skenario-3 kedkel

Upload: risti-amalia

Post on 09-Oct-2015

123 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dfwqdwdwd

TRANSCRIPT

  • WRAP UP SKENARIO 3

    BLOK KEDOKTERAN KELUARGA

    Pembiayaan Kesehatan

    Oleh :

    KELOMPOK B-12

    Ketua:

    Yusrina Alvi Fauzziah 1102009309

    Sekretaris:

    Nandika Nurfitria 1102009201

    Anggota:

    Pradea Ramadhan 1102008298

    Nabila Toda 1102009196

    R. A. Wita Ferani K. 1102009229

    Rachmah Kurniasari 1102009231

    Ratna Dila 1102009236

    Ridnia Nur Istiqomah 1102009245

    Winda Novia Anggraini 1102009300

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

    2012/2013

  • 2

    SKENARIO 3

    PEMBIAYAAN KESEHATAN

    Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga. Klinik ini dikelola

    dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami kemajuan yang cukup pesat

    dan dikenal luas di masyarakat. Suatu hari klinik ini dikunjungi seorang pasien, Ny.A, 38 tahun

    dengan kehamilan trimester1 pada G5P2A2. Pasien ingin melakukan pemeriksaan kehamilan

    secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi bahwa pelayanan di ini baik.

    Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat lelah, dan sesak. Dokter kemudian

    melakukan pemeriksaan fisik bersama bidan. Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan

    dalam posisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri

    tekan epigastrium.

    Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur dan

    menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang sudah bekerja sama dengan

    klinik dokter keluarga tersebut. Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan

    persalinan, mengingat kemungkinan membutuhkan biata yang lebih besar.

  • 3

    THREE JUMPS

    Langkah 1

    1. Membaca Skenario

    Mahasiswa diharapkan pada scenario berisi masalah-masalah yang dapat memicu

    mahasiswa untuk mendapatkan informasi ilmiah sehingga diperoleh sasaran belajar.

    2. Diskusi

    - Menentukan kata sulit

    - Menentukan masalah

    - Aktivasi prior knowledge dengan brain storming

    - Menyusun hipotesis

    - Menentukan sasaran belajar

    3. Mencari bahan pustaka

    Setiap mahasiswa menyajikan topik sesuai sasaran belajar. Jika masih ada materi yang

    belum sesuai dengan sasaran belajar, maka dilanjutkan pada belajar mandiri (Langkah 2)

    Langkah 2 (Tugas Mandiri):

    Mahasiswa melakukan belajar mandiri guna mencari dasar ilmiah, mengumpulkan data

    atau informasi untuk membantu mengingatkan pemahaman dan penerapan konsep dasar yang

    ada.

    Langkah 3

    Mahasiswa menyajikan materi/informasi yang diperoleh dari langkah 2 untuk disintesis dan

    diuji, serta diakhiri dengan menyusun rangkuman sebagai jawaban dari scenario yang disajikan.

  • 4

    LEARNING OBJECTIVE

    LO.1. Memahami dan menjelaskan pengelolaan klinik kedokteran keluarga

    LI.1.1. Standar pelayanan

    LI.1.2. Syarat pembangunan

    LI.1.3. Manajemen klinik dan keuangan

    LI.1.4. Peran dokter dengan mitra

    LO.2. Memahami dan menjelaskan sistem rujukan dan follow up

    LI.2.1. Prosedur

    LI.2.2. Kompetensi

    LO.3. Memahami dan menjelaskan pembiayaan kesehatan

    LO.3.1. Sumber

    LO.3.2. Jenis

    LO.4. Memahami dan menjelaskan pembiayaan kesehatan menurut Islam

  • 5

    LO.1. Memahami dan menjelaskan pengelolaan klinik kedokteran keluarga

    LI.1.1. Standar pelayanan

    1. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran. a. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang

    Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga dan diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.

    b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.

    c. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.

    d. Deteksi dini Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk itu.

    e. Kuratif medik Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.

    f. Rehabilitasi medik dan sosial Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.

    g. Kemampuan sosial keluarga Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial pasien dan keluarganya.

    h. Etik medikolegal Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan etik kedokteran.

    2. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis. a. Anamnesis

    Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan

  • 6

    harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis

    b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.

    c. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.

    d. Prognosis Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).

    e. Konseling Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.

    f. Konsultasi Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

    g. Rujukan Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.

    h. Tindak lanjut Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.

    i. Tindakan Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan pasien.

    j. Pengobatan rasional Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.

    k. Pembinaan keluarga Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.

