sistem manajemen sanitasi pertinjaan rumah tangga

52
Rekayasa Penyehatan Lingkungan

Upload: khaerul-umam-right

Post on 11-Sep-2015

265 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Tugas Rekayasa Penyehatan Lingkungan - Teknik Sipil

TRANSCRIPT

Rekayasa Penyehatan Lingkungan

Rekayasa Penyehatan LingkunganProudly Presents by Team 5Sistem Manajemen Sanitasi Pembuangan Limbah Tinja pada Rumah TanggaAPAKAH ITU SANITASI~?!Menurut WHOMenurut WHO (World Health Organisation) Organisasi Kesehatan Dunia Milik PBB (United Nations), Sanitasi adalah ;

Upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan hidup manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa IndonesiaKBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mengatakan bahwa Sanitasi adalah ;Usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat.Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 965/MENKES/SK/XI/1992, Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.Sedangkan menurut Kami, Sanitasi itu~Adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia secara sengaja dalam pembudayaan hidup bersih di lingkungannya untuk mengusahakan dan menjamin akan adanya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan, dengan harapan agar usaha ini dapat meningkatkan dan menjaga perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.Sistem Manajemen Sanitasi Pembuangan Limbah Tinja pada Rumah Tangga dengan JambanPengertian JambanJamban adalah sarana pembuangan kotoran manusia yang menjamin kesehatan dan tidak mencemari lingkungan. Tempat pembuangan kotoran manusia merupakan hal yang sangatpenting, danharusselalubersih,mudahdibersihkan, cukupcahayadancukupventilasi, harus rapat sehingga terjamin rasa aman bagi pemiliknya, dan jaraknya cukup jauh dari sumber air (Indah Entjhang, 2000).Jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja/kotoran manusia yang sering disebut WC (Depkes RI, 2002).Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Kusnoputranto,1997). Sementara itu menurut Josep Soemardi (1999) pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.

Jamban SehatSyarat-syarat jamban sehat yang memenuhi aturan kesehatan menurut Ehlers dan Steel (dalam Indah Entjhang, 2000 dan cit, Djabu et, al, 1991) adalah:Tidak terjadi kontaminasi atau pencemaran pada tanah bagian permukaan (land surface)Tidak terjadi kontaminasi atau pencemaran pada aliran air permukaanTidak terjadi pencemaran pada aliran air bawah tanah yang beresiko turut mengontaminasi kualitas mata air maupun galian sumber air bersihExcreta (tinja) tidak terjangkau serangga dan kuman penyakit.Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan (dapat diterima pemiliknya oleh Notoatmodjo, 1997)Terlindung dari pandangan orang lain sebagai upaya menghindari penglihatan orang lain yang tidak sopan dan penjaga privasi dari personal yang menggunakannyaMetode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam pembangunan dan penyelenggaraannyaNotoatmodjo (2003), suatu jamban disebut sehat untuk kategori pengaplikasiannya pada lingkungan pedesaan apabila :Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang binatang lainya.Tidak menimbulkan bau.Mudah digunakan dan dipelihara (maintanance).Sederhana desainnya.Murah.Dapat diterima oleh pemakainya.Ciri-ciri jamban atau kakus yang digunakan dengan baik menurut (Wise et,al. 2003) antara lain :Semua anggota rumah tangga mengunakan,Kebersihan selalu dijaga yaitu lantai dan penutup jamban selalu dibersihkan setiap kali dipakaiLubang jamban selalu ditutup bila tidak digunakanBahan-bahan yang dibutuhkan untuk membersihkan diri selalu tersedia setiap saat, seperti air, sabun, dan gayung pengambil air danTandon jamban dapat dikosongkan bila tinja di dalam sudah penuhSedangkan menurut Soemardji (1985), untuk mencegah penularan dan penyebaran penyakit perut, kotoran manusia harus dibuang menurut aturan-aturan tertentu. Beberapa syarat pembuangan kotoran manusia antara lain : Tidak menjadi sumber penularan penyakitTidak menjadi makanan dan sarang vectorTidak menimbulkan bau busukTidak merusak estetikaTidak menimbulkan pencemaran pada sumber air minumSedangkan Kementrian Kesehatan telah menetapkan tujuh kriteria dalam membuat jamban sehat, antara lain adalah sbb ;Tidak mencemari airTidak mencemari tanah permukaanBebas dari seranggaTidak menimbulkan bau dan nyaman digunakanAman digunakan oleh pemakainyaMudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainyaTidak menimbulkan pandangan yang kurang sopanStandard dan Kriteria Jamban SehatJamban Sehat secara prinsip harus mampu memutuskan hubungan antara tinja dan lingkungan. Sebuah jamban dikatagorikan SEHAT jika :

