studi tentang aplikasi sig pendidikan

21
A. STUDI TENTANG APLIKASI SIG Sumber : Tmnc polri dan dishub TABEL : N NA!A PENLIS TA"UN #UDUL !ASALA" TU#UAN PUSTAKA !ETDE "ASIL $ I%AN SETIA%A N &'$$ PE(ANAN SIG DALA! PENDIDIKAN pendidi)an dalam Pembela*aran Geo+ra, pada -in+)a- S!A !A Penin+)a-an mu-u pendidi)an /ai-u Den+an pro+ram apli)asi SIG ini ma)a dapa- memberi)an )emudahan pada sis0a dalam bela*ar +eo+ra,. Arrono12 S-an.$343. G eo+raphic In5orma-ion S/s-em : a !ana+emen- Perspec-i6e. --a0a : %DL Publica-ion. Burrou+h2 Pe-er A. $347. Princip les o5 Geo+raphical In5orma-ion S/s-em 5or Land (esources !ana+emen- . 85ord : 9larendon Press E6aluasi dan !oni-orin+ Pendidi)an. ser-a Pemera-aan dan perluasan a)ses pendidi)an "asil pembela*aran Geo+ra, ini2 pada -a-aran )epen-in+an nasional2 a)an -uru- memben-u) manusia Indonesia /an+ memba0a masa depan ban+sa dan ne+ara pada )eadilan dan )ese*ah-eraan dimana po-ensi sumberda/a dapa-diman5aa-) an secara op-imal2 )eren-anan bencana dari baha/a lin+)un+an dapa- di)uran+i2 dan peman5aa-an

Upload: herdi-pebryana-putra

Post on 06-Oct-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SIG

TRANSCRIPT

A. STUDI TENTANG APLIKASI SIG Sumber : Tmnc polri dan dishub

TABEL : NONAMA PENLISTAHUNJUDULMASALAHTUJUANPUSTAKAMETODEHASIL

1IWAN SETIAWAN2011PERANAN SIG DALAM PENDIDIKAN

pendidikan dalam Pembelajaran Geografi pada tingkat SMA/MA

Peningkatan mutu pendidikan yaitu Dengan program aplikasi SIG ini maka dapat memberikan kemudahan pada siswa dalam belajar geografi.

Arronoff, Stan.1989.Geographic Information System : a Management Perspective.Ottawa: WDL Publication.

Burrough, Peter A. 1986.Principles of Geographical Information System for Land Resources Management.Oxford: Clarendon Press

Evaluasi dan Monitoring Pendidikan. sertaPemerataan dan perluasan akses pendidikan

Hasil pembelajaran Geografi ini, pada tataran kepentingan nasional, akan turut membentuk manusia Indonesia yang membawa masa depan bangsa dan negara pada keadilan dan kesejahteraan dimana potensi sumberdaya dapatdimanfaatkan secara optimal, kerentanan bencana dari bahaya lingkungan dapat dikurangi, dan pemanfaatan ruang lokal maupun nasional menjadi terpadu

2TRILAKSMI, YANI,HARIYANTO, TEGUH2012PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PEMETAAN POTENSI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KECAMATAN GRESIK

banyaknya orang tua yang kesulitan dalam mengetahui informasi mengenai fasilitas dan lokasi suatu sekolah yang diinginkan,bertujuan untuk memaparkan sistem informasi mengenai pemetaan potensi pendidikan dasar dan menengah di Kecamatan GresikPublication URL :http://digilib.its.ac.id/penggunaan-sistem-informasi-geografis-sig-untuk-pemetaan-potensi--pendidikan-dasar-dan-menengah-di-kecamatan-gresik-kabupaten-gresi-18167.html

dengan peta dasar Bakosurtanal skala I :25.000 beserta informasi mengenai letak, fasilitas disertai foto yang terdapat pada setiap sekolah yang dirangkum dalam suatu databasehasil penelitian adalah perbandingan jumlah penduduk dan daya tampung sekolah di setiap kelurahan dimana sebagian besar sekolah tidak dapat memadai daya tampung penduduk usia sekolah karena tidak meratanya sekolah di setiap kelurahan

32009KEADAAN UMUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KALIMANTAN TENGAHinformasi letak area tingkat pendidikan yang ada di Indonesia bagian tengah,khususnya Kalimantan tengah, dengan menggunakan Sistem Informasi GeografisMerancang suatu Sistem Informasi Geografis yang interaktif dan dinamis sehingga mampu memberikan kemudahan dan dapat memberikan informasi.Penelitian Lapangan Dengan melakukan riset dan pengumpulan data secara langsung di Departemen Pendidikan NasionalMemberikan informasi sekaligus mengetahui letak area tingkat pendidikan yang ada di Kalimantan tengah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis berbasiskan web. Diharapkan membantu dalam memberikan jalan keluar dalam penyelesaian masalah informasi pendidikan yang berada di Kalimantan tengah.

4Dani2011PEMANFAATAN SIG DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Bagaimana peran Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam bidang pendidikanTujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peranan Sistem Informasi Geografis (SIG) bagi dunia pedidikan dan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Komputer Dasar.Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, 2001, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta. PT Mitra Gama Widya.

