sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

11
Sistem Pertanian Berkelanjutan Pada Lahan Irigasi Teknis dengan Sistem Penanaman Ganda (Multiple cropping) Pendahuluan Sistem penanaman ganda (Multiple cropping) Sistim bertanam di Indonesia lebih banyak dilaksanakan dalam bentuk multiple cropping. Thahir 1994, menyebutkan Multiple cropping adalah suatu sistim bercocok tanam selama satu tahun atau lebih/kurang pada sebidang tanah yang terdiri atas beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir atau bersisipan, dengan maksud meningkatkan produktivitas tanah, atau pendapatan petani tiap satuan luas dan satuan waktu. Menurut Seetisarn (1977), multiple cropping didifinisikan sebagai intensifikasi penanaman dalam dimensi waktu dan ruang, misalnya menanamn dua macam tanaman atau lebih pada sebidang tanah sama dalam waktu satu tahun. Selanjutnya dikemukakan pula beberapa istilah yang digunakan dalam multiple cropping sebagai berikut : a. Cropping pattern, diartikan sebagai susunan dan urut-urutan jenis tanaman yang dapat diusahakan dalam jangka waktu setahun pada areal tanah tertentu. b. Cropping system, adalah cropping pattern dalam hubungannya dengan sumberdaya untuk usahatani (farm resources), usahatani yang lain dan teknologi yang dapat dilaksanakan. Sistem penanaman ganda merupakan sistem bercocok tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman dalam sebidang tanah bersamaan atau digilir. Sistem ini dapat menunjang strategi pemerintah dalam rangka pelaksanaan program diversifikasi pertanian yang diarahkan untuk dapat meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan tetap memperhatikan kelestariannya.

Upload: rizky-hadi

Post on 12-Jun-2015

7.719 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

Sistem Pertanian Berkelanjutan Pada Lahan Irigasi Teknis dengan Sistem Penanaman Ganda (Multiple cropping)

Pendahuluan

Sistem penanaman ganda (Multiple cropping)

Sistim bertanam di Indonesia lebih banyak dilaksanakan dalam bentuk multiple cropping. Thahir 1994, menyebutkan Multiple cropping adalah suatu sistim bercocok tanam selama satu tahun atau lebih/kurang pada sebidang tanah yang terdiri atas beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir atau bersisipan, dengan maksud meningkatkan produktivitas tanah, atau pendapatan petani tiap satuan luas dan satuan waktu.

Menurut Seetisarn (1977), multiple cropping didifinisikan sebagai intensifikasi penanaman dalam dimensi waktu dan ruang, misalnya menanamn dua macam tanaman atau lebih pada sebidang tanah sama dalam waktu satu tahun. Selanjutnya dikemukakan pula beberapa istilah yang digunakan dalam multiple cropping sebagai berikut :

a. Cropping pattern, diartikan sebagai susunan dan urut-urutan jenis tanaman yang dapat diusahakan dalam jangka waktu setahun pada areal tanah tertentu.

b. Cropping system, adalah cropping pattern dalam hubungannya dengan sumberdaya untuk usahatani (farm resources), usahatani yang lain dan teknologi yang dapat dilaksanakan.

Sistem penanaman ganda merupakan sistem bercocok tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman dalam sebidang tanah bersamaan atau digilir. Sistem ini dapat menunjang strategi pemerintah dalam rangka pelaksanaan program diversifikasi pertanian yang diarahkan untuk dapat meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan tetap memperhatikan kelestariannya. 

 Sistem pertanian ganda ini sangat cocok bagi petani kita dengan lahan sempit di daerah

tropis, sehingga dapat memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam. Selain itu keuntungan lain dari sistem ini : (a) mengurangi erosi tanah atau kehilangan tanah-olah, (b) memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan pasokan (infiltrasi) air ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan tanaman akan lebih tersedia, (c) menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah, (d) mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat pula, (e) mampu menghemat tenaga kerja, (f) menghindari terjadinya pengangguran musiman karena tanah bisa ditanami secara terus menerus, (g) pengolahan tanah tidak perlu dilakukan berulang kali, (h) mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman, dan (i) memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik. 

