sk abies

20
LAPORAN KASUS SKABIES Disusun Oleh : APPENDI HENDRA LAURENSIUS SINAGA (209210185) Pembimbing dr. Dame Maria Pangaribuan Sp.KK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM DR DJASAMEN SARAGIH PEMATANG SIANTAR 2014

Upload: advent-hendra-laurensius-sinaga

Post on 21-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUS

SKABIES

Disusun Oleh :

APPENDI HENDRA LAURENSIUS SINAGA

(209210185)

Pembimbing

dr. Dame Maria Pangaribuan Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ANESTESI

RUMAH SAKIT UMUM DR DJASAMEN SARAGIH

PEMATANG SIANTAR2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Skabies dalam rangka melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Kulit dan kelamin RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar.Dalam kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan rasa terimakasih kepada dr. Dame Maria Pangaribuan, Sp.KK yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama menjalani program Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Kulit dan kelamin dan dalam menyusun tulisan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itulah, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.

Pematangsiantar, 7 Mei 2014

PenulisDAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

1DAFTAR ISI

2BAB I PENDAHULUAN

3BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4

BAB III STATUS PASIEN

12

KESIMPULAN

16DAFTAR PUSTAKA

17BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh VON HEBRA, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh BENOMO pada tahun 1687, kemudian oleh MELLANBY dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II.

Skabies (scabies, dalam bahasa latin = kropeng, kudis, gatal). Skabies pada manusia adalah penyakit infeksi kulit yang sangat gatal yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var hominis. Skabies telah menjadi masalah pada manusia selama lebih dari 2500 tahun, dimulai sejak zaman Romawi. Awalnya, bangsa Romawi menggunakan istilah skabies untuk menyebut segala jenis penyakit kulit yang gatal.

Sekarang ini, istilah skabies menunjukkan lesi kulit yang disebabkan oleh tungau ini. Walaupun sudah dapat diobati, scabies tetap menjadi masalah umum karena sulitnya diagnosa, terapi yang tidak adekuat pada pasien serta kontrol lingkungan yang tidak baik. Skabies adalah great clinical imitator. Spektrum manifestasinya pada kulit dan gejalanya sering menyebabkan keterlambatan diagnosa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya (DERBER 1971).2.2 EPIDEMIOLOGI

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimaksukkan dalam P.H.S (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

Cara Penularan (transmisi)

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual.

2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.

Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.

2.3 ETIOLOGI

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis, selain itu terdapat S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

2.4 PATOGENESIS

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

2.5 GEJALA KLINIS

Ada 4 tanda kardinal :

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarga terkena.3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

2.6 KLASIFIKASI

Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia adalah sebagai berikut :

a. Skabies pada orang bersih.

Merupakan skabies pada orang dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur.

b. Skabies nodular.

Terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha dan aksila. Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga 1 tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti skabies.

c. Skabies incognito.

Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies, sementara infestasi masih ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.

d. Skabies yang ditularkan oleh hewan.

Dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.

e. Skabies Norwegia (Skabies berkrusta).

Lesinya berupa gambaran eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema dan distrofi kuku. Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.

f. Skabies pada bayi dan anak.

Lesi skabies mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.2.7 DIAGNOSA

Diagnosa ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal. Diagnosa pasti dapat ditentukan dengan ditemukan tungau atau telurnya pada pemeriksaan mikroskopis.

2.8 DIAGNOSA BANDING

1. Prurigo

2. Pedikulosis korporis3. Dermatitis

2.9 PENATALAKSANAAN

Umum :

1. Mencuci pakaian, handuk, sprei dan lain-lain, yang dipakai penderita satu minggu sebelum terapi dimulai dan satu minggu setelah terapi dengan air panas.

2. Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan.

3. Jangan memakai pakaian atau handuk bersama-sama.

4. Menghindari orang-orang yang terkena.

5. Semua anggota keluarga harus dievaluasi dan diterapi walaupun tidak ada keluhan atau gejala (penderita yang hiposensitisasi).

