sirosis hepatik lapkas
DESCRIPTION
bono pazio cover boy umj 2040TRANSCRIPT
LAPORAN KASUSNo. Reg. : 565482
Ruangan : Lontara 1 atas depan
Nama : Tn. Y
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Prof Rauf Tarimana, Makassar
Tanggal MRS : 27 Agustus 2012
KU : Perut membesar
AT : Pasien mengeluh perut membesar sejak ± 3 bulan sebelum masuk rumah
sakit dan dirasakan semakin hari semakin membesar. Pada awalnya tungkai lebih dulu
membengkak sejak ± 1 bulan yang lalu. Perut membesar secara perlahan, yang lama
kelamaan membuat penderita sesak napas.
Mual (-), muntah (-)
Demam (-) riwayat demam (-) sakit kepala (-) pusing (-)
Batuk (-), sesak (+) dirasakan sejak ± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan
terus-menerus. Sesak dirasakan dipengaruhi aktifitas dan tidak dipengaruhi cuaca. Penderita
nyaman tidur setengah duduk. Riwayat terbangun tengah malam karena sesak (-).
BAB : biasa, kuning.
BAK : kuning, kesan lancar dan cukup.
Riwayat menderita penyakit yang sama sebelumnya pada tahun 2004 namun sembuh sendiri.
Riwayat keluarga DM (-)
Riwayat keluarga HT (-)
Pemeriksaan fisik
Deskripsi umum: Sakit Sedang/ Gizi / Kompos Mentis
Berat Badan : 64 kg (Berat badan koreksi:)
Tinggi Badan : cm
IMT : kg/m2
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70
Nadi : 100 x/menit, reguler, kuat angkat
Pernapasan : 28x/menit, tipe thoracoabdominal
Suhu axilla : 36º C aksiler
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), Pupil isokor ø 2,5 mm
Leher : DVR R-2 cm H2O, MT (-), NT (-)
Thorax :
Inspeksi : Hemothorax asimetris. Kanan tertinggal. Gynecomasti (-)
Palpasi : MT (-), NT (-), VF menurun hemithoraks dextra
Perkusi : redup hemithoraks dextra, BPH: ICS VI kanan depan
Auskultasi : BP: vesikuler
BT : Rh Wh : -/-
Jantung:
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak teraba
Perkusi : pekak kesan normal
Auskultasi : BJ I/II murni reguler
Abdomen
Inspeksi : Cembung, ikut gerak nafas, umbilikus menonjol
Auskultasi : BU (+) kesan normal
Palpasi : MT (-) NT (-).
Hepar: sulit dinilai. Lien: Schuffner I
Perkusi : Ascites (+) Shifting dullness
Ekstremitas
Edema +/+ (pitting edem): pretibial dan dorsum pedis
Eritema palmaris (-)
Lain-lain
Rectal touche : Sphincter mencekik, mukosa licin. Feses (+) warna kuning, darah (-), lendir
(-)
Rencana Pemeriksaan
- -
- -
- -
DR, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, GGT, HBsAg, Anti HCV, ALP, Bil. Total, Protein
total, Albumin, PT, APTT
Assessment
Susp. Sirosis Hepatis Dekompensata ec HCV
Efusi pleura dextra
Pemeriksaan penunjang
Lab 27/8/12 3/9/12
WBC 14,59 x 103 9,2 x 103
RBC 3,31 x 108 3,23 x 108
HGB 11,5 11,6
HCT 35,4 33,9
PLT 85 x 103 87 x 103
MCV 106,9 105,0
MCH 32,5 35,9
MCHC 30,8 34,2
LED
Creatinine 1,2 1,0
Ureum 47 40
ALP 201
SGOT 43 43
SGPT 23 30
Albumin 1,9 2,0
Tot. Protein 7,2 6,7
Bil. Total 10,4
Bil. Direct 9,1
GDS
γGT
natrium 126
Kalium 3,8
klorida 103
PT
APTT
fibrinogen
Patologi klinik
27/8/12
HbsAg (-)
Anti HCV (+)
Follow Up Harian
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi
27/8/12
T:110/70 mmHg
N:92 x/mnt
P:28 x/mnt
S: 36,8 °C
S: Perut membesar (+), mata
berwarna kuning (+)
Batuk (-) Sesak (+)
O: SS/GK/CM
Anemis (-) Ikterus (+) Sianosis (-)
Leher: MT (-) NT (-) DVS R-2
cmH2O
P/ IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Spironolaktan 100 mg 1-0-0
DR,ureum/kreatinin,
SGOT/SGPT, albumin, protein
total, HbsAg, Anti HCV
Thorax: BP Vesikuler. Menurun pada
hemithoraks D rh -/- wh -/-
Cor: BJ I.II reguler bising (-)
Abd: Hepar sulit dinilai
Lien
Ascites Shifting dullness (+)
Eks: udem +/+ pretibial, dorsum
pedis
spider nevi (-) eritema palmaris (-)
A: Sirosis hepatis dekompensata ec
HCV
