sistem pembinaan sekolah sepakbola sebagai dasar

92
SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR PEMBIBITAN PEMAIN KLUB SEPAKBOLA PERSATUAN SEPAKBOLA INDONESIA KENDAL TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Oleh Widya Pramanto 0602517043 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR PEMBIBITAN PEMAIN KLUB SEPAKBOLAPERSATUAN SEPAKBOLA INDONESIA KENDAL

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Oleh Widya Pramanto

0602517043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGAPASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANGTAHUN 2019

Page 2: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA

SEBAGAI DASAR PEMBIBITAN PEMAIN KLUB SEPAKBOLA PERSIK

KENDAL” karya,

Nama : Widya Pramanto

NIM : 0602517043

Program Studi : Pendidikan Olahraga, S2

telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang, Agustus 2019

Pembimbing I,

Dr. Harry Pramono, M.SiNIP. 195910191985031001

Pembimbing II,

Dr. Nasuka, M.KesNIP. 195909161985111001

ii

Page 3: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR
Page 4: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya

nama : Widya Pramanto

nim : 0602517043

program studi : Pendidikan Olahraga, S2

menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul “SISTEM PEMBINAAN

SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR PEMBIBITAN PEMAIN KLUB

SEPAKBOLA PERSIK KENDAL” ini benar-benar karya saya sendiri, bukan

jiplakan dari karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya secara pribadi siap menanggung

resiko/sanksi hukum yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, Agustus 2019

Yang membuat pernyataan,

Widya Pramanto

iii

ditempelimeterai

Rp. 6.000

Page 5: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Pembinaan atlet yang dimulai sejak usia dini, akan membantu pembentukanmental dan karakter yang kuat bagi suatu bangsa”

Persembahan

Tesis ini saya persembahkan kepada :1. SSB Bhayangkara Kendal2. SSB DIKPORA Weleri3. SSB Persik Putra Kendal4. SSB Putra Agung Ngampel5. SSB Persit Triharjo Gemuh6. SSB Putra Mororejo Kaliwungu7. SSB Roda Remaja Cepiring8. PSSI ASKAB Kendal9. PERSIK Kendal10. Almamater Universitas Negeri Semarang

iv

Page 6: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

ABSTRAK

Pramanto, Widya. 2019. Sistem Pembinaan Sekolah Sepakbola Sebagai DasarPembibitan Pemain Klub Sepakbola PERSIK Kendal. Tesis. ProgramStudi Pendidikan Olahraga. Pascasarjana. Universitas NegeriSemarang. Pembimbing I Dr. Harry Pramono, M.Si., Pembimbing IIDr. Nasuka, M.Kes.

Kata Kunci : Sistem Pembinaan, Sekolah Sepakbola (SSB), Pembibitan

Permasalahan penelitian ini adalah belum maksimalnya pembinaan padaSekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal karena belum semua Sekolah Sepakbolayang memberikan kontribusi pemain ke klub sepakbola PERSIK Kendal.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Kurikulum dan program latihan,(2) Pelatih, (3) Atlet, (4) Sarana dan prasarana, (5) Manajeman, (6) Sistempembinaan, pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subyek penelitian inimeliputi : (1) Sekolah Sepakbola (pengurus, pelatih, atlet, orang tua atlet), (2)PSSI ASKAB Kendal, (3) Klub PERSIK Kendal. Teknik pengumpulan datamenggunakan triangulasi data. Pengumpulan data menggunakan observasi,wawancara, dan dokumentasi. Data dari observasi dan wawancara digunakansebagai data primer, dan dokumentasi sebagai data sekunder. Teknik analisis datamenggunakan analisis kualitatif interaktif, terdiri dari tiga jalur kegiatan, yaitureduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Kendal: (1) Tidaksemua SSB membuat kurikulum dan program latihan, (2) Tidak semua pelatihSSB memiliki lisesensi kepelatiahan sepakbola, (3) Atlet SSB sudahdikelompokan berdasarkan umur, (4) Sarana dan prasarana pada SSB sudahmemenuhi untuk melaksanakan program pembinaan,(5) Terdapat manajemen ataustruktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas, (6) Sistem pembinaanpada Sekolah Sepakbola sebagai dasar pembibitan pemain Klub sepakbolaPERSIK Kendal belum berjalan dengan baik

Simpulan hasil penelitian adalah SSB di Kabupaten Kendal:(1)Penyusunan kurikulum dan program latihan belum terlaksana dengan baik. (2)Pelatih belum memenuhi kompetensi pelatih yang baik. (3) Atlet sudah cukupbaik. (4) Sarana dan prasarana sudah cukup baik.(5) Manajemen sudah cukupbaik, (6) Sistem pembinaan pada SSB sebagai dasar pembibitan pemain Klubsepakbola PERSIK Kendal belum berjalan dengan baik. Saran pada penelitian iniadalah :(1) PSSI ASKAB Kendal harus berkerjasama dengan Sekolah Sepakbolaterkait program pembinaan; (2) PSSI ASKAB Kendal maupun pusat hendaknyamembuat kriteria untuk pelatih, (3) Sekolah Sepakbola diharapakan menjagaSarana prasarana dengan baik, (4) PERSIK Kendal harus mengutamakan pemainlokal untuk meningkatkan atlet daerah, (5) Manajemen Sekolah Sepakboladiharapkan bekerja sama dengan pihak-pihak lain, (6) PERSIK Kendal harusmengutamakan pemain lokal, karena mempunyai motivasi untuk membela klubasal daerahnya.

v

Page 7: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

vi

Page 8: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

ABSTRACT

Pramanto, Widya. 2019. Soccer School Coaching System as a Nursery BaseSoccer Club Players in PERSIK Kendal. Thesis . Physical EducationStudy Program. Graduate. Universitas Negeri Semarang. Adviser IDr. Harry Pramono, M.Si., Adviser II Dr. Nasuka, M.Kes.

Key Word : Coaching System, Soccer School, Nursery.

The problem of this research is that there has not been the maximum level ofcoaching system at soccer school in Kendal Regency because not all soccerschools have contributed players to the PERSIK Kendal Football Club. Thisresearch aimed to analyze : (1) Curriculum and training programs, (2)Coach/Trainer, (3) Athletes, (4) Facilities and Infrastructure, (5) Management, (6)Coaching System, at Soccer Schools in Kendal Regency.

This research was qualitative research. The subject of this research were :(1) Soccer Schools (management, coach, athlete, athlete’s parents), (2) PSSIASKAB Kendal, (3) PERSIK Kendal Club. Data collection techniques used datatriangulation. Data collection used observation, interviews, and documentation.Data of observations and interviews were used as primary data and documentationas secondary data. Data analysis techniques used interactive qualitative analysis,consists of three ways of activities, they were data reduction, data presentation,and making conclusion.

The result of research showed that in Kendal Regency : (1) Not all SoccerSchool made the curriculum and training program, (2) Not all Soccer School’scoaches had the license of football awareness, (3) Soccer School’s athletes weregrouped by the age, (4) the Facilities and infrastructure had fulfilled theimplementation of the training program, (5) There was a management ororganizational structure with a clear division of jobs, (6) Soccer School CoachingSystem as a Nursery Base Soccer Club Players in PERSIK Kendal had not beengoing well.

The conclusion of this research is Soccer school in Kendal: (1)The formingof curriculum and training program has not been implemented well, (2) Thecoaches have not yet qualified as good trainers, (3) the athletes are good enough,(4) The facilities and infrastructures are good enough, (5) The managements aregood enough, (6) Soccer School Coaching System as a Nursery Base Soccer ClubPlayers in PERSIK Kendal had not been going well. The recommendation of thisresearch: (1) PSSI ASKAB Kendal has to collaborate with Soccer School relatedto the coaching programs; (2) PSSI ASKAB Kendal should make the coach’scriteria; (3) Soccer school should keep well the infra structures; (4) PERSIKKendal must prioritize local players to improve the regional athletes; (5) Soccerschool’s management should collaborate to others parties; (6) PERSIK Kendalmust prioritize local players, because they have big motivation to defend theirregional club.

vi

Page 9: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul “Sistem Pembinaan Sekolah Sepakbola Sebagai Dasar Pembibitan

Pemain Klub Sepakbola PERSIK Kendal. Tesis ini disusun sebagai salah satu

persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Olahraga PascasarjanaUniversitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Ucapan terima kasih peneliti sampaiakan pertama kali kepada para pembimbing :

Dr. Harry Pramono, M.Si. (Pembimbing I) dan Dr. Nasuka, M.Kes. (Pembimbing

II) yang telah membimbing hingga terselesaikannya penelitian ini.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang

telah membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Direksi Pascasarjana Unnes atas dukungan kelancaran yang diberikan kepada

penulis dalam menenpuh studi.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Pascasarjana Unnes yang telah

memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Unnes, yang telah banyak memberikan

bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

5. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat, motivasi dan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Seluruh Manajemen, pelatih, atlet dan orang tua atlet pada Sekolah Sepakbola

di Kabupaten Kendal yang telah membantu dalam penelitian dan pengambilan

data.

7. Teman-teman Mahasiswa Pendidikan Olahraga S2 Pascasarjana Unnes

ankatan 2017, yang telah memberikan bantuan, motivasi dan kerjasamanya

sejak mengikuti studi sampai penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini.

vii

Page 10: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

8. Teman-teman di SD Negeri Tambakaji 01, yang telah memberikan bantuan,

motivasi, dan kerjasamanya kepada penulis dalam melakukan penelitian.

9. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat

disebutkan satu demi satu.

Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini masih terdapat kekurangan, baik isi

maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan

merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, Agustus 2019

Peneliti

Widya Pramanto

viii

Page 11: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... i

PENGESAHAN TESIS ................................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

PRAKATA ...................................................................................................... vii

DAFAR ISI....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 8

1.3 Fokus Masalah ........................................................................................... 9

1.4 Rumusan Masalah ...................................................................................... 9

1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10

1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10

1.6.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 10

1.6.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 12

2.2 Kerangka Teoretis ...................................................................................... 17

2.2.1 Olahraga Prestasi.................................................................................. 17

2.2.2 Hakekat Sepak Bola.............................................................................. 19

2.2.3 Sistem Pembinaan Olahraga................................................................. 20

2.2.4 Kurikulum dan Program Latihan ………………………………......... 24

ix

Page 12: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

2.2.5 Pelatih ……………………………………………………....……...... 29

2.2.6 Atlet ..................................................................................................... 34

2.2.7 Sarana dan Prasarana Olahraga Sepakbola …………………….......... 37

2.2.8 Manajemen Olahraga ........................................................................... 39

2.2.9 Pembibitan dan Pemasalan Sebagai Fondasi ....................................... 49

2.2.10 Pembibitan dalam Sistem Pembinaan Prestasi .................................... 51

2.2.11 Pola Pembibitan Olahraga di Jawa Tengah ......................................... 53

2.2.12 Pemanduan Bakat................................................................................. 55

2.2.13 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi ................................................... 58

2.3 Kerangka Berfikir ...................................................................................... 61

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian …………………………………………………. 64

3.2 Latar Penelitian ………………………...………………………………. 64

3.3 Fokus Penelitian …………………………...…………………………… 65

3.4 Sumber Data Penelitian ………………………………………………… 65

3.5 Instrumen Penelitian ……………………………………………………. 66

3.6 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………… 69

3.7 Teknik Keabsahan Data …………..…………………………………….. 71

3.8 Teknik Analisis Data dan Interpretasi …………………………….……. 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kurikulum dan Program Latihan Pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal …………………………………………………………………... 73

4.2 Pelatih Pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal ………………… 78

4.3 Atlet Pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal ………………….. 81

4.4 Sarana Prasarana Pada Sekolah Sepakbola di Kabupeten Kendal ……... 84

4.5 Manajemen Pada Sekolah Sepakbola di Kabupeten Kendal …………… 88

4.6 Sistem Pembinaan Sekolah Sepakbola Sbagai Dasar Pembibitan Pemain Klub Sepakbola Persik Kendal ………………………………………………. 94

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ………………………………………………………………... 100

5.2 Saran ……………………………………………………………………. 101

x

Page 13: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 103

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………... 110

xi

Page 14: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Daftar Nama Pemain PERSIK Kendal (Putaran Pertama)................. 2

Tabel 1.2 Daftar Nama Pemain PERSIK Kendal (Putaran Kedua) .................. 3

Tabel 1.3 Daftar Nama Pemain PERSIK U-17 ................................................. 5

Tabel 3.1 Matriks Pengumpulan Data ............................................................... 70

Tabel 4.1 Penyusunan Kurikulum dan Program Latihan .................................. 73

Tabel 4.2 Jadwal Latihan Sekolah Sepakbola ................................................... 75

Tabel 4.3 Jumlah Pelatih pada Sekolah Sepakbola ........................................... 78

Tabel 4.4 Pembagian Kelompok Umur ............................................................. 81

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Sekolah Sepakbola ......................................... 84

Tabel 4.6 Sumber Pendanaan Sekolah Sepakbola ............................................. 89

Tabel 4.7 Kriteria pembinaan Sekolah Sepakbola Sebagai Dasar Pembibitan Pemain Klub PERSIK Kendal .......................................................... 98

xii

Page 15: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem Piramida Pembinaan Prestasi ......................................... 22

Gambar 2.2 Jenjang Pelatih Di Indonesia ..................................................... 30

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir...................................................................... 63

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data ................................................ 72

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah Sepakbola .................................... 89

xiii

Page 16: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 SK Pembimbing .................................................................... 110

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian............................................................... 111

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian dari SSB DIKPORA................. 114

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian dari SSB Putra Mororejo.......... 115

Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian dari SSB Persik Putra .............. 116

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian dari SSB Putra Agung ............. 117

Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian dari SSB Persit Triharjo ........... 118

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari SSB Roda Remaja............. 119

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian dari SSB Bhayangkara ............. 120

Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian dari PSSI ASKAB Kendal........ 121

Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian dari PERSIK Kendal................. 122

Lampiran 12 Indikator Pedoman Wawancara Pengurus SSB ..................... 123

Lampiran 13 Indikator Pedoman Wawancara PSSI ASKAB Kendal ........ 125

Lampiran 14 Indikator Pedoman Wawancara PERSIK Kendal.................. 127

Lampiran 15 Indikator Pedoman Wawancara Pelatih ................................ 130

Lampiran 16 Pedoman Wawancara Atlet/ Siswa SSB ............................... 133

Lampiran 17 Pedoman Wawancara Orang Tua Atlet/ Siswa SSB ............. 134

Lampiran 18 Lembar Observasi (Pengamatan) Pelatih .............................. 135

Lampiran 19 Lembar Pemeriksaan Dokumentasi ....................................... 136

Lampiran 20 Hasil Wawancara Pengurus SSB Bhayangkara...................... 137

Lampiran 21 Hasil Wawancara Pelatih SSB Bhayangkara......................... 142

Lampiran 22 Hasil Wawancara Atlet/ Siswa SSB Bhayangkara ................ 146

Lampiran 23 Hasil Wawancara Orang tua Atlet SSB Bhayangkara .......... 150

Lampiran 24 Hasil Observasi Pelatih SSB Bhayangkara ........................... 155

Lampiran 25 Hasil Pemeriksaan Dokumentasi SSB Bhayangkara ............. 156

Lampiran 26 Hasil Wawancara Pengurus SSB DIKPORA......................... 157

Lampiran 27 Hasil Wawancara Pelatih SSB DIKPORA............................. 160

Lampiran 28 Hasil Wawancara Atlet/ Siswa SSB DIKPORA ................... 164

xiv

Page 17: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

Lampiran 29 Hasil Wawancara Orang tua Atlet SSB DIKPORA .............. 168

Lampiran 30 Hasil Observasi Pelatih SSB DIKPORA ............................... 170

Lampiran 31 Hasil Pemeriksaan Dokumentasi SSB DIKPORA ................ 171

Lampiran 32 Hasil Wawancara Pengurus SSB Putra Mororejo.................. 172

Lampiran 33 Hasil Wawancara Pelatih SSB Putra Mororejo ..................... 176

Lampiran 34 Hasil Wawancara Atlet/ Siswa SSB Putra Mororejo ............ 179

Lampiran 35 Hasil Wawancara Orang tua Atlet SSB Putra Mororejo ....... 181

Lampiran 36 Hasil Observasi Pelatih SSB Putra Mororejo ........................ 185

Lampiran 37 Hasil Pemeriksaan Dokumentasi SSB Putra Mororejo ......... 186

Lampiran 38 Hasil Wawancara Pengurus SSB Persik Putra....................... 187

Lampiran 39 Hasil Wawancara Pelatih SSB Persik Putra .......................... 191

Lampiran 40 Hasil Wawancara Atlet/ Siswa SSB Persik Putra ................. 195

Lampiran 41 Hasil Wawancara Orang tua Atlet SSB Persik Putra............. 199

Lampiran 42 Hasil Observasi Pelatih SSB Persik Putra.............................. 201

Lampiran 43 Hasil Pemeriksaan Dokumentasi SSB Persik Putra............... 202

Lampiran 44 Hasil Wawancara Pengurus SSB Persit Triharjo .................. 203

Lampiran 45 Hasil Wawancara Pelatih SSB Persit Triharjo....................... 206

Lampiran 46 Hasil Wawancara Atlet/ Siswa SSB Persit Triharjo .............. 209

Lampiran 47 Hasil Wawancara Orang tua Atlet SSB Persit Triharjo ........ 213

Lampiran 48 Hasil Observasi Pelatih SSB Persit Triharjo ......................... 215

Lampiran 49 Hasil Pemeriksaan Dokumentasi SSB Persit Triharjo .......... 216

Lampiran 50 Hasil Wawancara Pengurus SSB Putra Agung ..................... 217

Lampiran 51 Hasil Wawancara Pelatih SSB Putra Agung.......................... 221

Lampiran 52 Hasil Wawancara Atlet/ Siswa SSB Putra Agung ................. 224

Lampiran 53 Hasil Wawancara Orang tua Atlet SSB Putra Agung ........... 226

Lampiran 54 Hasil Observasi Pelatih SSB Putra Agung ............................ 228

Lampiran 55 Hasil Pemeriksaan Dokumentasi SSB Putra Agung ............. 229

Lampiran 56 Hasil Wawancara Pengurus SSB Roda Remaja..................... 230

Lampiran 57 Hasil Wawancara Pelatih SSB Roda Remaja ........................ 232

Lampiran 58 Hasil Wawancara Atlet/ Siswa SSB Roda Remaja ............... 239

Lampiran 59 Hasil Wawancara Orang tua Atlet SSB Roda Remaja .......... 241

xv

Page 18: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

Lampiran 60 Hasil Observasi Pelatih SSB Roda Remaja ........................... 245

Lampiran 61 Hasil Pemeriksaan Dokumentasi SSB Roda Reamaja .......... 246

Lampiran 62 Hasil Wawancara PSSI ASKAB Kendal................................ 247

Lampiran 63 Hasil Wawancara PERSIK Kendal ....................................... 252

Lampiran 64 Foto Kegiatan Penelitian ....................................................... 255

xvi

Page 19: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan salah satu tren gaya hidup pada masa sekarang ini.