Menurut bentuknya, pertanaman ganda ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: pertanaman tumpangsari (Intercropping) dan pertanaman berurutan (Sequential Cropping). Sistem tumpang sari, yaitu sistem bercocok tanaman pada sebidang tanah dengan menanam dua

Page 2: Sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

atau lebih jenis tanaman dalam waktu yang bersamaan. Sistem tumpang sari ini, disamping petani dapat panen lebih dari sekali setahun dengan beraneka komoditas (deversifikasi hasil), juga resiko kegagalan panen dapat ditekan, intensitas tanaman dapat meningkat dan pemanfaatan sumber daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada akan lebih efisien.

Agar diperoleh hasil yang maksimal maka tanaman yang ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga mampu memanfaatkan ruang dan waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan pengaruh kompetitif yang sekecil-kecilnya. Sehingga jenis tanaman yang digunakan dalam tumpangsari harus memiliki pertumbuhan yang berbeda, bahkan bila memungkinkan dapat saling melengkapi. Dalam pelaksanaannya, bisa dalam bentuk barisan yang diselang seling atau tidak membentuk barisan. Misalnya tumpang sari kacang tanah dengan ketela pohon, kedelai diantara tanaman jagung, atau jagung dengan padi gogo, serta dapat memasukan sayuran seperti kacang panjang di dalamnya. 

Sistem penanaman ganda yang lain yaitu sistem tumpang gilir, yang merupakan cara bercocok tanaman dengan menggunakan 2 atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah dengan pengaturan waktu. Penanaman kedua dilakukan setelah tanaman pertama berbunga. Sehingga nantinya tanaman bisa hidup bersamaan dalam waktu relatif lama dan penutupan tanah dapat terjamin selama musim hujan.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui usaha multiple cropping antara lain, menghemat biaya pengolahan tanah dan pemeliharaan per jenis tanaman, meningkatkan pendapatan petani karena peningkatan produksi phisik per hektar per hari, sedangkan biaya produksi per jenis tanaman lebih hemat. Hal ini disebabkan pengolahan tanah yang penuh hanya pada tanaman pertama dan untuk tanaman berikutnya lebih ringan.Disamping keuntungan secara ekonomis, dari segi teknis usaha multiple cropping lebih menguntungkan karena tanah senantiasa gembur, gulma dapat ditekan, dan juga merupakan usaha penghijauan untuk mengawetkan tanah.

Pemanfaatan Sumberdaya Air

Mosher (1966), berpendapat untuk mengatasi air di daerah yang kekurangan air, maka banyak daerah yang membangun irigasi kecil-kecilan kemudian dengan sedikit bantuan dari luar petani dapat membuat sendiri sistim irigasinya, misalnya dengan mengambil air sumur dangkal atau mengalirkan aliran sungai. Prodjosuhardjo (1979) merumuskan bahwa yang dimaksud pengairan adalah sistim pengadaan (distribusi), dan pembagian (alokasi) air untuk kepentingan pertanian atau usahatani petani-petani.

Air pengairan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan, semakin lama semakin terbatas. Hal ini disebabkan antara lain :

1). Debit air yang semakin kecil akibat dari penebangan-penebangan pohon disekitar mata air/sungai.

2). Kurang adanya pemeliharaan sumberdaya air dan saluran yang disebabkan kurangnya biaya.

Page 3: Sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

3). Jumlah penggunaan air semakin besar tiap satuan luas tiap tahun, akibat adanya kemajuan-kemajuan budidaya pertanian.

Menurut Suparmoko (1980), pengaruh keberhasilan proyek irigasi pada umumnya berupa :

1). Meningkatnya areal yang ditanami.

2). Meningkatnya produktivitas per hektar.

3). Merubah pola tanam yang sedikit memerlukan air (palawija) dengan tanaman yang memerlukan air banyak (padi).

4). Penggunaan tenaga kerja semakin meningkat.

Hal ini disebabkan dengan adanya proyek rehabilitasi jaringan irigasi akan terjadi perubahan pola tanam maupun pola pergiliran tanaman yang akan banyak menyerap tenaga kerja.

