. Paliatif berarti berfungsi seperti jubah yang melindungi, menyamankan, dan

menyembunyikan atau mengurangi keburukan. Perawatan paliatif adalah perawatan yang

menyelubungi seorang yang sakit dengan terapi yang penuh cinta kasih. Perawatan ini tidak

hanya memikirkan aspek fisik, tetapi juga termasuk kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual

seseorang.

Perawatan paliatif tidak lagi ditujukan untuk penyembuhan, tetapi untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien di sisa usianya. Perawatan ini diberikan ketika tidak ada lagi peluang

kesembuhan secara medis. Perawatan hanya ditujukan untuk mengurangi penderitaan

sebanyak mungkin. Selain itu, ada penekanan pada perawatan psikologis untuk pasien dan

orang-orang dekatnya. Pasien dipersiapkan untuk meninggal dunia dengan tenang dan

mengakhiri kehidupan secara bermartabat.

Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya mencakup

dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial,

psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan melayani

sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home

33 |RESUME SKENARIO 3 2013

M.

Page 35: SKENARIO.docx

care), day care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien,

terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk

memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan

keluarganya, baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah

menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang merawatnya

memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan anak). Sedangkan respite

care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling dengan psikolog atau

psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, dll.

Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:

Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.

Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.

Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.

Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.

Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.

Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah kematian.

Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk

konseling masa duka cita, jika diindikasikan.

Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi perjalanan

penyakit.

Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti

kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih

memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.

Pada awalnya, perawatan paliatif hanya diberikan kepada pasien kanker stadium akhir yang

tidak mungkin sembuh. Namun, kini perawatan juga diberikan kepada pasien penyakit-

penyakit lain yang mengancam jiwa seperti HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru, dan

penyakit saraf. Lamanya perawatan paliatif mungkin hanya beberapa hari, tapi juga mungkin

beberapa bulan 

Batasan terapi paliatif pada pasien kanker:

34 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 36: SKENARIO.docx

a. Tarapi paliatif ialah terapi atau tindakan aktif untuk meringankan beban penderita

kanker dan memperbaiki kualitas hidupnya terutama yang tidak dapat disembuhkan

lagi.

Tujuannya :

a. memperbaiki kualitas hidup

b. mengatasi komplikasi

c. mengurangi keluhan.

d. Menjaga keseimbangan fisik,psikologik dan social penderita

e. Membantu penderita agar dapat aktif sampai akhir hayat

f. Membantu keluarga mengatasi kesulitan penderita dan ikut berduka cita atas kematian

penderita

Cara terapi paliatif :

Terapi paliatif diberikan pada waktu tidak ada harapan untuk dapat disembuhkan lagi,

sedangkan keluhan dan kualitas hidup penderita tidak begitu diperhatikan.

Mengenai caranya hampir sama dengan terapi kuratif yaitu dengan operasi, radioterapi atau

khemoterapi ditambah dengan hormone terapi hanya saja prosedurnya jauh lebih sederhana

dan lebih kecil serta proporsi penggunaannya yang berbeda. Pada terapi kuratif lebih kearah

operasi sedangkan terapi paliatif lebih kearah radioterapi dan khemoterapi. Resiko

komplikasinya dan biaya operasi atau tindakan pada terapi paliatif lebih kecil daripada terapi

kuratif.

Penderita kanker yang menjadi cacat karena komplikasi penyakitnya atau

karena pengobatan kanker, perlu direhabilitasi untuk mengembalikan bnetuk

dan/atau fungsi organ yang cacat itu, supaaya penderita dapat hidup dengan layak

dan wajar di masyarakat.

Ada bermacam-macam rehabilitasi yang perlu dilakukan, seperti :

Rehabilitasi fisik

Rehabilitasi mental

35 |RESUME SKENARIO 3 2013

N. REHABILI

Page 37: SKENARIO.docx

Rehabilitasi pekerjaaan

Rehabilitasi sosial

Dsb.

1. Rehabilitasi Fisik

Setelah pengobatan kanker bermacam-macam cacat tubuh dapat terjadi, seperti

:

a. Tidak dapat bicara

Tidak dapat bicara umumnya karena laryngektomi.Laryngektomi

umumnya dikerjakan untuk kanker larynx. Kemempuan bicara dapat

dipuluhkan dengan latihan bicara dan kalau perlu dengan alat-alat bantu

bicara

b. Kehilanagan buah dada

Mastektomi umumnya dikerjakan untuk kanker mamma. Bentuk tubuh

dapat dipulihkan dengan menggunakan

1) Protesa mamma,

2) Operasi rekontruksi mamma.

c. Kehilanagn lengan atau tungkai

Hilangnya lengan atau tungkai karena amputasi atau

disartikulasi.Amputasi itu umumnya dikerjakan untuk kanker kulit atau

kanker jaringan lunak yang telah menginfiltrasi tulang atau sarcoma tulang

di lengan atau di tungkai.Amputasi atau diasrtikulasi baru dikerjaakan

kalau opersi penyelamatan lengan atau tungkai (limb saving operation)

tidak dapat dikerjakan lagi.

