sintesisdibenzalaseton-150228063951-conversion-gate02.pdf

7
k.wr 14 SINTESIS DIBENZALASETON TUJUAN Mempelajari reaksi kondensasi aldol DASAR TEORI Reaksi kondensasi merupakan reaksi di mana dua molekul atau lebih bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air). Kondensasi ladol merupakan suatu rekasi adisi di manatidak dilepaskan suatu molekul kecil. Suatu aldehida diolah dengan basa seperti NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi dapat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehida yang lain. Hasilnya ialah adisi satu molekul aldehida ke molekul aldehida lain yang disebut reaksi kondensasi aldol. Produk yang dihasilkan merupakan suatu aldehida β-hidroksi. Dalam kondensasi aldol dapat dihasilkan dua tipe produk: aldehida atau keton β-hidroksi, dan aldehida atau keton takjenuh-α,β (Fessenden, 1986). Aldehida dan keton yang memiliki atom hydrogen pada kedudukan α bila direaksikan dengan basa kuat akan mengalami reaksi yang dikenal dengan aldol kondensasi. Hydrogen α dalam keadaan basa bersifat asam. Produk yang dihasilkan dikenal sebagai aldol karena produk mengandung gugus fungsi aldehida dan gugus hidroksi (Sastrohamidjojo, 2010). Dibenzalaseton memiliki nama lain 1,5-diphenylpenta-1, 4-dien-3-one dengan melting poin 112⁰C. Senyawa ini berbentuk padat dengan warna kuning pucat, sedikit larut dalam alcohol dan eter, dan mudah larut dalam kloroform dan aseton. Struktur dibenzalaseton adalah sebagai berikut (Sethi, 2003). Dibenzalaseton dibuat dari kondensasi aseton dengan dua benzaldehida yang ekivalen. Karbonil aldehida lebih reaktif dibanding dengan keton dan bereaksi dengan cepat dengan anion dari keton menghasilkan β-hidroksiketon yang dengan mudah menjadi katalis dehidrasi basa (Williamson, 2007). Dalam sebuah jurnal yang berjudul “Solvent-Free Selective Cross Aldol Condensation of Ketones with Aromatic Aldehydes Efficiently Catalyzed by Reusable Supported Acidic Ionic Liquid” yang dilakukan oleh Abolghasem dan Ghazaleh, menyatakan bahwa kondensasi aldol terjadi di mana suatu enol atau ion enolat bereaksi dengan senyawa karbonil dan dehidrasi selanjutnya membentuk enon terkonjugasi, merupakan metode penting untuk pembentukan ikatan karbon-karbon. Aldol dan cross-aldol kondensasi secara tradisional dikatalisis oleh asam

Upload: ihsan-pranata

Post on 11-Nov-2015

21 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

  • k.wr 14

    SINTESIS DIBENZALASETON

    TUJUAN

    Mempelajari reaksi kondensasi aldol

    DASAR TEORI

    Reaksi kondensasi merupakan reaksi di mana dua molekul atau lebih bergabung menjadi

    satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil (seperti air).

    Kondensasi ladol merupakan suatu rekasi adisi di manatidak dilepaskan suatu molekul kecil.

    Suatu aldehida diolah dengan basa seperti NaOH dalam air, ion enolat yang terjadi dapat

    bereaksi pada gugus karbonil dari molekul aldehida yang lain. Hasilnya ialah adisi satu molekul

    aldehida ke molekul aldehida lain yang disebut reaksi kondensasi aldol. Produk yang dihasilkan

    merupakan suatu aldehida -hidroksi. Dalam kondensasi aldol dapat dihasilkan dua tipe

    produk: aldehida atau keton -hidroksi, dan aldehida atau keton takjenuh-, (Fessenden,

    1986).

