sken 2. otitis media

29
Skenario 2 Dewi Arika H. 110 2011 075 I. ANATOMI TELINGA MAKROSKOPIK Secara anatomis, telinga dibagi menjadi tiga bagian: luar, tengah dan dalam. Telinga Luar : Aurikula & Meatus akustikus externus Tengah : Tulang pendengaran (ossicle) & Cavum timpani Dalam : organ vestibulokoklear TELINGA LUAR & TENGAH Telinga luar dan tengah utamanya berperan mentransmisikan suara ke telinga dalam. Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan meatus akustikus eksternus. Aurikula tersusun dari tulang rawan elastis yang irreguler dan dilapisi oleh lapisan kulit tipis yang berfungsi mengumpulkan suara. Meatus akustikus eksternus adalah kanal yang terdapat pada bagian timpani dari tulang temporal. Panjangnya 2-3 cm pada orang dewasa dan berfungsi menghantarkan suara dari aurikula ke membran timpani.

Upload: bellasflla

Post on 12-Dec-2015

263 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

sken 2

TRANSCRIPT

Page 1: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

I. ANATOMI TELINGA MAKROSKOPIKSecara anatomis, telinga dibagi menjadi tiga bagian: luar, tengah dan dalam.

Telinga Luar : Aurikula & Meatus akustikus externusTengah : Tulang pendengaran (ossicle) & Cavum timpaniDalam : organ vestibulokoklear

TELINGA LUAR & TENGAHTelinga luar dan tengah utamanya berperan mentransmisikan suara ke telinga dalam. Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan meatus akustikus eksternus.

Aurikula tersusun dari tulang rawan elastis yang irreguler dan dilapisi oleh lapisan kulit tipis yang berfungsi mengumpulkan suara. Meatus akustikus eksternus adalah kanal yang terdapat pada bagian timpani dari tulang temporal. Panjangnya 2-3 cm pada orang dewasa dan berfungsi menghantarkan suara dari aurikula ke membran timpani.Telinga tengah adalah rongga berisi udara yang didalamnya terdapat tulang-tulang pendengaran.

Page 2: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Tampak pada gambar 2 tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes menghubungkan membran timpani dengan membran lain yang menutupi foramen ovale, pintu menuju telinga dalam. Pintu lain di antara telinga tengah dan dalam yang juga ditutupi membran adalah foramen rotundum. Terdapat dua otot di telinga tengah yaitu tensor timpani yang berfungsi mengurangi getaran berlebihan dari membran timpani dan tulang pendengaran untuk mencegah kerusakan pada telinga tengah. Otot kedua adalah stapedius yang juga berfungsi mengurangi getaran berlebihan pada tulang pendengaran terutama stapes.

TELINGA DALAMPada telinga dalam terdapat organ verstibulokoklear yang memiliki fungsi penting dalam penerimaan suara dan pengaturan keseimbangan.

Tampak pada gambar 3 organ vestibulokoklear yang disebut juga labirin karena bentuknya yang kompleks di dalam os pertrosus tulang temporal.

Telinga dalam terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. Labirin tulang (bony labyrinth) yang berisi cairan perilimfatik.2. Labirin membranosa (membranous labyrinth) yang berisi cairan endolimfatik.

Page 3: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Tampak pada gambar 4 struktur telinga tengah dan dalam. Labirin tulang merupakan salah satu tulang terkeras dalam tubuh dan terdiri dari vestibulum, kanalis semirkularis dan koklea.

LABIRIN TULANG Labirin tulang merupakan rongga yang dilapisi periosteum. Rongga ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea. Vestibulum adalah ruangan kecil berbentuk oval berukuran sekitar 3 x 5 mm berisikan utrikulus dan sakulus. Di tengah labirin tulang, vestibulum memisahkan koklea dan kanalis semisirkularis. Terdapat 10 lubang pada dinding tulang vestibulum, yaitu 5 untuk kanalis semisirkularis dan masing-masing satu untuk vestibular aqueduct, cochlear aqueduct, foramen oval dan rotundum dan saraf.

