sgd modul 7 lbm 5 online

36
SGD MODUL 7 LBM 5 LBM 5 Kelainan Adneksa Kulit STEP 1 Flushing : Kemerahan sementara yang ada di muka dan leher. Komedo : sumbatan sebum (hasil dari k. Minyak) yang berwarana hitam/ putih akibat proses keratonisasi. Teleangiktaksis : pelebaran kapiler yang menetap pada kulit. Kelenjar pilosebasea : kelenjar minyak yang mebentuk kesatuan dengan folikel rambut. Adneksa : turunan kulit yang berupa kelenjar kulit (sudorifera, sebasea) kuku dan rambut. Jerawat batu : meradang yang hebat. Benjolan yang isinya lemak yang mengeras. STEP 2 1. Apa diagnosis dari skenario ? 2. Kenapa jerawat disertai flushing, papul, edema, pustul , Teleangiktasis pada central wajah ? 3. Etiologi dari skenario? 4. Macam-Macam kelainan Adneksa kulit ? dan manifestasi klinis ? 5. Kenapa acne vulgaris menjadi DD ? 6. Patogenesis dari skenario ? 7. Apa yang dikmaksud dg kelainan Adneksa kulit ? yang seperti apa ? 8. Klasifikasi Acne vulgaris ?

Upload: zakka-fadhilla-s

Post on 20-Dec-2015

280 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

bagi gatis

TRANSCRIPT

Page 1: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

SGD MODUL 7 LBM 5

LBM 5

Kelainan Adneksa Kulit

STEP 1

• Flushing : Kemerahan sementara yang ada di muka dan leher.

• Komedo : sumbatan sebum (hasil dari k. Minyak) yang berwarana hitam/ putih akibat proses keratonisasi.

• Teleangiktaksis : pelebaran kapiler yang menetap pada kulit.

• Kelenjar pilosebasea : kelenjar minyak yang mebentuk kesatuan dengan folikel rambut.

• Adneksa : turunan kulit yang berupa kelenjar kulit (sudorifera, sebasea) kuku dan rambut.

• Jerawat batu : meradang yang hebat. Benjolan yang isinya lemak yang mengeras.

STEP 2

1. Apa diagnosis dari skenario ?

2. Kenapa jerawat disertai flushing, papul, edema, pustul , Teleangiktasis pada central wajah ?

3. Etiologi dari skenario?

4. Macam-Macam kelainan Adneksa kulit ? dan manifestasi klinis ?

5. Kenapa acne vulgaris menjadi DD ?

6. Patogenesis dari skenario ?

7. Apa yang dikmaksud dg kelainan Adneksa kulit ? yang seperti apa ?

8. Klasifikasi Acne vulgaris ?

9. Apa isi dari jerawat dan komedo ?

10. Penatalaksanaan dari skenario ?

11. Epidemologi dari skenario ?

12. Macam-macam jerawat ?

13. Histopatologi dari diagnosis ?

14. Adab menghadapi penderita penyakit kulit ?

15. Komplikasi dan prognosis dari skenario ?

Page 2: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

STEP 3

1. Faal kulit ?

• Absorbsi

• Pembentukan vit. D

• Sekresi

• Proteksi/ Pelindung. Pertahanan non spesifik

• Pengatur suhu tubuh

2. Anatomi Kulit ?

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009)

2.1.2. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan

kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum

lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel

gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut

eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki (Djuanda,

2003).

Page 3: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan

sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri

atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk

poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak

ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di

antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas

protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini

membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel

spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung

banyak glikogen (Djuanda, 2003).

Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun

vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan

ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami

mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel

yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,

dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin

atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik

dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2003).

2.1.3. Lapisan Dermis

Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang

jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa

padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi

ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya

Page 4: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang

misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan

kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast,

membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda

bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.

Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk

amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).

2.1.4. Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,

dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini

membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang

fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan

makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah

bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di

abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat

sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda, 2003).

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di

bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus

profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil

dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis,

di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan

pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003). 2.1.5. Adneksa Kulit

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar

kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2

macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di

dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih

Page 5: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).

Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan

berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan

bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan

terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada

beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional

(Djuanda, 2003).

Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola

mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia

belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan

mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa,

biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003).

Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak

tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen

dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit

biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar

rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas,

skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada

anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan

banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003).

Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku

yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar

jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling

ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan

Universitas Sumatera Utarakecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung

membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal

disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium

Page 6: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

(Djuanda, 2003).

Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang

berada di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut

halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu

rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat

pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu

mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya

dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut

velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan

kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa

bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri

atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen

20,80% (Djuanda, 2003).

Terapi dermatologi – djuanda 2003

3. Histologi Kulit ?

• Kulit tebal

• Kulit tipis

Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,

yang terdiri atas 2 lapisan :

1. Epitel yang disebut epidermis

2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium

Epidermis berasal dari ectoderm dan

dermis berasal dari mesoderm.

Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.

Page 7: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasan kulit-mukosa (mucocutaneus junction).

Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium, dan anus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat tubuh.

Fungsi kulit selain menutupi tubuh, juga mempunyai beberapa fungsi lain; maka selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi : glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.

Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur – alur halus yang membentuk pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat.

Demikian pula permukaan antara epidermis dan dermis tidak rata karena adanya tonjolan – tonjolan jaringan pengikat ke arah epidermis.

Walaupun batas antara epidermis dengan jaringan pengikat /corium dibawahnya jelas, tetapi serabut jaringan pengikat tersebut akan bersatu dengan serabut jaringan pengikat di bawah kulit.

Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata – rata tebal kulit adalah 1-2 mm.

Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi menjadi :

-Kulit Tebal

-Kulit Tipis

Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi keseluruhan kulit tebal belum tentu lebih tebal dari kulit tipis.

KULIT TEBAL

Page 8: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.

Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis.

Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula sudorifera untuk menembus epidermis

Epidermis

Dalam epidermis terdapat dua sistem :

1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.

2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk sintesa melanin.

Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.

Struktur histologis

Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:

Stratum basale

Page 9: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel.

Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir – butir pigmen.

2. Stratum spinosum

Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel dari stratum basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.

Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.

3. Stratum granulosum

Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir – butir.

Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir – butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.

Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.

4. Stratum lucidum

Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.

5. Stratum Corneum

Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.

Page 10: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut sebagai stratum disjunctivum

Dermis

Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :

1. Stratum papilare

Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.

2. Stratum reticulare

Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung butir – butir pigmen.

Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.

KULIT TIPIS

Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh.

Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa perbedaan :

Page 11: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.

2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.

3. Tidak terdapat stratum lucidium.

4. Stratum corneum sangat tipis.

5. Papila corii tidak teratur susunannya.

6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.

7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.

Subcutis atau Hypodermis

Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.

Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis.Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3cm atau lebih,misalnya pada perut.

Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.

Nutrisi Kulit

Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat dalam celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.

Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi

Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah basal masih tidak begitu pada susunannya.

Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir selubung membran atau keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.

Page 12: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar.

Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang, dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.

Sistem pigmentasi atau melanosit

Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :

a. Kuning disebabkan karena karoten

b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin

c. Coklat sampai hitam karena melanin.

Hanya melanin yang dibentuk di kulit.

Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di stratum Malphigi yang dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada perbatasan epidermis-epidermis dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-butir ,melanin menjalar di antara sel Malphigi.melanosit tidak mamiliki desmosom dengan sel-sel Malphigi.

Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada genital,mulut,dan sebagainya.

Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh melanosit dan jumlah yang di pindahkan ke keratinosit.

Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang dinamakan melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron.

Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan albino.

Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet.

Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor pada dermis.

Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum dari epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dam menyajikan antigen kepada limfosit T, yang berperan dalam perangsangan sel limfosit T.

Page 13: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di daerah dekat anyaman pembuluh darah dan serabut syaraf. Berfungsi sebagai penerima rangsang sensoris.

Hubungan antara Epidermis dan Dermis

Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:

Adanya papila corii

Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis

Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal epidermis.

