sinkronisasi dan te
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
1/49
SINKRONISASI BERAHI
Sinkronisasi berahi adalah suatu usaha yang bertujuan agar sekelompok ternak
memperlihatkan gejala-gejala berahi pada saat yang hampir bersamaan. Dengan kata lain,
sinkronisasi berahi adalah manipulasi dari siklus berahi atau induksi berahi yang
menyebabkan sebagian besar dari kelompok ternak menjadi berahi pada waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penggunaan teknik sinkronisasi berahi akan mampu meningkatkan
efisiensi dan produksi kelompok ternak serta optimasi program inseminasi buatan. Optimasi
yang dimaksud adalah:
1. mengurangi waktu dan memudahkan obserasi deteksi berahi.
!. menghemat tenaga kerja". efisiensi kerja inseminator karena dapat mengawinkan ternak pada suatu daerah
pada saat yang bersamaan.
#. dapat menentukan jadwal kelahiran yang diharapkan.
$. menurunkan usia pubertas pada sapi dara
%fisiensi reproduksi pada perkawinan &inseminasi' ternak dikontrol se(ara substansial oleh
pengaruh tingkat deteksi berahi dan angka konsepsi. )etidak(ermatan deteksi berahi
merupakan faktor yang mempunyai kontribusi utama terhadap rendahnya performansi
reproduksi. Oleh karena itu, eliminasi deteksi berahi pada program inseminasi buatan &*+'
menjadi rangsangan bagi peneliti untuk mengembangkan teknik sinkronisasi berahi yang
mempunyai kemampuan mengkontrol berahi tanpa mengurangi fertilitas. Sinkronisasi berahi
meningkatkan ekspresi tingkah laku berahi karena sejumlah ternak yang mengalami
sinkronisasi akan memperlihatkan gejala berahi pada waktu yang dapat diprediksi.
SIKLUS ESTRUS
)esuksesan program sinkronisasi membutuhkan pengetahuan mengenai siklus estrus.
ambar #.1 menjelaskan titik-titik penting selama siklus estrus. ari ke- adalah hari pertama
estrus. Pada saat ini, perkawinan alami terjadi. ormon estrogen men(apai pun(aknya pada
hari ke-1 dan kemudian menurun. /eel progesteron rendah karena (orpus luteum &0/'
belum hadir. Oulasi &pelepasan sel telur' terjadi 1!-1 jam setelah akhir standing estrus.
0orpus luteum yang menghasilkan hormon progesteron terbentuk pada tempat oulasi dan
se(ara (epat mengalami pertumbuhan mulai hari ke-#-2. pertumbuhan ini diikuti dengan
1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
2/49
peningkatan leel progesteron. 3ulai hari ke-2-14, 0/ menghasilkan progesteron dalam leel
yang tinggi. Selama periode ini, 1 atau ! folikel mungkin menjadi besar, tetapi dalam waktu
yang singkat akan mengalami regresi. )ira-kira hari ke-14, prostaglandin dilepaskan dari
uterus dan menyebabkan leel progesteron menjadi turun. )etika leel progesteron menurun,
leel estrogen meningkat dan folikel baru mulai tumbuh. %strogen men(apai pun(aknya pada
hari ke-!, diikuti tingkah laku estrus pada hari ke-!1. Pada saat ini siklus estrus dimulai
kembali.
ambar #.1. /eel hormon selama siklus estrus sapi
Oleh karena itu terdapat ! mekanisme dasar sinkronisasi berahi pada ternak yakni 1'
memperpanjang5mempertahankan 0/ pada waktu tertentu dan !' penyingkiran 0/ dengan
pemberian preparat luteolitik. Oleh karena itu, sinkronisasi berahi pada ternak dapat
dilakukan dengan ! (ara, yaitu 1' menggunakan progesteron, dan !' menggunakan senyawa-
senyawa prostaglandin.
PRODUK UNTUK SINKRONISASI
Selama sepuluh tahun yang lalu, setidaknya terdapat beberapa produk yang digunakan untuk
sinkronisasi, meskipun se(ara umum berdasarkan prinsip dasar sinkronisasi diketahui dua
preparat untuk sinkronisasi. 3etode sinkronisasi tertua adalah menggunakan P6!7, atau
analognya, yang menyebabkan regresi 0/. Sinkronisasi estrus dan fertilitas yang dihasilkan
dengan preparat ini adalah baik pada hewan siklus tetapi tidak akan menginduksi siklus padasapi non-siklik seperti seperti pada sapi anestrus pas(a-partus.
!
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
3/49
3etode yang lebih baru adalah menggunakan gonadotropin-releasing hormone &n8' atau
analognya, yang menyebabkan oulasi pada folikel besar. Perlakuan n8 yang
dikombinasikan dengan P6!7 akan menghasilkan sinkronisasi estrus dan fertilitas yang baik
pada hewan siklus maupun pada sapi anestrus pas(a partus.
3etode ketiga adalah mengunakan progestin yang akan memelihara leel progesteron yang
tinggi. Sinkronisasi estrus terjadi setelah pengangkatan progesteron !-$ hari kemudian.
Sinkronisasi Menggunakan Prostaglandin
Se(ara alami prostaglandin &P6!7' dilepaskan oleh uterus hewan yang tidak bunting pada
hari ke-14-1 siklus yang berfungsi untuk menghan(urkan 0/. 0orpus luteum adalah suatu
struktur di dalam oarium yang menghasilkan hormon progesteron dan men(egah hewan
kembali berahi. Pelepasan P6!7 ini berfungsi mema(u suatu proses yang menyebabkan
hewan kembali berahi setiap !1 hari &pada sapi atau kambing'. Se(ara komersial penggunaan
P6!7 &/utalyse, %strumate, Prostamate' adalah untuk menghilangkan 0/ pada hewan siklus
sehingga waktu berahi dan perkawinan dapat ditentukan.
ormon P6!7 se(ara umum merupakan agen luteolitik yang mengakhiri masa hidup 0/
pada fase dan akhir diestrus. 9imbulnya berahi akibat pemberian P6!7 disebabkan lisisnya
0/ oleh kerja asokonstriksi P6!7 sehingga aliran darah menuju 0/ menurun se(ara
drastis. kibatnya, kadar progesteron yang dihasilkan 0/ dalam darah menurun. Penurunan
kadar progesteron ini akan merangsang hipofisa anterior melepaskan 6S dan /. )edua
hormon ini bertanggung jawab dalam proses folikulogenesis dan oulasi, sehingga terjadi
pertumbuhan dan pematangan folikel. 6olikel-folikel tersebut akhirnya menghasilkan hormon
estrogen yang mampu memanifestasikan gejala berahi. )erja hormon estrogen adalah untuk
meningkatkan sensitiitas organ kelamin betina yang ditandai perubahan pada ula dankeluarnya lendir transparan.
)elemahan dari P6!7 adalah tidak efektif pada hewan yang tidak memiliki 0/. ewan
tersebut meliputi hewan yang baru berahi 4-2 hari, ternak prepuber dan sapi anestrus
pas(apartus. Oleh karena itu, pada hewan siklus ada ! metode umum pemberiannya yakni
dengan injeksi tunggal &one shot' atau injeksi ganda &two shot'.
"
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
4/49
One Shot Prostaglandin
Pilihan pertama pemberian prostaglandin adalah injeksi tunggal pada betina siklus, dan
kemudian hewan betina akan dikawinkan pada saat betina memperlihatkan estrus. )elemahan
metode ini adalah hanya kira-kira sepertiga betina yang akan respon terhadap injeksi, sedang
kebaikannya adalah biaya yang dibutuhkan lebih rendah dan betina hanya mendapat
penanganan sekali sebelum perkawinan.
ambar #.! Penyuntikan P6!7 tunggal &one-shot '
Two Shot Prostaglandin
3etode umum sinkronisasi dengan P6!7 adalah seluruh hewan diinjeksi dan dikawinkan
ketika berahi. ewan yang tidak dideteksi berahinya setelah injeksi pertama akan diinjeksi
kembali 11 atau 1# hari. ewan yang berahi harus diinseminasi -1! jam kemudian. ;ika
jumlah tenaga terbatas, seluruh deteksi berahi dan perkawinan dapat ditunda sampai injeksi
ke-!.
