lapkas sirosis hati-syarifudin

Upload: muhammad-yamin-l

Post on 07-Jul-2018

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    1/46

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    2/46

      2

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi dan latar Belakang

    Sirosis merupakan suatu keadaan yang terlihat secara histopatologik,

    dimana serangkaian gejala mengancam nyawa. Sebelumnya, sirosis dianggap

    ireversibel, namun telah jelas bahwa bila penykit yang mendasari keadaan sirosis

    telah disembuhkan, sirosis bersifat reversibel. Kejadian ini sangat jelas terlihat

     pada penyakit terlihat pada penyakit hepatitis C kronis yang berhasil

    disembuhkan; sirosis reversibel juga terlihat pada penyakit hemokromatosis yang

     berhasil disembuhkan.3 

    Sirosis hati merupakan tahap akhir proses difus fibrosis hati progesif yang

    ditandai oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif Gambaran

    morfologi dari SH meliputi fibrosis difus, nodul regeneratif, perubahan arsitektur

    lobular dan pembentukan hubungan vaskular intrahepatik antara pembuluh darah

    hati aferen (vena porta dan arteri hepatika) dan aferen (vena hepatika). 3 

    Secara klinis SH dibagi atas 2 yaitu : 1. Sirosis hati kompensata dan 2.

    Sirosis hati dekompensata disertai dengan tanda kegagalan hepatoseluler dan

    hipertensi portal.3 

    2.2 Epidemiologi

    Sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita

     berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskular dan kanker). Di seluruh

    dunia SH menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Penderita SH lebih

     banyak laki-laki, jika dibandingkan dengan wanita rasionya kira-kira 1,6 : 1.

    Umur rata-rata penderitanya terbanyak golongan umur 30-59 tahun dengan

     puncaknya sekitar umur 40-49 tahun. Angka kejadian SH di indonesia akibat

    hepatitis B berkisar 21,2-46,9 % dan hepatitis C 38,7-73,9 % .

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    3/46

      3

    2.3 Etiologi

    Penyebab Sirosis Hati bermacam-macam, bisa dijumpai lebih dari satu

     penyebab yang ada pada satu penderita.1

    a. 

    Penyakit hati alkoholik

     b.  Hepatitis C kronik

    c.  Hepatitis B kronik dengan/atau tanpa hepatitis D

    d. 

    Steato Hepatitis Non Alkoholik (NASH)

    e.  Sirosis bilier primer

    f.  Kolangitis sklerosing primer

    g. 

    Hepatitis autoimun

    h.  Hemokromatosis herediter

    i.  Penyakit Wilson

     j. 

    Fibrosis kistik

    k.  Hepatotoksik akibat obat atau toksin

    2.4 Faktor Resiko

    a. 

    Faktor kekurangan nutrisi

     b.  Hepatitis virus

    c. 

    Zat Hepatotoksik

    d.  Penyakit Wilson

    e.  Hemokromatosis

    f. 

    Sebab-sebab lain

    -  Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya

    sirosis kardiak. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder

    terhadap reaksi dan nekrosis sentrilobular.

    -  Sebagai saluran empedu akibat obstruksi yang lama pada saluran

    empedu akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit

    ini lebih banyak dijumpai pada kaum wanita.

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    4/46

      4

    2.5 Patogenesis Sirosis Hati

    Sirosis hati yang sekarang dikenal sebagai suatu proses yang dinamis. Transisi

    dari penyakit hati kronis menjadi suatu sirosis hati melibatkan proses yang

    kompleks antara reaksi inflamasi, aktivasi sel stelata (penghasil kalogen),

    angiogenesis dan oklusi pembuluh darah yang berdampak ada perluasan dari

     parenkim hati.4 

    Patogenensis utama dari proses fibrosis dan sirosis hati adalah aktivasi sel

    stelata yang disebut juga sebagai sel perisinusoidal. Sel stelata berperan dalam

     penyimpanan retinoid. Namun karena ada stimulus baik itu stimulus jejas maupun

    reaksi inflamasi akan mengaktivasi sel stelata sehingga matriks ekstraselular

    seperti kolagen tipe I dan II, proteoglikan, dan glikogen, serta menjadi sel

    miofibroblas yang mampu berkontraksi.4 

    2.6 Patofisiologi dan Komplikasi Sirosis Hati

    Secara umum, komplikasi dari sirosis dibagi menjadi 2 yaitu akibat dari

    hipertensi portal dan kondisi hiperdinamis, serta dikarenakan insufiensi hati.Selain itu sirosis dapat menimbulkan perubahan materi genetik pada hepatosit

    sehingga beresiko untuk menjadi karsinoma hepatoselular (KHS).4 

    Hipertensi porta didefenisikan sebagai peningkatan gradien tekanan darah

    hepatik >5mmHg. Hipertensi porta disebabkan karena peningkatan resistensi

    terhadap aliran darah porta, dan peningkatan aliran masuk ke vena porta.

    Peningkatan resistensi tersebut disebabkan oleh perubahan struktur dari parenkim

    hati (deposisi jaringan fibrosis dan regenerasi nodular), serta mekanisme

    vasokontriksi pembuluh darah sinusoid hati ( terutama akibat defisiensi nitrit

    oksida).

    Dampak utama dari hipertensi porta adalah :

    a.  Pembesaran limpa dan sequestrasi trombosit, dimana pada tahap lanjut

    dapat menyebabkan hiperspleensime.

     b.  Terjadi aliran darah balik dan terbentuknya shunt atau pirau dari sistem

     porta ke pembuluh darah sistemik (portosistemik). Aliran darah dari

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    5/46

      5

     portosistemik akan menurunkan kamampuan metabolisme hati ( first pass

    efect ), fungsi retikuloendotelial, dan mengakibatkan hiperamonemia (yang

    nantinya akan dapat menjdi hepatik ensefalopati). Namun portosistemik

    tidak mampu untuk menurunkan hipertensi porta dan justru menyebabkan

     peningkatan NO dimana terjadi vasodilatasi splanikus , dan peningkatan

    aliran darah ekstrahepatik (namun kadar NO intrahepatik rendah).

    c. 

    Aktivasi sistem renin-angiotensin aldosteron akibat vasodilatasi

    splanknikus dan vasodilatasi sitemik. Pada tahap lanjut, kondisi ini dapat

    menyebabkan komplikasi pada jantung dan ginjal.

    Secara klinis, hipertensi porta dan pembentukan kolateral portositemik

    akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut.

    1.  Perdarahan varises esofagus, yaitu komplikasi serius yang sering

    terjadi akibat hipertensi portal. 20 - 40 % pasien sirosis dengan varises

    esofagus pecah yang menimbukan perdarahan. Angka kematiannya

    sangat tinggi, sebanyak duapertiganya akan meninggal dalam waktu

    satu tahun walaupun dilakukan tindakan untuk menanggulangi varises

    ini dengan beberapa cara. Risiko kematian akibat perdarahan varises

    esofagus tergantung pada tingkat keparahan dari kondisi hati dilihat

    dari ukuran varises, adanya tanda bahaya dari varises dan keparahan

     penyakit hati. Penyebab lain perdarahan pada penderita sirosis hati

    adalah tukak lambung dan tukak duodeni.

    2. 

    Ensefalopati hepatikum disebut juga koma hepatikum, yaitu kelainan

    neuropsikiatrik akibat disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidur

    (insomnia dan hipersomnia,selanjutnya dapat timbul gangguan

    kesadaran yang berlanjut sampai koma. Timbulnya koma hepatikum

    akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak,seehingga hati tidak dapat

    melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum dibagi menjadi

    dua, yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh

    nekrosis hati yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya, maka

    metabolisme tidak dapat berjalan dengan sempurna. Kedua koma

    hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung,

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    6/46

      6

    tetapi oleh sebab lain antara lain karena perdarahan, akibat terapi

    terhadap asites, karena obat-obatan, dan pengaruh substansia nitrogen.

