siklon tropis kajian
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seperti telah diketahui bersama bahwa Indonesia terletak diantara dua
samudera, yaitu Samudera Pasifik dan Samudra Indonesia, dan juga dua benua
yaitu benua Asia dan benua Australia. Oleh karena itu, keadaan cuaca dan iklim
Indonesia sedikit banyak dipeng aruhi oleh keadaan atmosfer di Asia dan
Australia, juga keadaan atmosfer di laut sekitar Indonesia. Posisi geografis
Indonesia terletak pada lintang rendah (the low latitudes) [Nieuwolt,1977] yaitu
antara 60 Lintang Utara sampai 110 Lintang Selatan.
Indonesia tidak seperti negara -negara yang seringkali menjadi lintasan
badai seperti Amerika, Jepang, Australia, Filipina atau negara lainnya. Indonesia
hanya akan terkena pengaruh tidak langsung yaitu berupa angin kencang,
gelombang tinggi dan hujan pada darah-daerah yang dekat dengan tempat
tumbuhnya badai.
Setiap badai bergerak dengan lintasan mereka masing -masing. Meskipun
demikian, pada umumnya badai yang terbentuk di sebelah utara ekuator bergerak
ke arah barat atau barat laut dan badai yang terbentu k di sebelah selatan ekuator
bergerak ke arah barat atau barat daya. Hal ini berkaitan dengan banyaknya faktor
yang mempengaruhi, termasuk diantaranya yaitu arah rotasi bumi dan gaya corioli
yang ditimbulkannya.
Badai tropis bergerak berbanding lurus deng an besarnya gaya corioli
bumi. Disini berlaku fungsi matematik sinus φ dengan φ adalah besar lintang
[Acmad Zakir.Drs.2006] . Karena Indonesia berada di wilayah ekuator dengan
sudut lintang rendah, maka harga sinus yang di dapat mendekati nol. Hal tersebut
menyebabkan badai tropis apapun tidak mungkin melintasi wilayah Indonesia.
2
Bisa dilihat dari data klimatologi bahwa wilayah tumbuh badai tropis adalah di
atas 100 LS pada bulan Desember sampai April dan di atas 100 LU pada bulan
September sampai November.
Karena itu Indonesia tidak seperti negara -negara yang seringkali menjadi
lintasan badai seperti Amerika, Jepang, Australia, Filipina atau negara lainnya.
Indonesia hanya akan terkena pengaruh tidak langsung yaitu berupa angin
kencang, gelombang tinggi dan hujan pada daerah-daerah yang dekat dengan
tempat tumbuhnya badai.
Meskipun dikatakan bahwa pengaruh badai di wilayah Indonesia bisa
berupa angin kencang, gelombang tinggi dan hujan namun hal ini tidak mutlak
selalu terjadi. Selain pengaruh dari posisi dan intensitas badai, timbulnya hujan
lebat dan angin kencang tergantung pula pada faktor sirkulasi udara di wilayah
Indonesia. Terkadang ketika ada indikasi tumbuh badai, pada beberapa wilayah
kecenderungan cuacanya terlihat memburuk. Tapi ketika badai i tu sudah matang
atau sudah diberi nama (kecuali daerah yang mempunyai radius 500 km dari pusat
badai yang lebih sering mengalami hujan lebat), yang timbul di Indonesia justru
hanya angin kencang dan gelombang tinggi. Kemudian di saat badai tersebut
sudah menjauhi wilayah Indonesia atau ketika intensitasnya sudah melemah justru
cuaca di Indonesia bagian selatan cenderung banyak hujan lebat. Itu semua tidak
mutlak terjadi. Tergantung dari sirkulasi udara di atas Indonesia [Acmad
Zakir.Drs.2006]. Dari kenyataan itu dapatdiegaskan sekali lagi bahwa badai tidak
selamanya membentuk cuaca buruk di Indonesia, sehingga dalam menganalisa
dibutuhkan prakirawan cuaca yang berpengalaman dan qualified, memahami
seluk beluk sirkulasi udara, tidak hanya sekedar melihat sat elit awan kemudian
menyimpulkan adanya bibit badai yang akan mengancam Indonesia.
Dari uraian diatas dan dengan melihat posisi Jakarta maka Jakarta juga
merupakan wilayah yang bebas dari lintasan siklon tropis, namun demikian
pengaruh tidak langsung dari keberadaan siklon di sekitar perairan Indonesia
bagian selatan tentunya juga akan mempengaruhi keadaan cuaca di Jakarta.
3
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan pada sub bab sebelumnya, maka yang akan dibahas pada
tulisan ini adalah karakteristik cuaca selama bulan Maret 2007 di beberapa tempat
di Jakarta yang diwakili stasiun -stasiun meteorologi yang ada di beberapa tempat,
dimana pada bulan Maret 2007 terdapat 2 siklon tropis yaitu George dan Jacob.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penulisan ini adalah, penulis ingin mengetahui sejauh mana
pengaruh siklon tropis yang terjadi pada bulan Maret 2007 yakni siklon tropis
George dan Jacob, terutama terhadap kondisi cuaca di Jakarta. T ujuannya adalah
untuk mempelajari pola tekanan, angin dan hujan yang terjadi s elama keberadaan
siklon.
1.4 BATASAN MASALAH
Ruang lingkup yang akan dibahas pada tulisan ini adalah terbatas pada
analisa keberadaan siklon tropis George dan Jacob di selatan ekuator selama
periode bulan Maret yang dihubungkan dengan parameter cuaca seperti tekanan
udara, angin dan curah hujan yakni :
a. Kejadian Siklon Tropis selama bulan Maret tahun 2007 di selatan
pulau Jawa atau utara Australia, yaitu;
- Siklon tropis George : 5 – 12 Maret 2007
- Siklon tropis Jacob : 7 – 12 Maret 2007
b. Wilayah yang mewakili bahasan analisa antara lain :
Stasiun meteorologi Cengkareng
Stasiun meteorologi Kemayoran
Stasiun meteorologi maritim Tanjung P riok
Stasiun klimatologi Pondok Betung
4
1.5 METODELOGI PENELITIAN
Metodelogi yang digunakan adalah dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mengumpulkan data baik data sinoptik dan data di tempat terjadinya
siklon dari berbagai sumber baik dari stasiun -stasiun tersebut dan dari
BMG pusat.
2. Data yang telah terkumpul dibuat rata -rata hariannya sehingga dalam
penganalisaan digunakan data rata -rata harian.
3. Data yang dianalisa adalah tekanan udara, suhu dan curah hujan harian.
Kemudiaan dibuat dalam bentuk grafik, serta interpretasi medan angin.
4. Kemudian dianalisa keterkaitannya, dalam hal ini perubahan -perubahan
yang signifikan selama terjadinya siklon.
1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN
Untuk memudahkan dalam penulisan digunakan s istematika sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penilitian, batasan
masalah, metodelogi penilitian serta gambaran sistematika penulisan sendiri.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan menjelaskan tentang teoi -teori tentang siklon tropis
antara lain pengertian siklon tropis, syarat -syarat terjadinya, karakteristik siklon
tropis, klasifikasi siklon tropis, dan siklus hidup dari siklon tropis. Juga tentang
gambaran keadaan cuaca di daerah Jakarta serta topografi dan geografinya .
BAB III METODE DAN PENGOLAHAN
Pada bab ini berisikan metodologi yang dipakai dalam mengerjakan tulisan
ini dan data yang dipakai untuk mengerjakan .
5
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil-hasil analisa dan pembahasan yang didapatkan dari
permasalahan yang diangkat berdasarkan data dan unsur -unsur meteorologi yang
bersangkutan.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan yang ditarik dari pokok permasalahan
yang dibahas.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 SIKLON TROPIS
2.1.1 Pengertian Siklon Tropis
Secara etymologi, yang pertama kali memperkenalkan istilah ”cyclone”
adalah seorang kapten kapal yang bernama Capt.Hendry Piddington yang
menggunakannya untuk memberi nama pada angin badai yang terjadi di Mauritius
pada tahun 1845.
Diduga Capt.Hendry mengambil nama tersebut dari bahasa Yunani yaitu
“cyclos” yang artinya lingkaran ular, dan dalam bahasa Inggris disebut “coils of a
snake”. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa nama ”c yclone” diambil dari
mitos bangsa Yunani, yakni tentang raksasa bermata satu yang bernama
“Cyclops”.