Kehilanagn lengan dapat dipulihkan dengan menggunakan protesa dan

supaya protesa itu dapat berfungsi maksimal perlu dilakukan fisioterapi.

d. Kerusakan bentuk wajah

Kerusakan bentuk wajah dapat disebabkan oleh macam-macam operasi,

seperti misalnya pada : maxilektomi, mandibulektomi, eksisi luas tumor,

dsb. Kerusakan bentuk tubuh dapat dipulihkan dengan

1) Rekontruksi,

2) Memekai prothesa

e. Alopesia

Keguguran rambut umumnya disebabkan pemberian obat anti-kanker.

Rambut yang gugur itu umunya setelah beberapa lama akan tumbuh

36 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 38: SKENARIO.docx

kembali. Selama belum tumbuh kehilangan rambut dapat diganti dengan

memakai wig.

f. Mendapat “ostomi”

Ostomi adalah operasi untuk membuat lubang keluar dari saluran tubuh

yang mengalami obstruksi, seperti trachea, usus, uretra, dsb.

Ada bermacam-macam ostomi, seperti :

1) Tracheostomi

2) Gastrostomi

3) Kolostomi

4) Kistostomi

5) Dsb.

Pembuatan ostomi pada usus dapat digunakan untuk member makan,

seperti pada gastrostomi atau jejunostomi.Ostomi ini dapat ditutup dan

dibuka waktu member makan.Kolostomi, seperti caecostomi,

transverostomi, sigmoidostomi digunakan untuk mengeluarkan kotoran

(faeses) dari perut. Faeses atau urine yang keluar dari ostomi tersebut dapat

ditampung dengan menggunakan kantong plastic, seperti “colostomy bag”

atau “urine bag”. Supaya tidak berbau dapat dipergunakan parfum.Dengan

latihan dan makan yang yang baik dan teratur dapat diusahakan supaya

pengeluaan faeses dari ostomi itu tidak terus-menerus, tetapi pada waktu-

waktu tertentu saja.Sehingga memudahkan perawatannya. Pengeluaran

urine akan berjalan terus-menerus. Bila kantongan plastic yang

menampung urine telah penuh dapat dibuang dan diganti dengan

kantongan baru.

2. Rehabilitasi mental

Depresi mental yang dihadapi penderita kanker dan juga keluarganya

umumnya disebabkan.kurang pengertiannya terhadap kanker atau karena salah

persepsi akan penyakit kanker itu. Untuk mengatasi depresi mental itu, perlu

penderita dan/atau keluarganya diberi bimbingan mental dan penyuluhan

tentang penyakit kanker.Kalau perlu dengan bantuan seorang psycholog, ahli

agama, atau tokoh masyarakat.Penderita perlu diberitahu bahwa sebenamya

penyakit kanker dapat disembuhkan asal saja dapat ditemukan dan diobati

pada stadium dini. Bila tidak dapat disembuhkan lagi perlu pula diberitahu

37 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 39: SKENARIO.docx

bagaimana sebaiknya ia hidup dengan kanker, dan diajari bagaimana

menyesuaikan kehidupan dirinya dengan penyakit kanker yang dideritanya dan

kenyataan yang dihadapinya.

3. Rehabilitasi pekerjaan

Pekerjaan kecuali merupakan sumber nafkah untuk hidup, juga merupakan

petunjuk status sosial di masyarakat.Setelah penderita pulang dari rumah sakit

dan dibebaskan dari penyakit kanker yang mencekamnya, diharapkan

penderita dapat bekerja lagi dengan normal di masyarakat seperti

sediakala.Bila tidak mungkin lagi dapat bekerja seperti sediakala.penderita

perlu diberi

bimblngan dan latihan kerja (vocational training), supaya ia dapat bekerja lain

yang sesuai dengan keadaan tisik dan mentalnya. Dengan bekerja penderita

akan melupakan penyakitnya dan bila ia dapat bekerja lain dengan baik, ini

dapat memulihkan kepercayaan akan kemampuan dirinya. Demikian pula

dengan bekerja ia mendapatkan nafkah, sehingga tidak selalu tergantung

kepada belas kasihan orang lain.

4. Rehabilitasi Seksual

Hubungan seks sangat penting bagi kehidupan seseorang, terutama bagi orang

dewasa atau yang masih poten.

Contohnya:

a. Penderita kanker payudara pasca mastektomi yang merasa kehilangan

mahkota kewanitaannya dan daya scksualnya

b. Penderita kanker serviks pasca histerektomi yang takut mengadakan

hubungan seksual

c. Penderita kanker prostat pasca prostatektomi yang tidak dapat ereksi lagi

d. Dsb.

Penderita-penderita kanker semacam itu akan menjadi depresif karena tidak

dapat mengadakan hubungan seksual.

Hubungan seksual kecuali memerlukan alat kelamin yang baik, juga

memerlukan rangsangan seksual, rasa cinta, rasa menarik, rasa mampu

melakukannya, dsb.

Untuk rehabilitasi seksual, perlu diadakan pendekatan secara menyeluruh

(holistik), terutama perlu diperhatikan keadaan genetalia dan

38 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 40: SKENARIO.docx

mentalnya.Penderita perlu diberi penyuluhan dan bimbingan seksual dan kalau

perlu diadakan rekonstruksi vagina atau penisnya.

5. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial penting sekali artinya supaya penderita sételah pulang

dari rumah sakit dapat hidup kembali seeara normal di masyarakat, dapat

hidup mandiri dalam lingkungan keluarga dan masyarakat secara

wajar.Masyarakat sendiri perlu dipersiapkan secara matang, supaya dapat juga

menerima penderita.Penyakit kanker bukanlah penyakit menular atau penyakit

keturunan, atau penyakit yang tak dapat disembuhkan, sehingga penderita

tidak perlu ditakuti.Masyarakat dapat bergaul biasa dengan penderita, serta

tidak usah takut ditulari.

