sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i dewan...
TRANSCRIPT
i
Dewan Redaksi :
Penanggung Jawab
Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil)
Pemimpin Redaksi
Rusfina Widayati, ST, M.Sc.
Wakil Pemimpin Redaksi
Triana Sharly P. Arifin, ST, M.Sc.
Mitra Bestari / Reviewer
Prof. Dr- ing. Ir. Herman Parung, M.Eng (Universitas Hasanuddin)
Dr. Erniati, ST, MT (Universitas Fajar)
Dr. Tamrin, ST, MT (Universitas Mulawarman)
Dr. Abdul Haris, ST, MT (Universitas Mulawarman)
Dr. Ery Budiman, ST, MT (Universitas Mulawarman)
Penyunting
Fachriza Noor Abdi, ST, MT
Budi Haryanto, ST, MT
Koeshadi Sasmito, ST, MT
Administrator
Aspiah, SE
Alamat Redaksi
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mulawarman
Kampus Gunung Kelua, Jalan Sambaliung No. 9 Samarinda 75119
Laman : http://sipil.ft.unmul.ac.id, Email : [email protected]
Telp. (0541) 736834, Fax (0541) 749315
TEKNOLOGI SIPIL Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
ISSN : 2252-7613
Volume 02 Nomor 1
Mei 2018
ii
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Editorial
Redaksi Jurnal Teknologi Sipil dalam edisi pertama volume 2 ini mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan mendukung kemajuan Jurnal
Teknologi Sipil.
Dan diharapkan seluruh penulis makalah akan tetap setia dan konsisten dalam mempublikasikan
hasil-hasil penelitian terbaru. Selain itu kami berusaha agar lingkup edar Jurnal Teknologi Sipil dapat
semakin meluas yang pada akhirnya juga akan memacu peningkatan kualitas dari Jurnal Teknologi
Sipil.
Akhir kata, redaksi mengucapkan terima kasih atas segala bentuk kontribusi serta kritik dan saran
yang telah diberikan oleh seluruh pendukung setia jurnal ini.
Wassalam
Redaksi
iii
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Daftar Isi
Sulardi Perbaikan Retak Pada Beton Pondasi Pompa dengan Metode Low Pressure Injection ………………………………………………………………………………………………………………………. 1
Rusfina Widayati Rencana Lansekap Tepian Sungai Mahakam Samarinda Sebrang ……………………………. 8
Heri Sutanto
Perbandingan Hasil Analisis Kapasitas Dukung Pondasi Tiang Tunggal dengan Beberapa Metode Berdasarkan Data CPT dan SPT Terhadap Hasil Pengujian PDA .. 18
M. Jazir Alkas
Model Bangkitan Transportasi Pada Perumahan Korpri Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda ……………………………………………………………………………………………………………………. 28
Tamrin
Analisis Biaya Penggunaan Alat Berat Untuk Pekerjaan Pematangan Lahan Pada Lokasi Berbatu Di Kota Samarinda …………………………………………………………………………….. 37
Agus Sugianto, Andi Marini Indriani, Gunaedy Utomo
Pengaruh Pemakaian Wiremesh Sebagai Pengekangan Terhadap Kuat Tekan Beton ……………………………………………………………………………………………………………………………. 46
Andi Marini Indriani, Agus Sugianto, Gunaedy Utomo
Analisis Pengaruh Penambahan Pasir Palu Sebagai Bahan Stabilisasi Mekanis Pada Perilaku Tanah Lempung ……………………………………………………………………………………………. 51
Fachriza Noor Abdi, Mardewi Jamal, Ryan Ferdhian Nugraha Studi Penelitian Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Abu Sekam Padi Sebagai Pengganti Sebagai Semen dengan Bahan Tambah Superplasticizer Menggunakan Agregat Kasar Ex. Palu dan Agregat Halus Ex. Palu …………………………………………………. 58
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 1
PERBAIKAN RETAK PADA BETON PONDASI
POMPA DENGAN METODE LOW PRESSURE
INJECTION
Sulardi1)
Teknik Sipil Universias Tridharma Balikpapan
Jalan A.W. Syahrani No.7, Balikpapan 76126
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran cara perbaikan retak pada beton pondasi pompa
dengan metode low pressure injection dengan menggunakan sepesifikasi material resin solvent free epoxy
binder. Metode perbaikan dilakukan dengan menutup permukaan retakan dengan epoxy dan memasang
injection packer port setiap jarak 20 cm dan antar packer port dihubungkan dengan selang. Metode injeksi
dilakukan dengan menginjeksikan material resin solvent free epoxy binder menggunakan mesin low pressure
injection pump (LPI) dengan tekanan 1.0-1.5 kg/cm2. Injeksi dimulai dari packer port paling bawah bergerak
kearah atas dan indikator kebehasilannya bahwa material resin telah mencapai packer port control diatasnya.
Aplikasi metode low pressure injection untuk perbaikan retak beton pondasi menggunakan spesifikasi material
resin solvent free epoxy binder yang telah terbukti berhasil dengan baik di PT. Pertamina RU V ini dapat
direplikasi untuk mengatasi permasalahan sejenis di Pertamina Unit kerja yang lain dan dapat pula direplikasi
untuk mengatasi permasalahan sejenis di luar PT. Pertamina.
Kata kunci: Low pressure injection, resin solvent free epoxy binder.
ABSTRACT
The purpose of this study is to provide an overview of how to repair the cracks in the concrete
foundation of the pump with the method of low pressure injection by using solvent free solvent free solvent
binder resin. The repair method is performed by covering the crack surface with epoxy and installing an
injection packer port every 20 Cm distance and between the port packs connected to the hose. The injection
method is performed by injecting the solvent free epoxy binder resin material using a low pressure injection
pump (LPI) engine with a pressure of 1.0-1.5 kg / cm2. The injection starts from the bottom port of the packer
moving towards the top and indicates that the resin material has reached the controller port pack on it.
Application of low pressure injection method for repair of foundation cracks using solvent free epoxy binder
resin material that has been proven to work well in PT. Pertamiona RU V can be replicated to overcome
similar problems in Pertamina other work units and can also be replicated to overcome similar problems
outside PT. Pertamina.
Keywords: Low pressure injection, solvent free epoxy binder resin.
1. PENDAHULUAN
Salah satu peralatan penting yang wajib
tersedia di unit kilang pengolahan minyak (refinery)
adalah peralatan pompa. Pompa memiliki fungsi
penting untuk transfer bahan baku feed intake
minyak mentah (crude oil), minyak-minyak hasil
olahan distilasi dan transfer utilitas penunjang
operasi kilang berupa air pendingin, air bahan baku
boiler dan bahan-bahan lain penunjang operasi
kilang. Untuk operasinya pompa didukung oleh
penggerak mula (prime mover) berupa mesin listrik,
mesin diesel atau steam turbin yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari pompanya
sendiri. Karena tanpa prime mover maka pompa
tidak dapat digunakan. Pompa dan prime mover-nya
ditumpu oleh pondasi beton bertulang dengan
spesifikasi mutu beton tinggi, bentuk dan konfigurasi
pemasangan sedemikian rupa sehingga dapat
mendukung beroperasinya pompa tanpa terjadi
resonansi getar pada struktur pondasinya. Resonansi
getar adalah ikut bergetarnya pondasi akibat operasi
pompa yang abnormal dapat merusak komponen
pompa, pondasi pompa dan lingkungan disekitarnya.
Permasalahan yang dihadapi adalah terjadinya
retak-retak pada beton pondasi pompa yang pada saat
terjadi hujan maka air hujan akan merembes kedalam
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 2
retakan dan demikian pula paparan debu, agregat
halus dan partikel lain dapat masuk kedalam retak
sehingga retakan akan semakin membesar dan
menurunkan mampu layan beton pondasi terhadap
pompa dan peralatan penunjangnya.
Hasil pemeriksaan visual menunjukan telah
terjadi retak alur (retak garis) yang cukup lebar dan
memungkinkan air hujan dan partikel solid dapat
masuk kedalam celah retakan tersebut. Hasil
pengukuran lebar retak dengan filler gauge
menunjukan bahwa lebar retak yang terjadi adalah
0.5-2 mm dengan arah memanjang arah atas (arah
jam 12) dan arah kebawah (arah jam 6) sebagaimana
ditunjukan pada gamba 1. Bahkan terdapat retakan
dengan bentuk retakan keliling (circumferential)
sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.
Gambar 1. Retak garis arah vertikal keatas dan kebawah
Gambar 2. Retak garis arah circumferential
Dari hasil pemeriksaan lanjut dengan
ultrasonic pulse velocity test (UPVT) juga diketahui
lebar retak adalah pada kisaran 0.45-1.8mm dengan
kedalaman retak 3.0-7.5 Cm. Sementara hasil uji
hammer test menunjukan kuat tekan permukaan
bervariasi pada angka 285-340 Kg/Cm2 yang
mengindikasikan kondisi beton masih cukup baik
hanya saja dilapisan permukaan (selimut beton) telah
mengalami degradasi material (korosif). Hasil
scanning tulangan beton menunjukkan tebal selimut
beton adalah pada kisaran 3.0-4.2 Cm. Dengan hasil
pemeriksaan visual dan pemeriksaan Non destructive
test (NDT) ini dapat disimpulkan bahwa kerusakan
beton pada kondisi sedang karena keretakan telah
melampaui posisi letak tulangan sehingga tulangan
beton sangat besar potensinya untuk terkorosi.
Penelurusan faktor penyebab dengan metode
diagram tulang ikan (fish bone diagram) diketahui
bahwa faktor penyebab kerusakan beton pondasi
pompa adalah faktor alat, yakni terjadi resonansi
getar yang cukup tinggi pada pondasi akibat
unbalance pada pompa. Hasil pemeriksaan vibrasi
pada pompa menunjukan gejala vibrasi arah vertikal
adalah 12,5 micron, virasi arah horizontal adalah
10.5 micron dan vibrasi arah axial adalah 4.5 micron,
sementara vibrasi pada pondasi menunjukan angka
8.5 micron. Hal ini menunjukan bahwa pondasi
mengalami resonansi (turut bergetar) akibat
resonansi getar yang cukup besar yang ditimbulkan
oleh unbalance pada pompa dan telah tergolong
membahayakan peralatan.
Gambar 3. Limiting amplitudes of vibrations
(Richart, 1962
Hasil analisis penyebab masalah dengan
metode 5 why diketahui bahwa akar masalah
permasalahan mengapa pondasi pompa dioperasikan
dalam kondisi sub standard adalah tidak tersedianya
material perbaikan yang cocok dan belum
dimilikinya metode kerja untuk injeksi retakan beton
pondasi dengan resiko harus sering dilakukan over
haul pompa untuk penggantian peralatan komponen
pompa.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 3
erhadap permasalahan tersebut maka fokus
permasalahan dalam mengatasi permasalahan yang
paling dominan yaitu tidak tersedianya spesifikasi
material yang cocok dan sesuai digunakan. Untuk
penyelesaian masalah yang dominan adalah dengan
menyediakan spesifikasi material yang cocok dan
sesuai digunakan untuk injeksi retakan beton dengan
kualitas yang baik dan aman. Selain itu juga fokus
pada apa saja peralatan yang bisa digunakan dan
bagaimana metode kerja injeksi retak tersebut
dilakukan. Berdasarkan pertimbangan diatas maka
spesifikasi material yang dianggap paling cocok
digunakan adalah material jenis Resin solvent free
epoxy binder.
Tindakan perbaikan yang pertama adalah
tindakan preventif dengan melakukan perbaikan pada
sistim mekanikal pompa dan motor penggeraknya
(primeover) yang dilakukan oleh fungsi maintenance
dengan melepas pompa dan prime mover-nya untuk
dilakukan perbaikan dan kalibrasi di workshop.
Bersamaan dengan kegiatan tersebut dilakukan
persiapan perbaikan beton pondasi yang rusak
dengan mapping dan indentifikasi detail seluruh
bagian pondasi pompa.
Tujuan penelitian adalah :
1. Memberikan gambaran spesifikasi material dan
peralatan yang digunakan pada perbaikan retak
beton pondasi pompa
2. Memberikan gambaran metode pelaksanaan
injeksi retak beton pondasi pompa dengan metode
low pressure injection
Target dan sasaran perbaikan :
1. Perbaikan pondasi pompa dengan metode low
pressure injection dapat diselesaikan dengan baik
dan aman
2. Metode kerja low pressure injection dapat
digunakan dengan baik dan aman
3. Pondasi pompa dapat difungsikan kembali
dengan baik dan aman
4. Metode perbaikan retak struktur beton terpasang
dengan metode kerja low pressure injection dapat
direplikasi untuk mengatasi permasalahan sejenis.
2. KAJIAN PUSTAKA
Salah satu tipe kerusakan beton terpasang
adalah kerusakan akibat retak beton. Keretakan beton
secara visual terlihat dipermukaan sebagai bentuk
garis berbentuk lurus atau dengan bentuk tak
beraturan. Secara umum retak pada struktur beton
adalah indikator awal telah terjadinya kerusakan
(degradasi) pada material beton terpasang atau
karena struktur beton terpasang tidak memiliki
kemampuan yang cukup untuk melayani beban
struktur yang ditanggungnya. Indikasi dan
pertumbuhan crack pada struktur dapat digambarkan
sebagai hubungan waktu dan pertumbuhan retak
sebagai berikut.
Gambar 4. Hubungan pertumbuhan retak dan waktu
Secara umum tipe dan bentuk crack (retak)
beton dapat diketahui dengan metode visual
Inspection dengan type dan bentuk retak saja
(cracking), retak dan rompak (cracking and spalling),
cracking and rustaining. Retak (crack) beton
mengakibatkan massa beton tidak solid/tidak
homogen, membentuk gaps antar massa beton,
mampu layan struktur beton rendah.
Jenis Retak Beton:
1. Structural Cracking/ Retak Struktural
Retak struktural terjadi akibat tegangan yang
berlebihan dan terkait dengan pembebanan
struktur. Retakan struktural dan kecenderungan
tumbuh dan berkembang akibat pembebanan
secara kontinyu dan rangkak (creep) pada
material beton. Kasus yang sering terjadi adalah
(1) Patern of torsion crack a beam (2) Punching
shear cracks on top surface of slab (3) Shear
crack and flexural crack in a beam.
2. Retak Susut Plastis / Retak beton plastis
Retak susut plastis terjadi ketika kelembaban
dipermukaan beton segar (wet ready mix)
menguap lebih cepat daripada tingkat air yang
ada dipermukaan beton. Penyebab retak adalah
akibat kehilangan kelembaban yang tinggi
dipermukaan beton akibat kombinasi beberapa
faktor (1) udara dalam beton (2) kelembaban
beton rendah (3) tingginya kecepatan angin
dipermukaan (panas dan penurunan humdity
udara).
3. Retak Settlement / Retak beton plastis
Retak settlement terjadi karena secara alamiah
material beton memiliki kecenderungan terus
memadat setelah beton segar dituang, digetarkan
dan selama proces finishing. Penyebab retak
settlement adalah selama penahanan secara lokal
akan terbentuk rongga dan retakan atau
kombinasi antara keduanya. Retakan ini memiliki
kecenderungan meningkat menyesuaikan diri
dengan dimensi tulangan beton, nilai slump yang
tinggi dan dimensi selimut beton yang tipis.
4. Retak Susut Kering / Retak beton keras
Retak susut terjadi pada beton yang telah
mengering. Tipe retak yang sering terjadi adalah
retak buaya/surface crazing/aligator patern.
Penyebab retak susut adalah retak susut kering
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 4
terjadi (1) akibat kelembaban dari pasta dengan
penyusutan 1% (2) akibat partikel dengan susut
0.06% (3) kandungan air dipermukaan tinggi (4)
penempatan tulangan dan semen tidak sesuai (5)
tidak ada constraction joint.
5. Retak Akibat Suhu
Retak akibat suhu terjadi pada saat beton
mengalami perbedaan panas hidrasi dengan
kecepatan yang berbeda atau adanya perbedaan
suhu dilokasi pembetonan. Penyebab retak suhu
adalah perbedaan suhu mengakibatkan (1)
perubahan volume beton yang berbeda (2) tarik
menarik akibat perbedaan volume yang
melampaui nilai ambang batas (3) penuruan
temperatur secara mendadak.
Tabel 1. Cracks in concrete structure
Spesifikasi material yang dipergunakan dalam
perbaikan beton pondasi pompa adalah resin solvent
free epoxy binder dan structural adhesive adalah
pelekat epoxy bebas pelarut dan perekat struktural
dengan kinerja tinggi menggunakan bahan dasar
pengikat epoxy serbaguna yang dapat digunakan
untuk berbagai mortar berbasis epoxy resin. Material
ini dapat diaplikasikan pada permukaan kering dan
basah dan mematuhi sebagian besar substrat setelah
persiapan yang tepat.
Keuntungan penggunaan material ini adalah
(1) memiliki daya rekat yang sangat baik (2) dapat
digunakan dipermukaan yang lembab maupun basah
(3) tidak menggunakan pelarut solven (4) kemasan
proporsional dan mudah dibawa dengan hand carry
(5) binder multi manfaat (6) viskositas rendah (7)
ketahanan terhadap abrasi tinggi (8) ketahanan
terhadap bahan kimia tinggi (9) tidak menyusut (10)
telah terstandar pada AS / NZS 4020: 2002 untuk
kontak dengan air minum (11) dapat mengalir
kedalam celah retak yang sangat kecil (12) sangat
keras dan ikatannya sangat kuat (13) tahan bentur
dan gesekan (14) aplikasinya mudah dan tidak
memerlukan tenaga kerja berkeahlian khusus.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pendekatan Masalah
Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode penelitian terpakai
dengan metode pendekatan studi kasus dan
merupakan succes story dalam mengatasi masalah
kerusakan pondasi sea cooling water supply di area
Kilang Balikpapan I yang telah terjadi 2 tahun
terakhir. Perbaikan terhadap pondasi pompa ini
sangat diharapkan dan dinantikan keberhasilannya
dalam rangka menyediakan struktur pondasi pompa
yang handal tanpa terjadi keretakan dan kerusakan
lainnya.
3.2. Metode Low Pressure Injection
Metode low pressure injection adalah salah
satu perbaikan yang menggunakan spesifikasi
material berbahan dasar resin (solvent free epoxy
binder) dan meninjeksikan kedalam retakan dengan
alat injeksi pompa injeksi dengan tekanan rendah
(low pressure injection). Injeksi dilakukan dengan
metode low pressure injection dengan tekanan 1.0-
1,50 kg/cm2 bertujuan agar material resin solvent
free epoxy binder dapat masuk kedalam celah retakan
secara alami tanpa terjadi jebakan udara (kavitasi).
Base practice pengalaman di site menunjukan jika
injeksi dilakukan dengan tekanan > 1.5 Kg/cm2
justru akan mengakibatkan adanya jebakan-jebakan
udara didalam retakan yang mengakibatkan injeksi
retak menjadi tidak sempurna.
Bahan Penelitian :
a. Solvent free epoxy binder and structural adhesive
b. Binder adhesive
c. Bahan lain sesuai kebutuhan di site.
Tabel 2. Performance data Solvent free binder
and structural adhessive
Peralatan digunakan :
a. Mesin Low pressure injection (LPI)
a. Packer set
b. Air compressor
c. Alat Keselamatan Kerja
d. Alat pelindung diri
e. Alat bantu lainnya.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 5
Gambar 5. Low pressure injection pump (LPI)
3.3. Metode pelaksanaan perbaikan
1. Pekerjaan Marking Area
a. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
luasan dan volume retakan concrete yang
akan dikerjakan, sehingga mempermudah
perhitungan volume material digunakan
b. Permukaan retakan yang akan diperbaiki/
diinjeksi dibersihkan dengan power tools atau
sikat kawat
c. Pastikan bahwa tidak ada kotoran debu dan
cairan kimia yang masih melekat pada
permukaan concrete yang akan diperbaiki
d. Yakinkan bahwa celah/ retakan yang akan
diperbaiki terlihat dengan jelas.
2. Pekerjaan pemasangan Packer unit
a. Packer unit adalah alat yang berfungsi
sebagai penghantar aliran material injeksi,
terbuat dari sejenis plastik liat dan tahan
tekanan tinggi
b. Pastikan bahwa packer dipasang pada goresan
retakan setiap jarak 20 cm dan harus pada
posisi tegak lurus terhadap retakan
c. Pastikan bahwa packer telah dipasang dengan
bantuan perekat atau jenis perekat lain yang
dioleskan merata pada bagian kaki packer
d. Pastikan dan yakinkan bahwa retakan antara
packer yang satu dengan yang lain telah
diplug (ditutup) dengan material penutup
sampai padat sehingga material injeksi tidak
bocor/tidak terbuang
e. Pastikan bahwa packer-packer telah
dihubungkan dengan selang-selang
penghubung (connected tubing) sehingga
membentuk rangkaian yang tidak lebih dari
10 titik packer.
Gambar 6. Pemasangan packer port set
3. Pelaksanaan Injeksi Retakan
a. Periksa kesiapan material injeksi dan
peralatan LPI yang akan digunakan
b. Periksa aduk (mixing) komponen epoxy
resin dengan mixer sehingga benar-benar
homogen
c. Periksa dan yakinkan internal tabung LPI
dalam kondisi bersih sebelum adukan
material injeksi dimasukan kedalam tabung
Low Pressure Injection (LPI)
d. Periksa dan yakinkan bahwa tekanan air
pressure (dari air compressor) yang
dihubungkan dengan tubing ke tabung LPI
telah siap untuk dilakukan injeksi kedalam
retakan beton
e. Proses injeksi berakhir/ selesai jika material
tidak mengalir lagi dari LPI melalui selang-
selang penghantar
f. Material injeksi didiamkan selama minimal
12 jam untuk memastikan material telah
kering benar dan meyatu dengan baik
dengan material beton eksisting
g. Setelah pekerjaan injeksi selesai, selang
konektor tubing dilepas, packer set dipotong
dan bekas-bekasnya dibersihkan dengan
gerinda beton sehingga permukaan rata.
Gambar 7. Injeksi retak dengan LPI
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 6
4. Indikator dan Ukuran Keberhasilan
a. Instalasi packer port terpasang dengan baik
dan benar
b. Pekerjaan injeksi retakan dapat dilaksanakan
dengan baik dan aman
c. Beton yang retak telah menyatu dengan baik
dan tidak ada indikasi retak
d. Mentaati peraturan keselamatan kerja dan
tidak terjadi kecelakaan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesifikasi material yang dipergunakan dalam
perbaikan beton pondasi pompa adalah resin solvent
free epoxy binder difungsikan sebagai bahan pelekat
epoxy bebas pelarut, bersifat struktural dengan
kinerja tinggi menggunakan bahan dasar pengikat
epoksi serbaguna yang dapat digunakan untuk
berbagai mortar berbasis epoxy resin. Material ini
dapat diaplikasikan untuk perbaikan material
berbahan beton maupun yang berbahan dasar baja.
Material ini resin solvent free epoxy binder
memiliki daya rekat yang kuat, dapat digunakan
untuk material beton maupun baja, tidak memerlukan
bahan pelarut solven, viskositasnya rendah, memiliki
sifat tahanan terhadap abrasi, ketahanan terhadap
bahan kimia tinggi baik, tidak menyusut, telah
memiliki standar AS / NZS 4020: 2002 untuk kontak
dengan air minum, dapat mengalir kedalam celah
retak yang sangat kecil dan aplikasinya mudah dan
tidak memerlukan tenaga kerja khusus.
Pekerjaan perbaikan injeksi retak pada
pondasi pompa di Kilang Balikpapan I telah
diselesaikan tepat waktu sesuai jadwal kontrak kerja,
bahkan lebih cepat (ahead) 7 hari dari jadwal waktu
yang tersedia. Keberhasilan ini tidak lepas dari
keberhasilan dalam persiapan material, peralatan
kerja dan peralatan bantu kerja, tenaga kerja yang
telah berpengalaman melakukan pekerjaan sejenis.
Demikian pula halnya metode kerja injeksi retak
dengan alat low pressure injection pump dapat
diaplikasikan dengan baik, lancar dan aman tanpa
terjadi gangguan pada pengoperasian alat. Dengan
hal ini terbukti bahwa metode injeksi retak beton
pondasi dengan metode low pressure injection
berhasil dengan baik.
Selesai dilakukan perbaikan terhadap beton
pondasi maka langkah selanjutnya adalah
pemasangan pompa dan prime mover-nya. Setelah
pompa dan prime mover terpasang dilakukan setting
alignment (pelurusan shaft) dan penyambungan
coupling (penghubung) pompa dengan prime mover-
nya. Sebelum dilakukan interkoneksi shaft coupling
terlabih dahulu dilakukan test run motor listrik prime
mover selama 2x24 Jam untuk mengetahui kondisi
readiness motor driver. Setelah selesai dilakukan test
run dilakukan penyambungan dan setting alignment
dilakukan test run pompa selama 7 x 24 jam dan
terbukti tidak ada indikasi imbalance pada motor
deriver dan pompa. Hasil uji vibrasi arah vertikal
yang sebelumnya 12,5 micron turun menjadi 1.3
micron, virasi arah horizontal yang sebelumnya 10.5
micron turun menjadi 2,5 micron dan vibrasi arah
axial yang sebelumnya 4.5 micron turun menjadi 2,2
micron, sementara vibrasi pada pondasi yang
sebelum perbaikan menunjukan angka 8.5 micron
turun menjadi 2,2 micron. Hal ini menunjukan bahwa
struktur beton pondasi tidak mengalami resonansi
(tidak turut bergetar) karena resonansi getar yang
ditimbulkan oleh operasi motor driver dan pompa
sangat kecil dan dalam batas aman.
Hasil perbaikan yang lain adalah metode kerja
low pressure injection ini telah direplikasi untuk
melakukan pekerjaan perbaikan retak beton pondasi
di area kilang Balikpapan dan unit kilang yang lain di
Indonesia. Sebagai jaminan anti salah dan
keberlanjutan penggunaan metode kerja ini telah
disusun pedoman kerja injeksi retak beton dengan
metode low pressure injection dan telah terdaftar
sebagai tata kerja baku di PT. Pertamina RU V
Balikpapan dengan Nomor pendaftaran: C-
21/E15143/2011-SO Rev.0. Dengan telah adanya
pedoman kerja baku ini maka metode kerja yang
telah dapat diunduh melalui portal intranet PT.
Pertamina ini dapat direplikasi untuk mengatasi
permasalahan sejenis di seluruh lingkungan area
kerja pertamina. Dari pelaksanaan pekerjaan
perbaikan injeksi retak beton dengan metode low
pressure injection kontraktor pelaksana pekerjaan
telah memiliki andil memperkerjakan 14 pekerja
selama 12 hari dengan baik dan aman tanpa terjadi
kecelakaan dengan menyumbangkan. 1.344 Jam
kerja aman tanpa kecelakaan (zero incident). Target
penyelesaian masalah dan sasaran perbaikan tercapai.
100%, bahkan mengalami ahead selama 7 hari kerja.