Evaluasi dan Monitoring PendidikanMeningkatkan pengintegrasian organisasi.Membuat keputusan-keputusan lebih sempurna.Membantu membuat peta

5Novianti(11105172)APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA DEPOK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN QUANTUM GISmasalah dari aplikasi ini adalah memberikan informasi kepada pengguna mengenai titik-titik lokasi sarana pendidikan formal yang ada di Kota Depok untuk jenjang SMA/MA, SMK, Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta dan Dinas Pendidikan serta informasi-informasi yang terkait didalamnya dengan menggunakan Quantum Gisadalah untuk membuat sebuah aplikasi SIG pendidikan Kota Depok berbasis web yang akan memberikan informasi data statistik kepada pengguna dalam bentuk peta tematik (WebGIS) yang diharapkan dapat lebih menarik untuk dilihat dan lebih mudah dipahami.Eddy Prahasta, Membangun Aplikasi Web-based GIS dengan MapServer, Informatika Bandung, Bandung, 2007.mengumpulkan berbagai referensi, seperti informasi dan teori tentang software-software pendukung dalam pembuatan WebGISPada Aplikasi SIG Pendidikan berbasis web ini menyajikan peta digital yang di dalamnya terdapat informasi mengenai titik-titik lokasi sarana pendidikan yang ada di Kota Depok untuk jenjang SMA/MA, SMK, Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta dan Dinas Pendidikan serta informasi-informasi yang terkait didalamnya.

B. PEMBAHASANPEMBAHASAN(iwan)2.1.Pengertian SIGPengertian SIG secara luas adalah sistem manual dan atau komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan menghasilkan informasi yang mempunyai rujukan spatial atau geografis. Banyak para ahli mencoba mendefinisikan SIG secara lebih operasional, misal Burrough (1986) mengemukakan bahwa SIG adalah seperangkat alat(tools)yang bermanfaat untuk pengumpulkan, penyimpanan, pengambilan data yang dikehendaki, pengubahan dan penayangan data keruangan yang berasal dari gejala nyata di permukaan bumi. Arronof (1989) dalam bahasa yang lebih lugas mendefinikan SIG sebagai suatu sistem berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yakni pemasukan, pengelolaan atau manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis, dan keluaran.Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik suatu benang merah bahwa di dalam SIG tercermin adanya: (1) pemrosesan data spasial dalam bentuk digital(numeric)yang mendasarkan pada kerja komputer yang mempunyai persyaratan tertentu , disamping data lainnya yangberupa data atribut; (2) dinamisasi proses pemasukan, klasifikasi, analisis hingga keluaran (hasil); (3) menghasilkan infirmasi baru.2.2.Sejarah perkembangan SIGEmbrio SIG kehadirannya ditandai oleh munculnya ide dasar tentang sistem pencatatan atau penggambaran peta dalam berbagai lembar secara seri dalam satu macam kerangka peta dasar. Ide tersebut muncul dalam sistem perpetaan sejak perang revolusi Amerika (American revolutionary was). Dalam perkembangannya pada tahun 1835 telah pula dilakukan kombinasi informasi teknologi, sosial dan lingkungan dalam bentuk yang masih sederhana. Baru pada tahun 1838 munculThe Atlas to accompany : the second report of the Irish railway commissioner,yang berisi informasi mengenai penduduk , geologi dan topografi. Setiap lembar peta dibuat dalam batas daerah dan skala yang sama, melalui tumpang susun peta-peta tematik tertentu, sehingga dapat diperoleh lokasi terbaik untuk jalur angkutan.Atlastersebut belum merupakan suatu sistem yang padu(integrated)seperti kemampuan yang ada dalam SIG, meski demikianAtlastersebut dianggap sebagai produk SIG pertama.Berkembangpesatnya SIG ditopang oleh perkembanagn di bidang elektronika, terutama komputer. Sebenarnya SIG dapat dilakukan secara manual, yakni dengan menumpangsusunkan(overlay)beberapa peta tematik sederhana dalam jumlah terbatas, tetapi bila peta yang hendak ditumpangsusunkan jumlahnya banyak (4 atau lebih), maka pekerjaannya akan menjadi rumit. SIG manual bersifat statis, keluarannya tidak dapat diubah-ubah secara cepat, dan tidak dapat ditambah dengan informasi baru secara dinamis. SIG yang bersifat dinamis pertama kali dikembangkan oleh CGIS(Canadian Geographic Information Systems)dipelopori oleh Roger Thomlinson pada dekade 1960-an. Perkembangan ini didorong oleh terciptanya SDMS(Spatial data management system), yakni suatu bahasa pemograman yang dapat digunakan untuk pengklasifikasian kembali atribut, menghapus garis, batas poligon, mengubah skala, mengukur luas, membuat poligon baru, mencari tanda, membuat daftar, dan melakukan tumpang susun poligon secara efisien. Perkembangan lebih lanjut dipacu dengan diketemukannya sistem grid sel(Cell Grid System)yang dapat mengubah format peta kedalam sistem grid sel yang dapat dibaca oleh komputer (Dulbahri, 1997).Kesadaran akan struktur penyimpanan dan analisis pemetaan data yang baik dan stabil makin dominan pada akhir tahun 70-an. Akan tetapi, penekanannya lebih pada data peta, bukan data spatial. Pencarian struktur data peta yang representatif, stabil dan konsisten mendorong para ahli SIG internasionalmemperkenalkan ide topologi dan teori graf ke dalam SIG. Sekitartahun 1980-an perkembangan SIG diwarnai dengan pengenalan dan perkembangan personal computer (PC). Pengelolaan struktur data spatial dalam sistem yang lebih baik membuat SIG menjadi lebih terpercaya., metode indeks dan database spatial dalam system yang lebih baik membuat SIG menjadi lebih terpercaya. Pada dekade ini berkembang pesat teori-teori SIG, bermunculannya berbagai perkumpulan profesional, dan pendirian pusat-pusat penelitian SIG, seperti Cosir, SSD, SDH, dan lain-lain.Dalam sejarah perkembangan SIG, dekade 1990-an dinyatakan sebagai periode terobosan(breakthrough), sejak orientasi objek dalam sistem dan desain database makin baik, didiringi dengan makin meluasnya pengakuan terhadap aktivitas SIG sebagai aktivitas profesional dan berkembang pesatnya teori-teori informasi spasial sebagai dasar teori SIG. Saat ini, telah beredar berbagai macam perangkat lunak SIG komersial, seperti ERDAS, IDRISI, ILWIS, ARC/INFO, MAP INFO, AutoCad Map, ArcView, ArcGIS, E-View, dan lain-lain dalam berbagai versi. Perusahaan SIG komersial yang kini banyak menguasai pasar dunia adalah Intergraph dan ESRI.2.3.Komponen-komponen SIGUntuk membuat suatu perencanaan pembangunan atau pengambilan keputusan yang berkaitan dengan spasial diperluakan analisis data yang bereferensi geografis. Analisis ini harus didukung oleh sejumlah konsep-konsepilmiah dan sejumlah data yang handal. Data/informasi yang berkaitan dengan permasalahan akan dipecahkan harus dipilih dan diolah melalui pemrosesan yang akurat. Untuk keperluan tersebut SIG menyediakan sejumlah komponen atau subsistemmasukan data, pengelolaan data, manipulasi dan analisis data, dan keluaran data.1.Masukan data (data input)Subsistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang digunakan untuk memasukan data dan merubah bentuk data asli ke dalam bentuk data yang dapat diterima dan dipakai dalam SIG. Pemasukan data ke dalam SIG dilakukan dengan 3 cara, yakni : pelarikan atau penyiaman, digitasi, dan tabulasi.a.Pelarikan(scanning)Pelarikan atau penyiaman adalah proses pengubahan data grafis kontinyu menjadi datadiskritt yang terdiri atas sel-sel penyususn gambar(pixel.)Pelarikan untuk gambar peta kini dapat dilakukan denganportable scanneryang kini banyak beredar di pasaran. Data hasil penyiaman disimpan dalam bentuk raster. Data raster ini dapat diubah menjadi data vektor melalui proses digitasi. SIG berbasisraster banyak yang menyukai karena pengolahannya lebih mudah, proses tumpang susun(overlay)peta dapat dilakukan secara lebih cepat.

