sistem surveillans difteri tugas 2

5

Click here to load reader

Upload: anasyia-nurwitasari

Post on 25-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

evaluasi

TRANSCRIPT

Jenis Surveilans: Kasus DifteriDua atribut yang dievaluasi:

1. Simplicity2. AcceptabilityInstrumen pengumpulan data:

a. Simplicity

1. Bagaimana cara penyaluran data/ informasi kasus difteri dari Puskesmas hingga Dinas Kesehatan di suatu daerah tingkat Kabupaten/ Kota?

2. Bagaimana pelaporan dan penyebarluasan data/ informasi kasus difteri di suatu daerah tingkat Kabupaten/ Kota?

3. Apakah terdapat intregasi dengan sistem lain?

4. Siapa sajakah sumber pelaporan kasus difteri di suatu daerah tingkat Kabupaten/ Kota?5. Bagaimana sistematika kegiatan surveillans difteri yang telah dilakukan oleh instansi kesehatan terkait? apakah sudah ada SOP untuk kegiatan surveillans di suatu daerah tingkat Kabupaten/ Kota?6. Bagaimana keterampilan petugas surveilans difteri di suatu daerah tingkat Kabupaten/ Kota? Apakah sudah sesuai peraturan Mentri Kesehatan nomor 1116 tahun 2003?7. Sumber dana kegiatan surveilans berasal darimana? Apakah sudah mencukupi?8. Apakah laporan data/ informasi kasus difteri sesuai dengan format yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan?

b. Acceptability1. Apakah pelaporan data/ informasi kasus difteri dari Puskesmas hingga tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sesuai target waktu yang ditentukan?2. Berapa jumlah penderita difteri/ kasus difteri yang dilaporkan oleh setiap instansi kesehatan di suatu daerah tingkat kabupaten/ kota?

3. Siapakah pihak atau instansi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan surveillans kasus difteri di suatu daerah tingkat Kabupaten/ Kota?

4. Apakah ada umpan balik dari instansi kesehatan terkait pelaporan data/ informasi kasus difteri? Dalam bentuk apa umpan balik tersebut?

5. Adakah instansi kesehatan atau pihak lain yang memanfaatkan hasil surveillans kasus difteri? Instansi dan pihak dari mana sajakah dan data apa saja yang dibutuhkan?Permasalahan surveillans berdasarkan atribut I:

1. Di beberapa daerah disebabkan belum adanya sarana berupa perangkat komputer di Puskemas sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya pengolahn data secara komputerisasi.

2. Format pelaporan tidak sesuati dengan format baku yang ada, sehingga pelaporan data ke tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota akan terhambat dan memakan waktu lama.

3. Hasil laboratorium bisa dilihat kurang lebih 1 minggu sehingga dalam waktu tersebut dinas belum bisa melakukan analisis

4. Staf kurang ahli dalam melakukan analisis dan interpretasi data/ informasi kasus difteri maupun masalah kesehatan lainnya, kegiatan pelaporan dan penyebarluasan data serta pemantauan penyakit difteri di suatu daerah

5. Terjadi tugas rangkap pada tenaga kesehatan di Puskesmas sehingga mengakibatkan satu orang mengerjakan dua atau lebih job desc. Hal tersebut juga disebabkan oleh kurangnya staff ahli dan tenaga lapangan.

6. Penyebarluasan data melalui kegiatan lintas sektor atau penyuluhan kepada masyarakat dan penyebaran data melalui media elektronik atau media cetak belum dilaksanakan.

7. Tidak ada pelatihan untuk petugas surveilans

Permasalahan Surveillans berdasarkan atribut II:

1. Tidak adanya umpan balik dari laboratorium ke Puskesmas setempat sehingga menyebabkan pelaporan data kasus difteri tidak sesuai dengan yang menyebar di masyarakat.

2. Keterlamabatan dalam proses pengolahan data maupun pelaporan data/ informasi kasus difteri

3. Pemanfaatan data/ informasi kasus difteri di suatu daerah tidak optimal sehingga dalam perencanaan program pencegahan difteri tidak maksimalRencana tindak lanjut:

1. Kebijakan format laporan lebih disosialisasikan dengan baik sehingga setiap Puskesmas dalam kegiatan pelaporan data/ informasi kasus ke tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat menerapkannya2. Tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas atau Dinas Kesehatan telah mempunyai kemampuan yang memadai baik dalam kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, pelaporan serta penyebarluasan data sehingga dapat menunjang keberhasilan program pencegahan terhadap penyakit difteri. Diperlukan pelatihan rutin serta sosialisasi dalam melakukan sistem surveillans.3. Diberlakukan sistem rewards dan punishments bagi petugas dan instansi dalam kegiatan surveillans

4. Terjadinya umpan balik antara Puskesmas, Poliklinik, Laboratorium, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan sehingga dari kegiatan surveilans diferi tersebut dapat merencanakan program pencegahan penyakit difteri yang menyeluruh dan terorganisir dengan baik.

5. Pelaporan dan penyebarluasan tidak hanya diberitahukan pada instansi yang lebih tinggi, sebaiknya diberitahukan juga kepada masyarakat, sehingga mengetahui tentang jumlah penduduk yang sakit agar dapat dilakukan pencegahan berbasis rumah tangga.6. Pelaporan data dilakukan dengan sistem komputerisasi sehingga data yang tersimpan tidak tersebar kemana-mana dan memudahkan petugas apabila mencari data yang diperlukan

7. Optimalisasi data/ informasi kasus difteri dalam merancang program pencegahan terhadap kasus difteriSumber:

Amiruddin, Prof Dr ridwan. 2013. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Bogor. IPB Press.