Kanalis semisirkularis terdiri dari 3 bagian; posterior, anterior dan lateral yang membentuk sudut 90° satu sama lain dan terletak di belakang vestibulum. Masing-masing berdiameter 0,8-1,0 mm dengan ujung yang berdilatasi membentuk bony ampulla. Vestibulum dan kanalis semisirkularis berperan dalam pengaturan keseimbangan. Koklea adalah struktur berbentuk spiral yang berputar sebanyak 2,5 sampai 2 2/3 putaran seperti rumah siput. Axis dari koklea adalah modiulus berupa saluran untuk pembuluh darah arteri vertebralis dan serabut-serabut saraf. Pada proksimal dari koklea terdapat cochlear aqueduct yang menghubungkan labirin tulang dengan ruang subarachnoid yang terletak superior terhadap jugular foramen dan round windows yang ditutupi oleh membran timpani sekunder.

LABIRIN MEMBRANOSA Labirin membranosa adalah rongga yang dilapisi epitel berisi cairan endolimfatik yang dikelilingi oleh cairan perilimfatik di dalam labirin tulang. Labirin membranosa dibagi menjadi dua bagian yaitu cochlear labyrinth dan vestibular labyrinth.

Tampak pada gambar 5, pada vestibular labyrinth terdapat kantung oval yang disebut utrikulus dan kantung yang lebih kecil disebut sakulus yang berisikan cairan endolimfatik (utriculosaccular duct). Pada dinding sakulus dan utricle terdapat daerah-daerah kecil terbatas, disebut macula, terdiri dari epitel sensoris khusus yang disarafi oleh cabang-cabang vestibular nerve. Cochlear labyrinth dinamakan juga duktus koklearis dikelilingi oleh cairan perilimfatik di dalam koklea. Duktus koklearis ditopang oleh ligamentum spiralis ke dinding lateral dari koklea dan oleh oseus lamina spiralis ke modiolus.

Page 4: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Tampak pada gambar 6 struktur dalam koklea. Di bagian dalam duktus koklearis membentuk saluran longitudinal yaitu skala media yang membagi kanalis koklearis menjadi dua saluran, skala vestibuli dan skala timpani. Skala media dipisahkan dari skala vestibuli oleh membrana vestibular (Reissner’s). Sedangkan skala timpani dipisahkan dari skala media oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris terdapat spiral organ atau organ Corti yang merupakan organ ujung dari saraf pendengaran. Pada spiral organ terdapat sebarisan sel rambut dalam (inner hair cells) dan tiga baris sel rambut luar (outer hair cells). Kedua jenis sel rambut adalah silindris dengan inti di basal dan banyak mitokondria, serta terdapat stereosilia pada permukaannya. Stereosilia dilapisi oleh membran tektorial dan berfungsi penting dalam transduksi sensoris.

PERSARAFAN TELINGA DALAM

Nervus koklearis tersusun oleh sekitar 30.000 sel-sel saraf eferen yang mempersarafi 15.000 sel rambut pada spiral organ di setiap cochlea. Serabut saraf dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus bersama serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis (CN VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, CN VIII menembus lempengan tulang tipis bersama CN V (nervus fasialis) dan pembuluh darah menuju dorsal dan ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari kedua nuclei naik menuju inferior colliculus secara kontralateral, dan sebagian lainnya secara ipsilateral. Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf pendengaran berjalan menuju medial geniculate body dan akhirnya menuju korteks auditorius di lobus temporalis.

VASKULARISASI TELINGA DALAM

Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang yaitu arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior, serta bagian superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis. Cabang lain dari arteri auditori interna adalah arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali sepertiga bagian basal yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri vestibulokoklearis. Cabang lain dari arteri vestibulokoklearis adalah arteri vestibular bagian posterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian inferior, serta kanalis semisirkularis bagian posterior.

Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus petrosus inferior dan superior.

