rancangan sistem irigasi hidroponik nft

95
RANCANGAN SISTEM IRIGASI HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Skripsi Disusun oleh : FRANS SAMUEL NAINGGOLAN 12 0404 098 BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

(Nutrient Film Technique) PADA BUDIDAYA TANAMAN
PAKCOY (Brassica rapa L.)
Menempuh Ujian Sarjana Skripsi
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
Hidroponik NFT (Nutrient film technique) merupakan model budidaya
dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan larutan yang tipis. Larutan tersebut
bersikulasi selama 24 jam dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman.
Penetapan NFT dalam penelitian ini adalah untuk mempelajari besar
koefisien tanaman pakcoy dan kebutuhan air tanaman teoritis serta efektivitas
aplikasi kemiringan talang. Penelitian dilakukan dengan menanam tanaman pada
talang yang ditopang styrofoam, kemudian melakukan pengambilan data sesuai
dengan data yang ada selama periode pertumbuhannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode kemiringan talang 6 %
memberikan hasil produk yang lebih baik dibandingkan dengan kemiringan talang
9 %. Dapat disimpulkan dari hasil yang diperoleh bahwa dengan kemiringan
talang 6 % lebih efektif.
Talang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang dengan
kasih setia Nya menyertai dan memampukan penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Adapun judul dari tugas akhir ini adalah
“Rancangan Sistem Irigasi Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) pada
Budidaya Tanaman Pakcoy”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Strata I (S1) di Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian Tugas Akhir ini tidak
lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak, maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Makmur Ginting,M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing yang telah
dengan sabar memberi bimbingan dan saran kepada penulis untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T., M.T., Ph.D, sebagai Ketua
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir. Andy Putra Rambe, MBA, sebagai Sekretaris Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc., selaku koordinator Sub
Jurusan Teknik Sumber Daya Air Teknik Sipil Universitas Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Ivan Indrawan S.T., M.T., dan bang Robi A. Sembiring S.T., M.T,
selaku dosen pembanding saya.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang tulus
dan sedalam-dalamnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ir. Maradu Nainggolan dan Sondang br.
Pasaribu, atas kasih sayang, dukungan dan doa yang selalu menyertai
penulis.
Nainggolan adik kandungku yang memberikan dukungan dan semangat.
3. Tulang Natalia atas dukungan, semangat dan motivasi yang diberikan.
4. Teman kelompok bersama saya, bang ovit, erick dan albert, juga kepada
adik adik kelompok saya rohani, irma, ribka dan theo, serta kepada sahabat
saya di dalam Kristus, dita, ronald, miska, george, horas, joshua, nita,
penda, dwi, kak astri yang semuanya telah mendukung, menyemangati dan
mendoakan penulis.
5. Para anggota “keluarga cemara” brian, mican, fanny, novita, astrya, ecy,
sintong, rinaldy, adit dan hendra yang tetap membantu dan memberi
semangat dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
6. Teman mahasiswa/i stambuk 2012 yang telah memberikan motivasi dan
segala kekerabatan serta kerja sama selama pendidikan di Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
7. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa membantu
penulis, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, untuk itu penulis akan
terbuka terhadap semua saran dan kritik mengenai Tugas Akhir ini, dengan ini
penulis berharap Tugas Akhir ini juga memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, Maret 2018
Frans Samuel Nainggolan
Universitas Sumatera Utara
2.1 Sistem Fertigasi ………........................................................ 7
2.3 Gambaran Umum Tanaman Pakcoy ..................................... 10
2.4 Koefisien Tanaman ………………........................................ 11
2.6 Produktivitas Tanaman ............................................................ 22
2.7.1.2.1 Biaya Tetap ............................... 25
2.7.1.2.2 Biaya Variabel .......................... 26
2.7.2.1. Net Present Value (NPV) ........................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 33
3.1 Umum .................................................................................. 33
3.3 Metode Penelitian ................................................................ 34
3.4 Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 34
3.5 Pelaksanaan Penelitian ......................................................... 36
3.6 Parameter Penelitian ............................................................ 37
3.7 Analisis Data ....................................................................... 37
Universitas Sumatera Utara
4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 39
4.1.2. Kebutuhan Air Tanaman Teoritis ............................ 40
4.1.3. Produktivitas Tanaman Pakcoy ............................... 41
4.2 Pembahasan ....................................................................... 42
4.2.2. Kebutuhan Air Tanaman Teoritis ............................ 44
4.2.3. Produktivitas Tanaman Pakcoy ............................... 45
4.2.4 Aspek Finansial......................................................... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 71
5.1 Kesimpulan........................................................................... 71
5.2 Saran..................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 73
2.2 Contoh kurva kc................................................................................. 20
4.2 Grafik nilai kc..................................................................................... 43
4.4 Grafik perbandingan B/C ratio terhadap jumlah tanaman ................ 68
.
2.1 Koefisien Berbagai Jenis Tanaman, kc Pada Berbagai Kondisi Angin
dan Kadar Lengas .............................................................................. 15
Lokasinya .......................................................................................... 17
4.1 Nilai koefisien tanaman (kc) pada setiap periode pertumbuhan........ 40
4.2 Nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) pada setiap periode pertumbuhan
............................................................................................................ 41
1,5 x 2,5 m (24 tanaman)..................................................................... 56
4.5 Cash flow pengeluaran, pemasukan dan keuntungan pada lahan
1,5 x 2,5 m (36 tanaman)..................................................................... 57
4.6 Cash flow pengeluaran, pemasukan dan keuntungan pada lahan
5 x 5 m (360 tanaman)......................................................................... 58
10 x 10 m (1440 tanaman)................................................................... 59
Universitas Sumatera Utara
4.8 Cash flow present value cost pada lahan 1,5 x 2,5 m (24 tanaman)
............................................................................................................. 60
4.9 Cash flow present value cost pada lahan 1,5 x 2,5 m (36 tanaman)
............................................................................................................. 61
4.10 Cash flow present value cost pada lahan 5 x 5 m (360 tanaman)
............................................................................................................. 62
4.11 Cash flow present value cost pada lahan 10 x 10 m (1440 tanaman)
............................................................................................................. 63
4.12 Cash flow present value benefit pada lahan 1,5 x 2,5 m (24 tanaman)
............................................................................................................. 64
4.13 Cash flow present value benefit pada lahan 1,5 x 2,5 m (36 tanaman)
............................................................................................................. 65
4.14 Cash flow present value benefit pada lahan 5 x 5 m (360 tanaman)
............................................................................................................. 66
4.15 Cash flow present value benefit pada lahan 10 x 10 m (1440 tanaman)
............................................................................................................. 67
Perkembangan tersebut banyak yang menggeser lahan pertanian, lebih – lebih di
daerah sekitar perkotaan. Akibatnya, lahan pertanian semakin sempit. Di sisi lain
kebutuhan akan hasil pertanian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk. Bagaimana jalan keluar untuk mengatasi kondisi tersebut?
Salah satu jalan keluar yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan
produktivitas tanaman. Dengan cara ini diharapkan dari lahan yang sempit dapat
dihasilkan produksi yang banyak. Salah satu caranya yaitu dengan hidroponik.
(Prihmantoro dan Indriani, 1999).
unsur-unsur hara esensial yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian
tentang unsur-unsur penyusun tanaman ini telah dimulai pada tahun 1600-an.
Akan tetapi budidaya tanaman tanpa tanah ini telah dipraktekkan lebih awal dari
tahun tersebut, terbukti dengan adanya taman gantung (Hanging Gardens) di
Babylon, taman terapung (Floating Gardens) dari suku Aztecs, Mexico, dan Cina
(Susila, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Istilah hidroponik yang berasal dari bahasa Latin yang berarti hydro (air)
dan ponos (kerja). Istilah hidroponik pertama kali dikemukakan oleh W. F.
Gericke dari University of California pada awal tahun 1930-an, yang melakukan
percobaan hara tanaman dalam skala komersial yang selanjutnya disebut
nutrikultur atau hydroponics. Selanjutnya hidroponik didefenisikan secara ilmiah
sebagai suatu cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, akan tetapi
menggunakan media inert seperti gravel, pasir, peat, vermikulit, pumice atau
sawdust, yang diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen esensial
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman (Susila,
2009).
Disebut Nutrient Film Technique (NFT) karena pada sistem hidroponik
ini, pemberian nutrisi tanaman dilakukan dengan mengalirkan selapis larutan
nutrisi setinggi kira-kira 3 mm pada perakaran tanaman. Jika lebih dari itu, apalagi
sampai menyebabkan perakaran terbenam terlalu dalam, tanaman bakal sulit
mendapat pasokan oksigen dalam jumlah memadai. (Hendra dan Andoko, 2014).
