sig

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pembangunan disemua sector pada saat ini dan tahun-tahun akan datang di Kota Surabaya, telah memicu terjadinya peningkatan laju pencemaran. Konsekuensi logis dari semua itu adalah meningkatnya aktifitas perkotaan di berbagai sektor, baik sektor perumahan, industri perdagangan, serta meningkatnya produksi sampah. Masalah sampah perlu diatasi dengan pengelolaan yang baik dan benar, agar permasalahan terkait penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat bisa terkontrol. Dalam pengelolaan persampahan dari tingkat lokal (rumah tangga) lingkungan RT/RW, Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah hingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan konsep sanitary landfill, dan lain-lain, diperlukan kesadaran dan komitmen semua stakeholders dalam mewujudkan sistem pengelolaan sampah ramah lingkungan dan berkelanjutan. Seluruh penduduk Kota Surabaya pun telah melakukan pembuangan sampah melalui system pengangkutan yang memang sudah tersistem dengan baik dan tertata rapi dan dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Dengan system pengangkutan tersebut di atas, maka penyediaan tempat sampah yang memadai juga mutlak diperlukan untuk

Upload: eddo-oto-dinata

Post on 24-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

inderaja

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMeningkatnya laju pembangunan disemua sector pada saat ini dan tahun-tahun akan datang di Kota Surabaya, telah memicu terjadinya peningkatan laju pencemaran. Konsekuensi logis dari semua itu adalah meningkatnya aktifitas perkotaan di berbagai sektor, baik sektor perumahan, industri perdagangan, serta meningkatnya produksi sampah. Masalah sampah perlu diatasi dengan pengelolaan yang baik dan benar, agar permasalahan terkait penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat bisa terkontrol.Dalam pengelolaan persampahan dari tingkat lokal (rumah tangga) lingkungan RT/RW, Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah hingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan konsep sanitary landfill, dan lain-lain, diperlukan kesadaran dan komitmen semua stakeholders dalam mewujudkan sistem pengelolaan sampah ramah lingkungan dan berkelanjutan. Seluruh penduduk Kota Surabaya pun telah melakukan pembuangan sampah melalui system pengangkutan yang memang sudah tersistem dengan baik dan tertata rapi dan dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Dengan system pengangkutan tersebut di atas, maka penyediaan tempat sampah yang memadai juga mutlak diperlukan untuk menunjang kelancaran pengangkutan smapah dari rumah tangga sampai ke TPA. Akan tetapi, perlu diperhatikan apakah adanya tempat tersebut termasuk dalam kategori tempat sampah yang sehat karena kualitas tempat sampah sangat memengaruhi kondisi kesehatan.Pemetaan yang dilakukan akan membantu pengangkutan sampah dari warga ke TPS terdekat pada kecamatan di Surabaya Utara serta mengetahui kualitas tempat sampah sehat yang dimiliki pada kecamatan tersebut. Kualitas tempat sampah sehat dapat menjamin volume sampah dapat tertampung. Sehingga akan diketahui jumlah tempat sampah dan kualitas tempat sampah sehat pada kecamatan di Surabaya Utara.

0. Rumusan MasalahRumusan masalah pada Pemetaan Kepemilikan Tempat sampah Per Keluarga Pada Setiap Kecamatan di Surabaya Utara adalah sebagai berikut :1.Berapa jumlah tempat sampah pada setiap kecamatan di Surabaya Utara ?2.Bagaimana pola penggunaan tempat sampah yang sehat pada kecamatan di Surabaya Utara ?

1.3 TujuanTujuan masalah pada Pemetaan Kepemilikan Tempat sampah Per Keluarga Pada Setiap Kecamatan di Surabaya Utara adalah sebagai berikut:1.Mengetahui jumlah tempat sampah pada setiap kecamatan di Surabaya Utara.2.Mengetahui pola penggunaan tempat sampah yang sehat pada kecamatan di Surabaya Utara.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG)SIG adalah sebuah alat bantu manajemen berupa informasi bebantuan komputer yang berkaitan erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan, serta analisis statistik dengan menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis geografis melalui gambar-gambar petanya (Prahasta, 2006).Komponen SIG adalah sistem komputer, data geospasial, dan pengguna, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Komponen Kunci SIG(Sumber: Anonim1, 2014)

Data yang diolah pada SIG ada 2 macam, yaitu data geospasial atau yang biasanya disebut data spasial dan data non-spasial (atribut). Pada Gambar 2.1, data atribut tidak dijelaskan karena memang dalam SIG yang diutamakan adalah tampilan data secara spasial. Namun, baik secara langsung maupun tidak langsung, data atribut juga dilibatkan (Prahasta, 2006).

