sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i dewan...

72

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

24 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik
Page 2: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

i

Dewan Redaksi :

Penanggung Jawab

Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik Sipil)

Pemimpin Redaksi

Rusfina Widayati, ST, M.Sc.

Wakil Pemimpin Redaksi

Triana Sharly P. Arifin, ST, M.Sc.

Mitra Bestari / Reviewer

Prof. Dr- ing. Ir. Herman Parung, M.Eng (Universitas Hasanuddin)

[email protected]

Dr. Erniati, ST, MT (Universitas Fajar)

[email protected]

Dr. Tamrin, ST, MT (Universitas Mulawarman)

[email protected]

Dr. Abdul Haris, ST, MT (Universitas Mulawarman)

[email protected]

Dr. Ery Budiman, ST, MT (Universitas Mulawarman)

[email protected]

Penyunting

Fachriza Noor Abdi, ST, MT

Budi Haryanto, ST, MT

Koeshadi Sasmito, ST, MT

Administrator

Aspiah, SE

Alamat Redaksi

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mulawarman

Kampus Gunung Kelua, Jalan Sambaliung No. 9 Samarinda 75119

Laman : http://sipil.ft.unmul.ac.id, Email : [email protected]

Telp. (0541) 736834, Fax (0541) 749315

TEKNOLOGI SIPIL Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

ISSN : 2252-7613

Volume 02 Nomor 1

Mei 2018

Page 3: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

ii

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Editorial

Redaksi Jurnal Teknologi Sipil dalam edisi pertama volume 2 ini mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan mendukung kemajuan Jurnal

Teknologi Sipil.

Dan diharapkan seluruh penulis makalah akan tetap setia dan konsisten dalam mempublikasikan

hasil-hasil penelitian terbaru. Selain itu kami berusaha agar lingkup edar Jurnal Teknologi Sipil dapat

semakin meluas yang pada akhirnya juga akan memacu peningkatan kualitas dari Jurnal Teknologi

Sipil.

Akhir kata, redaksi mengucapkan terima kasih atas segala bentuk kontribusi serta kritik dan saran

yang telah diberikan oleh seluruh pendukung setia jurnal ini.

Wassalam

Redaksi

Page 4: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

iii

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Daftar Isi

Sulardi Perbaikan Retak Pada Beton Pondasi Pompa dengan Metode Low Pressure Injection ………………………………………………………………………………………………………………………. 1

Rusfina Widayati Rencana Lansekap Tepian Sungai Mahakam Samarinda Sebrang ……………………………. 8

Heri Sutanto

Perbandingan Hasil Analisis Kapasitas Dukung Pondasi Tiang Tunggal dengan Beberapa Metode Berdasarkan Data CPT dan SPT Terhadap Hasil Pengujian PDA .. 18

M. Jazir Alkas

Model Bangkitan Transportasi Pada Perumahan Korpri Kecamatan Sungai Kunjang Samarinda ……………………………………………………………………………………………………………………. 28

Tamrin

Analisis Biaya Penggunaan Alat Berat Untuk Pekerjaan Pematangan Lahan Pada Lokasi Berbatu Di Kota Samarinda …………………………………………………………………………….. 37

Agus Sugianto, Andi Marini Indriani, Gunaedy Utomo

Pengaruh Pemakaian Wiremesh Sebagai Pengekangan Terhadap Kuat Tekan Beton ……………………………………………………………………………………………………………………………. 46

Andi Marini Indriani, Agus Sugianto, Gunaedy Utomo

Analisis Pengaruh Penambahan Pasir Palu Sebagai Bahan Stabilisasi Mekanis Pada Perilaku Tanah Lempung ……………………………………………………………………………………………. 51

Fachriza Noor Abdi, Mardewi Jamal, Ryan Ferdhian Nugraha Studi Penelitian Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Abu Sekam Padi Sebagai Pengganti Sebagai Semen dengan Bahan Tambah Superplasticizer Menggunakan Agregat Kasar Ex. Palu dan Agregat Halus Ex. Palu …………………………………………………. 58

Page 5: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 1

PERBAIKAN RETAK PADA BETON PONDASI

POMPA DENGAN METODE LOW PRESSURE

INJECTION

Sulardi1)

Teknik Sipil Universias Tridharma Balikpapan

Jalan A.W. Syahrani No.7, Balikpapan 76126

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran cara perbaikan retak pada beton pondasi pompa

dengan metode low pressure injection dengan menggunakan sepesifikasi material resin solvent free epoxy

binder. Metode perbaikan dilakukan dengan menutup permukaan retakan dengan epoxy dan memasang

injection packer port setiap jarak 20 cm dan antar packer port dihubungkan dengan selang. Metode injeksi

dilakukan dengan menginjeksikan material resin solvent free epoxy binder menggunakan mesin low pressure

injection pump (LPI) dengan tekanan 1.0-1.5 kg/cm2. Injeksi dimulai dari packer port paling bawah bergerak

kearah atas dan indikator kebehasilannya bahwa material resin telah mencapai packer port control diatasnya.

Aplikasi metode low pressure injection untuk perbaikan retak beton pondasi menggunakan spesifikasi material

resin solvent free epoxy binder yang telah terbukti berhasil dengan baik di PT. Pertamina RU V ini dapat

direplikasi untuk mengatasi permasalahan sejenis di Pertamina Unit kerja yang lain dan dapat pula direplikasi

untuk mengatasi permasalahan sejenis di luar PT. Pertamina.

Kata kunci: Low pressure injection, resin solvent free epoxy binder.

ABSTRACT

The purpose of this study is to provide an overview of how to repair the cracks in the concrete

foundation of the pump with the method of low pressure injection by using solvent free solvent free solvent

binder resin. The repair method is performed by covering the crack surface with epoxy and installing an

injection packer port every 20 Cm distance and between the port packs connected to the hose. The injection

method is performed by injecting the solvent free epoxy binder resin material using a low pressure injection

pump (LPI) engine with a pressure of 1.0-1.5 kg / cm2. The injection starts from the bottom port of the packer

moving towards the top and indicates that the resin material has reached the controller port pack on it.

Application of low pressure injection method for repair of foundation cracks using solvent free epoxy binder

resin material that has been proven to work well in PT. Pertamiona RU V can be replicated to overcome

similar problems in Pertamina other work units and can also be replicated to overcome similar problems

outside PT. Pertamina.

Keywords: Low pressure injection, solvent free epoxy binder resin.

1. PENDAHULUAN

Salah satu peralatan penting yang wajib

tersedia di unit kilang pengolahan minyak (refinery)

adalah peralatan pompa. Pompa memiliki fungsi

penting untuk transfer bahan baku feed intake

minyak mentah (crude oil), minyak-minyak hasil

olahan distilasi dan transfer utilitas penunjang

operasi kilang berupa air pendingin, air bahan baku

boiler dan bahan-bahan lain penunjang operasi

kilang. Untuk operasinya pompa didukung oleh

penggerak mula (prime mover) berupa mesin listrik,

mesin diesel atau steam turbin yang merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan dari pompanya

sendiri. Karena tanpa prime mover maka pompa

tidak dapat digunakan. Pompa dan prime mover-nya

ditumpu oleh pondasi beton bertulang dengan

spesifikasi mutu beton tinggi, bentuk dan konfigurasi

pemasangan sedemikian rupa sehingga dapat

mendukung beroperasinya pompa tanpa terjadi

resonansi getar pada struktur pondasinya. Resonansi

getar adalah ikut bergetarnya pondasi akibat operasi

pompa yang abnormal dapat merusak komponen

pompa, pondasi pompa dan lingkungan disekitarnya.

Permasalahan yang dihadapi adalah terjadinya

retak-retak pada beton pondasi pompa yang pada saat

terjadi hujan maka air hujan akan merembes kedalam

Page 6: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 2

retakan dan demikian pula paparan debu, agregat

halus dan partikel lain dapat masuk kedalam retak

sehingga retakan akan semakin membesar dan

menurunkan mampu layan beton pondasi terhadap

pompa dan peralatan penunjangnya.

Hasil pemeriksaan visual menunjukan telah

terjadi retak alur (retak garis) yang cukup lebar dan

memungkinkan air hujan dan partikel solid dapat

masuk kedalam celah retakan tersebut. Hasil

pengukuran lebar retak dengan filler gauge

menunjukan bahwa lebar retak yang terjadi adalah

0.5-2 mm dengan arah memanjang arah atas (arah

jam 12) dan arah kebawah (arah jam 6) sebagaimana

ditunjukan pada gamba 1. Bahkan terdapat retakan

dengan bentuk retakan keliling (circumferential)

sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.

Gambar 1. Retak garis arah vertikal keatas dan kebawah

Gambar 2. Retak garis arah circumferential

Dari hasil pemeriksaan lanjut dengan

ultrasonic pulse velocity test (UPVT) juga diketahui

lebar retak adalah pada kisaran 0.45-1.8mm dengan

kedalaman retak 3.0-7.5 Cm. Sementara hasil uji

hammer test menunjukan kuat tekan permukaan

bervariasi pada angka 285-340 Kg/Cm2 yang

mengindikasikan kondisi beton masih cukup baik

hanya saja dilapisan permukaan (selimut beton) telah

mengalami degradasi material (korosif). Hasil

scanning tulangan beton menunjukkan tebal selimut

beton adalah pada kisaran 3.0-4.2 Cm. Dengan hasil

pemeriksaan visual dan pemeriksaan Non destructive

test (NDT) ini dapat disimpulkan bahwa kerusakan

beton pada kondisi sedang karena keretakan telah

melampaui posisi letak tulangan sehingga tulangan

beton sangat besar potensinya untuk terkorosi.

Penelurusan faktor penyebab dengan metode

diagram tulang ikan (fish bone diagram) diketahui

bahwa faktor penyebab kerusakan beton pondasi

pompa adalah faktor alat, yakni terjadi resonansi

getar yang cukup tinggi pada pondasi akibat

unbalance pada pompa. Hasil pemeriksaan vibrasi

pada pompa menunjukan gejala vibrasi arah vertikal

adalah 12,5 micron, virasi arah horizontal adalah

10.5 micron dan vibrasi arah axial adalah 4.5 micron,

sementara vibrasi pada pondasi menunjukan angka

8.5 micron. Hal ini menunjukan bahwa pondasi

mengalami resonansi (turut bergetar) akibat

resonansi getar yang cukup besar yang ditimbulkan

oleh unbalance pada pompa dan telah tergolong

membahayakan peralatan.

Gambar 3. Limiting amplitudes of vibrations

(Richart, 1962

Hasil analisis penyebab masalah dengan

metode 5 why diketahui bahwa akar masalah

permasalahan mengapa pondasi pompa dioperasikan

dalam kondisi sub standard adalah tidak tersedianya

material perbaikan yang cocok dan belum

dimilikinya metode kerja untuk injeksi retakan beton

pondasi dengan resiko harus sering dilakukan over

haul pompa untuk penggantian peralatan komponen

pompa.

Page 7: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 3

erhadap permasalahan tersebut maka fokus

permasalahan dalam mengatasi permasalahan yang

paling dominan yaitu tidak tersedianya spesifikasi

material yang cocok dan sesuai digunakan. Untuk

penyelesaian masalah yang dominan adalah dengan

menyediakan spesifikasi material yang cocok dan

sesuai digunakan untuk injeksi retakan beton dengan

kualitas yang baik dan aman. Selain itu juga fokus

pada apa saja peralatan yang bisa digunakan dan

bagaimana metode kerja injeksi retak tersebut

dilakukan. Berdasarkan pertimbangan diatas maka

spesifikasi material yang dianggap paling cocok

digunakan adalah material jenis Resin solvent free

epoxy binder.

Tindakan perbaikan yang pertama adalah

tindakan preventif dengan melakukan perbaikan pada

sistim mekanikal pompa dan motor penggeraknya

(primeover) yang dilakukan oleh fungsi maintenance

dengan melepas pompa dan prime mover-nya untuk

dilakukan perbaikan dan kalibrasi di workshop.

Bersamaan dengan kegiatan tersebut dilakukan

persiapan perbaikan beton pondasi yang rusak

dengan mapping dan indentifikasi detail seluruh

bagian pondasi pompa.

Tujuan penelitian adalah :

1. Memberikan gambaran spesifikasi material dan

peralatan yang digunakan pada perbaikan retak

beton pondasi pompa

2. Memberikan gambaran metode pelaksanaan

injeksi retak beton pondasi pompa dengan metode

low pressure injection

Target dan sasaran perbaikan :

1. Perbaikan pondasi pompa dengan metode low

pressure injection dapat diselesaikan dengan baik

dan aman

2. Metode kerja low pressure injection dapat

digunakan dengan baik dan aman

3. Pondasi pompa dapat difungsikan kembali

dengan baik dan aman

4. Metode perbaikan retak struktur beton terpasang

dengan metode kerja low pressure injection dapat

direplikasi untuk mengatasi permasalahan sejenis.

2. KAJIAN PUSTAKA

Salah satu tipe kerusakan beton terpasang

adalah kerusakan akibat retak beton. Keretakan beton

secara visual terlihat dipermukaan sebagai bentuk

garis berbentuk lurus atau dengan bentuk tak

beraturan. Secara umum retak pada struktur beton

adalah indikator awal telah terjadinya kerusakan

(degradasi) pada material beton terpasang atau

karena struktur beton terpasang tidak memiliki

kemampuan yang cukup untuk melayani beban

struktur yang ditanggungnya. Indikasi dan

pertumbuhan crack pada struktur dapat digambarkan

sebagai hubungan waktu dan pertumbuhan retak

sebagai berikut.

Gambar 4. Hubungan pertumbuhan retak dan waktu

Secara umum tipe dan bentuk crack (retak)

beton dapat diketahui dengan metode visual

Inspection dengan type dan bentuk retak saja

(cracking), retak dan rompak (cracking and spalling),

cracking and rustaining. Retak (crack) beton

mengakibatkan massa beton tidak solid/tidak

homogen, membentuk gaps antar massa beton,

mampu layan struktur beton rendah.

Jenis Retak Beton:

1. Structural Cracking/ Retak Struktural

Retak struktural terjadi akibat tegangan yang

berlebihan dan terkait dengan pembebanan

struktur. Retakan struktural dan kecenderungan

tumbuh dan berkembang akibat pembebanan

secara kontinyu dan rangkak (creep) pada

material beton. Kasus yang sering terjadi adalah

(1) Patern of torsion crack a beam (2) Punching

shear cracks on top surface of slab (3) Shear

crack and flexural crack in a beam.

2. Retak Susut Plastis / Retak beton plastis

Retak susut plastis terjadi ketika kelembaban

dipermukaan beton segar (wet ready mix)

menguap lebih cepat daripada tingkat air yang

ada dipermukaan beton. Penyebab retak adalah

akibat kehilangan kelembaban yang tinggi

dipermukaan beton akibat kombinasi beberapa

faktor (1) udara dalam beton (2) kelembaban

beton rendah (3) tingginya kecepatan angin

dipermukaan (panas dan penurunan humdity

udara).

3. Retak Settlement / Retak beton plastis

Retak settlement terjadi karena secara alamiah

material beton memiliki kecenderungan terus

memadat setelah beton segar dituang, digetarkan

dan selama proces finishing. Penyebab retak

settlement adalah selama penahanan secara lokal

akan terbentuk rongga dan retakan atau

kombinasi antara keduanya. Retakan ini memiliki

kecenderungan meningkat menyesuaikan diri

dengan dimensi tulangan beton, nilai slump yang

tinggi dan dimensi selimut beton yang tipis.

4. Retak Susut Kering / Retak beton keras

Retak susut terjadi pada beton yang telah

mengering. Tipe retak yang sering terjadi adalah

retak buaya/surface crazing/aligator patern.

Penyebab retak susut adalah retak susut kering

Page 8: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 4

terjadi (1) akibat kelembaban dari pasta dengan

penyusutan 1% (2) akibat partikel dengan susut

0.06% (3) kandungan air dipermukaan tinggi (4)

penempatan tulangan dan semen tidak sesuai (5)

tidak ada constraction joint.

5. Retak Akibat Suhu

Retak akibat suhu terjadi pada saat beton

mengalami perbedaan panas hidrasi dengan

kecepatan yang berbeda atau adanya perbedaan

suhu dilokasi pembetonan. Penyebab retak suhu

adalah perbedaan suhu mengakibatkan (1)

perubahan volume beton yang berbeda (2) tarik

menarik akibat perbedaan volume yang

melampaui nilai ambang batas (3) penuruan

temperatur secara mendadak.

Tabel 1. Cracks in concrete structure

Spesifikasi material yang dipergunakan dalam

perbaikan beton pondasi pompa adalah resin solvent

free epoxy binder dan structural adhesive adalah

pelekat epoxy bebas pelarut dan perekat struktural

dengan kinerja tinggi menggunakan bahan dasar

pengikat epoxy serbaguna yang dapat digunakan

untuk berbagai mortar berbasis epoxy resin. Material

ini dapat diaplikasikan pada permukaan kering dan

basah dan mematuhi sebagian besar substrat setelah

persiapan yang tepat.

Keuntungan penggunaan material ini adalah

(1) memiliki daya rekat yang sangat baik (2) dapat

digunakan dipermukaan yang lembab maupun basah

(3) tidak menggunakan pelarut solven (4) kemasan

proporsional dan mudah dibawa dengan hand carry

(5) binder multi manfaat (6) viskositas rendah (7)

ketahanan terhadap abrasi tinggi (8) ketahanan

terhadap bahan kimia tinggi (9) tidak menyusut (10)

telah terstandar pada AS / NZS 4020: 2002 untuk

kontak dengan air minum (11) dapat mengalir

kedalam celah retak yang sangat kecil (12) sangat

keras dan ikatannya sangat kuat (13) tahan bentur

dan gesekan (14) aplikasinya mudah dan tidak

memerlukan tenaga kerja berkeahlian khusus.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Pendekatan Masalah

Metode penelitian yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode penelitian terpakai

dengan metode pendekatan studi kasus dan

merupakan succes story dalam mengatasi masalah

kerusakan pondasi sea cooling water supply di area

Kilang Balikpapan I yang telah terjadi 2 tahun

terakhir. Perbaikan terhadap pondasi pompa ini

sangat diharapkan dan dinantikan keberhasilannya

dalam rangka menyediakan struktur pondasi pompa

yang handal tanpa terjadi keretakan dan kerusakan

lainnya.

3.2. Metode Low Pressure Injection

Metode low pressure injection adalah salah

satu perbaikan yang menggunakan spesifikasi

material berbahan dasar resin (solvent free epoxy

binder) dan meninjeksikan kedalam retakan dengan

alat injeksi pompa injeksi dengan tekanan rendah

(low pressure injection). Injeksi dilakukan dengan

metode low pressure injection dengan tekanan 1.0-

1,50 kg/cm2 bertujuan agar material resin solvent

free epoxy binder dapat masuk kedalam celah retakan

secara alami tanpa terjadi jebakan udara (kavitasi).

Base practice pengalaman di site menunjukan jika

injeksi dilakukan dengan tekanan > 1.5 Kg/cm2

justru akan mengakibatkan adanya jebakan-jebakan

udara didalam retakan yang mengakibatkan injeksi

retak menjadi tidak sempurna.

Bahan Penelitian :

a. Solvent free epoxy binder and structural adhesive

b. Binder adhesive

c. Bahan lain sesuai kebutuhan di site.

Tabel 2. Performance data Solvent free binder

and structural adhessive

Peralatan digunakan :

a. Mesin Low pressure injection (LPI)

a. Packer set

b. Air compressor

c. Alat Keselamatan Kerja

d. Alat pelindung diri

e. Alat bantu lainnya.

Page 9: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 5

Gambar 5. Low pressure injection pump (LPI)

3.3. Metode pelaksanaan perbaikan

1. Pekerjaan Marking Area

a. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mengetahui

luasan dan volume retakan concrete yang

akan dikerjakan, sehingga mempermudah

perhitungan volume material digunakan

b. Permukaan retakan yang akan diperbaiki/

diinjeksi dibersihkan dengan power tools atau

sikat kawat

c. Pastikan bahwa tidak ada kotoran debu dan

cairan kimia yang masih melekat pada

permukaan concrete yang akan diperbaiki

d. Yakinkan bahwa celah/ retakan yang akan

diperbaiki terlihat dengan jelas.

2. Pekerjaan pemasangan Packer unit

a. Packer unit adalah alat yang berfungsi

sebagai penghantar aliran material injeksi,

terbuat dari sejenis plastik liat dan tahan

tekanan tinggi

b. Pastikan bahwa packer dipasang pada goresan

retakan setiap jarak 20 cm dan harus pada

posisi tegak lurus terhadap retakan

c. Pastikan bahwa packer telah dipasang dengan

bantuan perekat atau jenis perekat lain yang

dioleskan merata pada bagian kaki packer

d. Pastikan dan yakinkan bahwa retakan antara

packer yang satu dengan yang lain telah

diplug (ditutup) dengan material penutup

sampai padat sehingga material injeksi tidak

bocor/tidak terbuang

e. Pastikan bahwa packer-packer telah

dihubungkan dengan selang-selang

penghubung (connected tubing) sehingga

membentuk rangkaian yang tidak lebih dari

10 titik packer.

Gambar 6. Pemasangan packer port set

3. Pelaksanaan Injeksi Retakan

a. Periksa kesiapan material injeksi dan

peralatan LPI yang akan digunakan

b. Periksa aduk (mixing) komponen epoxy

resin dengan mixer sehingga benar-benar

homogen

c. Periksa dan yakinkan internal tabung LPI

dalam kondisi bersih sebelum adukan

material injeksi dimasukan kedalam tabung

Low Pressure Injection (LPI)

d. Periksa dan yakinkan bahwa tekanan air

pressure (dari air compressor) yang

dihubungkan dengan tubing ke tabung LPI

telah siap untuk dilakukan injeksi kedalam

retakan beton

e. Proses injeksi berakhir/ selesai jika material

tidak mengalir lagi dari LPI melalui selang-

selang penghantar

f. Material injeksi didiamkan selama minimal

12 jam untuk memastikan material telah

kering benar dan meyatu dengan baik

dengan material beton eksisting

g. Setelah pekerjaan injeksi selesai, selang

konektor tubing dilepas, packer set dipotong

dan bekas-bekasnya dibersihkan dengan

gerinda beton sehingga permukaan rata.

Gambar 7. Injeksi retak dengan LPI

Page 10: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 6

4. Indikator dan Ukuran Keberhasilan

a. Instalasi packer port terpasang dengan baik

dan benar

b. Pekerjaan injeksi retakan dapat dilaksanakan

dengan baik dan aman

c. Beton yang retak telah menyatu dengan baik

dan tidak ada indikasi retak

d. Mentaati peraturan keselamatan kerja dan

tidak terjadi kecelakaan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesifikasi material yang dipergunakan dalam

perbaikan beton pondasi pompa adalah resin solvent

free epoxy binder difungsikan sebagai bahan pelekat

epoxy bebas pelarut, bersifat struktural dengan

kinerja tinggi menggunakan bahan dasar pengikat

epoksi serbaguna yang dapat digunakan untuk

berbagai mortar berbasis epoxy resin. Material ini

dapat diaplikasikan untuk perbaikan material

berbahan beton maupun yang berbahan dasar baja.

Material ini resin solvent free epoxy binder

memiliki daya rekat yang kuat, dapat digunakan

untuk material beton maupun baja, tidak memerlukan

bahan pelarut solven, viskositasnya rendah, memiliki

sifat tahanan terhadap abrasi, ketahanan terhadap

bahan kimia tinggi baik, tidak menyusut, telah

memiliki standar AS / NZS 4020: 2002 untuk kontak

dengan air minum, dapat mengalir kedalam celah

retak yang sangat kecil dan aplikasinya mudah dan

tidak memerlukan tenaga kerja khusus.

Pekerjaan perbaikan injeksi retak pada

pondasi pompa di Kilang Balikpapan I telah

diselesaikan tepat waktu sesuai jadwal kontrak kerja,

bahkan lebih cepat (ahead) 7 hari dari jadwal waktu

yang tersedia. Keberhasilan ini tidak lepas dari

keberhasilan dalam persiapan material, peralatan

kerja dan peralatan bantu kerja, tenaga kerja yang

telah berpengalaman melakukan pekerjaan sejenis.

Demikian pula halnya metode kerja injeksi retak

dengan alat low pressure injection pump dapat

diaplikasikan dengan baik, lancar dan aman tanpa

terjadi gangguan pada pengoperasian alat. Dengan

hal ini terbukti bahwa metode injeksi retak beton

pondasi dengan metode low pressure injection

berhasil dengan baik.

Selesai dilakukan perbaikan terhadap beton

pondasi maka langkah selanjutnya adalah

pemasangan pompa dan prime mover-nya. Setelah

pompa dan prime mover terpasang dilakukan setting

alignment (pelurusan shaft) dan penyambungan

coupling (penghubung) pompa dengan prime mover-

nya. Sebelum dilakukan interkoneksi shaft coupling

terlabih dahulu dilakukan test run motor listrik prime

mover selama 2x24 Jam untuk mengetahui kondisi

readiness motor driver. Setelah selesai dilakukan test

run dilakukan penyambungan dan setting alignment

dilakukan test run pompa selama 7 x 24 jam dan

terbukti tidak ada indikasi imbalance pada motor

deriver dan pompa. Hasil uji vibrasi arah vertikal

yang sebelumnya 12,5 micron turun menjadi 1.3

micron, virasi arah horizontal yang sebelumnya 10.5

micron turun menjadi 2,5 micron dan vibrasi arah

axial yang sebelumnya 4.5 micron turun menjadi 2,2

micron, sementara vibrasi pada pondasi yang

sebelum perbaikan menunjukan angka 8.5 micron

turun menjadi 2,2 micron. Hal ini menunjukan bahwa

struktur beton pondasi tidak mengalami resonansi

(tidak turut bergetar) karena resonansi getar yang

ditimbulkan oleh operasi motor driver dan pompa

sangat kecil dan dalam batas aman.

Hasil perbaikan yang lain adalah metode kerja

low pressure injection ini telah direplikasi untuk

melakukan pekerjaan perbaikan retak beton pondasi

di area kilang Balikpapan dan unit kilang yang lain di

Indonesia. Sebagai jaminan anti salah dan

keberlanjutan penggunaan metode kerja ini telah

disusun pedoman kerja injeksi retak beton dengan

metode low pressure injection dan telah terdaftar

sebagai tata kerja baku di PT. Pertamina RU V

Balikpapan dengan Nomor pendaftaran: C-

21/E15143/2011-SO Rev.0. Dengan telah adanya

pedoman kerja baku ini maka metode kerja yang

telah dapat diunduh melalui portal intranet PT.

Pertamina ini dapat direplikasi untuk mengatasi

permasalahan sejenis di seluruh lingkungan area

kerja pertamina. Dari pelaksanaan pekerjaan

perbaikan injeksi retak beton dengan metode low

pressure injection kontraktor pelaksana pekerjaan

telah memiliki andil memperkerjakan 14 pekerja

selama 12 hari dengan baik dan aman tanpa terjadi

kecelakaan dengan menyumbangkan. 1.344 Jam

kerja aman tanpa kecelakaan (zero incident). Target

penyelesaian masalah dan sasaran perbaikan tercapai.

100%, bahkan mengalami ahead selama 7 hari kerja.