    3. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta

  • 7

    berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya. a. Pasien adalah manusia seutuhnya

    Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya.

    b. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.

    1) Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.

    4. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal. a. Koordinator penatalaksanaan pasien

    Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan pasien yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter-pasien-keluarga, maupun bersama antar dokter pasien - dokter spesialis / rumah sakit.

    b. Mitra dokter pasien Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara dokter dan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.

    c. Mitra lintas sektoral medik Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.

    d. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik Pelayanan dokter keluarga mempedulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.

    5. Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care) Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien. a. Pelayanan proaktif

    Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara proaktif. b. Rekam medik bersinambung

    Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat datang, digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien yang bersangkutan.

    c. Pelayanan efektif efisien Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar biaya.

    d. Pendampingan

  • 8

    Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan dokter keluarga menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien.

    LI.1.2. Syarat pembangunan

    Fasilitas praktik Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya. 1. Fasilitas untuk praktik

    Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik.

    2. Kerahasiaan dan privasi Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi pasien.

    3. Bangunan dan interior Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien.

    4. Alat komunikasi Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya.

    5. Papan nama Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur oleh organisasi profesi.

    Peralatan klinik Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer). 1. Peralatan medis

    Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata pertama.

    2. Peralatan penunjang medis Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama.

    3. Peralatan non medis Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama.

    Tenaga pelaksana Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya tidaklah berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya. Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam : 1. Tenaga medis

    Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family doctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan dapat berbeda. Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta beban

  • 9

    kerjanya lebih berat, maka jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan jika pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu klinik dokter keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit. Klinik dokter keluarga memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang dokter keluarga (solo practice) ataupun oleh sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga.

    2. Tenaga paramedis Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga paramedis. Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, baik aspek medis dan ataupun aspek non medis. Jumlah tenaga paramedis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu orang dokter keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis terlatih.

    3. Tenaga non-medis Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter keluarga, perlu pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada dua katagori tenaga non-medis tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang diperlukan untuk menangani masalahmasalah administrasi. Kedua, pekerjasosial (social worker) yang diperlukan untuk menangai program penyuluhan/nasehat kesehatan dan atau kunjungan rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang tenaga administrasi serta satu orang pekerja sosial.

    Proses-proses penunjang praktik Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang kegiatan pelayanan dokter keluarga. 1. Pengelolaan rekam medik

    Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam medik dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah (problem oriented medical record).

    2. Pengelolaan rantai dingin Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.

    3. Pengelolaan pencegahan infeksi Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management yang mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya.

    4. Pengelolaan limbah Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan limbah, baik limbah medis maupun limbah nonmedis agar ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar klinik.

    5. Pengelolaan air bersih Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah sehingga aman digunakan.

    6. Pengelolaan obat Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai prosedur yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa.

  • 10

    LI.1.3. Manajemen klinik dan keuangan

    Manajemen klinik

    Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic). Pada

    bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang

    didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center).

    Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-

    standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar

    komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini

    mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga

    penghasilan rumah sakit.

    Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya

    merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin

    hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat

    inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga

    ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok

    (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah

    klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2

    sampai 3 orang dokter keluarga.

    Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang

    sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara

    bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian

    menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen

    keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk

    praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut

    (Clark, 1971) :

    a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu Penyebab utamanya

    adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok, para dokter

    keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan

    keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai

    cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya ini,

    ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya

    hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang

    diselenggarakan akan lebih bermutu.

    b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau Penyebab

    utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok,

    pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat dilakukan

    bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama,

  • 11

    menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan

    mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini

    apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter

    keluarga yang lebih terjangkau.

    Manajemen keuangan

    Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang umum dan

    bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem pembiayaan praupaya

    maupun sistem pembiayaan fee for service.

