sinkronisasi dan te

Upload: noviafrianinur

Post on 06-Jul-2018

260 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    1/49

    SINKRONISASI BERAHI

    Sinkronisasi berahi adalah suatu usaha yang bertujuan agar sekelompok ternak 

    memperlihatkan gejala-gejala berahi pada saat yang hampir bersamaan. Dengan kata lain,

    sinkronisasi berahi adalah manipulasi dari siklus berahi atau induksi berahi yang

    menyebabkan sebagian besar dari kelompok ternak menjadi berahi pada waktu yang telah

    ditetapkan sebelumnya. Penggunaan teknik sinkronisasi berahi akan mampu meningkatkan

    efisiensi dan produksi kelompok ternak serta optimasi program inseminasi buatan. Optimasi

    yang dimaksud adalah:

    1. mengurangi waktu dan memudahkan obserasi deteksi berahi.

    !. menghemat tenaga kerja". efisiensi kerja inseminator karena dapat mengawinkan ternak pada suatu daerah

     pada saat yang bersamaan.

    #. dapat menentukan jadwal kelahiran yang diharapkan.

    $. menurunkan usia pubertas pada sapi dara

    %fisiensi reproduksi pada perkawinan &inseminasi' ternak dikontrol se(ara substansial oleh

     pengaruh tingkat deteksi berahi dan angka konsepsi. )etidak(ermatan deteksi berahi

    merupakan faktor yang mempunyai kontribusi utama terhadap rendahnya performansi

    reproduksi. Oleh karena itu, eliminasi deteksi berahi pada program inseminasi buatan &*+'

    menjadi rangsangan bagi peneliti untuk mengembangkan teknik sinkronisasi berahi yang

    mempunyai kemampuan mengkontrol berahi tanpa mengurangi fertilitas. Sinkronisasi berahi

    meningkatkan ekspresi tingkah laku berahi karena sejumlah ternak yang mengalami

    sinkronisasi akan memperlihatkan gejala berahi pada waktu yang dapat diprediksi.

    SIKLUS ESTRUS

    )esuksesan program sinkronisasi membutuhkan pengetahuan mengenai siklus estrus.

    ambar #.1 menjelaskan titik-titik penting selama siklus estrus. ari ke- adalah hari pertama

    estrus. Pada saat ini, perkawinan alami terjadi. ormon estrogen men(apai pun(aknya pada

    hari ke-1 dan kemudian menurun. /eel progesteron rendah karena (orpus luteum &0/'

     belum hadir. Oulasi &pelepasan sel telur' terjadi 1!-1 jam setelah akhir standing estrus.

    0orpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron terbentuk pada tempat oulasi dan

    se(ara (epat mengalami pertumbuhan mulai hari ke-#-2. pertumbuhan ini diikuti dengan

    1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    2/49

     peningkatan leel progesteron. 3ulai hari ke-2-14, 0/ menghasilkan progesteron dalam leel

    yang tinggi. Selama periode ini, 1 atau ! folikel mungkin menjadi besar, tetapi dalam waktu

    yang singkat akan mengalami regresi. )ira-kira hari ke-14, prostaglandin dilepaskan dari

    uterus dan menyebabkan leel progesteron menjadi turun. )etika leel progesteron menurun,

    leel estrogen meningkat dan folikel baru mulai tumbuh. %strogen men(apai pun(aknya pada

    hari ke-!, diikuti tingkah laku estrus pada hari ke-!1. Pada saat ini siklus estrus dimulai

    kembali.

    ambar #.1. /eel hormon selama siklus estrus sapi

    Oleh karena itu terdapat ! mekanisme dasar sinkronisasi berahi pada ternak yakni 1'

    memperpanjang5mempertahankan 0/ pada waktu tertentu dan !' penyingkiran 0/ dengan

     pemberian preparat luteolitik. Oleh karena itu, sinkronisasi berahi pada ternak dapat

    dilakukan dengan ! (ara, yaitu 1' menggunakan progesteron, dan !' menggunakan senyawa-

    senyawa prostaglandin.

    PRODUK UNTUK SINKRONISASI

    Selama sepuluh tahun yang lalu, setidaknya terdapat beberapa produk yang digunakan untuk 

    sinkronisasi, meskipun se(ara umum berdasarkan prinsip dasar sinkronisasi diketahui dua

     preparat untuk sinkronisasi. 3etode sinkronisasi tertua adalah menggunakan P6!7, atau

    analognya, yang menyebabkan regresi 0/. Sinkronisasi estrus dan fertilitas yang dihasilkan

    dengan preparat ini adalah baik pada hewan siklus tetapi tidak akan menginduksi siklus padasapi non-siklik seperti seperti pada sapi anestrus pas(a-partus.

    !

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    3/49

    3etode yang lebih baru adalah menggunakan gonadotropin-releasing hormone &n8' atau

    analognya, yang menyebabkan oulasi pada folikel besar. Perlakuan n8 yang

    dikombinasikan dengan P6!7 akan menghasilkan sinkronisasi estrus dan fertilitas yang baik 

     pada hewan siklus maupun pada sapi anestrus pas(a partus.

    3etode ketiga adalah mengunakan progestin yang akan memelihara leel progesteron yang

    tinggi. Sinkronisasi estrus terjadi setelah pengangkatan progesteron !-$ hari kemudian.

     Sinkronisasi Menggunakan Prostaglandin

    Se(ara alami prostaglandin &P6!7' dilepaskan oleh uterus hewan yang tidak bunting pada

    hari ke-14-1 siklus yang berfungsi untuk menghan(urkan 0/. 0orpus luteum adalah suatu

    struktur di dalam oarium yang menghasilkan hormon progesteron dan men(egah hewan

    kembali berahi. Pelepasan P6!7 ini berfungsi mema(u suatu proses yang menyebabkan

    hewan kembali berahi setiap !1 hari &pada sapi atau kambing'. Se(ara komersial penggunaan

    P6!7 &/utalyse, %strumate, Prostamate' adalah untuk menghilangkan 0/ pada hewan siklus

    sehingga waktu berahi dan perkawinan dapat ditentukan.

    ormon P6!7 se(ara umum merupakan agen luteolitik yang mengakhiri masa hidup 0/

     pada fase dan akhir diestrus. 9imbulnya berahi akibat pemberian P6!7 disebabkan lisisnya

    0/ oleh kerja asokonstriksi P6!7 sehingga aliran darah menuju 0/ menurun se(ara

    drastis. kibatnya, kadar progesteron yang dihasilkan 0/ dalam darah menurun. Penurunan

    kadar progesteron ini akan merangsang hipofisa anterior melepaskan 6S dan /. )edua

    hormon ini bertanggung jawab dalam proses folikulogenesis dan oulasi, sehingga terjadi

     pertumbuhan dan pematangan folikel. 6olikel-folikel tersebut akhirnya menghasilkan hormon

    estrogen yang mampu memanifestasikan gejala berahi. )erja hormon estrogen adalah untuk 

    meningkatkan sensitiitas organ kelamin betina yang ditandai perubahan pada ula dankeluarnya lendir transparan.

    )elemahan dari P6!7 adalah tidak efektif pada hewan yang tidak memiliki 0/. ewan

    tersebut meliputi hewan yang baru berahi 4-2 hari, ternak prepuber dan sapi anestrus

     pas(apartus. Oleh karena itu, pada hewan siklus ada ! metode umum pemberiannya yakni

    dengan injeksi tunggal &one shot' atau injeksi ganda &two shot'.

    "

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    4/49

    One Shot Prostaglandin

    Pilihan pertama pemberian prostaglandin adalah injeksi tunggal pada betina siklus, dan

    kemudian hewan betina akan dikawinkan pada saat betina memperlihatkan estrus. )elemahan

    metode ini adalah hanya kira-kira sepertiga betina yang akan respon terhadap injeksi, sedang

    kebaikannya adalah biaya yang dibutuhkan lebih rendah dan betina hanya mendapat

     penanganan sekali sebelum perkawinan.

    ambar #.! Penyuntikan P6!7 tunggal &one-shot '

    Two Shot Prostaglandin

    3etode umum sinkronisasi dengan P6!7 adalah seluruh hewan diinjeksi dan dikawinkan

    ketika berahi. ewan yang tidak dideteksi berahinya setelah injeksi pertama akan diinjeksi

    kembali 11 atau 1# hari. ewan yang berahi harus diinseminasi -1! jam kemudian. ;ika

     jumlah tenaga terbatas, seluruh deteksi berahi dan perkawinan dapat ditunda sampai injeksi

    ke-!.

