sistem sirkulasi kuliah

Upload: budi-laksono

Post on 20-Jul-2015

162 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SISTEM SIRKULASI SISTEM VASKULAR DARAH Sistem vaskular darah terdiri atas jantung, arteri utama, arteriol, kapiler, venul dan vena. Histologi otot jantung telah dibahas pada Bab 5 sebagai salah satu dari empat jaringan dasar (Gb 5-2, 5-8, 5-9, 5-10). Dalam bab ini histologi jantung hanya digambarkan sebagai bagian sistem kardiovaskular. ARTERI: ELASTIS DAN MUSKULAR Tiga kategori utama arteri adalah arteri elastis, arteri muskular dan arteriol kecil. Diameter arteri secara berangsur mengecil setiap kali bercabang sampai pembuluh terkecil yaitu kapiler. Arteri elastis adalah pembuluh paling besar di dalam tubuh. Di antaranya adalah trunkus pulmonal dan aorta serta cabang-cabang utamanya. Dinding pembuluh ini terutama terdiri atas serat elastis yang memberi kelenturan dan daya pegas selama aliran darah. Arteri elastis bercabang menjadi arteri berukuran sedang, yaitu arteri muskular yang merupakan pembuluh darah terbanyak di tubuh. Arteri muskular mengandung lebih banyak serat otot polos pada dindingnya. Arteriol adalah cabang terkecil sistem arteri. Dindingnya terdiri atas satu sampai lima lapisan serat otot polos. (Gb. 7-1, 7-3, 7-9). Dinding arteri secara khas mengandung tiga lapisan tunika konsentris. Lapisan terdalam adalah tunika intima, terdiri atas endotel dan jaringan ikat subendotel dibawahnya. Lapisan tengah adalah tunika media, terutama terdiri atas serat otot polos yang mengitari lumen pembuluh. Lapisan terluar adalah tunika adventisia, terutama terdiri atas serat elastis yang disebut lamina elastika interna yang bersebelahan dengan tunika intima. Pita lain terdiri atas serat-serat elastis berombak terdapat pada perifer tunika media, disebut sebagai lamina elastika eksterna.

4

VENA Kapiler berangsur-angsur membentuk venul yang lebih besar, venul umumnya menyertai arteriol. Darah balik mula-mula mengalir ke dalam venul pascakapiler, kemudian ke dalam vena yang makin membesar. Untuk mudahnya, vena digolongkan sebagai kecil, sedang, dan besar. Dibandingkan arteri, vena lebih banyak, berdinding lebih tipis, berdiameter lebih besar dan struktur bervariasi lebih besar (Gb 7-1, 7-2, 7-9). Vena ukuran kecil dan sedang terutama di ekstremitas, memiliki katup. Saat darah mengalir ke arah jantung, katub terbuka. Saat akan mengalir balik, katup menutup lumen dan mencegah aliran balik darah. Darah vena di antara katup pada ektremitas mengalir ke arah jantung akibat kontraksi otot. Katub tidak terpadat pada vena SSP, vena cava inferior atau superior dan vena visera. Dinding vena juga terdiri atas tiga lapisan, namun lapisan ototnya jauh lebih tipis. Tunika intima pada vena besar terdiri atas endotel dan jaringan ikat subendotel. Tunika media tipis dan tunika adventisia adalah lapisan paling tebal pada dindingnya. VASA VASORUM Dinding arteri dan vena yang lebih besar terlalu tebal untuk menerima nutrien langsung melalui difusi dari lumennya. Itulah sebabnya dinding pembuluh darah besar dipasok oleh pembuluh darahnya sendiri yang kecil, disebut vasa vasorum (pembuluh darah pada pembuluh darah). KAPILER Kapiler adalah pembuluh darah terkecil dengan diameter rata-rata 8 m, hampir sama dengan diameter eritrosit. Terdapat tiga jenis kapiler : kapiler kontinu, kapiler bertingkap, dan sinusoid. Kapiler kontinu paling umum dan ditemukan pada kebanyakan organ dan jaringan. Pada kapiler ini, sel-sel endotel saling menyambung membentuk lapisan yang utuh (Gb 7-1).