)elebihan metode ini adalah sapi yang akan mengalami estrus lebih banyak dibanding injeksi
tunggal. *njeksi ! kali mempunyai kelemahan berupa tingginya biaya untuk perlakuan. Dalam
beberapa kasus dilaporkan penurunan performansi reproduksi berikutnya. Sampai sekarang
tetap menjadi perdebatan waktu inseminasi yang optimal setelah sinkronisasi dengan P6!7.
+anyak literatur komersial merekomendasikan dua kali *+ pada saat # dan 2! jam atau 2!
dan
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
5/49
ambar #." Penyuntikan P6 ganda &two shot '
Pertimbangan penyuntikan satu atau dua kali perlu diperhatikan dari segi biaya. ;ika status
siklus ternak dapat diketahui maka akan lebih efisien jika diinjeksi satu kali, sedang jika
status siklus tidak diketahui maka injeksi ! kali merupakan pilihan yang tepat. Pada
penyuntikan ! kali, penyuntikan pertama berfungsi menggiring ternak memasuki fase luteal
sehingga pada penyuntikan kedua responnya akan tinggi. 9ingginya respon berahi pada
penyuntikan kedua disebabkan P6!7 efektif untuk penyerentakan berahi mulai fase
pertengahan luteal. 9ernak yang tidak berada pada fase ini pada penyuntikan pertama akan
memasuki fase mid5akhir luteal pada penyuntikan kedua, sedang ternak yang berada pada fase
mid5akhir luteal pada injeksi pertama, akan kembali memasuki fase ini 11 hari kemudian.
ormon P6!7 efektif dalam meregresi 0/ fungsional tidak pada 0/ yang sedang tumbuh
karena pada 0/ fungsional sudah terdapat reseptor untuk P6!7. lasan interal penyuntikan
1-11 hari dapat dijelaskan melalui ambar # berikut.
-----------------------------------siklus berahi !1 hari--------------------------------
/uteal awal &tak peka' peka &11-!1 hari' 6olikuler &tak peka'
#-$ hari "-# hari
ambar #.# Diagram kepekaan sapi pada P6!7
3eskipun se(ara teoritis direkomendasikan injeksi P6!7 dengan interal 1-11 hari, tetapi
beberapa peternakan di luar negeri (enderung mengimplementasikan interal 1# hari. al ini
dianggap lebih mudah pada sistem kalender karena penyuntikan kedua dilakukan ! minggu
setelah injeksi pertama. Pertimbangan lain adalah bahwa ternak yang respon pada injeksi
pertama, tetapi berahinya tidak dideteksi, akan berada pada hari ke-2-< siklus pada injeksi
dengan interal 11 hari. al ini dianggap terlalu dini, karena respon terhadap P6!7 akan
$
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
6/49
lebih baik jika 0/ menjadi lebih matang. Perbedaan selama " hari tersebut terbukti se(ara
signifikan dapat memperbaiki respon hewan. +eberapa protokol sinkronisasi menggunakan
P6!7 pada sapi yang terlihat pada 9abel #.1
9abel #.1 +eberapa metode sinkronisasi berahi dengan P6!7 pada sapi
=o. ;umlah injeksi >aktu *njeksi >aktu *+
1. Dua kali *nteral 11 hari 2! dan
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
7/49
ini adalah baik tetapi fertilitasnya rendah karena terjadi hambatan pembelahan embrio,
disebabkan panjangnya waktu pemberian.
asil penelitian membuktikan bahwa fertilitas induksi berahi terbesar di(apai pada
penggunaan 1-!1 hari tetapi fertilitas normal di(apai menggunakan waktu yang lebih pendek
yakni -1 hari. Pada domba, periode dominasi progesteron yang lebih panjang berpengaruh
terhadap fertilitas disebabkan efek pada transport intrauterin. Sebaliknya, periode pemberian
progesteron yang pendek tidak se(ara sempurna efektif dalam mengkontrol siklus berahi,
sebab dalam beberapa kasus, pemberian pada awal siklus, dimana korpus luteum natural
belum terbentuk, sinkronisasi berahi tidak terjadi. asil penelitian lain membuktikan bahwa
pemberian progesteron tunggal pada sinkronisasi siklus berahi pada sapi pas(a partus
menghasilkan ariasi interal yang besar antara hari pengangkatan &penghentian' progesteron
dengan terjadinya berahi5oulasi. Oleh karena alasan ini diperlukan kerjasama dengan agen
luteolitik lain seperti P6!7 untuk menjamin kontrol maksimal siklus.
Metode Pemberian Progestagen
ambar #.$ Sinkronisasi dengan 3
3elengesterol a(etat &3' merupakan progestin aktif yang tidak mahal, sampai sekarang
tetap digunakan untuk sinkronisasi berahi pada sapi potong di AS. )ombinasi pemberian
pakan B 3 pada periode pendek &,$ mg per hari selama 2 hari' dan P6 pada hari
terakhir pemberian 3 akan menghasilkan angka konsepsi yang tinggi. Preparat ini bekerja
melalui negatif feedba(k terhadap hypothalamus yang membatasi pelepasan / dan 6S dari
pituitari. Oleh karena itu, akan men(egah ternak untuk estrus karena leel progesteron
dipelihara tetap dalam kedaaan tinggi. Pola pemberian 3 dapat dilihat pada ambar #.$
9eknik pemberian intraaginal telah di(oba pada sapi menggunakan 0P, 3, dan
fluogestone a(etat &6' namun terdapat beberapa kelemahan yakni hasilnya lebih berariasi,
2
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
8/49
sukar dalam menahan spon dan terjadi infeksi agina. Pada sekitar tahun 1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
9/49
ambar #.4 Struktur 0*D8 untuk sinkronisasi sapi
Protokol Sinkronisasi Kombinasi PGF dan GnRH
Sejumlah protokol sinkronisai yang baru merekomendasikan penggunaan gonadotropin-
releasing hormone &n8' dan P6!7. ormon n8 se(ara komersial dikenal dengan
merek dagang 0ystorelin, 6a(trel, and 6ertagyl. Protokol injeksi adalah P6 diberikan 2 hari
setelah pemberian n8.
*njeksi n8 menyebabkan pelepasan / dari hipofisa anterior. / surge ini akan
menghasilkan oulasi atau luteinisasi pada folikel dominan. )arena n8 menstimulasi
perkembangan jaringan luteal pada folikel dominan, persentase sapi-sapi yang memiliki
jaringan luteal yang respon terhadap P6!7 akan tinggi. *njeksi dengan P6 tujuh hari
kemudian akan mensikronisasi regresi luteal. 8espon berahi yang dihasilkan dengan metode
ini akan lebih tinggi dibanding pemberian P6 tunggal.
Protokol kombinasi n8 dan P6!7 untuk sinkronisasi adalah injeksi n8 yang diikuti
dengan injeksi P6!7 tujuh hari kemudian. Deteksi berahi dimulai !#-# jam sebelum injeksi
P6!7. al ini dimaksudkan untuk efisiensi. ewan yang memperlihatkan berahi sebelum
injeksi dengan P6!7 akan dikeluarkan dan diinseminasi. ewan berahi akan diinseminasi -
1! jam setelah standing berahi. Pola kombinasi ini dikenal dengan Select Synch System seperti
yang terlihat pada ambar #.2.
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
10/49
ambar #.2 Program Select-Synch
ambar #. Program Ovsynch
Protokol kombinasi n8 dan P6!7 yang lain dikenal dengan Ovsynch System. Protokol ini
dapat dilihat pada ambar #. .
Ovsynch adalah protokol sinkronisasi yang banyak digunakan pada sapi perah. Protokol
dilakukan sama seperti pola di atas tetapi diikuti dengan injeksi n8 kedua # jam setelah
injeksi P6!7. *njeksi n8 kedua berfungsi menginduksi oulasi pada folikel dominan
yang direkruit setelah injeksi n8 pertama. Seluruh sapi diinseminasi tanpa pengamatan
berahi -1 jam setelah injeksi n8 kedua, tetapi beberapa studi melaksanakan *+ pada saat
injeksi n8 kedua. Pola ketika *+ dilakukan pada saat injeksi n8 kedua disebut dengan
Cosynch System seperti yang terlihat pada ambar #.