28/8/12
T:120/70 mmHg
N:100 x/mnt
P:28 x/mnt
S: 36,7 °C
S: Perut membesar,mata berwarna
kuning
O: Anemis (-) ikterus (+)
DVR R-2 cm H2O
Cor: BJ I.II reguler bising (-)
Pulmo: ves rh (-) wh (-)
Abd: BU (+) N, asites (+),
Eks: udem +/+ pretibial, dorsum
pedis
Eritema palmaris (-)
Flapping tremor (-)
A: - sirosis hepatis dekompensata e.c
HBV
- Child pugh B
USG: sirosis hepatis
Lab:
GDS: 81 Alb: 2,1
Ur: 36 HbsAg: positif
Cr: 0,8 Anti
HCV:Negatif
R/ Diet rendah protein 0,8 gr
/kgBB/hr
Diet rendah garam
Retriksi cairan max 2L/hr
Spironolactone 100g 1-0-0
Albumin 20 gr (3 botol)
Pujimin 3x2 gr
ADT, Bil. Total/direct, protein
total/albumin, fibrinogen, PT
APTT
GOT: 156 Bil. Total: 9,3
GPT: 73
10/5/12
LP: 86 cm
BB: 61 kg
T:110/60 mmHg
N:100 x/mnt
P:24 x/mnt
S: 37,8 °C
S: demam (+)
Perut membesar
Mata berwarna kuning
BAB biasa, warna kuning
O: Anemis (+) ikterus (+)
DVR R-2 cm H2O
Cor: BJ I.II reguler
Pulmo: ves rh (-) wh (-)
Abd: BU (+) N , MT (-) NT (-)
asites (+) shifting dullness (+)
A: Sirosis hepatis dekompensata e.c
HBV child pugh B
R/ Diet rendah garam
Diet rendah protein 0,8
gr/kgBB/hr
Retriksi cairan max 2L/hr
Spironolactone 100g 1-0-0
Pujimin caps 3x1 cap
Albumin 20 gr / hr
Laktulosa syr 0-0-2
Cefotaxime 1 gr /12jam (skin
test)
Tunggu hasil lab
Rencana pro pungsi ascites hari
ini
EKG
11/5/12
LP: 87 cm
BB: 58 kg
T:120/80 mmHg
N:96 x/mnt
P:24 x/mnt
S: 36,8 °C
LP: 96 cm
S: Demam (-) epistaksis (+)
Perut membesar
OSI mengeluh susah tidur
BAB biasa, warna kuning
O: Anemis (+) ikterus (-)
DVR R-2 cm H2O
Cor: BJ I.II reguler
Pulmo: ves rh (-/-) wh (-)
Abd: BU (+) N,
asites (+) shifting dullness (+)
A: - Sirosis hepatis dekompensata e.c
HBV Child Pugh C
- ensefalopati hepatikum Gr. I
- hiponatremi
R/ Diet rendah garam
Diet rendah protein 0,8
gr/kgBB/hr
Retriksi cairan max 2L/hr
Spironolactone 100g 1-0-0
Pujimin caps 3x1 cap
Albumin 20 gr / hr (tunda)
Laktulosa syr 0-0-2
Ceftriaxone 1 gr/ 12jam
Vit.K 2amp/IM (hari I)
Kontrol: albumin/protein total
Sistenol 3x1 (kp)
Aminofusin 1 botol/hr
Balance cairan
- Koagulopati hepatikum
Lab:
WBC: 12.300 PLT: 149.000
Hb: 9,0 Bil total: 10,4
PT: 18,3 Bil direk: 9,10
INR: 1,52 Prot total: 6,7
APTT: 34,6 albumin: 2,3
Fibrinogen: 274,1 Natrium: 129
Kalium: 4,1
Propanolol 1 mg 3x1
12/5/12
LP: 88cm
BB: 58kg
T:120/80 mmHg
N:76 x/mnt
P:24 x/mnt
S: 36,5 °C
S: Demam (-) mata berwarna kuning
Mual (-) muntah (-)
Perut membesar
BAK: warna kuning, kesan lancar
BAB biasa, kuning
O: Anemis (-) ikterus (+)
DVR R-2 cm H2O
Cor: BJ I.II reguler
Pulmo: ves rh (-/-) wh (-)
Abd: BU (+) N, asites (+) shifting
dullness
A: SHD e.c HBV Child Pugh C
Koagulopati hepatik
Ensefalopati hepatikum Gr I
R/ aminofusin 2 botol/hr
Diet rendah garam, rendah
protei 0,8gr/kgBB/hr
Retriksi cairan
Spironolactone 100mg 1-0-0
Laktulosa syr 0-0-2
Pujimin 3x2 caps
Albumin 20gr (tunda sampai
cukup 4 botol)
LOLA (hepamerz) 4amp/ habis
dalam 4 jam – selama min 4
hari
Propanolol 10 mg 3x1
Balance cairan
Konsul gizi klinik
Vit.K 1amp/IM (hari II)
Resume Laki-laki 49 tahun datang dengan keluhan utama perut membesar dan terasa penuh
sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit dan dirasakan makin membesar sejak ±1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Perut membesar secara perlahan, yang lama kelamaan membuat
penderita sesak napas. Pasien mengeluh nafsu makannya menurun sejak ± 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Mual (+), muntah (-). Demam (-) riwayat demam (-) sakit kepala (-)
pusing (-). Batuk (-), sesak (+) dirasakan sejak ± 3 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Sesak dirasakan tidak dipengaruhi cuaca dan aktifitas. Pasien biasa tidur dengan satu bantal.
