sertifikat bank indonesia

7
PENGARUH SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP EKONOMI INDONESIA Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah sejenis surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral dan ditujukan untuk dibeli oleh Bank Umum dengan nilai nominal yang sangat besar. Tujuan bank Indonesia mengeluarkan SBI untuk mengurangi peredaran uang di dalam masyarakat. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen investasi jangka pendek (kurang dari satu tahun) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yang fungsi utamanya adalah untuk menjaga stabilitas moneter Indonesia. Dengan menerbitkan SBI yang dilakukan melalui mekanisme lelang, maka BI dapat menyerap likuiditas (uang yang beredar di masyarakat), sehingga nilai tukar rupiah dapat dikendalikan. Metode perhitungan Dalam penelitian, tingkat suku bunga SBI yang digunakan adalah dalam periode bulanan. Oleh karena itu, data tingkat suku bunga SBI yang diperoleh dalam periode harian akan diubah menjadi periode bulanan dengan rumus sebagai berikut: Jumlah tingkat suku bunga periode harian selama 1 bulan Rata-rata tingkat suku bunga SBI = Jumlah periode waktu selama 1 bulan Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Ekonomi Indonesia 1

Upload: ibnu-sina-azly

Post on 19-Oct-2015

406 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Perekonomian Indonesia

TRANSCRIPT

PENGARUH SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP EKONOMI INDONESIA

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah sejenis surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral dan ditujukan untuk dibeli oleh Bank Umum dengan nilai nominal yang sangat besar. Tujuan bank Indonesia mengeluarkan SBI untuk mengurangi peredaran uang di dalam masyarakat.Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen investasi jangka pendek (kurang dari satu tahun) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, yang fungsi utamanya adalah untuk menjaga stabilitas moneter Indonesia. Dengan menerbitkan SBI yang dilakukan melalui mekanisme lelang, maka BI dapat menyerap likuiditas (uang yang beredar di masyarakat), sehingga nilai tukar rupiah dapat dikendalikan.

Metode perhitunganDalam penelitian, tingkat suku bunga SBI yang digunakan adalah dalam periode bulanan. Oleh karena itu, data tingkat suku bunga SBI yang diperoleh dalam periode harian akan diubah menjadi periode bulanan dengan rumus sebagai berikut:Jumlah tingkat suku bunga periode harian selama 1 bulan Rata-rata tingkat suku bunga SBI =Jumlah periode waktu selama 1 bulan

Tata Cara Transaksi Penjualan SBI dilakukan melalui lelang Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari selasa Lelang SBI dilakukan setiap hari Rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari Kamis Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta melakukan penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli serta tingkat diskontonya. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran tingkat diskonto terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai. SBI tidak ditentukan oleh Bank Indonesia melainkan peserta itu sendiri. Semakin rendah tingkat diskonto yang ditawarkan peserta maka semakin besar kemungkinan peserta tersebut memenangkan lelang. Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atas pencurian serta untuk menghindari terjadinya pemalsuan pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Deposit Simpanan sebagai bukti atas penyimpanan fisik sertifikat SBI pada Bank Indonesia tanpa dipungut biaya penyimpanan.