Pada budidaya tanaman dengan sistem hidroponik pemberian air dan
pupuk memungkinkan dilaksanakan secara bersamaan. Oleh karena itu,
manajemen pemupukan (fertilization) dapat dilaksanakan secara terintegrasi
dengan manajemen irigasi (irrigation) yang selanjutnya disebut fertigasi
(fertilization and irrigation) . Dalam sistem hidroponik, pengelolaan air dan hara
difokuskan terhadap cara pemberian yang optimal sesuai dengan kebutuhan
tanaman, umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang
maximum (Susila, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Pakcoy sering juga disebut sawi sendok, karena ukurannya yang kecil dan
bentuknya seperti sendok makan. Pakcoy biasanya dipanen pada umur 30-35 hari
setelah tanam. Pakcoy bermanfaat bagi kesehatan, terutama untuk kesehatan mata,
karena sayuran ini kaya akan vitamin A. Pakcoy juga banyak mengandung
vitamin K yang dapat membantu proses pembekuan darah dan vitamin E yang
baik untuk kesehatan kulit karena fungsinya sebagai antioksidan yang melindungi
sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas. (Hendra dan Andoko, 2014)
Umumnya efisiensi penggunaan air pada irigasi permukaan sekitar 60%
karena kehilangan air akibat penguapan, perkolasi dan run off dari lahan.
Sedangkan pada irigasi sprinkle mempunyai nilai efisiensi penggunaan air sekitar
75% (Hansen et al, 1992). Sistem irigasi hidroponik NFT lebih efisien bila
dibandingkan dengan irigasi permukaan, karena dalam sistem ini tidak terjadi
kehilangan air akibat perkolasi maupun run off.
Penetapan sistem irigasi hidroponik NFT pada penelitian ini adalah untuk
mempelajari keseragaman konduktivitas listrik (EC) dan pH larutan nutrisi serta
efektivitas aplikasi pemberian air. Penelitian ini pernah dilakukan di Inggris.
Dengan hasil penelitian ini bahwa kemiringan talang dalam konstruksi
mempengaruhi produktivitas tanaman (Untung, 2000). Oleh karena itu, dianggap
perlu untuk melakukan penelitian ini dengan menggunakan tanaman pakcoy.
Dalam penelitian ini kemiringan talang dalam konstruksi NFT yang diterapkan
besarnya 6 % dan 9 %.
masing aplikasi kemiringan talang.
Adapun permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu antara
lain:
penelitian ini.
3. Evaluasi produktivitas tanaman pakcoy berdasarkan kemiringan
talang.
1.3 Pembatasan Masalah
1. Tanaman yang dipakai adalah pakcoy (Brassica rapa L.)
2. Panjang talang yang digunakan adalah 2 meter.
3. Kemiringan talang yang di teliti adalah 6 % dan 9 %.
4. Lebar talang yang digunakan adalah 12 centimeter.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
diantaranya :
2. Menghitung kebutuhan air tanaman pakcoy secara teoritis.
3. Menghitung produktivitas tanaman.
penelitian ini.
bagi penulis, petani dan pihak yang membutuhkan dalam pengembangan
dan peningkatan usaha budidaya tanaman sayuran secara hidroponik.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan dari tugas akhir
ini.
hidroponik NFT, gambaran umum tanaman pakcoy, koefisien tanaman,
kebutuhan air tanaman teoritis, dan analisis finansial.
Universitas Sumatera Utara
pengerjaan penelitian.
Hasil dan Pembahasan meliputi koefisien tanaman pakcoy, analisis
kebutuhan air teoritis, analisis finansial, ion uptake dan evaluasi
produktivitas tanaman pakcoy.
Berisi kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan.
Saran yang diberikan ditujukan untuk penelitian selanjutnya atau
penerapan hasil penelitian di lapangan.
Universitas Sumatera Utara
Fertigasi berasal dari kata fertilizer dan iriigation. Fertigasi adalah salah
satu dari pada komponen chemigation (chemical & irrigation). Kimigasi
(chemigation) adalah satu kaedah terkini di mana penggunaan dan pendistribusian
bahan-bahan kimia dalam perawatan tanaman dilakukan melalui sistem pengairan.
(Suryani, 2015).
Fertigasi bisa dipraktekkan secara luas di bidang pertanian dan hortikultura
komersial. Fertigasi juga dapat digunakan sebagai unit pendistribusian pupuk dan
air menjadi lebih handal dan mudah digunakan. Fertigasi digunakan untuk
memberikan nutrisi tambahan atau untuk memperbaiki kekurangan gizi. Dengan
fertigasi pula mempermudah terdeteksinya kekurangan nutrisi dalam analisis
jaringan tanaman. Hal ini biasanya dilakukan pada tanaman bernilai tinggi seperti
sayuran, rumput, pohon, buah-buahan, dan tanaman hias. (Suryani, 2015).
2.2 Sistem Hidroponik NFT
Dilihat dari cara distribusi nutrisi, sistem hidroponik bisa dikategorikan
menjadi dua, yaitu sistem hidroponik aktif dan sistem hidroponik pasif. Dalam
sistem hidroponik aktif, sirkulasi larutan nutrisi dilakukan dengan alat bantu
pompa air sehingga berhubungan dengan ketersediaan instalasi listrik. Sistem
hidroponik aktif ini mempunyai kelebihan mampu memasok nutrisi, air dan
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada ketersediaan tenaga listrik dan pompa. (Iqbal, 2016).
Dalam sistem hidroponik pasif, penyaluran nutrisi bergantung pada gaya
kapiler dari media tumbuh. Larutan nutrisi diserap media tanam dan kemudian
diteruskan ke akar tanaman. Kekurangan dari metode ini adalah tidak mampu
memberikan cukup oksigen melalui akar untuk mendukung pertumbuhan terbaik
tanaman. Aplikasi sistem hidroponik pasif ini antara lain dijumpai dalam budi
daya hidroponik dengan sistem sumbu (wick). Contoh, menanam sayuran pada
botol bekas kemasan air mineral dengan bantuan sumbu flannel yang menyerap
dan menyalurkan larutan nutrisi dari dalam botol hingga ke akar tanaman. (Iqbal,
2016).
Nutrient Film Technique yang disingkat NFT, atau terkadang disebut
Teknik Film Hara merupakan model pengaliran nutrisi pada budi daya tanaman
secara hidroponik dengan meletakkan akr tanaman pada aliran air yang
dangkal/tipis (2-3 mm) seperti rol film. Sistem NFT ini hanya menggunakan
aliran air bernutrisi sebagai media. Tanaman dipelihara dalam semacam talang,
selokan atau saluran panjang yang sempit yang terbuat dari plastic atau lempengan
logam tipis tahan karat. Talang atau selokan tersebut dialiri larutan nutrisi secara
terus menerus sehingga pada akar tanaman secara perlahan akan terbentuk
semacam film (lapisan tipis) larutan nutrisi/hara sebagai makanan tanaman.
Karena itulah sistem ini kemudian dikenal dengan nama Nutrient Film Technique.
(Iqbal, 2016).
penelitian di Inggris membuktikan bahwa semakin curam talang NFT, semakin
tinggi produksi tanaman. Tentu saja hal ini diimbangi dengan kecepatan aliran
nutrisi yang memadai. Untuk menentukan kecepatan masuknya larutan nutrisi ke
talang perlu pengamatan rutin. Yang penting, ketebalan lapisan nutrisi tidak lebih
dari 3 mm. Biasanya pada tanaman sayuran daun seperti sawi, kecepatan aliran
nutrisi di dalam talang berkisar 0.75-1 liter/menit dengan kemiringan talang
sekitar 3 %. Jika akar tanaman semakin banyak, kecepatan aliran nutrisi otomatis
semakin berkurang. Tanaman yang paling dekat dengan inlet akan banyak
menyerap nutrisi dan oksigen. Ini jelas akan mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Untuk meminimalkan efek negatif tersebut, panjang talang
sebaiknya tidak lebih dari 12 m. Lebar talang minimun 14 cm. Standar tersebut
berlaku unttuk kemiringan yang tidak lebih dari 5%. Seandainya lebih curam,
batas anjuran panjang talang ialah 18 m. (Untung, 2000).
Pada talang rumah model segi empat, supaya tanaman dapat berdiri tegak,
talang dengan lebar dasar 10 cm harus dipasangi Styrofoam setebal 2 – 5 cm.
Styrofoam ini untuk melindungi nutrisi dan membuat dasar talang menjadi gelap
agar lumut tidak bertumbuh. Dalam penggunaannya, bahan Styrofoam (bisa juga
menggunakan bagian talang) dilubangi dengan diameter 1 – 1,5 cm sebagai
lubang tanam. Jarak antarlubang bergantung umur tanaman dan jenis tanaman
yang akan ditanam. Missal, untuk sayuran sawi fase pembesaran, jarak
antarlubang 12,5 cm, sedangkan untuk selada dibuat 20 – 25 cm. lubang tanam itu
akan diisi dengan bibit beserta media tanam (missal : spons, rockwool) yang
didapat dari persemaian dan telah berumur sekitar 2 minggu. (Iqbal, 2016).