    3.  Peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis

     bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya

     pasien ini tanpa gejala, namun dapat timbul demam nyeri abdomen.

    4.  Sindroma hepatorenal, keadaan ini terjadi pada penderita penyakit hati

    kronik lanjut, ditandai oleh kerusakan fungsi ginjal yang nyata dan

     penurunan GFR. Dan dapat terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa

    oliguria serta peningktan ureum dan keratinin tanpa adanya kelainan

    organik ginjal.

    5.  Asites, penderita sirosis hati disertai hipertensi portal memiliki sistem

     pengaturan volume cairan ekstraseluler yang tidak normal sehingga

    terjadi retensi air dan natrium. Asites dapat bersifat ringan, sedang dan

     berat. Asites berat dengan jumlah cairan banyak menyebabkan rasa

    tidak nyaman pada abdomen sehingga dapat mengganggu aktivitas

    sehari-hari.4 

    2.7  Manifestasi Klinis

    Pada stadium awal (kompensata) dimana kompensasi tubuh terhadap

    kerusakan hati masih baik, sirosis seringkali muncul tanpa gejala sehingga sering

    ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Gejala-

    gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan

    menurun, perasaan perut kembung, mual, dan berat badan menurun. Pada laki-laki

    dapat timbul impotensi, testis mengecil, dada membesar, serta hilangnya dorongan

    seksualitas. Bila sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis dekompensata) gejala-

    gejala akan menjadi lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan

    hati dan hipertensi porta yang meliputi kerontokan rambut badan, gangguan tidur,

    dan dapat pula disertai dengan gangguan siklus haid, ikterus dengan gangguan

     pembekuan darah, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat,

    hematemesis, melena serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar

    konsentrasi, bingung, agitasi sampai koma.5

     

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    7/46

      7

    Akibat dari sirosis hati maka akan terjadi 2 kelainan yang fundamental yaitu

    kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta. Manifetasi dari gejala dan tanda-tanda

    klinis ini pada penderita sirosis hati ditentukan oleh seberapa berat kelainan

    fundamental tersebut. Gejala dan tanda serta penyebab dari kelinan fundamental

    ini dapat di lihat di tabel 1.1,5

    Tanda Penyebab

      Spider angioma/spider naevi Estradiol meningkat

      Palmar erythema Gangguan metabolism hormon seks

      Perubahan kuku

    -  Muehrche’s lines  Hipoalbuminemia

    Terry’s nails  Hipoalbuminemia

    -  Clubbing Hipertensi portopulmonal

      Osteoartopati hipertrofi Chronic proliferative periostitis

      Kontraktur Dupuytren Proliferasi fibroplastik dan gangguan

    deposit kolagen

      Ginekomastia Estradiol meningkat

      Hipogonadisme Perlukaan gonad primer atau supresi

    fungsi hipofise

      Ukuran hati: besar, normal,

    mengecil

    Hipertensi portal

      Splenomegali Hipertensi portal

      Asites Hipertensi portal

      Caput medusa Hipertensi portal

      Bising daerah epigastrium Hipertensi portal

      Ikterus Bilirubin meningkat (sekurang-

    kurangnya 2-3 mg/dl)

      Flapping tremor Ensepalopati hepatikum

    Tabel 1. Tanda klinis Sirosis Hati dan Penyebabnya.

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    8/46

      8

    Kegagalan fungsi hati akan ditemukan dikarenakan terjadinya perubahan

     pada jaringan parenkim hati menjadi jaringan fibrotik dan penurunan perfusi

     jaringan hati sehingga mengakibatkan nekrosis pada hati. Hipertensi porta

    merupakan gabungan hasil peningkatan resistensi vaskular intrahepatik dan

     peningkatan aliran darah melalui sitem porta. Resistensi intrahepatik meningkat

    melalui 2 cara yaitu secara mekanik dan dinamik. Berasal dari vasokontriksi vena

     portal sebagai efek sekunder dari kontraksi aktif vena portal dan septa

    myofibroblas, untuk mengaktifkan sel stelata dan sel-sel otot polos. Tonus

    vaskular intrahepatik diatur oleh penurunan produksi vasodilator (seperti nitrat

    oksida). Pada sirosis peningkatan resistensi vaskular intrahepatik disebabkan juga

    oleh ketidakseimbangan antara vasokontriksi dan vasodilator yang merupakan

    akibat dari keadaan sirkulasi yang hiperdinamik dengan vasodilatasi arteri

    splanknik yang hiperdinamik dengan vasodilatasi arteri splaknik dan arteri

    sistemik. Hipertensi porta ditandai dengan peningkatan cardiac output   dan

     penurunan resistensi vaskular sistemik.6 

    2.8 Diagnosis Sirosis Hati

    Sirosis hati merupakan kondisi histopatologis yang bersifat asimtomatis

     pada stadium awal. Secara klinis sirosis dapat dibedakan menjadi sirosis

    kompensata (gejala klinis belum ada atau minimal) dan sirosis dekompensata

    (gejala dan tanda terlihat jelas).3

    1.  Sirosis kompensata

    Kebanyakan bersifat asimtomatis dan hanya dapat didiagnosis melalui

     pemeriksaaan fungsi hati. Bila ada, gejala yang muncul berupa kelelahan

    nonspesifik, penurunan libido, atau gangguan tidur. Tanda khas (stigmata) sirosis

     juga seringkali belum tampak pada tahap ini. Sebenarnya sekitar 40% kasus

    sirosis kompensata telah mengalami varises esophagus, namun belum

    menunjukkan tanda-tanda perdarahan.

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    9/46

      9

    2. 

    Sirosis dekompensata

    Disebut sirosis dekompensata apabila ditemukan paling tidak satu dari

    manifestasi berikut, ikterus, asites dan edema perifer, hematemesis melena (akibat

     perdarahan varises esophagus), jaundice, atau ensefalopati (baik tanda dan gejala

    minimal hingga perubahan status mental). Asites merupakan tanda dekompensata

    yang paling sering ditemukan (sekitar 80%). 3 

    Seperti dijelaskan sebelumnya diagnosis sirosis hati stadium kompensasi

    sulit ditegakkan. Pada proses lanjutan dari kompensasi sempurna mungkin bisa

    ditegakkan diagnosis dengan bantuan pemeriksaan klinis yang cermat,

    laboratorium biokimia/serologi, dan pemeriksaan penunjang lain. Pada saat ini

     penegakan diagnosis sirosis hati terdiri dari atas pemeriksaan fisis, laboratorium

    dan USG. Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati atau

     peritoneoskopi karena sulit membedakan hepatitis kronik aktif yang berat dengan

    sirosis hati dini. Diagnosis pasti sirosis hati ditegakkan dengan biopsi hati. Pada

    stadium dekompensata diagnosis tidak sulit ditegakkan karena gejala dan tanda-

    tanda klinis sudah tampak dengan adanya komplikasi.8 Pada pemeriksaan fisik

    diagnosis sirosis hati dapat diketahui dengan adanya tanda-tanda seperti spider

    nevi, palmar eritema, vena kolateral, splenomegali, varises esophagus, dan asites.