    LI.1.4. Peran dokter dengan mitra

    Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK) Pada dasarnya sistem perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan SPDK), haruslah menerapkan ketiga tahapan pelayanan medis sesempurna mungkin. Komponen sistem, yang sekarang biasa disebut sebagai pemegang saham (stakeholders), paling tidak terdiri atas: 1. DPU/DK (Sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer) 2. DSp (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Sekunder) 3. DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Tersier) 4. Dokter gigi 5. Pihak pendana (Asuransi Kesehatan, Pemerintah, dsb.) 6. Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan Nasional, dsb.) 7. Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya) 8. Farmasi (profesional dan pengusaha) 9. Staf klinik selain dokter (Bidan, perawat, dsb) 10. Karyawan non-medis 11. Dsb.

    Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Semua pemegang saham mempunyai andil, hak dan kewajiban yang sama

  • 12

    dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi pasien, tidak melanggar aturan atau perundangan maupun etika profesi, dan menjamin kesejahteraan bagi penyelenggaranya. Jika salah satu komponen sistem merusak tatanan, menyalahi aturan main agar memperoleh keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan dirasakan oleh seluruh komponen sistem termasuk, pada akhirnya, yang menyalahi aturan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama profesional yang mutualistis di antara anggota sistem.

    Dengan kata lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan diselenggarakan oleh tim kesehatan yang bahu-membahu mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan tatanan yang berlaku. Bidan dan perawat membantu dokter di klinik misalnya, memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab dokter. Jadi bidan dan perawat tidak memberikan obat tanpa persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak jelas atau belum dicantumkan. Demikian pula dokter keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat. Demikianpula komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan saling kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

    Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan teman sejawatnya di lakukan dalam berbagai hal seperti : 1. Merujuk pasien

    Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya.

    2. Bekerjasama dengan sejawat Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, ras, usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat.

    3. Bekerja dalam tim Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.

    4. Mengatur dokter pengganti. Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti.

    5. Mematuhi tugas Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.

    6. Pendelegasian wewenang Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan

  • 13

    terapi yang sesuai dengan peraturan baru.

    Komunikasi Dokter-Profesi Lain 1. Kolaborasi

    Pengertian Menurut Shortridge, et al (1986) Hubungan timbal balik di mana [pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka.

    Elemen-elemen Kolaborasi 1. Struktur 2. Proses 3. Hasil Akhir

    Model Kolaboratif Tipe I 1. Menekankan Komunikasi Dua Arah 2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama 3. Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien

    Model Kolaboratif Tipe II 1. Lebih berpusat pada Pasien 2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama 3. Ada kerja sama dengan Pasien 4. Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-menerus

    Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.

    Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih medukung dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.

    Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.

    Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan

  • 14

    untuk mencapai tujuan kolaborasi team : a) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan

    keahlian unik profesional. b) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya c) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas d) Meningkatnya kohesifitas antar profesional e) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional, f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami

    orang lain

    Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor a) Faktor interaksi ( interactional determinants), yaitu hubungan interpersonal

    diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan untuk berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan berkomunikasi .

    b) Faktor Organisasi ( organizational determinants) yaitu kondisi di dalam organisasi tersebut yang terdiri dari: 1. Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil

    daripada struktur hierarkis); 2. Organizations philosophy (nilai nilai keterbukaan, kejujuran, kebebasan

    berekspresi, saling ketergantungan, integritas dan sikap saling percaya; 3. administrative support ( kepemimpinan); 4. team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi,

    membagi lingkup praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit yang kecil) ;

    5. coordination mechanism ( pertemuan formal untuk diskusi, standarisasi prosedur dalam bekerja ).

    c) Faktor lingkungan organisasi( organizations environment/ systemic determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya, pendidikan dan profesional.

    2. Pendekatan Praktik Hirarkis

    Menekankan Komunikasi satu arah

    Kontak Dokter dengan Pasien terbatas

    Dokter merupakan Tokoh yang dominan

    Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model PRAKTIK

    HIRARKIS. Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan sebelum

    profesi perawat semakin berkembang. Selanjutnya dikenal ada 2 (dua) model Kolaborasi yang lain (Model 1 dan Pendekatan Praktik Hirarkis

    menekankan komunikasi satu arah. kontak dokter dengan pasien terbatas. dokter merupakan tokoh yang dominan. cocok untuk ditetapkan di keadaan tertentu , seperti: IGD

  • 15

    pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktek dokter di Indonesia

    DOKTER

    REGISTERED NURSE

    PEMBERI PELAYANAN

    LAIN

    PASIEN

    Komunikasi Dokter-Apoteker Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa yang menjadi tanggung jawab profesi apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi dapat dilakukan di berbagai tempat seperti rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik, Apotek, dll. Adanya pemahaman masing-masing pada profesi mitra kerjanya akan memudahkan terjadinya komunikasi yang baik antar profesi

    Empat unsur Pelayanan Farmasi Pelayanan Farmasi yang baik. Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat. Praktik dispensing yang baik. Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.

