sifat fisik tanah dan batuan
TRANSCRIPT
REKAYASA TANAH & BATUAN 1
SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam
mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi, dan void
ratio
b. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas,
dan nisbah Poisson.
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun di
lapangan (in-situ).
1. Penentuan di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap contoh
(sample) yang diambil dilapangan. Satu contoh dapat digunakan untuk
menentukan kedua sifat batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik
batuan yang merupakan uji tanpa merusak (non destructive test), kemudian
dilanjutkan dengan penentukan sifat mekanik batuan yang merupakan uji
merusak (destructivetest) sehingga contoh batu hancur.
2. Di lapangan hasil pemboran inti ke dalam massa batuan yang akan berupa
contoh inti batuan dapat digunakan untuk uji dilaboratorium dengan syarat
tinggi contoh dua kali diameternya. Setiap contoh yang diperoleh
kemudian diukur diameter dan tingginya, dihitung luas permukaan dan
volumenya.
REKAYASA TANAH & BATUAN 2
1.1 Sifat Fisik Batuan
1. Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori (yaitu
volume yang ditempati oleh fluida) terhadap volume total batuan. Ada dua jenis
porositas yaitu porositas antar butir dan porositas rekahan. Pada kenyataannya,
porositas didalam suatu sistem panasbumi sangat bervariasi. Contohnya didalam
sistem reservoir rekah alami, porositas berkisar sedikit lebih besar dari nol, akan
tetapi dapat berharga sama dengan satu (1) pada rekahannya. Pada umumnya
porositas rata-rata dari suatu sistem media berpori berharga antara 5 – 30%.
2. Kecepatan Aliran Fluida
Kecepatan aliran darcy atau flux velocity (v) adalah laju alir rata-rata
volume flux per satuan luas penampang di media berpori. Sedangkan kecepatan
rata-rata fluida yang melalui media berpori dikenal sebagai interstitial velocity (u).
Hubungan antara kedua parameter kecepatan tersebut adalah sebagai berikut:
Harga flux velocity pada umumnya sekitar 10-6 m/s. Besarnya interstitial velocity
digunakan untuk kecepatan suatu partikel (partikel kimia penjejak atau tracer)
yang mengalir pada media berpori.
3. Permeabilitas
Permeabilitas adalah parameter yang memvisualisasikan kemudahan suatu fluida
untuk mengalir pada media berpori.
REKAYASA TANAH & BATUAN 3
Permeabilitas mempunyai arah, dimana ke arah x dan y biasanya
mempunyai permeabilitas lebih besar dari pada ke arah z. Sistem ini disebut
anisotropic. Apabila permeabilitas tersebut seragam ke arah horizontal maupun
vertikal disebut sistem isotropik.
Satuan permeabilitas adalah m2. Pada umumnya pada reservoir panasbumi,
permeabilitas vertikal berkisar antara 10-14 m2, dengan permeabilitas horizontal
dapat mencapai 10 kali lebih besar dari permeabilitas vertikalnya (sekitar 10-13
m2). Satuan permeabilitas yang umum digunakan didunia perminyakan adalah
Darcy (1 Darcy = 10-12 m2).
4. Densitas Batuan
Densitas batuan dari batuan berpori adalah perbandingan antara berat
terhadap volume (rata-rata dari material tersebut). Densitas spesifik adalah
perbandingan antara densitas material tersebut terhadap densitas air pada tekanan
dan temperatur yang normal, yaitu kurang lebih 103 kg/m3.
Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui, dalam
mekanika
batuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu ;
a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi ”Spesific Gravity” porositas dan absorbsi
”Void Ratio”.
b. Sifat mekanika batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, ”
Poisson `s Ratio”.
REKAYASA TANAH & BATUAN 4
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan, pada umumnya ditentukan terhadap
sampel yang diambil dari lapangan. Satu persatu dapat digunakan untuk
menentukan kedua sifat batuan.
1.2 SIFAT MEKANIK BATUAN
Selain daripada sifat-sifat fisik dari batuan terdapat sifat-sifat mekanik
batuan yang berpengaruh pula dalam penembusan batuan. Sifat-sifat mekanik
tersebut meliputi :
strength batuan,
drillabilitas batuan,
hardness batuan,
abrasivitas batuan,
tekanan batuan dan
elastisitas batuan.
V Awal = p x l x t = plt
REKAYASA TANAH & BATUAN 5
V Akhir = (p + Δp) x (l + Δl) x (t + Δt)
Uji Kuat Tekan
= p (1 + εa) x l (1+ εl) x t (1+ εl)
= p (1 + εa) x lt (1+ εl)²
= plt (1 + εa)(1+ εl)²
ΔV = plt (1 + εa)(1+ εl)² - plt
= plt {(1 + εa)(1+ εl)² - 1}
= plt {(1 + εa)(1+ 2εl + εl² )-1}
lt {2εl + εl² + ε + 2ε εl + ε εl² )}
= plt εa 2εa εa = plt (εa + 2εl )
Regangan Volumetrik :
Δ V /V = εa + 2 ε
1. Strength Batuan
Arthur menyatakan bahwa strength pada batuan merupakan faktor yang
sangat penting untuk penentuan laju pemboran. Strength pada batuan adalah
kemampuan batuan untuk mengikat komponen-komponennya bersama-sama. Jadi
dengan kata lain apabila suatu batuan diberikan tekanan yang lebih besar dari
kekuatan batuan tersebut, maka komponen-komponennya akan terpisah-pisah atau
dapat dikatakan hancur. Lebih lanjut lagi, criteria kehancuran batuan diakibatkan
oleh adanya : Stress (tegangan) dan Strain (regangan). Tegangan dan regangan ini
terjadi apabila ada suatu gaya yang dikenakan pada batuan tersebut.
