sifat fisis dan mekanis batang penghubung...

78
i SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG PENGHUBUNG BAWAH (CUSHION BOTTOM) SHOCK ABSORBER SEPEDA MOTOR DENGAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM SILIKON MAGNESIUM TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagai prasyarat Mencapai derajat Sarjana Teknik di Teknik Mesin Disusun Oleh : 050 5214 04 : NIM Anto Ferry PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG PENGHUBUNG BAWAH

    (CUSHION BOTTOM) SHOCK ABSORBER SEPEDA MOTOR DENGAN

    BAHAN PADUAN ALUMINIUM SILIKON MAGNESIUM

    TUGAS AKHIR

    Untuk memenuhi sebagai prasyarat

    Mencapai derajat Sarjana Teknik

    di Teknik Mesin

    Disusun Oleh :

    050 5214 04 : NIM AntoFerry

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2009

  • ii

    THE PHYSICAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF MOTOR

    CYCLE SHOCK ABSORBER CUSHION BOTTOM WITH ALUMINIUM

    SILICON MAGNESIUM ALLOYS

    FINAL PROJECT

    Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

    To Obtain the Sarjana Teknik Degree

    In Mechanical of Engineering

    By :

    050 5214 04 :Number Student AntoFerry

    MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

    FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2009

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    INTISARI

    Shock absorber sepeda motor yang paling umum digunakan di masyarakat

    di Indonesia adalah yang mono shock dan dual shock. Batang penghubung bawah (cushion bottom) shock absorber sepeda motor

    yang dual shock, biasanya terbuat dari bahan paduan aluminium. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis batang penghubung bawah (cushion bottom) shock absorber sepeda motor dari bahan paduan aluminium silikon dengan penambahan bahan magnesium.

    Dalam penelitian ini tindakan yang dilakukan yaitu pembuatan benda uji, pengujian dan pembahasan. Dalam pembuatan benda uji, paduan Al-Si dipadu dengan magnesium yang bervariasi dari 15%, 16%, dan 17%. Jenis pengujian yang dilakukan antara lain : uji impak, uji kekerasan, pengamatan struktur mikro dan pengamatan porositas.

    Dari hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa penambahan magnesium dapat menurunkan keuletan dan prosentase porositas, tetapi penambahan magnesium akan menaikkan kekerasan paduan.

    Sifat fisis dan mekanis batang penghubung bawah (cushion bottom) shock absorber sepeda motor dari bahan paduan aluminium silikon dengan penambahan bahan magnesium adalah nilai kekerasan tertinggi terdapat pada kadar magnesium 17% sebesar 97 HB, nilai keuletan terendah terdapat pada kadar magnesium 17% sebesar 8,8 kJ/m2. Pada struktur mikro terlihat bahwa variasi magnesium memberi perubahan pada struktur dan kerapatan butiran kristal. Prosentase porositas tertinggi terjadi pada penambahan kadar magnesium 16% yaitu sebesar 6,08%. Kata Kunci: Aluminium, Magnesium, pengujian impak dan pengujian kekerasan.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Terima kasih kepada kebesaran Tuhan yang telah selalu setia memberikan

    berkat, rahmat, dan karunia-Nya kepada penulis sehingga atas ijin-Nya, Tugas

    Akhir dalam mencapai gelar sarjana pun akhirnya dapat diselesaikan. Terima

    kasih pula penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan

    bimbingan, dorongan, fasilitas dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis dalam

    menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan

    Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. I Gusti Ketut Puja, S.T.,M.T., selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan bimbingan, dorongan serta meluangkan waktu untuk

    membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

    3. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas kuliah, bimbingan , serta

    fasilitas yang diberikan selama masa kuliah.

    4. Papa, Mama, Ci Viviana dan Willy yang telah memberikan doa,

    dorongan, motivasi, pengertian, fasilitas, laptop, dana dan curahan

    kasih sayang yang tak pernah berhenti diberikan kepada penulis.

    5. Seluruh teman-teman Teknik Mesin ’04 di semua fakultas di

    Universitas Sanata Dharma yang tidak dapat kami sebutkan satu per

    satu, serta

  • ix

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    TITLE PAGE ii

    LEMBAR PENGESAHAN iii

    DAFTAR DEWAN PENGUJI iv

    LEMBAR PERNYATAAN v

    LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI vi

    INTISARI vii

    KATA PENGANTAR viii

    DAFTAR ISI x

    DAFTAR GAMBAR xii

    DAFTAR TABEL xiii

    BAB I : PENDAHULUAN 1

    1.1. Latar Belakang 1

    1.2. Batasan Masalah 2

    1.3. Tujuan Penelitian 2

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 3

    2.1. Pengetahuan tentang aluminium 3

    2.2. Sifat-sifat aluminium 4

    2.3. Aluminium murni 6

    2.4. Logam aluminium dan paduannya 7

    2.5. Diagram Fasa 12

  • xi

    BAB III : METODE PENELITIAN 16

    3.1. Metode penelitian 16

    3.2. Data yang dikumpulkan 17

    3.3. Pembuatan spesimen benda uji impak 19

    3.4. Peralatan dan bahan pengujian 20

    3.5. Pengujian hasil coran 21

    3.5.1. Pengujian kekerasan 21

    3.5.2. Pengujian impak 22

    3.5.3. Pengamatan struktur mikro 27

    3.5.4. Pengamatan porositas hasil coran 28

    BAB IV : HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 31

    4.1. Pengujian kekerasan 31

    4.2. Pengujian impak 33

    4.3. Analisa struktur mikro 34

    4.4. Porositas 35

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 38

    5.1. Kesimpulan 38

    5.2. Saran 39

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Diagram Fasa Al-Si 14

    Gambar 2.2. Diagram Fasa Magnesium-Aluminium 15

    Gambar 3.1. Mesin Milling 19

    Gambar 3.2. Bentuk dan ukuran benda uji impak 20

    Gambar 3.3. Cara pengujian dan perhitungan kekerasan Brinell 22

    Gambar 3.4. Lup Mikrometer 23

    Gambar 3.5. Mesin uji kekerasan ”Brinell Hardness Tester MOD 100 MR” 23

    Gambar 3.6. Skema alat uji impak 26

    Gambar 3.7. Alat penguji impak 26

    Gambar 3.8. Proses pengamatan struktur mikro 29

    Gambar 3.9. Mikroskop mikro dilengkapi dengan kamera 30

    Gambar 4.1. Grafik hasil pengujian kekerasan 32

    Gambar 4.2. Grafik hasil pengujian impak 33

    Gambar 4.3. Struktur mikro beberapa sample : a). Damper Honda, b). Al-Si,

    c). Al-Si-15%Mg, d). Al-Si-16%Mg, e). Al-Si-17%Mg 34

    Gambar 4.4 Grafik pengujian porositas 37

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Sifat-sifat fisik aluminium 7

    Tabel 2.2. Sifat-sifat mekanik aluminium 7

    Tabel 2.3. Klasifikasi paduan Aluminium Cor 8

    Tabel 2.4. Klasifikasi paduan Aluminium Tempaan 9

    Tabel 2.5. Klasifikasi perlakuan bahan 10

    Tabel 2.6. Pengaruh unsur paduan terhadap Aluminium 13

    Tabel 3.1. Pemilihan diameter penetrator uji kekerasan Brinell 21

    Tabel 3.2 P/D2 berdasarkan jenis bahan pengujian 21

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Dalam perkembangan dunia industri yang semakin maju banyak muncul

    penemuan-penemuan logam melalui proses penelitian terhadap paduan berbagai jenis

    logam. Penelitian-penelitian tersebut biasanya memilih bahan berdasarkan

    kemudahan pembuatannya, biaya dan pengadaan bahan yang mudah didapatkan dan

    yang seefisien mungkin. Bahan yang baik adalah bahan yang mempunyai sifat fisis

    dan mekanis yang baik pula. Salah satu bahan yang mempunyai sifat fisis dan

    mekanis yang baik adalah aluminium, oleh sebab hal tersebut maka penggunaan dan

    perkembangan teknologi logam aluminium semakin berkembang dan permintaan

    pasar juga semakin tinggi. Hal ini diakibatkan oleh faktor harga dan keunggulan

    aluminium yang bersifat lunak dan mudah direngangkan sehingga mudah dibentuk

    baik dalam keadaan dingin maupun panas, aluminium juga memiliki bobot yang lebih

    ringan bila dibandingkan dengan jenis logam-logam lainnya, tahan terhadap korosi

    dan titik lebur yang rendah.