b.DigitasiDigitasi adalah proses pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital, dalam struktur vektor. Pada struktur vektor ini data disimpan dalam bentuk titik(point), garis(lines)atau segmen, data poligon(area)secara matematis-geometris (Lo, 1986). Contoh tipe data titik adalah kota, lapangan terbang, pasar. Tipe data garis diantaranya adalah sungai, jalan, kontur topografik. Tipe data poligon/area antara lain ditunjukkan oleh bentuk-bentuk penggunaan lahan, klasifikasi tanah, daerah aliran sungai. Tipe-tipe data geografis tersebut dapat saling berinteraksi atau berinteraksi dengan data lain. Misal, data penggunaan lahan dapat berinteraksi dengan data jenis tanah.Pada beberapa perangkat lunak SIG berbasiswindows, sepertiMap InfodanArcView, digitasi dapat dilakukan pada tampilan peta screen monitor komputer, yang merupakan display data hasil penyiaman. Digitasi dalam hal ini lebih dikenal dengan istilahstretching. Digitasi dengan cara ini dianggap lebih memiliki akurasi yang lebih baik daripada digitasi dengan menggunakandigitizer table. Proses digitasi ini merupakan langkah dalam SIG yang paling banyak menyita waktu.c.TabulasiBasis data dalan SIG dikelompokkan menjadi dua, yakni basis data grafis dan basis data non-grafis (atribut). Data grafis adalah peta itu sendiri, sedangkan data atribut adalahsemua informasi non-grafis, seperti derajat kemiringan lereng, jenis tanah, nama tempat, dan lain-lain. Data atribut ini disimpan dalam bentuk tabel, sehingga sering disebut basis data tabuler. Data tabel ini kemudian dikaitkan dengan data grafis untuk keperluan analisis.

2.Pengelolaan dataPengelolaan data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang diperoleh dari input data. Beberapa langkah penting lainnya, seperti pengorganisasian data, perbaiakan, pengurangan, dan penambahan dilakukan pada subsistem ini.3.Manipulasi dan Analisis dataFungsi subsistem ini adalah untuk membedakan data yang akan diproses dalam SIG. Untuk merubah format data, mendapatkan parameter dan proses dalam pengelolaan dapat dilakukan pada subsistem ini. Upaya evaluasi terhadap subsistem ini perlu terus dilakuakan, karena subsistem ini merupakan sentra dalam proses kerjal SIG, dimana informasi baru yang akan dihasilkan ditentukan dalam proses subsistem ini. Beberapa fasilitas yang biasa terdapatdalam paket SIG untuk manipulasi dan analisis, meliputi empat unsure, yakni : fasilitas penyuntingan, interpolasi spasial, tumpang susun, modeling, dan analisis data (Danoedoro, 1996).a.PenyuntinganSebenarnya, sebagian fungsi penyuntingan ini telah dilakuakan dalam subsistem manajemen data (khususnya data spatial), tetapi ada yang belum dikerjakan secara detail, yakni pemutakhiran (up dating) data. Sebagai contoh pemutakhiran data spasial antara lain, peta pola persebaran pemukiman untuk tahun terbaru tidak perlu digitasi ulang, tetapi cukup diperbaharui dengan menambah data baru.