Secara Meteorology, badai tropis atau yang biasa disebut dengan
”Typhon” atau ”Tropical Cyclone” adalah merupakan pusaran angin kencang
yang diameternya dapat mencapai 200 k m dengan kecepatan angin diatas 200
km/jam dengan jarak trayektori (jauh l intasan) dapat mencapai 1000 k m. Setiap
tahun badai dapat tumbuh dan berkembang di daerah samudra yang ada di
permukaan bumi. Sebuah sirkulasi belum dapat disebut sebagai badai jika tid ak
memenuhi beberapa kualifikasi salah satunya adalah memiliki kecepatan angin
lebih dari 34 knot (63 km/jam) [Achmad Zakir.Drs.2006].
Dalam Meteorologi siklon adalah s istem tekanan rendah dengan isobar
tertutup yang biasa disebut sebagai depresi [Byers, H. R. 1995] . Karena adanya
pemanasan dari matahari yang lebih pada daerah tropis maka di daerah tropis akan
lengang dari pada di daerah lintang tinggi.
7
Untuk mencapai keseimbangan, maka udara selalu bergerak dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah [Soerjadi 1995]. Karena di daerah
tropis banyak terdapat daerah yang bertekanan lebih rendah dari sekitarnya, maka
udara disekitarnya akan bergerak menuju ke daerah pusat tekanan rendah tersebut.
Karena adanya gaya gerak rotasi bumi menyebabkan udara ini ti dak bergerak
secara lurus melainkan mengalami pembelokan. Untuk daerah belahan bumi utara
(BBU) arus udara akan berbelok berlawanan dengan arah perputaran jarum jam.
Sedangkan didaerah selatan (BBS) udara akan dibelokan searah dengan arah
perputaran jarum jam.
Udara yang dibelokkan tersebut bergerak membentuk sirkulasi spiral yang
menyebabkan udara dapat terangkat dengan ketinggian rata -rata 40.000 feet. Pada
saat udara naik inilah gaya corioli dan gaya sentrifugal menghasilkan tiupan angin
yang sangat kuat sebagai tenaga gerak [Herbet Riehl, 1959].
Siklon tropis merupakan suatu sumber energi yang sangat besar, dengan
berbagai perhitungan di dapat energi yang dilepaskan siklon tropis selama satu
hari kira-kira sebesar 6 × 10 25 erg. Dengan tenaga yang dilepaskannya, siklon
tropis mampu menyedot air sebanyak 2 × 10 10 ton air dalam waktu 24 jam.
Dengan jumlah uap air yang sebanyak itu maka terjadilah kondensasi secara
besar-besaran sehingga terbentuklah awan -awan konvektif, awan-awan inilah
yang menyebabkan hujan disertai guntur dan angin kencang. Jika siklon tropis
terjadi di daerah pantai maka permukaan laut akan naik. Oleh karena itu siklon
tropis sangat menakutkan karena hampir selalu menyebabkan cuaca buruk.
Sumber tenaga siklon tropis adalah berasal dari pelepasan panas laten
sewaktu proses kondensasi berlangsung.
Faktor-faktor utama dalam kemunculan (terjadinya) siklon tropis adalah :
Adanya keadaan vortisitas positif di lapisan bawah
troposfer.
Gaya corioli yang mencukupi
8
Energi panas air laut (Ocean Thermal Energy)
Kelembaban udara dilapisan menengah.
Adapun dengan syarat-syarat diatas maka tempat-tempat di permukaan
bumi yang sesuai dengan tempat lahirnya siklon adalah di daerah (lihat gambar
2.1).
Sumber : NOAA
Pacific Barat Daya
Laut Atlantik Utara
Teluk Benggala
Laut India Barat
Sebelah Timur dan Barat Australia
Lautan Arab
Pacifik timur
Adapun dibeberapa tempat penyebutan namanya berbeda, namun sifat dan
cara kerja serta prilaku yang sama (lihat gambar 2.2).
Typhon : Pasifik Utara sebelah selatan
Hurricane : Pasifik Selatan-Pasifik Utara daerah timur India
Willy-willies : Australia dan Selandia baru
Baguious : Filipina
Gambar 2.1 Daerah Klimatologis Tumbuhnya Siklon Tropis
9
Sumber : NOAA
2.1.2 Teori dan Syarat Terjadinya
Pada belahan bumi bagian utara atau selatan (khususnya untuk didaerah
lautan), saat musim panas dapat terjadi penurunan tekanan udara hingga 5 - 10
[miller,1958]. Pertumbuhan siklon tropis pada umumnya dipicu oleh adanya
ganguan konvektif yang dikenal sebagai klauser awan, karena dipengaruhi oleh
gaya corioli dan gaya gravitasi yeng membentuk sisem sirkulasi terpisah melalui
beberapa tahapan perkembangan (McBride.L John,1995].
Walaupun secara teoritis tidak ada mekanisme tunggal dalam
pembentukan siklon tropis, namun secara umum dapat diterima bahwa sumber
energi/tenaga yang membentuk siklon tropis adalah berasal dari energi laten yang
dilepaskan dalam awan, dimana energi tersebu t berasal dari penguapan
permukaan air laut (evaporative flux Eo). Sedangkan dengan Hukum Newton
yang ke dua dapat dijelaskan tentang dinamika siklon tropis yang dijabarkan
dalam hukum kekekalan massa, energi termodianmika, dan uap air.
Gambar 2.2 Perbedaan Nama Siklon Di berbagai Daerah
9
Sumber : NOAA
2.1.2 Teori dan Syarat Terjadinya
Pada belahan bumi bagian utara atau selatan (khususnya untuk didaerah
lautan), saat musim panas dapat terjadi penurunan tekanan udara hingga 5 - 10
[miller,1958]. Pertumbuhan siklon tropis pada umumnya dipicu oleh adanya
ganguan konvektif yang dikenal sebagai klauser awan, karena dipengaruhi oleh
gaya corioli dan gaya gravitasi yeng membentuk sisem sirkulasi terpisah melalui
beberapa tahapan perkembangan (McBride.L John,1995].
Walaupun secara teoritis tidak ada mekanisme tunggal dalam
pembentukan siklon tropis, namun secara umum dapat diterima bahwa sumber
energi/tenaga yang membentuk siklon tropis adalah berasal dari energi laten yang
dilepaskan dalam awan, dimana energi tersebu t berasal dari penguapan
permukaan air laut (evaporative flux Eo). Sedangkan dengan Hukum Newton
yang ke dua dapat dijelaskan tentang dinamika siklon tropis yang dijabarkan
dalam hukum kekekalan massa, energi termodianmika, dan uap air.
Gambar 2.2 Perbedaan Nama Siklon Di berbagai Daerah
9
Sumber : NOAA
2.1.2 Teori dan Syarat Terjadinya
Pada belahan bumi bagian utara atau selatan (khususnya untuk didaerah
lautan), saat musim panas dapat terjadi penurunan tekanan udara hingga 5 - 10
[miller,1958]. Pertumbuhan siklon tropis pada umumnya dipicu oleh adanya
ganguan konvektif yang dikenal sebagai klauser awan, karena dipengaruhi oleh
gaya corioli dan gaya gravitasi yeng membentuk sisem sirkulasi terpisah melalui
beberapa tahapan perkembangan (McBride.L John,1995].
Walaupun secara teoritis tidak ada mekanisme tunggal dalam
pembentukan siklon tropis, namun secara umum dapat diterima bahwa sumber
energi/tenaga yang membentuk siklon tropis adalah berasal dari energi laten yang
dilepaskan dalam awan, dimana energi tersebu t berasal dari penguapan
permukaan air laut (evaporative flux Eo). Sedangkan dengan Hukum Newton
yang ke dua dapat dijelaskan tentang dinamika siklon tropis yang dijabarkan
dalam hukum kekekalan massa, energi termodianmika, dan uap air.
Gambar 2.2 Perbedaan Nama Siklon Di berbagai Daerah
10
Adapun beberapa teori tumbuhnya siklon tropis yang dikemukakan oleh
beberapa ahli meteorologi adalah:
1. Menurut Palmen, C .E(1948)
Adanya suatu daerah perairan luas yang suhu muka lautnya cukup
tinggi yakni >26°C.
Harga parameter corioli harus besar yakni >5° LU/LS dari garis
ekuator.
Windshear di tempat kejadian harus lemah.
2. Menurut Soerjadi (1995)
Suatu lautan luas homogen yang terletak antara 10° -20° baik LU
atau LS.