Dalam kehidupan manusia bermasyarakat peran olahraga sangat lah vital.

Undang-Undang nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional

menjelaskan bahwa ruang lingkup kegiatan olahraga ada 3 yaitu : 1) olahraga

pendidikan, 2) olahraga rekreasi, dan 3) olahraga prestasi. Olahraga merupakan

fenomena yang sudah menduia yang tidak dapat dipisahkan oleh kehidupan

masyarakat. Tidak mengherankan jika olahraga dijadikan sebagai salah satu

program untuk membangun karakter suatu bangsa (national character building),

sehingga olahraga menjadi sarana untuk mrmbangun kepercayaan diri, identitas

bangsa dan kebangaan nasional. Puncak dari kemajuan pembangunan di bidang

olahraga salah satunya ditandai dengan prestasi olahraga. Pembinaan dan

pengembangan olahraga adalah usaha yang dilakukan secara sistematis untuk

mencapai tujuan keolahragaan, sesuai Undang-Undang Sistem Keolahragaan

Nasional Tahun 2005 pasal 1 ayat 23 bahwa salah satu tujuan keolahragaan adalah

peningkatan prestasi olahraga.

Pembinaan atlet pada usia dini sangat diperlukan untuk peningkatan

prestasi olahraga. Selain pembinaan atlet pada usia dini peningkatan prestasi

olahraga juga harus didukung dengan kualitas manajemen olahraga yang baik.

Pembinaan atlet pada usia dini harus melalui program pembibitan yang tepat,

1

Page 20: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

2

yang dikelola dengan baik dan benar melalui prinsip pembinaan jangka panjang.

Untuk mencapai prestasi yang gemilang membutuhkan perencanaan dan pelatihan

yang panjang (R. Soekarman dalam Muhammad Lutfi, 2016:2).

Sepakbola merupakan permainan yang paling populer dan paling diminati

masyarakat di seluruh antero dunia. Peminat sepakbola tidak mengenal batasan

umur, baik dari usia anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua sangat gemar

untuk bermain sepakbola, sekalipun hanya untuk kesenangan semata.

Perkembangan sepakbola hingga saat ini sudah tak terbendung lagi, dari satu

Negara ke Negara lain, dari kota ke kota, hingga ke pelosok-pelosok daerah, salah

satunya di daerah Kabupaten Kendal. Dari pengamatan yang dilakukan beberapa

waktu lalu, di Kabupaten Kendal perkembangan sepakbola sangat pesat. Hal

tersebut dapat dilihat banyaknya Sekolah Sepakbola yang didirikan di wilayah

Kabupaten Kendal.

Kabupaten Kendal mempunyai klub sepakbola yang mengikuti Liga 2

Indonesia 2018 yaitu PERSIK Kendal. Pada kompetisi Liga 2 PERSIK Kendal,

tidak sepenuhnya diisi oleh pemain sepakbola lokal Kabupaten. Ini dapat dilihat

dari jumah pemain ynag terdaftar sebagai pemain PERSIK Kendal sebagai

berikut:

Tabel. 1.1 Daftar nama pemain PERSIK Kendal (Putaran Pertama)

No Nama Pemain Asal Daerah1. Fery Bagus Klaten2. Risman Maidullah Ambon3. Dandi Sembiring Medan4. Wahyu Prasetyo Batang5. Nugroho Mardiyanto Batang6. Susanto Grobogan7. Franky Mahendra Grobogan

Page 21: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

3

8. Andrid Wibawa Klaten9. Susilo Irwando Pati10. Andri Ariyanto Solo11. Anton Cacomba Medan12. Budiawan Bandung13. Herlian Laksono Kendal14. Fuad Hasan Kendal15. Alaik Sobrina Kendal16. Restu Ristiarno Kendal17. Muhromin Kendal18. Anggawidi Pujianto Kendal19. Fandi Ahmad Kendal20. Setiawan Sinaga Kendal21. Firdaus Janwar Kendal22. Daffa Balindra Kendal23. Riski Kurniawan Kendal24. Akhsay Rismawa Kendal25. Ahmad Ardiansyah Kendal

Tabel. 1.2 Daftar nama pemain PERSIK Kendal (Putaran Kedua)

No Nama Pemain Asal Daerah1. Fery Bagus Klaten2. Andre Oriza Semarang3. Ramadhan Saputra Tangerang4. Wahyu Prasetyo Batang5. Sigit Meiko Bojonegoro6. Yus Arfandi Makasar7. Franky Mahendra Grobogan8. Andrid Wibawa Klaten9. Susilo Irwando Pati10. Andri Ariyanto Solo11. Anton Cacomba Medan12. Ade Suhendra Tangerang13. Hasan Husain Makasar14. Dimas Galih Solo15. Erik Dwi Ermawansyah Surabaya16. Herlian Laksono Kendal17. Fuad Hasan Kendal18. Alaik Sobrina Kendal19. Muhromin Kendal20. Anggawidi Pujianto Kendal21. Fandi Ahmad Kendal22. Firdaus Janwar Kendal

Page 22: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

4

23. Daffa Balindra Kendal24. Riski Kurniawan Kendal25. Ahmad Ardiansyah Kendal

Berdasarkan tabel di atas bahwa klub sepakbola PERSIK Kendal pada

kompetisi Liga 2 2018 diperkuat oleh 13 pemain yan berasal dari Kabupaten

Kendal pada putaran pertama. Kondisi tersebut terlihat menurun pada kompetisi

Liga 2 2018 putaran kedua, karena hanya ada 10 pemain yang berasal dari

Kabupaten Kendalyang menghuni skuad PERSIK Kendal. Hal ini menunjukkan

bahwa klub sepakbola PERSIK Kendal didominasi oleh pemain yang berasal dari

luar kabupaten Kendal. Kurang dominannya pemain sepakbola yang berasal dari

Kabupaten Kendal memberikan gambaran bahwa kualitas pemain dari luar

Kabupaten Kendal lebih baik dari pada pemain lokal. Sebagian besar pemain lokal

pada klub PERSIK Kendal dahulunya berasal dari Sekolah Sepakbola (SSB) di

wilayah Kabupaten Kendal. Maka perlu adanya program pembinaan atlet usia dini

yang berjenjang dan berkesinambungan melalui Sekolah Sepakbola (SSB) guna

menghasilkan pemain lokal yang berkualitas.

Berbeda dengan klub sepakbola PERSIK Kendal Liga 2 atau bisa disebut

PERSIK Kendal Senior, PERSIK Kendal yunior yang berkompetisi pada Piala

Soeratin U-17 mempunyai pemain yang semuanya berasal dari wilayah

Kabupaten Kendal. Adapun daftar nama pemain PERSIK Kendal U-17 yang

berlaga pada kompetisi Piala Soeratin 2018 adalah sebagai berikut :

Tabel. 1.3 Daftar Nama Pemain PERSIK U-17

No. Nama Pemain Asal SSB Asal Daerah

1. Dimas Okta Adhyatmika SSB Persik Putra Kendal

Page 23: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

5

2. Reza Bayu Anggara SSB Persik Putra Kendal

3. Niko Aditya Setiawan SSB SS 79 Sukorejo Kendal

4. Muhammad Aqil Rosyid SSB SS 79 Sukorejo Kendal

5. Dwika Rendyka SSB Pusaka Satria Kendal

6. M. Nurul Husain SSB Pusaka Satria Kendal

7. Sadam Farid Kurniawan SSB Persik Putra Kendal

8. Andika Setyo Widodo SSB SS 79 Sukorejo Kendal

9. Zico Uldha Febrianatta SSB SS 79 Sukorejo Kendal

10. Lukman Soleh SMP N 3 Pegandon Kendal

11. Ahmad Rizal SSB Roda Remaja Kendal

12. Muhammad Robi Habibi A. SSB Persik Putra Kendal

13. Trio Armanda SSB SS 79 Sukorejo Kendal

14. Widi Putra Pamungkas SMP N 3 Pegandon Kendal

15. Fibi Restu Maulana SSB Persik Putra Kendal

16. Tegar Nur Wicaksono SSB Dikpora Weleri Kendal

17. Agus Slamet Riyadi SMA N 1 Kaliwungu Kendal

18. Erwin Wahyu Tri Susanto SSB Roda Remaja Kendal

19. Akhmad Miftahul Huda SSB SS 79 Sukorejo Kendal

20. Surani SSB Dikpora Weleri Kendal

21. Alfaeyd Alwi Al Muqodam SSB Pandawa Kendal

22. Ade Irwan Saputra Sukorejo Kendal

23. Ridho Setiawan Cepiring Kendal

24. Irvan Maulana Cepiring Kendal

25. Festo Febriansyah SSB Persik Putra Kendal

26. Faiq Nasuha SSB SS 79 Sukorejo Kendal

27. M. Fikri Firdiansyah SSB Persik Putra Kendal

Page 24: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

6

28. Mahardika Saputra SSB Persik Putra Kendal

29. M. Khoirul Hidayat SSB Persik Putra Kendal

30. David Nugroho Cepiring Kendal

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak semua SSB yang berada di

wilayah Kabupaten Kendal pemainnya terpilih untuk memperkuat PERSIK

Kendal U-17 untuk berkompetisi pada Piala Soeratin 2018. Hanya ada beberapa

SSB yang memberikan kontribusi pemain ke PERSIK Kendal U-17. Hal tersebut

menandakan bahwa belum maksimalnya program pembinaan yang dilakukan oleh

SSB yang berada di wilayah Kabupaten Kendal. Inilah yang membuat peneliti

tertarik untuk menyumbang ide atau gagasan tentang sistem pembinaan sepakbola

di Kabupaten Kendal. Pembinaan sepakbola di Sekolah Sepakbola (SSB) dipilih

dikarenakan pada Sekolah Sepakbola terdapat pembinaan pemain atau atlet usia

dini. Selain itu pembinaan pada Sekolah Sepakbola adalah sebagai suatu fondasi

yang kuat bagi perkembangan pemain sepakbola di wilayah Kabupaten Kendal.

Pembinaan pada Sekolah Sepakbola (SSB) sebagai dasar pembibitan pemain

membutuhkan perhatian yang serius dari berbagai pihak untuk dikelola menjadi

suatu sistem pembinaan yang berjenjang, terarah, terstruktur dan

berkesinambungan.

Sam Snow (2011:2) menyatakan bahwa “ Perkembangan seorang pemain

sepakbola merupakan proses yang panjang dimana pemain berkembang dari

keterlibatan yang sederhana hingga kompleks di dalam suatu permainan.

Perkembangan tersebut membutuhkan bimbingan dan arahan yang tepat dari

pelatih yang memiliki etika, pengetahuan dan berlisensi. Proses tersebut tidak

Page 25: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

7

dapat dipaksakan, akan tetapi pemain harus berpartisipasi pada suatu tingkat yang

menantang sekaligus menuntut”. Pembinaan olahraga harus dipersiapkan secermat

mungkin agar dapat saling mempengaruhi anatara pembentukan dan mutu

pribadinya. Pelaksanaan pembinaan meliputi organisasi, program latihan, sarana

dan prasarana, dan pendanaan(Adzalika, 2019:35). Unsur-unsur tersebut akan

menjadi sebuah sistem yang saling terkait dalam suatu program pembinaan. Untuk

menjalankan sistem tersebut pada Sekolah Sepakbola perlu adanya kurikulum

sebagai pedoman pembinaan dan manajemen sebagai pengelola pembinaan.

Secara keseluruhan program pembinaan prestasi pada Sekolah Sepakbola

di wilayah Kabupaten Kendal belum berjalan secara optimal. Hal ini dibuktikan

bahwa tidak semua Sekolah Sepakbola (SSB) dapat mendistribusikan atlet

binaanya ke PERSIK Kendal senior maupun PERSIK Kendal yunior setiap

tahunnya. Dengan kata lain bahwa sistem pembinaan pada Sekolah Sepakbola di

wilayah Kabupaten Kendal belum dapat menjadi dasar pembibitan pemain klub

sepakbola PERSIK Kendal. Sekolah Sepakbola (SSB) di wilayah Kabupaten

Kendal diharapakan mempunyai sistem pembinaan yang berjenjang, terarah,

terstruktur dan berkesinambungan agar menjadi solusi tentang proses pembinaan

pada sepakbola. Berdasarkan uraian diatas peneliti akan meneliti tentang “ sistem

pembinaan Sekolah Sepakbola sebagai dasar pembibitan klub sepakbola PERSIK

Kendal”.

1.2 Identifikasi Masalah

Page 26: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

8

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana kurikulum dan program latihan pada Sekolah Sepakbola di

Kabupaten Kendal?

1.2.2 Bagaimana peranan pelatih pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten

Kendal?

1.2.3 Bagaimana atlet yang ada pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal?

1.2.4 Bagaimana sarana prasarana pada Sepakbola Bola di Kabupaten Kendal?

1.2.5 Bagaimana manajemen pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal?

1.2.6 Bagaimana sistem pembinaan pada Sekolah Sepakbola sebagai dasar

pembibitan pemain klub sepakbola PERSIK Kendal?

1.2.7 Bagaimana proses perekrutan pemain yunior PERSIK Kendal U-17 ?

1.2.8 Bagaimana proses perekrutan pemain lokal Kabupaten Kendal untuk tim

senior PERSIK Kendal?

1.2.9 Bagaimana kontribusi Sekolah Sepakbola anggota PSSI AsKaB Kendal

kepada klub PERSIK Kendal?

1.3 Cakupan Masalah

Agar permasalahan tidak meluas, sehingga menimbulkan multitafsir yang

berbeda-beda, maka hanya akan dibahas pada : “Sistem pembinaan sekolah

sepakbola sebagai dasar pembibitan pemain klub sepakbola PERSIK Kendal.

1.4 Rumusan Masalah

Page 27: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

9

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu dirumuskan

permasalan-permasalahan sebagai berikut :

1.4.1 Bagaimana kurikulum dan program latihan pada Sekolah Sepakbola di

Kabupaten Kendal?

1.4.2 Bagaimana pelatih pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal?

1.4.3 Bagaimana atlet yang ada pada Sepakbola Bola di Kabupaten Kendal?

1.4.4 Bagaimana sarana prasarana pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten

Kendal?

1.4.5 Bagaimana manajemen pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal?

1.4.6 Bagaimana sistem pembinaan pada Sekolah Sepakbola sebagai dasar

pembibitan pemain klub sepakbola PERSIK Kendal ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.5.1 Untuk menganalisis kurikulum dan program latihan pada Sekolah

Sepakbola di Kabupaten Kendal.

1.5.2 Untuk menganalisis pelatih pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal.

1.5.3 Untuk menganalisis atlet yang ada pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten

Kendal.

1.5.4 Untuk menganalisis sarana prasarana pada Sekolah Sepakbola di

Kabupaten Kendal.

1.5.5 Untuk menganalisis manajemen pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten

Kendal.

