sistem hidroponik

116
I. PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan dalam bercocok tanam di bidang pertanian. Seiring dengan perkembangan jaman dan dipacu oleh keterbatasan lahan yang dimiliki, orang mulai bercocok tanam dengan menggunakan media tanam bukan tanah. Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydroponous, hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Hidroponik adalah teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional. Dalam perkembangannya sejak mulai popular 40 tahun lampau, hidroponik telah banyak mengalami perubahan. Media yang digunakan lebih banyak yang sengaja dibuat khusus. Demikian juga dengan wadah- wadah yang digunakan, seperti pot. Ada yang sengaja dibuat khusus lengkap dengan alat penunjuk kebutuhan air, ada pula yang khusus seperti kerikil sintesis. Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman di dalam larutan nutrisi tanpa 1

Upload: septiana-windyaningsih

Post on 24-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


33 download

DESCRIPTION

laporan hidroponik dan vertikultur

TRANSCRIPT

Page 1: sistem hidroponik

I. PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan

dalam bercocok tanam di bidang pertanian. Seiring dengan perkembangan

jaman dan dipacu oleh keterbatasan lahan yang dimiliki, orang mulai

bercocok tanam dengan menggunakan media tanam bukan tanah.

Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam tanpa menggunakan

tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik diambil dari bahasa Yunani

yaitu Hydroponous, hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Hidroponik

adalah teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan

oksigen. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari bertanam secara

hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional.

Dalam perkembangannya sejak mulai popular 40 tahun lampau,

hidroponik telah banyak mengalami perubahan. Media yang digunakan

lebih banyak yang sengaja dibuat khusus. Demikian juga dengan wadah-

wadah yang digunakan, seperti pot. Ada yang sengaja dibuat khusus

lengkap dengan alat penunjuk kebutuhan air, ada pula yang khusus seperti

kerikil sintesis. Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan

tanaman di dalam larutan nutrisi tanpa menggunakan media tanah. Ditinjau

dari segi sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan

untuk menumbuhkan tanaman, kecuali unsur-unsur, mineral dan zat-zat

makanan seperti dalam tanah.

Salah satu solusi teknik budidaya yang dapat memenuhi input sesuai

kebutuhan tanaman adalah teknik budidaya tanaman pada media tanam

selain tanah dengan pemberian komposisi dan jumlah unsur hara yang tepat.

Budidaya tanaman menggunakan teknik ini dapat menghasilkan kualitas,

kuantitas, dan kontinuitas hasil yang terjamin yaitu teknologi hidroponik.

Terdapat 6 dasar dari sistem hidroponik, yaitu Floating Hydroponic System

(FHS) atau rakit apung, Nutrient Film Technique (NFT), substrat dalam

1

Page 2: sistem hidroponik

2

kolom bertingkat, Ebb and Flow atau penggenangan dan pengatusan, dan

aeroponik. Adapun tujuan dari praktikum pengenalan sistem hidroponik

bertujuan untuk mengenalkan macam-macam sistem budidaya tanaman

secara hidroponik dan untuk menambah wawasan bagi pembaca, mahasiswa

dan pemula umumnya.

2. Tujuan

Tujuan praktikum acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini yaitu:

a. Mendeskripsikan komponen instalasi dan skema cara kerja tiap-tiap jenis

sistem hidropnik,

b. Merinci kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap jenis sistem hidroponik,

c. Menjelaskan contoh teknik aplikasi jenis-jenis sistem hidroponik untuk

budidaya tanaman holtikultura semusim,

d. Memberikan contoh-contoh gambar/foto visualisasi modifikasi aplikasi

jenis-jenis sistem hidroponik untuk budidaya tanaman holtikultura.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Hidroponik acara Pengenalan Sistem Hidroponik ini

dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 21 Oktober 2014 pukul 13.00 – 14.00

WIB, bertempat di Rumah Kaca B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

Page 3: sistem hidroponik

3

B. Tinjauan Pustaka

1. FHS (hidroponik rakit apung)

Menanam tumbuhan dalam tempat yang diisi air dan larutan zat

makanan, menjadi cara yang paling sederhana dan murah dalam bercocok

tanam hidroponik. Karena itu cara ini menjadi cara terbaik untuk berkenalan

dengan ilmu hidroponik cara bercocok tanam dengan menggunakan air

sebagai media tanam, paling cocok cara ini pada tempat-tempat yang hanya

ditanam satu atau dua tumbuhan walaupun mengurangi peluang untuk

mendapatkan keuntungan tetapi tidak mengurangi daya tarik car hidroponik

kebanyakan tanaman yang ditanam tanaman rumah yang palin rendah dapat

tumbuh baikdalam air dan larutan makanan. Bahkan sejumlah tanaman

kaktus dapat tumbuh subur dalam air dan emperagakan penampilan yang

jauh berbeda (Nicholls 2006).

Floating hidroponik sistem (FHS) atau sering dikenal dengan rakit

apung adalah budidaya tanaman (terutama sayuran) dengan cara menanam

tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan

nutrisi dalam bak penampung atau kolam. Dalam sistem ini akar tanaman

terendam dalam larutan nutrisi. Teknik hidroponik sistem rakit apung adalah

menanam tanaman pada suatu rakit yang dapat mengapung di atas

permukaan air atau nutrisi dengan akar menjuntai kedalam air. Styrofoam

diambangkan pada kolam larutan nutrisi sedalam kurang lebih 30 cm. Pada

styrofoam diberi lubang tanam dan bibit ditancapkan dengan bantuan busa

atau rockwool (Purwati 2006).

Rakit apung adalah salah satu sistem budidaya secara hidroponik

tanaman dengan cara menanam tanaman dalam lubang sterofoam yang

mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung. Pada

system ini larutan tidak disirkulasikan melainkan dibiarkan tergenang dan

ditempatkan dalam suatu wadah tertentu untuk menampung larutan tersebut.

System ini sangat cocok diterapkan pada daerah yang belum dialiri listrik

(Lingga 2006).

Page 4: sistem hidroponik

4

2. NFT (Nutrient Film Technique)

Hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air yang

digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar

tanaman menyerap unsur hara yang diperlukan dimana budidaya

tanamannya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.

Hidroponik NFT juga termasuk bercocok tanam dalam air dimana unsur

hara telah dilarutkan didalamnya. Dalam sistem irigasi hidroponik NFT

(Nutrient Film Technique), air dialirkan ke deretan akar tanaman secara

dangkal. Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang mengandung nutrisi

sesuai dengan kebutuhan tanaman. Perakaran dapat berkembang di dalam

nutrisi dan sebagian lainnya berkembang di atas permukaan larutan. Aliran

air sangat dangkal, jadi bagian atas perakaran berkembang di atas air yang

meskipun lembab tetap berada di udara. Di sekeliling perakaran itu terdapat

selapis larutan nutrisi (Brawijaya 2003).

Sistem pengaliran air adalah dengan cara mengalirkan air kepada

wadah dengan ukuran aliran yang diatur sehingga zat hara atau pupuk yang

ada di dalam air terserap semua dengan konsentrasi yang hampir merata dan

tidak ada pengendapan pada media. Ada dua jenis pengaliran air yang biasa

dilakukan untuk hidroponik, yaitu Pengaliran Tetes atau Drip irigation dan

NFT atau Nutrien film technical. Pencampuran Nutrien dapat dilakukan

dalam suatu bak atau tabung pencampur atau dengan cara menyuntikan

(injeksi) ke dalam pipa. Pipa-pipa yang telah dipakai pada waktu yang

cukup lama (lebih kurang 3 bulan) sebagai pipa pendistribusian air nutrien,

perlu dibersihkan dari endapan nutrien. Sistim pengaliran secara NFT ini

adalah dengan cara pengaliran air dibawah akan tanaman, kelebihan air di

daur ulang untuk kemudian dialirkan lagi, sehingga larutan tidak ada yang

terbuang (Siti 2008).

Sistem hidroponik NFT jauh berbeda dengan hidroponik substrat.

Pada hidroponik substrat, tanaman ditumbuhkan di media nontanah , seperti

arang sekam, zeolit, batu kerikil, perlit, pasir, rockwool, gambut, atau

serbuk gergaji. Pada media itulah akar berkembang. Sementara pada

Page 5: sistem hidroponik

5

hidroponik NFT, akar tanaman terendam dalam air yang mengandung

pupuk. Air bersikulasi selama 24 jam terus-menerus. Sebagian akar

terendam dan sebagian lagi berada di atas permukaan air. Lapisan air sangat

tipis, sekitar 3 mm, sehingga mirip film. Oleh karena itu, teknik ini disebut

NFT (Morgan 2005).

3. Substrat dalam Kolom Bertingkat

Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman

dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri

larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi,

dan oksigen secara cukup. Kelebihan hidroponik jenis ini adalah dapat

menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak

berubah warna, dan tidak mudah lapuk. Sistem hidroponik substrat pada

praktikum ini ditempatkan pada kolom-kolom yang terbuat dari bambu.

Kelebihan dari penggunaan hidroponik substrat adalah tanaman dapat

berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau dan biaya

operasional tidak terlalu besar. Kekurangannya adalah populasi tanaman

tidak terlalu banyak dan kolom-kolom substrat mudah ditumbuhi lumut

(Ricardo 2009).

Metode substrat yaitu menumbuhkan tanaman dalam media padat

(bukan tanah), umunya digunakan untuk mengusahakan sayuran atau buah

yang bernilai tinggi. Media padat antara lain dapat arang (kayu, sekam

padi), pasir, perlit, zeolit, gambut, kerikil, potongan sabut kelapa, pakis,

pecahan genteng/batu bata, batu apung, dan sebagainya Larutan nutrisi

diberikan dengan cara disiram / dialirkan lewat sistem irigasi. Sistem irigasi

yang biasa dipakai pada Hidroponik Substrat yaitu sistem air mengalir

ataupun irigasi tetes (drip irigation). Karakteristik substrat harus bersifat

inert dimana tidakmengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik

harus bebas daribakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan

patogen bagi tanaman. Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga

kelembaban,dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media

Page 6: sistem hidroponik

6

yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman

(Zulfitri 2005).

4. Substrat (Sekam dan Pasir)

Pada lahan pertanian arang sekam sangat baik untuk membantu

menyuburkan tanah kita. Menurut beberapa informasi arang sekam bisa

berfungsi sebagai penyimpan sementara unsur hara dalam tanah sehingga

tidak mudah tercuci oleh air. Dan akan sangat mudah dilepaskan ketika

dibutuhkan atau diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam

akan berfungsi seperti zeolit (Hidayati 2009).

Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam

pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup

dapat menahan air. Penggunaan arang sekam cukup meluas dalam budidaya

tanaman hias maupun sayuran (terutama budidaya secara hidroponik).

Arang sekam dapat dengan mudah diperoleh di toko-toko pertanian

(Mardhiah 2012)

Pasir sering digunakan sebagai media tanam selain tanah karena

sifatnya yang porous dan steril. Campuran media tanam yang menggunakan

pasir, maka pasir harus diayak terlebih dahulu sehingga tidak mengandung

batu kerikil. Kelebihannya murah dan mudah didapat, sedangkan

kekuranganya kemampuan menahan air rendah dan berat (Supriyadi 2009).

5. Ebb and Flow

Sistem pasang surut (ebb and flow) juga dinamai flood and drain

system adalah dasar dari teknologi hidroponik dimana tanaman

ditumbuhkan di dalam wadah yang diairi secara berkala dan kemudian

dikeringkan. Sistem ini merupakan sistem yang cocok untuk digunakan

pada berbagai jenis media tanam. Prinsip dari teknik ini adalah menaikkan

larutan berisi nutrisi ke media tanam dengan bantuan mesin air dan pada

batas waktu tertentu atau batas ketinggian larutan tertentu di dalam media

tanam, maka larutan tersebut dialirkan kembali ke dalam bak penampungan

larutan. Pada sistem ini dapat terjadi proses resirkulasi karena adanya

perputaran larutan (Kurniawan 2013).

Page 7: sistem hidroponik

7

Sistem Pasang Surut (Ebb and Flow / Flood and Drain) adalah sistem

yang cocok untuk digunakan bersama berbagai macam media tanam.

Seluruh wadah pertumbuhan dapat diisi dengan batu-batuan, kerikil, atau

butiran rockwool. Kebanyakan orang menggunakan pot-pot satuan yang

diisi dengan media tanaman. Hal ini memudahkan untuk memindahkan

tanaman dan memasukkan tanaman ke dalam system (Rukmana 2007).

Ebb and flow atau yang biasa dikenal dengan sistem pasang surut ini

merupakan salah satu alat hidroponik yang unik karena prinsip kerjanya

yaitu tanaman mendapatkan air, oksigen dan nutrisi melalui pompaan dari

bak penampung yang dipompa melewati media kemudian membasahi akar

tanaman (pasang), kemudian selang beberapa waktu air bersama nutrisi akan

turun (surut) kembali melewati media menuju bak penampungan.

Waktu pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai dengan

kebutuhan tanaman tersebut, jadi tanaman tidak akan tergenang atau

kekurangan air (Howard 2009).

6. Aeroponik

Prinsip aeroponik cukup sederhana, yaitu menyediakan nutrisi

sekaligus memberikan air yang kaya akan oksigen ke tanaman dengan cara

penyemprotan air yang mengandung nutrisi tersebut. Akar tanaman

dikondisikan tidak terendam air atau bergantung pada media sterofoam yang

sudah disediakan di atas kolam Dalam tubuh tanaman sangat berhubungan

dengan pertumbuhannya pada tanah dengan kadar hara yang dikandungnya.

ini berarti bahwa pertumbuhan tanaman akan berlangsung baik apabila

kadar hara yang terkandung dalam tanah tempat tumbuhnya masih baik

pula, laju pertumbuhan tanaman itu akan menurun dengan menurunnya

kadar hara yang terkandung dalam tanah yang diperlukan tanaman itu.

(Tim Karya Tani Mandiri 2010).

Sistem Aeroponik adalah sistem hidroponik yang menggunakan

teknologi tinggi. Seperti pada sistem NFT diatas, media tanamnya udara.

Akar-akar menggantung di udara dikabutkan oleh larutan nutrisi.

Pengabutan ini biasanya dilakukan setiap beberapa menit sekali. Karena

Page 8: sistem hidroponik

8

akar-akar terekpos di udara seperti pada sistem NFT, akar-akar bisa cepat

mengering jika pengaturan pengabutan terganggu. Sebuah timer mengontrol

pompa larutan nutrisi seperti pada tipe-tipe sistem hidroponik lainnya yaitu

sistem aeroponik  memerlukan timer  dengan perputaran singkat yaitu

beberapa detik dalam dua menit sekali (Eka 2011).

Aeroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik.

Cara ini belum sefamiliar cara hidroponik lainnya (seperti cara tetes, NFT

- Nutrient Film Technique). Kalau dilihat dari kata penyusunnya, yaitu

terdiri atas aero-phonic. Aero berarti udara, dan phonic artinya cara

budidaya, arti secara harafiah adalah cara bercocok tanam di udara, atau

bercocok tanam dengan sistem pengkabutan, akar tanamannya menggantung

di udara tanpa medium (misalkan tanah), dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi

dengan cara penyemprotan ke akarnya (Sutiyoso 2013).