Suhu muka lautnya diatas 27°C.
Beda antara suhu muka laut dan suhu udara diatasnya sekitar 2°C.
Kelembaban udara tinggi.
Adanya gangguan misalnya pusaran dan Gelombang Timuran.
Di bagian bawah terdapat pumpun angin dan di atas terdapat
beraian.
3. Menurut Herbet Riehl (1954)
Tersedianya energi input dari uap air yang merupakan panas laten.
Sumber energi ini berasal dari penguapan, oleh karena i tu siklon
tropis hanya terjadi di atas permukaan laut yang banyak
mengandung uap air atau mempunyai kelembaban yang tinggi dan
tebal [Ramage, Monsoon Meteorology, 1971]. Oleh karena itu,
siklon tropis hanya dapat terjadi pada laut yang suhu
permukaannya diatas 26°C, karena dengan demikian terdapat
kelembaban yang tinggi dan tebal.
Adanya mekanisme Trigger yang berfungsi sebagai pen ggerak,
sedangkan mekanisme Trigger sendiri adalah angin yang
berasal/disebabkan oleh gradien tekanan yang besar.
11
Peristiwa kondensasi yang merupakan hasil dari gerakan udara
naik merupakan peristiwa perubahan panas laten menjadi panas
sensible (sensible heat). Ketika udara naik ke lapisan atas, maka
pada lapisan atas terjadi arus keluar dengan demikian maka
otomatis pada lapisan bawah terjadi arus masuk yang identik
dengan sistem tekanan rendah.
Adanya gaya corioli yang cukup besar menyebabkan berubahnya
angin yang diakibatkan panas tadi menjadi arus tangensial yang
menyebabkan gaya-gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal ini akan
merubah energi kinetik radial menjadi menjadi energi kinetik
tangensial.
2.1.3 Karakteristik Siklon Tropis
1. Tekanan Udara Permukaan
Siklon merupakan sistem tekanan rendah diatas permukaan laut sampai
pada ketinggian tertentu, dan sistem tekanan rendah ini berubah menjadi s istem
tekanan tinggi sesuai dengan dengan fungsi z (fungsi ketinggian) atau dapat
dikatakan secara vertikal.
12
Sesuai dengan hasil pengamatan Royal Observatory Hong Kong hubungan antara
jari-jari siklon dengan tekanan (lihat gambar 2.3) :
1000
990
980
970
960
950
0 100 200 300 400 500 600 700 800 (r) km
Sumber : Royal Observatory Hong Kong
Hal ini sesuai dengan kenyataan pada peta sinoptik yakni bahwa siklon
tropis merupakan isobar tertutup, yang jarak isobar ini makin kedalam semakin
rapat. Dari isobar yang makin rapat ini menunjukan bahwa makin dekat ke pusat
siklon maka gardien tekanan se makin besar. Hal ini menyebabkan kecepatan
angin bervariasi sesuai dengan variasi gradien tekanan .
Maka dapat disimpulkan gradien tekanan merupakan fungsi dari jari -jari
siklon, yang bila dirumuskan antara jari -jari, gradien tekanan, kecepatan angin
gradien adalah
+ + fv = 0
Keterangan :
v = kecepatan angin gradient
r = jari-jari siklon (jarak antar pusat sampai jari -jari )
Gambar 2.3 Hubungan Antara Jari-Jari Siklon Dan Tekanan
Udara permukaan
13
f = gaya corioli
= gradien tekanan ( kerapatan udara)
2. Medan Suhu
Akibat pengaruh dari konvergensi pada lapisan bawah dan adanya
pelepasan panas laten akibat kondensasi, menyebabkan suhu mata siklon lebih
tinggi dari sekitarnya. Tetapi hal ini tidak berlaku pada lapisan bawah karena suhu
disini hampir sama kelapisan luar .
Pada siklon suhu potensial dan kelembaban spesifik adalah berbanding
terbalik dengan tekakan permukaan. Dengan kata lain bila tekanan permukaan
naik atau bertambah besar maka suhu potensial dan kelembaban spesifik akan
bergerak turun.
3. Medan Angin
Dari pembahasan diatas dapat diketehui bahwa kecepatan angin dari siklon
tropis adalah merupakan fungsi dari jari -jari siklon tropis dimana kecepatan
maksimumnya berada didaerah sekitar pusatnya, tetapi dipusat siklon tropis
sendiri kecepatan anginya calm (tenang). Semakin jauh dari inti siklon maka
kecepatan anginya semakin berkurang. Digambarkan oleh Hawkins dan Rubsau
seperti (lihat gambar 2.4).
Sumber : Royal Observatory Hong Kong
Gambar 2.4 Cross Section Angin Siklon Tropis
14
Kecepatan angin pada siklon tropis dapat dibedakan menjadi dua yaitu
komponen kecepatan tangensial dan komponen kecepatan radial. Komponen ini
disimpulkan mengunakan beberapa hukum gerak yang berlaku, salah satunya
hukum kekekalan momentum sudut. Dengan anggapan pusat siklon adalah titik
konvergen. Dalam penentuan distribusi angin perlu melibatkan efek putaran bumi
yang akan menghasilkan gaya corioli.
2.1.4 Klasifikasi Siklon Tropis
Berdasarkan intensitasnya siklon tropis dapat diklasifikaikan menjadi
empat kategori antara lain menurut “Bureau of Meteorology” (Badan Meteorologi
Australia) adalah :
1. Tropical Depression ( TD ), yaitu badai tropis yang kecepatan angin
maksimumnya kurang dari 63 km/jam, dan pusatnya belum jelas.
2. Tropical Strom ( TS ), daerah badai yang memiliki kecepatan angin
maksimum antara 63 – 87 km/jam.
3. Severe Tropical Strom ( STS ), badai tropis yang memiliki kecepatan
angin maksimumnya sebesar 88 – 117 km/jam.
4. Typhoon ( T ), siklon tropis yang kecepatan angin maksimumnya lebih
dari 118 km/jam.
2.1.5 Siklus Hidup Siklon Tropis
Dalam perkembangan siklon dibagi menjadi beberapa tingkatan agar
mudah untuk dikenali, pembagian tersebut dilakukan menurut akti vitas-aktivitas
yang terjadi dari siklon tropis. Menurut Mc. Donald (1942) dan Dunn (1944)
pembagian dilakukan menjadi :
1. Tahap Pertumbuhan
Biasa ditandai dengan adanya gangguan pada arus timuran dan
sheareline pada arus pokok sehingga terbentuk seperti mangkuk dekat
15
pusat gelombang. Kemudian tumbuh vortex diikuti dengan penurunan
tekanan secara perlahan-lahan.
2. Tahap Remaja (belum dewasa)
Pada tahap ini siklon sudah tampak dan tekanan permukaan sudah
dibawah dari 1000 mb. Pada streamline pola angin sudah tampak jelas,
untuk medan anginya ditandai dengan meluasnya sirkulasi pada arah
horizontal dan vertikal.
3. Tahap Dewasa
Diketahui dengan penurunan tekanan paling minimum pada daerah
pusat siklon tropis. Kecepatan anginya makin besar, akti vitas cuacanya
semakin bertambah buruk dan meluas. Sudah terbentuk mata siklon yang
kecepatan angin pada pusatnya rendah.
4. Tahap Punah
Pada tahap ini biasanya ketika siklon tropis memesuki daerah
lautan yang panas latennya rendah atau telah memasuki daratan sehingga
tidak ada lagi sumber tenaga, dalam hal ini memasuki daerah yang uap
airnya rendah.
2.2 KEADAAN JAKARTA
Jakarta terletak di pantai utara pulau Jawa lebih tepatnya berada pada
ujung barat pantai utara pulau Jawa dengan posisi lintang dan bujur antara
106°35’ BT - 107° BT dan 06°25’ LS – 06°25’ LS. Jakarta terletak pada daerah
yang dikenal dengan nama teluk Jakarta, dan pada sebelah selatan terdapat
gunung dengan ketinggian kira -kira 4000 m diatas permukaan laut.
Karena pengaruh letak ini maka pada siang hari Jakarta cenderung terkena
angin dari pantai sehingga pada daerah selatan hujan tumbuh lebih banyak
dibanding daerah utara akibat angin yang terbentur gunung. Sedang kan pada
malam hari angin dari gunung bertiup ke daerah pantai.