MIKROSKOPIK

Page 5: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

DAUN TELINGA

Kerangka terdiri dari tulang rawan elastis, bentuk tidak teratur Perichondrium mengandung banyak serat elastis Kulit yang menutupi tulang rawan tipis Jaringan subcutan tipis (posterior>anterior)

Didalam kulit tipis terdapat :– Rambut halus– Ke. Sebacea– Kel. Keringat sedikit, ukurannya kecil– Pada lobus auricular terdapat jaringan lemak

MEATUS ACUSTICUS EXTERNUS

Berupa saluran, arah medioinferior Bagian luar kerangka dinding terdiri dari tulang rawan elastin (lanjutan tulang rawan daun telinga) Bagian dalam, berkerangka os temporal Dilapisi kulit tipis, tanpa subcutis dan berhubungan erat dengan perichondrium/periosteum yang ada dibawahnya

Pada kulit bagian 1/3 luar terdapat :

– Rambut pendek : mencegah masuknya benda asing– Kel. Sebacea : bermuara di follicle rambut– Kel. Ceruminosa : tuboculosa apocrine (modifikasi kel keringat) bermuara pada

permukaan/pada ductus kel. Sebacea Campuran secret kel. Ceruminosa dan sebacea disebut serumen, bersifat bakteriosid, konsistensi seperti malam,

berwarna kecoklatan Kel. Keringat biasa tidak ditemukan Pada kulit bagian 2/3 dalam, kel. Ceruminosa terbatas hanya pada dinding bagian superior

MEMBRAN TIMPANI

Page 6: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Bentuk oval, semitransparan Terdiri dari 2 lapisan jar. Penyambung :

– Lap. Luar : mengandung serat kolagen tersusun radial– Lap. Dalam : mengandung serat kolagen tersusun sirkular

Serat elastin terutama dibagian sentral dan perifer

Bagian superior tidak mengandung serat kolagen, merupakan bagian lunak dan tipis disebut pars flaccida (Membrane Schrapnell)

Permukaan luar diliputi kulit, tanpa rambut, le sebacea, maupun kel keringat Permukaan dalam dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis kuboid, dan lamina propria yang tipis

CAVUM TIMPANI

Berisi udara Posterior berhubungan dengan ruang-ruang dalam processus mastoideus Anterior berhubungan dengan tuba pharyngotympani Lateral dibatasi oleh membrane timpani Medial dipisahkan dari telinga dalam oleh tulang

(pada tulang tsb terdapat : fenestra rotundum) Didalam cavum timpani terdapat :

– Tulang pendengaran (malleus, incus, stapes) rangkaian ketiga tulang menghubungkan membrane timpani dengan fenestra ovalis

– Nervus & Musculi Cavum timpani, tulang-tulang pendengaran nervus & musculi dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis kuboid

dan lamina propria tipis yang berhubungan erat dengan periosteum dibawahnya Epithel cavum timpani sekitar muara tuba pharyngotimpani terdiri dari epitel selapis cuboid / silindris dengan silia Tidak terdapat kelenjar

TUBA PHARYNGOTYMPANI

Menghubungkan bagian anterior cavum tympani dengan bagian lateroposterior nasopharynx Lumen sempit, gepeng dalam bidang vertical 2/3 arah nasopharynx rangka dinding terdiri dari tulang rawan, 1/3 arah cavum tympani terdiri dari tulang Mukosa membentuk rugae, terdiri dari epitel selapis atau bertingkat silindris dengan silia dan lamina propria tipis Mukosa dekat nasopharynx mengandung kel. Tubuloalveolar dan pada epitelnya terdapat sel goblet Sepanjang mukosa terdapat limfosit Sekitar muara di nasopharynx terdapat tonsila tuba

TELINGA DALAM (LABYRINTH)

Labyrinth ossea

Pars Flaccida

Incus

Stapes

Malleus

Page 7: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

- Terdiri dari ruangan & saluran yang terdapat didalam os petrosum Labyrinth membranosa

- Terdiri dari ruangan & saluran yang bentuknya = labyrinth ossea, dindingnya dilapisi epitel & terdapat didalam labyrinth ossea

- Berisi cairan endolymph

(a) (b)

(c)

(a) Labyrinth Ossea ; (b) Labyrinth Membranosa ; (c) Labyrinth membranosa didalam Labyrinth ossea