4

Sebaliknya, kapiler bertingkap memiliki lubang-lubang bulat atau fenestra (pori) pada sitoplasma sel endotel. Kapiler bertingkap demikian ditemukan dalam organ endokrin, usus halus, dan glomeruli ginjal. Sinusoid adalah pembuluh darah yang berjalan berkelok-kelok, tidak teratur dengan diameter yang jauh lebih besar dari kapiler lain. Sinusoid ditemukan di dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Tautan sel endotel jarang ada pada sinusoid, dan celah-celah lebar terdapat di antara sel endotel. Membran basalnya juga tidak utuh bahkan kadang-kadang tidak ada pada sinusoid. SISTEM VASKULAR LIMF Sistem limfatik terdiri atas kapiler limf dan pembuluh limf. Sistem ini berawal buntu, berupa tubul atau kapiler limf didalam jaringan ikat. Pembuluh ini menampung kelebihan cairan interstisial (limf), menyalurkannya melalui limfonodus untuk disaring dan mengembalikannya ke dalam sistem vaskular darah melalui pembuluh limf yang lebih besar. Endotel pada kapiler dan pembuluh limf sangat tipis agar lebih permeabel. Struktur pembuluh limf besar mirip vena, hanya dindingnya lebih tipis. Pergerakan limf di dalam pembuluh mirip dengan pergerakan darah, tetapi pembuluh limf mengandung lebih banyak katup. Pembuluh limf ditemukan pada semua jaringan, kecuali pada SPP, tulang rawan, tulang dan sumsum tulang, timus, plasenta dan gigi. Gambar 7-1 Pembuluh Darah dan Limfatik Gambar ini melukiskan berbagai jenis pembuluh darah dan limfatik yang dikelilingi jaringan ikat longgar dan lemak (13,28). Kebanyakan pembuluh terpotong melintang atau oblik. Sebuah arteri kecil (4) dengan struktur dinding dasar tampak di tengah atas gambar. Berbeda dengan vena (22), arteri memiliki dinding relatif tebal dan lumen kecil. Pada potongan melintang, dinding sebuah arteri memiliki lapisan sebagai berikut: a. Tunika intima, terdiri atas endotel (16) di lapisan dalam, subendotel (17) yang merupakan lapisan jaringan ikat, dan lamina (membran) elastika interna (19) yang menandakan batas antara tunika intima dan tunika media. b. Tunika media (4), terutama terdiri atas serat otot sirkular. Anyaman serabut elastin halus yang longgar terdapat diantara sel otot polos. c. Tunika adventisia (6) terdiri atas jaringan ikat yang mengandung saraf kecil (14) dan pembuluh darah (15) kecil. Pembuluh darah di dalam adventisia disebut vasa vasorum (15), atau pembuluh darah pada pembuluh darah. Bila sebuah arteri memiliki 25 atau lebih lapisan otot polos didalam tunika media, arteri ini disebut arteri muskular atau arteri pendistribusi. Serat elastin lebih banyak, namun masih berupa serabut-serabut halus dan anyaman. Vena berukuran sedang (22) terlihat di tengah bawah gambar. Dindingnya relatif tipis dan lumennya besar. Potongan melintang vena menampakkan lapisan sebagai berikut: a. Tunika intima, terdiri atas endotel (24) dan selapis serat kolagen dan elastn halus yang sangat tipis yang menyatu dengan jaringan ikat tunika media.