Universitas Sumatera Utara
Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan sayuran hijau yang berasal dari
Cina. Di Indonesia lebih dikenal sebagai sawi sendok karena bentuknya yang
seperti sendok. Kadang juga disebut sawi manis karena rasanya sedikit manis atau
sawi daging karena pangkal daunnya lembut dan tebal seperti daging. Sayuran ini
sering digunakan sebagai bahan sup dan aneka olahan mie. Bentuk dan tampilan
pakcoy memang mirip dengan sawi hijau atau caisim tetapi tangkai daunnya lebih
besar dari caisim dengan warna hijau muda agak keputihan. Batang daun pakcoy
lebih keras, sedangkan daunnya tidak tumbuh dengan membentuk krop
(membentuk lingkaran seperti kepala) tetapi tumbuh sedikit tegak dengan tinggi
tanaman antara 15-30 cm. sayuran ini mudah dibudidayakan baik di dataran
rendah yang berhawa panas ataupun di dataran tinggi dengan suhu dingin. Pakcoy
bisa tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian 100 hingga 500 meter dpl.
Sayuran ini relatif than air hujan sehingga bisa ditanam tanpa greenhouse. Rata-
rata pakcoy sudah bisa dipanen pada umur 30-35 hari sejak bibit disemai. (Iqbal,
2016).
Setiap 100 gram segar pakchoy mengandung 17 kal energy, 1,7 gr protein,
0,2 gr lemak, 3,1 gr karbohidrat, 0,7 gr serat, 0,8 gr abu, 46 mg fosfor, 2,6 mg zat
besi, 22 mg natrium, 0,07 mg thiamine, 279 mg kalium, 0,13 mg riboflavin, 0,8
mg niacin, dan 102 mg kalsium. Jadi, sayuran pakchoy sangat kaya mineral.
(Santoso, 2016).
masa pertumbuhan dan keadaan iklim. Terutama pada awal penanaman, frekwensi
curah hujan dan irigasi sangat memegang peranan. Waktu penanaman akan
mempengaruhi waktu pertumbuhan, tingkat pertumbuhan hingga pertumbuhan
daun menutupi tanah. (Ginting, 2014).
Masa pertumbuhan tanaman palawija dibagi dalam 4 tahap (stage).
Koefisien tanaman (kc) untuk masing masing tahap (stage) dari pertumbuhan
tanaman dan keadaan iklim yang berbeda diberikan pada tabel. (Ginting, 2014).
Dalam hal ini data lokal mengenai masa pertumbuhan tanaman sangat
dibutuhkan. Sebagai bahan bandingan atau referensi pada tabel diperlihatkan
informasi mengenai masa pertumbuhan berbagai jenis tanaman yang berkaitan
dengan keadaan iklim. Keempat tahap (stage) pertumbuhan tanaman tersebut
dijelaskan seperti dibawah ini :
(1) Initial stage : tahap awal mulai dari penanaman sampai daun tanaman
menutupi tanah kira kira 10 %.
(2) Development stage : dari akhir initial stage sampai mencapai tingkat
pertumbuhan daun tang dapat menutupi tanah 70 – 80 %.
(3) Mid-season stage : dari akhir development stage sampai awal dari masa
penuaan (maturing) dengan ditandai dengan perubahan warna daripada
daun (kacang tanah), daun mulai jatuh (cotton). Pada beberapa jenis
tanaman hal ini berlanjut sampai masa panen (tebu).
Universitas Sumatera Utara
(4) Late season stage : dari akhir mid-season sampai panen. (Ginting, 2014).
Langkah langkah yang diperlukan untuk mendapatkan kc untuk masing
masing stage dijelaskan dibawah ini. Besaran kc untuk masing masing stage dari
contoh tanaman yang diberikan di plotkan pada gambar . Untuk menyederhanakan
penentuan kc untuk masing masing tahapan dari masa pertumbuhan tanaman
maka kurva kc tersebut dinyatakan dalam garis lurus :
I. Tentukan tanggal penanaman dari data local atau dari data yang biasa
dilakukan oleh penduduk atau petani setempat atau dari daerah dengan iklim
yang sama;
II. Cari total umur tanaman dan lamanya masa pertumbuhan tanaman dari data
informasi setempat (sebagai bahan perbandingan dapat dilihat pada tabel)
III. Initial stage : perkiraan frekwensi irigasi atau hujan; dari hasil penetapan
awal daripada ETo, diperoleh harga kc dari gambar dan plotkan harga kc
tersebut pada grafik seperti diperlihatkan pada gambar;
IV. Mid-season stage : untuk data iklim yang diketahui (kadar lengas dan angin),
pilih kc dari tabel. dan plotkan pada gambar sebagai garis lurus;
V. Late season stage : pada saat tanaman sudah mencapai umurnya (maturity)
atau saat panen tinggal menunggu beberapa hari lagi, pilih kc dari tabel untuk
data iklim (kadar lengas dan angin) yang diberikan dan plotkan besaran
tersebut pada akhir dari masa pertumbuhan (full maturity). Anggap garis lurus
yang menghubungkan kc pada mid season dengan kc pada akhir late season;
VI. Development stage : anggap garis lurus antara kc pada initial stage dengan kc
pada mid-season stage. (Ginting, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Jagung ditanam pada pertengahan Mei; selama masa pertumbuhan angina adalah
sedikit s/d sedang (0-5 m/det), dan RHmin adalah 30-35%; ETo initial stage
adalah 8.4 mm/hari; frekwensi irigasi pada initial stage adalah 7 hari.
Ditanya :
Penyelesaian :
Initial stage 20 hari
ETo = 8.4 mm//hari
Kc mid-season (3)
Tabel ………. Kc = 1.14
Universitas Sumatera Utara
Angin = lemah / sedang
Kadar lengas = rendah tabel ……….kc = 0.6
V. Plotkan harga harga kc dan hubungkan masing masing titik gambar dengan
garis lurus kc development stage (2) = 0.35 – 1.14
VI. Baca kc dari grafik yang dihasilkan untuk masing masing stage untuk
interval 10 atau 30 hari. (Ginting, 2014).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Koefisien Berbagai Jenis Tanaman, kc Pada Berbagai Kondisi
Angin dan Kadar Lengas
Lanjutan Tabel 2.1 Koefisien Berbagai Jenis Tanaman, kc Pada Berbagai
Kondisi Angin dan Kadar Lengas
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Masa Pertumbuhan Beberapa Jenis Tanaman Berdasarkan
Musim dan Lokasinya
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Musim dan Lokasinya
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Musim dan Lokasinya
Gambar 2.2 Contoh Kurva kc
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan air tanaman (ET) dapat diukur melalui perkalian antara
koefisien evapotranspirasi tumbuhan dengan nilai evapotranspirasi standar.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam menentukan ET tanaman.
Dengan mengetahui nilai Evaporasi atau kebutuhan air yang hilang pada tanaman,
maka pihak yang terkait dengan pertanian dapat mengetahui metode dan saat yang
tepat untuk melakukan pengairan. Hal tersebut perlu dilakukan dikarenakan air
merupakan komponen yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. (Hanum, 2013).
(evaporasi) dan tanaman (transpirasi). Kedua duanya terjadi secara simultan dan
sulit untuk membedakan kedua proses tersebut. Data (FAO,1973)
mengindikasikan bahwa besarnya transpirasi dari sebahagian besar tumbuh
tumbuhan adalah berkisar antara 50 s/d 75% dari evapotranspirasi. (Ginting,
2014).
Cridle , yaitu sebagai berikut :
ETo = Evapotranspirasi acuan (mm/hari) untuk bulan pengamatan
T = Temperatur rata – rata dalam derajat celcius selama bulan
pengamatan
penyinaran matahari dan angin.
Produktivitas tanaman diukur dengan menghitung rataan berat tanaman
yang sudah siap dipanen dalam setiap talang setiap satu kali produksi untuk
masing-masing kemiringan 6% dan 9%.
2.7 Analisis Finansial
2.7.1 Biaya (Cost)
komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan
memperoleh keuntungan di masa mendatang. Dengan kata lain, investasi
merupakan komitmen untuk mengorbankan konsumsi sekarang (sacrifice
current consumtion) dengan tujuan memperbesar konsumsi di masa
Universitas Sumatera Utara
lain adalah :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang.
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi
lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai
kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang usaha – usaha tertentu.
Investasi dapat berkaitan dengan penanaman sejumlah dana pada aset
riil (real assets) seperti : tanah, emas, mesin, rumah atau bangunan dan asset
riil lainnya atau pada aset keuangan (financial assets) seperti : deposito, saham,
obligasi, reksadana, dan surat berharga lainnya. (Syahyunan, 2014)
Menurut Syahyunan (2014) Keputusan investasi dalam aset riil juga
sering disebut keputusan penganggaran modal (capital budgeting) yang
memiliki jangka waktu relatif panjang dan harus dibedakan dari keputusan
Universitas Sumatera Utara
investasi dalam aset finansial. Sedikitnya ada 5 (lima) perbedaan antara aset riil
dengan aset finansial, yaitu :
1. Aset riil berwujud, sedangkan aset finansial tidak ada fisiknya karena
yang dibeli adalah klaim yang sering tidak disertai sertifikat
kepemilikan (scriptless)
2. Aset riil tidak fungible (dapat mudah dipertukarkan), seperti aset
finansial. Sifat fungible ini memungkinkan dilakukannya short sale di
pasar aset finansial, tetapi tidak di pasar aset riil.
