sk abies

28
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung. 1 Penyakit skabies telah ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. 2 Wabah skabies di Indonesia pernah terjadi di zaman penjajahan Jepang (1942-1945), kemudian menghilang dan timbul lagi pada tahun 1965. Hingga kini, penyakit tersebut tidak kunjung reda dan insidennya tetap tinggi. Prevalensi penyakit Skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja. 3 Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin, akan tetapi lebih sering ditemukan pada anak -anak usia sekolah dan dewasa muda/remaja. 4 Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita skabies dengan insiden tertinggi pada kelompok usia sekolah (5 -14 tahun) sebesar 54,6% serta penderita berjenis kelamin laki - laki lebih banyak daripada perempuan yakni sebesar 63,4%. 1

Upload: dody-tri-permadi

Post on 19-Dec-2015

271 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sadsa

TRANSCRIPT

Page 1: Sk Abies

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei

varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung.1 Penyakit skabies

telah ditemukan hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi

yang bervariasi.2 Wabah skabies di Indonesia pernah terjadi di zaman penjajahan Jepang

(1942-1945), kemudian menghilang dan timbul lagi pada tahun 1965. Hingga kini,

penyakit tersebut tidak kunjung reda dan insidennya tetap tinggi. Prevalensi penyakit

Skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih

tinggi pada anak dan remaja.3

Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin,

akan tetapi lebih sering ditemukan pada anak -anak usia sekolah dan dewasa

muda/remaja.4 Berdasarkan pengumpulan data Kelompok Studi Dermatologi Anak

Indonesia (KSDAI) tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh

sebanyak 892 penderita skabies dengan insiden tertinggi pada kelompok usia sekolah (5 -

14 tahun) sebesar 54,6% serta penderita berjenis kelamin laki -laki lebih banyak daripada

perempuan yakni sebesar 63,4%. Hal ini sesuai dengan faktor predisposisi pada anak usia

sekolah yang memiliki kemungkinan pajanan di luar rumah lebih besar, dengan anak laki

- laki memiliki frekuensi kegiatan di luar rumah lebih banyak daripada anak perempuan.2

Pasien yang menderita skabies butuh penjelasan tahap demi tahap dalam

menggunakan terapi yang spesifik, dimana pada anggota keluarga yang tidak punya

keluhan dan tidak mengalami kontak langsung dengan penderita juga membutuhkan

pengobatan. Kemudian pasien perlu tahu bagaimana menjaga kebersihan lingkungannya

dan juga termasuk mengelola pakaian, selimut, handuk, lantai, matras, tempat pakaian,

dll.5

1

Page 2: Sk Abies

Berikut ini dilaporkan satu kasus skabies pada seorang laki-laki berusia 14 tahun

yang datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Ambarawa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Skabies

II.1.1. Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi

terhadap tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies disebut juga dengan the itch,

pamaan itch, seven year itch (diistilahkan dengan penyakit yang terjadi tujuh tahunan).

Di Indonesia skabies lebih dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit

ampere, dan gatal agogo.6

II.1.2. Epidemiologi

Di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6 - 27%

dari populasi umum. Berdasarkan pengumpulan data KSDAI tahun 2001 dari 9 rumah

sakit di 7 kota besar di Indonesia, diperoleh sebanyak 892 penderita skabies dimana

insiden tertinggi yaitu pada kelompok usia sekolah (5-14 tahun) sebesar 54,6%.2,3

Berdasarkan data dari Pesantren Oemar Diyan tahun 2005, diperoleh sebanyak

287 (38,5%) penderita skabies dari 745 santri. Di Pesantren Al-Falah tahun 2006,

diperoleh sebanyak 108 (17,3%) penderita skabies dari 625 santri sedangkan di Pesantren

Ulumul Qu’ran, diperoleh 125 (19,2%) penderita skabies dari 650 santri.7

II.1.3. Etiologi

Sarcoptes scabiei var.hominis termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo

Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung, dan

bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.

Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan

yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2

2

Page 3: Sk Abies

pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan

pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.6

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang

terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam

terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali

terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil

meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk

betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas,

biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva

ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan

menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara

8–12 hari.6,8

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva

meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah

menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang

di dalam epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang di tinggalkannya,

sedangkan tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu

kawin dengan tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka masing-masing mereka

akan mati.9

Gambar 1. Siklus Hidup Sarcoptes scabiei10

3

Page 4: Sk Abies

II.1.4. Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena bersalaman atau

bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan

kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman skabies dapat menyebabkan bintil

(papul, gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang

terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan

waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai

dermatitis dengan ditemukannya papul,vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan

dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang

terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.6

II.1.5. Cara Penularan

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,

tidur bersama, dan berhubungan seksual.