2.2 Tinjauan umum tentang sampahPengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan (Slamet, 2002).Menurut Gilbert dkk (1996), sumber-sumber timbunan sampah adalah sebagai berikut:a. Sampah dari pemukiman penduduk Suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cenderung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah.kering, abu plastik dan lainnya. b. Sampah dari tempat - tempat umum dan perdaganganTempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat - tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya beupa sisa sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya. c. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintahYang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah. d. Sampah dari industriDalam pengertian ini termasuk pabrik - pabrik sumber alam perusahaan kayu dan lain - lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering abu, sisa - sisa makanan, sisa bahan bangunan e. Sampah PertanianSampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.3 Operasional pembuangan sampahTata cara pengeiolaan sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai dengan urutan yang berkesinambungan yaitu : penampungan /pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan.pembuangan/pengolahan.1. Penampungan Sampah/ Pewadahan Proses awal dalam penampungan sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah mengindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu lingkungan (SNI 19-2454-2002). 2. Pengumpulan SampahPengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan / pewadahan sampai ketempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 (dua) yaitu: pola individual dan pola komunal (SN119-2454-2002) sebagai berikut: a. Pola IndividualProses pengumpulan sampah dlmulai dari sumber sampah kemudian diangkut ketempat pembuangan sementara/TPS sebelum dibuang ke TPA. b. Pola Komunal Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ketempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.3. Pemindahan Sampah Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut (SNI 19-2454-2002). 4. Pengangkutan SampahPengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres (SN119-2454-2002). 5. Pembuangan Akhir SampahTempat pembuangan sampah akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. Tempat menyingkirkan sampah kota sehingga aman (SK SNI T-11-1991-03).Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi3 (tiga) metode yaitu: Open Dumping, Sanitary Landfill, Controlled Landfill.

2.4 Dampak Sampah terhadap Kesehatan LingkunganMenurut Slamet (2002).Dampak sampah terhadap kesehatan lingkungan, antara lain :1. Dampak Terhadap Kesehatan : Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya yang ditimbulkan, antara lain penyakit diare, kolera, tifus yang dapat menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai, demikian pula penyakit jamur (misalnya jamur kulit).2. Dampak Terhadap Lingkungan Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air, berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk. Hal ini dapat berpengaruh antara lain terhadap dunia pariwisata dan investasi

2.5 Tempat sampah yang sehatTempat sampah merupakan suatu sarana atau tempat yang digunakan untuk membuang segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Syarat tempat sampah yang sehat dalam Suryasa (2008) yaitu :a. Konstruksinya kuat dan tidak mudah bocor sehingga sampah-sampah tersebut tidak berserakanb. Mempunyai tutup yang dibuat sedemikian rupa agar mudah dibuka dan ditutup tanpa harus mengotorkan tanganc. Mudah dibersihkand. Mempunyai ukuran yang sesuai sehingga mudah diangkate. Tempat sampah basah dan kering harus dipisahkan untuk memudahkan dalam proses pengolahan f. Menyediakan plastik di dalamnyag. Tempat sampah dibersihkan secara rutin agar kuman-kuman penyakit tidak tertinggalh. Letakkan tempat sampah di tempat yang strategis atau ramai yang sering dilalui, tapi tidak menghalangi jalan dan jangan di dekat penyimpanan makanan atau minumani. Kosongkan tempat sampah secara rutin

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Lokasi dan WaktuLokasi survey pendataan keluarga yang memiliki tempat sampah di setiap kecamatan wilayah Surabaya Utara dengan koordinat 714'28"S 11244'8"E dimulai bulan Oktober hingga bulan Desember tahun 2014 di wilayah Surabaya Utara.

Gambar 3.1 Wilayah Surabaya UtaraSumber: Anonim1, 2014

3.2 Alat dan Data3.2.1 AlatAlat yang digunakan dalam penelitian Sistem Informasi Geografis tentang (SIG) "Pemetaan Kepemilikan Tempat Sampah per Keluarga pada Setiap Kecamatan di Surabaya Utara" yaitu laptop dengan software ARCGIS 10.1, Google Earth,Global Mapper dan printer.