    )elebihan metode ini adalah sapi yang akan mengalami estrus lebih banyak dibanding injeksi

    tunggal. *njeksi ! kali mempunyai kelemahan berupa tingginya biaya untuk perlakuan. Dalam

     beberapa kasus dilaporkan penurunan performansi reproduksi berikutnya. Sampai sekarang

    tetap menjadi perdebatan waktu inseminasi yang optimal setelah sinkronisasi dengan P6!7.

    +anyak literatur komersial merekomendasikan dua kali *+ pada saat # dan 2! jam atau 2!

    dan

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    5/49

    ambar #." Penyuntikan P6 ganda &two shot '

    Pertimbangan penyuntikan satu atau dua kali perlu diperhatikan dari segi biaya. ;ika status

    siklus ternak dapat diketahui maka akan lebih efisien jika diinjeksi satu kali, sedang jika

    status siklus tidak diketahui maka injeksi ! kali merupakan pilihan yang tepat. Pada

     penyuntikan ! kali, penyuntikan pertama berfungsi menggiring ternak memasuki fase luteal

    sehingga pada penyuntikan kedua responnya akan tinggi. 9ingginya respon berahi pada

     penyuntikan kedua disebabkan P6!7 efektif untuk penyerentakan berahi mulai fase

     pertengahan luteal. 9ernak yang tidak berada pada fase ini pada penyuntikan pertama akan

    memasuki fase mid5akhir luteal pada penyuntikan kedua, sedang ternak yang berada pada fase

    mid5akhir luteal pada injeksi pertama, akan kembali memasuki fase ini 11 hari kemudian.

    ormon P6!7 efektif dalam meregresi 0/ fungsional tidak pada 0/ yang sedang tumbuh

    karena pada 0/ fungsional sudah terdapat reseptor untuk P6!7. lasan interal penyuntikan

    1-11 hari dapat dijelaskan melalui ambar # berikut.

    -----------------------------------siklus berahi !1 hari--------------------------------

    /uteal awal &tak peka' peka &11-!1 hari' 6olikuler &tak peka'

    #-$ hari "-# hari

    ambar #.# Diagram kepekaan sapi pada P6!7

    3eskipun se(ara teoritis direkomendasikan injeksi P6!7 dengan interal 1-11 hari, tetapi

     beberapa peternakan di luar negeri (enderung mengimplementasikan interal 1# hari. al ini

    dianggap lebih mudah pada sistem kalender karena penyuntikan kedua dilakukan ! minggu

    setelah injeksi pertama. Pertimbangan lain adalah bahwa ternak yang respon pada injeksi

     pertama, tetapi berahinya tidak dideteksi, akan berada pada hari ke-2-< siklus pada injeksi

    dengan interal 11 hari. al ini dianggap terlalu dini, karena respon terhadap P6!7 akan

    $

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    6/49

    lebih baik jika 0/ menjadi lebih matang. Perbedaan selama " hari tersebut terbukti se(ara

    signifikan dapat memperbaiki respon hewan. +eberapa protokol sinkronisasi menggunakan

    P6!7 pada sapi yang terlihat pada 9abel #.1

    9abel #.1 +eberapa metode sinkronisasi berahi dengan P6!7 pada sapi

     =o. ;umlah injeksi >aktu *njeksi >aktu *+

    1. Dua kali *nteral 11 hari 2! dan

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    7/49

    ini adalah baik tetapi fertilitasnya rendah karena terjadi hambatan pembelahan embrio,

    disebabkan panjangnya waktu pemberian.

    asil penelitian membuktikan bahwa fertilitas induksi berahi terbesar di(apai pada

     penggunaan 1-!1 hari tetapi fertilitas normal di(apai menggunakan waktu yang lebih pendek 

    yakni -1 hari. Pada domba, periode dominasi progesteron yang lebih panjang berpengaruh

    terhadap fertilitas disebabkan efek pada transport intrauterin. Sebaliknya, periode pemberian

     progesteron yang pendek tidak se(ara sempurna efektif dalam mengkontrol siklus berahi,

    sebab dalam beberapa kasus, pemberian pada awal siklus, dimana korpus luteum natural

     belum terbentuk, sinkronisasi berahi tidak terjadi. asil penelitian lain membuktikan bahwa

     pemberian progesteron tunggal pada sinkronisasi siklus berahi pada sapi pas(a partus

    menghasilkan ariasi interal yang besar antara hari pengangkatan &penghentian' progesteron

    dengan terjadinya berahi5oulasi. Oleh karena alasan ini diperlukan kerjasama dengan agen

    luteolitik lain seperti P6!7 untuk menjamin kontrol maksimal siklus.

    Metode Pemberian Progestagen

    ambar #.$ Sinkronisasi dengan 3

    3elengesterol a(etat &3' merupakan progestin aktif yang tidak mahal, sampai sekarang

    tetap digunakan untuk sinkronisasi berahi pada sapi potong di AS. )ombinasi pemberian

     pakan B 3 pada periode pendek &,$ mg per hari selama 2 hari' dan P6 pada hari

    terakhir pemberian 3 akan menghasilkan angka konsepsi yang tinggi. Preparat ini bekerja

    melalui negatif feedba(k terhadap hypothalamus yang membatasi pelepasan / dan 6S dari

     pituitari. Oleh karena itu, akan men(egah ternak untuk estrus karena leel progesteron

    dipelihara tetap dalam kedaaan tinggi. Pola pemberian 3 dapat dilihat pada ambar #.$

    9eknik pemberian intraaginal telah di(oba pada sapi menggunakan 0P, 3, dan

    fluogestone a(etat &6' namun terdapat beberapa kelemahan yakni hasilnya lebih berariasi,

    2

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    8/49

    sukar dalam menahan spon dan terjadi infeksi agina. Pada sekitar tahun 1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    9/49

    ambar #.4 Struktur 0*D8 untuk sinkronisasi sapi

     Protokol Sinkronisasi Kombinasi PGF dan GnRH 

    Sejumlah protokol sinkronisai yang baru merekomendasikan penggunaan gonadotropin-

    releasing hormone &n8' dan P6!7. ormon n8 se(ara komersial dikenal dengan

    merek dagang 0ystorelin, 6a(trel, and 6ertagyl. Protokol injeksi adalah P6 diberikan 2 hari

    setelah pemberian n8.

    *njeksi n8 menyebabkan pelepasan / dari hipofisa anterior. / surge ini akan

    menghasilkan oulasi atau luteinisasi pada folikel dominan. )arena n8 menstimulasi

     perkembangan jaringan luteal pada folikel dominan, persentase sapi-sapi yang memiliki

     jaringan luteal yang respon terhadap P6!7 akan tinggi. *njeksi dengan P6 tujuh hari

    kemudian akan mensikronisasi regresi luteal. 8espon berahi yang dihasilkan dengan metode

    ini akan lebih tinggi dibanding pemberian P6 tunggal.

    Protokol kombinasi n8 dan P6!7 untuk sinkronisasi adalah injeksi n8 yang diikuti

    dengan injeksi P6!7 tujuh hari kemudian. Deteksi berahi dimulai !#-# jam sebelum injeksi

    P6!7. al ini dimaksudkan untuk efisiensi. ewan yang memperlihatkan berahi sebelum

    injeksi dengan P6!7 akan dikeluarkan dan diinseminasi. ewan berahi akan diinseminasi -

    1! jam setelah standing berahi. Pola kombinasi ini dikenal dengan Select Synch System seperti

    yang terlihat pada ambar #.2.

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    10/49

    ambar #.2 Program Select-Synch

    ambar #. Program Ovsynch

    Protokol kombinasi n8 dan P6!7 yang lain dikenal dengan Ovsynch System. Protokol ini

    dapat dilihat pada ambar #. .

    Ovsynch  adalah protokol sinkronisasi yang banyak digunakan pada sapi perah. Protokol

    dilakukan sama seperti pola di atas tetapi diikuti dengan injeksi n8 kedua # jam setelah

    injeksi P6!7. *njeksi n8 kedua berfungsi menginduksi oulasi pada folikel dominan

    yang direkruit setelah injeksi n8 pertama. Seluruh sapi diinseminasi tanpa pengamatan

     berahi -1 jam setelah injeksi n8 kedua, tetapi beberapa studi melaksanakan *+ pada saat

    injeksi n8 kedua. Pola ketika *+ dilakukan pada saat injeksi n8 kedua disebut dengan

    Cosynch System seperti yang terlihat pada ambar #.