7. DFT (Deep Flow Technique)

Menanam tumbuhan dalam tempat yang diisi air dan larutan zat

makanan, menjadi cara yang paling sederhana dan murah dalam bercocok

tanam hidroponik. Karena itu cara ini menjadi cara terbaik untuk berkenalan

dengan ilmu hidroponik. Cara bercocok tanam dengan menggunakan air

sebagai media tanam, paling cocok cara ini pada tempat-tempat yang hanya

ditanam satu atau dua tumbuhan walaupun mengurangi peluang untuk

mendapatkan keuntungan tetapi tidak mengurangi daya tarik. Cara

hidroponik kebanyakan tanaman yang ditanam tanaman rumah yang paling

rendah dapat tumbuh baik dalam air dan larutan makanan. Bahkan sejumlah

tanaman kaktus dapat tumbuh subur dalam air dan memperagakan

penampilan yang jauh berbeda (Nicholls 2006).

Deep Flow Technique (DFT) merupakan salah satu metode

hidroponik yang menggunakan air sebagai media untuk menyediakan nutrisi

bagi tanaman dengan pemberian nutrisi dalam bentuk genangan. Tanaman

dibudidayakan di atas saluran yang dialiri larutan nutrisi setinggi 4-6 cm

secara kontinyu, dimana akar tanaman selalu terendam di dalam larutan

nutrisi. Larutan nutrisi akan dikumpulkan kembali ke dalam bak nutrisi,

Page 9: sistem hidroponik

9

kemudian dipompakan melalui pipa distribusi ke kolam penanaman secara

kontinyu (Chandra 2008).

Tekhnik hidroponik DFT (Deep Flow Technique) merupakan

tekhnik hidroponik dengan menggunakan papan sterofoam yang mengapung

diatas larutan nutrisi dan larutan tersebut disirkulasikan dengan bantuan

aerasi di mana akar tanaman tumbuh pada media porous selain tanah (arang

sekam, pecahan batu bata, pakis, dll). Pada dasarnya hidroponik sistem DFT

sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berbeda. Perbedaannya

adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik.

Sedangkan DFT dapat tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atau flow.

Hidroponik menggunakan sistem DFT harus diperhatikan secara benar

pertumbuhan akan batang tanamannya. Karena media yang digunakan

berupa cairan maka batang mempunyai kecenderungan untuk over wet

sehingga menimbulkan kebusukan. Kebusukan yang terjadi akan

menghambat pertumbuhan akar tanaman (Sukanto 2001).

8. Hidroponik Vertikultur

Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture.

Secara lengkap, dibidang budi daya tanaman, arti vertikultur adalah suatu

teknik bercocok tanam diruang sempit dengan memanfaatkan bidang

vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat

(Temmy 2003). Marsema Kaka Mone (2006) menjelaskan bahwa vertikultur

merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam

dalam wadah-wadah yang disusun secara vertikal, atau dapat dikatakan

bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertikal.

Teknik ini berawal dari ide vertical garden yang dilontarkan oleh sebuah

perusahaan benih di Swiss pada tahun 1944. Popularitas bertanam dengan

dimensi vertikal ini selanjutnya berkembang pesat dinegara Eropa yang

beriklim subtropis. Awalnya, sistem vertikultur digunakan untuk

memamerkan tanaman ditanam umum, kebun, atau didalam rumah kaca

(green house) (Kemal 2000).

Page 10: sistem hidroponik

10

Vertikultur diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara

vertikal sehigga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem

bertingkat. Teknik vertikal berawal dari ide vertikal garden yang dilakukan

oleh sebuah perusahaan di Swiss pada tahun 1944. Vertikultur berasal dari

bahasa Iggris yaitu vertical dan culture. Secara lengkap di bidang budidaya

tanaman arti vertikultur adalah salah satu teknik bercocok tanam di ruang

sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok

tanam yang dilakukan secara bertingkat popularitas bertanam bertingkat

berkembang pesat di Negara Eropa (Noverita Sv, 2005). Setelah ide verticar

garden dilontarkan pemilik rumah kaca komersial di Guensey (the chennel

Islands) dan di Inggris mengadaptasi teknik untuk memproduksi strowberi

(Liferdi Lukman 2005).

Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal

disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk

persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan

beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau

pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena

salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas

di sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-

pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan

kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar

pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur

antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi,

tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya

(Lukman 2013).

9. Aquaponik

Budidaya sistem akuaponik amonia, nitrit, nitrat yang merupakan

limbah dari budidaya ikan dapat diserap dan digunakan sebagai pupuk oleh

tanaman hidroponik sehingga menurunkan konsentrasi cemaran limbah

amonia serta meningkatkan kualitas air (Sumoharjo 2010). Untuk kegiatan

Page 11: sistem hidroponik

11

budidaya perikanan kualitas air yang tepat dan berada dalam kisaran layak

berkaitan dengan pertumbuhan ikan (Effendi 2002).

Pemilihan komoditas tanaman yang digunakan pada sistem

akuaponik untuk mendukung keberhasilan dalam penyerapan limbah

organik di perairan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemeliharaan tanaman dalam sistem akuaponik di antaranya jenis tanaman

yang digunakan, tipe perakaran serabut, umur panen tanaman sesuai jenis

ikan yang di pelihara. Beberapa sayuran yang bisa ditanam pada sistem

akuaponik yaitu kangkung, selada, sawi, bayam, seledri, cabai, tomat,

timun (Nugroho dan Sutrisno 2008).

Tiga input utama untuk sistem ini adalah air, pakan yang diberikan

kepada hewan air, dan listrik untuk memompa air antara akuakultur

subsistem dan subsistem hidroponik. Bibit atau benih dapat ditambahkan

untuk menggantikan ikan tumbuh yang diambil keluar dari sistem untuk

mempertahankan sistem yang stabil. Dalam hal output, sistem aquaponik

terus dapat menghasilkan tanaman seperti sayuran tumbuh di hidroponik,

dan spesies air dimakan dibesarkan dalam akuakultur.

Ada tiga jenis keuntungan dalam sistem akuaponik yaitu ikan, tanaman, dan

bakteri yang menguntungkan. Ada dua jenis bakteri yang berbeda yaitu

Nitrosomonas dan Nitrobacter. Bakteri Nitrosomonas mengubah amonia

menjadi nitrit dan kemudian oleh bakteri Nitrobacter, nitrit diubah menjadi

nitrat. Saat sampai ke tanaman, nitrat diserap tanaman untuk membantu

pertumbuhannya (Nelson 2008).

Page 12: sistem hidroponik

12

C. Metodologi Praktikum

1. Alat

a. Alat tulis

b. Kamera

2. Bahan

a. Floating hydroponic system (FHS) hidroponik rakit apung,

b. Nutrient Film Technique (NFT),

c. Substrat dalam kolom bertingkat (Vertikultur Talang),

d. Substrat (Sekam dan Pasir),

e. Ebb and flow atau penggenangan tiap-tiap jenis sistem dan pengatusan,

f. Aeroponik,

g. Deep Flow Technique (DFT),

h. Hidroponik Vertikultur (Vertikultur Karpet),

i. Aquaponik

3. Cara Kerja

a. Mengamati bagian-bagian dari bentuk-bentuk modifikasi sistem

hidroponik meliputi : Floating Hydroponic System (FHS) atau Rakit

Apung, Nutrient Film Technique (NFT), Substrat dalam Kolom

Bertingkat, Substrat (Sekam dan Pasir), Ebb And Flow atau

Penggenangan dan Pengatusan, Aeroponik, Deep Flow Technique (DFT),

Hidroponik Vertikultur, serta Aquaponik.

b. Mengamati cara pengoperasian sistem hidroponik tersebut

c. Mengamati kelemahan dan kelebihan dari tiap-tiap bentuk modifikasi

sistem hidroponik.

Page 13: sistem hidroponik

13

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil PengamatanTabel 1.1 Hasil Pengamatan Berbagai Sistem Hidroponik

No Jenis Sistem Hidroponik Gambar

1 FHS (rakit apung)

2 NFT

3 Vertikultur Talang/ Bambu

Page 14: sistem hidroponik

14

4 Vertikultur Karpet

5 Ebb and Flow

6 Substrat

7 Aeroponik

8 DFT

Page 15: sistem hidroponik

15

9 Aquaponik

Sumber : Laporan Sementara

2. PembahasanHidroponik adalah suatu cara bercocok tanam tanpa menggunakan

tanah sebagai tempat menanam tanaman. Perbedaan bercocok tanam dengan

tanah dan hidroponik yaitu, kalau dengan tanah, zat-zat makanan diperoleh

tanaman dari dalam tanah. Sedangkan hidroponik, makanan diperoleh

tanaman dari dalam air yang mengandung zat-zat anorganik

(Mikrajuddin 2007).

FHS (Floating Hidroponik System) atau rakit apung merupakan

salah satu system budidaya secara hidroponik tanaman (sayuran) dengan

cara menanam tanaman pada lubang sterofoam. Sterofoam tersebut

mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung

sehingga akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi. Larutan nutrisi tidak

tersirkulasikan tetapi dibiarkan menggenang dan larutan tersebut tertampung

pada bak. Kelebihannya yaitu dapat memanfaatkan lahan sempit,

merupakan sistem hidroponik yang paling mudah dan sederhana, tidak

memerlukan keahlian mendalam, dan hemat listrik. Kekurangannya adalah

kemungkinkan tanaman akan kekurangan oksigen, cepat terjadi peningkatan

suhu, memerlukan pemantauan pH dan kepekatan lebih rutin, dan

pertumbuhan akar sering terganggu.

Hidroponik sistem NFT ini dilaksanakan menggunakan peralatan

yang telah disediakan. Air yang digunakan dalam praktikum hidroponik

NFT ini akan tersirkulasi, selain itu air tersebut juga mengandung nutrisi

yang dibutuhkan tanaman. Perakaran dapat berkembang saling kait mengait

sehingga tanaman tersebut bisa berdiri kokoh didalam larutan nutrisi dan

karena nutrisi diberikan secara dangkal maka akan terbentuk lapisan film

Page 16: sistem hidroponik

16

tipis larutan mineral hidroponik NFT adalah pengerjaan atau pengelolaan air

yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat

akar tanaman menyerap unsur hara yang diperlukan dimana budidaya

tanamannya dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya.

Hidroponik NFT juga termasuk bercocok tanam dalam air dimana unsur

hara telah dilarutkan didalamnya.

Beberapa keuntungan pemakain NFT yaitu dapat memudahkan

pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi

dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan

nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan

jenis tanaman, dan tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode

tanam yang pendek. Selain memiliki keuntungan, NFT juga memiliki

kekurangan yaitu investasi dan biaya perawatan yang mahal, NFT sangat

tergantung terhadap energi listrik sehingga apabila listrik mati maka NFT

akan terhambat dalam pengaliran larutan. Dan kekurangan yang lain yaitu

penyakit tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.

Menurut Purnomo (2006) pada  sistem NFT, diperlukan lapisan yang

dangkal berdasar datar bak dan pompa perendaman yang akan menyimpan

air yang mengalir pada akar tanaman. Tanaman harus diletakkan secara

berdekatan dengan media agar memungkinkan nutrisi untuk lebih mudah

menempel pada akar. Pompa perendaman akan terus-menerus mensirkulasi

air untuk kembali ke dalam sistem dan karena air secara terus-menerus

bersirkulasi, maka kita perlu melakukan pengawasan tingkat gizi yang

terkandung di dalam air.

Cara mengeset dan menguji NFT dan Rakit apung yaitu dengan cara

menyiapkan perlengkapan dan pipa yang akan diset, cuci terlebih dahulu

bagian dalamnya sampai bersih menggunakan detergen dan busa,

menyetting hidroponik NFT, kemudian mengukur beda tinggi (ΔH) dan

panjang hidroponik (L), kemudian tentukan kemiringan (S) : S=ΔH/L.

Mengatur agar debit masing-masing pipa antara 0,3-0,75 L/menit dengan

mengatur bukaan laran air (bukaan ½, ¾, dan penuh). Menampung volume

Page 17: sistem hidroponik

17

air (V) pada masing-masing pipa untuk waktu sekitar 1 menit (t). Lalu

menghitung debit air pada masing-masing pipa : Q=V/t (dalam L/menit).

Sistem hidroponik ke tiga yaitu sistem hidroponik substrat yang

merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada

media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga

memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup.

Karakteristik dari metode ini adalah dapat menyerap dan menghantarkan air,

tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, dan tidak mudah lapuk.

Hal yang perlu dilakukan dalam metode ini adalah memilih substrat yang

sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan. Misalnya: arang sekam,

pasir, pecahan batu bata. Lalu bila menggunakan lebih dari satu macam

substrat, maka harus dilakukan perbandingan yang sesuai. Misalnya sustrat

pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Kemudian memasukkan

substrat pada pot/polybag. Selanjutnya menanam bibit tanaman yang

disediakan pada pot/polybag. Dan yang terakhir merendam pot/polybag

tersebut dalam wadah yang berisi nutrisi sedalam ± 5 cm. Kelebihan dari

sistem ini yaitu tanaman dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah

untuk dipantau, dan biaya operasional tidak terlalu besar. Sedangkan

kekurangannya adalah populasi tanaman tidak terlalu banyak, terlalu banyak

menggunakan wadah, dan udah ditumbuhi lumut (Setyaningsih 2009).

Sistem substrat sekam dan pasir adalah metode hidroponik yang tidak

menggunakan air sebagai media, melainkan menggunakan media padat

selain tanah yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan

oksigen serta mendukung tanaman sebagaimana fungsi tanah. System

hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar

tanaman tumbuh pada media porous selain tanah yang dialiri larutan

nutrisi sehingga memungkinkan memperoleh air, nutrisi, dan oksigen

dengan cukup.

Sistem DFT menggunkan sterofoam sebagai tempat untuk 

meletakkan tanamannya dimana steroformnya diberi lubang-lubang kecil

sebagai tempat untuk memasukkan akar tanaman agar tergenang pada

Page 18: sistem hidroponik

18

larutan nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam lubang diberi

kapas agar tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut

disirkulasikan dengan bantuan aerator dan pompa. Pada dasarnya

hidroponik system DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya

berbeda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak

tersirkulasi dengan baik.Sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena

ada aliran atau flow. Teknik hidroponik sistem DFT ini cocok untuk

membudidayakan tanaman yang berbuah, misalnya tomat.

Tahapan dalam budidaya hidroponik yaitu seperti pemilihan benih

tanaman yang akan ditanam, penyemaian benih tanaman, penyiapan

tempat tanam (rumah plastik, nutrisi, dll), transplantasi ke sistem

hidroponik, perawatan sampai dengan panen.  Jadi yang berbeda adalah

larutan nutrisi dan sistem hidroponik yang digunakan. DFT memerlukan

pasokan listrik untuk mensirkulasikan air ke dalam talan-talang tersebut

dengan menggunakan pompa dan untuk menghemat penggunaan listrik,

kita dapat menggunkan timer (untuk mengatur waktu hidup dan mati

pompa).  Sebagai contoh pada pagi hari pompa hidup dan sore hari pompa

mati, begitu seterusnya.