4

b. Tunika media (25), terdiri atas selapis tipis otot polos yang melingkar secara longgar dan terbenam di dalam jaringan ikat. Lapisan ini jauh lebih tipis pada vena daripada di arteri. c. Tunika adventisia (26) terdiri atas selapis lebar jaringan ikat. Pada vena, lapisan ini jauh lebih tebal daripada tunika media. Di sini juga terlihat arteriol (1, 5, 8). Arteriol terkecil (1) memiliki lamina elastika interna tipis dan satu lapis sel otot polos di dalam tunika medianya. Satu arteriol (8) dengan cabang kapiler (9) terpotong memanjang. Juga tampak vena yang lebih kecil (18, 27), venul (3, 10), kapiler (9, 11, 20) dan saraf kecil (2, 23). Pembuluh limfatik (12) dapat dikenali dari tipisnya dinding, dan daun-daun katup di dalam lumennya. Gambar 7-2 Vena Besar, Vena Porta (Potongan Transversal) Ciri yang mencolok pada vena besar adalah adventisia muskularnya tebal dengan serat-serat otot polosnya tersusun memanjang. Pada gambar potongan melintang sebuah vena porta, tampak susunan khas dindingnya: serat-serat otot polos (1) tersusun dalam berkas dan terutama tampak pada potongan melintang dengan sejumlah jaringan ikat tunika adventisia (2) yang tersebar diantaranya. Vasa vasorum (3,7) terdapat diantara jaringan ikat. Berbeda dengan tunika adventisia yang tebal, tunika media (6) adalah lapisan yang lebih tipis, terdiri atas serat-serat otot polos melingkat dan sedikit jaringan ikat yang lebih longgar. Pada vena besar lain, tunika media dapat sangat tipis dan padat. Seperti terlihat pada pembuluh lain, tunika intima merupakan bagian endotel (4) dengan sedikit jaringan penyolong. Selain itu vena besar umumnya memiliki lamina elastika interna (5) yang tidak begitu berkembang seperti pada arteri. Gambar 7-3 Arteri dan Vena Muskular (Potongan Transversal) Dinding pembuluh darah mengandung jaringan elastis dalam jumlah tertentu agar dapat mengembang dan berkerut. Pada gambar ini sebuah arteri (1) dan vena (4) muskular terpotong transversal dan sediaan dibuat dengan pulsan elastin untuk memperlihatkan sebaran serat-serat elastin. Pada sediaan ini, serat elastin terpulas hitam dan serat kolagennya kuning muda. Gambar ini menunjukkan bahwa dinding arteri (1) jauh lebih tebal dan mengandung lebih banyak serat otot polos daripada dinding vena (4). Lapisan terdalam, tunika intima arteri (1), terpulas gelap karena lamina elastika internanya (1a) tebal. Lapisan tengah arteri muskular yang tebal, tunika media (1b), terdiri atas beberapa lapis serat otot polos yang tersusun melingkari lumen., berkas tipis serat-serat elastin (1b). Pada bagian tepi tunika media (1b) terdapat lamina elastika eksterna yang tidak begitu nyata (1c). Di sekitar arteri, terdapat jaringan ikat adventisia (1d). Di dalam adventisia terdapat serat kolegn (2) yang terpulas lemah, dengan serat elastin (3) yang terpulas gelap. Pada dinding vena (4) juga tampak lapisan tunika intima (4a), tunika media (4b), dan tunika adventisia (4c) yang terpotong melintang. Namun, ketiga lapisan vena ini jauh lebih tipis daripada dinding arteri. Di sekitar kedua pembuluh itu, terdapat kapiler (5), arteriol (7), venul (6), dan sel-sel jaringan lemak (8). Di dalam lumen kedua jenis pembuluh terdapat banyak eritrosit dan leukosit.