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    11/49

    ambar #.< Program 0o-syn(h

    Program Hybrid-Synch dilakukan dengan injeksi n8 pada hari ke-1, injeksi P6!7 pada

    hari ke-, kemudian deteksi estrus dan perkawinan mulai hari ke--11. +etina yang tidak 

    diobserasi estrusnya mulai hari ke--11 dikawinkan pada hari ke-11 dan diberikan injeksi

    n8 kedua &ambar #.1'. Program ini mempunyai biaya yang lebih rendah dan

     penanganan yang lebih sedikit dibanding Ovsynch dan Co-Synch tetapi lebih mahal daripada

    Select Synch. )euntungan utama dari  Hybrid-Synch adalah angka konsepsinya lebih tinggi

    dibanding seluruh perlakuan kombinasi program n8 dan P6!7.

    ambar #.1 Program Hybrid Synch

    Pre-Syn(h adalah modifikasi Ovsynch dimana injeksi P6!7 dilakukan ! kali dengan

    interal 1# hari kemudian, sebelum diinisiasi dengan injeksi pertama n8 seperti pada

    Ovsynch. ;adi, protokol ini adalah gabungan sistem sinkronisasi standar &konensional'

    dengan ! kali injeksi P6!7 dan Ovsynch.  Pre-Synch  terbukti memperbaiki angka konsepsi

    11

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    12/49

     pada perkawinan pertama dibanding Osyn(h dan merupakan strategi untuk program sapi

    yang diinseminasi pertama kali pas(a partus &ambar #.11'

    ambar #.11 Program Pre Synch

    ambar #.1! Program Heat Synch

     Heat-Synch  &ambar #.1!' adalah alternatif Ovsynch/Pre-Synch dimana 1, mg of estradiol

    (ypionate &%0P' diberikan !# jam setelah injeksi P6 pada Ovsynch  untuk menginduksi

    oulasi menggantikan peran n8. eat-Syn(h menghasilkan performansi reproduksi yang

    sama dengan Pre-Syn(h tetapi mungkin tidak efektif untuk sinkronisasi pada sapi anoulasi.

    +eberapa sistem sinkronisasi lain diringkas pada bagian berikut.

    a. 7/11 Synch

    G 3 pada makanan selama 2 hari.

    G *njeksi /utalyseF &P6!7' pada hari terakhir pemberian pakan 3.

    G *njeksi n8 # hari kemudian.

    G *njeksi /utalyseF &P6!7 ' 2 hari kemudian.

    G Pengamatan berahi dan perkawinan.

    1!

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    13/49

     b. PGPG Synch

    G *njeksi /utalyseF &P6!7'.

    G *njeksi n8 # hari kemudian.

    G *njeksi /utalyseF &P6!7' hari kemudian.

    G *njeksi n8 ! hari kemudian.

    G *+ sapi dara # jam kemudian, dan sapi dewasa jam kemudian.

    (. Raid Resynch !RR"

    G Diagnosis kebuntingan.

    G *njeksi /utalyseF &P6!7' pada sapi yang tidak bunting.

    G *njeksi n8 ! hari kemudian

    G *+ sapi dara # jam kemudian, dan sapi dewasa jam kemudian

    d. #$mstart Resynch

    G *njeksi n8 2 hari sebelum diagnosis kebuntingan.

    G *njeksi sapi tidak bunting dengan P6!7.

    G *njeksi n8 ! hari kemudian atau %0P 1 hari kemudian.

    G *+ pada saat injeksi n8 terakhir atau 14 jam &Osyn(h'. Pada banyak kasus pada

     perlakuan dengan %0P, perkawinan dilakukan pada saat obserasi berahi atau # jam

    setelah injeksi %0P.

     Protokol Sinkronisasi pada Kambing 

    Se(ara umum, tidak ada perbedaan yang signifikan antara sinkronisasi berahi sapi dan

    kambing. +eberapa ma(am preparat sinkronisasi yang sering digunakan pada kambing terlihat

     pada 9abel #.".

    9abel #." +eberapa preparat sinkronisasi berahi pada kambing

      Preparat 3erek Dagang Sumber Dosis

    H*=/

    P8O%S9%8O=%

    H%83*I

    0*D8 &natural

     progesterone'

    Ap;ohn 0o

    Hetropharm

     

    P8OS9/=D*= %strumate

    /utalyse

    S(hering 0o

    Apjohn 0o

    1!$ Jg

    mg

      P3S %Kuine@

    Stimukron

    6olligon

    yerst

    PHA

    *nteret

    $ *A

    n8 6a(trel

    0ystorelin

    yerst

    0%H

    $ Jg

    1"

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    14/49

    +eberapa protokol umum untuk sinkronisasi berahi pada kambing adalah sebagai

     berikut:

    Protokol 1 : &kombinasi lengkap dengan P3S dan n8'

    ari ke-1:

    *nsersi 0*D8 &jika menggunakan progesteron'.

    ari ke-:

    *njeksi prostaglandin

    ari ke-1:

    Pengangkatan 0*D8 plus P3S &"-$ *A'

    ari ke-11:

    *ntroduksi pejantan atau n8 &$ Jg'

    ari ke-1! :

    )awinkan !# jam setelah berahi pertama terlihat atau 1! jam setelah berahi pertama terihat

    dan diulang 1!-!# jam kemudian. )awinkan ketika mukosa terlihat. Perkawinan pada saat

    yang telah ditetapkan adalah $# jam setelah pengangkatan 0*D8 jika menggunakan semen

     beku dan $-$! jam setelah pengangkatan 0*D8 jika menggunakan semen segar.

    Protokol !: pada kambing lpin dan Saanen

    ari ke-1:

    *nsersi sponge atau 0*D8 

    ari ke-< :

    *njeksi P3S B prostaglandin jam 1#. >*+ &lpin' atau jam 1!. &Saanen'

    ari ke-11:

    Pengangkatan sponge atau 0*D8 jam 1#. >*+ &lpin' atau jam 1!.

    &Saanen'

    ari ke-1!:

    Deteksi berahi dimulai pada jam !. >*+ &lpin' dan jam 1. >*+

    &Saanen'

    ari ke-1":

    *+ jam *+ setelah dideteksi dengan pejantan

    Protokol ": Pada kambing lokal &hasil penelitian penulis dkk. di 6akultas )edokteran ewan

    Aniersitas Syiah )uala'

    a. ;ika menggunakan prostaglandin

    dilakukan ! kali dengan interal 1 hari

    1#

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    15/49

    dosis intramus(ular adalah 1!$ Jg (loprostenol &%stroplan'L dosis intraula "1,!$

    Jg (loprostenol &%stroplan'

    fertilitas yang lebih baik di(apai jika dikombinasikan dengan introduksi pejantan

     pada saat penyuntikan ke-!  perkawinan 1 jam setelah gejala berahi mun(ul dan diulang 1! jam kemudian.

     b. ;ika menggunakan 0*D8 &progesteron'

    insersikan 0*D8 selama 1-1! hari

    fertilitas yang lebih baik di(apai jika pada saat pengangkatan 0*D8 diintroduksi

    dengan pejantan

     beberapa publikasi terakhir, insersi 0*D8 (ukup dilakukan selama $-2 hari.  perkawinan 1 jam setelah gejala berahi mun(ul dan diulang 1! jam kemudian.

    (. Sistem sinkronisasi singkat

    injeksi dengan "1,!$ Jg (loprostenol &%stroplan' se(ara intraula

    1! jam kemudian diinjeksi dengan !$ *A h0 B ,$ mg mg estradiol benMoate

     perkawinan 1 jam setelah gejala berahi mun(ul dan diulang 1! jam kemudian

    1$

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    16/49

     

    TRANSFER EMBRIO

    9ransfer embrio pertama kali dilakukan oleh >alter eape tahun 1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    17/49

     pas(a partus yang normal dan mempunyai panjang siklus 1-!# hari. Sapi yang digunakan

     pada prosedur transfer embrio harus berada 4 hari pas(a partus.

    +eberapa pertimbangan umum dalam seleksi sapi donor adalah :

    G memiliki siklus berahi reguler minimal ! siklus berturut-turut.

    G memiliki jumlah perkawinan per kebuntingan tidak lebih dari !.

    G interal kelahiran sebelumnya kira-kira "4$ hari.

    G tidak ada gangguan melahirkan atau irreguler reproduksi

    G tidak ada defek genetik yang dapat dideteksi.