    Aldehida dan keton yang memiliki atom hydrogen pada kedudukan bila direaksikan

    dengan basa kuat akan mengalami reaksi yang dikenal dengan aldol kondensasi. Hydrogen

    dalam keadaan basa bersifat asam. Produk yang dihasilkan dikenal sebagai aldol karena produk

    mengandung gugus fungsi aldehida dan gugus hidroksi (Sastrohamidjojo, 2010).

    Dibenzalaseton memiliki nama lain 1,5-diphenylpenta-1, 4-dien-3-one dengan melting

    poin 112C. Senyawa ini berbentuk padat dengan warna kuning pucat, sedikit larut dalam

    alcohol dan eter, dan mudah larut dalam kloroform dan aseton. Struktur dibenzalaseton adalah

    sebagai berikut (Sethi, 2003).

    Dibenzalaseton dibuat dari kondensasi aseton dengan dua benzaldehida yang ekivalen.

    Karbonil aldehida lebih reaktif dibanding dengan keton dan bereaksi dengan cepat dengan

    anion dari keton menghasilkan -hidroksiketon yang dengan mudah menjadi katalis dehidrasi

    basa (Williamson, 2007).

    Dalam sebuah jurnal yang berjudul Solvent-Free Selective Cross Aldol Condensation of

    Ketones with Aromatic Aldehydes Efficiently Catalyzed by Reusable Supported Acidic Ionic

    Liquid yang dilakukan oleh Abolghasem dan Ghazaleh, menyatakan bahwa kondensasi aldol

    terjadi di mana suatu enol atau ion enolat bereaksi dengan senyawa karbonil dan dehidrasi

    selanjutnya membentuk enon terkonjugasi, merupakan metode penting untuk pembentukan

    ikatan karbon-karbon. Aldol dan cross-aldol kondensasi secara tradisional dikatalisis oleh asam

  • k.wr 14

    kuat atau basa kuat. Namun, asam atau basa kuat sering menginduksi reaksi balik serta self-

    kondensasi, sehingga produk yang diinginkan bisa rendah. Penggunaan katalis *PYCSOH+

    *HSO+ / A300SiO terbukti efisien menjadi katalis kondensasi aldol silang keton dengan

    aromatik aldehida dalam kondisi tanpa pelarut (Davoodnia dan Yassaghi, 2012).

    METODE PERCOBAAN

    ALAT

    Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan ini meliputi Erlenmeyer, gelas beker

    200 ml, gelas ukur 20 ml, gelas ukur 10 ml, corong gelas, pipet tetes, penyaring Buchner,

    kertas saring, dan electrothermal.

    BAHAN

    Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi benzaldehida,

    aseton, etanol, larutan NaOH, dan akuades.

    CARA KERJA

    Disiapkan tiga Erlenmeyer, di mana pada Erlenmeyer pertama diisi 2,55 ml

    benzaldehida, Erlenmeyer kedua diisi 2,55 ml benzaldehida, sedangkan Erlenmeyer

    ketiga diisi 3,8 g vanillin. Setiap Erlenmeyer ditambahkan 20 ml etanol dan 5 ml larutan

    NaOH. Kemudian ke dalam Erlenmeyer pertama ditambahkan 0,92 ml aseton,

    Erlenmeyer kedua ditambah 1,84 ml, dan Erlenmeyer ketiga ditambah 0,92 ml secara

    perlahan (tetes per tetes) sambil Erlenmeyer dikocok pelan-pelan. Setelah aseton masuk

    semuanya, Erlenmeyer ditutup dan dikocok dengan kuat selama 15 menit. Setelah 15

    menit, pada Erlenmeyer pertama dan kedua disaring menggunakan penyaring Buchner

    dan dicuci dengan akuades. Sementara itu, pada Erlenmeyer ketiga disaring

    menggunakan corong gelas biasa. Padatan yang terbentuk kemudian dikeringkan dalam

    oven selama kurang lebih 30 menit. Hasil sintesis lalu diukur berat dan rendemennya

    (khusus Erlenmeyer pertama), dan diukur titik lelehnya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    HASIL PERCOBAAN