Page 28: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

10

1.5.6 Untuk menganalisis sistem pembinaan pada Sekolah Sepakbola sebagai

dasar pembibitan pemain klub sepakbola PERSIK Kendal.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dirahapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan tesis mengenai

pembinaan sepakbola yang dapat menjadi referensi yang berkaitan dengan

sistem pembinaan sepakbola pada Sekolah Sepakbola sebagai dasar

pembibitan pemain klub sepakbola PERSIK Kendal.

1.6.2 Manfaat Praktis

1.6.2.1 Bagi Sekolah Sepakbola (SSB), penelitian ini diharapkan memberikan

informasi dan bahan masukan kepada Sekolah Sepakbola berkaitan

tentang pentingnya program pembinaan sepakbola pada usia dini yang

terencana dan terstuktur.

1.6.2.2 Bagi Pelatih, penelitian ini diharapakan memberikan informasi kepada

pelatih mengenai pentingnya penyusunan program latihan yang tepat

sesuai dengan tingkatan kelompok umur pada atlet/ siswa Sekolah

Sepakbola.

1.6.2.3 Bagi PSSI ASKAB Kendal, penelitian ini diharapakan memberikan

informasi dan kepada pengurus PSSI ASKAB Kendal tentang pembinaan

sepakbola pada usia dini yang sudah diterapkan, sehingga dapat dijadikan

Page 29: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

11

acuan ataupun sebagai bahan evaluasi untuk menyusun program

pembinaan sepakbola pada usia dini dimasa yang akan datang.

1.6.2.4 Bagi PERSIK Kendal, penelitian ini juga diharapkan memberikan

informasi kepada jajaran manajemen PERSIK Kendal mengenai sistem

pembinaan yang ada pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal,

karena atlet hasil pembinaan pada Sekolah Sepakbola diharapkan dapat

masuk ke Klub PERSIK Kendal.

Page 30: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DANKERANGKA BERFIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian Prima Ghozali (2016) yang berjudul “Pembinaan Olahraga

Sepakbola di Klub Indonesia Muda Purwokerto Kabupaten Banyumas” dengan hasil

penelitian yang meliputi : 1) peran pengurus dikatakan baik, karena pengurus

mengakomodir kepentingan bersama dan sangat mendukung kelanjutan karir atlet, 2)

perekrutan pelatih sudah baik, karena menggunakan seleksi terbuka dan semua

pelatih bersertifikat, 3) program latihan dianggap cukup, meliputi latihan dasar

berlari, passing, kontrol, menggiring dan game, 4) perekrutan atlet sudah baik, karena

dilakukan secara terbuka dan dengan syarat tertentu, 5) sarana prasarana cukup,

karena sebagian sudah standar PSSI, 6) sumber dana cukup, dana diperoleh dari iuran

setiap bulan, 7) orang tua sangat mendukung dan dukungan masyarakat baik, 8)

keberhasilan pembinaan olahraga sepakbola di klub Indonesia Muda Purwokerto

dikategorikan baik, karena banyak prestasi yang diraih oleh klub untuk level daerah

maupaun level nasional, serta banyak atlet yang masuk klub profesional di Indonesia.

Penelitian Hana Puspita Santoso (2017) yang berjudul “Pembinaan

Bulutangkis di Kota Magelang” dengan hasil penelitian yang meliputi : 1) antecdent

dari klub-klub di Kota Magelang untuk memajukan perbulutangkisan di Kota

Magelang, sarana dan prasarana yang ada cukup, pemerintah mendukung, sumber

daya manusia tersedia, penyeleksian atlet dan pelatih asal jalan, hanya pendanaan

pembinaan belum ada, 2) Transaction, program latihan belum berjalan dengan baik,

kesejahteraan belum layak, koordinasi sudah berjalan dengan baik, 3) Outcomes

prestasi atlet belum maksimal.

12

Page 31: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

13

Penelitian Joko Priono yang (2014) yang berjudul “Evaluasi Program

Pembinaan Bola Voli Remaja di Pengkab PBVSI Kabupaten Asahan Sumatera

Utara”, dengan hasil penelitian yang meliputi : 1) program pembinaan kurang

berjalan baik, 2) Sarana dan prasarana kurang memadai, sumber dana dari anggaran

tahunan KONI, 3) penyeleksian pelatih dan atlet tidak jelas , (4) kinerja pelatih cukup

bagus, 5) kurangnya perhatian pemerintah, 6) program pembinaan kurang jelas,

pelatih mendapat kebebasan membuat program latihan, 7) Asahan menghasilkan satu

atlet ditingkat Asean dan tujuh atlet tingkat nasional.

Penelitian M. Haris Satria (2012) yang berjudul “Evaluasi Program

Pembinaan Sepakbola Di Sekayu Youth Soccer Academy (SYSA) Kabupaten Musi

Banyuasin Sumatera Selatan” dengan hasil penelitian meliputi : 1) latar belakang dan

tujuan pembinaan yang jelas dalampendirian SYSA, 2) pelaksanaan penerimaan

pelatih dan asisten pelatih, penerimaan atlet berdasarkan seleksi. Sarana danprasarana

yang dimiliki SYSA lengakap dan dana pembinaan SYSA berasal dari APBD

Kabupaten Musi Banyuasin, 3) Pelatih SYSA memiliki program latihan. SYSA

menerapkan sistem promosi dan degradasi. Ketepatan pelayanan dalampelaksanaan

konsumsi dan kesejahteraan para atlet, pelatih dan pengurus. Disediakannya

transportasi khusus bagi atlet dan pelatih. Koordinasi yang terjalin pada stakeholder

yang terkait, 4) Prerstasi yang diraih SYSA membanggakan Musi Banyuasin dan

Sumatera Selatan.

Penelitian Nugroho Susanto (2016) yang berjudul “Managemen Program

Latihan Seoklah Sepakbola (SSB) GAMA Yogyakarta” dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa sekolah sepakbola GAMA yang dijadikan tempat pengambilan

data manajemen pengelolaan program latihan sudah dilakukan dengan optimal.

Sekolah sepakbola yang dijadikan tempat pengambilan data telah menerapkan lima

Page 32: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

14

fungsi manajemen. Lima fungsi manajemen itu meliputi perencanaan,

pengorganisasian, aktuating, pengendalian dan budgeting.

Penelitian Azran Arief Parena (2017) yang berjudul “Managemen Program

Pembinaan Olahraga Panahan pada Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP)

Provinsi Jawa Tengah” dengan hasil penelitian meliputi : 1) antecendents yang

meliputi latar belakang, visi, dan misi, yaitu membina atlet-atlet lanjutan yang

mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional, 2) transaction meliputi

seleksi pelatih dan atlet sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku,

sarana dan prasarana berstandar, pelaksanaan program latihan yang sangat baik dan

kesejahteraan yang ada cukup terpenuhi, 3) outcome, prestasi PPLP panahan sudah

baik dan hampir mencapai target yang diharapkan.

Penelitian Eva Yunida (2016) yang berjudul “ Manajemen Pembinaan

Merdeka Basketball Club (MBBC) Pontianak Kalimantan Barat Tahun 2016” dengan

hasil penelitian meliputi : 1) Merdeka Basketball Club (MBBC) memiliki

perencanaan yang sangat baik karena dalam perencanaan memenuhi 5 kriteria

perencanaan dalam organisasi olahraga yaitu, jelas siapa yang mengerjakan, apa yang

dikerjakan, bilamana yang dikerjakan, dimana dikerjakan atau dilaksanakan, serta

jelas bagaimana yang dilaksanakan; 2) Merdeka Basketball Club(MBBC) sudah

memiliki pengorganisasian yang sangat baik dalam pengorganisasian organisasi

olahraga yaitu memiliki pengurus yang lengkap, mekanisme kegiatan, job deskripsi,

dan ada aktivitas rutin yang terlaksana (kegiatan pembinaan, kejuaraan, pertemuan),

serta musyawarah di awal tahun; (3) Pelaksanaan dalam manajemen pembinaan

Merdeka Basketball Club (MBBC) masuk dalam katergori baik karena hanya

memenuhi 3 kriteria dari 4 kategori dalam pelaksanaan organisasi olahraga yaitu

melaksanakan program, pelaksanaan program, melengkapai 5 M (man, money,

Page 33: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

15

method materials dan mechine); (4) Pengawasan dalam manajemen pembinaan

Merdeka Basketball Club (MBBC) termasuk dalam kategori sangat baik karena telah

memenuhi 4 kategori yaitu ada supervisi, pelaporan, evaluasi dan monitoring; dan (5)

Dukungan Masyarakat ataupun Orang Tua dan PERBASI Kota Pontianak.

Penelitian Didik Assalam (2015) yang berjudul “Evaluasi Program

Pembinaan Prestasi Cabang Olahraga Pencak Silat Pusat Pendidikan dan Latihan

Pelajar (PPLP) Kalimantan Timur” dengan hasil penelitian meliputi : 1) conteks

pembinaan prestasi pencak silat memiliki visi misi dan tujuan pembinaan yang baik

karena PPLP sebagai wadah pembinaan olahraga pelajar dibidang akademik dan

menciptakan atlet pelajar yang dapat berprestasi di level nasional. 2) input perekrutan

pelatih masih dalam kategori cukup karena tidak mengacu pada buku pedoman dari

Kemenegpora serta perekrutan atlet sudah baik berdasarkan kriteria dari Dispora.

Sarana dan prasarana sangat lengkap, 3) Process keterlaksanaan program latihan

masih cukup karena implementasi pelaksanaan latihan belum sesuai dengan program

yang telah dibuat, pendanaan, kesejahtraan, konsumsi, transportasi di PPLP

sepenuhnya dibiayai APBN. 4) product, Prestasi pencak silat PPLP dalam kategori

kurang karena mengalami penurunan dan belum mampu mencapai target yang

ditentukan.

Penelitian Rasyono (2012) yang berjudul “Sistem pembinaan ekstrakurikuler

taekwondo sebagai dasar pembibitan atlet di Kabupaten Ogan Ilir” dengan hasil

penelitian meliputi : 1) Sekolah penyelenggara ekstrakuriukuler taekwondo belum

memiliki sistem dalam melaksanakan program ekstrakurikuler, 2) Sistem pembinaan

taekwondo di Ogan Ilir belum terprogram secara berkelanjutan, 3) Sistem pembinaan

olahraga di Ogan Ilir tidak berjalan. Sistem pembinaan ekstrakurikuler, taekwondo,

dan olahraga di Kabupaten Ogan Ilir yang belum berjalan merupakan imbas dari

Page 34: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

16

berbagai hambatan yang perlu dicarikan solusi. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

merekomendasikan : 1) Model ideal pelaksanaan ekstrakurikuler taekwondo yang

dapat dijadikan solusi dalam pelaksanaan ekstrakurikulerdi sekolah, 2) Model ideal

sistem pembinaan eklstrakurikuler taekwondo sebagai dasar pembibitan atlet di

Kabupaten Ogan Ilir sebagai solusi yang dapat digunakan pada sistem pembinaan

taekwondo di Kabupaten Ogan Ilir.

Penelitian Erni Wijayanti (2015) yang berjudul “Evaluasi Pembinaan

Olahraga Sepak Takraw Pengurus Persatuan Sepak Takraw Kabupaten Jepara”

dengan hasil penelitian meliputi : 1) Pembinaan olahraga sepaktakraw yang

dilakukan oleh Pengkab PSTI Kabupaten Jepara telah sesuai dengan visi, misi dan

tujuan serta kebijakan pemerintah, 2) Sumber daya manusia yang dimiliki baik dan

berkualitas, serta didukung sarana prasarana dan dana yang memadai, 3)Pelaksanaan

program telah berjalan dengan baik, tahapan pelaksanaan program telah dilaksanakan

oleh pelatih, dan koordinasi dengan berbagai pihak terjalin dengan baik. 4)

Hasilprestasi yang dicapai oleh para atlet, pelatih dan pengurus sangat baik namun

kesejahteraan relatif cukup.

Penelitian Abrar (2012) yang berjudul “Implementasi Model Pelatihan Dan

Pengembangan Olahraga Siswa Dalam Perspektif Kebijakan Publik, Manado

Sulawesi Utara 2010” dengan hasil penelitian meliputi : 1) Dari prespektif kebijakan,

proses pengambilan keputusan tidak diputuskan secara objektif dengan kebutuhan

analisis untuk mengatasi masalah umum. 2) Kemampuan memahami /

menterjemahkan cukup efektif untuk mengatur pelatih olahraga siswa. 3) Organisasi

dan manajemen sebagai dukungan sistem untuk sebuah implementasi kebijakan

cenderung kurang efektif dalam memfasilitasi fungsi kebijakan dari pelatih olahraga

siswa. 4) Pendanaan masing cenderung kurang terarah dan profesional untuk setiap

Page 35: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

17

unit aktivitas. 5) Sarana dan prasarana cukup memadai tetapi mereka kurang dirawat

dan diperhatikan.

Penelitian Helen Purnama Sari (2018) yang berjudul “Evaluasi Program

Pembinaan Atlet Pekan Olahraga Nasional Cabang Olahraga Bulu Tangkis Provinsi

Sumatera Selatan” dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa penyebab

kegagalan atlet pekan olahraga nasional cabang olahraga bulutangkis provinsi

sumatera selatan yakni karena faktor pendanaan, program latihan, kesejahteraan,

konsumsi dan prestasi atlet sehingga dapat disimpulkan bahwa program pembinaan

atlet pekan olahraga nasional cabang olahraga bulutangkis provinsi sumatera selatan

tidak begitu baik dan seharusnya di revisi agar dapat dipersiapkan dengan baik

menjelang pekan olahraga nasional tahun 2020.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat variabel yang sama dengan

penelitian yang akan dilakukan penelitian yaitu tentang pembinaan atlet pada usia

dini. Akan tetapi pada penelitian ini peneliti ingin mengambil variabel tentang sistem

pembinaan (kurikulum dan program latihan, pelatih, atlet, sarana prasarana, serta

manajemen), sekolah sepakbola, dan pembibitan atlet agar terdapat perbedaan dengan

penelitian-penelitian di atas.

2.2 Kerangka Teoretis

2.2.1 Olahraga Prestasi

Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005

pasal 1 menjelaskan bahwa olahraga prestasi adalah olahraga yang membina

dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan

berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan

ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Dalam deklarasi international

Page 36: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

18

council of sport and physical education, dinyatakan bahwa olahraga adalah

setiap kegiatan fisik yang bersifat permainan dan perjuangan terhadap diri

sendiri atau orang lain atau terhadap kekuatan-kekuatan alam tertentu.

Perkembangan olahraga di Indonesia, bahwa masyarakat lebih

cenderung menyukai olahraga yang bersifat kompetitif. Sifat olaharaga yang

dimaksud adalah menekankan pada aspek pencapain prestasi pada olahraga,

dan sangat dipengaruhi oleh sistem pengelolaan pelatihan yang lebih

sistematis. Untuk mencapai sasaran prestasi dibutuhkan latihan yang tekun,

kontinyu, dan cermat dalam menetapkan target latihan yang hendak dicapai.

Olahraga prestasi yaitu olahraga yang tujuan utamanya untuk mencapai

prestasi yang setinggi-tingginya yang biasa dikenal dengan sport prestasi,

yang dilakukan pada klub-klub oragnisasi olahraga (Subagiyo, 2008:17).

Untuk memperoleh atlet berprestasi diperlukan beberapa tahap dalam

pembinaan prestasi termasuk tahap pemassalan, pembibitan, dan peningkatan

prestasi. Proses identifikasi dan proses seleksi atlet harus dilakukan dengan

cara yang valid dan reliabel sehingga hasilnya dapat digunakan untuk

memprediksi prestasi atlet yang diharapakan (Toho Cholik M, dkk., 2010:37).

Upaya yang dapat dilakukan untuk membina olahraga prestasi di Indonesia

antara lain : (1) berbasiskan pembinaan induk organisasi olahraga tanpa atau

dengan fasilitas pusat pendidikan dan latihan, (2) memanfaatkan PPLP dan

Sekolah Khusus Olahraga (SKO), (3) memanfaatkan pemusatan pelatihan

nasional (pelatnas) jangka panjang yang dilaksanakan oleh KONI Pusat,

karena setiap tahun akan selalu ada multievent olahraga yang diikuti oleh

Page 37: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

19

Indonesia, (4) memanfaatkan atlet/pelajar/mahasiswa yang berlatih di luar

negeri sambil sekolah (Slamet Raharjo dan Agus Gatot S, 2010:61).

2.2.2 Hakekat Sepakbola

Sepakbola adalah salah satu permainan olahraga bola besar yang

sangat populer di dunia, yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing

tim beranggotakan sebelas orang (Feri Kurniawan, 2011:17). Sepakbola

merupakan suatu yang umum diantara orang-orang dengan latar belakang dan

keturunan yang berbeda-beda, sebuah jembatan yang menghubungkan jenjang

ekonomi, politik, kebudayaan, dan agama.