System perilymphatic- Terdapat diantara labyrinth ossea & labyrinth membranosa- Terdiri dari jaringan perilymphatic dan cairan perilymph- Jaringan perilymph memperkuat/menyokong dinding labyrinth membranosa & labyrinth ossea sehingga

memperthankan labyrinth membranosa pada tempatnya- Berisi cairan peilymph

Labyrinth Ossea Vestibulum

o Bentuk ovoido Letak medial dari cavum tympanio Tempat asal & muara 3 canalis semicircularis

Canalis semicircularis

o Ada 3 : lateral, superior, & posterior saling

Page 8: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

o Lateral kanan & kiri, terletak dalam satu bidango Posterior kiri //superior kanan ; posterior kanan // superior kirio Salah satu ujung melebar disebut ampulao Ujung canalis semisircularis posterior dan superior tidak melebar, bersatu membentuk crus

commune

Cochlea

o Berupa salurano Berbentuk spiral, seperti rumah siput

Utriculus, sacculus, & ductus semisirkularis dilapisi epitel selapis gepeng, kecuali pada daerah-daerah sensoris :

Canalis semisirkularis ossea

superior

posteriorCrus commune ossea

cochleaFenestrata ovalis

Fenestrata rotundum

Ampula ossea

vestibulumlateralis

LABYRINTH MEMBRANOSA

Ductus semisirkularis membranosa

superior

lateralposterior

Saccus endolymphaticus

Ductus endolymphaticus

Ampula membranosautriculusDuctus reuniens

Ductus cochlearis

Crus commune membranosa

Page 9: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

- Pada utriculus &sacculus macula utriculi/sacculi- Pada ampula crista ampullaris

ORGAN SENSORIS SISTEM KESEIMBANGAN

3 crista ampullaris sensitif terhadap putaran kepala (angular acceleration) 2 macula (macula utriculi dan macula sacculi) sensitif terhadap gravitasi, perubahan posisi dan gerakan linear

Macula & crista penebalan jaringan perilymphatic yang dilapisi epitel yang terdiri dari 2 macam sel :

1. Sel rambut silindris/seperti botol, inti di basal, terdapat rambut (microvilli khusus & satu silia)2. Sel penyokong silindris, diantara sel-sela rambut

Tanggul transversal pada dasar ampullaDaerah oval

cupula

ampullaaCrista ampullaris

CANALIS SEMICIRCULARIS, SACCULUS Cupula

Page 10: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Cochlea (lanjutan) :

- Poros yang diputari terdiri dari tulang disebut modiolus- Daidalam modiolus terdapat ganglion spiralis yang berjalan spiral- Dandrit-dendrit sel bipolar ganglion spiralis membentuk sinaps dengan sel-sel rambut organ corti neurit-neuritnya

membentuk N. cochlearis

Sel rambut

Crista ampullaris

makula

Page 11: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

1 skala media (organ corti) berisi endolimf2 skala vestibuli, berisi perilimf3 skala timpani, berisi perilimf4 ganglion spiralis5 N. cochlearis

Page 12: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

MEMBRANA BASILARIS

Sebagian besar terdiri dari jaringan penyambung padat collagen Permukaan menghadap skala tympani dilapisi epitel selapis kuboid silindris

II. FISIOLOGI TELINGA

FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar ini terdiri dari dua macam proses yaitu proses konduksi dan proses sensorineural. Yang pertama adalah proses konduksi.

Pada proses konduksi disini gelombang bunyi dikumpulkan dan ditentukan arahnya oleh aurikulum; kemudian diteruskan dan diresonansi melalu meatus akustikus eksternus (MAE); kemudian diteruskan ke mambrana timpani dan tulang-tulang pendengaran (meleus, inkus, stapes), disini gelombang suara diperkuat sekitar 27 kali, setelah itu dilanjutkan dengan proses sensorineural.

Pada proses sensorineural disini terdiri dari proses yang terjadi pada koklea dan retrokoklea. Dimulai dari proses pada koklea yaitu gerakan cairan perilimfe yang terdapat pada skala timpani dan skala vestibuli yang akan menggetarkan membrana reisner yang akan mendorong endolimfe sehingga menjadikan gerakan relatif terhadap membrana basilaris dan membrana tektoria. Gerakan-gerakan ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menyebabkan proses depolarisasi pada sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius (n. koklearis, n. akustikus) yang akan meneruskan impuls listrik ke nukleus auditorius di batang otak sampai ke pusat pendengaran korteks serebri lobus temporalis (Wernike) area 39-40.