3.2.2 DataData yang digunakan adalah peta wilayah Surabaya Utara dan data kepemilikan tempat sampah per keluarga pada setiap kecamatan di Surabaya Utara" yang terdiri dari kecamatan kenjeran jumlah keluarga memiliki tempat sampah sekitar 3918 dengan persentase 100%, kedua kecamatan krembangan dengan jumlah keluarga memiliki tempat sampah sekitar 14053 dan persentase 99,4%, kemudian disusul dengan peringkat ketiga kecamatan pabean cantikan jumlah keluarga memiliki tempat sampah 2461 dengan persentase 98,9%, keempat kecamatan semampir jumlah keluarga memiliki tempat sampah sekitar 10576 dengan persentase memiliki 97,9% dan terakhir kecamatan bulak jumlah memiliki tempat sampah sekitar 3879 dengan persentase memiliki 87%. Dari sekian kecamatan tersebut jumlah persentase memiliki tempat terendah adalah kecamatan bulak.Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga yang Memiliki Tempat Sampahdi Wilayah Surabaya Utara Tahun 2012

NoKecamatanJumlah KeluargaKeluarga diperiksaKeluarga memilikiSehat

Jumlah%Jumlah%Jumlah%

1Pabean Cantikan2576424889,7246198,9189576,2

2Semampir494311079421,81057697,9820776.0

3Krembangan349131414240,51405399,41166682,5

4Bulak11095445740,2387987,0303668,1

5Kenjeran36568391810,73918100389299,3

3.3 CARA KERJA

Data sekunder mengenai kepemilikan tempat sampah per keluarga pada setiap kecamatan di Surabaya Utara.

Data dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan konsep pemetaan yang ingin dibuat.

Mencari dan mendownload peta wilayah Surabaya Utara yang berkualitas bagus dan sesuai dengan konsep pemetaan yang dibuat.

Data yang telah dikelompokkan dan peta yang telah didapat kemudian diolah menggunakan software google earth, Global Mapper, dan ArcGis 10.1 untuk dijadikan Sistem Informasi Geografis.

Hasil yang berupa Sistem Informasi Geografis di print dalam bentuk poster.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Importing data vektorData vektor yang dapat diimport secara langsung ke perangkat lunak ILWIS mencakup data dengan format antara lain: Arc View shapefile, Arc/info interchange format, autocad. Pada latihan kali ini format data vektor yang digunakan adalah data dengan format shape file.1. Dari menu file pilih import, kemudian pilih Map, jendela Import akan ditampilkan pada layar:

2. Selanjutnya tentukan Format Import: Arc/View shape file, kemudian pilih file yang akan diimport ke perangkat lunak ILWIS: TPS kecamatan Surabaya Utara, kemudian tentukan nama file baru pada dialog Output Filename. Data tersebut dapat ditemukan pada CD latihan.

3. Data hasil proses importing belum teridentifikasi koordinat sistemnya. Pendefinisian koordinat sistem dilakukan dengan cara: klik kanan peta poligon yang telah diimport pada jendela Catalog, kemudian pilih menu Properties. Selanjutnya ubah sistem koordinat ke LatLon WGS84.

Jadi kegunaan importing ilwis sendiri adalah data yang tersedia dan didapatkan dari penyedia data tertentu untuk bisa digunakan dalam ILWIS. Sedangkan untuk exporting sendiri yaitu data yang dihasilkan melalui proses di dalam Global earth untuk mencari titik koordinat dan mendapatkan peta yang diinginkan, setelah itu di save dalam file yang sama dengan data yang sudah dibuat, dan di buka pada global mapper lalu klik file pilih export map untuk dirubah dalam bentuk shape file, setelah sudah di save kemudian baru bisa di buka pada ILWIS. PROSES GEOREFERENSI:Pada proses ini, lebih ditekankan pada pengukuran TMU atau titik koordinat pada kecamatan wilayah Surabaya Utara, yang sudah diukur pada global earth. Apabila sudah diukur dengan global earth maka tidak perlu menggunakan TMU/titik koordinat untuk menentukan tata letak.Kemudian terdapat konversi data vektor ke data raster, yang sebagian besar analisis yang dilakukan di ILWIS didasarkan pada data raster. Oleh karena itu konversi data dari format vektor ke raster seringkali merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum menginjakpada tahap analisis. Sebelum melakukan rasterisasi, proses georeferensi harus terlebih dahulu dilakukan. Suatu proses georeferensi mencakup informasi nilai minimum dan maksimum koordinat X dan Y pada suatu peta raster, jumlah kolom dan baris, serta ukuran pikselnya. Pada saat melakukan proses rasterisasi pada beberapa peta pada daerah yang sama, dan sebaiknya digunakan georeferensi yang sama.