Sam Snow (2011:20) mengatakan “soccer is a simple game played by

teams devided into 3 to 11 players per side”, artinya “sepakbola adalah

permainan sederhana yang dimainkan oleh tim yang dibagi menjadi 3 sampai

11 pemain per sisinya”. Dalam masyarakat global yang dipisahkan oleh

perbedaan fisik dan ideologi, kepopuleran sepakbola tidak terikat oleh usia,

jenis kelamin, agama, kebudayaan, atau batasan etnis. Gerakan pemain dalam

permainan sepakbola yang lancer dan terkontrol mengekspresikan

individualitasnya dalam permainan beregu. Kecepatan, kekuatan, stamina,

keterampilan teknik, dan pengetahuan masalah taktik, merupakan aspek yang

penting dari sebuah penampilan. Pada dasarnya sepakbola adalah olaraga yang

memainkan bola mengguakan kaki, tujuan dari permainan ini adalah untuk

mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan, yang harus dilakukan

Page 38: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

20

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan (Andi Cipta

Nugraha, 2013:10).

Sesuai dengan peraturan FIFA bahwa lapangan permainan sepakbola

harus berbentuk empat persegi panjang, dan garis samping (touch line) harus

lebih panjang dari garis gawang (goal line). Dalam buku Law of The Game

(peraturan permainan) FIFA, standar lapangan sepakbola mempunyai panjang

100-110 meter, lebar 64-75 meter, dan lebar garis tidak lebih dari 12 cm.

Lapangan permaian dibagi dalam dua bagian oleh sebuah garis tengah. Titik

tengah lapangan terdapat pada garis tengah dan dikelilingi oleh sebuah

lingkaran dengan radius 9,15 m (10 yard). Daerah gawang dibuat titik pinalti

yang berjarak 11 meter (12 yard) dari titik tengah garis gawang. Untuk daerah

penalty atau kotak penalti berjarak 16 meter dari garis dan tiang gawang. Di

luar garis penalti dibuat garis lengkung yang radiusnya 9,15 meter dari titik

pinalti.

2.2.3 Sistem Pembinaan Olahraga

Sistem adalah kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara

fungsional dalam memproses input menjadi output (Tatang, 2012:217). Sistem

ialah sehimpunan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan (Fuad

Ihsan, 2008:107). Sistem merupakan seperangkat komponen atau unsur-unsur

yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2009:1).

Sistem akan mencakup berbagai cara, keseluruhan komponen,

kumpulan pengalaman di masa lalu secara asli, dan aplikasi hasil penelitian.

Page 39: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

21

Wina Sanjaya (2010:49), sistem merupakan satu kesatuan komponen yang

saling berkaitan satu sama lainnya dan saling berinteraksi untuk mencapai

suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang sudah

ditetapkan. Ada tiga hal yang menjadi karakteristik suatu sistem yaitu : adanya

tujuan, perencanaan, dan proses.

Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan

sebagai suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan

efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik (http://kbbi.web.id).

Pembinaan dan pengembangan olahraga yang dilakukan secara terencana,

sistematis, berjenjang, dan berkelanjutan, yang dimulai dari pembudayaan dan

pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan dengan menjadikan olahraga

sebagai gaya hidup, pembibitan dengan penelusuran bakat dan pemberdyaan

sentra-sentra keolahragaan, serta peningkatan prestasi dengan pembinaan

olahraga unggulan nasional sehingga atlet andalan dapat meraih puncak

pencapaian prestasi (Kemenpora, 2010:20).

Menurut Grant & Stober dalam penelitian Maximilian D. Muhlbergen

dan Eva Traut-Mattausch (2015:Vol 51 (198) , menyatakan bahwa “

Coaching can be defined as a systematic process that focuses on collaborative

goal setting to construct solutions and employ goal attainment process with

the aim of fostering the on-going self-directed learning and personal growth

of client” , yang berarti bahwa “ Pembinaan dapat didefinisikan sebagai proses

sistematik yang berfokus pada penetapan tujuan kolaboratif untuk membangun

solusi dan proses pencapaian tujuan pekerjaan dengan tujuan memupuk

Page 40: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

22

pembelajaran mandiri yang sedang berjalan dan pertumbuhan pribadi relasi”.

Pembinaan olahraga harus mengikuti tahapan-tahapan pembinaan yang

berdasarkan pada teori-teori pembinaan yang meliputi konsep piramida

pembinaan olahraga yang bertahap, berjenjang, dan berkesinambungan

(Hartono, 2009:70). Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa dalam

pencapaian prestasi olahraga maksimal dibutuhkan tahapan yang

berkelanjutan seperti berikut :

Gambar 2.1 Sistem Piramida Pembinaan PrestasiSumber Djoko Pekik, Dasar Kepelatihan 2002:27)

Menurut Djoko Pekik (2002:2007) upaya untuk meraih prestasi perlu

perencanaan yang sitematis dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan,

mulai dari pemasalan, pembibitan, dan pembinaan hingga mencapai puncak

prestasi. Untuk mencapai suatu sasaran olahraga yang berkualitas maka

diperlukan adanya suatu kerja keras, keterkaitan dan keterpaduan diri semua

pihak untuk membantu dan bekerja sama. Sehingga pembinaan dapat berjalan

sesuai yang diinginkan secara maksimal dan mencapai puncak prestasi.

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan arah dan kebijakan

nasional dalam pembinaan dan pengembangan olahraga (Undang-Undang

Page 41: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

23

Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005) mejelasakan bahwa

“Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan pembinaan dan

pengembangan olahraga sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawabnya.

Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga melalui

penetapan kebijakan, penataran/pelatihan, koordinasi, konsultasi, komunikasi,

penyuluhan, pembimbingan, pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba,

kompetensi, bantuan pemudahan, perizinan, dan pengawasan”.

Sistem pembinaan olahraga mengacu pada pembinaan potensi dan

bakat anak usia didni ditetapkan sebagai fondasi utama, selanjutnya

pembinaan dilakukan secara sistematis, berjenjang, dan berkelanjutan

sehingga dapat mencapai performa tinggi (Dinpora Jateng, 2014:10). Secara

sederhana pembinaan juga memiliki beberapa arti yaitu meliputi perencaan,

proses, metode membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha tindakan dan

kegiatam yang dilakukan secara berdaya gunu, dan berhasil, guna memperoleh

hasil yang lebih baik. Suatau pembinaan yang berhasil merupakan hasil dari

sebuah sistem yang baik pula.

Menurut Sajoto dalam (Rasyono, 2012) pelaksanaan suatu. pembinaan

olahraga meliputi bebrapa unsur yaitu organisasi, program latihan, pelatih,

atlet, sarana dan prasarana, pendaan, dan dukungan lingkungan. Dengan

demikian bahwa pembinaan olahraga harus dilakukan secara terencana,

sistematis, terstruktur, dan berkesinambungan, untuk mencapai prestasi

tertinggi.

Page 42: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

24

2.2.4 Kurikulum dan Program Latihan

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, bahwa kurikulum

merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini

kurikulum yang digunakan adalah kurikulum pembinaan sepakbola Indonesia

atau Filosofi Sepakbola Indonesia (Filanesia). Di dalam Filanesia terdapat

unsur unsur pembinaan sepakbola meliputi : hakekat sepakbola Indonesia,

filosofi sepakbola Indonesia, formasi belajar, prinsip permainan, metode dan

tahapan latihan, pelatih, serta model sesi latihan. Sehingga penggunaan

kurikulum sangat penting proses pembinaan olahraga prestasi sebagai

pedoman untuk mencapai tujuan.

Pembinaan olahraga prestasi juga dipengaruhi oleh program latihan

yang direncanakan. Program latihan perlu dibuat dan direncanakan dengan

matang seningga dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai. Proses

perencanaan latihan harus menunjukkan suatu keteraturan, metodologis, dan

ilmiah. Oleh karena itu, perencanaan merupakan bagian yang penting dalam

upaya penyususnan program latihan yang disusun oleh pelatih. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas latihan yaitu : 1) penegtahuan dan

kepribadian pelatih, 2) fasilitas dan peralatan, 3) ilmu pendukung, 4)

pertandigan atau kompetisi (Bompa dalam Agung Wahyudi (2017:141)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Koon Teck Koh, Martin Camire

´, Gordon A Bloom and CKJ Wang (2017 :2) menyebutkan bahwa

Page 43: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

25

“...researchers have designed programs aimed at equipping teachers and

coaches with the knowledge and tools needed to intervene effectively within

PES as it relates to teaching values and other desirable attributes (e.g. life

skills)”, yang berarti “... para peneliti telah merancang program yang

bertujuan melengkapi guru dan pelatih dengan pengetahuan dan alat yang

diperlukan untuk melakukan intervensi secara efektif dalam pendidikan

jasmani dan olahraga karena berkaitan dengan nilai-nilai pengajaran dan

atribut yang diinginkan lainnya.

”Experience as the source of learning and developement (1984)

menyatakan bahwa “Guided by Kolb’s four-stage cycle of experiential

learning, a training program was designed to facilitate the teaching of values

and psychomotor skills systematically through PES. The results revealed how

the participants felt they were better equipped to teach values as noted in the

two-year post-program follow-up”, yang berarti “ dipandu oleh empat siklus

pengalaman belajar Kolb, sebuah Program Latihan dirancang untuk

memfasilitasi nilai pengajaran dan keterampilan psikomotorik secara

sistematis melalui Pendidikan olahraga. Hasilnya mengungkapkan bagaimana

para peserta merasa bahwa mereka lebih siap untuk megajarkan nilai-nilai

sebagaimana dicatat dalam pasca-program lanjutan dua tahunan”.

Latihan pada prinsipnya merupakan proses perubahan kea rah yang

lebih baik untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional

peralatan tubuh, dan kualitas psikis atlet (Sukadiyanto, 2005:1). Menurut

Eunike Rustiana bahwa latihan fisik dapat meningkatkan perhatian dan

Page 44: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

26

motivasi, melalui peningkatan dopamine dan norepinefin, membuat suasana

hati lebih posistif, kecemasan lebih rendah, dan rasa percaya diri lebih tinggi,

keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pembinaan atlet (2011:199).

Metodologi latihan hendaknya diselarasakan dengan kemajuan di bidang

lainnya agar faktor satu dengan tang lainnya dapat berjalan dengan baik,

seperti di bidang kedokteran yang berperan dalam pemeriksaan kesehatan fisik

atlet, karena pelatih juga harus mengetahui kondisi fisik atletnya

(Mukarromah, 2010:239).

Program latihan merupakan alat untuk mengarahkan latiha selama

jangka waktu tertentu yang bertujuan sangat spesifik yang direncanakan

menuju penampilan yang terbaik pada sebuah kompetisi (Johansyah Lubis,

2013:1). Sedangkan menurut Cukup Pahalawidi (2007:42), program latihan

merupakan sebuah acuan untuk menentukan target prestasi dan latihan-latihan

pada satuan waktu di bawahnya. Adapun tujuan program latihan menurut

Johansyah Lubis (2013:2) adalah :

1) Merangsang adaptasi fisiologis yang maksimal pada waktu yang

ditentukan selama masa kompetisi utama.

2) Mempersiapkan atlet pada level kesiapan yang kompleks dalam

membangun keterampilan , kemampuan biomotor, cici-ciri psikologis dan

mengatur tingkat kelelahan.

Tercapainya tujuan program latihan yang diinginkan maka latihan

harus direncanakan dan dibangun dengan baik oleh pelatih dan melalui

tahapan yang berjenjang . kapsitas kemampuan fisik atlet dapat diperbaiki

Page 45: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

27

dengan melakukan latihan sesuai intensitas, durasi, dan frekuensi latihan yang

baik (Mukarromah, 2013:62). Program latihan yang diberikan pelatih kepada

atlet sangatlah penting dalam mendukung kualitas latihan yang sesuai dengan

cabang olahraga masing-masing yang dalam penelitian ini adalah sepakbola.

Menurut Djoko Pekik (2004:17) menyatakan bahwa lama latihan untuk

pembinaan olahraga prestasi yaitu 45-120 menit tiap latihan, dengan 3-5 kali

latihan dalam satu minggu.

Kualitas sistem latihan dipengaruhi oleh dua komponen yaitu faktor

secara langsung maupun secara tidak langsung. Komponen yang

mempengaruhi secara langsung kualitas sistem latihan antara lain adalah

pelaksanaan latihan, dan penilaian. Sedagkan komponen yang mempengaruhi

secara tidak langsung antara lain adalah administrasi, kondisi ekonomi,

profesionalisme, dan gaya hidup masyarakat. Pelaksanaan latihan dipengaruhi

oleh metode pengajaran, teknik, taktik, latihan fisik, peningkatan potensial

fungsional, dan pengembangan kemampuan biomotorik. Penilaian dipengaruhi

oleh penilaian yang ilmiah, tes dan standarisasi, control kesehatan, jurnal

latihan, dan penilaian diri sendiri.

Program latihan diharuskan terarah, yaitu setiap porsi latihan

mempunyai fungsi pendekatan pada pemain ke tujuan jangka pendek maupaun

jangka panjang (Scheunemann, 2012:24). Sedangkan menurut LANKOR,

latihan yang baik adalah latihan yang dirancang secara sistematis dengan

menyesuaian cabang olahraganya, ketersediaan waktunya, dan atlet yang akan

dibinanya (2007:49). Menurut Schheunemann (2012:10) sesi latihan bertujuan

Page 46: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

28

untuk mempersiapkan pemain untuk kompetisi. Pertandingan dapat

memperlihatkan perkembangan teknik, fisik, taktik dan jiwa kebersamaan

(psikososial)/ mental yang ada pada diri pemain. Ada empat komponen yang

saling berkaitan dalam program latihan/ Kurikulum SSB adalah sebagai

berikut :

1) Fisik

Pemain yang besar dan ulet akan memberikan keuntungan yang besar

dalam tim. Sedangkan seorang pemain yang kelelahan harus berjuang dengan

keras untuk menjaga konsentrasinya.

2) Teknik

Setiap pemain dalam tim wajib memiliki kemampuan/ keterampilan

individu yang sesuai dengan posisi masing-masing.

3) Taktik

Taktik bertujuan untuk menghasilkan pemain yang cerdas, mampu

beradaptasi dalam situasi yang berganti-ganti dalam suatu pertandingan yang

dihadapi.

4) Jiwa kebersamaan

Manusia sering dipengaruhi oleh emosinya. Seorang pelatih harus bisa

melatih oemai untuk menggunakan emosinya untuk keuntungan mereka dan

mengarahkan emosi menjadi sebuah kekuatan, bukan sebuah kelemahan.

Pelatih harus menahan perkembangan yang sangat cepat pada awal

latihannya terutama menahan kecenderungan untuk perkembangan latihan

Page 47: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

29

kearah spesialisasi yang sempit. Perkembangan fisik yang luas serta mendatar

khususnya pada persiapan fisik umum merupakan salah satu dasar tuntutan

yang penting untuk mencapai tingkat spesialisasi yang tinggi dari persiapan

fisik dan penguasaan tekniknya. Program perkembangan yang menyeluruh

bukan berarti bahwa atlet akan selamanya mengikuti program latihan ini,

karena setelah atlet mulai dewasa dan cukup matang untuk memasuki tahap

latihan berikutnya maka sifat latihan sudah mulai menuju ke arah spesialisasi.

2.2.5 Pelatih

Pelatih adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang profesional

untuk membantu mengungkapkan potensi yang ada pada diri olahragawan

menjadi kemampuan nyata secara optimal. Tugas utama seorang pelatih

adalah membimbing dan membantu mengungkapkan potensi yang dimiliki

olah olahragawan. Selain itu, pelatih juga memiliki tugas merencanakan,

menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi latihan (Sukadiyanto, 2010:4).

Azran dalam Rahmah (2017:24), pelatih adalah seorang yang ahli dalam

melatih dan pintar dalam mengatur strategi, tugas pelatih sangat berat bkarena

semua tumpuan dan harapan dari atlet untuk meraih kesuksesan berada

dipundaknya.

Pelatih adalah seorang pemimpin yang terdidik dan cakap dengan

kompetensiya yang ingin mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian San-Fu

Kao, Ming-Hui Hsieh dan Po-Lun Lee (2017:319) menyatakan bahwa

“...improving the psychological and tactical skills of coaches and their skill

Page 48: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

30

detection abilities and instruction at training together with a positive attitude

toward sports may help improve ....”, yang berarti bahwa “ meningkatkan

keterampilan dalam hal psikologis dan kemampuan taktis serta instruksi

pendektesian keterampilan dalam latihan bersama dengan sikap yang positif

dapat membantu meningkatkan kepercayaan atlet pada pelatih mereka”.