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian permasalahan, metode penelitian

dan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Metode low pressure injection (LPI) dengan

spesifikasi material material solvent free epoxy

binder dan structural adhesive telah terbukti

cocok dan sesuai digunakan untuk perbaikan

beton pondasi pompa di Kilang Balikpapan I

2. Metode injeksi retak dengan metode low pressure

injection (LPI) dilakukan dengan memasang

injection port dengan jarak 20 cm, memasang

selang konektor injection port, menutup

permukaan retak dan melakukan injeksi material

solvent free epoxy binder dengan pompa LPI

pada tekanan 1.0-1,5 Kg/Cm2

Page 11: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Sulardi Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 7

5.2. Saran-saran

1. Metode low pressure injection (LPI) dengan

spesifikasi material material solvent free epoxy

binder dan structural adhesive yang telah terbukti

berhasil dengan baik diaplikasikan untuk

perbaikan beton pondasi pompa di Kilang

Balikpapan I dapat direplikasi untuk mengatasi

permasalahan sejenis di kilang Balikpapan II dan

Unit kilang Pertamina lainnya

2. Metode injeksi retak dengan metode low pressure

injection (LPI) dengan spesifikasi material resin

solvent free epoxy binder and structural adhesive

masih dapat dikembangkan dan disempurnakan

menggunakan spesifikasi material yang lain

dengan variasi tekanan yang berbeda.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan telah selesainya penelitian ini Penulis

mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada

Bapak Rahendrafedy selaku Stationary Inspection

Engineer Section Head PT. Pertamina RU V

Balikpapan, Bapak Agung Wahyono, dari PT. Mitra

Lindung Sarana Samarinda dan Bapak Yudi Yunarko

dari PT. BASF Indonesia yang telah banyak

memberikan dukungannya dalam proses penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

BASF, 2016, Product Guide, PT. BASF Chemical

Construction, Jakarta

Masyhur Irsyam, 2000, Pondasi Dinamis,

Departemen Teknik Sipil ITB, Bandung

Richart F.E, J.R and Wood, R.D, 1970, Vibration of

Soil and Foundation, Prentice Hall, 1970

Shamsher Prkash and V.J Puri, Foundations for

MachinesAnalysis and Design, Willey Interscience,

1988

Sika, 2013, Sika Injection Pump Technical Data

Sheet, PT. Sika Indonesia

TKI No. C-021/E15143/2011-So Rev.0, 2011,

Prosedur Pemeriksaan dan Pelaksanaan Pekerjaan

Injeksi Retak Beton, PT. Pertamina RU V,

Balikpapan

Page 12: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 8

RENCANA LANSEKAP TEPIAN SUNGAI MAHAKAM

SAMARINDA SEBRANG

Rusfina Widayati1)

Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda,

Jl. Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119

email: [email protected]

ABSTRAK

Sungai Mahakam terletak di kota Samarinda di Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai ini banyak terdapat

pemukiman dan daerah pertanian sehingga selama ini senantiasa mengalami banjir terutama disaat-saat musim

hujan terlebih jika bersamaan dengan pasang surut sungai. Pembangunan saat ini terkait menjaga stabilitas

lingkungan sehingga aspek penghijauan (lansekap) menjadi penting terkait dengan pelaksanaan pembangunan

turap di Tepian Sungai Mahakam Samarinda Sebrang. Selain itu dengan meningkatkan kualitas kawasan Tepian

sungai Mahakam dengan merencanakan lansekapnya, maka nilai-nilai kawasan sepanjang tepian sungai juga

semakin meningkat. Lebih jauh nilai kualitas hidup masyarkat yang tinggal di sekitar kawasan tepian sungai

Mahakam akan semakin meningkat. Hasil perencanaan terdiri dari beberapa segmen dengan panjang turap

perencanaan ± 6 km dengan luas total kawasan perencanaan 74.358 km2. Perencanaan ini tidak hanya meliputi

softscape juga hardscape (perabot taman dan fasilitas umum).

Kata kunci: Tepian sungai Mahakam, daerah aliran sungai, lansekap, kawasan

ABSTRACT

The Mahakam River is located in Samarinda which agrculture and inhabite by people and are in

Mahakam. All this years, the Mahakam basin experienced flooding espesially during rainy season, more over

with the occuring of river tides. Nowadays, city development concerned about environment enhancement this

lanscape to be one of the crusial aspect. Consequantly by increasing the quality of the green region within the

Mahakam river banks also increase the river banks region value which in the could lead the cruisher quality of

live the people who live in this region. The Planning consists of several segmen which approximatily ± 6 km

with total planning area 74.358 km2. The planning consist of softscape and hardscape (park furniture and public

facilities).

Keywords: Mahakam river banks, watershed, landscape, regions

1. PENDAHULUAN

Sungai Mahakam terletak di kota Samarinda

dan dipengaruhi oleh pasang surut. Di Daerah

Aliran Sungai (DAS) sungai ini banyak terdapat

pemukiman dan daerah pertanian sehingga selama

ini senantiasa mengalami banjir terutama disaat-

saat musim hujan terlebih jika bersamaan dengan

pasang surut air laut.

Daerah Sungai Mahakam Sebrang yang

merupakan dataran rendah dengan kemiringan

dasar sungai relatif kecil sehingga menyebabkan

kecepatan aliran sungai tersebut lambat.

Permasalahan yang ada pada Sungai

Mahakam adalah pada musim hujan dengan

intensitas curah hujan cukup besar yang terjadi

setiap tahunnya akan menimbulkan luapan air yang

menggenangi daerah-daerah hilir dan sekitarnya.

Adapun luapan air sungai Mahakam tersebut

mengakibatkan tergenangnya jalan raya, rumah

penduduk, perkebunan, pertanian dan sarana

lainnya serta kerugian harta benda masyarakat.

Berkaitan dengan permasalahan dan

paradidgma pembangunan saat ini yang sangat

menjaga stabilitas lingkungan sehingga aspek

penghijauan (lansekap) menjadi penting dalam

kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan turap

di Tepian Sungai Mahakam Samarinda Sebrang.

Selain itu meningkatkan kualitas area hijau dalam

lingkungan tepian sungai Mahakam.

Page 13: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 9

2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PERENCANAAN

Kotamadya Samarinda terletak pada posisi

antara 0o

19’ 02” – 0o

42’ 31” Lintang Utara dan

117o

03’ 00” – 117o

18’ 14” Bujur Timur. Daerah

seluas 718 Km2 dan berpenduduk 726.223 jiwa ini

berbatasan dengan kabupaten Kutai Kartanegara

disebelah utara, selatan, barat, dan timur.

Kotamadya Samarinda dibagi menjadi 10 (sepuluh)

wilayah kecamatan dan 53 (lima puluh tiga)

kelurahan. Sebagaian besar wilayah Samarinda

berupa dataran rendah dan berbukit, dengan

ketinggian 10~200 meter di atas permukaan air laut.

Dengan cuaca rata-rata panas dengan kelembaban

sekitar 50-85% dan curah hujan rata-rata 2039

milimeter per tahun.

3. METODE PERENCANAAN

Proses perencanaan meliputi Studi terhadapa obyek

perencanaan, analisi Tapak dan studi literature

mengenai penataan tepian sungai dan aspek

softscape dan hardscapenya.

Studi Terhadap Obyek Perencanaan:

Kotamadya Samarinda berada pada DAS

sungai Mahakam dengan seluas 74.358 Km2.

Dengan batasan wilayah studi, yaitu di kota

Samarinda Sebrang, yang terletak di sebelah kanan

dari Sungai Mahakam, dengan titik awal

pengukuran pada Jembatan Mahakam I sampai

dengan Jembatan Mahakam II, dengan jarak ± 6

Km.

Gambar 1. Lokasi Sungai Mahakam

Lingkup Tugas

a. Lokasi Penataan Kawasan Tepian Sungai

Mahakam Samarinda Sebrang adalah meliputi

area tepian sungai mahakam yang terletak di

sebelah selatan kota Samarinda. Sepanjanga 6

Km pada tepian Sungai Mahakam Samarinda

Sebrang.

b. Perencanaan lansekap DIRENCANAKAN

fungsional dan efisien dalam pemanfaatan,

pengelolaan dan pemeliharaannya.

c. Rancangan mencakup aspek fungsional;

estetika; serta tidak mengganggu bangunan

sekitarnya.

Lingkup Teknis

a. Penataan Tepian Sungai Mahakam Samarinda

Sebrang berupa gambar perencanaan softcapes,

hardscapes dan dilengkapi dengan bangunan-

bangunan fasilitas pendukung.

b. Perencanaan jenis tanaman sebagai buffer area.

c. Perencanaan jenis tanaman sebagai tanaman

estetik dan tanaman penutup permukaan tanah.

Analisis Tapak secara umum terdiri dari dua

hal yaitu :

i. Analisis Lingkungan sekitar Tapak

meliputi :

a) Analisis lingkungan sekitar tapak

b) Analisis Analisis Eksisting sarana

dan pra sarana

c) Analsi Pemanfaatan ruang

d) analisis Vegetasi

e) Identifikasi permasalahan

ii. Analisis di dalam Tapak meliputi :

a) Analisis Zoning

b) Analisis Orientasi Lingkungan

c) Analisis Tata Guna Lahan

d) Analisis Topografi

e) Analisis Polas irkulasi Kendaraan

f) Analisis Sirkulasi Pajalan Kaki

g) Analisis Penerangan Ruang Luar

h) Analisis Bangunan Khusus

Analisis Bangunan meliputi :

a) Analsiis Pelaku

b) Analisis kebutuhan Ruang dan fasilitas

c) Analisi material dan finishing

Setelah proses analisis kemudian disintesis untuk

emndapatkan konsep perencanaan baik konsep

secara makro maupun konsep secara mikro yang

dapat diterapkan pada tarea tepian sungai Mahakam

ini.

Page 14: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 8

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Lingkungan Sekitar Tapak

a. Lokasi

Secara makro, lokasi perencanaan terletak di Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kotamadya

Samarinda. Letak lokasi dapat dilihat pada gambar 2, sebagai berikut:

Gambar 2. Sungai Mahakam, Kota Samarinda

Dengan batasan wilayah studi, yaitu di Kota

Samarinda Sebrang, yang terletak di sebelah kanan

dari Sungai Mahakam, dengan titik awal

pengukuran pada Jembatan Mahakam I sampai

dengan Jembatan Mahakam II, dengan jarak ± 6

Km.

1. Situasi Tapak

Area yang direncanakan ini berbatasan dengan:

Utara : Sungai Mahakam

Selatan : Jalan Sebagai Pembatas

2. Jalan di Sekitar Lokasi

Jalan utama di sekitar lokasi baik (finishing

dengan aspal hotmix). Hanya saja pada titik

tertentu jalan H. Jamhar sebagian jalan berupa

jembatan dengan lebar ± 1 mtr dengan bahan

papan ulin dan jalan aspal kembali dari jalan

Padaelo sampai dengan jalan Mangkupalas.

Jenis Peranan jalan yang membatasi wilayah

perencanaan:

a. Jl. Bung Tomo merupakan jalan arteri

skunder

b. Jl. H. Jamhar saat ini merupakan jenis jalan

kolektor sekunder, yang nantinya akan

diperlebar menjadi 2 jalur tanpa median.

c. Jl. Padaelo saat ini merupakan jenis jalan

kolektor sekunder, yang nantinya akan

diperlebar menjadi 2 jalur tanpa median

d. Jl. P. Bendahara, merupakan jalan kolektor

Primer.

3. Keadaan Lingkungan Sekitar

Lingkungan sekitar lokasi adalah permukiman

penduduk cenderung mengelompok berpola

linear sepanjang tepian sungai dan sepanjang

koridor jalan Bung Tomo dan Jalan P.

Page 15: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 8

Bendahara pola penggunaan lahan didominasi

oleh sektor perdagangan dan jasa.

4. I k l i m

Secara umum iklim setempat adalah iklim

tropis. Secara lebih spesifik, kota Samarinda

memiliki karakteristik curah hujan yang tinggi

dan sinar matahari yang cukup menyengat di

musim kemarau. Curah hujan rata-rata sekitar

2039 mm/tahun dengan kelembaBan tinggi

5. Pencapaian

Jalan masuk utama menuju ke Blok I Jebatan

Mahakam dari arah selatan, yaitu kota

Samarinda dan dari arah barat, yaitu Jembatan

Mahakam II.

b. Eksisting Sarana dan Prasarana

Pada tapak perencanaan saat ini masih di

dominasi permukiman penduduk, sehingga wajar

jika papan informasi maupun rambu-rambu jalan

kurang mencukupi nantinya setelah perubahan

fungsi dari permukiman menjadi jalur hijau, maka

papan informasi, rambu-rambu jalan dan prasaranan

lingkungan seperti area bermain, area berolahraga,

dan reakreasi akan direncanakan pada tapak.

c. Eksisting Pemanfaatan Ruang

i. Permukiman

Permukiman yang terdapat pada wilayah

perencanaan merupakan permukiman

kampung yang berkembang secara alamiah

dengan pola linear sepanjang tepian

sungai.

ii. Perdagangan dan jasa

Kegiatan Perdagangan dan jasa yang

terdapat pada wilayah perencanaan masih

bersifat skala kecil dan menengah Didalam

wilayah perencanaan perdagangan dan jasa

berkembang dalam bentuk eceran, sedang

di ruas jalan yang lebih lebar sudah berupa

ruko. Pemenuhan kebutuhan dan jasa

penduduk setempat cenderung ke kota

Samarinda.

iii. Fasilitas Umum

Penggunaan Lahan untu fasilitas umum

dibagi atas beberapa kegiatan yaitu

peribadatan dan fasilitas terminal cest, bis

dan pasar.

d. Eksisting Vegetasi Setempat

Di sepanjang tepian jalan pembatas pada

umumnya ditanami jenis pohon buah-buahan secara

swadaya oleh penduduk (di halaman rumah) seperti

Mangga, Jambu Air, Nangka, dan Pohon Kelapa

pada tepian sungai Sedang di sisi jalan ditanami

oleh pemerintah jenis Angsana (ptherocarpus

indicus) atau pohon Tunjung (mimusops elengi).

Page 16: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 11

e. Identifikasi Permasalahan

Tabel 1. Identifikasi Permasalahan Tepian Sungai Mahakam Samarinda Sebrang.

NO LOKASI FOTO KONDISI PERMASALAHAN ALTERNATIF

PENANGANAN

1.

Zona I (Jembatan

Mahakam I -

Pertemuan jalan

dengan

S.Mahakam)

i. Penduduk padat dan berada di

bantaran sungai.

ii. Belum ada penataan

pemukiman.

iii. Tebing mengalami gerusan.

iv. Ketika air pasang, air masuk

area pemukiman.

v. Banyak perahu yang sandar.

i. Pasangan Batu Kali,

Revetmen kerangka

beton, Turap beton.

ii. Penataan pemukiman.

iii. Penataan tempat sandar

perahu.

iv. Mengembalikan fungsi

lahan.

2.

Zona II

(Pertemuan jalan

dengan

S.Mahakam –

Jalan papan

Kel.S. Keledang)

i. Pemukiman berada di

bantaran sungai.

ii. Air pasang maksimum

melewati jalan existing dan

masuk pemukiman.

iii. Jalan existing tergerus.

iv. Outlet gorong-gorong

tersumbat dengan sampah.

v. Banyak perahu milik warga

yang sandar.

i. Penataan pemukiman.

ii. Turap beton.

iii. Penataan tempat sandar

perahu.

iv. Mengembalikan fungsi

lahan.

3.

Zona III

(Jalan Papan Kel.

S. Keledang –

perbatasan

S.Keledang

dengan

Kel.Baka)

i. Pemukiman berada di

bantaran sungai.

ii. Jalan existing putus,

disambung dengan jalan

papan.

iii. Jalan papan putus, dialihkan

ke gang dengan lebar ±1m.

iv. Jembatan jalan existing pada

jalan papan rusak.

i. Penataan pemukiman.

ii. Turap beton.

iii. Mengembalikan jalan

yang ada.

iv. Pembuatan jembatan.

4.

Zona IV

(Perbatasan

S.Keledang

dengan

Kel.Baka- Jalan

darat Kel Baka)

i. Adanya aktifitas bongkar

muat barang milik perusahaan

melalui jalur sungai, sehingga

jalan existing putus.

ii. Jalan existing tergerus dan

hilang diganti dengan jalan

papan.

iii. Pemukiman berada di

bantaran sungai.

i. Mengembalikan jalan

yang ada.

ii. Turap beton.

iii. Penataan pemukiman.

5.

Zona V

(Jalan darat Kel

Baka – pertigaan

terminal)

i. Pemukiman berada di

bantaran sungai.

ii. Tebing jalan yang

iii. mulai tergerus.

i. Penataan pemukiman.

6.

Zona VI

(pertigaan

terminal-Sungai

perbatasan

Kel.Baka dengan

Kel. Masjid)

i. Pemukiman padat berada di

bantaran sungai.

ii. Tebing jalan yang langsung

kontak dengan air pasang.

i. Penataan pemukiman.

ii. Turap Beton, batu kali,

Revetmen kerangka

beton.

7.

Zona VII

(Sungai

perbatasan

Kel.Baka dengan

Kel. Masjid -

Masjid Cagar

budaya di

kelurahan

masjid)

i. Pemukiman padat berada di

bantaran sungai.

ii. Tebing jalan yang langsung

kontak dengan air pasang.

i. Penataan pemukiman.

ii. Turap Beton, batu kali,

Revetmen kerangka

beton.

Page 17: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 12

NO LOKASI FOTO KONDISI PERMASALAHAN ALTERNATIF

PENANGANAN

8.

Zona VII

(Masjid cagar

budaya-Jalan

papan di

kelurahan

masjid)

i. Pemukiman padat berada di

bantaran sungai.

ii. Tebing jalan yang langsung

kontak dengan air pasang.

i. Penataan pemukiman.

ii. Turap Beton.

9.

Zona VIII

(Jalan papan di

kel.masjid –

Pelabuhan

mangku palas)

i. Pemukiman padat berada di

bantaran sungai.

ii. Jalan berupa, jalan papan.

iii. Ketika air pasang masuk ke

area pemukiman.

i. Penataan Pemukiman.

ii. Turap Beton.

10.

Zona IX

(Pelabuhan

mangku palas –

Jembatan

Mahakam II)

i. Merupakan kawasan industri

ii. Terdapat Dok-dok kapal.

i. Pasangan Batu Kali,

Revetmen kerangka

beton, Turap beton.

ii. Penataan tempat

kawasan.

4.2. Analisis Tapak

a. Analisis Zoning

Penzoningan dibuat berdasarkan:

1. Identifikasi permasalahan yang terdapat pada

tapak.

2. Batasan fisik Tapak, yaitu tipe jalan pembatas

dan titik sungai.

3. Bangunan khas yang ada pada Tapak, antara

lain :

1. Mesjid Cagar Budaya pada jalan P.

Bendahara

2. Mesjid Al-Washilah yang tepat berada

pada jalur hijau.

3. Bangunan Intake PDAM

4. Khusus untuk Blok Jembatan,

direncanakan untuk zoning yang menjadi

landmark kawasan

Dari pertimbangan 3 (tiga) hal diatas maka

konsep zoning pada penataan Tepian Sungai

Mahakam Samarinda Sebrang di bagi menjadi

4(empat) katagori zoning, secara umum:

1. Zoning Skala Kawasan: Blok Jembatan

Mahakam

2. Zoning Koridor Jalan – Tepian Sungai: Blok

a. Blok Perencanaan I : Jl. H. Jamhar (jalan

Kolektor Sekunder)

b. Blok Perencanaan II : Jl. H. Jamhar (jalan

Kolektor Sekunder)

c. Blok Perencanaan III : Jl. Padaelo (jalan

Kolektor Sekunder)

d. Blok Perencanaan IV : Jl. P. bendahara

(jalan Kolektor Primer)

e. Blok Perencanaan V : Jl. P. bendahara

(jalan Kolektor Primer)

f. Blok Perencanaan VI Ters. Jl. Mangkuliat

(jalan Kolektor Primer)

g. Blok Jembatan : (Jl. Arteri sekunder)

3. Zoning Persimpangan Jalan: 4 (empat) titik.

a. Blok Perencanaan Simp. 3, Bung Tomo –

H. Jamhar :

b. Blok Perencanaan Simp. 3, H. Jamhar –

Datu Iba :

c. Blok Perencanaan Simp. 3, H. Jamhar –

Gg. PU

d. Blok Perencanaan Simp. 3, Padaelo –

Bung Tomo

e. Blok Perencanaan Simp. 3, Mangkupalas –

P. Bendahara

4. Zoning Bangunan Khusus: 4 (empat) titik.

a. Blok Perencanaan Mesjid Cagar Budaya

(jalan Kolektor Primer)

b. Blok Perencanaan Mesjid Al - Washilah

(jalan Kolektor Primer)

c. Blok Perencanaan Intake PDAM (jalan

Kolektor Sekunder)

d. Blok Perencanaan Terminal Cest (jalan

Kolektor Primer)

b. Analisios Orientasi Lingkungan

Orientasi view pada tapak diarahkan ke arah

sungai, hal ini bertujuan menjadikan Sungai

Mahakam sebagai landmark kawasan sekaligus

kota Samarinda. Sehingga Jalur Pebdistribusian

yang terdapat pada sisi turap secara linear

sepanjang sisi tepian sungai Mahakam.

Sebaliknya dari arah sungai Mahakam,

pengunjung dapat menikmati lansekap Tepian dan

menggunakan cest (perahu bermotor) yang juga

difasilitasi dengan adanya pelabuhan dan Halte

cest.

Page 18: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 14

c. Analisis Tata Guna Lahan

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Samarinda yang tertuang dalam Buku

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Samarinda 2005 – 2015, Bappeda Propinsi

Kalimantan Timur, tahun 2005, bahwa kawasan

Tepian Mahakam merupakan ruang terbuka sebagai

paru-paru Kota Samarinda.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka

pengembangan Kawsan Tepian Mahakam

khususnya Samarinda Sebrang, diantaranya adalah:

1. Menjadikan Kawasan Tepian Mahakam sebagai

jalur hijau dan paru-paru Kota.

2. Melakukan penataan Kawasan Tepian

Mahakam.

3. Menjadikan Kawasan Tepian Mahakam sebagai

area bermain dan rekreasi.

4. Menjadikan sanitasi lingkungan (pembuangan

sampah, drainase, dll)

5. Melengkapi fasilitas untuk menambah

kenyamanan, seperti gazebo, ruang parkir

taman, pohon peneduh, dll.

6. Melengkapi track bagi pejalan kaki.

d. Analisis Topografi

Topografi pada tapak yang direncanakan

cenderung datar di beberapa tempat, direncanakan

diurug setelah pelaksanaan penurapan. Khusus

untuk blok Jembatan konsep perencanaan lansekap,

menuntut adanya perubahaan garis kontur

walaupun tidak signifikan perubahan garis kontur

dapat dilihat pada gambar berikut:

e. Analisi Pola Sirkulasi Kendaraan

Pola sirkulasi kendaraan yang ada saat ini

terdiri dari beberapa pola yaitu:

1. Berpola linear, terdapat pada jalan Bung Tomo

sampai dengan jalan H. Jamhar.

2. Cul de Sac, terdapat pada jalan papan (berawal

dari titik persimpangan jalan H. Jamhar sampai

dengan jalan PU).

Pada jalan papan ini, kondisinya cukup

memperhatinkan selain lebarnya yang jauh dari

ideal hanya ± 1 m juga dari segi keamanan sangat

kurang. Dapat dilihat di beberapa tempat jalan

papan ini berada di atas sungai.

Konsep Sirkulasi Kendaraan:

1. Pola sirkulasi kendaraan direncanakan berpola

linear 2 arah, disesuaikan dengan jalur jalan

yang ada saat ini.

2. Lebar badan jalan ditingkatkan menjadi 7 meter

untuk mengantisipasi bangkitan lalu lintas yang

akan terjadi dengan adanya perubahan tata guna

lahan.

3. Disediakan area parkir di beberapa titik yang

penting akan menimbulkan bangkitan kendaraan

bermotor seperti di blok Jembatan dan blok

Mesjid.

f. Analisis Pola Sirkulasi Pejalan Kaki

1. Sirkulasi pejalan kaki, yang ada saat ini teriri

dari beberapa pola, hal ini dipengaruhi dengan

adanya fungsi permukiman pada tapak

perencanaan saat ini. Namun secar umum

berpola linear sepanjang tepian sungai.

2. Konsep sirkulasi pejalan kaki, yaitu pada sisi

turap sungai dan sisi jalan. Hal ini mendukung

lansekap tepian sebagai daya tarik wisata. Selain

itu pedestrian, dapat juga berfungsi sebagai

Jogging Track, yang dapat mewadahi aktifitas

berolahraga masyarakat setempat.

g. Analisis Pola Penerangan Ruang Luar

1. Pola Penerangan Ruang Luar, direncanakan

linear mengikuti jalur pedistrian dengan jarak

10 – 15 m.

2. Dan pada titik-titik tertentu, terutama pada blok

Jembatan direncanakan pada area yang

diberikan penekanan khusus, misalnya: pada

pusat taman dan area olahraga.

h. Analisis Bangunan Khusus

Terdapat beberapa bangunan khusus yang

akan ditingkatkan fungsinya, yaitu:

1. Mesjid Cagar Budaya (mesjid Sirathal

Mustaqim) dan mesjid Al – Washilah.

2. Intake PDAM.

3. Pelabuhan dan Halte Cest dan beberapa terminal

pendukung.

Maka konsep lansekap, direncanakan sesuai

dengan fungsi bangunan khusus tersebut dan dapat

meningkatkan image kawasan dengan adanya

konsep lansekap yang terintegrasi.

Konsep Lansekap:

I. Mesjid Cagar Budaya (mesjid Sirathal

Mustaqim) dan mesjid Al – Washilah.

II. Intake PDAM

Vegetasi yang dipilih:

a) Bambu cina pembatas pandangan

b) Helyconia purpurea

c) Terminali Catalpa (ketapang pohon

peneduh)

d) Rumput Gajah

III. Terminal dan Halte Cest dan beberapa

terminal pendukung.

a. Hardscapes:

Bangunan terminal dirancang menggunakan

unsur lokal/setempat (motif dayak) unsur

yang diambil, antara lain:

Page 19: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 15

1. Unsur Bangunan Lamin

2. Unsur Motif Ukiran Dayak

3. Unsur Bahan Bangunan berupa Bahan

Kayu

b. Softscapes:

1. Pohon Peneduh

Dadap merah, Angsana, dan Kiara

Payung

2. Pengarah

Palem Ekor Tupai, Pohon Kelapa

3. Semak / Perdu

Helyconia, Bakung, The-the Pangkas,

Acalypha, Lili Paris

4. Penutup Tanah

Rumput Gajah dan Rumput Embun

i. Utilitas

1. Sistem penyediaan listrik untuk keperluan

perencanaan lansekap disesuaikan dengan

kebutuhan untuk penerangan direncanakan

dengan sistem tanam. Hal ini dengan tujuan

kerapian, keamanan, dan keindahan.

2. Air bersih direncanakan khusus pada blok

Jembatan untuk menyuplai kolam air dan posko

parkir.

3. Air kotor, sistem pembuangan air limbah kamar

mandi dengan septic tank dan resapan.

4. Air hujan, sisitem air hujan dengan

menggunakan sistem drainase tertutup untuk

zoning secara blok Jembatan sedangkan untuk

blok Jembatan menggunakan kombinasi sistem

terbuka pada area di dalam taman dan area

pedistrian di tepi jalan menggunakan sistem

drainase tertutup.

4.3. Analisis Bangunan

a. Analisis Pelaku dan Aktivitas

Pengunjung diasumsikan 70 % sebagaian

besar merupakan penduduk setempat, yaitu warga

Samarinda Sebrang tetapi tidak menutup

kemunginan warga dari Kota Samarinda juga

datang untuk menikmati warga pemandangan

ataupun ingin melihat bangunan cagar budaya.

Usia pengunjung dari segala usia karena

mewadahi fungsi aktifitas skala kawasan, dengan

begitu makan kegiatan yang dilakukan juga

berbagai macam kegiatan dapat dikelompokkan

secara garis besar.

Tabel 2. Macam Kegiatan berdasarkan usia

pengunjung.

USIA KELOMPOK AKTIFITAS

1 - 15 Anak-anak Bermain / Melihat-

lihat

15 - 20 Remaja

Bermain

Berolahraga

Rekreasi

21 - 40 Dewasa Berolahraga

Rekreasi

b. Rencana Kebutuhan Fasilitas dan Sarana

Berdasarkan survey dan pengamatan yang

dilakukan, maka dapat disimpulkan kebutuhan

fasilitas dan sarana sebagai berikut:

1. Zoning Skala Kawasan

a. Kolam Air Mancur sebagai pusat kawasan

b. Fasilitas arena olahraga

c. Fasilitas arena bermain untuk anak-anak

d. Area Gazebo

e. Area Parkir

f. Posko Parkir

g. Papan Informasi dan Rambu-rambu

2. Zoning Skala Kelurahan

a. Jogging Track

b. Arena Bermain

c. Papan Informasi dan Rambu-rambu

3. Zoning Bangunan Khusus

a. Area Parkir

b. Posko Parkir

c. Patio

d. Publik Space

c. Usulan Material dan Finishing Bangunan

Adapun usulan material untuk fasilitas dan

sarana perencanaan lansekap Tepian Sungai

Mahakam secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Pondasi: Batu Kali

2. Struktur Atas: Kayu ulin diametr bervariasi

sesuai jenis bangunan fasilitas

3. Dinding: Untuk sisi dalam daerah kamar mandi

dengan batako semen pasir finish ubin keramik

20/20cm. dinding sisi luar difinish cat

4. Kusen,Pintu,Jendela : Plastik PVC untuk

kamar mandi

5. Lantai: Lantai pelat kayu ulin untuk pos jaga

dan gazebo, kamar mandi menggunakan ubin

keramik 20/20cm unpolished

6. Plafon: Gazebo dan papan nama di tepi jalan

utama menggunakan plafon triplek 3 mm finish

cat. Pos jaga tanpa plafon

7. Saniter: Kloset jongkok dan kran bebek

8. Drainase: Sistem pembuangan air hujan dengan

menggunakan drainase terbuka. Sistem

pembuangan air limbah kamar mandi dengan

septic tank dan resapan.

Page 20: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 16

9. Mekanikal Elektrikal: Penyediaan listrik dan

sistem penerangan sesuai keperluan

10. Atap : Rangka atap menggunakan kuda-kuda

kayu ulin.