16
Jakarta mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan mu sim hujan
serta adanya musim transisi yang terjadi pada setiap pergantian musim ini akibat
monsoon baratan dan timuran.
17
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN
3.1 DATA
Data yang dipakai untuk penulisan ini adalah
1. F-KLIM 71
Yang berisi baik rata-rata maupun jumlah dari tiap unsur -unsur cuaca
selama 1 hari, tetapi yang digunakaan dalam pengerjaan tulisan ini hanya
jumlah curah hujan tiap harinya dan rata -rata tekanan harian (QFF).
Sedangkan periode yang dipakai selama bulan Maret tanggal 1 sampai
tanggal 15.
2. Data Siklon
Data diperoleh dari Badan Meteorologi Australia yang digun akaan untuk
mengetahui peta trayektori serta waktu lahir dan punah dari siklon tropis
George dan Jacob. Serta data sinoptik dari tiap-tiap stasiun dalam hal ini
data tiap 6 jam-an.
3. Foto satelit dan peta streamline
Data yang dipergunakan adalah data tanggal 1 sampai tanggal 15 Maret.
Data ini digunakan untuk melihat peta pergerakan massa udara dan
keadaan awan melalui citra satelit sewaktu terjadi siklon tropis.
18
3.2 METODELOGI
Metode yang dipakai dalam penulisan ini dengan adalah dengan
interpretasi data model angin, citra satelit dan membandingkan keadaan unsur -
unsur cuaca saat sebelum, sedang dan sesudah terjadi siklon terhadap unsur cuaca
dalam hal initekanan udara, angin dan curah hujan.
Grafik dan tabel digunakan untuk dapat lebih mudah dilihat perubahaan
yang terjadi akibat kemunculan siklon tropis serta dapat dibandingkan bila tidak
terjadi siklon tropis. Serta metode korelasi yang digunakan untuk menghitu ng
hubungan jarak dan tekanan siklon tropis terhadap tekanan udara di Jakarta.
19
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 ANALISA
4.1.1 Analisa Siklon Tropis
Untuk menganalisa pengaruh keberadaan siklon terhadap beberapa
parameter cuaca disekitar wilayah Jakarta, maka penulis menjelaskan terlebih
dahulu kronologis siklon tropis yang terj adi selama bulan Maret 2007 (yak ni
siklon tropis George dan Jacob).
4.1.1.1 Siklon Tropis George
Dari data yang diperoleh menunjuk kan siklon tropis George tumbuh
disekitar sebelah utara dari barat laut Australia ( Teluk Joseph Bonaparte ) yaitu
sekitar 14.5 LS dan 125.5 BT pada tanggal 3 M aret 2007 dan berakhir di sekitar
Port Hedland pada tanggal 12 Maret 2007. Siklon tropis George selama hidupnya
memiliki kategori bervariasi mulai dari hanya berupa daerah bertekanan rendah
(Tropical Depression) hingga menjadi siklon tropis kategori 5. Siklon tropis
George memiliki lintasan seperti pada (lihat gambar pada lampiran 33). Lintasan
siklon tropis George sejajar dengan lintang tropis Kepulauan Nusa Tenggara
Timur.
Sebelum tumbuh, siklon ini sudah teridentifikasi pada tanggal 27 Februari
2007 tetapi hanya berupa daerah bertekanan rendah (depresi tropis) dengan
kecepatan anginnya dibawah 30 knot. Siklon tropis George terbentuk tanggal 3
Maret dan bergerak menuju barat dengan kecepatan 6 - 8 knots (11 – 15 km/jam).
Siklon tropis George mencapai kategori 2 pada tanggal 5 Maret dan terus menguat
hingga menjadi kategori 3 pada tanggal 7 Maret dengan kecepatan angin yang
meningkat dari 90 km/jam menjadi 165 km/jam. Tanggal 8 Maret siklon tropis
George menjadi kategori 5 dan mempunyai mata.
20
Tanggal 9 Maret siklon tropis George bergerak menuju daratan dan
melemah, hal ini dapat dilihat dari kecepatan angin nya yang melemah dari 55
knots pada tanggal 9 Maret menjadi 20 knots pada tanggal 12 Maret. Siklon tropis
George memiliki jarak paling dekat dengan Jakarta pada tanggal 7 Maret 2007,
yaitu dengan jarak sekitar 1700 km.
4.1.1.2 Siklon tropis Jacob
Siklon tropis Jacob terbentuk ketika siklon tropis George masih aktif,
siklon ini terbentuk di daerah barat laut Kimberly sekitar 13.1 LS dan 108.9 BT
pada tanggal 6 Maret 2007, dan kemudian punah pada tanggal 12 Maret 2007.
Siklon tropis Jacob ini tumbuh dengan variasi kategori dari kategori 1 hingga
kategori 3. Sebelum siklon ini tumbuh, sudah ter identifikasi sejak tanggal 2 Maret
2007 dengan takanan 1000 hPa, kecepatan angin disekitarnya mencapai 45 knot.
Arah pergerakan siklon Jacob menuju pulau Chris tmas sampai pada
tanggal 7 Maret, kemudian pada tanggal 8 Maret siklo n tropis Jacob bergerak
kearah tenggara. Siklon tropis Jacob mencapai kategori 2 pada tanggal 7 Maret
jam 18.00 UTC ditandai dengan kecepatan ang innya diatas 55 knot, pada tanggal
8 Maret siklon tropis Jacob melemah saat berbelok menuju pantai Australia.
Siklon tropis Jacob mencapai kategori 3 pada tanggal 9 Maret tetapi kembali
melemah pada keesokan harinya. Pelemahan ini terus berlanjut hingga tanggal 11
Maret dan saat memasuki daratan pada tanggal 12 Maret hingga akhirnya punah.
Siklon tropis Jacob memiliki jarak paling dekat dengan Jakarta tanggal 7 Maret
2007 dengan jarak sekitar 700 km.
4.1.2 Analisa Stasiun-stasiun
4.1.2.1 Stasiun Meteorologi Cengkareng
a. Tekanan Udara
Berdasarkan grafik tekanan udara (lihat grafik 4.1) stasiun meteorologi
Cengkareng menunjukan tanggal 2 Maret tekanan udara di stasiun meteorologi
21
Cengkareng berkisar antara 1008.2 mb, kemudian ada peningkatan tekanan udara
mulai tanggal 2 hingga tanggal 6 Maret dimana tekanan udara pada tanggal 2
Maret sebesar 1008.2 mb pada tangggal 6 M aret menjadi sebesar 1009.7 mb. Dari
grafik juga terlihat bahwa pada tanggal 7 Maret terjadi penurunan tekanan yang
drastis hingga mencapai 1006.6 mb.
Kemudian tekanan udara pada tanggal 8 M aret sebesar 1007.5 mb naik
drastis menjadi 1010.7 mb pada tanggal 9 Maret, lalu nilainya tetap pada tanggal
10 Maret dan kemudian naik lagi pada tanggal 13 Maret hingga mencapai 1013.2
mb. Setelah tanggal 13 Maret tekanan udara kembali turun hingga mencapai
kisaran 1009.2 mb pada tanggal 15 Maret.
b. Curah hujan
Stasiun meteorologi Cengkareng mencatat terjadinya hari-hari hujan yang
terkonsentrasi pada awal bulan M aret 2007 hingga pertengahan bulan Maret 2007.
Selama bulan Maret 2007, curah hujan sangat fl uktuatif dengan didominasi oleh
curah hujan yang rendah dalam satu harinya.
Tanggal 1 Maret terjadi hujan dengan jumlah curah hujan dibawah 1 mm.
Pada tanggal 2 Maret tercatat jumlah curah hujan 3 mm, sedangkan untuk tanggal
1002
1004
1006
1008
1010
1012
1014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
tekanan (mb)
tanggal
Grafik 4.1 Tekanan udara stamet Cengkareng
22
3 dan 4 Maret masing-masing adalah 1 dan 7 mm. Tanggal 5 Maret curah hujan
yang teramati mencapai 32.9 mm. Dari tanggal 6 hingga tanggal 8 Maret, curah
hujan sangat kecil dibawah 5 mm (lihat grafik 4.2), sedangkan tanggal 9 Maret
terdapat curah hujan yang tinggi sekitar 92.3 mm.
