contoh aplikasi sig

14
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN DBD DI WILAYAH KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN ARCVIEW Heni Dwi Astuti (10105771) Jurusan Sistem Informasi, Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya, 100, Pondok Cina, Depok E-mail: [email protected] ABSTRAK Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) / Georaphic Information System (GIS) merupakan suatu sistem informasi teknologi mengenai geografis yang sangat berkembang. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya, memodifikasi bentuk, warna, ukuran, dan symbol. SIG dapat digunakan oleh berbagai bidang ilmu, pekerjaan, dan peristiwa. Penulisan ini membahas bagaimana merancang program aplikasi SIG pada daerah-daerah yang terkena demam berdarah dengue (DBD). Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa penyakit demam berdarah dengue ini telah banyak memakan korban, tidak memandang masyarakat dari kalangan bawah maupun kalangan atas. Aplikasi ini memberikan pengetahuan bagaimana mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kata Kunci : DBD, ARCVIEW PENDAHULUAN Latar Belakang Pada ilmu komputer, sistem informasi merupakan hal yang sangat mendasar terutama keterkaitannya dengan sistem secara global. Berkembangnya teknologi komputer merupakan suatu indikasi bahwa komputer adalah suatu media yang digemari dalam mencari informasi. Secara tidak langsung hal ini menandakan bahwa komputer adalah suatu media yang cocok untuk penyebaran informasi. Teknologi komputer dengan segala inovasinya adalah salah satu penyokong perubahan tersebut. Terlebih setelah mewabahnya pemakaian Internet di segala penjuru dunia. Salah satu informasi yang dibutuhkan masyarakat pada saat ini adalah kebutuhan informasi geografis. Dengan demikian, untuk mengelola data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang secara terintegrasi mampu mengolah data spasial dan non spasial secara efektif dan efisien. Salah satu sistem yang dapat menjadi solusi akan hal tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) / Georaphic Information System (GIS) merupakan suatu sistem informasi teknologi mengenai geografis yang sangat berkembang. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya, memodifikasi bentuk, warna, ukuran, dan symbol. SIG dapat

Upload: tulang-haris-zul-amri

Post on 04-Jul-2015

2.062 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Aplikasi SIG

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN DBD DI WILAYAH KOTA DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN ARCVIEW

Heni Dwi Astuti (10105771)

Jurusan Sistem Informasi, Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma

Jl. Margonda Raya, 100, Pondok Cina, Depok E-mail: [email protected]

ABSTRAK Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) / Georaphic Information System

(GIS) merupakan suatu sistem informasi teknologi mengenai geografis yang sangat berkembang. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya, memodifikasi bentuk, warna, ukuran, dan symbol. SIG dapat digunakan oleh berbagai bidang ilmu, pekerjaan, dan peristiwa. Penulisan ini membahas bagaimana merancang program aplikasi SIG pada daerah-daerah yang terkena demam berdarah dengue (DBD). Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa penyakit demam berdarah dengue ini telah banyak memakan korban, tidak memandang masyarakat dari kalangan bawah maupun kalangan atas. Aplikasi ini memberikan pengetahuan bagaimana mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kata Kunci : DBD, ARCVIEW

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pada ilmu komputer, sistem informasi merupakan hal yang sangat mendasar terutama keterkaitannya dengan sistem secara global. Berkembangnya teknologi komputer merupakan suatu indikasi bahwa komputer adalah suatu media yang digemari dalam mencari informasi. Secara tidak langsung hal ini menandakan bahwa komputer adalah suatu media yang cocok untuk penyebaran informasi. Teknologi komputer dengan segala inovasinya adalah salah satu penyokong perubahan tersebut. Terlebih setelah mewabahnya pemakaian Internet di segala penjuru dunia.

Salah satu informasi yang dibutuhkan masyarakat pada saat ini adalah kebutuhan informasi geografis. Dengan demikian, untuk mengelola data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang secara terintegrasi mampu mengolah data spasial dan non spasial secara efektif dan efisien. Salah satu sistem yang dapat menjadi solusi akan hal tersebut adalah Sistem Informasi Geografis (SIG).

Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) / Georaphic Information System (GIS) merupakan suatu sistem informasi teknologi mengenai geografis yang sangat berkembang. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atribut-atributnya, memodifikasi bentuk, warna, ukuran, dan symbol. SIG dapat

Page 2: Contoh Aplikasi SIG

digunakan oleh berbagai bidang ilmu, pekerjaan, dan peristiwa.

Banyak sekali aplikasi–aplikasi yang dapat ditangani oleh sistem informasi geografis, di antaranya adalah pada bidang kesehatan. Peristiwa yang dapat diteliti dengan dasar SIG adalah daerah yang dilanda wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Depok. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa penyakit demam berdarah dengue ini telah banyak memakan korban, tidak memandang masyarakat dari kalangan bawah maupun kalangan atas.

Oleh karena itu diperlukan penanganan yang cepat agar tidak banyak korban yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Agar seluruh upaya itu berjalan lancar diperlukan sosialisasi, peningkatan serta pemahaman atas pengelolaan penyakit DBD dan mengantisipasi penyakit ini kepada masyarakat yang akan dibahas pada penulisan Tugas Akhir ini yang diberi judul Perancangan Sistem Informasi Geografis Penyebaran DBD di Wilayah Kota Depok Dengan Menggunakan ArcView. Batasan masalah

Aplikasi sistem informasi yang dibuat ini terfokus pada informasi penyebaran penyakit DBD di wilayah kota Depok. Informasi data penyakit DBD di setiap daerah disediakan dari tahun 2006 sampai 2008 untuk korban yang menderita penyakit DBD dalam bentuk visualisasi peta wilayah kota Depok dengan menggunakan software ArcView serta hanya menampilkan informasi tentang DBD, cara penanggulangan, pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue serta daftar puskesmas dan rumah sakit terdekat.

Tujuan Tujuan dari pembuatan tugas

akhir ini adalah merancang sistem informasi geografis penyebaran Demam Berdarah Dengue di wilayah kota Depok, yang dapat menyajikan informasi agar dinas kesehatan kota Depok pada khususnya dan masyarakat yang berkepentingan dapat mengetahui jumlah penderita dan mengetahui daerah yang terjangkit wabah penyakit Demam Berdarah Dengue. Memberikan pengetahuan bagaimana mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit DBD ini. Metodologi Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini melalui tahap-tahap berikut ini:

1. Tahap pertama adalah mencari kebutuhan sistem, yaitu:

• Mempelajari Software ArcView dengan prinsip-prinsip kerjanya.

• Mencari dan mengumpulkan data tentang penyakit Demam Berdarah Dengue yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Depok, browsing ke situs-situs yang berhubungan melalui Internet mengenai DBD.

2. Tahap kedua adalah melakukan analisis perancangan sistem yang di antaranya sebagai berikut:

Page 3: Contoh Aplikasi SIG

• Melakukan perancangan sistem sesuai data dan aturan yang ditetapkan.

3. Tahap ketiga adalah melakukan pembuatan aplikasi sistem yang telah direncanakan, di antaranya sebagai berikut:

• Menyiapkan hardware dan software sebagai teknologi yang digunakan.

• Melakukan pemrosesan data pada peta sehingga siap digunakan.

4. Tahap keempat adalah tahap pengujian hasil untuk melihat apakah sistem yang dibuat sudah atau belum sesuai dengan kebutuhan.

5. Tahap kelima adalah membuat dokumentasi untuk tiap tahapan proses di atas sebagai kebutuhan laporan dalam Tugas Akhir.

TINJAUAN PUSTAKA Geographic Information System (GIS)

Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) menurut Prof. Shunji Murai diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial untukmendukkung

pengambilan keputusan dalam peerencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Pendekatan-pendekatan kelokasian lebih dikenal dengan istilah pendekatan keruangan/spasial sangat penting di dalam melakukan analisis-analisis fenomena yang terjadi di bumi ini, baik itu yang sifatnya fisik maupun yang bersifat social kemasyarakatan seperti ekonomi, politik, lingkungan, budaya. dsb. Karena jika fenomena itu bisa ditangkap informasinya secara utuh berikut lokasi dan polanya, hal tersebut bisa membantu dalam menyelesaikan atau mencari solusi dari permasalahan terkait muka bumi. Komponen GIS Komponen utama SIG adalah sistem komputer, data geospatial dan pengguna seperti:

Gambar1 Komponen kunci dalam SIG

Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis, pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial. Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statik dan dokumen lain yang berhubungan.