Bank sentral sebagai bankers bank dapat mempengaruhi kelancaran kredit atau sebaliknya, mempersulit pemberian kredit. Dengan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga, bank sentral memperbesar atau memperkecil volume pemberian kredit oleh bank-bank umum kepada nasabahnya.Bank umum tidak diwajibkan mengikuti tarif bunga yang ditetapkan oleh bank sentral. Seandainya sebuah bank umum memiliki alat liquid yang relative besar, pada saat itu bank sentral menaikkan tingkat suku bunga, sering terjadi bahwa bank umum tersebut tidak turut menaikkan suku bunganya. Namun bank sentral dapat bertindak lebih efektif di pasar uang dan pasar modal. Peningkatan suku bunga SBI sebagai kebijakan uang ketat (tight money policy) akan mengakibatkan semakin banyaknya dana yang ditanamkan dalam instrumen SBI karena alokasi dana untuk ini tidak memiliki resiko. Pada hakikatnya politik pasar terbuka dilaksanakan berhubung adanya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan politik diskonto. Pada umumnya bank sentral dalam menjalankan politik diskonto bersikap menunggu terhadap reaksi pasar uang dengan adanya perubahan tingkat suku bunga. Hal ini perlu diperhatikan mengingat bank ini bersifat risk free. Sebaliknya jika tingkat suku bunga SBI diturunkan maka dana yang disalurkan dalam bentuk kredit akan semakin besar, karena keuntungan yang diperoleh bank akan lebih besar pula.Dalam suatu periode pemerintahan, sering terjadi berbagai kendala dibidang ekonomi Negara. Masalah masalah ekonomi tersebut antara lain adalah terjadinya fluktuasi mata uang Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika, yang dapat berakibat Rupiah bernilai sangat rendah. Efek yang ditimbulkan pada kondisi ini antara lain adalah terjadinya inflasi yang tinggi, yang membuat uang Rupiah menjadi sangat banyak beredar di masyarakat. Bank Indonesi sebagai bank sentral harus mengambil tindakan untuk mengendalikan kondisi tersebut , dengan berbagai instrument yang disiapkan. Instrumen instrument tersebut dapat berupa usaha untuk menurunkan nilai tukar mata uang Dollar Amerika dengan cara melepas cadangan devisa yang dimilikinya maupun dengan pengendalian, dengan bentuk Sertifikat Bank Indonesia.Peranan Sertifikat Bank Indonesia adalah sebagai pembawa sekuritas dalam mata uang Rupiah, yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai surat pinjaman (Indebtedness Acknowledgement) dengan jangka waktu menggunakan system diskon. Otoritas moneter dapat mempengaruhi jumlah uang beredar melalui pengendalian uang primet yang, terdiri dari kredit domestik dan cadangan luar negeri. Cadangan luar negeri ini terutama terdiri dar cadanga emas dan devisa. Kredit domestik adalah asset neto BI yang lain termasuk di dalamnya kredit BI kepada bank pemerintah maupun swasta, dan berbagai instrumen lain seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)Bank Indonesia sudah sejak lama mengeluarkan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) yang menjanjikan bunga menarik kepada dunia perbankan untuk menyimpan dana-dana yang dihimpunnya dari daerah-daerah di seluruh Indonesia. Penetapan tingkat bunga yang menarik selalu dijadikan alasan mudah bagi dunia perbankan untuk tidak menyalurkan dananya sebagai kredirt kepada dunia usaha. Bunga SBI ini pernah mencapai 17,5 % pertahun yang tentu saja menjadi alasan sangat kuat bagi setiap bank untuk mengirimkan dana-dana ke-3 yang dihimpun di bank-bank di daerah-daerah di seluruh Indonesia untuk dikirim ke Jakarta.Selama satu dasawarsa ini industri bank mengalami perkembangan yang sangat pesat, jumlah bank yang semakin meningkat mengharuskan bank untuk bersaing ketat untuk mendapatkan dana dari masyarakat, tercatat Dana Pihak Ketiga (DPK) atau dana masyarakat yang berhasil dihimpun bank pada Desember 2005 sebanyak Rp. 1,127 trilyun, jumlah ini meningkat sebanyak Rp. 164,84 milyar dibandingkan tahun 2004, hal ini berarti kepercayaan masyarakat semakin tinggi terhadap bank. Dari berbagai dana yang berhasil dihimpun oleh