sipp.docx

34
TUGAS KEPERAWATAN JIWA 1 ASUHAN KEPERAWATAN ‘WAHAM’ Di susun oleh Kelompok 3 M. Syaiful Amri (08600033) Hajar Qurrota Ayyun (09600023) M. Ainur Rozi (09600040) Wigi Agus Hariyadi (20101660006) Pungki Putra Tamara (20101660020) Rafida (20101660034) M. Rizky Zentalian (20101660035) Mirna Noveria Andini (20101660045) Ah Syafiqul Muflih (20101660108) Muslikha (20101660109) S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN 1

Upload: rizky-zentalian

Post on 11-Dec-2014

108 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: sipp.docx

TUGAS KEPERAWATAN JIWA 1

ASUHAN KEPERAWATAN ‘WAHAM’

Di susun oleh Kelompok 3

M. Syaiful Amri (08600033)

Hajar Qurrota Ayyun (09600023)

M. Ainur Rozi (09600040)

Wigi Agus Hariyadi (20101660006)

Pungki Putra Tamara (20101660020)

Rafida (20101660034)

M. Rizky Zentalian (20101660035)

Mirna Noveria Andini (20101660045)

Ah Syafiqul Muflih (20101660108)

Muslikha (20101660109)

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2012

1

Page 2: sipp.docx

Daftar Isi

Cover .....................................................................................................................................1

Daftar Isi................................................................................................................................2

Kata Pengantar.......................................................................................................................3

BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................................4

1.2 Tujuan .............................................................................................................................5

BAB II

PEMBAHASAN....................................................................................................................6

2.1 Pengertian.........................................................................................................................6

2.2 Penyebab..........................................................................................................................6

2.3 Tanda dan Gejala..............................................................................................................6

2.4 Jenis Waham.....................................................................................................................7

BAB III

DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................9

3.1 Pengkajian..........................................................................................................................9

3.2 Diagnosis Keperawatan....................................................................................................10

3.3 Tindakan Keperawatan.....................................................................................................10

3.3.3 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).........................................................................10

3.3.2 Tindakan Keperawatan pada Keluarga..................................................................13

3.4 Evaluasi Keperawatan........................................................................................................17

BAB IV

PENUTUP...............................................................................................................................22

4.1 Kesimpulan........................................................................................................................22

4.2 Saran..................................................................................................................................22

Daftar pustaka..........................................................................................................................23

2

Page 3: sipp.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan WAHAM”

dapat terselesaikan. Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan

Jiwa I.

Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses profesionalisasi yaitu

terjadinya suatu perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai tuntunan secara global dan

local atau otonomi. Untuk mewujudkannya maka perawat Indonesia harus mampu

memberikan Asuhan Keperawatan secara profesional kepada pasien dan berpartisipasi secara

aktif dalam membangun bangsa dan negara Indonesia tercinta. Sehingga masyarakat

(masyarakat umum dan masyarakat profesional) mengenal dan mengakui eksistensi profesi

keperawatan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mundzakir, S.Kep, Ns, M.Kep

selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa I, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan

makalah ini, maka mohon dimaaafkan dan demi kesempurnaan makalah ini kami

memerlukan kritik, saran, maupun masukan dari dosen mata kuliah dan rekan-rekan.

Akhirnya penulis mengharapkan makalah ini bisa bermanfaat bagi semua.

                                                                                    Surabaya,  Oktober  2012

                                                 

Penyusun

3

Page 4: sipp.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan

keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat

mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI

mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas

untuk mengoreksinya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk

waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. semakin akut psikosis semakin

sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.

Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang

ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi

yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham,

sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran,

somatik, atau eretomania.

Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem

waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya. Diagnosis mungkin sulit

karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara

sukarela. mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan

dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi

sosial baik karena keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal,

pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial,

biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.

Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti

kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap

sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid

dan cemburu sering terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada

orang yang menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien

dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan

sensorisnya terganggu). Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga seperti ini sebagai etiologi

belum pasti. mekanisme pertahanan spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya

penyangkalan, proyeksi, dan regresi.

4

Page 5: sipp.docx

1.2 Tujuan

Pembuatan makalah bertujuan agar mahasiswa keperawatan mengerti mengenai waham dan

juga cara membuat asuhan keperawatan sebagai panduan dalam melakukan praktik klinik

keperawatan jiwa di rumah sakit.

5

Page 6: sipp.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak

sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)

2.2 Penyebab

Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda, keluarga

maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka yang

mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan

waham. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)

1. Faktor predisposisi

Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang

berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.

Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic

Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.

Virus paparan virus influensa pada trimester III

Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

1. Faktor Presipitasi

Proses pengolahan informasi yang berlebihan

Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

Adanya gejala pemicu

2.3 Tanda dan Gejala

Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perpasif yang

ditemukan pada kondisi psikotik lain, tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi

yang menonjol, atau waham aneh yang nyata pasien memilki satu atau beberapa waham,

sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran,

somatik, atau eretomania yang :

Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu,

atau aktivitas tertentu).

6

Page 7: sipp.docx

Biasanya terorganisasi dengan baik(misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan-

alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskan secara rinci).

Biasanya waham kebesaran (misalnya, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya

kepadanya).

Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.

Pasien-pasien ini (cenderung berusia 40-an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem

waham mereka dikenali oleh keluarga dan teman-temannya. Ia cenderung mengalami isolasi

sosial baik karena keinginan mereka sendirian atau akibat ketidakramahan mereka (misalnya,

pasangan mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya

hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.

Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti

kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai bats-batas setiap

sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide-ide paranoid dan

cemburu sering terdapat pada depresi, paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang

yang menyalahgunakan zat stimulan, reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan

delirium ringan dan pasien yang harus berada di temapat tidur karena sakit.

a) Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,

keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan

b) Klien tampak tidak mempunyai orang lain

c) Curiga

d) Bermusuhan

e) Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

f) Takut, sangat waspada

g) Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas

h) Ekspresi wajah tegang

i) Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)

2.4 Jenis Waham

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :

a) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus

yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di

separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas.”

b) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha

merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

7

Page 8: sipp.docx

Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena

mereka iri dengan kesuksesan saya.”

c) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara berlebihan

dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk

surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.”

d) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau

terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak

ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).

e) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan

diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya,

sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.

8

Page 9: sipp.docx

BAB III

DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memerhatikan, dan mendokumentasikan

semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang diberikan oleh pasien

tentang wahamnya. Berikut merupakan beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan

sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham: (Budi Anna Keliat, 153)

1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan menetap?

2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara

berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan tidak nyata?

4. Apakah pasien pernah merasakan bahwaia berada di luar tubuhnya?

5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6. Apakah pasien merasa bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan

dari luar?

7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakn

bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?

Berikut ini format dokumentasi pengkajian dari diagnosis keparawatan waham:

Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

1. Proses Pikir

[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial

[ ] Flight of ideas [ ] Bloking

[ ] Kehilangan asosiasi [ ] Pengulangan Bicara

2. Isi Pikir

[ ] Obsesi [ ] Fobia

[ ] Depersonalisasi [ ] Ide terkait

[ ] Hipokondria [ ] Pikiran magis

9

Page 10: sipp.docx

3. Proses Pikir

[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga

[ ] Nihilistik [ ] Sisip Pikir [ ] Siar Pikir [ ] Kontrol Pikir

3.2 Diagnosis Keperawatan

Gangguan Proses Pikir: Waham

Gangguan konsep diri : Kehilangan, harga diri rendah

Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif maupun objektif ditemukan pada pasien,

diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan adalah gangguan proses pikir: Waham (Budi

Anna Keliat, 2006).

3.3 Tindakan Keperawatan

Selanjutnya, setelah diagnosis ditegakkan, perawat melakukan tindakan keperawatan bukan

hanya kepada pasien, tetapi juga pada keluarga. Tindakan tersebut meliputi:

3.3.1 Tindakan Keperawatan pada Pasien

A. Tujuan Tindakan Keperawatan pada Pasien:

1. Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap

2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar

3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

4. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

B. Tindakan Keperawatan

1) Membina hubungan saling percaya

Sebelum memulai mengkaji pasien waham perawat harus membina hubungan saling percaya

terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat.

Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya,

yaitu:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2) Membantu orientasi realitas

a. Tidak mendukung atau membantah waham pasien

10

Page 11: sipp.docx

b. Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman

c. Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari

d. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan

atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya.

e. Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas

3) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan

kecemasan, rasa takut dan marah.

4) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien

5) Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki

6) Membantu melakukan kemampuan yang dimiliki

7) Mendiskusikan tentang obat yang diminum

8) Melatih minum onat yang benar

SP1 Pasien: Membina hubungan saling percaya; Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak

terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraltikkan pemenuhuan kebutuhan yang tidak

terpenuhi.

