skenario 4 1-7

5
Step 1 Ikterik: menguningnya warna kulit dan sklera akibat akumulasi pigmen bilirubin dalam darah dan jaringan. Kadar bilirubin harus mencapai 355-40 mmol/l. (Ross, 2006) Umbilicus: pusar. Jaringan parut yang menandai tempat perlekatan tali pusat janin. (Dorland, 2011) Step 2 1. mengapa bayi bapak suprihatin sklera nya kuning? 2. berapa kali ibu harus kontrol ANC? 3. apa tujuan ANC pada ibu hamil? Step 3 1. sklera kuning atau sklera ikterus adalah karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Jaringan permukaan yang kayak akan elastin seperti sklera dan permukaan bawah lidah menjadi kuning. Ikterus yang ringan dapat dilihat paling awal di sklera mata, dan bila ini terjadi kadar bilirubin sudah berkisar antara 2,0-2,5 mg/dl. Kadar bilirubin normal adalah biliribun direk 0-0,3 mgdl, total bilirubin 0,3-1,9 mg/dl. Metabolisme bilirubin Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sbagian lagi dari hem bebas atau eritropoiesis yang tidak efektif. Bilirubin bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam hepar. Segera setelah ada dalam sel hepar terjadi persenyawaan ligandin

Upload: dewandaru-i-a-b

Post on 10-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fk ump

TRANSCRIPT

Step 1Ikterik: menguningnya warna kulit dan sklera akibat akumulasi pigmen bilirubin dalam darah dan jaringan. Kadar bilirubin harus mencapai 355-40 mmol/l. (Ross, 2006)

Umbilicus: pusar. Jaringan parut yang menandai tempat perlekatan tali pusat janin. (Dorland, 2011)

Step 2

1. mengapa bayi bapak suprihatin sklera nya kuning?

2. berapa kali ibu harus kontrol ANC?

3. apa tujuan ANC pada ibu hamil?

Step 3

1. sklera kuning atau sklera ikterus adalah karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Jaringan permukaan yang kayak akan elastin seperti sklera dan permukaan bawah lidah menjadi kuning. Ikterus yang ringan dapat dilihat paling awal di sklera mata, dan bila ini terjadi kadar bilirubin sudah berkisar antara 2,0-2,5 mg/dl. Kadar bilirubin normal adalah biliribun direk 0-0,3 mgdl, total bilirubin 0,3-1,9 mg/dl.

Metabolisme bilirubin

Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sbagian lagi dari hem bebas atau eritropoiesis yang tidak efektif. Bilirubin bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam hepar. Segera setelah ada dalam sel hepar terjadi persenyawaan ligandin (protein y), protein z dan glutation hepar lain yang membawanya ke retikulum endoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzi m glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini disekresi melalui duktus hepatikus kedalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus, sebagian di absorpsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi enterohepatik.

(Jayashree Ramasethu, Maisels MJ, Rennie JM, Philadelphia WB Saunders : 2002, 2001, 2002, 2004)

Ikterus fisiologis vs ikterus patologis

Peninggian kadar bilirubin indirek pada neonatus antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonats, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke 5-7 kemudian akan menurun kembali pada hari ke 10-14. Ikterus dapat dianggap fisiologis maupun patologis. Bayi dikatakan menderita bilirubinemia apabila kadar bilirubin total lebih dari sama dengan 12 mg/dl pada bayyi cukup bulan, sedangkan pada bayyi kurang bulan bila kadarnya lebih dari 100 mg/dl.

(Madam. A, Rennie JM, Sylviati MD : 2004, 2002, 20004)

2. a. Kunjungan I (umur kehamilan 0-16 minggu)

- penapisan dan pengobatan anemia

- perencanaan persalinan

- pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

b. Kunjungan II (umur kehamilan 24-288 minggu) dan kunjungan III (32 minggu)

- pengenalan komplilasi akibat kehamilan dan pengobatannya

- penapisan preeklamasi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan

- mengulang perencanaan persalinan

c. Kunjungan IV (umur kehamilan 36 minggu-akhir)

- sama seperti kunjungan I dan II

- mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

- memantapkan rencana persalinan

- mengenali tanda tanda persalinan

(Saifuddin, 2002) 3. - mempersiapkan kehamilan, persalinan aman, bersih dan dalam keadaan optimal sehingga mampu memelihara bayi dan pemberian ASI

- menetapkan risiko kehamilan sehingga persiapan persalinan dapat diarahkan ke tempat yang wajar - mengarahkan agar organ reproduksi dappat kembali ke masa pascapartus yang wajar dan mampu menyiapkan laktasi optimal

- memberikan KIE dan KIM KB sehingga hamil pada interval optimal dengan jumlah dan susunan keluarga yang harmonis - memberikan vaksinasi tetanus toxoid

- menetapkan kehamilan dengan berbagai risiko dan mengarahkan pada persalinan bersih dan aman secara legeartis.

(Ida Bagus Gde Manuaba, 2000)

Step 7

1. sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi meliputi bakteri aerobik, anaerobik, gram positif, gram negatif, jamur dan virus.

-bakteri gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp., Pseudomonas Sp., Bakteriodes Sp., dan Proteus Sp. Bakteri gram negatif mengandung polisakarida pada dinding sel nya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dam masuk ke dalam aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan berbagai perubahan biokimia yang merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang timbulnya shock sepsis.

-bakteri gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus, streptococcus, dan pneumococcus. Organisme gram positif melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin. Penatalaksaan

Pemberian antibiotik untuk sepsis awitan dini

Komninasi penisilin dan ampisilin ditambah aminoglikosida mempunyai aktivitas antimikroba lebih luas dan umumnya efektif terhadap semua organisme penyebab sepsis awitan dini karena kombinasi ini meningkatkan aktivitas antibakteri.

Pemberian antibiotik untuk sepsis awitan lambat

Kombinasi penisilin dan ampisilin ditambah aminoglikosida juga dapat digunakan untuk terapi awal sepsis awwitan lambat. Pada kasus infeksi staphylococcus, obat anti staphylococcus yaitu vankomisin ditambah aminoglikosida dapat digunakan sebagai terapi awal.