    Dalam penelitian ini penulis akan membuat batang penghubung bawah (cushion

    bottom) shock absorber sepeda motor dengan bahan aluminium silikon dengan

    kombinasi penambahan Mg. Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir dan juga

    karena penggunaan aluminium yang semakin banyak diperlukan dewasa ini. Hampir

    semua komponen yang digunakan menggunakan aluminium dan paduannya,

  • 2

    dikarenakan unsur paduan dapat memperbaiki sifat-sifat buruk serta memberi

    pengaruh positif pada aluminium.

    1.2 Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini memberikan batasan-batasan agar penulis dapat terarah dan

    sistemasis agar penulisan tepat pada sasaran yang ditujukan. Batasan masalah yang

    akan dibahas dalam penelitian ini adalah dirumuskan sebagai berikut :

    1. Penambahan magnesium (Mg) 15%, 16% dan 17% pada aluminium

    2. Pengujian aluminium dengan variasi magnesium

    Hasil dari setiap paduan akan dibandingkan dan dilihat pengaruh dari

    penambahan unsur Mg. Diperkirakan penambahan unsur Mg akan membuat logam

    aluminium lebih kuat dan tahan terhadap korosi serta akan mempermudah proses

    penuangan.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis

    dari bahan paduan Al-Si dengan variasi penambahan Mg yaitu :

    1. Pengujian kekerasan Brinell

    2. Pengujian impak

    3. Pengamatan struktur mikro paduan Al-Si-Mg

    4. Pengamatan Porositas

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengetahuan Tentang Aluminium

    Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy pada tahun 1809. Sebagai suatu

    unsur dan pertama direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted tahun 1825. Dia dapat

    menghasilkan Aluminium Klorida dengan cara melewatkan Chlorine melalui

    campuran alumina dan arang yang dipanaskan. Kemudian aluminium klorida

    mengembun pada bagian pendingin dari sistem kedap udara yang diciptakan. Setelah

    mereaksikan aluminium klorida dengan potasium dan destilasi pada ruang vakum

    untuk menghilangkan merkuri, dia memperoleh suatu benda yang dilaporkan sebagai

    mirip timah (Surdia, 1984).

    Secara industri tahun 1886, Chark Martin Hall di Amerika Serikat dan Paul L.T.

    Heroult di Francis, secara terpisah telah memperolah logam aluminium dari alumina

    dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult

    Hall masih dipakai untuk memproduksi aluminium. Penggunaan aluminium sebagai

    logam setiap tahunnya adalah pada urutan yang kedua setelah besi dan baja, yang

    paling tertinggi di antara logam non fero. Produksi aluminium tahunan di dunia

    mencapai 15 juta ton per tahun pada tahun 1981 (Surdia, 1984).

    Aluminium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang baik dan

    hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam.

    Sebagai tambahan terhadap, kekuatan mekaniknya yang sangat meningkat dengan

  • 4

    penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Zn, Ni, dsb, secara satu persatu atau bersama-sama,

    memberikan juga sifat-sifat baik lainnya seperti ketahanan korosi, ketahanan aus,

    koefisien pemuaian rendah dsb. Material ini dipergunakan di dalam bidang yang luas

    bukan saja untuk peralatan rumah tangga tapi juga dipakai untuk keperluan material

    pesawat terbang, mobil, kapal laut, konstruksi dsb (Surdia, 1984) .

    2.2 Sifat-Sifat Aluminium

    Aluminium merupakan logam non-ferro yang banyak digunakan karena memiliki

    sifat-sifat sebagai berikut (Dieter, 1987) :

    a) Kerapatan (Density)

    Aluminium memiliki berat jenis jenis rendah yaitu sebesar 2700 kg/m3

    b) Tahan terhadap korosi (corrosion resistance)

    Untuk logam-logam non-ferro dapat dikatakan bahwa semakin besar

    kerapatannya maka semakin baik daya tahan korosinya tetapi aluminium

    merupakan pengecualian. Walaupun aluminium mempunyai daya senyawa

    tinggi terhadap oksigen (logam aktif) dan oleh sebab itu dikatakan bahwa

    aluminium mudah sekali mengoksidasi (korosi), tetapi dalam kenyataannya

    aluminium mempunyai daya tahan sangat baik terhadap korosi. Hal ini

    disebabkan oleh lapisan atau selaput tipis oksida transparan dan jenuh oksigen

    diseluruh permukaan. Selaput ini mengendalikan laju korosi dan melindungi

    lapisan dibawahnya dari serangan atmosfer berikutnya.

  • 5

    c) Sifat Mekanis (mechanical properties)

    Aluminium mempunyai kekuatan tarik, kekerasan, dan sifat mekanis lain

    sebanding dengan paduan bukan besi (non-ferrous alloys) lainnya, dan juga

    sebanding dengan beberapa jenis baja.

    d) Penghantar panas dan daya listrik yang baik (heat and electrical

    conductivity)

    Disamping daya tahan yang baik terhadap korosi, aluminium memiliki daya

    hantar panas dan listrik yang tinggi. Daya hantar listrik aluminium murni

    sekitar 60% dari daya hantar tembaga

    e) Tidak beracun (nontoxicity)

    Aluminium dapat digunakan sebagai bahan pembungkus atau kaleng makanan

    dan minuman. Hal ini disebabkan reaksi kimia antara makanan dan minuman

    tersebut dengan aluminium tidak menghasilkan zat beracun yang

    membahayakan manusia.

    f) Sifat mampu bentuk (formability)

    Aluminium dapat dibentuk dengan mudah. Aluminium mempunyai sifat

    mudah tempa (malleability) yang memungkinkannya dibuat dalam bentuk plat

    atau lembaran tipis.

  • 6

    g) Titik lebur rendah (melting point)

    Titik lebur aluminium relatif rendah (660°C) sehingga sangat baik untuk

    proses penuangan dengan waktu peleburan relatif singkat dan biaya operasi

    akan lebih murah.

    Selain sifat-sifat tersebut, masih banyak sifat-sifat aluminium yang

    menguntungkan, seperti : anti magnetic, reflektivitas tinggi, nilai arsitektur dan

    dekoratif, mudah dilakukan proses pengerjaan akhir (finishing) dan lain sebagainya.

    2.3 Aluminium Murni

    Al didapat dalam keadaan cair dengan elektrolisa, umumnya mencapai kemurnian

    99,85% berat. Dengan mengelektrolisa kembali dapat dicapai kemurnian 99,99, yaitu

    dicapai bahan dengan angka sembilannya empat.