Salah satu Cara Melakukan Proses Rasterisasi.

Proses Resterisasi.

Membuat Georeferensi.

Kartografi dan Pembuatan PetaMerupakan suatu ilmu dan seni yang berkaitan dengan pembuatan peta. Peta sendiri adalah representatif dua dimensi dari wujud permukaan bumi yang tiga dimensi. Kartografi sangat erat kaitannya dengan komunikasi secara grafis untuk menjelaskan hubungan spasial. Pembuatan suatu peta tidak akan terlepas dari unsur seni. Peta yang baik adalah peta yang dibuat dengan desain yang menarik dan mengikuti kaidah-kaidah kartografis hingga informasi yang terkandung pada suatu peta dapat dipahami, dimengerti, dan dinikmati oleh pengguna sesuai dengan tujuan pembuatan peta.Membuat peta sederhanaTerdapat beberapa tahapan pembuatan peta dalam ILWIS . langkah awal dalam pembuatan peta adalah menampilakn semua data spasial yang menjadi informasi utama peta pada jendela Map Window kemudian mengatur komposisi warna, tampilan dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah untuk membuat peta dengan data-data sebagai berikut: Peta administrasi kecamatan: t_kecamatansurabayautara_cl Peta jaringan jalan: t_road1990 Peta jaringan sungai: t_river1. Dari Catalog pada ILWIS, klik dua kali t_kecamatansurabayauatara_cl2. Kemudian dari edit menu, pilih command representation, selanjutnya pilih poligon t_kecamatansurabayautara_cl. Pada jendela representasi ganti warna unit administrasi sesuai dengan keinginan:

Representation

3. Kemudian pada jendela peta, tekan tombol ADD layer untuk menampilkan peta jalan dan peta sungai. Selalu gunakan dafault parameter pada jendela display options. Selanjutnya ganti warna masing-masing layer sesuai dengan keinginan.4. Selanjutnya simpan Map Window yang berisikan beberapa layer tersebut. Dari menu File pilih command save view As. Kemudian ketik nama Map View: kecamatan surabaya utara_administrasi, masukkan judul pada Title: Peta Administrasi Surabaya Utara.Langka selanjutnya adalah pembuatan layout dan anotasi:1. Dari menu file pada jendela utama, pilih create-layout,

Pembuatan layout peta.

2. Kemudian dari menu file pada editor layout, pilih page setup,3. Pastikan ukuran kertas adalah A3, kemudian ubah orientation menjadi landscape.4. Langkah selanjutnya adalah memasukkan atau inserting data pada Map View. Map View merupakan isi utama suatu layout. Dari menu insert pilih Map View,5. Kemudian ubah skala menjadi 1:400000, kemudian tekan tombol keep scale untuk menentukan skala peta,6. Langkajselanjutnya adalah menambahkan tepi peta. Pada menu insert, pilih Map Border. Masukkan parameter seperti pada gambar dibawah:

Mengatur Map Border.