Kelebihan dari teknik hidroponik sistem DFT ini adalah pada saat

aliran arus listrik padam maka larutan nutrisi tetap tersedia untuk tanaman,

karena pada sistem ini kedalam larutan nutrisinya mencapai kedalaman 6

cm. Jadi pada saat tidak ada aliran nutrisi maka masih ada larutan nutrisi

yang tersedia. Sedangkan untuk kekurangannya adalah pada sistem DFT

ini memerlukan larutan nutrisi yang lebih banyak dibandikan dengan

sistem NFT (nutrient Film Technique). Perkembangan tanaman yang

dibudidayakan menggunakan sistem DFT dapat tumbuh dengan baik dan

memiliki kualitas buah/sayuran yang lebih baik dibandingkan dengan

metode konvensional (Rizal 2013).

Hidroponik vertikultur merupakan penanaman dilahan yang

bentuknya vertikal atau bertingkat sehingga cocok untuk diaplikasikan

pada lahan sempit, baik indoor maupun outdoor tanpa tanah atau media

Page 19: sistem hidroponik

19

yang digunakan yaitu air. Model dan jenis wadah hidroponik dibentuk

mirip anak tangga dengan beberapa undakan. Bahan yang digunakan berpa

bambu atau pipa paralon bahkan kaleng bekas. Media tanam berupa sabut

kelapa, ijuk, kerikil, arang, zeolit dan air.

Sistem bertanam secara vertikultur memiliki beberapa kelebihan

baik dari segi teknik maupun ekonomis kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan sistem vertikultur jika ditinjau dari segi teknik yaitu populasi

tanaman persatuan luasan jauh lebih besar, dengan melakukan sterilisasi

media tanam dapat dihindari pemakaian pestisida yang dapat mencemari

tanaman dan menggangu kesehatan, kehilangan pupuk yang terbawa aliran

air hujan dapat dikurangi karena jumlah media tanam yang digunakan

sudah diperhitungkan cukup di sekitar perakaran tanaman saja dan dalam

struktur wadah terbatas. Vertikultur mudah dibuat dengan menggunakan

bahan dasar yang disesuaikan dengan bahan yang tersedia. Bahan dasar

yang dipakai dapat menggunakan barang bekas atau sudah tidak dipakai,

sepert pipa paralon, talang air, bambu, kayu, pot plastik atau botol bekas

kemasan air mineral. Dapat menambah nilai estetika lahan pekarangan.

Dapat dipindah-pindah sesuai dengan keinginan dengan syarat kebutuhan

cahaya matahari, kelembapan udara dan temperatur yang sesuai dpat

terpenuhi (Batharai et al. 2011).

Adapun kekurangan dengan menggunakan teknik budidaya sistem

vertikultur sebagai berikut memerlukan investasi awal cukup tinggi jika

sistem vertikultur menggunakan struktur bangunan utama berupa rumah

plastik, waktu yang dibutuhkan untuk persiapan lebih lama, karena

membutuhkan konsep terlebih dahulu. Tanaman rentan terhadap serangan

jamur. Diakibatkan tingkat kerapatan tanaman lebih tinggi, sehingga

menciptakan kondisi kelembapan udara yang tinggi. Akan tetapi serangan

jamur yang tinggi dapat dikendalikan dengan menerapkan beberapa

tindakan yang mrupakan konsep pengendalian hama terpadu. Contohnya

dengan menggunakan pestisida alami, melakukan pergiliran tanaman atau

menerapkan pengelolaan air yang tepat (Sutarminingsing et al, 2003 ).

Page 20: sistem hidroponik

20

Ebb and flow atau sistem hidroponik pasang surut merupakan salah

satu sistem budidaya tanaman secara hidroponik yang dalam pemberian

nutrisinya secara pasang surut. Dalam rangkaian sistem ini dilengkapi

denga timer (penghitung waktu) pemberian nutrisi. Sehingga adakalanya

tanaman terendam nutrisi dan adakalanya nutrisi tersebut surut kembali.

Kelebihan sistem ebb and flow adalah tanaman mendapat suplai

air, oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus, pertukaran oksigen lebih

baik karena terbawa air pasang dan surut dan mempermudah perawatan

karena kita tidak perlu melakukan penyiraman. Untuk kekurangan dari ebb

and flow adalah biaya alat yang agak mahal dikarenakan peralatan yang

digunakan cukup banyak. Tergantung kepada aliran listrik karena

menggunakan pompa. Dan kekurangan yang terakhir yaitu kualitas nutrisi

yang sudah dipompakan berkali-kali tidak akan sebagus awalnya.

Teknik hidroponik system aeroponik merupakan bercocok tanam

dengan sisem pengkabutan dimana akar tanamannya menggantung di

udara tanpa media dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara

spraying ke akarnya. System hidroponik ini memberikan nutrisi

menggunakan sprayer nozzle ke bagian akar. Hal ini bertujuan agar nutrisi

terserap oleh akar dalam bentuk partikel-partikel mikro.

Hidroponik terutama dengan sistem aeroponik mempunyai prospek

yang sangat baik karena dapat mempersingkat umur panen dan

produktivitas tanaman cukup tinggi. Selain itu hemat dalam pemakaian air

jika dikelola secara baik dan benar. Selain memiliki keunggulan, sistem

hidroponik terutama sistem aeroponik memiliki kerugian. Membutuhkan

biaya tambahan untuk pengendali waktu, sistem irigasi, pompa, serta

jadwal perawatan, yang jumlahnya cukup besar yakni mencapai jutaan

bagi petani (growers) pada umumnya. Pada sistem aeroponik konvensional

yang menggunakan pompa dan nozzle untuk mendapatkan efek

penyemprotan spray, tekanan pompa yang tinggi dapat menyebabkan

penumpukan mineral pada nozzle dan penyumbatan, sedangkan bila

tekanan pompa rendah akan menyebabkan penurunan kecepatan

Page 21: sistem hidroponik

21

penyerapan nutrisi. Pada saat nozzle tersumbat atau terjadi kerusakan

sistem aeroponik, maka tanaman mengalami kerusakan dalam

pertumbuhannya.

Sistem aquaponik adalah budidaya tanaman secara hidroponik yang

mengkombinasikan ikan dan tanaman di sistem sirkulasi. Nutrisi yang

dikeluarkan dari ikan atau yang dihasilkan oleh pemecahan mikroba

limbah organik diserap oleh tanaman. Makanan ikan menyediakan

sebagian besar nutrisi yang diperlukan oleh tanaman.

Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang

optimum untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem

resirkulasi (Akbar 2003). Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai

jawaban atas adanya permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber

air yang sesuai untuk budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit,

akuaponik yang merupakan salah satu teknologi hemat lahan dan air yang

dapat dikombinasikan dengan berbagai tanaman sayuran (Syafaat 2010).

Untuk instalasi aquaponik dengan cara air yang berasal dari wadah

pemeliharaan ikan dialirkan dengan menggunakan pompa air ke tempat

menanam tanaman, kemudian air yang sudah difilter oleh tanaman tersebut

dialirkan kembali kedalam kolam ikan dialirkan secara terus menerus,

sehingga amoniak yang berada di kolam akan tersaring sampai 80 % oleh

tanaman tersebut. Jenis tanaman yang sudah dicoba dan berhasil cukup

baik adalah kangkung, tomat dan sawi (Ratna Ika 2012).

Page 22: sistem hidroponik

22

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Pengenalan Sistem Hidroponik yang

dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Hidroponik adalah suatu sistem cara tanam tanaman tanpa menggunakan

tanah

b. Terdapat banyak metode yang digunakan yaitu Floating Hydroponic

System (FHS) atau rakit apung, Nutrient Film Technique (NFT), substrat

dalam kolom bertingkat, substrat sekam dan pasir, Ebb and Flow atau

penggenangan dan pengatusan, aquaponik, aeroponik, vertikultur

hidroponik, dan DFT (Deep Flow Technique).

c. Kelebihan sistem rakit apung yaitu dapat memanfaatkan lahan sempit,

sistem hidroponik yang paling mudah dan sederhana, tidak memerlukan

keahlian mendalam, dan hemat listrik. Kekurangannya adalah

kemungkinkan tanaman akan kekurangan oksigen, cepat terjadi

peningkatan suhu, memerlukan pemantauan pH dan kepekatan lebih

rutin, dan pertumbuhan akar sering terganggu.

d. Kelebihan NFT yaitu dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran

tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah,

keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang

dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis

tanaman, dan tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode

tanam yang pendek. Untuk kekurangan yaitu investasi dan biaya

perawatan yang mahal, NFT sangat tergantung terhadap energi listrik,

dan penyakit tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.

e. Kelebihan dari sistem substrat yaitu tanaman dapat berdiri lebih tegak,

kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau, dan biaya operasional tidak

terlalu besar. Sedangkan kekurangannya adalah populasi tanaman tidak

terlalu banyak, terlalu banyak menggunakan wadah, dan udah ditumbuhi

lumut.

Page 23: sistem hidroponik

23

f. Kelebihan sistem vertikultur yaitu tanaman persatuan luasan jauh lebih

besar, dengan melakukan sterilisasi media tanam dapat dihindari

pemakaian pestisida, kehilangan pupuk yang terbawa aliran air hujan

dapat dikurangi karena jumlah media tanam yang digunakan sudah

diperhitungkan cukup di sekitar perakaran tanaman saja dan dalam

struktur wadah terbatas. Kekurangan menggunakan sistem vertikultur

memerlukan investasi awal cukup tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk

persiapan lebih lama, karena membutuhkan konsep terlebih dahulu dan

tanaman rentan terhadap serangan jamur.

g. Kelebihan sistem ebb and flow adalah tanaman mendapat suplai air,

oksigen, dan nutrisi secara terus-menerus, pertukaran oksigen lebih baik

karena terbawa air pasang dan surut dan mempermudah perawatan

karena kita tidak perlu melakukan penyiraman. Untuk kekurangan dari

ebb and flow adalah biaya alat yang agak mahal dikarenakan peralatan

yang digunakan cukup banyak. Tergantung kepada aliran listrik karena

menggunakan pompa. Dan kekurangan yang terakhir yaitu kualitas

nutrisi yang sudah dipompakan berkali-kali tidak akan sebagus awalnya.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum adalah semua alat dan

bahan yang diperlukan sudah memenuhi tetapi sebaiknya pada rumah kaca

yang berlubang segera dilakukan perbaikan agar OPT dari luar tidak dapat

masuk dan menyerang tanaman yang ada di rumah kaca dan sarana

prasarana yang di gunakan praktikum di perbanyak lagi.

Page 24: sistem hidroponik

24

DAFTAR PUSTAKA

Akbar R A 2003. Submerged, Trickling Filter dan Fluidized Bed. Skripsi sarjana Biologi, Institut Teknologi Bandung.

Brawijaya W 2003. Metode Penanganan Buah-Buahan dan Sayuran dalam Skala Industri. Info Hortikultura 1(1): 27-37.

Chadirin Y 2006. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat Kuliah. IPB. Bogor.

Effendi H 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta

Eka S 2011. Pengaruh Media Tanam Hidroponik Dan Bibit Irigasi Tetes Terhadap Mutu Bunga Krisan Di Desa Serang Kecamatan Karangrejo Kabupaten Purbolingga. Fakultas pertanian UNSOED. Purwokerto.

Falah 2005. Budidaya Tanaman Sawi dengan Hidroponik Sistem DfT. Http://aderarizal.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 23 November 2014.

Hidayati 2009. Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Media Litbang Sulteng. Palu. Hal 131-132.

Howard M Resh 2009. Hydroponic Home Food Gardens. Routledge. England

Kemal P 2005. Tentang Budidaya Pertanian Krisan. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta

Kurniawan A 2013. Akuaponik Sederhana Berhiasi Ganda. Pangkalpinang: Penerbit UBB Press.

Lukman L 2013. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran secara Vertikultur. Lembang, Bandung. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Mardhiah Hayati 2012. Sekam padi sebagai media alternatif dan pemberian pupuk daun pada tomat hidroponik. Jurnal ilmu pertanian Vol 2. Jakarta. Hal 1-2.

Mikrajuddin 2007. IPA terpadu SMP dan Mts 3A. Jakarta:Esis

Nelson R L 2008. Aquaponic Equipment The Biofilter. Aquaponic Journal Issue. Vol 48.

Nugroho E dan Sutrisno 2008. Budidaya ikan dan Sayuran dengan Sistem Akuaponik. Penebar Swadaya. Jakarta

Purnomo Agung 2006. Nutrient Film Technique (NFT). http://belajarhidroponik.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 November 2014.

Purwati E dan Ali A 2000. Seleksi Varietas Tomat untuk Perbaikan Kualitas. Buletin Penelitian Hortikultura 8(1).

Page 25: sistem hidroponik

25

Randi 2012. Membuat Arang Sekam Sederhana untuk Media Hidroponik.. Diakses pada tanggal 24 November 2014.

Ratna Ika M Rifa’i 2012. Pemanfaatan Photovoltaik pada Sistem Otomasi Akuaponik berbasis Mikrokontroler Atmega. Jurnal Eltek. Vol 10 No 02.

Ricardo 2009. Hydroponics Substrat. http://bscstlouis1.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 November 2014.

Rukmana dan H Rahmat 2007. Krisan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Setyaningsih NN 2009. Hidroponik. Http://nafinur2.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 23 November 2014.

Siti Istiqomah 2008. Menanam Hidroponik. Yogyakarat: Aska Press

Sumiati E 2005. Konsentrasi dan Jumlah Aplikasi Mepiquat Klorida untuk Meningkatkan Produksi Kentang di Dataran Tinggi dengan Sistem DFT. J. Hort. 9(4):293.

Sumiati 2005. Simple hydroponics for Australian Home gardeners. Melbourne.

Supriyadi 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan Logika Fuzzy. J.Oto.Ktrl.Inst. Vol 1(1):31-35.

Sutiyoso Y 2008. Hidroponik Rakit Apung. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 26: sistem hidroponik

26

ACARA II. PENANAMAN SECARA HIDROPONIK

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Teknik budidaya tanaman non tanah yang mulai terkenal adalah

teknik hidropnik. Teknik hidroponik ini banyak yang menggunakannya

sebagai pengisi waktu luang maupun dijadikan bisnis. Teknik ini

mempunyai beberapa manfaat dan keunggulan untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang telah muncul di bidang pertanian. Teknik hidroponik

banyak yang berusaha mengembangkannya disebabkan oleh sifatnya yang

menghemat lahan, bersih, sulit diserang oleh hama dan gulma dan tidak

rumit. Teknik hidroponik juga mudah pengaplikasiannya dibandingkan

dengan teknik konvensional.

