siti sulanjari nim: 1113025100050 program studi ilmu...
TRANSCRIPT
IMPLMENTASI KODE ETIK PUSTAKAWAN DI LINGKUNGAN UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh:
SITI SULANJARI
NIM: 1113025100050
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H/2017 M
i
ABSTRAK
Siti Sulanjari (1113025100050), Implementasi Kode Etik Pustakawan di
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi di bawah bimbingan
Fahma Rianti, M.Hum. Jakarta: Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kode etik
pustakawan dan kendala dari implementasi kode etik pustakawan. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Sampel penelitian ini adalah pustakawan fungsional UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan total 25 orang, sedangkan Penarikan sampel menggunakan total
sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kajian kepustakaan dan
angket/kuesioner. Pengolahan data menggunakan rumus persentase sederhana.
Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa (1) pustakawan cukup baik dalam
mengimplementasikan kode etik pustakawan dari aspek sikap dasar pustakawan,
hubungan dengan pemustaka, hubungan dengan pustakawan, dan hubungan
dengan perpustakaan. Selain itu pustakawan juga kurang baik dalam
mengimplementasikan kode etik pustakawan dari aspek hubungan pustakawan
dengan organisasi dan hubungan pustakawan dengan masyarakat. (2) kendala-
kendala yang dihadapi dalam implementasi kode etik pustakawan di lingkungan
UIN Syarif Hidayatullah adalah kurangnya sosialisasi. Selain itu kendala lainnya
yaitu kode etik kalah dengan kebijakan. Sanksi terhadap pelanggaran kode etik
tidak tegas. Pustakawan belum melihat kode etik pustakawan baik lisan maupun
tulisan. Kode etik pustakawan tidak konsisten dalam pelaksanaannya.
Kata Kunci: Kode Etik, Pustakawan, Profesi, Perpustakaan Perguruan Tinggi.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Shalawat serta salam penulis
sampaikan bagi junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya. Karena, berkat rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat
menghadapi segala kendala dan menyelesaikan skripsi berjudul “Implementasi
Kode Etik Pustakawan di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak kekurangan dan
keterbatasan ilmu yang dimiliki, sehingga skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun tentunya
penulis butuhkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Dalam pelaksanaan
penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fahma Rianti, M.Hum, selaku Dosen pembimbing Skripsi yang telah
iii
berkenan meluangkan waktu, tenaga, masukan, ilmu, serta kesabaran
selama proses penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mencurahkan ilmunya yang sangat bermanfaat bagi masa depan penulis
nantinya.
6. Seluruh pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah jakarta yang
telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian.
7. Bapak T. Syamsul Bahri, SH, M.Si selaku Ketua I Ikatan Pustakawan
Indonesia (IPI) yang telah memberikan ilmu dan informasinya dalam
penelitian penulis.
8. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil kepada penulis. Terimakasih juga atas didikan, bimbingan, dan
pengorbanannya sampai saat ini. Kesabaran dan untaian do’a yang tak
pernah putus yang mereka berikan untuk penulis hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman “kejers” tercintah dan seperjuangan, Hilda Safitri,
Fathiyatul Rizkiyah, Tia MW, Fitri Vebiyanti, Novi Anggraini, Putri
Wulandari, Gadis Shela Mutia, Najema Farhani, Riska Meidiana, Muthia
Marisda Nihda, Mega Apriani. Terimakasih pula kepada seluruh teman-
teman Jurusan Ilmu Perpustakaan 2013 terutama IPI B yang telah
bersama-sama berjuang menyelesaikan kuliah S1, semoga sukses untuk
kita semua. Amin.
iv
10. Teman-teman KKN Better yang banyak memberikan pengalaman selama
KKN.
11. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi, yang tidak dapat diucapkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan
terimakasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT
membalas segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis. Amin.
v
DAFTAR ISI
ABTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ....................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 6
D. Definisi Istilah ........................................................................................ 7
E. Sistematika Penulisan ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi ............................................................. 10
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi ....................................... 10
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ............................................ 11
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ........................... 13
B. Etika ....................................................................................................... 16
1. Pengertian Etika ................................................................................. 16
C. Profesi .................................................................................................... 17
1. Pengertian Profesi .............................................................................. 17
2. Ciri-Ciri profesi ................................................................................. 18
D. Etika Profesi ........................................................................................... 20
1. Prinsip-Prinsip Etika Profesi ............................................................. 20
E. Kode Etik ............................................................................................... 22
F. Pustakawan ............................................................................................. 24
G. Kode Etik Pustakawan ........................................................................... 30
vi
H. Substansi Kode Etik Pustakawan ........................................................... 34
I. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................. 44
B. Sumber Data ........................................................................................... 45
1. Data Primer ........................................................................................ 45
2. Data Sekunder ................................................................................... 45
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 45
1. Populasi ............................................................................................. 45
2. Sampel ............................................................................................... 46
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 46
E. Teknik Pengolahan Data ........................................................................ 47
F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 48
G. Tempat dan Jadwal Penelitian ................................................................ 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta ............................. 50
1. Sejarah Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .......... 50
2. Visi, Misi dan Tujuan Perpustakaan .................................................. 53
3. Sumber Daya Manusia (SDM) .......................................................... 55
B. Hasil Penelitian ...................................................................................... 56
1. Analisis Identitas Responden ............................................................. 56
2. Hasil Penelitian Implementasi Kode Etik Pustakawan di Lingkungan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ....................................................... 62
a. Kode Etik Pustakawan Indonesia ................................................. 62
a) Sikap Dasar Pustakawan ......................................................... 62
b) Hubungan Dengan Pemustaka ................................................ 66
c) Hubungan Antar Pustakawan .................................................. 69
d) Hubungan Dengan Perpustakaan ............................................ 72
e) Hubungan Pustakawan Dengan Organisasi Profesi ................ 75
vii
f) Hubungan Pustakawan Dengan Masyarakat ........................... 76
b. Kendala Terkait Implementasi Kode Etik Pustakawan di
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................. 78
c. Pembahasan ................................................................................ 79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 85
B. Saran ....................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Penelitian ........................................................................ 49
Tabel 2 Golongan & Pangkat ................................................................. 56
Tabel 3 Jabatan Responden .................................................................... 58
Tabel 4 Jenis Kelamin ............................................................................ 59
Tabel 5 Pendidikan ................................................................................. 59
Tabel 6 Latar Belakang Pendidikan ....................................................... 60
Tabel 7 Kategori Anggota IPI ................................................................ 60
Tabel 8 Pengetahuan Responden Terkait Kode Etik Pustakawan........... 61
Tabel 9 Memenuhi Harapan dan Kebutuhan Informasi ......................... 62
Tabel 10 Mempertahankan Keunggulan dan Kompetensi ........................ 63
Tabel 11 Membedakan Tugas Profesi Dengan Kepentingan Pribadi ....... 63
Tabel 12 Tindakan dan Keputusan Berdasarkan Pertimbangan
Profesional ................................................................................. 64
Tabel 13 Mampu Menghindarkan Diri dari Bentuk Penyalahgunaan
Wewenang ................................................................................. 65
Tabel 14 Memberikan Senyum dan Salam Kepada Pemustaka ............... 66
Tabel 15 Mengakses Informasi yang Tak Terbatas .................................. 66
Tabel 16 Menyadari Bahwa Pustakawan Tidak Bertanggung Jawab
Terhadap Informasi yang Telah Diakses.................................... 67
Tabel 17 Mampu Melindungi Hak Privasi Pemustaka.............................. 68
Tabel 18 Mengakui Hak Milik Intelektual ................................................ 68
xi
Tabel 19 Mengembangkan Pengetahuan dan Keterampilan Melalui Kegiatan
Seminar ..................................................................................... 69
Tabel 20 Bekerjasama Dengan Pustakawan Lain dalam Mengembangkan
Kompetensi ............................................................................... 70
Tabel 21 Mampu Memelihara dan Memupuk Hubungan Kerjasama yang
Baik Antara Sesama Rekan ....................................................... 70
Tabel 22 Memiliki Kesadaran Tinggi Akan Perannya, Memiliki Loyalitas
Terhadap Tugasnya, Menghargai Profesi Pustakawan .............. 71
Tabel 23 Menjaga Nama Baik dan Martabat Rekan ................................. 72
Tabel 24 Aktif dalam Kegiatan Jasa Kepustakawanan ............................. 72
Tabel 25 Pustakawan Bertanggung Jawab Terhadap Pengembangan
Perpustakaan .............................................................................. 73
Tabel 26 Mengembangkan Kerjasama Semua Jenis Perpustakaan ........... 74
Tabel 27 Membayar Iuran Keanggotaan Secara Disiplin ......................... 75
Tabel 28 Mengikuti Kegiatan Organisasi Sesuai Kemampuan dan dengan
Penuh Tanggung Jawab.............................................................. 75
Tabel 29 Bekerjasama Dengan Organisasi Lain di Masyarakat ............... 76
Tabel 30 Mengembangkan Kebudayaan di Masyarakat ........................... 77
Tabel 31 Kendala dalam Implementasi Kode Etik Pustakawan ............... 78
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kode Etik Pustakawan Indonesia
Lampiran 2 Kuesioner
Lampiran 3 Tugas Menjadi Dosen Pembimbing
Lampiran 4 Izin Penelitian Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan informasi yang semakin pesat mengakibatkan tugas
lembaga yang bergerak dalam bidang informasi dan perpustakaan menjadi
semakin berat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, perpustakaan harus
lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan sumber dana dan sumber
daya manusia. Berdasarkan SK Menpan No. 132 tahun 2003 dinyatakan
bahwa perpustakaan itu adalah unit kerja yang memiliki sumber daya
manusia, ruangan khusus dan koleksi bahan pustaka sekurang-kurangnya
terdiri dari 1000 judul dari berbagai disiplin ilmu yang sesuai dengan jenis
perpustakaan yang bersangkutan dan dikelola menurut sistem tertentu.1
Perpustakaan merupakan salah satu alat media untuk mendapatkan
informasi dan tentu saja sebuah perpustakaan tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya tanpa adanya media dan sumber daya manusia
yaitu pustakawan.
Perpustakaan membutuhkan pustakawan sebagai pengelola
hidupnya perpustakaan, sebaliknya pustakawan membutuhkan
perpustakaan sebagai tempat keilmuan yang dimilikinya yang terwujud
1 Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
132/KEP/M.PAN/12/2002/Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya
(Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2003), p. 4.
2
dalam hubungan pekerja dan tempat kerja. Pustakawan menjadi tulang
punggung dan penopang geraknya perpustakaan. Untuk itu, pustakawan
dituntut selalu membina diri, menambah ilmu pengetahuan dan
keterampilan, serta wawasan kepustakawanan yang lebih luas.
Sebagaimana menurut Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun
2007 Bab 1 Pasal 1, menyatakan bahwa yang dimaksud pustakawan
adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan.2
Pustakawan sebagai sebuah profesi juga tidak lepas dari tuntutan
untuk memenuhi kode etik yang ada. Dalam sebuah diskusi ilmiah
kepustakawanan indonesia, Sudarsono mengemukakan bahwa seiring
dengan perkembangan teknologi bidang kepustakaan, mutu pelayanan
perpustakaan pun dituntut semakin baik. Oleh karena itu, layanan dari
pustakawan juga diharapkan semakin profesional dengan menguasai
pengetahuan ilmu perpustakaan dan informasi, disamping menjalankan
etika dengan cara bergabung melalui organisasi profesi.3
Organisasi profesi merupakan syarat mutlak bagi suatu profesi,
peran yang diemban oleh organisasi profesi salah satunya adalah
mengawasi kegiatan dan tingkah laku para anggota profesi dengan cara
2 Indonesia, Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2007), p. 4. 3 Gusti, ‗Pustakawan Perlu Mengetahui Kode Etik Profesi‘
<http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4135> [accessed 29 January 2017].
3
menyusun kode etik, tata tertib bagi para anggotanya, lengkap dengan
sanksi-sanksi yang diperlukannya. Kode etik adalah seperangkat standar
aturan tingkah laku, yang berupa norma-norma yang dibuat oleh organisasi
profesi yang diharapkan dapat menuntun anggotanya dalam menjalankan
peranan dan tugas profesinya dalam masyarakat.
Kode etik profesi dibuat secara tertulis, sistematis, tegas dan jelas
sehingga mudah dipahami oleh setiap anggota. Disusunnya kode etik
pustakawan adalah untuk mengembangkan dan mengarahkan
perkembangan profesi pustakawan. Dengan demikian, kode etik pada
dasarnya sangat dibutuhkan oleh pustakawan sebagai landasan kerja dan
pedoman tingkah laku pustakawan serta sebagai sarana kontrol sosial yang
berdampak pada masyarakat, sehingga mengangkat citra perpustakaan dan
pustakawan itu sendiri.4
Kode etik pustakawan merupakan tujuan awal bagi para
pustakawan dalam melakukan tugasnya di tempat pustakawan bekerja.
Sikap saling menghargai, saling menghormati dan saling tolong menolong
merupakan simbol yang diterapkan dalam kode etik pustakawan. 5 Kode
etik akan menjadi pegangan, tuntunan moral dan rujukan bagi setiap
pustakawan Indonesia.
4 Sutina Kusnan Tirayoh, Sylvia Posumah Rogi, and Stevi S. Sumendap, ‗Persepsi
Pustakawan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia Di Badan Perpustakaan Arsip Dan
Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara‘, E-Journal Acta Diurna, Vol. 4.5 (2015), pp. 1–6. 5 Sinda Agniken and Malta Nelisa, ‗Penerapan Kode Etik Pustakawan Di Perpustakaan
Universitas Negeri Padang‘, Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, Vol. 4.1 (2015),
pp. 1–11.
4
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai perpustakaan Perguruan Tinggi memiliki peran yang besar dalam
menunjang pelaksanaan pendidikan, penelitian serta perannya sebagai
penyedia berbagai informasi bagi masyarakat civitas akademika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Disamping itu yang menjadi visi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah ingin menjadi Universitas bertaraf dunia
(World Class University), untuk itu pustakawan diharapkan memahami
dan menerapkan kode etik pustakawan dengan baik.
Pustakawan dilingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdiri
dari pustakawan yang berada di perpustakaan pusat dan perpustakaan
seluruh fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pustakawan
tersebut mempunyai tugas yang kompleks dalam upaya memenuhi
kebutuhan informasi pengguna dan memberikan pelayanan yang prima
kepada pengguna. Dengan demikian, tugas tersebut sudah seharusnya
dilakukan dengan maksimal sesuai pedoman yang diterapkan yaitu sesuai
dengan kode etik pustakawan. Karena tingkah laku atau sikap pustakawan
diawasi oleh adanya kode etik pustakawan untuk dapat melaksanakan
tugas dengan professional, serta pustakawan dituntut untuk memiliki etika
agar tercipta interaksi yang harmonis dan suasana kerja yang kondusif
mengingat etika erat kaitannya dengan keberadaan manusia sebagai
individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat.
Keberadaan kode etik pustakawan sangat penting bagi pustakawan
di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan adanya kode etik
5
tersebut, pustakawan memiliki alat untuk dijadikan sebagai pedoman
untuk memahami tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sehari-
hari, karena kinerja yang sesuai dengan standar dapat meningkatkan
kualitas kerja dan status profesi pustakawan di masyarakat. Oleh karena
itu, sudah seharusnya pustakawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
melaksanakan pekerjaannya secara profesional berdasarkan kode etik
pustakawan, namun pada pelaksanaan di lapangan terkait dengan tingkah
laku pustakawan dalam menjalankan tugas profesinya ada yang belum
sesuai dengan kode etik pustakawan. Meskipun ada beberapa juga
pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah
mengetahui dan memahami terkait kode etik pustakawan, namun penulis
tidak mengetahui apakah kode etik tersebut sudah diterapkan atau belum
di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga perlu diketahui
sejauh mana kode etik pustakawan telah dijalankan dan menjadi pedoman
pustakawan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
profesional di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.