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian permasalahan, metode penelitian
dan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Metode low pressure injection (LPI) dengan
spesifikasi material material solvent free epoxy
binder dan structural adhesive telah terbukti
cocok dan sesuai digunakan untuk perbaikan
beton pondasi pompa di Kilang Balikpapan I
2. Metode injeksi retak dengan metode low pressure
injection (LPI) dilakukan dengan memasang
injection port dengan jarak 20 cm, memasang
selang konektor injection port, menutup
permukaan retak dan melakukan injeksi material
solvent free epoxy binder dengan pompa LPI
pada tekanan 1.0-1,5 Kg/Cm2
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 7
5.2. Saran-saran
1. Metode low pressure injection (LPI) dengan
spesifikasi material material solvent free epoxy
binder dan structural adhesive yang telah terbukti
berhasil dengan baik diaplikasikan untuk
perbaikan beton pondasi pompa di Kilang
Balikpapan I dapat direplikasi untuk mengatasi
permasalahan sejenis di kilang Balikpapan II dan
Unit kilang Pertamina lainnya
2. Metode injeksi retak dengan metode low pressure
injection (LPI) dengan spesifikasi material resin
solvent free epoxy binder and structural adhesive
masih dapat dikembangkan dan disempurnakan
menggunakan spesifikasi material yang lain
dengan variasi tekanan yang berbeda.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan telah selesainya penelitian ini Penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada
Bapak Rahendrafedy selaku Stationary Inspection
Engineer Section Head PT. Pertamina RU V
Balikpapan, Bapak Agung Wahyono, dari PT. Mitra
Lindung Sarana Samarinda dan Bapak Yudi Yunarko
dari PT. BASF Indonesia yang telah banyak
memberikan dukungannya dalam proses penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
BASF, 2016, Product Guide, PT. BASF Chemical
Construction, Jakarta
Masyhur Irsyam, 2000, Pondasi Dinamis,
Departemen Teknik Sipil ITB, Bandung
Richart F.E, J.R and Wood, R.D, 1970, Vibration of
Soil and Foundation, Prentice Hall, 1970
Shamsher Prkash and V.J Puri, Foundations for
MachinesAnalysis and Design, Willey Interscience,
1988
Sika, 2013, Sika Injection Pump Technical Data
Sheet, PT. Sika Indonesia
TKI No. C-021/E15143/2011-So Rev.0, 2011,
Prosedur Pemeriksaan dan Pelaksanaan Pekerjaan
Injeksi Retak Beton, PT. Pertamina RU V,
Balikpapan
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 8
RENCANA LANSEKAP TEPIAN SUNGAI MAHAKAM
SAMARINDA SEBRANG
Rusfina Widayati1)
Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda,
Jl. Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119
email: [email protected]
ABSTRAK
Sungai Mahakam terletak di kota Samarinda di Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai ini banyak terdapat
pemukiman dan daerah pertanian sehingga selama ini senantiasa mengalami banjir terutama disaat-saat musim
hujan terlebih jika bersamaan dengan pasang surut sungai. Pembangunan saat ini terkait menjaga stabilitas
lingkungan sehingga aspek penghijauan (lansekap) menjadi penting terkait dengan pelaksanaan pembangunan
turap di Tepian Sungai Mahakam Samarinda Sebrang. Selain itu dengan meningkatkan kualitas kawasan Tepian
sungai Mahakam dengan merencanakan lansekapnya, maka nilai-nilai kawasan sepanjang tepian sungai juga
semakin meningkat. Lebih jauh nilai kualitas hidup masyarkat yang tinggal di sekitar kawasan tepian sungai
Mahakam akan semakin meningkat. Hasil perencanaan terdiri dari beberapa segmen dengan panjang turap
perencanaan ± 6 km dengan luas total kawasan perencanaan 74.358 km2. Perencanaan ini tidak hanya meliputi
softscape juga hardscape (perabot taman dan fasilitas umum).
Kata kunci: Tepian sungai Mahakam, daerah aliran sungai, lansekap, kawasan
ABSTRACT
The Mahakam River is located in Samarinda which agrculture and inhabite by people and are in
Mahakam. All this years, the Mahakam basin experienced flooding espesially during rainy season, more over
with the occuring of river tides. Nowadays, city development concerned about environment enhancement this
lanscape to be one of the crusial aspect. Consequantly by increasing the quality of the green region within the
Mahakam river banks also increase the river banks region value which in the could lead the cruisher quality of
live the people who live in this region. The Planning consists of several segmen which approximatily ± 6 km
with total planning area 74.358 km2. The planning consist of softscape and hardscape (park furniture and public
facilities).
Keywords: Mahakam river banks, watershed, landscape, regions
1. PENDAHULUAN
Sungai Mahakam terletak di kota Samarinda
dan dipengaruhi oleh pasang surut. Di Daerah
Aliran Sungai (DAS) sungai ini banyak terdapat
pemukiman dan daerah pertanian sehingga selama
ini senantiasa mengalami banjir terutama disaat-
saat musim hujan terlebih jika bersamaan dengan
pasang surut air laut.
Daerah Sungai Mahakam Sebrang yang
merupakan dataran rendah dengan kemiringan
dasar sungai relatif kecil sehingga menyebabkan
kecepatan aliran sungai tersebut lambat.
Permasalahan yang ada pada Sungai
Mahakam adalah pada musim hujan dengan
intensitas curah hujan cukup besar yang terjadi
setiap tahunnya akan menimbulkan luapan air yang
menggenangi daerah-daerah hilir dan sekitarnya.
Adapun luapan air sungai Mahakam tersebut
mengakibatkan tergenangnya jalan raya, rumah
penduduk, perkebunan, pertanian dan sarana
lainnya serta kerugian harta benda masyarakat.
Berkaitan dengan permasalahan dan
paradidgma pembangunan saat ini yang sangat
menjaga stabilitas lingkungan sehingga aspek
penghijauan (lansekap) menjadi penting dalam
kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan turap
di Tepian Sungai Mahakam Samarinda Sebrang.
Selain itu meningkatkan kualitas area hijau dalam
lingkungan tepian sungai Mahakam.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 9
2. GAMBARAN UMUM WILAYAH
PERENCANAAN
Kotamadya Samarinda terletak pada posisi
antara 0o
19’ 02” – 0o
42’ 31” Lintang Utara dan
117o
03’ 00” – 117o
18’ 14” Bujur Timur. Daerah
seluas 718 Km2 dan berpenduduk 726.223 jiwa ini
berbatasan dengan kabupaten Kutai Kartanegara
disebelah utara, selatan, barat, dan timur.
Kotamadya Samarinda dibagi menjadi 10 (sepuluh)
wilayah kecamatan dan 53 (lima puluh tiga)
kelurahan. Sebagaian besar wilayah Samarinda
berupa dataran rendah dan berbukit, dengan
ketinggian 10~200 meter di atas permukaan air laut.
Dengan cuaca rata-rata panas dengan kelembaban
sekitar 50-85% dan curah hujan rata-rata 2039
milimeter per tahun.
3. METODE PERENCANAAN
Proses perencanaan meliputi Studi terhadapa obyek
perencanaan, analisi Tapak dan studi literature
mengenai penataan tepian sungai dan aspek
softscape dan hardscapenya.
Studi Terhadap Obyek Perencanaan:
Kotamadya Samarinda berada pada DAS
sungai Mahakam dengan seluas 74.358 Km2.
Dengan batasan wilayah studi, yaitu di kota
Samarinda Sebrang, yang terletak di sebelah kanan
dari Sungai Mahakam, dengan titik awal
pengukuran pada Jembatan Mahakam I sampai
dengan Jembatan Mahakam II, dengan jarak ± 6
Km.
Gambar 1. Lokasi Sungai Mahakam
Lingkup Tugas
a. Lokasi Penataan Kawasan Tepian Sungai
Mahakam Samarinda Sebrang adalah meliputi
area tepian sungai mahakam yang terletak di
sebelah selatan kota Samarinda. Sepanjanga 6
Km pada tepian Sungai Mahakam Samarinda
Sebrang.
b. Perencanaan lansekap DIRENCANAKAN
fungsional dan efisien dalam pemanfaatan,
pengelolaan dan pemeliharaannya.
c. Rancangan mencakup aspek fungsional;
estetika; serta tidak mengganggu bangunan
sekitarnya.
Lingkup Teknis
a. Penataan Tepian Sungai Mahakam Samarinda
Sebrang berupa gambar perencanaan softcapes,
hardscapes dan dilengkapi dengan bangunan-
bangunan fasilitas pendukung.
b. Perencanaan jenis tanaman sebagai buffer area.
c. Perencanaan jenis tanaman sebagai tanaman
estetik dan tanaman penutup permukaan tanah.
Analisis Tapak secara umum terdiri dari dua
hal yaitu :
i. Analisis Lingkungan sekitar Tapak
meliputi :
a) Analisis lingkungan sekitar tapak
b) Analisis Analisis Eksisting sarana
dan pra sarana
c) Analsi Pemanfaatan ruang
d) analisis Vegetasi
e) Identifikasi permasalahan
ii. Analisis di dalam Tapak meliputi :
a) Analisis Zoning
b) Analisis Orientasi Lingkungan
c) Analisis Tata Guna Lahan
d) Analisis Topografi
e) Analisis Polas irkulasi Kendaraan
f) Analisis Sirkulasi Pajalan Kaki
g) Analisis Penerangan Ruang Luar
h) Analisis Bangunan Khusus
Analisis Bangunan meliputi :
a) Analsiis Pelaku
b) Analisis kebutuhan Ruang dan fasilitas
c) Analisi material dan finishing
Setelah proses analisis kemudian disintesis untuk
emndapatkan konsep perencanaan baik konsep
secara makro maupun konsep secara mikro yang
dapat diterapkan pada tarea tepian sungai Mahakam
ini.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 8
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Lingkungan Sekitar Tapak
a. Lokasi
Secara makro, lokasi perencanaan terletak di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kotamadya
Samarinda. Letak lokasi dapat dilihat pada gambar 2, sebagai berikut:
Gambar 2. Sungai Mahakam, Kota Samarinda
Dengan batasan wilayah studi, yaitu di Kota
Samarinda Sebrang, yang terletak di sebelah kanan
dari Sungai Mahakam, dengan titik awal
pengukuran pada Jembatan Mahakam I sampai
dengan Jembatan Mahakam II, dengan jarak ± 6
Km.
1. Situasi Tapak
Area yang direncanakan ini berbatasan dengan:
Utara : Sungai Mahakam
Selatan : Jalan Sebagai Pembatas
2. Jalan di Sekitar Lokasi
Jalan utama di sekitar lokasi baik (finishing
dengan aspal hotmix). Hanya saja pada titik
tertentu jalan H. Jamhar sebagian jalan berupa
jembatan dengan lebar ± 1 mtr dengan bahan
papan ulin dan jalan aspal kembali dari jalan
Padaelo sampai dengan jalan Mangkupalas.
Jenis Peranan jalan yang membatasi wilayah
perencanaan:
a. Jl. Bung Tomo merupakan jalan arteri
skunder
b. Jl. H. Jamhar saat ini merupakan jenis jalan
kolektor sekunder, yang nantinya akan
diperlebar menjadi 2 jalur tanpa median.
c. Jl. Padaelo saat ini merupakan jenis jalan
kolektor sekunder, yang nantinya akan
diperlebar menjadi 2 jalur tanpa median
d. Jl. P. Bendahara, merupakan jalan kolektor
Primer.
3. Keadaan Lingkungan Sekitar
Lingkungan sekitar lokasi adalah permukiman
penduduk cenderung mengelompok berpola
linear sepanjang tepian sungai dan sepanjang
koridor jalan Bung Tomo dan Jalan P.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 8
Bendahara pola penggunaan lahan didominasi
oleh sektor perdagangan dan jasa.
4. I k l i m
Secara umum iklim setempat adalah iklim
tropis. Secara lebih spesifik, kota Samarinda
memiliki karakteristik curah hujan yang tinggi
dan sinar matahari yang cukup menyengat di
musim kemarau. Curah hujan rata-rata sekitar
2039 mm/tahun dengan kelembaBan tinggi
5. Pencapaian
Jalan masuk utama menuju ke Blok I Jebatan
Mahakam dari arah selatan, yaitu kota
Samarinda dan dari arah barat, yaitu Jembatan
Mahakam II.
b. Eksisting Sarana dan Prasarana
Pada tapak perencanaan saat ini masih di
dominasi permukiman penduduk, sehingga wajar
jika papan informasi maupun rambu-rambu jalan
kurang mencukupi nantinya setelah perubahan
fungsi dari permukiman menjadi jalur hijau, maka
papan informasi, rambu-rambu jalan dan prasaranan
lingkungan seperti area bermain, area berolahraga,
dan reakreasi akan direncanakan pada tapak.
c. Eksisting Pemanfaatan Ruang
i. Permukiman
Permukiman yang terdapat pada wilayah
perencanaan merupakan permukiman
kampung yang berkembang secara alamiah
dengan pola linear sepanjang tepian
sungai.
ii. Perdagangan dan jasa
Kegiatan Perdagangan dan jasa yang
terdapat pada wilayah perencanaan masih
bersifat skala kecil dan menengah Didalam
wilayah perencanaan perdagangan dan jasa
berkembang dalam bentuk eceran, sedang
di ruas jalan yang lebih lebar sudah berupa
ruko. Pemenuhan kebutuhan dan jasa
penduduk setempat cenderung ke kota
Samarinda.
iii. Fasilitas Umum
Penggunaan Lahan untu fasilitas umum
dibagi atas beberapa kegiatan yaitu
peribadatan dan fasilitas terminal cest, bis
dan pasar.
d. Eksisting Vegetasi Setempat
Di sepanjang tepian jalan pembatas pada
umumnya ditanami jenis pohon buah-buahan secara
swadaya oleh penduduk (di halaman rumah) seperti
Mangga, Jambu Air, Nangka, dan Pohon Kelapa
pada tepian sungai Sedang di sisi jalan ditanami
oleh pemerintah jenis Angsana (ptherocarpus
indicus) atau pohon Tunjung (mimusops elengi).
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 11
e. Identifikasi Permasalahan
Tabel 1. Identifikasi Permasalahan Tepian Sungai Mahakam Samarinda Sebrang.
NO LOKASI FOTO KONDISI PERMASALAHAN ALTERNATIF
PENANGANAN
1.
Zona I (Jembatan
Mahakam I -
Pertemuan jalan
dengan
S.Mahakam)
i. Penduduk padat dan berada di
bantaran sungai.
ii. Belum ada penataan
pemukiman.
iii. Tebing mengalami gerusan.
iv. Ketika air pasang, air masuk
area pemukiman.
v. Banyak perahu yang sandar.
i. Pasangan Batu Kali,
Revetmen kerangka
beton, Turap beton.
ii. Penataan pemukiman.
iii. Penataan tempat sandar
perahu.
iv. Mengembalikan fungsi
lahan.
2.
Zona II
(Pertemuan jalan
dengan
S.Mahakam –
Jalan papan
Kel.S. Keledang)
i. Pemukiman berada di
bantaran sungai.
ii. Air pasang maksimum
melewati jalan existing dan
masuk pemukiman.
iii. Jalan existing tergerus.
iv. Outlet gorong-gorong
tersumbat dengan sampah.
v. Banyak perahu milik warga
yang sandar.
i. Penataan pemukiman.
ii. Turap beton.
iii. Penataan tempat sandar
perahu.
iv. Mengembalikan fungsi
lahan.
3.
Zona III
(Jalan Papan Kel.
S. Keledang –
perbatasan
S.Keledang
dengan
Kel.Baka)
i. Pemukiman berada di
bantaran sungai.
ii. Jalan existing putus,
disambung dengan jalan
papan.
iii. Jalan papan putus, dialihkan
ke gang dengan lebar ±1m.
iv. Jembatan jalan existing pada
jalan papan rusak.
i. Penataan pemukiman.
ii. Turap beton.
iii. Mengembalikan jalan
yang ada.
iv. Pembuatan jembatan.
4.
Zona IV
(Perbatasan
S.Keledang
dengan
Kel.Baka- Jalan
darat Kel Baka)
i. Adanya aktifitas bongkar
muat barang milik perusahaan
melalui jalur sungai, sehingga
jalan existing putus.
ii. Jalan existing tergerus dan
hilang diganti dengan jalan
papan.
iii. Pemukiman berada di
bantaran sungai.
i. Mengembalikan jalan
yang ada.
ii. Turap beton.
iii. Penataan pemukiman.
5.
Zona V
(Jalan darat Kel
Baka – pertigaan
terminal)
i. Pemukiman berada di
bantaran sungai.
ii. Tebing jalan yang
iii. mulai tergerus.
i. Penataan pemukiman.
6.
Zona VI
(pertigaan
terminal-Sungai
perbatasan
Kel.Baka dengan
Kel. Masjid)
i. Pemukiman padat berada di
bantaran sungai.
ii. Tebing jalan yang langsung
kontak dengan air pasang.
i. Penataan pemukiman.
ii. Turap Beton, batu kali,
Revetmen kerangka
beton.
7.
Zona VII
(Sungai
perbatasan
Kel.Baka dengan
Kel. Masjid -
Masjid Cagar
budaya di
kelurahan
masjid)
i. Pemukiman padat berada di
bantaran sungai.
ii. Tebing jalan yang langsung
kontak dengan air pasang.
i. Penataan pemukiman.
ii. Turap Beton, batu kali,
Revetmen kerangka
beton.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 12
NO LOKASI FOTO KONDISI PERMASALAHAN ALTERNATIF
PENANGANAN
8.
Zona VII
(Masjid cagar
budaya-Jalan
papan di
kelurahan
masjid)
i. Pemukiman padat berada di
bantaran sungai.
ii. Tebing jalan yang langsung
kontak dengan air pasang.
i. Penataan pemukiman.
ii. Turap Beton.
9.
Zona VIII
(Jalan papan di
kel.masjid –
Pelabuhan
mangku palas)
i. Pemukiman padat berada di
bantaran sungai.
ii. Jalan berupa, jalan papan.
iii. Ketika air pasang masuk ke
area pemukiman.
i. Penataan Pemukiman.
ii. Turap Beton.
10.
Zona IX
(Pelabuhan
mangku palas –
Jembatan
Mahakam II)
i. Merupakan kawasan industri
ii. Terdapat Dok-dok kapal.
i. Pasangan Batu Kali,
Revetmen kerangka
beton, Turap beton.
ii. Penataan tempat
kawasan.
4.2. Analisis Tapak
a. Analisis Zoning
Penzoningan dibuat berdasarkan:
1. Identifikasi permasalahan yang terdapat pada
tapak.
2. Batasan fisik Tapak, yaitu tipe jalan pembatas
dan titik sungai.
3. Bangunan khas yang ada pada Tapak, antara
lain :
1. Mesjid Cagar Budaya pada jalan P.
Bendahara
2. Mesjid Al-Washilah yang tepat berada
pada jalur hijau.
3. Bangunan Intake PDAM
4. Khusus untuk Blok Jembatan,
direncanakan untuk zoning yang menjadi
landmark kawasan
Dari pertimbangan 3 (tiga) hal diatas maka
konsep zoning pada penataan Tepian Sungai
Mahakam Samarinda Sebrang di bagi menjadi
4(empat) katagori zoning, secara umum:
1. Zoning Skala Kawasan: Blok Jembatan
Mahakam
2. Zoning Koridor Jalan – Tepian Sungai: Blok
a. Blok Perencanaan I : Jl. H. Jamhar (jalan
Kolektor Sekunder)
b. Blok Perencanaan II : Jl. H. Jamhar (jalan
Kolektor Sekunder)
c. Blok Perencanaan III : Jl. Padaelo (jalan
Kolektor Sekunder)
d. Blok Perencanaan IV : Jl. P. bendahara
(jalan Kolektor Primer)
e. Blok Perencanaan V : Jl. P. bendahara
(jalan Kolektor Primer)
f. Blok Perencanaan VI Ters. Jl. Mangkuliat
(jalan Kolektor Primer)
g. Blok Jembatan : (Jl. Arteri sekunder)
3. Zoning Persimpangan Jalan: 4 (empat) titik.
a. Blok Perencanaan Simp. 3, Bung Tomo –
H. Jamhar :
b. Blok Perencanaan Simp. 3, H. Jamhar –
Datu Iba :
c. Blok Perencanaan Simp. 3, H. Jamhar –
Gg. PU
d. Blok Perencanaan Simp. 3, Padaelo –
Bung Tomo
e. Blok Perencanaan Simp. 3, Mangkupalas –
P. Bendahara
4. Zoning Bangunan Khusus: 4 (empat) titik.
a. Blok Perencanaan Mesjid Cagar Budaya
(jalan Kolektor Primer)
b. Blok Perencanaan Mesjid Al - Washilah
(jalan Kolektor Primer)
c. Blok Perencanaan Intake PDAM (jalan
Kolektor Sekunder)
d. Blok Perencanaan Terminal Cest (jalan
Kolektor Primer)
b. Analisios Orientasi Lingkungan
Orientasi view pada tapak diarahkan ke arah
sungai, hal ini bertujuan menjadikan Sungai
Mahakam sebagai landmark kawasan sekaligus
kota Samarinda. Sehingga Jalur Pebdistribusian
yang terdapat pada sisi turap secara linear
sepanjang sisi tepian sungai Mahakam.
Sebaliknya dari arah sungai Mahakam,
pengunjung dapat menikmati lansekap Tepian dan
menggunakan cest (perahu bermotor) yang juga
difasilitasi dengan adanya pelabuhan dan Halte
cest.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 14
c. Analisis Tata Guna Lahan
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Samarinda yang tertuang dalam Buku
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Samarinda 2005 – 2015, Bappeda Propinsi
Kalimantan Timur, tahun 2005, bahwa kawasan
Tepian Mahakam merupakan ruang terbuka sebagai
paru-paru Kota Samarinda.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka
pengembangan Kawsan Tepian Mahakam
khususnya Samarinda Sebrang, diantaranya adalah:
1. Menjadikan Kawasan Tepian Mahakam sebagai
jalur hijau dan paru-paru Kota.
2. Melakukan penataan Kawasan Tepian
Mahakam.
3. Menjadikan Kawasan Tepian Mahakam sebagai
area bermain dan rekreasi.
4. Menjadikan sanitasi lingkungan (pembuangan
sampah, drainase, dll)
5. Melengkapi fasilitas untuk menambah
kenyamanan, seperti gazebo, ruang parkir
taman, pohon peneduh, dll.
6. Melengkapi track bagi pejalan kaki.
d. Analisis Topografi
Topografi pada tapak yang direncanakan
cenderung datar di beberapa tempat, direncanakan
diurug setelah pelaksanaan penurapan. Khusus
untuk blok Jembatan konsep perencanaan lansekap,
menuntut adanya perubahaan garis kontur
walaupun tidak signifikan perubahan garis kontur
dapat dilihat pada gambar berikut:
e. Analisi Pola Sirkulasi Kendaraan
Pola sirkulasi kendaraan yang ada saat ini
terdiri dari beberapa pola yaitu:
1. Berpola linear, terdapat pada jalan Bung Tomo
sampai dengan jalan H. Jamhar.
2. Cul de Sac, terdapat pada jalan papan (berawal
dari titik persimpangan jalan H. Jamhar sampai
dengan jalan PU).
Pada jalan papan ini, kondisinya cukup
memperhatinkan selain lebarnya yang jauh dari
ideal hanya ± 1 m juga dari segi keamanan sangat
kurang. Dapat dilihat di beberapa tempat jalan
papan ini berada di atas sungai.
Konsep Sirkulasi Kendaraan:
1. Pola sirkulasi kendaraan direncanakan berpola
linear 2 arah, disesuaikan dengan jalur jalan
yang ada saat ini.
2. Lebar badan jalan ditingkatkan menjadi 7 meter
untuk mengantisipasi bangkitan lalu lintas yang
akan terjadi dengan adanya perubahan tata guna
lahan.
3. Disediakan area parkir di beberapa titik yang
penting akan menimbulkan bangkitan kendaraan
bermotor seperti di blok Jembatan dan blok
Mesjid.
f. Analisis Pola Sirkulasi Pejalan Kaki
1. Sirkulasi pejalan kaki, yang ada saat ini teriri
dari beberapa pola, hal ini dipengaruhi dengan
adanya fungsi permukiman pada tapak
perencanaan saat ini. Namun secar umum
berpola linear sepanjang tepian sungai.
2. Konsep sirkulasi pejalan kaki, yaitu pada sisi
turap sungai dan sisi jalan. Hal ini mendukung
lansekap tepian sebagai daya tarik wisata. Selain
itu pedestrian, dapat juga berfungsi sebagai
Jogging Track, yang dapat mewadahi aktifitas
berolahraga masyarakat setempat.
g. Analisis Pola Penerangan Ruang Luar
1. Pola Penerangan Ruang Luar, direncanakan
linear mengikuti jalur pedistrian dengan jarak
10 – 15 m.
2. Dan pada titik-titik tertentu, terutama pada blok
Jembatan direncanakan pada area yang
diberikan penekanan khusus, misalnya: pada
pusat taman dan area olahraga.
h. Analisis Bangunan Khusus
Terdapat beberapa bangunan khusus yang
akan ditingkatkan fungsinya, yaitu:
1. Mesjid Cagar Budaya (mesjid Sirathal
Mustaqim) dan mesjid Al – Washilah.
2. Intake PDAM.
3. Pelabuhan dan Halte Cest dan beberapa terminal
pendukung.
Maka konsep lansekap, direncanakan sesuai
dengan fungsi bangunan khusus tersebut dan dapat
meningkatkan image kawasan dengan adanya
konsep lansekap yang terintegrasi.
Konsep Lansekap:
I. Mesjid Cagar Budaya (mesjid Sirathal
Mustaqim) dan mesjid Al – Washilah.
II. Intake PDAM
Vegetasi yang dipilih:
a) Bambu cina pembatas pandangan
b) Helyconia purpurea
c) Terminali Catalpa (ketapang pohon
peneduh)
d) Rumput Gajah
III. Terminal dan Halte Cest dan beberapa
terminal pendukung.
a. Hardscapes:
Bangunan terminal dirancang menggunakan
unsur lokal/setempat (motif dayak) unsur
yang diambil, antara lain:
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 15
1. Unsur Bangunan Lamin
2. Unsur Motif Ukiran Dayak
3. Unsur Bahan Bangunan berupa Bahan
Kayu
b. Softscapes:
1. Pohon Peneduh
Dadap merah, Angsana, dan Kiara
Payung
2. Pengarah
Palem Ekor Tupai, Pohon Kelapa
3. Semak / Perdu
Helyconia, Bakung, The-the Pangkas,
Acalypha, Lili Paris
4. Penutup Tanah
Rumput Gajah dan Rumput Embun
i. Utilitas
1. Sistem penyediaan listrik untuk keperluan
perencanaan lansekap disesuaikan dengan
kebutuhan untuk penerangan direncanakan
dengan sistem tanam. Hal ini dengan tujuan
kerapian, keamanan, dan keindahan.
2. Air bersih direncanakan khusus pada blok
Jembatan untuk menyuplai kolam air dan posko
parkir.
3. Air kotor, sistem pembuangan air limbah kamar
mandi dengan septic tank dan resapan.
4. Air hujan, sisitem air hujan dengan
menggunakan sistem drainase tertutup untuk
zoning secara blok Jembatan sedangkan untuk
blok Jembatan menggunakan kombinasi sistem
terbuka pada area di dalam taman dan area
pedistrian di tepi jalan menggunakan sistem
drainase tertutup.
4.3. Analisis Bangunan
a. Analisis Pelaku dan Aktivitas
Pengunjung diasumsikan 70 % sebagaian
besar merupakan penduduk setempat, yaitu warga
Samarinda Sebrang tetapi tidak menutup
kemunginan warga dari Kota Samarinda juga
datang untuk menikmati warga pemandangan
ataupun ingin melihat bangunan cagar budaya.
Usia pengunjung dari segala usia karena
mewadahi fungsi aktifitas skala kawasan, dengan
begitu makan kegiatan yang dilakukan juga
berbagai macam kegiatan dapat dikelompokkan
secara garis besar.
Tabel 2. Macam Kegiatan berdasarkan usia
pengunjung.
USIA KELOMPOK AKTIFITAS
1 - 15 Anak-anak Bermain / Melihat-
lihat
15 - 20 Remaja
Bermain
Berolahraga
Rekreasi
21 - 40 Dewasa Berolahraga
Rekreasi
b. Rencana Kebutuhan Fasilitas dan Sarana
Berdasarkan survey dan pengamatan yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan kebutuhan
fasilitas dan sarana sebagai berikut:
1. Zoning Skala Kawasan
a. Kolam Air Mancur sebagai pusat kawasan
b. Fasilitas arena olahraga
c. Fasilitas arena bermain untuk anak-anak
d. Area Gazebo
e. Area Parkir
f. Posko Parkir
g. Papan Informasi dan Rambu-rambu
2. Zoning Skala Kelurahan
a. Jogging Track
b. Arena Bermain
c. Papan Informasi dan Rambu-rambu
3. Zoning Bangunan Khusus
a. Area Parkir
b. Posko Parkir
c. Patio
d. Publik Space
c. Usulan Material dan Finishing Bangunan
Adapun usulan material untuk fasilitas dan
sarana perencanaan lansekap Tepian Sungai
Mahakam secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Pondasi: Batu Kali
2. Struktur Atas: Kayu ulin diametr bervariasi
sesuai jenis bangunan fasilitas
3. Dinding: Untuk sisi dalam daerah kamar mandi
dengan batako semen pasir finish ubin keramik
20/20cm. dinding sisi luar difinish cat
4. Kusen,Pintu,Jendela : Plastik PVC untuk
kamar mandi
5. Lantai: Lantai pelat kayu ulin untuk pos jaga
dan gazebo, kamar mandi menggunakan ubin
keramik 20/20cm unpolished
6. Plafon: Gazebo dan papan nama di tepi jalan
utama menggunakan plafon triplek 3 mm finish
cat. Pos jaga tanpa plafon
7. Saniter: Kloset jongkok dan kran bebek
8. Drainase: Sistem pembuangan air hujan dengan
menggunakan drainase terbuka. Sistem
pembuangan air limbah kamar mandi dengan
septic tank dan resapan.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 16
9. Mekanikal Elektrikal: Penyediaan listrik dan
sistem penerangan sesuai keperluan
10. Atap : Rangka atap menggunakan kuda-kuda
kayu ulin.