b.Interpolasi spasialInterpolasi spasial merupakan jenis fasilitas SIG yang rumit, bahkan dapat dikatakan bahwa langkah ini tidak dapat dilakukan secara manual. Setiap titik pada koordinat tertentu dalam peta memuat sejumlah informasi koordinat dan nilai-nilai tertentu suatu variabel yang dikehendaki. Misal, pemasukan data berupa posisi koordinat dan kemiringan lereng, dapat diinterpolasi. Hasil dari proses interpolasi tersebut adalah peta kontinyu dimana setiap titik pada peta digital tersebut menyajikan informasi berupa nilai riil.c.Tumpang susun(overlay)Tumpang susun ini sebenarnya merupakan langkah di dalam SIG yang dapat dilakukan secara manual, tetapi cara manual terbatas kemampuannya. Bila peta yang akan ditumpangsusunkan lebih dari 4 lembar peta tematik, maka kan terjadi kerumitan besar dan sukar dirunut kembali dalam menyajikan satuan-satuan pemetaan baru (Danoedoro, 1996).SoftwareSIG yang berbasis raster dapat melakukan proses tumpang susun secara lebih cepat daripadasoftwareSIG berbasis vektor. Proses tumpang susun lebih cepat pada SIG berbasis raster karena proses ini dilakukan antar pixel dari masing-masing input data peta pada koordinat yang sama, tidak harus merumuskan lagi topologi baru untuk satuan pemetaan baru yang dihasilkan dari proses ini sebagaimana yang terjadi pada SIG berbasis vektor.d.Pembuatan Model dan Analisis dataBila input data telah masuk dan tersusun dalam bentuk basis data, maka proses pembuatan model(modeling)dan analisis data menjadi efisien, dapat dilakukan kapan saja dan dapat dipadukan dengan input data peta baru. Pada bagian inilah terletak manfaat SIG yang besar, yakni ketika seluruh data telah tersedia dalam bentuk digital.4.Keluaran data (data output)Subsistem ini berfungsi untuk menayangkan(displaying)informasi baru dan hasil analisis data geografis secara kuantitatif maupun kualitatif. Wujud keluaran ini berupa peta, tabel atau arsip elektronik(file). Keluaran data ini tidak hanya ditayangkan pada monitor, tetapi selanjutnya perlu disajikan dalam bentukcetakan(hardcopy), dengan maksud agar dapat dibaca, dianalisis, dan diketahui persebarannya secara visual (khusus untuk data peta).2.4.Peranan SIG dalam PendidikanPembangunan pendidikan nasional tidak dapat lepas dari perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun global. Pendidikan harus dibangun dalam keterkaitannya secara fungsional dengan berbagai bidang kehidupan, yang masing-masing memiliki persoalan dan tantangan yang semakin kompleks. Dalam lima tahun ke depan, pembangunan pendidikan nasional harus dilihat dalam perspektif pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam perspektif demikian, pendidikan harus lebih berperan dalam membangun seluruh potensi manusia agar menjadi subyek yang berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan nasional.Dengan mengetahui apa itu SIG dan manfaat diterapkannya SIG serta komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat SIG, dapat kita ketahui bahwa peran SIG dalam pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikanPeran ini dapat dilakukan dengan adanya pemetaan sekolah (School mapping) yang apabila disinergikan dengan pemanfaatan GIS, akan diperoleh suatu sistem yang mampu mendata daerah atau wilayah mana saja yang belum terlayani pendidikan secara baik untuk diberikan solusi (seperti : pemberian block grant). Sehingga program-program yang direncanakan bisa tepat sasaran. Di samping itu penentuan letak sekolah baru dapat dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa data (penduduk usia sekolah) dengan peta (peta jaringan jalan, peta tata guna lahan, peta kawasan industri) sehingga dapat diperoleh perencanaan pendidikan yang komperehensif. Fungsi overlay, query, buffer yang dimiliki SIG akan sangat membantu pada proses ini. Dalam hal ini terbukti pada kasus Program Rehabilitasi dan Rekontruksi di Aceh pasca gempa bumi dan gelombang tsunami2. Peningkatan mutu pendidikanDengan program aplikasi SIG ini maka dapat memberikan kemudahan pada siswa dalam belajar geografi. Apalagi SIG sekarang adalah sebuah layanan public yang opensource atau gratis yang bisa diperoleh setiap saat melalui internet, sehingga dengan demikian SIG dapat diakses oleh seluruh siswa dimana saja berada. Dimana Geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah. Adapun fenomena yang diamati adalah dinamika dari adanya perkembangan dan pembangunan wilayah yang ada dalam kehiduapam masyarakat, misalnya informasi mengenai letak dan persebaran dari kejadian-kejadian alamiah maupun fenomena terdapatnya sumberdaya. Ketersediaan data yang bersifat geografis adalah merupakan arti dari sebuah keruangan, yang mana hal ini akan memudahkan dalam bebagai macam kepentingan. Pengetahuan mengenai informasi geografi penting dimiliki oleh masyarakat luas sebagai bagian pemahaman mengenai sumberdaya maupun kerentanan bencana yang mungkin terjadi di sekitarnya. Arti penting ini diwujudkan dengan adanya pengajaran Ilmu Geografi dari mulai tingkat Sekolah Menengah hingga perguruan tinggi. Pengajaran Geografi pada Sekolah Menengah Atas berkaitan materi khusus Sistem Informasi Geografi diberikan secara terstruktur pula dalam kurikulum. Kurikulum berbasis kompetensi pada mata ajar Geografi tingkat SMA/ MA semestinya diimbangi dengan tersedianya perangkat dan pengetahuan/ ketrampilan guru yang memadai. Keterbatasan perangkat pada pengajaran Geografi tidak saja untuk materi Sistem Informasi Geografi namun hampir pada semua perangkat pendukung materi Geografi. Hal ini disebabkan tidak tersedianya Laboratorium Geografi di SMA.Permasalahan tentang kesulitan siswa memahami tentang SIG (teknologi pemetaan digital) adalah salah satu permasalahan yang terus dihadapi oleh sistem pembelajaran geografi di lingkungan SMA; teknologi SIG hanya dipahami secara sederhana oleh para siswa guru dalam batas-batas pengetahuan teoritis saja, disebabkan oleh keterbatasan SDM serta keterbatasan penyediaan sarana perangkat SIG baik keras maupun lunak yang memerlukan biaya cukup besar.