Oleh karena itu, penulis memandang perlu bagi pustakawan di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengimplementasikan
kode etik pustakawan agar dapat melaksanakan tugasnya secara
professional, sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas,
maka penulis tertarik untuk mengetahui implementasi kode etik
pustakawan. Untuk itu penulis memberi judul penelitian ini dengan
6
“Implementasi Kode Etik Pustakawan di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar penelitian ini tidak meluas
dan lebih terarah dengan jelas maka penulis memberikan pembatasan
masalah yang akan diteliti terkait implementasi kode etik pustakawan dan
kendala dari implementasi kode etik pustakawan.. Kode etik pustakawan
yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada kode etik yang
ditetapkan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) tahun 2015-2018.
Dari penjelasan pembatasan masalah diatas, maka penulis
menetapkan rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi kode etik pustakawan di lingkungan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta?
b. Apa yang menjadi kendala implementasi kode etik pustakawan di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pada hakekatnya tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan
jawaban sebagai pemecahan masalah. Adapun tujuan dilakukannya
penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengetahui implementasi kode etik pustakawan di lingkungan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
b. Mengetahui kendala implementasi kode etik pustakawan di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi pustakawan, sebagai pedoman tingkah laku dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari.
b. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi untuk membahas masalah
penelitian yang sama dan menambah pengetahuan pembaca mengenai
kode etik pustakawan.
c. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman peneliti dalam bidang ilmu
perpustakaan dan informasi.
D. Definisi Istilah
a. Implementasi
Implementasi merupakan sesuatu hal yang bermuara pada aksi,
aktivitas, tindakan serta adanya mekanisme dari suatu sistem.
Implementasi tidak hanya sekedar aktivitas monoton belaka, tetapi
merupakan suatu kegiatan yang terencana secara baik yang berguna
untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Etika
Etika adalah ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah
laku manusia, mana yang dapat dikatakan baik dan mana yang tidak
baik.
8
c. Kode Etik
Kode etik merupakan sistem norma, nilai-nilai, dan aturan profesional
yang secara tegas biasanya tertulis dan menyatakan apa yang benar
dan apa yang baik. Kode etik menjadi pedoman apa yang harus
dilakukan oleh seorang profesional dan apa yang harus dihindari.
d. Pustakawan
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang
diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
e. Kode Etik Pustakawan
Kode etik pustakawan merupakan panduan perilaku semua anggota
pustakawan Indonesia dalam melaksanakan tugasnya dibidang
kepustakawanan.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini, penulis
menguraikan secara sistematis pembahasan kedalam lima bab, sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi
istilah, dan sistematika penulisan.
9
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisi landasan teori dan tinjauan pustaka tentang
hal-hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti baik dari
buku-buku maupun sumber lain yang terkait penelitian ini,
serta penelitian terdahulu.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian,
sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan
data, teknik pengolahan dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan
yang berkaitan dengan implementasi kode etik pustakawan
di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari penyajian hasil penelitian
yang dikemukakan oleh penulis, dan penulis memberikan
saran-saran yang merupakan masukan dan sumbangan
pemikiran penulis.
10
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Perguruan Tinggi
1. Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tinggi yang layanannya
diperuntukkan bagi civitas akademika perguruan tinggi yang
bersangkutan. Perpustakaan perguruan tinggi, sesuai dengan buku
pedoman (2006) memiliki berbagai fungsi yaitu fungsi edukasi, fungsi
informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi, fungsi deposit
dan fungsi interpretasi.6
Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan salah satu jenis
perpustakaan yang paling banyak memberikan kontribusi dalam hal
penyebaran informasi ilmiah di bidang pendidikan. Perpustakaan
perguruan tinggi juga memiliki peran penting dalam rangka membantu
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat).7
Sedangkan menurut Sutarno bahwa perpustakaan perguruan
tinggi yang mencangkup universitas, sekolah tinggi, institut, akademi,
6 M. Arif Hakim, ‗Peran Etika Kerja Islam Dalam Meningkatkan Kinerja Pustakawan Pada
Perpustakaan Perguruan Tinggi‘, Jurnal Perpustakaan Libraria, Vol. 2.2 (2014), pp. 83–100. 7 Nurlaila, ‗Peranan Promosi Perpustakaan Dalam Peningkatan Layanan Perpustakaan
Perguruan Tinggi‘, Jurnal Iqra, Vol. 3.1 (2009), pp. 18–30.
11
dan lain sebagainya. Perpustakaan tersebut berada di lingkungan
kampus. Pemustakanya adalah civitas akademik perguruan tinggi
tersebut, kemudian tugas dan fungsinya yang utama adalah menunjang
proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Tri
Dharma Perguruan Tinggi). Dalam pengelola dan penanggung
jawabnya adalah perguruan tinggi yang bersangkutan. Sementara itu
bentuk lembaga perpustakaan tersebut bervariasi. Untuk tingkat
universitas disebut Unit Pelaksana Teknis (UPT), selanjutnya ada
perpustakaan fakultas, perpustakaan jurusan, perpustakaan program
pascasarjana, dan pengembangan, inovasi, serta rekayasa ilmu
pengetahuan.8
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di
lingkungan perguruan tinggi yang turut membantu tugas perguruan
tinggi dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
2. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi yang berada di perguruan tinggi
tentunya mempunyai tujuan yakni sebagai penyedia jasa layanan
informasi yang meliputi pengumpulan, pelestarian, pengolahan,
pemanfaatan dan penyebaran informasi sehingga dapat dimanfaatkan
pengguna, penyediaan fasilitas yang mendukung dalam memenuhi
8 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Sagung Seto,
2006), pp. 35–36.
12
kebutuhan informasi civitas akademika, pemberian berbagai jasa
informasi serta pengembangan mutu perguruan tinggi pada tempatnya
bernaung.9
Menurut Sulistyo-Basuki dalam jurnalnya Triana Santi, tujuan
perpustakaan perguruan tinggi adalah:
a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi,
lazimnya staf pengajar dan mahasiswa.
b. Menyediakan bahan pustaka rujukan pada semua tingkat akademis.
c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemustaka.
d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pemakai.10
Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Perguruan Tinggi dijelaskan tujuan perpustakaan perguruan tinggi,
sebagai berikut:
a. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh
para civitas akademika bagi kelancaran program pengajaran di
perpustakaan perguruan tinggi.
b. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya yang diperlukan untuk
penelitian sejauh dana tersedia.
c. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai
sejarah, yang dihasilkan oleh civitas akademik.
9 Mubasyaroh, ‗Pengaruh Perpustakaan Bagi Peningkatan Mutu Pendidikan Perguruan
Tinggi‘, Jurnal Libraria, Vol. 4.1 (2016), pp. 77–103. 10
Triana Santi, ‗Membangun Citra Pustakawan IAIN- SU Medan‘, Jurnal Iqra’, Vol. 8.01
(2014), pp. 75–80.
13
d. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian
perpustakaan.
e. Menyediakan tenaga yang cukup serta penuh dedikasi untuk
melayani kebutuhan pemustaka perpustakaan dan bila perlu mampu
memberikan pelatihan penggunaan perpustakaan.
f. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan
program perpustakaan.11
Dapat disimpulkan bahwa tujuan perpustakaan perguruan tinggi
adalah melaksanakan tugasnya sebagai penyedia pelayanan informasi,
yaitu: pengumpulan informasi, pengolahan informasi, pemanfaatan
informasi, penyebaran informasi, serta pemeliharaan atau pelestarian
informasi serta menyediakan berbagai fasilitas penunjang untuk
mempermudah pemustaka dalam mendapatkan informasi yang
diinginkan.
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Tugas dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi merupakan
segala sesuatu yang harus dijalankan, dilakukan dan diterapkan agar
visi dan misi perpustakan dapat tercapai.
Sejalan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, peran dan fungsi
perpustakaan perguruan tinggi sangat dominan dalam menunjang
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut. Adapun fungsi
perpustakaan perguruan tinggi, yaitu:
11
Depdiknas RI, Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional RI, 2004), p. 47.
14
1. Sebagai pendukung keberhasilan pendidikan. Perpustakaan
mengusahakan tersedianya fasilitas untuk keperluan belajar dan
mengajar di perguruan tinggi, tersedianya bahan pustaka untuk
keperluan penelitian oleh para civitas akademika.
2. Perpustakaan sebagai penghubung antara bahan pustaka yang berupa
informasi dengan para pemakai jasa perpustakaan, memberitahu para
pemakai jasa perpustakaan akan tersedianya informasi.
3. Sebagai tempat riset atau penelitian. Hal ini dimungkinkan karena
dalam perpustakaan terdapat berbagai tulisan, data hasil penemuan,
dan pimikiran para ahli.
4. Perpustakaan menyediakan bahan rekreasi bagi para pembaca. Misal
novel, majalah hiburan yang kita sediakan di perpustakaan, agar
dapat memberikan sedikit hiburan kepada para civitas akademika
yang mungkin jenuh mencari informasi sepanjang hari, jenuh dengan
beratnya pelajaran atau tugas-tugas baik rutin maupun temporer.
5. Menyediakan fasilitas ruang baca dan perabot perpustakaan yang
nyaman, sehingga dapat dirasakan oleh pengguna dengan baik dan
terdorong untuk melakukan pekerjaan membaca.12
Menurut Sulistyo Basuki, bahwa tugas perpustakaan perguruan
tinggi yaitu:
12
anwar syamsuddin, ‗Manajemen Dan Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi Dalam
Sistem Kredit Semester (SKS) & Sumber Belajar‘, Al-Maktabah, Vol. 2.2 (2000), pp. 121–128.
15
a. Melaksanakan pemilihan bahan pustaka yang sesuai dengan
kebutuhan para pemustaka perpustakaan yaitu mahasiswa atau
pengajar serta pihak lain yang membutuhkan informasi.
b. Mengolah bahan pustaka yang tersedia sehingga dengan mudah
dapat dipergunakan oleh pemustaka.
c. Menyelenggarakan peminjaman bahan pustaka dengan cara yang
efisien.
d. Membantu para pemustaka perpustakaan untuk mendapatkan dan
memakai bahan pustaka yang diperlukannya dalam bentuk program
bimbingan penggunaan perpustakaan yang bersifat resmi maupun
secara perorangan.
e. Menyelenggarakan kerja sama antar perpustakaan dengan
memanfaatkan sistem jaringan informasi yang ada dalam rangka
meluaskan cakupan koleksi dan pelayanan informasi masing-masing
perpustakaan.13
Berdasarkan penjelasan dari Sutarno, bahwa keberadaan, tugas,
dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah dalam rangka
melaksanakan Tri Dharma perguruan Tinggi, meliputi pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perpustakaan perguruan
tinggi juga disebut dengan “research library” atau perpustakaan
13
Sulistyo Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1994), p. 67.
16
penelitian karena fungsi utamanya sebagai sarana meneliti, dan meneliti
merupakan salah satu kegiatan utama di perguruan tinggi.14
Dapat disimpulkan bahwa tugas dan fungsi perpustakaan
perguruan tinggi yaitu untuk melayani kebutuhan informasi para
pemustaka di lingkungan perguruan tinggi.
B. Etika
1. Pengertian Etika
Kata etika berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu ―ethikos‖ yang
berarti ―timbul dari kebiasaan‖ adalah cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar
dan penilaian moral. Etika mencangkup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika juga
diartikan sebagai ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentang
yang baik dan yang buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik.15
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas moral. Dari pandangan normatif, etika
adalah serangkaian prinsip-prinsip moral yang memisahkan hal yang
baik dan hal yang buruk serta apa yang harus dilakukan dan tidak harus
dilakukan oleh seseorang. Menurut Satyagraha, etika adalah nilai-nilai
14
Sutarno NS, Perpustakaan Dan Masyarakat (Jakarta: Sagung Seto, 2006), p. 46. 15
Dyah Pravitasari, ‗Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Islam Di Indonesia‘, Jurnal
AN-NISBAH, Vol. 01.02 (2015), pp. 86–110.
17
dan norma-norma moral dalam suatu masyarakat. Karenanya etika
diartikan sebagai moralitas.16
Sedangkan menurut Bertens, bahwa kata ―etika‖ dirumuskan
dalam tiga arti, yaitu pertama, kata ―etika‖ bisa dipakai dalam arti nilai-
nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, ―etika‖
berarti kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah
kode etik. Ketiga, ―etika‖ mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau
buruk.17
C. Profesi
1. Pengertian Profesi
Dalam kamus Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan atau pelatihan
keahlian tertentu.18
Dengan pengertian lainnya bahwa profesi merupakan pernyataan
atau janji terbuka, profesi itu mengandung unsur pengabdian, dan
profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan. Profesi merupakan
pernyataan atau janji terbuka, maksudnya bahwa pernyataan yang
dinyatakan oleh seseorang profesional tidak sama dengan suatu janji
yang dikemukakan oleh seseorang yang bukan profesional. Pernyataan
16
Koenta Adji Koerniawan, ‗Etika Profesi Dalam Problematika Di Era Competitif Menurut
Sisi Pandang Akuntan Publik‘, Jurnal Modernisasi, Vol. 9.1 (2013), pp. 49–64. 17
K. Bertens, Etika (Yogyakarta: Kanisius, 2013), p. 5. 18
H. Sapril, ‗Profesionalisme Pustakawan‘, Jurnal Iqra’, Vol. 06.02 (2012), pp. 36–39.
18
profesional mengandung makna yang sungguh-sungguh keluar dari
lubuk hatinya, pernyataan demikian mengandung norma-norma atau
nilai-nilai yang etis.19
2. Ciri-Ciri Profesi
Menurut Robert W. Richey sebagaimana dikutip oleh Suharsimi
Arikunto, memberi batasan ciri-ciri yang terdapat pada profesi, yakni:
1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal
dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
2. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta
mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
3. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap
dan cara kerja.
4. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
5. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan pelayanan, disiplin diri
dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.
6. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan
kemandirian.
7. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang
anggota yang permanen.20
Profesi memang berkaitan erat dengan bidang atau jenis pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian, sehingga tidak setiap pekerjaan
19
Anwar Syamsuddin, ‗Profesi Pustakawan Dan Etika Profesi‘, Al-Maktabah, Vol. 4.1
(2002), pp. 37–44. 20
Nurmalina, ‗Eksistensi Dan Kompetensi Pustakawan‘, Jurnal Tamaddun, Vol. XV.1
(2015), pp. 224–237.
19
yang memberi layanan atau jasa pada masyarakat dengan sendirinya
dapat disebut profesi. Ciri-ciri yang selalu melekat pada profesi, yaitu:
1. Adanya Pengetahuan Khusus
Profesi selalu mengandalkan adanya suatu pengetahuan atau
keterampilan khusus yang dimiliki oleh sekelompok orang yang
profesional untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Keahlian
dan keterampilan ini biasanya dimiliki berkat pendidikan, pelatihan
dan pengalaman.
2. Adanya Kaidah dan Standar Moral yang Tinggi
Setiap profesi pada umumnya selalu ditemukan adanya suatu aturan
dalam mengemban atau menjalankan profesi yang biasanya disebut
dengan kode etik. Kode etik ini harus dipenuhi dan ditaati oleh
semua anggota profesi yang bersangkutan.
3. Mengabdi Kepada Kepentingan Masyarakat
Orang-orang yang mengemban suatu profesi, meletakkan
kepentingan pribadinya di bawah kepentingan masyarakat karena
hanya merekalah yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus di
bidang itu, keahlian dan keterampilan itu selayaknya diabdikan bagi
kepentingan masyarakat.
4. Ada Izin Khusus untuk bisa Menjalankan Suatu Profesi
Izin khusus bertujuan untuk melindungi masyarakat dari pelaksanaan
profesi yang tidak bertanggung jawab, wujud dari izin ini dalam
kerangka yang luas bisa berbentuk sumpah atau pengukuhan resmi di
20
depan umum, yang berhak memberi izin adalah negara sebagai
penjamin tertinggi dari kelompok masyarakat, tetapi juga bisa
kelompok ahli dibidang yang bersangkutan melalui pengujian dan
pemeriksaan sehingga orang tersebut dianggap dapat diandalkan
dalam melaksanakan profesinya.