4.1.2.2 Stasiun Meteorologi Kemayoran
a. Tekanan Udara
Tekanan udara pada stasiun meteorologi Kemayoran sesuai grafik 4.3
dapat dilihat tanggal 1 Maret tekanan udara yang tercatat pada stasiun meteorologi
Kemayoran sekitar 1008 mb. Kemudian bergerak naik sampai tanggal 5 Maret
hingga mencapai nilai 1009.7 mb, setelah tanggal 5 Maret, tekanan udara turun
drastis mencapai nilai 1006.8 mb pada tanggal 7 M aret. Tekanan udara bergerak
naik signifikan hingga tanggal 9 Maret dengan nilai sebesar 1010 mb dan
bergerak naik lagi hingga tanggal 12 M aret menjadi 1011.2 mb. Setelah itu hingga
tanggal 15 Maret tekanan udara bergerak turun mencapai 1008.8 mb.
0
20
40
60
80
100
1 2 3
curah huajan (mm)
Grafik 4.2 Curah hujan stamet Cengkareng
22
3 dan 4 Maret masing-masing adalah 1 dan 7 mm. Tanggal 5 Maret curah hujan
yang teramati mencapai 32.9 mm. Dari tanggal 6 hingga tanggal 8 Maret, curah
hujan sangat kecil dibawah 5 mm (lihat grafik 4.2), sedangkan tanggal 9 Maret
terdapat curah hujan yang tinggi sekitar 92.3 mm.
4.1.2.2 Stasiun Meteorologi Kemayoran
a. Tekanan Udara
Tekanan udara pada stasiun meteorologi Kemayoran sesuai grafik 4.3
dapat dilihat tanggal 1 Maret tekanan udara yang tercatat pada stasiun meteorologi
Kemayoran sekitar 1008 mb. Kemudian bergerak naik sampai tanggal 5 Maret
hingga mencapai nilai 1009.7 mb, setelah tanggal 5 Maret, tekanan udara turun
drastis mencapai nilai 1006.8 mb pada tanggal 7 M aret. Tekanan udara bergerak
naik signifikan hingga tanggal 9 Maret dengan nilai sebesar 1010 mb dan
bergerak naik lagi hingga tanggal 12 M aret menjadi 1011.2 mb. Setelah itu hingga
tanggal 15 Maret tekanan udara bergerak turun mencapai 1008.8 mb.
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
tanggal
Grafik 4.2 Curah hujan stamet Cengkareng
22
3 dan 4 Maret masing-masing adalah 1 dan 7 mm. Tanggal 5 Maret curah hujan
yang teramati mencapai 32.9 mm. Dari tanggal 6 hingga tanggal 8 Maret, curah
hujan sangat kecil dibawah 5 mm (lihat grafik 4.2), sedangkan tanggal 9 Maret
terdapat curah hujan yang tinggi sekitar 92.3 mm.
4.1.2.2 Stasiun Meteorologi Kemayoran
a. Tekanan Udara
Tekanan udara pada stasiun meteorologi Kemayoran sesuai grafik 4.3
dapat dilihat tanggal 1 Maret tekanan udara yang tercatat pada stasiun meteorologi
Kemayoran sekitar 1008 mb. Kemudian bergerak naik sampai tanggal 5 Maret
hingga mencapai nilai 1009.7 mb, setelah tanggal 5 Maret, tekanan udara turun
drastis mencapai nilai 1006.8 mb pada tanggal 7 Maret. Tekanan udara bergerak
naik signifikan hingga tanggal 9 Maret dengan nilai sebesar 1010 mb dan
bergerak naik lagi hingga tanggal 12 Maret menjadi 1011.2 mb. Setelah itu hingga
tanggal 15 Maret tekanan udara bergerak turun mencapai 1008.8 mb.
13 14 15
Grafik 4.2 Curah hujan stamet Cengkareng
23
b. Curah hujan
Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa terjadi hari hujan pada stasiun
meteorologi Kemayoran pada awal bulaan Maret 2007 hingga pertengahan bulan
Maret 2007, dengan jumlah curah hujan yang berbeda untuk tiap harinya.
Pada tanggal 1 Maret curah hujan yang tercatat 2.6 mm, sedangkan tanggal
2 Maret mencapai 17.7 mm. Tanggal 4 Maret hujan yang terukur sebanyak 5.3
mm tanggal 5 Maret terjadi peningkatan curah hujan menjadi 17.5 mm. Tanggal 8
Maret curah hujan mencapai 12. 9 mm sedangkan pada tanggal 9 Maret hujan
meningat signifikan dari hari sebelumnya menjadi 32 mm. Tanggal 10 hujan
cenderung lebih rendah dari hari sebelumnya hanya 9.8 mm sedangkan tanggal 11
Maret lebih rendah lagi 6 mm. Tanggal 14 Maret terjadi hujan dengan takaran
cukup tinggi sekitar 22 mm.
1003100410051006100710081009101010111012
1 2 3
tekanan (mb)
05
101520253035
1 2 3
curah hujan (mm)
Grafik 4.3. Tekanan udara stamet Kemayoran
Grafik 4.4 Curah hujan stamet Kemayoran
23
b. Curah hujan
Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa terjadi hari hujan pada stasiun
meteorologi Kemayoran pada awal bulaan Maret 2007 hingga pertengahan bulan
Maret 2007, dengan jumlah curah hujan yang berbeda untuk tiap harinya.
Pada tanggal 1 Maret curah hujan yang tercatat 2.6 mm, sedangkan tanggal
2 Maret mencapai 17.7 mm. Tanggal 4 Maret hujan yang terukur sebanyak 5.3
mm tanggal 5 Maret terjadi peningkatan curah hujan menjadi 17.5 mm. Tanggal 8
Maret curah hujan mencapai 12. 9 mm sedangkan pada tanggal 9 Maret hujan
meningat signifikan dari hari sebelumnya menjadi 32 mm. Tanggal 10 hujan
cenderung lebih rendah dari hari sebelumnya hanya 9.8 mm sedangkan tanggal 11
Maret lebih rendah lagi 6 mm. Tanggal 14 Maret terjadi hujan dengan takaran
cukup tinggi sekitar 22 mm.
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14tanggal
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
tanggal
Grafik 4.3. Tekanan udara stamet Kemayoran
Grafik 4.4 Curah hujan stamet Kemayoran
23
b. Curah hujan
Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa terjadi hari hujan pada stasiun
meteorologi Kemayoran pada awal bulaan Maret 2007 hingga pertengahan bulan
Maret 2007, dengan jumlah curah hujan yang berbeda untuk tiap harinya.
Pada tanggal 1 Maret curah hujan yang tercatat 2.6 mm, sedangkan tanggal
2 Maret mencapai 17.7 mm. Tanggal 4 Maret hujan yang terukur sebanyak 5.3
mm tanggal 5 Maret terjadi peningkatan curah hujan menjadi 17.5 mm. Tanggal 8
Maret curah hujan mencapai 12.9 mm sedangkan pada tanggal 9 Maret hujan
meningat signifikan dari hari sebelumnya menjadi 32 mm. Tanggal 10 hujan
cenderung lebih rendah dari hari sebelumnya hanya 9.8 mm sedangkan tanggal 11
Maret lebih rendah lagi 6 mm. Tanggal 14 Maret terjadi hujan dengan takaran
cukup tinggi sekitar 22 mm.
14 15
14 15
Grafik 4.3. Tekanan udara stamet Kemayoran
Grafik 4.4 Curah hujan stamet Kemayoran
24
4.1.2.3 Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok
a. Tekanan Udara
Dari grafik 4.5 dapat dilihat bahwa tanggal 1 M aret tekanan udaranya
sekitar 1012.5 mb. Dari tanggal 2 hingga tanggal 4 Maret tekanan udara bergerak
turun mmenjadi 1011.5 mb. Tanggal 5 dan 6 Maret tekanan naik secara signifikan
menjadi 1013.5 mb dan turun lagi pada keesokan harinya menjadi 1012.9 mb.
Keadaan ini bertahan hingga tanggal 11 Maret dan turun lagi manjadi 1012.2 mb
pada tanggal 13 Maret.
b. Curah Hujan
Dari grafik 4.6 terlihat hujan yang banyak terjadi pada awal dan
pertengahan bulan Maret 2007. Pada bulan Maret hujan terjadi antara tanggal 2
hingga tanggal 5 Maret dengan curah hujan dibawah 10 mm, sesuai grafik 4.6
pada tanggal 7 Maret hingga tanggal 10 Maret terjadi hujan dengan curah hujan
yang cukup tinggi. Tanggal 7 Maret curah hujannya 6.6 mm, sedangkan tanggal 8
Maret meningkat dari hari sebelumnya menjadi 19.0 mm dan kembali meningkat
pada tanggal 9 Maret menjadi 29.4 mm.