Gambar 7-4 Arteri Besar: Dinding Aorta (potongan tranversal) 4

Struktur dinding aorta mirip dengan struktur dinding arteri pada Gambar 7-3. Namun, seratserat elastin coklat tua (2) merupakan bagian terbesar tunika media, dengan sel-sel otot polos (3) tidak sebanyak pada arteri muskular. Jaringan lain di dalam dinding aorta tetap tidak terpulas atau hanya terpulas lemah.. ukuran dan susunan lamina elastika di tunika media jelas terlihat dengan pulasan elastin. Namun, sel-sel otot polos (3) dan serabut elastin halus di antara lamina tetap tidak terpulas. Luasnya tunika intima (4) dapat ditetapkan, namun tetap tidak terpulas. Membran elastika pertama adalah lamina (membran) elastika interna (5). Kadang-kadang lamina yang lebih kecil tampak pada jaringan ikat subendotel, dan berangsur beralih menjadi lamina yang lebih besar pada tunika media. Tunika adventisia (1), juga tidak terpulas adalah zona sempit serat kolagen. Di dalam aorta dan arteri pulmoner, tunika media mencakup sebagian besar dinding pembuluh, sedangkan tunika adventisia menipis seperti tampak pada gambar. Gambar 7-5 Jantung Atrium dan Ventrikel Kiri (pandangan menyeluruh, potongan memanjang) Gambar ini melukiskan potongan memanjang belahan kiri jantung, menampakkan sebagian atrium (1) valvula (katup) atrioventrikular (mitral) (4), dan ventrikel (6). Muskular jantung pada bidang irisan ini tampak dalam berbagai bidang irisan. Pada dinding atrium, endokard (1) terdiri atas endotel yaitu sebuah lapisan jaringan ikat subendotel tebal, dan miokard (2) tebal pada muskulatur yang tersusun longgar. Epikard (13) membungkus jantung yang diluarnya dilapisi selapis mesotel. Lapisan subepikard (14) terdiri atas jaringan ikat dan lemak yang jumlahnya bervariasi pada bagian jantung berbeda. Lapisan ini juga meluas ke dalam sulkus koronaria (atrioventrikular) dan interventrikular jantung. Endokard ventrikel (6) lebi tipis jika dibandingkan dengan endokard atrium (1), sedangkan miokardnya (7) tebal dan lebih padat. Epikard dan jaringan ikat subepikard (16) menyatu dengan epitel dan jaringan ikat yang ada di atrium. Di antara atrium dan ventrikel, terdapat anulus fibrosus (3) yang terdiri atas jaringan ikat pada fibrosa. Daun katub atrioventrikular (mitral) (4) dibentuk oleh membran ganda endokard (4a) dan jaringan ikat padat (4b) sebagai pusatnya kemudian menyatu dengan anaulus fibrosus (3). Pada permukaan ventral katup, terdapat insersio korda tendinae (5) ke katup. Permukaan dalam dinding ventrikel menunjukkan ciri khas miokard dan endokard: apeks muskulus papilaris (18) dan trabekula karne (17). Serat purkinje (8) atau serat penghantar impuls yang terdapat di dalam jaringan subendotel yang longgar, dapat dikenali dari ukurannya yang lebih besar dan pulasannya yang lebih lemah. Daerah kecil di dalam empat persegi panjang (9) diperlihatkan dengan pembesaran lebih kuat pada Gambar 7-7. Pembuluh darah yang lebih besar, seperti arteri koronaria (10), berjalan di dalam jaringan ikat subepikard (14). Di bawah arteri koronaria, terdapat potongan melalui sinus koronarius (11). Sebuah vena koronaria (12) dengan katupnya memasuki sinus koronarius. Pembuluh-pembuluh koroner yang lebih kecil (15) terlihat di dalam jaringan ikat subepikard (14) dan didalam septa perimisium (15) yang meluas ke dalam miokard (7).

4

Gambar 7-6 Jantung Trunkus Pulmonal, Katup Pulmonal, Ventrikel Kanan (pandangan menyeluruh, potongan memanjang) Tampak sebagian ventrikel kanan dan sebagian trunkus pulmonal (6). Endotel tunika intima tampak pada permukaan sebelah kanan. Tunika media merupakan bagian paling tebal pada dinding trunkus pulmonal, namun, lamina elastikanya yang tebal tidak jelas dengan pembesaran ini. Adventisia tipis menyatu dengan jaringan ikat subepikard (2) sekitar yang berisi lemak pada spesimen ini. Trunkus pulomnal (8) berawal pada anulus fibrosus (9). Satu daun katup semilunar (pulmonal) (7) tampak di sini. Seperti katup mitral (terlihat dalam Gb 7-5), katup ini ditutupi endokard. Jaringan ikat dari anulus fibrosus meluas ke dalam dasar katip pulmonal (10) dan membentuk bagian pusatnya. Miokard tebal (4) ventrikel kanan dilapisi bagian dalamnya oleh endokard (11). Endokard meluas di atas katup pulmonal (7) dan anulus fibrosus (9) dan menyatu dengan tunika intima trunkus pulmonal (8). Permukaan luar trunkus pulmonal (6) dilapisi jaringan ikat subepikard dan lemak (2) yang pada kemudian ditutupi epikard (1). Kedua lapisan ini menutupi permukaan luar ventrikel. Pembuluh koroner (3,5) di dalam subepikard (2).