    Karakteristik Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

    Wujud Kristal jarum Padatan kristal Cair

    Warna Kuning Kuning encer

    orange kental

    kuning kental

    Kuning jernih

    Titik leleh 101,9C 101,9C -

    Berat 3,44 gram 4,59 gram -

  • k.wr 14

    Rendemen 117,61%

    PEMBAHASAN

    Pada percobaan ini akan dilakukan sintesis dibenzalaseton. Dibenzalaseton yang

    disintesis berasal dari jenis aldehida dan keton yang mana proses sintesisnya melibatkan

    reaksi kondensasi aldol. Percobaan ini dibagi menjadi tiga percobaan. Untuk percobaan

    pertama dan kedua digunakan senyawa aldehidanya yakni benzaldehida dan senyawa

    ketonnya yakni aseton, di mana pada percobaan pertama digunakan larutan

    benzaldehida dan aseton dengan perbandingan 2:1, sedangkan untuk percobaan kedua

    digunakan larutan benzaldehida dan aseton dengan perbandingan 1:1. Sementara itu,

    pada percobaan ketiga digunakan vanilin dan aseton dengan perbandingan 2:1.

    Penambahan etanol 95% ke dalam larutan berfungsi sebagai pelarut dalam

    reaksi ini, di mana etanol ini akan menyumbangkan proton pada ion alkoksida yang

    terbentuk untuk menghasilkan ion hidroksida yang diperlukan pada reaksi tahap awal

    (pembentukan karbanion). Sementara itu, penambahan larutan NaOH bertujuan untuk

    menciptakan suasana basa dalam larutan, sehingga reaksi dapat berlangsung. Selain itu,

    larutan NaOH juga memiliki peran lain yakni sebagai pembentuk ion enolat (suatu

    karbanion) pada aseton, di mana ion OH dari NaOH ini akan mengambil H dari aseton.

    NaOH disebut juga sebagai katalis dalam percobaan ini karena kehadirannya dapat

    mempercepat berlangsungnya reaksi dan pada akhir reaksi akan terbentuk kembali.

    Penambahan aseton dilakukan paling akhir karena sifat aseton yang mudah

    menguap, sehingga untuk menghindari kemungkinan aseton bereaksi dengan udara

    bebas. Selain itu juga agar dalam larutan dalam Erlenmeyer telah berlangsung reaksi

    antara etanol dengan larutan NaOH, sehingga terbentuk ion OH yang telah siap untuk

    proses pembentukan karbanion pada aseton. Aseton harus ditambahkan secara

    perlahan dan Erlenmeyer sambil dikocok perlahan. Hal ini dikarenakan penambahan

    aseton yang tidak tetes per tetes menyebabkan ion enolat yang terbentuk tidak bereaksi

    dengan benzaldehida, melainkan dengan ion sejenisnya. Sehingga, reaksi tidak

    berlangsung.

    Setelah semua aseton masuk, Erlenmeyer langsung ditutup agar reaksi

    berlangsung dalam system yang terisolasi di mana tidak ada gangguan (interverensi) dari

    luar. Erlenmeyer pun dikocok kuat selama 15 menit untuk mencampurkan senyawa agar

    menjadi larutan yang homogen. Pengocokan juga dapat mempercepat reaksi yang

    terjadi karena adanya proses pengocokan menyebabkan tumbukan antar partikel dalam

    larutan akan menjadi lebih cepat dan lebih sering terjadi, sehingga reaksi dapat berjalan

    cepat.

    Pengocokan selama 15 menit akan menghasilkan padatan. Padatan inilah yang

    merupakan hasil dari reaksi yang terjadi, di mana padatan yang terbentuk disaring

  • k.wr 14

    menggunakan penyaring Buchner dan dicuci dengan akuades untuk membersihkan

    padatan dari sisa pengotor. Padatan yang diperoleh dikeringkan dalam oven untuk

    menguapkan sisa kandungan air di dalamnya (agar kering).

