sinusitis maksila

20
BAB I PENDAHULUAN Tulang tengkorak memiliki sejumlah ruang berisi udara yang disebut sinus. Ruang ini membantu mengurangi berat tengkorak dan memberikan perlindungan daerah tengkorak dan membantu dalam resonansi suara. Terdapat empat pasang sinus, yang dikenal sebagai sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis di daerah dahi, sinus maksilaris di belakang tulang pipi, sinus etmoidalis diantara kedua mata dan sinus sphenoidalis di belakang bola mata. 1 Sampai saat ini sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh pada manusia yang sulit dideskripsikan karena bentuknya bervariasi pada tiap individu. Terdapat membran yang melapisi sinus tersebut yang mensekresikan mukus, yang mana akan mengalir ke rongga hidung melalui sebuah saluran kecil pada setiap sinus tersebut. Sinus yang sehat tidak mengandung bakteri yang belum steril. 1 Sinus maksila mulai berkembang pada usia tiga bulan kehamilan, yang merupakan bagian dari ektoderm. Ukurannya pada saat lahir 7x4x4 mm, namun setelah lahir sampai dewasa sinus maksila mengalami pertumbuhan kearah vertikal sepanjang 2 mm dan kearah anteroposterior sepanjang 3 mm. Pertumbuhan cepat sinus maksila terjadi pada usia 3 tahun pertama dan mengalami perlambatan sampai usia 7 tahun. 1

Upload: xihuichin

Post on 07-Dec-2014

171 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

refarat

TRANSCRIPT

Page 1: Sinusitis Maksila

BAB I

PENDAHULUAN

Tulang tengkorak memiliki sejumlah ruang berisi udara yang disebut sinus. Ruang

ini membantu mengurangi berat tengkorak dan memberikan perlindungan daerah

tengkorak dan membantu dalam resonansi suara. Terdapat empat pasang sinus, yang

dikenal sebagai sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis di daerah dahi, sinus maksilaris di

belakang tulang pipi, sinus etmoidalis diantara kedua mata dan sinus sphenoidalis di

belakang bola mata. 1

Sampai saat ini sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh pada manusia

yang sulit dideskripsikan karena bentuknya bervariasi pada tiap individu. Terdapat

membran yang melapisi sinus tersebut yang mensekresikan mukus, yang mana akan

mengalir ke rongga hidung melalui sebuah saluran kecil pada setiap sinus tersebut. Sinus

yang sehat tidak mengandung bakteri yang belum steril. 1

Sinus maksila mulai berkembang pada usia tiga bulan kehamilan, yang

merupakan bagian dari ektoderm. Ukurannya pada saat lahir 7x4x4 mm, namun setelah

lahir sampai dewasa sinus maksila mengalami pertumbuhan kearah vertikal sepanjang 2

mm dan kearah anteroposterior sepanjang 3 mm. Pertumbuhan cepat sinus maksila terjadi

pada usia 3 tahun pertama dan mengalami perlambatan sampai usia 7 tahun.

Pertumbuhan cepat kedua terjadi pada usia 7-12 tahun, kemudian tumbuh lambat

sampai dewasa. Pada usia 12 tahun dasar sinus maksila sejajar dengan dasar hidung

kemudian dasar sinus semakin ke inferior mendekati alveolus saat erupsi gigi permanen. 1

Makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai sinusitis maksilaris akut. Umumnya

sukar disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor

penyebab dan faktor presdiposisinya.

1

Page 2: Sinusitis Maksila

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila

bervolume 6-8 ml. Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior adalah permukaan

fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya ialah permukaan infra

temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding

superiornya ialah dasar orbita dan dining inferiornya ialah prosesua alveolaris dan

palatum. Ostium sinus maksila berada disebelah superior dinding medial sinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. 1

Sinus paranasal dan ostiumnya

2.2. Sinusitis

2.2.1. Definisi

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang terkena,

dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis

sfenoid. 2

2

Page 3: Sinusitis Maksila

Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis

frontal dan sinusuitis sfenoid lebih jarang. Sinus maksila merupakan sinus yang sering

terinfeksi, oleh karena:

merupakan sinus paranasal yang terbesar

letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau drainase dari

sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia

dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris), sehingga infeksi

gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila

ostium sinus maksila terletak di meatus medius , disekitar hiatus semi lunaris

yang sempit, sehingga mudah tersumbat.

Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis. Sinusitis maksilaris akut

berlangsung kurang dari empat minggu. Sinusitis akut dapat sembuh sempurna jika

diterapi dengan baik, tanpa adanya residu kerusakan jaringan mukosa. Sinusitis berulang

terjadi lebih sering tapi tidak terjadi kerusakan signifikan pada membran mukosa.

Sinusitis subakut berlangsung antara 4 minggu hingga 3 bulan. Sinusitis kronis

berlangsung selama 3 bulan atau lebih dengan gejala yang terjadi selama lebih dari dua

puluh hari. 1,2

2.2.2. Epidemiologi

Angka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ada batasan

yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis dibandingkan anak.