Page 4: Contoh Aplikasi SIG

Data geospatial dibedakan menjadi data grafis (stau disebut juga data geometris) dan data atribut (data tematik). Data grafis mempunyai tiga elemen yaitu titik (node), garis (arc) dan luasan (polygon) dalam bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.

Gambar 2 Konsep Data Geospatial

Fungsi pengguna adalah untuk memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat jadwal pemuktakhiran (updating) yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkandan merencanakan aplikasi. Model Data SIG Data dalam SIG dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu data spasial dan data non spasial. Data spasial merupakan data yang memuat tentang lokasi suatu objek dalam peta berdasarkan posisi geografi objek tersebut di dalam bumi dengan menggunakan sistem koordinat.

Data spasial mempunyai dua elemen dasar, antara lain:

1. Lokasi Lokasi umumnya mengacu pada letak geografi suatu

objek dalam sistem koordinat bumi, akan tetapi kode geografi lainnya juga dapat dipergunakan. Sebagai contoh, kode pos.

2. Atribut Atribut merupakan karakteristik atau ciri dasar dari suatu objek.

Data non spasial adalah data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Data ini sering disebut juga data atribut. Dalam suatu peta, atribut biasanya disajikan sebagai teks atau legenda peta. Model Data Raster

Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik (di sudut grid (pojok), di pusat grid, atau di tempat yang lainnya). Akurasi model data ini sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya (sel grid) di permukaan bumi. Entitas spasial raster disimpan di dalam lapisan-lapisan (layers) yang secara fungsional direlasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh sumber-sumber entitas spasial raster adalah citra satelit (misalnya NOAA, Spot, Landsat, Ikonos, dll), citra radar, dan model ketinggian dijital.

Gambar 3 Permukaan Bumi dan Lapisan pada

Model Data Raster

Page 5: Contoh Aplikasi SIG

Model raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi di mana saja dalam bentuk gambaran yang digenaralisir. Dengan model ini, dunia nyata disajikan sebagai elemen matriks atau sel-sel grid yang homogen (Gambar 2.2). Dengan model data raster, data geografi ditandai oleh nilai-nilai (bilangan) elemen matriks persegi panjang dari suatu obyek. Dengan demikian, secara konseptual, model data raster merupakan model data spasial yang paling sederhana.

Karakteristik lapisan-lapisan raster: 1. Resolusi Resolusi spasial dapat didefinisikan sebagai dimensi linier minimum dari satuan terkecil geographic space yang dapat direkam. Satuan terkecil ini pada umumnya berbentuk segi empat (biasanya bujur sangkar) dan dikenal sebagai sel-sel grid, elemen matriks, elemen terkecil dari suatu gambar, atau piksel. Resolusi suatu data raster akan merujuk pada ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh setiap pikselnya. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang dapat direpresentasikan oleh setiap pikselnya, semakin tinggi resolusi spasialnya. Demikian pula sebaliknya, semakin luas permukaan bumi yang dapat direpresentasikan oleh setiap pikselnya, semakin rendah resolusi spasialnya. 2. Orientasi Orientasi di dalam sistem grid atau raster dibuat untuk merepresentasikan arah utara grid. Hal yang paling sering dilakukan adalah dengan cara menghimpitkan arah utara grid ini dengan arah utara yang sebenarnya di titik asal sistem koordinat grid yang bersangkutan. Jika suatu grid raster telah diorientasikan terhadap titik