Apendiks Kulit

Glandula Sudorifera

bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan ductus ekskretorius.

- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis. Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius

- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua. Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan glandula areolaris Montogomery

Glandula Sebacea

Page 14: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak (sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.

Rambut

Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.

Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak papila dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari akar rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok padat yang berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis. Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah mengalami keratinisasi dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan selubung akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel epidermis dan dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.

Page 15: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan yang dibahas bagi epidermis.

Kuku

Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan terjadilah sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alur kuku adalah akar kuku(radix unguis).

Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.

Macam–macam Keratin

Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin lunak dan keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga terdapat di permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada epidermis yang dimulai dari stratum granulosum dengan butir-butir keratohyalinnya, kemudian sel-sel menjadi jernih pada stratum lucidum dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang dapat dilepaskan. Sedangkan keratin keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan kuku. Keratin keras dapat diikuti terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang mengalami perubahan sedikit demi sedikit dan akhirnya berubah menjadi keratin keras yang lebih homogen.

Page 16: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Keratin keras juga lebih padat dan tidak dilepaskan, serta tidak begitu reaktif dan mengandung lebih banyak sulfur.

Regenerasi Kulit

Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda, semakin bagus regenerasinya.

Atlas Histologi Di Fiore

4. Apa diagnosis dari skenario ?

• Rossasea

5. Kenapa jerawat disertai flushing, papul, edema, pustul , Teleangiktasis pada central wajah ?

• Karena pancaran sinar UV dari matahari di central wajah kerusakan PD kulit eritema dan teleangiaktaksis

• Dari makanan (misal : alkohol)

• Imunologis dan humoral

6. Etiologi dari skenario?

• Sinar UV merusak PD kulit

• Panas

• Makanan, Psikis, Obat-obatan

Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut

Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya 2004) faktorfaktor

yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:

1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang

menderita akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat

Page 17: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

pada 45% remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne,

dan hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.

2. Faktor ras.

Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan

dengan yang berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan

dengan orang Jepang.

3. Hormonal.

Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau

keparahan dari jerawat (Ayer J dan Burrows N, 2006). Beberapa faktor

fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60-

70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum

menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.

4. Diet.

Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori

dan jenis makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah

parah setelah mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan

makanan berlemak.

Wasitaatmadja, S.M., 2001. Masalah Jerawat pada Remaja. Dalam:

Tjokronegoro,

7. Macam-Macam kelainan Adneksa kulit ? dan manifestasi klinis ?

• Sudorifera (k. Keringat)

• Anhidrosis (aktivitas produksi keringat hilang sebagian)

• Miliary (biang keringat)

• Kelainan berdasarkan k. Sudorifera ( ekrin- Hyperhidrosis, Anhidrosis; apokrin- broom hidrosis, hidradenetis supurativa, keringat bau)

• K. Sebassea (acne, rossasea, dermatitis perioral- etio, pato, dd)

• Kuku (paronikia/cantengan, trauma)

• Rambut (alopesia areata, alopesia androgenik, eflufium telogen)

Page 18: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

8. Kenapa acne vulgaris menjadi DD ?

• Karena sama-sama kelainan di k sebasea, gejalanya & klinis hampir sama

• Rossasea : tdk ada komedo

• Acne vulgaris : ada komedo (keadaan normal)

DIAGNOSIS

Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.

Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum dalam folikel. Pada kista, radang telah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati dan keratin yang lepas.

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.

Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas (free fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.()

DIAGNOSIS BANDING

1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua usia.

2. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsang fisisnya.

3. Rosasea, merupakan penyakit peradangan kronik didaerah muka dengan gejala eritema, pustul, telangiektasi dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.

4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema, papul, pustul, disekitar mulut yang terasa gatal.

5. Folikulitis, merupakan radang folikel rambut dengan gejala klinis berupa papul atau pustul yang eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, biasanya multipel.()

Page 19: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

eprints.undip.ac.id/23157/1/BAB_1%262.pdf

9. Patogenesis dari skenario ?

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi patogenesis pertumbuhan

jerawat, faktor utama adalah faktor genetik (Goulden et al, 1999). Jika kedua orang

tua mengalami masalah jerawat, 3 dari 4 anak akan mengalami masalah jerawat. Jika

satu dari orang tua mempunyai jerawat, maka 1 dari 4 anak akan mempunyai jerawat.