Gording dan kasau menggunakan kayu. Penutup

atap menggunakan atap sirap, dan listplank dan

bubungan menggunakan hiasan ukiran Kaltim.

4.4. Konsep Lansekap

a. Konsep Pengembangan

Konsep Pengembangan Ruang Luar/Tata

Hijau, disusun sebagai berikut:

Menitikberatkan pada peningkatan kualitas

kawasan Permukiman di sepanjang Tepian sungai

Mahakam. Sehingga output yang dihasilkan

penyediaan sarana dan fasilitas bersama yang

sebelumya tidak ada dan peningkatan kualitas

fasilitas umum yang sudah ada.

I. Konsep Makro

Konsep Makro pengembangan Tata Ruang Luar

di wilayah Perencanaan pada Tepian Samarinda

Sebrang, yaitu:

1. Sebagai Kawasan buffer terhadap aktifitas

Transportasi yang membatasi Wilayah

Perencanaan.

2. Peningkatan Kualitas pada Jalan pembatas di

wilayah Perencanaan, karena adanya

perubahan Tata Guna Lahan maka

menimbulkan bangkitan transportasi di

daerah itu.

3. Sebagai Landmark Kawasan, pada daerah

Samarinda Sebrang

II. Konsep Mikro

1. Konsep Penentuan zoning Perencanan

berdasar kondisi existing dan tipe Jalan

Pembatas.

2. Sungai yang ada berfungsi sebagai saluran

area pematusan dan area wisata.

3. Mesjid Sirathal Mustaqim/Cagar Budaya

dijadikan faktor penarik pada area wisata

sungai Mahakam

4. Peningkatan lebar jalan, khususnya pada

koridor Jl. H Jamhar – Jl. Padaelo, yang

nantinya akan mengalami peningkatan

pergerakan transportasi karena adanya

perubahan Tata Guna Lahan.

b. Konsep Lansekap (Tata Ruang Luar)

1. Pola Lingkungan

i. Intensitas penggunaan Lahan yang bervariasi

selain permukiman terdapat fungsi

perdagangan, Terminal cest, Terminal bis

antar propinsi, serta fasiitas umum seperti

Mesjid dan pasar.

ii. Membentuk pola linear terhadap batas

sungai dan Jalan Pembatas.

iii. Pola Ruang Terbuka Hijau (Open space) dan

Kawasan Konservasi.

2. Fungsi Ruang Luar

i. Rancangan Elemen Ruang Luar untuk

beberapa ruas jalan di wilayah memiliki

fungsi antara lain:

ii. Rancangan Parkir

Pertimbangan untuk rancangan parkir, yaitu

on street dan off street dengan

memperhatikan faktor – faktor :

a. Keamanan parkir

b. Tidak mengganggu arus lalu lintas

c. Terintegrasi dengan fungsi – fungsi

lainnya

iii. Pedestrian

Pedistrian direncanakan pada 2 sisi yaitu

pada sisi Turap Sungai dan Sisi Jalan. Hal

ini untuk mendukung lansekap tepian

sebagai daya tarik wisata. Selain itu

pedestrian, dapat juga berfungsi sebagai

Jogging Track, yang dapat mewadahi

aktifitas berolahraga masyarakat setempat.

3. Perabot Ruang Luar

a. Lampu Taman

Lampu taman direncanakan tiap 5 m,

sebagai penerangan di malam hari dan

menambah nilai estetika.

b. Tempat Sampah

Tempat sampah disediakan tiap jarak 200 m,

dengan disain unik yag terintegrasi dengan

disain landscape secara keseluruhan.

c. Tempat duduk

Walaupun Pile Cap Turap dapat dijadikan

Tempat duduk, namun tetap disediakan

tempat duduk untuk beristirahat di titik–titik

tertentu

d. Pagar Pengaman di sepanjang Turap Tepian

Mahakam. Untuk mengantisipasi kecelakaan

yang sering terjadi pada Pile Cap diberi

pagar pengaman, namun tetap nyaman

digunakan.

e. Bak tanaman

Disesuain dengan tema yang mengandung

unsur Lokal setempat.

4. Jenis Penghijauan

I. Jenis Vegetasi di sempadan Tepian sungai

Mahakam

a. Pohon peneduh:

Memiliki perakaran kuat dan berbunga

indah, serta kanopy yang lebar untuk

menaungi pejalan kaki. Misal: Flamboyan.

Dadap Merah, Bunga kupu – kupu,

Angsana, Kiara Payung, Cemara, Pinus, dll.

Page 21: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Rusfina Widayati Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 17

b. Pohon Pengarah :

Dipilih yang memiliki bentuk yang kokoh

dan menarik. Antara lain: Palem raja, Palem

Jepang, Palem Tutup Botol.

c. Semak/Perdu:

Dipilih yang berbunga indah atau memiliki

bentuk daun yang menarik. Misal: Asoka,

Bakung, Kucai Jepang, Lantana, kanna,

daun pilo, dll.

d. Rumput:

Dipilih yang memiliki tekstur halus namun

cenderung kuat terhadap kondisi tanah.

Misal: Rumput Embun atau Rumput Gajah.

II. Jenis Vegetasi pada Koridor jalan,

tergantung jenis Jalan dan daerah

persimpangan jalan.

a. Koridor Jalan dengan beban Asap

kendaaran tinggi, dipilih jenis vegetasi

yang memiliki masa daun rapat dan

lebat. Misal: Akasia, Angsana, Tanjung,

dan Kiara Payung.

b. Koridor jalan dengan beban kendaraan

sedang dapat dipilih vegetasi lain yang

tidak harus bermassa daun rapat. Misal:

Bunga Kupu – kupu, Dadap Merah,

Kembang merak.

III. Jenis Vegetasi untuk Ruang terbuka Hijau

Lainnya (untuk Blok Jembatan dan blok

Mesjid Cagar Budaya).

a. Untuk Blok Jembatan, Karena

pertimbangan disain yang lebih

kompleks dibanding blok perencanaan

lainnya maka pilihan vegetasinya pun

bermacam-macam.

b. Sedang untuk blok perencanaan Mesjid

Cagar Budaya: untuk mendukung mesjid

Cagar Budaya yang berada di Sebrang

jalan Pembatas, maka tepian

diSebrangngya dijadikan satu kesatuan

dengan ruang luar mesjid. Sehingga

pilihan vegetasi disesuaikan dengan tema

ruang luar mesjid pada umumnya yang

bersifat simetris.

5. Pembentukan Identitas Lingkungan

a. Tanda Fisik:

- Identitas Lingkungan skala Kota

- Identitas Lingkungan skala Lokal

b. Informasi

- Image Fisik

- Image non Fisik

c. Jarak

Identitas Lingkungan harus dapat

dikenali dari suatu jarak, baik jarak dekat

di dalam wilyah perencanaan maupun

jarak jauh di Sebrang wilayah

perencanaan (dari arah Samarinda Kota).

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dengan meningkatkan kualitas kawasan Tepian

Sungai Mahakam dengan merencanakan

lansekapnya, maka nilai nilai kawasan sepanjang

tepian sungai juga semakin meningkat. Disamping

itu nilai kualitas hidup masyarkat yang tinggal di

sekitar kawasan tepian sungai Mahakam akan

semakin meningkat. Karena Perencanan lansekap

juga meliputi penyediaan fasilitas publik termasuk

di dalamnya penyediaan fasilitas olahraga.

Tentunya hal ini juga harus dibarengi dengan

kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam

menjaga kawasan kebersihan lingkungan sepanjang

tepian Mahakam partisipasi positif dalam

meningkatkan kualitas lingkungan disekitarnya. Hal

yang tidak kalah pentingnya, bahwa kewajiban

untuk menjaga lingkungan untuk Hijau Bersih dan

Sehat bukan hanya kewajiban pemerintah tetapi

tugas seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

H. Rustam, U. Hardi, 2003, Komponen

Perancangan Arsitektur Lansekap, PT. Bumi

Aksara

R. Grant W, 2001, Grafik Lansekap : dari Sketsa

Konsep ke Arsiran Penyajian Akhir, PT. Erlangga

S. John Ormsbee, 1983, Landscape architecture : A

Manual of Site Planning and Design, Mc Geaw Hill

Publishing Company

W. Teodore D, 2004, Rancangan Tapak dan

Pembuatan detail Konstruksi, PT. Erlangga.

Page 22: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 18

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS KAPASITAS

DUKUNG FONDASI TIANG TUNGGAL DENGAN

BEBERAPA METODE BERDASARKAN DATA CPT

DAN SPT TERHADAP HASIL PENGUJIAN PDA

Heri Sutanto1)

Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda

Jalan Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Fondasi merupakan bagian penting dari satu bangunan, fondasi sebagai dasar penahan beban terdasar

dari suatu konstruksi. Jalan, gedung, jembatan, bendungan, dan konstruksi sipil lainnya tanpa fondasi yang kuat

pasti akan mengalami kegagalan konstruksi. Pada pengaplikasian di lapangan sering mengesampingkan analisis

daya dukung fondasi yang tepat. Desain fondasi hanya berdasarkan pengalaman pribadi, sehingga hal ini perlu

di angkat karena fondasi menjadi landasan terpenting dari keberhasilan dalam bangunan sipil. Dalam penelitian

ini dilakukan analisis ulang kapasitas dukung fondasi tiang tunggal dengan metode analisis perhitungan α

(Tomlinson), U.S. Army Corps, λ, Tegangan Efektif (Effective Stress), Bagemann, DeRuitter & Beringen, dan

Nottingham & Schmertmann. Nottingham dan Schmertmann yang hasilnya dibandingkan terhadap hasil PDA

Test. Dari hasil analisis dan pembahasan didapat PDA dan CAPWAP adalah hasil terbaik, karena Qa PDA dan

CAPWAP berada di antara Qa berdasarkan SPT dan Qa berdasarkan CPT. Qa berdasarkan SPT memiliki hasil

terkecil terlalu bersifat konservatif, sedangkan Qa berdasarkan CPT memiliki hasil lebih besar dari pada Qa

PDA dan CAPWAP ini menunjukkan bahwa Qa berdasarkan CPT lebih boros.

Kata kunci: CAPWAP, CPT, kapasitas dukung, tiang tunggal, PDA, dan SPT

ABSTRACT

Fondation is an important part of a building, foundation as the basic load-bearing base of a

construction. Roads, buildings, bridges, dams, and other civil constructions without a strong foundation will

surely fail construction. On the field’s applicability often overrides the proper bearing capacity analysis of the

foundation. Design of the foundation is based solely on personal experience, so it needs to be lifted because the

foundation becomes the most important foundation of success in civilian building. In this study re-analysis of

the bearing capacity of single pile foundation by the method of calculation analysis α (Tomlinson), u.s. Army

Corps, λ, Effective Stress, Bagemann, DeRuitter and Berignen, and Nottingham and Schmertmann which

results are compared against results PDA test that is PDA dan CAPWAP. From the results of analysis and

discussion obtained PDA test is the best result because Qa PDA is between Qa besed on SPT and Qa based on

CPT. Qa based on SPT has the smallest result too conservstive, whereas Qa based on CPT has bigger results

than Qa PDA test this shows that Qa based on CPT is more profuse.

Keywords: CAPWAP, CPT, bearing capacity, single pile, PDA and SPT

1. PENDAHULUAN

Suatu bangunan terdiri dari struktur atas

dan struktur bawah. Pada bangunan gedung,

struktur atas terdiri dari konstruksi kolom, balok,

plat, dan lain-lain. Sedangkan untuk struktur

bawah terdiri dari konstruksi fondasi. Fondasi

adalah struktur bagian bawah bangunan yang

berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian

bangunan yang terletak di bawah permukaan

tanah yang mempunyai fungsi memikul beban

bagian bangunan lain di atasnya (Joseph E.

Bowles, 1997).

Fondasi merupakan bagian penting dari

satu bangunan, fondasi sebagai dasar penahan

beban terdasar dari suatu konstruksi. Jalan,

gedung, jembatan, bendungan, dan konstruksi

sipil lainnya tanpa fondasi yang kuat pasti akan

mengalami kegagalan konstruksi. Pada

pengaplikasian di lapangan sering

mengesampingkan analisis daya dukung fondasi

Page 23: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 19

yang tepat. Desain fondasi hanya berdasarkan

pengalaman pribadi, sehingga penulis

menganggap hal ini perlu di angkat karena

fondasi menjadi landasan terpenting dari

keberhasilan dalam bangunan sipil.

Fondasi ada dua jenis, yaitu fondasi

dangkal dan fondasi dalam. Fondasi dangkal

adalah fondasi yang tidak membutuhkan galian

tanah terlalu dalam karena lapisan tanah dangkal

sudah cukup keras. Sedangkan fondasi dalam

adalah fondasi yang membutuhkan pengeboran

atau pemancangan dalam karena lapisan dalam

karena lapisan tanah yang keras berada di

kedalaman cukup dalam, biasanya digunakan

oleh bangunan besar seperti jembatan, struktur

lepas pantai, dan sebagainya. Jenis fondasi dalam

terbagi menjadi dua, yaitu fondasi tiang dan

fondasi bor. Tiang pancang merupakan salah satu

contoh jenis fondasi tiang pada fondasi dalam.

Penentuan jenis fondasi yang akan digunakan

dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya adalah

kedalaman tanah keras, jenis tanah pada lokasi,

dan beban yang akan dipikul oleh fondasi. Jenis

tanah lempung (clay) dengan tanah keras yang

terletak pada kedalaman yang dalam dan apabila

beban yang harus dipikul fondasi besar sangat

cocok digunakan fondasi tiang pancang sebagai

pilihan dalam konstruksi bangunan.

Ada beberapa metode yang dapat

digunakan untuk perhitungan daya dukung

fondasi tiang pancang. Pemilihan metode yang

digunakan tergantung dengan parameter tanah

yang dipakai. Pengujian tanah di lapangan yang

paling sering dilakukan biasanya terdiri dari CPT

(Cone Penetration Test) atau lebih dikenal

dengan uji sondir dan SPT (Standard Penetration

Test) yang diolah dalam bentuk bor log.

Pembahasan dalam skripsi ini adalah

analisis daya dukung fondasi secara manual

dengan menggunakan metode-metode empiris

yang dikemukakan oleh ahli-ahli terdahulu yang

akan dibandingkan dengan hasil tes PDA (Pile

Driven Analyzer) di lapangan. Pile Driven

Analyzer atau PDA adalah sistem yang paling

banyak digunakan untuk pengujian beban secara

dinamik dan pengawasan pemancangan di dunia.

PDA akan menghasilkan keluaran (output)

berupa daya dukung izin fondasi (Qa), lalu

dibandingkan dengan hasil analisis daya dukung

ultimit izin (Qa) berdasarkan data-data pengujian

tanah di lapangan yaitu uji sondir dan uji SPT

dalam bentuk bor log dengan menggunakan

metode-metode analisis yang dikemukakan oleh

ahli-ahli terdahulu.

2. TINJAUAN PUSTAKA Dalam buku Analisis dan Perencanaan

Fondasi II oleh Hary Christady Hardiyatmo,

kapasitas dukung tiang adalah kemampuan atau

kapasitas tiang dalam mendukung beban. Jika

dalam kapasitas dukung fondasi dangkal satuan

adalah satuan tekanan (kPa) maka dalam

kapasitas dukung tiang satuannya adalah satuan

gaya (kN). Dalam beberapa literatur diguankan

istilah pile capacity atau pile carying capacity.

Hitungan kapasitas dukung tiang dapat

dilakukan dengan cara pendekatan statis dan

dinamis. Hitungan kapasitas dukung tiang secara

statis dapat dilakukan menurut teori mekanika

tanah, yaitu dengan mempelajari sifat-sifat teknis

tanah, sedang hitungan dengan cara dinamis

dilakukan menganalisis kapasitas ultimit dengan

data yang diperoleh dari data pemancangan tiang.

Hasil hitungan kapasitas dukung tiang yang

didasarkan pada teori mekanika tanah, kadang-

kadang masih perlu dicek dengan mengadakan

pengujian tiang untuk meyakinkan hasilnya.

Variasi kondisi tanah dan pengaruh tipe

cara pelaksanaan pemancangan dapat

menimbulkan perbedaan yang besar pada beban

ultimit dalam satu lokasi bangunan. Demikian

pula dengan pengaruh-pengaruh seperti : tiang

dicetak di luar atau dicor di tempat, tiang

berdinding rata atau bergelombang, tiang terbuat

dari baja atau beton, sangat berpengaruh pada

faktor gesekan antara sisi tiang dan tan ah, yang

dengan demikian akan mempengaruhi kapasitas

dukung tiang.

2.1. Metode α – Total Stress / Tegangan Total

(Tomlinson)

Tahanan gesek satuan, fs, adalah

persamaan untuk adhesi, ca, di mana tegangan

geser di antara tiang dan tanah pada kegagalan.

Hal ini dapat dinyatakan persamaan dari :

Dimana : α = faktor adhesi empiris (Gambar 1)

Cu = kuat geser tanah takterdrainase

disepanjang tiang (kN/m2)

Page 24: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 20

Gambar 1. Nilai Adhesi untuk Tiang pada Tanah

Kohesif (Tomlinson, 1979)

Tahanan ujung tiang dalam analisis total

stress untuk tanah kohesif homogen dapat

dihitung dengan persamaan :

Dimana : qt = tahanan ujung tiang (kN/m2)

cu = kuat geser tanah tak terdrainase

(kN/m2)

Nc = faktor kapasitas dukung tiang,diambil

sama dengan 9 (Skempton, 1959)

pb = tekanan overburden pada ujung tiang

(kN/m2)

Gambar 2. Faktor Adhesi untuk Tiang Pancang pada

Tanah Lempung – satuan SI (Tomlinson, 1980)

2.2. Metode U.S. Army Coprs

Dimana : ca= adhesi antara tiang dan tanah di

sekitarnya (kN/m2)

α = faktor adhesi diambil dari gambar

2.8 atau gambar 2.9

cu = kohesi tak terdrainase (kN/m2)

Gambar 3. Nilai α yang digunakan dalam metode

U.S. Army Corps (1 t/ft2 = 105,6 kPa)

Tahanan ujung tiang dalam analisis U.S.

Army Corps untuk tanah kohesif homogen dapat

dihitung dengan persamaan :

Dimana : qt= tahanan ujung tiang (kN/m2)

cu= kuat geser tanah tak terdrainase(kN/m2)

Nc=faktor kapasitas dukung tiang, diambil

sama dengan 9 (Skempton, 1959)

pb= tekanan overburden pada ujung tiang

(kN/m2)

2.3. Metode λ

Dimana : fs= tahanan selimut satuan (kN/m2)

λ=koefisien tak berdimensi (gambar 2.10)

po’= tekanan overburden efektif rata-rata

yang diambil dari ujung tiang bawah

sampai ke permukaan tanah (kN/m2)

cu=kohesi tak terdrainase rata-rata

disepanjang tiang (kN/m2)

Dimana : qt= tahanan ujung tiang (kN/m2)

cu=kuat geser tanah tak terdrainase (kN/m2)

Nc=faktor kapasitas dukung tiang, diambil

sama dengan 9 (Skempton, 1959)

pb= tekanan overburden pada ujung tiang

(kN/m2)

Page 25: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 21

Gambar 4. Hubungan antara koefisien gesekan tiang

(λ) dengan kedalaman penetrasi tiang (Vijayvergiya

dan Focht, 1972)

2.4. Metode Tegangan Efektif (Effective Stress

Method)

Dimana : β= Bjerrum-Burland beta koefisien = Ks tan

δ

= tekanan overburden efektif rata-rata di

sepanjang tiang, dalam kPa (ksf)

Ks= koefisien tekanan tanah / bumi

δ= sudut gesek antara tiang dan tanah

Dimana : Nt= koefisien kapasitas tahanan ujung

pt=tekanan overburden efektif pada ujung

tiang dalam kPa (ksf)

Gambar 5. Grafik Untuk Memperkirakan Koefisien β

dan sudut Φ’ jenis tanah (Fellenius, 1991)

Gambar 6. Grafik Untuk Memperkirakan Koefisien Nt

dan sudut Φ’ jenis tanah (Fellenius, 1991)

2.5. Metode Bagemann

(

⁄ )

Dimana tahanan konus (qc) dihubungkan dengan

kohesi tak terdrainase (undrained cohesion) (cu)

(

⁄ )

2.6. Metode DeRuitter dan Beringen

Tahanan ujung :

⁄ (

)

Tahanan selimut :

2.7. Metode Nottingham dan Schmertmann

Tahanan selimut untuk tanah non kohesif :

[

( ) ( ) ]

Tahanan selimut untuk tanah kohesif :

Page 26: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 22

Tahanan ujung

Gambar 7. Tahanan ujung

3. METHODOLOGY

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan ditampilkan data hasil

analisis beserta pembahasannya, yang meliputi

analisis tahanan selimut tiang, tahanan ujung

tiang, kapasitas dukung ultimit tiang, dan

kapasitas dukung izin tiang dari bebagai lokasi,

yaitu :

1. Proyek Sushi Masa Tower, Tangerang

2. BCA KCP KH Mansyur Jembatan Lima,

Jakarta

3. PT. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya

Validasi Data Pembahasan

Data Primer :

1. Dari hasil kuesioner

2. Data Lalu lintas

Selesai

Lolos

Studi literatur

Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan

Penentuan Variabel Penelitian

Pengumpulan Data

Mulai

Pengolahan Data

Kesimpulan

1. Data kependudukan

2. Data perumahan

3. Literatur penunjang

Page 27: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 23

4.1. Proyek Sushi Masa Tower, Tanggerang

Hasil dan pembahasan berdasrkan data

CPT :

Pada metode Bagemann dan Schmertmann dan

Nottingham, kontribusi tahanan selimut lebih

kecil dari pada tahanan ujung, sedangkan pada

metode DeRuitter dan Beringen tahanan selimut

lebih besar dari pada tahanan ujung. Hal ini

dikarenakan pada metode Bagemann dan metode

Schmertmann dan Nottingham pada perhitungan

tahanan ujung tidak adanya faktor koreksi

lapangan. Sedangkan pada metode DeRuitter dan

Beringen, baik pada tahanan selimut dan tahanan

ujung adanya kontribusi kuat geser tanah tak

terdrainase/kohesi dan faktor tahanan ujung (Nk).

Pada perhitungan tahanan selimut,

terdapat kontribusi faktor kohesi (α) sebesar 1

(diasumsikan tanah lempung terkonsolidasi

normal). Pada metode Schmertmann dan

Nottingham memiliki nilai tahanan selimut yang

paling kecil di antara ketiga metode, hal ini

dikarenakan pada metode Schmertmann dan

Nottingham adanya pengaruh faktor kohesi.

Faktor kohesi ini didapatkan dari Gambar 2.41,

yaitu kurva design untuk gesekan selimut tiang

yang berdasarkan tahanan gesek konus dan jenis

material tiang yang digunakan.

Tabel 1. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S1

Tabel 2. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S2

Tabel 3. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S3

Tabel 4. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S4

Tabel 5. Sushi Masa Tower, Tanggerang – S5

Hasil dan pembahasan berdasrkan data

SPT: Hasil analisis perhitungan berdasarkan data

SPT menghasilkan rentang nilai yang lebih kecil

dari pada hasil pengujian PDA dan CAPWAP.

Hal ini dikarenakan metode-metode yang

digunakan dalam analisis perhitungan

berdasarkan data SPT bersifat konservatif.

Tabel 6. Sushi Masa Tower, Tanggerang – DB.I

Tabel 7. Sushi Masa Tower, Tanggerang – DB.II

Tabel 8. Sushi Masa Tower, Tanggerang –

DB.III

Page 28: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 24

4.2. BCA KCP KH Mansyur Jembatan

Lima, Jakarta

Hasil dan pembahasan berdasarkan data

CPT: Pada hasil analisis kapasitas dukung fondasi

berdasarkan data CPT/Sondir menunjukkan

kapasitas dukung izin dari ketiga metode yang

digunakan rentang nilai lebih besar daripada

kapasitas dukung izin PDA dan CAPWAP. Dari

kedua data tanah yang dianalisis, metode

Deruitter dan Beringen memliki hasil rentang

nilai paling besar dengan hasil pengujian PDA

dan CAPWAP,dengan kontribusi terbesar dari

tahanan selimut. Hal ini dikarenakan semakin

dalam kedalaman fondasi tiang yang tertanam

maka semakin besar pula tahanan selimut yang

dihasilkan. Pada metode DeRuitter dan Beringen,

kontribusi terbesarnya terdapat pada tahanan

selimutnya.

Tabel 9. Gedung BCA KCP Mansyur, Jakarta – S1

Tabel 10. Gedung BCA KCP Mansyur, Jakarta – S2

Hasil dan pembahasan berdasrkan data SPT :

Hasil analisis perhitungan berdasarkan data SPT

dengan menggunakan metode λ menghasilkan

rentang nilai yang lebih besar dari pada hasil

pengujian PDA dan CAPWAP, sedangkan

berdasarkan metode α dan U.S. Army Corps

sebaliknya. Tetapi secara keseluruhan nilai yang

dihailkan masih lebih rendah dibanding hasil

analisis perhitungan berdasarkan data CPT.

Tabel 11. Gedung BCA KCP Mansyur, Jakarta – BH.2

4.3. PT. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya

Hasil dan pembahasan berdasrkan data CPT :

Pada hasil analisis kapasitas dukung fondasi

berdasarkan data CPT/Sondir menunjukkan

menunjukkan kapasitas dukung izin dari ketiga

metode yang digunakan ada yang lebih besar dan

ada yang lebih kecil dari pada kapasitas dukung

izin PDA dan CAPWAP. Hasil analisis

perhitungan kapasitas dukung fondasi tiang

berdasarkan nilai CPT lebih besar dari pada

kapasitas dukung fondasi tiang berdasarkan nilai

SPT. Dari kelima data tanah yang dianalisis,

metode Bagemann memliki hasil rentang nilai

paling besar dengan hasil pengujian PDA dan

CAPWAP, hal ini dikarenakan pada metode ini

tidak memperhitungkan faktor koreksi lapangan.

Tabel 12.Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – S1

Tabel 13. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya –S2

Tabel 14. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – S3

Hasil dan pembahasan berdasrkan data SPT :

Dari analisis yang telah dilakukan, tahanan

selimut terbesar dihasilkan oleh metode λ dan

Effective Stress/Tegangan Efektif, hal ini

dikarenakan pada perhitungan tahanan selimut

berdasarkan metode λ dipengaruhi oleh kuat

geser tanah takterdrainase dan tekanan

overburdendisepanjang selimut tiang dikalikan

dengan koefisien gesekan tiang terhadap

kedalalaman tiang pada Gambar 2.10. Sedangkan

tahanan selimut paling kecil dihasilkan oleh

metode U.S. Army Coprs dan Effective

Stress/Tegangan Efektif, hal ini dikarenakan pada

Page 29: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 25

metode U.S. Army Coprs terdapat pengaruh

kohesi disepanjang kedalaman tiang yang dikali

dengan faktor adhesi menurut U.S. Army Coprs

pada Gambar 3.

Tabel 15. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.I

Tabel 16. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.II

Tabel 17. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.III

Tabel 18. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.IV

Tabel 19. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya – DB.V

Tabel 20. Union Metal Meg’s Ngoro, Surabaya–DB.VI

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis dan pembahasan

perbandingan Kapasitas dukung izin tiang

(Qa) berdasarkan data CPT/sondir yang sudah

dilakukan dapat diambil kesimpulan

perbandingan sebagai berikut :

a. Pada lokasi Proyek Sushi Masa Tower,

Tanggerang pada metode Bagemann dan

Schmertmann dan Nottingham, kontribusi

tahanan selimut lebih kecil dari pada

tahanan ujung, sedangkan pada metode

DeRuitter dan Beringen tahanan selimut

lebih besar dari pada tahanan ujung.

b. Pada lokasi Proyek BCA KCP Mas KH

Mansyur, Jakarta dari ketiga metode yang

digunakan menunjukkan hasil tahanan

selimut berkontribusi lebih besar dari pada

tahanan ujung. Hal ini disebabkan

pengaruh dari panjang fondasi tiang yang

tertanam lebih dari 20 meter, dan nilai

tahanan ujung yang kecil.

c. Pada lokasi Proyek PT. Union Metal

Meg’s Ngoro, Surabaya pada metode

Bagemann dan Schmertmann dan

Nottingham, kontribusi tahanan selimut

lebih kecil dari pada tahanan ujung,

sedangkan pada metode DeRuitter dan

Beringen tahanan selimut lebih besar dari

pada tahanan ujung.

Page 30: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 26

2. Dari hasil analisis dan pembahasan

perbandingan Kapasitas dukung izin tiang

(Qa) berdasarkan data SPT/boring yang sudah

dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

a. Pada lokasi Proyek Sushi Masa Tower,

Tanggerang dari ketiga metode tahanan

selimut terbesar dihasilkan oleh metode .