PENYAKITTUMOR GANAS

1. CA MAMMAE

Kanker merupakan hasil dari perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan

tidak terkontrol.  Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk benjolan yang

disebut tumor atau kanker. Tidak semua tumor bersifat kanker. Tumor yang bersifat kanker

disebut tumor ganas, sedangkan yang bukan kanker disebut tumor jinak. Tumor jinak

biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai

kantong, sel tumor jinak tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh penderita.

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme

normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang

berasal dari parenchym.

Lewat aliran darah maupun sistem getah bening, sering sel-sel tumor dan racun yang

dihasilkannya keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh. Sel-sel yang

menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk

segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru. Proses ini disebut metastasis. Kanker

payudara termasuk diantara penyakit kanker yang paling banyak dibicarakan karena

keganasannya yang seringkali berakhir dengan kematian.

39 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 41: SKENARIO.docx

Kanker payudara akan memperlihatkan kekhasannya dalam menyerang penderitanya. 

Keganasan kanker ini ditunjukkannya dengan menyerang sel-sel normal sekitarnya, terutama

sel-sel yang lemah. Sel kanker biasanya tumbuh cepat sekali, sehingga payudara penderita

akan membesar tidak seperti biasanya. Sambil menyerang sel-sel normal disekitarnya, kanker

juga memproduksi racun dan melepas sel-sel kanker dari induknya yang pecah.  Racun dan

sel-sel kanker itu akan menyebar bersama aliran darah.  Karenanya sering juga ditemukan

kanker yang tumbuh di tempat lain sebagai hasil metastasisnya. Dan pada kanker yang parah

seringkali terjadi pendarahan

Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan seorang

wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.

Faktor Resiko:

Beberapa faktor risiko yang berpengaruh adalah :

1.Usia.

Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar ditemukan

pada wanita berusia diatas 75 tahun.

2.Pernah menderita kanker payudara.

Setelah payudara yang terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada payudara yang

sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.

3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.

Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki risiko 3 kali

lebih besar untuk menderita kanker payudara.

4. Faktor genetik dan hormonal.

5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.

6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun,

kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.

7. Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen.

8. Obesitas pasca menopause.

9. Pemakaian alkohol.

10 Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker

payudara.

11. Bahan kimia.

40 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 42: SKENARIO.docx

Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen

(yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan risiko

terjadinya kanker payudara.

12. Penyinaran/ radiasi.

13. Virus

Beberapa jenis virus bisa menyebabkan timbulnya carsinoma mammae

Gambaran klinis

Tanda dan gejala:

- T (Tumor size), ukuran tumor :

T 0 : tidak ditemukan tumor primer

T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang

T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm

T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm

T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding

dada atau pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara

kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama

- N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB) :

N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla

N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan

N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di

mammary interna di dekat tulang sternum

- M (Metastasis) , penyebaran jauh :

M x : metastasis jauh belum dapat dinilai

41 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 43: SKENARIO.docx

M 0 : tidak terdapat metastasis jauh

M 1 : terdapat metastasis jauh

yang umum dapat dilihat dan dirasakan:

1.  Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini

makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan

2.  Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah

3.  Timbul benjolan kecil dibawah ketiak

4.  Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu

5.  Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk

6.  Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertekan ke dalam

Stadium

Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada

kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara

sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain,

harus diperiksa di laboratorium.

Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase pada kelenjar getah bening

di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari

luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk

mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah operasi

dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

Stadium III

Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, dan kemungkinan

untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya

pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan chemotherapie (pemberian obat yang dapat

membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk mengangkat bagian

payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel

kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin.

42 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 44: SKENARIO.docx

Diagnosis

Anamnesis

Didahului dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap. Keluhan utama pendeita

berupa: massa tumor di payudara, rasa sakit atau nyeri, cairan dari puting susu,eczema sekitar

aerola, kemerahan, ulserasi, peau d’orange atau keluhan berupa pembesaran KGB aksila atau

tanda metastase jauh.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik tentu semua pemeriksaan yang mengarah kepada tanda-tanda

metastase tidak akan ditemukan. Untuk kanker dini yang ditemukan adanya tumor kecil

dengan batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi padat keras, hal-hal yang

termasuk high risk factor sangat membantu dalam menegakkan diagnosis klinis.

Kanker payudara stadium lanjut mudah dikenali dengan mengetahui kriteria menurut

Haagensen sebagai berikut:

Terdapat edema luas pada kulit payudara (>1/3 luas kulit)

Adanya nodul satelit pada kulit payudara

Kanker payudara jenis mastitis karsinomatosa

Terdapat nodul parasternal

Terdapat nodul supraklavikula

Adanya metastase jauh

Terdapat 2 dari tanda-tanda locally advanced

o Ulserasi kulit

o Kulit terfiksir pada dinding thoraks

o KGB aksilla diameternya >2,5 cm

o KGB aksilla melekat satu sama lain

43 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 45: SKENARIO.docx

Pemeriksaaan penunjang

1. Mammografi

Yaitu suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya proses keganasan akan memberi tanda-

tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya

perbedaan yang nyata dalam ukuran klinis. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan

kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan aerola, adanya bridge of

tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur. Mammografi ini dapat

mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba dan ketepatannya 83-95%

tergantung cara pemeriksaannya jika dilakukan dengan benar. Yang harus menjalani

pemeriksaan mammografie adalah:

Wanita yang berumur lebih dari 50 tahun.

Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang pernah menderita kanker

payudara.

Wanita yang pernah menjalani pengangkatan salah satu payudaranya. Wanita dalam

golongan ini harus berada dalam pengawasan yang ketat

Wanita yang belum pernah melahirkan anak

2. ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik. Pemeriksaan lain seperti

thorax foto, bone scanning/ bone survey, USG abdomen dilakukan untuk mencari jauhnya

ekstensi tumor atau mencari metastasis jauh. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan apabila

diperlukan. Pemeriksaan labolatorium untuk melihat penderita juga dapat melihat

kemungkinan adanya metastasis misalnya alkali fosfate.

Terapi

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan meliputi

pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi

imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi

perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Berikut beberapa terapi yang

bisa dilakukan:

Pembedahan

44 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 46: SKENARIO.docx

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang

dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur

dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor

(lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau

pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup,

pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau

kemoterapi.

Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker

yang tidak terangkat saat pembedahan.

Terapi Hormon

Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat

dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.

Kemoterapi

Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat

lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau

dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker

oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel

kanker saja.

Terapi Imunologik

Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau

HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara

khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa

menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan

kelayakan terapi dengan trastuzumab.

2.Paget desease

45 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 47: SKENARIO.docx

Penyakit paget pada mamae selalu ditemukan sangat khusus pada wanita sedangkan pada pria

tidak pernah ada laporan.

Pasien dengan penyakit paget biasanya ditemukan tanda kronik, bintik-bintik pada puting dan

daerah areola mamae. Rekognosi dari kelainan yang didapat dibagi untuk membedakan dari

inflamasi dermatosis yang lain dan untuk mendeteksi Ca mamae. Penyakitnya mirip dengan

penyakit genetalia eksterna pada laki-laki dan perempuan ( seperti vulva dan glan penis ).

Secara histologis penyakit paget pada mamae dan penyakit paget ekstra mamae hampir sama,

tapi histogenesis dan patogenesisnya yang berbeda.

PATOFISIOLOGI

Patogenesis penyakit paget pada mamae dan paget cell untuk pertama kali masih

diperdebatkan. Sekarang telah disetujui berasal dari Ca intraduktuli dari payudara dengan

perluasn secara retrograde sampai ke epidermis dari epitel duktus mamae. Cell epitel ganas

(paget’s) berinfiltrasi dan berfloliferasi pada epidermis dan menyebabkan penebalan pada

daerah puting dan areola mamae. Sel-sel tumor epitel ini berasal dari epitel duktus laktiperus

dari jaringan payudara. (gambar 1) yang secara mikroskopik adalah sel granular. Sel paget

dan Cell ca duktus sudah ditemukan positif terhadap onkogen Her-2Neu, dan dipercaya

gennya berubah pada epidermis dan cell tumor payudara.

Spekulasi sel paget didapat dari sell granular / sel T epidermis ( Clear cell dari epitel puting

susu). Pada tahun 2001 Kuan dkk mengemukakan pada immunohistochemistri bahwa

kecepatan apomusin MUC1, MUC2 dan MUC5AC pada penyakit paget adalah sama dengan

sel-toker, dan diyakini bahwa kedua sell paget epidermal dan Ca duktus memperlihatkan

penotif yang sama dengan apomusin. Pada tahun 2003 Morandi dan kawan-kawan

melaporkan perubahan kromosom berupa hilangnya heterozygot dan mitokondria DNA

melalui analisis Loop Squance. Dipercaya bahwa sel paget epidermal dan genital berbeda

dari Ca payudara. Mereka mengemukakan konsep “Collision” dari lesi neoplasma pada

penyakit paget pada mamae dan kanker payudara.

Sel paget perkembangannya sangat cepat disamping sel Ca payudara,

(termasuk sel epitelian glandular CAM 52) dan seperti sel tumor yang cepat yaitu CEA, Ca

15-3, beberapa onkogen (TP 53, c-erb B-2) seerta sel-sel yang lain seperti EMA, GCDFP-15,

yang semua itu merupakan sel tumor di payudara. Sel paget mempunyai karakter secara

imunohistochemicalnya mirip dengan ekrin dan apokrin epitel kelenjar keringat. Keuntungan

46 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 48: SKENARIO.docx

baru pada imunohistochemistry adalah menegaskan lebih lanjut tentang asal usul histologi sel

paget, CK 7, hal ini dinyatakan paling spesifik pada penyakit paget mamae hamper 100%.

Sedangkan CK 20, negative terhadap sel penyakit paget mamae tapi spesifik pada penyakit

paget ekstra mamae, hampir 30%.

Mekanisme dari sel neoplasma glandular besar seperti sel paget menyebar dan menyebabkan

penumpukan lapisan epidermis sekitar areola sehingga mendorong factor mobilitas (heregulin

– alpha) dan menarik reseptor HER2/NEU. Normalnya epidermis memproduksi keratin dan

melapaskan mobilitas factor heregulin – alpha. Factor ini memainkan peranan pada

patogenesis penyakit paget. Sel paget dipacu oleh reseptor HER2/NCU dan reseptor HER3

dan HER4. Komplek reseptor sel paget mengikat heregulin alpha dan factor mobilitas. Pada

proses ini secara bergantian bisa disebabkan oleh migrasi dan infiltrasi sel paget sampai

terjadi penumpukan pada epidermis dan areola mamae.