asal dan arah utara sejati, maka sistem penomoran grid dan satuan-satuan ukurannya dapat ditentukan. 3. Zona Setiap zona lapisan peta raster merupakan sekumpulan lokasi yang memperlihatkan nilai-nilai (ID atau nomor pengenal yang direpresentasikan oleh nilai piksel) yang sama. Sebagai contoh adalah persil-persil tanah milik, batas-batas administrasi, danau atau pulau, jenis tanah dan vegetasi, dan sebagainya. Tetapi tidak semua lapisan memiliki zona. 4. Nilai Nilai, dalam konteks raster, adalah atribut informasi yang disimpan di dalam sebuah lapisan untuk setiap pikselnya. Piksel-piksel di dalam zona yang sejenis memiliki nilai yang sama. 5. Lokasi Pada umumnya, lokasi, di dalam model data raster, diidentifikasikan dengan menggunakan pasangan koordinat kolom dan baris (x,y). Biasanya, lokasi-lokasi atau posisi-posisi koordinat geografi (geodetik) yang sebenarnya di permukaan bumi dari beberapa piksel yang teletak di sudut-sudut citra raster juga diketahui melalui proses pengikatan. Model Data Vektor Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya. Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial ini, di dalam sistem model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi (x,y). Di dalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon juga

Page 6: Contoh Aplikasi SIG

disimpan sebagai sekumpulan data atau obyek berupa titk-titik yang saling terkait secara dinamis tetapi dengan catatan bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama (poligon tertutup sempurna).

Gambar 4 Permukaan Bumi dan Lapisan pada

Model Data Vektor ArcView

ArcView merupakan salah satu perangkat lunak SIG dan pemetaan yang dikembangkan oleh ESRI (Environmental Systems Research Institute, Inc). Dengan ArcView, anda dapat memiliki kemampuan-kemampuan untk melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab query (baik basis data spasial maupun non spasial), menganalisis data secara geografis, dan sebagainya. Arsitektur ArcView

ArcView mengorganisasikan sistem perangkat lunaknya ke dalam komponen penting sebagai berikut:

a. Project Project merupakan suatu unit

organisasi tertinggal di dalam ArcView. Project di dalam ArcView merupakan file kerja yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengelompokkan dan mengorganisasikan semua komponen-komponen program: View, theme, table, chart, layout, dan script dalam satu kesatuan yang utuh.

Sebuah project merupakan kumpulan jendela dan doumen yang dapat diaktifkan dan ditampilkan selama bekerja. Sebuah project berisi pointers yang merujuk pada lokasi fisik (direktori di dalam disk) dimana dokumen-dokumen tersebut disimpan, selain juga menyimpan informasi-informasi pilihan anda untuk project-nya (ukuran, simbol, warna dan sebagainya). b. Theme

Theme merupakan suatu bangunan dasar sistem ArcView. Themes merupakan kumpulan dari beberapa layer ArcView yang membentuk suatu ”tematik” tertentu. Sumber data yang dapat direpresentasikan sebagai theme adalah shapefile, coverage (ArcInfo), dan citra raster. c. View

View mengorganisasikan theme. Sebuah view merupakan representasi garis informasi spasial dan dapat menampung beberapa ”layer” atau ”theme” informasi spasial (titik, garis, poligon, dan citra raster). Sebagai contoh, posisi-posisi kota (titik), sungai-sungai (garis), dan batas propinsi (poligon) dapat membentuk sebuah theme dalam sebuah view. d. Table

Sebuah table merupakan representasi data ArcView dalam bentuk sebuah tabel. Sebuah tabel akan berisi informasi deskriptif mengenai layer tertentu. Setiap baris data (record) mendefinisikan sebuah entry di dalam data spasialnya, setiap kolom (field) mendefinisikan atribut atau karakteristik dari entry yang bersangkutan.

Page 7: Contoh Aplikasi SIG

e. Chart Chart merupakan representasi

grafis dari resume tabel data. Chart juga bisa merupakan hasil suatu query terhadap suatu tabel data. Bentuk chast yang didukung oleh ArcView adalah line, bar, column, xy scatter, area, dan pie. f. Layout

Layout diguanakan untuk menggabungkan semua dokumen (view, table, dan chart) ke dalam suatu dokumen yang siap cetak (biasanya dipersiapkan untuk hardcopy). g. Script

Script merupakan bahasa (seni) pemrograman sederhana (makro) yang digunakan untuk mengotomasikan kerja ArcView. ArcView menyediakan bahasa sederhana ini dengan sebutan Avenue. Dengan Avenue, pengguna dapat memodifikasi tugas-tugas yang kompleks, dan berkomunikasi dengan aplikasi-aplikasi lain