Sedangkan tahanan selimut paling kecil

dihasilkan oleh metode U.S. Army Corp.

b. Pada lokasi Proyek BCA KCP Mas KH

Mansyur, Jakarta dari ketiga metode

tahanan selimut terbesar dihasilkan oleh

metode λ. Sedangkan tahanan selimut

paling kecil dihasilkan oleh metode α.

c. Pada lokasi Proyek PT. Union Metal

Meg’s Ngoro, Surabaya dari ketiga

metode tahanan selimut terbesar

dihasilkan oleh metode λ dan Effective

Stress/Tegangan Efektif. Sedangkan

tahanan selimut paling kecil dihasilkan

oleh metode U.S. Army Coprs dan

Effective Stress/Tegangan Efektif.

3. Dari hasil analisis dan pembahasan

perbandingan Kapasitas dukung izin tiang

(Qa) berdasarkan data CPT/sondir terhadap

hasil pengujian PDA dan CAPWAP dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Pada lokasi Proyek Sushi Masa Tower,

Tanggerang hasil analisis kapasitas

dukung fondasi berdasarkan data

CPT/Sondir menunjukkan menunjukkan

kapasitas dukung izin dari ketiga metode

yang digunakan ada yang lebih besar dan

ada yang lebih kecil dari pada kapasitas

dukung izin PDA dan CAPWAP. Hasil

analisis perhitungan kapasitas dukung

fondasi tiang berdasarkan nilai CPT lebih

besar dari pada kapasitas dukung fondasi

tiang berdasarkan nilai SPT. Dari kelima

data tanah yang dianalisis, metode

Bagemann memliki hasil rentang nilai

paling besar dengan hasil pengujian PDA

dan CAPWAP, hal ini dikarenakan pada

metode ini tidak memperhitungkan faktor

koreksi lapangan.

b. Pada Proyek BCA KCP Mas KH

Mansyur, Jakarta hasil analisis kapasitas

dukung fondasi berdasarkan data

CPT/Sondir menunjukkan kapasitas

dukung izin dari ketiga metode yang

digunakan rentang nilai lebih besar

daripada kapasitas dukung izin PDA dan

CAPWAP. Dari kedua data tanah yang

dianalisis, metode Deruitter dan Beringen

memliki hasil rentang nilai paling besar

dengan hasil pengujian PDA dan

CAPWAP,dengan kontribusi terbesar dari

tahanan selimut. Hal ini dikarenakan

semakin dalam kedalaman fondasi tiang

yang tertanam maka semakin besar pula

tahanan selimut yang dihasilkan. Pada

metode DeRuitter dan Beringen,

kontribusi terbesarnya terdapat pada

tahanan selimutnya.

c. Pada PT. Union Metal Meg’s Ngoro,

Surabaya hasil analisis kapasitas dukung

fondasi berdasarkan data CPT/Sondir

menunjukkan menunjukkan kapasitas

dukung izin dari ketiga metode yang

digunakan ada yang lebih besar dan ada

yang lebih kecil dari pada kapasitas

dukung izin PDA dan CAPWAP. Hasil

analisis perhitungan kapasitas dukung

fondasi tiang berdasarkan nilai CPT lebih

besar dari pada kapasitas dukung fondasi

tiang berdasarkan nilai SPT. Dari kelima

data tanah yang dianalisis, metode

Bagemann memliki hasil rentang nilai

paling besar dengan hasil pengujian PDA

dan CAPWAP, hal ini dikarenakan pada

metode ini tidak memperhitungkan faktor

koreksi lapangan.

4. Dari hasil analisis dan pembahasan

perbandingan Kapasitas dukung izin tiang

(Qa) berdasarkan data SPT/boring terhadap

hasil pengujian PDA dan CAPWAP dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Pada lokasi Proyek Sushi Masa Tower,

Tanggerang dari ketiga metode yang

digunakan memiliki hasil kapasitas

dukung izin yang lebih kecil dari pada

kapasitas dukung izin PDA dan

CAPWAP.

b. Pada lokasi Proyek BCA KCP Mas KH

Mansyur, Jakarta memiliki hasil kapasitas

dukung izin metode λ menghasilkan nilai

Qa lebih besar dari pada kapasitas dukung

izin PDA dan CAPWAP, sedangkan

metode α dan U.S. Army Corps memiliki

nilai Qa lebih kecil dari pada Qa PDA dan

CAPWAP. Tetapi secara keseluruhan nilai

yang dihailkan masih lebih rendah

dibanding hasil analisis perhitungan

berdasarkan data CPT.

c. Pada lokasi Proyek PT. Union Metal

Meg’s Ngoro, Surabaya memiliki hasil

kapasitas dukung izin beberapa lebih besar

dan beberapa lebih kecil dari pada

kapasitas dukung izin PDA dan

CAPWAP. Tahanan selimut terbesar

dihasilkan oleh metode λ dan Effective

Stress/Tegangan Efektif, hal ini

dikarenakan pada perhitungan tahanan

selimut berdasarkan metode λ dipengaruhi

oleh kuat geser tanah takterdrainase dan

tekanan overburden disepanjang selimut

tiang dikalikan dengan koefisien gesekan

tiang terhadap kedalalaman tiang.

Sedangkan tahanan selimut paling kecil

Page 31: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Heri Sutanto Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 27

dihasilkan oleh metode U.S. Army Coprs

dan Effective Stress/Tegangan Efektif, hal

ini dikarenakan pada metode U.S. Army

Coprs terdapat pengaruh kohesi

disepanjang kedalaman tiang yang dikali

dengan faktor adhesi menurut U.S. Army

Coprs

5.2. Saran

1. Pada penelitian selanjutnya perlu dilengkapi

dengan data pengujian laboratorium

2. Pada penelitian selanjutnya,tingkat ketelitian

data baik data CPT maupun SPT lebih

ditingkatkan. Hendaknya dilakukan pengujian

oleh peneliti agar data yang didapat lebih

akurat ketelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hani H. Titi, Murad Y, Abu-Farsakh. Evaluation

of Bearing Capacity of Piles From Cone

Penetration Test Data. 1999. Louisiana

Departement of Transportation and Development

Louisiana Transportation Research Center, Baton

Rouge, LA USA.

Hardiyatmo, H.C. 2010. Mekanika Tanah 2 Edisi

Kelima. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Hardiyatmo, H.C. 2012. Mekanika Tanah 1 Edisi

Keenam. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Hardiyatmo, H.C. 2014. Analisis dan

Perancangan Fondasi 1 Edisi Ketiga. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

Hardiyatmo, H.C. 2015. Analisis dan

Perancangan Fondasi 2 Edisi Ketiga. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

Murthy, V.N.S., 2001. Geotechnical Engineering

Principles and Practices of Soil Mechanics and

Foundation Engineering, Marcel Dekker,

Inc,New York USA.

P.J. Hannigan, G.G. Goble, G.E. Likins, dan F.

Rausche. 2006. Design and Construction of

Driven Pile Foundations – Volume I. National

Highway Institute Federal Highway

Administration U.S. Department of

Transportation Washington, D.C., Washington

USA.

Page 32: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 28

MODEL BANGKITAN TRANSPORTASI PADA

PERUMAHAN KORPRI KECAMATAN SUNGAI

KUNJANG SAMARINDA

M. Jazir Alkas1)

Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda

Jalan Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Keberdaan permukiman di kelurahan Loa Bakung di Kawasan Kecamatan Sungai Kunjang (sebagai

kawasan pembangkit) akan meningkatkan kepadatan lalu lintas khususnya pada jalan-jalan keluar di daerah

kelurahan Loa Bakung menuju pusat kota. Meningkatnya jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh kawasan

Perumahan Korpri Loa Bakung dapat berdampak terhadap tingkat pelayanan jalan yang ada di sekitar lokasi

perumahan, khususnya pada ruas jalan keluar Perumahan Korpri Loa Bakung, sehingga kemacetan lalu lintas

sukar dihindari. Penelitian ini dilakukan untuk memodelkan bangkitan pergerakan transportasi pada Perumahan

Korpri Loa Bakung Samarinda. Permodelan dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi statistik SPSS 21

dan Microsoft Excel, dengan metode analisis regresi linier berganda. Dari Hasil permodelan bangkitan

Perumahan Korpri Loa Bakung ini didapatkan model terbaik yang digunakan yaitu Y= - 0,110 - 0,211 X1 +

0,018 X2 + 1,407 X3 + 0,481 X4 + 0,145 X7 , Dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,690 dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 0,477. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bangkitan perjalanan di perumahan

korpri diantaranya meliputi jumlah anggota keluarga (X1), jumlah anggota keluarga yang bekerja (X2), jumlah

anggota keluarga yang melakukan perjalanan (X3) , jumlah anggota kepemilikan kendaraan (X4) dan

penghasilan perbulan (X7). Keeratan hubungan antara variabel ditunjukkan oleh nilai R sebesar 0,690, yang

artinya memiliki hubungan koefisien korelasi yang kuat sebesar 69%. Hasil estimasi/perkiraan jumlah

bangkitan perjalanan yang dibangkitkan oleh Perumahan Korpi Loa Bakung pada tahun 2020 melalui

model persamaan bangkitan lalu lintas yang didapat adalah sebesar 15925 perjalanan/hari, sedangkan

pada tahun 2015 didapat hasil sebesar 13670 perjalanan/hari.

Kata kunci: Bangkitan pergerakan, permodelan transportasi, determinasi, analisis regresi linier berganda,

estimasi, koefisien korelasi, koefisien regresi, SPSS 21

ABSTRACT

The residential existence in Loa Bakung village on Sungai Kunjang Regency (as a generator area) will

increase traffic density especially on exit-entry roads to the Loa Bakung village area to the city center.

Increasing number of trips generated by this region - Loa Bakung Korpi Residential Area - can affect to

disincrease road level of service in existing roads arround housing zone , especially on th exit roads out of

Korpri Housing Loa Bakung, so it will bes difficult to avoid traffic jam in next decade . This study was

conducted to model trip generation on the Loa Bakung Korpri Residential Complex Samarinda. The Modelling

performed using SPSS statistical applications support 21 and Microsoft Excel, and executed by multiple linear

regression analysis method. From the results of modeling seizure Loa Bakung Korpi Residential Complex have

obtained the best model used is Y = - 0.110 to 0.211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 + 0.481 X4 + 0.145 X7, the

correlation coefficient (R) of 0.690 and a coefficient of determination (R2) amounting to 0.477. Factors that

affect the amount of trip generation in Korpri Housing among others include the number of family members

(X1), the number of family members who work (X2), the number of family members traveling (X3), the number

of vehicle ownership (X4) and monthly income ( X7). The relationship between the variables indicated by the R

value of 0.690, which means to have a strong relationship correlation coefficient of 69%. Results estimate /

estimate of the number of trip generation generated by the Loa Bakung Korpi Residential Complex in 2020

through the model equations obtained seizure traffic amounted to 15 925 trips / day, whereas in 2015 the result

of 13670 trips / day.

Page 33: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 29

Keywords: Trip generation, modelling transportation, determination, analysis multiple regression linier,

estimation, coefficient correlate, coefficient regression, SPSS 21

1. PENDAHULUAN

Transportasi merupakan proses

pemindahan manusia atau barang dari suatu

tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia

atau mesin. Proses ini dilakukan dengan

menggunakan sarana berupa kendaraan maupun

tanpa kendaraan. Permasalahan transportasi

khususnya transportasi darat di Indonesia

cukuplah kompleks, karena transportasi

merupakan suatu sistem yang saling berkaitan,

maka satu masalah yang timbul di satu unit

ataupun satu jaringan akan mempengaruhi sistem

tersebut.

Ada beberapa faktor-faktor permasalahan

transportasi yang timbul diantaranya yaitu laju

pertumbuhan penduduk yang relatif pesat,

peningkatan jumlah kendaraan bermotor, dan

terbatasnya fasilitas jaringan jalan yang ada.

Ketidak-seimbangan antara sistem kegiatan dari

suatu tata guna lahan, sistem jaringan dan sistem

pergerakan transportasi tersebut merupakan

sebuah mata rantai yang akan terus berlanjut

sebagai akibat dari perkembangan kota yang

dinamis.

Keberadaan permukiman di kelurahan Loa

Bakung di Kawasan Kecamatan Sungai Kunjang

(sebagai kawasan pembangkit) akan

meningkatkan kepadatan lalu lintas khususnya

pada jalan-jalan keluar di daerah kelurahan Loa

Bakung menuju pusat kota. Meningkatnya jumlah

perjalanan yang dibangkitkan oleh kawasan

Perumahan Korpri Loa Bakung dapat berdampak

terhadap kapasitas pelayanan jalan yang ada di

sekitar lokasi perumahan, khususnya pada ruas

jalan keluar Perumahan Korpri Loa Bakung,

sehingga kemacetan lalu lintas sukar dihindari.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

memodelkan bangkitan perjalanan lalu lintas

pada Perumahan Korpri Loa Bakung Samarinda.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi tentang bangkitan perjalanan dari

perumahan-perumahan yang ada di Kawasan Loa

Bakung berikut hubungannya dengan tingkat

pelayanan pada jalan-jalan keluar dari perumahan

di Kecamatan Sungai Kunjang. Informasi tersebut

dapat dijadikan salah satu dasar pertimbangan

bagi perencana dan pemerintah dalam

menentukan kebijakan terhadap masalah

transportasi dan pengembangan prasarana

wilayah kota Samarinda khususnya untuk

wilayah Kecamatan Sungai Kunjang.

Berdasarkan sensus penduduk nasional

terakhir pada tahun 2010, penduduk kota

Samarinda mencapai 755.630 jiwa. Kelurahan

Loa Bakung terletak di Kecamatan Sungai

Kunjang yang merupakan kecamatan dengan

kepadatan penduduk yang termasuk tertinggi

diantara kecamatan lain di Samarinda dengan

nilai 118.702 jiwa, diketahui pula Kecamatan

Sungai Kunjang sendiri memiliki luas sekitar

69,23 km2

. Dari data tersebut, Perumahan Korpri

Kelurahan Loa Bakung yang akan menjadi

sampel penelitian memiliki 32 RT, dan

Perumahan Korpri Loa Bakung sendiri memiliki

jumlah 2242 Kepala Keluarga.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan dasar para perencana transportasi

adalah memperkirakan jumlah serta lokasi

kebutuhan akan transportasi seperti menentukan

total pergerakan, baik untuk angkutan umum

maupun pribadi pada masa yang akan datang atau

pada tahun rencana yang akan digunakan untuk

berbagai kebijakan investasi perencanaan

trasnportasi.

Dimana dengan ini maka perencanaan

lebih terarah dan jelas. Perencanaan transportasi

dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan

perencanaan sistem transportasi yang sistematis

yang bertujuan menyediakan layanan transportasi

baik sarana maupun prasarananya disesuaikan

dengan kebutuhan transportasi bagi masyarakat di

suatu wilayah serta tujuan-tujuan kemasyarakatan

yang lain. Perencanaan transportasi akan

mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi

kebutuhan orang akan pergerakan orang ataupun

barang. Faktor-faktor tersebut dapat berupa tata

guna lahan, ekonomi, sosial, budaya, teknologi

transportasi, dan faktor-faktor lain yang mungkin

terkait.

Secara garis besar, transportasi dapat

dilihat sebagai suatu sistem dengan 3 komponen

utama yang saling mempengaruhi. Ketiga

komponen tersebut diantaranya adalah sistem tata

guna lahan, sistem prasarana transportasi, dan

lalu lintas.

Hubungan antara ketiga komponen utama

ini terlihat dalam 6 (enam) konsep analitis yaitu:

1. Aksesibilitas

2. Bangkitan pergerakan

3. Sebaran pergerakan

4. Pemilihan moda

Page 34: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 30

5. Pemilihan rute

6. Arus lalu lintas pada jaringan jalan.

Terdapat beberapa konsep perencanaan

transportasi yang telah berkembang sampai saat

ini, yang paling populer adalah Model

Perencanaan Transportasi Empat Tahap. Model

perencanaan ini merupakan gabungan dari

beberapa seri submodel yang masing-masing

harus dilakukan secara terpisah dan berurutan,

yang terdiri dari (Tamin, 2000) :

1. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip

Generation)

2. Distribusi atau sebaran pergerakan lalu lintas

(Trip Distribution)

3. Pemilihan moda (Modal Split)

4. Pemilihan rute perjalanan (Traffic

Assignment)

Dimana, submodel dari model tersebut

meliputi aksesibilitas, bangkitan dan tarikan

pergerakan, sebaran pergerakan, pemilihan moda

dan pemilihan rute serta arus lalu lintas dinamis.

2.1. Analisis Bangkitan Pergerakan

Transportasi.

Bangkitan pergerakan adalah tahapan

permodelan yang memperkirakan jumlah

pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata

guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik

ke suatu zona atau tata guna lahan (Tamin,2000).

Bangkitan lalu lintas ini meliputi :

1. Lalu Lintas yang meninggalkan suatu lokasi

2. Lalu lintas yang menuju atau tiba di suatu

lokasi

Bangkitan lalu-lintas digunakan untuk

memperkirakan jumlah perjalanan yang berasal

dari setiap kawasan (trip origin) dan jumlah

perjalanan yang berakhir pada suatu zona (trip

end) untuk setiap tujuan perjalanan. Maksud

perjalanan menjadi penting untuk

dipertimbangkan, bukan saja untuk menentukan

faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

perjalanan yang akan terjadi, melainkan juga

akan mempengaruhi pemilihan moda yang sangat

penting dalam perencanaan transportasi di masa

datang. (Morlok, 1995).

Dalam permodelan bangkitan pergerakan

menurut Tamin (2008), hal yang perlu

diperhatikan bukan saja pergerakan manusia,

tetapi juga pergerakan barang.

a. Bangkitan Pergerakan untuk Manusia

Faktor berikut dipertimbangkan pada

beberapa kajian yang telah dilakukan :

1) Pendapatan

2) Pemilikan Kendaraan

3) Struktur Rumah Tangga

4) Ukuran Rumah Tangga

5) Nilai Lahan

6) Kepadatan daerah pemukiman

7) Aksesibilitas

2.2. Model Bangkitan Pergerakan

Transportasi

Pemodelan bangkitan perjalanan dapat

dilakukan melalui beberapa pendekatan.

Pendekatan yang umum digunakan untuk

pemodelan bangkitan pergerakan adalah dengan

menggunakan analisis regresi.

Metode Analisis Regresi adalah Metode

yang digunakan untuk Untuk memperkirakan

Parameter-parameter terbaik yang memiliki

hubungan erat terhadap terjadinya suatu

bangkitan lalu lintas pada perumahan, hubungan

matematis antara dua variabel atau lebih

digunakan metode regresi linier berganda. Pada

model regeresi linier berganda variabel yang akan

diramalkan (dependent variable) memiliki

hubungan secara linier dengan variabel-variabel

bebasnya (independent variables). Secara

matematis, hubungan tersebut dapat

diformulasikan sebagai berikut (Tamin, 2008) :

Y = bo + b1 X1 + b2 X2 + ... + bn Xn

dimana : Y = variabel yang diramalkan

(variabel tak bebas)

X1,X2, ...,Xn = variabel-variabel peramal

(variabel bebas)

bo, b1, ... , bn = koefisien persamaan regresi

Page 35: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 31

3. METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Model Perhitungan Produksi Perjalanan

Dari data yang diperoleh melalui

kuesioner model formulasi produksi perjalanan

menggunakan analisis regresi linier berganda

dengan bantuan software SPSS 21. Sebelum

memasuki analisis regresi linier berganda dengan

bantuan SPSS 21, terlebih dahulu memodelkan

analisis-korelasi antara variabel bebas dan

produksi perjalanan.

4.2. Model Analisis-Korelasi antara masing-

masing variabel dan produksi perjalanan

Pada analisis-korelasi ini, dilakukan usaha

untuk mendapatkan linear antara jumlah

pergerakan yang dibangkitkan atau pergerakan

jumlah perjalanan oleh zona dan ciri

sosioekonomi dari rumah tangga (Tamin,2008)

4.3. Uji korelasi antara variabel dan

produksi perjalanan

Untuk melihat hubungan bivariat, antara

variabel independen, yang meliputi jumlah

anggota keluarga (orang), jumlah anggota

keluarga yang bekerja (orang), jumlah anggota

keluarga yang melakukan perjalanan (orang),

umur kepala keluarga (tahun), luas rumah tinggal

(m2), jumlah kepemilikan kendaraan (unit) dan

penghasilan rata-rata perbulan (juta) dengan

variabel dependen produksi perjalanan (Y) dapat

dilihat dari hasil uji korelasi Pearson. Semakin

tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan

hubungan antar variabel.

Proses penyeleksian variabel harus sesuai

dengan syarat metode analisis regresi linear

berganda, bahwa variabel bebas yang akan

dipakai dalam model harus mempunyai korelasi

tinggi terhadap variabel terikat dan sesama

variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi.

Apabila terdapat korelasi variabel bebas, maka

dipilih salah satu variabel yang memiliki korelasi

terbesar untuk mewakili (Tamin,2008).

Matriks hasil uji korelasi antar variabel

dapat dilihat pada tabel 4.14. Pada tabel tersebut

dapat dilihat bahwa variabel yang mempunyai

hubungan signifikan atau pengaruh besar

terhadap produksi perjalanan (Y) adalah jumlah

anggota keluarga yang melakukan perjalanan

(X3). Penghasilan perbulan (X7) mempunyai

hubungan yang signifikan dengan produksi

perjalanan (Y) dengan nilai koefisien korelasi

sebesar 0,696 atauu 69,6 %. Artinya perubahan

nilai total produksi perjalanan (Y) searah dengan

perubahan jumlah anggota keluarga yang

melakukan perjalanan (X3) dengan kata lain jika

nilai variabel jumlah anggota keluarga yang

melakukan perjalanan (X3) semakin besar maka

nilai variabel total produksi perjalanan (Y) juga

semakin besar.

Validasi Data Pembahasan

Data Primer :

3. Dari hasil kuesioner

4. Data Lalu lintas

Selesai

Lolos

Studi literatur

Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan

Penentuan Variabel Penelitian

Pengumpulan Data

Mulai

Pengolahan Data

Kesimpulan

4. Data kependudukan

5. Data perumahan

6. Literatur penunjang

Page 36: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 32

Tabel 4.1. Korelasi antara variabel Bebas dan Variabel terikat

4.4. Analisis Regresi untuk Mendapatkan

Persamaan Model Bangkitan

Analisis regresi linier berganda digunakan

untuk meramalkan suatu variabel terikat (Y)

berdasarkan dua atau lebih variabel bebas (Xa,

X2, dan seterusnya) dalam suatu persamaan linier.

Untuk mendapatkan model yang paling sesuai

menggambarkan pengaruh suatu atau beberapa

variabel bebas terhadap variabel terikat

digunakan analisis regresi berganda (Multiple

Linear Regresion Analysis). Model regresi linear

yang ditampilkan diolah dengan menggunakan

bantuan software SPSS 21.

Dengan metode analisis langkah demi

langkah akan dicari model terbaik yang paling

tepat dalam mencerminkan realita yang ada.

Dengan 5 variabel (X1, X2, X3, X4,X7)

Tabel 4.2. Hasil-Hasil output analisis regresi

dengan 5 variabel (1) dari SPSS:

Tabel 4.2A. Variables Entered/Removeda

Model Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 X7, X2, X1,

X3, X4b

Enter

a. Dependent Variable: Y

b. All requested variables entered.

Tabel 4.2B. Model Summaryb

Model R R

square

Adjusted

R square

Std. Error of the

Estimate

1 .690a .477 .465 2.184

a. Predictors: (Constant), X7, X2, X1, X3, X4

b. Dependent Variable: Y

Tabel 4.2C. ANOVAa

Model Sum of

Square

s

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 968.449 5 193.690 40.615 .000b

Residual 1063.481 223 4.769

Total 2031.930 228

a. Dependent Variable: Y

b. Predictors: (Constant), X7, X2, X1, X3, X4

Tabel 4.2 D. Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardi

zed

Coefficients

t Sig.

B Std.

Error

Beta

1

(Constant) -.110 .597 -.184 .854

X1 -.211 .168 -.092 -1.255 .211

X2 .018 .200 .005 .089 .929

X3 1.407 .172 .579 8.168 .000

X4 .481 .188 .192 2.562 .011

X7 .145 .105 .078 1.376 .170

a. Dependent Variable: Y

Persamaan (model) regresi yang terbentuk

adalah:

Y = -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +

0,481 X4 + 0,145 X7

Persamaan ini merupakan model regresi yang

menggambarkan pengaruh variabel bebas yaitu

jumlah anggota keluarga (X1), jumlah anggota

keluarga yang bekerja (X2), jumlah anggota

No. Perubahan Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

1 Produksi Perjalanan

Y 1 0.447 0.371 0.667 0.523 0.226 0.168 0.371

2 Jumlah anggota

keluarga X1 1 0.494 0.672 0.656 0.295 0.276 0.275

3

Jumlah Anggota

Keluarga yang

bekerja X2 1 0.496 0.550 0.272 0.036 0.229

4

Jumlah Anggota

Keluarga yang

melakukan

perjalanan

X3 1 0.606 0.326 0.164 0.391

5

Jumlah

Kepemilikan

Kendaraan X4 1 0.301 0.332 0.474

6 Umur kepala

keluarga X5 1 0.082 0.021

7 Luas Bangunan X6 1 0.206

8 Penghasilan per

bulan X7 1

Page 37: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 33

keluarga yang melakukan perjalanan (X3) ,

jumlah anggota kepemilikan kendaraan (X4) dan

penghasilan perbulan (X7) yang mempengaruhi

produksi perjalanan (Y). Keeratan hubungan

antara variabel ditunjukkan oleh nilai R sebesar

0,690.

Tabel 4.3. Hasil Permodelan Bangkitan

Pergerakan Dengan Metode Langkah Demi

Langkah Tipe – 1

4.5. Langkah Awal Uji Validasi dengan

Menganalisis Hasil Model yang didapat

Dari beberapa model yang didapatkan,

akan dianalisis satu per satu hasil atau jumlah

perjalanan dari setiap model yang didapatkan.

Dimana hasil dari survei Lalu lintas harian atau

traffic counting yang dilakukan dapat menjadi

tolak ukur atau dasar dalam memilih model yang

dianggap merupakan model bangkitan yang

terbaik. Dengan kata lain untuk membuktikan

apakah hasil dari permodelan sesuai dengan fakta

perjalanan atau trip di lapangan.

1. Dengan model tipe-1 dengan menggunakan 6

variabel

Y= -0,161 - 0,212 X1 + 0,017 X2 + 1,404 X3 +

0,479 X4 + 0,001 X5 + 0,146 X7

Dari model ini didapatkan hasil perjalanan

sebesar 13.579 Perjalanan/hari

2. Dengan model tipe-2 dengan menggunakan 5

variabel

Y= -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +

0,481 X4 + 0,145 X7

Dari model ini didapatkan hasil perjalanan

sebesar 13.670 Perjalanan/hari

3. Dengan model tipe-3 dengan menggunakan 4

variabel

Y= -0,105 -0,210 X1 + 1,409 X3 + 0,486 X4 +

0,144 X7

Dari model ini didapatkan hasil perjalanan

sebesar 13.644 Perjalanan/hari

4. Dengan model tipe-4 dengan menggunakan 3

variabel

Y= 0,329 - 0,241 X1 + 1,454 X3 + 0,572 X4

Dari model ini didapatkan hasil perjalanan

sebesar 12.677 Perjalanan/hari

5. Dengan model tipe-5 dengan menggunakan 2

variabel

Y= 0,018 + 1,344 X3 + 0,468 X4

Dari model ini didapatkan hasil perjalanan

sebesar 13.370 Perjalanan/hari

6. Dengan model tipe-6 dengan menggunakan 1

variabel

Y= 0,587 +1,619 X1

Dari model ini didapatkan hasil perjalanan

sebesar 12.094 Perjalanan/hari.

4.6. Hasil Survey Lalu Lintas Harian / Traffic

counting Bangkitan yang Terjadi

Dalam Dalam uji validasi ini dilakukan

pencacahan lalu lintas (Traffic Counting) di 7

(tujuh) titik survei. Perhitungan hanya dilakukan

pada lalu lintas yang keluar atau meninggalkan

Perumahan Korpri Loa Bakung Samarinda, yang

dimulai pada pukul 06.00 sampai dengan pukul

21.00 WITA dimana dengan asumsi merupakan

jam efektif melakukan perjalanan. Perhitungan

dilakukan selama 3 hari yaitu dengan asumsi

merupakan hari dengan jam sibuk yaitu hari

kamis, senin dan selasa. Berikut merupakan

rincian lokasi survei beserta hasil survey (Traffic

Counting) fluktuasi kendaraan keluar Perumahan

Korpri Loa Bakung.