Mencegah kontaminasi ke badan airMencegah kontak antara manusia dan tinjaMembuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya.Mencegah bau yang tidak sedapKonstruksi dudukannya dibuat dengan baik & aman bagi pengguna.

Secara konstruksi kriteria diatas dalam prakteknya mempunyai banyak bentuk pilihan, tergantung jenis material penyusun maupun bentuk konstruksi jamban. Pada prinsipnya bangunan jamban dinagi menjadi 3 bagian utama, bangunan bagian atas (Rumah Jamban), bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban), serta bangunan bagian bawah (penampung tinja).Rumah Jamban (Bangunan Bagian Atas)Bagian atas dari bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan dinding. Dalam prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain:

Sirkulasi udara yang cukupBangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luarBangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan)Kemudahan akses di malam hariDisarankan untuk menggunakan bahan lokalKetersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan Slab atau Dudukan Jamban (Bangunan Tengah)Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Pada slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan pada kondisi jamban berbejamban cemplung ntuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya. Selain slab, pada bagian ini juga dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan mengurangi bau dan kelembaban, dan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Sedangkan air dan sabun digunakan untuk cuci tangan. Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah. Terdapat penutup pada lubang sebagi pelindung terhadap gangguan serangga atau binatang lain.Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan (menghindari licin, runtuh, atau terperosok).Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya bau.Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.

Penampungan Tinja (Bangunan Bagian Bawah)Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran, bundar atau yang lainnya. Kedalaman tergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain lain. Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah antara lain : Daya resap tanah (jenis tanah)Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)Ketinggian muka air tanahJenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadap sumber air minum (lebih baik diatas 10 m)Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/kapasitas)Diutamakan dapat menggunakan bahan lokalBangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole

Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan istilah Open Defecation Free (ODF). Suatu Masyarakat Disebut ODF jika :

Semua masyarakat telah BAB (Buang Air Besar) hanya di jamban yang sehat dan membuang tinja/ kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah)Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitarAda penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempatAda mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehatAda upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total SanitasiSuatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, pada tahap pasca ODF diharapkan akan mencapai tahap yang disebut Sanitasi Total. Sanitasi Total akan dicapai jika semua masyarakat di suatu komunitas, telah: Mempunyai akses dan menggunakan jamban sehatMencuci tangan pakai sabun dan benar saat sebelum makan, setelah BAB, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makananMengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang amanMengelola limbah rumah tangga (cair dan padat).Manajemen Pembuangan Tinja pada Rumah Tangga dengan JambanMacam macam JambanSistem yang dipilih adalah sistem yang mempunyai kriteria tepat, baik secara fisik sosial atau perekonomian; selain itu sistem harus mampu menciptakan tingkat higienis dan kenyaman masyarakat serta menjaga keberlangsungan lingkungan dimasa depan.Secara umum pengelolaan limbah buangan dibagi atas dua, yaitu :Sistem Off-Site (Terpusat)Sistem On-Site (Setempat)

1. Sistem off-site ( terpusat )Adalah sistem dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju tempat pengolahan dan baru dibuang ke badan air penerima. Sistem sanitasi off-site mempunyai beberapa teknologi yang sering digunakan, antara lain:1. Conventional Sewerage,2. Shallow Sewers3. Small bore sewer dengan pengolahan

