sistem transport melalui membra1rev
TRANSCRIPT
SISTEM TRANSPORT MELALUI MEMBRAN
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Sel
yang dibimbing oleh Ibu Dr. Umie Lestari, M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 4, Biologi Offering H
Waskita Martha S. (110342422011)
Dila Handayani (110342422016)
Alfi Laila Z. (110342422019)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupannya, sel melakukan pertukaran gas-gas respirasi,
menyerap vitamin, nutrisi, memasukkan dan mengeluarkan air, serta membuang
sisa hasil metabolisme. Zat-zat ini ada yang harus dimasukkan dan ada pula yang
harus dikeluarkan dari sel. Proses masuk dan keluarnya zat-zat tersebut
dinamakan transportasi zat. Karena sel hidup membutuhkan makan, minum,
respirasi, ekskresi, dan lain-lain. Sehingga sel hidup harus terus melakukan
transport zat.
Pada umumnya transport zat melewati membran sel. Transportasi zat bisa
terjadi secara aktif ataupun pasif. Transport pasif merupakan transport yang tidak
membutuhkan energi, sedangkan transport aktif membutuhkan energi. Proses
transport zat melewati membran meliputi difusi, osmosis, transport aktif,
endositosis, dan eksositosis.
Untuk memperjelas mengenai masing-masing mekanisme sistem transpor
melalui membran tersebut, maka di dalam makalah ini akan dijelaskan secara
lebih rinci dari masing-masing proses tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah mekanisme transport pasif dan transport aktif pada
sistem transport molekul-molekul kecil ?
1.2.2 Bagaimanakah mekanisme endositosis dan eksositosis pada transport
makromolekul ?
1.2.3
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan mekanisme transport pasif dan transport aktif pada
sistem transport molekul-molekul kecil.
1.3.2 Menjelaskan mekanisme endositosis dan eksositosis pada transport
makromolekul.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Transpor Molekul-molekul Kecil
Pengangkutan partikel melewati membran dengan cara transpor pasif dan
transpor aktif.
2.1.1 Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan mekanisme transpor yang tidak membutuhkan
energi metabolik dan materi bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Transpor pasif dibedakan atas difusi sederhana dan difusi terfasilitasi.
a. Difusi Sederhana
Molekul memiliki energi kinetik intrinsik yang disebut gerak termal
(kalor). Aturan sederhana difusi yaitu, dalam ketiadaan gaya-gaya lain, suatu
substansi akan berdifusi dari tempat konsentrasinya tinggi ke tempat yang
konsentrasinya lebih rendah. Dengan kata lain, substansi akan berdifusi menuruni
gradien konsentrasinya.
Difusi sederhana terjadi dengan cara menembus lapisan penyusun
membran, yaitu lapisan lipida. Lapisan lipida disini terdiri atas fosfolipid, yang
memiliki bagian hidrofilik pada bagian kepala dan bagian hidrofobik pada bagian
ekornya. Karena lapisan dalam dari membran tersebut bersifat hidrofobik, maka
dalam difusi sederhana ini molekul yang dapat melewatinya yaitu molekul yang
dapat larut dalam fosfolipid. Molekul yang dapat menembus lapisan lipida antara
lain molekul-molekul hidrofobik seperti oksigen, molekul polar yang tidak
bermuatan dan berukuran kecil seperti karbondioksida dan ethanol. Salah satu
contoh difusi yaitu penyerapan oksigen oleh sel yang melakukan respirasi seluler.
Gambar 1.2 Molekul menembus lapisan lipida
b. Osmosis (merupakan transpor pasif air)
Dalam membandingkan dua larutan yang konsentrasi zat terlarutnya
berbeda, larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi disebut
hipertonik. Larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih rendah disebut
sebagai hipotonik.
Difusi air melintasi membran selektif permeabel merupakan suatu kasus
khusus transpor pasif yang disebut osmosis. Arah osmosis ditentukan hanya oleh
perbedaan konsentrasi zat terlarut total. Larutan dengan konsentrasi zat terlarutnya
lebih tinggi (hipertonik) memiliki konsentrasi air yang lebih rendah. Sehingga air
akan berdifusi melintasi membran dari larutan hipotonik ke larutan hipertonik
(Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Osmosis
Air yang mempengaruhi kemampuan bertahan hidup sel. Karena
pergerakan air melintasi membran sel dan lingkungannya sangat penting bagi
organisme.