    Sapi-sapi harus dipelihara pada leel nutrisi tertentu untuk memelihara leel produksi susu

    dan ukurannya. Sapi yang gemuk dan kurus akan menurunkan fertilitas. Oleh karena itu amat

     penting memelihara skor kondisi tubuh sapi pada leel tertentu pada saat transfer embrio.

    ewan donor dengan kondisi gemuk akan mempunyai respon yang rendah terhadap hormon

    gonadotropin. +eberapa studi menunjukkan bahwa sapi yang mempunyai lemak tinggi

    &gemuk' mempunyai respon yang rendah terhadap perlakuan superoulasi. Proses fisiologis

    dari kondisi ini tidak diketahui. Diduga pada kondisi gemuk, hormon pituitary endogenus

    dilepaskan dalam jumlah yang sedikit. Sapi dengan kondisi rendah lemak &kurus' mempunyai

    respon yang baik terhadap superoulasi. al ini terlihat pada sapi breed 0hianina dan ;ersey,

    meskipun pada breed lain malah tidak menunjukkan respon. Oleh karena itu dianjurkan pakan

    dengan roughage untuk memelihara aktiitas oarium yang sesuai untuk superoulasi dan

    menghindari green pasture dan konsentrat tanpa roughage selama ! bulan lebih.

    Salah satu proses yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran reproduksi hewan donor 

    adalah flushing. Sapi-sapi yang telah dewasa dan mempunyai siklus reguler dapat digunakan

     pada program transfer embrio. +eberapa sapi muda & bulan' mempunyai kesuksesan yang

    sama dengan sapi tua &1 tahun' pada proses  fl$shin% . Problem yang biasa dihasilkan dari

     proses flushing adalah abnormalitas saluran reproduksi atau abnormalitas sekunder yang

    disebabkan oleh penyakit atau luka.

    Problem utama yang dihadapi pada seleksi donor adalah respon indiidual yang tidak dapat

    diprediksi. 8espon sapi dapat berariasi mulai dari -" atau lebih sel telur sebagai respon

    superoulasi, tetapi rata-rata sekitar #-4 sel telur yang tergantung pada breed, usia dan

    12

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    18/49

    kematangan. ;ika hewan donor tidak berada dalam kondisi yang baik maka tidak akan

    menghasilkan banyak sel telur yang difertilisasi.

    Salah satu keuntungan dari program transfer embrio adalah memungkinkan penggunaan

    hewan prepubertal dan beberapa jenis infertilitas digunakan sebagai donor. ewan

     prepubertal kadang-kadang dapat berhasil digunakan sebagai hewan donor,

    meskipun se(ara umum derajat kesuksesannya adalah rendah. %mbrio dapat

    diperoleh dari sapi dara ketika siklus mulai yakni sekitar usia 1! bulan. Pada

    kambing, embrio dapat diperoleh mulai usia " bulan dengan kualitas embrio yang

    lebih rendah dibanding kambing dewasa. Sapi yang mengalami beberapa jenis

    infertilitas telah terbukti dapat digunakan sebagai donor. 9ingkat kesuksesan sapi

    infertil sekitar "N dibanding sapi fertil, meskipun kadang-kadang diperoleh hasil

    yang spektakuler. Sebagai (ontoh seekor sapi 6 pada 0olorado State Aniersity,

    yang mengalami endometritis dan oari sistik mampu menghasilkan !" anak sapi

     pada periode ! tahun. 3eskipun demikian, tidak dianjurkan memperbanyak hewan

    donor dengan kondisi infertil. ewan infertil yang dapat digunakan sebagai kandidat

    donor yang baik meski infertil adalah hewan dengan kriteria mempunyai siklus

    normal tetapi tidak dapat memelihara kebuntingan karena penyakit, luka atau

    ketuaan.

    Seleksi untuk resipien didasarkan pada pertimbangan kualitas dan aspek ekonomi. 8esipien

    yang ideal adalah muda, bebas penyakit, fertil dan mempunyai kemampuan menjadi induk.

    Disebabkan sapi yang akan dilahirkan besar maka sapi resipien harus mempunyai

     pertumbuhan yang baik dan mempunyai sejarah mudah melahirkan. +reed resipien tidak 

    menjadi pertimbangan utama meskipun sapi (rossbreed se(ara umum akan lebih fertil. Sapi

     berumur di atas 1 tahun tidak baik digunakan sebagai resipien karena mengalami penurunan

    kemampuan memelihara kebuntingan.

    SUPEROULASI

    Pada waktu lahir, seekor sapi mempunyai oarium yang berisi 1 kali oosit yang lebih

     banyak dibanding yang dioulasikan. Pada perjalanan kehidupan reproduksinya, folikel

    dengan oosit di dalamnya akan mengalami degenerasi. Superoulasi memberikan keuntungan

    1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    19/49

    untuk optimasi folikel-folikel tersebut yang tanpa perlakuan superoulasi mungkin tidak akan

     pernah oulasi. ;adi, proses superoulasi menyelamatkan folikel dari degenerasi.

    Superoulasi adalah langkah berikutnya pada proses transfer embrio. Superoulasi adalah

     pelepasan multiple eggs pada satu siklus tunggal. Sapi dewasa atau sapi dara yang mendapat

     perlakuan superoulasi dapat melepaskan sebanyak 1 atau lebih sel telur pada periode satu

    siklus. )ira-kira $N donor fertil normal akan respon terhadap perlakuan superoulasi

    dengan rata-rata $ embrio dapat ditransfer. +eberapa sapi dapat mendapat perlakuan berulang

    dengan interal 4 hari dengan terjadi sedikit penurunan jumlah embrio. Prinsip dasar 

    superoulasi adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel se(ara ekstensif melalui

     penggunaan hormon yang diberikan se(ara intramuskuler atau subkutan. Sediaan hormon

    harus mempunyai aktiitas folli(le stimulating hormone &6S'. Se(ara komersial sediaan

    6S diinjeksikan ! kali sehari selama # hari, -1# hari setelah estrus dengan 0/ fungsional

     pada oarium. *njeksi prostaglandin diberikan pada hari ke-" skedul, yang menyebabkan 0/

    regresi dan estrus akan terjadi #-4 jam kemudian.

     Preparat Superovulasi 

    Sampai saat ini terdapat ! tipe hormon yang paling sering digunakan untuk tujuansuperoulasi yakni pregnant mare serum gonadotrophin &P3S' dan folli(le stimulating

    hormone &6S'. )edua hormon ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

    9eknik Superoulasi dengan P3S

    Se(ara umum, terdapat ! metode superoulasi pada sapi yang didasarkan pada perbedaan

    gonadotrophin, meskipun terdapat beberapa ariasi ke(il pada perlakuan metode tersebut,

    yakni P3S dan 6S. Prostaglandin diperlukan untuk induksi luteolisis pada perlakuan

    superoulasi.

    Salah satu sediaan P3S di pasaran adalah 6olligon93  &*nteret *nt., +.H., +o@meer,

    olland'. Dosis P3S yang dianjurkan adalah 1.$-$. *A *A yang diinjeksikan se(ara

    intramuskuler. Antuk membantu proses oulasi dan men(egah terjadinya folikel anoulasi

    kadang-kadang perlu diberi h0 dengan dosis ".-$. *A pada saat inseminasi.

    P3S merupakan suatu glikoprotein kompleks yang mempunyai aktiitas seperti 6S dan

    /. Pada sapi, P3S mempunyai daya kerja yang sangat panjang, waktu paruhnya !-$ hari,

    1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    20/49

    sedangkan residunya tetap dalam sirkulasi darah hewan sampai 1 hari. P3S bekerja

    dengan kemampuannya men(egah atau menghambat proses atresi folikel.

    Pemakaian hormon P3S untuk tujuan superoulasi lebih banyak digunakan karena

    harganya relatif lebih murah serta lebih mudah didapat, meskipun respon yang dihasilkannya

    tergolong rendah dibanding 6S. 8endahnya respon superoulasi dengan P3S mungkin

     berhubungan dengan panjangnya masa sirkulasinya yang menghasilkan perkembangan folikel

    yang berlebihan, nimphomania &berahi yang terus-menerus', dan kegagalan oulasi. 6olikel

    yang gagal mengalami oulasi ini akan meningkatkan sekresi estrogen. Sekresi estrogen yang

    tinggi mempunyai efek yang merugikan terhadap perkembangan embrio. Pada sapi,

     pemberian antibodi monoklonal terhadap P3S &anti-P3S' akan menurunkan kadar estrogen karena adanya netralisasi terhadap P3S. Penurunan kadar estrogen ini akan diikuti

    dengan peningkatan laju oulasi dan kualitas embrio.