Dalam pengembangan teknik hidroponik, ada dua teknik utama yang

harus diketahui, yaitu teknik yang dikenal dengan hidroponik substrat dan

non substrat. Untuk hidroponik substrat, teknik ini menggunakan media

buatan berdasarkan pasir dan arang sekam. Cara menggunakan hidroponik

substrat ini hampir sama dengan bertanam biasa, yaitu menggunakan tanah

dalam pot. Sedangkan, untuk hidroponik non substrat langsung

menggunakan media air. Pengaplikasian hidroponik non substrat melalui

jalur air dari susunan pipa dengan menguras nutrisi untuk tanaman. Dengan

teknologi tersebut, hidroponik semakin efisien dan mudah diterapkan dalam

teknik budidaya tanaman, terutama tanaman buah-buahan dan sayur-

sayuran.

Di antaranya, modal yang cukup besar dibutuhkan untuk mengubah

budidaya tanaman dari teknik konvensional menjadi budidaya tanaman

dengan teknik hidroponik. Oleh sebab itu, harus benar-benar focus dan

dipersiapkan untuk mengusaha budidaya tanaman dengan teknik

hidroponik, jika usahanya ditujukan untuk bisnis dan hobi, bisa

dilaksanakan dengan penggunaan metode yang cukup sederhana dengan

menggunakan alat-alat dan bahan seadanya, asalkan nutrisi tanamannya

27

Page 27: sistem hidroponik

27

cukup. Karena budidaya tanaman hidroponik perlu menggunakan teknik

yang khusus maka teknisinya membutuhkan suatu keterampilan lebih untuk

mengusahakannya secara hidroponik, supaya produk hasil hidroponik baik

dan sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan tersebut dibutuhkan juga

untuk dapat memberi estetika pada tanaman yang diusahakan. Dengan

adanya estetika pada tanaman, masyarakat pun jadi tertarik melihatnya.

Dengan demikian, dalam pengaplikasian budidaya tanaman secara

hidroponik, pengetahuan mengenai tekniknya dan langkah-langkah yang

harus dilewati sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan produk

hidroponik yang menyenangkan. Diketahui bahwa usaha hidroponik

memerlukan modal yang cukup besar, maka dari itu agar modal tersebut

tidak terbuang sia-sia dan beberapa keuntungan mengusahakan teknik ini

benar-benar dapat dirasakan, sehingga orang-orang yang mengetahuinya

akan mulai mengembangkan teknik ini, dan masalah-masalah pertanian,

terutama dalam persoalan sempitnya lahan serta kualitas produk pertanian.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara Penanaman secara Hidroponik adalah :

a. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk membudidayakan

sayuran daun dengan berbagai sistem hidroponik.

b. Menghasilkan produk sayura pakcoy, selada hijau, selada merah, bayam

dan kailan yang berkualitas.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Acara Penanaman secara Hidroponik ini dilaksanakan

pada hari Selasa tanggal 11 November 2014 pukul 13.00 WIB sampai

selesai. Bertempat di Rumah Kaca B, Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 28: sistem hidroponik

28

B. Tinjauan Pustaka

Menanam tumbuhan dalam tempat yang diisi air dan larutan zat

makanan, menjadi cara yang paling sederhana dan murah dalam bercocok

tanam hidroponik. Karena itu cara ini menjadi cara terbaik untuk

berkenalan dengan ilmu hidroponik cara bercocok tanam dengan

menggunakan air sebagai media tanam, paling cocok cara ini pada tempat-

tempat yang hanya ditanam satu atau dua tumbuhan walaupun mengurangi

peluang untuk mendapatkan keuntungan tetapi tidak mengurangi daya

tarik car hidroponik kebanyakan tanaman yang ditanam tanaman rumah

yang palin rendah dapat tumbuh baikdalam air dan larutan makanan.

Bahkan sejumlah tanaman kaktus dapat tumbuh subur dalam air dan

emperagakan penampilan yang jauh berbeda (Nicholls 2006).

Floating hidroponik sistem (FHS) atau sering dikenal dengan rakit

apung adalah budidaya tanaman (terutama sayuran) dengan cara menanam

tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan

larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam. Dalam sistem ini akar

tanaman terendam dalam larutan nutrisi. Teknik hidroponik sistem rakit

apung adalah menanam tanaman pada suatu rakit yang dapat mengapung

di atas permukaan air atau nutrisi dengan akar menjuntai kedalam air.

Styrofoam diambangkan pada kolam larutan nutrisi sedalam kurang lebih

30 cm. Pada styrofoam diberi lubang tanam dan bibit ditancapkan dengan

bantuan busa atau rockwool (Purwati 2006).

Rakit apung adalah salah satu sistem budidaya secara hidroponik

tanaman dengan cara menanam tanaman dalam lubang sterofoam yang

mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung. Pada

system ini larutan tidak disirkulasikan melainkan dibiarkan tergenang dan

ditempatkan dalam suatu wadah tertentu untuk menampung larutan

tersebut. System ini sangat cocok diterapkan pada daerah yang belum

dialiri listrik (Lingga 2006).

Vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan

menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusun secara

Page 29: sistem hidroponik

29

vertikal, atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya

pemanfaatan ruang ke arah vertikal. Teknik ini berawal dari ide vertical

garden yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss pada

tahun 1944. Popularitas bertanam dengan dimensi vertikal ini selanjutnya

berkembang pesat dinegara Eropa yang beriklim subtropis. Awalnya,

sistem vertikultur digunakan untuk memamerkan tanaman ditanam umum,

kebun, atau didalam rumah kaca (green house) (Kemal 2000).

Vertikultur diartikan sebagai teknik budidaya tanaman secara

vertikal sehigga penanamannya dilakukan dengan menggunakan sistem

bertingkat. Teknik vertikal berawal dari ide vertikal garden yang dilakukan

oleh sebuah perusahaan di Swiss pada tahun 1944. Vertikultur berasal dari

bahasa Iggris yaitu vertical dan culture. Secara lengkap di bidang budidaya

tanaman arti vertikultur adalah salah satu teknik bercocok tanam di ruang

sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok

tanam yang dilakukan secara bertingkat popularitas bertanam bertingkat

berkembang pesat di Negara Eropa (Noverita Sv 2005). Setelah ide

verticar garden dilontarkan pemilik rumah kaca komersial di Guensey (the

chennel Islands) dan di Inggris mengadaptasi teknik untuk memproduksi

strowberi (Liferdi Lukman 2005).

Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal

disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah

berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga,

dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa

bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun

bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan

benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan vertikultur adalah kuat dan

mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya

disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi,

berumur pendek, dan berakar pendek (Lukman 2013).

Page 30: sistem hidroponik

30

C. Metodologi Praktikum

1. Alat

a. Rakit Apung

1) Bak penampung

2) Sterofoam

3) Spons

4) Pot penyangga sterofoam

5) EC Meter

b. Vertikultur karpet

1) Ember

2) Karpet

3) Selang

4) Pipa paralon

5) Sterofoam

6) Solder

7) Pompa air

2. Bahan

a. Benih dan bibit Pakcoy (Brassica rapa)

b. Nutrisi (AB mix)

3. Cara Kerja

a. Membuat larutan nutrisi (Komposisi Garam Terlampir)

1) Menambahkan garam teknis: Kalsium nitrat, kalium nitrat, dan Fe-

EDTA kedalam 30 L air untuk membuat pekatan A.

2) Menambahkan garam teknis: Kalium dihidrofosfat, ammonium

sulfat, Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat,

Mangan sulfat, Amonium moblidat kedalam 30 L air untuk membuat

pekatan B.

3) Larutan nutrisi dibuat dengan perbandingan banyaknya pekatan :

larutan = 1 : 10.

b. Persiapan instalasi Rakit Apung

1) Mencuci bak rakit apung hingga bersih.

Page 31: sistem hidroponik

31

2) Mencuci bersih sterofoam dan pot penyangga sterofoam. Sterofoam

telah dilubangi dengan jarak tanam 15 x 15 cm.

3) Mengisi larutan nutrisi ke dalam bak rakit apung.

c. Penanaman pada sistem Rakit Apung

1) Mengisi bak rakit apung dengan air 90 L.

2) Mengurangi air tersebut sebanyak 9 L. menambahkan pekatan A

sebanyak 4,5 L kemudian diaduk hingga merata. Menambahkan

pekatan B sebanyak 4,5 L kemudian diaduk kembali.

3) Mengecek EC larutan dengan EC meter.

4) Meletakkan penyangga sterofoam dalam bak tanaman.

5) Meletakkan sterofoam tanam di permukaan bak tanaman.

6) Mencuci bibit untuk menghilangkan media pembibitan yang

menempel pada akar.

7) Menaruh dalam penjepit, kemudian memasukkan dalam lubang

tanam yang telah di buat pada sterofoam.

8) Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan mengontrol kemungkinan

serangan OPT dan menambahkan larutan nutrisi jika diperlukan.

d. Pengamatan

Mengamati pertumbuhan tanaman seminggu sekali, sesuai dengan

peubah yang telah ditetapkan.

e. Panen

Panen dilakukan pada umur 5 MST kemudian mengamati sesuai dengan

peubah yang ditetapkan.

f. Pemasaran produk

1) Sebelum dilakukan pemanenan, melakukan survey harga dan calon

konsumen.

2) Menyortir sayuran dengan cara membuang bagian daun yang rusak

(terutama daun kuning atau kering), kemudian mengikatnya dan

menimbangnya.

3) Memberi label dan menaruh dalam ember yang sudah diisi air bersih

dengan cara ditegakkan (untuk menjaga agar produk tetap segar).

Page 32: sistem hidroponik

32

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Pertumbuhan Tinggi dan Jumlah Daun Tanaman Pakcoy (Brassica

rapa) Sistem FHS (Rakit Apung)

Sam

pel Minggu ke- Berat

sampel (gram)

1 2 3 4 5 6

TT JD TT JD TT TT TT JD TT JD TT JD

1 17 6 24 9 21 10 26 12 14 9 30 10 512 16 6 22 10 18 8 24 10 10,5 14 23 16 503 11 5 18 7 15 10 19 8 20 14 26 10 244 11 7 18 8 20 10 19 13 24 9 23 18 485 11 6 18 9 18 11 31 12 20,5 11 23 18 486 12 6 19 9 23 10 23 7 23,5 6 32 7 327 11 6 21 9 18 11 25 10 29 12 22 10 558 7 5 12 7 17 10 18 7 29,5 13 26 13 329 14 7 22 10 20 12 24 11 22,5 14 23 7 4610 12 7 18 9 20 12 25 11 35 14 30 13 2811 13 2 13 5 24 10 11 7 0 0 0 0 012 12 5 18 8 21 7 19 12 28 12 28 11 4313 8,5 5 16 7 16 7 25 9 29 9 24 9 4114 12 6 16 10 25 12 22 13 30 13 25 15 4315 10 5 19 7 17 8 24 13 29 15 25 16 9316 12 6 19 9 17 8 16 13 28 11 32 6 3817 11 6 18 8 18 9 29 12 24 8 37 11 7318 10 4 17 7 21 7 23 12 17 8 27 18 5519 8 6 15 8 27 9 30 12 27 5 16 14 5320 9,5 5 18 5 24 12 20 5 28 9 26 16 31

Sumber : Logbook

Tabel 2.2 Pertumbuhan Tinggi dan Jumlah Daun Tanaman Pakcoy (Brassica

rapa) Sistem Vertikultur Karpet

Sam

pel Minggu ke- Berat

sampel (gram)

1 2 3 4 5 6

TT JD TT JD TT TT TT JD TT JD TT JD

1 10 6 13 6 1 9 15 8 28 10 18 13 262 9 5 11 9 10 8 15 12 30 10 18 14 343 9 5 13 9 12 7 17 13 17 16 20 13 234 11 6 16 7 15 8 24 8 23 16 26 9 185 12 5 17 9 15 7 21 13 28 18 21 13 216 11 6 16 9 15 8 24 7 26 8 30 5 24

Page 33: sistem hidroponik

33

7 13 5 19 8 18 6 27 11 25 12 32 14 478 12 5 20 9 16 8 28 13 16 11 30 13 359 14 7 16 8 17 10 24 11 34 12 29 10 3010 15 8 17 9 19 9 24 12 32 13 30 15 5811 11 5 22 5 19 7 6 2 16 8 0 0 3512 13 5 23 8 22 7 30 11 27 12 30 10 3213 13 6 20 9 14 7 26 10 25 12 30 7 2714 15 6 28 6 20 8 30 12 23 14 30 9 2915 14 5 24 10 20 8 30 13 27 14 25 13 4716 12 5 11 4 20 7 28 9 30 7 33 12 2417 9 4 16 6 12 6 21 9 35 9 26 12 1218 12 6 13 5 13 8 16 8 30 14 20 10 1419 14 6 23 6 22 7 25 6 30 10 0 0 2920 14 5 19 7 18 6 25 5 32 8 30 14 28

Sumber : Logbook

Gambar 2.1 Pengumpulan Pakcoy Gambar 2.2 Pengguntingan akar Pakcoy

Gambar 2.3 Pembersihan Pakcoy Gambar 2.4 Penimbangan dan Pengemasan

Page 34: sistem hidroponik

34

2. Pembahasan

Budidaya hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan media

substrat maupun non substrat. hidroponik dikatakan menggunakan media

substrat, jika menggunakan media tanam untuk budidaya tanaman, media

tersebut tidak termasuk tanah, misalnya pasir, arang sekam, bokhasi, serbuk

gergaji, batu-batuan dan lain sebagainya. Pada praktikum yang telah

dilaksanakan ini sistem yang digunakan kelompok 3 adalah sistem rakit apung

(FHS) dan Vertikultur karpet.

Bibit yang baik yang siap ditanam untuk budidaya hidroponik merupakan

bibit yang tumbuh sehat, kokoh dan daunnya segar. Bibit yang digunakan

dalam budidaya hidroponik disemaikan dahulu selama dua minggu dan setelah

berumur dua minggu siap ditransplanting. Dalam memindah tanamkan

usahakan hati-hati supaya akar tidak rusak sehingga mengganggu pertumbuhan

tanaman.

Syarat pindah tanam adalah tanaman dapat dipindahtanamkan setelah biji

3 – 4 minggu masa persemaian dan sudah memiliki daun sebanyak 3 – 5 helai.

Kemudian memilih bibit yag baik untuk ditransplanting yaitu bibit yang

mempunyai batang tegak, daun hijau segar, daun yang sehat yang tidak

terserang penyakit. Pada saat pemindahan bibit ke media tanam usahakan

dengan hati-hati, serta setelah ditransplanting disemprot dengan larutan nutrisi

(Anonim 2014).

Cara pindah tanam yang dilakukan pada praktikum yaitu pertama

menyiapkan bibit yang akan ditransplanting dan sistem hidroponik yang akan

digunakan untuk penanaman. Kemudian mengambil bibit dari bak persemaian

dengan hati-hati dan mencelupkannya di air agar steril dan bersih dari media

tanam. Kemudian memasukkan bibit dan menanam bibit pada lubang tanam

yang telah dibuat terlebih dahulu dan menutupnya dengan media yang

digunakan sampai benar-benar menyatu dengan media. Setelah tanaman

ditanam pada media, siram dengan larutan nutrisi dan sebaiknya tidak terkena

sinar matahari secara penuh agar tanaman dapat beradaptasi terlebih dahulu.