Universitas Sumatera UtaraWalaupun demikian, tidak semua keluarga akan mengalami pola yang sama, jerawat

boleh melompat generasi. Yang diwariskan adalah kecenderungan untuk

hiperproliferasi folikel epidermal dengan sumbatan folikel. Faktor memperburuk

yang lain termasuk sebum yang berlebihan, terdapat aktivitas dari Propionibacteri

acnes dan peradangan.

Penahanan hiperkeratosis adalah proses pertama pembentukan jerawat

(Norris, Cunliffe, 1988). Sebab utama terjadinya hiperproliferasi masih tidak dikenal

pasti. Buat masa sekarang terdapat 3 hipotesa yang menerangkan kenapa folikel

epithelium menghasilkan sel dengan cepat pada penderita jerawat.

Pertama, peningkatan hormon androgen sebagai pencetus awal (Thiboutot et

al, 1999). Komedo adalah lesi yang disebabkan oleh tersumbatnya folikel yang mula

terlihat pada zona-T setelah peningkatan aktifitas kelenjar adrenal sewaktu pubertas.

Lebih-lebih lagi, tingkat komedo pada anak perempuan prepubertal saling berkaitan

dengan tingkat sirkulasi adrenal androgen dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S)

(Lucky et al, 1997). Tambahan pula, reseptor hormon androgen terdapat dalam

kelenjar sebasea. Individu dengan gangguan reseptor androgen tidak akan mengalami

masalah pertumbuhan jerawat (Holland et al, 1998).

Produksi sebum yang berlebihan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan

jerawat. Hormon androgen mempromosikan produksi dan lepasan sebum (Pochi,

Strauss, 1988). Berbagai lagi hormon lain yang juga berfungsi untuk produksi dan

lepasan sebum seperti growth hormones dan insulinlike growth factor.

Page 20: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Faktor ketiga adalah Propionibacterium acne yang bersifat anaerob. P acne

menyebabkan peradangan dengan menghasilkan proinflamatory mediators yang

berdifusi melalui dinding folikel. P acne mengaktifasikan toll-like receptor 2 di

monosit dan neutrofil (Kim et al, 2002), yang menghasilkan sitokin seperti IL-12, IL-

8, dan TNF.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter%20II.pdf

10. Apa yang dikmaksud dg kelainan Adneksa kulit ? yang seperti apa ?

• Pada apokrin : keringat yang baunya menyengat dan kuning (karena ada bakteri gr negatife (stapilococcus) dan kelainan dari aprokrin sendiri dari keringat yang dihasilkan, jika terlalu banyak bisa menimbulkan sumbatan).

11. Klasifikasi Acne ?

• Acne Vulgaris : peradang menahun folikel sebasea pada masa remaja yang bisa sembuh sendiri, karena faktor cuaca.

• Acne Venenata : Peradang folikel sebasea yang disebabkan oleh penggunaaan kosmetik

• Acne Komedorial : karena agent fisik dan varietasnya, contoh. Sinar UV.

Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan

atas tiga bagian yaitu:

(1) Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan,

pioderma fasiale, akne mekanika dan lainnya.

(2) Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne

kosmetika, akne pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen.

Page 21: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

(3) Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones

dan akne radiasi.

Textbook of pediactic - kligman

12. Apa isi dari jerawat dan komedo ?

• Komedo : sumbatan sebum, sperti lemak

- Black hat : sudah bercampur dg melanosit mudah di cabut

- White hat : blm bercampur dg melanosit sulit di cabut

• Jerawat : komedo, sumbatan k. Sebasea.