2. Sistem on-site ( setempat)Adalah sistem dimana air limbah tidak dikumpulkan dalam satu tempat, tetapi masing-masing yang mengeluarkan air buangan membuat sendiri sistem pengelolaannya, kemudian di buang ke badan air penerima. Sistem ini biasa sering dipakai, antara lain:a. Cubluk (Pit Privy atau Aqua Privy)b.Jamban Ceplung (Pit Latrine) dan Jamban Empang (Overhung Latrine) sertac. Septik TankGabungan sistem ini membutuhkan tempat penyaluran, pembuangan dan pengolahanBeberapa keuntungan dari sistem sanitasi setempat (On-Site) adalah:Biaya konstruksi relatif rendahTeknologi yang digunakan cukup sederhanaOperasi dan pemeliharaan umumnya merupakan tanggung jawab pribadiDapat menggunakan bahan / material setempatTidak berbau dan cukup higienis jika pemeliharaannya baikHasil dekomposisi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.

Sedangkan untuk sisi negatifnya adalah :

Tidak cocok diterapkan disemua daerah (tidak cocok untuk daerah dengan kepadatannya tinggi, muka air tanah tinggi dan permeabilitas tanah rendah)Memerlukan lahan yang luasSistem ini tidak diperuntukkan bagi limbah dapur, mandi dan cuci karena volumenya kecil, sehingga limbah cair dari dapur dan cuci akan tetap mencemari saluran drainase dan badan-badan air yang lain.Bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik, akan dapat mencemari air tanah dan sumur dangkal.Pelayanan terbatasUntuk sistem on-site, sisi positifnya adalah :Memberikan pelayanan lebih aman, nyaman dan menyeluruh sebagai berikut ;Menampung semua air buangan rumah tangga sehingga pencemaran terhadap saluran drainase dan badan air lainnya serta air tanah dapat dihindari.Cocok diterapkan di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk menengah sampai tinggi.Tahan lama dikarenakan sistem ini dibuat dengan periode perencanaan tertentu.Tidak memerlukan lahan (permukaan) yang luas, sebab jaringan pipa ditanam di dalam tanah.

Dengan biaya investasi yang jauh lebih tinggi, maka sistem ini juga memiliki kekurangan dan kelemahannya, yang antara lain :Memerlukan teknologi yang memadai untuk membangun dan memelihara sistemInstalasi lebih rumit sehingga memerlukan perencanaan yang tepat.Keuntungan baru bisa dicapai sepenuhnya setelah sistem dapat dimanfaatkan / digunakan oleh seluruh penduduk di daerah pelayanan.Sistem jaringan pipa yang luas memerlukan perencanaan dan pelaksanaan jangka panjang.Conventional SewerageDalam sistem ini air buangan (dalam hal ini air dan lumpur tinja) akan masuk ke dalam saluran. Jaringan pipa air buangan tidak selamanya sesuai dengan kondisi perkotaan di Indonesia. Dan untuk melaksanakan sewerage di daerah perkotaan yang kepadatannya tinggi tidaklah mudah.Kompleks perumahan baru dan pusat perdagangan atau industri adalah tempat yang paling sesuai untuk sistem sewerage ini. Conventional Sewerage sebaiknya dipilih antara lain:

Bila mayoritas rumah tangga sudah memiliki sambungan air bersih.Bila teknologi sanitasi setempat tidak layak.Di daerah pemukiman baru dimana mereka mampu membiayai sewerage dan sebaiknya dilengkapi dengan IPAL.Untuk daerah yang kemiringannya 1% perlu diselidiki adanya kemungkinan untuk mengembangkan saluran drainase yang ada dan menggunakannya sebagai sewerage gabungan.Small Bore SewerDalam sistem ini air buangan (dalam hal ini air dan lumpur tinja) akan masuk ke dalam saluran. Jaringan pipa air buangan tidak selamanya sesuai dengan kondisi perkotaan di Indonesia. Dan untuk melaksanakan sewerage di daerah perkotaan yang kepadatannya tinggi tidaklah mudah.Kompleks perumahan baru dan pusat perdagangan atau industri adalah tempat yang paling sesuai untuk sistem sewerage ini. Conventional Sewerage sebaiknya dipilih antara lain:Bila mayoritas rumah tangga sudah memiliki sambungan air bersih.Bila teknologi sanitasi setempat tidak layak.Di daerah pemukiman baru dimana mereka mampu membiayai sewerage dan sebaiknya dilengkapi dengan IPAL.Untuk daerah yang kemiringannya 1% perlu diselidiki adanya kemungkinan untuk mengembangkan saluran drainase yang ada dan menggunakannya sebagai sewerage gabungan.Sambungan rumah, dibuat pada inlet tangki interseptor. Semua buangan kecuali sampah memasuki sistem melalui bagian ini.Tangki interseptor (Interceptor Tank), didesain untuk menampung aliran selama 24 jam untuk memisahkan endapan dari cairannya. Volumenya dapat menyimpan padatan yang secara periodik akan diambil.Saluran berupa pipa plastik berlubang kecil (diameter minimum 50-100 mm) dengan kedalaman yang cukup untuk mengumpulkan air buangan dari sambungan sistem gravitasi dan dibuat sesuai dengan bentang alam.Pembuang dan manhole, sebagai jalan masuk dan pemeliharaan saluran serta untuk menggelontor selama pembersihan saluran.Vent, untuk memelihara kondisi aliran yang bebas.Sistem pemompaan (jika diperlukan) untuk mengangkat effluent dari tangki interseptor ke saluran untuk mengatasi perbedaan elevasi diperlukan bagi sistem saluran dengan area yang luas.Lahan pengolahan buangan untuk mengalirkan cairan dan jaringan pengumpul dan untuk menampung buangan padat hasil olahan dari tangki interseptor.Aliran yang masuk adalah aliran rata-rata. Aliran maksimum dianggap sama dengan aliran rata-ratanya sedangkan kecepatan minimum tidak memiliki batas.Aliran air tanah yang masuk ke dalam saluran (infiltrasi) terjadi bila letak sewer di bawah muka air tanah, inipun biasanya kecil sekali terhadap sewer yang baru, sehingga sering diabaikan dalam perhitungan aliran. Jadi perhitungan aliran infiltrasi ditentukan berdasarkan keadaan sewer dan muka air tanah. Ukuran pipa minimum untuk sambungan rumah dengan small bore sewer sistem berdiameter 50 mm, sedang pipa minimum bagi sewer 100 mm.Shallow SewerShallow sewer adalah sewerage kecil yang dipasang dangkal dengan kemiringan yang lebih landai dibandingkan sewerage konvensional. Shallow sewer sangat tergantung pada pembilasan air buangan untuk mengangkut air buangan padat jika dibandingkan dengan cara konvensaional yang mengandalkan kecepatan untuk membersihkan sendiri (self cleansing velocity).Shallow sewer lebih mudah dibandingkan sewerage konvensional dan lebih cocok sebagai sewerage sekunder di daerah kampong dengan kepadatan penduduk tinggi dan jalan lingkungannya kecil dimana tidak dilewati kendaraan berat dan sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dan jamban pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Selain itu sistem ini cocok ditempatkan pada daerah dengan kemiringan 1%.Septic Tank (Tangki Septik)Septic Tank adalah sistem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara. Septic tank Bisa digunakan secara individu maupun bersama (komunal), jika menggunakan sumur resapan/bidang resapan tergantung dari ketersediaan lahan, jika digunakan untuk pemakaian lebih/banyak maka bidang resapan yang diperlukan akan memerlukan lahan yang cukup luas, untuk mengatasi kebutuhan lahan yang luas ini di bangun suatu filter untuk menggantikan fungsi bidang resapan.