Pada saat menanam usahakan tanaman berdiri tegak agar pertumbuhannya

Page 35: sistem hidroponik

35

baik. Media dalam hidroponik berfungsi sebagai penopang tanaman dan

memiliki syarat seperti struktur yang stabil selama pertumbuhan tanaman,

bebas dari zat berbahaya bagi tanaman, bersifat inert, memiliki daya pegang air

yang baik, drainase dan aerase yang baik (Rahmawaty 2009).

Media yang digunakan dalam budidaya hidroponik sistem rakit apung

adalah media agregat yang dialiri dengan larutan nutrisi. Tanaman tidak

memerlukan tanah untuk tumbuh asalkan unsur hara esensial, cahaya, air dan

oksigen terpenuhi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa, budidaya secara hidroponik

dapat berhasil apabila kebutuhan air, sirkulasi udara dan hara tanaman

tercukupi (Susanto 2010). Apabila kekurangan unsur tersebut maka akan ada

kemungkinan tanaman tersebut akan mati ataupun layu .Perlu adanya

perawatan yang intensif agar tidak terjadi hal-hal tersebut. Untuk vertikultur

karpet menggunakan media tanam pakis cacah berwarna hitam.

Proses budidaya yang dilakukan adalah melakukan penanaman pada

kedua sistem hidroponik. Kelompok 3 mendapatkan 2 sistem dan anggota

kelompok dibagi untuk melakukan penanaman pada kedua sistem tersebut.

Kemudiaan setelah melakukan penanaman dilakukan pemeliharaan setiap hari

sampai panen antara lain mengecek ketersediaan larutan nutrisi,

menyemprotkan nutrisi ke tanaman, memberikan larutan nutrisi apabila sudah

habis, melakukan pengendalian hama maupun penyakit yang menyerang, dan

melakukan pengecekan EC. Setelah enam minggu tanaman dapat dipanen dan

dipasarkan kepada konsumen.

Pada kedua sistem masing-masing diberikan 20 sampel secara acak yang

diamati setiap minggu. Hasil yang telah didapatkan pada sistem rakit apung

menunjukan pertumbuhan yang baik setiap minggunya. Tinggi tanaman

tertinggi pada minggu pertama pada sampel 1 yaitu 17 cm dengan jumlah daun

6, kemudian pada minggu kedua tertinggi yaitu sampel 1 dengan tinggi 24 cm

dengan jumlah daun 9. Untuk minggu ketiga sampel tanaman yang tertinggi

yaitu sampel 19 sebesar 27 cm dan jumlah daun 9, minggu keempat sampel

yang tertinggi yaitu sampel 5 dengan tinggi 31 cm dan jumlah daun 12 helai.

Pada minggu kelima didapatkan hasil yang paling tinggi yaitu sampel 10

Page 36: sistem hidroponik

36

dengan tinggi 35 cm dengan jumlah daun 14 helai. Pada saat pemanenan

dilakukan pengamatan terakhir didapatkan hasil yang tertinggi yaitu sebesar 32

cm dengan jumlah daun 6 daun pada sampel 16. Pertumbuhan yang berubah-

ubah disebabkan tanaman ada yang terserang penggerek daun maupun ulat

sehingga memerlukan penanganan manual dengan cara dibersihkan. Apabila

daun yang terserang terlalu parah maka daun tersebut dihilangkan ataupun

tanaman disulam atau diganti sampelnya agar tidak menular ke tanaman lain.

Hasil yang telah didapatkan pada sistem vertikultur karpet menunjukan

pertumbuhan yang berubah-ubah setiap minggunya. Tinggi tanaman tertinggi

pada minggu pertama pada sampel 10 yaitu 15 cm dengan jumlah daun 8,

kemudian pada minggu kedua tertinggi yaitu sampel 14 dengan tinggi 28 cm

dengan jumlah daun 6. Untuk minggu ketiga sampel tanaman yang tertinggi

yaitu sampel 12 sebesar 22 cm dan jumlah daun 7, minggu keempat sampel

yang tertinggi yaitu sampel 12 dengan tinggi 30 cm dan jumlah daun 11 helai.

Pada minggu kelima didapatkan hasil yang paling tinggi yaitu sampel 17

dengan tinggi 35 cm dengan jumlah daun 9 helai. Pada saat pemanenan

dilakukan pengamatan terakhir didapatkan hasil yang tertinggi yaitu sebesar 33

cm dengan jumlah daun 12 daun pada sampel 16. Pada sistem vertikultur

karpet banyak sekali tanaman yang terserang hama dikarenakan tertular hama

dari kelompok lain.

Hasil panen budidaya hidroponik dapat diketahui setelah tanaman

berumur 6 minggu. Pemanenan pakcoy dilakukan pada siang hari dan

kemudian langsung dipasarkan. Pakcoy dengan sistem vertikultur karpet yang

paling baik pada sampel 10 dengan berat 58 gram. Untuk sistem rakit apung

yang paling baik pada sampel 15 dengan berat sampel sebesar 93 gram. Hal ini

menunjukan bahwa sistem rakit apung lebih menunjukan hasil yang baik

dibandingkan pada vertikultur karpet disebabkan larutan nutrisi dibiarkan

menggenang dan dapat digunakan sewaktu-waktu oleh tanaman berbeda pada

sistem vertikultur karpet yang dialirkan oleh pompa pada periode waktu

tertentu.

Page 37: sistem hidroponik

37

Sebelum memasarkan produk, kelompok 3 (Tani Bejo) melakukan

survey ke Lotte Mart The Park Mall. Lotte mart tidak menjual sayuran

hidroponik melainkan sayuran organik dan non organik. Harga sayuran pakcoy

organik sekitar Rp 7000/250gram, sedangkan pakcoy non organik sekitar Rp

2000/150gram. Kelompok 3 memasarkan hasil pemanenan pakcoy ke warga

sekitar yang membutuhkan sayur untuk dikonsumsi sendiri dan yang sortiran di

konsumsi anggota kelompok. Sayuran hidroponik lebih tahan lama bila

dibandingkan dengan sayuran non organik yang ada di pasaran serta rasanya

lebih segar karena kadar airrnya tinggi.

Page 38: sistem hidroponik

38

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang telah

dilaksanakan adalah :

a. Bibit yang baik yang siap ditanam untuk budidaya hidroponik merupakan

bibit yang tumbuh sehat, kokoh dan daunnya segar.

b. Media yang digunakan dalam sistem rakit apung adalah media agregat

berupa larutan nutrisi dan pada sistem vertikultur karpet adalah pakis

cacah.

c. Cara pindah tanam yang dilakukan yaitu menyiapkan bibit yang akan

ditransplanting dan sistem hidroponik yang akan digunakan untuk

penanaman. Kemudian mengambil bibit dari bak persemaian dengan

hati-hati dan mencelupkannya di air agar steril dan bersih dari media

tanam. Kemudian memasukkan bibit dan menanam bibit pada lubang

tanam. Setelah tanaman ditanam pada media, siram dengan larutan nutrisi

dan sebaiknya tidak terkena sinar matahari secara penuh.

d. Proses budidaya yang dilakukan adalah melakukan penanaman pada

kedua sistem hidroponik. Kemudiaan melakukan pemeliharaan setiap

hari sampai panen antara lain mengecek ketersediaan larutan nutrisi,

menyemprotkan nutrisi ke tanaman, memberikan larutan nutrisi apabila

sudah habis, melakukan pengendalian hama maupun penyakit yang

menyerang, dan melakukan pengecekan EC. Setelah enam minggu

tanaman dapat dipanen dan dipasarkan kepada konsumen.

e. Pada kedua sistem masing-masing diberikan 20 sampel secara acak yang

diamati setiap minggu. Hasil yang telah didapatkan pada sistem rakit

apung menunjukan pertumbuhan yang baik setiap minggunya.

f. Tinggi tanaman tertinggi pada sistem rakit apung minggu pertama pada

sampel 1 yaitu 17 cm dengan jumlah daun 6, kemudian pada minggu

kedua tertinggi yaitu sampel 1 dengan tinggi 24 cm dengan jumlah daun

9. Untuk minggu ketiga sampel tanaman yang tertinggi yaitu sampel 19

sebesar 27 cm dan jumlah daun 9, minggu keempat sampel yang tertinggi

Page 39: sistem hidroponik

39

yaitu sampel 5 dengan tinggi 31 cm dan jumlah daun 12 helai. Pada

minggu kelima didapatkan hasil yang paling tinggi yaitu sampel 10

dengan tinggi 35 cm dengan jumlah daun 14 helai.

g. Tinggi tanaman tertinggi pada sistem vertikultur karpet pada minggu

pertama pada sampel 10 yaitu 15 cm dengan jumlah daun 8, kemudian

pada minggu kedua tertinggi yaitu sampel 14 dengan tinggi 28 cm

dengan jumlah daun 6. Untuk minggu ketiga sampel tanaman yang

tertinggi yaitu sampel 12 sebesar 22 cm dan jumlah daun 7, minggu

keempat sampel yang tertinggi yaitu sampel 12 dengan tinggi 30 cm dan

jumlah daun 11 helai. Pada minggu kelima didapatkan hasil yang paling

tinggi yaitu sampel 17 dengan tinggi 35 cm dengan jumlah daun 9 helai.

h. Pakcoy dengan sistem vertikultur karpet yang paling baik pada sampel 10

dengan berat 58 gram. Untuk sistem rakit apung yang paling baik pada

sampel 15 dengan berat sampel sebesar 93 gram.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum yang telah dilaksanakan

adalah sebaiknya praktikan lebih serius memperhatikan tanamannya agar

tanaman lebih intensif dalam menerima larutan nutrisi agar hasil panen dapat di

andalkan.

Page 40: sistem hidroponik

40

DAFTAR PUSTAKA

Kemal P 2005. Tentang Budidaya Pertanian Krisan. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta

Lukman L 2013. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran secara Vertikultur. Lembang, Bandung. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Nelson R L 2008. Aquaponic Equipment The Biofilter. Aquaponic Journal Issue. Vol 48.

Purwati E dan Ali A 2000. Seleksi Varietas Tomat untuk Perbaikan Kualitas. Buletin Penelitian Hortikultura 8(1).

Rahmawaty Novi 2009. Pengaruh Varietas dan Konsistensi Ethepan pada Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Mentimun Dalam Budidaya Hidroponik. IPB. Bogor.

Susanto 2010. Produksi dan Kualitas Buah Stroberi pada Beberapa Sistem     Irigasi. Jurnal Holtikultura Indonesia. Vol 1(1):1-9.

Verma S K 2002. Plant Physiology. S. Chand & Company LTD. USA.

Page 41: sistem hidroponik

41

III. NUTRISI HIDROPONIK

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Konsumen modern dalam memilih hasil produksi tanaman di kota-

kota besar adalah mencari produk tidak hanya berkualitas melainkan

mempunyai nilai tambah terhadap manfaat kesehatan, berpenampilan

menarik dengan harga yang rasional. Produk-produk tersebut sebagian besar

terpenuhi oleh produk hidroponik. Hidroponik merupakan suatu pengerjaan

atau pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan

media tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang

dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air. Sehingga sangat

perlu diketahui kebutuhan nutrisi yang sesuai dengan jenis tanaman yang

dibudidayakan.

Unsur hara sangat dibutuhkan oleh tanaman karena merupakan bagian

dari sel-sel dalam tubuh tanaman ataupun berfungsi melancarkan

berlangsungnya proses metabolisme, sel-sel baru selalu dibentuk selama

tanaman itu hidup baik untuk perkembangan organ maupun sel. Unsur hara

disebut juga nutrisi tanaman. Nutrisi tanaman didefinisikan sebagai mineral

atau elemen organik maupun anorganik yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah besar, yang berpengaruh dalam metabolisme tanaman dan

fisiologinya.

Pada sistem kultur hidroponik pemberian nutrisi merupakan hal yang

utama karena media yang digunakan tidak menyediakan unsur hara. Media

hanya berfungsi sebagai sebagai penegak tanaman atau tempat akar

mengikat dan mengalirkan larutan nutrisi. Pupuk merupakan sumber nutrisi

yang dibutuhkan tanaman. Nutrisi didefinisikan sebagai bahan yang

mensuplai tanaman dalam bentuk energi atau mineral elemen penting.

Pada hidroponik, keseluruhan keperluan nutrisi tanaman diberikan

pada akar tanaman dalam bentuk larutan. Sebenarnya tanaman boleh hidup

tanpa tanah. Akar tanamanan mengambil zat makanan atau nutrient yang

42

Page 42: sistem hidroponik

42

tersembunyi di dalam tanah. Tanaman bisa hidup tanpa tanah asalkan

kebutuhan nutrient yang diperlukan terpenuhi.

2. Tujuan

Tujuan praktikum hidroponik acara Nutrisi Hidroponik ini yaitu:

a. Mengenal jenis garam teknis yang biasa digunakan dalam pembuatan

nutrisi untuk hidroponik.

b. Membuat kompisisi larutan nutrisi mix AB untuk budidaya tanaman

sayuran (kompenen hasil berupa bagian batang dan daun).

c. Mengukur tingkat kepekatan larutan nutrisi berdasarkan indikator nilai

konduktivitas listrik (EC).

d. Menganalisis hubungan antara kepekatan larutan nutrisi (berdasarkan

volume larutan pekat A dan B yang digunakan tiap 1000 ml larutan

nutrisi) dengan nilai EC.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum acara Nutrisi Hidroponik dilakukan pada hari Kamis,

tanggal 6 November 2014 pukul 13.00 WIB, bertempat di Laboratorium

Rumah Kaca B, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 43: sistem hidroponik

43

B. Tinjauan Pustaka

Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi

merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman

hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah komposisi ion nutrisi dan

suhu. Larutan nutrisi ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, S, P, K,

Ca, dan Mg) dan unsur mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn). Pada umumnya

kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity

larutan tersebut  (Tim Karya Tani Mandiri 2010).

Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya

dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca,

Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah,

yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan kebutuhan tanaman akan

unsur hara berbeda-beda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman.

Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam-garam pupuk dalam air.

Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya

biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut (Karsono 2005).

Larutan nutrisi juga dapat dipertahankan dan dikontrol sesuai dengan

kebutuhan tanaman dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Hal ini mendasari adanya sistem kontrol secara sederhana maupun otomatis

pada larutan nutrisi. Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH

merupakan komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat

tertentu untuk optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol

dengan tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi

tanaman (terutama dalam hidroponik dengan sistem yang tertutup) dapat

dipertahankan. Suhu yang terlalu rendah dan terlalu tinggi pada larutan nutrisi

dapat menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan ion nutrisi, untuk

tanaman sayuran suhu optimal antara 5-150 C dan tanaman buah antara 15-250

C. Beberapa tanaman sayuran dan buah dipertahankan mempunyai tingkat pH

dan EC tertentu yang optimal (Savvas and Manos 2005).

Dalam pembuatan pupuk hidroponik, baik untuk sayuran daun, batang

dan daun, bunga serta buah, dibuat dua macam pekatan A dan B. Kedua

Page 44: sistem hidroponik

44

pekatan tersebut baru dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak

dapat dicampur karena bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion

sulfat dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsure Ca

dan S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gajala

defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu

dengan anion fosfat dalam pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga

unsur Ca dan Fe tidak dapat diserap oleh akar (Sutiyoso 2009).