    Suntikan tunggal hormon P3S dengan dosis 1.$ - $. *A se(ara intramuskuler 

    merupakan (ara klasik untuk induksi superoulasi pada sapi. ormon ini dapat diberikan

    tunggal atau dikombinasi dengan pemberian h0. >aktu penyuntikan P3S maupun 6S

    adalah hari ke aktu Perlakuan 1

    P3S B h0

    Perlakuan !

    P3S B anti P3S

    1 Pagi ". *A P3S ". *A P3SSore

    11 Pagi

    Sore

    1! Pagi P P

    Sore

    1" Pagi

    Sore

    1# Pagi *+ B ". *A h0 *+ B =eutra P3S

    Sore *+ *+

    1$ Pagi *+ *+Sore

    !

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    21/49

    14 Pagi

    Sore

    9eknik Superoulasi dengan 6S & &ollicle Stim$latin% Hormone'

    3etode superoulasi kedua adalah dengan injeksi se(ara subkutan atau intramuskulus 6S

    dengan interal hari. Pemberian se(ara intramuskulus lebih tepat digunakan pada kondisi

    lapangan. Seperti halnya dengan perlakauan P3S, P6 ! alpha diberikan #-2! jam setelah

    inisiasi perlakuan yakni pada perlakuan 6S ke-$, ke-4 atau ke-2. Perlakuan umum dengan

    6S adalah dengan interal hari. Pemberian 6S multipel & kali' akan membutuhkan

     biaya ekstra dan juga juga menimbulkan stres yang berlebihan pada hewan donor yang akan

    menganggu respon superoulasinya. Sekarang telah ditemukan (ara pemberian 6S dosis

    tunggal dengan pelarut 1 m/ PHP &polyinylpyrolidone' dengan penyuntikan intramuskuler 

    atau subkutan.

    +ila dibandingkan dengan penggunaan P3S, respon oarium terhadap hormon 6S

     biasanya lebih baik karena lebih banyak menghasilkan oulasi, jumlah folikel anoulasi lebih

    sedikit, lebih banyak embrio yang dapat diperoleh, dan kualitas embrio lebih baik.

    )elemahan dari 6S adalah dapat sukar diperoleh di pasar domestik, harganya relatif mahal,

    dan pemberiannya harus berulang-ulang sehingga mengakibatkan stres dan menurunkan

    kualitas embrio. Se(ara umum, penggunaan 6S lebih disukai dibanding P3S karena

    menghasilkan oulasi lebih banyak oulasi, jumlah folikel anoulasi lebih sedikit, lebih

     banyak embrio yang diperoleh, dan kualitas embrio yang dihasilkan lebih baik. 0ara klasik 

     perlakuan 6S, karena waktu paruhnya pendek adalah dengan dosis multipel, diberikan

    selama # hari berturut-turut, pagi dan sore, dengan dosis menurun se(ara intramuskuler.

    Antuk sapi perah dengan berat badan #-$ kg digunakan dosis 4-4, $-$, #-#, dan "-" mg.

    Sedang untuk sapi potong digunakan dosis $-$, #-#, "-", dan !-! mg. Antuk sapi dengan berat badan kg digunakan dosis yang lebih tinggi pada ! hari pertama, sedang ! hari

     berikutnya diberikan dosis $ mg.

    Antuk superoulasi sapi-sapi dengan siste oarium atau sapi prepubertas, implan syn(hromate

    + &norgestomet, 0*D8, atau P8*D' diberikan pada hari ke-1-1! siklus estrus dan diangkat

     pada hari ke-1-!. ormon 6S atau P3S dimulai hari ke-! dan pertengahan hari ke-"

    sebelum implant diangkat. Sistem ini se(ara umum tidak digunakan pada donor normal

    karena waktu dan biaya. 6aktor-faktor lain yang dipertimbangkan untuk men(apai hasil

    !1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    22/49

    optimal superoulasi adalah pengulangan perlakuan. Pengulangan perlakuan dengan interal

    1$-! hari menghasilkan keberhasilan yang rendah. Direkomendasikan interal pengulangan

    adalah #$-4 hari. Protokol perlakuan superoulasi dengan 6S dapat dilihat pada 9abel $.!a

    dan $!b.

    9abel $.!a. Perlakuan superoulasi pada sapi donor dengan 6S dengan pelarut akuabidesari

    siklus

    >aktu Perlakuan 1

    Dosis multipel 6S

    Perlakuan !

    Dosis multipel 6S

    1 Pagi $ mg $ mg

    Sore $ mg $ mg

    11 Pagi # mg " mg

    Sore # mg " mg

    1! Pagi " mg B P ! mg B P

    Sore " mg ! mg

    1" Pagi ! mg

    Sore ! mg1# Pagi *+ *+

    Sore *+ *+

    1$ Pagi *+ *+

    Sore

    14 Pagi

    Sore

    9abel $.!b Perlakuan superoulasi pada sapi donor dengan 6S dengan pelarut PHP

    ari

    siklus

    >aktu Perlakuan 1

    Dosis multipel 6S

    Perlakuan !

    Dosis tunggal 6S1 Pagi 1 mg " mg

    Sore

    11 Pagi 1 mg

    Sore

    1! Pagi 1 mg B P P

    Sore

    1" Pagi

    Sore

    1# Pagi *+ *+

    Sore *+ *+1$ Pagi *+ *+

    !!

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    23/49

    Sore

    14 Pagi

    Sore

    SINKRONISASI ESTRUS DONOR DAN RESIPIENSinkronisasi estrus saat menjelang proses superoulasi diperlukan untuk menyamakan waktu

    oulasi masing-masing folikel hasil perlakuan superoulasi, di samping juga untuk 

    menyamakan stadium estrus antara hewan donor dan resipien pada kasus penggunaan embrio

    segar untuk transfer embrio. Protokol $.1, $.!a dan $.!b di atas khusus ditujukan pada

    superoulasi hewan donor dengan kondisi embrio akan dibekukan. Pada kondisi embrio segar 

    &tanpa pembekuan' maka hewan donor dan resipien harus mempunyai stadium siklus yang

    sama agar keberhasilan proses transfer embrio ter(apai. Preparat yang digunakan untuk 

    sinkronisasi adalah prostaglandin 6! alpha atau senyawa analognya. Dosisnya adalah dosis

    luteolitik bila disuntikkan se(ara intramuskuler atau Q dari dosis luteolitik bila disuntikkan

    se(ara intrauterin atau intraulasubmukosal. +iasanya berahi pada donor setelah pemberian

     prostaglandin akan terjadi dalam waktu B # jam kemudian.

    Protokol superoulasi &donor' dan sinkronisasi seperti dapat dilihat di bawah ini:

    ari 1 :

      *njeksi donor dengan P6! alpha

    ari # :

    • Sebagian donor akan estrus. Donor yang tidak estrus disebabkan

    kemungkinan donor berada pada fase folikuler atau awal luteal siklus

    estrus

    • *njeksi seluruh resipien dengan P6! alpha

    ari 2 :

    Sebagian resipien estrus, sedang sebagian lagi tidak. lasan sama seperti

    hewan donor.

    ari 1#-12 :

    *njeksi donor dengan 6S ! kali sehari atau dengan P3S tunggal pada hari

    ke-1#.ari 14 :

    *njeksi seluruh resipien dengan P6! alpha kedua

    ari 12 :

    *njeksi donor dengan P6 ! alpha kedua yang juga merupakan hari terakhir 

     pemberian 6S

    ari 1< :

    Donor dan resipien estrus.

    Pada pemberian P6! alpha kedua, terlihat bahwa terdapat perbedaan sekitar 1 hari waktu

     pemberian antara donor dan resipien &resipien lebih awal 1 hari'. al ini dilakukan karena

    !"

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    24/49

     pada hewan donor yang mendapat perlakuan dengan hormon gonadotrophin, estrus akan

    terjadi lebih (epat yakni sekitar # jam setelah perlakuan sedang pada hewan resipien yang

    tidak mendapat perlakuan dengan gonadotrophin estrus akan terjadi sekitar 2! jam kemudian.

    ambar $.1 6otograf oarium yang disuperoulasi selama prosedur koleksi embrio se(ara

     s$r%ical 

    INSEMINASI

    Setelah perlakuan superoulasi, donor harus dobserasi se(ara ketat terhadap gejala-gejala

    estrus. Sapi-sapi yang disuperoulasi kadang-kadang tidak memperlihatkan tingkah laku

    estrus sejelas sapi yang tidak mendapat perlakuan, sehingga deteksi estrus membutuhkan

     bantuan seperti indikator )a3ar, tailpaint, dll. Sekitar 1N donor tidak pernah

    memperlihatkan gejala estrus. ewan-hewan tersebut tidak dikawinkan.