Gording dan kasau menggunakan kayu. Penutup
atap menggunakan atap sirap, dan listplank dan
bubungan menggunakan hiasan ukiran Kaltim.
4.4. Konsep Lansekap
a. Konsep Pengembangan
Konsep Pengembangan Ruang Luar/Tata
Hijau, disusun sebagai berikut:
Menitikberatkan pada peningkatan kualitas
kawasan Permukiman di sepanjang Tepian sungai
Mahakam. Sehingga output yang dihasilkan
penyediaan sarana dan fasilitas bersama yang
sebelumya tidak ada dan peningkatan kualitas
fasilitas umum yang sudah ada.
I. Konsep Makro
Konsep Makro pengembangan Tata Ruang Luar
di wilayah Perencanaan pada Tepian Samarinda
Sebrang, yaitu:
1. Sebagai Kawasan buffer terhadap aktifitas
Transportasi yang membatasi Wilayah
Perencanaan.
2. Peningkatan Kualitas pada Jalan pembatas di
wilayah Perencanaan, karena adanya
perubahan Tata Guna Lahan maka
menimbulkan bangkitan transportasi di
daerah itu.
3. Sebagai Landmark Kawasan, pada daerah
Samarinda Sebrang
II. Konsep Mikro
1. Konsep Penentuan zoning Perencanan
berdasar kondisi existing dan tipe Jalan
Pembatas.
2. Sungai yang ada berfungsi sebagai saluran
area pematusan dan area wisata.
3. Mesjid Sirathal Mustaqim/Cagar Budaya
dijadikan faktor penarik pada area wisata
sungai Mahakam
4. Peningkatan lebar jalan, khususnya pada
koridor Jl. H Jamhar – Jl. Padaelo, yang
nantinya akan mengalami peningkatan
pergerakan transportasi karena adanya
perubahan Tata Guna Lahan.
b. Konsep Lansekap (Tata Ruang Luar)
1. Pola Lingkungan
i. Intensitas penggunaan Lahan yang bervariasi
selain permukiman terdapat fungsi
perdagangan, Terminal cest, Terminal bis
antar propinsi, serta fasiitas umum seperti
Mesjid dan pasar.
ii. Membentuk pola linear terhadap batas
sungai dan Jalan Pembatas.
iii. Pola Ruang Terbuka Hijau (Open space) dan
Kawasan Konservasi.
2. Fungsi Ruang Luar
i. Rancangan Elemen Ruang Luar untuk
beberapa ruas jalan di wilayah memiliki
fungsi antara lain:
ii. Rancangan Parkir
Pertimbangan untuk rancangan parkir, yaitu
on street dan off street dengan
memperhatikan faktor – faktor :
a. Keamanan parkir
b. Tidak mengganggu arus lalu lintas
c. Terintegrasi dengan fungsi – fungsi
lainnya
iii. Pedestrian
Pedistrian direncanakan pada 2 sisi yaitu
pada sisi Turap Sungai dan Sisi Jalan. Hal
ini untuk mendukung lansekap tepian
sebagai daya tarik wisata. Selain itu
pedestrian, dapat juga berfungsi sebagai
Jogging Track, yang dapat mewadahi
aktifitas berolahraga masyarakat setempat.
3. Perabot Ruang Luar
a. Lampu Taman
Lampu taman direncanakan tiap 5 m,
sebagai penerangan di malam hari dan
menambah nilai estetika.
b. Tempat Sampah
Tempat sampah disediakan tiap jarak 200 m,
dengan disain unik yag terintegrasi dengan
disain landscape secara keseluruhan.
c. Tempat duduk
Walaupun Pile Cap Turap dapat dijadikan
Tempat duduk, namun tetap disediakan
tempat duduk untuk beristirahat di titik–titik
tertentu
d. Pagar Pengaman di sepanjang Turap Tepian
Mahakam. Untuk mengantisipasi kecelakaan
yang sering terjadi pada Pile Cap diberi
pagar pengaman, namun tetap nyaman
digunakan.
e. Bak tanaman
Disesuain dengan tema yang mengandung
unsur Lokal setempat.
4. Jenis Penghijauan
I. Jenis Vegetasi di sempadan Tepian sungai
Mahakam
a. Pohon peneduh:
Memiliki perakaran kuat dan berbunga
indah, serta kanopy yang lebar untuk
menaungi pejalan kaki. Misal: Flamboyan.
Dadap Merah, Bunga kupu – kupu,
Angsana, Kiara Payung, Cemara, Pinus, dll.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 17
b. Pohon Pengarah :
Dipilih yang memiliki bentuk yang kokoh
dan menarik. Antara lain: Palem raja, Palem
Jepang, Palem Tutup Botol.
c. Semak/Perdu:
Dipilih yang berbunga indah atau memiliki
bentuk daun yang menarik. Misal: Asoka,
Bakung, Kucai Jepang, Lantana, kanna,
daun pilo, dll.
d. Rumput:
Dipilih yang memiliki tekstur halus namun
cenderung kuat terhadap kondisi tanah.
Misal: Rumput Embun atau Rumput Gajah.
II. Jenis Vegetasi pada Koridor jalan,
tergantung jenis Jalan dan daerah
persimpangan jalan.
a. Koridor Jalan dengan beban Asap
kendaaran tinggi, dipilih jenis vegetasi
yang memiliki masa daun rapat dan
lebat. Misal: Akasia, Angsana, Tanjung,
dan Kiara Payung.
b. Koridor jalan dengan beban kendaraan
sedang dapat dipilih vegetasi lain yang
tidak harus bermassa daun rapat. Misal:
Bunga Kupu – kupu, Dadap Merah,
Kembang merak.
III. Jenis Vegetasi untuk Ruang terbuka Hijau
Lainnya (untuk Blok Jembatan dan blok
Mesjid Cagar Budaya).
a. Untuk Blok Jembatan, Karena
pertimbangan disain yang lebih
kompleks dibanding blok perencanaan
lainnya maka pilihan vegetasinya pun
bermacam-macam.
b. Sedang untuk blok perencanaan Mesjid
Cagar Budaya: untuk mendukung mesjid
Cagar Budaya yang berada di Sebrang
jalan Pembatas, maka tepian
diSebrangngya dijadikan satu kesatuan
dengan ruang luar mesjid. Sehingga
pilihan vegetasi disesuaikan dengan tema
ruang luar mesjid pada umumnya yang
bersifat simetris.
5. Pembentukan Identitas Lingkungan
a. Tanda Fisik:
- Identitas Lingkungan skala Kota
- Identitas Lingkungan skala Lokal
b. Informasi
- Image Fisik
- Image non Fisik
c. Jarak
Identitas Lingkungan harus dapat
dikenali dari suatu jarak, baik jarak dekat
di dalam wilyah perencanaan maupun
jarak jauh di Sebrang wilayah
perencanaan (dari arah Samarinda Kota).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan meningkatkan kualitas kawasan Tepian
Sungai Mahakam dengan merencanakan
lansekapnya, maka nilai nilai kawasan sepanjang
tepian sungai juga semakin meningkat. Disamping
itu nilai kualitas hidup masyarkat yang tinggal di
sekitar kawasan tepian sungai Mahakam akan
semakin meningkat. Karena Perencanan lansekap
juga meliputi penyediaan fasilitas publik termasuk
di dalamnya penyediaan fasilitas olahraga.
Tentunya hal ini juga harus dibarengi dengan
kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam
menjaga kawasan kebersihan lingkungan sepanjang
tepian Mahakam partisipasi positif dalam
meningkatkan kualitas lingkungan disekitarnya. Hal
yang tidak kalah pentingnya, bahwa kewajiban
untuk menjaga lingkungan untuk Hijau Bersih dan
Sehat bukan hanya kewajiban pemerintah tetapi
tugas seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
H. Rustam, U. Hardi, 2003, Komponen
Perancangan Arsitektur Lansekap, PT. Bumi
Aksara
R. Grant W, 2001, Grafik Lansekap : dari Sketsa
Konsep ke Arsiran Penyajian Akhir, PT. Erlangga
S. John Ormsbee, 1983, Landscape architecture : A
Manual of Site Planning and Design, Mc Geaw Hill
Publishing Company
W. Teodore D, 2004, Rancangan Tapak dan
Pembuatan detail Konstruksi, PT. Erlangga.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 18
PERBANDINGAN HASIL ANALISIS KAPASITAS
DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL DENGAN
BEBERAPA METODE BERDASARKAN DATA CPT
DAN SPT TERHADAP HASIL PENGUJIAN PDA
Heri Sutanto1)
Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda
Jalan Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Fondasi merupakan bagian penting dari satu bangunan, fondasi sebagai dasar penahan beban terdasar
dari suatu konstruksi. Jalan, gedung, jembatan, bendungan, dan konstruksi sipil lainnya tanpa fondasi yang kuat
pasti akan mengalami kegagalan konstruksi. Pada pengaplikasian di lapangan sering mengesampingkan analisis
daya dukung fondasi yang tepat. Desain fondasi hanya berdasarkan pengalaman pribadi, sehingga hal ini perlu
di angkat karena fondasi menjadi landasan terpenting dari keberhasilan dalam bangunan sipil. Dalam penelitian
ini dilakukan analisis ulang kapasitas dukung fondasi tiang tunggal dengan metode analisis perhitungan α
(Tomlinson), U.S. Army Corps, λ, Tegangan Efektif (Effective Stress), Bagemann, DeRuitter & Beringen, dan
Nottingham & Schmertmann. Nottingham dan Schmertmann yang hasilnya dibandingkan terhadap hasil PDA
Test. Dari hasil analisis dan pembahasan didapat PDA dan CAPWAP adalah hasil terbaik, karena Qa PDA dan
CAPWAP berada di antara Qa berdasarkan SPT dan Qa berdasarkan CPT. Qa berdasarkan SPT memiliki hasil
terkecil terlalu bersifat konservatif, sedangkan Qa berdasarkan CPT memiliki hasil lebih besar dari pada Qa
PDA dan CAPWAP ini menunjukkan bahwa Qa berdasarkan CPT lebih boros.
Kata kunci: CAPWAP, CPT, kapasitas dukung, tiang tunggal, PDA, dan SPT
ABSTRACT
Fondation is an important part of a building, foundation as the basic load-bearing base of a
construction. Roads, buildings, bridges, dams, and other civil constructions without a strong foundation will
surely fail construction. On the field’s applicability often overrides the proper bearing capacity analysis of the
foundation. Design of the foundation is based solely on personal experience, so it needs to be lifted because the
foundation becomes the most important foundation of success in civilian building. In this study re-analysis of
the bearing capacity of single pile foundation by the method of calculation analysis α (Tomlinson), u.s. Army
Corps, λ, Effective Stress, Bagemann, DeRuitter and Berignen, and Nottingham and Schmertmann which
results are compared against results PDA test that is PDA dan CAPWAP. From the results of analysis and
discussion obtained PDA test is the best result because Qa PDA is between Qa besed on SPT and Qa based on
CPT. Qa based on SPT has the smallest result too conservstive, whereas Qa based on CPT has bigger results
than Qa PDA test this shows that Qa based on CPT is more profuse.
Keywords: CAPWAP, CPT, bearing capacity, single pile, PDA and SPT
1. PENDAHULUAN
Suatu bangunan terdiri dari struktur atas
dan struktur bawah. Pada bangunan gedung,
struktur atas terdiri dari konstruksi kolom, balok,
plat, dan lain-lain. Sedangkan untuk struktur
bawah terdiri dari konstruksi fondasi. Fondasi
adalah struktur bagian bawah bangunan yang
berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian
bangunan yang terletak di bawah permukaan
tanah yang mempunyai fungsi memikul beban
bagian bangunan lain di atasnya (Joseph E.
Bowles, 1997).
Fondasi merupakan bagian penting dari
satu bangunan, fondasi sebagai dasar penahan
beban terdasar dari suatu konstruksi. Jalan,
gedung, jembatan, bendungan, dan konstruksi
sipil lainnya tanpa fondasi yang kuat pasti akan
mengalami kegagalan konstruksi. Pada
pengaplikasian di lapangan sering
mengesampingkan analisis daya dukung fondasi
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 19
yang tepat. Desain fondasi hanya berdasarkan
pengalaman pribadi, sehingga penulis
menganggap hal ini perlu di angkat karena
fondasi menjadi landasan terpenting dari
keberhasilan dalam bangunan sipil.
Fondasi ada dua jenis, yaitu fondasi
dangkal dan fondasi dalam. Fondasi dangkal
adalah fondasi yang tidak membutuhkan galian
tanah terlalu dalam karena lapisan tanah dangkal
sudah cukup keras. Sedangkan fondasi dalam
adalah fondasi yang membutuhkan pengeboran
atau pemancangan dalam karena lapisan dalam
karena lapisan tanah yang keras berada di
kedalaman cukup dalam, biasanya digunakan
oleh bangunan besar seperti jembatan, struktur
lepas pantai, dan sebagainya. Jenis fondasi dalam
terbagi menjadi dua, yaitu fondasi tiang dan
fondasi bor. Tiang pancang merupakan salah satu
contoh jenis fondasi tiang pada fondasi dalam.
Penentuan jenis fondasi yang akan digunakan
dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya adalah
kedalaman tanah keras, jenis tanah pada lokasi,
dan beban yang akan dipikul oleh fondasi. Jenis
tanah lempung (clay) dengan tanah keras yang
terletak pada kedalaman yang dalam dan apabila
beban yang harus dipikul fondasi besar sangat
cocok digunakan fondasi tiang pancang sebagai
pilihan dalam konstruksi bangunan.
Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk perhitungan daya dukung
fondasi tiang pancang. Pemilihan metode yang
digunakan tergantung dengan parameter tanah
yang dipakai. Pengujian tanah di lapangan yang
paling sering dilakukan biasanya terdiri dari CPT
(Cone Penetration Test) atau lebih dikenal
dengan uji sondir dan SPT (Standard Penetration
Test) yang diolah dalam bentuk bor log.
Pembahasan dalam skripsi ini adalah
analisis daya dukung fondasi secara manual
dengan menggunakan metode-metode empiris
yang dikemukakan oleh ahli-ahli terdahulu yang
akan dibandingkan dengan hasil tes PDA (Pile
Driven Analyzer) di lapangan. Pile Driven
Analyzer atau PDA adalah sistem yang paling
banyak digunakan untuk pengujian beban secara
dinamik dan pengawasan pemancangan di dunia.
PDA akan menghasilkan keluaran (output)
berupa daya dukung izin fondasi (Qa), lalu
dibandingkan dengan hasil analisis daya dukung
ultimit izin (Qa) berdasarkan data-data pengujian
tanah di lapangan yaitu uji sondir dan uji SPT
dalam bentuk bor log dengan menggunakan
metode-metode analisis yang dikemukakan oleh
ahli-ahli terdahulu.
2. TINJAUAN PUSTAKA Dalam buku Analisis dan Perencanaan
Fondasi II oleh Hary Christady Hardiyatmo,
kapasitas dukung tiang adalah kemampuan atau
kapasitas tiang dalam mendukung beban. Jika
dalam kapasitas dukung fondasi dangkal satuan
adalah satuan tekanan (kPa) maka dalam
kapasitas dukung tiang satuannya adalah satuan
gaya (kN). Dalam beberapa literatur diguankan
istilah pile capacity atau pile carying capacity.
Hitungan kapasitas dukung tiang dapat
dilakukan dengan cara pendekatan statis dan
dinamis. Hitungan kapasitas dukung tiang secara
statis dapat dilakukan menurut teori mekanika
tanah, yaitu dengan mempelajari sifat-sifat teknis
tanah, sedang hitungan dengan cara dinamis
dilakukan menganalisis kapasitas ultimit dengan
data yang diperoleh dari data pemancangan tiang.
Hasil hitungan kapasitas dukung tiang yang
didasarkan pada teori mekanika tanah, kadang-
kadang masih perlu dicek dengan mengadakan
pengujian tiang untuk meyakinkan hasilnya.
Variasi kondisi tanah dan pengaruh tipe
cara pelaksanaan pemancangan dapat
menimbulkan perbedaan yang besar pada beban
ultimit dalam satu lokasi bangunan. Demikian
pula dengan pengaruh-pengaruh seperti : tiang
dicetak di luar atau dicor di tempat, tiang
berdinding rata atau bergelombang, tiang terbuat
dari baja atau beton, sangat berpengaruh pada
faktor gesekan antara sisi tiang dan tan ah, yang
dengan demikian akan mempengaruhi kapasitas
dukung tiang.
2.1. Metode α – Total Stress / Tegangan Total
(Tomlinson)
Tahanan gesek satuan, fs, adalah
persamaan untuk adhesi, ca, di mana tegangan
geser di antara tiang dan tanah pada kegagalan.
Hal ini dapat dinyatakan persamaan dari :
Dimana : α = faktor adhesi empiris (Gambar 1)
Cu = kuat geser tanah takterdrainase
disepanjang tiang (kN/m2)
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 20
Gambar 1. Nilai Adhesi untuk Tiang pada Tanah
Kohesif (Tomlinson, 1979)
Tahanan ujung tiang dalam analisis total
stress untuk tanah kohesif homogen dapat
dihitung dengan persamaan :
Dimana : qt = tahanan ujung tiang (kN/m2)
cu = kuat geser tanah tak terdrainase
(kN/m2)
Nc = faktor kapasitas dukung tiang,diambil
sama dengan 9 (Skempton, 1959)
pb = tekanan overburden pada ujung tiang
(kN/m2)
Gambar 2. Faktor Adhesi untuk Tiang Pancang pada
Tanah Lempung – satuan SI (Tomlinson, 1980)
2.2. Metode U.S. Army Coprs
Dimana : ca= adhesi antara tiang dan tanah di
sekitarnya (kN/m2)
α = faktor adhesi diambil dari gambar
2.8 atau gambar 2.9
cu = kohesi tak terdrainase (kN/m2)
Gambar 3. Nilai α yang digunakan dalam metode
U.S. Army Corps (1 t/ft2 = 105,6 kPa)
Tahanan ujung tiang dalam analisis U.S.
Army Corps untuk tanah kohesif homogen dapat
dihitung dengan persamaan :
Dimana : qt= tahanan ujung tiang (kN/m2)
cu= kuat geser tanah tak terdrainase(kN/m2)
Nc=faktor kapasitas dukung tiang, diambil
sama dengan 9 (Skempton, 1959)
pb= tekanan overburden pada ujung tiang
(kN/m2)
2.3. Metode λ
Dimana : fs= tahanan selimut satuan (kN/m2)
λ=koefisien tak berdimensi (gambar 2.10)
po’= tekanan overburden efektif rata-rata
yang diambil dari ujung tiang bawah
sampai ke permukaan tanah (kN/m2)
cu=kohesi tak terdrainase rata-rata
disepanjang tiang (kN/m2)
Dimana : qt= tahanan ujung tiang (kN/m2)
cu=kuat geser tanah tak terdrainase (kN/m2)
Nc=faktor kapasitas dukung tiang, diambil
sama dengan 9 (Skempton, 1959)
pb= tekanan overburden pada ujung tiang
(kN/m2)
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 21
Gambar 4. Hubungan antara koefisien gesekan tiang
(λ) dengan kedalaman penetrasi tiang (Vijayvergiya
dan Focht, 1972)
2.4. Metode Tegangan Efektif (Effective Stress
Method)
Dimana : β= Bjerrum-Burland beta koefisien = Ks tan
δ
= tekanan overburden efektif rata-rata di
sepanjang tiang, dalam kPa (ksf)
Ks= koefisien tekanan tanah / bumi
δ= sudut gesek antara tiang dan tanah
Dimana : Nt= koefisien kapasitas tahanan ujung
pt=tekanan overburden efektif pada ujung
tiang dalam kPa (ksf)
Gambar 5. Grafik Untuk Memperkirakan Koefisien β
dan sudut Φ’ jenis tanah (Fellenius, 1991)
Gambar 6. Grafik Untuk Memperkirakan Koefisien Nt
dan sudut Φ’ jenis tanah (Fellenius, 1991)
2.5. Metode Bagemann
(
⁄ )
Dimana tahanan konus (qc) dihubungkan dengan
kohesi tak terdrainase (undrained cohesion) (cu)
(
⁄ )
2.6. Metode DeRuitter dan Beringen
Tahanan ujung :
⁄ (
)
Tahanan selimut :
⁄
2.7. Metode Nottingham dan Schmertmann
Tahanan selimut untuk tanah non kohesif :
[
( ) ( ) ]
Tahanan selimut untuk tanah kohesif :
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 22
Tahanan ujung
Gambar 7. Tahanan ujung
3. METHODOLOGY
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan ditampilkan data hasil
analisis beserta pembahasannya, yang meliputi
analisis tahanan selimut tiang, tahanan ujung
tiang, kapasitas dukung ultimit tiang, dan
kapasitas dukung izin tiang dari bebagai lokasi,
yaitu :
1. Proyek Sushi Masa Tower, Tangerang
2. BCA KCP KH Mansyur Jembatan Lima,
Jakarta
3. PT. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya
Validasi Data Pembahasan
Data Primer :
1. Dari hasil kuesioner
2. Data Lalu lintas
Selesai
Lolos
Studi literatur
Perumusan Masalah
Penentuan Tujuan
Penentuan Variabel Penelitian
Pengumpulan Data
Mulai
Pengolahan Data
Kesimpulan
1. Data kependudukan
2. Data perumahan
3. Literatur penunjang
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 23
4.1. Proyek Sushi Masa Tower, Tanggerang
Hasil dan pembahasan berdasrkan data
CPT :
Pada metode Bagemann dan Schmertmann dan
Nottingham, kontribusi tahanan selimut lebih
kecil dari pada tahanan ujung, sedangkan pada
metode DeRuitter dan Beringen tahanan selimut
lebih besar dari pada tahanan ujung. Hal ini
dikarenakan pada metode Bagemann dan metode
Schmertmann dan Nottingham pada perhitungan
tahanan ujung tidak adanya faktor koreksi
lapangan. Sedangkan pada metode DeRuitter dan
Beringen, baik pada tahanan selimut dan tahanan
ujung adanya kontribusi kuat geser tanah tak
terdrainase/kohesi dan faktor tahanan ujung (Nk).
Pada perhitungan tahanan selimut,
terdapat kontribusi faktor kohesi (α) sebesar 1
(diasumsikan tanah lempung terkonsolidasi
normal). Pada metode Schmertmann dan
Nottingham memiliki nilai tahanan selimut yang
paling kecil di antara ketiga metode, hal ini
dikarenakan pada metode Schmertmann dan
Nottingham adanya pengaruh faktor kohesi.
Faktor kohesi ini didapatkan dari Gambar 2.41,
yaitu kurva design untuk gesekan selimut tiang
yang berdasarkan tahanan gesek konus dan jenis
material tiang yang digunakan.
Tabel 1. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S1
Tabel 2. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S2
Tabel 3. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S3
Tabel 4. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S4
Tabel 5. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S5
Hasil dan pembahasan berdasrkan data
SPT: Hasil analisis perhitungan berdasarkan data
SPT menghasilkan rentang nilai yang lebih kecil
dari pada hasil pengujian PDA dan CAPWAP.
Hal ini dikarenakan metode-metode yang
digunakan dalam analisis perhitungan
berdasarkan data SPT bersifat konservatif.
Tabel 6. Sushi Masa Tower, Tanggerang – DB.I
Tabel 7. Sushi Masa Tower, Tanggerang – DB.II
Tabel 8. Sushi Masa Tower, Tanggerang –
DB.III
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 24
4.2. BCA KCP KH Mansyur Jembatan
Lima, Jakarta
Hasil dan pembahasan berdasarkan data
CPT: Pada hasil analisis kapasitas dukung fondasi
berdasarkan data CPT/Sondir menunjukkan
kapasitas dukung izin dari ketiga metode yang
digunakan rentang nilai lebih besar daripada
kapasitas dukung izin PDA dan CAPWAP. Dari
kedua data tanah yang dianalisis, metode
Deruitter dan Beringen memliki hasil rentang
nilai paling besar dengan hasil pengujian PDA
dan CAPWAP,dengan kontribusi terbesar dari
tahanan selimut. Hal ini dikarenakan semakin
dalam kedalaman fondasi tiang yang tertanam
maka semakin besar pula tahanan selimut yang
dihasilkan. Pada metode DeRuitter dan Beringen,
kontribusi terbesarnya terdapat pada tahanan
selimutnya.
Tabel 9. Gedung BCA KCP Mansyur, Jakarta – S1
Tabel 10. Gedung BCA KCP Mansyur, Jakarta – S2
Hasil dan pembahasan berdasrkan data SPT :
Hasil analisis perhitungan berdasarkan data SPT
dengan menggunakan metode λ menghasilkan
rentang nilai yang lebih besar dari pada hasil
pengujian PDA dan CAPWAP, sedangkan
berdasarkan metode α dan U.S. Army Corps
sebaliknya. Tetapi secara keseluruhan nilai yang
dihailkan masih lebih rendah dibanding hasil
analisis perhitungan berdasarkan data CPT.
Tabel 11. Gedung BCA KCP Mansyur, Jakarta – BH.2
4.3. PT. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya
Hasil dan pembahasan berdasrkan data CPT :
Pada hasil analisis kapasitas dukung fondasi
berdasarkan data CPT/Sondir menunjukkan
menunjukkan kapasitas dukung izin dari ketiga
metode yang digunakan ada yang lebih besar dan
ada yang lebih kecil dari pada kapasitas dukung
izin PDA dan CAPWAP. Hasil analisis
perhitungan kapasitas dukung fondasi tiang
berdasarkan nilai CPT lebih besar dari pada
kapasitas dukung fondasi tiang berdasarkan nilai
SPT. Dari kelima data tanah yang dianalisis,
metode Bagemann memliki hasil rentang nilai
paling besar dengan hasil pengujian PDA dan
CAPWAP, hal ini dikarenakan pada metode ini
tidak memperhitungkan faktor koreksi lapangan.
Tabel 12.Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – S1
Tabel 13. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya –S2
Tabel 14. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – S3
Hasil dan pembahasan berdasrkan data SPT :
Dari analisis yang telah dilakukan, tahanan
selimut terbesar dihasilkan oleh metode λ dan
Effective Stress/Tegangan Efektif, hal ini
dikarenakan pada perhitungan tahanan selimut
berdasarkan metode λ dipengaruhi oleh kuat
geser tanah takterdrainase dan tekanan
overburdendisepanjang selimut tiang dikalikan
dengan koefisien gesekan tiang terhadap
kedalalaman tiang pada Gambar 2.10. Sedangkan
tahanan selimut paling kecil dihasilkan oleh
metode U.S. Army Coprs dan Effective
Stress/Tegangan Efektif, hal ini dikarenakan pada
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 25
metode U.S. Army Coprs terdapat pengaruh
kohesi disepanjang kedalaman tiang yang dikali
dengan faktor adhesi menurut U.S. Army Coprs
pada Gambar 3.
Tabel 15. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.I
Tabel 16. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.II
Tabel 17. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.III
Tabel 18. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.IV
Tabel 19. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.V
Tabel 20. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya–DB.VI
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis dan pembahasan
perbandingan Kapasitas dukung izin tiang
(Qa) berdasarkan data CPT/sondir yang sudah
dilakukan dapat diambil kesimpulan
perbandingan sebagai berikut :
a. Pada lokasi Proyek Sushi Masa Tower,
Tanggerang pada metode Bagemann dan
Schmertmann dan Nottingham, kontribusi
tahanan selimut lebih kecil dari pada
tahanan ujung, sedangkan pada metode
DeRuitter dan Beringen tahanan selimut
lebih besar dari pada tahanan ujung.
b. Pada lokasi Proyek BCA KCP Mas KH
Mansyur, Jakarta dari ketiga metode yang
digunakan menunjukkan hasil tahanan
selimut berkontribusi lebih besar dari pada
tahanan ujung. Hal ini disebabkan
pengaruh dari panjang fondasi tiang yang
tertanam lebih dari 20 meter, dan nilai
tahanan ujung yang kecil.
c. Pada lokasi Proyek PT. Union Metal
Meg’s Ngoro, Surabaya pada metode
Bagemann dan Schmertmann dan
Nottingham, kontribusi tahanan selimut
lebih kecil dari pada tahanan ujung,
sedangkan pada metode DeRuitter dan
Beringen tahanan selimut lebih besar dari
pada tahanan ujung.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 26
2. Dari hasil analisis dan pembahasan
perbandingan Kapasitas dukung izin tiang
(Qa) berdasarkan data SPT/boring yang sudah
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pada lokasi Proyek Sushi Masa Tower,
Tanggerang dari ketiga metode tahanan
selimut terbesar dihasilkan oleh metode .