Riwayat terbangun tengah malam karena sesak (-). BAB :biasa, kuning. BAK :kuning,
kesan lancar dan cukup. Riwayat sakit kuning sebelumnya (-). Riwayat mengkonsumsi
alkohol (-). Riwayat merokok (+) sejak berumur 20 tahun. Frekuensi 2 bungkus/hari. Riwayat
keluarga DM (-). Riwayat keluarga HT (-)
Pada pemeriksaan kepala didapatkan anemis (+), ikterik (+). Pada thoraks, leher dan
jantung tidak ditemui adanya kelainan dan dalam batas normal. Abdomen didapatkan ascites
(+) shifting dullness, pembesaran lien Scuffner 1. Pada ektremitas didapatkan eritema
palmaris, dan pada ekstremitas bawah didapatkan udem pretibial +/+.
HGB 9,9 g/dl, SGOT 156 U/L, SGPT 73 U/L, GDS 81 mg/dL, PT 18,3; APTT 34,6,
Albumin 1,9mg/dL, bilirubin Total 10,4 mg/dL, bilirubin direk 9,10 mg/dL, natrium 129
mmol/l. Hasil Usg abdomen : Splenomegaly et causa Sirosis Hepatis dan ascites. Dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium, maka pasien ini dapat
didiagnosis sebagai Sirosis Hepatis Dekompensata e.c. susp HBv dengan klasifikasi Child-
Pugh C.
Diskusi
Pasien datang dengan keluhan utama perut membesar (distensi abdomen), diduga
beberapa penyebab distensi abdomen, yaitu fas (flatus), lemak (fat), cairan (fluid), feses, dan
fetus. Penyebab fetus dapat disingkirkan berdasarkan jenis kelamin pasien : laki-laki.
Penyebab gas dan feses dapat disingkirkan berdasarkan anamnesis dimana pasien masih
buang angin (terakhir 5 jam sebelum masuk rumah sakit) dan buang air besar dengan
konsistensi biasa warna kuning-coklat, lendir (-), darah (-). Berdasarkan data antropometrik,
BB koreksi pasien = 49 Kg dengan IMT=17,36 kg/m2 dengan status gizi kurang, maka
penyebab lemak dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan fisis juga diperoleh bukti shifting
dullness (+), yang menandakan bahwa penyebab distensi abdomen pada pasien ini merupakan
cairan atau disebut juga ascites.
Terdapat beberapa penyakit yang menyebabkan ascites, antara lain sirosis hepatis,
gagal jantung kongestif, hipotiroidisme, dan peritonitis.
Diagnosis gagal jantung kongestif dapat disingkirkan berdasarkan tidak adanya
keluhan gejala-gejala gagal jantung kongestif, seperti sesak nafas terutama setelah
beraktivitas, terbangun tengah malam dengan sesak nafas, harus tidur dengan bantal yang
menyangga kepala lebih dari dua buah (posisi ½ duduk). Dari pemeriksaan fisis juga tidak
diperoleh peningkatan desakan vena sentralis, kardiomegali, irama gallop (S3), dan takikardi.
Diagnosis hipotiroidisme juga dapat disingkirkan berdasarkan tidak adanya keluhan
gejala-gejala hipotiroidisme, seperti lebih menyukai suhu yang panas, selalu merasa
kedinginan atau tidak tahan dingin, konstipasi, jarang berketingat. Dari pemeriksaan fisis juga
tidak diperoleh bradikardi, suhu tubuh dingin, dan edema non-pitting.
Diagnosis peritonitis juga dapat disingkirkan berdasarkan tidak adanya keluhan nyeri
perut hebat yang muncul tiba-tiba, perut terasa kaku, dan perut terasa panas atau hangat. Dari
pemeriksaan fisis juga tidak didapatkan rigiditas abdomen, hilangnya pekak hepar, nyeri
tekan seluruh abdomen dan nyeri pantul.