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
11/49
ambar #.< Program 0o-syn(h
Program Hybrid-Synch dilakukan dengan injeksi n8 pada hari ke-1, injeksi P6!7 pada
hari ke-, kemudian deteksi estrus dan perkawinan mulai hari ke--11. +etina yang tidak
diobserasi estrusnya mulai hari ke--11 dikawinkan pada hari ke-11 dan diberikan injeksi
n8 kedua &ambar #.1'. Program ini mempunyai biaya yang lebih rendah dan
penanganan yang lebih sedikit dibanding Ovsynch dan Co-Synch tetapi lebih mahal daripada
Select Synch. )euntungan utama dari Hybrid-Synch adalah angka konsepsinya lebih tinggi
dibanding seluruh perlakuan kombinasi program n8 dan P6!7.
ambar #.1 Program Hybrid Synch
Pre-Syn(h adalah modifikasi Ovsynch dimana injeksi P6!7 dilakukan ! kali dengan
interal 1# hari kemudian, sebelum diinisiasi dengan injeksi pertama n8 seperti pada
Ovsynch. ;adi, protokol ini adalah gabungan sistem sinkronisasi standar &konensional'
dengan ! kali injeksi P6!7 dan Ovsynch. Pre-Synch terbukti memperbaiki angka konsepsi
11
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
12/49
pada perkawinan pertama dibanding Osyn(h dan merupakan strategi untuk program sapi
yang diinseminasi pertama kali pas(a partus &ambar #.11'
ambar #.11 Program Pre Synch
ambar #.1! Program Heat Synch
Heat-Synch &ambar #.1!' adalah alternatif Ovsynch/Pre-Synch dimana 1, mg of estradiol
(ypionate &%0P' diberikan !# jam setelah injeksi P6 pada Ovsynch untuk menginduksi
oulasi menggantikan peran n8. eat-Syn(h menghasilkan performansi reproduksi yang
sama dengan Pre-Syn(h tetapi mungkin tidak efektif untuk sinkronisasi pada sapi anoulasi.
+eberapa sistem sinkronisasi lain diringkas pada bagian berikut.
a. 7/11 Synch
G 3 pada makanan selama 2 hari.
G *njeksi /utalyseF &P6!7' pada hari terakhir pemberian pakan 3.
G *njeksi n8 # hari kemudian.
G *njeksi /utalyseF &P6!7 ' 2 hari kemudian.
G Pengamatan berahi dan perkawinan.
1!
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
13/49
b. PGPG Synch
G *njeksi /utalyseF &P6!7'.
G *njeksi n8 # hari kemudian.
G *njeksi /utalyseF &P6!7' hari kemudian.
G *njeksi n8 ! hari kemudian.
G *+ sapi dara # jam kemudian, dan sapi dewasa jam kemudian.
(. Raid Resynch !RR"
G Diagnosis kebuntingan.
G *njeksi /utalyseF &P6!7' pada sapi yang tidak bunting.
G *njeksi n8 ! hari kemudian
G *+ sapi dara # jam kemudian, dan sapi dewasa jam kemudian
d. #$mstart Resynch
G *njeksi n8 2 hari sebelum diagnosis kebuntingan.
G *njeksi sapi tidak bunting dengan P6!7.
G *njeksi n8 ! hari kemudian atau %0P 1 hari kemudian.
G *+ pada saat injeksi n8 terakhir atau 14 jam &Osyn(h'. Pada banyak kasus pada
perlakuan dengan %0P, perkawinan dilakukan pada saat obserasi berahi atau # jam
setelah injeksi %0P.
Protokol Sinkronisasi pada Kambing
Se(ara umum, tidak ada perbedaan yang signifikan antara sinkronisasi berahi sapi dan
kambing. +eberapa ma(am preparat sinkronisasi yang sering digunakan pada kambing terlihat
pada 9abel #.".
9abel #." +eberapa preparat sinkronisasi berahi pada kambing
Preparat 3erek Dagang Sumber Dosis
H*=/
P8O%S9%8O=%
H%83*I
0*D8 &natural
progesterone'
Ap;ohn 0o
Hetropharm
P8OS9/=D*= %strumate
/utalyse
S(hering 0o
Apjohn 0o
1!$ Jg
mg
P3S %Kuine@
Stimukron
6olligon
yerst
PHA
*nteret
$ *A
n8 6a(trel
0ystorelin
yerst
0%H
$ Jg
1"
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
14/49
+eberapa protokol umum untuk sinkronisasi berahi pada kambing adalah sebagai
berikut:
Protokol 1 : &kombinasi lengkap dengan P3S dan n8'
ari ke-1:
*nsersi 0*D8 &jika menggunakan progesteron'.
ari ke-:
*njeksi prostaglandin
ari ke-1:
Pengangkatan 0*D8 plus P3S &"-$ *A'
ari ke-11:
*ntroduksi pejantan atau n8 &$ Jg'
ari ke-1! :
)awinkan !# jam setelah berahi pertama terlihat atau 1! jam setelah berahi pertama terihat
dan diulang 1!-!# jam kemudian. )awinkan ketika mukosa terlihat. Perkawinan pada saat
yang telah ditetapkan adalah $# jam setelah pengangkatan 0*D8 jika menggunakan semen
beku dan $-$! jam setelah pengangkatan 0*D8 jika menggunakan semen segar.
Protokol !: pada kambing lpin dan Saanen
ari ke-1:
*nsersi sponge atau 0*D8
ari ke-< :
*njeksi P3S B prostaglandin jam 1#. >*+ &lpin' atau jam 1!. &Saanen'
ari ke-11:
Pengangkatan sponge atau 0*D8 jam 1#. >*+ &lpin' atau jam 1!.
&Saanen'
ari ke-1!:
Deteksi berahi dimulai pada jam !. >*+ &lpin' dan jam 1. >*+
&Saanen'
ari ke-1":
*+ jam *+ setelah dideteksi dengan pejantan
Protokol ": Pada kambing lokal &hasil penelitian penulis dkk. di 6akultas )edokteran ewan
Aniersitas Syiah )uala'
a. ;ika menggunakan prostaglandin
dilakukan ! kali dengan interal 1 hari
1#
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
15/49
dosis intramus(ular adalah 1!$ Jg (loprostenol &%stroplan'L dosis intraula "1,!$
Jg (loprostenol &%stroplan'
fertilitas yang lebih baik di(apai jika dikombinasikan dengan introduksi pejantan
pada saat penyuntikan ke-! perkawinan 1 jam setelah gejala berahi mun(ul dan diulang 1! jam kemudian.
b. ;ika menggunakan 0*D8 &progesteron'
insersikan 0*D8 selama 1-1! hari
fertilitas yang lebih baik di(apai jika pada saat pengangkatan 0*D8 diintroduksi
dengan pejantan
beberapa publikasi terakhir, insersi 0*D8 (ukup dilakukan selama $-2 hari. perkawinan 1 jam setelah gejala berahi mun(ul dan diulang 1! jam kemudian.
(. Sistem sinkronisasi singkat
injeksi dengan "1,!$ Jg (loprostenol &%stroplan' se(ara intraula
1! jam kemudian diinjeksi dengan !$ *A h0 B ,$ mg mg estradiol benMoate
perkawinan 1 jam setelah gejala berahi mun(ul dan diulang 1! jam kemudian
1$
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
16/49
TRANSFER EMBRIO
9ransfer embrio pertama kali dilakukan oleh >alter eape tahun 1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
17/49
pas(a partus yang normal dan mempunyai panjang siklus 1-!# hari. Sapi yang digunakan
pada prosedur transfer embrio harus berada 4 hari pas(a partus.
+eberapa pertimbangan umum dalam seleksi sapi donor adalah :
G memiliki siklus berahi reguler minimal ! siklus berturut-turut.
G memiliki jumlah perkawinan per kebuntingan tidak lebih dari !.
G interal kelahiran sebelumnya kira-kira "4$ hari.
G tidak ada gangguan melahirkan atau irreguler reproduksi
G tidak ada defek genetik yang dapat dideteksi.