Sedangkan tahanan selimut paling kecil
dihasilkan oleh metode U.S. Army Corp.
b. Pada lokasi Proyek BCA KCP Mas KH
Mansyur, Jakarta dari ketiga metode
tahanan selimut terbesar dihasilkan oleh
metode λ. Sedangkan tahanan selimut
paling kecil dihasilkan oleh metode α.
c. Pada lokasi Proyek PT. Union Metal
Meg’s Ngoro, Surabaya dari ketiga
metode tahanan selimut terbesar
dihasilkan oleh metode λ dan Effective
Stress/Tegangan Efektif. Sedangkan
tahanan selimut paling kecil dihasilkan
oleh metode U.S. Army Coprs dan
Effective Stress/Tegangan Efektif.
3. Dari hasil analisis dan pembahasan
perbandingan Kapasitas dukung izin tiang
(Qa) berdasarkan data CPT/sondir terhadap
hasil pengujian PDA dan CAPWAP dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Pada lokasi Proyek Sushi Masa Tower,
Tanggerang hasil analisis kapasitas
dukung fondasi berdasarkan data
CPT/Sondir menunjukkan menunjukkan
kapasitas dukung izin dari ketiga metode
yang digunakan ada yang lebih besar dan
ada yang lebih kecil dari pada kapasitas
dukung izin PDA dan CAPWAP. Hasil
analisis perhitungan kapasitas dukung
fondasi tiang berdasarkan nilai CPT lebih
besar dari pada kapasitas dukung fondasi
tiang berdasarkan nilai SPT. Dari kelima
data tanah yang dianalisis, metode
Bagemann memliki hasil rentang nilai
paling besar dengan hasil pengujian PDA
dan CAPWAP, hal ini dikarenakan pada
metode ini tidak memperhitungkan faktor
koreksi lapangan.
b. Pada Proyek BCA KCP Mas KH
Mansyur, Jakarta hasil analisis kapasitas
dukung fondasi berdasarkan data
CPT/Sondir menunjukkan kapasitas
dukung izin dari ketiga metode yang
digunakan rentang nilai lebih besar
daripada kapasitas dukung izin PDA dan
CAPWAP. Dari kedua data tanah yang
dianalisis, metode Deruitter dan Beringen
memliki hasil rentang nilai paling besar
dengan hasil pengujian PDA dan
CAPWAP,dengan kontribusi terbesar dari
tahanan selimut. Hal ini dikarenakan
semakin dalam kedalaman fondasi tiang
yang tertanam maka semakin besar pula
tahanan selimut yang dihasilkan. Pada
metode DeRuitter dan Beringen,
kontribusi terbesarnya terdapat pada
tahanan selimutnya.
c. Pada PT. Union Metal Meg’s Ngoro,
Surabaya hasil analisis kapasitas dukung
fondasi berdasarkan data CPT/Sondir
menunjukkan menunjukkan kapasitas
dukung izin dari ketiga metode yang
digunakan ada yang lebih besar dan ada
yang lebih kecil dari pada kapasitas
dukung izin PDA dan CAPWAP. Hasil
analisis perhitungan kapasitas dukung
fondasi tiang berdasarkan nilai CPT lebih
besar dari pada kapasitas dukung fondasi
tiang berdasarkan nilai SPT. Dari kelima
data tanah yang dianalisis, metode
Bagemann memliki hasil rentang nilai
paling besar dengan hasil pengujian PDA
dan CAPWAP, hal ini dikarenakan pada
metode ini tidak memperhitungkan faktor
koreksi lapangan.
4. Dari hasil analisis dan pembahasan
perbandingan Kapasitas dukung izin tiang
(Qa) berdasarkan data SPT/boring terhadap
hasil pengujian PDA dan CAPWAP dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Pada lokasi Proyek Sushi Masa Tower,
Tanggerang dari ketiga metode yang
digunakan memiliki hasil kapasitas
dukung izin yang lebih kecil dari pada
kapasitas dukung izin PDA dan
CAPWAP.
b. Pada lokasi Proyek BCA KCP Mas KH
Mansyur, Jakarta memiliki hasil kapasitas
dukung izin metode λ menghasilkan nilai
Qa lebih besar dari pada kapasitas dukung
izin PDA dan CAPWAP, sedangkan
metode α dan U.S. Army Corps memiliki
nilai Qa lebih kecil dari pada Qa PDA dan
CAPWAP. Tetapi secara keseluruhan nilai
yang dihailkan masih lebih rendah
dibanding hasil analisis perhitungan
berdasarkan data CPT.
c. Pada lokasi Proyek PT. Union Metal
Meg’s Ngoro, Surabaya memiliki hasil
kapasitas dukung izin beberapa lebih besar
dan beberapa lebih kecil dari pada
kapasitas dukung izin PDA dan
CAPWAP. Tahanan selimut terbesar
dihasilkan oleh metode λ dan Effective
Stress/Tegangan Efektif, hal ini
dikarenakan pada perhitungan tahanan
selimut berdasarkan metode λ dipengaruhi
oleh kuat geser tanah takterdrainase dan
tekanan overburden disepanjang selimut
tiang dikalikan dengan koefisien gesekan
tiang terhadap kedalalaman tiang.
Sedangkan tahanan selimut paling kecil
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 27
dihasilkan oleh metode U.S. Army Coprs
dan Effective Stress/Tegangan Efektif, hal
ini dikarenakan pada metode U.S. Army
Coprs terdapat pengaruh kohesi
disepanjang kedalaman tiang yang dikali
dengan faktor adhesi menurut U.S. Army
Coprs
5.2. Saran
1. Pada penelitian selanjutnya perlu dilengkapi
dengan data pengujian laboratorium
2. Pada penelitian selanjutnya,tingkat ketelitian
data baik data CPT maupun SPT lebih
ditingkatkan. Hendaknya dilakukan pengujian
oleh peneliti agar data yang didapat lebih
akurat ketelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hani H. Titi, Murad Y, Abu-Farsakh. Evaluation
of Bearing Capacity of Piles From Cone
Penetration Test Data. 1999. Louisiana
Departement of Transportation and Development
Louisiana Transportation Research Center, Baton
Rouge, LA USA.
Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah 2 Edisi
Kelima. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C. 2012. Mekanika Tanah 1 Edisi
Keenam. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C. 2014. Analisis dan
Perancangan Fondasi 1 Edisi Ketiga. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C. 2015. Analisis dan
Perancangan Fondasi 2 Edisi Ketiga. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Murthy, V.N.S., 2001. Geotechnical Engineering
Principles and Practices of Soil Mechanics and
Foundation Engineering, Marcel Dekker,
Inc,New York USA.
P.J. Hannigan, G.G. Goble, G.E. Likins, dan F.
Rausche. 2006. Design and Construction of
Driven Pile Foundations – Volume I. National
Highway Institute Federal Highway
Administration U.S. Department of
Transportation Washington, D.C., Washington
USA.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 28
MODEL BANGKITAN TRANSPORTASI PADA
PERUMAHAN KORPRI KECAMATAN SUNGAI
KUNJANG SAMARINDA
M. Jazir Alkas1)
Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda
Jalan Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Keberdaan permukiman di kelurahan Loa Bakung di Kawasan Kecamatan Sungai Kunjang (sebagai
kawasan pembangkit) akan meningkatkan kepadatan lalu lintas khususnya pada jalan-jalan keluar di daerah
kelurahan Loa Bakung menuju pusat kota. Meningkatnya jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh kawasan
Perumahan Korpri Loa Bakung dapat berdampak terhadap tingkat pelayanan jalan yang ada di sekitar lokasi
perumahan, khususnya pada ruas jalan keluar Perumahan Korpri Loa Bakung, sehingga kemacetan lalu lintas
sukar dihindari. Penelitian ini dilakukan untuk memodelkan bangkitan pergerakan transportasi pada Perumahan
Korpri Loa Bakung Samarinda. Permodelan dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi statistik SPSS 21
dan Microsoft Excel, dengan metode analisis regresi linier berganda. Dari Hasil permodelan bangkitan
Perumahan Korpri Loa Bakung ini didapatkan model terbaik yang digunakan yaitu Y= - 0,110 - 0,211 X1 +
0,018 X2 + 1,407 X3 + 0,481 X4 + 0,145 X7 , Dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,690 dan koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,477. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bangkitan perjalanan di perumahan
korpri diantaranya meliputi jumlah anggota keluarga (X1), jumlah anggota keluarga yang bekerja (X2), jumlah
anggota keluarga yang melakukan perjalanan (X3) , jumlah anggota kepemilikan kendaraan (X4) dan
penghasilan perbulan (X7). Keeratan hubungan antara variabel ditunjukkan oleh nilai R sebesar 0,690, yang
artinya memiliki hubungan koefisien korelasi yang kuat sebesar 69%. Hasil estimasi/perkiraan jumlah
bangkitan perjalanan yang dibangkitkan oleh Perumahan Korpi Loa Bakung pada tahun 2020 melalui
model persamaan bangkitan lalu lintas yang didapat adalah sebesar 15925 perjalanan/hari, sedangkan
pada tahun 2015 didapat hasil sebesar 13670 perjalanan/hari.
Kata kunci: Bangkitan pergerakan, permodelan transportasi, determinasi, analisis regresi linier berganda,
estimasi, koefisien korelasi, koefisien regresi, SPSS 21
ABSTRACT
The residential existence in Loa Bakung village on Sungai Kunjang Regency (as a generator area) will
increase traffic density especially on exit-entry roads to the Loa Bakung village area to the city center.
Increasing number of trips generated by this region - Loa Bakung Korpi Residential Area - can affect to
disincrease road level of service in existing roads arround housing zone , especially on th exit roads out of
Korpri Housing Loa Bakung, so it will bes difficult to avoid traffic jam in next decade . This study was
conducted to model trip generation on the Loa Bakung Korpri Residential Complex Samarinda. The Modelling
performed using SPSS statistical applications support 21 and Microsoft Excel, and executed by multiple linear
regression analysis method. From the results of modeling seizure Loa Bakung Korpi Residential Complex have
obtained the best model used is Y = - 0.110 to 0.211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 + 0.481 X4 + 0.145 X7, the
correlation coefficient (R) of 0.690 and a coefficient of determination (R2) amounting to 0.477. Factors that
affect the amount of trip generation in Korpri Housing among others include the number of family members
(X1), the number of family members who work (X2), the number of family members traveling (X3), the number
of vehicle ownership (X4) and monthly income ( X7). The relationship between the variables indicated by the R
value of 0.690, which means to have a strong relationship correlation coefficient of 69%. Results estimate /
estimate of the number of trip generation generated by the Loa Bakung Korpi Residential Complex in 2020
through the model equations obtained seizure traffic amounted to 15 925 trips / day, whereas in 2015 the result
of 13670 trips / day.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 29
Keywords: Trip generation, modelling transportation, determination, analysis multiple regression linier,
estimation, coefficient correlate, coefficient regression, SPSS 21
1. PENDAHULUAN
Transportasi merupakan proses
pemindahan manusia atau barang dari suatu
tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia
atau mesin. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan sarana berupa kendaraan maupun
tanpa kendaraan. Permasalahan transportasi
khususnya transportasi darat di Indonesia
cukuplah kompleks, karena transportasi
merupakan suatu sistem yang saling berkaitan,
maka satu masalah yang timbul di satu unit
ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem
tersebut.
Ada beberapa faktor-faktor permasalahan
transportasi yang timbul diantaranya yaitu laju
pertumbuhan penduduk yang relatif pesat,
peningkatan jumlah kendaraan bermotor, dan
terbatasnya fasilitas jaringan jalan yang ada.
Ketidak-seimbangan antara sistem kegiatan dari
suatu tata guna lahan, sistem jaringan dan sistem
pergerakan transportasi tersebut merupakan
sebuah mata rantai yang akan terus berlanjut
sebagai akibat dari perkembangan kota yang
dinamis.
Keberadaan permukiman di kelurahan Loa
Bakung di Kawasan Kecamatan Sungai Kunjang
(sebagai kawasan pembangkit) akan
meningkatkan kepadatan lalu lintas khususnya
pada jalan-jalan keluar di daerah kelurahan Loa
Bakung menuju pusat kota. Meningkatnya jumlah
perjalanan yang dibangkitkan oleh kawasan
Perumahan Korpri Loa Bakung dapat berdampak
terhadap kapasitas pelayanan jalan yang ada di
sekitar lokasi perumahan, khususnya pada ruas
jalan keluar Perumahan Korpri Loa Bakung,
sehingga kemacetan lalu lintas sukar dihindari.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memodelkan bangkitan perjalanan lalu lintas
pada Perumahan Korpri Loa Bakung Samarinda.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang bangkitan perjalanan dari
perumahan-perumahan yang ada di Kawasan Loa
Bakung berikut hubungannya dengan tingkat
pelayanan pada jalan-jalan keluar dari perumahan
di Kecamatan Sungai Kunjang. Informasi tersebut
dapat dijadikan salah satu dasar pertimbangan
bagi perencana dan pemerintah dalam
menentukan kebijakan terhadap masalah
transportasi dan pengembangan prasarana
wilayah kota Samarinda khususnya untuk
wilayah Kecamatan Sungai Kunjang.
Berdasarkan sensus penduduk nasional
terakhir pada tahun 2010, penduduk kota
Samarinda mencapai 755.630 jiwa. Kelurahan
Loa Bakung terletak di Kecamatan Sungai
Kunjang yang merupakan kecamatan dengan
kepadatan penduduk yang termasuk tertinggi
diantara kecamatan lain di Samarinda dengan
nilai 118.702 jiwa, diketahui pula Kecamatan
Sungai Kunjang sendiri memiliki luas sekitar
69,23 km2
. Dari data tersebut, Perumahan Korpri
Kelurahan Loa Bakung yang akan menjadi
sampel penelitian memiliki 32 RT, dan
Perumahan Korpri Loa Bakung sendiri memiliki
jumlah 2242 Kepala Keluarga.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dasar para perencana transportasi
adalah memperkirakan jumlah serta lokasi
kebutuhan akan transportasi seperti menentukan
total pergerakan, baik untuk angkutan umum
maupun pribadi pada masa yang akan datang atau
pada tahun rencana yang akan digunakan untuk
berbagai kebijakan investasi perencanaan
trasnportasi.
Dimana dengan ini maka perencanaan
lebih terarah dan jelas. Perencanaan transportasi
dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan
perencanaan sistem transportasi yang sistematis
yang bertujuan menyediakan layanan transportasi
baik sarana maupun prasarananya disesuaikan
dengan kebutuhan transportasi bagi masyarakat di
suatu wilayah serta tujuan-tujuan kemasyarakatan
yang lain. Perencanaan transportasi akan
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan orang akan pergerakan orang ataupun
barang. Faktor-faktor tersebut dapat berupa tata
guna lahan, ekonomi, sosial, budaya, teknologi
transportasi, dan faktor-faktor lain yang mungkin
terkait.
Secara garis besar, transportasi dapat
dilihat sebagai suatu sistem dengan 3 komponen
utama yang saling mempengaruhi. Ketiga
komponen tersebut diantaranya adalah sistem tata
guna lahan, sistem prasarana transportasi, dan
lalu lintas.
Hubungan antara ketiga komponen utama
ini terlihat dalam 6 (enam) konsep analitis yaitu:
1. Aksesibilitas
2. Bangkitan pergerakan
3. Sebaran pergerakan
4. Pemilihan moda
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 30
5. Pemilihan rute
6. Arus lalu lintas pada jaringan jalan.
Terdapat beberapa konsep perencanaan
transportasi yang telah berkembang sampai saat
ini, yang paling populer adalah Model
Perencanaan Transportasi Empat Tahap. Model
perencanaan ini merupakan gabungan dari
beberapa seri submodel yang masing-masing
harus dilakukan secara terpisah dan berurutan,
yang terdiri dari (Tamin, 2000) :
1. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip
Generation)
2. Distribusi atau sebaran pergerakan lalu lintas
(Trip Distribution)
3. Pemilihan moda (Modal Split)
4. Pemilihan rute perjalanan (Traffic
Assignment)
Dimana, submodel dari model tersebut
meliputi aksesibilitas, bangkitan dan tarikan
pergerakan, sebaran pergerakan, pemilihan moda
dan pemilihan rute serta arus lalu lintas dinamis.
2.1. Analisis Bangkitan Pergerakan
Transportasi.
Bangkitan pergerakan adalah tahapan
permodelan yang memperkirakan jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata
guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik
ke suatu zona atau tata guna lahan (Tamin,2000).
Bangkitan lalu lintas ini meliputi :
1. Lalu Lintas yang meninggalkan suatu lokasi
2. Lalu lintas yang menuju atau tiba di suatu
lokasi
Bangkitan lalu-lintas digunakan untuk
memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal
dari setiap kawasan (trip origin) dan jumlah
perjalanan yang berakhir pada suatu zona (trip
end) untuk setiap tujuan perjalanan. Maksud
perjalanan menjadi penting untuk
dipertimbangkan, bukan saja untuk menentukan
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
perjalanan yang akan terjadi, melainkan juga
akan mempengaruhi pemilihan moda yang sangat
penting dalam perencanaan transportasi di masa
datang. (Morlok, 1995).
Dalam permodelan bangkitan pergerakan
menurut Tamin (2008), hal yang perlu
diperhatikan bukan saja pergerakan manusia,
tetapi juga pergerakan barang.
a. Bangkitan Pergerakan untuk Manusia
Faktor berikut dipertimbangkan pada
beberapa kajian yang telah dilakukan :
1) Pendapatan
2) Pemilikan Kendaraan
3) Struktur Rumah Tangga
4) Ukuran Rumah Tangga
5) Nilai Lahan
6) Kepadatan daerah pemukiman
7) Aksesibilitas
2.2. Model Bangkitan Pergerakan
Transportasi
Pemodelan bangkitan perjalanan dapat
dilakukan melalui beberapa pendekatan.
Pendekatan yang umum digunakan untuk
pemodelan bangkitan pergerakan adalah dengan
menggunakan analisis regresi.
Metode Analisis Regresi adalah Metode
yang digunakan untuk Untuk memperkirakan
Parameter-parameter terbaik yang memiliki
hubungan erat terhadap terjadinya suatu
bangkitan lalu lintas pada perumahan, hubungan
matematis antara dua variabel atau lebih
digunakan metode regresi linier berganda. Pada
model regeresi linier berganda variabel yang akan
diramalkan (dependent variable) memiliki
hubungan secara linier dengan variabel-variabel
bebasnya (independent variables). Secara
matematis, hubungan tersebut dapat
diformulasikan sebagai berikut (Tamin, 2008) :
Y = bo + b1 X1 + b2 X2 + ... + bn Xn
dimana : Y = variabel yang diramalkan
(variabel tak bebas)
X1,X2, ...,Xn = variabel-variabel peramal
(variabel bebas)
bo, b1, ... , bn = koefisien persamaan regresi
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 31
3. METODOLOGI PENELITIAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Model Perhitungan Produksi Perjalanan
Dari data yang diperoleh melalui
kuesioner model formulasi produksi perjalanan
menggunakan analisis regresi linier berganda
dengan bantuan software SPSS 21. Sebelum
memasuki analisis regresi linier berganda dengan
bantuan SPSS 21, terlebih dahulu memodelkan
analisis-korelasi antara variabel bebas dan
produksi perjalanan.
4.2. Model Analisis-Korelasi antara masing-
masing variabel dan produksi perjalanan
Pada analisis-korelasi ini, dilakukan usaha
untuk mendapatkan linear antara jumlah
pergerakan yang dibangkitkan atau pergerakan
jumlah perjalanan oleh zona dan ciri
sosioekonomi dari rumah tangga (Tamin,2008)
4.3. Uji korelasi antara variabel dan
produksi perjalanan
Untuk melihat hubungan bivariat, antara
variabel independen, yang meliputi jumlah
anggota keluarga (orang), jumlah anggota
keluarga yang bekerja (orang), jumlah anggota
keluarga yang melakukan perjalanan (orang),
umur kepala keluarga (tahun), luas rumah tinggal
(m2), jumlah kepemilikan kendaraan (unit) dan
penghasilan rata-rata perbulan (juta) dengan
variabel dependen produksi perjalanan (Y) dapat
dilihat dari hasil uji korelasi Pearson. Semakin
tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan
hubungan antar variabel.
Proses penyeleksian variabel harus sesuai
dengan syarat metode analisis regresi linear
berganda, bahwa variabel bebas yang akan
dipakai dalam model harus mempunyai korelasi
tinggi terhadap variabel terikat dan sesama
variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi.
Apabila terdapat korelasi variabel bebas, maka
dipilih salah satu variabel yang memiliki korelasi
terbesar untuk mewakili (Tamin,2008).
Matriks hasil uji korelasi antar variabel
dapat dilihat pada tabel 4.14. Pada tabel tersebut
dapat dilihat bahwa variabel yang mempunyai
hubungan signifikan atau pengaruh besar
terhadap produksi perjalanan (Y) adalah jumlah
anggota keluarga yang melakukan perjalanan
(X3). Penghasilan perbulan (X7) mempunyai
hubungan yang signifikan dengan produksi
perjalanan (Y) dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,696 atauu 69,6 %. Artinya perubahan
nilai total produksi perjalanan (Y) searah dengan
perubahan jumlah anggota keluarga yang
melakukan perjalanan (X3) dengan kata lain jika
nilai variabel jumlah anggota keluarga yang
melakukan perjalanan (X3) semakin besar maka
nilai variabel total produksi perjalanan (Y) juga
semakin besar.
Validasi Data Pembahasan
Data Primer :
3. Dari hasil kuesioner
4. Data Lalu lintas
Selesai
Lolos
Studi literatur
Perumusan Masalah
Penentuan Tujuan
Penentuan Variabel Penelitian
Pengumpulan Data
Mulai
Pengolahan Data
Kesimpulan
4. Data kependudukan
5. Data perumahan
6. Literatur penunjang
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 32
Tabel 4.1. Korelasi antara variabel Bebas dan Variabel terikat
4.4. Analisis Regresi untuk Mendapatkan
Persamaan Model Bangkitan
Analisis regresi linier berganda digunakan
untuk meramalkan suatu variabel terikat (Y)
berdasarkan dua atau lebih variabel bebas (Xa,
X2, dan seterusnya) dalam suatu persamaan linier.
Untuk mendapatkan model yang paling sesuai
menggambarkan pengaruh suatu atau beberapa
variabel bebas terhadap variabel terikat
digunakan analisis regresi berganda (Multiple
Linear Regresion Analysis). Model regresi linear
yang ditampilkan diolah dengan menggunakan
bantuan software SPSS 21.
Dengan metode analisis langkah demi
langkah akan dicari model terbaik yang paling
tepat dalam mencerminkan realita yang ada.
Dengan 5 variabel (X1, X2, X3, X4,X7)
Tabel 4.2. Hasil-Hasil output analisis regresi
dengan 5 variabel (1) dari SPSS:
Tabel 4.2A. Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X7, X2, X1,
X3, X4b
Enter
a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
Tabel 4.2B. Model Summaryb
Model R R
square
Adjusted
R square
Std. Error of the
Estimate
1 .690a .477 .465 2.184
a. Predictors: (Constant), X7, X2, X1, X3, X4
b. Dependent Variable: Y
Tabel 4.2C. ANOVAa
Model Sum of
Square
s
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 968.449 5 193.690 40.615 .000b
Residual 1063.481 223 4.769
Total 2031.930 228
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X7, X2, X1, X3, X4
Tabel 4.2 D. Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) -.110 .597 -.184 .854
X1 -.211 .168 -.092 -1.255 .211
X2 .018 .200 .005 .089 .929
X3 1.407 .172 .579 8.168 .000
X4 .481 .188 .192 2.562 .011
X7 .145 .105 .078 1.376 .170
a. Dependent Variable: Y
Persamaan (model) regresi yang terbentuk
adalah:
Y = -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +
0,481 X4 + 0,145 X7
Persamaan ini merupakan model regresi yang
menggambarkan pengaruh variabel bebas yaitu
jumlah anggota keluarga (X1), jumlah anggota
keluarga yang bekerja (X2), jumlah anggota
No. Perubahan Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 Produksi Perjalanan
Y 1 0.447 0.371 0.667 0.523 0.226 0.168 0.371
2 Jumlah anggota
keluarga X1 1 0.494 0.672 0.656 0.295 0.276 0.275
3
Jumlah Anggota
Keluarga yang
bekerja X2 1 0.496 0.550 0.272 0.036 0.229
4
Jumlah Anggota
Keluarga yang
melakukan
perjalanan
X3 1 0.606 0.326 0.164 0.391
5
Jumlah
Kepemilikan
Kendaraan X4 1 0.301 0.332 0.474
6 Umur kepala
keluarga X5 1 0.082 0.021
7 Luas Bangunan X6 1 0.206
8 Penghasilan per
bulan X7 1
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 33
keluarga yang melakukan perjalanan (X3) ,
jumlah anggota kepemilikan kendaraan (X4) dan
penghasilan perbulan (X7) yang mempengaruhi
produksi perjalanan (Y). Keeratan hubungan
antara variabel ditunjukkan oleh nilai R sebesar
0,690.
Tabel 4.3. Hasil Permodelan Bangkitan
Pergerakan Dengan Metode Langkah Demi
Langkah Tipe – 1
4.5. Langkah Awal Uji Validasi dengan
Menganalisis Hasil Model yang didapat
Dari beberapa model yang didapatkan,
akan dianalisis satu per satu hasil atau jumlah
perjalanan dari setiap model yang didapatkan.
Dimana hasil dari survei Lalu lintas harian atau
traffic counting yang dilakukan dapat menjadi
tolak ukur atau dasar dalam memilih model yang
dianggap merupakan model bangkitan yang
terbaik. Dengan kata lain untuk membuktikan
apakah hasil dari permodelan sesuai dengan fakta
perjalanan atau trip di lapangan.
1. Dengan model tipe-1 dengan menggunakan 6
variabel
Y= -0,161 - 0,212 X1 + 0,017 X2 + 1,404 X3 +
0,479 X4 + 0,001 X5 + 0,146 X7
Dari model ini didapatkan hasil perjalanan
sebesar 13.579 Perjalanan/hari
2. Dengan model tipe-2 dengan menggunakan 5
variabel
Y= -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +
0,481 X4 + 0,145 X7
Dari model ini didapatkan hasil perjalanan
sebesar 13.670 Perjalanan/hari
3. Dengan model tipe-3 dengan menggunakan 4
variabel
Y= -0,105 -0,210 X1 + 1,409 X3 + 0,486 X4 +
0,144 X7
Dari model ini didapatkan hasil perjalanan
sebesar 13.644 Perjalanan/hari
4. Dengan model tipe-4 dengan menggunakan 3
variabel
Y= 0,329 - 0,241 X1 + 1,454 X3 + 0,572 X4
Dari model ini didapatkan hasil perjalanan
sebesar 12.677 Perjalanan/hari
5. Dengan model tipe-5 dengan menggunakan 2
variabel
Y= 0,018 + 1,344 X3 + 0,468 X4
Dari model ini didapatkan hasil perjalanan
sebesar 13.370 Perjalanan/hari
6. Dengan model tipe-6 dengan menggunakan 1
variabel
Y= 0,587 +1,619 X1
Dari model ini didapatkan hasil perjalanan
sebesar 12.094 Perjalanan/hari.