Contoh Komunikasi:

Orientasi

”Selamat pagi, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang Melati. Saya

dinas dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti, saya akan merawat anda hari ini. Nama anda siapa,

senang dipanggil apa?”

”Boleh kita berbincang-bincang tantang apa yang B rasakan sekarang?”

”Berapa lama B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”

”Di mana enaknya kita berbincang-bincang, B?”

Kerja

”Saya mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk

memercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi. Bisa kita lanjutkan

pembicaraan yang tadi putus B?”

”Tampaknya B gelisah sekali, bisa B ceritakan apa yang B rasakan?”

”O... jadi B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk

mengatur diri B sendiri?”

”Siapa menurut B yang sering mengatur-atur diri B?”

”Jadi, ibu yang terlalu mengatur-atur ya B, juga kakak dan adik B yang lain?”

”Kalu B sendiri, inginnya seperti apa?”

11

Page 12: sipp.docx

”Bagus, B sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri!”

”Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut B!”

”Wah bagus sekali! Jadi setiap harinya B ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan selalu

dirumah terus ya?”

Terminasi

”Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”

”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus!”

”Bagaimana kalau jadwal ini coba B lakukan, setuju?”

”Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”

”Kalu kita bercakap-cakap tantang kemampuan yang pernah B miliki?”

”Mau dimana kita bercakap-cakap?”

”Bagaimana kalau di sini lagi?”

SP2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktikkannya

Contoh Komunikasi:

Orientasi

”Selamat pagi B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”

”Apakah B sudah mengingat-ingat apa saja hobi B?”

”Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”

”Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi B tersebut?”

”Berapa lama B mau kita berbicang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”

Kerja

”Apa saja hobi B? Saya catat ya B, terus apa lagi?”

”Wah, rupanya B pandai main bola voli ya, tidak semua orang bisa bermain bola voli seperti

itu lho B.”

”Dapatkah B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voli, siapa yang dulu

mengajarkannya kepada B, diman?”

”Dapatkah B peragakan kepada saya bagaimana bermain voli yang baik itu?”

”Wah, baik sekali permainannya.”

”Coba kita buat jadwal untuk kemampuan B ini ya, berapa kali sehari/seminggu B mau

bermain bola voli?”

”Apa yang B harapkan dari kemampuan bermain voli ini?”

”Ada tidak hobi B yang lain selain voli?”

12

Page 13: sipp.docx

Terminasi

”Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan kemampuan B?”

”Setelah ini, coba B lakukan latihan voli sesuai dengan jadwal yang telah kita buat ya!”

”Besok kita ketemu lagi ya B? Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar

makan saja ya?”

”Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?”

SP3 Pasien: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

Contoh Komunikasi:

Orientasi

”Selamat pagi B! Bagaimana B sudah coba latihan volinya? Bagus sekali!”

”Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana kalau sekarang kita membicarakan

tentang obat yang B minum?”

”Dimana kita mau berbicara?”

”Berapa lama B mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja

”B, berapa macam obat yang diminum? Jam berapa saja obat diminum?”

”B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya ada tiga

macam, yang berwarna orange namanya CPZ gunanya untuk menenangkan, yang berwarna

putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang warna merah jambu ini namanya HLP

gunanya agar pikiran tenang. Semua ini diminum 3 kali seahri jam 7 pagi, jam 1 siang, dan

jam 7 malam. Jika nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk membantu

mengatasinya B bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu. Sebelum minum obat ini, B

mengecek dulu label di kotak obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau

butir yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya

sudah benar!”

”Obat-oabt ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum dalam

waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat yang

harus diminum sebelum membicarakannya dengan dokter.”

Terminasi

”Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum?”

”Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”

”Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan B. Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat

makan minta sendiri obatnya pada suster.”

”Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya B!”

13

Page 14: sipp.docx

”B, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.

Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 pagi dan ditempat yang sama? Sampai besok!

3.3.2 Tindakan Keperawatan pada Keluarga

A. Tujuan tindakan keperawatan pada keluarga:

1. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien

2. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh

wahamnya

3. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal

B. Tindakan Keperawatan

a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah

b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien

c. Diskusikan dengan keluarga tentang:

1. Cara merawat pasien waham dirumah

2. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur

3. Lingkungan yang tepat untuk pasien

4. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)

5. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera

d. Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien waham

e. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

SP1 Keluarga: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi

masalah; menjelaskan proses terjadinya masalah; dan membantu pasien untuk patuh minum

obat.

