askep sinusitis

39
A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal. Sinus merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membran mukosa. 2. ETIOLOGI Sinusitis akut Penyebabnya dapat virus, bakteri, atau jamur. Menurut Gluckman, kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae yang ditemukan pada 70% kasus. Dapat disebabkan rinitis akut; infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1, P2; berenang dan menyelam; trauma; dan barotrauma. Faktor predisposisi obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung, tumor, atau polip. Juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan, udara dingin dan kering.

Upload: sii-fulan

Post on 12-Aug-2015

260 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Sinusitis

A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal. Sinus merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membran mukosa.

2. ETIOLOGI

Sinusitis akut Penyebabnya dapat virus, bakteri, atau jamur. Menurut Gluckman, kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae yang ditemukan pada 70% kasus. Dapat disebabkan rinitis akut; infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut; infeksi gigi molar M1, M2, M3 atas, serta premolar P1, P2; berenang dan menyelam; trauma; dan barotrauma. Faktor predisposisi obstruksi mekanik, seperti deviasi septum, benda asing di hidung, tumor, atau polip. Juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi lingkungan, udara dingin dan kering.

Sinusitis kronik Polusi bahan kimia, alergi, dan defisiensi imunologik menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa hidung. Perubahan ini mempermudah terjadinya infeksi. Terdapat edema konka yang mengganggu drainase sekret, sehingga silia rusak, dan seterusnya. Jika pengobatan pada sinusitis akut tidak adekuat, maka akan terjadi infeksi kronik.

7089-4764-4232-0623-3038-1682

Page 2: Askep Sinusitis

3. MANIFESTASI KLINIK

Keluhan utama dari pasien bervariasi, akan tetapi semuanya berkaitan dengan nyeri dan tekanan pada sinus yang disertai dengan sakit kepala. Pada sinusitis akut, pasien akan mengalami nyeri yang amat sangat dan sifatnya menetap. Pada sinusitis kronis, sering tidak nyeri dan sifatnya bisa menetap atau bisa juga hilang timbul (intermiten). Tekanan dan nyeri yang dirasa akan semakin memberat dalam 3-4 jam setelah bangun tidur, karena akumulasi eksudasi pada sinus. Gejala lainnya menunjukkan adanya demam, sakit tenggorokan, postnasal drips, dan aliran sekret dari nasal.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa meliputi pemeriksaan dengan menggunakan transiluminasi yaitu dengan cara lampu senter yang menyala ditempelkan diatas sinus maksila dengan mulut dalam keadaan tertutup untuk mengamati cahaya terang pada ruangan sinus yang normal karena sinus normal hanya terisi udara. Apabila ditemukan daerah yang gelap menandakan adanya sekresi purulen dan penyumbatan sinus. Pemeriksaan dengan sinar-X pada sinus dan endoskopi nasal juga bisa dilakukan, akan tetapi ini lebih jarang dilakukan, kecuali pasien memiliki penyakit kronis dan berulang.

Tomografi komputer diindikasikan untuk evaluasi sinusitis kronik yang tidak membaik dengan terapi, sinusitis dengan komplikasi, evaluasi preoperatif, dan jika ada dugaan keganasan. Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih baik daripada tomografi komputer dalam resolusi jaringan lunak dan sangat baik untuk membedakan sinusitis karena jamur, neoplasma, dan perluasan intrakranialnya, namun resolusi tulang tidak tergambar baik dan harganya mahal.

5. PENATALAKSANAAN

Sinusitis akutTujuan pengobatan sinusitis akut adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah amoksisilin dan

Page 3: Askep Sinusitis

ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah trimetoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda) (Bactrim DS, Spetra DS). Dekongestan oral atau topikal dapat saja diberikan. Kabut dihangatkan atau diirigasi salin juga dapat efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang umum adalah Drixoral dan Dimetapp. Dekongestan topikal yang umum diberikan adalah Afrin dan Otrivin. Dekongestan topikal harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang untuk meningkatkan drainase maksimal. Jika pasien terus menunjukkan gejala setelah 7-10 hari, maka sinus perlu diirigasi.