Graphical User Interface ArcView

Arcview mengorganisasikan project beserta tool yang tersedia ke dalam bentuk sistem windows, menu, button dan icon. Keseluruhan lingkungan pengembangan (IDE16) dan GUI17 ArcView terdapat dalam window apliksai utama. Semua interaksi dengan penggunan dilakukan di dalam area ini, tentu saja juga di area tampilan keluaran Arcview. Setiap tipe dokumen (View, table, chart, layout dan script) Arcview memiliki GUI yang berbeda. Berikut adalah contoh-contoh tipe dokumen tersebut beserta GUI yang bersangkutan.

Menu-menu yang terdapat pada menu ini menyediakan fasilitas-fasilitas project yang akan dibuat.

Wabah Penyakit DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) (bahasa medisnya disebut Dengue Hermorrhagic fever (DEF)) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan didaerah termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Epidemilogi DBD

1. Penyebab Penyakit DBD disebabkan oleh

virus dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, virus tersebut termasuk dalam group B Arthropodborne viruses (arboviruses). Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga. 2. Tanda dan Gejala Penyakit

Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3-

15 hari sejak seseorang terserang virus dengue. Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda gejala demam berdarah sebagai berikut:

° Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38-40 derajat Celcius).

° Pada pemeriksaan uji tourniquet, tampak

Page 8: Contoh Aplikasi SIG

adanya jentik (puspura) perdarahan.

° Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran (peaces) berupa lendir bercampur darah (melena), dan lain-lainnya.

° Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).

° Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

° Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3-7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000/mm3 (trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas 20% dari nilai normal (hemokonsentrasi).

° Timbulnya beberapa gejala kliniks yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.

° Mengalami pendarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

° Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.

° Munculnya bintik-bintik pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

Pengobatan Penyakit DBD 1. Pertolongan pertama yang

penting adalah memberi minum sebanyak mungkin.

° Air masak yang dibubuhi garam oralit atau gula.

° Susu. ° Air kelapa atau air teh.

2. Kompres dengan air es. 3. Beri obat penurun panas. 4. Selanjutnya penderita segera

dibawa ke dokter/puskesmas yang terdekat untuk diperiksa. Bila diduga terserang demam berdarah akan dikirim ke rumah sakit untuk dirawat.

5. Lapor segera ke puskesmas/ sudin kesehatan setempat dengan membawa surat dari rumah sakit.

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi sampai sore hari, karena nyamuk aedes aegypti aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di daerah yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBDnya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya, yaitu:

1. Lingkungan Metode lingkungan untuk

mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangan nyamuk hasil kegiatan manusia, dan perbaikan disain rumah. Sebagai contoh:

° Menguras bak mandi atau penampungan air sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu.

Page 9: Contoh Aplikasi SIG

° Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

° Mengganti atau menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.

° Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.

2. Biologis Pengendalian biologis antara lain

dengan menggunakan ikan pemakan jentik nyamuk dan bakteri. 3. Kimiawi

Cara pengendalian antara lain: ° Pengasapan atau fogging

Berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

° Memberi bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air.

PEMBAHASAN DAN PERANCANGAN Perancangan

Tampilan antar muka pada aplikasi ini merupakan modifikasi tampilan antar muka perangkat ArcView. Menu-menu dibuat dengan menggunakan skrip Avenue, kemudian diintegrasikan dengan window-window dokumen. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan aplikasi ini adalah :

1. Studi Pustaka tentang Sistem Informasi Geografis dan ArcView GIS

2. Mengumpulkan data Demam Berdarah Dengue kota Depok.

3. Merancang aplikasi 4. Mendijitalisasi data-data spasial

yang didapat dengan menggunakan metode on screen

digitizing berdasarkan peta digital Kota Depok.

5. Memasukkan data-data non spasial ke dalam tabel-tabel.

6. Memodifikasi tampilan antar muka menggunakan skrip Avenue.

Rancangan Antar Muka

Antar muka ini dirancang untuk pengguna akhir agar dapat melihat informasi penyebaran penyakit DBD di wilayah Depok dan menggunakan informasi itu sesuai dengan keinginan pengguna akhir, seperti melihat tampilan peta Depok.