Sapi-sapi harus dipelihara pada leel nutrisi tertentu untuk memelihara leel produksi susu
dan ukurannya. Sapi yang gemuk dan kurus akan menurunkan fertilitas. Oleh karena itu amat
penting memelihara skor kondisi tubuh sapi pada leel tertentu pada saat transfer embrio.
ewan donor dengan kondisi gemuk akan mempunyai respon yang rendah terhadap hormon
gonadotropin. +eberapa studi menunjukkan bahwa sapi yang mempunyai lemak tinggi
&gemuk' mempunyai respon yang rendah terhadap perlakuan superoulasi. Proses fisiologis
dari kondisi ini tidak diketahui. Diduga pada kondisi gemuk, hormon pituitary endogenus
dilepaskan dalam jumlah yang sedikit. Sapi dengan kondisi rendah lemak &kurus' mempunyai
respon yang baik terhadap superoulasi. al ini terlihat pada sapi breed 0hianina dan ;ersey,
meskipun pada breed lain malah tidak menunjukkan respon. Oleh karena itu dianjurkan pakan
dengan roughage untuk memelihara aktiitas oarium yang sesuai untuk superoulasi dan
menghindari green pasture dan konsentrat tanpa roughage selama ! bulan lebih.
Salah satu proses yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran reproduksi hewan donor
adalah flushing. Sapi-sapi yang telah dewasa dan mempunyai siklus reguler dapat digunakan
pada program transfer embrio. +eberapa sapi muda & bulan' mempunyai kesuksesan yang
sama dengan sapi tua &1 tahun' pada proses fl$shin% . Problem yang biasa dihasilkan dari
proses flushing adalah abnormalitas saluran reproduksi atau abnormalitas sekunder yang
disebabkan oleh penyakit atau luka.
Problem utama yang dihadapi pada seleksi donor adalah respon indiidual yang tidak dapat
diprediksi. 8espon sapi dapat berariasi mulai dari -" atau lebih sel telur sebagai respon
superoulasi, tetapi rata-rata sekitar #-4 sel telur yang tergantung pada breed, usia dan
12
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
18/49
kematangan. ;ika hewan donor tidak berada dalam kondisi yang baik maka tidak akan
menghasilkan banyak sel telur yang difertilisasi.
Salah satu keuntungan dari program transfer embrio adalah memungkinkan penggunaan
hewan prepubertal dan beberapa jenis infertilitas digunakan sebagai donor. ewan
prepubertal kadang-kadang dapat berhasil digunakan sebagai hewan donor,
meskipun se(ara umum derajat kesuksesannya adalah rendah. %mbrio dapat
diperoleh dari sapi dara ketika siklus mulai yakni sekitar usia 1! bulan. Pada
kambing, embrio dapat diperoleh mulai usia " bulan dengan kualitas embrio yang
lebih rendah dibanding kambing dewasa. Sapi yang mengalami beberapa jenis
infertilitas telah terbukti dapat digunakan sebagai donor. 9ingkat kesuksesan sapi
infertil sekitar "N dibanding sapi fertil, meskipun kadang-kadang diperoleh hasil
yang spektakuler. Sebagai (ontoh seekor sapi 6 pada 0olorado State Aniersity,
yang mengalami endometritis dan oari sistik mampu menghasilkan !" anak sapi
pada periode ! tahun. 3eskipun demikian, tidak dianjurkan memperbanyak hewan
donor dengan kondisi infertil. ewan infertil yang dapat digunakan sebagai kandidat
donor yang baik meski infertil adalah hewan dengan kriteria mempunyai siklus
normal tetapi tidak dapat memelihara kebuntingan karena penyakit, luka atau
ketuaan.
Seleksi untuk resipien didasarkan pada pertimbangan kualitas dan aspek ekonomi. 8esipien
yang ideal adalah muda, bebas penyakit, fertil dan mempunyai kemampuan menjadi induk.
Disebabkan sapi yang akan dilahirkan besar maka sapi resipien harus mempunyai
pertumbuhan yang baik dan mempunyai sejarah mudah melahirkan. +reed resipien tidak
menjadi pertimbangan utama meskipun sapi (rossbreed se(ara umum akan lebih fertil. Sapi
berumur di atas 1 tahun tidak baik digunakan sebagai resipien karena mengalami penurunan
kemampuan memelihara kebuntingan.
SUPEROULASI
Pada waktu lahir, seekor sapi mempunyai oarium yang berisi 1 kali oosit yang lebih
banyak dibanding yang dioulasikan. Pada perjalanan kehidupan reproduksinya, folikel
dengan oosit di dalamnya akan mengalami degenerasi. Superoulasi memberikan keuntungan
1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
19/49
untuk optimasi folikel-folikel tersebut yang tanpa perlakuan superoulasi mungkin tidak akan
pernah oulasi. ;adi, proses superoulasi menyelamatkan folikel dari degenerasi.
Superoulasi adalah langkah berikutnya pada proses transfer embrio. Superoulasi adalah
pelepasan multiple eggs pada satu siklus tunggal. Sapi dewasa atau sapi dara yang mendapat
perlakuan superoulasi dapat melepaskan sebanyak 1 atau lebih sel telur pada periode satu
siklus. )ira-kira $N donor fertil normal akan respon terhadap perlakuan superoulasi
dengan rata-rata $ embrio dapat ditransfer. +eberapa sapi dapat mendapat perlakuan berulang
dengan interal 4 hari dengan terjadi sedikit penurunan jumlah embrio. Prinsip dasar
superoulasi adalah untuk menstimulasi perkembangan folikel se(ara ekstensif melalui
penggunaan hormon yang diberikan se(ara intramuskuler atau subkutan. Sediaan hormon
harus mempunyai aktiitas folli(le stimulating hormone &6S'. Se(ara komersial sediaan
6S diinjeksikan ! kali sehari selama # hari, -1# hari setelah estrus dengan 0/ fungsional
pada oarium. *njeksi prostaglandin diberikan pada hari ke-" skedul, yang menyebabkan 0/
regresi dan estrus akan terjadi #-4 jam kemudian.
Preparat Superovulasi
Sampai saat ini terdapat ! tipe hormon yang paling sering digunakan untuk tujuansuperoulasi yakni pregnant mare serum gonadotrophin &P3S' dan folli(le stimulating
hormone &6S'. )edua hormon ini masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
9eknik Superoulasi dengan P3S
Se(ara umum, terdapat ! metode superoulasi pada sapi yang didasarkan pada perbedaan
gonadotrophin, meskipun terdapat beberapa ariasi ke(il pada perlakuan metode tersebut,
yakni P3S dan 6S. Prostaglandin diperlukan untuk induksi luteolisis pada perlakuan
superoulasi.
Salah satu sediaan P3S di pasaran adalah 6olligon93 &*nteret *nt., +.H., +o@meer,
olland'. Dosis P3S yang dianjurkan adalah 1.$-$. *A *A yang diinjeksikan se(ara
intramuskuler. Antuk membantu proses oulasi dan men(egah terjadinya folikel anoulasi
kadang-kadang perlu diberi h0 dengan dosis ".-$. *A pada saat inseminasi.
P3S merupakan suatu glikoprotein kompleks yang mempunyai aktiitas seperti 6S dan
/. Pada sapi, P3S mempunyai daya kerja yang sangat panjang, waktu paruhnya !-$ hari,
1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
20/49
sedangkan residunya tetap dalam sirkulasi darah hewan sampai 1 hari. P3S bekerja
dengan kemampuannya men(egah atau menghambat proses atresi folikel.
Pemakaian hormon P3S untuk tujuan superoulasi lebih banyak digunakan karena
harganya relatif lebih murah serta lebih mudah didapat, meskipun respon yang dihasilkannya
tergolong rendah dibanding 6S. 8endahnya respon superoulasi dengan P3S mungkin
berhubungan dengan panjangnya masa sirkulasinya yang menghasilkan perkembangan folikel
yang berlebihan, nimphomania &berahi yang terus-menerus', dan kegagalan oulasi. 6olikel
yang gagal mengalami oulasi ini akan meningkatkan sekresi estrogen. Sekresi estrogen yang
tinggi mempunyai efek yang merugikan terhadap perkembangan embrio. Pada sapi,
pemberian antibodi monoklonal terhadap P3S &anti-P3S' akan menurunkan kadar estrogen karena adanya netralisasi terhadap P3S. Penurunan kadar estrogen ini akan diikuti
dengan peningkatan laju oulasi dan kualitas embrio.