Pembelajaran Geografi pada tingkat SMA/MA diarahkan pada 3 (tiga) sasaran, yaitu:(1) Menganalisis gejala alam fisik dan perkembangan bentuk muka bumi serta pelestariannya,(2) Mengevaluasi gejala sosial di muka bumi beserta interaksinya dan pengaruhnya terhadap kehidupan, dan(3) Menggunakan konsep wilayah dan grafikasi dalam memahami lokasi, pola, penyebaran dan hubungan antar obyek, termasuk spesifik untuk industri.Hasil pembelajaran Geografi ini, pada tataran kepentingan nasional, akan turut membentuk manusia Indonesia yang membawa masa depan bangsa dan negara pada keadilan dan kesejahteraan dimana potensi sumberdaya dapatdimanfaatkan secara optimal, kerentanan bencana dari bahaya lingkungan dapat dikurangi, dan pemanfaatan ruang lokal maupun nasional menjadi terpadu3. Perencanaan pendidikan yang diselaraskan atau sejalan dengan potensi dan pengembangan wilayahDengan menngunakan aplikasi program GIS, maka dapat ditentukan potensi lokal apa saja yang dapat dikembangkan oleh suatu wilayah. Dan untuk menyediakan SDM yang bertugas mengembangkan wilayah, pembangunan pendidikan harus disesuaikan dengan potensi wilayah agar output yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mengolah potensi tersebut, terutama di bidang pendidikan dapat menentukan kurikulum dan muatan lokal apa yang akan dimasukan dalam pengajaran di sekolah dan penentuan lokasi serta jenis sekolah kejuruan apa yang cocok bagi daerah tersebut. Misalkan penentuan lokasi dan jenis sekolah menengah kejuruan perikanan dan kelautan bagi wilayah masyarakat pesisir laut dan sekolah pertanian dan perkebunan menengah atas (SPP-MA) bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkebunan atau dilereng pegunungan.4. Kegiatan Evaluasi dan Monitoring Pendidikan.Dengan GIS, evaluasi dan monitoring pendidikan sangat mudah dilakukan. (seperti : Pembagian daerah binaan/ rayonisasi untuk memudahkan pengawasan atau pemerataan layanan pendidikan sehingga tidak ada kesenjangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain).5. Pendukung pelaksanaan kegiatan Otonomi pendidikan di masing-masing daerah sesuai dengan karateristik dan potensi lokal.Dengan diberlakukannya tentang undang-undang otonomi daerah, maka penerapan program GIS ini dapat memberikan wadah dan jalan bagi pemerintah daerah untuk berkreasi sesuai dengan kebutuhan daerahnya bagi sifat dan karateristik pendidikan di setiap daerahnya.6. Pendukung pelaksanaan UU. No 20 Tahun 2003 (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional).Berkaitan dengan luasnya wilayah bangsa Indonesia, maka dengan menggunakn program alikasi GIS ini akan dapat mendukung pelaksanan sistem pendidikan nasional, yakni dengan maksud bahwa pendidikan dapat dilaksanakan tidak hannya dengan pendidikan formal, tetapi dapat juga dilaksanakan di luar sekolah atau tempat lain yang dianggap menungkinkan dijangkau oleh seluruh lapisan masayarakat pada suatu daerah, sesuai dengn karateristik daerah tersebut.7. Wadah Penanaman Wawasan Kebangsaan Sejak Usia Dini.Dengan diperkenalkannya GIS di dunia pendidikan baik itu dapat wujud awal yakni pelajaran geografi, maka dapat dijadikan sebagai wadah dalam penanaman wawasan kebangsaan bagi setiap warga negara sejak dini mungkin yakni melalui semua jenjang dan jalur pendidikan yang ada.C. PERAN SIG DALAM PENDIDIKAN(dani)