Sinusitis kronisPenatalaksanaan medis sinusitis kronik sama seperti penatalaksanaan sinusitis akut. Pembedahan diindikasikan pada sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas struktural yang menyumbat ostia (ostium) sinus. Pembedahan dapat mencakup eksisi atau kauterisasi polip, perbaikan penyimpangan septum, dan menginsisi serta mendrainase sinus.Sebagian pasien dengan sinusitis kronis parah mendapat kesembuhan dengan cara pindah ke daerah dengan iklim yang kering.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, dan nyeri sekitar mata dan pada kedua sisi hidung, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum dan keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.2. Nyeri b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi.3. Gangguan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas akibat infeksi atau pembengkakan.4. Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam.5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya.

III. INTERVENSI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.

Page 4: Askep Sinusitis

Tujuan: Potensi jalan napas dengan cairan sekret mudah dikeluarkan.Intervensi:1) Tingkatkan masukan cairan. Tawarkan air hangat daripada dingin.R/ Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.2) Ciptakan lingkungan yang lembab dengan vaporizer ruangan atau menghirup uap.R/ Mengencerkan sekresi dan mengurangi inflamasi membran mukosa.3) Instruksikan posisi yang terbaik, mis: posisi tegak.R/ Meningkatkan drainase dari sinus.

2. Nyeri b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi.Tujuan: Nyeri teratasi atau berkurang.Intervensi:1) Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.R/ Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri dan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.2) Catat lokasi dan faktor-faktor pencetus nyeri.R/ Membantu dalam menentukan penanganan/manajemen nyeri dan keefektifan asuhan.3) Sarankan pasien untuk istirahat.R/ Membantu menghilangkan rasa tidak nyaman umum atau demam.4) Dorong pasien untuk menggunakan analgesik, seperti asetaminofen (Tylenol) dengan kodein, sesuai yang diresepkan.R/ Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari ‘puncak’ periode nyeri dan kenyamanan/koping emosi.

3. Gangguan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas akibat infeksi atau pembengkakan.Tujuan: Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif.Intervensi:1) Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain, contoh pendengaran, penglihatan, literasi.R/ Adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi.2) Berikan cara-cara yang cepat dan kontinu untuk memanggil perawat, contoh lampu/bel pemanggil.R/ Pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespon terhadap panggilan.3) Berikan pilihan cara berkomunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien, mis:papan dan pensil, magic slate, papan alfabet/gambar, bahasa isyarat.R/ Memungkinkan pasien untuk menyatakan kebutuhan/masalah.4) Instruksikan pasien untuk tidak berbicara / menghindari pembicaraan sedapat mungkin.R/ Regangan pita suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna.

4. Defisit volume cairan b/d peningkatan kehilangan cairan akibat diaforesis yang berkaitan

Page 5: Askep Sinusitis

dengan demam.Tujuan: Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.Intervensi:1) Kaji perubahan tanda vital, contoh: peningkatan suhu/demam memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.R/ Peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).R/ Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.3) Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak.R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.4) Anjurkan pasien untuk minum 2 sampai 3 liter cairan sehari (kecuali ada kontraindikasi).R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko dehidrasi.

5. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya.Tujuan: Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.Intervensi:1) Berikan penjelasan pada pasien tentang proses penyakitnya.R/ Menambah pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya.2) Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.R/ Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas.3) Instruksikan pasien tentang pentingnya tindakan kesehatan yang baik, diet yang bergizi, olahraga yang sesuai, istirahat serta tidur yang cukup.R/ Mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi kerentanan terhadap infeksi pernapasan.4) Instruksikan pasien tentang cara mencegah infeksi silang pada anggota keluarga ataupun orang lain.R/ Mencegah penyebaran infeksi.

IV. EVALUASI

1. Potensi jalan napas dengan cairan sekret mudah dikeluarkan.2. Nyeri teratasi atau berkurang.3. Menyatakan kebutuhan dalam cara yang efektif.4. Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.5. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

Page 6: Askep Sinusitis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Charles, J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba Medika. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

Askep sinusitis

Sinusitis

A. PengertianSinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.

B. Etiologi

1. RinogenObstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :

Page 7: Askep Sinusitis

Rinitis Akut (influenza)

Polip, septum deviasi

2. DentogenPenjalaran infeksi dari gigi geraham atasPenyebabnya adalah kuman :

Streptococcus pneumoniae

Hamophilus influenza

Steptococcus viridans

Staphylococcus aureus

Branchamella catarhatis

C. Tanda dan Gejala

1. Febris, pilek kental, berbau, bisa bercampur darah

2. Nyeri pada :

Pipi : biasanya unilateral

Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari

Gigi (geraham atas) homolateral.