    Tabel 2.1 menunjukkan sifat-sifat fisik Al dan Tabel 2.2 menunjukkan sifat-sifat

    mekaniknya. Ketahanan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk

    kemurnian 99,0% atau di atasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam waktu

    bertahun-tahun. Hantaran listrik Al, kira-kira 65% dari hantaran listrik tembaga,

    tetapi masa jenisnya kira-kira sepertiganya sehingga memungkinkan untuk

    memperluas penampangnya. Oleh karena itu dapat dipergunakan untuk kabel tenaga

    dan dalam berbagai bentuk umpamanya sebagai lembaran tipis (foil). Dalam hal ini

    dapat dipergunakan Al dengan kemurnian 99,0%. Untuk reflektor yang memerlukan

    reflektifitas yang tinggi juga untuk kondensor elektrolitik dipergunakan Al dengan

    angka sembilan empat (Surdia,1984).

  • 7

    Tabel 2.1 Sifat-sifat fisik aluminium (Surdia, 1984)

    Tabel 2.2 Sifat-sifat mekanik aluminium (Surdia, 1984)

    2.4 Logam Aluminium dan Paduannya

    Aluminium (Al) adalah unsur logam yang banyak terdapat dalam alam. Bahan

    dasarnya adalah bauksit yang umumnya banyak terdapat di daerah tropis dan sub-

    tropis yang mempunyai curah hujan tinggi. Proses produksi aluminium dari bauksit

    terdiri dari dua tahap, yaitu:

    1. Proses pengolahan alumina (A12O3)

    2. Proses elektrolisa alumina menjadi aluminium

  • 8

    Paduan aluminium dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok umum, yaitu:

    1. Paduan aluminium tuang/cor antara lain :

    a. Paduan dengan perlakuan panas

    b. Paduan tanpa perlakuan panas

    2. Paduan aluminium tempa antara lain :

    a. Paduan dengan perlakuan panas

    b. Paduan tanpa perlakuan panas

    Sistem pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3 (Smallman, 1991), tabel

    2.4 dan tabel 2.5 (Surdia,1984)

    Tabel 2.3 Klasifikasi Paduan Aluminium Cor

    Untuk mendapatkan hasil cor paduan aluminium berkualitas baik, perlu diketahui

    berat jenis dan titik cair masing-masing unsur paduan dalam paduan tersebut. Pada

    saat proses pembekuan berlangsung, terjadi pemisahan bertahap dari unsur-unsur

    yang dimiliki berat jenis bahan cor paduan.

  • 9

    Unsur dengan berat jenis lebih rendah akan terapung di daerah permukaan dan

    membentuk jaringan struktur kristal sendiri. Unsur dengan berat lebih besar akan

    terikat bersama dengan unsur larutan padat yang ada dibawah, membentuk ikatan

    logam atau struktur kristal utama. Agar diperoleh keseragaman unsur yang

    terdistribusi secara merata pada bahan, maka diperlukan tambahan unsur sebagai

    katalisator untuk mempermudah terjadinya ikatan dari berbagai macam jenis unsur

    yang berlainan berat jenis.

    Tabel 2.4 Klasifikasi Paduan Aluminium Tempaan

    Terbentuknya cacat pada coran dapat dipengaruhi oleh unsur paduan yang

    memiliki perbedaan titik cair, maka akan membeku lebih dahulu sehingga kristal

    padat akan kaya dengan unsur paduan dengan titik cair tinggi.

    Proses pembekuan yang meningkat, mengakibatkan bagian yang telah membeku

    akan meninggalkan cairan yang telah membeku sehingga akan menimbulkan rongga

    akibat penyusutan.

  • 10

    Pada proses pembentukan logam paduan, ada tiga kemungkinan yang terjadi dan

    berpengaruh terhadap hubungan antar unsur dalam paduan tersebut, yaitu : Unsur

    tidak saling mempengaruhi, unsur tolak-menolak dan unsur tarik-menarik

    Tabel 2.5 Klasifikasi Perlakuan Bahan

    Atom yang tidak dapat membentuk ikatan baik dengan aluminium akan

    terdispersi secara acak dalam struktur kristal berupa larutan padat substitusi atau

    larutan padat intersiti. Hal ini akan berpengaruh terhadap struktur paduan, sifat

    mekanis dan sifat lainnya. Apabila terdapat unsur tidak saling mempengaruhi, baik

    diakibatkan oleh perbedaan ukuran atom dan struktur elektron terlalu besar maupun

    oleh ketidak mampuan unsur tersebut membentuk ikatan yang baik dengan

    aluminium.

  • 11

    Bila atom unsur-unsur paduan cenderung tolak-menolak, maka pembentukan

    larutan padat akan sulit terjadi. Tiap atom unsur akan membentuk agregat dengan

    bentuk kristal tersendiri di dalam bahan. Agregat atom ini biasanya cukup besar dan

    dapat dilihat dengan bantuan miksoskop optik dan merupakan unsur tersendiri dalam

    struktur mikro.

    Bila atom unsur-unsur paduan menimbulkan gaya tarik-menarik, berbagai

    susunan dapat terbentuk. Gaya tarik-menarik besar akan menyebabkan ikatan atom

    atau ikatan kovalen menghasilkan ikatan kimia non-logam. Pada kasus demikan,

    hampir seluruh unsur tambahan yang tergabung dengan unsur utama membentuk

    senyawa tersendiri dalam struktur mikro bahan dalam bentuk partikel-partikel.

    Senyawa kimia terbentuk dengan cara ini merupakan unsur pengeras penting dalam

    paduan tersebut.

    Bila gaya tarik-menarik antar atom berbeda kurang kuat, ikatan atom akan terjadi,

    tetapi kemungkinan akan terjadi efek yang disebut efek pengaturan. Beberapa

    pengaruh unsur paduan tersebut antara lain (Surdia, 1984) :

    a) Unsur Silikon (Si)

    Unsur Si dalam paduan aluminium mempunyai pengaruh positif :

    mempermudah proses pengecoran, meningkatkan daya tahan terhadap korosi

    dan menurunkan penyusutan dalam hasil cor.

    Pengaruh negatif yang ditimbulkan unsur Si berupa : penurunan keuletan

    bahan terhadap beban kejut dan hasil coran akan rapuh jika kandungan silikon

    terlalu tinggi

  • 12

    b) Unsur Magnesium (Mg)

    Unsur Magnesium (Mg) memberikan pengaruh baik yaitu : mempermudah

    proses penuangan, meningkatkan kemampuan pengerjaan mesin,

    meningkatkan daya tahan terhadap korosi, meningkatkan kekuatan mekanis,

    menghaluskan butiran kristal secara efektif, meningkatkan ketahanan terhadap

    beban kejut/impak dan menaikan suhu peleburan (mempermudah proses

    pencairan logam)

    Pengaruh buruk dari unsur Mg : meningkatkan kemungkinan timbulnya cacat

    pada hasil cor

    Struktur mikro paduan aluminium cor berhubungan erat dengan sifat-sifat

    mekanisnya terutama pada laju pendinginan saat pengecoran dilakukan. Laju

    pendinginan ini bergantung pada jenis cetakan yang digunakan. Dengan cetakan

    logam, pendinginan akan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan

    cetakan pasir sehingga struktur logam cor yang dihasilkan akan lebih halus dan

    menyebabkan peningkatan sifat mekanisnya. Pengaruh unsur paduan terhadap

    aluminium lainnya dapat dilihat pada tabel 2.6.