1010.51011
1011.51012
1012.51013
1013.51014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
tekanan (mb)
tanggal
Grafik 4.5 Tekanan udara stamar Tanjung Priok
25
4.1.2.4 Stasiun Klimatologi Pondok Betung
a. Tekanan Udara
Dari grafik 4.7 dapat dilihat pada tanggal 1 Maret tekanan udara 1008.3
mb. Pada tanggal 4 Maret tekanan udara yang tercatat menunjukan 1009.8 mb dan
turun secara signifikan menjadi 1005.9 mb pada tanggal 7 Maret. Kemudian
bergerak naik hingga tanggal 9 Maret menjadi 1009.7 mb dan naik lagi pada
kisaran 1011.4 mb pada tanggal 13 Maret. Setelah tanggal 13 Maret, tekanan
bergerak turun hingga mencapai 1008.5 mb pada tanggal 15 Maret.
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
1 2 3
curah hujan (mm)
1003100410051006100710081009101010111012
1 2 3
tekanan (mb)
Grafik 4.6 Curah hujan stamar Tanjung Priok
Grafik 4.7. Tekanan udara staklim Pondok Betung
25
4.1.2.4 Stasiun Klimatologi Pondok Betung
a. Tekanan Udara
Dari grafik 4.7 dapat dilihat pada tanggal 1 Maret tekanan udara 1008.3
mb. Pada tanggal 4 Maret tekanan udara yang tercatat menunjukan 1009.8 mb dan
turun secara signifikan menjadi 1005.9 mb pada tanggal 7 Maret. Kemudian
bergerak naik hingga tanggal 9 Maret menjadi 1009.7 mb dan naik lagi pada
kisaran 1011.4 mb pada tanggal 13 Maret. Setelah tanggal 13 Maret, tekanan
bergerak turun hingga mencapai 1008.5 mb pada tanggal 15 Maret.
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14tanggal
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14tanggal
Grafik 4.6 Curah hujan stamar Tanjung Priok
Grafik 4.7. Tekanan udara staklim Pondok Betung
25
4.1.2.4 Stasiun Klimatologi Pondok Betung
a. Tekanan Udara
Dari grafik 4.7 dapat dilihat pada tanggal 1 Maret tekanan udara 1008.3
mb. Pada tanggal 4 Maret tekanan udara yang tercatat menunjukan 1009.8 mb dan
turun secara signifikan menjadi 1005.9 mb pada tanggal 7 Maret. Kemudian
bergerak naik hingga tanggal 9 Maret menjadi 1009.7 mb dan naik lagi pada
kisaran 1011.4 mb pada tanggal 13 Maret. Setelah tanggal 13 Maret, tekanan
bergerak turun hingga mencapai 1008.5 mb pada tanggal 15 Maret.
14 15
14 15
Grafik 4.6 Curah hujan stamar Tanjung Priok
Grafik 4.7. Tekanan udara staklim Pondok Betung
26
b. Curah hujan
Dari grafik 4.8 dapat dilihat hujan yang tercatat pada stasiun klimatologi
Pondok Betung dari periode tanggal 1 Maret hingga 15 Maret. Pada grafik ini
terlihat hujan yang turun kebanyakan dibawah 10 mm, kecuali pada tanggal 9
Maret yang mencapai 33.4 mm.
4.1.3 Analisa Angin
Pada umumnya angin pada tangggal 1 sampai tanggal 3 Maret, yakni
sebelum munculnya siklon tropis, arah angin dari wilayah barat Indonesia yakni
dari daerah Samudra Indonesia. Angin ini sebenarnya berasal dari daerah Asia dan
Eropa karena disini terdapa t daerah bertekanan tingi (daratan Cina), karena angin
bergerak dari daerah bertekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah kemudian
menuju Laut Cina Selatan terus ke daerah S amudra Indonesia dan masuk k e
wilayah Indonesia.
0
10
20
30
40
1 2 3
curah hujan (mm)
Grafik 4.8 Curah hujan staklim Pondok Betung
26
b. Curah hujan
Dari grafik 4.8 dapat dilihat hujan yang tercatat pada stasiun klimatologi
Pondok Betung dari periode tanggal 1 Maret hingga 15 Maret. Pada grafik ini
terlihat hujan yang turun kebanyakan dibawah 10 mm, kecuali pada tanggal 9
Maret yang mencapai 33.4 mm.
4.1.3 Analisa Angin
Pada umumnya angin pada tangggal 1 sampai tanggal 3 Maret, yakni
sebelum munculnya siklon tropis, arah angin dari wilayah barat Indonesia yakni
dari daerah Samudra Indonesia. Angin ini sebenarnya berasal dari daerah Asia dan
Eropa karena disini terdapa t daerah bertekanan tingi (daratan Cina), karena angin
bergerak dari daerah bertekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah kemudian
menuju Laut Cina Selatan terus ke daerah S amudra Indonesia dan masuk k e
wilayah Indonesia.
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
tanggal
Grafik 4.8 Curah hujan staklim Pondok Betung
26
b. Curah hujan
Dari grafik 4.8 dapat dilihat hujan yang tercatat pada stasiun klimatologi
Pondok Betung dari periode tanggal 1 Maret hingga 15 Maret. Pada grafik ini
terlihat hujan yang turun kebanyakan dibawah 10 mm, kecuali pada tanggal 9
Maret yang mencapai 33.4 mm.
4.1.3 Analisa Angin
Pada umumnya angin pada tangggal 1 sampai tanggal 3 Maret, yakni
sebelum munculnya siklon tropis, arah angin dari wilayah barat Indonesia yakni
dari daerah Samudra Indonesia. Angin ini sebenarnya berasal dari daerah Asia dan
Eropa karena disini terdapat daerah bertekanan tingi (daratan Cina), karena angin
bergerak dari daerah bertekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah kemudian
menuju Laut Cina Selatan terus ke daerah S amudra Indonesia dan masuk ke
wilayah Indonesia.
14 15
Grafik 4.8 Curah hujan staklim Pondok Betung
27
Sumber : BMG
Pada saat sebelum terjadinya siklon tropis Jacob dan George arah angin
seperti pada peta bertiup dari arah barat sampai ba rat laut wilayah Indonesia
menuju pusat tekanan rendah sehinga pada wilayah Jakarta terjadi daerah
konvergensi dari massa udara bumi bagian selatan dan utara. Pada tiga hari
sebelum terjadi siklon kecepatan angin pada tiap -tiap stasiun berkisar antara (lihat
lampiran 1 - 6).
Stasiun Kecepatan (knot) Arah ( o)
Cengkareng 14 - 20 230 - 250
Tanjung priok 10 - 16 250 - 280
Kemayoran 7 - 15 270 -310
Pondok betung 5 - 7 180 - 280
Sedangkan pada saat terjadi siklon tropis, angin yang melalui Jakarta
semuanya terpengaruhi, sehingga pada saat siklon bergerak mendekat kearah
Jakarta, Jakarta menjadi daerah konvergensi yang sangat me mungkinkan untuk
terjadinya cuaca buruk, contohnya pada tanggal 7 Maret 2007 (lihat gambar 4.2).
Sedangkan data angin dari stasiun pengamatan meteorologi yang ada di Jakarta
selama terjadi siklon mencatat bahwa angin di Jakarta melemah dari keadaan
Gambar 4.1 Peta Streamline Tanggal 2 Maret 2007
Tabel 4.1 Data angin Stasiun Meteorologi sebelum terjadi siklon George dan Jacob
27
Sumber : BMG
Pada saat sebelum terjadinya siklon tropis Jacob dan George arah angin
seperti pada peta bertiup dari arah barat sampai ba rat laut wilayah Indonesia
menuju pusat tekanan rendah sehinga pada wilayah Jakarta terjadi daerah
konvergensi dari massa udara bumi bagian selatan dan utara. Pada tiga hari
sebelum terjadi siklon kecepatan angin pada tiap -tiap stasiun berkisar antara (lihat
lampiran 1 - 6).