3. Hidung :

buntu homolateral

Suara bindeng

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Rinoskopi anterior :

Mukosa merah

Mukosa bengkak

Mukopus di meatus medius

2. Rinoskopi postorior

Mukopus nasofaring

Page 8: Askep Sinusitis

3. Nyeri tekan pipi yang sakit

4. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit

5. X Foto sinus paranasalis

Kesuraman

Gambaran “airfluidlevel”

Penebalan mukosa

E. Penatalaksanaan

1. Drainage

Medical :

Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)

Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg

Surgikal : irigasi sinus maksilaris.

2. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :

Ampisilin 4 x 500 mg

Amoksilin 3 x 500 mg

Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet

Diksisiklin 100 mg/hari

3. Simtomatik

Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg.

4. Untuk kronis adalah :

Cabut geraham atas bila penyebab dentogen

Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)

Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sinusitis

Page 9: Askep Sinusitis

A. Pengkajian

1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,

2. Riwayat Penyakit sekarang : penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan terasa panas, bicara bendeng.

3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.

4. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma

Pernah mempunyai riwayat penyakit THT

Pernah menedrita sakit gigi geraham

5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

6. Riwayat spikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

7. Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksanahidup sehatUntuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping.

Pola nutrisi dan metabolismeBiasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung

Pola istirahat dan tidurSelama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek

Pola Persepsi dan konsep diriKlien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun

Pola sensorikDaya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).

8. Pemeriksaan fisik

status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.

Page 10: Askep Sinusitis

Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung

2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis(irigasi sinus/operasi)

3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang mengental

4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung

5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus

6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

C. Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidungTujuan : Nyeri klien berkurang atau hilangKriteria hasil :

Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

Klien tidak menyeringai kesakitan.

Intervensi :

Kaji tingkat nyeri klienR/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya

Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganyaR/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri

Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksiR/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri

Observasi tanda tanda vital dan keluhan klienR/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.

Kolaborasi dengan tim medis :

Page 11: Askep Sinusitis

Terapi konservatif :

Obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung

Drainase sinus

Pembedahan :

Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris

Operasi Cadwell Luc

R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi)Tujuan : Cemas klien berkurang/hilangKriteria hasil:

Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya

Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

Intervensi :

Kaji tingkat kecemasan klienR/: Menentukan tindakan selanjutnya

Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :

Temani klien

Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)

R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan

Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengertiR/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif

Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :

Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang

Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan

R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.

Page 12: Askep Sinusitis

Observasi tanda-tanda vitalR/: Mengetahui perkembangan klien secara dini.

Bila perlu, kolaborasi dengan tim medisR/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinusTujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkanKriteria hasil :

Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi :

Kaji penumpukan secret yang adaR/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya

Observasi tanda-tanda vitalR/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi

Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekretR/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah

DAFTAR PUSTAKADoenges, M. G. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3 EGC, Jakarta 2000Lab. UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan tenggorokan FK Unair, Pedoman diagnosis dan Terapi Rumah sakit Umum Daerah dr Soetom FK Unair, SurabayaPrasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta

Page 13: Askep Sinusitis

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) SINUSITISBAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangSinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.  1.2 Rumusan Masalah1.2.1  Bagaimana anatomi dari sinus?1.2.2  Apa definisi dari sinusitis?1.2.3  Apa manifestasi klinis dari sinusitis?1.2.4  Bagaimana etiologi dari sinusitis?1.2.5  Bagaimana patofisiologi dari sinusitis?1.2.6   Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita sinusitis?1.2.7   Bagaimana penatalaksanaan dari sinusitis?1.2.8   Apa saja komplikasi dari sinusitis?1.2.9   Bagaimana woc (web of caution) dari sinusitis?

Page 14: Askep Sinusitis

1.2.10  Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita sinusitis? 1.3 Tujuan1.3.1  Dapat mengetahui anatomi sinus.1.3.2  Dapat memahami definisi sinusitis.1.3.3  Dapat mengetahui manifestasi klinis dari sinusitis.1.3.4  Dapat mengetahui etiologi dari sinusitis.1.3.5  Dapat memahami patofisiologi dari sinusitis.1.3.6   Dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada penderita sinusitis.1.3.7  Dapat mengetahui penatalaksanaan dari sinusitis.1.3.8  Dapat mengetahui komplikasi dari sinusitis.1.3.9  Dapat memahami woc (web of caution) dari sinusitis.1.3.10 Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderita sinusitis. 1.4 ManfaatDengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan sinusitis, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatoni SinusSinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang – tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun. 