2/3 lateral

Pars pectinata

1/3 lateral

Pars arcuata

Terdapat pembuluh darah

Page 13: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

FISIOLOGI KESEIMBANGAN

Organ keseimbangan :

1. Vestibular di labirin2. Mata3. Organ propioseptif4. Sistem saraf pusat

Labirin terdiri dari :

1. Labirin statis - Macula : reseptor keseimbangan statis yang terdapat di utrikulus dan sakulus yg merupakan pelebaran

labirin membran yg terdapat dalam vestibulum labirin tulang; untuk gerakan lurus atau linier.

2. Labirin kinetis - Ampula : reseptor keseimbangan dinamis yang merupakan bagian dari krista auntuk gerakan berputar atau

sentrifugal ampularis yang terdapat didalam setiap pelebaran kanalis semisirkularis (ampula); untuk gerakan berputar atau sentrifugal.

Page 14: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Gerakan/perubahan kepala dan tubuh; perpindahan cairan endolimfe di labirin; selanjutnya silia sel rambut menekukPrinsipnya:

1. Labirin statis; gerakan otolit2. Labirin dinamis; gerakan kupula

Permeabilitas membran sel berubah; ion kalsium masuk k dalam sel; proses depolarisasi; merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator; impuls saraf sensoris/ saraf aferen: saraf vestibuler; integrasi; pusat keseimbangan di otak (serebelum).Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan; hiperpolarisasi.

Organ vestibuler merupakan tranduser yg merubah energi mekanik (rangsangan otolit dan gerakan endolimfe di kanalis semisirkularis); energi biolistrik sehingga dapat memberi info tentang perubahan posisi tubuh krn percepatan linier atau percepatan sudut.

Sistem vestibular berhubungan dengan sistem tubuh lainnya, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan misalnya : Vertigo, nistagmus, reaksi saraf otonom (mual, muntah, keringat dingin)

Tes Vestibuler

Refleks Vestibulo-spinal :

- Romberg- Posturografi, dsb.

Refleks Vestibulo-okuler :

- Tes Kalori- Tes kursi putar Barany- Elektronistagmografi (ENG), dsb.

III. GANGGUAN PENDENGARAN

Gangguan pendengaran terjadi apabila proses mendengar tidak berjalan dengan baik.

Berikut ini adalah jenis-jenis gangguan pendengaran yang mungkin terjadi :

Page 15: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Gangguan Pendengaran Sensorineural Gangguan Pendengaran Konduktif Gangguan Pendengaran Campuran

Gangguan Pendengaran Sensorineural

Disebabkan adanya kerusakan pada telinga bagian dalam atau pada jalur syaraf pendengaran ke otak dan biasanya bersifat menetap/permanen.

Beberapa penyebab gangguan pendengaran ini :

Faktor Usia

Dikenal dengan presbikusis. Terjadi secara berangsur-angsur, sehingga kadang-kadang tidak disadari.

Paparan Terhadap Kebisingan

Suara mesin di pabrik atau suara musik yang keras dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Penyakit atau Trauma

Penyakit meniere syndrome (disertai dengan vertigo, mual, dan tinitus), tumor, cedera kepala waktu lahir, dan juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti TORCHS (toksoplasma, rubella, citomegalovirus, herpes, dan syphilis), dan diabetes melitus.

Obat-obatan (ototoxic)

Seperti : pemakaian aspirin dosis tinggi, beberapa antibiotika, diuretika, dan kemoterapi. Sebaiknya selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengkonsumsi obat-obatan

Faktor-faktor Lain: o Merokok dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah ke telinga dalam.o Faktor genetika/keturunan.o Akibat dari penyakit sistemik lainnya.