    2.5 Diagram Fasa

    Struktur dan sifat logam murni sangat berubah apabila dipadu dengan unsur lain.

    Kelakuan bahan seperti itu dapat dilihat juga pada bahan cair dan gas, tetapi yang

    sangat mencolok terdapat pada bahan padat. Sifat bahan berubah yang disebabkan

    oleh perbandingan campuran dan kondisi campuran fasa yang ada. Hubungan antara

  • 13

    jumlah setiap komponen dan fasa yang terjadi dapat dilihat dari diagram fasa yang

    dapat memberikan informasi mengenai sifat bahan.

    Tabel 2.6 Pengaruh Unsur Paduan Terhadap Aluminium (Suroto, 1991)

    Keterangan : + + = Sangat meningkatkan

    + = Meningkatkan

    - = Menurunkan

    O = Tidak berpengaruh

    Paduan Al-Si merupakan panduan aluminium paling banyak digunakan saat ini,

    dengan kadar Si bervariasi antara 5-20%. Gambar 2.1 menunjukkan diagram fasa Al-

    Si. Ini adalah tipe eutektik yang sederhana yang mempunyai titik eutektik pada

    5770C, 11,7%Si, larutan padat terjadi pada sisi Al. Karena batas kelarutan padat

    sangat kecil maka pengerasan penuaan sukar diharapkan.

    Paduan Al-Si sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan bagus sekali,

    tanpa kegetasan panas dan sangat baik untuk paduan coran, sebagai tambahan, ia

    mempunyai ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, koefisien pemuaian yang

    kecil dan sebagai penghantar yang baik untuk listrik dan panas. Paduan Al-12%Si

    sangat banyak dipakai untuk paduan cor cetak. Paduan yang memerlukan perlakuan

    panas ditambah dengan Mg juga Cu serta Ni untuk memberikan kekerasan pada saat

    panas, bahan ini biasa dipakai untuk torak motor.

  • 14

    Al-Si, Al-Cu-Si dan Al-Si-Mg adalah deretan dari paduan aluminium yang

    banyak dipergunakan untuk bagian-bagian mesin, Al-Cu-Ni-Mg dan Al-Si-Cu-Ni-Mg

    adalah deretan untuk bagian-bagian mesin yang tahan panas, dan Al-Mg adalah untuk

    bagian-bagian tahan korosi. Paduan Al-Si banyak dipakai sebagai elektroda untuk

    pengelasan yaitu terutama yang mengandung 5%Si.

    Gambar 2.1 Diagram Fasa Al-Si

    Dalam paduan biner Al-Mg satu fasa yang ada dalam kesetimbangan dengan

    larutan padat Al adalah larutan padat yang merupakan senyawa antar logam yaitu

    Al3Mg2. Titiknya eutektiknya adalah 4500, 35% Mg dan batas kelarutan padatnya

    pada temperatur eutektik adalah 16%Mg. Gambar 2.2 menunjukkan diagram fasa

    paduan Mg-Al. Paduan Al-Mg mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik, sejak

    lama disebut hidrnalium dan dikenal sebagai paduan yang tahan korosi.

    Paduan dengan 2-3%Mg dapat mudah ditempa, dirol dan diekstruksi, dan paduan

    5052 adalah paduan yang biasa dipakai sebagai bahan tempaan. Paduan 5056 adalah

  • 15

    paduan yang paling kuat dalam sistem ini, dipakai setelah dikeraskan oleh pengerasan

    regangan apabila diperlukan kekerasan tinggi. Paduan 5083 yang dianil adalah

    paduan antara (4,5%Mg) kuat dan mudah dilas, oleh karena itu sekarang dipakai

    sebagai bahan untuk tangki LNG.

    Gambar 2.2 Diagram Fasa Magnesium-Aluminium

  • 16

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian

    Metode yang digunakan untuk memperoleh data-data atau informasi yang

    dibutuhkan dalam penelitian dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu:

    a) Tahap persiapan

    Tahap ini merupakan tahap perumusan masalah yang akan diangkat menjadi

    topik dalam penulisan, pengumpulan pustaka sebagai sumber informasi yang

    mendukung penelitian, dan penentuan batasan masalah agar penelitian tidak

    menyimpang dan topik rencana.

    b) Tahap penelitian

    Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode penelitian, dengan harapan

    untuk mencapai hasil seobyektif mungkin, yaitu:

    1. Penelitian pendahuluan

    Yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keadaan dan sifat-

    sifat bahan sebelum diadakan pengecoran.

    2. Pelaksanaan penelitian

    Yaitu penelitian yang dilakukan setelah penelitian pendahuluan selesai

    dilakukan dan pada tahap ini mulai dilakukan penelitian terhadap

    pengaruh penambahan variasi Mg (15%, 16% dan 17%) pada pengecoran

    Al-Si.

  • 17

    c) Penelitian Kepustakaan

    Suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan landasan teori mengenai

    masalah yang akan diteliti. Dasar-dasar teoritis diperoleh dan membaca

    literatur-literatur, jurnal dan sebagainya yang ada sangkut pautnya dengan

    masalah yang diteliti.

    3.2 Data yang Dikumpulkan

    Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini meliputi:

    a) Data dan grafik pengujian kekerasan brinell

    b) Data dan grafik pengujian impak

    c) Gambar pemotretan struktur mikro

    d) Data perhitungan porositas benda hasil pengecoran

  • 18

    Diagram alir penelitian pengecoran dapat digambarkan sebagai berikut:

    Pengadaan Bahan coran

    Proses peleburan dan Pengecoran Al-Si dengan Variasi kadar Mg : - 15% Mg - 16% Mg - 17% Mg

    Pembuatan Benda Uji

    Pengujian bahan yang meliputi : 1. Pengujian impak 2. Pengujian kekerasan 3. Pengujian struktur mikro 4. Pengujian porositas

    Data hasil penelitian

    Analisa data penelitian

    Kesimpulan

    Literatur dan buku acuan

  • 19

    3.3 Pembuatan spesimen benda uji impak

    Hasil coran yang berupa plat kotak dengan ukuran 20mm x 20mm x 60mm

    kemudian dihaluskan dan diratakan dengan menggunakan mesin milling hingga

    dicapai ketebalan yang sudah ditentukan.

    Gambar 3.1 Mesin Milling

    Selanjutnya hasil coran dipotong dengan dimensi 10mm x 10mm x 55mm dengan

    menggunakan gergaji, ukuran potongan disesuaikan dengan bentuk benda uji impak

    sesuai standart ASTM, pembuatan tirus/sudut kembali dilakukan dengan mesin

    milling dengan menggunakan alat potong yang di ubah sedemikian rupa sehingga

    dapat sudut yang diinginkan.

    Langkah-langkah pembuatan benda uji dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1. Meratakan permukaan benda kerja menggunakan mesin frais/milling.

  • 20

    2. Membuat batang-batang benda uji dengan lebar batang benda uji 10mm

    dengan menggunakan mesin frais/milling.