Suntikan tunggal hormon P3S dengan dosis 1.$ - $. *A se(ara intramuskuler
merupakan (ara klasik untuk induksi superoulasi pada sapi. ormon ini dapat diberikan
tunggal atau dikombinasi dengan pemberian h0. >aktu penyuntikan P3S maupun 6S
adalah hari ke aktu Perlakuan 1
P3S B h0
Perlakuan !
P3S B anti P3S
1 Pagi ". *A P3S ". *A P3SSore
11 Pagi
Sore
1! Pagi P P
Sore
1" Pagi
Sore
1# Pagi *+ B ". *A h0 *+ B =eutra P3S
Sore *+ *+
1$ Pagi *+ *+Sore
!
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
21/49
14 Pagi
Sore
9eknik Superoulasi dengan 6S & &ollicle Stim$latin% Hormone'
3etode superoulasi kedua adalah dengan injeksi se(ara subkutan atau intramuskulus 6S
dengan interal hari. Pemberian se(ara intramuskulus lebih tepat digunakan pada kondisi
lapangan. Seperti halnya dengan perlakauan P3S, P6 ! alpha diberikan #-2! jam setelah
inisiasi perlakuan yakni pada perlakuan 6S ke-$, ke-4 atau ke-2. Perlakuan umum dengan
6S adalah dengan interal hari. Pemberian 6S multipel & kali' akan membutuhkan
biaya ekstra dan juga juga menimbulkan stres yang berlebihan pada hewan donor yang akan
menganggu respon superoulasinya. Sekarang telah ditemukan (ara pemberian 6S dosis
tunggal dengan pelarut 1 m/ PHP &polyinylpyrolidone' dengan penyuntikan intramuskuler
atau subkutan.
+ila dibandingkan dengan penggunaan P3S, respon oarium terhadap hormon 6S
biasanya lebih baik karena lebih banyak menghasilkan oulasi, jumlah folikel anoulasi lebih
sedikit, lebih banyak embrio yang dapat diperoleh, dan kualitas embrio lebih baik.
)elemahan dari 6S adalah dapat sukar diperoleh di pasar domestik, harganya relatif mahal,
dan pemberiannya harus berulang-ulang sehingga mengakibatkan stres dan menurunkan
kualitas embrio. Se(ara umum, penggunaan 6S lebih disukai dibanding P3S karena
menghasilkan oulasi lebih banyak oulasi, jumlah folikel anoulasi lebih sedikit, lebih
banyak embrio yang diperoleh, dan kualitas embrio yang dihasilkan lebih baik. 0ara klasik
perlakuan 6S, karena waktu paruhnya pendek adalah dengan dosis multipel, diberikan
selama # hari berturut-turut, pagi dan sore, dengan dosis menurun se(ara intramuskuler.
Antuk sapi perah dengan berat badan #-$ kg digunakan dosis 4-4, $-$, #-#, dan "-" mg.
Sedang untuk sapi potong digunakan dosis $-$, #-#, "-", dan !-! mg. Antuk sapi dengan berat badan kg digunakan dosis yang lebih tinggi pada ! hari pertama, sedang ! hari
berikutnya diberikan dosis $ mg.
Antuk superoulasi sapi-sapi dengan siste oarium atau sapi prepubertas, implan syn(hromate
+ &norgestomet, 0*D8, atau P8*D' diberikan pada hari ke-1-1! siklus estrus dan diangkat
pada hari ke-1-!. ormon 6S atau P3S dimulai hari ke-! dan pertengahan hari ke-"
sebelum implant diangkat. Sistem ini se(ara umum tidak digunakan pada donor normal
karena waktu dan biaya. 6aktor-faktor lain yang dipertimbangkan untuk men(apai hasil
!1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
22/49
optimal superoulasi adalah pengulangan perlakuan. Pengulangan perlakuan dengan interal
1$-! hari menghasilkan keberhasilan yang rendah. Direkomendasikan interal pengulangan
adalah #$-4 hari. Protokol perlakuan superoulasi dengan 6S dapat dilihat pada 9abel $.!a
dan $!b.
9abel $.!a. Perlakuan superoulasi pada sapi donor dengan 6S dengan pelarut akuabidesari
siklus
>aktu Perlakuan 1
Dosis multipel 6S
Perlakuan !
Dosis multipel 6S
1 Pagi $ mg $ mg
Sore $ mg $ mg
11 Pagi # mg " mg
Sore # mg " mg
1! Pagi " mg B P ! mg B P
Sore " mg ! mg
1" Pagi ! mg
Sore ! mg1# Pagi *+ *+
Sore *+ *+
1$ Pagi *+ *+
Sore
14 Pagi
Sore
9abel $.!b Perlakuan superoulasi pada sapi donor dengan 6S dengan pelarut PHP
ari
siklus
>aktu Perlakuan 1
Dosis multipel 6S
Perlakuan !
Dosis tunggal 6S1 Pagi 1 mg " mg
Sore
11 Pagi 1 mg
Sore
1! Pagi 1 mg B P P
Sore
1" Pagi
Sore
1# Pagi *+ *+
Sore *+ *+1$ Pagi *+ *+
!!
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
23/49
Sore
14 Pagi
Sore
SINKRONISASI ESTRUS DONOR DAN RESIPIENSinkronisasi estrus saat menjelang proses superoulasi diperlukan untuk menyamakan waktu
oulasi masing-masing folikel hasil perlakuan superoulasi, di samping juga untuk
menyamakan stadium estrus antara hewan donor dan resipien pada kasus penggunaan embrio
segar untuk transfer embrio. Protokol $.1, $.!a dan $.!b di atas khusus ditujukan pada
superoulasi hewan donor dengan kondisi embrio akan dibekukan. Pada kondisi embrio segar
&tanpa pembekuan' maka hewan donor dan resipien harus mempunyai stadium siklus yang
sama agar keberhasilan proses transfer embrio ter(apai. Preparat yang digunakan untuk
sinkronisasi adalah prostaglandin 6! alpha atau senyawa analognya. Dosisnya adalah dosis
luteolitik bila disuntikkan se(ara intramuskuler atau Q dari dosis luteolitik bila disuntikkan
se(ara intrauterin atau intraulasubmukosal. +iasanya berahi pada donor setelah pemberian
prostaglandin akan terjadi dalam waktu B # jam kemudian.
Protokol superoulasi &donor' dan sinkronisasi seperti dapat dilihat di bawah ini:
ari 1 :
*njeksi donor dengan P6! alpha
ari # :
• Sebagian donor akan estrus. Donor yang tidak estrus disebabkan
kemungkinan donor berada pada fase folikuler atau awal luteal siklus
estrus
• *njeksi seluruh resipien dengan P6! alpha
ari 2 :
Sebagian resipien estrus, sedang sebagian lagi tidak. lasan sama seperti
hewan donor.
ari 1#-12 :
*njeksi donor dengan 6S ! kali sehari atau dengan P3S tunggal pada hari
ke-1#.ari 14 :
*njeksi seluruh resipien dengan P6! alpha kedua
ari 12 :
*njeksi donor dengan P6 ! alpha kedua yang juga merupakan hari terakhir
pemberian 6S
ari 1< :
Donor dan resipien estrus.
Pada pemberian P6! alpha kedua, terlihat bahwa terdapat perbedaan sekitar 1 hari waktu
pemberian antara donor dan resipien &resipien lebih awal 1 hari'. al ini dilakukan karena
!"
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
24/49
pada hewan donor yang mendapat perlakuan dengan hormon gonadotrophin, estrus akan
terjadi lebih (epat yakni sekitar # jam setelah perlakuan sedang pada hewan resipien yang
tidak mendapat perlakuan dengan gonadotrophin estrus akan terjadi sekitar 2! jam kemudian.
ambar $.1 6otograf oarium yang disuperoulasi selama prosedur koleksi embrio se(ara
s$r%ical
INSEMINASI
Setelah perlakuan superoulasi, donor harus dobserasi se(ara ketat terhadap gejala-gejala
estrus. Sapi-sapi yang disuperoulasi kadang-kadang tidak memperlihatkan tingkah laku
estrus sejelas sapi yang tidak mendapat perlakuan, sehingga deteksi estrus membutuhkan
bantuan seperti indikator )a3ar, tailpaint, dll. Sekitar 1N donor tidak pernah
memperlihatkan gejala estrus. ewan-hewan tersebut tidak dikawinkan.