Gangguan Pendengaran Konduktif

Disebabkan adanya gangguan atau kerusakan jalannya gelombang suara melalui telinga luar dan atau telinga tengah.Beberapa penyebab gangguan pendengaran ini :

Penyakit seperti o Infeksi Telinga Tengah (otitis media)

Peradangan yang ditimbulkan menyebabkan cairan yang menumpuk di telinga tengah serta dapat merusak gendang telinga.

o kista di liang telingao tumor di telinga tengah

Sumbatan Cerumen atau Benda Asing

Kurang pendengaran bisa juga disebabkan oleh karena sumbatan cerumen (kotoran telinga) yang eksesif ataupun benda asing.

Page 16: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Pengapuran atau kekakuan pada o gendang telinga (timpanosklerosis)o tulang-tulang pendengaran (otosklerosis)

Gangguan Pendengaran Campuran

Dimana gangguan pendengaran disebabkan karena adanya gangguan pada jalur konduktif dan sensorineural

Biasanya, oleh dokter THT, penderita gangguan pendengaran selain diberikan pengobatan akan dirujuk untuk menggunakan alat bantu dengar.

Bila pasien mengalami tinnitus, akan disarankan untuk melakukan terapi tinnitus.

IV. OTITIS MEDIA AKUT

Definisi

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari selaput permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, yang masing-masing memiliki bentuk yang cepat dan lambat

Otitis Media Akut, adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering (Rifki N,1990).

Etiologi

1. Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri. 2. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. 3. Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama bakteri.4. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan

Moraxella Cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lender (Ballenger WL, Ballenge HC, 1993).

Anak Lebih Mudah Terserang OMA Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal

1. Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan. 2. Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke

telinga tengah. 3. Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak

relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius (Soni A, 2006).

Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya

Page 17: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga(Mansjoer A,2001).

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45db (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya (Pracy R, 1983).

Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien, pada usia anak – anak umumnya keluhan berupa: 1. Rasa nyeri di telinga dan demam. 2. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya. 3. Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penih. 4. Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan

sering memegang telinga yang sakit (Rosenfeld RM, 2002).

Diagnosis & DD

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut :1. Penyakitnya muncul mendadak (akut) 2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan

dengan adanya salah satu di antara tanda berikut :- menggembungnya gendang telinga - terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga - adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga - cairan yang keluar dari telinga

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut :- kemerahan pada gendang telinga - nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga (Sudarwan, 1980).

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa. OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut :

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi

Nyeri telinga, demam, rewel + -

Efusi telinga tengah + +Gendang telinga suram + +/-

Gendang yang menggembung +/- -

Gerakan gendang berkurang + +

Berkurangnya pendengaran + +

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi

Nyeri telinga, demam, rewel + -

Page 18: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Efusi telinga tengah + +Gendang telinga suran + +/-Gendang yang menggembung +/- -Gerakan gendang berkurang + +Berkurangnya pendengaran + +

Tabel 2.1 Gejala dan Tanda OMA

Tatalaksana

Antibiotik 1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.

2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.

3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan. American Academy of Pediatrics (AAP) mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:

Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan< 6 bln Antibiotik Antibiotik

6 bln – 2 th AntibiotikAntibiotik jika gejala berat; observasi jika gejala ringan

2 thnAntibiotik jika gejala berat; observasi jika gejala ringan

Observasi

Tabel 2.2 Diagnosa (Natal BL, 2000)

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam <39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang, berat atau demam 39°C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa observasi.Jika diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar anak adalah amoxicillin.

1. Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko tinggi.

2. Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik dalam tiga bulan terakhir.

3. WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg.

4. AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari. Dosis ini terkait dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.

5. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.

6. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:

Analgesia/pereda nyeri 1. Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).

2. Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen.

Page 19: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

3. Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna (McCaig LF,1989).

Pencegahan Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

- Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,

- Pemberian ASI minimal selama 6 bulan,

- Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

- Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

- Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA (Bambang, 1991)

Komplikasi 1. Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu atau dua telinga. 2. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat umum. 3. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama beberapa minggu hingga

cairan tidak lagi keluar. 4. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi

ini umumnya jarang terjadi. 5. Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yang tidak diobati.6. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

7. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.

8. Otitis media dengan efusi didiagnosa jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama 3 bulan atau lebih (Riece H, 2000).