    >aktu ketika donor pertama kali standing estrus merupakan titik penting untuk perlakuan

    inseminasi. )arena oum dioulasikan pada akhir periode dan karena transportasi sperma dan

    oum dirubah oleh perlakuan superoulasi, maka dianjurkan mengawinkan sapi lebih sering

    dan menggunakan lebih banyak semen normal. Semen segar lebih superior dibanding semen

     beku karena semen yang tidak dibekukan kemungkinan tetap mempunyai iabilitas yang lebih

    lama dalam saluran reproduksi betina.

    *nseminator harus melakukan inseminasi dengan tenang dan menggunakan teknik yang paling

     bersih karena stres perlakuan superoulasi membuat saluran reproduksi sapi lebih sensitif.

    3anipulasi yang berlebihan pada saluran reproduksi akan menyebabkan gangguan

     pengangkutan oum oleh fimbriae. *nfeksi yang terjadi pada saat inseminasi akan mengurangi

    !#

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    25/49

    angka fertilisasi dan angka perolehan embrio. Sebagai tambahan, waktu inseminasi pertama

    kali, beberapa folikel mungkin belum oulasi oleh karena itu, manipulasi harus dilakukan

    sedikit mungkin untuk men(egah folikel ruptur.

     REO!ER"  !KOLEKSI" EMBRIO

    wal tahun 1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    26/49

    dapat dibuat. Sebagai (ontoh, flushing donor dengan respon superoulasi yang jelek maka

    dipertimbangkan untuk membatalkan pelaksanaan koleksi. Altrasonography memberikan

    informasi yang akurat dibanding palpasi, tetapi peralatannya mahal sehingga hanya dilakukan

     pada leel penelitian atau proram transfer embrio dalam skala besar.

    Prosedur re(oery non surgi(al melibatkan manipulasi per rektum. )arena anestesi epidural,

    rektum dapat menggembung dan dengan mudah dimasuki udara pada saat tangan masuk-

    keluar. ;ika ini terjadi, maka akan sangat sulit bekerja se(ara efektif. Adara dapat dikeluarkan

    dari rektum dengan tabung ke(il yang dilekatkan dengan Rwet a( a(uum (leaner seperti

    yang terlihat pada ambar $.!.

    ambar $.! Pompa akum untuk eakuasi udara dari rektum

    %pidural nesthesia

    Setelah donor ditempatkan dalam nostal, anestesi kauda epidural dilakukan dengan injeksi $-

    1 m/ analgesik &!N pro(aine atau ligno(aine hydro(hloride' ke dalam ruang di antara

    (o((ygeal ertebrae satu dan dua &ambar $."'. Penyuntikan dilakukan dalam dosis yang

    tidak terlalu besar. )etika anestesi sudah efektif, rektum segera dikosongkan. Hula di(u(i,

     pertama dengan antiseptik kulit dan kemudian dengan surgi(al spirit, dan terakhir dikeringkan

    &ambar $.#'. )esalahan anestesi sering terjadi karena kelebihan anestesi atau anestesi

    dilakukan terlalu jauh ke depan yang mengakibatkan sapi kehilangan kontrol dan jatuh di

    dalam nostal. nestesi epidural yang baik dapat dimonitor melalui flasiditas ekor.

    !4

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    27/49

    ambar $." Posisi anestesi epidural

    ambar $.# &' 3enggosok area ula dengan sabun iodium

    &+' sisten membuka se(ara perlahan labia ula untuk menghindari

    kontaminasi (eri(al e@pander atau kateter koleksi

    Dilatasi Seriks pada Sapi Dara

    Satu problem yang ditemukan pada recovery non s$r%ical   adalah saat melewatkan kateter 

    melalui seriks selama fase luteal siklus estrus, khususnya pada sapi dara. Dilatasi mekanis

    sederhana dengan menggunakan metal cervical e'ander   &ambar $.$' mungkin akan

    memberikan resiko trauma. Dengan alasan ini, terdapat beberapa perlakuan untuk dilatasi

    seriks atau aplikasi beberapa agen. Dalam beberapa laporan, dilatasi seriks dilakukan

    dengan menggunakan (arba(hol. 3etode ini dilaporkan lebih efektif, mudah diberikan dan

    relatif tidak mahal.

    !2

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    28/49

    ambar $.$ Ajung cervical e'ander 

    9eknik &l$shin% %mbrio

    +eberapa pertimbangan dalam fl$shin%  donor meliputi:

    • 0airan fl$shin%  harus men(apai ujung kornua uterus. Pada lokasi ini embrio banyak 

    ditemukan 1 minggu setelah estrus.

    • Seluruh (airan  fl$shin% yang dimasukkan ke dalam kornua harus dapat dikoleksi

    kembali.

    •  &l$shin% harus dilakukan dalam kondisi stres dan trauma minimum.

     &l$shin%  dikatakan efektif jika

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    29/49

    ambar $.4 (wo-way &oley catheters dengan atau tanpa balon

    Dilator dan kateter ditutup dengan pembungkus bersih sebelum diintroduksi ke dalam agina.

    Pelindung protektif ini dikoyak sesaat sebelum instrumen masuk ke dalam os seriks. +ibir 

    ula dikuakkan lagi dan penutup kateter 6oley dengan stilet, diinsersi ke dalam agina dan

    masuk ke dalam lumen seriks. lat ini kemudian dimanipulasi ke dalam kornua tertentu

    sampai balon dipompa pada dasar kornua &ambar $.2'. +alon perlahan-lahan diisi dengan

    1$T!$ udara pada sapi5kerbau dewasa dan 1T1$ ml udara pada sapi dara.

    !

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    30/49

    "

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    31/49

    ambar $.2 Posisi 6oley (atheter pada flushing kornua uteri

    Setelah kateter dalam posisinya, stilet dikeluarkan dan kateter dihubungkan melalui U-

     )$nction oleh tabung steril pada suatu botol berukuran 1 ml yang berisi (airan  fl$shin% .

    /engan lain dari U- )$nction dihubungkan pada tabung kosong. liran medium dalam kedua

    tabung dikontrol oleh *$ick-release clams. )etika tabung o$tlet ditutup, maka (airan

     fl$shin% akan masuk ke uterus melalui aliran graitasi dari botol yang berada 1 meter di atasuterus. )etika aliran masuk berhenti, jepitan o$tlet  dibuka maka (airan akan masuk se(ara

    langsung melalui filter embrio &berukuran pori-pori 2$-V'.

    Pada hewan yang lebih tua dengan saluran reproduksi panjang tergantung, manipulasi seriks

    dan uterus difasilitasi melalui penarikan seriks ke dalam agina dengan (eri(al  forces.

    Pada hewan yang mengalami superoulasi, prosedur  fl$shin%  diulang pada kornua lainnya

    menggunakan kateter steril lain.

    Pengisian (airan flushing ke dalam uterus berjumlah kira-kira sampai uterus men(apai besar 

    seperti pada hari ke-# kebuntingan. Satu liter (airan digunakan per donor. +eberapa operator 

    mengunakan olume yang lebih ke(il dan melakukan flushing pada satu kornua. 3asing-

    masing uterus diisi dan dikosongkan $-1 kali dengan "-! ml (airan flushing.

    *solasi %mbrio

    0airan uterus biasanya dikoleksi dalam tabung silinder bertingkat atau melalui filter 2$-V

    &ambar $.'. )etika silinder digunakan, (airan fl$shin%  disedimentasikan selama !$ menit.

    "1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    32/49

    )ebanyakan embrio normal diperoleh pada bagian bawah silinder. 3asing-masing silinder 

    di(u(i setidaknya ! kali dengan ! ml medium untuk memperoleh embrio yag tertahan.

    Dengan metode filtrasi embrio, (airan melewati unit filter dan memungkinkan untuk keluar 

    melalui tabung pendek. Antuk menghindari dehidrasi, setidaknya 1 (m (airan medium harus

    tinggal di dalam filter untuk melindungi filter dimana embrio tinggal. Antuk melindungi

    embrio dari filter, satu putaran filter diisi dan tuangkan isinya ke dalam dish, dan kemudian

    se(ara (epat filter di(u(i.

    3etode filter dipertimbangkan lebih (epat daripada metode silinder, meskipun dalam $N

    kasus pada donor, filter tersumbat oleh mu(us sehingga filter kedua harus digunakan, dan

    keduanya harus di(u(i untuk recovery embrio. 3etode filter dari segi ekonomi lebih mahal

    dibanding metode silinder.