MORTALITAS/MORBIDITAS

Setengah (50%) dari pasien dengan penyakit paget terdapat massa palpable di payudaranya

dan bermetastase ke kelenjar limfe di axila. Sedangkan 2 dari 3 pasien dengan pembesaran

kelenjar limfe di axila mempunyai massa yang palpable di payudaranya. Dan 1 dari 3 pasien

dengan metastase ke axila tidak mempunyai problem palpable massa. Pada setiap pasien

penyakir paget pada mamae yang tidak disertai tumor, 30% berkembang menjadi Ca

invasive, dan 20% disertai Ca insitu pada payudaranya, sedangkan laporan lain menyebutkan

tidak ada metastase ke axilanya pada pase yang tidak terdapat massa papable pada payudara.

- Angka ketahanan hidup berhubungan dengan ada atau tidaknya tumor palpable pada

payudara. Prognosis yang paling buruk ada 31 dari 50 pasien (± 62%) dengan penyakit paget

pada mamae yang disertai massa pada payudaranya.

- Pasien yang menderita tumor underlying payudara mempunyai ketahnan hidup/survival rate

38-40% selama 5 tahun dan 22 – 33% sebanyak 10 tahun ke depan. Angka kematian Ca

payudara yang bermetastase pada pasien penyakit paget dan Ca underlyiung adalah 61,3 %

dan pada kumulatif angka ketahanan hidup selama 10 tahun adalah 33%.

- Telah dilaporkan angka ketahanan hidup pasien penyakit paget tanpa massa palpable

47 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 49: SKENARIO.docx

payudara (sebelum pembedahn) berada diantara 92 – 94% selama 5 tahun dan 82 – 91%

selama 10 tahun.

FAKTOR PREDISPOSISI

1. Jenis kelamin

Penyakit paget pada mamae terdapat pada wanita, sedangkan pada pria hampir tidak pernah

ada. Angka kejadian Ca mamae pada pria hanya 1%. Pada kasus yang jarang dilaporkan

setelah terapi Ca prostat dengan estrogen.

2. Umur :

Usia penderita penyakit paget berada diantara 24 – 48 tahun dan rata-rata pada kebanyakan

kasus di diagnosa antara 53 – 59 tahun. Rata-rata penderita penyakit paget pada mamae

usianya lebih tua 5 – 10 tahun dibandingkan penderita Ca payudara. Pada laki-laki umumnya

terjadi pada onset umur dekade 5 - 6 atau antara umur 48-80 tahun.

GAMBARAN KLINIS

Riwayat pasien

Pasien dengan penyakit paget pada mamae mempunyai keluhan relatif lama, yaitu berupa lesi

eksema pada kulit atau dermatitis persisten disekitar areola dan puting payudaranya.

● Lesi eksema pada kulit disertai beberapa symptom:

- eritem

- scale

- itch

- rasa terbakar

- ulserasi

- berdarah

- oozing dengan cairan serosanguinus

- beberapa kombinasi gejala diatas

● Gejala awal dari tanda-tanda penyakit paget’s pada mamae

- Ekskoriasi dari itching

- Hilang timbulnya vesikel dan lesi di kulit

- Tanda nyeri, itching dan rasa terbakar

48 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 50: SKENARIO.docx

Pemeriksaan Fisik:

· Pada daerah areola mamae tampak seperti bersisik, eritematous, terdapat krusta dan plaque ·

Pada penyakit paget pada mamae terdrapat ertematous biasanya jelas dan berinfiltrasi (tidak

seperti dermatitis eksematous)

· Puting payudara retraksi (gambar 4) atau bila terdapat nodule palpable mengindikasikan

adanya kanker underlying payudara.

·Keluar cairan serosanguinus dari payudara

·Lesi dengan diameter 3 – 15 cm atau rata-rata 2,8 cm

·Invaginsi puting payudara kadang ditemukan.

· Pada pasien lebih dari 98% dapat berubah menjadi kanker payudara underlying (Ca

insitu,Ca duktus yang berinfiltrasi) dan banyak 2 dari 3 pasien mempunyai tumor palpable

payudara.

· Kadang dilaporkan mengenai kasus penyakit paget pada mamae didapat bilateral

· Pada kasus yang jarang, puting payudara hilang pada pasien penyakit paget pada mamae

PENYEBAB

Penyakit paget pada payudara selalu didapat bersama Ca underlying payudara, kelainan

epidermis berasal dari Ca duktus sampai dengan duktus laktiferus akhirnya muncul

dipermukaan epidermis. Dari hasil pemeriksaan secara histologis ditemukan perluasan pada

lapisan intra epidermis sel epithelial duktus yang berasal dari jaringan pada underlying

payauaadara sampai epidermis. Pada penyakit paget pada payudara dasarnya adalah teori

epidermatropik.