Penggunaan tangki septik paling banyak digunakan untuk pengolahan air buangan rumah tangga dan sistem ini cocok untuk sistem on-site sanitation walaupun kualitas bakteriologinya masih jelek.Tangki septik yang sudah umum di Indonesia adalah toilet tuang siram atau istilah lain kakus leher angsa. Sistem ini mempunyai unit air perapat (water seal) yang dipasang di bawah pelat jongkok atau tumpuan tempat duduk sehingga dapat mencegah gangguan lalat dan masuknya bau ke toilet.Air buangan dapur dan kamar mandi sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam tangki septik kecuali bila tanki tersebut direncanakan mampu menampung debit air buangan yang besar. Tangki septik paling banyak digunakan penduduk sebagai penampung sementara air buangan toilet karena biayanya yang relatif murah. Tangki septik harus diletakkan pada lokasi yang tepat agar tidak mencemari sumber air tanah.Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat (Chandra, 2007). Septic tank merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas (Entjang, 2000). Proses yang terjadi pada septic tank adalah sebagai berikut:

PengumpulanFungsi yang utama dari septic tank adalah menghilangkan benda padat, waktu penahanan dalam tangki harus cukup berlangsung agar benda-benda padat dapat turun kedasar tangki dan bahan yang mengapung naik keatas.PenyimpananTangki direncanakan dengan volume yang cukup untuk menyimpan (menampung) lumpur dan busa selama jangka waktu minimum 2 tahun volume ini diperlukan sebagai tambahan.Pembusukan Akibat lamanya lumpur tersimpan didalam tangki oembusukan biologis anaerobic dari lumpur akan berlangsung dan akan mengurangi kuantitas untuk pembuangan penyedotan pengurasan.

Desain utama dari septik tank untuk keperluan rumah tangga adalah sebagai berikut: Ukuran kapasitas septik tank tergantung pada jumlah orang pemakai dengan standar kapasitas 20-30 galon/orang, untuk keperluan rumah tangga kapasitas minimal adalah 500 galon dan tidak dianjurkan untuk masyarakat umum. Panjangnya biasanya 2 kali lebar. Kedalaman lubang antara 1,5 - 2 meter. Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 mRuangan udara minimal 30 cm antara tingginya cairan di dalam tank dengan permukaan bawah penutup. Dasar dibuat miring kearah lubang pengeluaran Ada lubang air masuk dan keluar(pipa masuk dan keluar). Dinding septik tank dilapisi dengan papan yang baik dan tebalnya sama. Periode retensi septik tank dirancang untuk memberikan periode retensi 24 jam.

Mekanisme Kerja Septik Tank :

Benda-benda padat dihancurkan oleh bakteri anaerob dan jamur diuraikan menjadi senyawa kimia yang sederhana yang disebut anaerobic digestion. Cairan yang keluar melalui pipa pengeluaran disebut affluent yang mengendung bakteri, kista, telur cacing dan bahan-bahan organik dalam bentuk cair atau suspensi. Bahan-bahan organik dioksidasi menjadi hasil akhir yang stabil seperti nitrat, dan air. Pada stadium ini dinamakan stadium anaerobic oxidation. Kedua stadium ini terjadi didalam septik tank.

System resapan adalah galian atau sumuran tanpalapisan material kedap air, yang berfungsi menerima air limbah dari septic tank dan meresapkannya ke tanah. yang berupa bidang resapan atau sumur resapan, galian cukup diisi pasir dan kerikil dengan tebal lapisan minimal 10 cm, karena peresapan air dari tangki septik lebih menyebar, di atasnya ditutup lapisan ijuk sebelum ditimbun dengan tanah. Pasir, kerikil dan ijuk itu akan membentuk ganggang hijau yang menyaring bakteri patogen dan infectious sehingga air dari tangki kakus sudah bersih sebelum meresap ke tanah (Prof H Wijono Sutono, SKM MSc,).