4.6. Hasil Survey Lalu Lintas Harian / Traffic
counting Bangkitan yang Terjadi
Dalam Dalam uji validasi ini dilakukan
pencacahan lalu lintas (Traffic Counting) di 7
(tujuh) titik survei. Perhitungan hanya dilakukan
pada lalu lintas yang keluar atau meninggalkan
Perumahan Korpri Loa Bakung Samarinda, yang
dimulai pada pukul 06.00 sampai dengan pukul
21.00 WITA dimana dengan asumsi merupakan
jam efektif melakukan perjalanan. Perhitungan
dilakukan selama 3 hari yaitu dengan asumsi
merupakan hari dengan jam sibuk yaitu hari
kamis, senin dan selasa. Berikut merupakan
rincian lokasi survei beserta hasil survey (Traffic
Counting) fluktuasi kendaraan keluar Perumahan
Korpri Loa Bakung.
Gambar 1. Grafik fluktuasi kendaraan keluar pada
Hari Selasa di semua titik
Jadi, dari Analisis Traffic Counting yang
dilakukan, menghasilkan masing-masing
perjalanan sebesar :
Hari Kamis Total Kendaraan Keluar Sebesar =
13741
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 34
Hari Senin Total Kendaraan Keluar Sebesar =
13911
Hari Selasa Total Kendaraan Keluar Sebesar =
13795
Dari Hasil Total Kendaraan ini diambil
rata-rata untuk mendekati validasi dari
permodelan yang telah dilakukan.
Rata-rata =
= 13815 Perjalanan
Keluar / hari
Dari hasil ini penulis mengasumsikan
bahwa hasil dari Model yang dipilih sebagai
model terbaik yaitu 13670 perjalanan/hari
mendekati hasil real yaitu sebesar 13815. Dengan
perbedaan/selisih sebanyak 145 perjalanan,
dimana prediksi bahwa hal tersebut merupakan
faktor yang belum diperhitungkan oleh penulis.
Atau dengan kata lain, ada beberapa faktor yang
perlu diperhitungkan agar perhitungan lebih
akurat atau bahkan sama.
4.7. Analisis Jumlah Bangkitan Pergerakan
Pada Masa yang Akan Datang
Dengan pertimbangan atau berdasarkan
model yang dipilih merupakan model yang
terbaik, maka model terbaik ini dipakai untuk
menganalisis jumlah bangkitan pergerakan pada
masa yang akan datang.
Model bangkitan pergerakan pada perumahan
korpri Loa Bakung adalah :
Y = -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +
0,481 X4 + 0,145 X7
Dengan menggunakan data hasil survey,
maka besarnya masing-masing komponen
parameter bebas yang mempengaruhi bangkitan
perjalanan untuk tahun 2014 dan diprediksi tahun
2020 pada perumahan korpri Loa Bakung
Perhitungan Proyeksi pada Tahun 2020
Metode Geometrik
Pn = Po (1 + r)n
Metode ini sama halnya dengan metode yang
digunakan pada rumus dasar analisis ekonomi
proyek yang berdasarkan bunga berganda
(interest coumpound) dan metode penggandaan
yang berperiode (discrete compounding)
(Kodoatie,2005) dengan menggunakan rumus
future value
F = Po (1 + r)n
Untuk Rentang 5 Tahun (berdasarkan Rentang
tahun) maka digunakan rumus:
Pn = Po + (Po x r)
Keterangan :
Pn1 = Jumlah anggota keluarga pada tahun
ke n
Pn2 = Jumlah anggota keluarga yang bekerja
pada tahun ke n
Pn3 = jumlah anggota yang melakukan
pekerjaan pada tahun ke n
Pn4 = jumlah kepemilikan kendaraan pada
tahun ke n
Pn5 = jumlah penghasilan pada tahun ke n
Po1 = Jumlah anggota keluarga pada tahun
dasar
Po2 = Jumlah anggota keluarga yang bekerja
pada tahun dasar
Po3 = jumlah anggota yang melakukan
pekerjaan pada tahun dasar
Po4 = jumlah kepemilikan kendaraan pada
tahun dasar
Po5 = jumlah penghasilan pada tahun dasar
r = Laju Pertambahan
n = jumlah interval
Perhitungan Proyeksi pada tahun 2015-2020
Pn12020 = 9359 + ( 9359 x 15% )
= 10763
Pn22020 = 4170 + ( 4170 x 15% )
= 4796
Pn32020 = 7470 + ( 7470 x 15% )
= 8590
Pn42020 = 7117 + ( 7117 x 14.3% )
= 8132
Pn52020 = 11288 + ( 11288 x 29% )
= 14561
Berdasarkan perhitungan proyeksi diatas,
maka jumlah bangkitan pergerakan yang terjadi
untuk masing-masing tahun pengamatan adalah :
Tahun 2015 :
Y = -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +
0,481 X4 + 0,145 X7
= -0,110 - 0,211 (9359,6) + 0,018 (4170,7) +
1,407 (7470,06) + 0,481 (8132) + 0,145
(14561) = 13670,8 perjalanan/hari
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 35
Tahun 2020 :
Y = -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +
0,481 X4 + 0,145 X7
= -0,110 – 0,211 (10763) + 0,018 (4796) +
1,407 (8590) + 0,481 (13862) + 0,145
(13919,849) = 15925 perjalanan/hari
Tabel 4.4. jumlah perjalanan yang terjadi pada
tahun 2015 dan 2020
Tahun
2015
Tahun
2020
Keterangan
Jumlah
Perjalanan
13670 15925 Perjalanan/hari
Hasil estimasi/perkiraan jumlah bangkitan
perjalanan yang dibangkitkan oleh Perumahan
Korpi Loa Bakung pada tahun 2020 melalui
model persamaan bangkitan lalu lintas yang
didapat adalah sebesar 15925 perjalanan/hari,
sedangkan pada tahun 2015 didapat hasil sebesar
13670 perjalanan/hari.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data responden dan
validasi survey di lapangan pada Perumahan
Korpri Loa Bakung maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Model Terbaik yang digunakan yaitu :
Y= -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +
0,481 X4 + 0,145 X7
Dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar
0,690 dan koefisien determinasi (R2) sebesar
0,477.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
bangkitan perjalanan di perumahan korpri
diantaranya meliputi jumlah anggota keluarga
(X1), jumlah anggota keluarga yang bekerja
(X2), jumlah anggota keluarga yang
melakukan perjalanan (X3) , jumlah anggota
kepemilikan kendaraan (X4) dan penghasilan
perbulan (X7). Keeratan hubungan antara
variabel ditunjukkan oleh nilai R sebesar
0,690, yang artinya memiliki hubungan
koefisien korelasi yang kuat sebesar 69%.
3. Karakteristik rumah tangga penduduk
Perumahan Korpri Loa Bakung
a. Sebagian besar penduduk perumahan
Korpri Loa Bakung memiliki jumlah
anggota keluarga yang berkisar antara 3-4
orang yang ditunjukkan persentase sebesar
59%.
b. Jumlah anggota keluarga yang bekerja
pada tiap keluarga di perumahan Korpri
Loa Bakung sebagian besar berjumlah 1-2
orang dengan persentase 81%.
c. Sebagian besar penduduk Perumahan
Korpri Loa Bakung memiliki jumlah
anggota keluarga yang melakukan
pekerjaan setiap harinya 3-4 orang dengan
persentase 61%.
d. Sebagian besar umur kepala keluarga di
perumahan Korpri Loa Bakung berusia
antara 45-55 tahun dengan presentase
sebesar 42%.
e. Sebagian besar penduduk perumahan
Korpri Loa Bakung berpenghasilan antara
Rp. 4.000.000,00 – Rp. 6.000.000,00
dengan persentase sebesar 49%.
f. Dari segi pekerjaan, mayoritas pekerjaan
dari penduduk Perumahan Korpri Loa
Bakung adalah Pegawai Negeri Sipil
dengan persentase sebesar 50%.
4. Karakteristik Perjalanan penduduk di
Perumahan Korpri Loa Bakung
a. Penduduk Perumahan Korpri Loa Bakung
mayoritas melakukan perjalanan dengan
tujuan untuk bekerja (29%), pendidikan
(25%), dan belanja (20%)
b. Sebagian besar penduduk Perumahan
Korpri Loa Bakung melakukan perjalanan
sebanyak 1-5 kali sebesar 48%.
c. Ditinjau dari kepemilikan kendaraan,
sebagian besar penduduk Perumahan
Korpri Loa Bakung memiliki kendaraan 3-
4 unit kendaraan dengan persentase
sebesar 64%.
d. Berdasarkan pemilihan moda transportasi,
sebagian besar penduduk perumahan
Korpri Loa Bakung menggunakan
kendaraan pribadi seperti sepeda motor
dan mobil dengan persentase sebesar 94%.
5. Dari analisis Traffic counting yang dilakukan,
menghasilkan masing-masing perjalanan
sebesar hari Kamis total kendaraan keluar
sebesar 13741, hari Senin total kendaraan
keluar sebesar 13911, hari Selasa total
kendaraan keluar sebesar 13795, jadi rata-rata
dari total kendaraan keluar untuk validasi ini
sebesar 13815 perjalanan dan hasil tersebut
mendekati hasil dari analisis permodelan
sebesar 13670 perjalanan.
6. Hasil estimasi/perkiraan jumlah bangkitan
perjalanan yang dibangkitkan oleh Perumahan
Korpi Loa Bakung pada tahun 2020 melalui
model persamaan bangkitan lalu lintas yang
didapat adalah sebesar 15925 perjalanan/hari,
sedangkan pada tahun 2015 didapat hasil
sebesar 13670 perjalanan/hari.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 36
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi bangkitan lalu lintas yang ada
di perumahan Korpri Loa Bakung
2. Bagi penelitian selanjutnya yang
menggunakan metode sampling, agar dapat
memperbanyak jumlah sampel agar data yang
didapatkan lebih akurat dan memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi serta dapat mewakili
kondisi nyata Perumahan Korpri Loa Bakung.
3. Hasil dari penelitian ini akan lebih baik jika
dilanjutkan pada tahap perencanaan sarana
dan prasarana transportasi agar mendapatkan
solusi atau menghindari adanya permasalahan
yang terjadi akibat bangkitan maupun tarikan
lalu lintas perumahan Korpri Loa Bakung.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina
Jalan Kota, 1997. Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI).
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,
2004. Survai Pencacahan Lalu Lintas dengan
Cara Manual.
J. Kodoatie, Robert, 1994. Analisis Ekonomi
Teknik. Andi : Yogyakarta.
Khisty, C.jotin dan Lall, B.Kent, 2003. Dasar-
dasar Rekaya Transportasi. Erlangga : Jakarta.
Miro, Fidel, 2007. Perencanaan Transportasi.
Erlangga : Jakarta.
Misbahudin dan Hasan, Iqbal, 2013. Analisis
Data Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara :
Jakarta.
Morlok, Edward K, 1984. Pengantar Teknik dan
Perencanaan Transportasi. Erlangga : Jakarta.
Ortuzar J.D dan Willumsen , L.G. 1994.
Modelling Transport. John Wiley & Sons :
Canada.
Tamin, O.Z. 2008. Perencanaan Permodelan &
Rekayasa Transportasi. Institut Teknologi
Bandung : Bandung.
Jurnal:
Hamdi Muhtar, 2011. Jurnal Sipil Bangkitan
Perjalanan Pada Perumahan Bougenville di
Palembang, Palembang. Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Sutarto Agung, 2007. Analisis Trip Generation
Warga Perumahan Kawasan Hinterland.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 37
ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT
UNTUK PEKERJAAN PEMATANGAN LAHAN PADA
LOKASI BERBATU DI KOTA SAMARINDA (Studi Kasus Perhitungan Kesesuaian dan Pemanfaatan Alat Berat)
Tamrin1)
Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda
Jl. Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119
e-mail: [email protected]@yahoo.com
ABSTRAK
Proyek pelaksanaan pematangan lahan dengan penggunaan alat berat dapat mempercepat pelaksanaan
pekerjaan namun tentu diperlukan pemilihan alat berat yang tepat dan sesuai dengan kondisi lapangan sehingga
pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Ketidak sesuaian penggunaan alat dan langkah untuk
menambah atau mengganti alat, tentu memerlukan tenggang waktu yang lama, yang berujung pada
meningkatnya biaya operasional proyek. Pekerjaaan galian dan timbunan harus di rencanakan sedemikian rupa
sehingga penggunaan alat di lapangan bisa efektif, efisien dan terkontrol yang akhirnya dapat menekan biaya
pelaksanaan proyek sehingga dapat memberikan keuntungan kepada pelaksanaan proyek. Dengan Volume
pekerjaan galian sebesar 169.145,04 m3 dan volume timbunan sebesar 4.963,66 m
3 diperoleh jumlah alat untuk
pekerjaan galian berupa excavator adalah 4 unit, dump truck 12 unit dengan waktu kerja yang hampir sama
yaitu 145 hari kalender, sementara pekerjaan timbunan memerlukan Bulldozer 1 unit dan compactor 1 unit
dengan waktu pelaksanaan 10 hari kerja. Total biaya pelaksanaan untuk volume galian 169.145,04 m3 dan
volume timbunan 4.963,66 m3 adalah Rp 1.223.122.176,21.
Kata Kunci: Alat berat, galian dan timbunan
ABSTRACT
The project of land development with the use of heavy equipment can accelerate the progress of the
work but it required the selection of appropriate equipment and in accordance with the site conditions so that
the work can run in accordance with the schedule. The inconsistency of using tools and the steps taken or
replace tools, certainly takes fewtime, which leads to increase operational costs of the project. Excavation and
embankment must be planned so that the use of tools in the site can be effectif, effeien and controlled that
finally reduce the cost of project implementation so that it can provide benefits to the implementation of the
project. With the volume of excavation work of 169,145,04 m3 and the pile volume of 4,963,66 m3, the amount
of excavator excavation tool is 4 units, 12 units of dump truck with the same working time of 145 calendar
days, while the pile work requires Bulldozer 1 unit and compactor 1 unit with 10 working days. Total
implementation cost for excavation volume 169,145,04 m3 and 4,963,66 m3 pile volume is Rp
1,223,122,176,21.
Keywords: Heavy equipment, excavation and dump
1. PENDAHULUAN
Penggunaan alat berat pada proyek
pekerjaan tanah untuk pematangan lahan sangat
memerlukan perencanaan pemakaian alat agar
pekerjaan bisa cepat dan efektif, dimana saat
pemilihan alat ini, akan sangat tergantung pada
kondisi lapangan, sehingga pemilihan alat yang
tepat dapat mempercepat pelaksanaan pekerjaan.
Dalam kasus pematangan lahan singkronisasi alat
yang tidak tepat dapat mngurangi produktifitas
karena alat tidak dapat berfungsi maksimal sesuai
dengan fungsinya, yang akibatnya dapat membuat
membengkaknya biaya pelaksanaan. Oleh karena
itu perencanaan penggunaan alat yang tepat akan
menghasilkan hasil yang maksimal.
Selain faktor perencanaan hal yang tidak
kalah pentingnya adalah umur alat dan tingkat
keterampilan operator, sehingga jika ketiganya
terjamin maka akan memberikan hasil yang baik.
Mengingat pentingnya perencanaan
penggunaan alat berat tersebut maka diharapkan
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 38
perencanaan penggunaan alat berat seblum proses
konstruksi dimulai, kita dapat menjamin peroyek
tidak mengalami kerugian dan hal inilah yang
mendasari untuk menganalisis pengoptimalan alat
berat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Alat Berat
Alat berat dalam dunia konstruksi
dipergunakan untuk membantu manusia dalam
melakukan pekerjaan pembangunan suatu
struktur. Alat berat yang umum dipakai di dalam
proyek konstruksi antara lain Bulldozer,
Excavator, Dump Truck dan lain-lain (Ir.
Rostiyanti, 2002).
Berdasarkan fungsinya alat berat dapat
dibagi sebagai berikut :
a. Alat Pengolah Lahan
b. Alat Penggali
c. Alat Pengangkut Material
d. Alat Pemindah Material
e. Alat Pemadat
f. Alat Pemroses Material
g. Alat Penempatan Akhir Material
2.1.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pemilihan Alat Berat
Di dalam pemilihan alat berat, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan sehingga
kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari.
Faktor–faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
i. Pemeriksaan Keadaan Lapangan.
ii. Perencanaan Pelaksanaan Pekerjaan.
iii. Perbandingan Pelaksanaan Pekerjaan.
a. Kapasitas Produksi Alat Berat
Produksi didasarkan pada pelaksanaan
volume yang akan dikerjakan per siklus waktu
dan jumlah dalam satu jam.
Q = q x N x E = q x
x E .................................................................................................. (2.3)
Dimana Q : produksi per jam dari alat (m³/jam)
q : produksi per siklus ( m³ ) dalam satu
siklus kemampuan alat untuk
memindahkan tanah lepas
N : jumlah siklus dalam satu jam
E : efisiensi kerja
Cm : waktu siklus dalam menit
b. Waktu Siklus
Waktu siklus (CT) dapat dirumuskan:
CT = LT + HT + DT + RT + ST
Dimana CT = waktu siklus LT = waktu muat
HT = waktu angkut
DT = waktu pembongkaran
RT = waktu kembali
ST = waktu tunggu
c. Efisiensi Kerja
Cara yang umum dipakai untuk
menentukan efisiensi alat adalah dengan
menghitung berapa menit alat tersebut bekerja
secara efektif dalam satu jam.
Tabel 1. Efisiensi Kerja
Kondisi
Operasi Alat
Pemeliharaan Mesin
Baik Sekali
Baik Sedang Buruk Buruk Sekali
Baik Sekali
Baik
Sedang Buruk
Buruk Sekali
0,83
0,78
0,72 0,63
0,52
0.81
0,75
0,69 0,61
0,50
0,76
0,71
0,65 0,57
0,42
0,70
0,65
0,60 0,52
0,42
0,63
0,60
0,54 0,45
0,32
sumber; Ir. Rochmanhadi, 1985
2.1.2. Jenis-Jenis Alat Berat
a. Bulldozer
Produksi per jam suatu Bulldozer pada
suatu penggusuran adalah sebagai berikut:
Dimana : Q = Produksi/jam Bulldozer (m³/jam)
q = Produksi per siklus (m³)
Cm = Waktu siklus (dalam menit)
E = Efisiensi kerja
b. Alat Gali (Excavator)
Penentuan waktu siklus excavator
didasarkan pada pemilihan kapasitas bucket.
Rumus yang dipakai untuk menghitung
produktivitas excavator adalah :
Dimana : Q = Produksi per jam (m³/jam)
q = Produksi per siklus (m³)
Cm = Waktu siklus (detik)
E = Effisiensi kerja
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 39
c. Dump Truck
Waktu siklus rata-rata dump truck dalam
kondisi-kondisi yang baik, sedang, atau kurang
dapat dilihat pada tabel 2.10 sebagai standarisasi
perhitungan analisis alat berat dump truck.
Walaupun waktu rata-rata tersebut belum tentu
dengan keadaan di lapangan. Perhitungan
Produksi Per jam (Q) total dari beberapa dump
truck yang mengerjakan pekerjaan yang sama
secara simultan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana:
Q = Produksi per jam ( m3/jam )
C = Produksi persiklus ( m3 )
Et= efesiensi kerja Dump Truck
Cmt= Waktu siklus dump truck ( menit )
M = Jumlah dump truck yang bekerja.
3. METODE PENELITIAN
Adapun tahapan pengerjaan penelitian ini,
jika diuraikan adalah sebagai berikut :
Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan
literature dimana dilakukan pengumpulan data
yang berkaitan dengan proyek yang dikerjakan.
Diantaranya Alat Berat, data Harga Satuan
setempat tahapan berikutnya adalah mengkaji
semua literatur-literatur yang berkaitan dengan
alat berat, tahap ahir adalah menghitung
Produktivitas dan Waktu Kerja Alat Berat serta
biaya yang diperlukan. Berikut pola diagram alur
pola pikir studi ini
Gambar 1. Diagram alir penelitian
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil estimasi volume galian sebesar
169.145,04 m3 dan volume timbunan sebesar
4.963,66 m3. Lokasi Galian dan Timbunan berada
dalam satu kawasan pematangan lahan Dari jenis
tanah yang dapat dilihat di lapangan seperti
gambar berikut:
.
Gambar 2. Gambaran Lokasi
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 40
4.1. Deskripsi Pekerjaan di Lokasi
Rencana tahapan pekerjaan dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Galian.
a. Pekerjaan ini mengerjakan pekerjaan tanah
dengan luas 5.972m2.
b. Pekerjaan ini dikerjakan di tanah asli yaitu
jenis tanah pecahan padas dengan
permukaan yang tidak rata.
c. Kontur tanah yang berbukit atau lahan
pekerjaan yang akan digali adalah gunung
dengan jenis batu lunak akan
membutuhkan alat gali yang bisa bergerak
dilantai kerja sangat sempit.
d. Tanah hasil galian yang baik akan
digunakan sebagai tanah timbunan dan
sisa galian akan dibuang ke luar area
proyek.
e. Alat yang akan digunakan sesuai dengan
fungsi, dan keadaan tanah yaitu,
Excavator dengan model Komatsu PC 320
C.
f. Adapun spesifikasi Komatsu PC 320 C;
kapasitas bucket 1.2 m3, kapasitas alat 138
Hp, job efficiency/efesiensi kerja 0,69,
jam kerja perhari 7 jam.
2. Pekerjaan Timbunan
a. Pekerjaan penghamparan dikerjakan
ditanah dengan luas 2.700m2.
b. Pekerjaan ini dikerjakan ditanah lepas,
atau tanah dari hasil pekerjaan galian.
c. Pekerjaan ini bisa dilakukan dengan alat
berat beroda karet (dump truk) atau bisa
juga dilakukan dengan alat berat beroda
crawler (Bulldozer atau Excavator).
d. Dengan jarak tempuh galian ketimbunan
kira-kira kurang dari 20 meter, alat berat
yang cocok adalah bulldozer, karena alat
tersebut dapat melakukan pengangkutan,
penghamparan dan sekaligus perapian
pada pekerjaan tanah tersebut.
e. Dan untuk mendapatkan kepadatan yang
optimal dari timbunan akan dibantu
dengan compactor dengan model Bomag
BW 212 D-3, dengan setiap ketebalan
25cm dari penghamparan yang dilakukan
bulldozer.
f. Alat berat yang akan digunakan adalah
Bulldozer dengan model D85E-SS-2.
Dengan spesifikasi sebagai berikut;
kapasitas alat 150 HP, kapasitas blade 3,4
m3, lebar blade 3,62 m, tinggi blade 1,295
m, jam kerja perhari 7 jam.
3. Pekerjaan Sisa Galian.
a. Pekerjaan ini dikerjakan ditanah lepas,
atau tanah dari hasil pekerjaan galian.
b. Tempat pembuangan dari hasil galian
berjarak 1,2 km dari lokasi kerja.
c. Keadaan jalan yang dilewati alat berat
untuk membuang sisa galian dalam
kondisi sudah disemenisasi.
d. Alat berat yang cocok adalah alat berat
yang menggunakan roda karet dan
mempunyai kecepatan untuk
memaksimalkan waktu pembuangan yaitu
Dump Truck.
e. Alat berat yang akan digunakan yaitu
Dump Truck dengan model Toyota Dyna
125 HT dengan spesifikasi sebagi berikut;
kapasitas alat 125 HP, kapasitas bak 5 m3,
kecepatan maksimum 104 km/jam,
kapasitas bahan bakar 100 liter, kapasitas
oli 9,5 liter, jam kerja per hari 7 jam.
4.2. Perhitungan produksi alat per jam
1. Excavator
Data spesifikasi alat Excavator, yaitu;
Merk dan model alat : Komatsu 320 C
Kapasitas bucket ( q1 ): 1,2 m³
Faktor bucket ( K ) : 0,6
Efisiensi kerja ( E ) : 0,69
Waktu gali : 9 detik
Waktu putar : 6 detik
Waktu buang : 5 detik
Dari data tersebut bisa dihitung produksi per jam
Excavator dengan diketahui terlebih dahulu
produksi per siklus (q):
q = q1 x K
= 1,2 x 0,6
= 0,72 m³
Waktu siklus (Cm) excavator,
Cm = wkt gali +wkt putar x 2 +wkt buang
= 9 + ( 6 x 2 ) + 5 = 26 detik
Maka Produksi per jam (Q) untuk Excavator
Q = Cm
Eq 3600
= 26
69,0360072,0
= 68,79 m³/jam
Dari hasil perhitungan didapatkan produksi
persiklus dari excavator yaitu 0,72m³ dan waktu
siklus dari excavator yaitu 26 detik sehingga
didapatkan produksi per jam dari excavator
sebanyak 68,79 m³/jam.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 41
2. Dump Truck
Perhitungan produksi Dump Truck dengan
diketahuinya terlebih dahulu data spesifikasi alat,
sebagai berikut;
Merk dan model alat : Toyota Dyna 125 HT
Kapasitas Dump Truck ( C1 ) : 5 m³
Jarak angkut ( D ) : 1200 m
Effisiensi kerja: 0,69 isi dan pemelihalat
Kondisi operasi kerja (t 1 ) = 1 menit
( t 2 )= 0,3 menit
Kecepatan pergi (V1) = 30 km/jam (data rata-rata
di lapangan)
=60
100030
= 500 m/menit
Kecepatan pulang (V2) = 40 km/jam (data rata-
rata di lapangan)
= 60
100040
= 666.67 m/menit
Jumlah siklus yang diperlukan excavator untuk
mengisi Dump Truck (n)
n = kq
C
1
1
= 6,02,1
5
= 6,94 ~ 7
Dengan diketahuinya jumlah siklus yang
diperlukan excavator untuk mengisi dumptruk
sebanyak 7 siklus maka dapat dihutung waktu
muatnya.
waktu muat = n x Cm
= 7 x 26 = 182 detik
= 3,1 menit
Waktu muat excavator untuk mengisi dump truk
sebanyak 3,1 menit maka waktu siklus dumpt
truck yaitu:
Cmt = 22
11
tV
Dt
V
DCmn =
= 3,067,666
12001
500
12001,3
= 3,1 + 2,4 + 1 + 1,8 + 0,3
= 8,6 menit
Jadi waktu siklus dump truk sebanyak 8,6 menit,
perkiraan jumlah dump truck yang diperlukan
untuk 1 excavator.
M = Cmn
Cmt
= 1,3
6,8
= 2,77 ~ 3 unit dump truck
Maka dibutuhkan 3 unit dump truk untuk
melayani 1 excavator.
Dan untuk produksi dump truk, diketahui terlebih
dahulu produksi per siklus dari dump truk yaitu,
C = n x q1 x k
= 7 x 1,2 x 0,6
= 5,04 m³
Jumlah produksi per jam dari dump truk (Q),
Q = MCmt
truckdumpEC
60
= 36,8
69.06004,5
= 72,8 m³/jam
Jadi untuk melayani 1 excavator dalam
pekerjaan ini dibutuhkan 3 dump truk dengan
kapasitas produksi 72,8 m³/jam.
3. Bulldozer
Diketahui data spesifikasi dari Bulldozer untuk
pekerjaan ini yaitu:
Merk dan model alat: Komatsu D85E – SS – 2
Tinggi blade ( H ) : 1,295 m
Lebar blade ( L ) : 3,62 m
Faktor sudu ( a ) : 0,9 ( tabel 2.5)
Waktu pindah persneling ( z ) : 0,05 menit
Jarak gusur ( D ) : 50 m
Effisiensi kerja ( E ) : 0,69 ( tabel 2.4)
Effisiensi maju : 0,75
Effisiensi mundur : 0,85
Kecepatan maju : 3,9 km/jam
Kecepatan mundur : 5,0 km/jam
Dari spesifikasi yang sudah diketahui dapat
dihitung terlebih dahulu produksi per siklus dari
bulldozer yaitu:
q = L x H² x a
= 3,62 x 1,295² x 0,9
= 5,464 m³
Diketahui produksi per siklus Bulldozer sebesar
5,464 m³.
Dan waktu siklus (Cm) yang dibutuhkan
bulldozer yaitu:
1. Kecepatan maju ( F ) = 3,9 x 0,75
= 2,93 km/jam
= 48,75 m/menit
2. Kecepatan mundur ( R ) = 5,0 x 0,85
= 4,25 km/jam
= 70,83 m/menit
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 42
Cm = zR
D
F
D
= 05,083,70
50
75,48
50
= 1,78 menit
Diketahuit waktu yang dibutuhkan Bulldozer
yaitu 1,78 menit per siklusnya maka Produksi
per jam (Q) Bulldozer yaitu:
Q = Cm
Eq 60
= 78,1
69,060464,5
= 127,084 m³/jam
Jadi produksi per jam dari Bulldozer untuk
pekerjaan ini sebesar 127,084 m³/jam.