    Percobaan 1 (benzaldehida:aseton = 2:1)

    Pada percobaan pertama di mana perbandingan reaktan benzaldehida dan

    aseton yakni 2:1. Senyawa yang dihasilkan dari reaksi tersebut berbentuk kristal

    berwarna kuning dengan titik leleh 101,9C. Titik leleh ini hampir mendekati titik leleh

    dari dibenzalaseton yakni antara 104 - 107C. Hal ini berarti senyawa yang dihasilkan

    sudah hampir mendekati senyawa dibenzalaseton yang diharapkan, di mana persamaan

    reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

    Mekanisme reaksi sistesis dibenzaldehida dibagi menjadi tiga bagian, yakni

    pembentukan karbanion, adisi nukleofilik aromatis, dan dehidrasi (spontan). Mekanisme

    reaksi selengkapnya adalah sebagai berikut.

    Pada reaksi awal yakni pembentukan karbanion, ion OH menyerang salah satu

    atom H dari aseton karena aseton tidak memiliki H. Reaksi ini menyebabkan

    terbentuknya ion enolat yang merupakan suatu karbanion dan menghasilkan HO.

    Reaksi tersebut bersifat reversible, sehingga saat ion enolat ini bereaksi, akan terbentuk

    lagi yang baru.

  • k.wr 14

    Ion enolat inilah yang kemudian bereaksi dengan benzaldehida dengan cara

    mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida. Selanjutnya

    senyawa terprotonasi oleh molekul HO membentuk hidroksiketon yang netral.

    Kemudian terprotonasi lagi oleh ion OH membentuk hidroksienolat. dengan

    melepaskan ion OH membentuk benzalaseton enone.

    Benzalaseton sebelum bereaksi dengan benzaldehida pun mengalami

    pembentukan karbanion pula di mana ion OH yang berasal dari NaOH menyerang H

    dari benzalaseton sehingga terbentuk karbanion. Karbanion ini kemudian bereaksi

    dengan benzaldehida dengan cara mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk

    dibenzalaseton dengan diikuti dengan proses dehidrasi (pelepasan HO) secara spontan

    dan pelapasan kembali ion OH.

    Berdasarkan hasil percobaan diperoleh berat dibenzalaseton yakni 3,44 gram.

    Sehingga, rendemennya diperoleh 117,61%. Hasil rendemen sangat tidak sesuai karena

    lebih dari 100%, yang menandakan berat dibenzalaseton yang diperoleh lebih besar dari

    berat teoritisnya. Hal ini berarti senyawa hasil sintesis tersebut perlu dimurnikan

    kembali melalui proses rekristalisasi.

    Percobaan 2 (benzaldehida:aseton = 1:1)

    Pada percobaan kedua di mana perbandingan reaktan benzaldehida dan aseton

    yakni 1:1. Senyawa yang dihasilkan berbentuk kristal berwarna kuning dengan berat

    hasil 4,59 gram dan titik leleh 101,9C.

    Reaksi yang terjadi pada percobaan kedua ini sebenarnya bukan merupakan

    reaksi kondensasi aldol, di mana seharusnya menghasilkan senyawa benzalaseton,

    namun hasil titik leleh senyawa justru menunjukkan 101,9C. Padahal seharusnya titik

    leleh benzalaseton yakni 39C. Titik leleh yang ditunjukkan senyawa justru hampir

    mendekati titik leleh dibenzalaseton. Sehingga, pada percobaan kedua ini senyawa hasil

    sintesis hampir mendekati senyawa dibenzalaseton. Oleh karena itu, mekkanisme reaksi

    yang terjadi samadengan mekanisme pada percobaan pertama.