    3. Pembuatan benda uji dengan menggunakan standar ASTM

    Gambar 3.2 Bentuk dan ukuran benda uji impak

    3.4 Peralatan dan Bahan Pengujian

    Peralatan yang digunakan dalam proses pengujian antara lain:

    a. Mesin uji kekerasan “Brinell hardness tester MOD 100 MW’ milik

    Laboratorium ilmu Logam Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma,

    Yogyakarta

    b. Lup mikrometer untuk mengukur bekas injakan (kekerasan Brinell)

    c. Mikroskop merek Union buatan Jepang, untuk mengetahui porositas dan

    struktur mikro bahan

    d. Kamera Nikon FM 2 dengan film berwarna ASA 200, untuk pemotretan

    struktur mikro

    e. Aluminium silikon dari velk mobil dengan komposisi (terlampir)

    f. Magnesium dari velk mobil dengan komposisi (terlampir)

  • 21

    g. Amplas ukuran kehalusan 200, 400, 800, 1000

    h. Autosol, kain, batu hijau

    3.5 Pengujian Hasil Coran

    3.5.1 Pengujian Kekerasan

    Pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Brinell dilakukan untuk

    mengetahui nilai kekerasan suatu bahan. Kekerasan dapat ditentukan dari

    besarnya diameter bekas injakan penetrator. Penentuan beban uji dan pemilihan

    penetrator disesuaikan dengan jenis bahan dan tebal bahan sesuai dengan tabel 3.1

    dan table 3.2.

    Tabel 3.1 Pemilihan Diameter Penetrator Uji Kekerasan Brinell (Surdia, 1986) Tebal benda uji (mm) Diameter penetrator

    1 - 3 D = 2,5 3 - 6 D = 5 < 6 D = 10

    Tabel 3.2 P/D2 Berdasarkan Jenis Bahan Pengujian (Surdia, 1986)

    HB rata-rata P/D2 Bahan yang diuji 160 - 450 30 D2 Logam keras, baja, besi cor 53 - 200 10 D2 Paduan tembaga, paduan aluminium keras 26 - 100 5 D2 Tembaga, paduan aluminium 45893 12,5 D2 Logam lunak, timah dan yang lainnya 46143 D2 Logam lunak, timah dan yang lainnya

    Prosedur pengujian:

    1. Permukaan benda uji dibersihkan dan dihaluskan dengan amplas

    sehingga pemukaannya rata dan halus

    2. Diameter penetrator dapat ditentukan dari tabel di atas

  • 22

    3. Penekanan penetrator selama 30 detik.

    4. Besarnya lekukan bekas penetrator diamati dengan lup mikrometer.

    5. Hitung harga kekerasan dengan persamaan :

    )(.2

    22 dDDDPHB

    −−=π

    (3.1)

    HB = Brinell Hardness Number (Angka Kekerasan Brinell)

    P = Beban yang diberikan pada penetrator/gaya penekan (kg)

    D = Diameter penetrator (mm)

    D = Diameter lekukan bekas injakan (mm)

    Gambar 3.3 Cara Pengujian dan Perhitungan Kekerasan Brinell

    3.5.2 Pengujian Impak

    Berbagai jenis pengujian impak batang bertakik telah digunakan untuk

    menentukan kecenderungan bahan untuk bersifat getas.

    Benda uji Charpy mempunyai luas penampang lintang bujursangkar

    (10x10mm) dan mengandung takik V-450, dengan jari-jari dasar 0,25 mm dan

    kedalaman 2mm, ditunjukkan pada Gambar 3.2. Benda uji diletakkan pada

    tumpuan dalam posisi mendatar dan bagian yang tak bertakik diberi beban impak

  • 23

    dengan ayunan bandul (kecepatan impak sekitar 16ft/detik). Benda uji akan

    melengkung dan patah pada laju regangan yang tinggi, kira-kira 103 detik-1.

    Gambar 3.4 Lup Mikrometer

    Gambar 3.5 Mesin uji kekerasan “Brinell Hardness Tester MOD 100 MR”

  • 24

    Pada uji impak kita mengukur energi yang diserap untuk mematahkan benda

    uji. Setelah benda uji patah, bandul berayun kembali. Makin besar energi yang

    diserap, makin rendah ayunan kembali dari bandul.

    Keuntungan utama uji impak takik Charpy V adalah mudah dilakukan,

    murah dan benda ujinya kecil. Pengujian dapat dilakukan pada suhu di bawah

    suhu ruang. Selain itu, bentuk benda uji yang digunakan sangat cocok untuk

    mengukur ketangguhan takik pada bahan berkekuatan rendah seperti baja

    konstruksi. Uji tersebut juga dapat digunakan untuk memperbandingkan pengaruh

    paduan dan perlakuan panas pada ketangguhan takik; serta sering digunakan

    untuk keperluan pengendalian kualitas bahan. Kesukaran utama yang dihadapi

    ialah bahwa hasil uji Charpy kurang mungkin dimanfaatkan dalam perancangan.

    Karena besar level tegangan tidak diberikan, sukar untuk menghubungkan data

    energi yang diperlukan untuk mematahkan benda uji Charpy (Cv) dengan

    performans pemakaian.

    Persaman yang digunakan adalah :

    h0 = R + R cos(180 - α )

    = R – R cos α

    = R (1 – cos α ) (3.2)

    h1 = R + R cos(180 - β )

    = R – R cos β

    = R (1 – cos β ) (3.3)

  • 25

    Energi patah = m. g. h0 – m. g. h1

    = m. g (h0 - h1)

    = m. g [R (1 – cosα ) - R (1 – cosβ )]

    = m. g. R [(1 – cosα ) - (1 – cos β )]

    = G . R (cos β - cosα ) ( joule) (3.4)

    Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi joule/mm2 (3.5)

    dengan : m = massa pendulum (kg)

    g = gaya gravitasi

    G = berat pendulum (massa dikalikan percepatan gravitasi) (N)

    R = radius pendulum (m)

    α = sudut ayun awal/sudut yang dibentuk pendulum tanpa beban (benda

    uji)

    β = sudut ayun akhir/sudut yang dibentuk pendulum setelah

    mematahkan benda uji

    Dalam operasi-operasi manufaktur, seperti operasi pengerjaan logam

    berkecepatan tinggi, contohnya: penempaan jatuh, komponen-komponen yang

    terlibat didalamnya tentu akan menderita pembebanan kejut (impak atau dynamic

    loading).

    Dalam uji impak yang dilakukan dengan menggunakan impak tester,

    spesimen yang telah ditakik dipatahkan dengan bandul yang diayunkan.

  • 26

    180°

    a ß

    R

    h0h1

    Gambar 3.6 Skema Alat uji impak

    Dalam operasi-operasi manufaktur, seperti operasi pengerjaan logam

    berkecepatan tinggi, contohnya: penempaan jatuh, komponen-komponen yang

    terlibat di dalamnya tentu akan menderita pembebanan kejut (impak atau dynamic

    loading).

    Gambar 3.7 Alat Penguji Impak

  • 27

    Dalam uji impak yang dilakukan dengan menggunakan impak tester,

    spesimen yang telah ditakik dipatahkan dengan bandul yang diayunkan.

    Dari besarnya ayunan bandul, besarnya energi yang diperlukan untuk

    mematahkan spesimen dapat dihitung. Besarnya energi terhitung ini selanjutnya

    disebut sebagai ketangguhan impak (impak toughness) material.

    Uji impak secara khusus dimanfaatkan dalam menentukan temperatur transisi

    ulet–getas material. Material yang mempunyai ketahanan impak yang tinggi

    umumnya memiliki kekuatan yang tinggi dan keuletan yang tinggi, sehingga

    dengan sendirinya mempunyai ketangguhan yang tinggi.