REKAYASA TANAH & BATUAN 6
Konsisi Awal Perubahan bentuk akibat stress
ε = Strain = Regangan
Arah Axial : ε a = Δa /a
Arah Lateral : ε l = Δl / l
REKAYASA TANAH & BATUAN 7
Goodman, menyatakan variasi beban yang diberikan pada suatu batuan
mengakibatkan kehancuran batuan. Terdapat empat jenis kerusakan batuan yang
umum, yaitu :
a. Flexure Failure
Flexure failure terjadi karena adanya beban pada potongan batuan akibat
gaya berat yang ditanggungnya, karena adanya ruang pori formasi dibawahnya.
b. Shear Failure
REKAYASA TANAH & BATUAN 8
Shear failure, kerusakan yang terjadi akibat geseran pada suatu bidang
perlapisan karena adanya suatu ruang pori pada formasi dibawahnya.
c. Crushing dan Tensile Failure
Crushing dan tensile failure merupakan kerusakan batuan yang terjadi
akibat gerusan suatu benda atau tekanan sehingga membentuk suatu bidang
retakan.
d. Direct Tension Failure
Direct tension failure, kerusakan terjadi searah dengan bidang geser dari
suatu perlapisan.
2. Drillabilitas
Drillabilitas batuan (rock drillability) merupakan ukuran kemudahan
batuan untuk dibor, yang dinyatakan dalam satuan besarnya volume batuan yang
bisa dibor pada setiap unit energi yang diberikan pada batuan tersebut.
Drillabilitas batuan dapat ditentukan melalui data pemboran (drilling record).
E = energi mekanik yang dibutuhkan, lb-in
W = weigth on bit, lbf
r = jari-jari pahat, in
R = laju pemboran, ft/hr
N = kecepatan putar, rpm
REKAYASA TANAH & BATUAN 9
V = volume batuan yang dihasilkan, in3
Selanjutnya dengan pengembangan model pemboran, drillabilitas batuan
dapat ditentukan dengan menggunakan roller cone bit.
3.Hardness
Hardness atau kekerasan dari batuan, merupakan ketahanan mineral batuan
terhadap goresan. Skala kekerasan yang sering digunakan untuk mendriskripsikan
batuan diberikan oleh Mohs. Gatlin, menyatakan batuan diklasifikasikan dalam
tiga kelompok, yaitu
Soft rock (lunak) : clay yang lunak, shale yang lunak dan batuan pasir
yang unconsolidated atau kurang tersemen.
Medium rock (sedang) : beberapa shale, limestone dan dolomite yang
porous, pasir yang terkonsolidasi dan gypsum.
Hard rock (keras) : limestone dan dolomite yang padat, pasir yang
tersemen padat/keras dan chert.
4. Abrasivitas
Merupakan sifat menggores dan mengikis dari batuan, sehingga sering
menyebabkan keausan pada gigi pahat dan diameter pahat. Setiap batuan
mempunyai sifat abrasivitas yang berbeda-beda, pada umumnya batuan beku
mempunyai tingkat abrasivitas sedang sampai tinggi, batu pasir lebih abrasif
daripada shale, serta limestone lebih abrasif dari batu pasir atau shale. Ukuran dan
REKAYASA TANAH & BATUAN 10
bentuk dari partikel batuan menyebabkan berbagai tipe keausan, seperti juga torsi
dan daya tekan pada pahat.
5. Tekanan Pada Batuan
Merupakan tekanan-tekanan yang bekerja pada batuan formasi. Tekanan-
tekanan tersebut harus diperhatikan dalam kegiatan pemboran. Karena
berpengaruh dalam cepat-lambatnya laju penembusan batuan formasi. Secara
umum, batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami tekanan :
Internal Stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam
pori-pori batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi).
Eksternal Stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya
(tekanan overburden).
1.3. SIFAT BATUAN
Sifat batuan yang sebenarnya di alam adalah :
1. HETEROGEN
a. Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda.
b. Ukuran dan bentuk partikel/butir berbeda di dalam batuan.
c. Ukuran, bentuk, dan penyebaran void berbeda di dalam batuan.
2. DISKONTINU
Massa batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya bidang-
bidang lemah (crack, joint, fault, fissure) di mana kekerapan, perluasan dan
orientasi dari bidang-bidang lemah tersebut tidak kontinu.
REKAYASA TANAH & BATUAN 11
3. ANISOTROP
Karena sifat batuan yang heterogen, diskontinu, anisotrope maka untuk
dapat menghitung secara matematis misalnya sebuah lubang bukaan yang
disekitarnya terdiri dari batuan B1, B2, B3, diasumsikan batuan ekivalen B'
sebagai pengganti batuan B1, B2, B3 yang mempunyai sifat homogen, kontinu
dan isotrop