Gambar 1. Grafik fluktuasi kendaraan keluar pada

Hari Selasa di semua titik

Jadi, dari Analisis Traffic Counting yang

dilakukan, menghasilkan masing-masing

perjalanan sebesar :

Hari Kamis Total Kendaraan Keluar Sebesar =

13741

Page 38: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 34

Hari Senin Total Kendaraan Keluar Sebesar =

13911

Hari Selasa Total Kendaraan Keluar Sebesar =

13795

Dari Hasil Total Kendaraan ini diambil

rata-rata untuk mendekati validasi dari

permodelan yang telah dilakukan.

Rata-rata =

= 13815 Perjalanan

Keluar / hari

Dari hasil ini penulis mengasumsikan

bahwa hasil dari Model yang dipilih sebagai

model terbaik yaitu 13670 perjalanan/hari

mendekati hasil real yaitu sebesar 13815. Dengan

perbedaan/selisih sebanyak 145 perjalanan,

dimana prediksi bahwa hal tersebut merupakan

faktor yang belum diperhitungkan oleh penulis.

Atau dengan kata lain, ada beberapa faktor yang

perlu diperhitungkan agar perhitungan lebih

akurat atau bahkan sama.

4.7. Analisis Jumlah Bangkitan Pergerakan

Pada Masa yang Akan Datang

Dengan pertimbangan atau berdasarkan

model yang dipilih merupakan model yang

terbaik, maka model terbaik ini dipakai untuk

menganalisis jumlah bangkitan pergerakan pada

masa yang akan datang.

Model bangkitan pergerakan pada perumahan

korpri Loa Bakung adalah :

Y = -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +

0,481 X4 + 0,145 X7

Dengan menggunakan data hasil survey,

maka besarnya masing-masing komponen

parameter bebas yang mempengaruhi bangkitan

perjalanan untuk tahun 2014 dan diprediksi tahun

2020 pada perumahan korpri Loa Bakung

Perhitungan Proyeksi pada Tahun 2020

Metode Geometrik

Pn = Po (1 + r)n

Metode ini sama halnya dengan metode yang

digunakan pada rumus dasar analisis ekonomi

proyek yang berdasarkan bunga berganda

(interest coumpound) dan metode penggandaan

yang berperiode (discrete compounding)

(Kodoatie,2005) dengan menggunakan rumus

future value

F = Po (1 + r)n

Untuk Rentang 5 Tahun (berdasarkan Rentang

tahun) maka digunakan rumus:

Pn = Po + (Po x r)

Keterangan :

Pn1 = Jumlah anggota keluarga pada tahun

ke n

Pn2 = Jumlah anggota keluarga yang bekerja

pada tahun ke n

Pn3 = jumlah anggota yang melakukan

pekerjaan pada tahun ke n

Pn4 = jumlah kepemilikan kendaraan pada

tahun ke n

Pn5 = jumlah penghasilan pada tahun ke n

Po1 = Jumlah anggota keluarga pada tahun

dasar

Po2 = Jumlah anggota keluarga yang bekerja

pada tahun dasar

Po3 = jumlah anggota yang melakukan

pekerjaan pada tahun dasar

Po4 = jumlah kepemilikan kendaraan pada

tahun dasar

Po5 = jumlah penghasilan pada tahun dasar

r = Laju Pertambahan

n = jumlah interval

Perhitungan Proyeksi pada tahun 2015-2020

Pn12020 = 9359 + ( 9359 x 15% )

= 10763

Pn22020 = 4170 + ( 4170 x 15% )

= 4796

Pn32020 = 7470 + ( 7470 x 15% )

= 8590

Pn42020 = 7117 + ( 7117 x 14.3% )

= 8132

Pn52020 = 11288 + ( 11288 x 29% )

= 14561

Berdasarkan perhitungan proyeksi diatas,

maka jumlah bangkitan pergerakan yang terjadi

untuk masing-masing tahun pengamatan adalah :

Tahun 2015 :

Y = -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +

0,481 X4 + 0,145 X7

= -0,110 - 0,211 (9359,6) + 0,018 (4170,7) +

1,407 (7470,06) + 0,481 (8132) + 0,145

(14561) = 13670,8 perjalanan/hari

Page 39: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 35

Tahun 2020 :

Y = -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +

0,481 X4 + 0,145 X7

= -0,110 – 0,211 (10763) + 0,018 (4796) +

1,407 (8590) + 0,481 (13862) + 0,145

(13919,849) = 15925 perjalanan/hari

Tabel 4.4. jumlah perjalanan yang terjadi pada

tahun 2015 dan 2020

Tahun

2015

Tahun

2020

Keterangan

Jumlah

Perjalanan

13670 15925 Perjalanan/hari

Hasil estimasi/perkiraan jumlah bangkitan

perjalanan yang dibangkitkan oleh Perumahan

Korpi Loa Bakung pada tahun 2020 melalui

model persamaan bangkitan lalu lintas yang

didapat adalah sebesar 15925 perjalanan/hari,

sedangkan pada tahun 2015 didapat hasil sebesar

13670 perjalanan/hari.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data responden dan

validasi survey di lapangan pada Perumahan

Korpri Loa Bakung maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Model Terbaik yang digunakan yaitu :

Y= -0,110 - 0,211 X1 + 0,018 X2 + 1,407 X3 +

0,481 X4 + 0,145 X7

Dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar

0,690 dan koefisien determinasi (R2) sebesar

0,477.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

bangkitan perjalanan di perumahan korpri

diantaranya meliputi jumlah anggota keluarga

(X1), jumlah anggota keluarga yang bekerja

(X2), jumlah anggota keluarga yang

melakukan perjalanan (X3) , jumlah anggota

kepemilikan kendaraan (X4) dan penghasilan

perbulan (X7). Keeratan hubungan antara

variabel ditunjukkan oleh nilai R sebesar

0,690, yang artinya memiliki hubungan

koefisien korelasi yang kuat sebesar 69%.

3. Karakteristik rumah tangga penduduk

Perumahan Korpri Loa Bakung

a. Sebagian besar penduduk perumahan

Korpri Loa Bakung memiliki jumlah

anggota keluarga yang berkisar antara 3-4

orang yang ditunjukkan persentase sebesar

59%.

b. Jumlah anggota keluarga yang bekerja

pada tiap keluarga di perumahan Korpri

Loa Bakung sebagian besar berjumlah 1-2

orang dengan persentase 81%.

c. Sebagian besar penduduk Perumahan

Korpri Loa Bakung memiliki jumlah

anggota keluarga yang melakukan

pekerjaan setiap harinya 3-4 orang dengan

persentase 61%.

d. Sebagian besar umur kepala keluarga di

perumahan Korpri Loa Bakung berusia

antara 45-55 tahun dengan presentase

sebesar 42%.

e. Sebagian besar penduduk perumahan

Korpri Loa Bakung berpenghasilan antara

Rp. 4.000.000,00 – Rp. 6.000.000,00

dengan persentase sebesar 49%.

f. Dari segi pekerjaan, mayoritas pekerjaan

dari penduduk Perumahan Korpri Loa

Bakung adalah Pegawai Negeri Sipil

dengan persentase sebesar 50%.

4. Karakteristik Perjalanan penduduk di

Perumahan Korpri Loa Bakung

a. Penduduk Perumahan Korpri Loa Bakung

mayoritas melakukan perjalanan dengan

tujuan untuk bekerja (29%), pendidikan

(25%), dan belanja (20%)

b. Sebagian besar penduduk Perumahan

Korpri Loa Bakung melakukan perjalanan

sebanyak 1-5 kali sebesar 48%.

c. Ditinjau dari kepemilikan kendaraan,

sebagian besar penduduk Perumahan

Korpri Loa Bakung memiliki kendaraan 3-

4 unit kendaraan dengan persentase

sebesar 64%.

d. Berdasarkan pemilihan moda transportasi,

sebagian besar penduduk perumahan

Korpri Loa Bakung menggunakan

kendaraan pribadi seperti sepeda motor

dan mobil dengan persentase sebesar 94%.

5. Dari analisis Traffic counting yang dilakukan,

menghasilkan masing-masing perjalanan

sebesar hari Kamis total kendaraan keluar

sebesar 13741, hari Senin total kendaraan

keluar sebesar 13911, hari Selasa total

kendaraan keluar sebesar 13795, jadi rata-rata

dari total kendaraan keluar untuk validasi ini

sebesar 13815 perjalanan dan hasil tersebut

mendekati hasil dari analisis permodelan

sebesar 13670 perjalanan.

6. Hasil estimasi/perkiraan jumlah bangkitan

perjalanan yang dibangkitkan oleh Perumahan

Korpi Loa Bakung pada tahun 2020 melalui

model persamaan bangkitan lalu lintas yang

didapat adalah sebesar 15925 perjalanan/hari,

sedangkan pada tahun 2015 didapat hasil

sebesar 13670 perjalanan/hari.

Page 40: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

M. Jazir Alkas Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 36

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi bangkitan lalu lintas yang ada

di perumahan Korpri Loa Bakung

2. Bagi penelitian selanjutnya yang

menggunakan metode sampling, agar dapat

memperbanyak jumlah sampel agar data yang

didapatkan lebih akurat dan memiliki tingkat

kepercayaan yang tinggi serta dapat mewakili

kondisi nyata Perumahan Korpri Loa Bakung.

3. Hasil dari penelitian ini akan lebih baik jika

dilanjutkan pada tahap perencanaan sarana

dan prasarana transportasi agar mendapatkan

solusi atau menghindari adanya permasalahan

yang terjadi akibat bangkitan maupun tarikan

lalu lintas perumahan Korpri Loa Bakung.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Direktorat Jenderal Bina Marga Direktorat Bina

Jalan Kota, 1997. Manual Kapasitas Jalan

Indonesia (MKJI).

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,

2004. Survai Pencacahan Lalu Lintas dengan

Cara Manual.

J. Kodoatie, Robert, 1994. Analisis Ekonomi

Teknik. Andi : Yogyakarta.

Khisty, C.jotin dan Lall, B.Kent, 2003. Dasar-

dasar Rekaya Transportasi. Erlangga : Jakarta.

Miro, Fidel, 2007. Perencanaan Transportasi.

Erlangga : Jakarta.

Misbahudin dan Hasan, Iqbal, 2013. Analisis

Data Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara :

Jakarta.

Morlok, Edward K, 1984. Pengantar Teknik dan

Perencanaan Transportasi. Erlangga : Jakarta.

Ortuzar J.D dan Willumsen , L.G. 1994.

Modelling Transport. John Wiley & Sons :

Canada.

Tamin, O.Z. 2008. Perencanaan Permodelan &

Rekayasa Transportasi. Institut Teknologi

Bandung : Bandung.

Jurnal:

Hamdi Muhtar, 2011. Jurnal Sipil Bangkitan

Perjalanan Pada Perumahan Bougenville di

Palembang, Palembang. Politeknik Negeri

Sriwijaya.

Sutarto Agung, 2007. Analisis Trip Generation

Warga Perumahan Kawasan Hinterland.

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Page 41: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 37

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT

UNTUK PEKERJAAN PEMATANGAN LAHAN PADA

LOKASI BERBATU DI KOTA SAMARINDA (Studi Kasus Perhitungan Kesesuaian dan Pemanfaatan Alat Berat)

Tamrin1)

Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda

Jl. Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119

e-mail: [email protected]@yahoo.com

ABSTRAK

Proyek pelaksanaan pematangan lahan dengan penggunaan alat berat dapat mempercepat pelaksanaan

pekerjaan namun tentu diperlukan pemilihan alat berat yang tepat dan sesuai dengan kondisi lapangan sehingga

pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan rencana. Ketidak sesuaian penggunaan alat dan langkah untuk

menambah atau mengganti alat, tentu memerlukan tenggang waktu yang lama, yang berujung pada

meningkatnya biaya operasional proyek. Pekerjaaan galian dan timbunan harus di rencanakan sedemikian rupa

sehingga penggunaan alat di lapangan bisa efektif, efisien dan terkontrol yang akhirnya dapat menekan biaya

pelaksanaan proyek sehingga dapat memberikan keuntungan kepada pelaksanaan proyek. Dengan Volume

pekerjaan galian sebesar 169.145,04 m3 dan volume timbunan sebesar 4.963,66 m

3 diperoleh jumlah alat untuk

pekerjaan galian berupa excavator adalah 4 unit, dump truck 12 unit dengan waktu kerja yang hampir sama

yaitu 145 hari kalender, sementara pekerjaan timbunan memerlukan Bulldozer 1 unit dan compactor 1 unit

dengan waktu pelaksanaan 10 hari kerja. Total biaya pelaksanaan untuk volume galian 169.145,04 m3 dan

volume timbunan 4.963,66 m3 adalah Rp 1.223.122.176,21.

Kata Kunci: Alat berat, galian dan timbunan

ABSTRACT

The project of land development with the use of heavy equipment can accelerate the progress of the

work but it required the selection of appropriate equipment and in accordance with the site conditions so that

the work can run in accordance with the schedule. The inconsistency of using tools and the steps taken or

replace tools, certainly takes fewtime, which leads to increase operational costs of the project. Excavation and

embankment must be planned so that the use of tools in the site can be effectif, effeien and controlled that

finally reduce the cost of project implementation so that it can provide benefits to the implementation of the

project. With the volume of excavation work of 169,145,04 m3 and the pile volume of 4,963,66 m3, the amount

of excavator excavation tool is 4 units, 12 units of dump truck with the same working time of 145 calendar

days, while the pile work requires Bulldozer 1 unit and compactor 1 unit with 10 working days. Total

implementation cost for excavation volume 169,145,04 m3 and 4,963,66 m3 pile volume is Rp

1,223,122,176,21.

Keywords: Heavy equipment, excavation and dump

1. PENDAHULUAN

Penggunaan alat berat pada proyek

pekerjaan tanah untuk pematangan lahan sangat

memerlukan perencanaan pemakaian alat agar

pekerjaan bisa cepat dan efektif, dimana saat

pemilihan alat ini, akan sangat tergantung pada

kondisi lapangan, sehingga pemilihan alat yang

tepat dapat mempercepat pelaksanaan pekerjaan.

Dalam kasus pematangan lahan singkronisasi alat

yang tidak tepat dapat mngurangi produktifitas

karena alat tidak dapat berfungsi maksimal sesuai

dengan fungsinya, yang akibatnya dapat membuat

membengkaknya biaya pelaksanaan. Oleh karena

itu perencanaan penggunaan alat yang tepat akan

menghasilkan hasil yang maksimal.

Selain faktor perencanaan hal yang tidak

kalah pentingnya adalah umur alat dan tingkat

keterampilan operator, sehingga jika ketiganya

terjamin maka akan memberikan hasil yang baik.

Mengingat pentingnya perencanaan

penggunaan alat berat tersebut maka diharapkan

Page 42: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 38

perencanaan penggunaan alat berat seblum proses

konstruksi dimulai, kita dapat menjamin peroyek

tidak mengalami kerugian dan hal inilah yang

mendasari untuk menganalisis pengoptimalan alat

berat.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Alat Berat

Alat berat dalam dunia konstruksi

dipergunakan untuk membantu manusia dalam

melakukan pekerjaan pembangunan suatu

struktur. Alat berat yang umum dipakai di dalam

proyek konstruksi antara lain Bulldozer,

Excavator, Dump Truck dan lain-lain (Ir.

Rostiyanti, 2002).

Berdasarkan fungsinya alat berat dapat

dibagi sebagai berikut :

a. Alat Pengolah Lahan

b. Alat Penggali

c. Alat Pengangkut Material

d. Alat Pemindah Material

e. Alat Pemadat

f. Alat Pemroses Material

g. Alat Penempatan Akhir Material

2.1.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pemilihan Alat Berat

Di dalam pemilihan alat berat, ada

beberapa faktor yang harus diperhatikan sehingga

kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari.

Faktor–faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

i. Pemeriksaan Keadaan Lapangan.

ii. Perencanaan Pelaksanaan Pekerjaan.

iii. Perbandingan Pelaksanaan Pekerjaan.

a. Kapasitas Produksi Alat Berat

Produksi didasarkan pada pelaksanaan

volume yang akan dikerjakan per siklus waktu

dan jumlah dalam satu jam.

Q = q x N x E = q x

x E .................................................................................................. (2.3)

Dimana Q : produksi per jam dari alat (m³/jam)

q : produksi per siklus ( m³ ) dalam satu

siklus kemampuan alat untuk

memindahkan tanah lepas

N : jumlah siklus dalam satu jam

E : efisiensi kerja

Cm : waktu siklus dalam menit

b. Waktu Siklus

Waktu siklus (CT) dapat dirumuskan:

CT = LT + HT + DT + RT + ST

Dimana CT = waktu siklus LT = waktu muat

HT = waktu angkut

DT = waktu pembongkaran

RT = waktu kembali

ST = waktu tunggu

c. Efisiensi Kerja

Cara yang umum dipakai untuk

menentukan efisiensi alat adalah dengan

menghitung berapa menit alat tersebut bekerja

secara efektif dalam satu jam.

Tabel 1. Efisiensi Kerja

Kondisi

Operasi Alat

Pemeliharaan Mesin

Baik Sekali

Baik Sedang Buruk Buruk Sekali

Baik Sekali

Baik

Sedang Buruk

Buruk Sekali

0,83

0,78

0,72 0,63

0,52

0.81

0,75

0,69 0,61

0,50

0,76

0,71

0,65 0,57

0,42

0,70

0,65

0,60 0,52

0,42

0,63

0,60

0,54 0,45

0,32

sumber; Ir. Rochmanhadi, 1985

2.1.2. Jenis-Jenis Alat Berat

a. Bulldozer

Produksi per jam suatu Bulldozer pada

suatu penggusuran adalah sebagai berikut:

Dimana : Q = Produksi/jam Bulldozer (m³/jam)

q = Produksi per siklus (m³)

Cm = Waktu siklus (dalam menit)

E = Efisiensi kerja

b. Alat Gali (Excavator)

Penentuan waktu siklus excavator

didasarkan pada pemilihan kapasitas bucket.

Rumus yang dipakai untuk menghitung

produktivitas excavator adalah :

Dimana : Q = Produksi per jam (m³/jam)

q = Produksi per siklus (m³)

Cm = Waktu siklus (detik)

E = Effisiensi kerja

Page 43: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 39

c. Dump Truck

Waktu siklus rata-rata dump truck dalam

kondisi-kondisi yang baik, sedang, atau kurang

dapat dilihat pada tabel 2.10 sebagai standarisasi

perhitungan analisis alat berat dump truck.

Walaupun waktu rata-rata tersebut belum tentu

dengan keadaan di lapangan. Perhitungan

Produksi Per jam (Q) total dari beberapa dump

truck yang mengerjakan pekerjaan yang sama

secara simultan dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

Dimana:

Q = Produksi per jam ( m3/jam )

C = Produksi persiklus ( m3 )

Et= efesiensi kerja Dump Truck

Cmt= Waktu siklus dump truck ( menit )

M = Jumlah dump truck yang bekerja.

3. METODE PENELITIAN

Adapun tahapan pengerjaan penelitian ini,

jika diuraikan adalah sebagai berikut :

Penelitian ini dimulai dengan pengumpulan

literature dimana dilakukan pengumpulan data

yang berkaitan dengan proyek yang dikerjakan.

Diantaranya Alat Berat, data Harga Satuan

setempat tahapan berikutnya adalah mengkaji

semua literatur-literatur yang berkaitan dengan

alat berat, tahap ahir adalah menghitung

Produktivitas dan Waktu Kerja Alat Berat serta

biaya yang diperlukan. Berikut pola diagram alur

pola pikir studi ini

Gambar 1. Diagram alir penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil estimasi volume galian sebesar

169.145,04 m3 dan volume timbunan sebesar

4.963,66 m3. Lokasi Galian dan Timbunan berada

dalam satu kawasan pematangan lahan Dari jenis

tanah yang dapat dilihat di lapangan seperti

gambar berikut:

.

Gambar 2. Gambaran Lokasi

Page 44: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 40

4.1. Deskripsi Pekerjaan di Lokasi

Rencana tahapan pekerjaan dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

1. Pekerjaan Galian.

a. Pekerjaan ini mengerjakan pekerjaan tanah

dengan luas 5.972m2.

b. Pekerjaan ini dikerjakan di tanah asli yaitu

jenis tanah pecahan padas dengan

permukaan yang tidak rata.

c. Kontur tanah yang berbukit atau lahan

pekerjaan yang akan digali adalah gunung

dengan jenis batu lunak akan

membutuhkan alat gali yang bisa bergerak

dilantai kerja sangat sempit.

d. Tanah hasil galian yang baik akan

digunakan sebagai tanah timbunan dan

sisa galian akan dibuang ke luar area

proyek.

e. Alat yang akan digunakan sesuai dengan

fungsi, dan keadaan tanah yaitu,

Excavator dengan model Komatsu PC 320

C.

f. Adapun spesifikasi Komatsu PC 320 C;

kapasitas bucket 1.2 m3, kapasitas alat 138

Hp, job efficiency/efesiensi kerja 0,69,

jam kerja perhari 7 jam.

2. Pekerjaan Timbunan

a. Pekerjaan penghamparan dikerjakan

ditanah dengan luas 2.700m2.

b. Pekerjaan ini dikerjakan ditanah lepas,

atau tanah dari hasil pekerjaan galian.

c. Pekerjaan ini bisa dilakukan dengan alat

berat beroda karet (dump truk) atau bisa

juga dilakukan dengan alat berat beroda

crawler (Bulldozer atau Excavator).

d. Dengan jarak tempuh galian ketimbunan

kira-kira kurang dari 20 meter, alat berat

yang cocok adalah bulldozer, karena alat

tersebut dapat melakukan pengangkutan,

penghamparan dan sekaligus perapian

pada pekerjaan tanah tersebut.

e. Dan untuk mendapatkan kepadatan yang

optimal dari timbunan akan dibantu

dengan compactor dengan model Bomag

BW 212 D-3, dengan setiap ketebalan

25cm dari penghamparan yang dilakukan

bulldozer.

f. Alat berat yang akan digunakan adalah

Bulldozer dengan model D85E-SS-2.

Dengan spesifikasi sebagai berikut;

kapasitas alat 150 HP, kapasitas blade 3,4

m3, lebar blade 3,62 m, tinggi blade 1,295

m, jam kerja perhari 7 jam.

3. Pekerjaan Sisa Galian.

a. Pekerjaan ini dikerjakan ditanah lepas,

atau tanah dari hasil pekerjaan galian.

b. Tempat pembuangan dari hasil galian

berjarak 1,2 km dari lokasi kerja.

c. Keadaan jalan yang dilewati alat berat

untuk membuang sisa galian dalam

kondisi sudah disemenisasi.

d. Alat berat yang cocok adalah alat berat

yang menggunakan roda karet dan

mempunyai kecepatan untuk

memaksimalkan waktu pembuangan yaitu

Dump Truck.

e. Alat berat yang akan digunakan yaitu

Dump Truck dengan model Toyota Dyna

125 HT dengan spesifikasi sebagi berikut;

kapasitas alat 125 HP, kapasitas bak 5 m3,

kecepatan maksimum 104 km/jam,

kapasitas bahan bakar 100 liter, kapasitas

oli 9,5 liter, jam kerja per hari 7 jam.

4.2. Perhitungan produksi alat per jam

1. Excavator

Data spesifikasi alat Excavator, yaitu;

Merk dan model alat : Komatsu 320 C

Kapasitas bucket ( q1 ): 1,2 m³

Faktor bucket ( K ) : 0,6

Efisiensi kerja ( E ) : 0,69

Waktu gali : 9 detik

Waktu putar : 6 detik

Waktu buang : 5 detik

Dari data tersebut bisa dihitung produksi per jam

Excavator dengan diketahui terlebih dahulu

produksi per siklus (q):

q = q1 x K

= 1,2 x 0,6

= 0,72 m³

Waktu siklus (Cm) excavator,

Cm = wkt gali +wkt putar x 2 +wkt buang

= 9 + ( 6 x 2 ) + 5 = 26 detik

Maka Produksi per jam (Q) untuk Excavator

Q = Cm

Eq 3600

= 26

69,0360072,0

= 68,79 m³/jam

Dari hasil perhitungan didapatkan produksi

persiklus dari excavator yaitu 0,72m³ dan waktu

siklus dari excavator yaitu 26 detik sehingga

didapatkan produksi per jam dari excavator

sebanyak 68,79 m³/jam.

Page 45: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 41

2. Dump Truck

Perhitungan produksi Dump Truck dengan

diketahuinya terlebih dahulu data spesifikasi alat,

sebagai berikut;

Merk dan model alat : Toyota Dyna 125 HT

Kapasitas Dump Truck ( C1 ) : 5 m³

Jarak angkut ( D ) : 1200 m

Effisiensi kerja: 0,69 isi dan pemelihalat

Kondisi operasi kerja (t 1 ) = 1 menit

( t 2 )= 0,3 menit

Kecepatan pergi (V1) = 30 km/jam (data rata-rata

di lapangan)

=60

100030

= 500 m/menit

Kecepatan pulang (V2) = 40 km/jam (data rata-

rata di lapangan)

= 60

100040

= 666.67 m/menit

Jumlah siklus yang diperlukan excavator untuk

mengisi Dump Truck (n)

n = kq

C

1

1

= 6,02,1

5

= 6,94 ~ 7

Dengan diketahuinya jumlah siklus yang

diperlukan excavator untuk mengisi dumptruk

sebanyak 7 siklus maka dapat dihutung waktu

muatnya.

waktu muat = n x Cm

= 7 x 26 = 182 detik

= 3,1 menit

Waktu muat excavator untuk mengisi dump truk

sebanyak 3,1 menit maka waktu siklus dumpt

truck yaitu:

Cmt = 22

11

tV

Dt

V

DCmn =

= 3,067,666

12001

500

12001,3

= 3,1 + 2,4 + 1 + 1,8 + 0,3

= 8,6 menit

Jadi waktu siklus dump truk sebanyak 8,6 menit,

perkiraan jumlah dump truck yang diperlukan

untuk 1 excavator.

M = Cmn

Cmt

= 1,3

6,8

= 2,77 ~ 3 unit dump truck

Maka dibutuhkan 3 unit dump truk untuk

melayani 1 excavator.

Dan untuk produksi dump truk, diketahui terlebih

dahulu produksi per siklus dari dump truk yaitu,

C = n x q1 x k

= 7 x 1,2 x 0,6

= 5,04 m³

Jumlah produksi per jam dari dump truk (Q),

Q = MCmt

truckdumpEC

60

= 36,8

69.06004,5

= 72,8 m³/jam

Jadi untuk melayani 1 excavator dalam

pekerjaan ini dibutuhkan 3 dump truk dengan

kapasitas produksi 72,8 m³/jam.

3. Bulldozer

Diketahui data spesifikasi dari Bulldozer untuk

pekerjaan ini yaitu:

Merk dan model alat: Komatsu D85E – SS – 2

Tinggi blade ( H ) : 1,295 m

Lebar blade ( L ) : 3,62 m

Faktor sudu ( a ) : 0,9 ( tabel 2.5)

Waktu pindah persneling ( z ) : 0,05 menit

Jarak gusur ( D ) : 50 m

Effisiensi kerja ( E ) : 0,69 ( tabel 2.4)

Effisiensi maju : 0,75

Effisiensi mundur : 0,85

Kecepatan maju : 3,9 km/jam

Kecepatan mundur : 5,0 km/jam

Dari spesifikasi yang sudah diketahui dapat

dihitung terlebih dahulu produksi per siklus dari

bulldozer yaitu:

q = L x H² x a

= 3,62 x 1,295² x 0,9

= 5,464 m³

Diketahui produksi per siklus Bulldozer sebesar

5,464 m³.

Dan waktu siklus (Cm) yang dibutuhkan

bulldozer yaitu:

1. Kecepatan maju ( F ) = 3,9 x 0,75

= 2,93 km/jam

= 48,75 m/menit

2. Kecepatan mundur ( R ) = 5,0 x 0,85

= 4,25 km/jam

= 70,83 m/menit

Page 46: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 42

Cm = zR

D

F

D

= 05,083,70

50

75,48

50

= 1,78 menit

Diketahuit waktu yang dibutuhkan Bulldozer

yaitu 1,78 menit per siklusnya maka Produksi

per jam (Q) Bulldozer yaitu:

Q = Cm

Eq 60

= 78,1

69,060464,5

= 127,084 m³/jam

Jadi produksi per jam dari Bulldozer untuk

pekerjaan ini sebesar 127,084 m³/jam.

4. Compactor

Diketahui spesifikasi dari Bulldozer untuk

pekerjaan ini yaitu:

Merk dan model alat : Bomag BW 212 D – 3

Lebar efektif ( W ) : 1,68 m – 0,2 = 1,48 m

Kecepatan kerja alat ( V ) : 4 km/jam

Effisiensi kerja ( E ) : 0,69

Jumlah lintasan ( N ) : 8

Tebal pemadatan ( H ) : 0,25 m

Jadi Jumlah Produksi per jam (Q) yaitu;

Q = N

EHVW 1000

=8

69,0100025,0448,1

= 127.65 m³/jam

Maka jumlah produksi per jam compactor untuk

pekerjaan ini sebesar 127.65 m³/jam

4.3. Perhitungan Jumlah Alat

a. Pekerjaan Galian

Pekerjaan galian dikerjakan dengan satu

alat yaitu excavator, yang dikerjakan sebesar

169.145,04 m³, volume ini dalam keadaan asli

atau disebut tanah asli.