Komedo adalah penyumbatan kulit yang terjadi karena penumpukan sel kulit mati dan sebum pada muara kelenjar minyak. Jika tidak segera ditangani, komedo bisa meradang dan menjadi jerawat membandel. Akibatnya, kulit wajah bisa hilang kemulusannya. Daerah T, yaitu sekitar dahi, hidung, pipi bagian dalam, dan dagu, merupakan wilayah favorit disinggahi komedo.

Penanganan komedo bisa dilakukan sendiri di rumah jika masih lunak dan penyumbatan belum terlalu dalam. Tapi, jika komedo sudah terlalu lama mengendap di pori-pori dan mengeras hingga sulit dikeluarkan, perlu perawatan wajah dengan penanganan khusus. Sebelum menentukan jenis perawatan yang cocok, lebih baik berkonsultasi dulu kepada ahlinya.

http://www.femina.co.id/archive/main/fashion_beauty/fashion_beauty_detail.asp?id=206&cid=2&views=1869

13. Penatalaksanaan dari skenario ?

• Topikal : tetrasiklin, imedazol, kortikosteroid kekuatan rendah. Misalnya. Cream hidrokortison 1 % , sulfur, antibiotik topikal erytromisin, anti peradangan mempercepat sembuhan, mencegah acne.

• Sistemik: tetrasiklin diminum.

• Lainnya : SPF 15

• Jika sistemik belum bisa dilakukan bedah kulit

2.1.6. Pengobatan Akne Vulgaris

Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal,

obat sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.

a) Pengobatan topikal.

Page 22: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,

menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal

terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal

yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel akne vulgaris; anti

peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat 10% yang untuk

menghambat pertumbuhan jasad renik.

b) Pengobatan sistemik.

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad

renik di samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum,

dan mempengaruhi perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri

atas: anti bakteri sistemik; obat hormonal untuk menekan produksi androgen

dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea;

vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan obat lainnya seperti

anti inflamasi non steroid.

c) Bedah kulit.

Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk

memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang

sering menimbulkan jaringan parut (Wasitaatmadja, 2007).

2.1.7. Pencegahan Akne Vulgaris

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai

berikut:

a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet

rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk

membersihkan permukaan kulit dari kotoran.

b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat,

cukup berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika

secukupnya; menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras,

Page 23: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

pedas, rokok, dan sebagainya.

c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab

penyakit, pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta

prognosisnya. Hal ini penting terhadap usaha penatalaksanaan yang

dilakukan yang membuatnya putus asa atau kecewa (Wasitaatmadja, 2007).

Terapi Dermatologi – Wasitaatmadja

Terapi pada remaja tergantung pada 3 faktor utama yaitu : tipe lesi, keparahan lesi akne vulgaris yang ada dan pengaruh psikologis akibat penyakit tersebut.

Pemilihan terapi topical tergantung tipe lesi yang dominant. Tetapi untuk komedo eterdiri dari : azelaic acid atau retinoid seperti all-trans-retinoic acid, 13-cis-retinoic- acid dan adapalene. Terapi yang efektif untuk lesi inflamasi adalah non-antibiotik-antimikroba seperti : azelaic acid dan benzoil peroxide (yang konsentrasinya bervarisi dari 2,5 – 10%) atau antibiotic topical. Antibiotik topical tersebut bisa digunakan tunggal, misalnya clindamicyn, eritromicyn, tetracycline atau merupakan kombinasi dengan benzoil peroxide atau dengan zinc acetate.

Terapi topical bisa digunakan sampai akne membaik dan bisa digunakan untuk beberapa tahun. Digunakan tunggal pada akne ringan atau sebagai terapi pemelihara ketika terapi oral dihentikan.

Semua terapi topical, terutama retinoid akan menyebabkan suatu dermatitis iritan primer, berupa eritema dan pengelupasan kulit dilokasi yang diolesi. Seringkali pemilihan terapi yang akan diberikan pada pasien berdasarkan pengalaman pribadi dan atau berdasarkan respon pasein terhadap terapi terdahulu.