- Keseimbangan air pada ael tanpa dinding
Jika suatu sel hewan dicelupkan ke dalam lingkungan yang isotonik
terhadap sel tersebut, tidak akan ada selisih perpindahan air melintasi membran
tersebut. Tetapi jika sel tersebut dipindahkan pada larutan yang ipertonik, maka
sel ini akan kehilangan air yang berpindah ke lingkungannya. Sel akan mengkerut
dan mungkin saja bisa mati. Akan tetapi sel yang menyerap air terlalu banyak juga
akan menghadapi bahaya. Jika sel ditempatkan pada larutan yang hipotonik
terhadap sel tersebut, air akan masuk lebih cepat ke dalam sel. Sel akan
membengkak dan lisis (pecah).
Sel tanpa dinding kaku tidak dapat menerima penyerapan atau pelepasan
air yang berlebihan. Organisme yang tidak memiliki dinding kaku harus memiliki
adaptasi khusus untuk mengontrol keseimbangan air dalam tubuhnya. Misalnya
Paramaecium sp. yang memiliki vakuola kontraktil yang dapat memaksa air
keluar dari sel.
Gambar 2.2 Kesetimbangan air pada sel tak berdinding (sel darah merah)
- Keseimbangan air pada sel berdinding
Sel tumbuhan, prokariota, dan fungi memiliki dinding sel. Apabila sel
dimasukkan ke dalam larutan hipotonik, sel akan membengkak, tetapi karena
dindingnya yang lentur akan mengembang hanya sampai pada ukuran tertentu
sebelum dinding mengarahkan tekanan balik pada sel. Jika sel tumbuhan dan
sekelilingnya isotonik, tidak ada kecenderungan bagi air untuk masuk dan selnya
menjadi lembek yang menyebabkan tumbuhan layu. Jika sel dimasukkan ke dalam
larutan yang hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air karena berpindah ke
sekelilingnya dan akan mengerut. Begitu sel ini mengerut, membran plasmanya
tertarik menjauhi dindingnya. Peristiwa ini disebut plasmolisis, biasanya
menyebabkan tumbuhan mati.
Hypotonic Isotonic Hypertonic
Gambar 2.2 Kesetimbangan air pada sel berdinding (se; tumbuhan)
c. Difusi Terfasilitasi
Protein transpor memiliki banyak sifat enzim. Seperti enzim yang bersifat
spesifik untuk substratnya, protein transpor dispesialisasikan untuk zat terlarut
yang diangkutnya. Difusi terfasilitasi terjadi dengan cara melewati saluran yang
dibentuk oleh protein membran (channel protein) atau dibawa oleh carrier protein.
Misalnya ion-ion dapat lewat saluran protein atau dibawa oleh carrier protein,
gula dan asam amino dibawa carrier protein. Protein yang menyusun saluran dan
protein pembawa (carrier protein) adalah protein transmembran, keduanya disebut
protein transpor.
Protein yang sudah mengikat molekul yang akan dibawa mengalami
perubahan konformasi, seingga dapat membawa molekul tersebut menembus
membran. Saluran protein berisi air, dapat dilewati oleh ion-ion anorganik yang
muatan dan ukurannya sesuai dengan muatan dan ukuran saluran. Protein disini
sifatnya spesifik, sehingga molekul yang dapat diangkut hanya molekul-molekul
tertentu yang memiliki kecocokan (memiliki side) pada protein tersebut.
Gambar 3.1 Difusi terfasilitasi
2.1.2 Transpor Aktif
Berbeda dengan transpor pasif, transpor aktif selalu memerlukan energi
metabolik yang tersimpan dalan ATP. Pada transpor aktif, molekul diangkat oleh
protein pembawa (carrier protein) untuk melawan gradien konsentrasinya
melewati membran plasma dari satu sisi yang konsentrasi zat terlarutnya rendah,
ke sisi yang konsentrasi zat terlarutnya tinggi.
a. Pompa Natrium Kalium
Transpor aktif merupakan faktor utama yang menentukan kemampuan
suatu sel untuk memprtahankan konsentrasi internal molekul kecil yang berbeda
dari konsentrasi lingkungannya. Misalnya, dibandingkan dengan sekelilingnya, sel
hewan memiliki konsentrasi ion kalium yang jauh lebih tinggi dan konsentrasi ion
natrium yang lebih rendah. Membran plasma membantu mempertahankan gradien
dengan memompakan natrium ke luar dari sel dan kalium ke dalam sel dengan
energi dari hidrolisis ATP. Pada setiap hidrolisis satu ATP, tiga ion Natrium
dipompa keluar dan 2 ion Kalium dipompa ke dalam sel. Untuk hidrolisis ATP
diperlukan enzim ATP ase. Dalam proses hidrolisis, ATP akan diubah menjadi
ADP dan akan melepaskan satu gugus fosfat yang nantinya akan dipompakan
dalam proses transpor aktif. Selama proses pengangkutan, ATP ase selalu
mengalami fosforilasi dan defosforilasi. Fosforilasi menyebabkan terjadinya
perubahan konfigurasi enzim, sedangkan defosforilasi menyebabkan enzim
kembali pada konfigurasi semula.