Volume = 169.145,04 m³ ( asli ) x 1,65

= 279.089,32 m3

Untuk memenuhi target kerja maka

Jumlah alat yang dibutuhkan untuk pekerjaan

galian yaitu, 1 excavator = 68,79 m³/jam, dapat

diperhitungkan jika 4 Excavator = 275,16 m³/jam

dari besaran produksi per jamnya maka bisa

dihitung total waktu yang dibutuhkan untuk

pekerjaan ini yaitu:

Waktu = 16,275

32,089.279

= 1.014,3 jam

= 7

3,014.1

= 145 hari

Jadi pekerjaan galian dikerjakan dengan 4

excavator dalam waktu 1.014,3 jam atau sama

dengan 145 hari dengan jam efektifnya 7 jam

kerja per hari.

b. Pekerjaan Timbunan

Pekerjaan timbunan menggunakan 2 alat

agar mendapatkan timbunan yang maksimal atau

baik, yaitu Bulldozer dan Compactor. Pekerjaan

timbunan dilakukan setelah excavator menggali

dan memilih tanah yang baik untuk pekerjaan

timbunanan. Dalam pekerjaan ini telah dihitung

volume timbunan sebesar 4.963,66m³,

perhitungan ini dilakuakan digambar potongan

yang berarti tanah tersebut atau volume tersebut

dalam keadaan tanah asli. Maka dibutuhkan tanah

lepas untuk pekerjaan timbunan dengan

perhitungan:

Volume = 4.963,66 m³ ( asli )

= 61,0

66,963.4

= 8.137,15 m3 ( lepas )

Jadi volume yang akan dikerjakan dipekerjaan

timbunan sebesar 8.137,15 m3. Pekerjaan timbunan ada 2 tahap yaitu

penghamparan dan pemadatan pekerjaan

penghamparan dilakukan dengan alat Bulldozer

dengan kapasitas produksi 127,084m³/jam,

dengan lama waktu pekerjaannya,

Waktu Kerja = 084,127

15,137.8

= 64,03 jam

= 7

03,64

= 10 hari

Jadi waktu yang dibutuhkan Bulldozer untuk

mengerjakan penghamparan yaitu selama 64,03

jam atau sama dengan 10 hari.

Page 47: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 43

Dan untuk tahap pemadatan dikerjakan

dengan alat compactor dengan kapasitas produksi

127.65 m³/jam, dengan lama waktu pekerjaan,

Waktu Kerja = 65,127

15,137.8

= 63,745 jam

= 7

745,63

= 10 hari

Jadi waktu yang dibutuhkan Compactor untuk

mengerjakan pemadatan yaitu selama 63,745 jam

atau sama dengan 10 hari.

Maka total waktu yang dibuthkan untuk

pekerjaan timbunan yaitu 11 hari karena 1 hari

pertama dikerjakan Bulldozer dan 1 hari terkhir

dikerjakan Compactor lebih jelasnya bisa dilihat

di lampiran 4 time scedule untuk alat.

c. Pekerjaan Sisa Galian

Pekerjaan sisa galian ada karena volume

dari galian sangat besar dan pekerjaan ini

dikerjakan setelah pekerjaan timbunan terpenuhi

atau bisa dikerjakan bersamaan karena tanah yang

tidak baik untuk timbunan bisa langsung di

buang.

Volume yang dikerjakan bisa dihitung:

Volume = 279.089,32 m3 (galian) - 8.137,15

m3 (timbunan)

= 270.952,17 m3

Jadi volume yang dikerjakan sebesar 270.952,17

m3

Pekerjaan galian dikerjakan dengan 4

Excavator maka Dump truk yang di butuhkan

yaitu:

3 Dump Truck = 72,8 m³/jam

12 Dump Truck = 291,2 m³/jam

Jadi Dump Truk yang dibutuhkan sebanyak 12

alat Dump Truk dengan jumlah produksi 291,2

m³/jam. Dan lama waktu pekerjaan yang

dibutuhkan,

Waktu Kerja = 2,291

17,952.270

= 930,47 jam

= 7

47,930

= 131 hari

Jadi lama alat beroprasi dalam pekerjaan sisa

galian adalah 930,47 jam atau sama dengan 131

hari dengan alat sebanyak 12 unit

4.4. Perhitungan Biaya Sewa Alat dan Biaya

Pekerjaan

a. Perhitungan Biaya Sewa

1. Excavator

Merk alat berat : Komatsu 320 C

Kapasitas ( HP ) : 138

Harga sewa per jam ( E ) Rp. 391.367,00 /jam

Harga bahan bakar: Rp. 6.800,00 /liter

Harga pelumas : Rp. 40.000,00 /liter

Operator ( OP1 ) : Rp. 10.365,00 /jam

Operator ( OP2 ) : Rp. 8.610,00 /jam

Biaya bahan bakar (H1)

H1 = ( 12,5 % s/d 17,5 % ) x HP x harga

bahan bakar = 15 % x 138 x Rp. 6.800,00

= Rp. 140.760,00 per jam

Biaya pelumas (H2)

H2 = ( 1 % s/d 2 % ) x HP x harga oli

= 1,5 % x 138 x Rp. 40.000,00

= Rp. 82.800,00 per jam

Jadi biaya sewa keseluruhan operasional alat

adalah,

Biaya = E + H1 + H2 + OP1 + OP2

= Rp.391.367 + Rp.140.760 +

Rp.82.800 + Rp.10.365 + Rp.8.610

= Rp. 633.902,00 per jam

Maka total biaya sewa untuk alat Excavator

sebesar Rp. 633.902,00 per jam.

2. Dump Truck Merk dan model alat : Toyota Dyna

Kapasitas ( HP ) : 125

Harga sewa per jam ( E ) : Rp. 293.787,00 /jam

Harga bahan bakar : Rp. 6.800,00 /liter

Harga pelumas : Rp. 40.000,00 /liter

Operator ( OP1 ) : Rp. 8.810,00 /jam

Helper ( OP2 ) : Rp. 6.930,00 /jam

Biaya bahan bakar (H1)

H1 = ( 12,5 % s/d 17,5 % ) x HP x harga BBM

= 15 % x 125 x Rp. 6.800,00

= Rp. 127.500,00 per jam

Biaya pelumas (H2)

H2 = ( 1 % s/d 2 % ) x HP x harga oli

= 1,5 % x 125 x Rp. 40.000,00

= Rp. 75.000,00 per jam

Page 48: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 44

Jadi biaya sewa keseluruhan operasional alat

adalah,

Biaya = E + H1 + H2 + OP1 + OP2

= Rp.293.787, + Rp.127.500, +

Rp.75.000, + Rp.8.810, + Rp.6.930,

= Rp. 512.027,00 per jam

Maka total biaya sewa untuk alat Dump Truk

sebesar Rp. 512.027,00 per jam.

3. Bulldozer

Merk dan model alat: Komatsu D 85E -SS-2

Kapasitas ( HP ) : 125

Harga sewa per jam ( E ) : Rp. 612.321,00 /jam

Harga bahan bakar : Rp. 6.800,00 /liter

Harga pelumas : Rp. 40.000,00 /liter

Operator ( OP1 ) : Rp. 10.365,00 /jam

Helper ( OP2 ) : RP. 8.610,00 /jam

Biaya bahan bakar (H1)

H1 = ( 12,5 % s/d 17,5 % ) x HP x harga BBM

= 15 % x 125 x Rp. 6.800,00

= Rp. 127.500,00 per jam

Biaya pelumas (H2)

H2 = ( 1 % s/d 2 % ) x HP x harga oli

= 1,5 % x 125 x Rp. 40.000,00

= Rp. 75.000,00 per jam

Jadi biaya sewa keseluruhan operasional alat

adalah,

Biaya = E + H1 + H2 + OP1 + OP2

= Rp.612.321, + Rp.127.500, + Rp.75.000, +

Rp.10.365, + Rp.8.610,

= Rp. 833.796,00 per jam

Maka total biaya sewa untuk alat Bulldozer

sebesar Rp. 833.796,00 per jam

4. Compactor

Merk dan model alat, : Bomag BW 212 D-3

Kapasitas ( HP ) : 198

Harga sewa per jam ( E ) : Rp. 450.000,00 /jam

Harga bahan bakar : Rp. 6.800,00 /liter

Harga pelumas : Rp. 40.000,00 /liter

Operator ( OP1 ) : Rp. 10.365,00 /jam

Helper ( OP2 ): Rp. 8.610,00 /jam

Biaya bahan bakar (H1)

H1 = ( 12,5 % s/d 17,5 % ) x HP x harga BBM

= 15 % x 198 x Rp. 6.800,00

= Rp. 201.960,00 per jam

Biaya pelumas (H2)

H2= ( 1 % s/d 2 % ) x HP x harga oli

= 1,5 % x 198 x Rp. 40.000,00

= Rp. 118.800,00 per jam

Jadi biaya sewa keseluruhan operasional alat

adalah,

Biaya = E + H1 + H2 + OP1 + OP2

= Rp.450.000, + Rp.201.690, +

Rp.118.800, + Rp.10.365, + Rp.8.610,

= Rp. 789.735,00 per jam

Maka total biaya sewa untuk alat Compactor

sebesar Rp. 789.735,00 per jam

4.5. Perhitungan Biaya Pekerjaan

a. Perhitungan Biaya Untuk Pekerjaan

Galian.

Biaya untuk pekerjaan galian dengan 2 alat berat

yaitu:

1) 4 unit Excavator = 1.014,3 jam x Rp.

633.902,00 per jam = Rp. 642.966.798,60

2) 12 unit Dump Truck = 930,47 jam x Rp.

512.027,00 per jam = Rp. 476.425.762,69

3) Total biaya = Rp. 642.966.798,60 + Rp.

476.425.762,69 = Rp. 1.119.392.560,75

Jadi biaya untuk pekerjaan galian yang dikerjakan

dengan 4 unit excavator dan 12 unit Dump Truck

memerlukan biaya Rp. 1.119.392.560,75

b. Perhitungan Biaya Untuk Pekerjaan

Timbunan.

Biaya untuk pekerjaan timbunan dengan 2 alat

berat yaitu,

1) 1 unit Bulldozer = 64,03 jam x Rp.

833.796,00 per jam = Rp. 53.387.957,88

2) 1 unit Compactor = 63,745 jam x Rp.

789.735,00 per jam = Rp. 50.341.657,58

Total Pekerjaan :

Pekerjaan galian tanah

1) Excavator 1.014,3 x 633.902,00 = Rp.

642.966.798,60

2) Dump Truk 930,47 x 512.027,00 = Rp.

476.425.762,69

Pekerjaan Timbunan

1) Buldozer 64,03 x 833.796,00 = Rp.

53.387.957,88

2) Compactor 63,745 x 789.735,00 = Rp

50.341.657,58

Total = 1.223.122.176,21

Page 49: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Tamrin Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 45

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas maka dapat

disimpulkan sebagaiberikut:

1. Dari hasil evaluasi didapatkan jumlah alat

pada pekerjaan galian, didapat 4 unit

Excavator dan 12 unit Dump Truck dengan

waktu kerja yang hampir sama yaitu 145 hari

kalender pada perhitungan.

2. Pekerjaan timbunan jumlah alat yang

dibutuhkan 1 unit Bulldozer dan 1 unit

Compactor. dengan waktu 10 hari kerja.

3. Biaya operasinal pekerjaan sebesar Rp

1.223.122.176,21.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukaperhitungan pada konstruksi

tidak berbatu dengan sistim pematangan lahan

yang terpisah dengan lokasi material

timbunan

DAFTAR PUSTAKA

Afif Bizrie M, MT. Ir, 2005, ”Alat Berat”,

Departemen Pendidikan Nasional, Samarinda.

Halimah, 2011, Analisis Kinerja Alat Muat Dan

Alat Angkut Pada Pengupasan Lapisan Tanah

Penutup Di PT. Pama Persada Nusantara Job Site

PT. IndomincoMandiri, Kota Madya Bontang,

Kalimantan Timur, Sekripsi, Samarinda.

Komatsu, 2005, ”Specifications And Application

Handbook Edition 26”, japan.

Komatsu, 2008, Specification komatsu and

model, http;//www,ritchiespecs.com. diakses

pada tanggal 20 Desember 2016.

Prodjosumarto, Partanto, 2000, ”Pemindahan

Tanah Mekanis”, ITB, Bandung.

Rochmanhadi. Ir,1992, “Alat-alat Berat dan

Penggunaannya”, Departemen Pekerjaan Umum,

Jakarta.

Rochmanhadi. Ir,1988, “Pemindahan Tanah

Mekanis”, Departemen Pekerjaan Umum,

Jakarta.

Rochmanhadi. Ir,1984, “Perhitungan Biaya

Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Menggunakan

Alat–Alat Berat”, Departemen Pekerjaan Umum,

Jakarta.

Rostiyanti,S,F, 2002, “Alat Berat Untuk Proyek

Konstruksi”, Rineka Cipta, Jakarta.

Wongsotjitro, Soetomo, 1980, ”Ilmu Ukur

Tanah”, Konisius.

Page 50: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 46

PENGARUH PEMAKAIAN WIREMESH SEBAGAI

PENGEKANGAN TERHADAP KUAT TEKAN

BETON

Agus Sugianto1)

, Andi Marini Indriani2)

, Gunaedy Utomo3)

1,2,3) Program Studi Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Balikpapan,

Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Beton merupakan bahan konstruksi yang paling dominan digunakan pada struktur bangunan dan

sangat populer dipakai baik untuk struktur besar maupun kecil. Pada struktur tekan, kemampuan beton

pada gaya tekan banyak dipengaruhi oleh pengekangan, penelitian ini membahas pengaruh

pengekangan terhadap kekuatan tekan beton dengan penambahan wiremesh. Wiremesh yang dipakai

dibuat dari kawat berkualitas tinggi dengan proses dan teknik pengelasan khusus. Kawat tidak mudah

lepas dan memiliki daya tahan dari korosi. Pengujian pada penelitian ini berupa 10 silinder beton

normal, 12 silinder beton variasi. Mutu beton 20 Mpa, material variasi pengekangan beton kawat

wiremesh ukuran ¾” dan ½” dengan mold silinder uji 15x30 cm. Hasil penelitian pengaruh

penambahan wiremesh terhadap kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang optimal pada variasi

Ø6-.¾” sebesar 16,38% dari beton normal dan luas penampang pengekangan untuk variasi kawat

wiremesh mempengaruhi peningkatan kuat tekan beton sebesar 30,22%.

Kata kunci: Wiremesh, kuat tekan beton.

ABSTRACT

Concrete is the most dominant construction material used in building structures and is very

popular for big structures and small structures. In the compressive structure, the ability of concrete in

the compressive force is heavily influenced by restraints, this study discusses the effect of restraint on

compressive strength of concrete with the addition of wiremesh. The wiremesh used is made of high

quality wire with special welding processes and techniques. The wire is not easily removed and has

corrosion resistance. The test in this research is 10 cylinders of normal concrete, 12 cylinder concrete

variation. Quality of concrete 20 MPa, material of wire reinforced concrete variation wiremesh size ¾

"and ½" with mold cylinder test 15x30 cm. The results of the effect of wiremesh wire addition on the

compressive strength of concrete yielded the optimal compressive strength of Ø6-.¾ "variation of

16.38% of normal concrete and the restricted cross-sectional area for wiremesh wire variation

influenced the increase of concrete compressive strength by 30.22%.

Keywords: Wiremesh, concrete compression test.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton merupakan bahan konstruksi

penting dan paling dominan digunakan dalam

struktur bangunan, beton merupakan bahan

konstruksi yang mempunyai banyak kelebihan

antara lain, mudah dikerjakan dengan campuran

semen, pasir, agregat. Kelebihan beton yang lain

adalah, ekonomis (dalam pembuatanya

menggunakan bahan dasar lokal yang mudah

diperoleh), dapat dibentuk sesuai dengan

kebutuhan yang dikehendaki, mampu menerima

kuat tekan dengan baik, tahan aus, kedap air,

awet dan mudah perawatanya, maka beton

sangat terkenal digunakan untuk struktur-

struktur yang besar maupun kecil. Untuk itu

bahan konstrkusi ini dianggap sangat penting

untuk terus dikembangkan. Salah satu usaha

pengembangannya ialah dengan cara

meningkatkan kemampuan beton terhadap kuat

tekan.

Page 51: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 47

Seiring berkembang pesatnya teknologi

pada saat ini maka berkembang alternatif yang

terlahir dari beberapa penelitian yang intinya

adalah dapat menciptakan suatu temuan baru

atau paling tidak dapat mengembangkan

penelitian terdahulu, sehingga dapat

menghasilkan produk teknologi beton yang

semakin bermutu dan efisien. Para peneliti dari

negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan

Inggris telah melakukan beberapa eksperimen

dengan menambahkan bahan tambahan yang

bersifat kimiawi ataupun fisis pada adukan

beton. Salah satu bahan tambahan yang

digunakan yang bersifat fisis adalah kawat

wiremesh, yaitu dengan menyelubungkan pada

besi beton secara menyeluruh kedalam adukan

beton.

Rumusan masalah pada penelitian ini

adalah bagaimana pengaruh penambahan kawat

wiremesh terhadap kuat tekan, pada kawat

dengan ukuran ¾” dan kawat ukuran ½”, dan

pada variasi manakah beton mampu menahan

gaya tekan yang paling optimal.

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

mengetahui pengaruh kekuatan struktur beton

dengan menggunakan kawat wiremesh dan

untuk mengetahui nilai optimal kuat tekan pada

beton dengan penambahan kawat wiremesh.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian Kuat tekan beton yang

diisyaratkan adalah benda uji berbentuk silinder

diameter 150mm dan tinggi 300 mm. hasil uji

dinyatakan dalam Mega Paskal atau Mpa (SK

SNI-T-15-1991-03).

Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui

tata cara pengujian standar, menggunakan mesin

uji dengan cara memberikan beban tekan

bertahap dengan kecepatan peningkatan beban

tertentu atas benda uji silinder beton sampai

hancur. Tata cara pengujian yang umumnya

dipakai adalah standart ASTM (American

Sosiety for Testing Material), C39-86. Menurut

Dipohusodo (1994: 7), kuat tekan masing-

masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan

tertinggi (fc) yang dicapai benda uji pada umur

28 hari.

Kawat Wiremesh,

Kawat loket galvanis yang dibuat dengan kawat

besi berkualitas tinggi dengan process dan

teknik pengelasan khusus dan kuat. Kualitas

kawat bersih mengkilap dan kuat disetiap

sambungan yang di las. Kawat ini juga tidak

mudah lepas walaupun di potong di tengah ruas

kotak. Dibanding dengan kawat loket besi biasa,

kawat loket galvanis ini lebih berkualitas dan

memiliki daya tahan dari karat atau anti korosi.

Kawat loket ini banyak digunakan untuk

kebutuhan industri, pertanian, peternakan,

kontruksi, automotive, dan tambang, untuk

penutup mesin, pagar jalanan, pentup jendela,

divider penyekat gudang atau pabrik dan

kebutuhan lainnya. Gambar 1 adalah jenis kawat

wiremesh yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 1. Jenis Kawat Wiremesh (cv-sumber-

makmur.indonetwork.co.id)

Tabel 1. Ukuran kawat wiremesh

Tabel 1. menunjukkan ukuran jenis kawat

wiremesh.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Bahan yang dilaksanakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Kawat wiremesh dengan ukuran ½” dan ¾”

2. Beton yang digunakan adalah beton normal

dengan kuat tekan beton (fc 20 Mpa).

Page 52: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 48

Diargam Prosedur Pelaksanaan Penelitian:

Gambar 2. Diagram Penelitian Laboratorium

3.1. Metode/Sistem Penelitian

Proses penelitian dilaksanakan di

Laboratorium dengan langkah-langkah

penelitian sebagai berikut :

a. Pembuatan benda uji variasi

Pembuatan benda uji variasi dikerjakan

berdasarkan perancangan campuran (mix

design) yang telah di uji di laboratorium.

Benda uji dibuat dengan penambahan kawat

wiremesh dengan 4 (empat) variasi yaitu :

selubung Ø10cm kawat ¾”, selubung Ø10cm

kawat ½”, selubung Ø6cm kawat ¾”, dan

selubung Ø6cm kawat ½” tanpa mengurangi

campuran beton normal.

b. Perawatan benda uji dengan cara beton

direndam dalam air dengan suhu 23ºC -

28ºC.

c. Pengujian Kuat Tekan

Pengujian dilakukan terhadap benda uji

silinder beton. Benda uji ditekan dengan

mesin uji desak (Compressing Testing

Machine) setelah benda uji berunur 28 hari.

Beban yang memecahkan (P) dibagi dengan

kuas sisi terdesak (A) diperoleh kuat desak

beton tersebut.

d. Analisis Hasil

Setelah pengujian test kuat tekan dilakukan ,

kemudian dibuat data analisis hasil untuk

mengetahui perbandingan beton normal

dengan beton variasi kawat wiremesh.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Uji Beton 28 hari

Tabel 2. Hasil Uji Tekan Beton pada Umur 28

Hari

Sumber: Hasil Uji Laboratorium, 2011

Tabel 2, menunjukan jenis beton variasi

yang mempunyai kuat tekan maksimum adalah

beton dengan variasi Ø6-¾” dengan kuat tekan

28.74 Mpa untuk beton variasi umur 28 hari.

Gambar 3. Grafik Hasil Uji Tekan Beton 28 hari Hasil Uji Laboratorium , 2011

Gambar 3. Menunjukkan peningkatan

7,16% dari beton normal terhadap beton variasi

Ø10cm dan 4,08% dari beton Ø10cm terhadap

Luas

Penampang

fc’ fc’

(cm²) 28 hari rata-2

1 28 12.9 Ø 10-¾” 402 176.625 26.13

2 28 13.0 Ø 10-¾” 436 176,625 28.31

3 28 12.8 Ø 10-½” 389 176,625 25.26

4 28 12.7 Ø 10-½” 402 176,625 26.13

5 28 12.8 Ø 6-¾” 436 176,625 28.31

6 28 12.7 Ø 6-¾” 449 176,625 29.18

7 28 12.5 Ø 6-½” 389 176,625 25.26

8 28 12.7 Ø 6-½” 422 176,625 27.44

27.22

25.70

28.74

26.35

No

Berat

Silinder

(Kg)

Umur

Beton

(Hari)

Jenis

Beton

Variasi

Beban

Maks

(KN)

Page 53: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 49

beton variasi Ø6cm, maka rata-rata kenaikan

menjadi 5,60% pada beton umur rata-rata 28

hari.

Kuat tekan beton berdasarkan umur 3, 7

dan 28 hari.

a. Beton Normal

Gambar 4. Grafik Hasil Uji Tekan Beton Nomal

tanpa Pengekangan (Hasil Uji Laboratorium, 2011)

Gambar 4. Kurva kuat tekan beton

normal tanpa pengekangan umurm 3, 7 dan 28

hari, menunjukkan peningkatan kuat tekan beton

variasi sebesar 43,18% umur 3 hari ke umur 7

hari dan 53,82% umur 7 hari ke umur 28 hari,

nilai rata-rata peningkatan kuat tekan beton

normal sebesar 48,50% dengan 10 buah benda

uji.

b. Beton Variasi Ø10

Gambar 5. Grafik Hasil Uji Tekan Beton Nomal

pengekangan variasi Ø10 (Hasil Uji Laboratorium, 2011)

Gambar 5. Kurva kuat tekan beton

pengekangan variasi Ø10 umur 3, 7 dan 28 hari,

menunjukkan peningkatan kuat tekan beton

variasi sebesar 53,89% umur 3 hari ke umur 7

hari dan 53,84% umur 7 hari ke umur 28 hari,

nilai rata-rata peningkatan kuat tekan beton

variasi Ø10 sebesar 53,88%.

c. Beton Variasi Ø6

Gambar 6. Grafik Hasil Uji Tekan Beton Nomal

pengekangan variasi Ø6 (Hasil Uji Laboratorium, 2011)

Gambar 6. Kurva Kuat Tekan Beton

Variasi Ø6 pada Pengekangan Beton terhadap

umur 3, 7 dan 28 hari, menunjukkan

peningkatan kuat tekan beton variasi sebesar

54,26% umur 3 hari ke umur 7 hari dan 53,79%

umur 7 hari ke umur 28 hari, nilai rata-rata

peningkatan kuat tekan beton variasi Ø6 sebesar

54,02%.

d. Beton Variasi Gabungan

Gambar 7. Grafik Hasil Uji Tekan Beton Nomal pengekangan

variasi Gabungan (Hasil Uji Laboratorium, 2011)

Gambar 7. Kurva Kuat Tekan Beton

Variasi Gabungan pada Pengekangan Beton

terhadap umur 3, 7 dan 28 hari, menunjukkan

kenaikan rata-rata 54,06% umur 3 hari ke umur

7 hari dan 53,.57% umur 7 hari ke umur 28 hari,

0

11.21

16.05

24.69

0

11.18

17.20

26.46

0

11.61

17.91

27.54

0

5

10

15

20

25

30

0 hari 3 hari 7 hari 28 hari

Ku

at T

eka

n (

Mp

a)

Umur Beton

Grafik beton variasi gabungan berdasarkan umur

Normal

Variasi Ø10

Variasi Ø6

Page 54: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Agus Sugianto1), Andi Marini I.2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 50

nilai rata-rata peningkatan kuat tekan beton

variasi gabungan sebesar 53,81% terhadap beton

normal.

4.2. Hasil Analisis Penelitian

a. Peningkatan pada variasi Ø10 cm (26,46 Mpa

- 24,69 Mpa) / 24,69 Mpa x 100% = 7,160 %

terhadap beton normal dan peningkatan

variasi Ø6 cm (27,54 Mpa - 24,69 Mpa)/

24,69 Mpa x 100% = 11,543 % terhadap

beton normal, seperti tercantum pada

Gambar 7. pada umur beton 28 hari dengan

rasio perbandingan berdasarkan :

1. Beton normal : variasi kawat Ø10-½ :

variasi Ø6½ = 1 : 1,04 : 1,07

2. Beton normal : variasi kawat Ø10-¾ :

variasi Ø6¾ = 1 : 1,11 : 1,64

3. Beton normal : pengekangan Ø10-½ +

Ø10¾ = 1 : 1,72

4. Beton normal : pengekangan Ø6-½ +

Ø6¾ = 1 : 1,15

b. Peningkatan terbesar (maksimum) terjadi

pada variasi Ø6 cm (27,54 Mpa - 24,69 Mpa)

/24,69 Mpa x 100% = 11,543 % terhadap

beton normal

5. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dalam pembahasan dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Peningkatan terjadi seiring dengan

bertambahnya umur dan meningkatnya

mutu beton, pada variasi Ø10 cm (26,46

Mpa - 24,69 Mpa)/24,69 Mpa x 100% =

7,160 % terhadap beton normal dan

peningkatan variasi Ø6 cm (27,54 Mpa -

24,69 Mpa)/24,69 Mpa x 100% = 11,543 %

terhadap beton normal,

2. Variasi wiremesh Ø6-¾” menghasilkan nilai

kuat tekan beton maksimum terhadap beton

normal dengan rasio kenaikan sebesar

11,543 % pada beton umur 28 hari.

Peningkatan disebabkan selain kemampuan

pengekangan dari wiremesh tersebut juga ada

andil dari kemampuan tekan yang bertambah

akibat adanya wiremesh yang terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Standar Nasional Indonesia Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan

Gedung 2002. Bandung: Beta Version.

Pengaruh Campuran Serat Kawat Bendrat Pada

Campuran Beton. Kasno 2006, Tugas Akhir

Universitas Negeri Semarang.

Katalog kawat wiremesh 2010, cv-sumber-

makmur indonetwork.co.id.

Dipohusodo, Istimawan.1994. Struktur Beton

Bertulang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dipohusodo, I, 1999. Struktur Beton Bertulang

Berdasarkan (SK SNI M-60-1990-03). Yayasan

Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,

Jakarta.

Jokrodimulyo. K, 1996., Teknologi Beton,

Yogyakarta.

Mulyono, T. 2003. Teknologi Beton. Andi:

Yogyakarta.

Samekto dan Rahmadiyanto, 2001. Teknologi

Beton. Kanisius: Yogyakarta.

Sudarmoko, 1996. SK SNI T-15-1991-03,

Kolom Beton dalam Bangunan.