Sehingga seorang pelatih yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang

baik dapat menimbulkan kepercayaan diri penuh dari atlet. Berikut ini adalah

gambar jenjang pendidikan pelatih di Indonesia menurut Filosofi Sepakbola

Indonesia:

Gambar 2.2 Jenjang Pendidikan Pelatih Di IndonesiaSumber: Buku Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia PSSI

Gambar di atas menunjukkan bahwa syarat untuk menjadi pelatih

sepakbola harus memiliki lisensi kepelatihan yang dipersyaratkan oleh PSSI,

yaitu : 1) minimal berlisensi D untuk melatih SSB, 2) minimal berlisensi C

untuk melatih Klub yang berkompetisi di Liga 3, 3) minimal berlisensi B AFC

untuk melatih Klub yang berkompetisi di Liga 2, 4) minimal berlisesnsi A

AFC untuk melatih Klub yang berkompetisi di Liga 1.

Page 49: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

31

Pelatih merupakan seorang model yang menjadi contoh dan panutan

bagi anak didiknya terutama atlet yunior atau pemula, sehingga segala sesuatu

yang dilakukan selalu menjadi sorotan atlet dan masyarakat umum. Menurut

Scheunemann (2012:8) menjelaskan bahwa pelatih yang baik adalah orang

yang bukan pencela atau pencaci maki, melainkan sering dan terus menerus

memberikan semangat dengan perkataan dan bahasa tubuh yang positif. Selain

itu tugas seorang pelatih adalah untuk memperkembangkan keterampilan

motorik dan prestasi atlet, perilaku etis, moral dan kepribadian yang baik serta

respek terhadap orang lain.

J. Partington and T. Orlick dalam Rebecca A. Zakrajsek, Scott B.

Martin, Sam J. Zizzi (2011:2) dalam penelitiannya menyebutkan “Coaches

hold central role within athletic environmrnt and are often the ones who

decided to initiate, continue, or terminate work with sport psychology” .

Pernyataan tersebut memiliki arti “ Pelatih memegang peran penting dalam

lingkungan atletik dan sering kali menjadi seseorang yang memutuskan untuk

memulai, melanjutkan, atau mengakhiri pekerjaan dengan psikolog olahraga”.

Peranan pelatih dalam pembinaan sangat menentukan, karena

pelatihlah yang menangani atlet secara langsung. Untuk dapat melakukan

tugas dan peran dengan baik, seorang pelatih harus memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

1) Menciptakan komunikasi dengan baik antara pelatih dengan atlet. Sehebat

apapun pelatih tidak akan dapat membina atlet dengan baik apabila tidak

ada kesediaan psikologi atlet untuk mendengarkan dan menerima

Page 50: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

32

instruksi-instruksi dari pelatihnya. Interaksi edukatif perlu diciptakan oleh

seorang pelatih, yaitu interaksi antara pelatih dengan atlet, dan interaksi

sesama atlet yang didasarkan atas nilai-nilai pendidikan, yang meliputi

rasa keakraban, keterbukaan, kasih sayang, menerima kritik dan saran.

2) Memahami watak, sifat, kebutuhan, dan minat atlet. Keberhasilan atlet

ditentukan oleh seberapa jauh memperhatikan minat, kebutuhan, dan

kemmpuan yang harus dikembangkan dari subyek didik atau atlet.

3) Pelatih harus menjadi motivator. Pelatih harus menjadi seorang motivator

yang baik untuk membangkitkan motivasi atlet dalam meningkatkan

kepercayaan diri atlet, agar atlet meraih prestasi yang optimal.

4) Membantu atlet dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi, baik

masalah dalam keluarga, sekolah, maupun masalah pekerjaan.

Pelatih harus mempunyai kemampuan dalam merencanakan program

jangka pendek maupun panjang pada suatu kejuaraan dan mengatur timnya,

berkomunikasi dengan jaringan yang luas dari tingkat pengelola olahraga

sampai pada individu atlet, mampu memperhitungkan pendapatan dan sumber

daya manusia yang ada pada programnya. Pelatih juga harus mampu melatih

faktor-faktor yang mempengaruhi performa atlet saat pertandingan seperti

kecemasan atau tidak percaya diri (Donny Wira Yudha Kusuma, 2017:171).

Keberhasilan pelatih tidak hanya pada kemampuan melatihnya yang baik,

tetapi juga pelatih harus memiliki cara unik dalam melatih agar atlet merasa

termotivasi dengan latihan yang diberikan oleh pelatih (Judy K. Favor,

2011:65).

Page 51: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

33

Tugas utama seorang pelatih yaitu menciptakan atlet yang mampu

mencapai kinerja puncak. Membuat suatu prediksi yang akurat dan valid

tentang keberhasilan jangka panjang seorang atlet dalam olahraga profesional

merupakan aspek yang sulit dari peran seorang pelatih profesional (Donny

Wira Yudha Kusuma, 2018:168). Rubianto Hadi (dalam Fringgas, 2018:27)

bahwa untuk menjadi pelatih yang profesional harus memiliki latar belakang

yang sesuai dengan kemampuan yang harus dimiliki oleh pelatih, yaitu : 1)

latar belakang pendidikan, 2) pengalaman dalam olahraga, 3) pendidikan

tambahan. UU RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang SKN Pasal 9 Ayat 1,

menyubuttkan bahwa tenaga keolahragaan adalah setiap orang yang memiliki

kualifikasi dan sertifikasi kompetensi dalam bidang olahraga. Sebagai pelatih

profesional harus memiliki kepribadian yang baik, kompetensi, kualifikasi,

keterampilan komunikasi, struktur motivasi, dan perilaku kepemimpinan

(Renata Baroc dan Valentin Bucik, 2009:182).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pelatih

yang baik harus memiliki kompetensi antara lain : 1) memiliki sertifikat

kompetensi/ lisensi kepelatihan, 2) mampu merencanakan dan membuat

program latihan , 3) mampu berkomunikasi dan memotivasi atlet, 4)

mempunyai kepribadian yang baik.

2.2.6 Atlet

Atlet adalah olahragawan mengikuti perlombaan atau pertandingan

(http://kbbi.web.id). Pada pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Nomor 3 tahun 2005

Page 52: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

34

tentang Sistem Keolahragaan Nasional menyebutkan bahwa Olahragawan

adalah pengolahraga yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan

dengan penuh dedikasi untuk mencapai prestasi. Zahfar Sidik (dalam Rahmah,

2017:22) bahwa atlet adalah individu yang memiliki keunikan, bakat, pola

pikir, kepribadian, dan latar belakang tersendiri yang mempengaruhi spesifik

dalam dirinya. Menurut Marta (dalam Priagung, 2012:35) atlet adalah subyek

atau seseorang yang berprofesi dan menekuni suatu cabang olahraga tertentu

serta berprestasi pada cabang olahraga tertentu.

Seorang atlet harus mempunyai bakat khusus , motivasi yang kuat, dan

keinginan bekerja keras, itu semua merupakan karakteristik dari seorang atlet

yang berhasil. Identifikasi bakat seorang atlet dapat dilakukan maupun dapat

dilihat pada usia dini maupun usia yang sudah matang, sebagaimana seorang

atlet sudah harus memiliki bakat dalam olahraga sejak dini (Nasuka dan

Erwin Nizar Priambodo, 2017:35). Kebugaran jasmani adalah salah satu

prasyarat untuk individu dapat melakukan aktivitas fisik secara efektif dan

efisien (Soegiyanto KS, 2010:1). Oleh karena itu, kebugaran jasmani atlet

menjadi faktor penentu dalam proses pembinaan olahraga prestasi.

Kepribadian yang baik juga harus dimiliki oleh seorang atlet, karena hal itu

dapat dijadikan penentu prestasi olahraga dan dapat digunakan untuk setiap

individu membantu sesuai jenis olahraga tertentu (Hermawan Pamot Raharjo,

2018:92).

Seorang atlet yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan

diantaranya adalah kondisi fisik yang baik, motivasi yang kuat, emosi yang

Page 53: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

35

memadai, intelegensi yang cukup, kepribadian yang sesuai dengan cabang

olahraganya (Jemmie Akbar, 2006:15). Seorang atlet akan berpeluang besar

untuk meraih prestasi yang tinggi apabila mampu menerapkan latihan yang

benar dan berkualitas. Pemberian pendidikan dan latihan terdiri dari beberapa

aspek diantaranya adalah aspek fisik, aspek teknik, aspek taktik, dan aspek

psikis atau mental Zahfar Sidik (dalam Rahmah, 2017:25). Pembinaan atlet

dalam olahraga prestasi hendaknya dilaksanakan melaui proses pembinaan

secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu

pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

Menurut Donny Wira Yudha (2019:2357) bahwa psikologi olahraga

khususnya mental emosional atlet yang baik juga menjadi kontributor yang

semakin menentukan dalam proses pembinaan dan peningkatan kinerja atlet.

Pengembangan dan persiapan mental seorang atlet sangat dibutuhkan untuk

menunjang penampilan saat bertanding (Brad Donohue, ET.al, 2016:19).

Mencari individu tertentu dan mendorong mereka untuk mengejar bakatnya

secara penuh merupakan suatu tantangan. Atlet harus diimplementasikan agar

dapat berhasil dalam mengembangkan kemampuannya untuk mencapi prestasi

puncak. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam

diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih

baik dalam memenuhi kebutuhannya, (HamzahB Uno, 2008:3). Motivasi

merupakan suatu dorongan yang terjadi dakam diri individu untuk senantiasa

meningkatkan kualitas tertentu dengan sebaik-baiknya atau lebih dari biasa

yang dilakukan, (Husdarta, 2011:36). Jadi motivasi adalah suatu tenaga atau

Page 54: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

36

faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan,

dan mengorganisasikan tingkah lakunya.

Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang

melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik (Elliott et al,

2000), Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan

dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliot,

2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan

keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang

datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut

(Sue Howard, 1999). Elliott et al (2000), mencontohkannya dengan nilai,

hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi

seseorang.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa pesryaratan untuk

menjadi seorang atlet yang baik adalah sebagai berikut : 1) mempunyai

kondisi fisik yang baik, 2) mempunyai motivasi yang kuat untuk berlatih

maupun bertanding, 3) memiliki kepribadian yang baik, 4) menempuh

pendidikan formal

2.2.7 Sarana dan prasarana

Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005

pasal 1 ayat 20-21 menjelasakan bahwa sarana olahraga adalah peralatan dan

perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga, sedangan prasarana

olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk

kegiatan olahraga dan/atau penyelenggaraan keolahragaan. Pembinaan

Page 55: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

37

olahraga perlu didukung dengan peningkatan sarana dan prasarana olahraga

dan sumber daya manusia yang kompeten (Harjanti dalam Rahmah, 2017:26).

Sarana dan prasarana yang berkualitas baik maka dapat membantu

meningkatkan kinerja dalam proses pembinaan olahraga yang dilakukan oleh

pelatih dan atlet.

Sarana dan prasarana yang baik mempengaruhi motivasi atlet dalam

meningkatkan latihan dan memperbaiki pembangunan olahraga nasional

(Mugiyo Hartono, 2011:147). Prestasi olahraga juga dipengaruhi oleh

kelengkapan fasilitas olahraga, semakin baik fasilitas olahraga yang dimiliki,

maka semakin baik pula kualitas atlet dalam meraih prestasi (Suresh Patil,

2016:265). Richard G. Prins, Pepijn van Empelen, Saskia J. te Velde , dkk

(2010:489) menyatakan bahwa “Simple slopes analysis showed that intention

was more strongly associated with sports participation when sports facilities

were more readily available. The results of this study indicate ...”, yang

berarti “ Analisis kemiringan sederhana menunjukkan bahwa niat lebih kuat

terkait dengan partisipasi olahraga ketika fasilitas olahraga lebih mudah

tersedia”. Dengan demikian ketersediaan sarana prasarana olahraga yang

memadai akan mempengaruhi tingkat partisipasi olahraga, sehingga dapat

menunjang prestasi olahraga tersebut.

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam pencapaian prestasi atlet. Sarana dan prasarana tersebut digunakan

untuk latihan teknik dan fisik atlet (Tri Aji, 2013:58). Dengan adanya sarana

dan prasarana yang memadai, latihan akan berjalan efektif dan efisien

Page 56: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

38

sehingga tujuan dari latihan yang hendak dicapai akan tercapai. Pada masing-

masing cabang olahraga sarana dan prasarana yang digunakan tentunya

berbeda-beda dengan ukuran dan strandar yang berbeda pula.

Sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembinaan sepakbola

pada Sekolah Sepakbola adalah sebagai berikut :

1) Lapangan, ukuran : panjang 100-110 m, lebar 64-75 m

2) Gawang besar, ukuran : panjang 7.2 m, lebar 2.44 m

3) Gawang kecil, ukuran : panjang 5.64 m, lebar 1.98 m

4) Bola, ukuran : 4 (untuk usia 12 tahun ke bawah) dan 5 (untuk 13 tahun ke

atas)

5) Cones

6) Kostum atau rompi

Berdasarkan uraian di atas, sarana dan prasarana merupakan suatu hal

yang dapat mempengaruhi kelancaran proses latihan. Sarana dan prasarana

olahraga seharusnya dapat memperlancar jalannya latihan, memudahkan dan

tidak mempersulit gerakan, memacu atlet dalam berlatih, mendukung

kelangsungan proses latihan, dan dapat memotivasi atlet. Pengadaan sarana

dan prasarana dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: membeli, membuat, dan

meminjam atau menyewa (Wasidin, 2013:11).

2.2.8 Manajemen Olahraga

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber

Page 57: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

39

daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

(T. Hani Handoko, 2011:8). Menurut Handoko (dalam Fringgas Weke

Ribbiyon, 2018:12), manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri

atas tindakan, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian

yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya.

Sedangkan menurut Terry dan Rue (2009:1), manajemen adalah suatu proses

atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu

kelompok orang kearah tujuan organisasional atau maksud yang nyata. Fungsi

manajemen bertujuan untuk 1) supaya sistematika urutan pembahasannya

lebih teratur, 2) agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih

mendalam, 3) untuk menjadikan pedoman pelaksanaan proses manajemen

bagi manajer (Hasibuan, 2011:37)

Manajemen merupakan pencapaian target-target organisasi yang

dilakukan dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, serta pengendalian sumber daya organisasi

(Ricard L., Dift,2002:6). Menurut Nanang Fatah (2008:1) menyatakan bahwa

manajemen adalah proses merencana, mengorganisasi, dan mengendalikan

upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai

dengan efektif dan efisien. George R. Terry dalam Priagung (2015:11), fungsi

manajemen dibagi ke dalam empat tahapan yaitu:

1) Perencanaan (Planning)

Page 58: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

40

Perencanaan merupakan suatu proses dasar yang digunakan untuk

memilih dan menetapkan kegiatan yang akan dilakukan dan sekaligus

menentukan tujuan yang hendak dicapai. Sehingga, perencanaan menjadi

salah satu faktor penting untuk keberhasilan suatu organisasi atau

lembaga. Adapun yang menjadi fungsi pokok dari perencanaan adalah : 1)

menentukan tujuan, kebijakan, prosedur, dan program yang efektif dalam

mencapai tujuan; 2) menjadikan tindakan ekonomis; 3) memperkecil

resiko pada masa akan datang; 4) memberikan gambaran yang jelas dan

lengkap tentang seluruh pekerjaan; 5) menjadi suatu landasan untuk

pengendalian; 6) meningkatkan daya guna dan hasil guna organisasi

(Hasibuan, 2006:40).

2) Pengorganisasian (Organzing)

Pengorganisasian adalah penentuan yang harus dilakukan pekerja,

pengelompokan tugas, dan membagi pekerjaan kepada karyawan,

penetapan departemen , serta penentuan hubungan, menyediakan alat-alat

yang diperlukan , menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan

kepada setiap individu. Adapun fungsi pokok dari pengorganisasian adalah

: 1) menciptakan struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan

sedemikian rupa; 2) menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus

dilakukan; 3) pengelompokan tugas-tugas dan membagi pekerjaan; 4)

penempatan departemen-departemen serta penentuan hubungan-hubungan.

3) Pergerakan (Actuating)

Page 59: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

41

Pergerakan adalah suatu keseluruhan usaha, cara, teknik, dan

metode untuk mendorong organisasi agar berkerja sesuai dengan rencana

untuk mencapai tujuan organisasi dengan efesien, efektif, dan ekonomis.

Adapun fungsi pokok dari pergerakan adalah : 1) melakukan pembinaan

kerjasama, mengarahkan, dan mendorong gairah para pekerja; 2) menjaga

hubungan harmonis yang didorong oleh kebutuhan dan kepentingan

bersama; 3) menjaga komunikasi tetap baik agar perintah, laporan,

informasi, berita, saran dapat berjalan dengan baik.

4) Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah proses pengawasan kinerja dari seluruh

kegiatan organisasi untuk memastikan yang dilakukan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsi pengawasan mencakup

empat unsur yaitu : 1) penetapan standar pengawasan; 2) penentuan

ukuran pelaksanaan dan hasil; 3) Membandingkan pelaksanaan dan hasil

dengan standar yang telah ditetapkan; 4) Melakukan tindakan/ koreksi jika

terdapat penyimpangan; 5) melaksanakan pengawasan sesuai dengan

petunjuk hasil pengawasan (Priagung, 2015:21).