Gambar 5 Tampilan Window Utama

Pada tampilan tersebut baris

menu adalah kumpulan dari menu-menu yang berisi suatu perintah untuk melakukan tugas tertentu dan baris tombol adalah kumpulan dari tombol-tombol yang mewakili suatu perintah tertentu. Isi dari baris menu dan baris tombol tergantung pada tipe dokumen yang dibuka. Tipe dokumen dapat berupa peta, tabel, dan grafik.

Gambar 5 Struktur tampilan aplikasi

Nama Aplikasi

Baris Tombol

Baris Menu

Window Dokumen

Tipe Dokumen

Banner

Proyek

Grafik Tabel Peta

Page 10: Contoh Aplikasi SIG

Rancangan Data Model data dalam SIG terdiri

dari 2 macam, yaitu data spasial dan data non spasial. Data spasial yang terdapat dalam aplikasi ini adalah :

1. Data spasial kecamatan Menunjukkan batas-batas dari tiap kecamatan yang ada di wilayah Depok.

2. Data spasial kelurahan Menunjukkan batas-batas kelurahan yang ada di Kota Depok.

3. Data kasus DBD Menunjukkan kasus demam

berdarah yang ada di wilayah Depok. Data-data spasial tersebut dibuat secara langsung melalui proses dijitasi (on screen digitizing) dengan perangkat ArcView.

Data non spasial disimpan di dalam tabel-tabel. Terdapat 2 tipe data non spasial, yaitu data yang berhubungan langsung dengan data spasial dan data yang tidak berhubungan langsung dengan data spasial. Struktur Atribut Tabel Data-data non spasial yang berhubungan langsung dengan data spasial disimpan di dalam suatu tabel atribut. Tabel atribut merupakan tabel yang secara otomatis terbentuk pada setiap pembuatan data spasial. Tabel ini digunakan untuk menyimpan atribut-atribut milik data spasial. Minimal terdapat satu atribut yang ada pada setiap tabel, yaitu atribut bentuk (shape) yang menunjukkan bentuk representasi grafis dari data spasial yang bersangkutan. IMPLEMENTASI Proses digitasi

Setelah pengambilan gambar maka dilakukan proses digitasi yang

mengubah ke dalam bentuk data spasial vektor. Data-data spasial dibuat malaui proses digitasi langsung di layar monitor (on screen digitizing). Proses ini dilakukan di dalam komponen View milik ArcView. Setelah lembar kerja view baru dibuat. Klik menu File kemudian pilih sub menu Extension, beri tanda pada semua pilihan available extension kemudian pilih ok.

Gambar peta depok dimasukkan ke dalam area peta dengan memilih menu “view” lalu “Add Theme”. Setelah kotak dialog “Add Theme” muncul, ” Image Data Source” dipilih dari daftar “ Data Source Types” guna memasukkan gambar peta. Dan beri tanda pada nama peta yang dimasukkan untuk memunculkan peta. Data yang berhubungan langsung dengan data spasial dimasukkan ke dalam tabel-tabel atribut milik data spasial. Keseluruhan proses ini dilakukan di dalam komponen Table milik ArcView.

Digitasi Tipe Poligon

Data spasial yang direpresentasikan dengan poligon yaitu batas-batas kecamatan. Data spasial ini direpresentasikan dalam tipe poligon karena umumnya merupakan suatu lokasi yang luas.

Pembuatan tiap data spasial ini juga memerlukan sebuah theme baru, yaitu dengan cara memilih menu “View” lalu pilih “New Theme”. Pada kotak dialog “New Theme” tipe unsur yang dipilih adalah polygon.

Langkah selanjutnya adalah memilih tombol “Polygon Tool” dan mengarahkan kursor pada area dimana unsur-unsur poligon akan ditempatkan. Dan untuk menggeser peta yang sedang dalam proses digitasi digunakan “Pan”.

Pembuatan data spasial kecamatan melibatkan sub menu

Page 11: Contoh Aplikasi SIG

“Subtract Features” pada menu “Edit”. Hal ini dimaksudkan agar poligon-poligon yang telah dibuat tertutup sempurna.