Pada sayuran daun digunakan EC 1,5-2,5. Pada EC yang terlampau

tinggi, tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh.

Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap akar. Batasan jenuh untuk

sayuran daun adalah EC 4,2. Di atas angka tersebut, pertumbuhan tanaman

akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau

keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis (Lingga 2007).

Pupuk daun dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber larutan

nutrisi. Selain praktis, pupuk daun juga mudah diperoleh di pasaran.

Penggunaan pupuk daun ini dapat dimodifikasi dengan pupuk majemuk yang

telah tersedia di pasaran. Pengembangan jenis substrat terutama untuk

mengantisipasi kemungkinan penggunaan limbah yang tersedia di daerah,

misal sekam padi, jerami padi, serbuk gergaji atau sabut kelapa

(Harjoko dan Samanhudi 2010).

Page 45: sistem hidroponik

45

C. Metodologi Praktikum

1. Alat

a. Timbangan

b. Ember

c. Gelas takar

d. EC-meter

e. Alat tulis

2. Bahan

a. Kemikalia

1) Kalsium nitrat

2) Kalium nitrat

3) Fe-EDTA

4) Kalium dihidro fosfat

5) Amonium sulfat

6) Megnesium sulfat

7) Cupri sulfat

8) Zink sulfat

9) Asam borat

10) Mangan sulfat

11) Amonium molibdat

b. Air

3. Cara Kerja

a. Menimbang kemikalia dengan jumlah sesuai komposisi (untuk

menghasilkan larutan nutrisi sebanyak 300 L)

b. Komposisi A terdiri atas kalsium nitrat, kalium nitrat, Fe-EDTA

c. Komposisi B terdiri dari : Kalium dihidro fosfat, Amonium sulfat,

Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat,

dan Amonium molibdat.

d. Untuk membuat pekatan A dan B masing-masing sebanyak 30 L

diperlukan garam teknis sebagai berikut:

Page 46: sistem hidroponik

46

Jenis Garam TeknisKebutuhan (g)

Pekatan A Pekatan BKalium nitrat 330Kalsium nitrat 528

Fe-EDTA 11,4Kalium fosfat 84

Magnesium sulfat 426Mangan sulfat 8Cupri sulfat 0,4Zinc sulfat 1,5

Asam/Natrium borat 4,0Amonium molibdat 0,1

e. Mengukur nilai EC dari air yang akan digunakan sebagai pelarut (dicatat

sebagai EC air).

f. Melarutkan tiap-tiap komposisi garam A dan B masing-masing kedalam

30 L air, sehingga tersedia larutan pekat A dan larutan pekat B.

g. Membuat simulasi pengukuran nilai EC pada berbagai perimbangan

penggunaan larutan pekat A dan pekat B dalam 1 liter larutan siap pakai,

dengan melengkapi tabel berikut:

Volume lar. Pekat A (ml)

Volume lar. Pekat B (ml)

Volume air (ml)

Nilai EC larutan nutrisi

50 50 90075 75 850100 100 800125 125 750150 150 700800 800 9000 1,8

h. Membuat grafik hubungan antara volume larutan pekat A dan B yang

digunakan tiap 1000 ml larutan nutrisi (X) dengan niali EC (Y).

Page 47: sistem hidroponik

47

D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 3.1 Larutan Nutrisi yang digunakan dalam Hidroponik

Kel Volume LarutanPekatan A (ml)

Volume Larutan Pekatan B (ml)

Volume air (ml)

Nilai EC Nutrisi

1 10 10 980 1,352 20 20 960 2,283 30 30 940 3,294 40 40 920 2,435 50 50 900 3,86

Sumber : Data Rekapan

Gambar 3.1 Grafik Nilai EC Nutrisi

NIL

AI

EC

VOLUME LAR. PEKAT A DAN B (ml)

Page 48: sistem hidroponik

48

2. Pembahasan

Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk

fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.

Pemberian nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui akar dan daun

tanaman. Aplikasi melalui akar dapat dilakukan dengan merendam atau

mengalirkan larutan pada akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara

melarutkan garam-mineral ke dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam-

mineral ini akan memisahkan diri menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh

tanaman berlangsung secara kontinue dikarenakan akar-akar tanaman selalu

bersentuhan dengan larutan (Suwandi 2006).

Budidaya tanaman secara hidroponik dalam pemberian nutrisi sangat

penting dilakukan karena dalam media pertumbuhannya tidak mengandung

zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Berbeda pada penanaman di lahan

yang tanahnya telah mengandung zat hara sehingga pemupukan hanya

bersifat tambahan. Pemberian nutrisi untuk tanaman hidroponik harus sesuai

jumlah dan macamnya serta diberikan secara kontinu. Untuk bahan baku

pupuk yang digunakan harus mempunyai daya larut yang baik agar tidak

ada endapan apabila bahan dilarutkan dalam air.

Larutan nutrisi yang digunakan dalam hidroponik merupakan larutan

berair yang mengandung ion anorganik dari garam terlarut yang merupakan

elemen penting untuk pertumbuhan tanaman. Larutan nutrisi ini sudah

mengandung semua unsur yang dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap.

Unsur-unsur tersebut terdiri dari unsur hara makro (N, P, K) dan unsur hara

mikro (Ca, S, Fe, Mg, B, Mn, Zn, Mo, Cu, Co), unsur hara lain berupa C, H,

O didapat secara bebas dari udara. Larutan nutrisi ini biasanya dikemas

menjadi dua bagian (yaitu bagian A dan bagian B). Kebutuhan unsur hara

tiap tanaman berbeda-beda.

Solusi dalam pemberian nutrisi yang menjadi dasar pertimbangan

adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan sulfur, dan

dilengkapi dengan mikronutrien. Komposisi gizi menentukan konduktivitas

listrik dan potensi osmotic dalam larutan. Jumlah total ion garam terlarut

Page 49: sistem hidroponik

49

dalam larutan nutrisi memberikan gaya disebut tekanan osmotik (OP), yang

merupakan properti koligatif dari larutan nutrisi dan itu jelas tergantung dari

jumlah zat terlarut terlarut (Landowne 2006).

Formulasi dalam larutan nutrisi diperlukan untuk budidaya

hidroponik yaitu untuk menghindari terjadinya defisiensi atapun kelebihan

suatu unsur hara tertentu yang dapat bersifat toksik bagi tanaman,

menghindari interaksi antara ion satu dengan lainnya apabila interaksi

tersebut dapat bersifat toksik ataupun tidak dapat diserap tanaman, serta

menyediakan komposisi yang tepat sesuai kebutuhan tanaman terhadap

unsur hara. Larutan nutrisi yang digunakan terdiri dari pekatan A dan

pekatan B. Komposisi A terdiri atas kalsium nitrat, kalium nitrat, Fe-EDTA.

Komposisi B terdiri dari : Kalium dihidro fosfat, Amonium sulfat,

Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat, dan

Amonium molibdat.

Beberapa bahan kimia sebagai sumber unsur hara mikro terdapat

dalam bentuk mineral, beranion sulfat, disertai air kristal. Berbeda dengan

unsure Fe yang diselimuti dengan kelat EDTA menjadi Fe-EDTA. Tujuan

penyelimutan dengan kelat ini untuk mengurangi antagonis atau

pertentangan dengan unsure-unsur mikro lainnya. Unsure Mn, Cu, dan Zn

pun dapat diperoleh dalam bentuk kelat. Namun, mengingat harga kelat

mahal maka hanya Fe saja yang digunakan dalam bentuk kelat. Walaupun

tidak dalam bentuk kelat, unsure mikro lainya tidak akan menimbulkan

masalah dalam kerja sehari-hari. Harganya cukup murah dan penggunaanya

hanya sedikit.

Untuk mengukur kepekatan pupuk dalam hidroponik digunakan

istilah EC (Electro Conductivity) dengan satuan mmhos/cm atau mS/cm.

Selain EC, kadang-kadang juga digunakan istilah cF (conductivity factor)

(Karsono 2005). Angka EC sangat penting di dalam hidroponik semua

sistem karena berdasarkan angka inilah produktivitas tanaman bisa dipacu.

Untuk tanaman kecil/belum dewasa, angka EC berkisar antara 1-1,5. Setelah

dewasa atau menjelang berbunga/berbuah, EC bisa ditingkatkan sampai 2,5-

Page 50: sistem hidroponik

50

4, kecuali untuk tomat yang EC nya bisa sampai 7. Pada umumnya, angka

EC lebih dari 4 akan menimbulkan toksisitas pada tanaman (Untung 2000).

Hasil pengukuran EC yang dilakukan kelompok 3 yaitu dengan

menggunakan pekatan A sebanyak 30 ml, pekatan B 30 ml dan volume air

yang digunakan sebanyak 940 ml didapatkan hasil sebesar 3,29. Berbeda

untuk hasil yang didapatkan kelompok 5 yaitu menggunakan pekatan A

sebanyak 50 ml, pekatan B 50 ml dan volume air yang digunakan sebanyak

900 ml didapatkan hasil sebesar 3,86. Untuk kelompok 1 menggunakan

pekatan A sebanyak 10 ml, pekatan B sebanyak 10 ml, dan volume air yang

digunakan sebanyak 980 ml didapatkan hasil kepekatan sebesar 1,35 dan

untuk kelompok 2 menggunakan pekatan A sebanyak 20 ml, pekatan B

sebanyak 20 ml dan volume air yang digunakan sebanyak 960 ml

didapatkan hasil kepekatan sebesar 2,28. Maka dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi jumlah pekatan yang digunakan dan semakin sedikit air yang

digunakan maka semakin besar nilai ECnya. Efisiensi penggunaan larutan

nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara dan kebutuhan hara oleh

tanaman. Bila EC tinggi maka larutan nutrisi semakin pekat, sehingga

ketersediaan unsur hara semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika EC

rendah maka konsentrasi larutan nutrisi rendah sehingga ketersediaan unsur

hara lebih sedikit (Sufardi 2001).

Page 51: sistem hidroponik

51

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Nutrisi Hidroponik yang dilakukan dapat

ditarik kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:

a. Pemberian nutrisi sangat penting dilakukan pada hidroponik karena

dalam media pertumbuhannya tidak mengandung zat hara yang

dibutuhkan oleh tanaman. Berbeda pada penanaman di lahan yang

tanahnya telah mengandung zat hara sehingga pemupukan hanya bersifat

tambahan.

b. Larutan nutrisi yang digunakan dalam hidroponik merupakan larutan

berair yang mengandung ion anorganik dari garam terlarut yang

merupakan elemen penting untuk pertumbuhan tanaman. Larutan nutrisi

yang digunakan terdiri dari pekatan A dan pekatan B. Komposisi A

terdiri atas kalsium nitrat, kalium nitrat, Fe-EDTA. Komposisi B terdiri

dari : Kalium dihidro fosfat, Amonium sulfat, Magnesium sulfat, Cupri

sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat, dan Amonium molibdat.

c. Formulasi dalam larutan nutrisi diperlukan untuk budidaya hidroponik

yaitu untuk menghindari terjadinya defisiensi atapun kelebihan suatu

unsur hara tertentu yang dapat bersifat toksik bagi tanaman, menghindari

interaksi antara ion satu dengan lainnya apabila interaksi tersebut dapat

bersifat toksik ataupun tidak dapat diserap tanaman, serta menyediakan

komposisi yang tepat sesuai kebutuhan tanaman terhadap unsur hara.

d. Untuk mengukur kepekatan pupuk dalam hidroponik digunakan istilah

EC (Electro Conductivity) dengan satuan mmhos/cm atau mS/cm. Angka

EC sangat penting di dalam hidroponik semua sistem karena berdasarkan

angka inilah produktivitas tanaman bisa dipacu.

e. Hasil pengukuran EC kelompok 3 yaitu dengan menggunakan pekatan A

sebanyak 30 ml, pekatan B 30 ml dan volume air yang digunakan

sebanyak 940 ml didapatkan hasil sebesar 3,29.

Page 52: sistem hidroponik

52

f. Untuk kelompok 5 hasil pengukuran EC sebesar 3,86. Untuk kelompok

1 didapatkan hasil kepekatan sebesar 1,35 dan untuk kelompok 2

didapatkan hasil kepekatan sebesar 2,28.

2. Saran

Sebaiknya praktikan selalu memperhatikan dalam pemberian nutrisi

pada tanaman hidroponik karena apabila dalam pemberiannya terlambat

atau terhambat maka tanaman yang dibudidayakan dapat kekurangan nutrisi

sehingga layu dan kemudian mati.

Page 53: sistem hidroponik

53

DAFTAR PUSTAKA

Harjoko D dan Samanhudi 2010. Pengaturan Komposisi Nutrisi dan Media dalam Budidaya Tanaman Tomat dengan Sistem Hidroponik. Biofarm 13(9): 65-69.

Karsono 2005. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Landowne D 2006. Cell Physiology. Miami, FL, U.S.A: McGraw-Hill Medical Publishing Division, ISBN 0071464743.

Lingga P 2007. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Savvas D dan Manos G 2005. Automated composition control of nutrient solution in closed soilless culture systems. J Agric Eng Res. 73 : 29-33.

Sufardi 2001. Meningkatkan Hasil Jagung pada Utisol Muatan Berubah dengan Aplikasi Beberapa Amandemen Tanah, Hasil dan Efisiensi Pupuk Fosfat. J Agrista 5 (1): 12-22.

Susila A D 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran.Departemen Agronomi dan Holtikultura. IPB.

Sutiyoso Y 2009. Hidroponik Ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tim Karya Tani Mandiri 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. Nuansa Aulia. Bandung.

Untung O 2000. Hidroponok Sayuran Sistem NFT. PT.Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 54: sistem hidroponik

54

ACARA IV. MEDIA HIDROPONIK

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Perkembangan teknologi bidang pertanian sangat pesat, sehingga

mereka yang tertinggal dalam memanfaatkan kemajuan teknologi tidak

akan memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha yang

dilakukannya. Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian

yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan

oleh semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan

sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional

semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan. Teknologi

budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif bagi para

petani yang memiliki lahan sempit atau yang hanya memiliki pekarangan

rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha yang dapat dijadikan

sebagai sumber penghasilan yang memadai.

Hidroponik secara umum berarti sistem budidaya pertanian tanpa

menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrisi.

Budidaya hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca

(greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal

dan benar-benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama

penyakit, iklim dll. Beberapa keunggulan budidaya sistem hidroponik

antara lain adalah kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipat

gandakan sehingga menghemat penggunaan lahan mutu produk (bentuk,

ukuran, rasa, warna, kebersihan (hygiene), dapat dijamin karena kebutuhan

nutrient tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca, dan tidak

tergantung musim/waktu tanam dan panen dapat diatur sesuai dengan

kebutuhan pasar.

Jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk

tempat berdiri tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari

unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan

55

Page 55: sistem hidroponik

55

tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan

secara manual. Media tanam tersebut dapat berupa kerikil, pasir, gabus,

arang, zeolit, atau tanpa media agregat (hanya air). Yang terpenting adalah

bahwa media tanam tersebut suci hama sehingga tidak menumbuhkan

jamur atau penyakit lainya. Media yang berkualitas untuk sistem

hidroponik dibagi menjadi dua jenis yaitu media organik dan media

anorganik, media anorganik berasal dari bahan alam yang tidak dapat

terdekomposisi sehingga relatif lebih tahan lama, misalnya batu apung,

pasir malang, pasir gunung.