5. Kaum Profesional biasanya menjadi Anggota dari Suatu Organisasi
Profesi
Tujuan dari suatu organisasi adalah menjaga keluhuran profesi,
tujuan pokoknya adalah agar menjaga standar keahlian dan
keterampilan, kode etik tidak dilanggar, pengabdian kepada
masyarakat tidak luntur.21
D. Etika Profesi
1. Prinsip-prinsip Etika Profesi
Etika profesi merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-
aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh organisasi profesi
yang meliputi kepribadian, kecakapan profesional, tanggung jawab,
pelaksanaan kode etik serta penafsiran dan penyempurnaan kode etik.22
21
H Burhanuddin Salam, Etika Sosial: Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia (Jakarta:
Rineka Cipta, 1997), p. 139. 22
Fildzah Syahmina and Bambang Suryono, ‗Pengaruh Pengalaman, Etika Profesi,
Objektifitas Dan Time Deadline Pressure Terhadap Kualitas Audit‘, Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi, Vol. 5.4 (2016), pp. 2–20.
21
Tujuan dari etika adalah untuk mengatur hubungan timbal balik
antara kedua belah pihak, yakni antara anggota kelompok atau anggota
masyarakat yang melayani dan dilayani.23
Dalam Code of Professional ethics, suatu etika profesi menuntut
memiliki prinsip-prinsip yang menjadi bagian dari kewajiban moral
anggotanya yang berupa:
a. Respect for rights and dignity of the person, yaitu prinsip yang selalu
menghormati hak dan martabat manusia.
b. Competence, yaitu kemampuan atau keahlian yang sesuai dengan
bidang kerja yang ditekuni.
c. Responsibility, yaitu tanggung jawab dalam setiap pelaksanaan
tugas-tugas.
d. Integrity, tidak terpisah-pisah antara hak dan kewajiban, selalu ada
keseimbangan antara tuntutan hak dan pelaksanaan kewajiban
disetiap tugasnya.
Sedangkan prinsip-prinsip etika profesi menurut Keraf dalam
bukunya Rismawaty tentang Kepribadian & Etika Profesi, antara lain:
a. Tanggung jawab, keputusan yang diambil dan hasil dari pekerjaan
tersebut harus baik serta dapat dipertanggung jawabkan sesuai
dengan standar profesi, efektif dan efisien.
23
Soekidjo Notoatmojo, Etika Dan Hukum Kesehatan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), p. 30-
34.
22
b. Kebebasan, para profesional memiliki kebebasan dalam menjalankan
profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi tetap memiliki
komitmen dan bertanggungjawab dalam batas-batas aturan yang
telah ditentukan oleh kode etik sebagai standar perilaku profesional.
c. Kejujuran, jujur dan setia serta merasa terhormat pada profesi yang
disandangnya, mengakui akan kelemahannya dan tidak
menyombongkan diri, serta berupaya untuk mengembangkan diri
dalam mencapai kesempurnaan bidang keahlian dan profesinya
melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
d. Keadilan, dalam menjalankan profesinya, maka setiap profesional
memiliki kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran
terhadap hak atau mengganggu milik orang lain, lembaga atau
organisasi, hingga mencemarkan nama baik bangsa dan negara.
e. Otonomi, seorang profesional memiliki kebebasan secara otonom
dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan
dan kemampuannya.24
E. Kode Etik
Kode etik adalah norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap
profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di
masyarakat. Norma ini berisi petunjuk tentang apa yang boleh dan tidak
24
Rismawaty, Kepribadian & Etika Profesi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), pp. 59–60.
23
boleh diperbuat oleh anggota profesi dalam menjalankan tugas
profesinya.25
Prinsip etika profesi merupakan suatu standar yang dapat
dilakukan oleh setiap orang sehingga terhindar dari perbuatan-
perbuatan yang tidak profesional. Maka the American Library
Association (ALA) memberikan rambu-rambu kompetensi dalam kode
etik, yang mengandung suatu amanat bahwa kode etik sesungguhnya
mengarahkan pustakawan untuk mencapai hal sebagai berikut:
1. Memiliki tanggung jawab untuk menjaga asas-asas perpustakaan.
2. Melindungi privasi pengguna perpustakaan
3. Kecakapan profesional, yaitu bekerja keras untuk memelihara dan
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
4. Kerjasama, jujur, adil, dan menghormati kepentingan orang lain.
5. Bekerja secara profesional, membedakan sikap pribadi dengan
kewajiban profesi, serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi
pengguna dalam bidang informasi.
6. Menghormati hak-hak orang lain, mengakui karya orang lain, dan
menjujung tinggi harkat dan martabat semua orang.26
Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik, yaitu:
1. Kode etik memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi sebagai
suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
25
Rismalinda, Etika Dan Hukum Kesehatan (Jakarta: Trans Info Media, 2011), pp. 16–17. 26
American Library Association, ‗A Code of Ethics for Librarians‘, American Library
Association, RQ, Vol. 14.1 (1974), p. 27 <http://www.jstor.org/stable/41353966> [accessed 18
May 2017].
24
2. Kode etik merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat bahwa
etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada
masyarakat agar dapat memahami arti pentingnya suatu profesi.
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.27
F. Pustakawan
Pustakawan merupakan salah satu sumber daya yang
menggerakkan sumber daya lain dalam organisasi perpustakaan yang
memungkinkan perpustakaan dapat berperan secara optimal di dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, sehingga pustakawan
menjadi ujung tombak keberhasilan dalam penyebarluasan informasi di
perpustakaan. Pustakawan mempunyai tugas dan tanggungjawabnya
untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.28
Pustakawan adalah profesi yang secara fungsional sudah diakui
pemerintah sejak tahun 1988. Di era global ini mempunyai kesempatan
sekaligus tantangan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
sesuai harapan masyarakat. Oleh karena itu kinerja yang tinggi dari
pustakawan sangat diperlukan dalam mewujudkan pelayanan prima,
menuju pemerintahan yang baik (good govermance), dan daya saing
tinggi di era global. Kinerja tinggi karena telah mempunyai ―core
competencies‖, yang berdampak pada pengakuan profesi pustakawan
27
Julia, ‗Kode Etik Bidang Informasi Teknologi: Etika Profesi‘
<http://julia.staff.ipb.ac.id/kode-etik-bidang-information-teknologi-etika-profesi/> [accessed 11
March 2017]. 28
Perpustakaan Universitas Brawijaya, ‗Mengenal Profesi Pustakawan‘
<http://lib.ub.ac.id/berita/mengenal-profesi-pustakawan/> [accessed 24 July 2017].
25
berupa sertifikasi profesi pustakawan. kompetensi sebagai modal
intelektual pustakawan di perpustakaan mengingat fungsi perpustakaan
sebagai pengelola pengetahuan.29
Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas yang mencangkup
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku di dalam suatu
organisasi.30
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indoinesia Nomor 9 tahun 2014 tentang
jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya menyatakan bahwa
pada pasal 1 yang dimaksud dengan pustakawan adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan. Jabatan fungsional
pustakawan adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melaksanakan kegiatan
kepustakawanan.31
Jenjang jabatan fungsional pustakawan terdiri dari dua kelompok,
yaitu kelompok pustakawan Tingkat Terampil dan kelompok Tingkat
Ahli. Pustakawan tingkat terampil adalah pustakawan yang memiliki
dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya
29 Sri Rumani, ‗Sertifikasi Profesi Pustakawan Berbasis Kinerja Sebagai Upaya
Menghadapi Era Global‘, Media Pustakawan: Media Komunikasi Antar Pustakawan, Vol. 21.2
(2014), pp. 4–44. 30
Ninis Agustini Damayanti, ‗Kompetensi Dan Sertifikasi Pustakawan: Ditinjau Dari
Kesiapan Dunia Pendidikan Ilmu Perpustakaan‘, Media Pustakawan, 18.3 & 4 (2011), p. 20. 31
Perpustakaan Nasional RI, Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya
(Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2015), p. 5.
26
Diploma (D2) perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi atau Diploma
bidang lain yang disetarakan. Pustakawan tingkat terampil terdiri dari:
a. Pustakawan Pelaksana
b. Pustakawan Pelaksana Lanjutan
c. Pustakawan Penyelia
Pustakawan tingkat ahli merupakan pustakawan yang memiliki
dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya
sarjana (S1) perpustakaan, dokumentasi dan informasi atau sarjana
bidang lain yang disetarakan. Pustakawan tingkat ahli terdiri dari:
a. Pustakawan Pertama
b. Pustakawan Muda
c. Pustakawan Madya
d. Pustakawan Utama.32
Di era globalisasi ini, setiap peran yang diemban seseorang
mengharuskannya memegang teguh prinsip-prinsip profesionalisme.
Demikian pula dengan pustakawan, profesionalisme diperlukan agar
keberadaannya selalu dibutuhkan karena mampu memberi makna dan
32
Menpan RI, ‗Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka Kreditnya‘
<https://docs.google.com/file/d/0B1tBfQivvAZETjRCZDg0UzdXWDA/edit> [accessed 22 June
2017].
27
arti yang luas. Profesionalisme merupakan sebuah sikap, moralitas dan
komitmen tinggi untuk menjadi yang terbaik dibidangnya.33
Ciri-ciri profesional seorang pustakawan dapat dilihat
berdasarkan karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan, dan keahlian
yang mumpuni dalam bidangnya.
2. Memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.
3. Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerjasama.
4. Senantiasa berorientasi pada jasa dan menjunjung tinggi kode etik
pustakawan.
5. Senantiasa melihat ke depan atau berorientasi pada masa depan.
Ikatan Pustakawan Indonesia lebih menekankan pada profesionalisme
dan membina kemampuan intelektualitas pustakawan dalam rangka ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara untuk mewujudkan
masyarakat pembelajar sepanjang hayat.34
Seorang pustakawan ideal dan profesional perlu juga dibuktikan
dengan sikap dan nilai yang melekat pada dirinya. Dalam lokakarya
pengembangan Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan di
Indonesia, yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar IPI, The British
33
Dwi Surtiawan, ‗Membangun Profesionalitas Pustakawan Indonesia‘
<http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2014/MEMBANGUN%20PROFESIONALITAS%20P
USTAKAWAN%20INDONESIA.pdf> [accessed 22 July 2017]. 34
Teguh Yudi Cahyono, ‗Profesi Pustakawan Dan Eksistensinya‘
<http://digilib.um.ac.id/index.php/Artikel-Pustakawan/profesi-pustakawan-dan-
eksistensinya.html> [accessed 8 March 2017].
28
Counsil dan Perpustakaan Nasional di Jakarta tanggal 9-11 Agustus
1994, merumuskan profil pustakawan Indonesia sebagai berikut:
1. Aspek Profesional
Pustakawan profesional selain berpendidikan formal ilmu
perpustakaan, juga dituntut gemar membaca, terampil, kreatif,
cerdas, tanggap, berwawasan luas, berorientasi ke depan, mampu
menyerap ilmu lain, objektif (berorientasi pada data), generalis di
satu sisi, tetapi memerlukan disiplin ilmu tertentu dipihak lain,
berwawasan lingkungan, mentaati etika profesi pustakawan,
mempunyai motivasi tinggi, berkarya di bidang kepustakawanan,
dan mampu melaksanakan penelitian serta penyuluhan.
2. Aspek Kepribadian dan Perilaku
Pustakawan Indonesia harus bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, bermoral pancasila, mempunyai tanggung jawab sosial dan
kesetiakawanan, memiliki etos kerja yang tinggi, mandiri, loyalitas
tinggi terhadap profesi, luwes dan simpatik, terbuka terhadap kritik
dan saran, selalu siaga dan tanggap terhadap kemajuan dan
perkembangan ilmu dan teknologi, berdisiplin tinggi dan
menjunjung tinggi etika pustakawan Indonesia.35
Ada beberapa makna profesi pustakawan menurut Heriyanto,
yakni:
35
M. Ali Nur Hasan Islami, ‗Peran Pustakawan Sebagai Pekerja Profesional, Sebagai
Anggota Profesi Dan Sebagai Makhluk Sosial‘ <http://digilib.isi-ska.ac.id/wp-
content/uploads/2015/12/Pustakawan-sebagai-Mahluk-sosial.pdf> [accessed 8 March 2017].
29
1. Pustakawan Sebagai Penolong
Profesi pustakawan sifatnya adalah memberikan pelayanan kepada
pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yang
dibutuhkan.
2. Pustakawan Sebagai Pendidik
Bahwa pustakawan mengajarkan seseorang dari kondisi awal tidak
tahu menjadi tahu melalui program literasi informasi yang diadakan
di perpustakaan.
3. Pustakawan Sebagai Teman Diskusi
Di perguruan tinggi, Seorang pustakawan dengan pengetahuannya
yang luas dan dengan keterampilan komunikasi yang baik, dapat
menjadi teman diskusi bagi para mahasiswa.
4. Pustakawan Sebagai Pembimbing
Sebagai pustakawan di perguruan tinggi, pustakawan kerapkali
berperan juga sebagai pembimbing mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi atau tugas akhir, walaupun tidak secara formal.
5. Pustakawan Sebagai Fasilitator Informasi
Tanggung-jawab pustakawan tidak hanya terbatas pada lingkup
mencari, mengelola, dan melestarikan informasi tetapi pustakawan
juga bertanggung jawab agar informasi-informasi dapat sampai
kepada pengguna yang membutuhkan.36
36
Heriyanto, Pawit M. Yusuf, and Agus Rusmana, ‗Makna Dan Penghayatan Profesi
Pustakawan: Studi Fenomenologis Terhadap Para Pustakawan Pada Perpustakaan Perguruan
Tinggi‘, Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan, Vol. 1.2 (2013), pp. 147–156.
30
G. Kode Etik Pustakawan
Kode etik pustakawan adalah panduan perilaku dan kinerja semua
anggota pustakawan Indonesia dalam melaksanakan tugasnya dibidang
kepustakawanan.37
Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dalam AD/ART serta
kode etik pustakawan Indonesia menyatakan bahwa kode etik
pustakawan Indonesia merupakan:
1. Aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap pustakawan dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pustakawan.
2. Etika profesi pustakawan yang menjadi landasan moral yang
dijunjung tinggi, diamalkan, dan diamankan oleh setiap pustakawan.
3. Ketentuan yang mengatur pustakawan dalam melaksanakan tugas
kepada diri sendiri, sesama pustakawan, pemustaka, masyarakat, dan
negara.
Kemudian, kode etik profesi pustakawan juga mempunyai tujuan,
yakni:
1. Membina dan membentuk karakter pustakawan
2. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial
3. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antar sesama
anggota dan antara anggota dengan masyarakat
37
Risno Mbonuong, ‗Imlementasi Kode Etik Pustakawan Dalam Meningkatkan Kualitas
Kinerja Pelayanan Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi
Sulawesi Utara‘, Journal, Vol. II.4 (2013), pp. 1–13.
31
4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan
mengangkat citra pustakawan. 38
Sedangkan tujuan kode etik pustakawan menurut Rachman
Hermawan dan Zulfikar Zen, yaitu untuk:
a. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, bangsa dan negara, sebagai makhluk ilahi, serta warga negara
yang baik, dengan dituntun oleh kode etik.
b. Menjaga martabat pustakawan. Adalah tugas anggota untuk selalu
menjaga martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan
nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat
c. Meningkatkan mutu profesi pustakawan, untuk dapat memberikan
layanan kepustakawanan kepada masyarakat, maka anggota profesi
berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui
pendidikan formal, non-formal atau informal.
d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan
informasi kepada masyarakat, maka pustakawan sebagai pekerja
informasi harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang
diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.39
Kode etik pustakawan di Armenia yang didasarkan pada standar
etika yang diakui secara internasional, menyatakan bahwa hubungan
38
Ikatan Pustakawan Indonesia, Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Serta
Kode Etik Ikatan Pustakawan Indonesia 2015-2018 (Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan
Indonesia, 2015), pp. 28–32. 39
Hermawan and Zen, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik
Pustakawan Indonesia, p. 84.