    "!

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    33/49

    ambar $. 3etode filtrasi untuk 

    isolasi embrio dari (airan  fl$shin% .

    Anit filter embrio &', jaring lubang

    dimana embrio tertahan &+', dan

     penyu(ian filter untuk recovery embrio

    &0'

    0airan fl$shin%  harus diuji se(ara sistematis dengan pembesaran 1T1#I untuk menempatkan

    embrio. %mbrio harus ditransfer pada medium segar sesegera mungkin setelah ditemukan, dan

    di(u(i sedikitnya pada tiga medium yang berbeda.

     Koleksi Embrio se%ara Surgi%al

    9eknik koleksi awal melibatkan pemotongan betina dan penyayatan oidu(t, atau se(ara

    surgi(al mengangkat oidu(t dari betina hidup sekitar 2! jam setelah oulasi sehingga embrio

    daat dikoleksi melalui flushing. 3etode ini dilakukan melalui laparotomi &insisi daerah flank 

    atau midline abdominal' untuk membuka saluran reproduksi. Suatu penjepit atau ibu jari dan

     jari telunjuk dapat digunakan untuk memblokade 15" distal kornua uterus, sehingga (airan

    injeksi ke dalam segmen dapat dipaksa melalui oidu(t dan dikoleksi pada infundibulum.

    Prosedur lain adalah menutup kornua uterus pada badan uterus. 3edium kultur diintroduksi

    melalui penyayatan pada uterotubal jun(tion atau melalui oidu(t sampai uterus

    membengkak. Aterus kemudian disayat dengan suatu needle tumpul yang dilekatkan pada

    kateter fleksibel. 9ekanan akan menyebabkan medium menyembur melalui kateter, dengan

    turbulensi yang (ukup untuk membawa embrio ke dalam tabung koleksi. Prosedur tersebut

    memungkinkan koleksi dengan persentase embrio yang tinggi. )eterbatasan metode ini

    adalah timbulnya trauma pembedahan dan menghasilkan adhesi sehingga sapi donor hanya

    dapat digunakan beberapa kali saja. Seekor donor biasanya hanya bisa digunakan maksimal "kali.

    ""

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    34/49

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    35/49

    ambar $.1 Perbedaan lokasi stadium perkembangan embrio sapi pada saluran reproduksi

    Selama stadium morula, embrio berubah bentuk dari spheri(al menjadi poligonal. 6enomena

    ini dikenal dengan istilah (ompa(tion. Selama (ompa(tion, terbentuk hubungan antar sel

    sehingga sel-sel dapat berkomunikasi dengan sel lainnya. 3orula kompak dikenal dengan

    istilah ti%ht morula. 3orula kompak lebih ke(il daripada embrio pre-(ompa(ted. Comaction

    adalah penanda yang baik bahwa embrio se(ara normal sedang berkembangL ketiadaan

    (ompa(tion pada hari ke-4 setelah estrus mengindikasikan hambatan perkembangan.

    )etika morula berkembang menjadi blastosis, dia membentuk (aum &rongga' yang disebut

     blasto(oele. Oleh karena itu, pembentukan blastosis juga megindikasikan perkembangan

    embrio yang normal. Sebaliknya, ketiadaan pembentukan blasto(oele pada hari ke-2- setelah

    estrus pada sapi menandakan perkembangan embrio yang terhambat.

    "$

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    36/49

    ambar $.11 Diagram embrio sapi normal

    Cona pellu(ida &CP' adalah kapsul seperti gelatin yang mengelilingi oosit dan embrio awal.Cona pellu(ida berfungsi sebagai reseptor untuk sperma dan akan menjadi inaktif setelah

    fertilisasi, menjaga sel-sel embrio re-comaction, melindungsi sel-sel muda dari sistem imun

    dan pathogen lainnya. ;ika CP diangkat dari embrio re-comaction sel-sel menjadi terpisah

    setelah transfer embrio dan kemudian mengalami degenerasi. )etika blasto(oele menjadi

     besar, embrio memanjang &se(ara normal, -< hari setelah estrus' dikenal sebagai stadium

     blastosis e@panded. Setelah satu hari atau lebih, perpanjangan menjadi begitu besar sehingga

    embrio hatches o$t   dari CP. Proses ini mungkin dibantu oleh enMim.  Hatched blastocysts

    menjadi berbentuk elips 11-1" hari setelah estrus, dan kemudian memanjang se(ara men(olok 

     pada ke-1#T14 pas(a estrus. Pada hari ke- 12T1< embrio (ukup panjang untuk men(apai

    ujung kedua kornua uterus.

    "4

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    37/49

    ambar 1!. &' Oosit dengan sel-sel folikel &+' Oosit setelah sel-sel folikel diangkat &0'

    %mbrio 1-sel yang diperoleh $ hari setelah estrus. &D' Oum yang tidak 

    difertilisasi yang diperoleh " hari setelah estrus.

    %mbrio yang dikoleksi 4 hari pas(a estrus harus berada pada post-(ompa(tion atau disebut

    tight morulae. %mbrio ini mempunyai $T sel. 3eskipun tidak mungkin menghitung

     jumlah sel-sel se(ara akurat pada embrio post-(ompa(tion tanpa merusak embrio, sangat

     berguna untuk mengestimasi jumlah sel-sel. %mbrio harus berbentuk spheris atau oal,

    warnanya tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang, dan mempunya sel-sel dengan ukuran

    yang seragam. Penyimpangan dari bentuk normal meliputi sel-sel dengan ukuran irregular,

    akuola di dalam sel besar, area degenerasi di dalam embrio, beberapa sel tidak kompak, dan

    Mona pellu(ida rusak. Setidaknya !T"N embrio yang baik mempunyai beberapa morfologi

    yang dapat dideteksi abnormal seperti keluarnya blastomer. )ebanyakan abnormalitas

    tersebut adalah penanda penurunan kualitas. ;ika sebagian embrio terlihat mengalami

    degenerasi, tetapi sebagian besar normal, embrio ini mempunyai kesempatan yang baik 

    "2

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    38/49

     berkembang menjadi fetus normal. %mbrio dengan morfologi abnormal tidak akan

    menghasilkan anak yang normal.

    ambar $.1" &' oosit yang tidak difertilisasi $ hari setelah estrus. &+' Oum yang sama

    seperti &' &0' Sobek, Mona pellu(ida tidak ada, diperoleh $ hari pas(a estrus

    &D' Oosit anfertilisasi yang diperoleh 4 hari pas(a estrus

    "

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    39/49

    ambar $.1# &' Degenerasi, oum yang tidak difertilisasi yang diperoleh $ hari pas(a estrus

    &+' Oum yang tidak difertilisasi dengan ! fragmen sitoplasma &0' Oum

    fragmentasi, mirip oum yang tidak difertilisasi yang diperoleh $ hari pas(aestrus &D' Oum desintegrasi

    ambar $.1$ &' %mbrio ! sel normal yang diperoleh sekitar hari ke-# pas(a estrus &+'

    %mbrio ! sel yang mengalami degenerasi yang diperoleh $ hari pas(a estrus &0'

    "

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    40/49

    %mbrio # sel normal yang diperoleh ! hari pas(a estrus &D' embrio ! sel yang

    diperoleh$ hari pas(a estrus. Sitoplasma tidak jelas.

    Pada hari ke-2 embrio harus berada pada fase awal blastosis. )ehadiran (aum blasto(oeli(

    adalah penanda yang baik pada fase ini. Pada hari ke- embrio harus mempunyai suatu

     blasto(oele yang besar dan meluas, seperti diameter harus meningkat sehingga CP menipis.

    Satu hal yang dapat dibuat pembeda adalah terdapatnya inner (ell mass.

    ambar $.14 &' %mbrio sel yang diperoleh " hari pas(a estrus &+' %mbrio yang sama

    seperti &' &0' %mbrio 1!-1# sel yang diperoleh # hari pas(a estrus &D'

    angguan pertumbuhan pada embrio 1!-1# sel yang diperoleh 4 hari pas(a

    estrus.