Penggunaan media tanam yang tepat akan memberikan pertumbuhan

optimal bagi tanaman. Apabila media yang digunakan tidak baik dan tidak

cocok maka tanaman tidak dapat tumbuh optimal, yang dapat mengganggu

pertumbuhan dan hasil tanaman. Dengan demikian diperlukan adanya

pengkajian mengenai media tanam yang paling baik untuk budidaya

tanaman hidroponik.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara Media Hidroponik adalah :

a. Mengenal jenis dan karateristik dari tiap-tiap jenis bahan subtrat yang

biasa digunakan dalam sistem hidroponik.

b. Menyiapkan bahan dasar subtrat untuk membuat subtrat hidroponik.

c. Mengukur kapasitas menahan air dari tiap-tiap jenis bahan dasar

subtrat hidroponik.

d. Membuat komposisi subtrat hidroponik yang dapat diaplikasiakan

untuk budidaya menggunakan system hidroponik subtrat.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Acara Media Hidroponik ini dilaksanakan pada hari

Selasa tanggal 11 November 2014 pukul 13.00 WIB sampai selesai.

Bertempat di Rumah Kaca B, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Page 56: sistem hidroponik

56

B. Tinjauan Pustaka

Hidroponik atau hydroponics, berasal dari bahasa latin yang terdiri

atas kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja, sehingga

hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau pengelolaan air

sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai

media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari

larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air. Hidroponik merupakan metode

bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai media

pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air,

tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti

kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata,

potongan kayu, dan busa (Fazari 2004).

Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut, yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH

air, tidak mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media

tanam kultur hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam

anorganik, contohnya batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung

berapi. Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous

mudah menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah

yang banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu

direkayasa menjadi sebesar kerikil (Falah 2005).

Menggunakan metoda kultur porous atau agregat biasanya harus

disterilkan terlebih dahulu kerikil-kerikilnya. Mensterilkannya adalah

dengan cara jalan pemanasan atau bisa pula dengan menyikatnya sampai

bersih dengan menggunakan air sabun yang hangat. Menggunakan media

kultur porous ini tergolong mudah. Hanya saja bila menggunakan media

ini tanaman akan mudah kering, berarti kita harus rajin-rajin menyiramnya

(Karsono 2009).

Wood residu berasal dari hasil samping tanaman yang telah dipanen,

seperti serpihan kulit kayu dan serbuk gergaji. Sisa-sisa panen tanaman,

bermacam-macam sisa tanaman seperti jerami, klobot jagung, ampas tebu,

Page 57: sistem hidroponik

57

sekam. Rabuk organik, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan.

Penggunaan media ini banyak diformulasikan dengan komposisi tertentu,

Sebelum media digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan jalan

dipanaskan dengan suhu 71°C selama 3 menit atau disterilkan dengan

bahan kimia kloropikrin atau kloropikrin di campur dengan metibromida

(Ashari 2005).

Salah satu media yang dapat digunakan untuk sistem hidroponik

adalah gel. Pengaturan ukuran gel dalam media tanam sangat diperlukan,

karena dapat mempercepat proses penyerapan air dan penyimpanan air

oleh media. Selain itu ukuran gel juga mempengaruhi penyediaan ruang

untuk pengakaran tanaman. Keuntungan lain penggunaan gel dapat

menghindarkan adanya hewan tanah, dapat diberi pewarna sehingga dapat

mempercantik untuk tanaman hias. Selain gel masih ada media tanam lain

yang dapat dimanfaatkan untuk hidroponik (Hakim 2006)

Arang sekam merupakan hasil dari pembakaran kulit gabah. Arang

sekam memiliki sifat kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, ringan dengan

berat jenis sekitar 0,2 gr/cm3, kapasitas menahan air tinggi dan dapat

menghilangkan pengaruh penyakit. Arang sekam telah melalui tahap

sterilisasi, sehingga relatif bersih dari hama, bakteri dan gulma

(Sari 2009).

          

Page 58: sistem hidroponik

58

C. Metodologi Praktikum

1. Alat

a. Tungku pembakar sekam

b. Pisau

c. Gunting

d. Saringan

e. Timbangan

f. Ember

g. Polibag

h. Gelas takar

i. Alat tulis

2. Bahan

a. Sekam padi

b. Batang pakis

c. Pasir malang

d. Pasir merapi

e. Air

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam hidroponik.

b. Membuat komposisi subtrat, dengan perbandingan volume sebagai

berikut :

1) Komposisi A = arang sekam

2) Komposisi B= pasir malang

3) Komposisi C= pakis cacah

4) Komposisi D= arang sekam : pasir malang (1:1)

5) Komposisi E= arang sekam : pakis cacah (1:1).

c. Mengukur kapasitas menahan air pada tiap-tiap jenis bahan subtrat

dan pada beberapa komposisi subtrat hidroponik, dengan cara sebagai

berikut:

1) Mengisi polibag dengan substrat sebanyak 1 L, kemudian

menimbang B1.

Page 59: sistem hidroponik

59

2) Menuangkan air sebanyak 1 L (V1) ke dalam polibag yang telah

berisi substrat, menunggu selama 30 menit agar air membasahi

seluruh bagian substrat.

3) Membuat lubang pada bagian bawah polibag (bisa menggunakan

paku atau lidi) sehingga air dapat menetes namun substrat tidak

ikut keluar.

4) Menampung air tetesan tersebut, menunggu beberapa saat sampai

air tidak menetes lagi.

5) Menimbang kembali air polibag berisi substrat setelah dibasahi

(B2).

Page 60: sistem hidroponik

60

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Kapasitas Menahan Air pada tiap-tiap Jenis Substrat dan pada Beberapa

Komposisi Substrat Hidroponik

Kel Jenis substrat Volume air menetes (ml)

Berat substrat basah (gr)

V1-V2 (ml)

B2-B1 (gr)

1 Komposisi A 580 605 420 4052 Komposisi B 800 256 200 463 Komposisi C 770 394 230 1944 Komposisi D 700 370 300 1705 Komposisi E 700 500 300 300

Sumber : Data Rekapan

2. Pembahasan

Media hidroponik dibagi menjadi dua macam jenis yakni media organik

dan media anorganik. Media organik adalah media tanam yang berasal dari

komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun,

batang, bunga, buah atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media

tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan media tanam anorganik

dikarenakan bahan organik mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi

tanaman. Media anorganik adalah media tanam yang bahannya mengandung

unsure mineral tinggi yang berasal dari pelapukan batuan induk didalam bumi.

Proses pelapukan tersebut diakibatkan oleh berbagai hal yaitu pelapukan secara

fisik, biologi-mekanik dan kimiawi.

Media organik dan anorganik memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing, adapun kelebihan dari media organik adalah mampu menahan

air dan menyimpan nutrisi yang cukup tinggi, baik bagi perkembangan

mikroorganisme bermanfaat, media lebih ringan, aerasi optimal (porous),

kemampuan menyangga pH tinggi, dan baik untuk perkembangan perakaran.

Sedangkan kekurangan dari media organik adalah media ini tidak permanen,

sterilisasi media sulit dijamin, kelembapan media cukup tinggi sehingga rentan

terhadap serangan virus dan bakteri. Kelebihan dari media anorganik yakni

media lebih permanen, porous dan aerasi optimal, cepat mengatuskan air

sehingga media tidak terlalu lembab, kebersihannya terjamin. Untuk

Page 61: sistem hidroponik

61

kekurangan dari media anorganik adalah terlalu cepat mengatuskan air

sehingga nutrisi cepat hilang, media lebih berat karena berupa batuan, dan

bukan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme bermanfaat.

Contoh media organik yaitu arang sekam, pakis cacah, kompos, pupuk

kandang, moss, serbuk gergaji, sabut kelapa. Arang sekam memiliki tingkat

porositas yang baik, dapat berperan sebagai perbaikan struktur tanah sehingga

aerase dan draenase di media tanam lebih baik. Penggunaan sekam bakar untuk

media tanam tidak perlu disterilkan karena mikroba pathogen telah mati selama

proses pembakaran. Sekam bakar memiliki kandungan karbon yang tinggi

sehingga media tanam lebih gembur. Kekurangan sekam bakar yaitu media

cenderung mudah lapuk. Sekam mentah dapat mengikat air sehingga tidak

mudah lapuk, sumber kalium, tidak mudah menggumpal sehingga akar

tanaman tumbuh sempurna. Namun sekam padi mentah cenderung kekurangan

unsur hara.

Batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang

pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum

digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman

pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun

mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.

Cacahan pakis yang digunakan adalah cacahan pakis matang yang telah

melewati proses fermentasi. Cacahan pakis memiliki sifat porous, aerasi baik

tetapi tetap mampu menyimpan air dan dapat memegang tanaman dengan baik

tanpa menimbulkan sifat padat yang berlebihan, bertekstur lunak sehingga

mudah ditembus sistem perakaran.

Media anorganik dapat berupa gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata,

spons, tanah liat, vermikulit, gabus, batu karang, batu apung. Untuk pasir

malang merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam

karena memiliki pori-pori berukuran besar maka pasir menjadi mudah basah

dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi pasir sangat

kecil sehingga mudah terkikis oleh air. Media pasir lebih membutuhkan

pengairan dan pemupukan yang lebih ekstra sehingga pasir jarang digunakan

Page 62: sistem hidroponik

62

sebagai media tanam tunggal. Penggunaan pasir sebagai media tanam sering

dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik.

Media dalam hidroponik berfungsi sebagai penopang tanaman dan

memiliki syarat seperti struktur yang stabil selama pertumbuhan tanaman,

bebas dari zat berbahaya bagi tanaman, bersifat inert, memiliki daya pegang air

yang baik, drainase dan aerase yang baik (Rahmawaty 2009). Media

hidroponik biasanya bebas dari unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur

hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa

atau disiramkan secara manual. Media tanam tersebut dapat berupa kerikil,

pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat.

Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut

yaitu dapat menyerap air, tidak mengubah warna, tidak mudah tidak

mempengaruhi Ph air, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur

hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik dan

organik. Media tanam anorganik contohnya batu apung yang berasal dari larva

gunung berapi sifatnya ringan, sukar lapuk dan tidak mempengaruhi Ph.

(Verma, 2002).

Media yang digunakan kelompok 3 adalah pakis cacah. Hasil dari data

kelompok kami, dengan menggunakan media pakis cacah didapatkan hasil

berat subtrat kering 1052 gram, volume air yang menetes sebesar 770 ml, berat

substrat basah 394 gr, volume media yang dituang air 1 liter (V1 )- volume air

dari media yang menetes (V2) dihasilkan 300 ml, berat media setelah dibasahi

air (B2)- berat media sebelum dibasahi (B1) sebesar 194 gram.

Data rekapan kapasitas beberapa jenis media menahan air dari kelompok

1 dengan media arang sekam didapatkan (V1-V2) 420 ml , (B2-B1) 405 gram,

kelompok 2 media pasir malang didapatkan (V1-V2) 200 ml, (B2-B1) 46 gram,

kelompok 4 dengan campuran media arang sekam dan pasir malang dengan

perbandingan 1:1 dihasilkan (V1-V2) 300 ml, (B2-B1) 170 gram. Untuk

kelompok 5 dengan campuran arang sekam dan pakis cacah dengan

perbandingan 1:1 didapatkan hasil (B2-B1) 300 gram, (V1-V2) 300 ml.

Page 63: sistem hidroponik

63

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah :

a. Media dalam hidroponik berfungsi sebagai penopang tanaman dan

memiliki syarat seperti struktur yang stabil selama pertumbuhan

tanaman, bebas dari zat berbahaya bagi tanaman, bersifat inert,

memiliki daya pegang air yang baik, drainase dan aerase yang baik.

b. Kelebihan dari media organik adalah mampu menahan air dan

menyimpan nutrisi yang cukup tinggi, baik bagi perkembangan

mikroorganisme bermanfaat, media lebih ringan, aerasi optimal

(porous), kemampuan menyangga pH tinggi, dan baik untuk

perkembangan perakaran. Sedangkan kekurangan dari media

organik adalah media ini tidak permanen, sterilisasi media sulit

dijamin, kelembapan media cukup tinggi sehingga rentan terhadap

serangan virus dan bakteri.

c. Kelebihan dari media anorganik yakni media lebih permanen,

porous dan aerasi optimal, cepat mengatuskan air sehingga media

tidak terlalu lembab, kebersihannya terjamin. Untuk kekurangan

dari media anorganik adalah terlalu cepat mengatuskan air sehingga

nutrisi cepat hilang, media lebih berat karena berupa batuan, dan

bukan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme

bermanfaat.

d. Hasil dari kelompok 3 yaitu dengan media pakis cacah hasil berat

subtrat kering 1052 gram, volume air yang menetes sebesar 770 ml,

berat substrat basah 394 gr, V1- V2 dihasilkan 300 ml, B2- B1

sebesar 194 gram.

e. Percampuran media arang sekam dan pasir malang yang

ditambahkan 1 L air lebih cepat mengetaskan air dibandingkan

dengan perbandingan arang sekam dan pakis cacah dengan air 1 L.

f. Cacahan pakis memiliki sifat porous, aerasi baik tetapi tetap

mampu menyimpan air dan dapat memegang tanaman dengan baik

Page 64: sistem hidroponik

64

tanpa menimbulkan sifat padat yang berlebihan, bertekstur lunak

sehingga mudah ditembus sistem perakaran.

g. Berdasarkan data rekapan kapasitas beberapa jenis media menahan

air dari kelompok 1 dengan media arang sekam didapatkan (V1-

V2) 420 ml , (B2-B1) 405 gram, kelompok 2 media pasir malang

didapatkan (V1-V2) 200 ml, (B2-B1) 46 gram, kelompok 4 dengan

campuran media arang sekam dan pasir malang dengan

perbandingan 1:1 dihasilkan (V1-V2) 300 ml, (B2-B1) 170 gram.

Untuk kelompok 5 dengan campuran arang sekam dan pakis cacah

dengan perbandingan 1:1 didapatkan hasil (B2-B1) 300 gram, (V1-

V2) 300 ml.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum hidroponik vertikultur

adalah tim Co-ass harus lebih membaur dengan praktikan agar saat

praktikan kesulitan dapat langsung bertanya kepada co-ass.

Page 65: sistem hidroponik

65

DAFTAR PUSTAKA

Ashari Sumeru 2005. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia (UI-Press) 485 hal.

Verma S K 2002. Plant Physiology. S. Chand & Company LTD. USA.

Fazari Sri Nurilla 2004. Hidoponik Tanaman Tanpa Tanah. http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/hidroponik/. Di akses pada tanggal 5 Desember 2014 pada pukul 19.00 WIB..

Falah A 2005 . Pertanian Hidroponik Dengan Deep-sea Water. Artikel Iptek-bidang Biologi, Pangan, dan Kesehatan 9 Juni 2005.