3. Aset riil umumnya tidak mempunyai pasar sekunder, seperti aset
finansial.
4. Aset riil tidak selikuid aset finansial yang berakibat tingginya biaya
transaksi dalam aset riil.
kriteria Payback Period, Net Present Value, Profitability Index, dan Internal
Rate of Return, sedangkan metode penilaian aset finansial dipelajari di
manajemen investasi. (Syahyunan, 2014)
Setiap penilaian mengenai tindakan ekonomi dalam proses produksi
didasarkan atas dikehendakinya penilaian yang lebih tingi dari pada nilai
yang telah dikorbankan dari alat yang telah digunakan untuk proses produksi
itu. Ekonomi mengharuskan bahwa tujuan harus dicapai dengan pengorbanan
Universitas Sumatera Utara
sangat terbatas dan mempunyai arti penting dalam memproduksi barang atau
jasa, sehingga harga yang dikeluarkan untuk proses produksi di ukur
berdasarkan nilai dari alat yang telah digunakan. Jadi biaya adalah satuan-
satuan nilai yang dikorbankan untuk proses produksi. Penggunaan alat-alat
produksi akan merupakan biaya jika alat itu mempunyai nilai. Dengan
demikian terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara nilai dan
biaya. (Ginting et al, 2013)
2.7.1.2.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)
Fixed cost (biaya tetap) adalah biaya yang sampai kapasitas tertentu
tidak berubah jumlahnya ataupun biaya yang secara total tidak dipengaruhi
oleh jumlah unit yang diproduksi. Sebagai contoh : biaya pelayanan seorang
di biro konsultan A Rp. 100.000/jam. Bila pasien berkonsultasi selama 45
menit ia tetap membayar Rp.100.00,- jadi tidak ada pengurangan biaya
untuk waktu yang tersisa. Sebaliknya bila konsultasi 75 menit, maka biaya
yang dikeluarkan lebih besar dari Rp. 100.000,- dengan perkataan lain
terjadi perubahan biaya terhadap pelayanan. Dalam masalah ini biaya
dibatasi oleh interval waktu tertentu.dengan demikian fixed cost tidaklah
mutlak tetap, melainkan tergantung kepada besarnya perubahan kegiatan.
(Ginting et al, 2013)
Menurut Ginting et al (2013)Biaya-biaya variabel adalah biaya yang
dilihat secara total ikut berubah dengan perubahan volume. Variable cost
dimasukkan kedalam kumpulan pengeluaran biaya yang bervariasi dalam
hubungan ketingkat kegiatan operasional. Misalnya dalam sebuah pabrik
jumlah material yang diperlukan tiap unit hasil dapat diharapkan tetap
konstan, sehingga biaya material akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah
unit yang diproduksikan. Variable cost akan meningkat dalam kegiatan
peningkatan produksi di atas batas tertentu. Contoh biaya berubah-ubah
(variable cost) adalah :
dan bahan pembantu).
Disamping fixed cost dan variable cost terdapat biaya-biaya yang
walaupun tergolong biaya tetap, mungkin meningkat dengan atau sedikit
banyak dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya-biaya yang demikian
disebut biaya semi variabel (semi variabel cost). (Ginting et al, 2013)
Universitas Sumatera Utara
2.7.1.3 Pemeliharaan (Maintenance)
fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian
atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi yang
memuaskan sesuai dengan yang direncanakan. (Syahyunan, 2014)
Pada perusahaan kategori menengah kebawah, maintenance masih
kurang diperhatikan, karena kegiatannya cukup kompleks dan bukan hanya
dilakukan sekali waktu saja. Hasil dari maintenance tidak dapat dirasakan
secara langsung saat melakukan pemeliharaan, namun hasilnya dapat
dirasakan pada masa yang akan dating. Apabila maintenance tidak dilakukan,
maka secara teratur mesin – mesin fasilitas itu akan mengalami kerusakan,
dan akhirnya akan berakibat fatal sehinggga merugikan perusahaan. Dampak
yang paling dirasakan adalah berkurangnya umur ekonomis serta tingkat
penyusutan yang tinggi. (Syahyunan, 2014)
Kurang diperhatikannya maintenance diantaranya disebabkan oleh
banyaknya dana yang dibutuhkan, dan rumitnya tugas maintenance. Namun
bagi kegiatan operasi perusahaan, maintenance sudah menjadi dwi fungsi,
yaitu pelaksanaan dan kesadaran untuk melakukan pemeliharaan terhadap
fasilitas – fasilitas produksi.
secara tepat
Universitas Sumatera Utara
5. Menjaga keamanan peralatan
sebagai berikut :
1. Agar mesin dan peralatan operasi dapat dipergunakan dalam waktu
yang relatif lebih panjang.
dengan lancar.
3. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat sesuai dengan yang
direncanakan.
5. Menjaga keselamatan para pekerja.
Jenis – jenis pemeliharaan ada 2 (dua) macam, yaitu :
1. Preventive Maintenance
overhaul, yaitu kegiatan pemeliharaan dan perawatan untuk mencegah
kerusakan yang tak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang
menyebabkan fasilitas operasi lebih tepat. Pemeliharaan preventif
apabila direncanakan dengan baik dapat mencegah terjadinya kegagalan
atau kerusakan, sebab apabila terjadi kerusakan peralatan operasi dapat
berakibat kemacetan produksi secara total.
Alternatif dalam prefentive maintenance adalah :
1. Berdasarkan waktu, yaitu melakukan pemeliharaan pada periode
secara teratur, misalnya penggantian oli mesin setiap 3 bulan.
Universitas Sumatera Utara
berjalan 2000 km, atau mesin bekerja selama 500 jam.
3. Berdasarkan kesempatan, yaitu pemeliharaan yang dilakukan
apabila ada kesempatan untuk itu, misalnya pada jam kerja
istirahat, atau hari libur.
pemantauan kondisi fasilitas produksi, misalnya penggantian
kampas rem mobil apabila telah mencapai ketebalan tertentu.
Preventive maintenance sangat tepat dilakukan, karena kegunaannya
sangat efektif dalam menghadapi fasilitas – fasilitas produksi yang termasuk
dalam critical unit, yaitu peralatan atau fasilitas yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan kerja, mempengaruhi produk yang dihasilkan,
dapat menyebabkan kemacetan seluruh proses produksi, dan apabila modal
yang ditanam untuk fasilitas ini relatif lebih mahal.
2. Corrective Maintenance
yaitu kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah
terjadi kerusakan, kegagalan, atau kelainan fasilitas produksi sehingga
tidak dapat berfungsi dengan baik.
2.7.2 Analisis Kriteria Investasi
gagasan usaha (proyek) yang direncanakan dapat memberikan manfaat (benefit),
Universitas Sumatera Utara
baik dilihat dari financial benefit maupun sosial benefit. Hasil perhitungan
kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan yaitu
perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek. Apabila
hasil perhitungan telah menunjukkan layak, pelaksanaannya akan jarang
mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor-faktor
uncontrollable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah,
disamping data yang digunakan tidak relevan. (Syahyunan, 2014)
Perkiraan benefit (cash in flows) dan perkiraan biaya (cash out flows)
yang menggambarkan posisi keuangan di masa yang akan datang dapat
digunakan sebagai alat kontrol dalam pengendalian biaya untuk memudahkan
dalam mencapai tujuan usaha/proyek. (Syahyunan, 2014)
Di pihak lain, dengan adanya hasil perhitungan kriteria investasi,
penanam modal dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan, apakah modal yang ditanam lebih baik pada proyek atau
lembaga keuangan seperti bank dan lembaga keuangan lainnya. (Syahyunan,
2014)
Secara umum, keputusan yang yang timbul dari hasil analisis proyek
dapat digolongkan atas 3 bagian:
1. Menerima atau menolak proyek.
2. Memilih satu atau beberapa proyek yang paling layak untuk dikerjakan.
3. Menetapkan skala prioritas dari proyek yang layak.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suliyanto (2010) Net Present Value adalah kriteria investasi
yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek layak atau tidak.
Perhitungan Net present value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan
menggunakan Sosial Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount

i = Discount Faktor
n = Tahun (waktu)
Universitas Sumatera Utara
data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta
perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan.
Contoh kasus :
100.000.000 yang akan diproses selama lima tahun dengan manfaat tahunan
sebesar 47.000.000 dan discount rate yang diinginkan adalah 10%. Maka Net
Present Value dapat dihitung sebagai berikut :
Jumlah investasi = Rp. 100.000.000
Discount Rate = 10%
= Rp. 178.177.000
Net Present Value = Rp. 178.177.000 - 100.000.000
= Rp. 78.177.000
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilaksanakan diantara bulan September sampai November
2017 di rumah peneliti yang berada di daerah medan denai dimana keadaan angin
diantara siang dan malam tidak begitu berbeda. Tempat penelitian dilakukan di
bagian belakang rumah yang mendapatkan cahaya matahari cukup. Suhu rata –
rata di tempat penelitian sekitar 24°C pada pagi hari, sedangkan pada siang hari
suhu rata – ratanya sekitar 33°C dan di sore hari suhu rata – rata di tempat
penelitian sekitar 29°C.