Johnson dan Reiss (1993), mengemukakan bahwa penggunaan irigasi yang berasal dari sumur pompa di Jawa, Madura dan Bali yang relative padat penduduknya, menunjukkan peningkatan intensitas pertanaman antara 80,9 persen sampai 286 persen. Sedangkan B-C ratio yang dicapai berkisar antara 0,88 sampai 1,89 Peningkatan intensitas pertanaman akan berakibat meningkatkan produksi pertanian, sedangkan dengan tingkat B-C ratio semakin tinggi menunjukkan adanya peningkatan intensitas pertanaman, juga berakibat adanya peluan kerja di sektor pertanian.

Pemanfaatan sumberdaya air yang berasal dari air tanah sudah diperkenalkan di Jawa, Madura dan Bali sejak tahun 1971, di mulai dengan survey kemudian melaksanakan investasi dan eksploitasinya. Hasil penelitian Pasandaran (1992) menunjukkan bahwa manfaat dari penggunaan air irigasi mampu meningkatkan produksi padi dari 1,74 ton per hektar pada Pelita pertama, menjadi 2,85 ton per hektar pada Pelita ke-empat, dan bahkan meningkat menjadi 3,5 ton per hektar pada tahun 1987. Penggunaan sumur pompa permukaan sudah dikenalkan di Subang, Jawa Barat, dengan mengambil air berkedalaman 10 sampai 13 meter untuk keperluan pertanian. Penggunaan sumur pompa ini mampu meningkatkan produksi padi dari 3 – 4 ton per hektar per tahun menjadi 6 – 7 ton per hektar per tahun. Hal ini erat kaitannya dengan peran serta lembaga bina swadaya yang mencoba berpartisipasi dalam pengadaan sumur pompa dengan mempergunakan dana bergulir serta dikembangkan pula di daerah Indramayu dan Lebak.

Page 4: Sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

Studi Kasus di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Penerimaan Usahatani

Kelompoktani Tangguh Rejeki, Srigading, Sanden, Bantul pada dasarnya melakukan usahatani tanaman dengan pola tanam dominan Cabe–Bawang Merah–Sayuran, dengan demikian maka selama satu tahun petani melaksanakan aktivitas usahatani tanaman. Dengan luas areal lahan pantai lebih kurang 12 hektar, petani melakukan usaha pembenahan tanah setiap kali akan melaksanakan penanaman. Penerimaan petani berasal dari tanaman Bawang Merah, Cabe, Semangka dan Sayuran. Tabel berikut memberikan gambaran penerimaan petani pada Kelompoktani Tangguh Rejeki.

Petani di lahan pantai sebelum adanya irigasi sudah melaksanakan usahatani tanaman selama satu tahun dengan pola tanam dominan Bawang merah-cabe-sayuran, sedangkan sumberdaya air mempergunakan pompa air sumur dangkal. Besarnya penerimaan petani per tahun per 1000 m mencapai Rp. 3.850.000,-.

Pola tanam dominan di tingkat petani terutama tanaman Cabe dan Bawang merah sebagai benih, sehingga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hal ini ditunjukan oleh penerimaan petani tertinggi mencapai Rp. 6.500.000,- per 1000 m per tahun, terutama untuk tanaman cabe diluar musim.

Tabel 2 : Penerimaan Usahatani Sebelum dan Sesudah ada Irigasi Pada Jaringan Irigasi Lahan Pantai Samas, Sanden, Bantul ( Luas 1.000 m persegi) tahun 2006

No.

Uraian Sebelum Irigasi Sesudah Irigasi

1 Pola Tanam Bw Merah-Cabe-Sayuran Bw Merah – Cabe

Bw Merah – Cabe – Semangka

Bw Merah - Cabe - Sayuran2 Produksi Bw Merah 1 ton

Cabe 4 kwt

Sayuran 250 kg

Bw Merah 1,053 ton

Cabe 4,46 kwt

Semangka 1,3 ton

Sayuran 55 – 500 kg3 Penerimaan Rata-

rataRp. 3.850.000,- Rp.5.537.800,-

4 Penerimaan terendah

Rp.2.185.700,-

5 Penerimaan tertinggi

Rp.6.500.000,-

Page 5: Sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

Sumber : Analisis data primer.