Manajemen olahraga (sport management) merupakan peranan penting

dalam pengelolaan suatu kegiatan penjas dan olahraga (Husdarta, 2009:36).

Parena (dalam Rahmah, 2017:18), berpendapat keberhasilan organisasi atau

klub olahraga sangat tergantung dari kesadaran dari manajer pada faktor

internal seperti tingkatan pekerjaan, keterampilan, kinerja kecakapan pegawai,

aturan, dan motivasi berkenaan pada obyek organisasi. Manajemen olahraga

Page 60: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

42

yaitu mengatur klub-klub, event/ penyelenggaraan, fasilitas, dan pelaku

olahraga melalui perencanaan , pengorganisasian, kepemimpinan, serta

melakukan pengendalian guna mencapai hasil dengan melibatkan orang lain

(Soekardi, 2009).

De-Sensi, Et.al (dalam Harsuki, 2012:63), manajemen olahraga adalah

kombinasi dari setiap keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing),

pengawasan (controlling), penganggaran (bugetting), kepemimpinan

(leading), dan penilaian (evaluating) di dalam konteks dari suatu organisasi

maupun departemen yang produk utamanya diakitkan dengan olahraga.

Husdarta (2009:46) menjelaskan bahwa manajemen olahraga berkembang

pesat dalam pengertian kegiatan olahraga yang dimaksud bukan hanya

olahraga kompetitif tetapi kegiatan olahraga secara menyeluruh yang

mencakup aspek olahraga rekreatif, rehabilitasi, dan kelompok khusus.

Sedangkan Lutan (dalam Rahmah, 2017:19) bahwa peranan manajemen dalam

olahraga sangat penting, karena memberikan batasan atau aturan pengelolaan

suatu organisasi olahraga. Secara umum manajemen olahraga merupakan

suatu cara pengelolaan yang berhubungan tentang bidang olahraga.

Menurut Hasibuan (2004:20-21), unsur-unsur manajemen terdiri dari

6M adalah sebagai berikut :

1) Men

Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan

maupun tenaga kerja operasional/pelaksana. Dalam penelitian ini unsur

Page 61: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

43

Men meliputi Pengurus, pelatih, dan Atlet/ Siswa pada Sekolah Sepakbola

yang sudah diuraikan pada subbab sebelumnya.

2) Money

Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Dalam penelitian ini unsur Money yaitu pendanaan yang

digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan pembinaan di Sekolah

Sepakbola. Pendanaan merupakan faktor pendukung yang penting dalam

upaya mensukseskan program pembinaan olahraga prestasi. Program

pembinaan tidak lepas dari masalah pendanaan, karena dalam program

pembinaan prestasi dibutuhkan banyak pembiayaan untuk mendukung

kegiatan agar dapat berjalan dengan baik (Panuwun Joko Nurcohyo,

2014:56). Berbagai kebutuhan yang diperlukan dalam pembinaan dan

pengembangan olahraga dapat direalisasikan seperti : pengadaan sarana

dan prasarana, pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana,

pendanaan pembinaan dan pengembangan altet mulai dari perekrutran

sampai dengan pemusatan latihan serta mengikuti even kejuaraan,

kesejahteraan atlet, pelatih, dan pengurus organisasi.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang

Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 69 meyebutkan bahwa: 1) pendanaan

keolahragaan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat; 2) pemerintah dan pemerintah daerah

wajib mengalokasikan anggaran keolahragaan melalui anggaran

pendapatan dan belanja daerah. Sumber pendaan keolahragaan diperoleh

Page 62: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

44

dari : 1) masyarakat melalui berbagai kegiatan berdasarkan ketentuan yang

berlaku; 2) kerjasama yang saling menguntungkan; 3) bantuan luar negeri

yang tidak mengikat; 4) hasil usaha industry olahraga; 5) sumber lain yang

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, (Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan

Nasional Pasal 70).

Pengelolaan dana keolahragaan dilakukan berdasarkan pada prinsip

keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik (Noviudin,

Pritama, 2014:44). Dana keolahragaan yang dialokasikan dari pemerintah

dan pemerintah daerah dapat diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Pengaturan pajak bagi setiap orang yang

memberikan dukungan dana untuk pembinaan dan pengembangan

keolahragaan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dalam bidang perpajakan. Banyak kalangan mengakui kalau

dana pembinaan olahragadi daerah sangat minim. Padahal untuk

meningkatkan prestasi para atlet dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

Peningkatan prestasi di bidang olahraga tidak akan pernah terlepas dari

yang namanya dana. Lantas, dengan minimnya dana apakah program

pembinaan bagi atlet harus dihentikan. Banyak pihak yang tidak terlalu

berharap dengan suntikan dana dari pemerintah, ada banyak klub-klub

olahragayang berdiri sendiridan mengupayakan dana operasionalnya dari

sponsor (Jarot Sutrisno, 2012:583).

Page 63: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

45

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendanaan mempunyai peranan yang sangat penting bagi pembinaan dan

pengembangan olahraga. Pendanaan pada pembinaaan olahraga

membutuhkan dana yang cukup besar. Sumber pendanaan untuk

pembinaan olahraga dapat diperoleh melalui sponsor maupun dukungan

dana dari pemerintah daerah yang disalurkan melalui organisasi yang

menangani bidang olahraga seperti Komite Olahraga Nasional Indonesia

(KONI). Dengan adanya pendanaan, berbagai kebutuhan yang

berhubungan dengan pembinaan olahraga dpat dipenuhi dengan baik,

diantaranya : pengadaan sarana dan prasarana olahraga yang baru untuk

melengkapi atau mengganti fasilitas yang rusak, pemeliharaan dan

perbaikan sarana dan prasarana olahraga termasuk alat dan fasilitas

lapangan, serta pendanaan pembinaan atlet mulai perekrutan sampai

dengan pemuatan latihan, ikut serta even kejuaraan, kesejahteraan atlet,

pelatih dan pengurus organisasi.

3) Method

Method yaitu cara yang digunakan dalam usaha mencapai tujuan.

Dalam penelitian ini unsur Method yaitu kurikulum dan program latihan

yang dilaksanakan dalam pembinaan pada Sekolah Sepakbola yang sudah

di uraikan pada sub bab sebelumnya di atas.

4) Materials

Page 64: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

46

Material yaitu bahan/ alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Dalam penelitian ini unsur Materials meliputi sarana prasarana yang

digunakan dalam pembinaan pada Sekolah Sepakbola yang sudah di

uraikan pada sub bab sebelumnya di atas.

5) Machines

Machines yaitu mesin/penggerak yang digunakan atau diperlukan

untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini unsur Machines merupakan

struktur organisasi untuk menjalakan seluruh aktivitas yang ada pada

Sekolah Sepakbola. Organisasi merupakan suatu wadah yang terstruktur

dan di dalamnya terdapat sekelompok orang yang mempunyai tujuan

bersama. Menurut Hasibuan (2007:23) organisasi adalah struktur tata

pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok

pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama dalam

mencapai tujuan tertentu. Organisasi itu sendiri merupakan kese;uruhan

proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung

jawab, dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu tempat

yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalm rangka pencapaian

tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Vahid Delshab dan Saeed Sadeghi Boroujerdi (2018:3)

menyatakan bahwa “Sport organizations are responsible for the

development of sport in their own countries and structural tools, ...”, yang

berarti “ Organisasi olahraga bertanggung jawab atas pengembangan

olahraga di negara mereka sendiri dan alat struktural, yang memfasilitasi

Page 65: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

47

efektivitas penciptaan pengetahuan, dan berbagi pentingnya untuk

mengembangkan kinerja mereka”. Sedangkan Bryan Finch (2016:92)

dalam jurnal penelitiannya mengemukakan ‘… posit that sport

organizations have the power to contribute to the development of social

capital in a community and bring individuals together…”, yang berarti “

bahwa organisasi olahraga memiliki kekuatan untuk berkontribusi pada

pengembangan modal sosial dalam suatu komunitas dan individu “.

Menggorganisir adalah proses pengelompokan kegiatan untuk

mencapai tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada manajer, yang

mempunyai kekuasaan dan perlu untuk mengawasi anggota kelompoknya

(Terry dan Rue, 2009:82). Organisasi adalah sebuah tempat, wadah, atau

sistem untuk melakukan kegiatan bersama guna mencapai tujuan yang

diinginkan, sedangkan pengorganisasian merupakan proses pembentukan

wadah atau sistem dan penyusunan anggota dalam bentuk struktur

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Rahmah, 2017:24).

Sedangkan menurut Seti Nugroho (2016:246) bahwa organisasi adalah

untuk menetapkan suatu tujuan dengan cara bekerja sama dan

berhubungan satu dengan lainnya antara anggota yang mempunyai

kesamaan keinginan.

Organisasi pada penelitian ini adalah Asosiasi PSSI Kabupaten

Kendal sebagai induk organisasi kegiatan pembinaan sepakbola di

Kabupaten Kendal, manajemen Sekolah Sepakbola, dan manajemen Klub

PERSIK Kendal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem

Page 66: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

48

Keolahragaan Nasional pada pasal 24 ayat 1 yang menyebutkan bahwa

organisasi olahraga adalah sekumpulan orang yang menjalin kerja sama

dengan membentuk organisasi untuk penyelenggaraan olahraga sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa organisasi olahraga

merupakan suatu wadah, lembaga, dan sekumpulan individu yang

membentuk sebuah struktur organisasi untuk melakukan kegiatan

penyelenggaraan olahraga sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

6) Market

Market yaitu pasar/ pemasaran untuk menjual barang dan jasa yang

dihasilkan. Dalam penelitian ini unsur Market yaitu upaya Sekolah

Sepakbola untuk menarik siswa/ calon atlet agar mau mengikuti latihan di

Sekolah Sepakbola. Menurut Kotler dan Amstrong (2008), pengertian

strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana unit bisnis berharap

untuk menciptakan nilai dan memperoleh keuntungan dari hubungannya

dengan konsumen. Menurut Tjiptono (2011), pengertian strategi

pemasaran adalah alat fundamental yang dirancang untuk mencapai tujuan

perusahaan dengan mengembangkan keunggulan daya saing yang

berkesinambungan melewati pasar yang dimasuki, dan progam pemasaran

yang digunakan untuk melayani pasar target tersebut. Berikut ini beberapa

strategi pemasaran antara lain : 1) partnership, strategi ini memiliki

sejumlah keuntungan, contohnya berkolaborasi dengan pihak lain; 2)

Page 67: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

49

Bekerjasama dengan Influencer; 3) melibatkan karyawan; 4) menjaga

pelanggan lama

2.2.9 Pembibitan dan Pemasalan sebagai Fondasi

Pembibitan dan pemasalan olahraga harus dipandang sebagai satu

kesatauan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Melalui pemasalan olahraga

diharapakan lahirnya bibit-bibit unggul atlet untuk selanjutnya dilakukan

proses pembinaan dengan tujuan mencapai prestasi yang diharapkan.

Pembibitan merupakan upaya menjaring atlet berbakat, yaitu menemukan

individu-individu yang memiliki potensi untuk mencapai prestasi tinggi di

kemudian hari (Setya Rahayu dkk, 2014:20).

Sistem pembibitan yang digunakan dalam konsep pembinaan olahraga

yaitu sistem pembibitan yang dapat menjadi dasar atau fondasi untuk

pembinaan prestasi. Tahap awal pada sistem pembibitan olahraga adalah

pemanduan dan pengembangan bakat. Pemanduan dan pengembangan bakat

sangat penting dilaksanakan untuk untuk mendapatkan bibit atlet berbakat

yang potensial dan memberikan peluang besar untuk dikembangkan menjadi

atlet berprestasi (Dinpora Jateng, 2014:12). Undang-Undang Sistem

Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005 pasal 27 ayat 5 menyebutkan

bahwa pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi melibatkan

olahrgawan muda potensial dari hasil pemantauan , peanduan, pengembangan

bakat sebagai proses regenerasi.

Page 68: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

50

Sistem pembinaan olahraga prestasi harus berjenjang dan

berkesinambungan. Pembinaan atlet jangka panjang harus dilaksanakan secara

tepat dan cermat. Pola pembinaan atlet harus dimulai sejak usia dini dengan

gerak yang harus dipenuhi dan disesuaikan dengan usianya, serta harus

dimulai dengan pelatihan pada pola gerak yang benar, melaui pelatihan gerak

multilateral (Dinpora Jateng, 2014 : 14). Pembinaan olahraga hendaknya

dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas daya saing secara bertahap,

terukur, komprehensif, dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan peran serta

stakeholderyang ada (Wahjoedi,dkk., 2010:48). Pencapaian prestasi tidak

dapat diperoleh dengan cara-cara instan, tetapi prestasi butuh proses yang

relatif panjang. Pencapaian prestasi yang diperoleh secara instan, tidak dapat

bertahan dalam waktu yang lama, prestasi atlet akan mengalami penurunan

dan kemampuan atlet akan mengalami penurunan performa pada saat latihan

berlangsung. Fondasi yang baik dalam pembibitan akan menjamin prestasi

yang stabil, fondasi yang kuat dan kokoh tidak mudah roboh (Lumintuarso

dalam Rasyono, 2012:29). Schuenemann (2012:6) menjelaskan bahwa fondasi

program pembinaan yang berkualitas yaitu proses pembinaan yang benar dan

didukung dengan fasilitas, pelatih (Pembina), dan program pembinaan

keseharian.

2.2.10 Pembibitan dalam Sistem Pembinaan Prestasi

Dalam sistem pembinaan prestasi olahraga nasional, pembibitan

merupakan suatu hal yang wajib harus dilakukan. Menurut Setya Rahayu,

Page 69: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

51

sasaran pembibitan adalah individu-individu yang telah berolahrga dan

berpeluang untuk ditingkatkan prestasinya, yaitu individu yang berbakat

dalam olahraga dan gemar berolahraga yang tinggi (2014:20). Atlet

dipersiapkan menjadi matang untuk bertanding hingga mencapai tingkatan

prestasi, dibutuhkan waktu yang cukup lama serta penyusunan program

latihan yang seksama, teratur, sistematis, bertahap serta terus-menerus.

Pencapaian prestasi secara berkelanjutan dimungkinkan terjadi apabila

adanya proses yang berjenjang dan berkelanjutan dengan pondasi budaya

olahraga yang luas (Ruslan, 2010:57). Prestasi olahraga tidak dapat diraih

secara instan, akan tetapi harus melalui proses panjang dari pemassalan dalam

upaya pembudayaan olahraga, pembibitan termasuk pemanduan dan

pengembangan atlet berbakat sampai pembinaan dan pengembangan. Prestasi

olahraga telah mampu membngkitkan semangat persatuan an keatuan bangsa,

meningatkan harkat dan martabat bangsa, serta mendorong keinginan untuk

maju dan berkembang (Herman Subarjah (2010:135).

Pembibitan bisa ditempuh dengan 2 cara yaitu dengan identifikasi

bakat (talent identification) dan tahap pengembangan bakat (talent

development), cara tersebut diharapakan bisa menjadikan proses pembibitan

akan berjalan lebih baik (Isalahuzaman N, 2010:61-69). Toto Cholik Mutohir

(2010:36) menjelaskan bahwa pemanduan bakat dikategorikan menjadi 2 cara

yaitu : (1) pemanduan bakat secara alamiah yaitu : pemanduan bakat yang

dilakukan oleh Pembina atau pelatih yang pada umumnya merupakan hasil

seleksi dari wilayah tertentu pada cabang olahraga tertentu, baik melalui

Page 70: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

52

single event maupun multi event, (2) pemanduan bakat secara ilmiah yaitu :

pemanduan bakat yang mengikuti langkah-langkah ilmiah dalam pengambilan

kesimpulan, dalam arti suatu pemenduan bakat yang disusun berdasarkan

langkah-langkah berpikir dan tindakan ilmiah.

Thomas N. Garavan, Ronan Carbery dan Andrew Rock (2012:6)

menyatakan bahwa “...we define talent development as follows : Talent

development focuses on the planning, selection and implementation of

development strategies for the entire talent pool to ensure that ...”. Artinya

“ ... kami mendefinisikan pengembangan bakat seperti dibawah ini :

Pengembangan bakat berfokus pada perencanaan, pemilihan, dan

implementasi pembangunan strategi seluruh kumpulan bakat untuk

memastikan bahwa organisasi memiliki baik pemenuhan bakat saat ini dan

yang akan datang untuk mencapai tujuan strategis dan agar kegiatan kegiatan

pengembangan selaras dengan proses manajemen organisasi”. Menurut

Viswanath Unnithan, Jordan White, Andreas Georgiou, John Iga, & Barry

Drust (2012:1719), mendefinisikan Talent Identification seperti pernyataan

sebagai berikut :“Talent identification can be defined as the process of

recognising current participants with the potential to become elite players”.

Yang berarti “Identifikasi bakat dapat didefinisikan sebagai proses mengenali

peserta saat ini dengan potensi untuk menjadi pemain handal”.