32
seorang pustakawan dan pengguna didasarkan untuk saling
menghormati, tanpa membedakan ras, kebangsaan, status sosial,
pendapat politik, agama, jenis kelamin, dan perbedaan usia.40
Kode etik pustakawan yang diadopsi oleh Dewan Nasional
Asosiasi Pustakawan Prancis mengungkapkan bahwa pustakawan
ditugaskan oleh masyarakat, baik sipil maupun swasta untuk menjawab
kebutuhan di masyarakat. Pustakawan berkomitmen kepada pengguna
untuk menghormati semua pengguna dan memberikan masing-masing
layanan yang sama.41
Pustakawan sebagai sebuah profesi, telah memiliki kode etik
sebagai sebuah bentuk aturan norma dan nilai yang menjaga
pustakawan agar tetap bekerja dan berjalan dalam koridor
profesionalisme. Idealnya, pustakawan harus menunjukkan
eksistensinya sebagai sebuah profesi dengan memberikan layanan dan
rasa puas kepada masyarakat, terutama pemustaka. Dalam kode etik
pustakawan, telah diatur bagaimana seharusnya pustakawan bersikap,
baik terhadap koleksi, pemustaka, rekan sejawat, maupun masyarakat.
Meskipun Kode etik merupakan aturan, rambu-rambu yang dapat
menunjukkan arah ketika dengan sungguh-sungguh digunakan atau
diterapkan. Namun demikian penerapan kode etik ini sama halnya
dengan menerapkan suatu aturan yang memiliki konsekuensi. Ini
40
Dewan Eksekutif Asosiasi, ‗Kode Etik Pustakawan‘
<https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/armenia.pdf> [accessed 22 July 2017]. 41
Dewan Nasional Asosiasi Pustakawan Prancis, ‗Kode Etik Pustakawan‘
<https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/france.pdf> [accessed 22 July 2017].
33
mengisyaratkan bahwa kode etik tidak dengan mudah dapat diterapkan
tanpa mengalami suatu kendala.
Kendala-kendala dalam penerapan kode etik diantaranya adalah:
1. Kode etik tidak populer karena kurangnya sosialisasi
Tidak populer istilah yang menyatakan bahwa sesuatu objek tidak
dikenali dengan baik.
2. Kode etik kalah dengan kebijakan (birokrasi)
Bahwa lembaga atau instansi tempat pustakawan bekerja memiliki
birokrasi atau sistem kekuasaan sendiri yang juga berwenang atas
pengambilan kebijakan.
3. Tidak meratanya jenjang pendidikan pustakawan
Pendidikan menjadi unsur penting bagi jenjang karir seseorang
dalam dunia kerja dan juga penting untuk menuntukan tingkat
pemahaman seseorang terhadap sesuatu.
4. Pustakawan tidak membaca kode etik karena dianggap tidak penting
Kode etik dikenal sebatas nama saja, dan tidak sedikit pustakawan
yang tidak memperhatikan substansinya, yang terpenting baginya
adalah bekerja sebaik-baiknya dan memenuhi standar angka kredit
untuk kenaikan pangkat.
34
5. Sanksi terhadap pelanggaran kode etik tidak tegas
kode etik dibuat untuk dipatuhi oleh pustakawan, tetapi sanksi
terhadap pelanggaran kode etik tidak tegas. 42
H. Substansi Kode Etik Pustakawan
Kode etik pustakawan di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan
Pustakawan Indonesia, Isi dari kode etik pustakawan tersebut sebagai
berikut:43
1. Sikap pustakawan Indonesia mempunyai pegangan tingkah laku
yang harus dipedomani:
a. Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat
pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada
khususnya.
b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi
mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan.
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup
pribadi dan tugas profesi.
d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya, berdasarkan
pertimbangan profesional.
e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil
keuntungan kecuali atas jasa profesi.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia bahwa arti dari
penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan
42 Panti Astuti, ‗Budaya Organisasi Dan Kode Etik Pustakawan Dalam Implementasinya‘,
Jurnal Iqra’, Vol. 9.1 (2015), pp. 57–73. 43
Ikatan Pustakawan Indonesia, pp. 29–31.
35
menyalahgunakan; penyelewengan: kekayaan yang diperolehnya
adalah hasil penyalahgunaan jabatannya.44 Sedangkan Hermawan
dan Zen mengungkapkan bahwa Pustakawan menghindarkan diri
dari menyalahgunaan fasilitas perpustakaan untuk kepentingan
pribadi, rekan sekerja, dan pengguna tertentu, kewajiban tersebut
bermakna sebagai larangan kepada pustakawan agar tidak
melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).45
f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik
dalam ucapan maupun perbuatan.
Dalam perpustakaan, pelayanan berkualitas merupakan
tujuan utama dalam memenuhi kebutuhan pemustaka akan
informasi yang beragam, oleh karena itu dari pelayanan tersebut
akan terbentuk upaya pemenuhan keinginan pemustaka. Salah
satu kriteria dalam memberikan pelayanan yang baik yang perlu
mendapat perhatian yaitu memberikan layanan yang mencangkup
pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat yang dapat
dipercaya yang dimiliki oleh seorang pustakawan.46
44
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‗Arti Kata Penyalahgunaan‘
<http://www.kamuskbbi.id/kbbi/artikata.php?mod=view&Penyalahgunaan&id=49418-arti-
maksud-definisi-pengertian-Penyalahgunaan.html> [accessed 22 July 2017]. 45
Hermawan and Zen, Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik
Pustakawan Indonesia, p. 120. 46
Bintarto, ‗Menciptakan Pelayanan Yang Berkualitas‘ <Bintarto, ‗Menciptakan Pelayanan
Yang Berkualitas‘ <http://library.perbanas.ac.id/news/menciptakan-pelayanan-yang-
berkuwalitas.html> [accessed 25 July 2017].
36
2. Hubungan dengan Pemustaka:
a. Pustakawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi.
Pustakawan menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa
memandang ras, agama, status sosial, ekonomi, politik, gender,
kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
b. Pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi
penggunaan informasi yang yang diperoleh dari perpustakaan.
Menurut Suwarno bahwa informasi yang diakses oleh
pemustaka tidak dapat dideteksi oleh pustakawan. pemustaka juga
dengan leluasa dapat menggunakan informasi yang diaksesnya
untuk kepentingannya tanpa harus diketahui oleh pustakawan
sebagai pengelola informasi di perpustakaan.47
c. Pustakawan berkewajiban melindungi hak privasi pemustaka, dan
kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari.
Menurut Asosiasi Perpustakaan di Jepang bahwa untuk
memastikan kebebasan orang membaca, pustakawan harus
menghormati kerahasiaan masing-masing pengguna
perpustakaan, dan tidak boleh membocorkan namanya atau
rincian buku atau bahan pustaka lainnya yang digunakan oleh
pengguna serta harus menolak semua tekanan untuk
melakukannya kecuali sebagaimana dipersyaratkan sesuai hukum
47
Wiji Suwarno, Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan (Yogyakarta: AR-Ruzz
Media, 2010), p. 119.
37
tertentu. Tugas ini dilakukan oleh semua anggota staf, baik
profesional maupun non-profesional.48
Ada aspek hukum terkait hak privasi pengguna,
sebagaimana peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan
Data Pribadi dalam Sistem Elektronik menyatakan bahwa data
pribadi adalah data perseorangan tertentu yang disimpan, dirawat,
dan dijaga kebenaran serta dilindungi kerahasiaannya. Sedangkan
privasi merupakan kebebasan pemilik data pribadi untuk
menyatakan rahasia atau tidak menyatakan rahasia data
pribadinya, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.49
d. Pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.
Hak milik intelektual atau hak kekayaan intelektual adalah
hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreatifitas
intelektual. Objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya
yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia,
karya tersebut memiliki kekuatan hukum yang dilindungi.50
Menurut Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
48
Asosiasi Perpustakaan Jepang, ‗Kode Etik Pustakawan‘
<https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/japan.pdf> [accessed 25 July 2017]. 49
Menteri komunikasi dan Informatika, Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem
Elektronik (Jakarta: Kementrian Komunikasi dan informatika, 2016), p. 2. 50
Emma Valentina Teresha Senewe, ‗Efektifitas Pengaturan Hukum Cipta Dalam
Melindungi Karya Seni Tradisional Daerah‘, Jurnal LPPM Bidang EkoSosBudKum, 2.2 (2015),
pp. 12–23.
38
Cipta menyatakan bahwa hak cipta merupakan kekayaan
intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang
mempunyai peranan strategis dalam mendukung pembangunan
bangsa dan memajukan kesejahteraan umum sebagaimana
diamanatkan oleh UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945.51
3. Hubungan Antar Pustakawan:
a. Pustakawan berusaha mencapai keunggulan dalam profesinya
dengan cara memelihara dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
b. Pustakawan bekerjasama dengan pustakawan lain dalam upaya
mengembangkan kompetensi profesional pustakawan, baik
sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia bahwa kerjasama
ialah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang
(lembaga, pemerintah, dsb) untuk mencapai tujuan bersama.52
c. Pustakawan memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang
baik antara sesama rekan.
Salah satu faktor yang dapat menunjang tercapainya
perusahaan, institusi/ lembaga atau organisasi adalah kerjasama
51
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, ‗Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentak Hak Cipta‘ <http://peraturan.go.id/uu/nomor-28-tahun-2014.html> [accessed 27 July
2017]. 52
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‗Arti Kata Kerjasama‘
<http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=kerja&varbidang=all&vardialek=all&varragam
=all&varkelas=all&submit=tabel> [accessed 23 July 2017].
39
tim. Kerjasama antar karyawan atau pustakawan akan
berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkannya, karena
melakukan kerjasama tim maka pekerjaan yang dihasilkan akan
lebih cepat sehingga membina kerjasama tim yang efektif dalam
perusahaan, institusi/ lembaga atau organisasi adalah suatu
keharusan. Kerjasama tim yang dilakukan dianggap mampu
menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan bekerja
secara individu.53
d. Pustakawan memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap
Korps Pustakawan secara wajar.
e. Pustakawan menjaga nama baik dan martabat rekan, baik didalam
maupun diluar kedinasan.
Salah satu ciri profesional yaitu memiliki tanggung jawab
profesi dan integritas pribadi yang tinggi baik terhadap dirinya
maupun terhadap publik, pimpinan, organisasi/ perusahaan dan
senantiasa menjaga martabat serta nama baik diri, perusahaan,
rekan kerja maupun bangsa dan negaranya.54
4. Hubungan dengan Perpustakaan:
a. Pustakawan ikut aktif dalam perumusan kebijakan menyangkut
kegiatan jasa kepustakawanan.
53
Wahyu Kusuma Pratiwi and Dwiarko Nugrohoseno, ‗Pengaruh Kepribadian Terhadap
Kerjasama Tim Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan‘, Jurnal Ilmu Manajemen, 2.3
(2014), pp. 1117–1129. 54
Syerli Haryati, ‗Etika Profesi Public Relation: Profesionalisme Praktisi Humas‘
<http://mercubuana.ac.id/file/FakultasIlmuKomunikasi/Hubungan%20Masyarakat/Syerli%20Haya
ti%20%20Etika%20Profesi%20Public%20Relations%20%5B42024%5D/PPT%20Etika%20Profe
si%20PR%20%5BTM3%5D.pdf>> [accessed 25 July 2017].
40
b. Pustakawan bertanggung jawab terhadap pengembangan
perpustakaan.
c. Pustakawan berupaya membantu dan mengembangkan
pemahaman serta kerjasama semua jenis perpustakaan.
Kerjasama perpustakaan secara umum dapat diartikan suatu
kegiatan beberapa perpustakaan secara bersamaan dalam
melaksanakan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang sama dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugasnya.55
5. Hubungan Pustakawan dengan Organisasi Profesi:
a. Membayar iuran keanggotaan secara disiplin.
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) adalah organisasi profesi
pustakawan dan perpustakaan. Dalam AD/ART IPI dana
organisasi diperoleh dari iuran keanggotan. Iuaran tersebut
digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang di programkan oleh
IPI.56
b. Mengikuti kegiatan organisasi sesuai kemampuan dengan penuh
tanggung jawab.
Organisasi adalah suatu wadah yang didalamnya ada proses
kerjasama sejumlah manusia terikat dalam hubungan secara
formal untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.57
55
Elysa, ‗Peraturan Dan Kerjasama Antar Perpustakaan‘ <Elysa, ‗Peraturan Dan Kerjasama
Antar Perpustakaan‘ <http://elysa.log.fisip.uns.ac.id/2014/12/12/peraturan-dan-kerjasama-antar-
perpustakaan/> [accessed 24 July 2017]. 56
Ikatan Pustakawan Indonesia, p. 14. 57
Sakdiah, ‗Karakteristik Manajemen Organisasi Islam‘, Jurnal Al-Bayan, 20.29 (2014),
pp. 60–78.
41
c. Mengutamakan kepentingan organisasi diatas kepentingan
pribadi.
Pustakawan adalah individu yang syarat dengan
kepentingan pribadi. Konsekuensi ketika pustakawan telah
bergabung dengan organisasi, ia dituntut untuk mengutamakan
kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadinya.58
6. Hubungan Pustakawan dengan Masyarakat:
a. Pustakawan bekerjasama dengan anggota komunitas dan
organisasi yang sesuai berupaya meningkatkan harkat dan
martabat kemanusiaan serta komunitas yang dilayaninya.
b. Pustakawan berupaya memberikan sumbangan dalam
pengembangan kebudayaan di masyarakat.
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama dilakukan oleh Amrih Peni, mahasiswi
Universitas Indonesia tahun 2012 yang berjudul ―Persepsi Pustakawan
Terhadap Kode Etik pustakawan Indonesia: Studi Kasus di Perpustakaan
universitas Indonesia‖. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
persepsi pustakawan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar perilaku
pustakawan di perpustakaan Universitas Indonesia sudah mencerminkan
58
Suwarno, Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan, p. 124.
42
implementasi dari kode etik pustakawan walaupun para pustakawan
kurang memahami isi kode etik pustakawan secara tekstual.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah tujuan
penelitian sebelumnya terkait persepsi pustakawan terhadap kode etik
pustakawan. Sedangkan tujuan penelitian penulis terkait implementasi dan
kendala kode etik pustakawan. Metode penelitian sebelumnya
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fonomenologi
sedangkan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif.
Penelitian kedua dilakukan oleh Maya Arbina Br Ginting,
mahasiswi Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014 yang berjudul
―Penerapan Kode Etik Pustakawan pada Perpustakan Politeknik Negeri
Medan‖. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kode
etik pustakawan sudah diterapkan dalam melaksanakan pekerjaaan oleh
pustakawan di perpustakaan POLMED. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif, populasi penelitian adalah keseluruhan pegawai
perpustakaan POLMED berjumlah 12 orang, teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling, pengumpulan data dilakukan dengan
kuesioner dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan kode etik pustakawan pada perpustakaan POLMED sudah
diterapkan karena pustakawan POLMED sudah memahami kode etik
pustakawan dan menerapkan dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi masih
ada beberapa bagian dari kode etik pustakawan yang belum dilaksanakan
43
secara maksimal yaitu masih ada pustakawan yang menyalahgunakan
kedudukan atau jabatannya untuk mengambil keuntungan dan hanya
sedikit pustakawan yang tetap mengembangkan ilmunya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah tempat
penelitian, jika pada penelitian sebelumnya melakukan penelitian di
perpustakaan di Politeknik Negeri Medan, maka penelitian penulis
melakukan penelitian di perpustakaan lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Perbedaan lainnya adalah terkait populasi penelitian yakni
keseluruhan pegawai perpustakaan POLMED yang berjumlah 12 orang,
meskipun metode penelitiannya sama yakni dengan menggunakan metode
deskriptif dan teknik pengambilan sampel juga sama, dengan
menggunakan total sampling. Sedangkan penelitian penulis, yang menjadi
populasi penelitian adalah pustakawan yang menduduki jabatan fungsional
pustakawan di perpustakaan lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang berjumlah 25 orang.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif, yaitu penelitian tentang fenomena sosial tertentu dengan
menganalisa dan menginterpretasikan data yang ada dan penelitian yang
bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa
adanya.59 Penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan
cukup dari semua aktifitas, objek, proses, dan manusia. Jika
memungkinkan dan dianggap tepat, penelitian deskriptif ini dapat
dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik.60
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena
yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya.61
59
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori Dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa Dan Peneliti Pemula (Jakarta: STIA-LAN, 1999), p. 60. 60
Sulistyo-Basuki, Metode Penelitian (Jakarta: Penaku, 2010), p. 110. 61
Subana M and (Sudrajat), Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia,
2001), p. 26.
