sinusitis dan penanganan fisioterapi

36
SINUSITIS Oleh : Yosika Septi Mauludina 201310490311077

Upload: university-of-muhammadiyah-malang

Post on 07-Aug-2015

370 views

Category:

Health & Medicine


12 download

TRANSCRIPT

SINUSITIS

Oleh :Yosika Septi Mauludina

201310490311077

Hidung (Latin) Nasus. Hidung (Yunani )Rhis atau Rhinos. Nasus :

Nasus Externus : bagian hidung yang Nampak dari luar dan menempel pada wajah

Cavum Nasi : atau rongga hidungo Kerangka nasus externus tersusun atas beberapa tulang

rawan yang diperkuat oleh os. Nasale, os. Maksillaris, dan os. Frontale di bagian atas.

Intermezzo

Tulang rawan yang menyusun kerangka nasus externus

cartilago nasi lateral (sepasang),

cartilago alaris major (sepasang),

cartilago alaris minor (sepasang),

cartilago septi nasi / cartilage quadratus (tunggal)

cartilage nasi acessorius.

Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat disekitar rongga hidung.

Sinus berada di belakang dahi, os nasal, pipi dan mata.

udara dan mukus dapat mengalir melalui sinus.

SINUS

Sinus rongga –rongga ynag terdapat di dalam os.maksilla, os.frontale, os. Sphenoidale dan os. Ethmoidale.

Dinding tersusun tulang keras, dilapisi oleh epitel columner pseudocompleks non keratin bersilia dengan sel goblet.

diinnervasi oleh n. ophtalmicus (n.V.1) dan n. maksillaris (n.V.2).

Fungsi : untuk menjaga kelembapan hidung & menjaga

pertukaran udara di daerah hidung. menghasilkan lendir yang dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, ke arah

tenggorokan untuk ditelan ke saluran pencernaan.

Anatomi dan Fisiologi Sinus Paranasal

maxillary sinuses inside your cheekbones frontal sinuses on either side of your

forehead, above your eyes ethmoid sinuses behind the bridge of your

nose, between your eyes sphenoid sinuses between the upper part

of your nose and behind your eyes

Kind of Sinuses :

Sinus Maxillaris

Sinus Maksillaris (Anthrum Highmore) sinus terbesar terletak pada corpus maksillare

bermuara pada hiatus semilunaris yang terdapat pada meatus nasi media.

divaskularisasi oleh cabang a.facialis, a.maksillaris interna, a.infraorbita, a.palatina major.

venanya = aeteria bermuara pada v.facialis anterior plexus pterygoidea.

diinnervasi oleh R. alveolares superior posterior n. alveolaris superior, R. slveolaris superioe anterior N. alveolaris superior dan n. infraorbitale

Kind Of Sinuses : Maxillary Sinus

Sinus Ethmoidalis

Terdiri atas 4-17 ruang di masing-masing sisi. Sinus ethmoidale terletak di dalam labyrinthus

ethmoidale, di antara cavum nasi dan orbita. Bagian dari sinus ethmoidale ini disebut sebagai

Cellulae ethmoidale, dindingnya dibentuk oleh os.frontale, os. maxilla, os. Lacrimale, os. Sphenoidale, os.palatinum.

sinus ethmoidale anterior bermuara pada meatus nasi media.

sinus ethmoidale posterior bermuara pada meatus nasi superior et suprema.

divaskularisasi oleh a. ethmoidale anterior et posterior.

diinnervasi oleh n.ethmoidale posterior et anterior.

Kind of Sinuses: Ethmoidale Sinus

Sinus Frontalis

sinus ini terdapat pada os.frontale. Sinus frontalis bermuara di meatus nasi media

melalui ductus frontonasalis. divaskularisasi oleh a.supraorbitalis. Aliran lymphe nya akan bermuara pada nnll.