Jarak Aman antara Septic Tank dengan Sumur GalianDari sudut pandang sanitasi, yang penting diperhatikan adalah jarak perpindahan maksimum dari bahan pencemar dan kenyataan bahwa arah perpindahan selalu searah dengan arah aliran air tanah. Dalam penempatan sumur, harus diingat bahwa air yang berada dalam lingkaran pengaruh sumur mengalir menuju sumur tersebut. Tidak boleh ada bagian daerah kontaminasi kimiawi ataupun bakteriologis yang berada dalam jarak jangkau lingkaran pengaruh sumur (Soeparman, 2002:50).Tindakan pencegahan pencemaran sumur gali oleh bakteri coliform, yang harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan cubluk (kakus), lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah (cesspool; seepage pit) dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak ini tergantung pada keadaan tanah dan kemiringan tanah. Pada umumnya dapat dikatakan jarak yang aman tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar letaknya tidak berada di bawah tempat-tempat sumber pengotoran seperti yang disebutkan di atas (Entjang, 2000:78). Sedangkan menurut Chandra (2007:46), Sumur harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangki septic tank) lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter. Jarak Aman Lubang Kakus dengan Sumber Air BersihJarak aman antara Lubang Kakus dengan Sumber Air Minum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :Topografi tanah : Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah.Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari kakus.Jenis mikroorganisme : Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.Faktor Kebudayaan : Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur.Frekuensi Pemompaan : Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan (Chandra, 2007:126-127).Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yakni :a.Proses KimiawiAkibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70 %) zat-zat padat akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.b.Proses BiologisDalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa.

Hal-hal yang harus diperhatikan : Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol dihindarkan karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septik tank. Penumpukan endapan lumpur akan mengurangi kapasitas septik tank dan harus dibersihkan sekurang-kurangnya sekali setahun. Dan pengurasan lumpur dilakukan minimal lima tahun sekali.Penggunaan septik tank baru, diisi air sampai saluran pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septik tank lama / lain agar memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.

PEMELIHARAAN 1. Jangan menggunakan benda keras pada waktu membongkar pupuk (untuk menghindari dinding bak).2. Selalu diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak.3. Lubang-lubang kotoran perlu ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau.

KEUNTUNGAN 1. Tak perlu membuat bak penampung berpindah-pindah2. Kotoran dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos (setelah 2 tahun) tanpa efek kesehatan.3. Tanah di sekitar bak penampung menjadi subur.4. Lebih rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung (gangguan, serangga,bau).

KERUGIAN 1. Kurang sesuai untuk daerah yang sumber airnya dangkal.2.Relatif lebih mahal biaya konstruksinya.

Pit Privy dan Aqua Privy (Sistem Jamban Cubluk)Jamban Cubluk adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke dalam galian tanah atau sumur yang tidak terlalu dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri,1994).Cubluk adalah lubang/sumuran yang dibuat dengan menggali tanah dengan dinding yang merembes air. Jadi cubluk merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menampung air limbah manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan tinja dan juga media peresapan dari cairan yang masuk.Jika tersedia lahan yang cukup maka dapat dibangun dua buah lubang (cubluk kembar). Bila satu lubang penuh harus ditutup dan dibiarkan selama paling sedikit 1 (satu) tahun agar lumpur kering untuk selanjutnya dapat dipakai untuk kesuburan tanah (pupuk organik). Namun demikian tempat untuk cubluk tersebut harus disediakan dan jangan digunakan untuk bangunan permanen.Cubluk relatif lebih murah, lebih mudah dibangun dan dipelihara sendiri apabila dibandingkan dengan tangki septik.

Jamban cubluk merupakan sarana sanitasi sederhana yang umum digunakan di negara-negara sedang berkembang (terutama di desa-desa). Bentuknya sangat sederhana dan terdiri dari 3 bagian, yaitu:Sumur pengumpul tinja (cubluk)Pelat jongkok berikut pondasinya,Bangunan pelindung (konstruksi bagian atas)

Beberapa jenis cubluk yang umum digunakan yaitu :Jamban Cubluk Konvensional:Jamban berlubang tradisional dengan bentuk yang sangat sederhana tanpa ventilasi. (biasanya berbau dan lalat serta nyamuk dapat berkembang biak dengan cepat.2.Jamban Cubluk Yang Diperbaiki dan Berventilasi (JCDV):Jamban cubluk dengan lubang tunggal, yang direncanakan untuk penggunaan paling sedikit 2 tahun. Umumnya sesuai digunakan pada daerah yang air tanah dalamnya dan ukuran lubang tidak terbatas.3. Jamban Cubluk Ganda Yang Diperbaiki dan Berventilasi (JCGDV):Jamban dengan struktur permanent mempunyai 2 lubang yang dapat digunakan bergantian. Jamban ini tepat digunakan didaerah perkotaan, dimana masyarakat sanggup membiayai dan tanpa harus memindahkannya setiap tahun.4.Jamban Cubluk Lubang Banyak Yang Diperbaiki dan Berventilasi:Jamban lebih dari satu lubang yang lebih tepat digunakan di tempat-tempat umum. Bau yang timbul dari dalam cubluk akan keluar akibat adanya aliran udara di ujung pipa ventilasi yang dapat terbuat dari PVC. Pemberian ventilasi ini juga memberikan peranan penting dalam mengurangi perkembangbiakan nyamuk dan lalat.