4. Compactor
Diketahui spesifikasi dari Bulldozer untuk
pekerjaan ini yaitu:
Merk dan model alat : Bomag BW 212 D – 3
Lebar efektif ( W ) : 1,68 m – 0,2 = 1,48 m
Kecepatan kerja alat ( V ) : 4 km/jam
Effisiensi kerja ( E ) : 0,69
Jumlah lintasan ( N ) : 8
Tebal pemadatan ( H ) : 0,25 m
Jadi Jumlah Produksi per jam (Q) yaitu;
Q = N
EHVW 1000
=8
69,0100025,0448,1
= 127.65 m³/jam
Maka jumlah produksi per jam compactor untuk
pekerjaan ini sebesar 127.65 m³/jam
4.3. Perhitungan Jumlah Alat
a. Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian dikerjakan dengan satu
alat yaitu excavator, yang dikerjakan sebesar
169.145,04 m³, volume ini dalam keadaan asli
atau disebut tanah asli.
Volume = 169.145,04 m³ ( asli ) x 1,65
= 279.089,32 m3
Untuk memenuhi target kerja maka
Jumlah alat yang dibutuhkan untuk pekerjaan
galian yaitu, 1 excavator = 68,79 m³/jam, dapat
diperhitungkan jika 4 Excavator = 275,16 m³/jam
dari besaran produksi per jamnya maka bisa
dihitung total waktu yang dibutuhkan untuk
pekerjaan ini yaitu:
Waktu = 16,275
32,089.279
= 1.014,3 jam
= 7
3,014.1
= 145 hari
Jadi pekerjaan galian dikerjakan dengan 4
excavator dalam waktu 1.014,3 jam atau sama
dengan 145 hari dengan jam efektifnya 7 jam
kerja per hari.
b. Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan timbunan menggunakan 2 alat
agar mendapatkan timbunan yang maksimal atau
baik, yaitu Bulldozer dan Compactor. Pekerjaan
timbunan dilakukan setelah excavator menggali
dan memilih tanah yang baik untuk pekerjaan
timbunanan. Dalam pekerjaan ini telah dihitung
volume timbunan sebesar 4.963,66m³,
perhitungan ini dilakuakan digambar potongan
yang berarti tanah tersebut atau volume tersebut
dalam keadaan tanah asli. Maka dibutuhkan tanah
lepas untuk pekerjaan timbunan dengan
perhitungan:
Volume = 4.963,66 m³ ( asli )
= 61,0
66,963.4
= 8.137,15 m3 ( lepas )
Jadi volume yang akan dikerjakan dipekerjaan
timbunan sebesar 8.137,15 m3. Pekerjaan timbunan ada 2 tahap yaitu
penghamparan dan pemadatan pekerjaan
penghamparan dilakukan dengan alat Bulldozer
dengan kapasitas produksi 127,084m³/jam,
dengan lama waktu pekerjaannya,
Waktu Kerja = 084,127
15,137.8
= 64,03 jam
= 7
03,64
= 10 hari
Jadi waktu yang dibutuhkan Bulldozer untuk
mengerjakan penghamparan yaitu selama 64,03
jam atau sama dengan 10 hari.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 43
Dan untuk tahap pemadatan dikerjakan
dengan alat compactor dengan kapasitas produksi
127.65 m³/jam, dengan lama waktu pekerjaan,
Waktu Kerja = 65,127
15,137.8
= 63,745 jam
= 7
745,63
= 10 hari
Jadi waktu yang dibutuhkan Compactor untuk
mengerjakan pemadatan yaitu selama 63,745 jam
atau sama dengan 10 hari.
Maka total waktu yang dibuthkan untuk
pekerjaan timbunan yaitu 11 hari karena 1 hari
pertama dikerjakan Bulldozer dan 1 hari terkhir
dikerjakan Compactor lebih jelasnya bisa dilihat
di lampiran 4 time scedule untuk alat.
c. Pekerjaan Sisa Galian
Pekerjaan sisa galian ada karena volume
dari galian sangat besar dan pekerjaan ini
dikerjakan setelah pekerjaan timbunan terpenuhi
atau bisa dikerjakan bersamaan karena tanah yang
tidak baik untuk timbunan bisa langsung di
buang.
Volume yang dikerjakan bisa dihitung:
Volume = 279.089,32 m3 (galian) - 8.137,15
m3 (timbunan)
= 270.952,17 m3
Jadi volume yang dikerjakan sebesar 270.952,17
m3
Pekerjaan galian dikerjakan dengan 4
Excavator maka Dump truk yang di butuhkan
yaitu:
3 Dump Truck = 72,8 m³/jam
12 Dump Truck = 291,2 m³/jam
Jadi Dump Truk yang dibutuhkan sebanyak 12
alat Dump Truk dengan jumlah produksi 291,2
m³/jam. Dan lama waktu pekerjaan yang
dibutuhkan,
Waktu Kerja = 2,291
17,952.270
= 930,47 jam
= 7
47,930
= 131 hari
Jadi lama alat beroprasi dalam pekerjaan sisa
galian adalah 930,47 jam atau sama dengan 131
hari dengan alat sebanyak 12 unit
4.4. Perhitungan Biaya Sewa Alat dan Biaya
Pekerjaan
a. Perhitungan Biaya Sewa
1. Excavator
Merk alat berat : Komatsu 320 C
Kapasitas ( HP ) : 138
Harga sewa per jam ( E ) Rp. 391.367,00 /jam
Harga bahan bakar: Rp. 6.800,00 /liter
Harga pelumas : Rp. 40.000,00 /liter
Operator ( OP1 ) : Rp. 10.365,00 /jam
Operator ( OP2 ) : Rp. 8.610,00 /jam
Biaya bahan bakar (H1)
H1 = ( 12,5 % s/d 17,5 % ) x HP x harga
bahan bakar = 15 % x 138 x Rp. 6.800,00
= Rp. 140.760,00 per jam
Biaya pelumas (H2)
H2 = ( 1 % s/d 2 % ) x HP x harga oli
= 1,5 % x 138 x Rp. 40.000,00
= Rp. 82.800,00 per jam
Jadi biaya sewa keseluruhan operasional alat
adalah,
Biaya = E + H1 + H2 + OP1 + OP2
= Rp.391.367 + Rp.140.760 +
Rp.82.800 + Rp.10.365 + Rp.8.610
= Rp. 633.902,00 per jam
Maka total biaya sewa untuk alat Excavator
sebesar Rp. 633.902,00 per jam.
2. Dump Truck Merk dan model alat : Toyota Dyna
Kapasitas ( HP ) : 125
Harga sewa per jam ( E ) : Rp. 293.787,00 /jam
Harga bahan bakar : Rp. 6.800,00 /liter
Harga pelumas : Rp. 40.000,00 /liter
Operator ( OP1 ) : Rp. 8.810,00 /jam
Helper ( OP2 ) : Rp. 6.930,00 /jam
Biaya bahan bakar (H1)
H1 = ( 12,5 % s/d 17,5 % ) x HP x harga BBM
= 15 % x 125 x Rp. 6.800,00
= Rp. 127.500,00 per jam
Biaya pelumas (H2)
H2 = ( 1 % s/d 2 % ) x HP x harga oli
= 1,5 % x 125 x Rp. 40.000,00
= Rp. 75.000,00 per jam
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 44
Jadi biaya sewa keseluruhan operasional alat
adalah,
Biaya = E + H1 + H2 + OP1 + OP2
= Rp.293.787, + Rp.127.500, +
Rp.75.000, + Rp.8.810, + Rp.6.930,
= Rp. 512.027,00 per jam
Maka total biaya sewa untuk alat Dump Truk
sebesar Rp. 512.027,00 per jam.
3. Bulldozer
Merk dan model alat: Komatsu D 85E -SS-2
Kapasitas ( HP ) : 125
Harga sewa per jam ( E ) : Rp. 612.321,00 /jam
Harga bahan bakar : Rp. 6.800,00 /liter
Harga pelumas : Rp. 40.000,00 /liter
Operator ( OP1 ) : Rp. 10.365,00 /jam
Helper ( OP2 ) : RP. 8.610,00 /jam
Biaya bahan bakar (H1)
H1 = ( 12,5 % s/d 17,5 % ) x HP x harga BBM
= 15 % x 125 x Rp. 6.800,00
= Rp. 127.500,00 per jam
Biaya pelumas (H2)
H2 = ( 1 % s/d 2 % ) x HP x harga oli
= 1,5 % x 125 x Rp. 40.000,00
= Rp. 75.000,00 per jam
Jadi biaya sewa keseluruhan operasional alat
adalah,
Biaya = E + H1 + H2 + OP1 + OP2
= Rp.612.321, + Rp.127.500, + Rp.75.000, +
Rp.10.365, + Rp.8.610,
= Rp. 833.796,00 per jam
Maka total biaya sewa untuk alat Bulldozer
sebesar Rp. 833.796,00 per jam
4. Compactor
Merk dan model alat, : Bomag BW 212 D-3
Kapasitas ( HP ) : 198
Harga sewa per jam ( E ) : Rp. 450.000,00 /jam
Harga bahan bakar : Rp. 6.800,00 /liter
Harga pelumas : Rp. 40.000,00 /liter
Operator ( OP1 ) : Rp. 10.365,00 /jam
Helper ( OP2 ): Rp. 8.610,00 /jam
Biaya bahan bakar (H1)
H1 = ( 12,5 % s/d 17,5 % ) x HP x harga BBM
= 15 % x 198 x Rp. 6.800,00
= Rp. 201.960,00 per jam
Biaya pelumas (H2)
H2= ( 1 % s/d 2 % ) x HP x harga oli
= 1,5 % x 198 x Rp. 40.000,00
= Rp. 118.800,00 per jam
Jadi biaya sewa keseluruhan operasional alat
adalah,
Biaya = E + H1 + H2 + OP1 + OP2
= Rp.450.000, + Rp.201.690, +
Rp.118.800, + Rp.10.365, + Rp.8.610,
= Rp. 789.735,00 per jam
Maka total biaya sewa untuk alat Compactor
sebesar Rp. 789.735,00 per jam
4.5. Perhitungan Biaya Pekerjaan
a. Perhitungan Biaya Untuk Pekerjaan
Galian.
Biaya untuk pekerjaan galian dengan 2 alat berat
yaitu:
1) 4 unit Excavator = 1.014,3 jam x Rp.
633.902,00 per jam = Rp. 642.966.798,60
2) 12 unit Dump Truck = 930,47 jam x Rp.
512.027,00 per jam = Rp. 476.425.762,69
3) Total biaya = Rp. 642.966.798,60 + Rp.
476.425.762,69 = Rp. 1.119.392.560,75
Jadi biaya untuk pekerjaan galian yang dikerjakan
dengan 4 unit excavator dan 12 unit Dump Truck
memerlukan biaya Rp. 1.119.392.560,75
b. Perhitungan Biaya Untuk Pekerjaan
Timbunan.
Biaya untuk pekerjaan timbunan dengan 2 alat
berat yaitu,
1) 1 unit Bulldozer = 64,03 jam x Rp.
833.796,00 per jam = Rp. 53.387.957,88
2) 1 unit Compactor = 63,745 jam x Rp.
789.735,00 per jam = Rp. 50.341.657,58
Total Pekerjaan :
Pekerjaan galian tanah
1) Excavator 1.014,3 x 633.902,00 = Rp.
642.966.798,60
2) Dump Truk 930,47 x 512.027,00 = Rp.
476.425.762,69
Pekerjaan Timbunan
1) Buldozer 64,03 x 833.796,00 = Rp.
53.387.957,88
2) Compactor 63,745 x 789.735,00 = Rp
50.341.657,58
Total = 1.223.122.176,21
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 45
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas maka dapat
disimpulkan sebagaiberikut:
1. Dari hasil evaluasi didapatkan jumlah alat
pada pekerjaan galian, didapat 4 unit
Excavator dan 12 unit Dump Truck dengan
waktu kerja yang hampir sama yaitu 145 hari
kalender pada perhitungan.
2. Pekerjaan timbunan jumlah alat yang
dibutuhkan 1 unit Bulldozer dan 1 unit
Compactor. dengan waktu 10 hari kerja.
3. Biaya operasinal pekerjaan sebesar Rp
1.223.122.176,21.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukaperhitungan pada konstruksi
tidak berbatu dengan sistim pematangan lahan
yang terpisah dengan lokasi material
timbunan
DAFTAR PUSTAKA
Afif Bizrie M, MT. Ir, 2005, ”Alat Berat”,
Departemen Pendidikan Nasional, Samarinda.
Halimah, 2011, Analisis Kinerja Alat Muat Dan
Alat Angkut Pada Pengupasan Lapisan Tanah
Penutup Di PT. Pama Persada Nusantara Job Site
PT. IndomincoMandiri, Kota Madya Bontang,
Kalimantan Timur, Sekripsi, Samarinda.
Komatsu, 2005, ”Specifications And Application
Handbook Edition 26”, japan.
Komatsu, 2008, Specification komatsu and
model, http;//www,ritchiespecs.com. diakses
pada tanggal 20 Desember 2016.
Prodjosumarto, Partanto, 2000, ”Pemindahan
Tanah Mekanis”, ITB, Bandung.
Rochmanhadi. Ir,1992, “Alat-alat Berat dan
Penggunaannya”, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Rochmanhadi. Ir,1988, “Pemindahan Tanah
Mekanis”, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Rochmanhadi. Ir,1984, “Perhitungan Biaya
Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Menggunakan
Alat–Alat Berat”, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Rostiyanti,S,F, 2002, “Alat Berat Untuk Proyek
Konstruksi”, Rineka Cipta, Jakarta.
Wongsotjitro, Soetomo, 1980, ”Ilmu Ukur
Tanah”, Konisius.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 46
PENGARUH PEMAKAIAN WIREMESH SEBAGAI
PENGEKANGAN TERHADAP KUAT TEKAN
BETON
Agus Sugianto1)
, Andi Marini Indriani2)
, Gunaedy Utomo3)
1,2,3) Program Studi Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Balikpapan,
Email: [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Beton merupakan bahan konstruksi yang paling dominan digunakan pada struktur bangunan dan
sangat populer dipakai baik untuk struktur besar maupun kecil. Pada struktur tekan, kemampuan beton
pada gaya tekan banyak dipengaruhi oleh pengekangan, penelitian ini membahas pengaruh
pengekangan terhadap kekuatan tekan beton dengan penambahan wiremesh. Wiremesh yang dipakai
dibuat dari kawat berkualitas tinggi dengan proses dan teknik pengelasan khusus. Kawat tidak mudah
lepas dan memiliki daya tahan dari korosi. Pengujian pada penelitian ini berupa 10 silinder beton
normal, 12 silinder beton variasi. Mutu beton 20 Mpa, material variasi pengekangan beton kawat
wiremesh ukuran ¾” dan ½” dengan mold silinder uji 15x30 cm. Hasil penelitian pengaruh
penambahan wiremesh terhadap kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang optimal pada variasi
Ø6-.¾” sebesar 16,38% dari beton normal dan luas penampang pengekangan untuk variasi kawat
wiremesh mempengaruhi peningkatan kuat tekan beton sebesar 30,22%.
Kata kunci: Wiremesh, kuat tekan beton.
ABSTRACT
Concrete is the most dominant construction material used in building structures and is very
popular for big structures and small structures. In the compressive structure, the ability of concrete in
the compressive force is heavily influenced by restraints, this study discusses the effect of restraint on
compressive strength of concrete with the addition of wiremesh. The wiremesh used is made of high
quality wire with special welding processes and techniques. The wire is not easily removed and has
corrosion resistance. The test in this research is 10 cylinders of normal concrete, 12 cylinder concrete
variation. Quality of concrete 20 MPa, material of wire reinforced concrete variation wiremesh size ¾
"and ½" with mold cylinder test 15x30 cm. The results of the effect of wiremesh wire addition on the
compressive strength of concrete yielded the optimal compressive strength of Ø6-.¾ "variation of
16.38% of normal concrete and the restricted cross-sectional area for wiremesh wire variation
influenced the increase of concrete compressive strength by 30.22%.
Keywords: Wiremesh, concrete compression test.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beton merupakan bahan konstruksi
penting dan paling dominan digunakan dalam
struktur bangunan, beton merupakan bahan
konstruksi yang mempunyai banyak kelebihan
antara lain, mudah dikerjakan dengan campuran
semen, pasir, agregat. Kelebihan beton yang lain
adalah, ekonomis (dalam pembuatanya
menggunakan bahan dasar lokal yang mudah
diperoleh), dapat dibentuk sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki, mampu menerima
kuat tekan dengan baik, tahan aus, kedap air,
awet dan mudah perawatanya, maka beton
sangat terkenal digunakan untuk struktur-
struktur yang besar maupun kecil. Untuk itu
bahan konstrkusi ini dianggap sangat penting
untuk terus dikembangkan. Salah satu usaha
pengembangannya ialah dengan cara
meningkatkan kemampuan beton terhadap kuat
tekan.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 47
Seiring berkembang pesatnya teknologi
pada saat ini maka berkembang alternatif yang
terlahir dari beberapa penelitian yang intinya
adalah dapat menciptakan suatu temuan baru
atau paling tidak dapat mengembangkan
penelitian terdahulu, sehingga dapat
menghasilkan produk teknologi beton yang
semakin bermutu dan efisien. Para peneliti dari
negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan
Inggris telah melakukan beberapa eksperimen
dengan menambahkan bahan tambahan yang
bersifat kimiawi ataupun fisis pada adukan
beton. Salah satu bahan tambahan yang
digunakan yang bersifat fisis adalah kawat
wiremesh, yaitu dengan menyelubungkan pada
besi beton secara menyeluruh kedalam adukan
beton.
Rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana pengaruh penambahan kawat
wiremesh terhadap kuat tekan, pada kawat
dengan ukuran ¾” dan kawat ukuran ½”, dan
pada variasi manakah beton mampu menahan
gaya tekan yang paling optimal.
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
mengetahui pengaruh kekuatan struktur beton
dengan menggunakan kawat wiremesh dan
untuk mengetahui nilai optimal kuat tekan pada
beton dengan penambahan kawat wiremesh.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian Kuat tekan beton yang
diisyaratkan adalah benda uji berbentuk silinder
diameter 150mm dan tinggi 300 mm. hasil uji
dinyatakan dalam Mega Paskal atau Mpa (SK
SNI-T-15-1991-03).
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui
tata cara pengujian standar, menggunakan mesin
uji dengan cara memberikan beban tekan
bertahap dengan kecepatan peningkatan beban
tertentu atas benda uji silinder beton sampai
hancur. Tata cara pengujian yang umumnya
dipakai adalah standart ASTM (American
Sosiety for Testing Material), C39-86. Menurut
Dipohusodo (1994: 7), kuat tekan masing-
masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan
tertinggi (fc) yang dicapai benda uji pada umur
28 hari.
Kawat Wiremesh,
Kawat loket galvanis yang dibuat dengan kawat
besi berkualitas tinggi dengan process dan
teknik pengelasan khusus dan kuat. Kualitas
kawat bersih mengkilap dan kuat disetiap
sambungan yang di las. Kawat ini juga tidak
mudah lepas walaupun di potong di tengah ruas
kotak. Dibanding dengan kawat loket besi biasa,
kawat loket galvanis ini lebih berkualitas dan
memiliki daya tahan dari karat atau anti korosi.
Kawat loket ini banyak digunakan untuk
kebutuhan industri, pertanian, peternakan,
kontruksi, automotive, dan tambang, untuk
penutup mesin, pagar jalanan, pentup jendela,
divider penyekat gudang atau pabrik dan
kebutuhan lainnya. Gambar 1 adalah jenis kawat
wiremesh yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 1. Jenis Kawat Wiremesh (cv-sumber-
makmur.indonetwork.co.id)
Tabel 1. Ukuran kawat wiremesh
Tabel 1. menunjukkan ukuran jenis kawat
wiremesh.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Bahan yang dilaksanakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Kawat wiremesh dengan ukuran ½” dan ¾”
2. Beton yang digunakan adalah beton normal
dengan kuat tekan beton (fc 20 Mpa).
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 48
Diargam Prosedur Pelaksanaan Penelitian:
Gambar 2. Diagram Penelitian Laboratorium
3.1. Metode/Sistem Penelitian
Proses penelitian dilaksanakan di
Laboratorium dengan langkah-langkah
penelitian sebagai berikut :
a. Pembuatan benda uji variasi
Pembuatan benda uji variasi dikerjakan
berdasarkan perancangan campuran (mix
design) yang telah di uji di laboratorium.
Benda uji dibuat dengan penambahan kawat
wiremesh dengan 4 (empat) variasi yaitu :
selubung Ø10cm kawat ¾”, selubung Ø10cm
kawat ½”, selubung Ø6cm kawat ¾”, dan
selubung Ø6cm kawat ½” tanpa mengurangi
campuran beton normal.
b. Perawatan benda uji dengan cara beton
direndam dalam air dengan suhu 23ºC -
28ºC.
c. Pengujian Kuat Tekan
Pengujian dilakukan terhadap benda uji
silinder beton. Benda uji ditekan dengan
mesin uji desak (Compressing Testing
Machine) setelah benda uji berunur 28 hari.
Beban yang memecahkan (P) dibagi dengan
kuas sisi terdesak (A) diperoleh kuat desak
beton tersebut.
d. Analisis Hasil
Setelah pengujian test kuat tekan dilakukan ,
kemudian dibuat data analisis hasil untuk
mengetahui perbandingan beton normal
dengan beton variasi kawat wiremesh.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Uji Beton 28 hari
Tabel 2. Hasil Uji Tekan Beton pada Umur 28
Hari
Sumber: Hasil Uji Laboratorium, 2011
Tabel 2, menunjukan jenis beton variasi
yang mempunyai kuat tekan maksimum adalah
beton dengan variasi Ø6-¾” dengan kuat tekan
28.74 Mpa untuk beton variasi umur 28 hari.
Gambar 3. Grafik Hasil Uji Tekan Beton 28 hari Hasil Uji Laboratorium , 2011
Gambar 3. Menunjukkan peningkatan
7,16% dari beton normal terhadap beton variasi
Ø10cm dan 4,08% dari beton Ø10cm terhadap
Luas
Penampang
fc’ fc’
(cm²) 28 hari rata-2
1 28 12.9 Ø 10-¾” 402 176.625 26.13
2 28 13.0 Ø 10-¾” 436 176,625 28.31
3 28 12.8 Ø 10-½” 389 176,625 25.26
4 28 12.7 Ø 10-½” 402 176,625 26.13
5 28 12.8 Ø 6-¾” 436 176,625 28.31
6 28 12.7 Ø 6-¾” 449 176,625 29.18
7 28 12.5 Ø 6-½” 389 176,625 25.26
8 28 12.7 Ø 6-½” 422 176,625 27.44
27.22
25.70
28.74
26.35
No
Berat
Silinder
(Kg)
Umur
Beton
(Hari)
Jenis
Beton
Variasi
Beban
Maks
(KN)
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 49
beton variasi Ø6cm, maka rata-rata kenaikan
menjadi 5,60% pada beton umur rata-rata 28
hari.
Kuat tekan beton berdasarkan umur 3, 7
dan 28 hari.
a. Beton Normal
Gambar 4. Grafik Hasil Uji Tekan Beton Nomal
tanpa Pengekangan (Hasil Uji Laboratorium, 2011)
Gambar 4. Kurva kuat tekan beton
normal tanpa pengekangan umurm 3, 7 dan 28
hari, menunjukkan peningkatan kuat tekan beton
variasi sebesar 43,18% umur 3 hari ke umur 7
hari dan 53,82% umur 7 hari ke umur 28 hari,
nilai rata-rata peningkatan kuat tekan beton
normal sebesar 48,50% dengan 10 buah benda
uji.
b. Beton Variasi Ø10
Gambar 5. Grafik Hasil Uji Tekan Beton Nomal
pengekangan variasi Ø10 (Hasil Uji Laboratorium, 2011)
Gambar 5. Kurva kuat tekan beton
pengekangan variasi Ø10 umur 3, 7 dan 28 hari,
menunjukkan peningkatan kuat tekan beton
variasi sebesar 53,89% umur 3 hari ke umur 7
hari dan 53,84% umur 7 hari ke umur 28 hari,
nilai rata-rata peningkatan kuat tekan beton
variasi Ø10 sebesar 53,88%.
c. Beton Variasi Ø6
Gambar 6. Grafik Hasil Uji Tekan Beton Nomal
pengekangan variasi Ø6 (Hasil Uji Laboratorium, 2011)
Gambar 6. Kurva Kuat Tekan Beton
Variasi Ø6 pada Pengekangan Beton terhadap
umur 3, 7 dan 28 hari, menunjukkan
peningkatan kuat tekan beton variasi sebesar
54,26% umur 3 hari ke umur 7 hari dan 53,79%
umur 7 hari ke umur 28 hari, nilai rata-rata
peningkatan kuat tekan beton variasi Ø6 sebesar
54,02%.
d. Beton Variasi Gabungan
Gambar 7. Grafik Hasil Uji Tekan Beton Nomal pengekangan
variasi Gabungan (Hasil Uji Laboratorium, 2011)
Gambar 7. Kurva Kuat Tekan Beton
Variasi Gabungan pada Pengekangan Beton
terhadap umur 3, 7 dan 28 hari, menunjukkan
kenaikan rata-rata 54,06% umur 3 hari ke umur
7 hari dan 53,.57% umur 7 hari ke umur 28 hari,
0
11.21
16.05
24.69
0
11.18
17.20
26.46
0
11.61
17.91
27.54
0
5
10
15
20
25
30
0 hari 3 hari 7 hari 28 hari
Ku
at T
eka
n (
Mp
a)
Umur Beton
Grafik beton variasi gabungan berdasarkan umur
Normal
Variasi Ø10
Variasi Ø6
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 50
nilai rata-rata peningkatan kuat tekan beton
variasi gabungan sebesar 53,81% terhadap beton
normal.
4.2. Hasil Analisis Penelitian
a. Peningkatan pada variasi Ø10 cm (26,46 Mpa
- 24,69 Mpa) / 24,69 Mpa x 100% = 7,160 %
terhadap beton normal dan peningkatan
variasi Ø6 cm (27,54 Mpa - 24,69 Mpa)/
24,69 Mpa x 100% = 11,543 % terhadap
beton normal, seperti tercantum pada
Gambar 7. pada umur beton 28 hari dengan
rasio perbandingan berdasarkan :
1. Beton normal : variasi kawat Ø10-½ :
variasi Ø6½ = 1 : 1,04 : 1,07
2. Beton normal : variasi kawat Ø10-¾ :
variasi Ø6¾ = 1 : 1,11 : 1,64
3. Beton normal : pengekangan Ø10-½ +
Ø10¾ = 1 : 1,72
4. Beton normal : pengekangan Ø6-½ +
Ø6¾ = 1 : 1,15
b. Peningkatan terbesar (maksimum) terjadi
pada variasi Ø6 cm (27,54 Mpa - 24,69 Mpa)
/24,69 Mpa x 100% = 11,543 % terhadap
beton normal
5. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dalam pembahasan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Peningkatan terjadi seiring dengan
bertambahnya umur dan meningkatnya
mutu beton, pada variasi Ø10 cm (26,46
Mpa - 24,69 Mpa)/24,69 Mpa x 100% =
7,160 % terhadap beton normal dan
peningkatan variasi Ø6 cm (27,54 Mpa -
24,69 Mpa)/24,69 Mpa x 100% = 11,543 %
terhadap beton normal,
2. Variasi wiremesh Ø6-¾” menghasilkan nilai
kuat tekan beton maksimum terhadap beton
normal dengan rasio kenaikan sebesar
11,543 % pada beton umur 28 hari.
Peningkatan disebabkan selain kemampuan
pengekangan dari wiremesh tersebut juga ada
andil dari kemampuan tekan yang bertambah
akibat adanya wiremesh yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Standar Nasional Indonesia Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung 2002. Bandung: Beta Version.
Pengaruh Campuran Serat Kawat Bendrat Pada
Campuran Beton. Kasno 2006, Tugas Akhir
Universitas Negeri Semarang.
Katalog kawat wiremesh 2010, cv-sumber-
makmur indonetwork.co.id.