Dalam melaksanakan penelitian ini diperlukan bahan dan alat, adapun
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air untuk penelitian sebagai
larutan nutrisi yang akan dicampur dengan pupuk AB mix, bibit tanaman pakcoy
(Brassica rapa L.), rockwool dan kain flanel.
Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur
nutrisi, talang berbentuk kotak, pipa PVC, pH meter, TDS meter, ember larutan
nutrisi, alat tulis, kamera handphone, kalkulator, pompa air akuarium, timbangan,
netpot dan selang plasik.
produktivitas tanaman dan evaluasi kemiringan talang.
Metode observasi lapangan adalah cara pengambilan data melalui
pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan analisis dilakukan baik secara
kualitatif yaitu melakukan pengkajian berdasarkan data yang tidak dapat diukur
dengan angka-angka dan secara kuantitatif yaitu melakukan pengkajian
berdasarkan data yang dapat diukur dengan angka-angka.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
waktu persemaian sekitar sepuluh hari. Sebelum disemai, rockwool yang menjadi
media tanam dari tanaman pakcoy direndam terlebih dahulu di dalam air sampai
rockwool menjadi basah. Setelah itu rockwool ditiriskan hingga air yang ada di
dalam rockwool berkurang dan menjadikan rockwool menjadi lembab. Pemilihan
rockwool sebagai media tanam dikarenakan rockwool adalah media tanam yang
memiliki kemampuan menahan air dan udara dalam jumlah besar yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan akar dan penyerapan nutrisi pada metode
hidroponik. Rockwool yang lembab siap untuk diisi benih tanaman pakcoy,
rockwool terlebih dahulu dilubangi dengan menggunakan tusuk gigi sedalam kira
– kira 2 – 3 mm. Rockwool yang telah diberi lubang dan yang telah diisi oleh
benih tanaman pakcoy kemudian dimasukan ke dalam wadah persemaian yang
Universitas Sumatera Utara
sudah disiapkan. Wadah persemaian yang sudah berisi rockwool dan benih
tanaman pakcoy ditutup dengan plastik hitam agar proses pecahnya benih semakin
cepat. Dengan ditutupnya wadah persemaian dengan menggunakan plastik hitam
masa pecahnya benih berlangsung selama 2 hari. Selama proses tersebut usahakan
wadah persemaian tidak mendapat cahaya.
Setelah benih melewati fase dormansinya, maka penutup plastik bisa
dilepas dan wadah persemaian bisa dipindahkan di tempat yang mendapat sinar
matahari agar benih pakcoy tidak mengalami etiolasi (proses pertumbuhan
tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah,
batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat). Benih pakcoy
dipantau kondisi airnya setiap hari sampai tanaman pakcoy memiliki 4 buah daun
dan panjang batang 5 – 8 cm.
3.4.2 Pembuatan Konstruksi Hidroponik NFT
Pembuatan konstruksi hidroponik pada penelitian ini dimulai dari
persiapan bahan – bahan dan alat – alat berupa pipa PVC Ø1/2”, lem pipa, elbow,
sambungan T pipa PVC, atap plastik, baut, solder, gergaji besi, meteran, talang,
spidol dan obeng. Sebelum membuat konstruksi hidroponik dilakukan
perancangan model gully hidroponik yang akan dibuat. Pembuatan konstruksi
hidroponik dapat dimulai setelah bahan dan alat serta rancangannya telah siap.
Pengerjaan pembuatan gully hidroponik dimulai dari pembuatan pondasi gully
tersebut. Setelah pondasi telah dibuat maka bagian utama dapat dikerjakan yaitu
dengan menyusun talang – talang yang sudah di modifikasi. Ketinggian dari gully
Universitas Sumatera Utara
harus di perhatikan dengan teliti agar kemiringan yang telah direncanakan tidak
salah.
Posisi dari ember sebagai tempat penampungan larutan nutrisi juga harus
diperhatikan, karena posisi tempat penampungan juga berpengaruh terhadap posisi
pompa yang akan diletakkan. Kalau posisi tempat penampungan larutan nutrisi
terlalu dekat dengan bagian outlet maka bisa saja air tidak dapat dipompakan
karena jarak yang terlalu jauh. Setelah posisi dari ember tempat penampungan
larutan nutrisi telah didapat maka proses pembuatan jaringan pipa inlet dan outlet
dapat dilakukan. Proses ini harus dilakukan dengan baik agar tidak ada nutrisi
yang terbuang dari jaringan inlet maupun outlet. Setelah pemasangan jaringan
inlet dan outlet selesai, maka pemasangan jaringan listrik bisa dilanjutkan.
Pemasangan jaringan listrik dilindungi dengan pipa agar kabel tidak mudah rusak
dan mengakibatkan konsreleting listrik. Pembuatan atap dari atap plastik menjadi
bagian akhir dari pembuatan konstruksi gully hidroponik ini.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
Setelah persemaian dan pembuatan konstruksi hidroponik selesai
dilakukan pengujian alat. Jika tidak ada kebocoran yang terjadi maka larutan
nutrisi dapat dimasukkan ke dalam ember tempat penampungan larutan nutrisi.
Pompa air diaktifkan agar larutan nutrisi dapat bersirkulasi. Pemindahan tanaman
ke gully hidroponik dilakukan setelah tanaman pakcoy telah berumur sekitar
sepuluh hari atau daun pada tanaman pakcoy telah mencapai empat buah.
Dilakukan pengamatan pada setiap data yang ditentukan sampai tanaman pakcoy
dapat dipanen.
secara teoritis dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Blaney and cridle
(persamaan 1 dan 2).
Produktivitas tanaman pakcoy diukur dengan menghitung rata – rata berat
tanaman pada setiap talang setiap satu kali produksi untuk masing – masing
kemiringan 6% dan 9%.
Setelah data – data pada penelitian ini diperoleh, maka analisis data
dilakukan dengan menghitung koefisien tanaman kc terlebih dahulu agar dapat
mengetahui nilai kebutuhan air tanaman selama masa – masa pertumbuhannya.
Selain dari penghitungan koefisien tanaman dan kebutuhan air tanaman,
kelayakan usaha dari penelitian ini juga perlu di perhatikan mengingat kebutuhan
sayur yang semakin meningkat sedangkan jumlah lahan yang semakin kecil akibat
pembangunan – pembangunan yang terajdi. Oleh karena itu, pada penelitian ini
dilakukan perhitungan nilai net present value.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Dari penelitian yang telah dilakukan pada akhir bulan Oktober sampai
akhir bulan November maka didapatkan hasil penelitian berupa koefisien tanaman
pakcoy pada masing – masing stage. Yaitu 0,54 pada periode awal pertumbuhan,
0,76 pada periode tengah pertumbuhan dan 1,1 pada akhir periode pertumbuhan.
Selain mendapatkan nilai kc pada penelitian ini juga didapatkan perhitungan
kebutuhan air tanaman secara teoritis. Kebutuhan air tanaman teoritis yang
didapatkan pada awal periode pertumbuhan adalah 5,0544 mm/hari sedangkan
kebutuhan air tanaman teoritis pada tengah periode pertumbuhan adalah 7,1136
mm/hari dan kebutuhan air tanaman teoritis pada akhir periode pertumbuhan
adalah 10,296 mm/hari.
masa pertumbuhan dan keadaan iklim.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Nilai koefisien tanaman (kc) pada setiap periode pertumbuhan
Periode pertumbuhan Koefisien Tanaman (kc)
Awal 0,54
Tengah 0,76
Akhir 1,1
4.1.2 Kebutuhan Air Tanaman Teoritis
Kebutuhan air tananam teoritis didapatkan dengan perhitungan dengan
menggunakan persamaan (1) dimana kc di setiap masa pertumbuhan tanaman
pakcoy berbeda antara masa awal, tengah dan akhir periode pertumbuhan.
Kebutuhan air tananam teoritis awal pertumbuhan
Kebutuhan air tananam teoritis tengah pertumbuhan
Kebutuhan air tananam teoritis akhir pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan
4.1.3 Produktivitas Tanaman Pakcoy
yaitu dengan cara menimbang tanaman pasca panen tanpa harus dikeringkan
terlebih dahulu. Berat tanaman sawi dari kedua perlakuan disajikan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Data berat tanaman pakcoy
Data berat tanaman pakcoy (gram) setelah
dipanen
Jumlah tiap
Jumlah tiap
4.2.1 Koefisien Tanaman Pakcoy
untuk mencari besaran kc pada masing masing stage tanaman pakcoy, dilakukan
dengan berberapa tahapan, yaitu :
II. Umur tanaman
( )
( ( ) )
Kc mid-season (3)
Dilihat dari gambar Kc = 0,76
Kc late season stage (4)
Dilihat dari gambar kc = 1,1
IV. Plotkan harga harga kc dan hubungkan masing masing titik gambar dengan
garis lurus.