Contoh Komunikasi:

Orientasi

”Selamat pagi Pak, Bu, perkenalkan nama saya A, saya perawat yang dinas di ruang ini. Saya

yang merawat B selama ini. Nama Bapak dan Ibu siapa, senangya dipanggil apa?”

”Bagaimana kalau kita sekarang kita membicarakan tentan masalah B dan cara merawat B

dirumah?”

”Dimana kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau kita diruang wawancara?”

”Berapa lama waktu Bapak dan Ibu?”

”Bagaimana kalau 30 Menit?”

Kerja

”Pak, Bu, apa masalah yang anda rasakan dalam merawat B? Tindakan apa saja yang sudah

dilakukan di rumah?”

14

Page 15: sipp.docx

”Dalam mengahadapi sikap anak Bapak dan Ibu yang selalu mengaku sebagai nabi, tetapi

nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu, akan saya

jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak Bapak dan Ibu berkata bahwa ia

seorang nabi, Bapak/Ibu dengan mengatakan pertama, ”Bapak/Ibu mengerti B merasa

seorang nabi, tetapi sulit bagi Bapak/Ibu mempercayainya karena setahu Bapak/Ibu semua

nabi sudah meninggal”, kedua, Bapak dan Ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan

hal-hal yang baik, dan ketiga hala-hala ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang

berinteraksi dengan B. Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B kebutuhan yang diinginkan

B, misalnya dengan mengatakan, ”bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan.

Coba ceritakan pada Bapak/Ibu! B kan punya kemampuan...(kemampuan yang pernah

dimiliki oleh anak).”

”Keempat, katakan, ”Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” jika B mau mencoba, berikan

pujian!”

”Pak, Bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang. Obatnya

ada tiga macam, yang berwarna orange namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini

namanya THP gunanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar

pikirannya tenang semuanya harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, 1 siang,

dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat

menyebabkan B kambuh kembali.” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang

obat kepada pasien).

”B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika B minta obat sesuai jamnya, segera beri

pujian!”

Terminasi

”Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B

dirumah?”

”Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali

berkunjung ke rumah sakit.”

”Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali ke sini dan kita akan

mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi.”

”Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya

Pak, Bu.”

SP2 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien

Orientasi

”Selamat pagi Pak, Bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang bertemu lagi.”

15

Page 16: sipp.docx

”Bagaimana Pak, Bu, ada pertanyaan tentang cara merawat B yang kita bicarakan dua hari

yang lalu?”

”Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya Pak, Bu? Kita akan coba disini

dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”

”Berapa lama Bapak dan Ibu punya waktu?”

Kerja

”Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku sebagai nabi, coba Bapak dan Ibu praktikkan

cara bicara yang benar jika B sedang dalam keadaan yang seperti ini.”

”Bagus, betul begitu caranya!”

”Sekarang coba praktikkan cara memberi pujian pada kemampuan yang dimiliki B. Bagus!”

”Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai

jadwal?”

”Bagus sekali, ternyata Bapak dan Ibu sudah mengerti cara merawat B.”

”Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”(Ulangi lagi semua cara

diatas langsung kepada pasien)

Terminasi

”Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”

”Setelah ini, coba Bapak dan Ibu lakukanapa yang sudah dilatih tadi setiap kali Bapak dan

Ibu membesuk B.”

”Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali lagi kesini dan kita

akan mencoba lagi cara merawat B sampai Bapak dan Ibu lancar melakukannya.”

”Pukul berapa Bapak dan Ibu kemari?”

”Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya Pak, Bu.”

SP3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi

“Selamat pagi Pak, Bu, karena B sudah boleh pulang maka kita bicarakan jadwal B selam

dirumah.”

”Bagaiman Pak, Bu, selama Bapak dan Ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat

B?”

”Nah sekarang bagaimana jika kita bicarakan jadwal di rumah? Mari Bapak dan Ibu duduk

disini!”

”Berapa lama Bapak dan Ibu punya waktu? Baik, 30 menit saja sebelum Bapak/Ibu

menyelesaikan administrasi di depan.”

Kerja

16

Page 17: sipp.docx

”Pak, Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-kira dapat

dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan

dirumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), T (tidak melaksanakan).”

”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak

Bapak dan Ibu dirumah. Jika, misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus-menerus dan

tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat, atau memperlihatkan perilakju

membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi suster E di Puskesmas Permata

Indah, puskesmas terdekat dari rumah Ibu dan Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya (031)

4567890.”

”Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah.”

Terminasi

”Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan? Bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Sudah siap

melanjutkan dirumah?”

”Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk suster E di PKM Permata Indah. Jika ada

apa/apa boleh juga menghubungi kami. Silahkan menyelesaikan administrasi di kantor

depan.”

3.3.3 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

TAK yang dapat dilakukan untuk pasien waham meliputi hal-hal sebagai berikut:

a)TAK orientasi realitas

1. Sesi 1: Pengenalan orang

2. Sesi 2: Pengenalan tempat

3. Sesi 3: Pengenalan waktu

b) TAK sosialisasi

1. Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri

2. Sesi 2: Kemampuan berkenalan

3. Sesi 3: Kemampuan berbicara

4. Sesi 4: Kemampuan berbicara topik tertentu

5. Sesi 5: Kemampuan berbicara masalah pribadi

6. Sesi 6: Kemampuan bekerjasama

7. Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi

3.4 Evaluasi Keperawatan

17

Page 18: sipp.docx

Selanjutnya, setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap

kemampuan pasien waham dan keluarganya. Serta kemampuan perawat dalam merawat

pasien waham.

Dibawah ini merupakan format untuk evaluasi kemampuan pasien waham dan keluarganya

serta kemampuan perawat dalam merawat pasien waham.

Evaluasi Kemampuan Pasien Waham dan Keluarganya

Nama Pasien : ................

Ruangan : ................

Nama perawat : ................

Petunjuk:

Berilah tanda cheklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No Kemampuan Tanggal

A Pasien

1 Berkomunikasi sesuai dengan

kenyataan

2 Menyebutkan cara memenuhi

kebutuhan yang tidak terpenuhi

3 Mempraktikkan cara memenuhi

kebutuhan yang tidak terpenuhi

4 Menyebutkan kemampuan positif yang

dimiliki

5 Mempraktikkan kemampuan positif

18

Page 19: sipp.docx

yang dimiliki

6 Menyebutkan jenis, jadwal, dan waktu

minum obat

7 Melakukan jadwal aktivitas dan minum

obat sehari-hari

B Keluarga

1 Menyebutkan pengertian waham dan

proses terjadinya waham

2 Menyebutkan cara merawat pasien

waham

3 Mempraktikkan cara merawat pasien

waham

4 Membuat jadwal aktivitas dan minum

obat pasien di rumah (perencanaan

pulang)

Evaluasi Kemampuan Perawat dalam Merawat Pasien Waham

Nama Pasien : ................

Ruangan : ................

Nama perawat : ................

Petunjuk

a. Berilah tanda cheklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan

b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP yang dilakukan, menggunakan instrumen

evaluasi penampilan klinik perawat MPKP

c. Masukkan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris nilai SP.

No Kemampuan Tanggal

A Pasien

SP1 Pasien

1 Membantu orientasi realita

19

Page 20: sipp.docx

2 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak

terpenuhi

3 Membantu pasien memenuhi

kebutuhannya

Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

Nilai SP1 Pasien

SP2 Pasien

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien

2 Berdiskusi tentang kemampuan yang

dimiliki

3 Melatih kemampuan yang dimiliki

Nilai SP2 Pasien

SP3 Pasien

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien

2 Memberikan pendidikan kesehatan

tentang penggunaan obat secara teratur

3 Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian

Nilai SP3 Pasien

B Keluarga

SP1 Keluarga

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan

gejala waham, dan jenis waham yang

dialami pasien beserta proses terjadinya

No. Kemampuan Tanggal

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien

waham

20

Page 21: sipp.docx

Nilai SP1 Keluarga

SP2 Keluarga

1 Melatih keluarga mempraktikkan cara

merawat pasien waham

2 Melatih keluarga melakukan cara

merawat langsung pada pasien waham

Nilai SP2 Keluarga

SP3 Keluarga

1 Membantu keluarga membuat jadwal

aktivitas di rumah termasuk minum

obat (perencanaan pulang)

2 Menjelaskan tindak lanjut pasien

setelah pulang

Nilai SP3 Keluarga

Total nilai: SP Pasien + SP Keluarga

Rata-rata

21

Page 22: sipp.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan

keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat

mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI

mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas

untuk mengoreksinya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk

waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. semakin akut psikosis semakin

sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.

Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang

ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi

yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham,

sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran,

somatik, atau eretomania.

Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya.

4.2 Saran

Dengan makalah ini, kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami konsep tentang tatanus karena sangat bermanfaat bagi kita dalam dunia kerja.

22

Page 23: sipp.docx

Daftar pustaka

http://ntennurse.blogspot.com/2012/02/bab-i-pendahuluan-1.html

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/14/waham/

23