Cunliffe menyarankan sebaiknya dokter memberikan terapi dengan menggunakan bahan yang telah dikenal betul dan hanya menggunakan terapi alternatif bila pasien tak memberikan respon. Berdasarkan pengalamannya, pilihan terapi untuk komedo adalah topical retinoid dan bahan anti-inflamasi yang paling poten adalah benzoil peroxide 5%, topical klindamisin dn topical eritromisin yang digunakan tunggal atau kombinasi dengan benzoil peroxide atau zinc aceteta.

Keparahan akne yang diderita remaja akan menentukan jenis terapi apa yang akan dipakai. Pasien dengan akne vulgaris yang ringan sebaiknya diterapi topical saja, sedang pasien dengan akne vulgaris sedang atau parah, atau akne vulgaris ringan yang disertai dengan problem psikis dengan atau tanpa skar sebaiknya dikombinasi antara terapi topical dan oral. Pilihan obat pertama adalah oksitetrasikin 500 mg 2 kali perhari, tapi tidak untuk anak dibawah usia 10 tahun. Eritromisin 500 mg 2 kali perhari merupakan alternatif, atau doksisiklin 100 mg perhari. Terapi antibiotic baris kedua adalah minosiklin 100 mg perhari dan timetropin 400-600 mg perhari.

Tipe lain terapi yang bisa digunakan untuk remaja adalah terapi hormonal. Prednisolin dalam dosis 5 mg perhari akan mensupresi adrenal androgen. Pil kontrasepsi dalam bentuk Dianette (35

Page 24: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

ugethinyloestradiol dan 2 mg antiandrogencyoroternone asetat) bisa digunakan untuk pasien remaja wanita dengan problem menstrual. Terapi oral akne vulgaris baris ketiga adalah isotretinoin oral.

Pemeriksaan ulang dan terapi tambahan seharusnya dilakukan setidaknya tiap 3 bulan, khususnya bila terjadi efek samping atau akne menjadi semakin buruk. Terapi oral dengan antibiotik bisa digunakan selama 6 bulan, dan bisa digunakan dalam waktu yang lebih lama yaitu lebih dari 48 bulan. Lama terapi ini jika dibutuhkan aman meski pada kelompok usia anak.

Efek samping antibiotik oral yang bisa terjadi berupa : gangguan GIT seperti mual, kolik abnominal dan diare. Candidiasis vagina yang sering terjadi pada dewasa, tidak biasa terjadi pada anak.

Wasitaatmadja SM. Penuntun ilmu kosmetik medik. Jakarta: Universitas Indonesia; 1997.

14. Epidemologi dari skenario ?

• Pada usia 30-40 th

• Wanita >> pria

• Ras kaukassoid >> negro

• Di barat sering terjadi di sos-ekonomi rendah

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering

dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa

remajalah akne vulgaris menjadi salah satu problem. Umumnya insiden terjadi

pasa umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria dan masa itu lesi yang

pradominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi beradang. Diketahui

pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne

vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering

terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro

Wasitaatmadja, S.M., 2001. Masalah Jerawat pada Remaja. Dalam:

Tjokronegoro

15. Histopatologi dari diagnosis ?

Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang di ganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum

Page 25: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIS

Pemeriksaan histopatologis pada akne ini tidak spesifik, yaitu berupa sebukan sel radang kronis disekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel.

Blackhead merupakan suatu follicular infundibula yang mengalami dilatasi karena dibuntu oleh sejumlah orthokeratoticlapisan sel tanduk dan tersusun padat. Dalam komedo, selain penambahan sel tanduk juga dijumpai adanya sebum dan bakteri normal flora (Propionbacterium acnes dan Staphylococcus epidermis), yeast (Pityrosporum ovale Idan pityrosporum orbiclare), dan kadang mites (Demodex folliculorum).

Whitehead merupakan suatu kista infundibular yang sangat kecil, berisi sel tanduk, sebum dan mikroorganisme normal flora. Dinding kista mengandung epithelium follicular infundibula. Pada pemotongan histologis, bila dilkukan secara serial terhadap seluruh bagian kista, infundibula, ostium tersebut baru bisa terlihat.