bank kemudian dialokasikan ke beberapa sektor antara lain dalam bentuk kredit yang merupakan fungsi utama bank, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dari data Bank Indonesia tercatat bahwa alokasi dana bank untuk kredit pada Desember 2005 yaitu sebesar 53,2 persen. Perkembangan bank lainnya juga dapat terlihat pada kenaikan laba bersih bank dari tahun ke tahun bahkan pada tahun 2004 laba bersih bank mencapai jumlah Rp. 28,971 trilyun (Bank Indonesia) yang merupakan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah perbankan. Menurut Greuning dan Bratanovic (2000), dasar sitem perbankan dibangun dari bank yang menguntungkan dan memiliki modal yang cukup. Profitabilitas adalah indicator yang mengungkapkan posisi kompetitif bank dalam pasar perbankan dan kualitas manajemennya, hal tersebut mengizinkan bank untuk meningkatkan profil resiko tertentu dan menyediakan perlindungan untuk menghadapi masalah jangka pendek. Profitabilitas, dalam bentuk pendapatan yang dipelihara, biasanya merupakan suatu sumber kunci dari generasi modal. Namun perkembangan perbankan yang cukup pesat tersebut bukan tanpa hambatan, nilai rupiah yang melemah karena jumlah uang yang beredar berlebih serta tekanan rupiah yang pada awalnya dipicu oleh perubahan akibat adanya analisis mengenai prospek perekonomian dunia yang ditandai dengan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS, dan meningkatnya harga minyak di pasar dunia yang berkorelasi positif dengan kurs rupiah yang pada gilirannya telah mendorong pelepasan portfolio dalam bentuk rupiah terutama yang berjangka waktu pendek oleh pelaku asing. Disisi domestik terjadi dampak berlanjut yang ditunjukkan dengan peningkatan permintaan valas korporasi untuk keperluan pembiyaan impor dan kewajiban luar negeri disamping untuk tujuan spekulatif. Untuk mengatasi hal tersebut, Bank Indonesia menetapkan kenaikan suku bunga SBI dengan harapan akan menyerap kelebihan likuiditas yang beredar dimasyarakat. Sejak pertengahan tahun 2005 tingkat suku bunga SBI cenderung terus meningkat, setelah mengalami beberapa kenaikan hingga akhir Desember 2005 suku bunga SBI berada pada titik 12,75 persen. Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu kinerja perbankan.Pemerintah juga berkewajiban untuk membayar bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) kepada lembaga-lembaga perbankan yang menempatkan dana rakyat di Bank Indonesia. Pada tahun 2002 besar bunga SBI 17 %. Penempatan dana tersebut dilakukan oleh bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta. Dana masyarakat yang ditabung di lembaga perbankan ternyata lebih banyak disimpan di Bank Indoenesia, sehingga fungsi intermediasi perbankan saat itu lumpuh.Hal itu terlihat dengan jelas pada LDR (Loan to Deposit Ratio) lembaga perbankan konvensional yang masih sangat rendah. Pada tahun 2001-2003, LDR bank konvensional berkisar, sekitar 30 40 %. Ini berarti bahwa hanya 30-40 % saja tabungan masyarakat yang disalurkan, padahal sektor riel mengharapkan bantuan modal. Sisanya 60 70 % terperangkap pada kegiatan riba yang jelas menjadi beban pemerintah yang pada gilirannya menjadi beban rakyat.Lembaga perbankan yang menempatkan uangnya di Bank Indonesia, akan mendapatkan bunga SBI. Pada tahun 2001-2002, bunganya mencapai 17 % . Bayangkan, pada saat itu dana bank konvensional yang disimpan di SBI mencapai Rp 500 Trilyun. Dengan demikian, pemerintah berkewajiban membayar bunga SBI sebesar 17 % x Rp 500 triliun, yaitu Rp 85 Trilyun, untuk satu tahun. Uang sebesar ini jelas menjadi beban APBN. Oleh karena itu tak mengherankan jika APBN dari tahun ke tahun terus mengalami defisit. Kondisi ini berlangsung selama hampir tiga tahun. Untunglah sejak tahun 2003 bunga SBI mengalami penurunan secara bertahap. Pada awal tahun 2004 bunganya berkisar 8-9 %. Meskipun demikian, angka ini ini tetap menggerogoti uang Negara.Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut.Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Ekonomi Indonesia 4