Digitasi Tipe Garis

Data spasial yang direpresentasikan dalam bentuk garis yaitu batas kecamatan. Pembuatan tipe data spasial ini juga memerlukan sebuah theme baru, seperti yang dilakukan pada pembuatan data spasial poligon. Namun pada kotak dialog “New Theme”, tipe unsur yang dipilih adalah “Line”.

Kemudian mengaktifkan mode penggambaran garis, tombol “Line Tool” dipilih, dan kursor diarahkan ke arah yang akan dibuat garisnya.

Pengisian Tabel Atribut

Setelah seluruh data spasial dibuat, proses selanjutnya adalah pengisian tabel atribut. ArcView secara otomatis akan membuat satu tabel atribut untuk setiap data spasial (theme) yang ada, dan menambahkan satu baris record bagi tiap unsur spasial dibuat. Modifikasi Menu Antar Muka

Modifikasi menu antar muka akan memudahkan dalam melihat halaman demi halaman. Tampilan menu dilakukan dengan cara pilih “Project” lalu “Customize”, dan akan muncul kotak customize.

Gambar 6 Tampilan Kotak Dialog Customize

Menu-menu pada proyek diintegrasikan dengan window proyek. Oleh karena itu tipe yang dipilih adalah Project dengan kategori Menus. Untuk membuat menu baru, pilih tombol “New Menu”. Untuk membuat sub menu, pilih tombol “New Item”. Nama menu diisikan pada properti Label. Nama skrip yang akan dijalankan saat menu dipilih, diisi pada properti Click. Properti Help diisi dengan kalimat yang akan muncul di baris status window jika kursor menunjuk menu tersebut.

Prosedur yang sama juga dilakukan untuk mengintegrasikan menu-menu Peta, Tabel, dan Grafik dengan window dokumen masing-masing. Namun Tipe yang dipilih bukan Project. Peta memilih tipe View, Tabel memilih tipe Table, sedangkan Grafik memilih tipe Chart.

Untuk memunculkan tombol-tombol tertentu yang dimiliki ArcView pada setiap window, maka kategori yang dipilih adalah Buttons. Tombol-tombol yang ada dipilih dari daftar yang tersedia. Setelah pembuatan menu di dalam customize, maka tampilan menu-menu tersebut akan diimplementasikan ke dalam masing-masing type sesuai yang telah dipilih. Uji Coba Program

Pengujian program dilakukan untuk mengetahui fungsi yang diharapkan seperti output yang dihasilkan benar dari input, database yang diakses dengan cara benar dan menguji apakah aplikasi tersebut berjalan dengan benar setelah aplikasi selesai dibuat. Maka untuk mulai menjalankan program aplikasi ini hanyalah dengan mengklik mouse dua kali pada file yang berekstensi kota.apr.

Page 12: Contoh Aplikasi SIG

Pengujian Banner Banner akan menampilkan pesan

sederhana pada user aplikasi ketika membuka dan menutup aplikasi. Saat proyek dibuka maka akan muncul banner awal selama 5 detik dan ketika proyek ditutup maka akan tampil banner akhir sebelum proyek berakhir selama 5 detik.

Gambar 7 Banner awal

Gambar 8 Banner akhir

Pengujian Window Proyek

Proyek ini mempunyai 4 menu yaitu File, Proyek, Informasi DBD, dan Petunjuk. Masing-masing mempunyai sub menu seperti yang telah dirancang. Pada menu File terdapat sub menu Simpan, Tutup, dan Keluar. Pada menu Proyek terdapat sub menu Propertis, Ganti nama, Hapus dan Kostumisasi. Untuk sub menu pada menu Proyek terdapat password untuk melakukan pengeditan.

Pada menu Informasi terdapat sub menu Pengerian DBD, Gejala DBD,

Ciri-ciri Aedes Agypti, Pertolongan Pertama, Gerakan 3 M, Cara lainnya, dan Daftar Rumah Sakit. Pada menu Petunjuk terdapat sub menu Penggunaan Proyek, Penggunaan Peta, dan Penggunaan Tabel. Untuk sub menu pada menu Informasi DBD dan Petunjuk, merupakan tampilan halaman yang di buat di dalam photoshop dan dihubungkan dengan skrip yang sama dengan scr_banner_akhir.