Stasiun Kecepatan (knot) Arah ( o)
Cengkareng 14 - 20 230 - 250
Tanjung priok 10 - 16 250 - 280
Kemayoran 7 - 15 270 -310
Pondok betung 5 - 7 180 - 280
Sedangkan pada saat terjadi siklon tropis, angin yang melalui Jakarta
semuanya terpengaruhi, sehingga pada saat siklon bergerak mendekat kearah
Jakarta, Jakarta menjadi daerah konvergensi yang sangat me mungkinkan untuk
terjadinya cuaca buruk, contohnya pada tanggal 7 Maret 2007 (lihat gambar 4.2).
Sedangkan data angin dari stasiun pengamatan meteorologi yang ada di Jakarta
selama terjadi siklon mencatat bahwa angin di Jakarta melemah dari keadaan
Gambar 4.1 Peta Streamline Tanggal 2 Maret 2007
Tabel 4.1 Data angin Stasiun Meteorologi sebelum terjadi siklon George dan Jacob
27
Sumber : BMG
Pada saat sebelum terjadinya siklon tropis Jacob dan George arah angin
seperti pada peta bertiup dari arah barat sampai ba rat laut wilayah Indonesia
menuju pusat tekanan rendah sehinga pada wilayah Jakarta terjadi daerah
konvergensi dari massa udara bumi bagian selatan dan utara. Pada tiga hari
sebelum terjadi siklon kecepatan angin pada tiap -tiap stasiun berkisar antara (lihat
lampiran 1 - 6).
Stasiun Kecepatan (knot) Arah ( o)
Cengkareng 14 - 20 230 - 250
Tanjung priok 10 - 16 250 - 280
Kemayoran 7 - 15 270 -310
Pondok betung 5 - 7 180 - 280
Sedangkan pada saat terjadi siklon tropis, angin yang melalui Jakarta
semuanya terpengaruhi, sehingga pada saat siklon bergerak mendekat kearah
Jakarta, Jakarta menjadi daerah konvergensi yang sangat me mungkinkan untuk
terjadinya cuaca buruk, contohnya pada tanggal 7 Maret 2007 (lihat gambar 4.2).
Sedangkan data angin dari stasiun pengamatan meteorologi yang ada di Jakarta
selama terjadi siklon mencatat bahwa angin di Jakarta melemah dari keadaan
Gambar 4.1 Peta Streamline Tanggal 2 Maret 2007
Tabel 4.1 Data angin Stasiun Meteorologi sebelum terjadi siklon George dan Jacob
28
sebelum terjadinya siklon tropis ini. Berikut adalah data dari stasiun meteorologi
Cengkareng selama terjadi siklon.
Tanggal Jam pengamatan (UTC) Arah / kecepatan
6-Mar-07 00.00 200/08
06.00 280/12
12.00 250/10
18.00 240/05
7-Mar-07 00.00 240/08
06.00 300/10
12.00 240/11
18.00 270/08
8-Mar-07 00.00 270/03
06.00 320/61
12.00 340/06
18.00
9-Mar-07 00.00
06.00 320/10
12.00 340/04
18.00 270/04
10-Mar-07 00.00
06.00 320/12
12.00 040/05
18.00 270/05
11-Mar-07 00.00 180/04
06.00 340/13
12.00 070/03
18.00 120/03
12-Mar-07 00.00 calm
06.00 320/09
12.00 calm
18.00 calm
Tabel 4.2 Data angin Stasiun Meteorologi saat terjadi siklon George dan Jacob
29
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa selama terjadi siklon
angin cenderung datang dari arah barat dan angin membentuk daerah konvergensi
di daerah Jakarta dan sekitarnya sehingga memungkinkan terjadinya cuaca buruk
pada daerah ini. Massa udara yang datang dari Laut Cina S elatan berbelok di
daerah sekitar garis ekuator kemudian bergerak menuju daer ah tekanan rendah,
dalam hal ini siklon tropis George dan Jacob .
Sumber : BMG
4.2 PEMBAHASAN
Pada sub bab analisa diatas telah kita lihat analisa tekanan, curah hujan
dan kedaan angin pada masing – masing stasiun selama periode terjadinya siklon
tropis George dan siklon tropis Jacob. Berikut akan dibahas kejadian – kejadian
signifikan secara meteorologi, khususnya tekanan dan curah hujan.
Pada tekanan akan dilihat dari tiga segi analisa yang pertama grafik
perubahan tekanan udara di Jakarta yang dikaitkan dengan kehadiran siklon tropis
George dan siklon tropis Jacob. Yang kedua adalah dengan menghubungkan jarak
siklon tropis dari Jakarta dan yang ketiga adalah meninjau hubungan te kanan di
dipusat siklon dengan tekanan udara permukaan di Jakarta. Serta perhitungan
dampak gabungan kedua siklon tropis terhadap tekanan udara di Jakarta. Jakarta
dalam hal ini akan diwakilkan dengan stasiun meteorologi Cengkareng.
Gambar 4.2 Peta Streamline Tanggal 7 Maret 2007
29
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa selama terjadi siklon
angin cenderung datang dari arah barat dan angin membentuk daerah konvergensi
di daerah Jakarta dan sekitarnya sehingga memungkinkan terjadinya cuaca buruk
pada daerah ini. Massa udara yang datang dari Laut Cina S elatan berbelok di
daerah sekitar garis ekuator kemudian bergerak menuju daer ah tekanan rendah,
dalam hal ini siklon tropis George dan Jacob .
Sumber : BMG
4.2 PEMBAHASAN
Pada sub bab analisa diatas telah kita lihat analisa tekanan, curah hujan
dan kedaan angin pada masing – masing stasiun selama periode terjadinya siklon
tropis George dan siklon tropis Jacob. Berikut akan dibahas kejadian – kejadian
signifikan secara meteorologi, khususnya tekanan dan curah hujan.
Pada tekanan akan dilihat dari tiga segi analisa yang pertama grafik
perubahan tekanan udara di Jakarta yang dikaitkan dengan kehadiran siklon tropis
George dan siklon tropis Jacob. Yang kedua adalah dengan menghubungkan jarak
siklon tropis dari Jakarta dan yang ketiga adalah meninjau hubungan te kanan di
dipusat siklon dengan tekanan udara permukaan di Jakarta. Serta perhitungan
dampak gabungan kedua siklon tropis terhadap tekanan udara di Jakarta. Jakarta
dalam hal ini akan diwakilkan dengan stasiun meteorologi Cengkareng.
Gambar 4.2 Peta Streamline Tanggal 7 Maret 2007
29
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa selama terjadi siklon
angin cenderung datang dari arah barat dan angin membentuk daerah konvergensi
di daerah Jakarta dan sekitarnya sehingga memungkinkan terjadinya cuaca buruk
pada daerah ini. Massa udara yang datang dari Laut Cina S elatan berbelok di
daerah sekitar garis ekuator kemudian bergerak menuju daer ah tekanan rendah,
dalam hal ini siklon tropis George dan Jacob .
Sumber : BMG
4.2 PEMBAHASAN
Pada sub bab analisa diatas telah kita lihat analisa tekanan, curah hujan
dan kedaan angin pada masing – masing stasiun selama periode terjadinya siklon
tropis George dan siklon tropis Jacob. Berikut akan dibahas kejadian – kejadian
signifikan secara meteorologi, khususnya tekanan dan curah hujan.
Pada tekanan akan dilihat dari tiga segi analisa yang pertama grafik
perubahan tekanan udara di Jakarta yang dikaitkan dengan kehadiran siklon tropis
George dan siklon tropis Jacob. Yang kedua adalah dengan menghubungkan jarak
siklon tropis dari Jakarta dan yang ketiga adalah meninjau hubungan te kanan di
dipusat siklon dengan tekanan udara permukaan di Jakarta. Serta perhitungan
dampak gabungan kedua siklon tropis terhadap tekanan udara di Jakarta. Jakarta
dalam hal ini akan diwakilkan dengan stasiun meteorologi Cengkareng.
Gambar 4.2 Peta Streamline Tanggal 7 Maret 2007
30
Untuk peninjauan yang kedua dan ketiga akan digunakan metode statistik
yaitu mencari korelasi dengan mengunakan rumus regresi linier sebagai berikut :
–{n X2 – ( X)2 }{n Y2 – ( Y) 2}
= r
Dengan :
r = menunjukan tingkat korelasi
n = banyaknya data
X = data tekanan di stasiun Cengkareng
Y = data dari siklon tropis
Dari foto satelit akan terlihat apakah kehadiran siklon tropis George dan
siklon tropis Jacob ada pengaruhnya terhadap turunya hujan di Jakarta, yakni
dengan melihat perkembangan dan pergerakan siklon tropis serta memperhatikan
distribusi perawanannya. Peta streamline digunakan untuk menentukan keadaan
Jakarta akibat munculnya siklon tropis apakah keadaannya terbentuk daerah
divergensi atau konvergensi. Tentunya juga dengan memperhatikan grafik curah
hujan dari stasiun meteorologi di Jakarta.