    3.5.3 Pengamatan Struktur Mikro

    Semua benda uji dipolis menggunakan autosol sehingga struktur dasarnya

    nampak sama. Setelah logam dipoles, pemukaan logam yang halus itu tertutup

    oleh selaput terdeformasi, dengan etsa selaput tersebut terkikis, permukaan

    menjadi buram, sebagian batas butir terkikis dan komponen-komponen tertentu

    akan nampak akibat kikisan selektif dan larutan etsa tadi. Larutan yang biasa

    dipakai untuk baja adalah larutan 50% asam nitrat (NaOH). Baru setelah di etsa

    nampak ada perbedaan, untuk aluminium strukturnya relatif lebih kecil-kecil,

    dengan bantuan mikroskop mikro permukaan logam yang telah dipoles dapat

    diteliti. Setelah itu bisa dilakukan pemotretan struktur mikro dengan

    menggunakan kamera struktur mikro.

  • 28

    Prosedur Pengujian:

    a. Permukaan benda uji (spesimen) dihaluskan dan dibersihkan pada kedua

    sisinya sehingga permukaan tersebut rata dan sejajar, gunakan amplas

    mulai dan yang kasar sampai amplas yang halus.

    b. Benda uji tersebut dihaluskan lagi dengan autosol dan batu hijau hingga

    permukaannya mengkilat

    c. Etsa benda uji dengan menggunakan larutan NaOH

    d. benda uji di masukkan ke dalam air untuk menetralkan bahan etsa

    kemudian dilap dan dikeringkan

    e. Foto benda uji dengan mikroskop atur perbesarannya 200 x.

    3.5.4 Pengamatan Porositas Hasil Coran

    Porositas atau cacat lubang jarum dapat terjadi apabila gas hidrogen yang

    terbawa dalam logam cair terjebak selama proses pembekuan. Penyebab

    utamanya adalah adanya gas yang terserap dalam logam cair selama penuangan

    coran, maka terjadilah reaksi logam cair dengan uap air dari cetakan. Dalam

    pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir sangat mungkin terjadinya

    porositas atau cacat lubang jarum, ini disebabkan karena cetakan dalam posisi

    yang kurang kering sehingga gas yang akan keluar sangat sulit menembus dinding

    cetakan yang masih mengandung kadar air, dan bisa juga karena cetakan tidak

    diberi rongga udara yang berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terjebak pada

    saat pembekuan terjadi karena cetakan pasir mempunyai titik beku yang relatif

    lama dibanding dengan cetakan logam. Beberapa upaya untuk mencegah

  • 29

    timbulnya cacat pori-pori ini diantaranya dengan melakukan perencanaan sistem

    saluran masuk yang baik.

    Proses pengujiannya adalah sebagai berikut:

    1. Foto mikro dengan perbesaran 50 x di scan

    2. Kertas milimeter blok yang sudah dijadikan transparasi di tempelkan ke

    foto yang sudah di scan tersebut hingga foto tersebut terbagi ke dalam

    blok-blok kecil.

    3. Hitung luas seluruh daerah hitam (pori-pori) yang mengisi kotak

    milimeter blok

    4. Bagi jumlah tersebut dengan luas area foto yang discan dan dikalikan

    dengan 100% untuk mendapatkan prosentase porositasnya.

    Perhitungan dilakukan menggunakan persamaan berikut :

    %100amati di yangpermukaan Luas

    permukaan di ada yangcacat Luas ×=Porositas (3.6)

    Gambar 3.8 Proses Pengamatan Struktur Mikro

  • 30

    Gambar 3.9 Mikroskop Mikro dilengkapi dengan Kamera

  • 31

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    Dalam pengujian paduan aluminium ini, penambahan yang diberikan yaitu

    kadar magnesium sebesar 15%, 16%, dan 17%. Penambahan unsur magnesium yang

    bervariasi bertujuan mengetahui sifat-sifat mekanis yang dihasilkan oleh paduan

    tersebut. Secara garis besar penambahan unsur magnesium pada paduan aluminium-

    silikon akan meningkatkan kekuatan mekanis paduan tersebut. Dari salah satu paduan

    aluminium dengan penambahan kadar magnesium sebanyak 16% diuji komposisi

    didapat hasil sebesar 15,32%. Dari hasil analisis pengurangan kadar magnesium

    dikarenakan magnesium terbakar pada saat pencampuran bahan.

    4.1 Pengujian Kekerasan

    Dari Gambar 4.1 diatas dapat diketahui bahwa perbedaan tingkat kekerasan

    cushion buttom honda dibandingkan dengan Al-Si cukup signifikan yaitu 85,19%.

    Perbandingan kekerasan Al-Si dengan Al-Si yang telah dicampur dengan Mg

    sebanyak 15%Mg, 16%Mg dan 17% berturut-turut yaitu 3,16%, 4,01% dan 1,21%.

    Dari penelitian yang dilakukan membuktikan penambahan kadar magnesium

    mempengaruhi harga kekerasan pada paduan aluminium. Hal ini disebabkan karena

    fungsi magnesium adalah untuk memperbaiki kekuatan mekanis diantaranya

    kekerasan suatu paduan.

  • 32

    Adapun besar nilai kekerasan untuk paduan aluminium silikon dan penambahan

    variasi magnesium adalah sebagai berikut :

    • Cushion buttom Honda = 97 HB

    • Al-Si = 180 HB

    • Al-Si-15%Mg = 185 HB

    • Al-Si-16%Mg = 193 HB

    • Al-Si-17%Mg = 195 HB

    Kenaikan harga kekerasan ini akibat adanya penambahan magnesium yang dapat

    memperhalus butiran kristal, seperti yang terlihat dalam gambar struktur mikro.

    Semakin halus butiran kristal yang terbentuk maka harga kekerasannya semakin

    tinggi.

    UJI KEKERASAN

    97

    180 185 193 195

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    cushionbottom honda

    Al-Si Al-Si-15%Mg Al-Si-16%Mg Al-Si-17%Mg

    Bahan

    Angk

    a K

    eker

    asan

    Brin

    ell

    (HB

    )

    Gambar 4.1 Grafik hasil pengujian kekerasan

  • 33

    4.2 Pengujian Impak

    Dalam pelaksanaan pengujian impak ini, setiap variasi komposisi benda uji

    menggunakan empat buah spesimen. Dari keempat spesimen yang telah diuji itu

    ditentukan tenaga patah. Tenaga patah dari keempat spesimen tersebut digunakan

    untuk menghitung harga keuletan. Harga keuletan didapat dari tenaga patah dibagi

    dengan luas penampang patahan. Dengan melakukan pengujian impak ini, dapat

    diperoleh rata-rata harga keuletan dari suatu komposisi tersebut.

    UJI IMPAK

    0.0152

    0.0098 0.0094 0.0088

    00.0020.0040.0060.0080.01

    0.0120.0140.016

    Al-Si Al-Si-15%Mg Al-Si-16%Mg Al-Si-17%Mg

    BAHAN

    Har

    ga K

    eule

    tan

    (Jou

    le/m

    m2 )

    Gambar 4.2 Grafik hasil pengujian impak

    Dalam gambar 4.2 dapat diketahui bahwa penambahan kadar magnesium 15%, 16%,

    17% pada paduan aluminium dapat menurunkan keuletan dari bahan paduan

    aluminium silikon. Jika keuletan suatu bahan menurun maka bahan tersebut akan

    semakin getas.