Gambar 7-7 Jantung: Serat Purkinje (Serat Penghantar Impuls) Daerah yang ditandai empat persegi panjang (9) pada Gambar 7-5 diperlihatkan di sini dengan pembesaran lebih kuat untuk menampakkan serat-serat penghantar impuls. Di bawah endokard (1), terdapat kelompok serat Purkinje (2, 4). Serat ini berbeda dengan serat otot jantung biasa (5) karena ukurannya lebih besar dan terpulas lebih lemah. Ada serat Purkinje yang terpotong melintang (2) dan yang terpotong memanjang (4). Pada potongan melintang, serat Purkinje terlihat memiliki lebih sedikit miofibril yang tersebar di perifer, meninggalkan sitoplasma perinuklear yang tampak terang. Pada beberapa potongan, terlihat inti pada potongan yang lain, tampak daerah pusat yang tampak terang yang bidang irisannya tidak mengenai inti. Serat Purkinje menyatu dengan serat jantung pada serat peralihan (3) bagian atas serat sesuai dengan serat Purkinje dan bagian bawah sesuai dengan serat otot jantung biasa. Gambar 7-8 Jantung : Serat Purkinje (Serat Penghantar-Impuls) Gambar ini melukiskan bagian jantung dengan serat-serat Purkinje yang dipulas dengan Mallory-Azan, sediaan ini memakai pembesaran sama dengan pada Gb 7-7. Ciri khas serat Purkinje (2) tampak dalam potongan memanjang dan melintang/longitudinal dan transversal. Dengan hematoksilin-eosin, jaringan ikat tidak terpulas jelas. Pada sediaan ini, serat-serat kolagen yang terpulas biru memetakan jaringan ikat subendokard (3) disekitar serat Purkinje (2). Di dekat serat-serat ini, terlihat sebuah kapiler (1) dengan sel-sel darah merah di dekatnya. Fotomikrograf ini menggambarkan dan membandingkan perbedaan antara sebuah arteri kecil (1) dan vena kecil (6) yang dikelilingi jaringan ikat padat tidak teratur (5). Arteri kecil (1) memiliki dinding yang relatif tebal dengan lumen kecil. Dinding terdiri atas tunika intima (2), disusun oleh lapisan endotel (2a), jaringan ikat subendotel (2b), dan lamina (membran) elastika 4