D. Pembangunan pendidikan nasional tidak dapat lepas dari perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun global. Pendidikan harus dibangun dalam keterkaitannya secara fungsional dengan berbagai bidang kehidupan, yang masing-masing memiliki persoalan dan tantangan yang semakin kompleks. Dalam lima tahun ke depan, pembangunan pendidikan nasional harus dilihat dalam perspektif pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam perspektif demikian, pendidikan harus lebih berperan dalam membangun seluruh potensi manusia agar menjadi subyek yang berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan nasional.E. Dengan mengetahui apa itu SIG dan manfaat diterapkannya SIG serta komponen-komponen yang diperlukan untuk membuat SIG, dapat kita ketahui bahwa peran SIG dalam pendidikan adalah sebagai berikut :F. 1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikanG. Peran ini dapat dilakukan dengan adanya pemetaan sekolah (School mapping) yang apabila disinergikan dengan pemanfaatan GIS, akan diperoleh suatu sistem yang mampu mendata daerah atau wilayah mana saja yang belum terlayani pendidikan secara baik untuk diberikan solusi (seperti : pemberian block grant). Sehingga program-program yang direncanakan bisa tepat sasaran. Di samping itu penentuan letak sekolah baru dapat dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa data (penduduk usia sekolah) dengan peta (peta jaringan jalan, peta tata guna lahan, peta kawasan industri) sehingga dapat diperoleh perencanaan pendidikan yang komperehensif. Fungsi overlay, query, buffer yang dimiliki SIG akan sangat membantu pada proses ini. Dalam hal ini terbukti pada kasus Program Rehabilitasi dan Rekontruksi di Aceh pasca gempa bumi dan gelombang tsunami.H. 2. Peningkatan mutu pendidikanI. Dengan program aplikasi SIG ini maka dapat memberikan kemudahan pada siswa dalam belajar geografi. Apalagi SIG sekarang adalah sebuah layanan public yang opensource atau gratis yang bisa diperoleh setiap saat melalui internet, sehingga dengan demikian SIG dapat diakses oleh seluruh siswa dimana saja berada. Dimana Geografi adalah ilmu yang mempelajari permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, ekologi, dan kompleks wilayah.Adapun fenomena yang diamati adalah dinamika dari adanya perkembangan dan pembangunan wilayah yang ada dalam kehiduapam masyarakat, misalnya informasi mengenai letak dan persebaran dari kejadian-kejadian alamiah maupun fenomena terdapatnya sumberdaya. Ketersediaan data yang bersifat geografis adalah merupakan arti dari sebuah keruangan, yang mana hal ini akan memudahkan dalam bebagai macam kepentingan. Pengetahuan mengenai informasi geografi penting dimiliki oleh masyarakat luas sebagai bagian pemahaman mengenai sumberdaya maupun kerentanan bencana yang mungkin terjadi di sekitarnyaJ. 3. Perencanaan pendidikan yang diselaraskan atau sejalan dengan potensi dan pengembangan wilayahK. Dengan menngunakan aplikasi program GIS, maka dapat ditentukan potensi lokal apa saja yang dapat dikembangkan oleh suatu wilayah. Dan untuk menyediakan SDM yang bertugas mengembangkan wilayah, pembangunan pendidikan harus disesuaikan dengan potensi wilayah agar output yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mengolah potensi tersebut, terutama di bidang pendidikan dapat menentukan kurikulum dan muatan lokal apa yang akan dimasukan dalam pengajaran di sekolah dan penentuan lokasi serta jenis sekolah kejuruan apa yang cocok bagi daerah tersebut. Misalkan penentuan lokasi dan jenis sekolah menengah kejuruan perikanan dan kelautan bagi wilayah masyarakat pesisir laut dan sekolah pertanian dan perkebunan menengah atas (SPP-MA) bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkebunan atau dilereng pegunungan.4. Kegiatan Evaluasi dan Monitoring Pendidikan.L. Dengan GIS, evaluasi dan monitoring pendidikan sangat mudah dilakukan. (seperti : Pembagian daerah binaan/ rayonisasi untuk memudahkan pengawasan atau pemerataan layanan pendidikan sehingga tidak ada kesenjangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain).M. N. 5. Pendukung pelaksanaan kegiatan Otonomi pendidikan di masing-masing daerah sesuai dengan karateristik dan potensi lokal.O. Dengan diberlakukannya tentang undang-undang otonomi daerah, maka penerapan program GIS ini dapat memberikan wadah dan jalan bagi pemerintah daerah untuk berkreasi sesuai dengan kebutuhan daerahnya bagi sifat dan karateristik pendidikan di setiap daerahnya.P. 6. Pendukung pelaksanaan UU. No 20 Tahun 2003 (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional).Q. Berkaitan dengan luasnya wilayah bangsa Indonesia, maka dengan menggunakn program alikasi GIS ini akan dapat mendukung pelaksanan sistem pendidikan nasional, yakni dengan maksud bahwa pendidikan dapat dilaksanakan tidak hannya dengan pendidikan formal, tetapi dapat juga dilaksanakan di luar sekolah atau tempat lain yang dianggap menungkinkan dijangkau oleh seluruh lapisan masayarakat pada suatu daerah, sesuai dengn karateristik daerah tersebut.7. Wadah Penanaman Wawasan Kebangsaan Sejak Usia Dini.R. Dengan diperkenalkannya GIS di dunia pendidikan baik itu dapat wujud awal yakni pelajaran geografi, maka dapat dijadikan sebagai wadah dalam penanaman wawasan kebangsaan bagi setiap warga negara sejak dini mungkin yakni melalui semua jenjang dan jalur pendidikan yang ada.S. ANALISA DAN PEMBAHASAN(NOVIANTI) Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pendidikan Kota Depok dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Quantum Gis 0.9.1, MapServer 5, PostgreSQL 8.2.x. Dalam pembuatannya penulis melakukan beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:T. Gambar 3.1 Bagan Langkah Pembuatan SIG Penentuan Daerah/Wilayah Di dalam Sistem Infomasi Geografis harus terdapat peta suatu daerah/wilayah tertentu ataupun suatu simbol yang menggambarkan objek tertentu dan terdapat indeks warna agar informasi yang ditampilkan dapat terlihat jelas sesuai dengan daerah yang dituju. Pada penulisan ini, penulis menetapkan pembahasan Sistem Informasi Geografis pada Kota Depok di bidang pendidikan. Pengumpulan Data Spasial dan Nonspasial Tahap pengumpulan data adalah tahap kedua yang dilakukan penulis dalam menampilkan data-data mengenai informasi geografis yang ingin ditampilkan. Data-data non-spasial yang ditampilkan didapat dari Dinas Pendidikan Kota Depok serta dari http://npsn.jardiknas/data_sekolah sedangkan data spasial diperoleh dari hasil scan peta Kota Depok dengan skala 1:45000. Digitasi Peta pada Quantum GIS Teknik digitasi peta pada prinsipnya adalah pembuatan peta melalui proses komputer. Penyimpanan file di komputer dari hasil digitasi peta tersebut dikelompokkan berdasarkan pada layer-layer yang sesuai dengan tipenya masing-masing. Dalam proses pembuatan digitasi peta Kota Depok ini digunakan 3 jenis layer, yaitu tipe polygon (polygon), tipe titik (point) dan tipe garis (line). Pada setiap proses digitasi, ditambahkan sejumlah atribut sesuai kebutuhan masing-masing objek, yang nantinya akan ditampilkan sebagai suatu informasi pada objek tersebut. Dalam pembuatan nama file .shp dan atribut menggunakan huruf kecil dan tanpa spasi. 3.5 Tampilan hasil akhir Pendigitasian Konversi File.shp menjadi Tabel pada PostgreSQL Untuk menampung konversi dari file .shp menjadi tabel-tabel menggunakan database baru dengan nama newdepok, lalu hubungkan file .shp tersebut dari software Quantum GIS melalui PostGIS connection. Setelah koneksi terhubung, setiap file .shp di konversikan kedalam postgresSQL. Pengisian Tabel Pengisian Tabel pada pgAdmin III dilakukan untuk mengisi, merubah atauU. SUMBER1. http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/aplikasi-sistem-informasi-geografi-sig-untuk-pemetaan-daerah-kemacetan-lalu-lintas-di-kota-malang-rizki-amalia-51362.html2. http://www.cimahikota.go.id/page/detail/193. http://bstp.hubdat.web.id/data/arsip/Laporan%20Akhir%20Profil%20Transportasi%20Perkotaan%20(tahap%20III%20dan%20Aplikasi).pdf4. http://annisaaulia.blog.upi.edu/2013/02/28/perancangan-website-sistem-informasi-lalu-lintas-kota-depok/5. http://geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/sig.pdf6.