7. Langkah berikutnya adalah memasukkan legenda, pastikan bahwa Map View surabayautara_administrasi dipilih. Kemudian dari menu Insert, pilih Legend,8. Selanjutnya tambahkan informasi yang lain, seperti judul peta,orientasi,maupun skala peta. Langkah ini dapat dilakukan lewat fasilitas menu insert.,9. Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah menyimpan layout. Dari menu file, pilih save as: surabayautara_administrasi.Pemetaan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui persebaran kepemilikan tempat sampah pada kecamatan di surabaya utara serta mengetahui persebaran tempat sampah sehat pada kecamatan tersebut. Kecamatan yang terdapat pada wilayah Surabaya Utara yaitu Kecamatan Pabean Cantikan, Krembangan, Semampir, Bulak, dan Kenjeran. Menurut data Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2012, cara pembuangan sampah penduduk Kota Surabaya sudah menggunakan sistem angkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Pemetaan tempat sampah akan membantu pihak terkait dalam proses pengangkutan dari perumahan warga ke TPS. Kepemilikan tempat sampah pada setiap kepala keluarga selain membantu dalam proses pengangkutan sampah ke TPS terdekat, perlu diperhatikan kualitas dari tempat sampah yang dimiliki yang dapat juga disebut tempat sampah sehat.Berdasarkan data kepemilikan tempat sampah yang dimiliki Dinas Kebersihan dan Pertamanan , Kepemilikan tempat sampah yang sesuai dengan jumlah keluarga yang diperiksa yaitu pada Kecamatan Kenjeran sebesar 100% dengan jumlah keluarga 36.568 kepala leluarga. Sementara, kepemilikan tempat sampah dengan tingkat kepemilikan terendah terletak pada Kecamatan Bulak dengan persentase kepemilikan 87% dengan jumlah keluarga yang diperiksa sebanyak 11.095 kepala keluarga. Berdasarkan data yang didapat, setiap kepala keluarga pada kecamatan di Surabaya Utara sudah memiliki tempat sampah dengan persentase kepemilikan sebesar 96,58%.Tempat sampah sehat merupakan tempat sampah yang sesuai dan memadai dalam menampung volume sampah yang dihasilkan. Dalam pemetaan ini, selain data jumlah tempat sampah pada kecamatan di Surabaya Utara, juga didapat jumlah tempat sampah sehat yang dimiliki pada setiap kecamatan. Berdasarkan data yang didapatkan, Kecamatan Kenjeran memiliki kepemilikan tempat sampah sehat tertinggi dengan persentase 99,3% dari jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah. Sementara Kecamatan Bulak memiliki tingkat kepemilikan terendah dengan persentase 66,1% dari jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah. Data menunjukkan bahwa hampir seluruh rumah tangga di Surabaya telah memiliki tempat sampah namun rumah tangga yang memiliki tempat sampah yang sehat dan memadai sekitar 80,42 %.

BAB VKESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil pemetaan yang telah didapat, jadi dapat disimpulkan bahwa telah diketahui dari 5 kecamatan Surabaya Utara mayoritas per keluarga di daerah tersebut memiliki tempat sampah namun masih terdapat kecamatan tidak menjalankan prosedur dengan baik dan benar. Bahwa dari hasil pemetaan yang dilakukan terdapat kecamatan kenjeran yang memiliki rasio tertinggi daripada wilayah Surabaya Utara yang lain dengan rasio 100%, urutan kedua terdapat krembangan dengan rasio 99,4 %, urutan ketiga terdapat pabean cantikan dengan rasio 98,9 % urutan keempat terdapat semampir dengan persentase 97,9 % dan di urutan terakhir terdapat kecamatan bulak yang dari sisi memiliki tempat sampah memiliki berkisar 87% dan dari segi kerapiaan emang kurang baik dalam pengelolaan tempat sampahnya.

2. Pola penggunaan tempat sampah sehat di kecamatan wilayah Surabaya Utara tidah merata bahwa kecamatan Kenjeran memiliki tingkat kepemilikan tempah sampah tertinggi walaupun dalam segi jumlah warganya di bawah semampir tapi masih dalam proses pengolahan sampah yang baik dan bagus, sedangkan kecamatan Bulak yang jumlah warganya jauh lebih dari sedikit dari keempat kecamatan yang lain seharusnya jauh lebih baik dalam jumlah memiliki tempat sampah sehat namun berhubung tidak bisa mengelola dengan baik maka rasio rata-rata kecamatan bulak di bawah 4 kecamatan wilayah Surabaya utara yang lain maka dari itu juga berpengaruh terhadap jumlah keluarga d kecamatan bulak yang diperiksa jauh lebih banyak dari kecamatan yang lain.

DAFTAR PUSTAKAGilbert, Alan. 1996.Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana.Prahasta, Eddy. 2006. Membangun Aplikasi Web SIG dengan MapServer. Informatika:Bandung.Slamet, J.S. 2002. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.Surayasa. 2008. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Banjir. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/11_ej_surayasa%20doc.pdf.