Page 55: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 51

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PALU

SEBAGAI BAHAN STABILISASI MEKANIS PADA

PERILAKU TANAH LEMPUNG

Andi Marini Indriani1)

, Agus Sugianto2)

, Gunaedy Utomo3)

1,2,3) FakultasTeknik Sipil dan Perencanaan Universitas Balikpapan

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Jenis tanah didaerah pesisir umumnya adalah tanah lempung yang memiliki plastisitas dan aktivitas yang

tinggi, sifat kembang susut yang besar dan nilai daya dukung yang rendah ditandai dengan nilai CBR lapangan

yang rendah dan tidak memenuhi standar untuk dijadikan lapisan subgrade jalan. Oleh karena itu perlu

dilakukan usaha untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis. Dalam proses stabilisasi ini material pasir Palu

dipilih sebagai meterial stabilisator. Pasir Palu memiliki gradasi baik, memiliki koefisien keseragaman (Cu)

lebih besar dari 4 dan koefisien gradasi (Cc) kurang dari 1 dan memiliki berat jenis yang baik dibandingkan

pasir yang lain. Dalam proses stabilisasi ini menggunakan metode pencampuran Tanah Asli + Variasi Pasir

10%, 20%, 30% dan 40%. Penambahan pasir Palu menyebabkan gradasi tanah berubah, semakin banyak

volume pasir yang ditambahkan gradasi tanah semakin kasar dan tanah dengan gradasi ukuran butiran kasar

akan meningkat kepadatannya lebih besar dibandingkan pada gradasi ukuran butiran halus. Sifat mekanis tanah

dan juga daya dukung tanah juga berubah dimana nilai CBR tanah asli dari 4,08% naik menjadi 7,93% pada

penambahan pasir sebesar 40 % sehingga memenuhi sebagai lapisan subgrade menurut Bina Marga.

Kata kunci: stabilisasi, pasir palu, CBR

ABSTRACT

The type of soil in coastal areas is clay soil that has high plasticity and activity index, high shrinkage

and low bearing capacity generally marked by low in situ CBR value and does not meet the standards to be

used as a subgrade layer of the road. It is therefore necessary to attempt improving its physical and mechanical

properties. In this stabilization process, Palu sand material is chosen as a stabilizer material. Palu sand has a

good gradation, uniformity coefficient (Cu) greater than 4 and gradation coefficient (Cc) less than 1 and good

density, compared to other sand. In this stabilization process experiment the method of mixing the clay soil +

Palu Sand with variation 10%, 20%, 30% and 40%. The addition of Palu sand causes the gradation of the soil

to change, the more the volume of sand added with soil gradation becomes more rough and the soil with

gradation of coarse size will increase its density greater than the one with fine size. The mechanical properties

of the soil and the bearing capacity of the soil also change. The original soil with CBR value of 4.08% rises to

7.93% by addition of sand of evaluated 40%, thuscharacteristic fulfilling as a subgrade layer according to Bina

Marga.

Key word: Stabilization, palu sand, CBR

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan lingkar atau ring road adalah jalan yang

melingkari pusat kota, yang berfungsi untuk

pengalihan arus lalu lintas dari pusat kota. Biasanya

merupakan bagian jaringan jalan dengan pola radial

membentuk ring radial. Semakin besar kota semakin

banyak ring digunakan. Dengan adanya Ring Road

kepadatan kendaraan di pusat kota bisa dikurangi,

terutama kepadatan akibat para pengendara/pelintas

antar kota. Sebelum adanya ring road para pelintas

antar kota tadi harus melewati pusat kota, hal ini

tentunya menyebabkan bertambah padatnya

kendaraan. Dengan adanya ring road para pelintas

antar kota tadi tidak perlu melewati pusat kota, tapi

hanya melewati pinggiran kota. Sehingga kemacetan

di pusat kota bisa berkurang. Biasanya jalan lingkar

berhubungan dengan bangunan dengan fungsi

Bandara, Pelabuhan atau pusat industri dan

Page 56: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 52

umumnya dibangun di derah tepi pantai atau pesisir

untuk mempermudah akses.

Tetapi permasalahan terjadi karena daerah

tepi pantai atau pesisir yang dijadikan subgrade

umumnya adalah tanah rawa yang terdiri dari jenis

lempung organik atau anorganik yang memiliki

plastisitas dan aktivitas yang tinggi, sifat kembang

susut yang besar dan nilai daya dukung yang rendah

ditandai dengan nilai CBR lapangan yang rendah

dan tidak memenuhi standar persyaratan Bina

Marga (harga minimum nilai CBR untuk tanah dasar

adalah 6%).

Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk

memperbaiki sifat fisis tanah dan meningkatkan

kekuatan tanah. Proses stabilisasi tanah dasar yang

dapat dilakukan baik secara kimiawi maupun

mekanis. Stabilisasi tanah adalah usaha perbaikan

tanah dengan menambahkan benda keras atau benda

lain ke dalam tanah, dengan tujuan untuk

memperbaiki sifat-sifat fisik dan mengubah kekuatan

tanah.

Dalam penelitian ini coba dilakukan proses

stabilisasi secara mekanis terhadap tanah lempung

anorganik yang diambil dari rencana lokasi

pembangunan coastal road di Kabupaten Penajam

Paser Utara yang memiliki plastiitas tinggi dan daya

dukung rendah dengan menggunakan penambahan

pasir (gradasi berbutir kasar) guna mengubah sifat

pengembangan tanah, memperbaiki gradasinya dan

meningkatkan daya dukung tanah. Pasir yang

digunakan untuk campuran tersebut adalah pasir

sungai yang berasal dari kota Palu dengan butiran

yang kasar dan telah memenuhi jenis klasifikasi

pasir baik untuk bahan stabilisasi. Pasir palu

merupakan bahan agregat yang memiliki berat jenis

yang baik dibandingkan pasir lain dan juga mudah

ditemukan karena sudah banyak beredar dipasaran.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan,

maka permasalahan yang timbul adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pengaruh penambahan pasir ditinjau

dari test Indeks Plastisitas terhadap tanah

lempung.

2. Bagaimana pengaruh penambahan pasir ditinjau

dari Proctor Test dengan berat volume tanah

kering ( d ) terhadap tanah lempung.

3. Bagaimana pengaruh penambahan pasir ditinjau

dari test CBR terhadap tanah lempung.

4. HASIL ANALISIS

4.1. Analisis Sebelum Distabilisasi

a. Analisis sifat Fisis

Pengujian hasil dan analisis subgrade di

laboratorium dibagi menjadi 2 (dua) yaitu pengujian

mengenai karakteristik fisis subgrade meliputi, kadar

air, berat jenis, batas-batas atterberg (batas cair,

batas plastis dan indeks plastisitas) dan analisis lolos

saringan no. 200 serta pengujian sifat mekanis yaitu

kepadatan (standart proctor test) dan CBR.

Hasil dari pengujian karakteristik fisik

subgrade diantaranya dapat ditunjukkan seperti

Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Fisis Subgrade

Sumber: Hasil pengujian laboratorium

Dari data propertis tanah yang diperoleh

diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :

a. Berdasarkan nilai prosentase lolos saringan no.

200 tanah lempung di atas, prosentase tersebut

lebih besar dari 50 %, maka berdasarkan tabel

klasifikasi USCS tanah ini secara umum

dikategorikan golongan tanah berbutir halus.

b. Dari sistem klasifikasi USCS dapat

digambarkan dalam hubungan antara batas cair

dan indeks plastisitas seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 1. sehingga didapatkan

identifikasi tanah yang lebih spesifik.

Gambar 1. Sistem Klasifikasi Tanah (ASTM (1982)

Dari Gambar 1, diatas yang menjelaskan

hubungan antara batas cair dan indeks platisitas

Page 57: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 53

bahwa hasil menunjukkan satu titik pertemuan

pengeplotan dibawah garis A, yang mana titik temu

ini menjelaskan jenis tanah dasar (subgrade) yang

diuji pada masuk dalam golongan simbol OH yang

artinya (lempung organik dengan plastisitas sedang

sampai tinggi, lanau organik) dengan nilai indeks

plastisitas sebesar 23,82% (plastisitas tinggi). Tanah

yang mempunyai harga plastis indeks (IP = LL – PL)

tinggi berarti tanah yang bersangkutan mudah

berubah sifatnya, yaitu daya dukung atau kekuatan

tanah menurun, apabila kadar airnya bertambah.

Oleh karena itu, tanah dengan IP tinggi adalah

sangat peka terhadap perubahan kadar air.

Pencampuran pasir terhadap tanah dasar yang kurang

baik diharapkan dapat menurunkan harga IP (Indeks

Plastis).

b. Analisis Sifat Mekanis

Hasil pengujian sifat mekanis subgrade dapat

ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Karakteristik Mekanis

Sumber : Hasil pengujian laboratorium

Dari hasil percobaan didapat nilai CBR

laboratorium untuk tanah dasar (subgrade) sebesar

4,08% dimana nilai tersebut belum termasuk standar

dari Bina Marga yaitu sebesar 6%.

Jenis Tanah Ditinjau Dari Kestabilannya Menurut

Standar Bina Marga

1. Tanah stabil : Tanah yang memiliki nilai indeks

plastisitas ≤ 10% , nilai CBR ≥ 6%, nilai Liquid

Limit (LL) < 50% dan nilai Plastic limit (PL) <

50%.

2. Tanah tidak stabil: Tanah yang memiliki nilai

indeks plastisitas ≥ 10% , nilai CBR ≤ 6%, nilai

Liquid Limit (LL) > 50% dan nilai Plastic limit

(PL) > 50%.

Klasifikasi tanah lempung yang digunakan

dalam penelitian ini memiliki nilai CBR 4,08% <

6%, nilai Liquid Limit (LL) 55,5% > 50% sehingga

masuk kategori tidak stabil dan perlu untuk

distabilisasi untuk memenuhi syarat sebagai tanah

dasar (subgrade) untuk perkerasan jalan yang sesuai

dengan standar Bina Marga.

c. Proses Stabilisasi Mekanis

Stabilisasi secara mekanis adalah usaha

perbaikan tanah dengan menambahkan material

padat guna merubah karakteristik dan sifat tanahnya.

Dalam proses stabilisasi ini dipilih menggunakan

material pasir Palu. Jenis pasir yang baik untuk

bahan stabilisasi adalah jenis pasir yang memiliki

gradasi baik, memiliki koefisien keseragaman (Cu)

lebih besar dari 4 dan koefisien gradasi (Cc) kurang

dari 1. Pasir palu adalah termasuk yang memiliki

sifat tersebut dan memiliki berat jenis yang baik

dibandingkan pasir yang lain, seperti yang

ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengujian Pasir Palu

Sumber: Laboratorium Pengujian dan Workshop Dinas Pekerjaan

Umum PPU (2017)

Dalam proses stabilisasi ini menggunakan

metode pencampuran Tanah asli + Variasi Pasir

10%, 20%, 30%, dan 40%. Diharapkan dengan

penambahan pasir terhadap tanah dasar dapat

menyebabkan kekuatan tanah menjadi meningkat.

Secara karakteristik pasir memiliki tekstur tanah

dengan deskripsi lebih dari 50% yang tertahan diatas

saringan No.200 digolongkan pasir sangat kasar,

kasar dan sedang. Sedangkan pasir yang memiliki

tekstur lebih dari 50% lolos dari saringan No.200

digolongkan pasir halus dan sangat halus. Apabila

tanah lempung dicampur dengan material pasir maka

tanah akan menjadi keras sehingga menyebabkan

penambahan kekuatan pada tanah.

Jenis pengujian laboratorium yang dilakukan

untuk menunjang penelitian ini diantaranya adalah

test Atterberg Limit, Standard Proctor Test, CBR

rendam, Spesifik Gravity dari percobaan Picnometer

dan Analisis Ayakan.

Page 58: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 54

4.2. Analisis Setelah Stabilisasi

a. Berat Jenis (Specific Grafity Of Soil)

Dari data hasil percobaan dilaboratorium

untuk percobaan uji berat jenis subgrade yang telah

dicampur dengan variasi pasir dapat ditunjukkan

pada Tabel 4 dan Gambar 2 dengan hasil variasi

lainnya terlampir dihalaman lampiran.

Tabel 4. Harga (Specific Grafity Of Soil) Variasi

Sumber : Pengujian Laboratorium (2017)

Gambar 2. Harga GS Campuran Variasi Sumber :

Pengujian Laboratorium (2017)

Dari data diatas dapat terlihat peningkatan

nilai GS mengalami peningkatan setelah

penambahan pasir sebesar 30% dan 40%. Berat jenis

partikel ini penting dalam penentuan pergerakan

partikel oleh air.

b. Batas - Batas Atterberg

Dari data hasil percobaan dilaboratorium

untuk percobaan batas-batas atterberg subgrade yang

telah dicampur dengan variasi pasir dapat

ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 3.

Tabel 5. Harga LL, PL dan IP Variasi

Sumber : Pengujian Laboratorium (2017)

Gambar 3. Harga LL, PL, dan IP (Variasi Pengujian

Laboratorium 2017)

c. Liquid Limit

Dari Gambar 3 terlihat bahwa nilai batas cair

mengalami penurunan saat penambahan campuran

pasir tiap variasi. Hal ini disebabkan karena sifat

pasir mengisi rongga – rongga pada lempung

sehingga membuat ikatan lempung menjadi sedikit

renggang. Sehingga merubah sifat tanah menjadi

mudah meloloskan air karena rongga pasir yang

besar dan hanya dibutuhkan kadar air yang sedikit

untuk merubah tanah lempung berpasir dari keadaan

plastis ke keadaan cair.

d. Plastis Limit

Dari tabel dan pola grafik plastis limit di atas

dapat dilihat bahwa penambahan pasir dapat

menurunkan nilai plastisitas indeks pada tanah

lempung tersebut, karena sifat pasir yang tidak

mengikat air sehingga dapat mengendalikan sifat

plastis tanah tersebut.

e. Indeks Plastisitas

Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Adelina A.R Runtuwene, Oscar.H.Kaseke dan

Freddy Jansen dari Universitas Sam Ratulangi

Fakultas Teknik Jurusan Sipil dengan judul

Pengaruh Variasi Nilai Index Plastisitas Dari

Agregat Halus Terhadap Daya Dukung Lapis

Pondasi Agregat Kelas-A, menyatakan bahwa nilai

index plastisitas mempengaruhi nilai CBR.

Kenaikkan nilai index plastisitas sebesar 1.2% dapat

menurunkan nilai CBR sebesar 11%. Penelitian

yang dilakukan oleh Marwan Marwan, Devi Sundary

dengan judul Hubungan Nilai California Bearing

Ratio Dengan Indeks Plastisitas Tanah Desa

Neuheun Aceh Besar Dipublikasikan Dalam Jurnal

Teknik Sipil (Jts) Universitas Syah Kuala juga

menyimpulkan bahwa semakin tinggi nilai indeks

plastisitas tanah maka nilai CBR semakin rendah.

Page 59: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 55

Dari hasil pengujian, penambahan pasir Palu

pada tanah lempung ternyata menurunkan nilai index

plastisitas mulai sebesar 8,14% pada penambahan

pasir 10% hingga 57,91% pada penambahan pasir

40%, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai CBR

pasti akan meningkat sesuai dengan prosentase

penambahan pasir Palu.

f. Swelling Potential

Dari indeks plastisitas kita juga bisa

mendapatkan nilai aktivitas tanah lempung untuk

mengetahui sifat pengembangan tanah (swelling

potential) menggunakan rumus seperti di bawah ini.

Sifat kembang susut tanah yang besar tentu

mempengaruhi konstruksi diatasnya. Dengan

penambahan pasir maka nilai indeks plastisitas

(Plasticity Index) juga menurun sehingga nilai

aktivitas tanah juga mengalami penurunan sehingga

jika di plot pada kurva hubungan nilai PI dan

aktivitas (Gambar 4 dan Tabel 6) maka akan terlihat

posisi akan menurun dari high menjadi medium dan

low seiring dengan penambahan prosentase pasir.

Gambar 4. Classification chart for swelling potential

l(Sifat-sifat Fisis dan Geotechnical Engineering)

Tabel 6. swelling potential

Sumber: Pengujian Laboratorium (2017)

g. Test Kepadatan (Standart Proctor Test)

Pemadatan adalah bertambahnya berat

volume kering tanah sebagai akibat pemadatan

partikel yang diikuti oleh pengurangan volume udara

dengan air tetap tidak berubah. Saat air ditambahkan

pada pemadatan, air ini akan melunakkan partikel-

partikel tanah. Partikel-partikel tanah menggelincir

satu sama lain dan bergerak pada posisi yang lebih

rapat.

Pemadatan bertujuan untuk mempertinggi

kuat geser tanah, mengurangi sifat mudah mampat

(kompresibilitas), mengurangi permeabilitas,

mengurangi perubahan volume sebagai akibat

perubahan kadar air, dll. Tingkat kepadatan suatu

tanah diukur dari nilai berat keringnya (γd).

Dari data hasil percobaan dilaboratorium

untuk percobaan uji kepadatan (standard proctor

test) subgrade yang telah dicampur dengan variasi

pasir didapat nilai γdmax, γt dan Wopt yang

ditunjukkan pada Tabel 7 dan Gambar 5.

Tabel 7. Harga γt, γdmax dan Wopt

Sumber : Pengujian Laboratorium (2017)

Gambar 5. Hubungan Antara γt dan γdmax

(Pengujian Laboratorium (2017)

Grafik diatas menjelaskan bahwa semakin

tinggi campuran variasi pasir semakin besar nilai

berat volume isi kering (γdmax ) dan berat volume isi

basah (γt ), ini disebabkan penambahan pasir

mengakibatkan tanah mengalami perubahan gradasi.

Tanah dengan gradasi ukuran butiran kasar akan

Page 60: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 56

meningkat kepadatan lebih besar dibandingkan pada

gradasi ukuran butiran halus.

Semakin tinggi prosentase pasir maka

semakin kecil volume air yang dibutuhkan untuk

mencapai berat volume isi kering (γdmax ). Itulah

sebabnya nilai kadar air (Optimum Moisture content)

yang digunakan untuk melakukan pengujian CBR

juga mengalami penurunan seiring penambahan

prosentase pasir yang mana ditunjukkan seperti

gambar dibawah ini Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Antara WOpt Terhadap Variasi

Pasir (Pengujian Laboratorium, 2017)

Dari gambar diatas terlihat bahwa semakin

besar campuran variasi pasir semakin kecil kadar air

yang dibutuhkan. Hal demikian terjadi dikarenakan

pasir sebagai bahan pencampur stabilisasi tidak

menyerap air yang menyerap hanya tanah asli yang

bersifat lempung, sehingga air yang dibutuh kan

harus berada dalam keadaan optimum.

h. Test CBR Laboratorium

Dari data hasil percobaan dilaboratorium

untuk percobaan uji CBR subgrade yang telah

dicampur dengan variasi pasir ditunjukkan pada

Tabel 8 dan Gambar 7

Gambar 7 menunjukkan nilai CBR rata-rata

mengalami peningkatan dari tanah asli. Penambahan

pasir 40% didapat nilai CBR 7,93% menunjukkan

nilai dalam batas yang baik dan memenuhi standar

dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga yaitu CBR

6%.

Tabel 8. Harga CBR Rendam (Soaked)

Sumber : Pengujian Laboratorium (2017)

Gambar 7. Hubungan Antara CBR Terhadap Variasi

Pasir (Pengujian Laboratorium, 2017)

5. KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan sifat fisis dan sifat mekanis

tanah asli dan tanah yang telah di stabilisasi dengan

penambahan pasir Palu dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Tanah asli yang diambil dari lokasi adalah tanah

lempung karena prosentase lolos saringan N0.

200 nya hampir 100 persen, sifat pengembangan

tanah tinggi dan daya dukung rendah.

2. Berat jenis tanah baru mengalami perubahan

setelah penambahan pasr sebesar 30% dan 40%,

3. Konsistensi tanah mengalami perubahan karena

penambahan pasir kasar menyebabkan ikatan

lembung mengalami perenggangan dan sifat

pasir yang tidak menyerap air,

4. Indeks plastisitas tanah mengalami penurunan

sehingga aktivitas tanah juga mengalami

penurunan, swelling potensial tanah juga

mengalami penurunan dari high menjadi low

pada penambahan pasir Palu 30% dan 40%

5. Penambahan pasir Palu menyebabkan gradai

tanah juga berubah, semakin banyak volume

pasir yang ditambahkan gradasi tanah juga

semakin kasar dan tanah dengan gradasi ukuran

butiran kasar akan meningkat kepadatannya

lebih besar dibandingkan pada gradasi ukuran

butiran halus.

6. Penambahan pasir Palu merubah sifat mekanis

tanah dan juga daya dukung tanah, dibuktikan

dengan perubahan nilai CBR tanah asli dari

4,08% naik menjadi 7,93% pada penambahan

pasir sebesar 40 % sehingga memenuhi sebagai

lapisan subgrade menurut Bina Marga

Page 61: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Andi Marini I.1), Agus Sugianto2), Gunaedy Utomo3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 57

DAFTAR PUSTAKA J. E. Bowles, Sifat-sifat Fisis dan Geotechnical

Engineering (Mekanika Tanah), hlm. 559 - 562

eks, terjemahan Yani Sianipar, Penerbit

Erlangga,Jakarta, 1984.

Hardiyatmo, C. H. 2010. Mekanika Tanah 1. Gadjah

Mada University Press, Jakarta.

Karl. Terzhagi dan R. B. Peck, Mekanika Tanah

Dalam Praktek Rekayasa Jilid-1, terjemah Bagus

Withaksono dan Benny Krisna R, Penerbit

Erlangga, Jakarta, 1993.

L. H. Shirley, Penuntun Geoteknik dan Mekanika

Tanah : Penyelidikan Lapangan & Laboratorium,

Bandung Nova, 1999

M. Das, Principles Of Geotechnical

Engineering, Boston Pridle Weber & Schmidt

Published, 1985.

Page 62: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 58

STUDI PENELITIAN KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI

PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DENGAN BAHAN TAMBAH SUPERPLASTICIZER MENGGUNAKAN

AGREGAT KASAR EX. PALU DAN AGREGAT HALUS EX. PALU

Fachriza Noor Abdi1)

, Mardewi Jamal2)

, Ryan Ferdhian Nugraha3)

123) Teknik Sipil Universitas Mulawarman Samarinda

Jalan Sambaliung No.9 Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Penggunaan bahan tambah baik kimia maupun mineral menjadi salah satu cara peningkatan mutu beton.

Penelitian ini menggunakan batu pecah Palu, pasir alami Palu, semen Portland tipe I merk Indocement,

Polyheed sebagai bahan tambah kimia, dan abu sekam padi sebagai bahan tambah mineral. Tujuan dari

dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemakaian abu sekam padi dan Polyheed

terhadap kuat tekan beton, serta mengetahui kuat tekan optimal yang dihasilkan dari variasi abu sekam padi,

Polyheed, dan agregat Palu. Variasi abu sekam padi sebagai pengganti sebagian semen adalah 0%, 6%, 9%,

12%, 15%, 18% dan Polyheed sebesar 1%, masing-masing variasi terdiri dari 3 buah benda uji umur

perawatan 28 dan 56 hari dengan tambahan benda uji variasi 0% sebanyak 6 buah untuk umur perawatan 7

dan 14 hari. Benda uji yang digunakan berbentuk kubus dengan ukuran 15cm×15cm×15cm. Metode

perancangan campuran yang digunakan adalah metode SNI, dengan rentang waktu penelitian dan pengujian

kuat tekan dari Oktober 2010 sampai Januari 2011 di Laboratorium Rekayasa Sipil, Fakultas Teknik

Universitas Mulawarman. Hasil yang didapat setelah dilakukan penelitian dan pengujian kuat tekan beton

dengan menggunakan abu sekam padi sebagai pengganti sebagian semen adalah abu sekam padi dapat

dimanfaatkan sebagai pengganti sebagian semen dan dapat meningkatkan kuat tekan beton dikarenakan

kandungan silika yang dikandung abu sekam padi sangat tinggi yaitu 86,90% - 97,30%. Nilai kuat tekan yang

dihasilkan seluruh benda uji memenuhi target kuat tekan rencana yaitu 22,5%, dengan kecenderungan grafik

meningkat dari variasi 0% sampai kadar 9%, kemudian menurun pada kadar penggantian 12%, 15%, dan 18%.

Penurunan disebabkan kelebihan fraksi halus membuat semen tidak mampu mengikat maksimal dalam

volume beton. Kuat tekan optimal didapat pada variasi penggantian semen dengan abu sekam padi 9%,

dengan nilai kuat tekan beton pada umur perawatan 28 hari sebesar 32,00 MPa dan umur perawatan 56 hari

sebesar 35,44 MPa.

Kata kunci: Kuat tekan beton, Polyheed, abu sekam padi, agregat palu

ABSTRACT

One of many ways to increase the quality of concrete is use both chemical and mineral admixture. This

research use Palu coarse aggregate, Palu fine aggregate, Portland cement (Indocement), Polyheed as chemical

admixture and rice husk ash as mineral admixture. The aims of the research is to find out the influence

of rice husk ash and polyheed to concrete compressive strength, as well as to find out the optimum compressive

strength as a result of variations of rice husk ash, polyheed, and Palu aggregate. Variation of rice husk ash

as partial substitute of cement is 0%, 6%, 9%, 12%, 15%, 18%, and 1% of polyheed, each variation consist of

3 sample of age 28 and 56 treatment days with the addition 6 sample of 0% variation for age 7 and 14

treatment days. Sample used in this research is cube size 15cm×15cm×15cm. Mix design method used is

SNI method, and the period of research and compressive strength test is October 2010 until January 2011 at

the Civil Engineering Laboratory, Engineering Faculty, Mulawarman University. Results obtained after

research and compressive strength test using rice husk ash as partial substitute of cement is rice husk ash

can be utilized as a partial substitute of cement and it can increase the concrete compressive strength due to a

very high silica content, 86,90%-97,30%. Concrete compressive strength of all sample fulfill the target of

compressive strength which is 22,5%, with graph’s trend increases from 0% variation until 9% variation, then

Page 63: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 59

decreased on 12%, 15%, and 18% variation. The decrease that occurred due to excess fine fraction made

cement unable to made maximum binding in the whole volume of concrete. Optimum compressive strength

obtained on 9% variation of the substitution of cement with rice husk ash, with concrete compressive strength is

32,00 MPa at age 28 treatment days, and 35,44 Mpa at age 56 treatment days.

Key words: Concrete compressive ctrength, polyheed, rice husk ash, palu aggregat

1. PENDAHULUAN

Beton merupakan material bangunan yang

paling banyak digunakan di dunia. Nama

asingnya, concrete, diambil dari gabungan

prefix bahasa latin con, yang artinya

bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Oleh

sebab itu, kekuatan beton terjadi karena adanya

campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tidak

ada gedung pencakar langit yang berdiri tanpa

bantuan beton. Meski bahan bakunya sama,

“dosis” semen sebenarnya bisa disesuaikan

dengan beragam kebutuhan.

Penggunaan material beton untuk

membangun infrastruktur, seperti rumah sakit,

apartemen dan perumahan, jembatan, jalan tol,

dermaga, dan bantalan untuk rel kereta api

masih sangat dominan. Sampai tahun 2005

saja, telah diproduksi sekitar 6 milyar meter

kubik beton setiap tahun, atau setara dengan 1 m³

untuk setiap manusia di muka bumi. Lebih dari

55.000 mil jalan bebas hambatan atau tol di

USA menggunakan material beton.

RRC merupakan Negara yang paling

banyak mengonsumsi semen (beton) dunia, yaitu

sebesar 40%. Saat ini, penggunaan material beton

tidak hanya di kota- kota besar, tetapi

digunakan sampai ke pelosok desa untuk

membangun perumahan sederhana. Hal tersebut

sangat beralasan, karena material beton

mempunyai beberapa keunggulan teknis jika

dibandingkan dengan material konstruksi lainnya.

Bahan baku pembuatan beton, seperti semen,

pasir, dan koral atau batu pecah, sangat mudah

diperoleh di toko bahan bangunan, baik di kota

maupun dipelosok. Bahan penunjang lainnya,

yaitu air, sangat mudah diperoleh.

Ditinjau dari sudut estetika, beton hanya

membutuhkan sedikit pemeliharaan. Selain itu,

beton tahan terhadap serangan api. Sifat-sifat

beton yang kurang disenangi adalah mengalami

deformasi yang tergantung pada waktu dan

disertai dengan penyusutan akibat mengeringnya

beton serta gejala lain yang berhubungan dengan

hal tersebut. Pengaruh-pengaruh keadaan

lingkungan, rangkak, penyusutan, pembebanan

yang mengakibatkan perubahan dimensi pada

struktur beton dan elemen-elemennya harus

mendapat perhatian yang cukup pada tahap

perencanaan untuk mengatasi kesulitan yang akan

terjadi.

Struktur beton dapat didefinisikan sebagai

bangunan beton yang terletak di atas tanah yang

menggunakan tulangan atau tidak menggunakan

tulangan. Struktur beton sangat dipengaruhi oleh

komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur

beton, yang dibatasi oleh kemampuan kuat tekan

beton seperti yang tercantum dalam perencanaan.