PERANCANGAN WEBSITE SISTEM INFORMASI LALU LINTAS KOTA DEPOKDibuat oleh : HermanJurnal skripsi. Fakultas Ilmu Komputer. Jurusan Sistem Informasi, 2005Sumber :Resume :Perancangan website ini untuk memberikan informasi kepada para petugas lalu lintas dan pengguna jalan mengenai ruas jalan kota Depok yang seringkali menglami kemacetan. Perancangan website system informasi lalu lintas ini dibuat dengan menggunakan software PHP dan Dreamweaver. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dan pengumpulan data dari dinas lalu lintas angkutan jalan kota Depok. Dengan adanya system informasi ini diharapkan dapat membantu para petugas lalu lintas dan pengguna jalan untuk mengambil keputusan dalam mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas dan jalur alternative yang dapt dilewati.Tujuan dari perancangan system informasi lalu lintas ini yaitu untuk memberikan informasi jalan-jalan yang mengalami kemacetan, dan mengidentifikasi ruas-ruas jalan yang mengalami kemacetan.Metode PenelitianYang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kemacetan lalu lintas kota Depok yang terdiri dari ruas-ruas jalan macet. Penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada suatu sistem informasi yang ingin disampaikan kepada para pengguna jalan dan dinas-dinas lalu lintas yang terkait melalui media internet. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ini memberikan penjelasan tentang objek penelitian serta menyampaikannya menjadi suatu pernyataan (statement). Disini penulis ingin menyampaikan informasi tentang kemacetan lalu lintas kota Depok, dengan menyertakan salah satu contoh yaitu jalan Margonda Raya sebagai topik utama penelitian.Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi tidak langsung yaitu mengambil data kemacetan dari DLLAJ kota Depok dan survei arus lalu lintas jalan Margonda Raya untuk tiga titik kemacetan.Untuk menghasilkan website yang tepat guna dan sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan maka website sistem informasi lalu lintas kota Depok ini dirancang dengan fungsi sebagai berikut :1. Pengolahan basis data yang tepat untuk menunjang penyampaian informasi.2. Manipulasi data spasial yang tepat.3. Penyajian seluruh informasi melalui tampilan yang mudah dipahami.Website sistem informasi ini dapat bermanfaat dalam :1. Mencari ruas dan titik kemacetan yang ada di kota Depok.2. Mencari ruas jalan Margonda Raya yang mengalami kemacetan berdasarkanlinkungan (titik) kemacetan, hari dan jam yang anda ingin ketahui.3. Menampilkan peta kota Depok dan peta ruas jalan Margonda Raya yang mengalamikemacetan.4. Menganalisis cara mengatasi masalah kemacetan lalu lintas berdasarkan lingkungansekitar dan penyebab kemacetan.5. Meng-updatedata atribut (volume kendaraan) untuk memperbaharui data

Aplikasi sistem informasi geografi (SIG) untuk pemetaan daerah kemacetan lalu lintas di Kota Malang / Rizki AmaliaDDCRs 388.3124 AMA a

AuthorAmalia, Rizki

Year2011

Languageind

Abstract

Kata Kunci : Daerah kemacetan lalu lintas, kemacetan lalu lintas, karakteristik

kemacetan lalu lintas.