>aktu ketika donor pertama kali standing estrus merupakan titik penting untuk perlakuan
inseminasi. )arena oum dioulasikan pada akhir periode dan karena transportasi sperma dan
oum dirubah oleh perlakuan superoulasi, maka dianjurkan mengawinkan sapi lebih sering
dan menggunakan lebih banyak semen normal. Semen segar lebih superior dibanding semen
beku karena semen yang tidak dibekukan kemungkinan tetap mempunyai iabilitas yang lebih
lama dalam saluran reproduksi betina.
*nseminator harus melakukan inseminasi dengan tenang dan menggunakan teknik yang paling
bersih karena stres perlakuan superoulasi membuat saluran reproduksi sapi lebih sensitif.
3anipulasi yang berlebihan pada saluran reproduksi akan menyebabkan gangguan
pengangkutan oum oleh fimbriae. *nfeksi yang terjadi pada saat inseminasi akan mengurangi
!#
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
25/49
angka fertilisasi dan angka perolehan embrio. Sebagai tambahan, waktu inseminasi pertama
kali, beberapa folikel mungkin belum oulasi oleh karena itu, manipulasi harus dilakukan
sedikit mungkin untuk men(egah folikel ruptur.
REO!ER" !KOLEKSI" EMBRIO
wal tahun 1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
26/49
dapat dibuat. Sebagai (ontoh, flushing donor dengan respon superoulasi yang jelek maka
dipertimbangkan untuk membatalkan pelaksanaan koleksi. Altrasonography memberikan
informasi yang akurat dibanding palpasi, tetapi peralatannya mahal sehingga hanya dilakukan
pada leel penelitian atau proram transfer embrio dalam skala besar.
Prosedur re(oery non surgi(al melibatkan manipulasi per rektum. )arena anestesi epidural,
rektum dapat menggembung dan dengan mudah dimasuki udara pada saat tangan masuk-
keluar. ;ika ini terjadi, maka akan sangat sulit bekerja se(ara efektif. Adara dapat dikeluarkan
dari rektum dengan tabung ke(il yang dilekatkan dengan Rwet a( a(uum (leaner seperti
yang terlihat pada ambar $.!.
ambar $.! Pompa akum untuk eakuasi udara dari rektum
%pidural nesthesia
Setelah donor ditempatkan dalam nostal, anestesi kauda epidural dilakukan dengan injeksi $-
1 m/ analgesik &!N pro(aine atau ligno(aine hydro(hloride' ke dalam ruang di antara
(o((ygeal ertebrae satu dan dua &ambar $."'. Penyuntikan dilakukan dalam dosis yang
tidak terlalu besar. )etika anestesi sudah efektif, rektum segera dikosongkan. Hula di(u(i,
pertama dengan antiseptik kulit dan kemudian dengan surgi(al spirit, dan terakhir dikeringkan
&ambar $.#'. )esalahan anestesi sering terjadi karena kelebihan anestesi atau anestesi
dilakukan terlalu jauh ke depan yang mengakibatkan sapi kehilangan kontrol dan jatuh di
dalam nostal. nestesi epidural yang baik dapat dimonitor melalui flasiditas ekor.
!4
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
27/49
ambar $." Posisi anestesi epidural
ambar $.# &' 3enggosok area ula dengan sabun iodium
&+' sisten membuka se(ara perlahan labia ula untuk menghindari
kontaminasi (eri(al e@pander atau kateter koleksi
Dilatasi Seriks pada Sapi Dara
Satu problem yang ditemukan pada recovery non s$r%ical adalah saat melewatkan kateter
melalui seriks selama fase luteal siklus estrus, khususnya pada sapi dara. Dilatasi mekanis
sederhana dengan menggunakan metal cervical e'ander &ambar $.$' mungkin akan
memberikan resiko trauma. Dengan alasan ini, terdapat beberapa perlakuan untuk dilatasi
seriks atau aplikasi beberapa agen. Dalam beberapa laporan, dilatasi seriks dilakukan
dengan menggunakan (arba(hol. 3etode ini dilaporkan lebih efektif, mudah diberikan dan
relatif tidak mahal.
!2
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
28/49
ambar $.$ Ajung cervical e'ander
9eknik &l$shin% %mbrio
+eberapa pertimbangan dalam fl$shin% donor meliputi:
• 0airan fl$shin% harus men(apai ujung kornua uterus. Pada lokasi ini embrio banyak
ditemukan 1 minggu setelah estrus.
• Seluruh (airan fl$shin% yang dimasukkan ke dalam kornua harus dapat dikoleksi
kembali.
• &l$shin% harus dilakukan dalam kondisi stres dan trauma minimum.
&l$shin% dikatakan efektif jika
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
29/49
ambar $.4 (wo-way &oley catheters dengan atau tanpa balon
Dilator dan kateter ditutup dengan pembungkus bersih sebelum diintroduksi ke dalam agina.
Pelindung protektif ini dikoyak sesaat sebelum instrumen masuk ke dalam os seriks. +ibir
ula dikuakkan lagi dan penutup kateter 6oley dengan stilet, diinsersi ke dalam agina dan
masuk ke dalam lumen seriks. lat ini kemudian dimanipulasi ke dalam kornua tertentu
sampai balon dipompa pada dasar kornua &ambar $.2'. +alon perlahan-lahan diisi dengan
1$T!$ udara pada sapi5kerbau dewasa dan 1T1$ ml udara pada sapi dara.
!
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
30/49
"
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
31/49
ambar $.2 Posisi 6oley (atheter pada flushing kornua uteri
Setelah kateter dalam posisinya, stilet dikeluarkan dan kateter dihubungkan melalui U-
)$nction oleh tabung steril pada suatu botol berukuran 1 ml yang berisi (airan fl$shin% .
/engan lain dari U- )$nction dihubungkan pada tabung kosong. liran medium dalam kedua
tabung dikontrol oleh *$ick-release clams. )etika tabung o$tlet ditutup, maka (airan
fl$shin% akan masuk ke uterus melalui aliran graitasi dari botol yang berada 1 meter di atasuterus. )etika aliran masuk berhenti, jepitan o$tlet dibuka maka (airan akan masuk se(ara
langsung melalui filter embrio &berukuran pori-pori 2$-V'.
Pada hewan yang lebih tua dengan saluran reproduksi panjang tergantung, manipulasi seriks
dan uterus difasilitasi melalui penarikan seriks ke dalam agina dengan (eri(al forces.
Pada hewan yang mengalami superoulasi, prosedur fl$shin% diulang pada kornua lainnya
menggunakan kateter steril lain.
Pengisian (airan flushing ke dalam uterus berjumlah kira-kira sampai uterus men(apai besar
seperti pada hari ke-# kebuntingan. Satu liter (airan digunakan per donor. +eberapa operator
mengunakan olume yang lebih ke(il dan melakukan flushing pada satu kornua. 3asing-
masing uterus diisi dan dikosongkan $-1 kali dengan "-! ml (airan flushing.
*solasi %mbrio
0airan uterus biasanya dikoleksi dalam tabung silinder bertingkat atau melalui filter 2$-V
&ambar $.'. )etika silinder digunakan, (airan fl$shin% disedimentasikan selama !$ menit.
"1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
32/49
)ebanyakan embrio normal diperoleh pada bagian bawah silinder. 3asing-masing silinder
di(u(i setidaknya ! kali dengan ! ml medium untuk memperoleh embrio yag tertahan.
Dengan metode filtrasi embrio, (airan melewati unit filter dan memungkinkan untuk keluar
melalui tabung pendek. Antuk menghindari dehidrasi, setidaknya 1 (m (airan medium harus
tinggal di dalam filter untuk melindungi filter dimana embrio tinggal. Antuk melindungi
embrio dari filter, satu putaran filter diisi dan tuangkan isinya ke dalam dish, dan kemudian
se(ara (epat filter di(u(i.
3etode filter dipertimbangkan lebih (epat daripada metode silinder, meskipun dalam $N
kasus pada donor, filter tersumbat oleh mu(us sehingga filter kedua harus digunakan, dan
keduanya harus di(u(i untuk recovery embrio. 3etode filter dari segi ekonomi lebih mahal
dibanding metode silinder.