    Pada pemeriksaan asites dapat dijumpai pembengkakan pada daerah panggul,

    adanya gelombang cairan, atau dijumpai  shifting dullness. Shifting dullness 

    ditentukan dengan melakukan perkusi untuk melihat pergeseran cairan pada saat

     pasien tidur dalam keadaan telentang pada sisi kanan ataupun kiri.

    Pemeriksaan Penunjang

    Pada pemeriksaan lab dapat diperiksa tes fungsi hati yang meliputi

    aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase, bilirubin,

    albumin, dan waktu protombin. Selain itu juga dilihat nilai aspartat

    aminotransfase (AST) atau serum glutamil oksaloasetat transminase (SGOT) dan

    alanin aminotransfase (ALT) atau serum glutamil piruvat transminase (SGPT).

    AST biasanya lebih meningkat dibandingkan dengan ALT, namun bila nilai

    transminase normal tetap tidak menyingkirakan kecurigaan adanya sirosis. Alkali

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    10/46

      10

    fosfatase mengalami peningkatan kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas.

    Kosentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis sklerosis primer dan

    sirosis bilier primer. Gamma glutamil transpeptidase (GGT) juga mengalami

     peningkatan,dengan kosentrasi yang tinggi dietemukan pada penyakit hati

    alkoholik kronik. Konsentrasi bilirubin normal pada sirosis hati kompensata,

    tetapi bisa meningkat pada sirosis hati yang lanjut.6 

    Terdapat beberapa pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan pada

     penderita sirosis hati. Ultrasonografi (USG) abdomen merupakan pemeriksaan

    rutin yang paling sering dilakukan untuk mengevaluasi pasien sirosis hepatis,

    dikarenakan pemeriksaannya yang non invasif dan mudah dikerjakan, walaupun

    memiliki kelemahan yaitu sensitifitasnya yang kurang dan sangat bergantung pada

    operator. Melalui USG abdomen,dapat dilakukan evaluasi ukuran hati, sudut hati,

     permukaan, homogenitas, dan ada tidaknya massa. Pada penderita sirosis lanjut,

    hati akan mengecil dan nodular, dengan permukaan yang tidak rata dan ada

     peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu, melalui pemeriksaan USG juga

     bisa dilihat ada tidaknya asites, splenomegali, trombosis dan pelebaran vena porta

    serta skrining ada tidaknya karsinoma hati. Berdasarkan pemeriksaan USG

    abdomen pada pasien ini didapatkan kesan berupa penyakit hati kronis yang

    disertai asites yang merupakan salah satu tanda dari kegagalan fungsi hati dan

    hipertensi porta endoskopi dengan menggunakan esophagogastroduodenoscopy

    (EGD) untuk menegakan diagnosis dari varises esophagus dan varises gaster

    sangat direkomendakasikan ketika diagnosis sirosis hepatis dibuat. Melalui

     pemeriksaan ini dapat diketahui tingkat keparahan atau  grading   dari varises,

    selain itu dapat juga mendeteksi lokasi perdarahan spesifik pada saluran cerna

     bagian atas. Di samping untuk menegakkan diagnosis, EGD juga dapat digunakan

    sebagai manejemen perdarahan varises akut yaitu dengan skeleroterapi atau

    endoscopic variceal ligation (EVL).7 

    Pemeriksaan dengan pencitraan seperti USG dan CT-Scan  juga dapat

    membantu dalam penegakan diagnosis dari hipertensi portal dengan melihat

    adanya splenomegali, dilatasi vena porta >13 mm, oklusi dari vena porta, dan

    terbentuknya pembuluh darah portosistemik kolateral.

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    11/46

      11

    Gambar 2.1. Gambaran USG pada Dilatasi Vena Porta.13

    Gambar 2.2. Gambaran Periumbilical Kolateral.13

    Pengukuran  Hepatic Venous Pressure Gradient   (HVPG) dan endoskopi

    merupakan  gold standard   dalam penegakan diagnosis hipertensi portal dan

    komplikasinya yaitu varises esofagus. Namun, pemeriksaannya bersifat invasif,

    relatif mahal, dan hanya tersedia di beberapa pusat pengobatan dengan operator

    yang terlatih. Pengukuran  Hepatic Venous Pressure Gradient   (HVPG) dapat

    memberikan informasi klinis yang berguna untuk mengetahui prognosis

    sehubungan adanya hipertensi portal dan komplikasinya. Pada orang normal, nilai

    HVPG berkisar antara 2-5 mmHg. Nilai HVPG ≥ 5 mmHg menandakan adanya

    hipertensi portal. Nilai HVPG ≥ 10 mmHg berhubungan dengan komplikasi dan

     peningkatan tingkat mortalitas.14

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    12/46

      12

    Sedangkan pada pencitraan untuk asites dapat ditemukan gambaran berupa

    cairan yang menumpuk di rongga peritoneum.

    Gambar 2.3. Gambaran USG pada Asites.13

    Gambar 2.4. Gambaran CT-Scan pada Asites.13

    Selain pencitraan dengan USG atau CT-Scan dilakukan juga analisa cairan

    asites. Analisa yang dilakukan pada cairan asites antara lain protein total, kadar

    albumin, hitung jenis sel leukosit dan kultur. Pemeriksaan lain bergantung pada

    Ascites

    Liver

    Li amen Falciform

    Ascites

    Liver Stomach

    Spleen

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    13/46

      13

    situasi klinis atau karakteristik penampakan dari cairan asites yaitu lactate

    dehydrogenase (LDH), sitologi, amilase, glukosa, dan trigliserida.13

    Konsentrasi protein total dalam cairan asites secara tradisional digunakan

    untuk mengklasifikasikan apakah cairan tersebut merupakan suatu cairan

    transudat atau eksudat. Rendahnya konsentrasi total protein pada cairan asites

    ( 2,5 g/dL mengindikasikan bahwa cairan tersebut merupakan

    eksudat dan hal ini biasanya terjadi pada tuberculosis, keganasan, pankreatitis,

    dll.14

    Selain itu pengukuran Serum-Ascites Albumin Gradient (SAAG) juga

    dilakukan dengan pengukuran hasil pengurangan kadar albumin dalam cairan

    asites dengan kadar albumin dalam serum. Perkembangan Serum-Ascites Albumin

    Gradient   (SAAG) telah menggantikan metode deskripsi cairan eksudatif atau

    transudatif. Ketika gradien di antara kadar serum albumin dan kadar albumin pada

    cairan asites adalah >1,1 g/dl, maka penyebab asites kemungkinan besar adalah

    hipertensi portal. Ketika gradien di antaranya 250 per mm kubik maka

    dinyatakan terjadi infeksi. Pada Tuberculosis, leukosit yang tampak dominan

    adalah sel limfosit. Selain itu pewarnaan gram dan kultur juga dilakukan apabila

    telah dicurigai mengalami infeksi. 13

    Kadar lactate dehydrogenase > 225 mU/L, glukosa < 50 mg/dL, protein

    total > 1 g/dL dan adanya organisme yang multipel mengindikasikan adanya

     secondary bacterial peritonitis. Kadar trigliserida yang meningkat

    mengindikasikan adanya chylous ascites. Kadar amilase yang meningkat

    mengindikasikan adanya pankreatitis atau adanya perforasi usus. Kadar bilirubin

    yang meningkat mengindikasikan adanya perforasi usus.

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    14/46

      14

    Pemeriksaan sitologi dilakukan untuk melihat adanya peritoneal

    carcinomatosis. Pasien dengan peritoneal carcinomatosis memiliki riwayat

    karsinoma payudara, usus, lambung dan pankreas sebagai karsinoma primer.15

    2.9 Penatalaksanaan

    Tatalaksana Sirosis Kompensata

    Terapi ditunjukan untuk mencegah perkembangan menjadi sirosis

    dekompensata dan mengatasi kausa spesifik 3.