V. Baca kc dari grafik yang dihasilkan untuk masing masing stage.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Grafik nilai kc
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan air tanaman teoritis adalah jumlah air yang digunakan untuk
memenuhi evapotranspirasi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Kebutuhan air tanaman teoritis dihitung dengan menggunakan metode Blaney and
Criddle pada persamaan (1).
pertumbuhan diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan dengan
menggunakan termometer. Suhu diukur selama 25 hari periode pertumbuhan
tanaman pakcoy (Brassica rapa L). Dari pengukuran di lapangan diperoleh suhu
rata-rata harian pada bulan Oktober dan November sebesar 28.065 °C.
Persentase lamanya siang hari untuk wilayah Medan Denai
(3°34’43,7”LU) diperoleh 80%. Dan faktor koreksi yang tergantung kepada
RHmin, lamanya penyinaran matahari dan angin diperoleh sebesar 0,56.
Nilai koefisien (Kc) untuk tanaman sawi yaitu : 0,54 untuk periode awal
pertumbuhan, 0,76 untuk periode tengah pertumbuhan dan 1,1 untuk periode akhir
pertumbuhan. Sehingga diperoleh nilai evapotranspirasi tanaman sebesar 5,0544
mm/hari pada awal periode pertumbuhan, 7,1136 mm/hari pada tengah periode
pertumbuhan dan 10,296 mm/hari pada akhir periode pertumbuhan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 menunjukkan nilai evapotranspirasi tanaman atau kebutuhan
air tanaman (ETc) terus meningkat selama periode pertumbuhan tanaman. Hal ini
sesuai dengan Hansen et al (1992) yang menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan
air tanaman terus meningkat seiring dengan pertumbuhan tanaman. Semakin besar
tanaman maka kebutuhan air tanaman juga semakin besar hal ini terjadi karena
kehilangan air akibat evaporasi dan transpirasi juga meningkat. Kebutuhan air
tanaman teoritis pada setiap periode pertumbuhan tanaman diperlukan untuk
mengetahui jumlah air irigasi termasuk larutan nutrisi yang dibutuhkan atau
sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan
(evaporasi dan transpirasi) agar tanaman dapat tumbuh lebih baik.
4.2.3 Produktivitas Tanaman Pakcoy
Produktivitas tanaman dapat diukur dari total produksi tanaman dalam tiap
perlakuan. Perbedaan kemiringan talang yang diaplikasikan dalam budidaya
tanaman sawi tersebut mengakibatkan perbedaan berat produksi.
0
2
4
6
8
10
12
sehingga tanaman sawi ini aman untuk dikonsumsi. Berbeda dengan tanaman
sawi yang berada di pasaran yang pada umumnya menggunakan pestisida yang
memiliki efek negatif jangka panjang bagi kesehatan manusia.
4.2.4 Aspek Finansial
dikeluarkan berupa biaya investasi yang merupakan biaya awal dari budidaya
hidroponik ini. Selain biaya investasi, biaya operasi yang dikeluarkan selama
budidaya hidroponik juga perlu di perhatikan. Biaya pemeliharaan juga tak luput
dari bagian aspek finansial yang akan dibahas. Aspek finansial tidak hanya
membahas biaya yang dikeluarkan pada budidaya hidroponik tanaman, namun
juga biaya yang dihasilkan atau benefit yang didapatkan pada budidaya
hidroponik tanaman pakcoy.
4.2.4.1 Biaya Investasi
Biaya untuk proyek budidaya hidroponik (urban farming) yang saya teliti yakni
tanaman pakcoy sebanyak 24 tanaman adalah sebagai berikut :
1. Capital Cost (Investasi)
Capital Cost atau investasi pada budidaya tanaman pakcoy hidroponik ini
terdiri dari investasi pembangunan lathhouse beserta dengan sistem
hidroponik NFT. Pembangunan lathhouse sendiri bisa dengan
menggunakan pipa, bambu, maupun baja ringan sebagai penyanggah gully
hidroponik, sedangkan untuk atap plastik bisa diganti dengan plastik UV
Universitas Sumatera Utara
secara langsung dan air hujan.
a. Lathhouse
Pipa PVC Ø ½’ 10 batang @ Rp. 20.000 Rp. 200.000
Talang PVC 3 batang @ Rp. 47.500 Rp. 142.500
Fitting L bow Ø ½’ 43 buah @ Rp. 1.000 Rp. 43.000
Fitting T Ø ½’ 65 buah @ Rp. 1.300 Rp. 84.500
Atap plastik 2,5 m 2 @ Rp. 40.000 Rp. 100.000
Aksesoris dan instalasi Ls Rp. 400.000
Sub Total Rp. 970.000
Instalasi irigasi pompa dan listrik Ls Rp. 200.000
Sub Total Rp. 360.000
dalam operasi (produksi) tanaman dalam satu kali masa tanam. Dalam
penelitian ini gaji karyawan ditiadakan karena dilakukan sendiri oleh
peneliti, sedangkan jikalau budidaya hidroponik ini dijadikan usaha maka
gaji karyawan harus diperhitungkan.
a. Bibit dan media tanam 24 x @ Rp. 1.000 Rp. 24.000
b. Pupuk cair 30 cc/hari x 25 hari Rp. 12.750
c. Irrigation water 100 liter / musim tanam Rp. 325
Universitas Sumatera Utara
3. Maintenance Cost
biaya pembersihan lumut dan perbaikan pompa. Pembersihan lumut
termasuk dalam gaji karyawan maka nilainya menjadi tidak ada.
a. Pembersihan lumut Rp. 0
b. Perbaikan pompa / penyusutan 10% / bulan Rp. 8.000
Total Maintenance Cost Rp. 8.000
Dalam satu tahun, proyek budidaya tanaman pakcoy hidroponik yang saya
teliti dapat dilakukan penanaman sebanyak 14 kali tanam.
Maka, biaya investasi dan biaya operating cost serta maintenance untuk
14 kali tanam (1 tahun) adalah
a. Investasi Rp. 133.000
b. Operating cost and maintenance Rp. 45.075 x 14 Rp. 631.050
Total Rp. 764.050
Biaya investasi di atas merupakan biaya investasi pada penelitian yang
dilakukan pada lahan sebesar 1,5 m x 2,5 m dengan jumlah pokok tanaman
sebanyak 24 tanaman. Pada lahan yang sama juga dapat dimanfaatkan
lebih efektif dengan menamabah jumlah pokok tanaman menjadi 36
tanaman. Perhitungan biaya investasi dan benefit dilakukan agar budidaya
Universitas Sumatera Utara
hidroponik ini bisa diketahui kelayakan usahanya. Selain dengan
menggunakan lahan sebesar 1,5 m x 2,5 m, simulasi dilakukan terhadap
lahan sebesar 5 m x 5 m dan juga lahan sebesar 10 m x 10 m.
Perhitungan biaya investasi pada lahan ukuran 1,5 m x 2,5 m dengan
pokok tanaman sebanyak 36 tanaman.
1. Capital Cost (Investasi)
Pipa PVC Ø ½’ 10 batang @ Rp. 20.000 Rp. 200.000
Talang PVC 3 batang @ Rp. 47.500 Rp. 142.500
Fitting L bow Ø ½’ 43 buah @ Rp. 1.000 Rp. 43.000
Fitting T Ø ½’ 65 buah @ Rp. 1.300 Rp. 84.500
Atap plastik 2,5 m 2 @ Rp. 40.000 Rp. 100.000
Aksesoris dan instalasi Ls Rp. 400.000
Sub Total Rp. 970.000
Instalasi irigasi pompa dan listrik Ls Rp. 200.000
Sub Total Rp. 360.000
Total Rp. 1.330.000
2. Operating Cost
a. Bibit dan media tanam 36 x @ Rp. 1.000 Rp. 36.000
b. Pupuk cair 30 cc/hari x 25 hari Rp. 12.750
c. Irrigation water 120 liter / musim tanam Rp. 390
Universitas Sumatera Utara
3. Maintenance Cost
b. Perbaikan pompa / penyusutan 10% / bulan Rp. 8.000
Total Maintenance Cost Rp. 8.000
Dalam satu tahun, proyek budidaya tanaman pakcoy hidroponik yang saya
teliti dapat dilakukan penanaman sebanyak 14 kali tanam.
Maka, biaya investasi dan biaya operating cost serta maintenance untuk
14 kali tanam (1 tahun) adalah
c. Investasi Rp. 133.000
d. Operating cost and maintenance Rp. 57.140 x 14 Rp. 799.960
Total Rp. 932.960
Perhitungan biaya investasi pada lahan ukuran 5 m x 5 m dengan pokok
tanaman sebanyak 360 tanaman.