Submandibularis. dinnervasi oleh n. supraorbitalis yang

merupakan cabang dr n. ophtalmica (n.V.1)

Kind of Sinuses: Frontale Sinus

Sinus Sphenoidale

terdapat di dalam corpus sphenoidale. sinus yang paling jarang terkena sinusitis oleh karena

letaknya yang profunda. bermuara recessus sphenoethmoidale. Dinding depannya dibentuk oleh tulang tipis conchae

sphenoidale. divaskularisasi oleh a.maksillares. diinnervasi oleh n. etmoidale posterior. Aliran lymphe bermuara LLnn. Retropharyngealis. Syntopi dari sinus ethmoidale yakni.

o   Posterior : pons dan a.basilaris o   Anterior : cavum nasi o   Superior : Chiasma opticum, n. opticus (II), hipofise o Inferior : cavum nasi dan nasopharynxo   Lateral : n. opticus (II), sinus cavernosus, a.carotis interna, n. ophtalmicus (V.1), n. maxillaris (V.2)

Kind of Sinuses: Sphenoidale Sinus

Sinusitis adalah inflamasi pada sinus dikarenakan adanya penumpukan mukus yang mengakibatkan berkembangnya bakteri.

Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung dapat menyebabkan terjadinya sinusitis

Definisi Patologi

1. Sinusitis there is inflammation of the lining membrane of Para nasal sinuses and has intimate relation to nasal cavities with upper and lower respiratory tract. (International Journal of Health Sciences & Research (www.ijhsr.org) 33 Vol.2; Issue: 4; July 2012 )

2. Sinusitis develops from an interaction of environmental and host factors. The most common cause in all age groups is a viral upper respiratory infection (URI) that results in secondary bacterial overgrowth (The Health Care of Homeless Persons - Part I – Sinusitis)

3. Sinusitis adalah peradangan saluran pada rongga tengkorak yang menghubungkan hidung dan rongga mata (http://Mengenal Sinusitis (Sinus) _ U N I N D R A//)

Tinjauan Pustaka

In USA 1991 sinusitis accounted for more than 25 million visits to a primary care clinic

Indonesia 6-8 anak dg Ispa0,5%-10% ISPA - komplikasi sinusitis.

Poliklinik Pulmonologi anak RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dari 823 pasien batuk kronik berulang 73 pasien menderita sinusitis

Prevalensi

Menurunnya fungsi silia di dalam sinus Deviasi septum nasal nasal bone spur, or nasal polip Streptococcus pneumoniae Haemo philus influenzae

ETIOLOGI

Perokok Penderita allergi Perenang Penderita influenza Orang yang tinggal diudara kering

Faktor Resiko

Sign and Symptomps

1. Pilek yang berlangsung lama2. Sakit kepala terutama saat menunduk3. Pendengaran (-)4. Nafsu makan (-)5. Indra penghidu (-)

Patofisiologi

Pilek kronisFungsi silia (-)AllergiDev. septum nasalNasal bone spurNasal polip

Penumpukan mukus

Bakteri

Kuman

Sinusitis akut terjadi selama 3 minggu, biasanya terdapat beberapa gejala dan diikuti dengan pilek berkepanjangan.

Sinusitis Kronis terjadi 3- 8 minggu ,dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dimulai dengan sinusitis akut yang tidak berangsur sembuh.

Klasifikasi

Sinusitis maksila akutGejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.

Sinusitis etmoid akutGejala : ingus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.

Sinusitis frontal akutGejala : demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah sore hari, ingus kental dan penciuman berkurang.

Sinusitis sphenoid akutGejala : nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring

Sinusitis KronisGejala : pilek yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.

Manifestasi Klinik

Terapi medikamentosa amoksisilin (40 mg/ kgbb/hari) tidak ada perbaikan 48-72 jam amoksisilin/klavulanat selama 10-14 hari.

Dekongestan mengurangi oedem atau inflamasi obstruksi ostium drainase sekret dan memperbaiki ventilasi sinus.

Steroid untuk sinusitis kronis mengurangi oedem atau inflamasi.