2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,

bantal, dan lain-lain.

Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau

kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang

kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara

binatang peliharaan, misalnya anjing.6

II.1.6. Gejala Klinis

Gatal merupakan gejala utama sebelum gejala klinis lainnya muncul. Rasa gatal

biasanya hanya pada lesi tetapi pada skabies kronis gatal dapat dirasakan pada seluruh

tubuh. Pada orang dewasa, gejala yang timbul antara lain ada rasa gatal yang hebat pada

malam hari, ruam kulit yang terjadi terutama di bagian sela-sela jari tangan, bawah

ketiak, pinggang, sekeliling siku, areola mammae, permukaan depan pergelangan tangan,

skrotum, dan penis.11

Pada bayi dan anak-anak, lesi biasanya mengenai wajah, kepala, leher, kulit

kepala, dan telapak kaki. Pada bayi paling umum lesi yang nampak adalah papul-papul

dan vesikopustul. Vesikopustul sering nampak di kulit kepala dan telapak kaki.11

4

Page 5: Sk Abies

Gambar 1. Tempat predileksi

Ada 4 tanda kardinal gejala skabies:

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari oleh karena aktivitas tungau ini lebih

tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga

biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah

perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan

diserang oleh tungau tersebut. Dikenal juga keadaan hiposensitisasi, yaitu seluruh

anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat

sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih

keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata - rata panjang 1 cm, pada ujung

terowongan itu ditemukan papul, atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya

menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya

merupakan tempat dengan st ratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan,

pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola

mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah.

Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

5

Page 6: Sk Abies

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau

lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.6

II.1.7. Diagnosa

Skabies merupakan penyakit yang mudah dan tidak sulit untuk di diagnosis dalam

bidang dermatologi. Tanda kardinal skabies adalah (1) gatal terutama malam hari, (2)

ditemukan lesi kulit yang khas pada tempat predileksi, (3) adanya riwayat anggota

keluarga yang menderita kelainan yang sama, serta (4) ditemukan S. scabiei dalam

berbagai stadium atau skibala pada pemeriksaan mikroskopis.8 Diagnosis skabies

ditegakkan jika dijumpai dua dari empat tanda kardinal tersebut.6

II.1.8. Pembantu Diagnosa

Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui

pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:4

1. Kerokan kulit.

Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula menggunakan

skalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral atau

minyak imersi, diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20x atau 100x

dapat dilihat tungau, telur, atau fecal pellet.

2. Mengambil tungau dengan jarum.

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang

kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang

ujung jarum dan dapat diangkat keluar.

3. Epidermal shave biopsy.

Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk,

dengan hati - hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor 15 yang dilakukan sejajar

6

Page 7: Sk Abies

dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi

perdarahan atau tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi

minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.

4. Kuretase terowongan.

Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula kemudian

kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek atau ditetesi

minyak mineral.

5. Tes tinta Burowi.

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudia segera dihapus dengan alkohol, maka

jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berkelok-kelok, karena

ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada

penderita yang non-koperatif.

6. Tetrasiklin topikal.

Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan

selama 5 menit, hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin akan

berpenetrasi ke dalam melalui kerusakan stratum korneum dan terowongan akan tampak

dengan penyinaran lampu Wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan

sehingga tungau dapat ditemukan.

7. Apusan kulit.

Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat dengan

gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang

sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.

8. Biopsi plong (punch biopsy)

Biopsi berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang perlu

diperhatikan adalah bahwa j umlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12,

7

Page 8: Sk Abies

sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang meradang. Secara umum digunakan

punch biopsy, tetapi epidermal shave biopsy adalah lebih sederhana dan biasanya

dilakukan tanpa anestetik lokal p ada penderita yang tidak kooperatif.

II.1.9. Diagnosa Banding12

1. Prurigo: biasanya berupa papula-papula yang gatal; predileksi pada bagian ekstensor

ekstremitas.

2. Gigitan serangga: biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria

papular

3. Folikulitis: nyeri, efloresensi berupa pustula miliar dikelilingi daerah yang eritema

II.1.10. Pengobatan

Syarat obat yang ideal adalah harus efektif terhadap semua stadium tungau, harus

tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak

atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.6

Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan skabies yaitu:

1. Permetrin.

Dalam bentuk krim 5% sebagai dosis tunggal. Penggunaannya selama 8-12 jam dan

kemudian dicuci bersih -bersih. Obat ini dilaporkan efektif untuk skabies. Pengobatan

pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep

keratolitik. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.1 Tidak

dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.6

2. Malathion.

Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya

diberikan beberapa hari kemudian.1

3. Emulsi Benzil-benzoas (20-25%).

8

Page 9: Sk Abies

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit

diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang - kadang makin gatal setelah dipakai.6

4. Sulfur.

Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10% secara umum aman dan efektif digunakan.

Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari

selama 3 malam.1 Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan

kadang-kadang menimbulkan iritasi.6

5. Monosulfiran.

Tersedia dalam bentuk lotion 25%, yang sebelum digunakan harus ditambah 2-3 bagian

dari air dan digunakan selama 2-3 hari. Selama pengobatan, penderita tidak boleh minum

alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan dan takikardi.1

6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan).

Kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua

stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada

anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat.

Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.6

7. Krotamiton.

Krotamiton 10 % dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua

efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.6

II.1.11. Komplikasi

Komplikasi pada skabies yang sering dijumpai adalah infeksi sekunder, seperti

lesi impetiginosa, ektima, furunkulosis, dan selulitis. Kadang - kadang dapat timbul

infeksi sekunder sistemik, yang memberatkan perjalanan penyakit. Stafilokokus dan

Streptokokus yang berada dalam lesi skabies dapat menyebabkan pielonefritis, abses

interna, pneumonia piogenik, dan septicemia.13

9

Page 10: Sk Abies

II.1.12. Prognosa

Infestasi skabies dapat disembuhkan. Dengan memperhatikan pemilihan dan cara

pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor prediposisi (antara

lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik.4

Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Oleh karena manusia

merupakan penjamu (hospes) definitif, maka apabila tidak diobati dengan sempurna,

Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh pada manusia. Pada individu yang

immunokompeten, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu.6

10

Page 11: Sk Abies

BAB III

LAPORAN KASUS

III.1. Identitas

Nama : An. AB

Usia : 14 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jambu Lor 3/1, Kelurahan Jambu, Kecamatan Jambu

Pekerjaan : Pelajar

No. RM : 072373-2015

III.2. Anamnesis

III.2.1. Keluhan Utama

Pasien merasa gatal.

III.2.2. Keluhan Tambahan

Tidak ada.

III.2.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang pada hari Senin tanggal 12 Januari 2015 ke poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUD Ambarawa dengan keluhan gatal pada hampir seluruh tubuhnya.

Keluhan gatal ini dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Awal mulanya keluhan ini timbul

bentol- bentol kecil pada daerah sela-sela jari tangan dan kaki, kemudian lama

kelamaan menjalar ke lengan, perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai dan

hampir mengenai seluruh tubuh pasien. Gatal membaik jika pasien sehabis mandi dan

bertambah parah saat di malam hari.

III.2.4. Riwayat Penyakit Dahulu

11

Page 12: Sk Abies

Pasien menyangkal adanya keluhan seperti ini sebelumnya. Adanya riwayat alergi

baik makanan maupun obat-obatan, asma, darah tinggi serta diabetes melitus pun

disangkal pasien.

III.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada yang mengalami hal serupa pada keluarganya.

Riwayat alergi baik makanan maupun obat-obatan, asma, darah tinggi, serta diabetes

melitus pada keluarga disangkal pasien.

III.2.6. Riwayat Pengobatan

Pasien mengaku sudah pernah mengobati keluhannya tersebut kepada dokter

umum dan diberikan obat salep dan obat minum berisi antibiotik dan chlorpheniramin

maleat. Pasien mengaku keluhan tidak kunjung sembuh dengan konsumsi obat-obatan

tersebut.

III.3. Riwayat Kehidupan Sosial

Pasien mengatakan tinggal di rumah permanen bersama kedua orang tuanya,

dimana sumber air adalah sumur. Terdapat 1 buah kamar mandi dalam rumah, dan

sampah rumah tangga selalu dibuang ke tempat sampah di luar rumah yang telah

disediakaan.

Pasien merupakan seorang pelajar SMP dan jika di waktu sore hingga malam hari

ada kegiatan mengaji. Pasien mengatakan teman di pengajiannya ada yang mengalami

hal serupa. Dimana mereka sering bertukar-tukar jaket.