    1. 

    Terapi non medikamentosa

    a.  Diet seimbang 35-40 kkal/kgBB ideal dengan protein 1,2-

    1,5g/kgBB/hati.

     b. 

    Aktivitas fisik untuk mencegah inaktivasi dan atrofi otot, sesuaikan

    dengan toleransi pasien.

    c.  Stop konsumsi alkohol dan merokok.

    d.  Pembatasan obat-obatan hepatotoksik dan nefrotoksik: OAINS,

    isoniazid, asam valproat, eritromisin, amoksilin/klavulanat,golongan aminoglikosida (bersifat nefrotoksik pada sirosis),

    ketokonazol, klorpromazin, dan ezetemibe.3 

    2.  Terapi medikamentosa

    a.  Terapi sesuai etiologi : hepatitis B kronis, hepatitis C, NASH,

    sirosis alkoholik, autoimun, dan sebagainya.

     b.  Bila perlu terapi defisiensi besi. Dapat diberikan tambahan zink

    sulfat 2x200 mg PO untuk memperbaiki nafsu makan dan keram

    otot.

    c.  Bila perlu, dapat diberikan antipruritus; kolestiramin, anthistamin,

    atau agen topikal.

    d.  Suplementasi vitamin D (atau anologinya) pada pasien beresiko

    tinggi osteoporosis.3 

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    15/46

      15

    3. 

    Surveilan komplikasi sirosis

    Monitor kadar albumin, deteksi varises, pemantauan fungsi ginjal,

    deteksi ensefalopati, deteksi karsinoma hepatoseluler, dan vaksinasi

    hepatitis B dan A bila perlu.4 

    Tatalaksana Sirosis Dekompensata

    Terapi ditunjukan untuk mengatasi kegawatdaruratan dan mengembalikan

    kondisi kompensata.9 

    1.  Asites

    a. 

    Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam 5,2 gram

    atau 90 mmol/hari atau 400-800 mg/hari.

     b.  Diet rendah garam dikombinasikan dengan obat-obatan diuretik awalnya

    dengan pemberian spironoalakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari.

    c.  Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5

    kg/hari,tanpa adanya edema kaik atau 1 kg/hari bila edema kaki

    ditemukan.

    d. 

    Bila pemberian spironolakton belum adekuat maka bisa dikombinasi

    dengan firosemid dengan dosis 20-40 mg/hari.

    e. 

    Pemberian furosemid bisa ditambahkan dosisnya bila tidak ada respon,

    maksimal dosisnya 160mg/hri.

    f.  Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dengan pemberian albumin.9 

    2.  Ensefalopati hepatik

    Ensefalopati hepatik merupakan keadaan gangguan fungsi sietem saraf

     pusat disebabkan hati gagal untuk mendektoksikasi bahan-bahan toksik

    dari usus karena disfungsi hepatoseluler dan  portosystemic shunting .

    Laktulosa membantu pasien untuk mengurangi amonia. Neomisin bisa

    digunakan utuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia. Diberikan

    dengan dosis 2-4 gram. Diet protein dikurangi sampai 0,5 gr/kgBB per

    hari, terutama diberikan yang kaya asam amino rantai cabang.9 

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    16/46

      16

    3. 

    Varises Esofagus

    a.  Sebelum terjadi perdarahan dan sesudah perdarahan dapat diberikan

    obat penyekat beta (propanolol).

     b. 

    Pada pasien yang tidak tahan terhadap pemberian beta bloker dapat

    diberikan isosorbid mononitrat.

    c.  Beta bloker dapat diberikan kepada pasien sirosis hati yang beresiko

    tinggi terjadinya perdarahan, yaitu varises yang besar dan merah.

    d.  Pofilaksis skleroreterapi tidak boleh dilakukan kepada pasien yang

     belum pernah mengalami perdarahan varises esofagus karena

     berdasarkan penelitian, skleroterapi dapat meningkatkan angka

    kematian dari pada pengguna beta bloker.

    e.  Waktu perdarahan akut bisa diberikan preparat somatostatin atau

    okreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi

    endoskopi.

    f.  Pencegahan perdarahan kembali dapat dilakukan skleroterapi atau

    ligasi, beta bloker nonselektif (propanolol, nadolol) 20mg sebanyak 2

    kali sehari atau 40-80 mg sekali sehari, isosorbid mononitrat dapat

    diberikan 10 mg sebanyak 2 kali sehari atau 20-40 mg sebayak 2 kali

    sehari.9\ 

    4.  Sindrom hepatorenal

    Sindrom hepatorenal ditandai dengan azotemia, oliguria, hiponateremia,

     penurunan sekresi natrium urin, dan hipotensi. Sindrom hepatorenal didiagnosa

     jika tidak ada penyebab gagal ginjal lainnya. Penyebab tidak jelas, tetapi

     patogenesisnya karena vasokontriksi ginjal, kemungkinan disebabkan gangguan

    sintesis vasodilator renal seperti prostaglandin E2, keadaan histologi ginjal

    normal. Terapi yang diberikan kebanyakan tidak efektif. Berdasarkan peneletiaan

    akhir, pemberian vasokontriktor dengan waktu kerja lama (ornipressin dan

    albumin, ornipressin dan dopamine, atau somatostatin analog octreotide dan

    midodrione sebagai obat alpha aderenergik) dan TIPS memberikan perbaikan.10

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    17/46

      17

    5.  Anemia

    a.  Untuk anemia defiesiensi besi dapat diberikan sulfas ferrosus 0,3

    g/tablet, 1 kali sehari postcoenam.

     b.  Pemberian asam folat 1 mg/hari,diindikasikan pada pengobatan anemia

    makrositik yang berhubungan dengan alkoholisme.

    c. 

    Transfusi sel darah merah beku ( packed red cell ) dapat diberikan untuk

    mengganti kehilangan darah. Dengan ketentuan PH

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    18/46

      18

    2.10 Prognosis

    Prognosis sirosis sangat bervarisi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi

    etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai.

    Prognosis sirosis hati dapat diukur dengan kriteria Child-Turcotte-Pugh. Kriteria

    Child-Turcotte-Pugh banyak digunakan oleh para ahli hepatologi saat ini.

    Kriteria ini digunakan untuk mengukur derajat kerusakan hati dalam menegakkan

     prognosis kasus-kasus kegagalan hati kronik. Sangat bergantung pada kondisi

    klinis pasien yang dapat dipredisikan dengan skor CPT.11 

    Umumnya mortalitas hanya terjadi setelah pasien mengalami fase

    dekompensasi. Untuk sirosis kompensata saja, angka kesintasan selama 10 tahun

    diperkirakan sekitar 90 %,namun teradinya dekompensata dalam 10 tahun

    tersebut meningkat 50%. Sementara itu,angka kejadian KHS dilaporkan konstan

    3% per tahun dan berkolerasi dengan prognosis yang buruk pada setiap stadium

    KHS.11 

    Parameter 1 poin 2 poin 3 poin

    Ensefalopati

    hepatikum

    Tidak ada Derajat 1-2 Derajat 3-4

    Asites Tidak ada Sedikit Sedang-besar

    Bilirubin (mg/Dl) 3

    Albumin (g/Dl) >3,5 2,8-3,5 control,atau INR)

    >6 detik, atau

    INR 2,3

    Tabel. Skor Child-Turcotte-Pugh (CTP)

    Keterangan :