Penggunaan JCDV dan JCGDV direncanakan untuk pemakaian tanpa air, artinya tinja tidak perlu digelontor masuk ke dalam cubluk. Untuk menjaga agar cubluk tetap kering dan mencegah pengotoran air tanah, maka pembangunan cubluk tidak dilakukan dibawah muka air tanah. Pemakaian cubluk dilakukan bergantian selama periode tertentu. Setiap cubluk harus didesain dengan masa periode paling sedikit 1 tahun sebelum menutup cubluknya dan menggunakan cubluk yang lain. Setelah cubluk pertama terisi penuh sesuai masa periode desain yang telah ditentukan, pemakaian cubluk kedua baru dimulai. Bila cubluk kedua hampir penuh, maka cubluk yang pertama dikosongkan dan siap untuk digunakan lagi. Dengan cara bergantian maka kedua cubluk dapat digunakan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Karena kotoran tersimpan lama dalam cubluk yang sedang ditutup (tidak digunakan), maka organisme yang dapat menimbulkan penyakit dalam kotoran akan mati (kotoran sudah menjadi humus) sehingga tidak ada bahaya penyebaran penyakit dari cubluk yang akan digali (digunakan kembali). Untuk sistem Aqua Latrine, adalah jamban yang terdiri atas bak yang kedap air, di isi air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan Excreta. Proses pembusukannya sama seperti hasil pembusukan feaces dalam air kali. Untuk jamban ini agar berfungsi dengan baik, perlu pemasukan air setiap hari, baik sedang dipergunakan atau tidak. Bila airnya penuh dapat dialirkan ke sistem lain misalnya sumur resapan.

Penggunaan:Pemakai langsung membuang kotorannya dari atas lubang yang telah disediakan pada banguan penutup dengan tata cara :Tutup lubang dibukaJongkok tepat diatas lubangDiusahakan kotoran tidak menyentuh dinding lubang Setelah selesai lubang ditutup kembali

Pemeliharaan:Untuk mencegah penyebaran penyakit atau bau, lantai perlu dibersihkan secara teratur.Untuk menjaga agar bangunan tahan lama, bahan-bahan harus diresidu atau dikapur lebih dahulu sebelum dipasang.

Keuntungan:Kontruksi bangunan cukup sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri tanpa memerlukan persyaratan khusus.

Jamban Ceplung (Pit Latrine) dan Jamban Empang (Overhung Latrine)Jamban cemplung sering dijumpai pada daerah pedesaan contohnya di jawa,tetapi sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna,misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup.sehingga serangga mudah masuk dan bau tidak bisa dihindari,serta karena tidak ada rumah jamban,bila musim hujan maka jamban itu akan penuh dengan air. jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam karna bisa mengotori air tanah dibawahnya.dalamnya ventilasi (vip latrine) berkisar antara 1,5-3 meter saja,sesui dengan daerah pedesaan maka rumah jamban tersebut dapat dibuat dari bambo,dinding bamboo,atap daun kelapa atu daun padi,jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter. Jambang Empang (Overhung Latrine) dibangun diatas empang ikan,didalam system jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling) yakni tinja dapat langsung dimakan ikan,ikan dimakan orang,dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan,demikian seterusnya. Jamban ini empang ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).Jamban empang adalah jamban yang dibangun diatas empang,sungai atau rawa,jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja,yang biasa dipakai untuk makanan ikan.kerugian dari jamban empang adalah tinja akan mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air yang dapat menimbulkan wabah.Thanks to(o) the whole over of You for the Chance Given, your attentionspaipai~!!