Dipohusodo, Istimawan.1994. Struktur Beton
Bertulang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dipohusodo, I, 1999. Struktur Beton Bertulang
Berdasarkan (SK SNI M-60-1990-03). Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
Jakarta.
Jokrodimulyo. K, 1996., Teknologi Beton,
Yogyakarta.
Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Andi:
Yogyakarta.
Samekto dan Rahmadiyanto, 2001. Teknologi
Beton. Kanisius: Yogyakarta.
Sudarmoko, 1996. SK SNI T-15-1991-03,
Kolom Beton dalam Bangunan.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 51
ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PALU
SEBAGAI BAHAN STABILISASI MEKANIS PADA
PERILAKU TANAH LEMPUNG
Andi Marini Indriani1)
, Agus Sugianto2)
, Gunaedy Utomo3)
1,2,3) FakultasTeknik Sipil dan Perencanaan Universitas Balikpapan
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Jenis tanah didaerah pesisir umumnya adalah tanah lempung yang memiliki plastisitas dan aktivitas yang
tinggi, sifat kembang susut yang besar dan nilai daya dukung yang rendah ditandai dengan nilai CBR lapangan
yang rendah dan tidak memenuhi standar untuk dijadikan lapisan subgrade jalan. Oleh karena itu perlu
dilakukan usaha untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis. Dalam proses stabilisasi ini material pasir Palu
dipilih sebagai meterial stabilisator. Pasir Palu memiliki gradasi baik, memiliki koefisien keseragaman (Cu)
lebih besar dari 4 dan koefisien gradasi (Cc) kurang dari 1 dan memiliki berat jenis yang baik dibandingkan
pasir yang lain. Dalam proses stabilisasi ini menggunakan metode pencampuran Tanah Asli + Variasi Pasir
10%, 20%, 30% dan 40%. Penambahan pasir Palu menyebabkan gradasi tanah berubah, semakin banyak
volume pasir yang ditambahkan gradasi tanah semakin kasar dan tanah dengan gradasi ukuran butiran kasar
akan meningkat kepadatannya lebih besar dibandingkan pada gradasi ukuran butiran halus. Sifat mekanis tanah
dan juga daya dukung tanah juga berubah dimana nilai CBR tanah asli dari 4,08% naik menjadi 7,93% pada
penambahan pasir sebesar 40 % sehingga memenuhi sebagai lapisan subgrade menurut Bina Marga.
Kata kunci: stabilisasi, pasir palu, CBR
ABSTRACT
The type of soil in coastal areas is clay soil that has high plasticity and activity index, high shrinkage
and low bearing capacity generally marked by low in situ CBR value and does not meet the standards to be
used as a subgrade layer of the road. It is therefore necessary to attempt improving its physical and mechanical
properties. In this stabilization process, Palu sand material is chosen as a stabilizer material. Palu sand has a
good gradation, uniformity coefficient (Cu) greater than 4 and gradation coefficient (Cc) less than 1 and good
density, compared to other sand. In this stabilization process experiment the method of mixing the clay soil +
Palu Sand with variation 10%, 20%, 30% and 40%. The addition of Palu sand causes the gradation of the soil
to change, the more the volume of sand added with soil gradation becomes more rough and the soil with
gradation of coarse size will increase its density greater than the one with fine size. The mechanical properties
of the soil and the bearing capacity of the soil also change. The original soil with CBR value of 4.08% rises to
7.93% by addition of sand of evaluated 40%, thuscharacteristic fulfilling as a subgrade layer according to Bina
Marga.
Key word: Stabilization, palu sand, CBR
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jalan lingkar atau ring road adalah jalan yang
melingkari pusat kota, yang berfungsi untuk
pengalihan arus lalu lintas dari pusat kota. Biasanya
merupakan bagian jaringan jalan dengan pola radial
membentuk ring radial. Semakin besar kota semakin
banyak ring digunakan. Dengan adanya Ring Road
kepadatan kendaraan di pusat kota bisa dikurangi,
terutama kepadatan akibat para pengendara/pelintas
antar kota. Sebelum adanya ring road para pelintas
antar kota tadi harus melewati pusat kota, hal ini
tentunya menyebabkan bertambah padatnya
kendaraan. Dengan adanya ring road para pelintas
antar kota tadi tidak perlu melewati pusat kota, tapi
hanya melewati pinggiran kota. Sehingga kemacetan
di pusat kota bisa berkurang. Biasanya jalan lingkar
berhubungan dengan bangunan dengan fungsi
Bandara, Pelabuhan atau pusat industri dan
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 52
umumnya dibangun di derah tepi pantai atau pesisir
untuk mempermudah akses.
Tetapi permasalahan terjadi karena daerah
tepi pantai atau pesisir yang dijadikan subgrade
umumnya adalah tanah rawa yang terdiri dari jenis
lempung organik atau anorganik yang memiliki
plastisitas dan aktivitas yang tinggi, sifat kembang
susut yang besar dan nilai daya dukung yang rendah
ditandai dengan nilai CBR lapangan yang rendah
dan tidak memenuhi standar persyaratan Bina
Marga (harga minimum nilai CBR untuk tanah dasar
adalah 6%).
Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk
memperbaiki sifat fisis tanah dan meningkatkan
kekuatan tanah. Proses stabilisasi tanah dasar yang
dapat dilakukan baik secara kimiawi maupun
mekanis. Stabilisasi tanah adalah usaha perbaikan
tanah dengan menambahkan benda keras atau benda
lain ke dalam tanah, dengan tujuan untuk
memperbaiki sifat-sifat fisik dan mengubah kekuatan
tanah.
Dalam penelitian ini coba dilakukan proses
stabilisasi secara mekanis terhadap tanah lempung
anorganik yang diambil dari rencana lokasi
pembangunan coastal road di Kabupaten Penajam
Paser Utara yang memiliki plastiitas tinggi dan daya
dukung rendah dengan menggunakan penambahan
pasir (gradasi berbutir kasar) guna mengubah sifat
pengembangan tanah, memperbaiki gradasinya dan
meningkatkan daya dukung tanah. Pasir yang
digunakan untuk campuran tersebut adalah pasir
sungai yang berasal dari kota Palu dengan butiran
yang kasar dan telah memenuhi jenis klasifikasi
pasir baik untuk bahan stabilisasi. Pasir palu
merupakan bahan agregat yang memiliki berat jenis
yang baik dibandingkan pasir lain dan juga mudah
ditemukan karena sudah banyak beredar dipasaran.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan,
maka permasalahan yang timbul adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengaruh penambahan pasir ditinjau
dari test Indeks Plastisitas terhadap tanah
lempung.
2. Bagaimana pengaruh penambahan pasir ditinjau
dari Proctor Test dengan berat volume tanah
kering ( d ) terhadap tanah lempung.
3. Bagaimana pengaruh penambahan pasir ditinjau
dari test CBR terhadap tanah lempung.
4. HASIL ANALISIS
4.1. Analisis Sebelum Distabilisasi
a. Analisis sifat Fisis
Pengujian hasil dan analisis subgrade di
laboratorium dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pengujian
mengenai karakteristik fisis subgrade meliputi, kadar
air, berat jenis, batas-batas atterberg (batas cair,
batas plastis dan indeks plastisitas) dan analisis lolos
saringan no. 200 serta pengujian sifat mekanis yaitu
kepadatan (standart proctor test) dan CBR.
Hasil dari pengujian karakteristik fisik
subgrade diantaranya dapat ditunjukkan seperti
Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Fisis Subgrade
Sumber: Hasil pengujian laboratorium
Dari data propertis tanah yang diperoleh
diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
a. Berdasarkan nilai prosentase lolos saringan no.
200 tanah lempung di atas, prosentase tersebut
lebih besar dari 50 %, maka berdasarkan tabel
klasifikasi USCS tanah ini secara umum
dikategorikan golongan tanah berbutir halus.
b. Dari sistem klasifikasi USCS dapat
digambarkan dalam hubungan antara batas cair
dan indeks plastisitas seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1. sehingga didapatkan
identifikasi tanah yang lebih spesifik.
Gambar 1. Sistem Klasifikasi Tanah (ASTM (1982)
Dari Gambar 1, diatas yang menjelaskan
hubungan antara batas cair dan indeks platisitas
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 53
bahwa hasil menunjukkan satu titik pertemuan
pengeplotan dibawah garis A, yang mana titik temu
ini menjelaskan jenis tanah dasar (subgrade) yang
diuji pada masuk dalam golongan simbol OH yang
artinya (lempung organik dengan plastisitas sedang
sampai tinggi, lanau organik) dengan nilai indeks
plastisitas sebesar 23,82% (plastisitas tinggi). Tanah
yang mempunyai harga plastis indeks (IP = LL – PL)
tinggi berarti tanah yang bersangkutan mudah
berubah sifatnya, yaitu daya dukung atau kekuatan
tanah menurun, apabila kadar airnya bertambah.
Oleh karena itu, tanah dengan IP tinggi adalah
sangat peka terhadap perubahan kadar air.
Pencampuran pasir terhadap tanah dasar yang kurang
baik diharapkan dapat menurunkan harga IP (Indeks
Plastis).
b. Analisis Sifat Mekanis
Hasil pengujian sifat mekanis subgrade dapat
ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Karakteristik Mekanis
Sumber : Hasil pengujian laboratorium
Dari hasil percobaan didapat nilai CBR
laboratorium untuk tanah dasar (subgrade) sebesar
4,08% dimana nilai tersebut belum termasuk standar
dari Bina Marga yaitu sebesar 6%.
Jenis Tanah Ditinjau Dari Kestabilannya Menurut
Standar Bina Marga
1. Tanah stabil : Tanah yang memiliki nilai indeks
plastisitas ≤ 10% , nilai CBR ≥ 6%, nilai Liquid
Limit (LL) < 50% dan nilai Plastic limit (PL) <
50%.
2. Tanah tidak stabil: Tanah yang memiliki nilai
indeks plastisitas ≥ 10% , nilai CBR ≤ 6%, nilai
Liquid Limit (LL) > 50% dan nilai Plastic limit
(PL) > 50%.
Klasifikasi tanah lempung yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki nilai CBR 4,08% <
6%, nilai Liquid Limit (LL) 55,5% > 50% sehingga
masuk kategori tidak stabil dan perlu untuk
distabilisasi untuk memenuhi syarat sebagai tanah
dasar (subgrade) untuk perkerasan jalan yang sesuai
dengan standar Bina Marga.
c. Proses Stabilisasi Mekanis
Stabilisasi secara mekanis adalah usaha
perbaikan tanah dengan menambahkan material
padat guna merubah karakteristik dan sifat tanahnya.
Dalam proses stabilisasi ini dipilih menggunakan
material pasir Palu. Jenis pasir yang baik untuk
bahan stabilisasi adalah jenis pasir yang memiliki
gradasi baik, memiliki koefisien keseragaman (Cu)
lebih besar dari 4 dan koefisien gradasi (Cc) kurang
dari 1. Pasir palu adalah termasuk yang memiliki
sifat tersebut dan memiliki berat jenis yang baik
dibandingkan pasir yang lain, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengujian Pasir Palu
Sumber: Laboratorium Pengujian dan Workshop Dinas Pekerjaan
Umum PPU (2017)
Dalam proses stabilisasi ini menggunakan
metode pencampuran Tanah asli + Variasi Pasir
10%, 20%, 30%, dan 40%. Diharapkan dengan
penambahan pasir terhadap tanah dasar dapat
menyebabkan kekuatan tanah menjadi meningkat.
Secara karakteristik pasir memiliki tekstur tanah
dengan deskripsi lebih dari 50% yang tertahan diatas
saringan No.200 digolongkan pasir sangat kasar,
kasar dan sedang. Sedangkan pasir yang memiliki
tekstur lebih dari 50% lolos dari saringan No.200
digolongkan pasir halus dan sangat halus. Apabila
tanah lempung dicampur dengan material pasir maka
tanah akan menjadi keras sehingga menyebabkan
penambahan kekuatan pada tanah.
Jenis pengujian laboratorium yang dilakukan
untuk menunjang penelitian ini diantaranya adalah
test Atterberg Limit, Standard Proctor Test, CBR
rendam, Spesifik Gravity dari percobaan Picnometer
dan Analisis Ayakan.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 54
4.2. Analisis Setelah Stabilisasi
a. Berat Jenis (Specific Grafity Of Soil)
Dari data hasil percobaan dilaboratorium
untuk percobaan uji berat jenis subgrade yang telah
dicampur dengan variasi pasir dapat ditunjukkan
pada Tabel 4 dan Gambar 2 dengan hasil variasi
lainnya terlampir dihalaman lampiran.
Tabel 4. Harga (Specific Grafity Of Soil) Variasi
Sumber : Pengujian Laboratorium (2017)
Gambar 2. Harga GS Campuran Variasi Sumber :
Pengujian Laboratorium (2017)
Dari data diatas dapat terlihat peningkatan
nilai GS mengalami peningkatan setelah
penambahan pasir sebesar 30% dan 40%. Berat jenis
partikel ini penting dalam penentuan pergerakan
partikel oleh air.
b. Batas - Batas Atterberg
Dari data hasil percobaan dilaboratorium
untuk percobaan batas-batas atterberg subgrade yang
telah dicampur dengan variasi pasir dapat
ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 3.
Tabel 5. Harga LL, PL dan IP Variasi
Sumber : Pengujian Laboratorium (2017)
Gambar 3. Harga LL, PL, dan IP (Variasi Pengujian
Laboratorium 2017)
c. Liquid Limit
Dari Gambar 3 terlihat bahwa nilai batas cair
mengalami penurunan saat penambahan campuran
pasir tiap variasi. Hal ini disebabkan karena sifat
pasir mengisi rongga – rongga pada lempung
sehingga membuat ikatan lempung menjadi sedikit
renggang. Sehingga merubah sifat tanah menjadi
mudah meloloskan air karena rongga pasir yang
besar dan hanya dibutuhkan kadar air yang sedikit
untuk merubah tanah lempung berpasir dari keadaan
plastis ke keadaan cair.
d. Plastis Limit
Dari tabel dan pola grafik plastis limit di atas
dapat dilihat bahwa penambahan pasir dapat
menurunkan nilai plastisitas indeks pada tanah
lempung tersebut, karena sifat pasir yang tidak
mengikat air sehingga dapat mengendalikan sifat
plastis tanah tersebut.
e. Indeks Plastisitas
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Adelina A.R Runtuwene, Oscar.H.Kaseke dan
Freddy Jansen dari Universitas Sam Ratulangi
Fakultas Teknik Jurusan Sipil dengan judul
Pengaruh Variasi Nilai Index Plastisitas Dari
Agregat Halus Terhadap Daya Dukung Lapis
Pondasi Agregat Kelas-A, menyatakan bahwa nilai
index plastisitas mempengaruhi nilai CBR.
Kenaikkan nilai index plastisitas sebesar 1.2% dapat
menurunkan nilai CBR sebesar 11%. Penelitian
yang dilakukan oleh Marwan Marwan, Devi Sundary
dengan judul Hubungan Nilai California Bearing
Ratio Dengan Indeks Plastisitas Tanah Desa
Neuheun Aceh Besar Dipublikasikan Dalam Jurnal
Teknik Sipil (Jts) Universitas Syah Kuala juga
menyimpulkan bahwa semakin tinggi nilai indeks
plastisitas tanah maka nilai CBR semakin rendah.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 55
Dari hasil pengujian, penambahan pasir Palu
pada tanah lempung ternyata menurunkan nilai index
plastisitas mulai sebesar 8,14% pada penambahan
pasir 10% hingga 57,91% pada penambahan pasir
40%, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai CBR
pasti akan meningkat sesuai dengan prosentase
penambahan pasir Palu.
f. Swelling Potential
Dari indeks plastisitas kita juga bisa
mendapatkan nilai aktivitas tanah lempung untuk
mengetahui sifat pengembangan tanah (swelling
potential) menggunakan rumus seperti di bawah ini.
Sifat kembang susut tanah yang besar tentu
mempengaruhi konstruksi diatasnya. Dengan
penambahan pasir maka nilai indeks plastisitas
(Plasticity Index) juga menurun sehingga nilai
aktivitas tanah juga mengalami penurunan sehingga
jika di plot pada kurva hubungan nilai PI dan
aktivitas (Gambar 4 dan Tabel 6) maka akan terlihat
posisi akan menurun dari high menjadi medium dan
low seiring dengan penambahan prosentase pasir.
Gambar 4. Classification chart for swelling potential
l(Sifat-sifat Fisis dan Geotechnical Engineering)
Tabel 6. swelling potential
Sumber: Pengujian Laboratorium (2017)
g. Test Kepadatan (Standart Proctor Test)
Pemadatan adalah bertambahnya berat
volume kering tanah sebagai akibat pemadatan
partikel yang diikuti oleh pengurangan volume udara
dengan air tetap tidak berubah. Saat air ditambahkan
pada pemadatan, air ini akan melunakkan partikel-
partikel tanah. Partikel-partikel tanah menggelincir
satu sama lain dan bergerak pada posisi yang lebih
rapat.
Pemadatan bertujuan untuk mempertinggi
kuat geser tanah, mengurangi sifat mudah mampat
(kompresibilitas), mengurangi permeabilitas,
mengurangi perubahan volume sebagai akibat
perubahan kadar air, dll. Tingkat kepadatan suatu
tanah diukur dari nilai berat keringnya (γd).
Dari data hasil percobaan dilaboratorium
untuk percobaan uji kepadatan (standard proctor
test) subgrade yang telah dicampur dengan variasi
pasir didapat nilai γdmax, γt dan Wopt yang
ditunjukkan pada Tabel 7 dan Gambar 5.
Tabel 7. Harga γt, γdmax dan Wopt
Sumber : Pengujian Laboratorium (2017)
Gambar 5. Hubungan Antara γt dan γdmax
(Pengujian Laboratorium (2017)
Grafik diatas menjelaskan bahwa semakin
tinggi campuran variasi pasir semakin besar nilai
berat volume isi kering (γdmax ) dan berat volume isi
basah (γt ), ini disebabkan penambahan pasir
mengakibatkan tanah mengalami perubahan gradasi.
Tanah dengan gradasi ukuran butiran kasar akan
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 56
meningkat kepadatan lebih besar dibandingkan pada
gradasi ukuran butiran halus.
Semakin tinggi prosentase pasir maka
semakin kecil volume air yang dibutuhkan untuk
mencapai berat volume isi kering (γdmax ). Itulah
sebabnya nilai kadar air (Optimum Moisture content)
yang digunakan untuk melakukan pengujian CBR
juga mengalami penurunan seiring penambahan
prosentase pasir yang mana ditunjukkan seperti
gambar dibawah ini Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan Antara WOpt Terhadap Variasi
Pasir (Pengujian Laboratorium, 2017)
Dari gambar diatas terlihat bahwa semakin
besar campuran variasi pasir semakin kecil kadar air
yang dibutuhkan. Hal demikian terjadi dikarenakan
pasir sebagai bahan pencampur stabilisasi tidak
menyerap air yang menyerap hanya tanah asli yang
bersifat lempung, sehingga air yang dibutuh kan
harus berada dalam keadaan optimum.
h. Test CBR Laboratorium
Dari data hasil percobaan dilaboratorium
untuk percobaan uji CBR subgrade yang telah
dicampur dengan variasi pasir ditunjukkan pada
Tabel 8 dan Gambar 7
Gambar 7 menunjukkan nilai CBR rata-rata
mengalami peningkatan dari tanah asli. Penambahan
pasir 40% didapat nilai CBR 7,93% menunjukkan
nilai dalam batas yang baik dan memenuhi standar
dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga yaitu CBR
6%.
Tabel 8. Harga CBR Rendam (Soaked)
Sumber : Pengujian Laboratorium (2017)
Gambar 7. Hubungan Antara CBR Terhadap Variasi
Pasir (Pengujian Laboratorium, 2017)
5. KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan sifat fisis dan sifat mekanis
tanah asli dan tanah yang telah di stabilisasi dengan
penambahan pasir Palu dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Tanah asli yang diambil dari lokasi adalah tanah
lempung karena prosentase lolos saringan N0.
200 nya hampir 100 persen, sifat pengembangan
tanah tinggi dan daya dukung rendah.
2. Berat jenis tanah baru mengalami perubahan
setelah penambahan pasr sebesar 30% dan 40%,
3. Konsistensi tanah mengalami perubahan karena
penambahan pasir kasar menyebabkan ikatan
lembung mengalami perenggangan dan sifat
pasir yang tidak menyerap air,
4. Indeks plastisitas tanah mengalami penurunan
sehingga aktivitas tanah juga mengalami
penurunan, swelling potensial tanah juga
mengalami penurunan dari high menjadi low
pada penambahan pasir Palu 30% dan 40%
5. Penambahan pasir Palu menyebabkan gradai
tanah juga berubah, semakin banyak volume
pasir yang ditambahkan gradasi tanah juga
semakin kasar dan tanah dengan gradasi ukuran
butiran kasar akan meningkat kepadatannya
lebih besar dibandingkan pada gradasi ukuran
butiran halus.
6. Penambahan pasir Palu merubah sifat mekanis
tanah dan juga daya dukung tanah, dibuktikan
dengan perubahan nilai CBR tanah asli dari
4,08% naik menjadi 7,93% pada penambahan
pasir sebesar 40 % sehingga memenuhi sebagai
lapisan subgrade menurut Bina Marga
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 57
DAFTAR PUSTAKA J. E. Bowles, Sifat-sifat Fisis dan Geotechnical
Engineering (Mekanika Tanah), hlm. 559 - 562
eks, terjemahan Yani Sianipar, Penerbit
Erlangga,Jakarta, 1984.
Hardiyatmo, C. H. 2010. Mekanika Tanah 1. Gadjah
Mada University Press, Jakarta.
Karl. Terzhagi dan R. B. Peck, Mekanika Tanah
Dalam Praktek Rekayasa Jilid-1, terjemah Bagus
Withaksono dan Benny Krisna R, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1993.
L. H. Shirley, Penuntun Geoteknik dan Mekanika
Tanah : Penyelidikan Lapangan & Laboratorium,
Bandung Nova, 1999
M. Das, Principles Of Geotechnical
Engineering, Boston Pridle Weber & Schmidt
Published, 1985.
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 58
STUDI PENELITIAN KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI
PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DENGAN BAHAN TAMBAH SUPERPLASTICIZER MENGGUNAKAN
AGREGAT KASAR EX. PALU DAN AGREGAT HALUS EX. PALU
Fachriza Noor Abdi1)
, Mardewi Jamal2)
, Ryan Ferdhian Nugraha3)
123) Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda
Jalan Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Penggunaan bahan tambah baik kimia maupun mineral menjadi salah satu cara peningkatan mutu beton.
Penelitian ini menggunakan batu pecah Palu, pasir alami Palu, semen Portland tipe I merk Indocement,
Polyheed sebagai bahan tambah kimia, dan abu sekam padi sebagai bahan tambah mineral. Tujuan dari
dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemakaian abu sekam padi dan Polyheed
terhadap kuat tekan beton, serta mengetahui kuat tekan optimal yang dihasilkan dari variasi abu sekam padi,
Polyheed, dan agregat Palu. Variasi abu sekam padi sebagai pengganti sebagian semen adalah 0%, 6%, 9%,
12%, 15%, 18% dan Polyheed sebesar 1%, masing-masing variasi terdiri dari 3 buah benda uji umur
perawatan 28 dan 56 hari dengan tambahan benda uji variasi 0% sebanyak 6 buah untuk umur perawatan 7
dan 14 hari. Benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 15cm×15cm×15cm. Metode
perancangan campuran yang digunakan adalah metode SNI, dengan rentang waktu penelitian dan pengujian
kuat tekan dari Oktober 2010 sampai Januari 2011 di Laboratorium Rekayasa Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman. Hasil yang didapat setelah dilakukan penelitian dan pengujian kuat tekan beton
dengan menggunakan abu sekam padi sebagai pengganti sebagian semen adalah abu sekam padi dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti sebagian semen dan dapat meningkatkan kuat tekan beton dikarenakan
kandungan silika yang dikandung abu sekam padi sangat tinggi yaitu 86,90% - 97,30%. Nilai kuat tekan yang
dihasilkan seluruh benda uji memenuhi target kuat tekan rencana yaitu 22,5%, dengan kecenderungan grafik
meningkat dari variasi 0% sampai kadar 9%, kemudian menurun pada kadar penggantian 12%, 15%, dan 18%.
Penurunan disebabkan kelebihan fraksi halus membuat semen tidak mampu mengikat maksimal dalam
volume beton. Kuat tekan optimal didapat pada variasi penggantian semen dengan abu sekam padi 9%,
dengan nilai kuat tekan beton pada umur perawatan 28 hari sebesar 32,00 MPa dan umur perawatan 56 hari
sebesar 35,44 MPa.
Kata kunci: Kuat tekan beton, Polyheed, abu sekam padi, agregat palu
ABSTRACT
One of many ways to increase the quality of concrete is use both chemical and mineral admixture. This
research use Palu coarse aggregate, Palu fine aggregate, Portland cement (Indocement), Polyheed as chemical
admixture and rice husk ash as mineral admixture. The aims of the research is to find out the influence
of rice husk ash and polyheed to concrete compressive strength, as well as to find out the optimum compressive
strength as a result of variations of rice husk ash, polyheed, and Palu aggregate. Variation of rice husk ash
as partial substitute of cement is 0%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, and 1% of polyheed, each variation consist of
3 sample of age 28 and 56 treatment days with the addition 6 sample of 0% variation for age 7 and 14
treatment days. Sample used in this research is cube size 15cm×15cm×15cm. Mix design method used is
SNI method, and the period of research and compressive strength test is October 2010 until January 2011 at
the Civil Engineering Laboratory, Engineering Faculty, Mulawarman University. Results obtained after
research and compressive strength test using rice husk ash as partial substitute of cement is rice husk ash
can be utilized as a partial substitute of cement and it can increase the concrete compressive strength due to a
very high silica content, 86,90%-97,30%. Concrete compressive strength of all sample fulfill the target of
compressive strength which is 22,5%, with graph’s trend increases from 0% variation until 9% variation, then
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 59
decreased on 12%, 15%, and 18% variation. The decrease that occurred due to excess fine fraction made
cement unable to made maximum binding in the whole volume of concrete. Optimum compressive strength
obtained on 9% variation of the substitution of cement with rice husk ash, with concrete compressive strength is
32,00 MPa at age 28 treatment days, and 35,44 Mpa at age 56 treatment days.
Key words: Concrete compressive ctrength, polyheed, rice husk ash, palu aggregat
1. PENDAHULUAN
Beton merupakan material bangunan yang
paling banyak digunakan di dunia. Nama
asingnya, concrete, diambil dari gabungan
prefix bahasa latin con, yang artinya
bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Oleh
sebab itu, kekuatan beton terjadi karena adanya
campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tidak
ada gedung pencakar langit yang berdiri tanpa
bantuan beton. Meski bahan bakunya sama,
“dosis” semen sebenarnya bisa disesuaikan
dengan beragam kebutuhan.
Penggunaan material beton untuk
membangun infrastruktur, seperti rumah sakit,
apartemen dan perumahan, jembatan, jalan tol,
dermaga, dan bantalan untuk rel kereta api
masih sangat dominan. Sampai tahun 2005
saja, telah diproduksi sekitar 6 milyar meter
kubik beton setiap tahun, atau setara dengan 1 m³
untuk setiap manusia di muka bumi. Lebih dari
55.000 mil jalan bebas hambatan atau tol di
USA menggunakan material beton.
RRC merupakan Negara yang paling
banyak mengonsumsi semen (beton) dunia, yaitu
sebesar 40%. Saat ini, penggunaan material beton
tidak hanya di kota- kota besar, tetapi
digunakan sampai ke pelosok desa untuk
membangun perumahan sederhana. Hal tersebut
sangat beralasan, karena material beton
mempunyai beberapa keunggulan teknis jika
dibandingkan dengan material konstruksi lainnya.
Bahan baku pembuatan beton, seperti semen,
pasir, dan koral atau batu pecah, sangat mudah
diperoleh di toko bahan bangunan, baik di kota
maupun dipelosok. Bahan penunjang lainnya,
yaitu air, sangat mudah diperoleh.