Hakim 2006. Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Gel dari  Tepung Karaginan untuk Pembuatan Media Tanam Jeloponik. Universitas Diponegoro. Semarang.

Karsono Sudibyo Sudarmojo Yos Sutiyoso 2009. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rahmawaty Novi 2009. Pengaruh Varietas dan Konsistensi Ethepan pada Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Mentimun Dalam Budidaya Hidroponik. IPB. Bogor.

Sari Anna Yuda Norma 2009. Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk Terhadap Kualitas Buah pada Budidaya Melon dengan Sistem Hidroponik. IPB. Bogor.

Page 66: sistem hidroponik

66

V. PERSEMAIAN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Indonesia memungkinkan untuk mengembangkan tanaman sayur-

sayuran bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Ditinjau dari

aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk mengembangkan bisnis

sayuran. Sayur-sayuran termasuk unsur yang sangat penting dalam bahan

makanan manusia. Salah satu cara perbanyakan atau perkembangbiakan

tanaman sayuran adalah secara generatif. Cara perbanyakan ini biasanya

dilakukan pada tanaman yang menghasilkan biji karena seringkali yang

digunakan adalah bijinya. Melalui biji ini dapat menanamnya secara

langsung maupun dengan persemaian. Secara langsung maksudnya yaitu

biji yang siap ditanam, atau sebagai benih, langsung disebar pada lahan

atau areal pertanaman. Sedangkan secara persemaian atau pembibitan

yaitu menanam benih pada tempat khusus terlebih dahulu sampai pada

umur tertentu tergantung dari jenis tanamannya. Biasanya benih untuk

persemaian ini berasal dari sayuran yang berbiji halus.

Secara umum tujuan dari persemaian ini adalah untuk memperoleh

bibit yang baik dan seragam. Namun tidak begitu saja usaha persemaian

ini selalu berhasil baik, disini sangat diperlukan perawatan dan

pengawasan sampai pada tahap pemindahan bibit. Biasanya kekurangan

dari pembibitan terjadi karena rusaknya akar pada saat pemindahan

tanaman sehingga penting untuk mengetahui cara persemaian yang baik

dan tepat dalam rangka meningkatkan mutu hasil. Praktikum ini dapat

diperbandingkan hasil persemaian antara berbagai jenis sayuran, dimana

dasar perbandingannya melalui kecepatan kecambah dan daya kecambah

dari masing-masing sayuran tersebut. Mengingat pentingnya manfaat

persemaian bagi sebagian besar produk sayuran.

Pemindahan bibit harus benar-benar dilakukan secara hati-hati agar

ketika mencabut bibit tidak merusak struktur perakaran. Dalam

67

Page 67: sistem hidroponik

67

menyelenggarakan persemaian perlu diperhatikan cara-cara yang benar

dan tepat serta diperhitungkan untung dan ruginya. Praktikum ini nanti

akan dapat diperbandingkan hasil persemaian antara berbagai jenis

sayuran, dimana dasar perbandingannya adalah melalui kecepatan

kecambah dan daya kecambah dari masing-masing sayuran tersebut.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum acara Persemaian adalah :

a. Memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk membuat bibit sayuran

daun yang siap untuk dipindah tanam ke dalam system hidroponik.

b. Menghasilkan bibit selada hijau, bayam, pakcoy, dan kailan yang

berkualitas.

3. Waktu dan Tempat

Praktikum Acara Persemaian ini dilaksanakan pada hari Selasa

tanggal 28 Oktober 2014 pukul 13.00 WIB sampai selesai. Bertempat di

Rumah Kaca B, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 68: sistem hidroponik

68

B. Tinjauan Pustaka

Media untuk persemaian harus dicampur dengan pupuk kandang

agar bibit cepat tumbuh besar dan sehat. Selanjutnya apabila

memungkinkan dilakukan pembubungan dengan daun pisang untuk

meningkatkan daya tumbuh pada saat pemindahan ke lapangan. Sekitar 5

hari sebelum ditanam, atap persemaian harus dibuka supaya bibit menjadi

terbiasa terkena sinar matahari (Simatupang 2005).

Benih dapat langsung disebar ditempat tanam permanen (direct

seeding) atau mula-mula dalam tempat dimana tanaman muda dapat

dipindahkan (transplanting) sekali atau dua kali sebelum pananaman

permanen. Penyemaian atau pembibitan ditujukan untuk menanam bibit

atau semai untuk memberikan pengaturan lingkungan yang lebih tepat

selama tahap perkecambahan yang gawat dan awal pertumbuahan bibit.

Proses pembibitan merupakan bagian khusus dari pembiakan tanaman

dengan biji (Oschse 2003).

Persemaian dapat dilakukan diatas bedegan atau didalam kotak

persemaian. Sebaiknya persemaian dilakukan pada tempat yang dekat

dengan sumber air. Bagian dasar kotak dibuat lubang – lubang tempat

keluarnya air siraman. Kemudian kedalam kotak dimasukkan tanah, pasir

dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Sehari sebelum benih

ditabur, persemaian dibasahi kemudian dibuat alur – alur kecil. Benih yang

ditabur harus bebas hama dan penyakit sehingga perlu adanya perlakuan

khusus. Tujuannya adalah untuk menghancurkan jasad yang menimbulkan

penyakit pada benih, mencegah infeksi pada kecambah dan menyelimuti

benih dengan suatu fungisida untuk mencegah kebusukan

(Tim Penulis PS 2006).

Kegiatan usaha tani biji – bijian di Indonesia masih dilaksanakan

secara tradisional khususnya penanaman kedelai masih dilakukan dengan

tugal. Penanaman dengan menggunakan tugal tidak efisien karena

membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang banyak. Salah satu cara

meningkatkan efisiensi penanaman kedelai dengan menggunakan alat

Page 69: sistem hidroponik

69

penanaman. Penanaman yang menggunkan alat sistem pembagi silinder

alur vertikal lebih baik dibandingkan dengan alat yang lain. Keragaman

distribusi benih dan alat penanam menyulitkan pendugaan kebutuhan

benih dilapang (Surtaya 2005).

Sebelum benih disemaikan, sebaiknya dilakukan treatment guna

membangun perkecambahan benih tersebut yaitu benih direndam dalam

air panas mendidih (80°C) selama 15-30 menit. Setelah itu benih direndam

kembali dalam air dingin sekitar 24 jam lalu ditiriskan untuk selanjutnya

benih siap untuk disemaikan. Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar

atau dengan derajad kemiringan maksimal 5%, kondisi tanahnya gembur

dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandung tanah liat. Penyiraman

sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman yang optimal

akan memberikan pada semai/bibit (Janick 2003).

Page 70: sistem hidroponik

70

C. Metodologi Praktikum

1. Alat

a. Bak/tray pembibitan

b. Ember

c. Cethok kecil

d. Bilah bambu

e. Daun penutup tray

f. Spray tangan

2. Bahan

a. Benih Kailan

b. Benih bayam (Amaranthus sp)

c. Benih selada (Lactuva sativa)

d. Benih pakcoy (Brassica rapa)

e. Kompos

f. Arang sekam

g. Larutan nutrisi mix A B

h. Air

3. Cara Kerja

1) Menyiapkan media dengan cara diaduk agar komposisi merata,

kemudian dilembabkan.

2) Menyiapkan tray/bak pembibitan dengan memberikan ruang

drainase secukupnya.

3) Menaruh media kedalam tray/bak pembibitan dengan ketebalan 5

cm.

4) Membuat alur tanam sedalam 1 cm, dengan jarak antar alur 3 cm

dengan menggunakan potongan bambu.

5) Menaburkan benih kecil (sawi, pakcoy, kailan) di sepanjang alur

dengan perlahan-lahan, masing-masing 3 – 4 butir tiap selang 2

cm.

6) Menutup alur perlahan-lahan dengan media, dan pastikan benih

tertutup media.

Page 71: sistem hidroponik

71

7) Meletakkan tray di tempat yang teduh selama 2 hari (atau dapat

juga ditutup dengan seresah daun pisang/jati).

8) Menyingkirkan penutup tray dan pindahkan tray pembibitan pada

tempat yang memperoleh paparan matahari pagi pada hari ke tiga.

9) Melakukan pemeliharaan rutin dengan menyiramnya setiap hari

menggunakan larutan nutrisi dengan kepekatan rendah.

Page 72: sistem hidroponik

72

D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan

Gambar 5.1 Benih Pak Coy Gambar 5.2 Bak Persemaian

Gambar 5.3 Bak yang telah diisi media Gambar 5.4 Pak Coy Siap Tanam

2. Pembahasan

Penyemaian adalah cara untuk menanam suatu jenis tanaman melalui

semai atau dapat juga disebut dengan cara menanam tidak langsung. Arti

penting persemaian yaitu memudahkan pengendalian hama dan penyakit,

dapat menyeleksi bibit tanaman yang seragam, mempermudah pemeliharaan

karena dilakukan pada lahan yang sempit. Persemaian juga dapat

memperpendek waktu tumbuh dilahan sehingga mempercepat pemeliharaan

dilahan yang akan mengurangi biaya pemeliharaan.

Media tanam hidroponik merupakan bagian yang penting untuk

menunjang keberhasilan dan perkembangan tanaman. Maka syarat media

persemaian yang digunakan adalah porous, dapat menjaga kelembaban,

Page 73: sistem hidroponik

73

bersih dan bebas hama maupun penyakit, berpH netral antara 5,5 – 6,5.

Untuk persemaian dapat digunakan media berupa pasir halus, arang sekam

atau rockwool. Pasir halus sering digunakan karena harganya murah, mudah

di peroleh, namun kurang dapat menahan air dan tidak terdapat nutrisi

didalamnya. Media yang biasa digunakan adalah campuran arang sekam,

serbuk gergaji, dan sabut kelapa.

Syarat benih yang digunakan untuk persemaian adalah benih yang

baik secara fisik dan fisiologis. Benih yang baik secara fisiologis adalah

benih yang memiliki daya dan kecepatan berkecambah yang tinggi,

memiliki viabilitas dan vigor benih. Benih yang baik secara fisik yaitu benih

harus bersih, memiliki warna yang baik, bernas, dan bebas dari kotoran.

Bahan tanam yang akan ditanam harus bermutu dan memiliki kualitas yang

unggul.

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain

adalah tingkat kemasakan benih, benih yang dipanen sebelum mencapai

tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Ukuran

benih, Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi

embrio saat perkecambahan. Dormansi, benih dorman adalah benih yang

sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada

lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penghambat

perkecambahan, Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat

perkecambahan benih. Sedangkan Faktor luar yaitu Air, Suhu, Oksigen,

Cahaya, dan Medium yang di gunakan (Sutopo 2003).

Faktor yang berpengaruh dalam persemaian adalah faktor lingkungan

utama yang dapat mempengaruhi keadaan pertanaman dan produksi benih

adalah iklim (cahaya, suhu, curah hujan, dan angin), tanah (kesuburan dan

kelembaban), faktor biologis(hama, penyakit, gulma, dan hewan

penyerbuk). Selain itu yang berpengaruh terhadap penyemaian benih ini

adalah faktor kerapatan jarak pada media tanam saat penyemaian. Karena

kerapatan mempengaruhi terjadinya kompetisi, semakin rapat jarak tanam

maka kompetisi antara tanaman satu dengan yang lainnya semakin besar

Page 74: sistem hidroponik

74

pula. Sehingga mempengaruhi laju pertumbuhan benih, perkecambahan

benih, dan pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kelompok kami

menyemaikan benih pakcoy sebelum di tanam pada sistem hidroponik.

Pakcoy merupakan salah satu tanaman jangka pendek sehingga dapat di

panen 21 HST. Media persemaian yang digunakan adalah arang sekam.

Arang sekam di tempatkan pada bak persemaian yang telah di lapisi plastik.

Jarak tanam antara satu tanaman dengan tanaman yang lainnya dalah 3 x 4

cm dan di buat lubang tanam. Kemudian menyiram media hingga cukup

basah dan menanam benih pakcoy pada setiap lubang tanam.

Persemaian dilakukan dalam bak dengan ketebalan media arang

sekam sekitar 5 – 8 cm. media dibasahi dengan air hingga kapasitas lapang

maksimal namun jangan terlalu becek atau banyak air karena dapat

menyebabkan benih membusuk. Setelah itu membuat alur tanam dengan

kedalaman 1 cm dan jarak antar alur sekitar 5 cm. menaburkan benih

tanaman pada alur tanaman tersebut. Menutup dengan media dan disemprot

kembali dengan sprayer.

Pemeliharaan pada saat persemaian yaitu dilakukan pada benih sampai

berumur sekitar dua minggu dengan menempatkan benih pada screening.

Menyiram benih secara rutin agar perkecambahannya tumbuh dengan baik.

Pemindahan bibit dilakukan pada saat benih berumur 2 minggu dan

dipindah pada sistem hidroponik yang telah disiapkan. Kondisi bibit pakcoy

sebelum ditransplanting yaitu bibit tumbuh dengan baik, kokoh dan siap

untuk ditransplanting.

Page 75: sistem hidroponik

75

E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan diatas adalah :

a. Arti penting persemaian yaitu memudahkan pengendalian hama dan

penyakit, dapat menyeleksi bibit tanaman yang seragam, mempermudah

pemeliharaan karena dilakukan pada lahan yang sempit. Persemaian juga

dapat memperpendek waktu tumbuh dilahan sehingga mempercepat

pemeliharaan dilahan yang akan mengurangi biaya pemeliharaan.

b. Syarat media persemaian yang digunakan adalah porous, dapat menjaga

kelembaban, bersih dan bebas hama maupun penyakit, berpH netral

antara 5,5 – 6,5.

c. Faktor lingkungan utama yang dapat mempengaruhi keadaan pertanaman

dan produksi benih adalah iklim (cahaya, suhu, curah hujan, dan angin),

tanah (kesuburan dan kelembaban), faktor biologis (hama, penyakit,

gulma, dan hewan penyerbuk).

d. Syarat benih yang digunakan untuk persemaian adalah benih yang baik

secara fisik dan fisiologis.

e. Pemeliharaan pada saat persemaian yaitu dilakukan pada benih sampai

berumur sekitar dua minggu dengan menempatkan benih pada screening.

Menyiram benih secara rutin agar perkecambahannya tumbuh dengan

baik.

f. Hasil persemaian kelompok 3 yaitu bibit pakcoy tumbuh dengan baik,

kokoh dan siap untuk ditransplanting pada umur 2 minggu.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum adalah sebaiknya saat

mencabut tanaman untuk dipindah tanamkan dilakukan dengan hati-hati

agar tidak merusak akar yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Page 76: sistem hidroponik

76

DAFTAR PUSTAKA

Oschse J J 2003. Vegetables The Duth East Indies. Macmillan Co. Ltd. New York.

Simatupang J 2002. Pengaruh Pemberian Posfat dan Naungan Terhadap Produksi

Sutarya 2005. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta

Sutopo 2003. Bertanam Terung. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Tim Penulis PS 2006. Budidaya Tomat Secara Komersial. Penebar Swadaya. Bogor.

Warsito 2000. Produksi Tanaman Sayuran. Soeroengan. Jakarta.