  • 34

    Besar nilai harga keuletan untuk paduan aluminium silikon dan variasi magnesium

    adalah sebagai berikut :

    • Al-Si = 0,0152 joule/mm2

    • Al-Si-15%Mg = 0,0098 joule/mm2

    • Al-Si-16%Mg = 0,0094 joule/mm2

    • Al-Si-17%Mg = 0,0088 joule/mm2

    4.3 Analisa Struktur Mikro

    Pada gambar berikut ini disajikan hasil dari pengamatan struktur mikro. Dalam

    penyajian foto struktur mikro ini digunakan perbesaran 200X, hal ini dikarenakan

    perbesaran ini menunjukkan struktur yang paling jelas terlihat.

    a) b) c) d) e)

    Gambar 4.3 Foto Struktur mikro beberapa jenis sample: a). Cushion buttom Honda, b). Al-Si, c). Al-Si-15%Mg, d). Al-Si-16%Mg, e). Al-Si-17%Mg

  • 35

    Pada foto struktur mikro cushion buttom honda terlihat bahwa butiran kristal yang

    halus bila dibandingkan dengan Al-Si dan Al-Si dengan penambahan unsur Mg. Pada

    foto struktur mikro Al-Si terlihat bahwa bintik-bintik hitam struktur aluminium

    silikon yang terbentuk akibat proses pengecoran hanya sedikit. Pada foto struktur

    mikro Al-Si-15%Mg terlihat bintik-bintik hitam yang mulai terbentuk antara paduan

    Al-Si dan Mg semakin banyak dan mulai membentuk ikatan-ikatan. Pada foto

    struktur mikro Al-Si-16%Mg mulai terlihat bahwa ikatan yang terbentuk antara

    paduan Al-Si dan Mg mulai terlihat lebih jelas. Pada foto struktur mikro Al-Si-

    17%Mg bintik-bintik hitam yang terbentuk antara Al-Si dan Mg sangat merata dan

    menghasilkan struktur butiran yang rapat dan ikatan bintik-bintik hitam yang semakin

    kuat dan jelas. Pada foto struktur mikro Al-Si-17%Mg, disini mulai terlihat ikatan

    dendrit yang terbentuk sangat jelas. Pada foto struktur mikro Al-Si-15%Mg dan foto

    struktur mikro Al-Si-16%Mg terlihat adanya perubahan butir kristal yang semula

    berupa bintik-bintik hitam mulai membentuk ikatan-ikatan menyebar, hal ini diikuti

    juga dengan terbentuknya endapan dari unsur-unsur paduan. Dari gambar 4.3 dapat

    terlihat struktur yang terbentuk baik berupa bintik-bintik hitam maupun ikatan-

    ikatannya semakin banyak dan jelas, hal ini menunjukkan semakin banyaknya kadar

    magnesium yang ditambahkan.

    4.4 Porositas

    Dalam pengamatan untuk memperkirakan porositas dari spesimen dibutuhkan

    foto mikro untuk memudahkan dalam memprosentasikan porositas dari suatu bahan

  • 36

    dengan cara dihitung titik-titik hitam yang terdapat dalam coran yang merupakan

    daerah berpori pada benda uji yang kemudian diperkirakan prosentasenya terhadap

    seluruh bidang pemotretan. Besarnya porositasnya dapat mempengaruhi nilai

    kekerasan suatu bahan coran.

    Gambar 4.4 menunjukkan perubahan porositas terhadap variasi penambahan

    magnesium. Dapat dilihat pada bahan cushion buttom honda terbentuk prosentase

    porositas yang kecil, tetapi pada bahan Al-Si-16%Mg prosentase porositas yang

    besar. Besar nilai prosentase porositas untuk paduan aluminium silikon dan variasi

    magnesium adalah sebagai berikut :

    • Cushion buttom Honda = 0,11 %

    • Al-Si = 4,25 %

    • Al-Si-15%Mg = 3,28 %

    • Al-Si-16%Mg = 6,08 %

    • Al-Si-17%Mg = 5,46 %

    Pada bahan Al-Si-15%Mg pada saat foto didapat titik yang baik sehingga jumlah

    porositasnya kecil. Prosentase porositas tertinggi terjadi pada paduan coran Al-Si-

    16%Mg. Hal ini disebabkan oleh mampu alir pada saat pengecoran yang kurang baik

    sehingga waktu pembekuan yang diperlukan lebih lama. Terbentuknya porositas

    dalam coran juga dipengaruhi oleh unsur paduan yang memiliki titik cair yang

    berbeda serta proses pembekuan yang tidak sama, biasanya porositas banyak terjadi

    pada bagian yang paling lambat membeku.

  • 37

    0.11

    4.253.28

    6.085.46

    0.00

    1.00

    2.00

    3.00

    4.00

    5.00

    6.00

    7.00

    cushionbottomhonda

    Al-Si Al-Si-15%Mg Al-Si-16%Mg Al-Si-17%Mg

    Bahan

    Por

    osita

    s (%

    )

    Gambar 4.4 Grafik Pengujian Porositas

  • 38

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil-hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai

    berikut:

    1. Dalam pengujian ini pengaruh kadar magnesium meningkatkan kekerasan

    pada paduan aluminium silikon. Ini terlihat pada nilai kekerasan tertinggi

    terdapat pada kadar magnesium 17% sebesar 195 HB.

    2. Pengaruh penambahan magnesium pada aluminium silikon akan menurunkan

    nilai keuletan bahan. Nilai keuletan dapat dilihat dari pengujian impak. Nilai

    keuletan terendah terdapat pada kadar magnesium 17% sebesar 8,8 kJ/m2.

    3. Pada struktur mikro terlihat bahwa variasi magnesium memberi perubahan

    pada struktur dan butiran kristal membesar.

    4. Prosentase porositas tertinggi terjadi pada penambahan kadar magnesium 16%

    yaitu sebesar 6,08%. Magnesium akan menimbulkan terak pada waktu proses

    peleburan logam, terak dapat menimbulkan terjadinya porositas.

  • 39

    5.2 Saran

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat memberikan beberapa

    saran dan masukan sebagai berikut:

    1. Pelaksanaan pengecoran sebaiknya dilakukan di dalam ruang tertutup agar

    pengaturan api yang digunakan untuk mencairkan logam lebih fokus dan tidak

    terganggu dengan adanya hembusan angin yang akan mengakibatkan api tidak

    fokus pada kowi dan terjadi pemborosan bahan bakar, serta dengan adanya

    angin juga akan mempercepat laju pendinginan logam cair pada waktu akan

    dituang ke dalam cetakan yang dapat mengakibatkan pembekuan logam cair

    terlalu cepat sehingga dapat menimbulkan cacat berupa retak maupun

    porositas yang tinggi pada coran.

    2. Perlu diadakan perawatan dan perbaikan pada alat uji secara berkala sehingga

    ketelitian alat dapat terjaga dan kalau bias diganti dengan alat yang lebih teliti

    dan modern.

    3. Perlunya pendamping dari dosen selama melakukan penelitian, supaya bila

    terjadi permasalahan dapat dikonsultasikan dengan cepat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Dieter, George, E., Metalurgi Mekanik, ahli bahasa oleh Djaprie, Sriati, Edisi ketujuh, Erlangga, Jakarta, 1987.

    Handout Praktikum Ilmu Logam, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 2004. Surdia, Tata, dan Chijiiwa Kenji, Teknik Pengecoran Logam, Cetakan kesembilan, PT.

    Pradnya Paramita, Jakarta, 2006. Surdia, Tata, dan Saito Shinroku, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan keenam, PT.