45
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian.62 Data
primer ini bersumber dari responden langsung yang ditemui di
lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada pustakawan
fungsional lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-
dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah), atau
seseorang mendapat informasi dari ―orang lain‖.63 Data diperoleh dari
beberapa literatur-literatur, buku-buku, artikel dan dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan unit pengamatan atau tentang
informasi yang diinginkan.64 Dengan kata lain populasi merupakan
keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
pustakawan fungsional lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
62
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), p.
19. 63
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), p. 87. 64
Sugiyanto, Analisis Statistika Sosial (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), p. 14.
46
25 orang. Data ini penulis peroleh dari laporan jumlah pustakawan
fungsional yang ada di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari keseluruhan populasi
yang akan diteliti. Adapun teknik penentuan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu total sampling. Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
Menurut Arikunto, apabila sampelnya kurang dari 100, maka diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.65
Dalam penelitian ini, melihat jumlah populasi sebanyak 25 orang,
maka semua anggota populasi dijadikan sampel penelitian yaitu
sebanyak 25 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk
mendapatkan informasi atau data-data yang diperlukan dalam penelitian
ini, sebagai berikut:
1. Kajian Kepustakaan (Library Research), dalam kajian kepustakaan ini
penulis mengumpulkan dan mempelajari sumber-sumber literatur
seperti buku, jurnal, artikel dan sumber kepustakaan lain yang
berkaitan dengan topik yang diteliti.
2. Penelitian Lapangan (Field Research), penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data secara langsung ke lapangan, sebagai berikut:
65
Suharsimi Arikunto, Metodelogi Penelitian (Yogyakarta: Bina Aksara, 2006), p. 116.
47
a. Kuesioner/Angket
Kuesionar merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.66
Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah
pernyataan menyangkut fakta dan pendapat responden. Responden
pada penelitian ini adalah pustakawan fungsional yang ada di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Teknik Pengolahan Data
1. Tahap Pemeriksaan
Kuesioner atau angket yang terkumpul kemudian diperiksa
kelengkapan data dan jawaban angket untuk menghindari adanya
kemungkinan kesalahan dalam pengisian angket. Lalu dari jawaban
tersebut dikelompokkan berdasarkan pertanyaan yang telah dijawab
oleh responden.
2. Tabulasi
Tabulasi adalah menyusun data kedalam tabel dengan cara
menyajikan hasil perolehan dari jawaban-jawaban responden untuk
masing-masing ketegori jawaban. Pentabulasian digunakan untuk
mempermudah perhitungan distribusi frekuensi bagi data umum
mengenai jawaban responden. Dengan tabulasi ini maka akan dengan
66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabet, 2009),
p. 142.
48
mudah didapatkan informasi mengenai presentase. Adapun
perhitungan presentase dilakukan dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi (jawaban terpilih)
N = Sampel yang diperoleh (jumlah responden)67
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dan penyajian
data dengan mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca
dan diinterpretasi. Apabila data berguna untuk mereduksikan data menjadi
wujud yang dapat dipahami dan ditafsir dengan cara tertentu hingga relasi
masalah penelitian dapat ditelaah serta diuji.68
Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan analisis
deskriptif persentase. Untuk memudahkan penafsiran terhadap nilai
persentase yang telah diolah, maka dapat digunakan ukuran penafsirannya,
yaitu:
0% : Tidak satupun
1 - 25% : Sebagian kecil
26 – 49% : Hampir setengahnya
50% : Setengahnya
67
Anas Sudjiono, Pengantar Statistika Pendidikan (Jakarta: Grafindo Persada, 1997), p. 46. 68
Uber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), p. 332.
49
51 – 75% : Sebagian besarnya
76 – 99% : Pada umumnya
100% : Seluruhnya 69
G. Tempat dan Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan jadwal tabel di bawah ini:
Tabel 1
Jadwal Penelitian
Waktu
No Kegiatan Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agst
1 Penyusunan Proposal Skripsi
2 Pengajuan Proposal Skripsi
3 Mendapatkan Dospem
Pembimbing Skripsi
4 Bimbingan Skripsi
5 Penelitian
6 Penyusunan Skripsi
7 Pendaftaran Sidang Skripsi
8 Sidang Skripsi
9 Revisi Skripsi
69
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Pedoman Mahasiswa
(Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992), p. 11.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Sejarah Singkat Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pusat perpustakaan UIN merupakan peralihan nama dari
perpustakaan Utama UIN yang juga merupakan peralihan nama dari
perpustakaan IAIN Jakarta, yang didirikan seiring dengan berdirinya IAIN
itu sendiri, yaitu sejak berdirinya ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama)
pada tanggal 1 Juni 1957. Pada waktu itu kondisi perpustakaan masih
sangat sederhana, hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak
2000 eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai.
Pada tahun 1960-1964 koleksi buku diklasifikasi menurut DDC
(Dewey Decimal Classification). Disamping itu sistem peminjaman juga
sudah mulai tertib, dan jumlah pegawainya ada 4 orang. Tahun 1964-1971
perpustakaan IAIN banyak menerima sumbangan buku dari berbagai
lembaga, khususnya kedutaan Mesir dan Saudi Arabia, sehingga pada
Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320 judul dan 10.999 eks buku, 23
skripsi, dan 310 eks majalah.
Selanjutnya pada tahun 1971-1983 perpustakaan menempati ruang
yang lebih luas yaitu gedung Aula Madya saat ini. Pada tahun 1980
51
perpustakaan IAIN Jakarta tercatat sebagai perpustakaan perguruan tinggi
terbaik se-DKI jakarta.
Pada masa tahun 1998-2000 perpustakaan kembali pindah ke
gedung yang lebih baru yang dibangun di atas tanah eks gedung Sanggar
Pravitasari. Dengan demikian lokasi perpustakaan dan kampus menjadi
dekat.
Seiring dengan berubahnya status IAIN menjadi UIN (SK Presiden
No. 31 tanggal 20 Mei 2002), maka secara otomatis nama perpustakaan
pun ikut berubah menjadi ―Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta‖. Sejak tahun 2013 sampai dengan sekarang
(2017) Perpustakaan Utama yang sekarang berubah amanya menjadi Pusat
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dikepalai oleh seorang
pustakawan yaitu Amrullah Hasbana, S.Ag, SS, MA.
Selain pusat perpustakaan, maka ada beberapa perpustakaan
fakultas yang tersebar di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perpustakaan fakultas ini merupakan bagian dari sistem pembelajaran di
lingkungan fakultas, dan karenanya menjadi basis pembelajaran yang
berfungsi sebagai Library and Learning Resources Center (LLRC). LLRC
merupakan bentuk implementasi dari kebijakan universitas dalam rangka
menjadikan perpustakaan-perpustakaan fakultas sebagai working library
yang dapat memfungsikan dirinya untuk memberikan layanan kepada
pemakai lingkungan masing-masing fakultas.
52
Program kebijakan Rektor adalah mendirikan serta
mengembangkan perpustakaan di masing-masing fakultas. Pendirian
perpustakaan fakultas ini kemudian disahkan dengan SK Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta No. 040 tahun 1999 tentang Rencana Induk
Pengembangan (RIP) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1999/2000-
2003/2004, yang salah satunya dinyatakan bahwa pengembangan
perpustakaan di lingkungan IAIN Jakarta dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
Perpustakaan Utama sebagai perpustakaan riset, Perpustakaan Fakultas
sebagi perpustakaan kerja, dan Perpustakaan Pasca Sarjana sebagai
perpustakaan khusus.
Dalam pengembangannya terdapat beberapa perpustakaan fakultas
di lingkungan UIN Jakarta yang berperan sebagai ―working library‖
(perpustakaan kerja), dimana fungsinya adalah memberikan layanan
kepada masing-masing sivitas akademika fakultas di lingkungan UIN
Jakarta. Perpustakaan Fakultas tersebut antara lain:
a. Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
b. Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
c. Perpustakaan Fakultas Ushuluddin
d. Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
e. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
f. Perpustakaan Fakultas Dirasat Islamiyyah
g. Perpustakaan Fakultas Psikologi
h. Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
53
i. Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi
j. Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
k. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
l. Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana
2. Visi, Misi dan Tujuan Perpustakaan
a. Visi
Perpustakaan sebagai lembaga penyedia inormasi senantiasa
berupaya untuk menjadi sumber referensi terkemuka dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan baik bidang keislaman maupun
bidang-bidang umum untuk keperluan akademik dan riset ilmiah.
Disamping itu perpustakaan adalah lembaga pendukung
tercapainya cita-cita universitas. UIN Jakarta memiliki visi menjadi
universitas bertaraf dunia (World Class University) untuk
mendukung tercapainya cita-cita tersebut.
b. Misi
1. Menyediakan sumber-sumber referensi yang lengkap dan
berkualitas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan baik ke-
islaman maupun bidang-bidang umum, sebagai pendukung
proses pembelajaran, pengajaran dan riset ilmiah.
2. Menyediakan berbagai layanan berorientasi riset dan
teknologi yang tepat, akurat dan cepat dalam rangka
memenuhi kebutuhan informasi bagi seluruh civitas
akademika UIN Jakarta.
54
3. Mengembangkan pemanfaatan perpustakaan secara efektif
oleh seluruh civitas akademika dengan melaksanakan
program-program literasi informasi.
4. Memberikan akses ke sumber-sumber elektronik yang
menyajikan hasil-hasil penelitian ilmiah dan memperluas
penggunaan akses ke sumber-sumber elektronik lainnya.
5. Membangun kerjasama yang efektif dengan masyarakat
kampus dan institusi atau organisasi lain baik Nasional
maupun Internasional dalam kerangka pengembangan koleksi
dan layanan perpustakaan.
6. Mengembangkan kualitas SDM perpustakaan dalam rangka
meningkatkan mutu layanan perpustakaan menuju
perpustakaan bertaraf dunia.
7. Mengembangkan koleksi dan sumber-sumber informasi
berbasis riset dan teknologi untuk mendukung tercapainya
produk-produk riset dikalangan sivitas akademika Universitas
UIN Jakarta.
c. Tujuan
Secara umum tujuan Pusat perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah mendukung keberhasilan semua
aktifitas Tri Darma Perguruan Tinggi yang berlangsung di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta baik dalam pengajaran dan
pendidikan, penelitian maupun pengabdian masyarakat.
55
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yakni pustakawan yang menduduki jabatan fungsional
berjumlah 25 orang. Berikut jumlah pustakawan fungsional di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
a. Pustakawan di Pusat Perpustakaan berjumlah 12 orang.
b. Pustakawan di Perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana berjumlah 1
orang.
c. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Psikologi berjumlah 1 orang.
d. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
berjumlah 2 orang.
e. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
berjumlah 2 orang.
f. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
berjumlah 1 orang.
g. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
berjumlah 1 orang.
h. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi berjumlah 1 orang.
i. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Ushuluddin berjumlah 1
orang.
j. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi
berjumlah 1 orang.
56
k. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Dirassat Islamiyah berjumlah
1 orang.
l. Pustakawan di perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan berjumlah 1 orang.
B. Hasil Penelitian
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai implementasi kode etik pustakawan di lingkungan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Analisis data dilakukan berdasarkan hasil
kuesioner yang dilakukan pada bulan Juni 2017 dengan penyebaran selama
3 minggu. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah
pustakawan fungsional di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan total responden sebanyak 25 orang.
1. Analisis Identitas Responden
Analisis identitas responden yang dilakukan peneliti meliputi
golongan & pangkat, jabatan, tempat tugas, jenis kelamin, masa kerja,
pendidikan, latar belakang pendidikan, kategori sebagai anggota IPI dan
kategori pengetahuan terkait kode etik pustakawan.
Tabel 2
Golongan & Pangkat
Golongan dan Pangkat Frekuensi Persentase
III/b & Penata Muda Tk. I/
Pustakawan Pelaksana
5 20%
IV/b & Pembina Tk. I/
Pustakawan Madya
4 16%
III/a & Penata Muda/
Pustakawan Pelaksana
4 16%
57
Lanjutan
III/c & Penata/ Pustakawan
Muda
4 16%
IV/a & Pembina/
Pustakawan Madya
3 12%
III/d & Penata Tk. I/
Pustakawan Muda
3 12%
IV/d & Pembina Utama
Madya/ Pustakawan Utama
1 4%
II/c & Pengatur/ Pustakawan
Pelaksana
1 4%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa responden
yang bergolongan & berpangkat III/b & Penata Muda Tk. I/ Pustakawan
Pelaksana memiliki jumlah persentase sebesar 20% (5 responden),
responden bergolongan & berpangkat IV/b & Pembina Tk. I/ Pustakawan
Madya, III/a & Penata Muda/ Pustakawan Pelaksana Lanjutan, dan III/c &
Penata/ Pustakawan Muda dengan masing-masing dipilih oleh 4 orang
responden atau sebesar 16% (4 responden), responden bergolongan &
berpangkat IV/a & Pembina/ Pustakawan Madya dan III/d & Penata Tk. I/
Pustakawan Muda dengan masing-masing dipilih oleh 3 orang responden
atau sebesar 12% (3 responden), dan responden bergolongan & berpangkat
IV/d & Pembina Utama Madya/ Pustakawan Utama dan II/c & Pengatur/
Pustakawan Pelaksana dengan masing-masing dipilih oleh 1 orang
responden atau sebesar 4% (1 responden).
Dari uraian di atas terlihat bahwa lebih banyak pustakawan yang
bergolongan dan berpangkat III/b & Penata Muda Tk. I/ Pustakawan
Pelaksana dengan persentase sebesar 20% (5 responden).
58
Tabel 3
Jabatan Responden
Jabatan Frekuensi Persentase
Staf Perpustakaan 12 48%
Kaur Perpustakaan 9 36%
Koordinator Pelayanan
Umum
2 8%
Sub. Koordinator Pelayanan
Teknis
1 4%
Kepala Perpustakaan Pusat 1 4%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa hampir
setengahnya responden yang yang menduduki jabatan menjadi staf
perpustakaan dengan jumlah persentase 48% (12 responden), dan hampir
setengahnya lagi sebagai kaur perpustakaan dengan jumlah persentase
36% (9 responden), dan sebagian kecilnya sebagai koordinator pelayanan
umum dengan jumlah persentase 8% (2 responden), dan sebagian kecil
lainnya sebagai sub. Koordinator pelayanan teknis dan kepala
perpustakaan dengan masing-masing dipilih oleh 1 orang responden atau
sebesar 4% (1 responden).
Dari uraian di atas terlihat bahwa hampir setengahnya responden
menduduki jabatan sebagai staf perpustakaan dengan persentase sebesar
48% (12 responden).
59
Tabel 4
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-Laki 14 56%
Perempuan 11 44%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar
responden adalah laki-laki dengan jumlah persentase 56% (14 responden)
dan hampir setengah saja yang berjenis kelamin perempuan yaitu 44% (11
responden). Hal ini menggambarkan bahwa responden pada penelitian ini
lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 5
Pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase
D3 3 12%
S1 16 64%
S2 6 24%
S3 0 0%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan S1 yaitu 64% (16 responden), sebagian kecilnya
berpendidikan S2 yaitu 24% (6 responden), sebagian kecil lainnya
berpendidikan D3 yaitu 12% (3 responden), dan tidak satupun responden
yang berpendidikan S3.
Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa lebih banyak responden
yang berpendidikan S1 (Strata Satu).
60
Tabel 6
Latar Belakang Pendidikan
Latar Belakang
Pendidikan
Frekuensi Persentase
Ilmu Perpustakaan 17 68%
Non-Ilmu Perpustakaan 8 32%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar
responden berlatar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan dengan jumlah
persentase sebesar 68% (17 responden) dan hampir setengahnya saja
berlatar belakang pendidikan non- Ilmu Perpustakaan yaitu 32% (8
responden). Hal ini menggambarkan bahwa responden pada penelitian ini
lebih banyak yang berlatar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan.
Tabel 7
Kategori Anggota IPI
Kategori Anggota IPI Frekuensi Persentase
Iya 14 56%
Tidak 11 44%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar
responden yang menjadi anggota IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) yaitu
56% (14 responden), dan hampir setengahnya tidak menjadi anggota IPI
yaitu 44% (11 responden). Hal ini menggambarkan bahwa responden di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagian besar merupakan
anggota IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia).