Pembibitan merupakan tahap yang paling penting dalam pembinaan

prestasi olahraga yang merupakan fondasi dari bangunan sistem pembinaan

prestasi olahraga nasional. Fokus bangunan olahraga nasional meliputi

Page 71: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

53

penguatan fondasi bangunan olahraga dan penguatan pola pembibitan

olahraga prestasi guna menciptakan olahragawan yang berbakat dan

berprestasi (Kemenpora, 2010:21). Dalam hal ini maka perlu adanya pola

pembibitan dalam pembinaan olahraga prestasi sampai ke tingkat daerah

maupun ke tingkat yaitu paling bawah yaitu ke klub-klub yang membina atlet

usia dini di semua cabang olahraga.

2.2.11 Pola Pembibitan Olahraga di Jawa Tengah

Pola pembibitan olahraga yang terstruktur harus disesuaikan dengan

fungsi perkembangan atlet pada usia pembibitan. Pola pembibitan olahraga di

Indonesia ditetapkan berdasarkan jenjang usia pendidikan yaitu dimulai pada

usia Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Prestasi puncak seorang atlet sering dicapai pada usia emas (golden age) yaitu

kisaran usia di atas 20 tahun, bahkan beberapa cabang olahraga prestasi

puncak dapat bertahan sampai mendekati usia 30 tahun (Rubianto Hadi,

2012:63). Pada pola pembibitan olahraga terdapat serangkaian proses atau

tahapan pembibitan yang meliputi program jangka panjang pada tahap fondasi

pembinaan prestasi yang mempersiapakan atlet, serta untuk tahap selanjutnya

adalah tahap spesialisasi dan tahap prestasi tingkat tinggi.

Program pemanduan bakat olahraga hendaknya harus diikuti dengan

pengembangan bakat olahraga itu sendiri, sehingga talenta atau atlet berbakat

dapat dibina menjadi atlet yang berprestasi tinggi (Dinpora Jateng, 2014:16).

Program pemanduan bakat dapat dilakukan melalui sebagai berikut :

Page 72: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

54

1) Pengembangan melalui Latihan Multilateral

Setiap anak harus diberikan perlakuan yang khas sesuai dengan

berbagai kemampuan dan karakteristiknya, karena anak memiliki ciri dan sifat

yang khas. Pada masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak memerlukan

pengayaan berbagai gerak dasar yang harus dikembangkan untuk mengetahui

tingkat motorik anak, yang dapat dikembangkan melalui latihan olahraga.

Dengan demikian anak perlu diberikan latihan yang meliputi berbagai aspek

gerak dan kondisi biomotor secara menyeluruh. Latihan gerak dan biomotor

yang seperti itulah yang dinamakan latihan multilateral.

2) Pengelolaan Pengembangan Multilateral

Pengembangan multilateral merupakan sebuah wadah yang tujuannya

sebagai sarana untuk membina atlet yang terseleksi yang memiliki potensi

bakat olahraga. Pengembangan multilateral dibentuk melalui jalur pelaksanaan

seleksi penelusuran bakat olahraga. Pelatihan multilateral wajib

menyelenggarakan latihan multilateral bagi atlet berbakat dan melakukan

pengamatan serta pencatatan perkembangan latihan multilateral. Pelatih

melaporkan hasil latihan secara periodik dan pada akhir periode yaitu pada

usia atlet 13 tahun, pelatih harus melaporkan hasil latihan dan memberikan

rekomendasi atas keberbakatan atlet pada cabang olahraga tertentu, kemudian

atlet di arahkan ke pusat pembibitan kecabangan olahraga.

Pembinaan dan pengembangan olahraga secara terencana, sistematis,

berjenjang dan berkelanjutan, dimulai dari pembudayaan olahraga dengan

Page 73: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

55

pengenalan gerak pada usia dini, pemassalan olahraga dengan menjadikan

olahraga sebagai gaya hidup, pembibitan dengan penelusuran bakat dan

pemberdayaan sentra-sentra keolahragaan, serta peningkatan prestasi melalui

pembinaan olahraga unggulan nasional sehingga olahragawan andalan dapat

meraih pencapaian prestasi (Kemenpora, 2010:20).

Danarstuti Utami (2015:55) menyebutkan bahwa agar upaya

pemberdayaan dan pengoptimalan olahraga dapat berperan semaksimal

mungkin dalam pembangunan keolahragaan nasional, maka dapat ditempuh

melalui langkah-langkah sebagi berikut : (1) melakukan intensifikasi pada

pembdayaan dan pelaksanaan olahraga, (2) menciptakan iklim olahraga yang

kondusif, (3) pembinaan dan pengembangan secara bertahap, berjenjang, dan

berkesinambungan yang dilakukan oleh semua unsur yang terlibat dan pihak

yang terkait dengan olahraga.

2.2.12 Pemanduan Bakat

Bakat adalah kondisi pada individu yang memungkinkannya dengan

suatu latihan khsus akan mencapai kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan

khusus (Toto Subroto, 2007:7.27). Bakat seseorang tidak akan berkembang

apabila tidak diberi kesempatan berkembang, dengan kata lain bakat

seseorang tidak akan berkembang untuk mencapai prestasi puncak apabila

tidak diberi perlakuan-perlakuan secara intensif dan benar.

Pemanduan bakat (talent scouting) adalah suatu usaha untuk mencari

atlet yang berbakat dan dibina dengan baik dan benar (Setya Rahayu, dkk.,

Page 74: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

56

2014:20). Sedangkan menurut Rumini, pemanduan bakat adalah suatu upaya

secara sistematik untuk mengidentifikasi seseorang berpotensi dalam olahraga,

sehingga diprediksi seseorang tersebut akan berhasil dalam latihan dan akan

mencapai prestasi puncak (2009:157).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Patrı´cia Coutinho, Isabel

Mesquita and Anto´ nio M Fonseca (2016:282) menyatakan bahwa “The

developmental activities undertaken by children in specific learning

environments are important contributors for skill development and should be

explored when examining early talent development programmes in sport” ,

yang berarti “ Kegiatan pengembangan yang dilakukan anak-anak di

lingkungan belajar tertentu merupakan hal penting untuk pengembangan

keterampilan dan harus di eksplorasi ketika mempertimbangkan program

pengembangan bakat awal dalam olahraga”.

Toto Subroto (2007:7.26) ada tahapan-tahapan pembinan dan tahap

prestasi yaitu :

1) Usia 7-12 tahun : tahap persiapan atau tahap pemassalan, merupakan tahap

belajar dasar-dasar permainan sepakbola, penguasaan teknik-teknik dasar,

dan pengajaran permainan sepakbola.

2) Usia 13-16 tahun : tahap pembangunan atau tahap pembibitan, merupakan

tahap dimulainya pembiaan prestasi yang meliputi pembinaan teknik,

pembinaan kondisi fisik, pembinaan taktik, dan tahap ujicoba

pertandingan.

Page 75: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

57

3) Usia 17-22 tahun : masa sukses pertama, merupakan masa dimulainya

kompetisi, mengikuti kejuaraan tingkat remaja.

4) Usia 23-29 tahun : masa prestasi puncak

5) Usia 30-35 tahun :masa stabilisasi, merupakan masa berusaha untuk tetap

berprestasi puncak.

Tahap pemassalan dan tahap pembibitan, harus mengingat bahwa

kemapuan pada usia anak-anak berbeda dengan orang dewasa, karena anak

masih mengalami pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani, maka

perlu adanya pengelompokan umur, sebagai berikut :

1) Kelompok umur : 7 – 9 tahun (SD kelas I – III)

2) Kelompok umur : 10 – 12 tahun (SD kelas IV – VI)

3) Kelompok umur : 13 – 15 tahun (SMP)

4) Kelompok umur : 16 – 19 tahun (SMA)

5) Kelompok umur : 19 tahun ke atas

Pembagian kelompok umur tersebut perlu diberlakukan agar setiap

kelompok merupakan suatu tim belajar/ berlatih sendiri, dan juga berpengaruh

untuk menentukan beban (intensitas) latihan yaitu :

1) lamanya waktu latihan,

2) lamanya waktu pertandingan/ permainan, ukuran

3) lapangan dan bola yang digunakan.

2.2.13 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi

Page 76: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

58

Prestasi yang tinggi merupakan perwujudan dari bakat, proses latihan

atau pembinaan dan lingkungan. Bakat merupakan penentu awal dari

keberhasilan seorang atlet, karena bakat merupakan sumbangan yang besar

bagi tercapainya suatu prestasi. Adanya bakat besar didukung oleh proses

pembinaan yang baik dengan pelatih yang professional, maka untuk

mencapai prestasi tinggi bukan hanya impian. Adanya bakat, proses

pembinaan yang baik, adanya pelatih yang professional dengan program

latihan yang baik juga belum menjamin tercapainya prestasi. Faktor lain yang

juga sangat penting adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang pertama kali

akan mempengaruhi prestasi awal anak adalah lingkungan keluarga dengan

faktor sosialnya. Lingkungan lain yang tidak kalah penting adalah lingkungan

organisasi atau klub. Adanya perhatian dari klub tempat atlet berlatih sangat

diperlukan dan dengan adanya pelatih yang professional dan program latihan

yang sistematis. Perhatian dari pihak yang terkait dengan cabang olahraga

yang ditekuni, dalam hal ini adalah organisasi olahraga. Dukungan dari

organisasi olahraga yaitu klub, pengurus cabang, pengurus daerah, pengurus

besar, hingga organisasi dunia sangat diperlukan oleh atlet, sehingga prestasi

dapat terus meningkat.

Memang prestasi olahraga tidak dapat dipisahkan dengan system

pembinaan, organisasi, sarana dan prasarana serta faktor lainnya yang

menunjang pengembangan olahraga seperti keadaan social budaya, ekonomi

dan politik. Selain hal-hal tersebut diatas, aspek mental dan kepribadian

sebagai telaah psikologi juga menjadi perhatian utama, khususnya dinegara-

Page 77: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

59

negara yang sudah maju prestasi olahraganya, sedangkan diindonesia ini

masih kurang mendapat perhatian (Husdarta, (2010:18).

Kalau mengamati lebih mendalam penampilan-penampilan para atlet,

kita mudah melihat bahwa penampilan atlet sebenarnya meliputi berbagai

aspek. Sebenarnya penampilan para atlet yang mencapai prestasi-prestasi

tertentu merupakan hasil gabungan beberapa faktor. Pertama, faktor fisik,

yakni berkaitan dengan kondisi fisik seperti struktur, postur dan daya tahan.

Kedua adalah faktor teknik, faktor keterampilan dan kemampuan khusus

yang berhubungan erat dengan bakat dan latar belakang konstituonal. Faktor

yang berasal dari keturunan acap kali juga sulit dikembangkan. Para pelatih

sering menghadapi seorang atlet yang sebenarnya mempunyai postur ideal,

namun pelatih itu mengalami kesulitan dalam menanamkan teknik-teknik

yang dibutuhkan agar dapat berpresti. Hal ini karena kurangnya atau

terbatasnya bakat dalam arti teknik, keterampilan khusus yang dimiliki atlet.

Disamping kedua faktor diatas, masih ada faktor penting lain, yakni

faktor yang berkaiyan dengan struktur dan kepribadian atlet. Faktor ini

kadang-kadang lupa diperhatikan, padahal sebenarnya pada cabang olahraga

tertentu memegang peran penting acapkali sebagai faktor utama yang

mempengaruhi prestasi yang diharapkan. Faktor ini bias berfungsi sebagai

penggerak atau pengarah pada penampilan atlet, terungkap dalam ucapan-

ucapan seperti adu akal, taktik, motivasi, determinasi atau menghambat

seperti kecemasan, keengganan dan tidak percaya diri (Husdarta, 2010:22).

Page 78: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

60

Juara adalah hasil perpaduan antara atlet berbakat dan proses

pembinaan yang benar selama proses berlatih. Artinya untuk menjadi juara

atlet harus mempunyai bakat yang baik dan juga didukung dengan proses

pembinaan yang benar. Dalam kegiatan kompetitif, prestasi optimal adalah

tujuan yang ingin dicapai atau diperlihatkan oleh atlet. Prestasi seseoramg

dibandingkan atau diadu dengan prestasi lawan-lawannya untuk ditentukan

menang atau kalah. Prestasi yang diperlihatkan adalah pemunculan

(aktualisasi) tiga faktor yang terpadu pada seorang atlet yaitu fisik, teknik,

dan psikis. Faktor psikologis perlu diperhatikan, meskipun seperti kedua

faktor lain sulit ditentukan seberapa besar pengaruhnya terhadap prestasi

yang hendak dicapai. Dari uraian diatas jelaslah bahwa salah satu faktor

tercapainya prestasi adalah usaha yang keras menguasai pola gerak dominan

yang dibutuhkan pada saat pertandingan. Disamping adanya bakat dan

pembinaan yang baik serta adanya faktor psikis yang baik, kesiapan pikiran

juga sangat bermanfaat untuk pencapaian prestasi.

2.3 Kerangka Berfikir

Upaya untuk meningkatkan prestasi olahaga di Indonesia sudah diatur

dalam Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional Nomor 3 Tahun 2005. Isi

dari Undang-undang tersebut secara garis besar adalah mengatur dan menjelaskan

mengenai aspek-aspek pembinaan secara menyeluruh mulai dari pembinaan

olahrga amatir hingga olahraga profesional. Upaya peningkatan prestasi olahraga

nasional perlu terus dilakasanakan melalui pembinaan atlet sedini mungkin.

Pembinaan atlet dari usia dini dapat ditempuh dengan cara pencarian dan

Page 79: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

61

pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan dan pelatihan olahraga prestasi yang

didasari oleh ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan secara efektif dan

efisien serta peningkatan kualitas organisasi keolahragaan baik ditingakat pusat

maupun di daerah.

Pembinaan olahraga prestasi harus dijadikan permasalahan kita bersama

dalam upaya peningkatan prestasi olahraga di Indonesia. Oleh karena itu program

pembinaan olahraga prestasi tidak hanya tanggung jawab organisasi keolahragaan

di tingkat pusat melainkan organisasi keolahragaan di tingkat daerah juga. Di

Kabupaten Kendal terdapat sebuah klub sepakbola yang ikut dalam kompetisi

Liga 2 Indonesia 2018 yang bernaung di bawah bendera PSSI yaitu PERSIK

Kendal. Pada kompetisi Liga 2 tahun 2018 tersebut PERSIK Kendal tidak

sepenuhnya dihuni oleh pemain yang berasal dari lokal Kabupaten Kendal.

Padahal di Kabupaten Kendal terdapat banyak Sekolah Sepakbola yang

didalamnya terdapat pemain berbakat dan berpotensi.

Pembinaan atlet menuju puncak prestasi membutuhkan program latihan

jangka panjang dimulai dari usia dini secara bertahap, kontinyu, meningkat, serta

berkesinambungan dengan tahapan-tahapan mulai dari pembibitan/ pemanduan

bakat, spesialisasi cabang olahraga, hingga peningkatan prestasi. Untuk mencapai

prestasi yang gemilang membutuhkan suatu perencanaan, dan latihan yang

panjang. Untuk menjadi pemain yang handal membutuhkan proses, mulai dari

waktu latihan, jenis latihan, mengarah kemampuan diri dan kelompok berupa ikut

di berbagai pertandingan dalam skala tertentu.

Page 80: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

62

Pembinaan atlet pada cabang olahraga melalui pemasalan dan pembibitan

dapat dilakukan melalui jalur Sekolah Sepakbola (SSB). Sepakbola sebagai salah

satu cabang olahraga yang populer di dunia merupakan salah satu cabang olahraga

yang mendapatkan perhatian khusus sebagai bentuk upaya peningkatan prestasi di

Indonesia. Sekolah Sepakbola dapat dijadikan dasar dalam sebuah sistem

pembinaan yang berjenjang.

Alur pemikiran dan peta konsep yang diuraikan inilah yang dijadikan

landasan dalam penelitian ini, seperti pada gambar di bawah ini :

PERSIK Kendal

PSSI AsKaB Kendal

Pembinaan

Sekolah Sepakbola (SSB)

AtlettPelatih Sarana prasaranaKurikulum dan program latihan

Manajemen

Page 81: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

63

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir

Kurang

Sistem Pembinaan

Baik

Ditingkatkan Diperbaiki

Sistem Pembinaan yang Baik

Page 82: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Penyusunan kurikulum dan program latihan pada Sekolah Sepakbola di

Kabupaten Kendal belum terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan ada

Sekolah Sepakbola yang belum menyusun kurikulum dan program latihan

karena terkendala sumber daya manusia atau pelatihnya belum berkompeten.

2) Pelatih pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal belum memenuhi

kompetensi sebagai pelatih yang baik. Hal ini dikarenakan lebih dari lima

puluh persen pelatih pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal belum

memiliki lisensi kepelatihan sesuai yang distandarkan oleh PSSI pusat yaitu

minimal lisensi D Nasional untuk pelatih Sekolah Sepakbola. Selain itu juga

perekrutan pelatih tidak melalui proses seleksi.