1. Capital Cost (Investasi)
Bambu 10 batang @ Rp. 12.000 Rp. 120.000
Paku dan kawat Rp. 50.000
Plastik UV 13m (Rp. 25.000/m) Rp. 325.000
Instalasi listrik Rp. 150.000
nutrisi, sistem inlet dan outlet dll 3 unit @ Rp. 1.500.000
Sub Total Rp. 4.500.000
Total Rp. 5.445.000
2. Operating Cost
a. Bibit dan media tanam 360 x @ Rp. 1.000 Rp. 360.000
b. Pupuk cair 150 cc/hari x 25 hari Rp. 63.750
c. Irrigation water 600 liter / musim tanam Rp. 1.950
d. Gaji karyawan Rp. 500.000
Total Operating Cost Rp. 925.700
3. Maintenance Cost
Total Maintenance Cost Rp. 30.000
Dalam satu tahun, proyek budidaya tanaman pakcoy hidroponik yang saya
teliti dapat dilakukan penanaman sebanyak 14 kali tanam.
Maka, biaya investasi dan biaya operating cost serta maintenance untuk
14 kali tanam (1 tahun) adalah
a. Investasi Rp. 544.500
Universitas Sumatera Utara
Total Rp. 13.504.300
Perhitungan biaya investasi pada lahan ukuran 10 m x 10 m dengan pokok
tanaman sebanyak 1440 tanaman.
1. Capital Cost (Investasi)
Bambu 40 batang @ Rp. 12.000 Rp. 480.000
Paku dan kawat Rp. 150.000
Plastik UV 52m (Rp. 25.000/m) Rp. 1.300.000
Instalasi listrik Rp. 250.000
Upah pekerja Rp. 500.000
Sub Total Rp. 2.680.000
nutrisi, sistem inlet dan outlet dll 12 unit @ Rp. 1.500.000
Sub Total Rp. 18.000.000
Total Rp. 20.680.000
2. Operating Cost
e. Bibit dan media tanam 1440 x @ Rp. 1.000 Rp. 1.400.000
f. Pupuk cair 600 cc/hari x 25 hari Rp. 255.000
g. Irrigation water 2400 liter / musim tanam Rp. 7.800
h. Gaji karyawan Rp. 1.000.000
Universitas Sumatera Utara
3. Maintenance Cost
Total Maintenance Cost Rp. 120.000
Dalam satu tahun, proyek budidaya tanaman pakcoy hidroponik yang saya
teliti dapat dilakukan penanaman sebanyak 14 kali tanam.
Maka, biaya investasi dan biaya operating cost serta maintenance untuk
14 kali tanam (1 tahun) adalah
c. Investasi Rp. 2.068.000
Rp. 2.662.800 x 14 Rp. 37.279.200
Total Rp. 39.347.200
Dari hasil percobaan budidaya tanaman pakcoy hidroponik (urban
farming) yang saya teliti diperoleh hasil produksi sebesar 1,72 kg. Dari
hasil tersebut diperoleh benefit dengan mengalikan total produksi dengan
harga tanaman pakcoy sebesar Rp. 35.000 per kilo.
1. Produksi
2. Benefit
Produksi x unit price = 1,72 kg x Rp. 35.000 = Rp. 60.200 / musim tanam
Universitas Sumatera Utara
Benefit per tahun = Rp. 60.200 x 14 = Rp. 842.800 / tahun
Perhitungan biaya investasi pada lahan ukuran 1,5 m x 2,5 m dengan
pokok tanaman sebanyak 36 tanaman.
1. Produksi
2. Benefit
Produksi x unit price = 3,6 kg x Rp. 35.000 = Rp. 126.000 / musim tanam
Benefit per tahun = Rp. 126.000 x 14 = Rp. 1.764.000 / tahun
Perhitungan biaya investasi pada lahan ukuran 5 m x 5 m dengan pokok
tanaman sebanyak 360 tanaman.
2. Benefit
Benefit per tahun
= Rp. 1.260.000 x 14 = Rp. 17.640.000 / tahun
Perhitungan biaya investasi pada lahan ukuran 10 m x 10 m dengan pokok
tanaman sebanyak 1440 tanaman.
Universitas Sumatera Utara
Benefit per tahun
Universitas Sumatera Utara
3.2.4.3 Cash Flow
Cash flow dibutuhkan dalam suatu usaha agar analisa dari suatu usaha
pada kasus ini dalam budidaya hidroponik tanaman pakcoy bisa lebih mudah
dilakukan. Pada analisa finansial penelitian ini cash flow yang dianalisa berupa
cash flow pengeluaran, pemasukan dan keuntungan, cash flow present value cost
serta cash flow present value benefit. Dengan adanya cash flow maka nilai dari
B/C ratio dan net present value dapat diketahui.
Cash flow pengeluaran, pemasukan dan keuntungan selama 10 tahun untuk
budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5 m dan tanaman pakcoy
sebanyak 24 tanaman.
lahan 1,5 x 2,5 m (24 tanaman)
Tahun ke
1 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
2 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
3 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
4 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
5 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
6 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
7 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
8 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
9 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
10 Rp 631.050 Rp 842.800 Rp 211.750
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow pengeluaran, pemasukan dan keuntungan selama 10 tahun untuk
budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 2,5 x 1,5 m dengan tanaman pakcoy
sebanyak 36 tanaman.
lahan 1,5 x 2,5 m (36 tanaman)
Tahun ke
1 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
2 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
3 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
4 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
5 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
6 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
7 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
8 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
9 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
10 Rp 799.960 Rp 1.764.000 Rp 964.040
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow pengeluaran, pemasukan dan keuntungan selama 10 tahun untuk
budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 5 x 5 m dengan tanaman pakcoy
sebanyak 360 tanaman.
lahan 5 x 5 m (360 tanaman)
Tahun ke
1 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
2 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
3 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
4 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
5 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
6 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
7 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
8 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
9 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
10 Rp 12.959.800 Rp 17.640.000 Rp 4.680.200
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow pengeluaran, pemasukan dan keuntungan selama 10 tahun untuk
budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 10 x 10 m dengan tanaman pakcoy
sebanyak 1440 tanaman.
lahan 10 x 10 m (1440 tanaman)
Tahun ke
1 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
2 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
3 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
4 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
5 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
6 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
7 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
8 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
9 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
10 Rp 37.279.200 Rp 70.560.000 Rp 33.280.800
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow present value cost selama 10 tahun untuk budidaya tanaman
pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5 m dengan tanaman pakcoy sebanyak 24 tanaman.
Tabel 4.8 Cash flow present value cost pada lahan 1,5 x 2,5 m
(24 tanaman)
Tahun ke
0 Rp 1.330.000 1,00 Rp 1.330.000
1 Rp 631.050 0,91 Rp 573.682
2 Rp 631.050 0,83 Rp 521.529
3 Rp 631.050 0,75 Rp 474.117
4 Rp 631.050 0,68 Rp 431.016
5 Rp 631.050 0,62 Rp 391.832
6 Rp 631.050 0,56 Rp 356.211
7 Rp 631.050 0,51 Rp 323.828
8 Rp 631.050 0,47 Rp 294.389
9 Rp 631.050 0,42 Rp 267.627
10 Rp 631.050 0,39 Rp 243.297
Total Rp 5.207.529
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow present value cost selama 10 tahun untuk budidaya tanaman
pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5 m dengan tanaman pakcoy sebanyak 36 tanaman.
Tabel 4.9 Cash flow present value cost pada lahan 1,5 x 2,5 m
(36 tanaman)
Tahun ke
0 Rp 1.330.000 1,00 Rp 1.330.000
1 Rp 799.960 0,91 Rp 727.236
2 Rp 799.960 0,83 Rp 661.124
3 Rp 799.960 0,75 Rp 601.022
4 Rp 799.960 0,68 Rp 546.383
5 Rp 799.960 0,62 Rp 496.712
6 Rp 799.960 0,56 Rp 451.557
7 Rp 799.960 0,51 Rp 410.506
8 Rp 799.960 0,47 Rp 373.187
9 Rp 799.960 0,42 Rp 339.261
10 Rp 799.960 0,39 Rp 308.419
Total Rp 6.245.408
`(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow present value cost selama 10 tahun untuk budidaya tanaman
pakcoy dengan lahan 5 x 5 m dengan tanaman pakcoy sebanyak 360 tanaman.
Tabel 4.10 Cash flow present value cost pada lahan 5 x 5 m
(360 tanaman)
Tahun ke
0 Rp 5.445.000 1,00 Rp 5.445.000
1 Rp 12.959.800 0,91 Rp 11.781.636
2 Rp 12.959.800 0,83 Rp 10.710.579
3 Rp 12.959.800 0,75 Rp 9.736.890
4 Rp 12.959.800 0,68 Rp 8.851.718
5 Rp 12.959.800 0,62 Rp 8.047.016
6 Rp 12.959.800 0,56 Rp 7.315.469
7 Rp 12.959.800 0,51 Rp 6.650.427
8 Rp 12.959.800 0,47 Rp 6.045.842
9 Rp 12.959.800 0,42 Rp 5.496.220
10 Rp 12.959.800 0,39 Rp 4.996.564
Total Rp 85.077.361
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow present value cost selama 10 tahun untuk budidaya tanaman
pakcoy dengan lahan 10 x 10 m dengan tanaman pakcoy sebanyak 1440 tanaman.