Saat ini kota Malang telah menjadi kota terbesar ke 2 di Jawa Timur setelah

Surabaya. Hal ini memicu adanya pembangunan di berbagai sektor dan diikuti

dengan pertumbuhan penduduk yang pesat. Jumlah penduduk kota Malang pada

tahun tahun 2006 meningkat mencapai 789.907 (BPS 2006). Jumlah penduduk

yang terus meningkat dan dengan luas lahan yang terbatas tentunya menjadi

permasalahan baru yang dihadapi pemerintah kota Malang khususnya masalah

transportasi yang menimbulkan kemacetan lalu lintas. Permasalahan kemacetan

lalu lintas di kota Malang diantaranya dapat dilihat di jl.Soekarno Hatta,

jl.MT.Haryono, jl.Simpang 3 Borobudur, jl. Simpang 3 LA Sucipto, dan jl.Gatot

Subroto.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik kemacetan lalu

lintas masing-masing titik, dan mengatahui titik lain yang memiliki karakter sama

dengan titik lokasi penelitian agar kemacetan lalu lintas tidak menular pada titik

lain tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah survey yang

bersifat deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah semua jenis kendaraan yang

melintas di tiap ruas jalan. Jenis kendaraan tersebut yaitu bermotor dan tidak

bermotor. Kendaraan bermotor dalam skripsi ini meliputi motor, mobil pribadi,

bus, truk, dan MPU. Sedangkan kendaraan tidak bermotor berupa sepeda dan

becak. Setelah diklasifikasikan berdasarkan jenis kendaraan dihitung jumlah

kendaraan yang melintas pada ruas jalan tersebut. Selanjutnya dipersentase jumlah

kendaraan berdasarkan jenisnya, menghitung volume kendaraan, dan mencari

nilai level of Service (LOS) atau tingkat pelayanan jalan. Analisis pengembangan

Bagian Wilayah Kota (BWK) dilakukan untuk mengetahui perbedaan karakter

kemacetan lalu lintas dari tiap-tiap titik kemacetan lalu lintas. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan observasi.

Hasil penelitian bahwa karakteristik kemacetan lalu lintas di kota Malang

dipengaruhi oleh penggunaan lahan serta kelas/fungsi dari jalan tersebut.

Persentase jumlah kendaraan berdasarkan jenis kendaraannya di jl.Soekarno

Hatta adalah : motor 54,6 %, mobil pribadi 44,2 %, truk 0,1 %, bus 0,03 %, MPU

0,8 %, sepeda 0,1 %, dan becak 0.03 %. Volume kendaraan di jl.Soekarno Hatta

motor 4802 smp/jam, mobil pribadi 3887 smp/jam, truk 10 smp/jam, bus 2

smp/jam, MPU 71 smp/jam, sepeda 12 smp/jam, becak 3 smp/jam dan untuk nilai

LOS di jl.Soekarno Hatta sebesar 1,13. Persentase jumlah kendaraan berdasarkan

jenis kendaraannya di jl.MT.Haryono adalah : motor 62,3 %, mobil pribadi 35,4

%, truk 0,1 %, bus 0,03 %, MPU 1,9 %, sepeda 0,07 %, dan becak 0,1 %. Volume

kendaraan di jl.MT.Haryono motor 3811 smp/jam, mobil pribadi 2165 smp/jam,

ii

truk 8 smp/jam, bus 2 smp/jam, MPU 116 smp/jam, sepeda 5 smp/jam, becak 7

smp/jam, dan untuk nilai LOS di jl.MT.Haryono adalah 1,6. Persentase jumlah

kendaraan berdasarkan jenis kendaraannya di jl.Simpang 3 Borobudur adalah :

motor 55,4 %, mobil pribadi 40,9 %, truk 0,1 %, bus 0,02 %, MPU 3,3 %, sepeda

0,08 %, dan becak 0,09 %. Volume kendaraan di jl.Simpang 3 Borobudur motor

3025 smp/jam, mobil pribadi 2335 smp/jam, truk 7 smp/jam, bus 1 smp/jam,

MPU 190 smp/jam, sepeda 5 smp/jam, becak 5 smp/jam dan untuk nilai LOS di

jl.Simpang 3 Borobudur sebesar 1,16. Persentase jumlah kendaraan berdasarkan

jenis kendaraannya di jl.LA.Sucipto adalah : motor 47,7 %, mobil pribadi 46,8 %,

truk 0,3 %, bus 0,06 %, MPU 4,8 %, sepeda 0,1 %, dan becak 0,2 %. Volume

kendaraan di jl.LA.Sucipto motor 1584 smp/jam, mobil pribadi 1557 smp/jam,

truk 10 smp/jam, bus 2 smp/jam, MPU 161 smp/jam, sepeda 5 smp/jam, becak 6

smp/jam dan untuk nilai LOS di jl.LA.Sucipto sebesar 1,4. Persentase jumlah

kendaraan berdasarkan jenis kendaraannya di jl.Gatot Subroto adalah : motor 53,2

%, mobil pribadi 42,1 %, truk 0,7 %, bus 0,2 %, MPU 3,2 %, sepeda 0,1 %, dan

becak 0.2 %. Volume kendaraan di jl.Gatot Subroto motor 2342 smp/jam, mobil

pribadi 1853 smp/jam, truk 32 smp/jam, bus 11 smp/jam, MPU 142 smp/jam,

sepeda 6 smp/jam, becak 9 smp/jam dan untuk nilai LOS di jl.Gatot Subroto

sebesar 1,2

Sedangkan titik-titik kemacetan lain yang memiliki karakter yang sama

dengan titik pengamatan adalah, jl.Gajayana dan jl.Sumbersari merupakan titik

yang memiliki karakter yang sama dengan jl.Soekarno Hatta dan jl.MT.Haryono,

jl.Raden Intan dan jl.Panji Suroso merupakan titik kemacetan yang memiliki

karakter yang sama dengan jl.LA.Sucipto dan jl.Borobudur, jl.Panglima Sudirman

dan jl.Zaenal Zekse merupakan jalan yang memiliki karakter yang sama dengan

jl.Gatot Subroto.