3) Atlet pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal sudah cukup baik. Hali

ini terlihat bahwa pada setiap Sekolah Sepakbola atlet/ siswa dikelompokkan

bersasarkan umurnya.

4) Sarana dan prasarana pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal sudah

baik. Hal ini terlihat bahwa pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal

sudah memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan

program pembinaan sepakbola, antara lain: lapangan, gawang besar dan kecil,

cone, bola, serta rompi.

100

Page 83: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

101

5) Manajemen pada Sekolah Sepakbola di Kabupaten Kendal sudah cukup baik.

Hal ini bisa dilihat dengan adanya struktur organisasi dan pembagian peran

mapun tugas dalam menjalankan roda organisasi Sekolah Sepakbola

6) Sistem pembinaan pada Sekolah Sepakbola sebagai dasar pembibitan pemain

Klub sepakbola PERSIK Kendal belum berjalan dengan baik. Akan tetapi

sistem pembinaan tidak hanya pada faktor kurikulum dan program latihan,

pelatih, atlet, sarana dan prasarana serta manajemen, juga faktor motivasi dan

mental atlet.

5.2 Saran

1) PSSI ASKAB Kendal harus berkerjasama dengan Sekolah Sepakbola terkait

penyusunan dan pelaksanaan program pembinaan sepakbola.

2) PSSI ASKAB Kendal maupun pusat hendaknya membuat kriteria kompetensi

untuk pelatih yang melatih Sekolah Sepakbola.

3) Sekolah Sepakbola diharapakan untuk dapat memelihara dan merawat sarana

dan prasarana yang sudah sudah ada dengan baik.

4) PERSIK Kendal sebagai Klub profesional yang ada di Kabupaten Kendal

harus lebih mengutamakan pemain lokal, supaya dapat meningkatkan atlet

daerah bisa berprestasi di tingkat nasional.

5) Manajemen Sekolah Sepakbola harus dapat bekerjasa dengan pihak-pihak

lain baik dari pihak pemerintah ataupun sponsor untuk memajukan pembinaan

pada Sekolah Sepakbola.

Page 84: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

102

6) PERSIK Kendal sebagai Klub profesional yang ada di Kabupaten Kendal

harus lebih mengutamakan pemain lokal, karena pemain lokal akan

mempunyai motivasi yang kuat ketika membela klub asal daerahnya.

Page 85: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

DAFTAR PUSTAKA

Abrar. (1). Implementasi Model Pelatihan Dan Pengembangan Olahraga SiswaDalam Perspektif Kebijakan Publik, Manado Sulawesi Utara2010. Journal of Physical Education and Sports, 1(1).

Adzalika, Ayu Reza. 2019. “The Evaluation of Athletes ’ Achievement CoachingProgram of Measurable Sports ( Athletics , Weightlifting , Archery , andSwimming ) in Lampung Province”. Journal of Physical Education andSports, 8(1):56–61.

Andriani, Aprillia and Fajar Awang Irawan. 2019. “Coaching Evaluation forWomen 's Volleyball Sports Year 2018 Semarang City”. Journal ofPhysical Education and Sports, 8(1):11–18.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta

Assalam, D., -, S., & Hidayah, T. (1). Evaluasi Program Pembinaan PrestasiCabang Olahraga Pencak Silat Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar(PPLP) Kalimantan Timur. Journal of Physical Education andSports, 4(1).

Belhaj, Muftah Mohamed S., Soegiyanto., Hidayah, Taufiq., PengembanganModel Permainan Sepakbola Empat Gawang Dalam PembelajaranPendidikan. 2015. Journal of Physical Education and Sports, 4(2):122–28.

Daniel R Tracy, James E Johnson, Chrysostomos Giannoulakis, Lindsey Blomand Lawrence W Judge. 2018. “Examining prior experiences and careerattainment of FBS football head coaches”. International Journal of SportsScience & Coaching 2018, Vol. 13(1) 46–61.

Darmawan, A. F., & Pramono, M. (2017). Analisis Swot Pembinaan Prestasi diPGSI (Persatuan Gulat Seluruh Indonesia) Kabupaten Lamongan. JurnalKesehatan Olahraga, 5(1), 43-52.

Delshab, V., & Sadeghi Boroujerdi, S. (2018). Investigating the influence ofunlearning on knowledge management in sport organizations. Kybernetes.

Dinpora Jawa Tengah. 2014. Pedoman Pengembangan Olahraga UnggulanProvinsi Jawa Tengah. Semarang: DINPORA Provinsi Jawa Tengah.

103

Page 86: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

104

Eileen McMahon and Ann MacPhail. 2007. “Learning to teach sport education:The experiences of a pre-service teacher”. EUROPEAN PHYSICALEDUCATION REVIEW Vol.13(2):229–246:076878.

Faruq, M M. 2008. Meningkatkan Kebugaran Tubuh Melalui Permainan danOlahraga Sepak Bola. Surabaya: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Finch, B. (2016). Boston sport organizations and community disaster recovery.Disaster Prevention and Management: An International Journal, 25(1),91–103.

Garavan, T. N., Carbery, R., & Rock, A. (2012). Mapping talent development:definition, scope and architecture. European Journal of Training andDevelopment, 36(1), 5–24.

Ghozali, P., Sulaiman, S., & Pramono, H. (2017). Pembinaan Olahraga Sepakboladi Klub Indonesia Muda Purwokerto Kabupaten Banyumas. Journal ofPhysical Education and Sports, 6(1), 76-82.

Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Sistem. Jakarta:Bumi Aksara.

Hanif, A. S. (2011). Evaluasi terhadap Sekolah Khusus Olahragawan SMP/SMARagunan Jakarta. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2.

Hartono. 2009. Pembinaan Klub Olahraga Karate di Kota Gorontalo. JurnalIPTEK Olahraga.

Hartono, Mugiyo. 2011. Bola Multifungsi Untuk pembelajaran PendidikanJasmani Olahraga dan Kesehatan. Jurnal Media Ilmu KeolahragaanIndonesia. 1(2), 147-154

Hidayat, Yusup dan Sukadivanto. 2012. “Instrumen Strategi Multiteknik MentalAtlet Usia 11-13 Tahun”. Jurnal IPTEK Olahraga, 14(3):268-287.

Islahuzzaman N. 2010. “Identifikasi Bakat Usia Dini Siswa SD-SMP Surakarta”.Jurnal Paedagogia, 13(1): 268-287.

Jokuschies, Nina ., Vanessa Gut and Achim Conzelmann. (2017). “Systematizingcoaches’ ‘eye for talent’:Player assessments based on expert coaches’subjective talent criteria in top-level youth soccer”. International Journalof Sports Science & Coaching 2017, Vol. 12(5) 565–576.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://kbbi.web.id/ (diunduh 11 Februari 2019).

Page 87: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

105

Kao, San-Fu, Ming-Hui Hsieh & Po-Lun Lee. 2017. “Coaching competency and trust in coach in sport teams”. International Journal of Sports Science & Coaching 2017, Vol. 12(3) 319–327.

Kemenpora. 2010. Rencana Strategis Kemenpora 2010-2014. Jakarta:Kemenpora.

Koon Teck Koh, Martin Camire´, Gordon A Bloom and CKJ Wang. 2017.“Creation, implementation, and evaluation of a values-based trainingprogram for sport coaches and physical education teachers in Singapore”.International Journal of Sports Science & Coaching 2017 0(0) 1–12.

Kurniawan, Feri. 2011. Buku Pintar Olahraga mens sana in corpore sano.Jakarta: Laskar Aksara.

Laksana, Gustopo Bayu, Harry Pramono, and Siti Baitul Mukarromah. 2017.“Perspektif Olahraga Petanque Dalam Mendukung Prestasi Olahraga JawaTengah Abstrak”. Journal of Physical Education and Sports, 6(1):36–43.

Larsen, C. H., Alfermann, D., Henriksen, K., & Christensen, M. K. (2013).Successful talent development in soccer: The characteristics of theenvironment. Sport, Exercise, and Performance Psychology, 2(3), 190–206.

Maximilian D. Mühlberger and Eva Traut-Mattausch. 2015. “Leading toEffectiveness: Comparing Dyadic Coaching and Group Coaching”. TheJournal of Applied Behavioral Science 2015, Vol. 51(2) 198–230.

Meiyanto, A., Nasuka, & Pramono, H. (2019). The Evaluation of the foundingprogram of badminton clubs aged 10-11 years in semarang city. Journal ofPhysical Education and Sports, 8(2), 126-132.

Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Muryadi, A. D. (2015). Evaluasi Program Pembinaan Sepakbola Klub PersijapJepara. Jurnal Ilmiah PENJAS, 1(2).

Mutohir, T.C., Abdul, R. S.T., Nining, W.K. 2010. “Indikator Antropometrik danFisiologis dalam Mengidentifikasi Bibit Atlet Bolavoli Berbakat”. JurnalIptek Olahraga, 12(1): 28-42.

Nugraha, Andi Cipta. 2013. Mahir Sepak Bola. Bandung: Nuansa Cendekia.

Nurcahyo, P. J., Soegiyanto, & Rahayu, S. (2014). Evaluasi Program PembinaanPrestasi Taekwondo pada Klub Satria Taekwondo Academy di

Page 88: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

106

Kabupaten Banyumas. Journal of Physical Education and Sports, 3(2),56-60.

Olympiou, A., Jowett, S., & Duda, J. L. (2016). The Psychological Interfacebetween the Coach-Created Motivational Climate and the Coach-AthleteRelationship in Team Sports. The Sport Psychologist, 22(4), 423–438.

Parena, A., Rahayu, T., & Sugiharto, S. (2017). Manajemen Program PembinaanOlahraga Panahan pada Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP)Provinsi Jawa Tengah. Journal of Physical Education and Sports, 6(1), 1-6.

Patrı´cia Coutinho, Isabel Mesquita and Anto´ nio M Fonseca. 2016. “Talentdevelopment in sport: A critical review of pathways to expertperformance”. International Journal of Sports Science & Coaching 2016,Vol. 11(2) 279–293.

Prins, R. G., van Empelen, P., te Velde, S. J., Timperio, A., van Lenthe, F. J., Tak,N. I., … Oenema, A. (2010). Availability of sports facilities as moderatorof the intention-sports participation relationship among adolescents.Health Education Research, 25(3), 489–497.

Priono, J., -, S., & -, S. (1). EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN BOLA VOLIREMAJA ASAHAN DI PENGKAB PBVSI (PERSATUAN BOLA VOLISELURUH INDONESIA) KABUPATEN ASAHAN PROVINSISUMATERA UTARA. Journal of Physical Education and Sports, 3(1).

Priyanto, J., Hidayah, T., & Nugroho, P. (2014). Model Pembinaan PrestasiOlahraga Voli Pantai di Kabupaten Indramayu Tahun 2013. Journal ofSport Sciences and Fitness, 3(1).

Ranto, Y. (2012). Efektifitas Kemimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat dalamPembinaan Olahraga Prestasi (Study Kasus di Padepokan Angkat Besi danAngkat Berat Gajah Lampung). Jurnal Phederal Penjas, 8(1).

Raharjo, S., Subiyantoro, A.G. 2010. “Pembinaan Atlet di PPLP Panahan MandiriBojonegoro Jawa Timur”. Jurnal IPTEK Olahraga, 12(1): 61-71

Rahayu, Setya dan Hidayat Wahyu, 2015. “Evaluasi Program Pembinaan PrestasiSepakbola Klub Persibas Banyumas”. Journal of Sport Science, 4(2):10-15

Rahayu, S., Subroto, T., Dimyati, Hermawan, R., dan Subekti, F. N. 2014.“Evaluasi Pembinaan Program Prestasi Cabang Olahraga AngkatBesi”. Jurnal IPTEK Olahraga, 16(1): 17-37

Page 89: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

107

Rasyono. 2012. “Sistem pembinaan ekstrakurikuler taekwondo sebagai dasarpembibitan atlet di Kabupaten Ogan Ilir”. Tesis. Semarang: ProgramPascasarjana Unnes.

Rebecca A. Zakrajsek, Scott B. Martin, and Sam J. Zizzi. 2011. “American HighSchool Football Coaches’ Attitudes Toward Sport PsychologyConsultation and Intentions to Use Sport Psychology Services”.International Journal of Sports Science & Coaching Volume 6 · Number 3· 2011.

Rubianto, Hadi. 2012. Ilmu Kepelatihan Dasar. Semarang: Rumah Indonesia.

Rumini. 2009. “Talent Identification Is Easy But Talent Management is MuchMore Difficult”. The International Seminar of Physical Education andSport. Semarang: Semarang State University.

Ruslan. 2010. Jurnal Health & Sport. Gorontalo: Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatandan Keolahragaan UNG.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana

Santoso, H., Rahayu, T., & Rahayu, S. (2017). Pembinaan Bulutangkis di KotaMagelang (Penelitian Evaluatif Klub-klub Bulutangkis di KotaMagelang). Journal of Physical Education and Sports, 6(2), 133-140.

Sari, H., Kasmini Handayani, O., & Hidayah, T. (2018). Evaluasi ProgramPembinaan Atlet Pekan Olahraga Nasional Cabang Olahraga Bulu TangkisProvinsi Sumatera Selatan. Journal of Physical Education andSports, 6(3), 261-265.

Saryono dan Mekar Dwi Anggraini. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalamBidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Scheunemann, Timo. 2012. Kurikulum Sepak Bola Indonesia Untuk Usia Dini(U5-U12), Usia Muda(U13-U20) & Senior. Jakarta: PSSI

Snow, Sam. 2011. American Sport Education Program. United States Of America:Human Kinetics.

Soegiyanto, K S. 2013. Aktivitas Jasmani Bagi Pekerja. Jurnal KesehatanMasyarakat. 6(1),1-7

Subarjah, Herman. 2010. “Pengaruh Model Latihan terhadap Hasil BelajarKeterampilan Bermain Bulutangkis”. Jurnal IPTEK Olahraga, 12(2): 135-148.

Page 90: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

108

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sukadiyanto. 2010. Penggemar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung:CV Lubuk Agung.

Susanto, N., & Lismadiana, L. (2016). Evaluasi Program Latihan Sekolah SepakBola (SSB) GAMA Yogyakarta. Jurnal Keolahragaan, 4(1), 98-110.

Syamsudin AR & Vismaia S. Damaianti. 2009. Metode Penelitian PendidikanBahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Tesfaye, H., & Deol, N. S. (2016). Analytical study of attitude and infrastructureof physical education/sport in addis ababa, ethiopia. International Journalof Physical Education, Sports and Health, 3(6), 334-337.

Tri Aji. 2013. Pola Pembinaan Prestasi PPLP Sepak Takraw Putra Jawa TengahTahun 2013.Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia.

Triyasari, A., Soegiyanto, & Soekardi. (2017). Evaluasi Pembinaan OlahragaSenam Artistik di Klub Senam Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang.Journal of Physical Education and Sports, 5(1), 41-46.

Tustianti, Rina. 2019. “Evaluation of Gymnastics Sports Development in PatiRegency”. Journal of Physical Education and Sports, 9(287):71–75.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang SistemKeolahragaan Nasional.

Unnes. 2014. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Semarang: ProgramPascasarjana.

Unnithan, V., White, J., Georgiou, A., Iga, J., & Drust, B. (2012). Talentidentification in youth soccer. Journal of Sports Sciences, 30(15), 1719–1726.

Utami, Danarstuti. 2015. “Peran Fisiologi dalam Meningkatkan Prestasi OlahragaIndonesia Menuju Sea Games”. Jurnal Olahraga Prestasi, 11(2): 52.

Wahjoedi, adi, I P.P., & Danardani, W. 2010. “Pembinaan Cabang OlahragaUnggulan Bali Tahun 2009”. Jurnal IPTEK Olahraga, 12(1):43-60.

Page 91: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

109

Widayat, W. W. (2004). Survei pembinaan ekstrakurikuler bola basket di SMP se-Kabupaten Banjarnegara tahun 2004/2005. Undergraduates Thesis.Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Wijaya, E. S., Rahayu, T., & Sugiharto. (2018). Evaluation program of female’svolleyball achivement on junior high school of bantarkawung sub-district.Journal of Physical Education and Sports, 7(1), 36-42.

Wijayati, E., -, S., & Rahayu, S. (1). Evaluasi Pembinaan Olahraga Sepak TakrawPengurus Persatuan Sepak Takraw Kabupaten Jepara. Journal of PhysicalEducation and Sports, 4(1).

Wijayanti, Dwi Gansar Santi., Soegiyanto., Nasuka Pembinaan Olahraga UntukPenyandang, Disabilitas Di National Paralympic and Committee Salatiga.2016. Journal of Physical Education and Sport, 5(1):17–23.

Yunida, E., Sugiharto, S., & Soenyoto, T. (2017). Manajemen PembinaanMerdeka Basketball Club (MBBC) Pontianak Kalimantan Barat Tahun2016. Journal of Physical Education and Sports, 6(2), 125-132.

Page 92: SISTEM PEMBINAAN SEKOLAH SEPAKBOLA SEBAGAI DASAR

110

LAMPIRAN-LAMPIRAN