61
Tabel 8
Pengetahuan Responden Terkait Kode Etik Pustakawan
Pengetahuan Terkait Kode
Etik
Frekuensi Persentase
Mengetahui 15 60%
Tidak Mengetahui 5 20%
Tidak Diketahui/ Tidak
Menjawab
5 20%
Jumlah 25 100%
Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar
responden yang mengetahui terkait kode etik pustakawan yaitu 60% (15
responden) dan sebagian kecilnya tidak mengetahui kode etik pustakawan
dan tidak diketahui/ tidak menjawab pertanyaan terkait kode etik
pustakawan dengan masing-masing dipilih oleh 5 responden atau sebesar
20% (5 responden).
Dari uraian di atas terlihat bahwa pengetahuan responden terkait
kode etik pustakawan lebih banyak yang mengetahui. Hal ini responden
mengetahui kode etik pustakawan tersebut melalui berbagai informasi
yang mereka dapatkan yakni dari internet, buku, seminar, website PNRI
serta dari bangku kuliah.
Kode etik pustakawan adalah panduan perilaku dan kinerja semua
anggota pustakawan Indonesia dalam melaksanakan tugasnya dibidang
kepustakawanan.70
70
Risno Mbonuong, pp. 1–13.
62
2. Hasil Penelitian Implementasi Kode Etik Pustakawan di
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kode etik pustakawan di Indonesia dikeluarkan oleh IPI (Ikatan
Pustakawan Indonesia) yang dijabarkan dalam berbagai kewajiban yang
dimiliki pustakawan, yaitu sikap dasar pustakwan, hubungan dengan
pemustaka, hubungan antar pustakawan, hubungan dengan perpustakaan,
hubungan pustakawan dengan organisasi profesi, hubungan pustakawan
dengan masyarakat, serta kendala terkait implementasi kode etik
pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
a. Kode Etik Pustakawan Indonesia
a) Sikap Dasar Pustakawan
Tabel 9
Memenuhi harapan dan kebutuhan informasi
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat mudah 2 8%
mudah 20 80%
Kadang mudah 3 12%
Tidak mudah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden pada umumnya
mudah dalam memenuhi harapan dan kebutuhan informasi pemustaka
dengan persentase sebesar 80% (20 responden), sebagian kecil responden
menjawab kadang mudah dengan persentase sebesar 12% (3 responden),
sebagian kecil lainnya responden menjawab sangat mudah dengan
persentase sebesar 8% (2 responden), dan tidak ada satupun responden
63
yang menjawab tidak mudah atau sebesar 0%. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa lebih banyak responden yang memenuhi harapan dan kebutuhan
informasi pemustaka dengan mudah.
Tabel 10
Mempertahankan keunggulan dan mengembangkan kompetensi
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat perlu 4 16%
Perlu 11 44%
Kadang perlu 10 40%
Tidak perlu 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya
responden perlu mempertahankan keunggulan dan mengembangkan
kompetensi dengan adanya kegiatan baca tulis dikalangan pustakawan
dengan persentase sebesar 44% (11 responden), hampir setengahnya
menjawab kadang perlu dengan persentase sebesar 40% (10 responden),
sebagian kecil responden menjawab sangat perlu dengan persentase
sebesar 16% (4 responden), dan tidak satupun responden yang menjawab
tidak perlu atau sebesar 0%. Artinya, lebih banyak responden yang perlu
mempertahankan keunggulan dan mengembangkan kompetensi dengan
adanya kegiatan baca tulis dikalangan pustakawan.
Tabel 11
Membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 2 8%
Sering 18 72%
Kadang-kadang 4 16%
64
Tidak pernah 1 4%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
sering bertindak profesional dalam membedakan tugas profesi dengan
kepentingan pribadi dengan persentase sebesar 72% (18 responden),
sebagian kecil responden menjawab kadang-kadang dengan persentase
sebesar 16% (4 responden), sebagian kecil responden menjawab selalu
dengan persentase sebesar 8% (2 responden), dan sebagian kecil lainnya
responden menjawab tidak pernah dengan persentase sebesar 4% (1
responden). Artinya, bahwa lebih banyak responden yang sering bertindak
profesional dalam membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi.
Tabel 12
Tindakan dan keputusan berdasarkan pertimbangan profesional
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 3 12%
Sering 18 72%
Kadang-kadang 4 16%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
sering menjamin bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan
pertimbangan profesional dengan persentase sebesar 72% (18 responden),
sebagian kecil responden menjawab kadang-kadang dengan persentase
sebesar 16% ( 4 responden), sebagian kecil lainnya responden menjawab
selalu dengan persentase sebesar 12% (3 responden), dan tidak satupun
65
responden menjawab tidak pernah atau sebesar 0%. Dengan hal ini, bahwa
responden telah sering bertindak dan memberikan keputusan berdasarkan
pertimbangan profesional.
Tabel 13
Mampu menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan
wewenang
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat mampu 5 20%
Mampu 15 60%
Kurang mampu 3 12%
Tidak mampu 2 8%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mampu menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan
wewenang, seperti tidak menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan
pribadi dengan persentase sebesar 60% (15 responden), sebagian kecil
responden menjawab sangat mampu dengan persentase sebesar 20% (5
responden), sebagian kecil responden menjawab kurang mampu dengan
persentase sebesar 12% (3 responden), sebagian kecil lainnya responden
menjawab tidak mampu dengan persentase sebesar 8% (2 responden). Hal
ini dapat disimpulkan bahwa responden mampu menghindarkan diri dari
segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan.
66
Tabel 14
Bersikap ramah dengan memberikan senyum dan salam kepada pemustaka
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 2 8%
Sering 19 76%
Kadang-kadang 4 16%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya responden
sering bersikap ramah dengan memberikan senyum dan salam kepada
pemustaka dengan persentase sebesar 76% (19 responden), sebagian kecil
responden menjawab kadang-kadang dengan persentase 16% (4 orang),
sebagian kecil responden menjawab selalu dengan persentase sebesar 8%
(2 responden), dan tidak satupun responden yang menjawab tidak pernah
atau sebesar 0%. Artinya, umumnya responden sering memberikan
senyum dan salam kepada pemustaka.
b) Hubungan Dengan pemustaka
Tabel 15
Mengakses informasi yang tak terbatas
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat mudah 3 12%
Mudah 18 72%
Kadang mudah 4 16%
Tidak mudah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mudah dalam mengakses informasi yang tak terbatas dengan persentase
67
sebesar 72% (18 responden), sebagian kecil responden menjawab kadang
mudah dengan persentase sebesar 16% (4 responden), sebagian kecil
responden menjawab selalu dengan persentase sebesar 12% (3 responden),
dan tidak satupun responden yang menjawab tidak mudah atau sebesar
0%. Jadi, lebih banyak responden yang merasa bahwa dalam mengakses
informasi yang tak terbatas itu mudah.
Tabel 16
Menyadari bahwa pustakawan tidak bertanggung jawab terhadap
informasi yang telah diakses oleh pemustaka
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu menyadari 2 8%
Sering menyadari 11 44%
Kurang menyadari 11 44%
Tidak menyadari 1 4%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya
responden sering menyadari dan kurang menyadari bahwa pustakawan
tidak bertanggung jawab atas konsekuensi terhadap informasi yang telah
diakses oleh pemustaka, masing-masing dijawab oleh 11 responden atau
sebesar 44% (11 responden), sebagian kecil responden menjawab selalu
menyadari dengan persentase sebesar 8% (2 responden), sebagian kecil
lainnya responden menjawab tidak menyadari dengan persentase sebesar
4% (1 responden). Dapat disimpulkan, bahwa rata-rata responden ada
yang sering menyadari dan kurang menyadari bahwa pustakawan tidak
bertanggung jawab atas konsekuensi terhadap informasi yang telah diakses
oleh pemustaka.
68
Tabel 17
Mampu melindungi hak privasi pemustaka
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat mampu 5 20%
Mampu 14 56%
Kurang mampu 6 24%
Tidak mampu 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mampu melindungi hak privasi pemustaka menyangkuit informasi yang
dicari dengan persentase sebesar 56% (14 responden), sebagian kecil
responden menjawab kurang mampu dengan persentase sebesar 24% (6
responden), sebagian kecil lainnya responden menjawab sangat mampu
dengan persentase sebesar 20%, dan tidak satupun responden yang
menjawab tidak mampu atau sebesar 0%. Jadi, lebih banyak responden
yang telah mampu melindungi hak privasi pemustaka menyangkut
informasi yang dicari.
Tabel 18
Mengakui hak milik intelektual
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 6 24%
Sering 15 60%
Kadang-kadang 4 16%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
sering mengakui hak milik intelektual dengan persentase sebesar 60% (15
responden), sebagian kecil responden menjawab selalu dengan persentase
69
sebesar 24% (6 responden), sebagian kecil lainnya responden menjawab
kadang-kadang dengan persentase 16% (4 responden), dan tidak satupun
responden yang menjawab tidak pernah atau sebesar 0%. Jadi, lebih
banyak responden yang sering mengakui hak milik intelektual.
c) Hubungan Antar Pustakawan
Tabel 19
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui kegiatan seminar
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 2 8%
Sering 11 44%
Kadang-kadang 12 48%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya
responden menjawab kadang-kadang dalam mencapai keunggulan profesi
dengan cara mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui
kegiatan seminar dengan persentase sebesar 48% (12 responden), hampir
setengahnya responden menjawab sering dengan persentase sebesar 44%
(11 responden), sebagian kecil responden menjawab selalu dengan
persentase sebesar 8% (2 responden), dan tidak satupun responden yang
menjawab tidak pernah atau sebesar 0%. Jadi, hampir setengahnya
responden jarang berusaha mencapai keunggulannya dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui kegiatan seminar.
70
Tabel 20
Bekerjasama dengan pustakawan lain dalam mengembangkan
kompetensi
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 1 4%
Sering 10 40%
Kadang-kadang 12 48%
Tidak pernah 2 8%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya
responden menjawab kadang-kadang bekerjasama dengan pustakawan lain
dalam mengembangkan kompetensi dengan persentase sebesar 48% (12
responden), hampir setengahnya responden menjawab sering bekerjasama
dengan pustakawan lain dengan persentase sebesar 40% (10 responden),
sebagian kecil responden menjawab tidak pernah dengan persentase
sebesar 8% (2 responden), dan sebagian kecil responden menjawab selalu
dengan persentase sebesar 4% (1 responden). Jadi, lebih banyak responden
yang jarang bekerjasama dengan pustakawan lain dalam mengembangkan
kompetensi.
Tabel 21
Mampu memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara
sesama rekan
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Sangat mampu 4 16%
Mampu 15 60%
Kurang mampu 6 24%
Tidak mampu 0 0%
Jumlah 25 100%
71
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
mampu memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik sesama
rekan dengan persentase sebesar 60% (15 responden), sebagian kecil
responden menjawab kurang mampu dengan persentase sebesar 24% (6
responden), sebagian kecil lainnya responden menjawab selalu dengan
persentase sebesar 16% (4 responden), dan tidak satupun responden yang
menjawab tidak mampu atau sebesar 0%. Artinya, bahwa lebih banyak
responden yang telah mampu memelihara dan memupuk hubungan
kerjasama yang baik antara sesama rekan kerjanya.
Tabel 22
Memiliki kesadaran yang tinggi akan perannya, memiliki loyalitas
terhadap tugasnya, menghargai profesi pustakawan
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 2 8%
Sering 12 48%
Kadang-kadang 11 44%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya
responden sering memiliki kesadaran yang tinggi akan perannya, memiliki
loyalitas terhadap tugasnya, menghargai profesinya dengan persentase
sebesar 48% (12 responden), hampir setengahnya responden menjawab
kadang-kadang dengan persentase sebesar 44% (11 responden), sebagian
kecil responden menjawab selalu dengan persentase sebesar 8% (2
responden), dan tidak satupun responden yang menjawab tidak pernah atau
sebesar 0%. Artinya, bahwa banyak pustakawan yang sering memiliki
72
kesadaran yang tinggi akan perannya, memiliki loyalitas terhadap
tugasnya, menghargai profesinya.
Tabel 23
Menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di
luar kedinasan
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 2 8%
Sering 18 72%
Kadang-kadang 5 20%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
sering menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di
luar kedinasan dengan persentase sebesar 72% (18 responden), sebagian
kecil responden menjawab kadang-kadang dengan persentase sebesar 20%
(5 responden), sebagian kecil lainnya responden menjawab selalu dengan
persentase sebesar 8% (2 responden), dan tidak satupun responden yang
menjawab tidak pernah atau sebesar 0%. Artinya, bahwa sebagian besar
pustakawan selalu menjaga nama baik dan martabat rekannya, baik di
dalam maupun di luar kedinasan.
d) Hubungan Dengan perpustakaan
Tabel 24
Aktif dalam kegiatan jasa kepustakawanan
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 3 12%
Sering 12 48%
Kadang-kadang 9 36%
73
Tidak pernah 1 4%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya
responden ikut aktif dalam kegiatan jasa kepustakawanan dengan
persentase sebesar 48% (12 responden), hampir setengahnya responden
menjawab kadang-kadang dengan persentase sebesar 36% (9 responden),
sebagian kecil responden menjawab selalu dengan persentase sebesar 12%
(3 responden), sebagian kecil lainnya responden menjawab tidak pernah
dengan persentase 4% (1 responden). Jadi, banyak pustakawan yang sering
ikut aktif dalam kegiatan jasa kepustakawanan, seperti memenuhi
kebutuhan informasi pengguna, membantu pengguna mencari informasi ,
menyediakan sumber-sumber informasi dan lain sebagainya.
Tabel 25
Pustakawan bertanggung jawab terhadap pengembangan perpustakaan
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 2 8%
Sering 13 52%
Kadang-kadang 10 40%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
sering bertanggung jawab terhadap pengembangan perpustakaan dengan
persentase sebesar 52% (13 responden), hampir setengahnya responden
menjawab kadang-kadang dengan persentase sebesar 40% (10 responden),
sebagian kecil responden menjawab selalu dengan persentase sebesar 8%
74
(2 responden), dan tidak satupun responden yang menjawab tidak pernah
atau sebesar 0%. Artinya, bahwa sebagian besar pustakawan yang sering
bertanggung jawab terhadap pengembangan perpustakaan.
Tabel 26
Mengembangkan kerjasama semua jenis perpustakaan
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 1 4%
Sering 6 24%
Kadang-kadang 16 64%
Tidak pernah 2 8%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
menjawab kadang-kadang berupaya mengembangkan kerjasama semua
jenis perpustakaan dengan persentase sebesar 64% (16 responden),
sebagian kecil responden menjawab sering dengan persentase sebesar 24%
(6 responden), sebagian kecil responden menjawab tidak pernah dengan
persentase 8% (2 responden), dan sebagian kecil responden menjawab
selalu dengan persentase sebesar 4% (1 responden). Artinya, bahwa
responden jarang berupaya dalam mengembangkan kerjasama semua jenis
perpustakaan, seperti wujud kerjasama berupa layanan pinjam antar
perpustakaan, studi banding ke perpustakaan lain, diskusi, dan lain
sebagainya.
75
e) Hubungan Pustakawan Dengan Organisasi Profesi
Tabel 27
Membayar iuran keanggotaan secara disiplin
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 2 8%
Kadang-kadang 6 24%
Tidak pernah 17 68%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
menjawab tidak pernah membayar iuran keanggotaan secara disiplin
dengan persentase sebesar 68% ( 17 responden), sebagian kecil responden
yang menjawab kadang-kadang dengan persentase sebesar 24% (6
responden), sebagian kecil lainnya responden menjawab sering dengan
persentase sebesar 8% (2 responden), dan tidak satupun responden yang
menjawab selalu. Artinya, bahwa lebih banyak pustakawan yang tidak
membayar iuran keanggotaan secara disiplin. Hal tersebut dikarenakan
responden tidak menjadi anggota IPI dan walaupun menjadi anggota IPI
tetapi responden tersebut sudah tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada di organisasi tersebut.