    #

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    41/49

    ambar $.12 &' 3orula tidak kompak yang diperoleh " hari setelah estrus &+' 3orula tidak 

    kompak yang diperoleh " hari setelah estrusL sitoplasma gelap &0' angguan

     pertumbuhan dan degenerasi embrio yang diperoleh 4 hari pas(a estrus &D'

    angguan pertumbuhan embrio yang diperoleh 2 hari pas(a estrus

    #1

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    42/49

    ambar $.1 &' 3orula kompak yang diperoleh 2 hari pas(a estrus &+' 3orula kompak 

    yang diperoleh 2 hari pas(a estrus dengan beberapa sel menonjol &0' 3orula

    kompak yang diperoleh 2 hari pas(a estrus dengan beberapa pembesaran, sel-sel menonjol, kualitas morfologi sedang &D' 3orula kualitas buruk dengan

     beberapa sel-sel degenerasi.

    #!

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    43/49

    ambar $.1< &' dan &+' =ormal, e@panded blasto(yst yang diperoleh 2 hari pas(a estrus &0'

     =ormal, e@panded blasto(yst yang diperoleh 2-2 hari pas(a estrus &D'

    at(hing blasto(yst yang ditemukan < hari pas(a estrus

    ambar $.! &' 3orula kompak dengan kualitas baik dengan beberapa sel-sel degenerasi

    yang diperoleh 4-4 hari pas(a estrus. &+' Oum yang tidak difertilisasi yang

    #"

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    44/49

    diperoleh 2 hari pas(a estrus &0' dan &D' Degenerasi, kemungkinan oum yang

    tidak difertilisasi.

    ambar $.!1&' 3orula kompak dengan kualitas baik dengan beberapa sel-sel degenerasi

    &atas kanan' yang diperoleh 4 hari pas(a estrus. &+' Oum yang tidak 

    difertilisasi yang dapat dikelirukan dengan morula &0' +lastosis normal yang

    diperoleh 2-2 pas(a estrus &D' Oum yang tidak difertilisasi dengan esikula

     besar yang diperoleh $ hari pas(a estrus

    ##

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    45/49

    9abel $." Stadium perkembangan embrio normal

    Stadium perkembangan ari setelah onset estrus

    1-(ell T!

    !-(ell 1T"

    #-(ell !T"

    -(ell "T$W

    14-(ell #T$W

    %arly morula $T4

    9ight morula $T2

    %arly blasto(yst 2T

    +lasto(yst 2T<

    %@panded blasto(yst T1

    at(hing blasto(yst

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    46/49

    6air #! "1 b

    Poor #! 1!(

    a, b, ( ngka kebuntingan dengan signifikansi PX,$.

    •  +'cellent  &Sempurna': embrio sempurna sesuai dengan umurnya

    • Good  &+aik': sedikit kurang sempurna seperti Mona pellu(ida oal, beberapa sel

    menonjol atau bentuk sedikit asimetri.

    •  &air &Sedang': bnormalitas tidak berat seperti jumlah sel-sel yang menonjol

    sedang, ukuran ke(il, sejumlah ke(il degenerasi aau hambatan perkembangan

    men(apai 1 hari.

    •  Poor &+uruk': Degenerasi, ariasi ukuran sel besar, tidak kompak, sangat ke(il

    dan5atau terhambat ! hari perkembangan.

    • Degenerasi: degenerasi berat dan tidak dapat ditransfer.

    • 9idak mengalami fertlisasi atau !-" sel.

    TRANSFER EMBRIO

    Pada sapi, embrio se(ara rutin ditransferkan ke dalam kornua uterus. al ini dikarenakan

    seluruh embrio dikoleksi se(ara non s$r%ical  dari uterus, dan oleh karena itu dikembalikan

     pada tempat tersebut. Pertimbangan selanjutnya adalah lebih mudah mentransfer embrio ke

    dalam uterus dibanding oidu(t.

    3etode untuk transfer dapat dilakukan baik dengan metode  s$r%ical  maupun non- s$r%ical .

    9ransfer dengan metode non s$r%ical  lebih disukai meskipun transfer dengan metode s$r%ical 

    dapat dilakukan dengan lebih (epat.

    Trans&er Surgi%al

    3eskipun ribuan embrio telah ditransfer ia insisi mid-line abdominal pada sapi di bawah

    kontrol anestesi umum, pada banyak kondisi, insisi flank adalah lebih praktis. 8esipien

    ditempatkan dalam kandang jepit. /okasi 0/ ditentukan melalui palpasi rektal dan flank 

    ipsilateral terhadap 0/ dijepit, di(u(i dengan sabun dan air, dan disterilisasi dengan iodium

    atau alkohol. Sekitar 4 ml prokain !N diberikan sepanjang garis insisi. Dalam prakteknya,

    metode ini lebih baik dibanding menggunakan blokade paraertebral. Penyayatan dilakukan

    dengan panjang sekitar 1$ (m, di atas, dekat anterior pinggul. /apisan muskulus dipisahkan,

    #4

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    47/49

    dan peritonium dipotong. 3asukkan tangan dan lengan bawah ke dalam sayatan, tentukan

    oarium, biasanya sekitar !$ (m dari posterior insisi, dan isualisasi atau papasi 0/. )ornua

    uterus dieksteriorisasi dengan menggenggam dengan ibu jari dan telunjuk   pada ligamen

    uterus, yang terletak di medial kornua uterus. )ornua uterus sangat kaku. 9usukan dibuat

    dengan jarum tumpul melalui dinding sepertiga kranial. Seorang asisten, menggunakan

    medium ,1 ml dalam pipet ka(a ke(il &diameter sisi luar X1.$ mm', menarik ke atas embrio

    dari kontainer penyimpanan. Pipet kemudian diinsersikan ke dalam lumen uterus, dan embrio

    dikeluarkan. *nsisi kemudian ditutp, menggunakan dua lapisan jahitan. Se(ara praktis, metode

    ini dapat dilakukan sekitar 1$ menit.

    Trans&er #on$Surgi%al

    Problem besar dengan transfer non-surgi(al adalah kesukaran dalam men(apai keahlian dalam

    teknik ini. Pertama, adalah penting untuk mampu melakukan palpasi oarium se(ara akurat

    untuk seleksi sisi oulasi. ngka kebuntingan nyata lebih rendah jika embrio ditransferkan

     pada kornua kontralateral terhadap 0/. ;uga, resipien harus direjeksi jika tidak ada 0/ atau

     patologi alat reprduksi. Seringkali palpator melakukan kesalahan pada palpasi 0/.

    /angkah berikutnya adalah melewatkan alat transfer embrio melalui seriks. al ini akan sulit

    selama fase luteal, waktu dimana embrio ditransferkan, dibanding saat estrus, waktu ketika

    inseminasi buatan dilakukan dan seriks dalam keadaan lebih terbuka. Pada sapi dara akan

    lebih sulit karena memiliki seriks yang ke(ilL beberapa breed sapi juga lebih sulit dibanding

     breed lain, seperti +os indi(us membutuhkan keahlian yang lebih besar. Pelatihan terbaik 

    sebelum melakukan transfer embrio non-surgi(al adalah pengalaman dalam inseminasi

     buatan. *dealnya, teknisi untuk transfer embrio non surgi(al harus telah menginseminsi seratus

    ekor sapi yang tedapat sejumlah besar sapi dara.

    /angkah ketiga pada transfer embrio non-surgi(al adalah kemampuan menginsersi ujung

    instrumen ke dalam kornua uterus se(ara (epat, lembut dan tidak menimbulkan trauma.

    +eberapa orang tidak pernah mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menguasai teknik 

    ini, sedang yang lain membutuhkan seratus kali transfer untuk menjadi terampil. al ini tidak 

    mengejutkan ketika angka kebuntingan hasil inseminasi biasanya lebih rendah pada $-1

    ekor sapi pertama pada inseminator pemula dibanding inseminator yang telah terampil.

    *nseminator yang telah terlatih baik membutuhkan 1T! transfer non-surgi(al untuk 

    men(apai angka kebuntingan yang ideal, yang lain biasanya membutuhkan lebih.

    #2

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    48/49

  • 8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE

    49/49

     Prosedur Trans&er 

    Proses transfer embrio sesungguhnya sama dengan metode inseminasi buatan, ke(uali gun

    transfer dilewatkan men(apai kornua uterus ipsilateral 0/. )un(i keberhasilan pelaksanaan

    adalah melewatkan gun tanpa merusak endometrium. Oleh karena itu, (ara terbaik adalah

    menginsersi instrumen sedikit dalam dan tidak menyebabkan kerusakan. )e(epatan

    dibutuhkan ketika seriks dilewati tetapi pada saat yang sama teknisi harus tenang. )arena

    sapi akan (enderung bergerak sekitar nostal, terdapat sedikit peluang kerusakan jaringan jika

     prosedur dilakukan se(ara (epat.