    Skor 5-6 = Child A (Angka kesintasan 1 tahun pertama = 100%; angka

    kesintasan 2 tahun pertama = 85 %

    Skor 7-9 = Child B (angka kesintasan 1 tahun pertama = 81%; angka kesintasan

    2 tahunpertama = 57% Skor 10-15 = Child C (angka kesintasan 1 tahun

     pertama = 45%; angka kesintasan 2 tahun pertama = 35%)

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    19/46

      19

    BAB III 

    STATUS ORANG SAKIT

     No. Reg. RS : 00.65.34.11

    Tanggal Masuk : 22-03-2016

    Jam : 18.30 WIB

    Bed : III.3.5

    ANAMNESIS PRIBADI

     Nama : SYARIFUDDIN AHMAD

    Umur : 23 Tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Status Perkawinan : belum menikah

    Pekerjaan : mahasiswa

    Suku : Jawa

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. SWADAYA, GG ABADI LK

    ANAMNESIS

    ☐ Autoanamnese  ☐ Alloanamnese

    ANAMNESIS PENYAKIT 

    Keluhan Utama : Perut membesar

    Deskripsi : Ha ini dialami pasien sejak ± 5 bulan lalu sebelum

    masuk rumah sakit, pelahan-lahan semakin

    membesar sehingga mengganggu aktivias pasien.

    Mual tidak dijumpa, muntah tidak dijumpai, demam

    tidak dijumpai sesak nafas dijiumpai. Riwayat

    minum alcohol disangkal, riwayat minum jamu-

     jamuan tidak dijumpai, riwayat minum obat

     penghilang rasa nyeri tidak dijumpai, riwayat sakit

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    20/46

      20

    kuning sebelumnya tidak dijumpai, riwayat muntah

    hitam tidak dijumpai, riwayat BAB hitam tidak

    dijumpai, muka pucat dijumpai, riwayat perdarahan

    spontan tidak diumpai. Penurunan berat badan Batuk

    dijumpai sejak ± 5 hari yang lalu, dahak dijumpai,

     berwarna putih, volume setengah s.d satu sendok

    makan. Bengkak kedua kaki dijumpai sejak ± 1

     bulan yang lalu, nyeri tidak dijumpai. Pasien

    sebelumnya telah dirawat di RS luar 2 hari yang lalu

    dan pernah dikeluarkan cairan perutnya sebanyak ±

    8 liter.

    RPT : tidak jelas

    RPO : tidak jelas

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    21/46

      21

    ANAMNESIS ORGAN

    Jantung Sesak Napas : + Edema : +

    Angina

    Pectoris

    : - Palpitasi : -

    Lain-lain : -

    Saluran

    Pernapasan

    Batuk-batuk : + Asma, bronchitis : -

    Dahak : + Lain-lain : -

    Saluran

    Pencernaan

     Nafsu Makan : biasa Penurunan BB : +

    Keluhan

    Menelan

    : - Keluhan Defekasi : -

    Keluhan Perut : + (membesar

    dan nyeri)

    Lain-lain : -

    Saluran

    Urogenital

    Sakit Buang

    Air Kecil

    : - Buang air kecil

    tersendat

    : -

    Mengandung

    Batu

    : - Keadaan Urin : -

    Haid : - Lain-lain : -

    Sendi danTulang

    SakitPinggang

    : - KeterbatasanGerak

    : -

    Keluhan

    Persendian

    : - Lain-lain : -

    Endokrin Haus/Polidipsi : - Gugup : -

    Poliuri : - Perubahan Suara : -

    Polifagi : - Lain-lain : -

    Saraf Pusat Sakit Kepala : - Hoyong : -

    Lain-lain : -

    Darah danPembuluh

    darah

    PucatPetechiae

    : +: -

    PerdarahanPurpura

    Lain-lain

    : -: -

    : -

    Sirkulasi

    Perifer

    Claudicatio

    Intermitten

    : - Lain-lain : -

    ANAMNESIS FAMILI : riwayat sakit kuning tidak dijumpai

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    22/46

      22

    PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

    STATUS PRESENS

    Keadaan Umum Keadaaan Penyakit

    Sensorium : CM Pancaran Wajah : pucat

    Tekanan Darah : 110/70 mmHg Sikap Paksa : -

    Reflek Fisiologis : +

     Nadi : 86x/i, reg, t/v cukup Reflek Patologis : -

    Pernapasan : 26 x/i

    Temperatur : 36,8C (axilla)

    Keadaan Gizi :

    RBW =

       

    RBW = 77%

    IMT

    () = 18,3 kg/m2

    Kesan : Normoweight

    Anemia (-/-) Ikterus (-/-) Dispnu (-)

    Sianosis (-) Edema (-/-) Purpura (-)

    Turgor Kulit : Baik

    TB : 165 cmBB : 50 kg

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    23/46

      23

    KEPALA :

    Mata : Konjungtiva palp. inf. pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

    isokor ki=ka, diameter ±3 mm, reflex cahaya direk (+/+),

    indirek(+/+),

    Telinga : Dalam batas normal

    Hidung : Dalam batas normal

    Mulut : Lidah : dalam batas normal

    Gigi geligi : dalam batas normal

    Tonsil/faring : dalam batas normal

    LEHER :

    Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)

    Posisi trakea: terdorong sedikit kekiri, TVJ : R-2 cm H2O

    Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)

    THORAX DEPAN

    Inspeksi

    Bentuk : Simetris fusiformis

    Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernapas

    Torako-abdominal

    Palpasi

     Nyeri tekan : -

    Fremitus suara : stem fremitus kanan melemah dibanding

    kiri

    Iktus : tidak teraba

    Perkusi

    Paru

    Batas paru-hati R/A : sulit dinilai

    Peranjakan :

    Jantung

    Batas atas jantung : ICS II LMCS

    Batas kiri jantung : 1 cm medial LMCS

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    24/46

      24

    Batas kanan jantung : 1 cm lateral LPSD

    Auskultasi

    Paru

    Suara Pernapasan : melemah pada lapangan bawah paru kanan

    Suara Tambahan : ronki basah pada lapangan bawah paru kiri

    Jantung

    M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah sistolis(-), desah diastolis(-),

    HR :86 x/i, reguler, intensitas cukup

    THORAX BELAKANG

    Bentuk : Simetris fusiformis

    Palpasi : Stem fremitus kanan melemah dibanding kiri

    Perkusi : sonor memendek lapangan bawah paru kanan

    Auskultasi : SP : melemah pada lapangan bawah paru kanan

    ST : ronki basah pada lapangan bawah paru kiri

    ABDOMEN

    Inspeksi

    Bentuk : Simetris membesar, permukaan licin

    Gerakan lambung/usus : sulit dinilai

    Vena kolateral : (+)

    Caput medusae : (-)

    Palpasi

    Dinding Abdomen : Rigid, distensi (+)

    HATI

    Pembesaran : sulit dinilai

    Permukaan : sulit dinilai

    Pinggir : sulit dinilai

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    25/46

      25

     Nyeri tekan : sulit dinilai

    LIMFA

    Pembesaran : ( ), Schuffner : , Haecket : (sulit dinilai)

    GINJAL

    Ballotement : sulit dinilai

    UTERUS/OVARIUM : (-)

    TUMOR : (-)

    Perkusi

    Pekak hati : sulit dinilai

    Pekak beralih : sulit dinilai

    Undulasi : sulit dinilai

    Auskultasi

    Peristaltik usus : sulit dinilai

    Lain-lain : -

    PINGGANG

     Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri / Kanan

    INGUINAL : Tidak dilakukan pemeriksaan

    GENITALIA LUAR : Tidak dilakukan pemeriksaan

    PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT) (tidak dilakukan pemeriksaan)