V. PEMERIKSAAN TELINGA ( PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN)

PEMERIKSAAN TELINGA (OTOSKOPIA)

Tujuan:Memeriksa Meatus Akustikus Externus dan Membran Timpani dengan meneranginya memakai cahaya lampu.

Alat:

1. Lampu kepala Van Hasselt (dengan listrik)2. Otoskop (dengan baterai)3. Speculum telinga4. Alat penghisap5. Hak tajam6. Pemilin kapas7. Forsep telinga8. Balon politzer9. Semprit telinga

Pelaksanaan :

a. cara memakai lampu kepala- Pasang lampu kepala sehingga tabung lampu berada diantara kedua mata

Page 20: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

- Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan- mata kiri ditutup- proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan saling bersinggungan- diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm

b. cara duduk- penderita dududk di depan pemeriksa- lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri pemeriksa- kepala dipegang dengan ujung jari- waktu memeriksa telinga yang kontra lateral, hanya posisi kepala penderita

yang diubah- kaki, lutu penderita dan pemeriksa tetap pada keadaan semula

c. cara memegang telinga- kanan:

aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III,IV,V pada planum mastoidaurikulum ditarik kea rah posterosuperior untuk meluruskan Meatus Akustikus Externus

- kiri:aurikulum dipegang dengan jari I dan II.Jari III, IV dan V di depan aurikulum. Aurikulum ditarik kea rah posterosuperior

d. cara memegang otoskop- pilih speculum telinga yang sesuai dengan besar lumen Meatus Akustikus Externus- nyalakan lampu otoskop- masukkan speculum telinga pada MAE

e. cara memilin kapas- ambil kapas sedikit, letakkan pada pemilin kapas dengan ujung pemilin berada di dalam tepi kapas- pilin perlahan-lahan searah dengan jarum jam- untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar berlawanan dengan arah jarum jam

INSPEKSI DAN PALPASI TELINGA LUAR

Page 21: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

1. Bantu pasien dalam posisi duduk jika memungkinkan2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa

bebas bekerja4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan kesimetrisan. 5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol.6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga8. Bandingkan telinga kiri dan kanan.9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut:

- Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai.

- Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.10. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/ serumen pada lubang telinga.

TES PENDENGARAN

TES BISIK

Syarat:

- TEMPATRuangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat tidak rata atau dilapisi “soft board”/ korden) serta ada jarak sepanjang 6 m

- PENDERITA- Mata ditutup atau dihalangi agar tidak membaca gerak bibir- Telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa- Telinga yang tidak diperiksa, ditutup atau dimasking dengan menekan-nekan tragus ke arah MAE oleh asisten

pemeriksa. Bila tidak ada asisten telinga ditutup kapas yang dibasahi gliserin- Mengulang dengan keras kata-kata yang dibisikkan

- PEMERIKSA- Kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan paru-paru sesudah ekspirasi biasa- Kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang dikenal penderita (familiar). Kata harus mengandung

huruf lunak (frek rendah) dan huruf desis (frek tinggi)

TEHNIK PEMERIKSAAN

– Penderita dan pemeriksa sama- sama berdiri, penderita tetap di tempat, sedang pemeriksa berpindah tempat– Mulai pada jarak 1m dibisikkan 5 atau 10 kata– Bila semua kata dapat didengar pemeriksa mundur ke jarak 2 meter dan dibisikkan lagi kata dengan jumlah yang sama– Bila didengar sama, pemeriksa mundur lagi sampai pada jarak imana penderita hanya mendengar 80% kata saja– Untuk memastikan bisa diulang

HASIL TES

pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif (tajam pendengaran)

KUANTITATIFFungsi Pendenngaran

Normal Suara Bisik

6 m

Tuli ringan >4m- <6 m

Page 22: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Tuli sedang >1m-<4m

Tuli berat <1m

Tuli total Bila berteriak di depan telinga penderita tetap tidak mendengar

TES GARPU TALA

TES BATAS ATAS DAN BATAS BAWAH

Tujuan:Menentukan frekuensi garpu tala yang dapat idengar penderita melewati hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal

Cara:

- Semua garpu tala (dimulai dari frekuensi terendah sampai tertinggi digetarkan berurutan) di dekat MAE pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang menghubungkan MAE kanan kiriIntepretasi: Normal : mendengar garpu tala pada semua frekuensi Tuli konduksi : batas bawah naik (frekuensi rendah tak terdengar) Tuli sensori neural : batas atas turun (frekuensi tinggi tak terdengar) Kesalahan : garpu tala dibunyikan terlalu keras sehingga tidak dapat mendeteksi pada frekuensi mana

penderita tak mendengar TESRINNE

Tujuan:Membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu telinga penderitaCara:

- Bunyikan garpu tala frek 512 Hz, letakkkan tangkainya tegak lurus mastoid (posterior MAE) sampai penderita tidak mendengar kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita

- Apabila penderita masih mendengar : Rinne +- Apabila penderita tidak mendengar: Rinne –

Intepretasi

Normal: Rinne + Tuli konduksi: Rinne – Tuli sensori neural: Rinne +

TES WEBERTujuan:Membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderitaCara:

- Garpu tala frek 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan digaris tegak lurus median(vertex, dagu, atau gigi incisivus)

- Penderita diminta menunjuk telinga mana yang mendengar lebih keras

Page 23: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

- Bila mendengar paa satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut- Bila kedua telinga tak mendengar atau sama-sama mendengar disebut tidak ada lateralisasi

Intepretasi Normal : tidak ada lateralisali Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit Tuli sensori neural : mendengar lebih keras di telinga yang sehat

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapt lebih dari satu:Contoh lateraisasi ke kanan:

1. tuli konduksi kanan, telinga kiri normal2. tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat3. tuli sensori neural kiri, telinga kanan normal4. tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih berat5. tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri

TES SWABACHTujuan:Membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan pemeriksaCara:

- Garpu tala frek 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus paa planum mastoid pemeriksa bila pemeriksa sudah tidak mendengar secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita

- Bila penderita masih mendengar : Scwabach memanjang- Bila penderita tidak mendengar: Scwabach memendek atau normal

Intepretasi

Normal : Scwabach normal Tuli konduksi : Scwabach memanjang Tuli sensori neural : Scwabach memendek

Gangguan pada telinga

KELUHAN UTAMA GANGGUAN TELINGA

1. Gangguan pendengaran (Tuli)Bila terdapat gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga. Apakah timbul tiba-tiba atau bertambah secara bertahap dan sudah berapa lama diderita. Apakah ada riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, atau pemakaian obat ototoksik sebelumnya.Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit infeksi virus seperti parotitis, influenza berat, dan meningitis. Apakah gangguan pendengaran ini diderita sejak bayi sehingga terdapat juga gangguan bicara dan komunikasi.Pada orang dewasa, prlu ditanyakan apakaha gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau di tempat yang lebih tenang.

2. Suara berdenging (tinnitus)Keluhan telinga berdenging dapat dirasakan dikepala atau ditelinga, pada satu sisi atau kedua telinga. Apakah gangguan ini menyertai gangguan pendengaran.

3. Rasa pusing berputar (Vertigo)Dapat sebagai keluhan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh. Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dengan gerakan cepat.Apakah keluhan vertigo ini disertai mual, muntah dan rasa penuh ditelinga dan telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin atau disertai keluhan neurologis seperti disartri, gangguan penglihatan yang mungkin letak kelainannya disentral.

Page 24: Sken 2. Otitis Media

Skenario 2 Dewi Arika H.110 2011 075

Kadang keluhan vertigo timbul bila ada kekakuan gerakan otot leher. Penyakit DM, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis dapat menimbulkan keluhan vertigo dan tinnitus.

4. Nyeri dalam Telinga (Otalgia)Bila ada keluhan nyeri didalam telinga, perlu ditanyakan apakah pada telinga kiri atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga dapat berasal dari nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ tersebut.

5. Keluar cairan dari dalam telinga (Otorea)Apakah secret ini keluar dari satu atau kedua telinga, disertai rasa nyeri atau tidak dan sudah berapa lama.Secret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan secret yang banyak dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila bercampur darah, harus dicurigai tumor. Bila bau busuk, curigai kolesteatoma.