"!
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
33/49
ambar $. 3etode filtrasi untuk
isolasi embrio dari (airan fl$shin% .
Anit filter embrio &', jaring lubang
dimana embrio tertahan &+', dan
penyu(ian filter untuk recovery embrio
&0'
0airan fl$shin% harus diuji se(ara sistematis dengan pembesaran 1T1#I untuk menempatkan
embrio. %mbrio harus ditransfer pada medium segar sesegera mungkin setelah ditemukan, dan
di(u(i sedikitnya pada tiga medium yang berbeda.
Koleksi Embrio se%ara Surgi%al
9eknik koleksi awal melibatkan pemotongan betina dan penyayatan oidu(t, atau se(ara
surgi(al mengangkat oidu(t dari betina hidup sekitar 2! jam setelah oulasi sehingga embrio
daat dikoleksi melalui flushing. 3etode ini dilakukan melalui laparotomi &insisi daerah flank
atau midline abdominal' untuk membuka saluran reproduksi. Suatu penjepit atau ibu jari dan
jari telunjuk dapat digunakan untuk memblokade 15" distal kornua uterus, sehingga (airan
injeksi ke dalam segmen dapat dipaksa melalui oidu(t dan dikoleksi pada infundibulum.
Prosedur lain adalah menutup kornua uterus pada badan uterus. 3edium kultur diintroduksi
melalui penyayatan pada uterotubal jun(tion atau melalui oidu(t sampai uterus
membengkak. Aterus kemudian disayat dengan suatu needle tumpul yang dilekatkan pada
kateter fleksibel. 9ekanan akan menyebabkan medium menyembur melalui kateter, dengan
turbulensi yang (ukup untuk membawa embrio ke dalam tabung koleksi. Prosedur tersebut
memungkinkan koleksi dengan persentase embrio yang tinggi. )eterbatasan metode ini
adalah timbulnya trauma pembedahan dan menghasilkan adhesi sehingga sapi donor hanya
dapat digunakan beberapa kali saja. Seekor donor biasanya hanya bisa digunakan maksimal "kali.
""
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
34/49
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
35/49
ambar $.1 Perbedaan lokasi stadium perkembangan embrio sapi pada saluran reproduksi
Selama stadium morula, embrio berubah bentuk dari spheri(al menjadi poligonal. 6enomena
ini dikenal dengan istilah (ompa(tion. Selama (ompa(tion, terbentuk hubungan antar sel
sehingga sel-sel dapat berkomunikasi dengan sel lainnya. 3orula kompak dikenal dengan
istilah ti%ht morula. 3orula kompak lebih ke(il daripada embrio pre-(ompa(ted. Comaction
adalah penanda yang baik bahwa embrio se(ara normal sedang berkembangL ketiadaan
(ompa(tion pada hari ke-4 setelah estrus mengindikasikan hambatan perkembangan.
)etika morula berkembang menjadi blastosis, dia membentuk (aum &rongga' yang disebut
blasto(oele. Oleh karena itu, pembentukan blastosis juga megindikasikan perkembangan
embrio yang normal. Sebaliknya, ketiadaan pembentukan blasto(oele pada hari ke-2- setelah
estrus pada sapi menandakan perkembangan embrio yang terhambat.
"$
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
36/49
ambar $.11 Diagram embrio sapi normal
Cona pellu(ida &CP' adalah kapsul seperti gelatin yang mengelilingi oosit dan embrio awal.Cona pellu(ida berfungsi sebagai reseptor untuk sperma dan akan menjadi inaktif setelah
fertilisasi, menjaga sel-sel embrio re-comaction, melindungsi sel-sel muda dari sistem imun
dan pathogen lainnya. ;ika CP diangkat dari embrio re-comaction sel-sel menjadi terpisah
setelah transfer embrio dan kemudian mengalami degenerasi. )etika blasto(oele menjadi
besar, embrio memanjang &se(ara normal, -< hari setelah estrus' dikenal sebagai stadium
blastosis e@panded. Setelah satu hari atau lebih, perpanjangan menjadi begitu besar sehingga
embrio hatches o$t dari CP. Proses ini mungkin dibantu oleh enMim. Hatched blastocysts
menjadi berbentuk elips 11-1" hari setelah estrus, dan kemudian memanjang se(ara men(olok
pada ke-1#T14 pas(a estrus. Pada hari ke- 12T1< embrio (ukup panjang untuk men(apai
ujung kedua kornua uterus.
"4
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
37/49
ambar 1!. &' Oosit dengan sel-sel folikel &+' Oosit setelah sel-sel folikel diangkat &0'
%mbrio 1-sel yang diperoleh $ hari setelah estrus. &D' Oum yang tidak
difertilisasi yang diperoleh " hari setelah estrus.
%mbrio yang dikoleksi 4 hari pas(a estrus harus berada pada post-(ompa(tion atau disebut
tight morulae. %mbrio ini mempunyai $T sel. 3eskipun tidak mungkin menghitung
jumlah sel-sel se(ara akurat pada embrio post-(ompa(tion tanpa merusak embrio, sangat
berguna untuk mengestimasi jumlah sel-sel. %mbrio harus berbentuk spheris atau oal,
warnanya tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang, dan mempunya sel-sel dengan ukuran
yang seragam. Penyimpangan dari bentuk normal meliputi sel-sel dengan ukuran irregular,
akuola di dalam sel besar, area degenerasi di dalam embrio, beberapa sel tidak kompak, dan
Mona pellu(ida rusak. Setidaknya !T"N embrio yang baik mempunyai beberapa morfologi
yang dapat dideteksi abnormal seperti keluarnya blastomer. )ebanyakan abnormalitas
tersebut adalah penanda penurunan kualitas. ;ika sebagian embrio terlihat mengalami
degenerasi, tetapi sebagian besar normal, embrio ini mempunyai kesempatan yang baik
"2
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
38/49
berkembang menjadi fetus normal. %mbrio dengan morfologi abnormal tidak akan
menghasilkan anak yang normal.
ambar $.1" &' oosit yang tidak difertilisasi $ hari setelah estrus. &+' Oum yang sama
seperti &' &0' Sobek, Mona pellu(ida tidak ada, diperoleh $ hari pas(a estrus
&D' Oosit anfertilisasi yang diperoleh 4 hari pas(a estrus
"
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
39/49
ambar $.1# &' Degenerasi, oum yang tidak difertilisasi yang diperoleh $ hari pas(a estrus
&+' Oum yang tidak difertilisasi dengan ! fragmen sitoplasma &0' Oum
fragmentasi, mirip oum yang tidak difertilisasi yang diperoleh $ hari pas(aestrus &D' Oum desintegrasi
ambar $.1$ &' %mbrio ! sel normal yang diperoleh sekitar hari ke-# pas(a estrus &+'
%mbrio ! sel yang mengalami degenerasi yang diperoleh $ hari pas(a estrus &0'
"
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
40/49
%mbrio # sel normal yang diperoleh ! hari pas(a estrus &D' embrio ! sel yang
diperoleh$ hari pas(a estrus. Sitoplasma tidak jelas.
Pada hari ke-2 embrio harus berada pada fase awal blastosis. )ehadiran (aum blasto(oeli(
adalah penanda yang baik pada fase ini. Pada hari ke- embrio harus mempunyai suatu
blasto(oele yang besar dan meluas, seperti diameter harus meningkat sehingga CP menipis.
Satu hal yang dapat dibuat pembeda adalah terdapatnya inner (ell mass.
ambar $.14 &' %mbrio sel yang diperoleh " hari pas(a estrus &+' %mbrio yang sama
seperti &' &0' %mbrio 1!-1# sel yang diperoleh # hari pas(a estrus &D'
angguan pertumbuhan pada embrio 1!-1# sel yang diperoleh 4 hari pas(a
estrus.