Pasien didiagnosis Sirosis Hepatis (SH), oleh karena ditemukannya gejala kegagalan
fungsi hati, yang dibuktikan mealalui hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan
hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia disebabkan karena gangguan sintesis dan sekresi
albumin yang menyebabkan edema. Selain itu terdapat pula tanda-tanda hipertensi porta,
yaitu ascites dan edema tungkai. Pada pasien ini, juga terjadi penurunan nafsu makan, mual,
dan kembung. Diagnosis ini semakin diperkuat dengan adanya hasil hasil USG abdomen
yang menyatakan gambaran sesuai asites.
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 – 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati
yaitu : sebagai metabolisme karbohidrat, sebagai metabolisme lemak, sebagai metabolisme
protein, sebagai hemodinamik, sebagai detoksikasi, sebagai metabolisme bilirubin.
Kegagalan fungsi hati menimbulkan keluhan seperti rasa lemah, turunnya berat badan,
kembung, dan mual. Kulit tubuh di bagian atas, muka, dan lengan atas akan bisa timbul
bercak mirip laba-laba (spider nevi). Telapak tangan bewarna merah (eritema palmaris), perut
membuncit akibat penimbunan cairan secara abnormal di rongga perut (asites), dan
pembesaran payudara pada laki-laki. Bisa pula timbul hipoalbuminemia, pembengkakan pada
tungkai bawah sekitar tulang (edema pretibial), dan gangguan pembekuan darah yang
bermanifestasi sebagai peradangan gusi, mimisan, atau gangguan siklus haid. Kegagalan hati
pada sirosis hati fase lanjut dapat menyebabkan gangguan kesadaran akibat encephalopathy
hepatic atau koma hepatik.
Tekanan portal yang normal antara 5-10 mmHg. Pada hipertensi portal terjadi
kenaikan tekanan dalam sistem portal yang lebih dari 15 mmHg dan bersifat menetap.
Keadaan ini akan menyebabkan limpa membesar (splenomegali), pelebaran pembuluh darah
kulit pada dinding perut disekitar pusar (caput medusae), pada dinding perut yang
menandakan sudah terbentuknya sistem kolateral, wasir (hemoroid), dan penekanan
pembuluh darah vena esofagus atau cardia (varices esofagus) yang dapat menimbulkan
muntah darah (hematemesis), atau berak darah (melena). Kalau pendarahan yang keluar
sangat banyak maka penderita bisa timbul syok (renjatan). Bila penyakit akan timbul asites,
encephalopathy, dan perubahan ke arah kanker hati primer (hepatoma).
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis Hepatis,
yaitu :
Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum. Pada
keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya, maka
pembentukan albumin juga terganggu, dan kadarnya menurun, sehingga tekanan
koloid osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah
dapat merupakan tanda kritis untuk timbulnya asites.
Tekanan vena porta. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esophagus, maka
kadar plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun pula,
kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal,
maka asitesnya akan menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada. Hipertensi
portal mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun
menurun.Hal ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga aldosteron juga
meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit terutama
natrium . dengan peningkatan aldosteron maka terjadi terjadi retensi natrium yang
pada akhirnya menyebabkan retensi cairan.
Pasien ini mendapatkan penatalaksanaan berupa spironolakton yang merupakan
diuretika hemat kalium yang bekerja ditubulus ginjal dan menahan reabsorbsi Na. pemberian
spironolakton diawali dengan dosis 100-200mg/hari. Bilamana pemberian spironolakton
tidak adekuat bias dikombinasikan dengan furosemid yang merupakan diuretic kuat dengan
dosis 20-40 mg/hari dan diberikan secara bertahap untuk menghindari dieresis berlebihan.
Respon diuretic bila dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari yang tanpa adanya
edema kaki atau 1 kg/hari bila edema kaki ditemukan. Jika tidak ada respon pemberian
furosemid bias ditambahkan dosisnya, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Pengeluaran asites
bisa 4-6 liter dan diikuti dengan pemberian albumin. Target dari pemberian terapi berupa
tirah baring, diet rendah garam, dan terapi diuretika adalah peningkatan dieresis sehingga
berat badan menurun 400-800gr/hari. Pasien yang edema perifer penurunan berat badan 1500
gr/hari.
Tindakan yang lain berupa parasintesis, baru dapat dikerjakan bila ascites cukup besar
yang dapat menimbulkan kesulitan pernafasan.
Pasien ini didiagnosis dengan Sirosis hepatis dekompensata e.c.susp. HBV (Child-
Pugh C). Mengingat bahwa pengobatan sirosis hepatis hanya merupakan simptomatis dan
mengobati penyulit, secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis pada pasien ini buruk.