Kerja transpor aktif dilakukan oleh protein spesifik yang tertanam dalam
membran. Seperti pada jenis kerja sel lainnya, ATP menyediakan energi untuk
sebagian besar transpor aktif. Salah satu cara bagi ATP untuk menggerakkan
transpor aktif yaitu dengan cara mentransfer gugus fosfat terminalnya langsung ke
protein transpor.
Gambar 4.1 Transpor Aktif Pompa Natrium Kalium
Berdasarkan pada gambaran secara skematis gambar 4.1, tahapan-tahapan
yang terjadi pada saat proses Pompa Natrium Kalium yaitu:
1. 3 molekul ion Natrium akan menempel pada sisi protein yang memang
khusus untuk ion Natrium.
2. Penempelan ion natrium tersebut akan menstimulasi ATP untuk
melakukan hidrolisis dan kemudian mentransfer gugus fosfatnya untuk
menggerakkan pompa tersebut. Gugus fosfat disini akan menempel pada
side khusus yang terdapat pada protein. Pada tahap ini adapat dikatakan
terjadi peristiwa fosforilasi oleh ATP.
3. Fosforilasi akan menyebabkan perubahan konformasi protein yang akan
mengusir ion Natrium keluar.
4. Ion kalium ekstraseluler akan masuk dan diikat oleh protein yang memiliki
side khusus bagi ion kalium tersebut.
5. Pengikatan ion kalium akan memicu pelepasan gugus fosfat yang tadinya
menempel pada protein. Pelepasan gugus fosfat akan membentuk kembali
konformasi asli dari protein.
6. Ion kalium akan dilepaskan dan tempat (side) ion Natrium mampu
mengikat kembali. Kemudian siklus akan kembali terjadi seperti pada
tahap awa.
b. Kotranspor
Pompa bertenaga ATP yang mentranspor zat terlarut spesifik dapat
menggerakkan transpor aktif beberapa zat terlarut lain melewati membran secara
tidak langsung dalam suatu mekanisme yang disebut kotranspor. Kotranspor
melibatkan dua protein membran. Sebagai contoh, sel-sel tumbuhan
memompakan ion hidrogen untuk mengaktifkan transpor sukrosa ke dalam sel.
Sukrosa dapat masuk ke dalam sel melalui protein membran melawan gradien
konsentrasi jika bersamaan dengan ion hidrogen (Gambar 4.2). Contoh lainnya
yaitu pengangkutan glukosa dan asam amino dari lumen usus ke dalam sel epitel
usus selalu bersamaan dengan pengangkutan ion-ion Na+. Pada transpor glukosa
ini, glukosa dan Na+ terikat pada kedudukan yang berbeda dari molekul protein.
Konsentrasi Na+ di luar sel lebih tinggi, sedangkan konsentrasi glukosa di luar sel
lebih kecildari pada di dalam sel. Karena itu, Na+ cenderung masuk ke dalam sel,
maka glukosa seolah-olah tertarik masuk ke dalam sel bersama ion Na.
Gambar 4.2 Cotranspor
2.2 Sistem Transpor Makromolekul
Tidak seperti air dan zat terlarut kecil yang dapat memasuki dan melintasi
bilayer lipid membran plasma atau dengan dipompakan melintasi membran oleh
protein transpor, molekul besar seperti protein dan polisakarida umumnya
melintasi membran dengan mekanisme yang berbeda dan melibatkan vesikula.
Pemasukan makromolekul melibatkan pembentukan vakuola dengan cara
endositosis (Gambar 5.1). Sebagian kecil luas membran plasma terbenam ke
dalam membentuk kantong. Begitu kantong ini semakin dalam, kantong ini
terjepit membentuk vesikula yang berisi materi. Ukuran vakuola tergantung pada
materi yang masuk. Berdasarkan pada ukuran vakuola, endositosis dibedakan
menjadi pinositosis dan fagositosis. Pada pinositosis materi yang masuk berupa
larutan, vesikel yang terbentuk kecil, berukuran <150nm disebut pinosom. Pada
fagositosis, materi berbentuk partikel, vakuola yang terbentuk berukuran >250nm
disebut fagosom.
Semua sel hewan dapat melakukan pinositosis, tetapi hanya sel tertentu
yang dapat melakukan fagositosis. Misalnya pada makrofag dan neutrofil. Untuk
melakukan endositosis, dibutuhkan energi.
.
Gambar 5.1 Pembentukan vakuola
- Pinositosis
Pinositosis terjadi pada bagian tertentu membran yaitu berupa cekungan
pada membran yang permukaan sitoplasmiknya mempunyai selubung protein.