Tabel 28
Mengikuti kegiatan organisasi sesuai kemampuan dan dengan penuh
tanggung jawab
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 4 16%
Kadang-kadang 15 60%
76
Tidak pernah 6 24%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
menjawab kadang-kadang mengikuti kegiatan organisasi sesuai
kemampuan dan melakukannya dengan penuh tanggung jawab dengan
persentase sebesar 60% (15 responden), sebagian kecil responden
menjawab tidak pernah dengan persentase sebesar 24% (6 responden),
sebagain kecil lainnya responden menjawab sering dengan persentase
sebesar 16 % (4 responden), dan tidak satupun responden yang menjawab
selalu. Artinya, bahwa lebih banyak pustakawan yang jarang mengikuti
kegiatan organisasi sesuai kemampuan dan melakukannya dengan penuh
tanggung jawab.
f) Hubungan Pustakawan Dengan Masyarakat
Tabel 29
Bekerjasama dengan organisasi lain di masyarakat
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 0 0%
Sering 6 24%
Kadang-kadang 10 40%
Tidak pernah 9 36%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya
responden menjawab kadang-kadang bekerjasama dengan organisasi lain
di masyarakat untuk meningkatkan nama baik profesi, instansi tempat
bekerja, bahkan bangsa dan negara dengan persentase sebesar 40% (10
responden), hampir setengah lainnya responden yang menjawab tidak
77
pernah dengan persentase sebesar 36% (9 responden), sebagain kecil
responden menjawab sering dengan persentase sebesar 24% (6 responden),
dan tidak satupun responden yang menjawab selalu atau sebesar 0%.
Artinya, bahwa lebih banyak pustakawan yang jarang bekerjasama dengan
organisasi lain di masyarakat untuk meningkatkan nama baik profesi,
instansi tempat bekerja, bahkan bangsa dan negara .
Tabel 30
Mengembangkan kebudayaan di masyarakat
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu 1 4%
Sering 4 20%
Kadang-kadang 11 44%
Tidak pernah 9 36%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya
responden menjawab kadang-kadang mengembangkan kebudayaan di
masyarakat melalui pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang
dimiliki, seperti membantu mengelola perpustakaan di daerahnya dengan
persentase sebesar 44% (11 responden), hampir setengah lainnya
responden yang menjawab tidak pernah dengan persentase sebesar 36% (9
responden), sebagain kecil menjawab sering dengan persentase sebesar
20% (5 responden), dan sebagian kecil lainnya responden menjawab selalu
dengan persentase sebesar 4% (1 responden). Artinya, bahwa lebih banyak
pustakawan yang jarang mengembangkan kebudayaan di masyarakat
78
melalui pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dimilikinya,
seperti membantu mengelola perpustakaan di daerahnya.
b. Kendala Terkait Implementasi Kode Etik Pustakawan di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 31
Kendala dalam implementasi kode etik pustakawan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Kurangnya sosialisasi 18 72%
Kode etik kalah dengan
kebijakan (birokrasi)
3 12%
Pustakawan tidak membaca
kode etik karena dianggap
tidak penting
0 0%
Sanksi terhadap pelanggaran
kode etik tidak tegas
1 4%
Lainnya 3 12%
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada umumnya responden
memilih jawaban kurangnya sosialisasi dengan persentase sebesar 72%
(18 responden), sebagian kecil responden memilih jawaban yakni kode
etik kalah dengan kebijakan (birokrasi) dengan persentase sebesar 12% (3
responden), tidak satupun responden yang memilih jawaban yakni
pustakawan tidak membaca kode etik karena dianggap tidak penting atau
sebesar 0%, sebagian kecil responden memilih jawaban sanksi terhadap
pelanggaran kode etik tidak tegas dengan persentase sebesar 4% (1
responden), dan sebagian kecil responden memilih jawaban lainnya yakni
dengan persentase sebesar 12% (3 responden).
79
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa responden memilih
jawaban yang berbeda-beda terkait kendala implementasi kode etik
pustakawan, namun umumnya kode etik pustakawan ini kurang
disosialisasikan di UIN Syarif Hidayatulaah Jakarta sedangkan hanya
sebagian kecil yang memilih jawaban yakni Kode etik kalah dengan
kebijakan (birokrasi), Sanksi terhadap pelanggaran kode etik tidak tegas,
dan memilih jawaban lainnya seperti belum melihat kode etik pustakawan
baik lisan maupun tulisan, tidak konsisten serta pelaksanaannya kurang
baik. Bahkan tidak satupun responden memilih jawaban bahwa
Pustakawan tidak membaca kode etik karena dianggap tidak penting.
C. Pembahasan
Kode etik pustakawan merupakan aturan tertulis yang harus
dipedomani oleh setiap pustakawan dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pustakawan.71
Dengan adanya kode etik sebagai standar aturan
tingkah laku berupa norma-norma, yang kemudian diharapkan dapat
menuntun pustakawan dalam menjalankan tugas profesinya secara
profesional.
Kode etik pustakawan ini ditetapkan oleh Ikatan Pustakawan
Indonesia (IPI), yang dijabarkan dalam berbagai kewajiban yang dimiliki
pustakawan, yaitu sikap dasar pustakawan, hubungan dengan pemustaka,
hubungan antar pustakawan, hubungan dengan perpustakaan, hubungan
71
Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007: Dilengkapi Anggaran Dasar Dan
Anggaran Rumah Tangga Kode Etik Ikatan Pustakawan Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu), p.
80.
80
pustakawan dengan organisasi profesi, dan hubungan pustakawan dengan
masyarakat.
1. Implementasi kode etik pustakawan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi kode etik
pustakawan terkait dengan sikap dasar pustakawan yang dijabarkan ke
dalam 6 bagian memiliki nilai persentase tertinggi dari pilihan jawaban,
yaitu dari segi harapan dan kebutuhan informasi bahwa pustakawan
umumnya menjawab mudah dalam memenuhi harapan dan kebutuhan
informasi pemustaka dengan persentase tertinggi sebesar 80% (20
responden). Dalam hal mempertahankan keunggulan dan mengembangkan
kompetensi, bahwa pustakawan menjawab perlu adanya kegiatan baca
tulis dikalangan pustakawan dengan persentase tertinggi sebesar 44% (11
responden). Dalam membedakan tugas profesi dengan kepentingan
pribadi, bahwa pustakawan menjawab sering bertindak profesional untuk
dapat membedakannya dengan persentase tertinggi sebesar 72% (18
responden). Terkait dengan tindakan dan keputusannya, bahwa
pustakawan menjawab sering bertindak dan memberikan keputusan
berdasarkan pertimbangan profesional dengan persentase tertinggi sebesar
72% (18 responden). Pustakawan menjawab mampu menghindarkan
dirinya dari segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan, seperti tidak
menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi dengan persentase
sebesar dengan persentase tertinggi sebesar 60% (15 responden). Pada
umumnya pustakawan menjawab sering bersikap ramah dengan
81
memberikan senyum dan salam kepada pemustaka dengan persentase
tertinggi sebesar 76% (19 responden).
Terkait hubungan dengan pemustaka yang dijabarkan ke dalam 4
bagian memiliki nilai persentase tertinggi dalam pilihan jawaban, yaitu
pustakawan menjawab mudah dalam mengakses informasi yang tak
terbatas dengan persentase tertinggi sebesar 72% (18 responden).
Pustakawan rata-rata menjawab sering menyadari dan kurang menyadari
bahwa pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi terhadap
informasi yang telah diakses oleh pemustaka yang masing-masing
memiliki persentase tertinggi yang sama sebesar 44% (11 responden).
Pustakawan menjawab mampu melindungi hak privasi pemustaka
menyangkut informasi yang dicari dengan persentase tertinggi sebesar
56% (14 responden). Dalam hal hak milik intelektual, bahwa pustakawan
menjawab sering mengakui hak milik intelektual dengan persentase
tertinggi sebesar 60% (15 responden).
Selanjutnya terkait hubungan antar pustakawan yang dijabarkan
ke dalam 5 bagian memiliki nilai persentase tertinggi dalam pilihan
jawaban yaitu, pustakawan menjawab kadang-kadang berusaha mencapai
keunggulan profesi dengan cara mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan melalui kegiatan seminar dengan persentase tertinggi sebesar
48% (12 responden). Pustakawan menjawab kadang-kadang bekerjasama
dengan pustakawan lain dalam mengembangkan kompetensi dengan
persentase tertinggi sebesar 48% (12 responden). Sebagian besar
82
pustakawan menjawab mampu memelihara dan memupuk hubungan
kerjasama yang baik antar sesama rekan dengan persentase tertinggi
sebesar 60% (15 responden). Pustakawan menjawab sering memiliki
kesadaran yang tinggi akan perannya, memiliki loyalitas terhadap
tugasnya, dan menghargai profesi pustakawan dengan bangga dengan
persentase tertinggi sebesar 48% (12 responden). Sebagian besar
pustakawan menjawab sering menjaga nama baik dan martabat rekan, di
dalam maupun di luar kedinasan dengan persentase tertinggi sebesar 72%
(18 responden).
Hubungan dengan perpustakaan yang dijabarkan ke dalam 3
bagian memiliki nilai persentase tertinggi dalam pilihan jawaban, yaitu
pustakawan menjawab sering ikut aktif dalam kegiatan jasa
kepustakawanan, seperti memenuhi kebutuhan informasi pemustaka,
membantu pemustaka mencari informasi, menyediakan sumber-sumber
informasi dan sebagainya dengan persentase tertinggi sebesar 48% (12
responden). Dalam hal pengembangan perpustakaan, bahwa pustakawan
menjawab sering bertanggung jawab terhadap pengembangan
perpustakaan dengan persentase tertinggi sebesar 52% (13 responden).
Pustakawan menjawab kadang-kadang berupaya mengembangkan
kerjasama semua jenis perpustakaan, seperti wujud kerjasama berupa
layanan pinjam antar perpustakaan, studi banding ke perpustakaan lain,
diskusi, dan lain sebagainya dengan persentase tertinggi sebesar 64% (16
responden).
83
Hubungan pustakawan dengan organisasi profesi yang
dijabarkan ke dalam 2 bagian memiliki nilai persentase tertinggi dalam
pilihan jawaban, yaitu pustakawan menjawab tidak pernah membayar
iuran keanggotaan secara disiplin, hal tersebut dikarenakan responden
tidak menjadi anggota IPI dan walaupun menjadi anggota IPI tetapi
responden tersebut sudah tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada
di organisasi tersebut dengan persentase tertinggi sebesar 68% (17
responden). Pustakawan menjawab kadang-kadang mengikuti kegiatan
organisasi sesuai kemampuan dan dengan melakukannya dengan penuh
tanggung jawab dengan persentase tertinggi sebesar 60% (15 responden).
Terkait hubungan pustakawan dengan masyarakat yang
dijabarkan ke dalam 2 bagian memiliki nilai persentase tertinggi dalam
pilihan jawaban, yaitu pustakawan menjawab kadang-kadang bekerjasama
dengan organisasi lain di masyarakat untuk meningkatkan nama baik
profesi, instansi tempat bekerja, bahkan bangsa dan negara dengan
persentase tertinggi sebesar 40% (10 responden). Dalam mengembangkan
kebudayaan dimasyarakat, pustakawan menjawab kadang-kadang
berupaya mengembangkan kebudayaan di masyarakat melalui
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki, seperti
membantu mengelola perpustakaan di daerahnya dengan persentase
tertinggi sebesar 44% (11 responden).
84
2. Kendala terkait implementasi kode etik pustakawan
Menurut Astuti bahwa Kode etik merupakan aturan, rambu-rambu
yang dapat menunjukkan arah ketika dengan sungguh-sungguh digunakan
atau diterapkan. Namun demikian penerapan kode etik ini sama halnya
dengan menerapkan suatu aturan yang memiliki konsekuensi. Ini
mengisyaratkan bahwa kode etik tidak dengan mudah dapat diterapkan
tanpa mengalami suatu kendala.72
Berdasarkan hasil penelitian, kendala-
kendala dalam implementasi kode etik pustakawan umumnya pustakawan
menjawab bahwa kode etik pustakawan kurang disosialisasikan di
lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga mencapai
persentase tertinggi sebesar 72% (18 responden). Pustakawan menjawab
kode etik kalah dengan kebijakan (birokrasi) dengan persentase 12% (3
responden). Pustakawan menjawab dengan jawaban lainnya, seperti belum
melihat kode etik pustakawan baik lisan maupun tulisan, tidak konsisten
serta pelaksanaannya kurang baik dengan persentase 12% (3 responden).
Pustakawan menjawab sanksi terhadap pelanggaran kode etik tidak tegas
dengan persentase 4% (1 responden). Tidak satupun pustakawan yang
menjawab bahwa pustakawan tidak membaca kode etik karena dianggap
tidak penting atau sebesar 0%.
72
Panti Astuti, ‗Budaya Organisasi Dan Kode Etik Pustakawan Dalam Implementasinya‘,
pp. 57–73.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian mengenai implementasi kode etik
pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka dapat
diambil kesimpulan serta saran sebagai berikut :
1. Implementasi Kode Etik Pustakawan
a) Beberapa indikator menunjukkan bahwa pustakawan cukup baik
dalam mengimplementasikan kode etik pustakawan dari aspek
sikap dasar pustakawan, hubungan dengan pemustaka,
hubungan antar pustakawan, dan hubungan dengan
perpustakaan.
b) Beberapa indikator lainnya menunjukkan bahwa pustakawan
kurang baik dalam mengimplementasikan kode etik pustakawan
dari aspek hubungan pustakawan dengan organisasi profesi dan
hubungan pustakawan dengan masyarakat.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kode etik
pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini pada
umumnya adalah kurangnya sosialisasi. Selain itu kendala lainnya yaitu
kode etik kalah dengan kebijakan. Sanksi terhadap pelanggaran kode
etik tidak tegas. Pustakawan belum melihat kode etik pustakawan baik
86
lisan maupun tulisan. Kode etik pustakawan tidak konsisten dalam
pelaksanaannya.
B. Saran
1. Sebaiknya pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lebih meningkatkan pemahaman terkait kode etik pustakawan di dalam
tugasnya sehari-hari.
2. Pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebaiknya
mampu mengimplementasikan kode etik pustakawan sebagai pedoman
standar tingkah laku, agar dapat bekerja secara profesional.
3. Kode etik pustakawan harus disosialisasikan kepada semua pustakawan
dan staf perpustakaan yang ada di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, agar dapat diketahui dan dipahami. Bentuk sosialisasi ini bisa
berbentuk pertemuan secara rutin, berdiskusi bersama, mengadakan
seminar terkait kode etik pustakawan dan lain sebagainya.