Sedangkan penerimaan petani yang rendah terutama dihasilkan oleh petani dengan pola tanam Cabe–Bawang Merah–Sayuran untuk konsumsi, sehingga nilai ekonomi penerimaan petani per tahun Rp. 2.185.700,- per 1000 m. Dengan pendapatan tersebut, maka adanya irigasi sumur pompa dapat meningkatkan penerimaan petani sebesar 43,83 persen.

Pengeluaran Biaya Usahatani

Biaya usahatani di tingkat petani daerah irigasi lahan pantai Kelompoktani Tangguh Rejeki, Srigading, Sanden, Bantul terutama dialokasikan untuk pemberian pembenah tanah yang terdiri dari: pupuk kandang, tanah liat, kompos dan mulsa. Besarnya alokasi biaya usahatani pada tabel 3. berikut :

Tabel 3 : Biaya Usahatani Sebelum dan Sesudah ada Irigasi Pada Jaringan Irigasi Lahan Pantai Samas, Sanden, Bantul ( Luas 1.000 m persegi) tahun 2006

No.

Uraian Sebelum Irigasi Sesudah Irigasi

1 Pola Tanam Bw Merah-Cabe-Sayuran Bw Merah – Cabe

Bw Merah – Cabe – Smk

Bw Merah - Cabe - Sayuran2 Pengeluaran Rata-

rataRp. 2.678.000,- Rp.2.825.000,-

3 Pengeluaran terendah

Rp.1.735.700,-

4 Pengeluaran tertinggi

Rp.5.000.000,-

Sumber : Analisis data primer.

Pengeluaran biaya usahatani per 1000 m rata-rata mencapai nilai sebesar Rp. 2.825.000,- terutama dialokasikan untuk keperluan biaya sarana produksi dan tenaga kerja, terutama untuk tenaga kerja penyiraman.Sedangkan pengeluaran biaya usahatani terendah terjadi pada tingkat petani dengan pola usahatani Bawang merah-Cabe-Sayuran sebesar Rp. 1.735.700,- dengan alokasi 53,47 persen biaya tenaga kerja, 28,80 persen biaya sarana produksi dan sisanya untuk iuran air, penyusutan alat dan iuran lain-lain.

Pengeluaran tertinggi terjadi pada pola tanam Semangka-Cabe- Bawang merah-Mentimun dengan sistem tumpang gilir mencapai biaya sebesar Rp. 5.000.000,- per 1000 m per tahun. Besarnya biaya terutama untukpembenah tanah sebanyak tiga kali perlakuan serta tenaga kerja untuk penyiraman tanaman, sehingga alokasi 48 persen untuk sarana produksi, 28 persen untuk tenaga kerja dan sisanya untuk iuran air dan penyusutan alat.

Page 6: Sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

Secara komersial ternyata pengaruh jaringan irigasi sumur renteng pada lahan pantai dapat meningkatkan indeks pertanaman. Hal ini dapat ditunjukan oleh variasi pola tanam serta lama pengusahaan tanah pada lahan pantai meningkat, serta peningkatan biaya untuk biaya air dan tenaga kerja akibat tidak efisiennya pengadaan air.

Keuntungan Usahatani

Keuntungan usahatani di daerah Jaringan Irigasi Lahan Pantai Srigading, Sanden, Kabupaten Bantul sangat ditentukan oleh pola tanam dan jenis tanaman yang diusahakan oleh petani. Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang didapat petani di daerah jaringan irigasi lahan pantai dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4 : Keuntungan Usahatani Sebelum dan Sesudah ada Irigasi Pada Jaringan Irigasi Lahan Pantai Samas, Sanden, Bantul ( Luas 1.000 m persegi) tahun 2006

No. Uraian Sebelum Irigasi Sesudah Irigasi1 Pola Tanam Bw Merah-Cabe-Sayuran Bw Merah – Cabe

Bw Merah – Cabe – Semangka

Bw Merah - Cabe - Sayuran2 Keuntungan Rata-rata Rp. 1.172.000,- Rp.3.792.000,-3 Keuntungan terendah Rp. 450.000,-4 Keuntungan tertinggi Rp.6.820.000,-

Sumber : Analisis data primer.