Hal tersebut bergantung pada kemampuan daya

dukung tanah (supported by soil), kemampuan

struktur yang lain atau kemampuan struktur

atasnya (vertical support).

Agar hasil akhir yang diperoleh

memuaskan, dibutuhkan pengenalan yang

mendalam mengenai sifat-sifat yang berkaitan

dengan suatu bahan yakni bahan-bahan penyusun

beton tersebut. Kinerja yang menjadi perhatian

penting para perencana ketika mendesign beton

ada 2 (dua), yaitu: kekuatan tekan dan

kemudahan pengerjaan.

Pada umumnya beton terbentuk dari tiga

bahan campuran utama yaitu, semen, agregat,

dan air. Terkadang adapula pemberian bahan

tambah atau bahan pengganti yang diperlukan

pada campuran beton untuk mengubah sifat-sifat

dari beton tersebut. Penelitian yang dilakukan

oleh peneliti beton terdahulu menghasilkan

suatu kontradiksi. Untuk menghasilkan beton

dengan kekuatan tekan tinggi, penggunaan air

atau faktor air terhadap semen haruslah kecil,

sayangnya hal tersebut akan menyebabkan

kesulitan dalam pengerjaan. Kini dengan

kemajuan teknologi, hal tersebut tidak lagi

menjadi masalah setelah ditemukannya bahan

tambah atau bahan ganti untuk campuran beton.

Dikarenakan begitu sentral dan vitalnya

peran beton dalam dunia konstruksi saat ini,

berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan

mutu beton agar didapat beton yang kuat dan

memiliki durabilitas tinggi. Penggunaan bahan

tambah baik kimiawi maupun mineral digunakan

untuk mendapatkan beton yang sesuai dengan

pengerjaan tertentu. Di Indonesia bahan tambahan

telah banyak digunakan. manfaat dari bahan

tambahan tersebut perlu dibuktikan dengan

menggunakan bahan agregat dan jenis semen yang

sama dengan bahan yang akan dipakai di

lapangan. Untuk bahan tambahan yang merupakan

Page 64: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 60

bahan kimia harus memenuhi syarat yang

diberikan dalam ASTM C.494 (Standard

Spesification for Chemical Admixture for

Concrete). Bahan tambah digunakan untuk

memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton

misalnya untuk meningkatkan kekuatan tekan

memperbaiki kinerja workability, atau untuk

tujuan lain yaitu untuk penghematan energi dan

penghematan biaya.

Superplasticizer yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan salah satu bahan

tambah kimia yang termasuk bahan tambah

kimia tipe F yaitu Water Reducing, High Range

Admixtures yang berguna untuk untuk

mengurangi jumlah air pencampur yang

diperlukan untuk menghasilkan beton dengan

konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.

Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih

tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang

dihasilkan lebih tinggi dengan air yang

sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga

lebih tinggi.

Adapun tujuan dari skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian abu

sekam padi dan bahan tambah

Superplasticizer (Polyheed) terhadap kuat

tekan beton.

2. Mengetahui kuat tekan yang dihasilkan

dengan komposisi dan variasi tertentu abu

sekam padi, Polyheed dan agregat Palu.

3. Mengetahui kuat tekan optimal yang

dihasilkan pada variasi tertentu abu sekam

padi, Polyheed, dan agregat Palu.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beton

Menurut Murdock dkk. (1999), Beton

seperti yang dikenal sekarang ini adalah suatu

bahan bangunan dan konstruksi, yang sifat-

sifatnya dapat ditentukan lebih dahulu dengan

mengadakan perencanaan dan pengawasan yang

teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih. Bahan-

bahan yang dipilih itu adalah ikatan keras yang

ditimbulkan oleh reaksi kimia antara semen

dan air, serta agregat dimana semen yang

mengeras itu ber- adhesi dengan baik maupun

kurang baik. Agregat boleh berupa kerikil, batu

pecah, sisa-sisa bahan- mentah tambang, agregat

ringan buatan, pasir atau bahan sejenis lainnya.

Berdasarkan pengertian tersebut beton

adalah campuran dari beberapa bahan penyusun

yang terdiri dari bahan semen, agregat kasar,

agregat halus, air, atau dengan

menambahkan bahan tambah (aditive atau

admixture).

A. Semen

Semen merupakan bahan campuran yang

secara kimiawi akan aktif setelah berhubungan

dengan air. Sedangkan agregat tidak berperan

penting dalam reaksi kimia tersebut, akan tetapi

agregat lebih berfungsi sebagai bahan pengisi

mineral yang dapat mencegah perubahan-

perubahan volume beton setelah pengadukan

selesai dilakukan dan memperbaiki keawetan

beton yang dihasilkan.

Semen merupakan bahan campuran yang secara

kimiawi akan aktif setelah berhubungan dengan

air. Sedangkan agregat tidak berperan penting

dalam reaksi kimia tersebut, akan tetapi agregat

lebih berfungsi sebagai bahan pengisi mineral

yang dapat mencegah perubahan-perubahan

volume beton setelah pengadukan selesai

dilakukan dan memperbaiki keawetan beton yang

dihasilkan.

B. Air

Air diperlukan pada pembuatan beton

untuk memicu proses kimiawi semen,

membasahi agregat dan memberikan kemudahan

dalam pekerjaan beton. Air yang dapat

diminum umumnya dapat digunakan sebagai

campuran beton. Air yang mengandung senyawa-

senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,

minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila

dipakai dalam campuran beton akan menurunkan

kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat

beton yang dihasilkan (Mulyono, 2004).

Air yang digunakan untuk campuran beton

harus bersih, tidak boleh mengandung minyak,

asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang

dapat merusak beton atau tulangan. Sebaiknya

dipakai air tawar yang dapat diminum. Air

yang digunakan dalam pembuatan beton pra-

tekan dan beton yang akan ditanami logam

almunium (termasuk air bebas yang terkandung

dalam agregat) tidak boleh mengandung ion

klorida dalam jumlah yang membahayakan

(ACI 318-89:2-2).

C. Agregat

Agregat merupakan butiran mineral alami

yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam

campuran beton. Walaupun hanya sebagai

bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat

berpengaruh terhadap penentuan sifat-sifat beton,

sehingga pemilihan agregat merupakan bagian

penting dalam pembuatan beton (Mulyono,

2004).

Page 65: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 61

Agregat dapat dibedakan menjadi dua

golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus

(Ulasan PB,1989:9):

1. Agregat kasar ialah agregat yang semua

butimya tertinggal di atas ayakan 4,8 mm

(SII.0052,1980) atau 4,75 mm (ASTM

C33,1982) atau 5,0 mm (BS.812,1976).

2. Agregat halus ialah agregat yang semua

butirnya menembus ayakan berlubang 4,8

mm (SII.0052,1980) atau 4,75 mm (ASTM

C33,1982) atau 5,0 mm (BS.812,1976).

2.2. Abu Sekam Padi

Penggilingan padi selalu

menghasilkan kulit gabah (sekam) yang cukup

banyak yang akan menjadi material sisa. Ketika

butir padi digiling, 78% dari beratnya akan

menjadi beras dan akan menghasilkan 22%

berat kulit gabah (sekam). Kulit gabah (sekam)

ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam

proses produksi. Kulit gabah (sekam) terdiri dari

75% bahan mudah terbakar dan 25% berat akan

berubah menjadi abu. Abu ini dikenal dengan abu

sekam yang mempunyai kandungan silika

reaktif (amorphous silica) sekitar 85% - 90%.

Jadi dari setiap 1000 kg padi yang digiling akan

dihasilkan 220kg (22%) kulit gabah (sekam).

Bila kulit gabah (sekam) itu dibakar pada

tungku pembakaran maka akan menghasilkan

sekitar 55kg (25%) abu sekam.

Jika data pada tahun 2009 hasil produksi

padi sebanyak 606.955 ton digiling akan

menghasilkan 133.530 ton (22%) Kulit gabah

(sekam). Bila kulit gabah (sekam) tersebut

dibakar pada tungku pembakaran maka akan

menghasilkan sekitar 33.382 ton abu sekam

padi.

Sekam padi pada umumnya hanya

digunakan sebagai bahan bakar utama atau

tambahan pada industri pembuatan batu bata,

bahan dekorasi, atau bahkan dibuang di

kandang hewan. Sudah diketahui bahwa sekam

padi mengandung banyak silika amorf apabila

dibakar pada suhu antara 500ºC dan 700ºC,

dalam waktu sekitar 1 sampai 2 jam. Kalsium

hidroksida, hasil sampingan dari reaksi semen

portland dengan air,mempunyai sifat yang

mudah bereaksi dengan karbon dioksida di udara

ataupun di air, dengan ion sulfat dalam tanah,

hingga membentuk kalsium karbonat (mudah

larut dalam air) dan kalsium sulfat hingga

membentuk ettringit yang memiliki volume

molekul lebih besar, yang dapat

mengakibatkan beton menjadi retak-retak.

Abu sekam padi yang memiliki rektivitas

silika yang mampu bereaksi dengan kalsium

hidroksida dalam pasta semen di harapkan

mampu menambah kuat tekan pada beton normal.

Untuk membuat abu sekam padi ada dua

cara, pembuatan abu sekam padi mengunakan

oven pembakaran dan pembuatan abu sekam

padi dengan cara manual. Pembuatan abu sekam

padi mengunakan oven pembakaran. Kulit padi

yang sudah di bersihkan di keringkan dengan

cara menjemurnya di bawah sinar matahari.

Kemudian kulit padi tersebut di masukkan

dalam oven dengan suhu 300ºC selama 30

menit agar kulit tersebut menjadi arang.

Terakhir adalah proses pengabuan, kulit padi

yang sudah melalui proses pengarangan di

masukkan dalam oven dengan suhu 600ºC -

700ºC.

2.3. Bahan Tambah

Bahan tambah (Admixture) adalah bahan-

bahan yang ditambahkan ke dalam campuran

betonpada saat atau selama pencampuran

berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah

untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar

menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu

atau untuk menghemat biaya.

Admixture atau bahan tambah

didefinisikan dalam Standard Definitions of

Terminology Relating to Concrete and Concrete

Agregates (ASTM C.125-1995:61) dan dalam

Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19)

sebagai material selain air, agregat, dan semen

hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau

mortar yang ditambahkan sebelum atau selama

pengadukan berlangsung. Bahan tambah yang

digunakan untuk memodifikasi sifat dan

karakteristik dari beton misalnya untuk dapat

dengan mudah dikerjakan,penghematan,atau

untuk tujuan lain seperti penghematan energi.

Di Indonesia bahan tambah telah banyak

dipergunakan. Manfaat dari penggunaan bahan

tambah ini perlu dibuktikan dengan bahan

agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan

yang akan dipakai di lapangan. Dalam hal ini

bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus

memenuhi ketentuan yang diberikan oleh SNI.

Untuk bahan tambah yang merupakan bahan

tambah kimia harus memenuhi syarat yang

diberikan oleh ASTM C.494, “Standard

Spesification for Chemical Admixture for

Concrete”.

Dalam penelitian ini digunakan bahan

tambah Polyheed yang termasuk dalam Tipe F

“Water Reducing, High Range Admixtures”

adalah bahan tambah yang berfungsi untuk

mengurangi jumlah

Page 66: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 62

air pencampur yang diperlukan

untuk menghasilkan beton dengan konsistensi

tertentu, sebanyak 12% atau lebih.

Fungsinya untuk mengurangi jumlah

air pencampur yang diperlukan untuk

menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,

sebanyak 12% atau lebih. Kadar pengurangan air

dalam bahan ini lebih tinggi sehingga diharapkan

kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi

dengan air yang sedikit, tetapi tingkat

kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi. Jenis

bahan tambah ini dapat berupa superplasticizer.

Bahan jenis ini pun termasuk dalam bahan kimia

tambahan yang baru, dan disebut sebagai

“bahan tambahan kimia pengurang air”. Tiga

jenis plasticizer yang dikenal adalah (1).

kondensi sulfonat melamin formaldehid dengan

klorida sebesar 0.005%, (2). sulfonat nafthalin

formaldehid dengan kandungan klorida yang

dapat diabaikan dan (3). modifikasi lignosulfonat

tanpa kandungan klorida. Ketiga jenis bahan

tambah tersebut dibuat dari sulfonat organic dan

disebut superplasticizer, karena dapat

mengurangi pemakaian air dalam campuran

beton dan meningkatkan slump beton sampai

8 inch (208 mm) atau lebih. Dosis yang

disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat

semen. Dosis yang berlebihan akan

menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini digunakan:

a. Beton normal masing-masing terdiri dari 3

buah benda uji, untuk kombinasi abu sekam

padi 0% dan Polyheed 1% uji tekan

dilakukan pada umur 7,14,28, dan 56 hari.

b. Beton dengan persentase penambahan Abu

Sekam Padi sebanyak 6%, 9%, 12%, 15%,

18% dikombinasikan dengan Polyheed 1%,

masing-masing persentase terdiri dari 3 buah

benda uji. Pengujian tekan dilakukan pada

umur perawatan 28 dan 56 hari. c. Benda uji yang digunakan berbentuk kubus

ukuran 15x15x15 cm. d. Untuk beton berserat biasanya dilakukan

pengujian kuat lentur dengan benda uji balok, kuat tarik dengan benda uji silinder, dan kuat tekan dengan benda uji kubus atau silinder. Tetapi karena ketidaktersediaan alat maka pengujian kali ini hanya mencari kuat tekan dengan benda uji kubus.

e. Material yang di gunakan : 1. Semen : Semen Portland tipe I

(Indocement )

2. Agregat Kasar : Batu Pecah Ex. Palu

3. Agregat Halus : Pasir Ex. Palu

4. Bahan Tambah Mineral : Abu

Sekam

5. Padi

6. Bahan Tambah Kimia : Polyheed

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuat Tekan Beton Variasi 0% Umur

Perawatan 7, 14, 28, dan 56 Hari

Data hasil pen elitian men un jukkan

bah wa nilai kuat tekan benda uji kadar

penggantian 0% men galami penin gkatan

dar i awal per awatan umur 7 h ari sampai

umur 56 h ari. Pada umur perawatan 7 har

i, n ilia kuat tekann ya adalah 23,13 MPa,

kemudian men ingkat 4% men jadi 25 MPa

pada umur per awatan 14 har i. Pen

ingkatan sebesar 1,04% ter jadi dar i

umur 14 ke 28 h ari, kemudian men ingkat

lagi sebesar 3% pada umur perawatan 56 h

ari men jadi 27,12 MPa. Pen ingkatan ini

sesuai dengan karakteristik beton yang

semakin lama dilakukan per awatan maka

keku atan tekann ya semakin tin ggi. Secar a

keselur uhan n ilai kuat tekan yan g didapat

memen uh i target kuat tekan r en cana yaitu

22,5 MPa.

Pen in gkatan yan g signifikan an

tara n ilai kuat tekan beton n or mal umur

per awatan 28 dan 56 h ari men jadi perh

atian ter sen diri. Pada umumn ya, meman g

ada penin gkatan kuat tekan dar i umur 28

ke umur 56 har i namun pen in gkatan yan g

ter jadi tidak ter lalu besar . Dar i data diatas

didapat bah wa ter jadi pen in gkatan sebesar

3% dar i an gka 25,53 MPa men jadi

27,12 MPa. Maka un tuk melih at pen in

g katan ter sebut masih dalam batas toler

an si, n ilai kuat tekan umur per awatan

56 h ari dikon ver si ke umur 28 har i den

gan faktor kor eksi umur 1,09. Ternyata

selisih antara nilai kuat tekan umur 28 dan 56

tersebut tidak terlalu jauh. Artinya, peningkatan

kuat tekan dari umur 28 ke 56 hari masih dalam

batas toleransi kuat tekan beton.

4.1. Kuat Tekan B eton Umur Perawatan

28 Hari

Data h asil pen gujian kuat tekan un

tuk ben da uji den gan umur per awatan 28

h ari, semua var iasi dar i 0% -18% memen

uh i kuat tekan r en cana f’cr = 22,5 MPa

trend meninkatgrafik kuat tekan bet on umur

28 hari dimulai dengan angka 24,67 MPa

pada var iasi 0% kemudian nilai kuat tekan

terus naik men uju an gka 25,17 MPa pada var

iasi 6%. Nilai kuat tekan terus meningkat

men capai n ilai ter tinggi di var iasi 9% pada

an gka 32 MPa. Setelah men capai n ilai ter

tin ggin ya tr en d grafik men ur un ke an

Page 67: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 63

gka 24,56 MPa di var iasi 12% lalu

kembali men ur un men jadi 23,15 MPa pada

var iasi 15% dan 22,97 MPa pada variasi 18%.

Nilai kuat tekan ter tinggi dar i hasil pen gujian

ben da uji umur 28 har i ber ada pada var iasi

9%. Nilai kuat tekan men capai 32,00 MPa.

Hal ini dikar en akan pada saat kadar pen ggan

tian 9%, kan dungan silika dalam abu sekam

padi ber ada dalam pr opor si yan g palin g

sesuai dalam campur an bet on seh in gga

mampu men in gkatkan kuat tekan beton

Abu sekam padi yan g digunakan

sebagai bah an tambah pada campur an

beton mempun yai komponen aktif yan g

bersifat pozzolanik (disebut juga mater ial

pozzolan ), yaitu bereaksi dengan kapur bebas

(kalsium h idr oksida) yang dilepaskan semen

saat proses hidrasi dan membentuk senyawa

yang bersifat mengikat pada temperatur

normal dengan adan ya air.

Proses diawali dengan reaksi hidrasi

semen dengan air yang berlangsung cepat

dan kemudian membentuk gel kalsium

silika h idrat dan kalsium hidroksida, reaksi

pozzolan ikini berlangsung lambat sehingga

pengaruhn ya lebih kepada kekuatan akhir

dari beton. Abu sekam padi adalah material sisa

industri yang memiliki komponen aktif

amorphous silica (silika reaktif). Abu sekam

padi biasanya digunakan sebagai pengganti

sebagian semen atau penambah. Persentase

maksimum penambahan atau penggantian ini

harus diperhatikan karena dapat

menyebabkan penurunan kekuatan beton .

Penggan tian sebagian semen dengan

abu sekam padi ini juga berpengaruh

pada kelecakan beton . Denan ber

tambahnya partikel halus ini kemungkinan

terjadinya bleeding pada beton segar akan

berkurang karena kelebihan air akan

terserap oleh partikel halus. Penggantian

sebagian semen dengan abu sekam padi yang

melebihi kadar optimum dapat menyebabkan

kekuatan beton menurun karena kelebihan fraksi

halus yang membuat semen tidak mampu

mengikat maksimal dengan material dalam

volume beton secara keseluruhan . Hal inilah

yang menyebabkan pada kadar

penggantian setelah var iasi optimum 9% yaitu

12%, 15% , dan 18% terjadi penurunan nilai

kuat tekan . Pada kadar penggantian 12% nilai

kuat tekan yang didapat adalah 24,56 MPa,

nilai kuat tekan pada variasi 15% adalah

23,15 MPa, dan akhirnya pada kadar penggan

tian 18% kuat tekan berada di nilai 22,97

MPa. Namun demikian walaupun penurun an

nilai kuat tekan terjadi, secara keselur uhan

nilai kuat tekan benda uji umur perawatan 28 har

i memenuhi mutu kuat tekan rencana.

4.2. Kuat Tekan Beton Umur Perawatan 56

Hari

Nilai kuat tekan beton dengan

umur perawatan 56 hari mengalami

peningkatan dar i nilai kuat tekan beton

umur perawatan 28 hari. Sama halnya seperti

grafik nilai kuat tekan umur 28 har i, pada umur

perawatan 56 hari titik kuat tekan tertinggi

terletak pada variasi 9%. Artinya, kadar

penggantian sebagian semen den gan abu

sekam padi seban yak 9% merupakan kadar

penggantian yang paling proporsional

sehingga mampu meningkatkan kuat tekan

beton .

Pada variasi0% nilai kuat tekan 27,12

MPa kemudian men ingkat men jadi 31,23 MPa

ketika variasi abu sekam padi yan g digun a kan

sebesar 6%. Nilai kuat tekan tertin ggi

kembali terjadi pada variasi 9% sebesar

35,44 MPa kemudian menurun pada saat

kadar penggantian 12% dengan an gka 28,99

MPa. Penurunan terus terjadi pada variasi

15% dengan kuat tekan 26,45 MPa, dan akhirn

ya menjadi 24,03 MPa ketika kadar penggantian

18%.

Penurunan ini terjadi karena kadar

penggantian sebagian semen dengan abu sekam

padi melebihi kadar penggantian yang optimum

yaitu 9% sehingga kelebihan fraksi halus

membuat semen tidak mampu mengikat

maksimal dengan material dalam volume

beton secara keseluruhan.

Secara umum, kuat tekan beton pada

umur perawatan 56 h ari den gan variasi

kadar penggantian 0%, 6%, 9%, 12%, 15%,

dan 18% memenuhi kuat tekan yang direncan

akan sebesar 22,5 MPa.

Gambar 1. Variasi Abu Sekam

Page 68: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Fachriza Noor Abdi1), Mardewi Jamal2), Ryan F.N.3) Jurnal Ilmu Pengetahuan dan teknologi sipil

Volume 2, nomor 1 Mei 2018 64

4.3. Hasil Lengkap Uji Tekan

Dari penelitian dan pengujian kuat tekan

yang dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa

Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Mulawarman, didapat hasil data kuat tekan

sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil pengujian Kuat Tekan Beton

Kuat Tekan Rencana f’cr = 22,5 MPa

Variasi

Kadar

Peng

gantian

Nilai

Kuat

tekan f’c

(MPa)

Umur

7 Hari

Nilai

Kuat

tekan

f’c

(MPa)

Umur 14

Hari

Nilai

Kuat

tekan

f’c

(MPa)

Umur 28

Hari

Nilai

Kuat

tekan

f’c

(MPa)

Umur

56

Hari 0% 23,13 25,00 25,53 27,12

6% - - 25,17 31,23

9% - - 32,00 35,44

12% - - 24,56 28,99

15% - - 23,15 26,45

18% - - 22,97 24,03

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil yang didapat setelah dilakukan

penelitian uji kuat tekan beton dengan

menggunakan abu sekam padi sebagai pengganti

sebagian semen maka disimpulkan bahwa :

1. Nilai kuat tekan semua variasi memenuhi

target kuat tekan rencana 22,5 MPa, dengan

trend grafik meningkat tiap penambahan

kadar penggantian mulai 0% sampai

kadar optimal 9%, kemudian nilai kuat

tekan menurun saat kadar penggantian

melebihi kadar optimal 9% yaitu 12%, 15%,

dan 18%. Penurunan ini disebabkan oleh

penggan tian sebagian semen den gan

abu sekam padi yan g melebih i

kadar optimum dapat men yeba

bkan kekuatan beton men ur un kar en

a kelebih an fr aksi h alus yan g

membuat semen tidak mampu men

gikat maksimal den gan mater ial dalam

volume bet on secar a keselur uh an.

2. Kuat tekan optimal terjadi pada kadar

penggantian sebagian semen dengan

abu sekam padi 9%, dengan nilai kuat tekan

pada umur perawatan 28 hari sebesar

32,00 MPa dan pada umur perawatan

56 hari sebesar35,44 MPa. Dari hasil

penelitian tersebut abusekam padi dapat

meningkatkan kuat tekan beton.

3. Penurunan kuat tekan terjadi pada variasi

12%,15%, dan 18% namun masih

memenuhi kuat tekan rencana, dimana pada

variasi 18% nilai kuat tekan pada umur

28 hari adalah 22,97MPa dan 24,03 MPa

pada umur 56 hari. Data tersebut

menunjukkan bahwa variasi 18% sangat

baik digunakan ditinjau baik dari aspek

ekonomis maupun aspek teknis.

5.2. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya

dengan menggunakan abu sekam padi

sebagai pengganti sebagian semen, kadar

penggantian atau variasi abu sekam

sebaiknya diambil di angka yang

berdekatan dengan 9% seperti 8%,10%,

atau 11%.

2. Untuk penelitian selanjutnya

dengan menggunakan abu sekam padi

sebagai pengganti sebagian semen,

sebaiknya dicari variasi diatas 18% untuk

mengetahui sampai dimana kadar

penggantian yang masih memenuhi kuat

tekan rencana sehingga semakin unggul

aspek ekonomisnya.

3. Proses pemasangan cetakan kubus

hendaknya memperhatikan kerapian dan

kebersihan cetakan kubus karena akan

sangat mempengaruhi rata atau tidaknya

permukaan benda uji sehingga akan

berpengaruh pada nilai kuat tekan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Syarif., 2009. Semen, Jenis &

Aplikasinya. Kawan Pustaka, Jakarta

Mulyono, Tri., 2004. Teknologi Beton. Andi,

Yogyakarta

Nugraha, P dan Antoni., 2007 , Teknologi Beton

(dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja

Tinggi), Andi, Yogyakarta

Suwarno, Dodi., 2009, Pengaruh Penambahan

Abu Sekam Padi pada Campuran Beton

Terhadap Kuat tekan dengan Agregat

Lokal, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Mulawarman, Samarinda

Tjokrodimuljo, Kardiyono., 2007.

Teknologi Beton. KMTS FT UGM, Yogyakarta.

Page 69: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

iv

DAFTAR PENULIS

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2018

Agus Sugianto, Universitas Balikpapan

Andi Marini Indriani, Universitas Balikpapan

Gunaedy Utomo, Universitas Balikpapan

Fachriza Noor Abdi, Universitas Mulawarman Samarinda

Heri Sutanto, Universitas Mulawarman Samarinda

Mardewi Jamal, Universitas Mulawarman Samarinda

M. Jazir Alkas, Universitas Mulawarman Samarinda

Rusfina Widayati, Universitas Mulawarman Samarinda

Ryan Ferdhian Nugraha, Universitas Mulawarman Samarinda

Sulardi, Universitas Tridharma Balikpapan

Tamrin, Universitas Mulawarman Samarinda

Page 70: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

v

UCAPAN TERIMA KASIH KEPADA MITRA BESTARI/REVIEWER

JURNAL TEKNOLOGI SIPIL

Volume 02 Nomor 1 Mei 2018

Herman Parung, Universitas Hasanuddin

Erniati, Universitas Fajar

Tamrin, Universitas Mulawarman

Abdul Haris, Universitas Mulawarman

Ery Budiman, Universitas Mulawarman

Page 71: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik

vi

Informasi Berlangganan

Apabila Saudara berkeinginan mendapatkan Jurnal Teknologi Sipil secara berkala setiap tahun, yaitu

2 (dua) kali penerbitan, maka :

Jurnal Teknologi Sipil – Unmul terbit 2 (dua) kali dalam setahun (Mei dan November)

Biaya sebesar Rp. 150.000,00 per eksemplar (sudah termasuk biaya pengiriman) dibayar sekaligus per

tahun

Edisi back issue (terbitan lama) tersedia dengan harga Rp. 75.000,00 per eksemplar atau Rp. 300.000,00

per bundle berisi 4 edisi (harga tidak termasuk biaya pengiriman, persediaan terbatas).

Biaya pengiriman per bundel :

Rp. 35.000,00 untuk Kalimantan Timur

Rp. 55.000,00 untuk luar Kalimantan Timur

Mengisi Formulir Berlangganan di bawah ini dengan jelas.

Kirimkan Formulir dan Biaya Berlangganan ke alamat :

Redaksi JURNAL TEKNOLOGI SIPIL – UNMUL

Program Studi Teknik Sipil, Gedung IV Lantai 1 Fakultas Teknik

Jalan Sambaliung No. 9 Kampus Gn. Kelua, Samarinda – 75119, Kalimantan Timur

Telp./Fax : (0541) 736834 / 749315, Website : sipil.ft.unmul.ac.id, email : [email protected]

Pembayaran dapat dilakukan melalui Pos/Biro Pengiriman/Cek dan dianggap sah bila telah diuangkan.

Pembayaran melalui Bank dapat dialamatkan ke :

BNI 46 Cabang Unmul

a.n. Rusfina Widayati

No. Rekening : 0172

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Mohon dikirimkan Jurnal Teknologi Sipil sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun, untuk selama

……… (………………….) tahun, Sejak Vol………….. No……………. Tahun……..……. Kepada :

Nama : ………………………………………………………………………………………………..

Alamat : ………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………...… Kode Pos : ……………………

Telp/Faks : …………………………………………………………………………………...

Kiriman sebesar :

Rp. …………………………………………… untuk sejumlah ………………. Eksemplar

Rp. …………………………………………… untuk biaya pengiriman

Melalui : Pos/Biro Pengiriman/Bank/Langsung

Form ini dapat di fotokopi

Page 72: sipil.ft.unmul.ac.idsipil.ft.unmul.ac.id/uploads/1/0/6/5/106563607/jts_mei_2018.pdf · i Dewan Redaksi : Penanggung Jawab Dr. Hj. Mardewi Jamal, ST, MT (Ketua Program Studi S1 Teknik