Penyebab lain:

- penyakit bowen

- dermatitis kontak, dermatitis iritan,

- drug eruption

- melanoma maligna

Keluhan lain yang didapat

- Adenoma duktus pada puting payudara

- Adenomatosis erosif pada puting payudara

- Melanoma maligna insitu

49 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 51: SKENARIO.docx

- Hyperplasia sebab sel toker yang banyak

PEMERIKSAAN PENUNJANG

● Pada pemeriksaan radiograpi ditemukan peruabahan pada penyakit paget pada mamae:

- Mikrokalsifikasi pada daearah sub areola

- Perubahan susunan

- Pembesaran puting dan areola

- Perubahan puting payudara

● Sekitar 50 – 70% pasien yang telah di biopsy menunjukan hasil positif penyakit paget

payudara pada mamografi.

Pemeriksaan yang lain

Pemeriksaan sitologik bisa diandalkan untuk penyakit non invasive dengan metode rapid

diagnostic skrining.

● Sediaan diambil menggunakan slide dan dipulas dengan pewarnaan giemsa atau

papanicolon.

● Biasanya didapat sel-sel yang besar, nucleus besar, sitoplasmik asinar, dan terdapat vakuol

pada sitoplasma merupakan cirri sel paget maligna.

● Penggunaan metode histochemichal stain didapatkan musin epithelial dan stain

imunoperoksidase, seperti anti-CEA, sitologi enhances biasanya dikompirmasikan untuk

diagnosa penyakit paget pada payudara.

● Artifak basah pada slide mikroskopik biasanya menghasilkan false-positif atau palse-

negatif.

Dalam kaedaan mitosis ditemukan sitoplasma berisi Periodic Acid Schiff (PAS) positif,

bergranul dan terdapat mukopolisakarida. Jarang ditemukan Acid mucopolisacarida

(sialomusin) yang dapat di identifikasi dengan reaksi Alcian blue pada pH 2,5 tetapi tidak

kurang dari pH 0,4, atau aldehid fuchsin.Pigmen melanin yaitu dihydroxyphenilalanine

(DOPA)-negatif tidak ditemukan. Sel paget tidak mempunyai batas intraseluler pada

pemulasan hematoksilin dan eosin (H&E). Sel keratinosit sering berada diantara kapiler

dermis dan sel paget.

Sel paget biasanya mengelilingi dan bersatu dengan saluran duktus. Banyaknya sel-sel besar

yg bermitosis di indikasikan penyakit paget payudara. Pada lesi yang ulserasi lapaisan

50 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 52: SKENARIO.docx

epidermis diganti oleh sel-sel paget. Sel paget tidak menyerang secara langsung tetapi

melalui saluran folikel dan kelenjar sebasea.

Dua keadaan secara histologis yang membedakan sel paget dari sel melanoma adalah:

- Sel paget terdapat supra basal , pada bagian basal duktus terdapat keratinosit. Sedangkan sel

melanoma berada dibasal epidermis dan lapisan epidermis sehingga disebut intraepidermal

pagetoid spread

- Sel paget tidak terdapat batas pada dermis sedangkan sel melanoma menginvasi dermis.

Sehingga infiltrasi Ca duktus pada payudara biasanya terlihat bersama penyakit paget pada

mamae.

Diagnosis pasti penyakit paget pada mamae dengan imunohistochemstry.

Protein S-100 dan Hematropine methylbromide (HMB-45) (antibodimono nukleal pada sel

melanoma) positif pada sel melanoma, yang membedakan melanoma dan penyakit paget pada

mamae. Yang membebdakan penyakit paget dengan penyakit bowen, pada penyakit paget

CEA positif dan keratinosit negative. Sel toker biasnya negative untuk CEA dan protein S-

100. hyperplasia sel toker pada puting dan areola mamae bersifat benigna tanpa manifestasi

klinis. Tidak seperti sel paget, nucleus tidak besar dan tidak bersama Ca underlying payudara.

DERAJAT KEGANASAN

Secara klinis penyakit paget pada mamae diklasifiksikan menjadi 4 derajat, yaitu:

- Derajat 0 – Lesi sekitar epidermis, tanpa Ca underlying insitu duktus payudara

- Derajat 1 – Disertai Ca insitu duktus dibawah putting

- Derajat 2 – Disertai Ca insitu yang ekspansif

- Derajat 3 – Disertai Ca insitu yang invasive

Semua pasien penyakit paget pada mamae, 40-50% berada pada derajat 1 atau derajat 2 dan

tidak mempunyai tumor palpable payudara. Pasien dengan tumor palpable payudara biasanya

didapat pada derajat 3. Pengobatan penyakit paget pada mamae seperti pengobatan pada Ca

payudara yaitu dengan eksisi local dan pengobatan radisi.

PENGOBATAN

51 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 53: SKENARIO.docx

Pembedahan

Mastektomi dan pengankatan kelenjar limfe adalah terapi yang diklakukan pada pasien

penyakit paget pada mamae dengan Ca palpable mass dan Ca underlying payudara yang

infasive. Ada banyak pasien sekitar 2 dari 3 pasien dilaporkan terdapat nodule pada kelenjar

limfe axila positif terjadi metastase. Ca paudara non invasive (ca insitu) didapat sekitar 65%

pada pasien penyakit paget pada mamae tanpa disertai palpable massa.

● Hanya sedikit pasien yang diterapi dengan satu atau lebih konservatif (missal eksisi puting

dan eksisi payudara, cone eksisi, therapi radiasi).

● Pasien yang di cone eksisi dan terapi elektif tamosifen harus di pantau selama 4-5 tahun,

sebab beberapa kasus berkembang ke arah metastase.

● Eksisi nodule pada axila direkomendasikan untuk pasien dengan atau tanpa adanya massa

secara klinis.