Keuntungan rata-rata di tingkat petani mencapai Rp. 3.792.000,- per 1000 m per tahun. Sedangkan keuntungan rata-rata terendah dicapai oleh petani dengan pola tanam Bawang merah-Cabe-Sayuran yang merupakan komoditas tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, mencapai keuntungan Rp. 450.000,- per 1000 m per tahun. Keuntungan tertinggi dicapai oleh petani dengan pola tanam Semangka-Cabe-Bawang merah-Sayuran dengan sistem tumpang gilir mencapai keuntungan sebesar Rp. 6.820.000,- per 1000 m per tahun. Hal ini disebabkan oleh adanya efisiensi penggunaan sarana produksi dan komoditas yang dihasilkan berupa benih yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Apabila nilai usahatani sebelum adanya jaringan irigasi dinilai sekarang maka kenaikan keuntungan yang diterima oleh petani di daerah irigasi lahan pantai Samas Desa Srigading, Sanden, Bantul akan meningkat sebesar223,54 persen.

Page 7: Sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Sam H. And Peter Reiss, 1993, Can Farmer efford to use the wells after turnover. A study of pump irrigation turnover in Indonesia. Short Report Series No. 1. 1993. International Irrigation Management Institute. Colombo. Sri Lanka

Mosher, A.T., 1966. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. PT. Yasaguna. Jakarta

Mubyarto, 1983, Politik Pertanian dan Pengembangan Pedesaan, Sinar Harapan, Jakarta

________,1986, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta

Nazir M., 1999, Metode Penelitian, Ghalia, Jakarta

Pasandaran, E,. 1992. Studi Kebijaksanaan Irigasi Pompa di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbang Pertanian. Bogor.

Prodjosoehardjo, M. 1979. Pokok-pokok Segi Administrasi dan Organisasi Pengairan. Agroekonomi Desember 1979. Departemen Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Proyek Pembinaan dan Perencanaan Irigasi, 2000, Laporan Desain Note, Departemen Pekerjaan Umum Proyek Irigasi DIY, Yogyakarta

Proyek Pembinaan dan Perencanaan Irigasi, 2000, System Planning, Departemen Pekerjaan Umum Proyek Irigasi DIY, Yogyakarta

Proyek Pembinaan dan Perencanaan Irigasi, 2000, Buku Kajian Kondisi Sosial Ekonomidan Institusi Masyarakat Petani , Departemen Pekerjaan Umum Proyek Irigasi DIY, Yogyakarta

Proyek Pembinaan dan Perencanaan Irigasi, 2000, Analisa Ekonomi, Departemen Pekerjaan Umum Proyek Irigasi DIY, Yogyakarta

Proyek Pembinaan dan Perencanaan Irigasi, 2000, Monitoring dan Evaluasi Pembangunan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi, Departemen Pekerjaan Umum Proyek Irigasi DIY, Yogyakarta

Rachmat Jalaludin, 1999, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung

Scott. James C., 1983, Moral Ekonomi Petani, LP3ES, Jakarta

Page 8: Sistem pertanian berkelanjutan pada lahan irigasi teknis dengan sistem penanaman ganda

Seetisarn M. 1977. Farm and agregate level discription of multiple cropping. Symposium on cropping systems research and development for Asia rice farmer. IRRI Los Banos. Philippines

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1987, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta

Suparmoko M. 1980. Pengaruh rehabilitasi irigasi terhadap pola tanam, penggunaan tenaga kerja dan distribusi pendapatan. Agroekonomika No. 13 tahun XI.

Thahir, M. 1974, Meningkatkan produktivitas tanah di Indonesia dengan multiple cropping. Majalah Pertanian tahun 1974

Tim Ahli UPN. 2006. Monitoring dan Evaluasi Manfaat Pembangunan Jaringan Irigasi Lahan Pantai, Kerjasama Satuan Non Vertikal Tertentu Irigasi Andalan DIY dengan UPN “Veteran” Yogyakarta 2006.

Yudohusodo, Siswono., 2002, Revitalisasi Kelembagaan dan SDM Pertanian dalam Menghadapi Pemberlakuan Kebijaksanaan AFTA 2003, Prosiding Lokakarya Nasional 2002, Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta, Yogyakarta

http://agriculture.upnyk.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91:manfaat-jaringan-irigasi-lahan-pantai-di-desa-srigading-kecamatan-sanden-kabupaten-bantul-daerah-istimewa-yogyakarta&catid=53:2007&Itemid=88