1. SINUS MAKSILA

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa.

Page 15: Askep Sinusitis

Sinus maksila berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 danM2), kadang – kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis; 2) Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya  tergantung dari gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.

1. SINUS FRONTAL

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun.Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari lainya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kuran lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. sinus fronta biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Taidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relative tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus fronta mudah menjalar ke daerah ini.Sinus frontal berdrenase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.

1. SINUS ETMOID

Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan focus bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti pyramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukuran dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian posterior.Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantar konka media dan dinding dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi

Page 16: Askep Sinusitis

menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral ( lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak diposterior dari lamina basalis.Dibagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan sinus frontal. Selo etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang di sebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan diresesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid darirongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.

1. SINUS SFENOID  

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indensitasi pada dinding sinus sfenoid.Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior didaerah pons.

1. KOMPLEKS OSTIO-MEATAL

Pada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.

1. SISTEM MUKOSILIAR

 Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya.Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran transport mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di

Page 17: Askep Sinusitis

depan muara tuba Eusthacius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung diresesus sfenoetmoedalis, dialirkan ke nasofaring di posterior-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis di dapati secret pasca-nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada secret di rongga hidung.

1. FUNGSI SINUS PARANASAL

Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain:                      

1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)      

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karean ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung.Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000  volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga di butuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.

1. Sebagai penahan suhu (thermal insulators) 

Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataanya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang di lindungi.

1. Membantu keseimbangan kepala

Sinus membantu keseimbanga kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya aka memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.

1. Membantu resonasi suara

Sinus ini mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagi pula tidaj ada kolerasi antara resonasi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.

1. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Page 18: Askep Sinusitis

Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.

1. Membantu produksi mucus

Mucus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mucus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang masuk dengan udara inspirasi karena mucus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.2.2 Definisi SinusitisSinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena ialah sinus etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sphenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum Highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinusitis dentogen.Sinusitis dapat berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati.Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 

1. Sinusitis akut     : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3 minggu.

Macam-macam sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.

1. Sinusitis kronis : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8 minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

2.3 Etiologi2.3.1     Pada Sinusitis Akut, yaitu

1. Infeksi virus

     Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).

1. Bakteri

     Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,Haemophilus influenzae). Jika

Page 19: Askep Sinusitis

sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

1. Infeksi jamur

     Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.

1. Peradangan menahun pada saluran hidung

     Pada penderita rhinitis alergi dan juga penderita rhinitis vasomotor.

1. Septum nasi yang bengkok2. Tonsilitis yg kronik

 2.3.2     Pada Sinusitis Kronik, yaitu

1. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.2. Alergi3. Karies dentis ( gigi geraham atas )4. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.5. Benda asing di hidung dan sinus paranasal6. Tumor di hidung dan sinus paranasal.

2.4        Manifestasi Klinis2.4.1        Sinusitis maksila akutGejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah. 2.4.2        Sinusitis etmoid akutGejala : Sekret kental di hidung dan  nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing. 2.4.3        Sinusitis frontal akutGejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang. 2.4.4        Sinusitis sphenoid akut              Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring 2.4.5        Sinusitis Kronis

Page 20: Askep Sinusitis

Gejala  : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.2.5 PatofisiologiKesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu.Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih  dari 3 bulan.Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%).Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.2.6 Pemeriksaan PenunjangDiagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid).Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.

Page 21: Askep Sinusitis

Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.2.7 PenatalaksanaanTujuan terapi sinusitis ialah:

1. Mempercepat penyembuhan2. Mencegah komplikasi3. Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehinggan drenase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan

Page 22: Askep Sinusitis

dan tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.2.8 KomplikasiKomplikais sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa:  Osteomielitis dan abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum sinusitisnya disembuhkan.                                         BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajiana. Identitas/ biodata klien    Nama                        : Tn. M    Tempat tanggal lahir: Surabaya, 18 September 1964    Umur                        : 46 tahun    Jenis Kelamin           : Laki-laki    Agama                      : Islam    Warga Negara           : Indonesia    Bahasa yang digunakan: Bahasa IndonesiaPenanggung JawabNama                        : Ny. PAlamat                     : Jln. Argolawu no.49 SurabayaHubungan dengan klien: istrib. Keluhan Utama               Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan.c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Page 23: Askep Sinusitis