    LO.2. Memahami dan menjelaskan sistem rujukan dan follow up

    LI.2.1. Prosedur

    Tata cara rujukan

    Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti

    dokter ahli tertentu.

    Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat

    informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang

    dilakukan oleh dokter keluarga.

    Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis,

  • 16

    menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau

    yang lainnya.

    Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,

    harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih sesuai.

    Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

    Pembagian wewenang & tanggungjawab

    1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut

    dokter tsb tidak ikut menanganinya.

    2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.

    3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.

    4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan

    wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

    LI.2.2. Kompetensi

    Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada

    seoranglulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu

    dilatihkanmelalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang

    harusdimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini,

    yangdijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan, akan tercantum dibawah judul setiap modul

    pelatihanyang terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering disesuaikan

    denganperkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.

    A. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga B. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam

    pelayanankedokteran keluarga,

    C. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :

    Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatiankhusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,

    Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikanmasalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan

    penyembuhan penyakit, sertapengawasan dan pemantauan risiko kesehatan

    keluarga

  • 17

    Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraanpelayanan kedokteran/kesehatan

    D. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.

    Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yangdimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan. masalahnya,

    Menyelenggarakanpelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.B. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika

    moral dan spritual.

    Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan termasuk sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).

    LO.3. Memahami dan menjelaskan pembiayaan kesehatan

    LO.3.1. Sumber

    Sumber pembiayaan kesehatan: pemerintah, swasta, masyarakat, sumber lain(hibah,

    pinjaman dari luar negeri).

    1. Seluruhnya bersumber dari anggaran pemerintah Tergantung dari bentuk pemerintahan yang dianut, ada ditemukan suatu negara yang

    menanggung biaya kesehatan sepenuhnya (cuma-cuma), pada negara seperti ini tidak

    ditemukan pelayanan kesehatan swasta.

    2. Sebagian ditanggung oleh masyarakat Masyarakat diajak berperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan

    ataupun pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Dapat ditemukan

    pelayanan kesehatan swasta,dalam hal ini masyarakat diharuskan membayar

    pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.

  • 18

    Manajemen Pembiayaan Klinik Dokter Keluarga

    Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pembiayaan klinik dokter

    keluarga dapat berasal dari asuransi sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model

    pembiayaan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.

    Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan tersedianya

    dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai sarana dan prasarana medis dan non

    medis yang diperlukan (investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga

    yang diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini dapat

    dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga.

    Masalah kesehatan seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing orang

    atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut adalah

    amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia membiayai pelayanan kesehatan yang

    dibutuhkannya.

    Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya.

    Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara

    tunai (fee for service), dalam arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya

    pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam

    arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran

    tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan asuransi.

    Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai sesuai untuk pelayanan

    dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk

    pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja.

    Mudah dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering menerapkan

  • 19

    prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang untuk mencegah

    kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara pelayanan tersebut, kecuali berupaya

    memelihara dan meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota keluarga yang

    menjadi tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang seperti ini adalah juga

    prinsip kerja dokter keluarga.

    LO.3.2. Jenis

    Macam-macam biaya kesehatan:

    Tergantung dari jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan atau

    dimanfaatkan. Hanya saja disesuaikan dengan pembagian pelayanan kedokteran, maka biaya

    kesehatan tersebut. Secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni:

    1. Biaya pelayanan kedokteran

    Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan intuk menyelenggarakan dan atau

    memanfaatkan pelayanan kedokteran. Yakni yang tujuan utamanya untuk mengobati

    penyakit serta memulihkan kesehatan penderita.

    2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat

    Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau

    memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Yakni yang tujuan utamanya untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit.

    Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya

    Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada

    saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga

    bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan.

    Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:

    1. Sistem kapitasi (capitation system)

    Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan oleh

    badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang

    dihitung untuk setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka

    besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan yang tidak

    ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan

    oleh jumlah peserta dan kesepakatan jangka waktu jaminan.