III.4. Pemeriksaan Fisik

III.3.1. Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah: 120/85 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Pernapasan : 20 kali/menit

12

Page 13: Sk Abies

Suhu : Afebris

Kepala

Bentuk kepala : Normocephale

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Gigi-Mulut : Lengkap, mulut basah

Leher : KGB tidak membesar

Thoraks

Jantung : Bunyi jantung normal, murmur (-), gallop (-)

Paru : Bunyi napas vesikuler pasa seluruh lapang paru, ronkhi (-)/(-),

wheezing (-)/(-)

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Edema (-)/(-), sianosis (-), capillary refill time <2 detik

III.3.2. Status Dermatologis

Lokasi : Sela jari tangan dan kaki, lengan kanan dan kiri, perut, punggung, lipat

paha, lipat bokong, tungkai kanan dan kiri.

Distribusi : Generalisata

Bentuk : Tidak khas

Susunan : Tidak khas

Batas : Tegas

Ukuran : Miliar - lentikular

Efloresensi : Papul eritema multiple disertai ekskoriasi.

13

Page 14: Sk Abies

III.5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah mencari Sarcoptes scabiei

dewasa, larva, telur atau skibala dari dalam terowongan.

III.6. Resume

Pasien datang dengan keluhan gatal pada hampir seluruh tubuhnya. Keluhan gatal

ini dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Awal mulanya keluhan ini timbul bentol- bentol

kecil pada daerah sela-sela jari tangan dan kaki, kemudian lama kelamaan menjalar ke

lengan, perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai dan hampir mengenai seluruh

tubuh pasien. Gatal bertambah parah saat di malam hari. Pasien mengatakan teman di

pengajiannya ada yang mengalami hal serupa. Dimana mereka sering bertukar-tukar

jaket.

Pada pemeriksaan status dermatologis ditemukan gambaran papul eritema

multiple disertai ekskoriasi. Dengan lokasi pada sela jari tangan dan kaki, lengan kanan

dan kiri, perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai kanan dan kiri. Distribusi

generalisata, bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tegas, serta ukuran miliar –

lentikular.

III.7. Diagnosis

III.7.1. Diagnosis Banding

Prurigo

Dermatitis

III.7.2. Diagnosis Kerja

Skabies

III.8. Tatalaksana

III.8.1. Farmakologis

Sistemik: Anti histamine: Tiriz tablet 1 x 1 pada sore hari

Topikal: Scabimite cream 30 gram dioleskan 1 kali sehari pada malam hari selama

2 hari, selanjutnya pemakaian diulang 1 minggu kemudian. Dengan pengaplikasian

penggunaannya yaitu dioleskan dengan cara sedikit ditekan pada lesi-lesi.

Disarankan setelah menggunakan salep pasien agar mengganti semua pakaiannya.

III.8.2. Non-Farmakologis

14

Page 15: Sk Abies

Edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa penyakit ini disebabkan oleh parasit

dimana penyakit ini berhubungan dengan higienitas. Diterangkan juga bahwa

penyakit ini sangat menular.

Ganti pakaian, handuk, sprei yang telah digunakan, bila perlu direndam dengan air

panas.

Edukasi agar menjaga kebersihan badan pasien dan keluarga.

Kasur, bantal, karpet dan benda-benda lain yang tidak dapat di cuci agar dijemur.

Hindari penggunaan pakaian, handuk, sprei bersama anggota keluarga serumah

serta teman bermain.

Kontrol berobat setelah 7 hari kemudian.

III.9. Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

Quo ad sanationam : Bonam

15

Page 16: Sk Abies

BAB IV

PEMBAHASAN

Skabies umumnya disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes

scabiei yang merupakan tungau kecil. Dari anamnesis didapatkan keluhan gatal pada

hampir seluruh tubuhnya. Gatal ini dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Berawal bentol-

bentol kecil pada daerah sela-sela jari tangan dan kaki, kemudian lama kelamaan menjalar

ke lengan, perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai dan hampir mengenai

seluruh tubuh pasien. Gatal bertambah parah saat di malam hari. Pasien mengatakan

teman di pengajiannya ada yang mengalami hal serupa. Pasien dapat didiagnosis

menderita penyakit skabies, dimana hal ini ssuai dengan teori yang ada bahwa dengan

ditemukannya 2 dari 4 tanda kardinal skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.

Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna dan adanya orang

disekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama.

Pada pemeriksaan status dermatologis sesuai untuk diagnosa skabies, dimana

memiliki gambaran efloresensi papul eritema multiple disertai ekskoriasi. Dengan lokasi

pada sela jari tangan dan kaki, lengan kanan dan kiri, perut, punggung, lipat paha, lipat

bokong, tungkai kanan dan kiri. Distribusi generalisata, bentuk tidak khas, susunan tidak

khas, batas tegas, serta ukuran miliar – lentikular. Hal ini juga sesuai dengan predileksi

terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis.