    Perineum : -

    Sphincter ani : -

    Lumen : -

    Mukosa : -

    Sarung tangan : -

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    26/46

      26

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN

    Darah Kemih Tinja

    Hb

    Eritrosit

    : 11,8 g%

    : 4,14 x 106/mm

    arna : pekat

    keruh

    Warna :

    Leukosit : 11,6x10 /mm rotein : - Konsistensi :

    Trombosit

    Ht

    : 363x 10 /mm 

    : 34 %

    eduksi

    ilirubin

    : -

    : -

    Eritrosit

    Leukosit

    : -

    : -

    ED :- robilinogen : + Amoeba/Kista : –  

    Sedimen

    ritrosit : 0 –  15

    eukosit : -

    Silinder : - pitel : -

    Telur Cacing

    Ascaris : -

    Ankylostoma : -

    T. trichiura : -Kremi : -

    Hitung jenis :Eosinofil : 76,7 %Basofil :0,8 % Neutrofil absolut : 8.9 x10

    Limfosit : 10,1 %Monosit : 7,3 %

    ANGGOTA GERAK BAWAH

    Kiri Kanan

    Edema : + +

    Arteri Femoralis : + +

    Arteri Tibialis Posterior : + +

    Arteri Dorsalis Pedis : + +

    Refleks KPR : + +

    Refleks APR : + +

    Refleks Fisiologis : + +Refleks Patologis : - -

    Lain-lain : - / -

    ANGGOTA GERAK ATAS

    Deformitas Sendi : -

    Lokasi : -

    Jari tabuh : -

    Tremor Ujung Jari : -

    Telapak Tangan Sembab : -

    Sianosis : -

    Eritema Palmaris : -Lain-lain :

     

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    27/46

      27

    RESUME DATA DASAR

    ANAMNESIS

    Keadaan Umum : Perut membesar

    Telaah : dialami pasien sejak ± 5 bulan yang lalu,

     perut perlahan membesar, terasa

    menekan dan nyeri. Mual dan muntah

    (-),demam (-), sesak nafas (+). Batuk

    dijumpai sejak ± 5 hari yang lalu,

    dahak dijumpai berwana putih.

    RPT : -

    RPO : -

    STATUS PRESENS

    Keadaan Umum : Sedang

    Keadaan Penyakit : Sedang

    Keadaan Gizi : Normal

    PEMERIKSAAN FISIK

    Vital Sign

    Sensorium : Compos Mentis

    TD : 110/70 mmHg, HR : 86 x/i, RR : 26 x/i,

    Temp. : 36,8C

     Pemeriksaan Fisik

    Kepala

    Mata : konjungtiva inferior pucat (-/-) , ikterik

    (-/-)

    Leher

    Dalam batas normal

    Abdomen

    Inspeksi : simetris membesar, permukaan licin,

    vena kolateral (+)

    Palpasi: rigid, tenderness (+)

    H/L/R : sulit dinilai

    Perkusi: sulit dinilai 

    Auskultasi: sulit dinilai 

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    28/46

      28

    LABORATORIUM

    RUTIN

    Darah : kesan normal 

    Urine : kesan hematuria mikroskopik,

    urobilinogen (+)

    Tinja :

    DIAGNOSA BANDING

    1.  Asites e.c Sirosis Hepatis Stadium

    Dekompensata + pneumonia + efusi pleura

    kanan

    2. 

    Asites e.c Hipoalbumin + TB. Paru + efusi

     pleura kanan

    3. 

    DIAGNOSA

    SEMENTARA

    Asites e.c Sirosis Hepatis Stadium Dekompensata

    + pneumonia + efusi pleura kanan

    PENATALAKSANAAN

    Aktivitas : Tirah baring

    Diet : Diet Hati III

    Tindakan Suportif :

    1.  IVFD Dekstrose 5% 10 gtt/I mikro

    2.  O2 2-4 L

    Medikamentosa:

      Inj. Cefotaxime 1 gr /8 jam/I.V

      Furosemide 1x 40 mg

      Spironolaktone 1 x 100 mg

      Lactulosa syr 3x CI

    Rencana Penjajakan

    1. DL, LFT, RFT, Elektrolit, albumin

    2. KGD Adrandom

    3. Endoskopi

    4. USG Abdomen

    5.viral marker

    6. Tapping cairan asites, SAAG

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    29/46

      29

    7. Sitologi cairan asites dan analisa cairan asites

    8. Kultur sputum

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    30/46

      30

    BAB 4

    DISKUSI

    Teori Pasien

    Etiologi

    Penyebab terbanyak dari sirosis hepatis

    adalah virus hepatitis B (30-40%), virus

    hepatitis C (30-40%), dan penyebab yang

    tidak diketahui (10-20%).

    Adapun beberapa etiologi dari sirosis

    hepatis antara lain :

    Obstruksi bilier

    Penyakit perlemakan hati non alkoholik

    Sirosis bilier primer

    Kolangitis sklerosis primer

    Pada pasien belum dijumpai bukti

    etiologi seperti pada teori.

    Manifestasi Klinis

    Gejala-gejala awal sirosis meliputi

     perasaan mudah lelah dan lemas, selera

    makan berkurang, perasaan perut

    kembung, mual, berat badan menurun,

     pada laki-laki dapat timbul impotensi,

    testis mengecil dan dada membesar, serta

    hilangnya dorongan seksualitas. Bila

    sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis

    dekompensata) gejala-gejala akan menjadi

    lebih menonjol terutama bila timbul

    komplikasi kegagalan hati dan hipertensi

     porta, meliputi kerontokan rambut badan,

    gangguan tidur, dan demam yang tidak

     begitu tinggi. Selain itu, dapat pula disertai

    Os mempunyai gejala sebagai berikut:

    - Mudah lelah dan lemas

    - Penurunan berat badan

    - Perut membesar

    - nyeri dan rasa menyesak pada abdomen

    - BAK seperti teh pekat

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    31/46

      31

    dengan gangguan pembekuan darah,

     perdarahan gusi, epistaksis, gangguan

    siklus haid, ikterus dengan air kemih

     berwarna seperti teh pekat, hematemesis,

    melena, serta perubahan mental, meliputi

    mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung,

    agitasi, sampai koma

    Pemeriksaan Fisik

    Gejala Kegagalan Fungsi Hati

    Ikterus

    Spider naevi

    Ginekomastisia

    Kerontokan bulu ketiak

    Ascites

    Eritema palmarisWhite nail

    Gejala Varises Esofagus

    Varises esophagus/cardia

    Splenomegali

    Pelebaran vena kolateral

    Ascites

    Hemoroid

    Caput medusa

    Pada pemeriksaan fisik, ascites,

    hepatomegali (sulit dinilai), vena

    kolateral

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    32/46

      32

    Pemeriksaan Penunjang

    Pada pemeriksaan laboratorium dapat

    diperiksa tes fungsi hati yang meliputi

    aminotransferase, alkali fosfatase, gamma

    glutamil transpeptidase, bilirubin,

    albumin, dan waktu protombin.

    Ultrasonografi (USG) abdomen

    merupakan pemeriksaan rutin yang paling

    sering dilakukan untuk mengevaluasi

     pasien sirosis hepatis, dikarenakan

     pemeriksaannya yang non invasif dan

    mudah dikerjakan, walaupun memiliki

    kelemahan yaitu sensitivitasnya yang

    kurang dan sangat bergantung pada

    operator.

    -  Albumin menurun (2,6 mg/dl)

    -   Natrium menurun (124

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan kasus sirosis hepatis

    dipengaruhi oleh etiologi dari sirosis

    hepatis.