    Pradnya Paramita, Jakarta, 2005. Suroto, A., Sudibyo, B., Ilmu Logam Dan Metalurgi, Akademi Teknik Mesin Industri,

    Surakarta.

  • Perhitungan Kekerasan Brinell

    Beban (P) = 250 kg

    Diameter indenter (D) = 5 mm

    Tabel. data pengujian uji kekerasan

    Diameter Lingkar Luar lekukan bekas penginjakan Bahan

    d1 (mm)

    d2 (mm)

    d3 (mm)

    d4 (mm)

    Rata-rata d (mm)

    Cushion buttom Honda 1.82 1.78 1.78 1.75 1.78 Al-Si 1.32 1.34 1.3 1.32

    Al-Si-15%Mg 1.28 1.32 1.31 1.29 1.30 Al-Si-16%Mg 1.26 1.29 1.28 1.27 1.28 Al-Si-17%Mg 1.25 1.27 1.28 1.27 1.27

    Angka kekerasan dapat ditentukan dengan persamaan berikut

    Angka kekerasan Brinell :)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    2mmkg

    Perhitungan :

    1.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )82,155(5.

    250222 −−

    π

    = 92,8 kg/mm2

    2.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )78,155(5.

    250222 −−

    π

    = 97,2 kg/mm2

  • 3.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )75,155(5.

    250222 −−

    π

    = 100,7 kg/mm2

    4.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )32,155(5.

    250222 −−

    π

    = 179,5 kg/mm2

    5.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )34,155(5.

    250222 −−

    π

    = 174,1 kg/mm2

    6.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )3,155(5.

    250222 −−

    π

    = 185,1 kg/mm2

    7.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )28,155(5.

    250222 −−

    π

    = 191,1 kg/mm2

  • 8.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )31,155(5.

    250222 −−

    π

    = 182,3 kg/mm2

    9.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )29,155(5.

    250222 −−

    π

    = 188,1 kg/mm2

    10.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )26,155(5.

    250222 −−

    π

    = 197,4 kg/mm2

    11.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )27,155(5.

    250222 −−

    π

    = 194,2 kg/mm2

    12.)(.

    222 dDDD

    PHB−−

    = )25,155(5.

    250222 −−

    π

    = 200,6 kg/mm2

  • Dari perhitungan diatas sehingga didapat angka Brinell, seperti pada tabel

    dibawah

    No. Bahan Nilai rata-rata HB

    1 Cushion buttom Honda 97.0 2 Al-Si 179.6 3 Al-Si-15%Mg 185.3 4 Al-Si-16%Mg 192.7 5 Al-Si-17%Mg 195.0

    Perhitungan Harga keuletan

    Massa Pendulum (m) = 1.357 kg

    Berat Pendulum (G) = 1.357 . 9.81 = 13.31 N

    Radius Pendulum(r) = 39.48 cm = 0.3948 m

    Sudut α (tanpa benda uji) = 1470

    Tabel. data pengujian uji impak

    Sudut β BAHAN

    β1(0) β2(0) β3(0) β4(0) Sudut β rata-rata (0)

    Al-Si 126 127 129 127,33

    Al-Si-15%Mg 132,5 134 134 133,5 133,5

    Al-Si-16%Mg 133,5 134 134 134,5 134

    Al-Si-17%Mg 135 134,5 135,5 134 134,75

    Harga keuletan dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

    Energi patah = G . R (cos β - cosα ) (joule)

    Harga keuletan = 2Patahan Penampang Luaspatah Energi

    mmJoule

  • Perhitungan :

    1. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos126cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0,016 joule / mm2

    2. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos127cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0,016 joule / mm2

    3. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos129cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0.014 joule / mm2

    4. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos5,132cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0,011 joule / mm2

  • 5. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos134cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0,009 joule / mm2

    6. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos5,133cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0,010 joule / mm2

    7. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos5,134cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0,009 joule / mm2

    8. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos135cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0,009 joule / mm2

  • 9. Harga keuletan = Patahan Penampang Luas

    patah Energi

    = ( )108

    coscos⋅

    −⋅⋅ αβRG

    = ( )108

    147cos5,135cos394,031,13⋅

    −⋅⋅

    = 0,008 joule / mm2

    Dari perhitungan diatas sehingga didapat harga keuletan, seperti pada tabel

    dibawah.

    No. BAHAN Rata-rata harga keuletan

    1 Al-Si 0.0152 2 Al-Si-15%Mg 0.0098 3 Al-Si-16%Mg 0.0094 4 Al-Si-17%Mg 0.0088

    Pengamatan Struktur Mikro

    Gambar. Foto Struktur mikro Cushion buttom Honda

  • Gambar. Foto Struktur mikro Al-Si

    Gambar. Foto Struktur mikro Al-Si-15%Mg

  • Gambar. Foto Struktur mikro Al-Si-16%Mg

    Gambar. Foto Struktur mikro Al-Si-17%Mg

  • Perhitungan Porositas Bahan

    Luas permukaan yang diamati = 11352 mm2

    %100diamati yangpermukaan Luas

    permukaan di ada yangcacat Luas ×=Porositas

    Tabel. data perhitungan porositas

    No. BAHAN Luas cacat yang ada di permukaan (mm2) Luas permukaan

    yang diamati (mm2) Porositas

    (%)

    Rata-rata Porositas

    (%) 12 11352 0.11 12 11352 0.11 1

    cushion bottom honda

    14 11352 0.12 0.11

    32 11352 0.28 731 11352 6.44 496 11352 4.37

    2 Al-Si

    190 11352 1.67

    4.25

    287 11352 2.53 242 11352 2.13 308 11352 2.71

    3 Al-Si-15%Mg

    281 11352 2.48

    3.28

    423 11352 3.73 679 11352 5.98 432 11352 3.81

    4 Al-Si-16%Mg

    536 11352 4.72

    6.08

    27 11352 0.24 623 11352 5.49 620 11352 5.46

    5 Al-Si-17%Mg

    588 11352 5.18

    5.46

  • Gambar. Foto porositas Cushion Bottom Honda

    Gambar. Foto porositas Cushion Bottom Honda

  • Gambar. Foto porositas Cushion Bottom Honda

    Gambar. Foto porositas Al-Si

  • Gambar. Foto porositas Al-Si

    Gambar. Foto porositas Al-Si

  • Gambar. Foto porositas Al-Si

    Gambar. Foto porositas Al-Si-15%Mg

  • Gambar. Foto porositas Al-Si-15%Mg

    Gambar. Foto porositas Al-Si-15%Mg

  • Gambar. Foto porositas Al-Si-15%Mg

    Gambar. Foto porositas Al-Si-16%Mg

  • Gambar. Foto porositas Al-Si-16%Mg

    Gambar. Foto porositas Al-Si-16%Mg

  • Gambar. Foto porositas Al-Si-16%Mg

    Gambar. Foto porositas Al-Si-17%Mg

  • Gambar. Foto porositas Al-Si-17%Mg

    Gambar. Foto porositas Al-Si-17%Mg

  • Gambar. Foto porositas Al-Si-17%Mg

  • HALAMAN JUDULTITLE PAGEHALAMAN PENGESAHANDAFTAR DEWAN PENGUJIHALAMAN PERNYATAANHALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASIINTISARIKATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR GAMBARDAFTAR TABELBAB I PENDAHULUANBAB II TINJAUAN PUSTAKABAB III METODE PENELITIANBAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANBAB V KESIMPULAN DAN SARANDAFTAR PUSTAKALAMPIRAN