16

Page 17: Sk Abies

(a).Tempat predileksi (b).Temuan pada pasien

Diagnosis pasti pasien ini ditegakkan dengan menemukan terowongan

(kanalikulus) serta menemukan tungau dewasa, telur, larva, dan skibala Sarcoptes scabiei,

namun karena keterbatasan alat yang ada, pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan.

Berdasarkan dua tanda kardinal yang telah ditemukan, pasien ini diterapi dengan

pengobatan skabies. Tiriz merupakan antihistamin yang memiliki waktu paruh 4-6 jam

dan memiliki efek sedatif ringan. Pada pasien dianjurkan untuk meminum jika masih

gatal, maksimal pemberian 4 kali sehari. Pemilihan Scabimite topikal yaitu Perimetrin,

memiliki tujuan antiparasit spektrum luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu badan serta

anthropoda lainnya. Scabimite bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel

saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi

dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasite. Scabimite dimetabolisir dengan cepat di

kulit. Hasil metabolisme yang bersifat tidak akan segera diekskresikan melalui urine.

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan

memberikan prognosis yang baik.

17

Page 18: Sk Abies

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Telah dilaporkan satu kasus skabies pada seorang laki-laki berusia 14 tahun.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan klinis. Dari anamnesis

didapatkan gatal dimulai sejak 2 minggu yang lalu. Berawal bentol- bentol kecil pada

daerah sela-sela jari tangan dan kaki, kemudian lama kelamaan menjalar ke lengan, perut,

punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai dan hampir mengenai seluruh tubuh pasien.

Gatal bertambah parah saat di malam hari. Dimana tungau kecil ini memiliki aktivitas

berlebih pada suhu yang lebih lembab dan panas. Pasien mengatakan teman di

pengajiannya ada yang mengalami hal serupa. Ini merupakan salah satu faktor risiko

penyebab dari keluhan pasien.

Tanda kardinal skabies adalah (1) gatal terutama malam hari, (2) ditemukan lesi

kulit yang khas pada tempat predileksi, (3) adanya riwayat anggota keluarga yang

menderita kelainan yang sama, serta (4) ditemukan S. scabiei dalam berbagai stadium

atau skibala pada pemeriksaan mikroskopis. Pada pasien ini didapatkan keadaan nomor 1

dan 3.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gambaran klinis pada sela jari tangan dan kaki,

lengan kanan dan kiri, perut, punggung, lipat paha, lipat bokong, tungkai kanan dan kiri.

Dengan gambaran lesi papul eritema multiple dengan ekskoriasi. Distribusi generalisata,

bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tegas, serta ukuran miliar – lenticular.

Gambaran lesi dan predileksi ini sesuai dengan gambaran khas skabies.

Hal terpenting dalam penatalaksanaan skabies adalah pemberantasan tuntas.

Untuk itu diupayakan teman pasien yang menderita penyakit yang sama juga diobati.

Sebaiknya seluruh anggota keluarga juga diobati. Upaya preventif lain yang dapat

dilakukan yaitu menjaga kebersihan individu dan lingkungan.

18

Page 19: Sk Abies

DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000. 109-113 p.

2. Tabri F, Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, Elandri. Infeksi Kulit pada Bayi dan

Anak. Jakarta: FKUI; 2005. 62-78 p.

3. Sungkar S. Majalah Kedokteran Indonesia. Yayasan Penerbit IDI. 1997;47:33–42.

4. Murtiastutik D, Barakbah J, Lumintang H, Martodiharjo S. Buku Ajar Infeksi Menular

Seksual. Surabaya: Airlangga University Press; 2008. 202-208 p.

5. Wolf R, Davidovici B. Treatment of Scabies And Pediculosis: Facts And Controversies.

Clin Dermatol. 2010;28:511–8.

6. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: FKUI;

2010.

7. Muzakir. Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit skabies pada pesantren di

Kabupaten Aceh Besar tahun 2007. [Medan]: Universitas Sumatra Utara; 2008.

8. Stone PS, Goldfarb NJ, Bacelieri ER. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.

USA: The McGraw-Hill; 2003. 2029-2032 p.

9. Graham-Brown, Burns. Lecture Note on Dermatology. 8th ed. Jakarta: Erlangga; 2005.

10. Currie BJ, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. N Engl J Med. 2010;717–

25.

11. Johnston G, Sladden M. Diagnosis And Treatment. Br Med J. 2005;619–22.

12. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2006.

13. Soedarto M, Daili SJ, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J. Infeksi Menular Seksual. 3rd ed.

Jakarta: FKUI; 2005. 179-184 p.

19