    Terapi yang diberikan bertujuan untuk

    mengurangi progresifitas dari penyakit.

    Menghindarkan bahan-bahan yang dapat

    menambah kerusakaan hati, pencegahan

    dan penanganan komplikasi merupakan

     prinsip dasar penanganan kasus sirosis

    Pengobatan sirosis dekompensata:

    -Asites: tirah baring dan diawali diet

    rendah garam, konsumsi garam sebanyak

    5,2 gram atau 90mmol/hari. Diet rendah

    -  Tirah Baring 

    -  IVFD Dekstrose 5% 10 gtt/i mikro 

    -  Inj. Cefotaxime 1 gr /8 jam/I.V

    -  Furosemide 1x 40 mg

    -  Spironolaktone 1 x 100 mg

    -  Lactulose syr 3x Cl 

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    33/46

      33

    garam dikombinasi dengan obat-obatan

    diuretik. Awalnya dengan pemberian

    spironolakton dengan dosis 100-200 mg

    sekali sehari. Respons diuretik bisa

    dimonitor dengan penurunan berat badan

    sebesar 0,5kg/hari tanpa adanya edema

    kaki atau 1kg/hari dengan adanya edema

    kaki. Bilamana pemberian spironolakton

    tidak adekuat bisa dikombinasikan dengan

    furosemid dengan dosis 20-40mg/hari.

    Pemberian furosemid bisa ditambah

    dosisnya bila tidak ada respons, maksimal

    dosisnya 160mg/hari.

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    34/46

      34

    BAB V

    KESIMPULAN

    Seorang pasien laki-laki bernama Syarifuddin Ahmad berusia 23 tahun

    menderita Asites e.c Sirosis Hepatis Stadium Dekompensata + pneumonia + efusi

     pleura kanan Pasien diberikan terapi tindakan suportif IVFD Dekstrose 5% 10

    gtt/i mikro dan dianjurkan diet Diet Hati III. Pasien diberikan pengobatan Inj.

    Cefotaxime 1 gr /8 jam/I.V, Furosemide 1x40 mg, Spironolaktone 1 x 100 mg,

    Lactulosa syr 3xCI.

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    35/46

      35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 

    Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi I., Simadibrata K., Setiati S. Buku Ajar

    Ilmu Penyakit Dalam Edisi VII. FK UI. 2014

    2.  Longo DL, Fauci AS. penyunting Chronic hepatitis. Dalam: Harrison’s

    gastroenterology and hepatology. Edisi ke-18 Philadelphia: McGraw-Hill;

    2012

    3.  Tanto C., Liwang F., Hanifati S. Kapita Selekta Kedokteran edisi IV Buku

    2. Media Aesculapius. Jakarta. 2014

    4. 

    Tsochatzis EA, Bosch J. Burroughs AK. Liver cirrhosis Lancet. 2014;383(9930): 1749-61.

    5. 

    Liou IW. Management of end-stage liver disease. Med Clin North Am.

    2014;98(1): 119-52

    6.  McCormick PA. Hepatic cirrhosis. Dalam: Dooley JS, Lok AS, burroughs

    AK, Heathcote EJ. Sherlock’s disease of the liver and biliary system. Edisi

    ke-12. Oxford: Wiley-Black-Well; 2011

    7. 

    Star SP, Raines D. Cirrhosis: Diagnosis, Management, and Prevention.

     Louisiana State University Health Sciences Center School of Medicine at

     New Orleans, New Orleans, Louisiana. 2011

    8.  Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis hati. In: Askandar Tjokroprawiro,

    Poernomo Boedi Setiawan, et al. Buku Ajar Penyakit Dalam, Fakultas

    Kedokteran Universitas Airlangga. 2007.

    9.  Robert S. Rahimi, Don C. Rockey. Complications of Cirrhosis. Curr Opin

    Gastroenterology. 2012.

    10. 

    Papadakis MA, Mcphee SJ. Current : Medical Diagnosis & Treatment. Mc

    Graw Hill, Lange. 2015

    11. Guadalupe Garcia-Tsao. Prevention and Management of Gastroesophageal

    Varices and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. Am J Gastroenterol. 2007

    12. Thomson, A.B.R. & Gutfreund, K.S. Cirrhosis and Portal Hypertension.

     In: Thomson, A.B.R., & Shaffer, E.A., ed. First Principles of

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    36/46

      36

    Gastroenterology and Hepatology. Canada: CAPStone Academic

    Publishers, 497 –  516. 2012

    13. 

    Al-Nakshabandi, N.A.,. The  Role of Ultrasonography in Portal

     Hypertension. The Saudi Journal of Gastroenterology. Available from:

    http://www.saudijgastro.com/temp/SaudiJGastroenterol123111-

    453027_123502.pdf. 2006

    14. Koh, C. & Heller, T.  Approach to the Diagnosis of Portal Hypertension.

    Clinical Liver Disease. Available from:

    http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cld.78/pdf. 2012

    15. Ju, H.S., et al.  Predictors of Refractory Ascites Development in Patients

    with Hepatitis B Virus-Related Cirrhosis Hospitalized to Control Ascitic

     Decompensation. Yonsei Med J. Available from:

    http://www.dx.doi.org/10.3349/ymj.2013.54.1.145. 2013

    http://www.saudijgastro.com/temp/SaudiJGastroenterol123111-453027_123502.pdf.%202006http://www.saudijgastro.com/temp/SaudiJGastroenterol123111-453027_123502.pdf.%202006http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cld.78/pdf.%202012http://www.dx.doi.org/10.3349/ymj.2013.54.1.145http://www.dx.doi.org/10.3349/ymj.2013.54.1.145http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cld.78/pdf.%202012http://www.saudijgastro.com/temp/SaudiJGastroenterol123111-453027_123502.pdf.%202006http://www.saudijgastro.com/temp/SaudiJGastroenterol123111-453027_123502.pdf.%202006

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    37/46

      37

    Lampiran

    Follow Up Pasien

    Tanggal S O A P

    Terapi Diagnostik

    23-03-

    2016

    Sesak

    nafas (+)Perut

    membesar

    (+)

    Sens: Compos mentis

    TD: 100/80HR: 108x/I reg

    RR: 26x/i

    Temp: 37,7oC

    Pem. Fisik

    Kepala:

    Konjungtiva anemis (-/-),

    sklera ikterik (-/-)

    Leher:

    TVJ R-2 cm H20,

    Pembesaran KGB (-),Trakea medial

    Thorax:

    -SH Stad DC dengan

    asites masif-Pneumonia dd TB

     paru

    -Hipoalbuminemia

    - Tirah baring

    - O2 2-4 L- Diet Hati III

    - IVFD Dekstrosa 10 gtt/i

    mikro

    - Inj. Cefotaxime 1 gr/8

     jam

    - Furosemide 2x40 mg

    - spironolakton 2x100

    mg

    - Lactulac syr 3x CI

    - Femahes 1 Fls/hari

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    38/46

      38

    SP: suara melemah pada

    lap. tengah bawah paru

    kanan

    ST: ronchi basah lap.

     bawah paru kiri

    Abdomen;

    Simetris membesar,

    distensi, shifting dullness

    (+), kesan: asites vena

    kolateral (+) H/L/R sulit

    dinilai

    Extremitas bawah: oedema

    (+/+)

    24/03/2016 Perut

    membesar

    (+)