    Percobaan 3 (vanillin:aseton = 2:1)

    Pada percobaan ketiga di mana digunakan senyawa aldehidanya yakni vanillin

    dengan perbandingan vanillin dan aseton yakni 2:1. Vanillin merupakan jenis aldehida,

    namun pada hasil percobaan tidak diperoleh hasil dari reaksi antara vanillin dan aseton

    (tidak diperoleh padatan). Senyawa yang dihasilkan berbentuk cairan berwarna kuning

    jernih.

    Mekanisme reaksi yang terjadi pada reaksi antara vanillin dengan aseton adalah

    sebagai berikut.

  • k.wr 14

    Mekanisme reaksi vanillin dan aseton secara garis besar samadengan pada

    percobaan pertama, di mana pada reaksi awal yakni pembentukan karbanion, ion OH

    menyerang salah satu atom H dari mana saja pada aseton karena aseton tidak memiliki

    H. Reaksi ini menyebabkan terbentuknya ion enolat yang merupakan suatu karbanion

    dan menghasilkan HO. Reaksi tersebut bersifat reversible, sehingga saat ion enolat ini

    bereaksi, akan terbentuk lagi yang baru.

    Ion enolat inilah yang kemudian bereaksi dengan vanilin dengan cara mengadisi

    pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida dan dihasilkan senyawa

    intermediatenya. Senyawa ini kemudian bereaksi kembali dengan vanillin yang diawali

    dengan pembentukan karbanion sama seperti tahap awal sebelumnya. Reaksi akhir

    akan dihasilkan kembali ion OH.

    Berdasarkan teoritis, seharusnya antara vanillin dan aseton dapat terjadi reaksi

    aldol kondensasi. Namun, hasil percobaan tidak menunjukkan hasil dari reaksi tersebut.

    Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor terutama kondisi dalam reaksi.

    Menurut literature yang sama baca, vanillin dapat bereaksi dengan aseton dengan

    reaksi aldol kondensasi jika berada dalam suasana asam.

    KESIMPULAN

    ... (cari sendiri ya:D ) ^^

  • k.wr 14

    DAFTAR PUSTAKA

    Davoodnia, A. dan Yassaghi, G., 2012, Solvent-Free Selective Cross-Aldol Condensation of Ketones with Aromatic Aldehydes Efficiently Catalyzed by a Reusable Supported Acidic Ionic Liquid, Chin. J. Catal., 33, 1950 1957. Fessenden, R. J. and Fessenden, J. S., 1986, Kimia Organik, Jilid 2, Edisi Ketiga, (diterjemahkan oleh: Pudjaatmaka, A. H.), Penerbit Erlangga, Jakarta. Sastrohamidjojo, H., 2010, Kimia Organik Dasar, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

    Sethi, A., 2003, Systematic Lab Experiments in Organic Chemistry, New Age International

    Limited, New Delhi.

    Williamson, dkk., 2007, Macroscale and Microscale Organic Experiments, Cengage Learning Inc.,

    Belmont.

    MSDS DIBENZALASETON Sifat fisik dan kimia

    Rumus molecular : C17H14O

    Bentuk : serbuk

    Warna : kuning

    Berat molekul : 234,3 g/mol

    Titik leleh : 111C - 113C

    P3K

    Mata : dibilas dengan air mengalir selama 15 menit dengan kelopak mata terbuka.

    Kulit : dibasuh dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit, pakaian dan sepatu

    yang terkontaminasi dilepas dan dicuci dahulu sebelum digunakan kembali.

    Terhirup : mencari udara segar, jika sulit diberi oksigen

    Tertelan : jika sadar diberi 2-4 gelas susu atau air, jika tidak sadar tidak

    memberikan apapun melalui mulut.

    Penanganan: setelah menggunakan tangan dicuci bersih, pakaian yang terkontaminasi dilepas

    dan cuci sebelum digunakan kembali. Dihindari kontak dengan mata, kulit, dan pakaian.

    Penyimpanan: disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat yang sejuk, kering, berventilasi

    baik, dan jauh dari zat yang tidak kompatibel.