4.2.1 Tekanan Udara
Dari grafik tekanan udara pada masing – masing stasiun dapat dilihat
bahwa ketika kedua siklon mendekat, tekanan udara pada setiap stasiun cenderung
bergerak turun ( lihat grafik tekanan udara masing – masing stasiun ). Ini terbukti
dari turunnya harga tekanan udara pada tanggal 7 Maret yang sesuai dengan
tanggal pergerakan siklon yang menuju Jakarta. Tanggal 7 Maret siklon tropis
George berada pada kategori 3 dan terus menguat, dengan jarak yang paling dekat
31
dengan Jakarta sekitar 1600 km. Siklon tropis Jacob tanggal 7 Maret berjarak
sekitar 600 km dari Jakarta dengan intensitas kategori 2.
Setelah tanggal 7 Maret dapat dilihat bahwa tekanan berger ak naik hingga
tanggal 12 Maret, hal ini sejalan dengan pergerakan kedua siklon tropis yang
bergerak menjauhi Jakarta dan punah tanggal 12 Maret. Dari sini dapat dikatakan
bahwa saat siklon bergerak mendekat maka tekanan udara masing – masing
stasiun cenderung turun, dan saat kedua siklon bergerak menjauh tekanan udara
bergerak naik.
Dari hasil perhitungan mengunakan rumus korelasi didapatkan bahwa,
hubungan antara tekanan di pusat siklon George terhadap tekanan di Jakarta
adalah sebesar 17 %, sedangkan hubungan tekanan di pusat siklon tropis Jacob
terhadap perubahan tekanan di Jakarta 10.5 % (lihat tabel 4.3). Untuk gabungan,
dalam hal ini rata-rata tekanan kedua siklon tropis terhadap tekanan di Jakarta
sebesar 34 %. Dari perhitungan ini dapat dikatakan bahwa perubahan tekanan
udara di Jakarta lebih besar dipengaruhi oleh gabungan kedua siklon tropis .
Tabel 4.3 Rata-Rata Nilai Korelasi Tekanan di Stasiun Terhadap Siklon
Nama StasiunKorelasi Tekanan di Stasiun dengan Tekanan Siklon
George Jacob George dan Jacob
Cengkareng 22.604 0.998 51.339Kemayoran 9.923 1.082 26.729Tanjung Priok 16.241 39.063 15.312
Pondok Betung 18.318 1.082 42.772
Nilai Rata-rata 16.7715 10.55625 34.038
Untuk pengaruh jarak siklon tropis terhadap perubahan tekanan di Jakarta
hubungannnya yaitu, untuk perubahan jarak siklon tropis George terhadap
perubahan tekanan di Jakarta sebesar 64.3 % dan untuk Jacob sebesar 49 %
sedangkan gabungan kedua siklon tropis ini mencapai 61 % (lihat tabel 4.4). Dari
perhitungan ini terlihat bahwa ternyata siklon tropis George lebih mempengaruhi
Jakarta. Pengaruh untuk tiap daerah untuk lebih jelas dapat dilihat di lampiran 9-
32
32. Dapat dilihat disini bahwa untuk stasiun Tanjung Priok harga r bernilai negatif
yang artinya tidak sama dengan karakteristk stasiun yang lain saat terjadi siklon
tropis.
Tabel 4.4 Rata-Rata Nilai Korelasi Tekanan di Stasiun Terhadap Siklon
Nama StasiunKorelasi Tekanan di Stasiun dengan Jarak Siklon
George Jacob George dan Jacob
Cengkareng 80.5 58.476 76.311Kemayoran 77.317 53.323 69.689Tanjung Priok 19.097 24.503 22.848
Pondok Betung 80.820 58.676 73.616
Nilai Rata-rata 64.335 48.7445 60.616
4.2.2 Curah Hujan
Dari grafik curah hujan dari masing – masing stasiun dapat dilihat selama
terjadinya siklon tropis George dan siklon tropis Jacob curah hujan tiap harinya
berubah fluktuatif. Dari peta streamline dapat dilihat karena kehadiran siklon
tropis George dan siklon tropis Jacob menyebabkan Jakarta menjadi daerah
konvergensi. Karena pengaruh konvergensi ini pada wilayah Jakarta tumbuh awan
– awan tebal hal ini dapat dibuktikan dengan melihat foto satelit (lihat lampiran
35-38). Ketika terjadinya siklon tropis George dan Jacob perawanan didaerah
barat Indonesia dan Samudra Indonesia seolah – olah ditarik oleh kedua siklon
tropis.
Saat siklon tropis George dan Jacob bergerak mendekati Jakarta dari
garfikcurah hujan terlihat bahwa curah hujan juga me ningkat, tetapi puncak curah
hujan terjadi pada tanggal 9 Maret yang artinya 2 hari setelah jarak antara siklon
tropis George dan Jacob paling dekat dengan Jakarta. Sedangkan setelah tanggal 9
Maret curah hujan berkurang bahkan pada beberapa daerah tidak t urun hujan.
Kejadian ini didukung oleh distribusi awan yang terlihat dari foto satelit (lihat
lampiran 35-38), dimana pada saat siklon tropis George dan Jacob muncul dan
bergerak mendekati Jakarta, perawanan yang luas terlihat menutupi daerah
33
Jakarta. Dari foto satelit juga terlihat bahwa awan tebal menutupi daerah Jakarta
hingga tanggal 11 Maret, ini didukung dengan data curah hujan tiap stasiun yang
menunjukan setelah tanggal 11 Maret hujan jarang terjadi.
4.2.3 Angin
Angin merupakan suatu unsur cuaca yang paling dipengaruhi oleh
kehadiran siklon tropis. Seperti pada bab sebelumnya telah dikatakan bahwa jarak
pengaruh siklon tropis adalah radius 500 km, walaupun begitu karena atmosfer
merupakan fluida yang tidak terbataskan oleh ruang maka daerah-daerah
sekitarnya (diluar 500 km) secara otomatis medan anginnya juga terpengaruhi
oleh suatu gangguan cuaca dalam hal ini oleh kehadiran suatu siklon seperti siklon
George dan Jacob. Demikian juga dengan yang akan kita bahas disini walaupun
jaraknya diluar 500 km dari radius siklon George dan Jacob Jakarta juga dilihat
terkena pengaruh pada medan angin oleh hadirnya siklon George dan siklon
Jacob. Pada analisa ini akan dilihat peta streamline dan kecepatan serta arah angin
pada stasiun.
Pada saat terjadi siklon tropis George dan Jacob angin bervariasi tetapi
dominan dari barat hal ini didukung oleh posisi siklon tropis yang berada di
sebelah tenggara hingga selatan Jakarta dan juga pengaruh musim pada saat itu
yaitu monsoon Asia. Demikian pula dengan kehadiran siklon tropis George dan
Jacob, perubahan arah angin lebih dominan dibanding dengan perubahan
kecepatan.
Pada analisa streamline juga jelas terlihat bagaimana pengaruh kehadiran
siklon tropis George dan Jacob terhadap arah angin di Jakar ta. Jadi dapat
dikatakan keberadaan siklon tropis George dan Jacob sangat erat kaitannya
dengan arus angin di Jakarta karena terlihat bahwa arus angin di Jakarta selalu
menuju pusat tekanan rendah dalam hal ini siklon tropis George dan Jacob.
34
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pengaruh siklon tropis George dan Jacob diatas,
dapat ditarik beberapa ksimpulan dantara lain :
1. Adanya siklon tropis George dan Jacob mempengaruhi perubahan tekanan
udara di Jakarta.
2. Pada saat siklon tropis George dan Jacob bergerak mendekat, tekanan
udara cenderung bergerak turun dan saat siklon tropis tersebut bergerak
menjauh tekanan bergerak naik.
3. Curah hujan meningkat saat siklon tropis George dan Jacob menjauhi
Jakarta, yaitu saat siklon tropis George di sebelah selatan kepulauan Nusa
Tenggara dan siklon tropis Jacob di sebelah selatan Jawa.