    Compos mentis

    TD: 100/70 mmhg

    HR: 92x/I reg

    RR: 22x/i

    36,7 oC

    Pem. Fisik

    -SH Stad DC dengan

    asites masif

    -Pneumonia dd TB

     paru

    -Hipoalbuminemia

    - Efusi pleura kanan

    - Tirah baring

    - O2 1 - 2 L via nasal

    canule

    - Diet Hati III

    - IVFD Dekstrosa 10 gtt/i

    mikro

    Gastroskopi

    ditunda karena

    asites massif dan

     pasien merasa

    sesak bila

    dilakukkan posisi

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    39/46

      39

    Kepala:

    Mata: konjungtiva anemis

    (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Leher:

    TVJ R-2 cm H20,

    Pembesaran KGB (-),

    Trakea medial

    Thorax:

    SP: suara melemah pada

    lap. tengah bawah paru

    kanan

    ST: ronchi basah lap.

     bawah paru kiri

    Abdomen;

    Simetris membesar,

    distensi, shifting dullness

    (+), kesan: asites vena

    kolateral (+) H/L/R sulit

    dinilai

    Lab (tgl 22-03-2016):

    Hb: 11,8

    Eritrosit: 4,14

    Leukosit: 11.600

    Ht: 34%

    Platelet: 362.000

    MCV: 83

    MCH: 28,5

    MCHC: 34,3

    PT: 16,6/14,00 = 1,18

    INR: 1,17

    APTT: 40,9/34,0 =

    1,2

    TT: 16,0/17,5 = 0,9

    Fibrinogen: 360

    D-Dimer: 860

    Albumin: 2,6

    KGD Sewaktu: 112

    - Inj. Cefotaxime 1 gr/8

     jam (kosong barang)

    ganti dengan Drip

    Ciprofloxacin 200 mg/12

     jam

    - Furosemide 2x40 mg

    - spironolakton 2x100

    mg

    - Lactulac syr 3x CI

    - Femahes 1 Fls/hari

    lateral decubitus.

    Anjuran:

    - parasintesa

    caiiran asites.

    - SI/TIBC

    - Serum ferritin

    - Analisa dan

    sitologi cairan

    asites

    - A.D.A (Adenosin

    Deaminasi

    Activity)

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    40/46

      40

    Ekstremitas superior:

    dalam batas normal,

    eritema palmaris (-)

    Extremitas bawah: oedema

    (+/+)

    BUN: 13

    Ur/er: 28/0,82

     N2/U/el: 124/3,3/93

    Lab (23-03-2026)

    Bilirubin total: 1,2

    Bilirubin Direk: 0,8

    ALP: 253

    SGOT: 19

    SGPT: 15

    GGT: 174

    Protein total: 6,2

    Globulin: 3,6

    Albumin: 2,6

    HbsAg: (-)

    Anti HCV: (-)

    HIV: (-)

    25/03/2016

    Pukul

    Perut

    membesar

    Compos mentis

    TD: 100/70 mmhg

    -SH Stad DC dengan

    asites masif

    - Tirah baring

    - O2 1 - 2 L via nasal

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    41/46

      41

    08.50 (+) HR: 92x/I reg

    RR: 22x/i

    36,7 oC

    Pem. Fisik

    Kepala:

    Mata: konjungtiva anemis

    (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Leher:

    TVJ R-2 cm H20,

    Pembesaran KGB (-),

    Trakea medial

    Thorax:

    SP: Vesikuler, suara

    melemah pada lap. tengah

     bawah paru kanan

    ST: ronchi basah lap.

     bawah paru kanan

    Abdomen;

    Simetris membesar,

    -Pneumonia dd TB

     paru

    -Hipoalbuminemia

    - Efusi pleura kanan

    canule

    - Diet Hati III

    - IVFD Dekstrosa 10 gtt/i

    mikro

    - Drip Ciprofloxacin 200

    mg/12 jam (karena Inj.

    Ceftriaxone kosong

     barang)

    - Furosemide 2x40 mg

    - spironolakton 2x100

    mg

    - Lactulac syr 3x CI

    - Fimahes 1 Fls/hari

    Follow ketat vital sign >

     pasien post pungsi cairan

    asites 6 L tgl 24/03/2016

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    42/46

      42

    distensi, shifting dullness

    (+), kesan: asites, vena

    kolateral (+) H/L/R sulit

    dinilai

    Ekstremitas superior:

    dalam batas normal,

    eritema palmaris (-)

    Extremitas bawah: oedema

    (+/+)

    25/03/2016

    Diatas

     pukul

    12.00

    Perut

    membesar

    (+) post

     parasente

    sis 6 L

    Sens: Compos mentis

    TD: 100/70 mmHg

    HR: 84x/i

    RR: 20

    Temp: 36,5oC

    Pem. Fisik

    Kepala:

    Mata: konjungtiva anemis

    (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Leher:

    -SH Stad DC dengan

    asites masif

    -Pneumonia dd TB

     paru

    -Hipoalbuminemia

    - Efusi pleura kanan

    - Tirah baring

    - O2 1 - 2 L via nasal

    canule

    - Diet Hati III

    - IVFD Dekstrosa 10 gtt/i

    mikro

    - Drip Ciprofloxacin 200

    mg/12 jam (karena Inj.

    Ceftriaxone kosong

     barang)

    Rencana

    Gastroskopi Senin,

    28/03/2016

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    43/46

      43

    TVJ R-2 cm H20,

    Pembesaran KGB (-),

    Trakea medial

    Thorax:

    SP: Vesikuler, suara

    melemah pada lap. tengah

     bawah paru kanan

    ST: ronchi basah lap.

     bawah paru kanan

    Abdomen;

    Simetris membesar,

    distensi, shifting dullness

    (+), kesan: asites, vena

    kolateral (+) H/L/R sulit

    dinilai

    Ekstremitas superior:

    dalam batas normal,

    eritema palmaris (-)

    Extremitas bawah: oedema

    - Furosemide 2x40 mg

    - spironolakton 2x100

    mg

    - Lactulac syr 3x CI

    - Fimahes 1 Fls/hari

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    44/46

      44

    (+/+)

    26/03/2016

    Pukul:

    08.00

    Perut

    membesar

    (+) post

     parasente

    sis 6 L

    Sens: Compos mentis

    TD: 90/70 mmHg

    HR: 94x/i

    RR: 20

    Temp: 36oC

    Pem. Fisik

    Kepala:

    Mata: konjungtiva anemis

    (-/-), sklera ikterik (-/-)

    Leher:

    TVJ R-2 cm H20,

    Pembesaran KGB (-),

    Trakea medial

    Thorax:

    SP: Vesikuler, suara

    melemah pada lap. tengah

     bawah paru kanan

    ST: ronchi basah lap.

    -SH Stad DC post

     parasentesis

    -Pneumonia dd TB

     paru

    -Hipoalbuminemia

    - Efusi pleura kanan

    - Tirah baring

    - O2 1 - 2 L via nasal

    canule

    - Diet Hati III

    - IVFD Dekstrosa 10 gtt/i

    mikro

    - Drip Ciprofloxacin 200

    mg/12 jam (karena Inj.

    Ceftriaxone kosong

     barang)

    - Furosemide 2x40 mg

    - spironolakton 2x100

    mg

    - Lactulac syr 3x CI

    - Fimahes 1 Fls/hari

    Anjuran: Follow ketat

    Vital sign per jam

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    45/46

      45

     bawah paru kanan

    Abdomen;

    Simetris membesar,

    distensi, shifting dullness

    (+), kesan: asites, vena

    kolateral (+) H/L/R sulit

    dinilai

    Ekstremitas superior:

    dalam batas normal,

    eritema palmaris (-)

    Extremitas bawah: oedema

    (+/+)

  • 8/18/2019 Lapkas Sirosis Hati-Syarifudin

    46/46

      1