sinusitis maxillaris yong

10
SINUSITIS MAXILLARIS DEFINISI DAN KLASIFIKASI Sinusitis maxillaris merupakan peradangan pada mukosa sinus maxillaris. Sinusitis maxillaris merupakan sinusitis yang paling sering terjadi dibanding sinus paranasal lainnya. Hal ini disebabkan karena sinus maxillaris merupakan sinus paranasal terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus maxillaris hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maxillaris adalah dasar akar gigi, sehingga infeksi dapat berasal dari infeksi gigi, dan ostium sinus maxillaris terletak di meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat. (1,2) Menurut perjalanan penyakitnya Adams (1978) membagi sinusitis menjadi : 1) Sinusitis akut, bila berlangsung beberapa hari – minggu 2) Sinusitis subakut, bila berlangsung beberapa minggu – bulan

Upload: friadi-nata

Post on 24-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sinusitis Maxillaris Yong

SINUSITIS MAXILLARIS

DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Sinusitis maxillaris merupakan peradangan pada mukosa sinus maxillaris.

Sinusitis maxillaris merupakan sinusitis yang paling sering terjadi dibanding sinus

paranasal lainnya. Hal ini disebabkan karena sinus maxillaris merupakan sinus

paranasal terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret

(drainase) dari sinus maxillaris hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus

maxillaris adalah dasar akar gigi, sehingga infeksi dapat berasal dari infeksi gigi, dan

ostium sinus maxillaris terletak di meatus medius, di sekitar hiatus semilunaris yang

sempit sehingga mudah tersumbat. (1,2)

Menurut perjalanan penyakitnya Adams (1978) membagi sinusitis menjadi :

1) Sinusitis akut, bila berlangsung beberapa hari – minggu

2) Sinusitis subakut, bila berlangsung beberapa minggu – bulan

3) Sinusitis kronik, bila berlangsung beberapa bulan – tahun

(menurut Cawne Berge, bila sudah lebih dari 3 bulan) (3)

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sinusitis maxillaris merupakan sinus paranasal yang terbesar, saat lahir sinus

maxillaris bervolume 6-8 ml, kemudian sinus berkembang dengan cepat dan akhirnya

mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maxillaris berbentuk

segitiga. Dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maxilla, dinding

posteriornya ialah permukaan infra temporal maxilla, dinding medialnya adalah

dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding

inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maxillaris berada di

sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui

infundibulum etmoid (1)

Page 2: Sinusitis Maxillaris Yong

Sinusitis Maksilaris

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus terdapat mukosa bersilia dan

palut lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan

lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

Pada dinding lateral hidung terdapat dua aliran transpor mukosiliar dari sinus. Lendir

yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid

dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba eustaehius. Lendir yang berasal dari

kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfenoetmoidalis, di alirkan ke

nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati

sekret pasca nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung.

Beberapa teori dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain : sebagai

pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala,

membantu resonansi suara, peredam perubahan tekanan udara, dan membantu

produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung.(1)

ETIOLOGI

Penyebab sinusitis maxillaris dapat virus, bakteri atau jamur. Kuman

penyebab tersering adalah streptoeoeus pneumoniae dan haemophilus influenzae

yang ditemukan pada 70% kasus. (4)

Faktor predisposisi terjadinya sinusitis maxillaris adalah obstruksi mekanik seperti

deviasi septum, benda asing di hidung, tumor atau polip, rinitis alergi, rinitis kronis,

polusi lingkungan, udaara dingin dan kering. Selain itu dapat juga disebabkan karena

berenang dan menyelam, trauma, dan barotrauma, periodontitis atau abses apikal gigi

(infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3 serta P1 dan P2). (1,2,3,4)

PATOFISIOLOGI

Bila terjadi edema di kompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya

berhadapan akan bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat

dialirkan. Akibatnya terjadi gangguan drainase dan ventilasi di dalam sinus, sehingga

Laporan Kasus 23 April 2003 Yulia Haizar & Netti HartatiBagian THT RSU Dr. Pirngadi Medan FK UNBRAH

2

Page 3: Sinusitis Maxillaris Yong

Sinusitis Maksilaris

silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih

kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Bila

sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir, sehingga timbul

infeksi oleh bakteri anaerob, selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi

hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.(1)

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis yang didapat berupa gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala

sistemik ialah demam dan rasa lesu. Gejala lokal pada hidung yaitu terdapat ingus

kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan

hidung tersumbat, rasa nyeri di daerah sinus yang terkena serta kadang-kadaang

dirasakan juga di tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Pada sinusitis

maxillaris nyeri di bawah kelopak mata dan kadang-kadang menyebar ke alveolus,

sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga.

Pada pemeriksaan, akan didapatkan pembengkakan di daerah pipi dan kelopak

mata bawah (pada sinusitis maxillaris akut)

Pada rinoskopi anterior akan tampak mukosa konkha hiperemis dan edema, dan

tampak mukopus di meatus medius. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di

nasofaring (post nasal drip) (1,2,3,4)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan Transiluminasi

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya

diragukan. Pemeriksaan dilakukan di kamar gelap, memakai sumber cahaya pen

light. Untuk memeriksa sinus maxillaris lampu dimasukkan ke dalam mulut dan

bibir dikatupkan. Pada sinus normal tampak gambaran bulan sabit yang terang di

bawah mata, tetapi bila ada sinusitis maka akan tampak suram atau gelap. (1,2,3,4)

2) Pemeriksaan Radiologik

Laporan Kasus 23 April 2003 Yulia Haizar & Netti HartatiBagian THT RSU Dr. Pirngadi Medan FK UNBRAH

3

Page 4: Sinusitis Maxillaris Yong

Sinusitis Maksilaris

Pemeriksaan foto rontgen yang dibuat yaitu posisi waters, postero anterior dan

lateral.