Pada pinositosis, ik.sel meneguk tetesan fluida ekstraseluler dalam vesikula kecil.
Karena salah satu atau seluruh zat terlarut yang larut dalam tetesan tersebut
dimasukkan ke dalam sel, pinositosis tidak bersifat spesifik pada substansi yang
ditranspornya.
Gambar 5.2 Mekanisme Pinositosis
- Fagositosis
Fagositosis hanya dapat dilakukan oleh sel-sel tertentu seperti makrofag
dan neutrofil. Sel-sel yang dapat melakukan fagositosis secara umum disebut
fagosit. Pada fagositosis, sel menelan suatu partikel dengan pseudopod yang
membalut di sekeliling partikel tersebut dan membungkusnya di dalam kantong
berlapis membran yang cukup besar untuk dapat digolongkan sebagai vakuola.
Partikel tersebut dicerna setelah vakuola bergabung dengan lisosom yang
mengandung enzim hidrolitik.
(a) (b)
Gambar 5.3 (a) mekanisme fagositosis (b) makrofag melakukan fagositosis
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5.4 Fagositosis (a) neutrofil (b) monosit (c) eosinofil (d) makrofag
- Endositosis yang diperantarai reseptor
Proses ini memungkinkan sel dapat memperoleh substansi spesifik dalam
jumlah yang melimpah, sekalipun substansi itu mungkin saja
konsentrasinya tidak tinggi dalam fluida ekstraseluler. Misalnya sel
manusia menggunakan proses ini untuk menyerap kolesterol dan
digunakan dalam sintesis membran dan sebagai prekusor untuk sintesis
steroid lainnya.
Gambar 5.5 Endositosis yang diperantarai reseptor
Mekanisme yang terjadi selain endositosis, yaitu eksositosis. Eksositosis
merupakan kebalikan dari endositosis. Eksositosis merupakan proses pengeluaran
makromolekul dari dalam sel. Vakuola yang berisi makromolekul yang akan
dikeluarkan fusi dengan membran sel. Ketika membran vesikula bertemu dengan
membran plasma, molekul lipid kedua bilayer menyusun ulang dirinya sendiri
sehingga kedua membran bergabung. Kandungan vesikulanya kemudian tumpah
ke luar sel (Gambar 5.5).
Contoh dari proses eksositosis, misalnya sel-sel tertentu dalam pankreas
menghasilkan insulin dan mengsekresikannya ke dalam darah melalui eksositosis.
Contoh lain yaitu ketika sel tumbuhan sedang membuat dinding, eksositosis
mengeluarkan karbohidrat dari vesikula Golgi ke bagian luar sel.
Gambar 5.6 Mekanisme Eksositosis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan:
a. Sistem transport molekul-molekul kecil meliputi transport pasif yang
terbagi atas difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi. Pada transport ini tidak
membutuhkan ATP, dan molekul bergerak menuruni gradient konsentrasi.
Sedangkan transport aktif meliputi Pompa Natrium Kalium dan
Cotranspor. Pada sistem transport ini, molekul bergerak dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi, sehingga dibutuhkan energi dalam prosesnya.
b. Sistem transport makromolekul meliputi endositosis dan eksositosis.
Endositosis merupakan proses pemasukan makromolekul yang melibatkan
pembentukan vakuola. Endositosis terbagi atas pinositosis (celluler
drinking) dan fagositosis (celluler eating). Sedangkan eksositosis
merupakan proses pengeluaran makromolekul dari dalam sel.
Daftar Pustaka
Cambell, A.2005.Biology Seventh Edition. California : Pearson.
Yatim, Wildan. 2003. Biologi Modern “Biologi Sel”. Bandung: Tarsito.
Al, Suyitno. Osmosis dan Penyerapan Zat pada Tumbuhan. (online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/suyitno-aloysius-drs-
ms/osmosis-dan-penyerapan-zat-pada-tumbuhan.pdf), diakses tanggal 26
September 2012.
Cambell, A. Membrane Structure and Function, (online),
(http://www.pearsonhighered.com/campbell9einfo/assets/pdf/Campbell9
e_Ch07.pdf) diakses tanggal 20 September 2012.
Iriawati. Struktur dan Fungsi Membran Sel. (online),
(http://www.sith.itb.ac.id/profile/pdf/iriawati/bahan-kuliah/bahan-2/
StrukturDanFungsiMembranSel-februari09.pdf), diakses tanggal 26
September 2012.
Purnobasuki, Hery. Struktur dan Fungsi Membran. (online),
(http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/StrukturdanFungsi-
HeryPurnobasuki_238.pdf), diakses tanggal 26 September 2012.