#
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
41/49
ambar $.12 &' 3orula tidak kompak yang diperoleh " hari setelah estrus &+' 3orula tidak
kompak yang diperoleh " hari setelah estrusL sitoplasma gelap &0' angguan
pertumbuhan dan degenerasi embrio yang diperoleh 4 hari pas(a estrus &D'
angguan pertumbuhan embrio yang diperoleh 2 hari pas(a estrus
#1
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
42/49
ambar $.1 &' 3orula kompak yang diperoleh 2 hari pas(a estrus &+' 3orula kompak
yang diperoleh 2 hari pas(a estrus dengan beberapa sel menonjol &0' 3orula
kompak yang diperoleh 2 hari pas(a estrus dengan beberapa pembesaran, sel-sel menonjol, kualitas morfologi sedang &D' 3orula kualitas buruk dengan
beberapa sel-sel degenerasi.
#!
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
43/49
ambar $.1< &' dan &+' =ormal, e@panded blasto(yst yang diperoleh 2 hari pas(a estrus &0'
=ormal, e@panded blasto(yst yang diperoleh 2-2 hari pas(a estrus &D'
at(hing blasto(yst yang ditemukan < hari pas(a estrus
ambar $.! &' 3orula kompak dengan kualitas baik dengan beberapa sel-sel degenerasi
yang diperoleh 4-4 hari pas(a estrus. &+' Oum yang tidak difertilisasi yang
#"
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
44/49
diperoleh 2 hari pas(a estrus &0' dan &D' Degenerasi, kemungkinan oum yang
tidak difertilisasi.
ambar $.!1&' 3orula kompak dengan kualitas baik dengan beberapa sel-sel degenerasi
&atas kanan' yang diperoleh 4 hari pas(a estrus. &+' Oum yang tidak
difertilisasi yang dapat dikelirukan dengan morula &0' +lastosis normal yang
diperoleh 2-2 pas(a estrus &D' Oum yang tidak difertilisasi dengan esikula
besar yang diperoleh $ hari pas(a estrus
##
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
45/49
9abel $." Stadium perkembangan embrio normal
Stadium perkembangan ari setelah onset estrus
1-(ell T!
!-(ell 1T"
#-(ell !T"
-(ell "T$W
14-(ell #T$W
%arly morula $T4
9ight morula $T2
%arly blasto(yst 2T
+lasto(yst 2T<
%@panded blasto(yst T1
at(hing blasto(yst
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
46/49
6air #! "1 b
Poor #! 1!(
a, b, ( ngka kebuntingan dengan signifikansi PX,$.
• +'cellent &Sempurna': embrio sempurna sesuai dengan umurnya
• Good &+aik': sedikit kurang sempurna seperti Mona pellu(ida oal, beberapa sel
menonjol atau bentuk sedikit asimetri.
• &air &Sedang': bnormalitas tidak berat seperti jumlah sel-sel yang menonjol
sedang, ukuran ke(il, sejumlah ke(il degenerasi aau hambatan perkembangan
men(apai 1 hari.
• Poor &+uruk': Degenerasi, ariasi ukuran sel besar, tidak kompak, sangat ke(il
dan5atau terhambat ! hari perkembangan.
• Degenerasi: degenerasi berat dan tidak dapat ditransfer.
• 9idak mengalami fertlisasi atau !-" sel.
TRANSFER EMBRIO
Pada sapi, embrio se(ara rutin ditransferkan ke dalam kornua uterus. al ini dikarenakan
seluruh embrio dikoleksi se(ara non s$r%ical dari uterus, dan oleh karena itu dikembalikan
pada tempat tersebut. Pertimbangan selanjutnya adalah lebih mudah mentransfer embrio ke
dalam uterus dibanding oidu(t.
3etode untuk transfer dapat dilakukan baik dengan metode s$r%ical maupun non- s$r%ical .
9ransfer dengan metode non s$r%ical lebih disukai meskipun transfer dengan metode s$r%ical
dapat dilakukan dengan lebih (epat.
Trans&er Surgi%al
3eskipun ribuan embrio telah ditransfer ia insisi mid-line abdominal pada sapi di bawah
kontrol anestesi umum, pada banyak kondisi, insisi flank adalah lebih praktis. 8esipien
ditempatkan dalam kandang jepit. /okasi 0/ ditentukan melalui palpasi rektal dan flank
ipsilateral terhadap 0/ dijepit, di(u(i dengan sabun dan air, dan disterilisasi dengan iodium
atau alkohol. Sekitar 4 ml prokain !N diberikan sepanjang garis insisi. Dalam prakteknya,
metode ini lebih baik dibanding menggunakan blokade paraertebral. Penyayatan dilakukan
dengan panjang sekitar 1$ (m, di atas, dekat anterior pinggul. /apisan muskulus dipisahkan,
#4
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
47/49
dan peritonium dipotong. 3asukkan tangan dan lengan bawah ke dalam sayatan, tentukan
oarium, biasanya sekitar !$ (m dari posterior insisi, dan isualisasi atau papasi 0/. )ornua
uterus dieksteriorisasi dengan menggenggam dengan ibu jari dan telunjuk pada ligamen
uterus, yang terletak di medial kornua uterus. )ornua uterus sangat kaku. 9usukan dibuat
dengan jarum tumpul melalui dinding sepertiga kranial. Seorang asisten, menggunakan
medium ,1 ml dalam pipet ka(a ke(il &diameter sisi luar X1.$ mm', menarik ke atas embrio
dari kontainer penyimpanan. Pipet kemudian diinsersikan ke dalam lumen uterus, dan embrio
dikeluarkan. *nsisi kemudian ditutp, menggunakan dua lapisan jahitan. Se(ara praktis, metode
ini dapat dilakukan sekitar 1$ menit.
Trans&er #on$Surgi%al
Problem besar dengan transfer non-surgi(al adalah kesukaran dalam men(apai keahlian dalam
teknik ini. Pertama, adalah penting untuk mampu melakukan palpasi oarium se(ara akurat
untuk seleksi sisi oulasi. ngka kebuntingan nyata lebih rendah jika embrio ditransferkan
pada kornua kontralateral terhadap 0/. ;uga, resipien harus direjeksi jika tidak ada 0/ atau
patologi alat reprduksi. Seringkali palpator melakukan kesalahan pada palpasi 0/.
/angkah berikutnya adalah melewatkan alat transfer embrio melalui seriks. al ini akan sulit
selama fase luteal, waktu dimana embrio ditransferkan, dibanding saat estrus, waktu ketika
inseminasi buatan dilakukan dan seriks dalam keadaan lebih terbuka. Pada sapi dara akan
lebih sulit karena memiliki seriks yang ke(ilL beberapa breed sapi juga lebih sulit dibanding
breed lain, seperti +os indi(us membutuhkan keahlian yang lebih besar. Pelatihan terbaik
sebelum melakukan transfer embrio non-surgi(al adalah pengalaman dalam inseminasi
buatan. *dealnya, teknisi untuk transfer embrio non surgi(al harus telah menginseminsi seratus
ekor sapi yang tedapat sejumlah besar sapi dara.
/angkah ketiga pada transfer embrio non-surgi(al adalah kemampuan menginsersi ujung
instrumen ke dalam kornua uterus se(ara (epat, lembut dan tidak menimbulkan trauma.
+eberapa orang tidak pernah mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menguasai teknik
ini, sedang yang lain membutuhkan seratus kali transfer untuk menjadi terampil. al ini tidak
mengejutkan ketika angka kebuntingan hasil inseminasi biasanya lebih rendah pada $-1
ekor sapi pertama pada inseminator pemula dibanding inseminator yang telah terampil.
*nseminator yang telah terlatih baik membutuhkan 1T! transfer non-surgi(al untuk
men(apai angka kebuntingan yang ideal, yang lain biasanya membutuhkan lebih.
#2
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
48/49
-
8/17/2019 Sinkronisasi Dan TE
49/49
Prosedur Trans&er
Proses transfer embrio sesungguhnya sama dengan metode inseminasi buatan, ke(uali gun
transfer dilewatkan men(apai kornua uterus ipsilateral 0/. )un(i keberhasilan pelaksanaan
adalah melewatkan gun tanpa merusak endometrium. Oleh karena itu, (ara terbaik adalah
menginsersi instrumen sedikit dalam dan tidak menyebabkan kerusakan. )e(epatan
dibutuhkan ketika seriks dilewati tetapi pada saat yang sama teknisi harus tenang. )arena
sapi akan (enderung bergerak sekitar nostal, terdapat sedikit peluang kerusakan jaringan jika
prosedur dilakukan se(ara (epat.