Pustul merupakan kkumpulan neutrofil yang terisi penuh pada folikel infundibula. Neutrofil juga terdapat di dinding infundibula yang terkena, juga pada perifollicular dermis. Pada suatu infiltrate perivascular mixed-sel superficial dijumpai adanya limfosit, histiosit dan neutrofil.

Papul – pustular akne merupakan akibat dari pecahnya komedo di dermis atau dari perluasan interfollicular pustule itu sendiri. Komponen papular erdiri dari infundibula yang mengalami dilatasi oleh sejumlah peningkatan sel tanduk dan oleh sel infiltrate peradangan di dermis, sedang komponen pustular merupakan hasil dari penumpukan neutrofil dalam infundibula.

Nodul akne vulgaris merupakan suatu akibat dari pecahnya kista follicular. Isi kista tersebut : sel tanduk, sebum, bakteri, yeast dan mites yang masuk dermis.

Jadi diagnosis akne vulgaris tidak dibuat dari hasil pemeriksaan histopatologis tapi dugaan terhadap diagnosis akne vulgaris bisa dibuat dari hasil pemeriksaan histopatologis tersebut.

Wasitaatmadja SM. Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima. Dalam : Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta : FKUI ; 1999. h. 231-41.

16. DD Acne Vulgaris ?

Sama-sama kelainan k. Minyak tapi gejala klinisnya beda

• Rosassea

• Dermatitis perioral

• Dermatitis seboroik

• Acne venenata

Kondisi yang dianggap sebagai banding dari akne vulgaris adalah sebagaai berikut :

Page 26: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

1. Rosasea ( dulu : akne rossea), merupakan penyakit peradangan kronik dengan gejala teleangiektasis, eritema fasial yang peristen dan infalmasi papul, kadang – kadang disertai hipertrofi kelenjar sebase. Rosasea dianggap sebagai akibat dari penggunaan topical glokokortikoid jenis poten. Tidak dijumpai komedo kecuali bila kombinasi dengan akne vulgaris.

2. Nevus komedo, yang bisa terjadi bersamaan dengan akne, merupakan suatu tanda lahir yang bisa teresusun mirip denganblackhead biasanya unilateral.

3. Miliaria juga tampak seperti akne neonatal meski lesinya hanya sementara, hilang kurang dari 48 jam.

4. flat-wart yang terjadi diwajah kadang dibingungkan dengan akne, bentuknya papul, flat-topped dengan warna kulit yang sedikit gelap,

5. Angiofibron kadang dibingungkan dengan akne vulgaris. Tampa eritematus, papul yang lunak pada lipatan nasolabial pada dagu dan pipi. Onset lesi biasanya saat usia 7 atau 8 tahun. Tidak hanya komedo merupakan hal penting untuk mendiagnosis.

6. Molluscum contagiosum dengan inspeksi yang lebih teliti tampak adanya sentral umbilikasi pada puncak papul yang sifatnya khas untuk penyakit ini.

7. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis eritema polimorfis, papul, pustule di sekitar mulut yang terasa gatal.

8. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfis, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat presileksi ditempat kontak zat kimia atau rangsang fisisnya.

9. Erupsi akneiforms yang disebabkan oleh obat, misalnya kortikosteroid, INH, barbiturate, bromide, yodida, difenil hidnatoin, trimetadion, ACTH dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulopustular mendadak tanpa adanya komedo pada hamper seluruh bgian tubuh.

Wasitaatmadja SM. Akne, erupsi akneiformis, rosasea, rinofima. Dalam : Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta : FKUI ; 1999. h. 231-41.

17. Adab menghadapi penderita penyakit kulit ? (baik menular ataupun tidak)

• Menghindari kontak secara langsung dan juga menjaga perasaan ~ sewajarnya

18. Komplikasi dan prognosis dari skenario ?

Prognosis

• Persistemi berlangsung-langsung bertambah berat namun ada remisi secara spontan

• Perbesaran hidung (karena edema yang berat) rinofima

19. Etiopatogenesis, dd, gambaran klinis, dan penatalaksanaan dematitis perioral ?

Page 27: Sgd Modul 7 Lbm 5 Online

• Ada papula di sekitar mulut

STEP 4