Pembedahan tidak responsif dengan terapi medikamentosa yang maksimal.

Pengobatan

Swd vasodilatasi (-) zat P nyeri (-) di area pipi, dahi, dan wajah

Swd rangsang hangat permeabilitas jaringan sinus membuka lebarmelalui foramen nassal sekret keluar.

Penggunaan SWD

Both male and female patients with acute and chronic sinusitis

Age group of 18 to 60 years. Group A: 25 subjects treated with SWD

treatment. Group B: 25 subjects treated with SWD and routine medical treatment. Group C: 25 subjects treated with only routine medical treatment.

Contoh Kasus 1

  Day 1 No. (%) Day 2 No. (%) Day 3 No. (%) Day 5 No. (%) No Effect No. (%)

Gr A n=25 06 (24%) 4 (16%) 04 (16%) 10 (40%) 01(4%)

Gr B n=25 09 (36%) 08 (32%) 08 (32%) 12 (48%) 01 (4%)

Gr C n=25 02 (8%) 03 (12%) 07 (28%) 11(44%) 02 (8%)

RESULT

•Table No.1: Resolution of Signs: nasal discharge, sinus tenderness, Nasal congestion.

Result12

10

8

6

4

2

0

1 2 3 4 5

Grup A

Grup B

Grup C

Ultrasound efek biologis efek thermal pengurangan nyeri saraf sensorik efek sedative ujung saraf efferent II dan IIIa efek terapeutik blokade aktifitas nociseptor pada PHC nyeri (-)

tujuan pemberian Ultrasound pada kondisi sinusitis maksilaris kronik adalah

meningkatkan permeabilitas membrane, mempercepatregenerasi, mengencerkan lendir

yang menumpuk di rongga hidung sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan radang.

Penerapan Ultrasound

Penelitian dilakukan pada pasien sinusitis diatas 15 tahun, dengan infeksi bakteri dengan peningkatan jumlah granulocytes (neutrophils), tanpa alergi antibiotik, rekrut sample sebanyak 48 pasien, masing-masing klp 24 orang.

41 pasien diberikan US dengan dosis 1W/cm, tranduser kecil, gerakan sirkuler, continue, 10 menit setiap hari selama 4 hari

Penerapan Ultrasound (dari jurnal :Australian Journal of Physiotherapy.)

Variabel penelitian tentang nyeri dan penyumbatan yang dirasakan dengan pengukuran numeric rating scale sedangkan variabel lainnya diukur dengan quesioner.

Hasil penelitian menunjukkan: Dari hasil pengukuran nyeri hari ke 4, kedua kelompok mengalami penurunan nyeri rata-rata 1,5 point dari skala 10.

Penurunan lebih besar pada klp intervensi US dibandingkan Antibiotic.

LASER low level bermanfaat untuk tatalaksana sinusitis akut maupun kronis.

Terapi LASER efek analgesik, anti inflamasi dan biostimulasi (-) nyeri fungsi drainase (+) pengaliran mukos pada sinus (+)

Penggunaan Laser Low Level

Sinusitis adalah inflamasi pada sinus dikarenakan adanya penumpukan mukus yang mengakibatkan berkembangnya bakteri.

Result dalam jurnal internasional menunjukkan bahwa penggunaan SWD dan US sangat efektif untuk meringankan nyeri pada sinus.

Penggunaan laser low level juga dapat mempercepat proses penyembuhan.

Kesimpulan

International Journal of Health Sciences & Research (www.ijhsr.org) 33 Vol.2; Issue: 4; July 2012

The Health Care of Homeless Persons - Part I – Sinusitis)

sinusitis-diagnosis-treatment-symptom.bupa.Uk.

Sari Pediatri, Vol. 7, No. 4, Maret 2006: 244 – 248

International Journal of Health Sciences & Research (www.ijhsr.org) Vol.2; Issue: 4; July 2012

International Journal of General Medicine 2011:4 313–316

Daftar Pustaka