● Konservatif harus dikombinasi dengan eksisi local pada puting payudara, reseksi payudara,

dan terapi payudara.

● Terapi radiasi tidak seperti pada Ca payudara, dimana dilakukan untuk pasien yang

menolak mastektomi atau pengobatan sebelum pembedahan (mastektomi).

PENCEGAHAN

- Konsultasi dan diagnosis dini atau biopsi untuk keakuratan dugaan penyakit paget pada

mamae

- Pemeriksaan mamograpi secara regular dan deteksi dini dari Ca insitu dan Ca payudara

invasive.

PROGNOSIS

- Prognosis pasien penyakit paget pada mamae tergantung pada derajat dan tipe Ca payudara

yang menyertainya.

- Sebagian kecil pasien penyakit paget pada mamae tidak perlu dikontrol setelah 10 tahun bila

tidak disertai massa palpabel dan eksisi konservatif dengan reseksi dari jaringan payudara.

- Pada beberapa kasus penyakit paget pada mamae dilaporkan pasien yang dieksisi parsial

pada puting payudara, rata-rata dikontrol hingga 36 bulan.

- Pasien penyakit paget pada mamae yang diberi pengobatan dengan terapi radiasi atau

dengan eksisi, dikontrol sampai 7,5 tahun

52 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 54: SKENARIO.docx

- Menurut penelitian OSTEEN, 9 dari 79 pasien (11,4%) dengan eksisi local (dengan atau

tanpa terapi radiasi) tidak kambuh lagi.

- Mastektomi adalah standar pengobatan pada penyakit paget pada mamae

3.LIMFADENOPATI

A. Pengertian

- Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi

(Tambayong, 2000; 52).

- Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan

kelenjar limfe (Price, 1995; 40).

- Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison,

1999; 370).

Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah kelainan

dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi.

B. Etiologi

1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.

2. Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.

3. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.

4. Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.

5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam

penyakit cadangan lipid. (Harrison, 1999; 370)

C. Patofisiologi

Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah.

Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan

limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali

kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok

pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan

akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang

53 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 55: SKENARIO.docx

terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial

yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut

tidak hanya aliran limfe yang bertambah , tetapi kandungan protein dan sel dari cairan

limfe juga bertambah dengan cara yang sama.

Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan

karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan

mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan

cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat

yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat

menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar

limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh,

tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati

kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40). Riwayat penyakit

dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang kemungkinan diagnosis ini

dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah lengap, biakan darah,

foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap terjadi tanpa penyebab

yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. (Harrison, 1999; 372).

Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan

anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk

diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi.

( Oswari, 2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk

kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal

pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur,

nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000;

35)

D. Manifestasi klinis

Kelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa

nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan

dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan saling

berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison, 1999; 370)

E. Pemeriksaan penunjang

54 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 56: SKENARIO.docx

1. Hitung darah lengkap.

2. Biakan darah.

3. Foto rontgen.

4. Serologi.

5. Uji kulit. (Harrison, 1999; 372).

F. Penatalaksanaan

1.      Therapy Medik

Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)

Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)

1. Tanpa keluhan : tidak perlu therapy

2. Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po

tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu.

3. Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada

LH diatas

Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)

1. Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy

utama.

2. Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran

Minimal : seperti therapy LH

Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso – epirubicin,

oncovin,prednison (CHOP) dengan dosis :

C : Cyclofosfamide 800 mg/m 2 iv hari I

H : hydroxo – epirubicin 50 mg/ m 2 iv hari I

O : Oncovin 1,4 mg/ m 2 iv hari I

P : Prednison 60 mg/m 2 po hari ke 1 – 5

55 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 57: SKENARIO.docx

Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 – 4 minggu

Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)

a.Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant

b. Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy

utama

Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)

Ideal : diberi Pro MACE – MOPP atau MACOP – B

2.      Therapy radiasi dan bedah

Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui

yim onkology ( di RS type A dan B)

TUMOR JINAK1.Fibroadenoma mammae

Fibroadenoma sejauh ini adalah tumor jinak tersering pada payudara perempuan. Peningkatan

mutlak aktivitas esterogen diperkirakan berperan dalam pembentukannya, dan lesi serupa

mungkin muncul bersama dengan perubahan fibrokistik(fibroadenosis). Fibroadenoma

biasanya terjadi pada perempuan muda, insiden puncak adalah pada usia 30-an.

Secara klinis, fibroadenoma bermanifestasi sebagai massa soliter, diskret, dan mudah

digerakkan. Lesi mungkin membesar di akhir daur haid dan selama hamil.Pasca menopause,

lesi mungkin mengecil dan mengalami kalsifikasi.Pemeriksaan sitogenetik memperlihatkan

bahwa sel sroma bersifat monoclonal sehingga mencerminkan elemen neoplastik dari tumor

ini.Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, mungkin sel stroma neoplastik mengeluarkan

factor pertumbuhan yang mempengaruhi sel epitel.Fibroadenoma hampir tidak pernah

menjadi ganas.