  • 20

    2. Sistem paket (packet system)

    Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh

    badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang

    dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka

    besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan

    tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh paket

    pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam

    satu paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem

    pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait

    (diagnosis related group) yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.

    3. Sistem anggaran (budget system)

    Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh

    badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga,

    sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama

    halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan

    asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan

    kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.

    Asuransi kesehatan

    Adalah suatu mekanisme pengalihan resiko(sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko

    kelompok. Dengan cara mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok, beban ekonomi

    yang harus dipikul oleh masing0masing peserta asuransi akan lebih tetapu mengandung

    kepastian karena memperoleh jaminan.

    Unsur-unsur asuransi kesehatan:

    ada perjanjian

    ada pembelian perlindungan

    ada pembayaran premi oleh masyarakat

    Jenis-jenis asuransi kesehatan di Indonesia:

    a) asuransi kesehatan sosial (social health insurance)

    Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial,

    pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial masyarakat

    sehingga semua lapisan berhak untuk memperoleh jaminan pelayanan kesehatan. contoh:

    PT.askes, PT.jamsostek

  • 21

    Prinsip kerja:

    keikutsertaannya bersifat wajib

    menyertakan tenaga kerja dan keluarganya

    iuran/premi berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Idealnya harus dihitung 5% dari GDP

    premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh pemberi kerja dan tenaga kerja

    premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi didasarkan pada resiko kelompok (collective risk sharing)

    tidak diperlukan pemeriksaan awal

    jaminan pemeliharaan kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh (universal coverage)

    peran pemerintah sangat besar untuk mendorong berkembangnya asuransi kesehatan sosial di Indonesia. Semua pegawai negeri diwajibkan untuk mengikuti

    asuransi kesehatan

    b) asuransi kesehatan komersial perorangan(private voluntary health insurance)

    Jenis asuransi ini dapat dibeli preminya baik individu maupun segmen masyarakat kelas

    menengah keatas.contoh: lipo life, BNI life, Tugu Mandiri dll.

    Prinsip kerja:

    kepersertaan bersifat perorangan dan sukarela

    iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis tanggungan yang dipilih.

    Premi berdasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan faktor usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan.

    Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal

    Santunan diberikan sesuai kontrak

    Peranan pemerintah relatif kecil

  • 22

    c) asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private health insurance)

    Ini merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial dengan prinsip-prinsip dasar

    sbb:

    keikutsertaan bersifat sukarela berkelompok

    iuran/preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut

    perhitugan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok masyarakat

    santunan (jaminan pemeliharaan kesehatan) diberikan sesuai dengan kontrak

    tidak diperlukan pemeriksaan awal

    peranan pemerintah cukup besar dengan membuat peraturan perundang-undangan.

    LO.4. Memahami dan menjelaskan pembiayaan kesehatan menurut Islam

    Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian riayatus

    suun(pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim maupun non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di

    tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah (swasta) dalam

    pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.

    Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw

    Bersabda : Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya ( HR al-Bukhari). Tidak terpenuhinya atau terjaminnya kesehatan dan pengobatan akan

    mendatangkan dharar bagi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan layanan kesehatan menjadi

    tanggung jawab dan kewajiban negara (Khilafah). Khilafah wajib membangun berbagai rumah

    sakit, klinik, laboratorium medis, apotik , pusat dan lembaga litbang kesehatan, sekolah

    kedokteran , apoteker, perawat, bidan dan sekolah lainnya yang menghasilkan tenaga medis,

    serta berbagai sarana prasarana kesehatan dan pengobatan lainnya.

    Semua pelayanan kesehatan dan pengobatan harus dikelola sesuai dengan aturan syariah.

    Juga harus memperhatikan faktor ihsan dalam pelayanan yaitu wajib memenuhi 3 (tiga) prinsip

    baku yang berlaku umum untuk setiap pelayanan masyarakat dalam sistem Islam: pertama,

    sederhana dalam peraturan (tidak berbelit-belit). Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga,

    profesional dalam pelayanan, yakni dikerjakan oleh orang yang kompeten dan amanah

    Sejarah Asuransi Syariah

    Pada jaman Nabi Muhammad SAW, konsep asuransi syariah sudah dikenal dengan

    sebutan Al-Aqila. Saat itu suku arab terdiri atas berbagai suku besar dan suku kecil.

    Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah adalah keturunan suku Qurais, salah satu suku yang

    terbesar. Menurut dictionary of islam, yang ditulis Thomas Patrick, jika ada salah satu anggota

  • 23

    suku yang terbunuh oleh anggota suku lainnya, sebagai kompensasi, keluarga terdekat dari si

    pembunuh akan membayar sejumlah uang, darah atau diyat kepada pewaris Qurban.

    Alaql adalah denda, sedangkan makna alaqil adalah orang yang menbayar denda. Beberapa ketentuan system Aqilah yang merupakan bagian dari asuransi social ditungkan oleh

    Nabi Muhammad SAW dalam piagam madina yang merupakan konstitusi pertama setelah Nabi

    hijrah ke madina. Dalam pasal 3 Konstitusi madina, Rasullulah membuat ketentuan mengenai

    penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa jika tawanan tertahan

    oleh musuh karena perang, pihak tawanan harus membayar tebusan pada musuh untuk

    membebaskannya

    Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan

    (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian

    transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan semua peserta

    sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko,

    yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan

    kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan

    ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan).

    Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan

    risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund

    yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekwensi maka

    kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi.

    Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya adalah sebagai

    berikut:

    Akad (Perjanjian)

    Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut

    saat ini dan masa mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang

    menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut

    menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan

    dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong

    (takaful).

    Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga,

    dan barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan

    dalam asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan

    barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan secara

    kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk

    mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan kita

    meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan

    perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas

    tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun

    apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi.

    Dengan demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar)

  • 24

    dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada produk saving)

    atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk non-saving).

    Gharar (Ketidakjelasan)

    Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti.

    Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita

    sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali

    seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi

    sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan

    usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan

    kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak

    menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah

    pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai

    gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat

    secara hukum.

    Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme

    ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah

    dalam praktik muamalah yang gharar.

    Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik

    peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim

    menjadi milik perusahaan.

    Tabarru dan Tabungan

    Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru

    bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu

    sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat

    musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada

    yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru yang

    sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong.

    Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di hadapan

    Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat

    saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud).

    Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur

    dana tabungan yang digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara

    investasi pada asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada

    unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad

    awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan

    dikembalikan kepada peserta secara penuh.

  • 25

    Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al

    maisir. Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional

    karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang polis

    asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah

    membayar preminya sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu.

    Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi

    konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena

    keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan

    yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis

    mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan

    asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan

    perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang

    dibayarkannya.

    Riba

    Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat

    perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan.

    Investasi asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib

    dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas

    yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan

    Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan

    Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan

    pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.

    Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk

    Dewan Pengawas Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai

    orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu bersifat

    berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan

    keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian riba, pemberi makan riba,

    penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim)

    Dana Hangus

    Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum masa reversing period.

    Sementara ia telah beberapa kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang

    premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi

    hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa

    kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi

    milik perusahaan.

    Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka yang tidak mampu

    melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan,

    sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi ini

  • 26

    mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang kita saling menzalimi,

    laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan dan dirugikan).

    Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang baru masuk

    karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya

    dimasukkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai

    dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika

    selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi syariah akan

    membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai

    kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih

    dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari

    hasil investasinya.

  • 27

    DAFTAR PUSTAKA

    Azwar, Azrul (1995): Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, PT. Binarupa Aksara, Jakarta.

    Azwar, Azrul (1995): Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan; Yayasan Penerbitan IDI; Jakarta.

    Azwar, Azrul, Justam, Judil dan Bustami, Nilda S (1983) : Bunga rampai, dokter keluarga; Kelompok Studi Dokter Keluarga, Jakarta.

    Prasetyawati AE. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya.. Diakses melalui:

    http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf pada

    29 Desember 2012

    Sulastomo (1984), Bunga Rempa Pelayanan Kesehatan, Jakarta.

    Sudjoko Kuswadji (1996), Penjaminan Mutu Praktek Dokter Keluarga, Widya Medika, Jakarta.

    Departemen Kesehatan RI (1986): Survai Nasional Kesehatan Rumah Tangga tahun 1985/1986, DEPKES RI, Jakarta.

    Departemen Kesehatan RI (1989): Sistem Kesehatan Nasional, DEPKES RI, Jakarta.