Hal ini karena sering terjadinya infeksi saluran napas atas pada dewasa yang

berhubungan dengan terjadinya sinusitis. Di US dilaporkan bahwa lebih dari 30 juta

pasien menderita sinusitis. 1,2

2.2.3. Etiologi

Penyebab sinusitis akut ialah2,3:

rinitis akut

3

Page 4: Sinusitis Maksila

infeksi faring, seperti faringitis adenoiditis, tonsilitis akut

infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3 serta P1 dan P28 (dentogen)

berenang dan menyelam

trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal,

barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.

Sinusitis maksilaris dengan asal geligi. Bentuk penyakit geligi-maksilaris yang

khusus bertanggung jawab pada 10 persen kasus sinusitis yang terjadi setelah gangguan

pada gigi. Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar, biasanya molar pertama,

dimana sepotong kecil tulang di antara akar gigi molar dan sinus maksilaris ikut

terangkat.

4

Page 5: Sinusitis Maksila

2.2.4. Patofisiologi

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain: 2,4

sebagai pengatur kondisi udara

sebagai penahan suhu

membantu keseimbangan kepala

membantu resonansi suara

peredam perubahan tekanan udara

membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung.

Fungsi sinus paranasal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pertahanan

mukosilier, ostium sinus yang tetap terbuka dan pertahanan tubuh baik lokal maupun

sistemik.

Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan

selaput lendir di atasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan

lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.

Pergerakan silia dalam drainase cairan sinus

5

Page 6: Sinusitis Maksila

Perubahan silia pada sinusitis

Bila terjadi edema di kompleks osteomeatal, mukosa yang letaknya berhadapan

akan saling bertemu, sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan.

Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi didalam sinus, sehingga silia menjadi

kurang aktif dan lendir yang di produksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan

merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan

berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir sehingga timbul infeksi oleh

bakteri anaerob. 4

Bakteri yang sering ditemukan pada sinusitis kronik adalah Streptococcus

pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Streptococcus B

hemoliticus, Staphylococcus aureus, kuman anaerob jarang ditemukan. Selanjutnya

terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.

4

6

Page 7: Sinusitis Maksila

Perubahan mukosa pada sinusitis yang terinfeksi

Reaksi peradangan berjalan menurut tahap-tahap tertentu yang khas. Pelebaran

kapiler darah akan memperlambat aliran darah sehingga akan mengeluarkan fibrin dan

eksudat serta migrasi leukosit menembus dinding pembuluh darah membentuk sel-sel

nanah dalam eksudat. Tetapi bila mana terjadi pada selaput lendir, maka pada saat

permulaan vasodilatasi terjadi peningkatan produksi mukus dari kelenjar mukus sehingga

nanah yang terjadi bukan murni sebagai nanah, tetapi mukopus. 4

2.2.5. Gejala klinis

Gejala subyektif terdiri dari gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik ialah

demam dan rasa lesu. Gejala lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-

kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa

nyeri di daerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa

nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga. Penciuman terganggu dan

ada perasaan penuh dipipi waktu membungkuk ke depan.Terdapat perasaan sakit kepala

waktu bangun tidur dan dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung

sewaktu berbaring sudah ditiadakan. 5,6

7

Page 8: Sinusitis Maksila

Gejala obyektif, pada pemeriksaan sinusitis maksila akut akan tampak  pembengkakan di

pipi dan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis

dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak

mukopus atau nanah di meatus medius. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di

nasofaring (post nasal drip). 5,7

Pus pada meatus medius

Pembengkakan pipi pada pasien sinusitis

8

Page 9: Sinusitis Maksila

2.2.6. Diagnosis

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.

Transluminasi bermakna bila salah satu sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram

dibandingkan dengan sisi yang normal. 7,8

Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi waters. Akan

tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan-udara (air fluid level)

pada sinus yang sakit. 7,8

Gambaran sinus maksilaris yang opak

Pemeriksaan mikrobiologik atau biakan hapusan hidung dilakukan dengan mengambil

sekret dari meatus medius. Mungkin ditemukan bermacam-macam bakteri yang

merupakan flora normal atau kuman patogen, seperti Pneumokokus, Streptokokus,

Stafilokokus dan Haemofilus influenza. Selain itu mungkin ditemukan juga virus atau

jamur. 7,8

2.2.9. Penatalaksanaan

9

Page 10: Sinusitis Maksila

Penatalaksanaan umum

1. Istirahat

Penderita dengan sinusitis akut yang disertai demam dan kelemahan sebaiknya

beristirahat ditempat tidur. Diusahakan agar kamar tidur mempunyai suhu dan

kelembaban udara tetap. 7,8

2. Higiene

Harus tersedia sapu tangan kertas untuk mengeluarkan sekrat hidung. Perlu diperhatikan