Tabel 4.11 Cash flow present value cost pada lahan 10 x 10 m
(1440 tanaman)
Tahun ke
0 Rp 20.680.000 1,00 Rp 20.680.000
1 Rp 37.279.200 0,91 Rp 33.890.182
2 Rp 37.279.200 0,83 Rp 30.809.256
3 Rp 37.279.200 0,75 Rp 28.008.415
4 Rp 37.279.200 0,68 Rp 25.462.195
5 Rp 37.279.200 0,62 Rp 23.147.450
6 Rp 37.279.200 0,56 Rp 21.043.137
7 Rp 37.279.200 0,51 Rp 19.130.124
8 Rp 37.279.200 0,47 Rp 17.391.022
9 Rp 37.279.200 0,42 Rp 15.810.020
10 Rp 37.279.200 0,39 Rp 14.372.745
Total Rp 249.744.546
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow present value benefit selama 10 tahun untuk budidaya tanaman
pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5 m dengan tanaman pakcoy sebanyak 24 tanaman.
Tabel 4.12 Cash flow present value benefit pada lahan 1,5 x 2,5 m
(24 tanaman)
Tahun ke
0 Rp - 1,00 Rp -
Total Rp 5.178.641
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow present value benefit selama 10 tahun untuk budidaya tanaman
pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5 m dengan tanaman pakcoy sebanyak 36 tanaman.
Tabel 4.13 Cash flow present value benefit pada lahan 1,5 x 2,5 m
(36 tanaman)
Tahun ke
0 Rp - 1,00 Rp -
Total Rp 10.839.016
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow present value benefit selama 10 tahun untuk budidaya tanaman
pakcoy dengan lahan 5 x 5 m dengan tanaman pakcoy sebanyak 360 tanaman.
Tabel 4.14 Cash flow present value benefit pada lahan 5 x 5 m
(360 tanaman)
Tahun ke
0 Rp - 1,00 Rp -
Total Rp 108.390.164
(Sumber : Pengolahan data)
Universitas Sumatera Utara
Cash flow present value benefit selama 10 tahun untuk budidaya tanaman
pakcoy dengan lahan 10 x 10 m dengan tanaman pakcoy sebanyak 1440 tanaman.
Tabel 4.15 Cash flow present value benefit pada lahan 10 x 10 m
(1440 tanaman)
Tahun ke
0 Rp - 1,00 Rp -
Total Rp 433.560.655
(Sumber : Pengolahan data)
3.2.4.4 B/C Ratio
B/C ratio merupakan salah satu kriteria penilaian kelayakan suatu bisnis
untuk mendapatkan B/C ratio dilakukan perbandingan antara keuntungan dan
biaya yang dikeluarkan di dalam suatu usaha. Suatu usaha dikatakan layak apabila
nilai B/C ratio > 1. Jika B/C ratio < 1 usaha akan mengalami kerugian.
B/C ratio pada budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5 m dengan
tanaman pakcoy sebanyak 24 tanaman.
B/C Ratio = Rp. 5.178.641 / Rp. 5.207.529
= 0,99
Universitas Sumatera Utara
B/C ratio pada budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5 m dengan
tanaman pakcoy sebanyak 36 tanaman.
B/C Ratio = Rp. 10.839.016 / Rp. 6.245.408
= 1,74
B/C ratio pada budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 5 x 5 m dengan
tanaman pakcoy sebanyak 360 tanaman.
B/C Ratio = Rp. 108.390.164 / Rp. 85.077.361
= 1,27
B/C ratio pada budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 10 x10 m dengan
tanaman pakcoy sebanyak 1440 tanaman.
B/C Ratio = Rp. 433.560.655 / Rp. 249.744.546
= 1,74
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
Net present value juga merupakan salah satu dari kriteria penilaian
kelayakan dari suatu bisnis. Nilai NPV > 0 merupakan indikasi bahwa bisnis
tersebut memberi manfaat, tetapi jika nilai NPV < 0 maka bisnis tersebut tidak
memberi manfaat.
Net present value pada budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5
m dengan tanaman pakcoy sebanyak 24 tanaman.
Net present value = Rp. 5.178.641 / Rp. 5.207.529
= - Rp. 28.888
Net present value pada budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 1,5 x 2,5
m dengan tanaman pakcoy sebanyak 36 tanaman.
Net present value = Rp. 10.839.016 / Rp. 6.245.408
= Rp. 4.593.608
Net present value pada budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 5 x 5 m
dengan tanaman pakcoy sebanyak 360 tanaman.
Net present value = Rp. 108.390.164 / Rp. 85.077.361
= Rp. 23.312.803
Net present value pada budidaya tanaman pakcoy dengan lahan 10 x 10 m
dengan tanaman pakcoy sebanyak 1440 tanaman.
Net present value = Rp. 433.560.655 / Rp. 249.744.546
= Rp. 183.816.109
tanaman
Rp-
Rp5.000.000
Rp10.000.000
Rp15.000.000
Rp20.000.000
Rp25.000.000
Rp30.000.000
Rp35.000.000
Rp40.000.000
Rp45.000.000
Dari hasil penelitian rancangan sistem irigasi hidroponik NFT maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Besar nilai koefisien tanaman (kc) untuk tanaman pakcoy pada awal
periode pertumbuhan (initial stage) 0,54, pada tengah periode
pertumbuhan (mid season) 0,76 dan pada akhir periode pertumbuhan
(late season) 1,1.
2. Besar kebutuhan air tanaman teoritis (Etc) pada bulan Oktober sampai
Nopember adalah sebesar 5,0544 mm/hari untuk awal periode
pertumbuhan, 7,1136 mm/hari untuk tengah periode pertumbuhan dan
10,296 mm/hari untuk akhir periode pertumbuhan.
3. Berat produksi total tanaman sawi untuk kemiringan 6% sebesar 980
gram, sedangkan untuk kemiringan 9% sebesar 740 gram.
4. Kemiringan talang 6% memberikan hasil produk tanaman sawi yang
lebih baik dibandingkan dengan kemiringan talang 9%.
5. Budidaya pakcoy pada penelitian ini tidak layak dijadikan usaha, tetapi
jika dilakukan budidaya dengan kepadatan yang lebih padat dan luas
area yang lebih besar budidaya dapat menghasilkan keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, berat produksi untuk tanaman
sawi pada kemiringan talang 6% lebih baik dari pada kemiringan 9%
tetapi menurut teori dan penelitian lain kemiringan talang yang
semakin curam menghasilkan produktivitas tanaman yang lebih baik.
Kemungkinan jumlah tanaman yang lebih sedikit pada talang yang
lebih miring disebabkan kurangnya paparan sinar matahari kepada
tanaman yang berada di talang yang memiliki kemiringan 9% karena
terhalang oleh tembok. maka sebaiknya teknologi hidroponik NFT
diterapkan pada kemiringan yang lebih curam dengan memperhatikan
paparan cahaya matahari.
diperhatikan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan
tanaman agar dapat diperoleh hasil yang optimal dan perawatan
tanaman secara intensif untuk mencegah kerusakan tanaman akibat
hama dan penyakit.
3. Perawatan pada jaringan pipa dan talang untuk menghindari terjadinya
kerusakan dan kemungkinan bocor pada jaringan pipa.
Universitas Sumatera Utara
Daftar Pustaka
Ginting, E., F. Ariani, dan R. M. Sari. 1989. Ekonomi Teknik. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Ginting, M., 2014. Rekayasa Irigasi Teori dan Perencanaan. USU Press. Medan.
Hansen, V.E., O.W. Israelsen, dan G.W. Stringham. 1992. Diterjemahkan oleh
Tachyan dan Soetjipto. Dasar-Dasar dan Praktek Irigasi. Erlangga. Jakarta.
Hanum, C., 2013. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan.
Hendra, H.A., dan A. Andoko. 2014. Bertanam Sayuran Hidroponik Ala Paktani
Hydrofarm. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Iqbal, M., 2016. Simpel Hidroponik Dimana pun... Kapan pun... Siapa pun... Bisa
Bertanam dengan Hidroponik. Lily Publisher. Yogyakarta.
Prihmantoro, H., dan Y.H.Indriani.1999. Hidroponik Buah untuk Bisnis dan Hobi.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Yogyakarta.
Susila, A.D. 2009. Fertigasi pada Budidaya Tanaman Sayuran dalam Greenhouse.
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Untung, O., 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Penebar Swadaya. Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Sketsa Gambar Tampak Samping Gully Hidroponik Kemiringan 6%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Sketsa Gambar Tampak Samping Gully Hidroponik Kemiringan 9%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Sketsa Gambar Tampak Depan Gully Hidroponik Kemiringan 6% dan 9%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Sketsa Gambar Tampak Atas Gully Hidroponik Kemiringan 6% dan 9%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Pakcoy pada 1 hari setelah tanam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Hasil panen pakcoy
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Ember larutan nutrisi tanaman dengan pompa
Universitas Sumatera Utara