Ditinjau dari sudut estetika, beton hanya
membutuhkan sedikit pemeliharaan. Selain itu,
beton tahan terhadap serangan api. Sifat-sifat
beton yang kurang disenangi adalah mengalami
deformasi yang tergantung pada waktu dan
disertai dengan penyusutan akibat mengeringnya
beton serta gejala lain yang berhubungan dengan
hal tersebut. Pengaruh-pengaruh keadaan
lingkungan, rangkak, penyusutan, pembebanan
yang mengakibatkan perubahan dimensi pada
struktur beton dan elemen-elemennya harus
mendapat perhatian yang cukup pada tahap
perencanaan untuk mengatasi kesulitan yang akan
terjadi.
Struktur beton dapat didefinisikan sebagai
bangunan beton yang terletak di atas tanah yang
menggunakan tulangan atau tidak menggunakan
tulangan. Struktur beton sangat dipengaruhi oleh
komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur
beton, yang dibatasi oleh kemampuan kuat tekan
beton seperti yang tercantum dalam perencanaan.
Hal tersebut bergantung pada kemampuan daya
dukung tanah (supported by soil), kemampuan
struktur yang lain atau kemampuan struktur
atasnya (vertical support).
Agar hasil akhir yang diperoleh
memuaskan, dibutuhkan pengenalan yang
mendalam mengenai sifat-sifat yang berkaitan
dengan suatu bahan yakni bahan-bahan penyusun
beton tersebut. Kinerja yang menjadi perhatian
penting para perencana ketika mendesign beton
ada 2 (dua), yaitu: kekuatan tekan dan
kemudahan pengerjaan.
Pada umumnya beton terbentuk dari tiga
bahan campuran utama yaitu, semen, agregat,
dan air. Terkadang adapula pemberian bahan
tambah atau bahan pengganti yang diperlukan
pada campuran beton untuk mengubah sifat-sifat
dari beton tersebut. Penelitian yang dilakukan
oleh peneliti beton terdahulu menghasilkan
suatu kontradiksi. Untuk menghasilkan beton
dengan kekuatan tekan tinggi, penggunaan air
atau faktor air terhadap semen haruslah kecil,
sayangnya hal tersebut akan menyebabkan
kesulitan dalam pengerjaan. Kini dengan
kemajuan teknologi, hal tersebut tidak lagi
menjadi masalah setelah ditemukannya bahan
tambah atau bahan ganti untuk campuran beton.
Dikarenakan begitu sentral dan vitalnya
peran beton dalam dunia konstruksi saat ini,
berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan
mutu beton agar didapat beton yang kuat dan
memiliki durabilitas tinggi. Penggunaan bahan
tambah baik kimiawi maupun mineral digunakan
untuk mendapatkan beton yang sesuai dengan
pengerjaan tertentu. Di Indonesia bahan tambahan
telah banyak digunakan. manfaat dari bahan
tambahan tersebut perlu dibuktikan dengan
menggunakan bahan agregat dan jenis semen yang
sama dengan bahan yang akan dipakai di
lapangan. Untuk bahan tambahan yang merupakan
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 60
bahan kimia harus memenuhi syarat yang
diberikan dalam ASTM C.494 (Standard
Spesification for Chemical Admixture for
Concrete). Bahan tambah digunakan untuk
memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton
misalnya untuk meningkatkan kekuatan tekan
memperbaiki kinerja workability, atau untuk
tujuan lain yaitu untuk penghematan energi dan
penghematan biaya.
Superplasticizer yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan salah satu bahan
tambah kimia yang termasuk bahan tambah
kimia tipe F yaitu Water Reducing, High Range
Admixtures yang berguna untuk untuk
mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih
tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang
dihasilkan lebih tinggi dengan air yang
sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga
lebih tinggi.
Adapun tujuan dari skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian abu
sekam padi dan bahan tambah
Superplasticizer (Polyheed) terhadap kuat
tekan beton.
2. Mengetahui kuat tekan yang dihasilkan
dengan komposisi dan variasi tertentu abu
sekam padi, Polyheed dan agregat Palu.
3. Mengetahui kuat tekan optimal yang
dihasilkan pada variasi tertentu abu sekam
padi, Polyheed, dan agregat Palu.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton
Menurut Murdock dkk. (1999), Beton
seperti yang dikenal sekarang ini adalah suatu
bahan bangunan dan konstruksi, yang sifat-
sifatnya dapat ditentukan lebih dahulu dengan
mengadakan perencanaan dan pengawasan yang
teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih. Bahan-
bahan yang dipilih itu adalah ikatan keras yang
ditimbulkan oleh reaksi kimia antara semen
dan air, serta agregat dimana semen yang
mengeras itu ber- adhesi dengan baik maupun
kurang baik. Agregat boleh berupa kerikil, batu
pecah, sisa-sisa bahan- mentah tambang, agregat
ringan buatan, pasir atau bahan sejenis lainnya.
Berdasarkan pengertian tersebut beton
adalah campuran dari beberapa bahan penyusun
yang terdiri dari bahan semen, agregat kasar,
agregat halus, air, atau dengan
menambahkan bahan tambah (aditive atau
admixture).
A. Semen
Semen merupakan bahan campuran yang
secara kimiawi akan aktif setelah berhubungan
dengan air. Sedangkan agregat tidak berperan
penting dalam reaksi kimia tersebut, akan tetapi
agregat lebih berfungsi sebagai bahan pengisi
mineral yang dapat mencegah perubahan-
perubahan volume beton setelah pengadukan
selesai dilakukan dan memperbaiki keawetan
beton yang dihasilkan.
Semen merupakan bahan campuran yang secara
kimiawi akan aktif setelah berhubungan dengan
air. Sedangkan agregat tidak berperan penting
dalam reaksi kimia tersebut, akan tetapi agregat
lebih berfungsi sebagai bahan pengisi mineral
yang dapat mencegah perubahan-perubahan
volume beton setelah pengadukan selesai
dilakukan dan memperbaiki keawetan beton yang
dihasilkan.
B. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton
untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat dan memberikan kemudahan
dalam pekerjaan beton. Air yang dapat
diminum umumnya dapat digunakan sebagai
campuran beton. Air yang mengandung senyawa-
senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila
dipakai dalam campuran beton akan menurunkan
kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat
beton yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Air yang digunakan untuk campuran beton
harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,
asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang
dapat merusak beton atau tulangan. Sebaiknya
dipakai air tawar yang dapat diminum. Air
yang digunakan dalam pembuatan beton pra-
tekan dan beton yang akan ditanami logam
almunium (termasuk air bebas yang terkandung
dalam agregat) tidak boleh mengandung ion
klorida dalam jumlah yang membahayakan
(ACI 318-89:2-2).
C. Agregat
Agregat merupakan butiran mineral alami
yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran beton. Walaupun hanya sebagai
bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap penentuan sifat-sifat beton,
sehingga pemilihan agregat merupakan bagian
penting dalam pembuatan beton (Mulyono,
2004).
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 61
Agregat dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus
(Ulasan PB,1989:9):
1. Agregat kasar ialah agregat yang semua
butimya tertinggal di atas ayakan 4,8 mm
(SII.0052,1980) atau 4,75 mm (ASTM
C33,1982) atau 5,0 mm (BS.812,1976).
2. Agregat halus ialah agregat yang semua
butirnya menembus ayakan berlubang 4,8
mm (SII.0052,1980) atau 4,75 mm (ASTM
C33,1982) atau 5,0 mm (BS.812,1976).
2.2. Abu Sekam Padi
Penggilingan padi selalu
menghasilkan kulit gabah (sekam) yang cukup
banyak yang akan menjadi material sisa. Ketika
butir padi digiling, 78% dari beratnya akan
menjadi beras dan akan menghasilkan 22%
berat kulit gabah (sekam). Kulit gabah (sekam)
ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam
proses produksi. Kulit gabah (sekam) terdiri dari
75% bahan mudah terbakar dan 25% berat akan
berubah menjadi abu. Abu ini dikenal dengan abu
sekam yang mempunyai kandungan silika
reaktif (amorphous silica) sekitar 85% - 90%.
Jadi dari setiap 1000 kg padi yang digiling akan
dihasilkan 220kg (22%) kulit gabah (sekam).
Bila kulit gabah (sekam) itu dibakar pada
tungku pembakaran maka akan menghasilkan
sekitar 55kg (25%) abu sekam.
Jika data pada tahun 2009 hasil produksi
padi sebanyak 606.955 ton digiling akan
menghasilkan 133.530 ton (22%) Kulit gabah
(sekam). Bila kulit gabah (sekam) tersebut
dibakar pada tungku pembakaran maka akan
menghasilkan sekitar 33.382 ton abu sekam
padi.
Sekam padi pada umumnya hanya
digunakan sebagai bahan bakar utama atau
tambahan pada industri pembuatan batu bata,
bahan dekorasi, atau bahkan dibuang di
kandang hewan. Sudah diketahui bahwa sekam
padi mengandung banyak silika amorf apabila
dibakar pada suhu antara 500ºC dan 700ºC,
dalam waktu sekitar 1 sampai 2 jam. Kalsium
hidroksida, hasil sampingan dari reaksi semen
portland dengan air,mempunyai sifat yang
mudah bereaksi dengan karbon dioksida di udara
ataupun di air, dengan ion sulfat dalam tanah,
hingga membentuk kalsium karbonat (mudah
larut dalam air) dan kalsium sulfat hingga
membentuk ettringit yang memiliki volume
molekul lebih besar, yang dapat
mengakibatkan beton menjadi retak-retak.
Abu sekam padi yang memiliki rektivitas
silika yang mampu bereaksi dengan kalsium
hidroksida dalam pasta semen di harapkan
mampu menambah kuat tekan pada beton normal.
Untuk membuat abu sekam padi ada dua
cara, pembuatan abu sekam padi mengunakan
oven pembakaran dan pembuatan abu sekam
padi dengan cara manual. Pembuatan abu sekam
padi mengunakan oven pembakaran. Kulit padi
yang sudah di bersihkan di keringkan dengan
cara menjemurnya di bawah sinar matahari.
Kemudian kulit padi tersebut di masukkan
dalam oven dengan suhu 300ºC selama 30
menit agar kulit tersebut menjadi arang.
Terakhir adalah proses pengabuan, kulit padi
yang sudah melalui proses pengarangan di
masukkan dalam oven dengan suhu 600ºC -
700ºC.
2.3. Bahan Tambah
Bahan tambah (Admixture) adalah bahan-
bahan yang ditambahkan ke dalam campuran
betonpada saat atau selama pencampuran
berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah
untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar
menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu
atau untuk menghemat biaya.
Admixture atau bahan tambah
didefinisikan dalam Standard Definitions of
Terminology Relating to Concrete and Concrete
Agregates (ASTM C.125-1995:61) dan dalam
Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19)
sebagai material selain air, agregat, dan semen
hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau
mortar yang ditambahkan sebelum atau selama
pengadukan berlangsung. Bahan tambah yang
digunakan untuk memodifikasi sifat dan
karakteristik dari beton misalnya untuk dapat
dengan mudah dikerjakan,penghematan,atau
untuk tujuan lain seperti penghematan energi.
Di Indonesia bahan tambah telah banyak
dipergunakan. Manfaat dari penggunaan bahan
tambah ini perlu dibuktikan dengan bahan
agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan
yang akan dipakai di lapangan. Dalam hal ini
bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus
memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI.
Untuk bahan tambah yang merupakan bahan
tambah kimia harus memenuhi syarat yang
diberikan oleh ASTM C.494, “Standard
Spesification for Chemical Admixture for
Concrete”.
Dalam penelitian ini digunakan bahan
tambah Polyheed yang termasuk dalam Tipe F
“Water Reducing, High Range Admixtures”
adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mengurangi jumlah
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 62
air pencampur yang diperlukan
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Fungsinya untuk mengurangi jumlah
air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih. Kadar pengurangan air
dalam bahan ini lebih tinggi sehingga diharapkan
kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi
dengan air yang sedikit, tetapi tingkat
kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi. Jenis
bahan tambah ini dapat berupa superplasticizer.
Bahan jenis ini pun termasuk dalam bahan kimia
tambahan yang baru, dan disebut sebagai
“bahan tambahan kimia pengurang air”. Tiga
jenis plasticizer yang dikenal adalah (1).
kondensi sulfonat melamin formaldehid dengan
klorida sebesar 0.005%, (2). sulfonat nafthalin
formaldehid dengan kandungan klorida yang
dapat diabaikan dan (3). modifikasi lignosulfonat
tanpa kandungan klorida. Ketiga jenis bahan
tambah tersebut dibuat dari sulfonat organic dan
disebut superplasticizer, karena dapat
mengurangi pemakaian air dalam campuran
beton dan meningkatkan slump beton sampai
8 inch (208 mm) atau lebih. Dosis yang
disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat
semen. Dosis yang berlebihan akan
menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan:
a. Beton normal masing-masing terdiri dari 3
buah benda uji, untuk kombinasi abu sekam
padi 0% dan Polyheed 1% uji tekan
dilakukan pada umur 7,14,28, dan 56 hari.
b. Beton dengan persentase penambahan Abu
Sekam Padi sebanyak 6%, 9%, 12%, 15%,
18% dikombinasikan dengan Polyheed 1%,
masing-masing persentase terdiri dari 3 buah
benda uji. Pengujian tekan dilakukan pada
umur perawatan 28 dan 56 hari. c. Benda uji yang digunakan berbentuk kubus
ukuran 15x15x15 cm. d. Untuk beton berserat biasanya dilakukan
pengujian kuat lentur dengan benda uji balok, kuat tarik dengan benda uji silinder, dan kuat tekan dengan benda uji kubus atau silinder. Tetapi karena ketidaktersediaan alat maka pengujian kali ini hanya mencari kuat tekan dengan benda uji kubus.
e. Material yang di gunakan : 1. Semen : Semen Portland tipe I
(Indocement )
2. Agregat Kasar : Batu Pecah Ex. Palu
3. Agregat Halus : Pasir Ex. Palu
4. Bahan Tambah Mineral : Abu
Sekam
5. Padi
6. Bahan Tambah Kimia : Polyheed
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuat Tekan Beton Variasi 0% Umur
Perawatan 7, 14, 28, dan 56 Hari
Data hasil pen elitian men un jukkan
bah wa nilai kuat tekan benda uji kadar
penggantian 0% men galami penin gkatan
dar i awal per awatan umur 7 h ari sampai
umur 56 h ari. Pada umur perawatan 7 har
i, n ilia kuat tekann ya adalah 23,13 MPa,
kemudian men ingkat 4% men jadi 25 MPa
pada umur per awatan 14 har i. Pen
ingkatan sebesar 1,04% ter jadi dar i
umur 14 ke 28 h ari, kemudian men ingkat
lagi sebesar 3% pada umur perawatan 56 h
ari men jadi 27,12 MPa. Pen ingkatan ini
sesuai dengan karakteristik beton yang
semakin lama dilakukan per awatan maka
keku atan tekann ya semakin tin ggi. Secar a
keselur uhan n ilai kuat tekan yan g didapat
memen uh i target kuat tekan r en cana yaitu
22,5 MPa.
Pen in gkatan yan g signifikan an
tara n ilai kuat tekan beton n or mal umur
per awatan 28 dan 56 h ari men jadi perh
atian ter sen diri. Pada umumn ya, meman g
ada penin gkatan kuat tekan dar i umur 28
ke umur 56 har i namun pen in gkatan yan g
ter jadi tidak ter lalu besar . Dar i data diatas
didapat bah wa ter jadi pen in gkatan sebesar
3% dar i an gka 25,53 MPa men jadi
27,12 MPa. Maka un tuk melih at pen in
g katan ter sebut masih dalam batas toler
an si, n ilai kuat tekan umur per awatan
56 h ari dikon ver si ke umur 28 har i den
gan faktor kor eksi umur 1,09. Ternyata
selisih antara nilai kuat tekan umur 28 dan 56
tersebut tidak terlalu jauh. Artinya, peningkatan
kuat tekan dari umur 28 ke 56 hari masih dalam
batas toleransi kuat tekan beton.
4.1. Kuat Tekan B eton Umur Perawatan
28 Hari
Data h asil pen gujian kuat tekan un
tuk ben da uji den gan umur per awatan 28
h ari, semua var iasi dar i 0% -18% memen
uh i kuat tekan r en cana f’cr = 22,5 MPa
trend meninkatgrafik kuat tekan bet on umur
28 hari dimulai dengan angka 24,67 MPa
pada var iasi 0% kemudian nilai kuat tekan
terus naik men uju an gka 25,17 MPa pada var
iasi 6%. Nilai kuat tekan terus meningkat
men capai n ilai ter tinggi di var iasi 9% pada
an gka 32 MPa. Setelah men capai n ilai ter
tin ggin ya tr en d grafik men ur un ke an
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 63
gka 24,56 MPa di var iasi 12% lalu
kembali men ur un men jadi 23,15 MPa pada
var iasi 15% dan 22,97 MPa pada variasi 18%.
Nilai kuat tekan ter tinggi dar i hasil pen gujian
ben da uji umur 28 har i ber ada pada var iasi
9%. Nilai kuat tekan men capai 32,00 MPa.
Hal ini dikar en akan pada saat kadar pen ggan
tian 9%, kan dungan silika dalam abu sekam
padi ber ada dalam pr opor si yan g palin g
sesuai dalam campur an bet on seh in gga
mampu men in gkatkan kuat tekan beton
Abu sekam padi yan g digunakan
sebagai bah an tambah pada campur an
beton mempun yai komponen aktif yan g
bersifat pozzolanik (disebut juga mater ial
pozzolan ), yaitu bereaksi dengan kapur bebas
(kalsium h idr oksida) yang dilepaskan semen
saat proses hidrasi dan membentuk senyawa
yang bersifat mengikat pada temperatur
normal dengan adan ya air.
Proses diawali dengan reaksi hidrasi
semen dengan air yang berlangsung cepat
dan kemudian membentuk gel kalsium
silika h idrat dan kalsium hidroksida, reaksi
pozzolan ikini berlangsung lambat sehingga
pengaruhn ya lebih kepada kekuatan akhir
dari beton. Abu sekam padi adalah material sisa
industri yang memiliki komponen aktif
amorphous silica (silika reaktif). Abu sekam
padi biasanya digunakan sebagai pengganti
sebagian semen atau penambah. Persentase
maksimum penambahan atau penggantian ini
harus diperhatikan karena dapat
menyebabkan penurunan kekuatan beton .
Penggan tian sebagian semen dengan
abu sekam padi ini juga berpengaruh
pada kelecakan beton . Denan ber
tambahnya partikel halus ini kemungkinan
terjadinya bleeding pada beton segar akan
berkurang karena kelebihan air akan
terserap oleh partikel halus. Penggantian
sebagian semen dengan abu sekam padi yang
melebihi kadar optimum dapat menyebabkan
kekuatan beton menurun karena kelebihan fraksi
halus yang membuat semen tidak mampu
mengikat maksimal dengan material dalam
volume beton secara keseluruhan . Hal inilah
yang menyebabkan pada kadar
penggantian setelah var iasi optimum 9% yaitu
12%, 15% , dan 18% terjadi penurunan nilai
kuat tekan . Pada kadar penggantian 12% nilai
kuat tekan yang didapat adalah 24,56 MPa,
nilai kuat tekan pada variasi 15% adalah
23,15 MPa, dan akhirnya pada kadar penggan
tian 18% kuat tekan berada di nilai 22,97
MPa. Namun demikian walaupun penurun an
nilai kuat tekan terjadi, secara keselur uhan
nilai kuat tekan benda uji umur perawatan 28 har
i memenuhi mutu kuat tekan rencana.
4.2. Kuat Tekan Beton Umur Perawatan 56
Hari
Nilai kuat tekan beton dengan
umur perawatan 56 hari mengalami
peningkatan dar i nilai kuat tekan beton
umur perawatan 28 hari. Sama halnya seperti
grafik nilai kuat tekan umur 28 har i, pada umur
perawatan 56 hari titik kuat tekan tertinggi
terletak pada variasi 9%. Artinya, kadar
penggantian sebagian semen den gan abu
sekam padi seban yak 9% merupakan kadar
penggantian yang paling proporsional
sehingga mampu meningkatkan kuat tekan
beton .
Pada variasi0% nilai kuat tekan 27,12
MPa kemudian men ingkat men jadi 31,23 MPa
ketika variasi abu sekam padi yan g digun a kan
sebesar 6%. Nilai kuat tekan tertin ggi
kembali terjadi pada variasi 9% sebesar
35,44 MPa kemudian menurun pada saat
kadar penggantian 12% dengan an gka 28,99
MPa. Penurunan terus terjadi pada variasi
15% dengan kuat tekan 26,45 MPa, dan akhirn
ya menjadi 24,03 MPa ketika kadar penggantian
18%.
Penurunan ini terjadi karena kadar
penggantian sebagian semen dengan abu sekam
padi melebihi kadar penggantian yang optimum
yaitu 9% sehingga kelebihan fraksi halus
membuat semen tidak mampu mengikat
maksimal dengan material dalam volume
beton secara keseluruhan.
Secara umum, kuat tekan beton pada
umur perawatan 56 h ari den gan variasi
kadar penggantian 0%, 6%, 9%, 12%, 15%,
dan 18% memenuhi kuat tekan yang direncan
akan sebesar 22,5 MPa.
Gambar 1. Variasi Abu Sekam
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil
Volume 2, nomor 1 Mei 2018 64
4.3. Hasil Lengkap Uji Tekan
Dari penelitian dan pengujian kuat tekan
yang dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Mulawarman, didapat hasil data kuat tekan
sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengujian Kuat Tekan Beton
Kuat Tekan Rencana f’cr = 22,5 MPa
Variasi
Kadar
Peng
gantian
Nilai
Kuat
tekan f’c
(MPa)
Umur
7 Hari
Nilai
Kuat
tekan
f’c
(MPa)
Umur 14
Hari
Nilai
Kuat
tekan
f’c
(MPa)
Umur 28
Hari
Nilai
Kuat
tekan
f’c
(MPa)
Umur
56
Hari 0% 23,13 25,00 25,53 27,12
6% - - 25,17 31,23
9% - - 32,00 35,44
12% - - 24,56 28,99
15% - - 23,15 26,45
18% - - 22,97 24,03
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil yang didapat setelah dilakukan
penelitian uji kuat tekan beton dengan
menggunakan abu sekam padi sebagai pengganti
sebagian semen maka disimpulkan bahwa :
1. Nilai kuat tekan semua variasi memenuhi
target kuat tekan rencana 22,5 MPa, dengan
trend grafik meningkat tiap penambahan
kadar penggantian mulai 0% sampai
kadar optimal 9%, kemudian nilai kuat
tekan menurun saat kadar penggantian
melebihi kadar optimal 9% yaitu 12%, 15%,
dan 18%. Penurunan ini disebabkan oleh
penggan tian sebagian semen den gan
abu sekam padi yan g melebih i
kadar optimum dapat men yeba
bkan kekuatan beton men ur un kar en
a kelebih an fr aksi h alus yan g
membuat semen tidak mampu men
gikat maksimal den gan mater ial dalam
volume bet on secar a keselur uh an.
2. Kuat tekan optimal terjadi pada kadar
penggantian sebagian semen dengan
abu sekam padi 9%, dengan nilai kuat tekan
pada umur perawatan 28 hari sebesar
32,00 MPa dan pada umur perawatan
56 hari sebesar35,44 MPa. Dari hasil
penelitian tersebut abusekam padi dapat
meningkatkan kuat tekan beton.
3. Penurunan kuat tekan terjadi pada variasi
12%,15%, dan 18% namun masih
memenuhi kuat tekan rencana, dimana pada
variasi 18% nilai kuat tekan pada umur
28 hari adalah 22,97MPa dan 24,03 MPa
pada umur 56 hari. Data tersebut
menunjukkan bahwa variasi 18% sangat
baik digunakan ditinjau baik dari aspek
ekonomis maupun aspek teknis.
5.2. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya
dengan menggunakan abu sekam padi
sebagai pengganti sebagian semen, kadar
penggantian atau variasi abu sekam
sebaiknya diambil di angka yang
berdekatan dengan 9% seperti 8%,10%,
atau 11%.
2. Untuk penelitian selanjutnya
dengan menggunakan abu sekam padi
sebagai pengganti sebagian semen,
sebaiknya dicari variasi diatas 18% untuk
mengetahui sampai dimana kadar
penggantian yang masih memenuhi kuat
tekan rencana sehingga semakin unggul
aspek ekonomisnya.
3. Proses pemasangan cetakan kubus
hendaknya memperhatikan kerapian dan
kebersihan cetakan kubus karena akan
sangat mempengaruhi rata atau tidaknya
permukaan benda uji sehingga akan
berpengaruh pada nilai kuat tekan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Syarif., 2009. Semen, Jenis &
Aplikasinya. Kawan Pustaka, Jakarta
Mulyono, Tri., 2004. Teknologi Beton. Andi,
Yogyakarta
Nugraha, P dan Antoni., 2007 , Teknologi Beton
(dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja
Tinggi), Andi, Yogyakarta
Suwarno, Dodi., 2009, Pengaruh Penambahan
Abu Sekam Padi pada Campuran Beton
Terhadap Kuat tekan dengan Agregat
Lokal, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman, Samarinda
Tjokrodimuljo, Kardiyono., 2007.
Teknologi Beton. KMTS FT UGM, Yogyakarta.
iv
DAFTAR PENULIS
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2018
Agus Sugianto, Universitas Balikpapan
Andi Marini Indriani, Universitas Balikpapan
Gunaedy Utomo, Universitas Balikpapan
Fachriza Noor Abdi, Universitas Mulawarman Samarinda
Heri Sutanto, Universitas Mulawarman Samarinda
Mardewi Jamal, Universitas Mulawarman Samarinda
M. Jazir Alkas, Universitas Mulawarman Samarinda
Rusfina Widayati, Universitas Mulawarman Samarinda
Ryan Ferdhian Nugraha, Universitas Mulawarman Samarinda
Sulardi, Universitas Tridharma Balikpapan
Tamrin, Universitas Mulawarman Samarinda
v
UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA MITRA BESTARI/REVIEWER
JURNAL TEKNOLOGI SIPIL
Volume 02 Nomor 1 Mei 2018
Herman Parung, Universitas Hasanuddin
Erniati, Universitas Fajar
Tamrin, Universitas Mulawarman
Abdul Haris, Universitas Mulawarman
Ery Budiman, Universitas Mulawarman
vi
Informasi Berlangganan
Apabila Saudara berkeinginan mendapatkan Jurnal Teknologi Sipil secara berkala setiap tahun, yaitu
2 (dua) kali penerbitan, maka :
Jurnal Teknologi Sipil – Unmul terbit 2 (dua) kali dalam setahun (Mei dan November)
Biaya sebesar Rp. 150.000,00 per eksemplar (sudah termasuk biaya pengiriman) dibayar sekaligus per
tahun
Edisi back issue (terbitan lama) tersedia dengan harga Rp. 75.000,00 per eksemplar atau Rp. 300.000,00
per bundle berisi 4 edisi (harga tidak termasuk biaya pengiriman, persediaan terbatas).
Biaya pengiriman per bundel :
Rp. 35.000,00 untuk Kalimantan Timur
Rp. 55.000,00 untuk luar Kalimantan Timur
Mengisi Formulir Berlangganan di bawah ini dengan jelas.
Kirimkan Formulir dan Biaya Berlangganan ke alamat :
Redaksi JURNAL TEKNOLOGI SIPIL – UNMUL
Program Studi Teknik Sipil, Gedung IV Lantai 1 Fakultas Teknik
Jalan Sambaliung No. 9 Kampus Gn. Kelua, Samarinda – 75119, Kalimantan Timur
Telp./Fax : (0541) 736834 / 749315, Website : sipil.ft.unmul.ac.id, email : [email protected]
Pembayaran dapat dilakukan melalui Pos/Biro Pengiriman/Cek dan dianggap sah bila telah diuangkan.
Pembayaran melalui Bank dapat dialamatkan ke :
BNI 46 Cabang Unmul
a.n. Rusfina Widayati
No. Rekening : 0172
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mohon dikirimkan Jurnal Teknologi Sipil sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, untuk selama
……… (………………….) tahun, Sejak Vol………….. No……………. Tahun……..……. Kepada :
Nama : ………………………………………………………………………………………………..
Alamat : ………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………...… Kode Pos : ……………………
Telp/Faks : …………………………………………………………………………………...
Kiriman sebesar :
Rp. …………………………………………… untuk sejumlah ………………. Eksemplar
Rp. …………………………………………… untuk biaya pengiriman
Melalui : Pos/Biro Pengiriman/Bank/Langsung
Form ini dapat di fotokopi