56 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 58: SKENARIO.docx

MORFOLOGI

Fibroadenoma muncul sebagai nodus diskret, biasanya tunggal, mudah digerakkan, dan

bergaris tengah hingga 10cm. walaupun jarang, tumor mungkin multiple dan juga sama

jarangnya, tumor mungkin bergaris tengah lebih dari 10cm (fibroadenoma

raksasa).Berapapun ukurannya, tumor ini biasanya mudah dikupas.Secara makroskopis,

semua tumor teraba padat dengan warna seragam cokelat-putih pada irisan, dengan bercak-

bercak kuning-merah muda yang mencerminkan daerqh kelenjar.Secara histologist, tampak

stroma fibroblastic longgar yang mengandung rongga mirip duktus berlapis epitel dengan

ukuran dan bentuk beragam.Rongga mirip duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau

lebih lapisan sel yang regular dengan membrane basal jelas dan utuh.Meskipun di sebagian

lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval, dan cukup teratur (fibroadenoma

kanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga pada

potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau struktur ireguler mirip bintang

(fibroadenoma intrakanalikularis).

57 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 59: SKENARIO.docx

PENATALAKSANAAN.

Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi dilakukan

sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas

luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi di payudara.

terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu

1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.

2. Circumareolar Incision

3. Curve/Semicircular Incision

Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial. Tipe circumareolar, hanya

meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya memberikan pembukaan yang

terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya

sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk

mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara.

PROGNOSIS.

Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi untuk

menderita kanker payudara. bagian yang tidak diangkat harus diperiksa secara teratur.

2.Fibrokistik

58 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 60: SKENARIO.docx

kondisi payudara fibrokistik mengacu pada situasi dimana payudara wanita memiliki

benjolan yang non-kanker. Benjolan ini dapat menyebabkan banyak ketidaknyamanan dan

masalah lainnya. Situasi ini biasanya datang sebagai akibat perubahan hormonal karena siklus

menstruasi wanita itu.

payudara wanita terdiri dari beberapa saluran susu yang dikelilingi oleh jaringan ikat kelenjar

yang memungkinkan saluran susu untuk memproduksi dan mengeluarkan susu pada tahap

terakhir kehamilan atau selama menyusui. Selain itu, tubuh wanita sangat responsif terhadap

fluktuasi hormon selama menstruasi. Perubahan-perubahan hormonal kadang-kadang

menyebabkan payudara perempuan untuk mempertahankan cairan yang mengakibatkan

pembesaran payudara, kelembutan, dan karakteristik benjolan.

Kondisi ini disebabkan ketika jaringan yang mendukung kelenjar susu menebal menyebabkan

saluran susu membengkak. Setelah itu, kantung menjadi diisi dengan cairan dan sekarang

disebut kista. Infeksi dapat mulai dengan satu payudara namun secara bertahap dapat

menyebar ke yang lain, memburuknya kondisi. Gumpalan dapat bervariasi dalam ukuran.

Namun, penghiburan kecil untuk perempuan adalah bahwa kondisi payudara fibrokistik tidak

kanker, meskipun kesamaan besar dengan kanker payudara.

Penyebab Payudara Kondisi fibrokistik

Penyebab pasti kondisi payudara fibrokistik adalah sesuatu yang terus menghindari para ahli

medis. Namun, dengan penelitian yang terus menerus, ada temuan yang menunjuk ke berikut

sebagai kemungkinan penyebab kondisi tersebut:

* Asupan garam berlebihan. Mengambil dalam jumlah besar garam meningkatkan

kemampuan tubuh untuk mempertahankan cairan. Akibatnya, wanita yang mengalami

kondisi harus membatasi konsumsi garam mereka. Sehubungan dengan ini, kita harus minum

tidak kurang dari sekitar 8 gelas air sehari. Hal ini karena pasokan minuman non-berkafein

dan non-alkohol "menginformasikan" tubuh yang tidak perlu untuk mempertahankan cairan,

seperti apa yang terjadi dalam kondisi payudara fibrokistik.

* Sering konsumsi lemak dan makanan berminyak. Studi tampaknya menunjukkan bahwa

makanan berlemak dan berminyak meningkatkan kejadian kondisi payudara fibrokistik.

Dengan demikian, apa ahli merekomendasikan adalah diet rendah lemak yang juga termasuk

porsi buah-buahan dan sayuran segar.

59 |RESUME SKENARIO 3 2013

Page 61: SKENARIO.docx

* Kafein. Minum secara teratur produk yang mengandung kafein juga merupakan faktor yang

dikenal dalam menyebabkan kondisi payudara fibrokistik.

Pengobatan untuk Kondisi payudara fibrokistik

Meskipun tidak kanker, kondisi payudara fibrokistik dapat menyebabkan banyak rasa sakit.

Selain itu, kondisi tersebut juga dapat mengganggu. Namun, ada sedikit dikenal sejauh

pengobatan atas kondisi berjalan. Dengan demikian, intervensi yang paling diarahkan untuk

meminimalkan gejala penurunan kegelisahan bahwa seorang perempuan mungkin merasa.

Berikut ini adalah cara yang paling umum untuk mengurangi gejala kondisi payudara

fibrokistik:

* Obat. Mengambil penghilang rasa sakit adalah cara termudah dan paling nyaman untuk

mengurangi rasa sakit yang terkait dengan kondisi tersebut.

* Kenakan bra yang tepat dan tepat-pas. Hal ini untuk memberikan payudara dengan

dukungan yang memadai. Dalam beberapa kasus, mungkin bahkan dibutuhkan untuk

memakai bra bahkan ketika tidur.

* Terapkan pemanasan pembalut atau handuk direndam dalam air panas untuk memberikan

bantuan dari ketidaknyamanan tersebut.

60 |RESUME SKENARIO 3 2013