Khusus :

a. Topikal

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini tidak efektif dalam stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangan yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.2. Emulsi benzyl-benzoat (20-25%) efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering timbul iritasi, dan kadang semakin gatal setelah dipakai.3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal, harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.5. Permetrin, obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies karena efek toksisitasnya sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam penggunaanya sangat kecil. Permetrin tersedia dalam bentuk krim 5% yang diaplikasikan selama 8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan.b. Sistemik1. Pada Norwegian skabies atau skabies yang tidak memberi respon dengan pengobatan topikal dapat diberikan Invermectin oral dengan dosis 200g/kgBB single dose.

2. Terapi simptomatik dapat diberikan antihistamin oral untuk mengurangi gatal dan antibiotik bila ada infeksi sekunder.2.10 PROGNOSIS

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene), maka penyakit ini dapat di berantas dan memberi prognosa baik.

BAB III

STATUS PASIENI. Identitas PasienNama

: Raymond Umur

: 38 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-lakiSuku/Bangsa

: Batak/Indonesia

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Simangonai, Tanah Jawa Tanggal Kunjungan: 21 April 2014II. Anamnesa Pasien

Keluhan utama: Gatal dan bercak-bercak kemerahan diseluruh tubuh.Telaah: Awalnya gatal-gatal dan timbul bercak-bercak kemerahan pada kaki, ketiak, tangan bagian pusat dan kelamin. Keluhan dirasakan sejak 5 bulan yang lalu, awalnya dirasakan berawal dari kelamin kemudian meluas sampai kebagian tubuh yang lain seperti ketiak, tangan dan kaki. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan menyebabkan os sering terbangun hampir setiap malam.RPT

: Tidak ada

RPO

: Tidak ada

III. Status Dermatologi

Gambaran ruam

IV. DIAGNOSA BANDING1. Skabies

2. Prurigo

3. Pedikulosis korporis

4. Dermatitis

5. Gigitan Serangga

Diagnosa : Skabies

V. TERAPI

Adapun terapi nya adalah :

1. Pinetarson Gel

2. Scabinate cr

3. Cetrizim 1x1

VI. Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan cara pemakaian obat maka prognosanya baik.VII. PEMBAHASAN

Dari anamnese didapatkan gatal-gatal dan timbul bercak-bercak kemerahan pada tangan, kaki, pusat dan kelamin. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Os sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit ini dan pada keluarga juga tidak ada yg pernah mengalami penyakit seperti yang diderita os tersebut.

Prognosis dari skabies yang diderita os pada umumnya baik bila diobati dengan benar dan juga menghindar faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga sebaliknya

KESIMPULAN1. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya.

2. Penularannya dengan 2 cara, yaitu kontak langsung dan kontak tak langsung.

3. Pada penderita skabies ditemukan 4 tanda kardinal, yaitu pruritus nocturna, menyerang manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau.

4. Bentuk kelainan kulit pada skabies yaitu ditemukannya papul, vesikel, erosi, ekskoriasi, krusta dan lain-lain, serta bermanifestasi klinis dalam berbagai variasi. Bila infeksi sekunder telah terjadi dapat disebabkan bakteri yang ditandai dengan munculnya pustul maupun timbulnya gejala infeksi sistemik.

5. Penanganan yang menjadi pilihan utama adalah permetrin 5% topikal yang dioleskan di kulit 8-12 jam serta edukasi pasienDAFTAR PUSTAKA1. Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Ed 5. Jakarta: FK UI;2007.hal 393-413

2. Kimberly A Workowski.STD Treasment Guidelines.[Online].;2010[cited 2014 April 26].Avaolable from: http://www.cdc.gov3. Siregar R S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:EGC;2006. hal 301-305.

4. Benson Ralp C, Pernoll Martin. Buku Saku Obsteri dan Ginekologi.Ed 9.Jakarta:EGC;2008.hal 606-610

5. J Linda , Heffner, Schust Danny J. At a Glance Sistem Reproduksi.Ed 2.hal 102

6. Daili Emmy S. Sjamsoe, Linuwih Menaldi Sri, Wisnu I Made. Penyakit Kulit yang Umum Di Indonesia.Sebuah panduan gambar. Jakarta:PT Medical Multimedia Indonesa;2005. Hal 47-48