Tuan M datang ke RS tanggal 18 November 2010 dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita sinusitis.d. Riwayat Kesehatan Masa LaluPasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT. e. Riwayat Kesehatan KeluargaKeluarga tidak ada yang menderita sinusitis. g. Keadaan LingkunganPasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih, ventilasi rumah kurang (tidak adekuat). 3.2 Observasi3.2.1 Keadaan Umum

1. Suhu                 : 38ºC2. Nadi                  : 84 /menit3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg4. RR                    : 25 /menit5. BB                    : 62 kg6. Tinggi badan     : 170 cm

3.2.2  Pemeriksaan PersistemB1 (breathing): Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan adanya secret kental pada hidungB2 (blood)       : NormalB3 (brain)       : Pasien composmentisB4 (bladder)    : NormalB5 (bowel)      : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun  dan BB  turunB6 (bone)        : Kelemahan otot dan malaise3.3 Analisis Data

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Data subjektif:Pasien mengeluh nyeri kepala.Data objektif:Pasien tampak gelisah, didapati skala nyeri 8, RR= 25 x/ menit. 

Inflamasi pada sinus frontal

Peradangan

Nyeri pada kepala

Nyeri

 

 

Page 24: Askep Sinusitis

2. Data subjektif:Pasien mengeluh sesak nafas.Data objektif:Ada retraksi dinding dada, penggunaan pernafasan cuping hidung, suara nafas ronkhi, RR=25 x/menit. 

Inflamasi pada sinus frontal 

Produksi secret meningkat 

Akumulasi secret

Bersihan jalan nafas tidak

efektif 

Ronkhi

Sesak nafas

Bersihan jalan nafas tidak efektif

3. Data subjektif:Pasien mengeluh tidak nafsu makan.Data objektif:Penurunan berat badan dari 63 kg menjadi 62 kg, makanan yang disajikan tidak pernah dihabiskan.

Inflamasi

Produksi secret meningkat

 

Secret terakumulasi dihidung

Hidung tersumbat

Penciuman terganggu

Tidak bisa mencium aroma

makanan 

Nafsu makan menurun 

Nutrisi tidak terpenuhi 

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

4. Data subjektif: Inflamasi Gangguan istirahat;

 

 

 

 

 

 

Page 25: Askep Sinusitis

Pasien mengeluh tidak bisa tidur dengan nyenyak.Data objektif:Gelisah, lemas, mata cowong, tidur kurang dari 6-8 jam perhari.

Rasa tidak nyaman karena

hidung tersumbat (buntu)

Tidur tidak nyenyak

tidur berhubungan dengan hidung tersumbat (buntu)

5. Data Subjektif:Pasien mengeluh kedinginanData Objektif:Suhu tubuh= 38°C  

Infeksi saluran pernafasan atas

Makrofag menangkap

benda asing yang masuk ke tubuh 

Merangsang pengeluaran mediator kimia 

Prostalglandin

Peningkatan set. point

Hipotalamus

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi

 3.4 Diagnosa

1. Nyeri: kepala, tenggorokan berhubungan dengan peradangan pada hidung.2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental.3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu  makan

menurun.4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi.

3.5 Intervensi

1. Diagnosa              : Nyeri (kepala, tenggorokan) berhubungan dengan peningkatan tekanan sinus sekunder terhadap peradanggan sinus paranasal.

 

 

 

 

 

Page 26: Askep Sinusitis

Tujuan                  : Nyeri yang dirasakan klien berkurang atau menghilang dalam waktu 1x24 jam.Kriteria hasil        :  a) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau menghilang                                b) RR=16-20 x/menit, Nadi=60-100x/menit, ekspresi wajah klien tidak menyeringai lagi.                                c) Skala nyeri 2

No. Intervensi Rasional

1. Kolaborasi:Berikan obat analgesic

Obat analgesic dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri.

2. Mandiri:Ajarkan teknik distraksi atau pengalihan nyeri dan teknik relaksasi

Teknik distraksi diharapkan bisa menurunkan skala nyeri setelah pengobatan dengan obat analgesic.