Gambar 9 Tampilan Window Proyek

Pengujian Window Peta

Proyek ini mempunyai 3 menu utama yaitu File, Peta, dan Tabel. Di setiap menu terdiri dari beberapa sub menu. Pengujian dilakukan pada setiap menu sampai dengan sub menu tersebut. Didalam window peta ini terdapat beberapa tema yang menjelaskan presentase kasus DBD di kota Depok.

Gambar 10 Tampilan Window Peta

Pengujian Window Tabel

Proyek ini mempunyai 3 menu utama yaitu File, Edit, dan Tabel. Di

Page 13: Contoh Aplikasi SIG

setiap menu terdiri dari beberapa sub menu. Pengujian dilakukan pada setiap menu sampai dengan sub menu tersebut. Dan bila akan dilakukan pengeditan pada tabel maka aktifkan tabel dengan memilih Start editing.

Gambar 11 Tampilan Window Tabel

Pengujian Window Grafik

Proyek ini mempunyai 2 menu utama yaitu File dan Grafik. Di setiap menu terdiri dari beberapa sub menu. Pengujian dilakukan pada setiap menu sampai dengan sub menu tersebut.

Gambar 12 Tampilan Window Chart

PENUTUP Kesimpulan

Aplikasi ini membentuk suatu perancangan sistem informasi geografis (GIS) penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) khusus di wilayah kota Depok, agar dapat mengetahui jumlah terjangkit dan wilayah bahaya wabah demam berdarah dengue dan fogging yang dilakukan di setiap daerah. Aplikasi ini menyediakan tool-tool untuk membantu pengguna

dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Dalam segi visualisasi warna, di setiap wilayah memiliki warna yang berbeda di setiap batasan-batasan dari kecamatan dan kelurahan Kota Depok, sehingga pengguna dapat lebih mudah melihat daerah yang paling banyak terjangkit demam berdarah. Dan dengan cepat mendapat informasi mengenai demam berdarah yang ditampilkan. Saran Aplikasi pada peta penyebaran demam berdarah ini masih terbatas dalam memberikan informasi jumlah penderita dalam batas wilayah setiap kecamatan dan kelurahan dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh. Diharapkan dapat dikembangkan ke dalam wilayah yang lebih kecil lagi seperti rukun warga (RW) atau rukun tetangga (RT), jumlah kematian akibat DBD dan sebagainya.

Bila ingin melihat daerah terjangkit maka aktifkan layer daerah yang diinginkan dan matikan layer yang aktif. Dan aplikasi ini tidak dapat berextention .exe sehingga user harus menginstal software Arcview terlebih dahulu untuk menggunakan aplikasi ini. DAFTAR PUSTAKA

[1] Eddy Prahasta, Ir., MT., Sistem

Informasi Geografis : Konsep-konsep Dasar, Edisi Revisi, Informatika, Bandung, Oktober, 2002.

[2] _______, Geografi Information System, http://www.geografiana.com, Tanggal Akses: 10 Juli 2009.

[3] _______, Demam Berdarah, http://id.wikipedia.org, Tanggal Akses: 23 Mei 2009.

Page 14: Contoh Aplikasi SIG

[4] _______, Sistem Informasi, http://id.wikipedia.org, Tanggal Akses: 10 Juli 2009.

[5] _______, Sistem-informasi-geografis, http://ilmukomputer.org, Tanggal Akses: 28 Maret 2009.

[6] Eddy Prahasta, Ir., MT., Sistem Informasi Geografis : ArcView Lanjut Pemrograman Bahasa Script Avenue, Edisi Revisi, Informatika, Bandung, Cetakan

Pertama, Informatika, Bandung, Desember, 2004.

[7] Budiyanto, eko, Avenue Untuk Pengembangan Sistem Informasi Geografis, Andi, Yogyakarta, 2007

[8] Eddy Prahasta, Ir., MT., Sistem Informasi Geografis : Tutorial ArcView, Cetakan Pertama, Informatika, Bandung, Oktober, 2002.

[9] _______, Gejala DBD, http://gizi.net, Tanggal Akses: 23 Mei 2009.