pada mulut yang cenderung mengering , sehingga setiap selesai makan dianjurkan

menggosok gigi. 7,8

3. Medikamentosa

Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik selam 10-14 hari,meskipun gejala

klinik telah hilang. Antibiotik yang diberikan ialah golongan penisilin. Diberikan juga

obat dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk memperlancar drainase sinus. Boleh

diberikan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. 7,8

Penatalaksanaan lokal

1. Inhalasi

Inhalasi banyak menolong penderita dewasa karena mukosa hidung dapat istirahat

dengan menghirup udara yang sudah dihangatkan dan lembab. 7,8

2. Pungsi percobaan dan pencucian

Apabila cara diatas tak banyak menolong mengurangi gejala dan menyembuhkan

penyakitnya dengan cepat, mungkin karena drainase sinus kurang baik atau adanya

kuman yang resisten. Kedua hal tersebut dapat diketahui dengan pungsi percobaan dan

pencucian. Dengan anestesi lokal, trokar dan kanula dimasukkan melalui meatus inferior

dan ditusukkan menembus dinding naso-antral. Kemudian dimasukkan cairan garam faal

steril ke dalam antrum dan selanjutnya isi antrum dihisap kembali ke dalam tabung

10

Page 11: Sinusitis Maksila

suntikan. Apabila setelah dua sampai tiga kali pencucian infeksi belum sirna, maka

mungkin diperlukan tindakan antrostomi intranasal. 7,8

Pungsi dan irigasi sinus maksila

Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi

komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret

tertahan oleh sumbatan. 7,8

2.2.10. Komplikasi

Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotika.

Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan

eksaserbasi akut.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah komplikasi orbita. Komplikasi ini dapat

terjadi karena letak sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Sinusitis

etmoidalis merupakan penyebab komplikasi orbita yang tersering kemudian sinusitis

maksilaris dan frontalis. Terdapat lima tahapan terjadinya komplikasi orbita ini. 7,8,

a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan

 b. Selulitis orbita

11

Page 12: Sinusitis Maksila

Edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun pus

belum terbentuk.

c. Abses subperiosteal

Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan

kemosis. 

d. Abses periorbita.

Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita.

Trombosis sinus kavernosus

Komplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus

kavernosus dimana selanjutnya terbentuk suatu tromboflebitis septik.

Komplikasi penyakit sinus pada orbita

Komplikasi Intrakranial

Komplikasi ini dapat berupa meningitis, abses epidural, abses subdural, abses otak.

12

Page 13: Sinusitis Maksila

Kelainan Paru

Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis.

Sinusitis dapat menyebabkan bronkitis kronis dan bronkiektasis. Selain itu juga dapat

timbul asma bronkhial. 7,8

13

Page 14: Sinusitis Maksila

BAB 3

KESIMPULAN

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Yang paling sering ditemukan

ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid. Sinusitis maksilaris dapat terjadi

akut, berulang atau kronis. Sinusitis akut dapat disebabkan oleh rinitis akut, infeksi

faring, infeksi gigi rahang atas (dentogen), trauma. Gejala klinis dapat berupa demam dan

rasa lesu. Pada hidung dijumpai ingus kental. Dirasakan nyeri didaerah infraorbita dan

kadang-kadang menyebar ke alveolus. Penciuman terganggu dan ada perasaan penuh

dipipi waktu membungkuk ke depan.

Pada pemeriksaan tampak pembengkakan di pipi dan kelopak mata bawah. Pada

rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada rinoskopi posterior

tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).Terapi medikamentosa berupa antibiotik

selam 10-14 hari. Pengobatan lokal dengan inhalasi, pungsi percobaan dan pencucian.

Komplikasi dari sinusitis dapat berupa komplikasi orbita, intrakranial dan kelainan paru.

14

Page 15: Sinusitis Maksila

DAFTAR PUSTAKA

1. Bull P. Lecture Notes On The Diseases of Ear, Nose and Throat. Ninth Edition.

Blackwell Publishing, 2002. p 88-91.

2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Othorhinolaryngology A Step By Step Learning

Guide. 1st Edition, Thieme Publishing, 2006.p 4-7.

3. Kennedy E. Sinusitis. Available from:

http://www.emedicine.com/emerg/topic536.htm

4. Nizar W. Anatomi Endoskopik Hidung-Sinus Paranasalis dan Patifisiologi

Sinusitis. Kumpulan Naskah Lengkap Pelatihan Bedah Sinus Endoskopik 

Fungsional Juni 2000.p 8-95.

5. Ludman H, Bradley P. ABC of Ear, Nose and Throat. 5th Edition. Blackwell

Publishing, 2007.p 37.

6. Sobol E. Sinusitis, Acute, Medical Treatment. Available from:

http://www.emedicine.com/ent/topic337.htm

7. Razek A. Sinusitis, Chronic, Medical Treatment. Available from:

http://www.emidicine.com/ent/topic338.htm

8. JKR. Toronto Notes Otolaryngology. 2009. p 27-28.

15