87
DAFTAR PUSTAKA
Agniken, Sinda, and Malta Nelisa, ‗Penerapan Kode Etik Pustakawan Di
Perpustakaan Universitas Negeri Padang‘, Jurnal Ilmu Informasi
Perpustakaan Dan Kearsipan, Vol. 4 (2015), pp. 1-11
American Library Association, ‗A Code of Ethics for Librarians‘, American
Library Association, RQ, Vol. 14 (1974)
<http://www.jstor.org/stable/41353966> [accessed 18 May 2017]
Arikunto, Suharsimi, Metodelogi Penelitian (Yogyakarta: Bina Aksara, 2006)
Asosiasi Perpustakaan Jepang, ‗Kode Etik Pustakawan‘
<https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/japan.pdf> [accessed
25 July 2017]
Astuti, Panti, ‗Budaya Organisasi Dan Kode Etik Pustakawan Dalam
Implementasinya‘, Jurnal Iqra‘, Vol. 9 (2015), pp. 57-73
Sulistyo Basuki, Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1994)
Bintarto, ‗Menciptakan Pelayanan Yang Berkualitas‘ <Bintarto, ‗Menciptakan
Pelayanan Yang Berkualitas‘
<http://library.perbanas.ac.id/news/menciptakan-pelayanan-yang-
berkuwalitas.html> [accessed 25 July 2017]
Cahyono, Teguh Yudi, ‗Profesi Pustakawan Dan Eksistensinya‘
<http://digilib.um.ac.id/index.php/Artikel-Pustakawan/profesi-
pustakawan-dan-eksistensinya.html> [accessed 8 March 2017]
Damayanti, Ninis Agustini, ‗Kompetensi Dan Sertifikasi Pustakawan: Ditinjau
Dari Kesiapan Dunia Pendidikan Ilmu Perpustakaan‘, Media Pustakawan,
18.3 (2011)
Depdiknas RI, Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional RI, 2004)
Dewan Eksekutif Asosiasi, ‗Kode Etik Pustakawan‘
<https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/armenia.pdf>
[accessed 22 July 2017]
Dewan Nasional Asosiasi Pustakawan Prancis, ‗Kode Etik Pustakawan‘
<https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/france.pdf>
[accessed 22 July 2017]
88
Elysa, ‗Peraturan Dan Kerjasama Antar Perpustakaan‘ <Elysa, ‗Peraturan Dan
Kerjasama Antar Perpustakaan‘
<http://elysa.log.fisip.uns.ac.id/2014/12/12/peraturan-dan-kerjasama-
antar-perpustakaan/> [accessed 24 July 2017]
Gusti, ‗Pustakawan Perlu Mengetahui Kode Etik Profesi‘
<http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4135> [accessed 29
January 2017]
Hakim, M. Arif, ‗Peran Etika Kerja Islam Dalam Meningkatkan Kinerja
Pustakawan Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi‘, Jurnal Perpustakaan
Libraria, Vol. 2 (2014), pp. 83-100
Haryati, Syerli, ‗Etika Profesi Public Relation: Profesionalisme Praktisi Humas‘
<http://mercubuana.ac.id/file/FakultasIlmuKomunikasi/Hubungan%20Mas
yarakat/.pdf>> [accessed 25 July 2017]
Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara,
2004)
Heriyanto, Pawit M. Yusuf, and Agus Rusmana, ‗Makna Dan Penghayatan
Profesi Pustakawan: Studi Fenomenologis Terhadap Para Pustakawan
Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi‘, Jurnal Kajian Informasi &
Perpustakaan, Vol. 1 (2013), pp. 147-156
Hermawan, Rachman, and Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan: Suatu
Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung
Seto, 2006)
Ikatan Pustakawan Indonesia, Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga
Serta Kode Etik Ikatan Pustakawan Indonesia 2015-2018 (Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia, 2015)
Indonesia, Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2007)
Irawan, Prasetya, Logika Dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999)
Islami, M. Ali Nur Hasan, ‗Peran Pustakawan Sebagai Pekerja Profesional,
Sebagai Anggota Profesi Dan Sebagai Makhluk Sosial‘ <http://digilib.isi-
ska.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/Pustakawan-sebagai-Mahluk-
sosial.pdf> [accessed 8 March 2017]
Julia, ‗Kode Etik Bidang Informasi Teknologi: Etika Profesi‘
<http://julia.staff.ipb.ac.id/kode-etik-bidang-information-teknologi-etika-
profesi/> [accessed 11 March 2017]
K. Bertens, Etika (Yogyakarta: Kanisius, 2013)
89
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‗Arti Kata Kerjasama‘
<http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=kerja&varbidang=all&v
ardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel> [accessed 23
July 2017]
———, ‗Arti Kata Penyalahgunaan‘
<http://www.kamuskbbi.id/kbbi/artikata.php?mod=view&Penyalahgunaan
&id=49418-arti-maksud-definisi-pengertian-Penyalahgunaan.html>
[accessed 22 July 2017]
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia, ‗Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 Tentak Hak Cipta‘ <http://peraturan.go.id/uu/nomor-28-tahun-
2014.html> [accessed 27 July 2017]
Koerniawan, Koenta Adji, ‗Etika Profesi Dalam Problematika Di Era Competitif
Menurut Sisi Pandang Akuntan Publik‘, Jurnal Modernisasi, Vol. 9
(2013), pp. 49-64
Mbonuong, Risno, ‗Imlementasi Kode Etik Pustakawan Dalam Meningkatkan
Kualitas Kinerja Pelayanan Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip
Dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara‘, Journal, Vol. II (2013), pp. 1-
13
Menpan RI, ‗Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan
Dan Angka Kreditnya‘
<https://docs.google.com/file/d/0B1tBfQivvAZETjRCZDg0UzdXWDA/e
dit> [accessed 22 June 2017]
Menteri komunikasi dan Informatika, Peraturan Menteri Komunikasi Dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang
Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik (Jakarta: Kementrian
Komunikasi dan informatika, 2016)
Mubasyaroh, ‗Pengaruh Perpustakaan Bagi Peningkatan Mutu Pendidikan
Perguruan Tinggi‘, Jurnal Libraria, Vol. 4 (2016), pp. 77-103
Notoatmojo, Soekidjo, Etika Dan Hukum Kesehatan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Nurlaila, ‗Peranan Promosi Perpustakaan Dalam Peningkatan Layanan
Perpustakaan Perguruan Tinggi‘, Jurnal Iqra, Vol. 3 (2009), pp. 18-30
Nurmalina, ‗Eksistensi Dan Kompetensi Pustakawan‘, Jurnal Tamaddun, Vol. XV
(2015), pp. 224-237
Perpustakaan Nasional RI, Jabatan Fungsional Pustakawan Dan Angka
Kreditnya (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2015)
90
Perpustakaan Universitas Brawijaya, ‗Mengenal Profesi Pustakawan‘
<http://lib.ub.ac.id/berita/mengenal-profesi-pustakawan/> [accessed 24
July 2017]
Pratiwi, Wahyu Kusuma, and Dwiarko Nugrohoseno, ‗Pengaruh Kepribadian
Terhadap Kerjasama Tim Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan‘,
Jurnal Ilmu Manajemen, 2 (2014), pp. 1117-1129
Pravitasari, Dyah, ‗Pemahaman Kode Etik Profesi Akuntan Islam Di Indonesia‘,
Jurnal AN-NISBAH, Vol. 01 (2015), pp. 86-110
Rismalinda, Etika Dan Hukum Kesehatan (Jakarta: Trans Info Media, 2011)
Rismawaty, Kepribadian & Etika Profesi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008)
Rumani, Sri, ‗Sertifikasi Profesi Pustakawan Berbasis Kinerja Sebagai Upaya
Menghadapi Era Global‘, Media Pustakawan: Media Komunikasi Antar
Pustakawan, Vol. 21 (2014), pp. 4-44
Sakdiah, ‗Karakteristik Manajemen Organisasi Islam‘, Jurnal Al-Bayan, 20
(2014), pp. 60-78
Salam, H Burhanuddin, Etika Sosial: Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia
(Jakarta: Rineka Cipta, 1997)
Santi, Triana, ‗Membangun Citra Pustakawan IAIN- SU Medan‘, Jurnal Iqra‘,
Vol. 8 (2014), pp. 75-80
Sapril, H., ‗Profesionalisme Pustakawan‘, Jurnal Iqra‘, Vol. 06 (2012), pp. 36-39
Senewe, Emma Valentina Teresha, ‗Efektifitas Pengaturan Hukum Cipta Dalam
Melindungi Karya Seni Tradisional Daerah‘, Jurnal LPPM Bidang
EkoSosBudKum, 2 (2015), pp. 12-23
Subana M, and (Sudrajat), Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka
Setia, 2001)
Sudjiono, Anas, Pengantar Statistika Pendidikan (Jakarta: Grafindo Persada,
1997)
Sugiyanto, Analisis Statistika Sosial (Malang: Bayumedia Publishing, 2004)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabet,
2009)
Sulistyo-Basuki, Metode Penelitian (Jakarta: Penaku, 2010)
91
Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
132/KEP/M.PAN/12/2002/Tentang Jabatan Fungsional Pustakawan Dan
Angka Kreditnya (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2003)
Surtiawan, Dwi, ‗Membangun Profesionalitas Pustakawan Indonesia‘
<http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2014/MEMBANGUN%20PRO
FESIONALITAS%20PUSTAKAWAN%20INDONESIA.pdf> [accessed
22 July 2017]
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta:
Sagung Seto, 2006)
———, Perpustakaan Dan Masyarakat (Jakarta: Sagung Seto, 2006)
Suwarno, Wiji, Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan (Yogyakarta: AR-
Ruzz Media, 2010)
Syahmina, Fildzah, and Bambang Suryono, ‗Pengaruh Pengalaman, Etika Profesi,
Objektifitas Dan Time Deadline Pressure Terhadap Kualitas Audit‘, Jurnal
Ilmu Dan Riset Akuntansi, Vol. 5 (2016), pp. 2-20
Syamsuddin, Anwar, ‗Manajemen Dan Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi
Dalam Sistem Kredit Semester (SKS) & Sumber Belajar‘, Al-Maktabah,
Vol. 2 (2000), pp. 121-128
———, ‗Profesi Pustakawan Dan Etika Profesi‘, Al-Maktabah, Vol. 4 (2002), pp.
37-44
Tirayoh, Sutina Kusnan, Sylvia Posumah Rogi, and Stevi S. Sumendap, ‗Persepsi
Pustakawan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia Di Badan
Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sulawesi Utara‘, E-Journal
Acta Diurna, Vol. 4 (2015), pp. 1-11
Uber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2009)
Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007: Dilengkapi Anggaran
Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Kode Etik Ikatan Pustakawan
Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu)
Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Pedoman
Mahasiswa (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992)
NO._______ KUESIONER
Kepada yth:
Pustakawan Fungsional di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya, Siti Sulanjari
mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora yang sedang melakukan penelitian mengenai “Implementasi Kode Etik
Pustakawan di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Kode etik pustakawan yang
dimaksud yakni kode etik pustakawan yang ditetapkan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia
(IPI). Dengan ini saya bermaksud menyebarkan kuesioner. Data yang saya dapatkan nanti,
akan saya gunakan untuk pembuatan skripsi. Mohon bantuan untuk mengisi kuesioner ini
dengan baik dan benar. Identitas dan jawaban responden akan dijamin kerahasiaannya. Atas
partisipasi, kerjasama, dan kesediaan saudara/i untuk mengisi kuesioner penelitian ini. saya
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.
A. IDENTITAS RESPONDEN:
1. Pangkat / Gol :
2. Jabatan :
3. Jenis kelamin : L / P (coret salah satu)
4. Pendidikan :
a. D3
b. S1
c. S2
d. S3
5. Latar belakang pendidikan :
a. Ilmu Perpustakaan
b. Non-Ilmu Perpustakaan
6. Apakah saudara/i merupakan anggota IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) :
a. Iya
b. Tidak
7. Apakah saudara/i mengetahui terkait kode etik pustakawan Indonesia? Jika
mengetahui, dari mana saudara/i mengetahuinya?.........................................................
........................................................................................................................................
Petunjuk Pengisian:
1. Diharapkan kesediaan Saudara/i memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
pada kuesioner ini dengan benar.
2. Silahkan menjawab semua pertanyaan, baik pertanyaan terbuka maupun pertanyaan
tertutup.
3. Pilihlah jawaban yang saudara/i anggap paling sesuai menurut pendapat saudara/i
dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang telah disediakan.
B. Kode Etik Pustakawan Indonesia
a) Sikap Dasar Pustakawan
1. Menurut saudara/i memenuhi harapan dan kebutuhan informasi pemustaka suatu hal
yang mudah?
a. Sangat mudah
b. mudah
c. Kadang mudah
d. Tidak mudah
2. Menurut saudara/i dalam mempertahankan keunggulan dan mengembangkan
kompetensi perlu adanya kegiatan baca tulis dikalangan pustakawan?
a. Sangat perlu
b. Perlu
c. Kadang perlu
d. Tidak perlu
3. Apakah saudara/i bertindak profesional dalam membedakan tugas profesi dengan
kepentingan pribadi?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Apakah saudara/i menjamin bahwa tindakan dan keputusan berdasarkan
pertimbangan profesional?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Apakah saudara/i mampu menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan
wewenang, seperti tidak menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi?
a. Sangat mampu
b. Mampu
c. Kurang mampu
d. Tidak mampu
6. Pernahkah saudara/i bersikap ramah dengan memberikan senyum dan salam kepada
pemustaka?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
b) Hubungan dengan Pemustaka
7. Menurut saudara/i dalam mengakses informasi yang tak terbatas merupakan suatu
hal yang mudah?
a. Sangat mudah
b. Mudah
c. Kadang mudah
d. Tidak mudah
8. Apakah saudara/i menyadari bahwa pustakawan tidak bertanggung jawab atas
konsekuensi terhadap informasi yang telah diakses oleh pemustaka?
a. Selalu menyadari
b. Sering menyadari
c. Kurang menyadari
d. Tidak menyadari
9. Apakah saudara/i mampu melindungi hak privasi pemustaka menyangkut informasi
yang dicari?
a. Sangat mampu
b. Mampu
c. Kurang mampu
d. Tidak mampu
10. Apakah saudara/i mengakui hak milik intelektual?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
c) Hubungan Antar Pustakawan
11. Apakah saudara/i berusaha mencapai keunggulan profesi dengan cara
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui kegiatan seminar?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Pernahkah saudara/i bekerjasama dengan pustakawan lain dalam mengembangkan
kompetensi?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Apakah saudara/i mampu memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik
antara sesama rekan?
a. Sangat mampu
b. Mampu
c. Kurang mampu
d. Tidak mampu
14. Apakah saudara/i memiliki kesadaran yang tinggi akan perannya, memiliki loyalitas
terhadap tugasnya, menghargai profesi pustakawan dengan bangga?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Apakah saudara/i menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di
luar kedinasan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
d) Hubungan dengan Perpustakaan
16. Apakah saudara/i ikut aktif dalam kegiatan jasa kepustakawanan, seperti memenuhi
kebutuhan informasi pemustaka, membantu pemustaka mencari informasi,
menyediakan sumber-sumber informasi dan sebagainya?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17. Apakah saudara/i bertanggungjawab terhadap pengembangan perpustakaan?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18. Apakah saudara/i berupaya mengembangkan kerjasama semua jenis perpustakaan,
seperti wujud kerjasama berupa layanan pinjam antar perpustakaan, studi banding ke
perpustakaan lain, diskusi, dan lain sebagainya?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
e) Hubungan Pustakawan dengan Organisasi Profesi
19. Apakah saudara/i membayar iuran keanggotaan secara disiplin?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Apakah saudara/i mengikuti kegiatan organisasi sesuai kemampuan dan
melakukannya dengan penuh tanggung jawab?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
f) Hubungan Pustakawan dengan Masyarakat
21. Pernahkah saudara/i bekerjasama dengan organisasi lain di masyarakat untuk
meningkatkan nama baik profesi, instansi tempat bekerja, bahkan bangsa dan
negara?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
22. Apakah saudara/i berupaya mengembangkan kebudayaan di masyarakat melalui
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki, seperti membantu
mengelola perpustakaan di daerahnya?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
C. Kendala dan Harapan Terkait Implementasi Kode Etik Pustakawan di
Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
23. Menurut saudara/i, apa yang menjadi kendala dalam implementasi kode etik
pustakawan di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
a. Kurangnya sosialisasi
b. Kode etik kalah dengan kebijakan (birokrasi)
c. Pustakawan tidak membaca kode etik karena dianggap tidak penting
d. Sanksi terhadap pelanggaran kode etik tidak tegas
e. Lainnya (sebutkan)...................
BIODATA PENULIS
SITI SULANJARI. Lahir di Brebes, 10 Juni 1993, anak ketiga
dari 4 bersaudara. Ayahanda penulis bernama Suharno dan
Ibunda Musriyah. Riwayat pendidikan yang pernah ditempuh
oleh penulis dimulai dari SD Negeri Pondok Aren 04 (1999-
2005), menganyam pendidikan pesantren di Pondok Modern Darussalam Gontor
Puteri 1 Mantingan (2005-2008), MTS Al-Mukhlishin Bogor (2008-2010), MAN
4 Pondok Pinang (2010-2013). Kemudian, penulis melanjutkan kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan mengambil program studi Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Adab dan Humaniora dan menulis skripsi yang berjudul “Implementasi
Kode Etik Pustakawan di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Penulis
juga mendapat kesempatan melakukan PKL di Pusat Teknologi dan Komunikasi
Pendidikan dan Kebudayaan (PUSTEKKOM) selama 1 bulan pada tahun 2016
dan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Daru, Tangerang pada tahun
2016.