interna (2c). Membran ini (2c) memisahkan tunika intima (2) dari tunika media (3) yang terutama terdiri atas serat-serat otot polos melingkar. Tunika media dikelilingi lapisan jaringan ikat tunika adventisia (4). Di sekitar arteri kecil (1) ini, terdapat vena kecil (6) dengan lumen jauh lebih besar berisi sel-sel darah. Dinding vena lebih tipis jika dibandingkan dengan dinding arteri dan terdiri atas tunika intima (7) yang disusun oleh endotel (7a), selapis tipis otot polos melingkar yang membentuk tunika media (8), dan lapisan jaringan ikat tunika adventisia (9). Gambar 7-10 Dinding Jantung: Serat Purkinje Fotomikrograf dinding ventrikel jantung menampakkan endotel (3) bilik jantung, jaringan ikat subendotel (4), dan serat-serat Purkinje (5) dibawahnya. Dibanding dengan serat otot jantung miokard (1) yang terpulas merah didekatnya, serat Purkinje (5) lebih besar dan terpulas lebih lemah (lebih pucat). Selain itu, serat-serat ini memiliki lebih sedikit miofibril yang tersebar di perifer, menyisakan zona sarkoplasma terang di sekitar inti (perinuklear). Serat Purkinje (5) secara berangsur menyatu dengan serat jantung (1), seperti tampak dalam gambar. Berkas yang mengelilingi serat Purkinje (5) dan serat otot jantung (1) adalah berkas serat jaringan ikat (2). Korelasi Fungsional Pembuluh Darah Arteri elastis mengangkut darah dari jantung dan menyalurkannya di sepanjang jalur vaskular sistematik. Serat-serat elastis dalam jumlah besar pada dindingnya memungkinkan arteri elastis menambah diameternya selama sistol (kontraksi jantung), saat sejumlah besar darah diejeksi keluar dari ventrikel ke dalam lumennya. Selama diastol (relaksasi jantung), dinding elastis yang diregangkan oleh darah dalam lumennya, akan mengerut kembali dan memaksa darah bergerak melalui saluran darah. Dengan cara ini, tekanan arteri yang diperlukan akan dipertahankan. Selain itu, serat elastin dalam dindingnya berakibat aretri elastis dapat memelihara tekanan darah sistolik yang kurang lebih tetap dan aliran darah yang lebih merata selama siklus jantung. Berbeda dengan arteri elastis, arteri muskular mengendalikan aliran dan tekanan darah melalui vasokonstriksi atau vasodilatasi lumennya. Hal ini terjadi karena serat otot polos yang cukup banyak pada dindingnya. Efek ini terutama dihasilkan oleh persarafan otot polos oleh akson tanpa meilin divisi simpatis susunan saraf otonom. Serat otot polos pada erteri lebih kecil atau arteriol mengatur aliran darah ke dalam bantalan kapiler / capillary bed juga melalui konstriksi atau dilatasi otonom lumennya. Arteriol

4

terminal membentuk pembuluh darah paling kecil, yaitu kapiler. Kapiler umumnya kontinu, bertingkap (berpori), dan sinusoid (tidak kontinu). Karena dindingnya sangat tipis, kapiler memungkinkan pertukaran gas, metabolit, nutrien, dan produk limbah antara darah dan jaringan secara efisien. Kebanyakan kapiler didalam tubuh adalah dari jenis kontinu, artinya endotelnya membentuk lapisan utuh. Kapiler bertingkap memungkinkan pertukaran substansi molekular yang lebih cepat antara darah dan jatingan dibanding kapiler kontinu. Pada sinusoid, endotelnya bertingkap, tidak utuh, dengan sebagian didasari membran basal atau sama sekali tidak ada membran basal di bawah endotelnya. Akibatnya, plasma, selain unsur berbentuk lain, dapat melewati sinusoid dan berkontak langsung dengan sel-sel sekitar. Ini memungkinkan peningkatan pertukaran antara isi darah dan jaringan sekitar. Tekanan darah vena lebih rendah daripada tekanan di arteri. Akibatnya aliran darah vena merupakan aliran pasif. Aliran darah vena di kepala dan batang tubuh terutama di sebabkan karena tekanan negatif dalam toraks dan rongga abdomen akibat gerakan pernapasan. Darah vena kembali dari ekstremitas dengan bantuan kontraksi otot. Korelasi Fungsional Pembuluh Limf Fungsi utama sistem vaskular limf adalah secara pasif mengumpulkan cairan jaringan dan protein berlebihan (disebut limf), dari celah antarsel jaringan ikat dan mengembalikannya ke dalam sistem vaskular darah. Limf adalah cairan bening dan merupakan ultrafiltrat plasma darah. Pembuluh limf juga membawa limfosit dan asam lemak yang diserap melalui kapiler limf yang disebut lakteal dari usus halus, dan imunoglobulin (antibodi) yang dihasilkan limfonodus ke dalam aliran darah sistematik.

4