Gambaran radiologik sinusitis maxillaris akut mula-mula berupa penebalan

mukosa. Selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang

membengkak hebat atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. Akhirnya

terbentuk gambaran air fluid level yang khas. (1,2,3,4)

3) Pemeriksaan Mikrobiologik : Kultur Kuman dan Uji Resistensi

Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius

atau meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang

merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti : Pneumococcus,

Streptococcus, Staphylococcus dan Haemophilus Influenzae. Selain itu mungkin

ditemukan juga virus atau jamur (1,2)

4) Pemeriksaan Tomografi

Indikasi tomografi adalah jika perluasan proses patologi tidak dapat dipastikan

dengan teknik konvensional atau jika daerah sinus kurang jelas karena tumpang

tindih dengan struktur lain.

5) Pemeriksaan Sinoskopi

Pada pemeriksaan sinoskopi dapat dilihat antrum (sinus maxillaris) secara

langsung sehingga dapat diketahui adanya perubahan mukosa.

DIAGNOSIS

Diagnosis sinusitis maxillaris dibuat berdasarkan gambaran klinis,

pemeriksaan klinis dan didukung oleh pemeriksaan penunjang.

TERAPI

Laporan Kasus 23 April 2003 Yulia Haizar & Netti HartatiBagian THT RSU Dr. Pirngadi Medan FK UNBRAH

4

Page 5: Sinusitis Maxillaris Yong

Sinusitis Maksilaris

Sinusitis maxillaris akut umumnya diterapi dengan antibiotik spektrum luas

seperti amoksisilin, ampisilin atau eritromisin plus sulfonamid, dengan alternatif lain

berupa amoksisilin/klavulanat, sefaklor, sefuroksim, dan trimetoprim plus

sulfonamid. Dekongestan seperti pseudoefedrin juga bermanfaat dan tetes hidung

poten seperti fenilefrin (Neo-Synephrine) atau oksimetazolin dapat digunakan selama

beberapa hari pertama infeksi namun kemudian harus dihentikan. Kompres hangat

pada wajah, dan analgesik seperti aspirin dan asetaminofen berguna untuk

meringankan gejala (1,2)

Bila terjadi kegagalan penyembuhan dengan suatu terapi aktif, maka mungkin

menunjukkan organisme tidak lagi peka terhadap antibiotik atau antibiotik tersebut

gagal mencapai lokulasi infeksi. Ostium sinus dapat sedemikian edematosa sehingga

drainase sinus terhambat dan terbentuk suatu abses sejati. Bila demikian, maka

terdapat suatu indikasi punksi irigasi sinus. (1,2,3)

Terapi pembedahan diperlukan apabila telah terjadi komplikasi ke orbita atau

intra kranial atau bila ada nyeri hebat karena ada sekret tertahan oleh sumbatan, dan

dengan terapi konservatif tidak membaik. Jenis pembedahannya yaitu : Pembedahan

radikal dan pembedahan non radikal. (1,2,3,4)

Pembedahan radikal yaitu dengan mengangkat mukosa yang patologik dan

membuat drainase dari sinus yang terkena. Operasi pada sinus maxillaris adalah

operasi Caldwell-Luc. (1,2)

Pembedahan non radikal yaitu metode operasi sinus paranasal dengan

menggunakan endoskop yang disebut bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF).

Prinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal yang

menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat

lancar kembali melalui ostium alami. Dengan demikian mukosa sinus akan kembali

normal. (1,2)

KOMPLIKASI

Laporan Kasus 23 April 2003 Yulia Haizar & Netti HartatiBagian THT RSU Dr. Pirngadi Medan FK UNBRAH

5

Page 6: Sinusitis Maxillaris Yong

Sinusitis Maksilaris

Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis

eksaserbasi akut.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah : osteomielitis dan abses subperiosteal,

kelainan orbita berupa edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiosteal, abses

orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus, kelainan intra kronial

berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak, trombosis sinus

kavernosus, kelainan paru seperti bronkhitis kronik, bronkhieletasis dan asma

bronkhial. (1)

Laporan Kasus 23 April 2003 Yulia Haizar & Netti HartatiBagian THT RSU Dr. Pirngadi Medan FK UNBRAH

6

Page 7: Sinusitis Maxillaris Yong

Sinusitis Maksilaris

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, AE. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, FKUI, Jakarta, Edisi ke-5, Cetakan ke-2, 2002 : 115, 117-19, 120-24.

2. Adams, LG. Boies, RL : Higler, Ap. Buku Ajar Penyakit THT, EGC, Jakarta, Edisi ke-6, Cetakan ke-3, 1997 : 240-260

3. Soepardi, AE. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga Hidung Tenggorok, FKUI, Jakarta, Edisi ke-2, 2000 : 136-39.

4. Mansjoer, A (editor), Kapita Selekta Kedokteran, FKUI, Jakarta, Edisi ke-3, Jilid I, Cetakan I, 1999 : 102-106.

Laporan Kasus 23 April 2003 Yulia Haizar & Netti HartatiBagian THT RSU Dr. Pirngadi Medan FK UNBRAH

7