3. Mandiri:Observasi tanda-tanda vital, keluhan klien serta skala nyeri

Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa nyeri berkurang yang ditandai dengan RR dalam skala normal.

       2.  Diagnosa            : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental.Tujuan             : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu 10-15 menit.Kriteria hasil    :a)      Klien tidak lagi menggunakan pernafasan cuping hidungb)      Tidak adanya suara nafas tambahanc)      Ronkhi (-)d)     RR= 16-20 x/menite)      Tidak adanya retraksi dinding dada

No. Intervensi Rasional

1. Kolaborasi:Berikan nebulizing.

Nebulizing dapat mengencerkan secret dan berperan sebagai bronkodilator untuk melebarkan jalan nafas.

2. Mandiri:Foto thoraks dada serta melakukan clapping atau vibrasi

Mengetahui letak secret dan mengakumulasi secret di supsternal sehingga mudah untuk di drainase.

3. Kolaborasi:Lakukan suctioning (pada px. yang mengalami penurunan kesadaran dan tidak mampu melakukan batuk efektif).

Mengeluarkan secret dari paru.

3. Mandiri:Ajarkan batuk efektif (pada px. yang tidak mengalami penurunan kesadaran dan mampu melakukan batuk efektif).

Mengeluarkan secret dari jalan nafas khusunya pada pasien yang tidak mengalami penurunan gangguan kesadaran dan bisa melakukan batuk efektif.

Page 27: Askep Sinusitis

4. Mandiri:Observasi tanda tanda vital

Untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien.

3.  Diagnosa          : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun.Tujuan             : Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi dalam waktu 5x24 jamKriteria hasil    :a)      Berat badan klien kembali seperti semula (63kg), BB normal= 63 kgb)      Makanan yang disajikan selalu dihabiskan

No. Intervensi Rasional

1. Kolaborasi:Sajikan makanan secara menarik dengan memperhatikan nutrisi yang diperlukan oleh klien.

Dengan menu yang bervariasi, dapat menumbuhkan nafsu makan klien sehingga kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi.

2. Mandiri:Catat intake dan output makanan klien.

Mengetahui perkembangan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.

3. Mandiri:Anjurkan makan sedikit sedikit tapi sering.

Dengan sedikit tapi sering dapat mengurangi penekanan pada lambung.

4. Mandiri:Berikan helath education pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.

Dengan pemahaman yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk meningkatkan pemenuhan nutrisi.

 

1. Diagnosa         : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.

Tujuan             : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman.                                    Kriteria hasil    :a)      Klien dapat tidur 6-8 jam perharib)      Tidak gelisahc)      Mata tidak cowongd)     Klien tidak lemas

No. Intervensi Rasional

1. Mandiri:Kaji kebutuhan tidur klien

Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan ; istirahat klien.

2. Mandiri:Ciptakan suasana yang nyaman.

Klien dapat tidur dengan tenang.

3. Kolaborasi:Berikan obat tidur

Agar klien dapat tidur.

 5. Diagnosa          : Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksiTujuan             : Suhu tubuh kembali dalam keadaan normal

Page 28: Askep Sinusitis

Kriteria Hasil:a)      Suhu tubuh 36,5-37,5 Cb)      Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab

No. Intervensi Rasional

1. Mandiri:Monitoring perubahan suhu tubuh

Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien.

2. Mandiri:Berikan kompres hangat 

Dapat membantu mengurangi demam.

3. Kolaborasi:Berikan antipiretik

Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan autodestruksi dari sel-sel terinfeksi.

 DOWNLOAD : WOC SINUSITIS

Page 29: Askep Sinusitis

BAB 4PENUTUP

4.1 SimpulanSinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang sering ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia. Dalam Consensus International tahun 1995 membagi sinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu yang kebanyakan disebabkan oleh streptococcus pneumonia  (30-50%) dan kronik yang lebih disebabkan oleh bakteri gram negative dan anaerob jika lebih dari 8 minggu. 4.2 SaranBanyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan perubahan menjadi kronik. DAFTAR PUSTAKA Anonim1. Asuhan Keperawatan Sinusitis. http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_ sinusitis.html, diakses tanggal 22 November 2010Anonim2. Askep Sinusitis. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-sinusitis/, diakses tanggal 22 November 2010Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGCHigler, AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGCSoepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Gaya Baru

Page 30: Askep Sinusitis