peraturan anggota dewan gubernur perubahan … · sertifikat deposito bank indonesia yang...

32
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/29/PADG/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/6/PADG/2018 TENTANG PELAKSANAAN OPERASI PASAR TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menerbitkan transaksi domestic non-deliverable forward sebagai salah satu instrumen operasi moneter; b. bahwa dengan diterbitkannya transaksi domestic non- deliverable forward sebagai instrumen operasi moneter, diperlukan pengaturan mengenai mekanisme pelaksanaan transaksi domestic non-deliverable forward tersebut; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Perubahan atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka;

Upload: ngotram

Post on 29-Jul-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 20/29/PADG/2018

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 20/6/PADG/2018 TENTANG

PELAKSANAAN OPERASI PASAR TERBUKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kebijakan moneter, Bank

Indonesia menerbitkan transaksi domestic non-deliverable

forward sebagai salah satu instrumen operasi moneter;

b. bahwa dengan diterbitkannya transaksi domestic non-

deliverable forward sebagai instrumen operasi moneter,

diperlukan pengaturan mengenai mekanisme pelaksanaan

transaksi domestic non-deliverable forward tersebut;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan

Anggota Dewan Gubernur tentang Perubahan atas

Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor

20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan Operasi Pasar

Terbuka;

2

Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/5/PBI/2018 tentang

Operasi Moneter (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2018 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6198) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/12/PBI/2018 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

20/5/PBI/2018 tentang Operasi Moneter (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 199, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6259)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN

GUBERNUR NOMOR 20/6/PADG/2018 TENTANG

PELAKSANAAN OPERASI PASAR TERBUKA.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Anggota Dewan

Gubernur Nomor 20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan

Operasi Pasar Terbuka diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan dalam Pasal 1 ditambahkan 4 (empat) angka di

antara angka 46 dan angka 47, sehingga Pasal 1 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang

dimaksud dengan:

1. Bank adalah bank umum konvensional, bank umum

syariah, dan unit usaha syariah.

2. Bank Umum Konvensional yang selanjutnya

disingkat BUK adalah bank umum yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai perbankan.

3

3. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disingkat BUS

adalah bank umum yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan prinsip syariah sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur

mengenai perbankan syariah.

4. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disingkat UUS

adalah unit usaha syariah sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai

perbankan syariah.

5. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan

moneter oleh Bank Indonesia untuk pengendalian

moneter, yang dilakukan secara konvensional dan

berdasarkan prinsip syariah.

6. Operasi Moneter Konvensional yang selanjutnya

disingkat OMK adalah pelaksanaan kebijakan

moneter oleh Bank Indonesia untuk pengendalian

moneter yang dilakukan secara konvensional.

7. Operasi Moneter Syariah yang selanjutnya disingkat

OMS adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh

Bank Indonesia untuk pengendalian moneter, yang

dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

8. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disingkat

OPT adalah kegiatan transaksi di pasar uang

dan/atau pasar valuta asing yang dilakukan oleh

Bank Indonesia dengan Bank dan/atau pihak lain

untuk Operasi Moneter yang dilakukan secara

konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.

9. Operasi Pasar Terbuka Konvensional yang

selanjutnya disebut OPT Konvensional adalah

kegiatan transaksi di pasar uang dan/atau pasar

valuta asing yang dilakukan oleh Bank Indonesia

dengan BUK dan/atau pihak lain.

10. Operasi Pasar Terbuka Syariah yang selanjutnya

disebut OPT Syariah adalah kegiatan transaksi di

pasar uang berdasarkan prinsip syariah dan/atau

pasar valuta asing yang dilakukan oleh Bank

Indonesia dengan BUS, UUS, dan/atau pihak lain.

4

11. Peserta OPT adalah peserta OPT Konvensional dan

peserta OPT Syariah.

12. Peserta OPT Konvensional adalah BUK yang telah

memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai peserta

OMK sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank

Indonesia yang mengatur mengenai kepesertaan

operasi moneter.

13. Peserta OPT Syariah adalah BUS dan/atau UUS yang

telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai

peserta OMS sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

kepesertaan operasi moneter.

14. Lembaga Perantara adalah pialang pasar uang rupiah

dan valuta asing dan perusahaan efek yang ditunjuk

oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai

dealer utama yang telah memperoleh izin dari Bank

Indonesia sebagai lembaga perantara dalam Operasi

Moneter sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai

kepesertaan operasi moneter.

15. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat

SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah

yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai

pengakuan utang berjangka waktu pendek.

16. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya

disingkat SBIS adalah surat berharga berdasarkan

prinsip syariah dalam mata uang rupiah yang

diterbitkan oleh Bank Indonesia dan berjangka waktu

pendek.

17. Sertifikat Deposito Bank Indonesia yang selanjutnya

disingkat SDBI adalah surat berharga dalam mata

uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek

yang dapat diperdagangkan hanya antar-BUK.

18. Surat Berharga Bank Indonesia dalam Valuta Asing

yang selanjutnya disebut SBBI Valas adalah surat

berharga dalam valuta asing yang diterbitkan oleh

5

Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka

waktu pendek.

19. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat

SBN adalah surat utang negara dan surat berharga

syariah negara.

20. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUN

adalah surat utang negara sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai

surat utang negara.

21. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya

disingkat SBSN adalah surat berharga syariah negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai surat berharga syariah negara.

22. Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga

untuk OPT Konvensional yang selanjutnya disebut

Transaksi Repo OPT Konvensional adalah transaksi

penjualan surat berharga oleh Peserta OPT

Konvensional kepada Bank Indonesia, dengan

kewajiban pembelian kembali oleh Peserta OPT

Konvensional sesuai dengan harga dan jangka waktu

yang disepakati.

23. Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga

untuk OPT Syariah yang selanjutnya disebut

Transaksi Repo OPT Syariah adalah transaksi

penjualan surat berharga oleh Peserta OPT Syariah

kepada Bank Indonesia, dengan janji pembelian

kembali oleh Peserta OPT Syariah sesuai dengan

harga dan jangka waktu yang disepakati.

24. Transaksi Reverse Repo Surat Berharga untuk OPT

Konvensional yang selanjutnya disebut Transaksi

Reverse Repo OPT Konvensional adalah transaksi

pembelian surat berharga oleh Peserta OPT

Konvensional dari Bank Indonesia, dengan kewajiban

penjualan kembali oleh Peserta OPT Konvensional

sesuai dengan harga dan jangka waktu yang

disepakati.

6

25. Transaksi Reverse Repo Surat Berharga untuk OPT

Syariah yang selanjutnya disebut Transaksi Reverse

Repo OPT Syariah adalah transaksi pembelian surat

berharga oleh Peserta OPT Syariah dari Bank

Indonesia, dengan janji penjualan kembali oleh

Peserta OPT Syariah sesuai dengan harga dan jangka

waktu yang disepakati.

26. Penempatan Berjangka OPT Konvensional yang

selanjutnya disebut Transaksi Term Deposit OPT

Konvensional adalah penempatan dana secara

berjangka di Bank Indonesia dalam rupiah dan/atau

valuta asing milik Peserta OPT Konvensional.

27. Penempatan Berjangka OPT Syariah yang selanjutnya

disebut Transaksi Term Deposit OPT Syariah adalah

penempatan dana secara berjangka di Bank

Indonesia dalam valuta asing milik Peserta OPT

Syariah.

28. Rekening Giro adalah rekening giro milik Bank di

Bank Indonesia dalam mata uang rupiah dan/atau

valuta asing.

29. Rekening Surat Berharga adalah rekening surat

berharga milik Bank pada BI-SSSS dalam mata uang

rupiah dan/atau valuta asing yang ditatausahakan di

Bank Indonesia untuk pencatatan kepemilikan dan

setelmen atas transaksi surat berharga, transaksi

dengan Bank Indonesia, dan/atau transaksi pasar

keuangan.

30. Sub-Registry adalah Bank Indonesia dan pihak yang

memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank

Indonesia sebagai peserta BI-SSSS untuk melakukan

fungsi penatausahaan bagi kepentingan nasabah.

31. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement

yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah

Sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat

berharga, dan setelmen dana seketika.

7

32. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement

System yang selanjutnya disingkat BI-SSSS adalah

BI-SSSS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

Bank Indonesia yang mengatur mengenai

penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat

berharga, dan setelmen dana seketika.

33. Sistem Bank Indonesia-Electronic Trading Platform

yang selanjutnya disebut Sistem BI-ETP adalah

Sistem BI-ETP sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat

berharga, dan setelmen dana seketika.

34. Sistem Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya

disebut Sistem LHBU adalah sarana pelaporan Bank

kepada Bank Indonesia secara harian, termasuk

penyediaan informasi pasar uang dan pengumuman

dari Bank Indonesia.

35. Bank Koresponden adalah bank yang memelihara

rekening giro valuta asing dalam rangka pembayaran

dan/atau penerimaan dana valuta asing ke dan/atau

dari Bank.

36. Bank Pembayar adalah bank yang memiliki Rekening

Giro valuta asing di Bank Indonesia untuk

melakukan pembayaran dan/atau penerimaan dana

dalam rangka setelmen transaksi SBBI Valas.

37. Transaksi Spot adalah transaksi jual atau beli valuta

asing terhadap rupiah dengan penyerahan dana

dilakukan 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi.

38. Transaksi Spot Beli Bank Indonesia adalah transaksi

beli valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia

dengan penyerahan dana dilakukan 2 (dua) hari kerja

setelah tanggal transaksi.

39. Transaksi Spot Jual Bank Indonesia adalah transaksi

jual valuta asing terhadap rupiah oleh Bank

Indonesia dengan penyerahan dana dilakukan 2 (dua)

hari kerja setelah tanggal transaksi.

8

40. Transaksi Swap adalah transaksi pertukaran valuta

asing terhadap rupiah melalui pembelian atau

penjualan tunai (spot) dengan penjualan atau

pembelian kembali secara berjangka (forward) yang

dilakukan secara simultan dengan counterpart yang

sama serta pada tingkat harga yang dibuat dan

disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

41. Transaksi Swap Beli Bank Indonesia adalah transaksi

jual valuta asing terhadap rupiah oleh Bank

Indonesia secara tunai (spot) dengan diikuti transaksi

pembelian kembali valuta asing terhadap rupiah oleh

Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang

dilakukan secara simultan dengan counterpart yang

sama serta pada tingkat harga yang dibuat dan

disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

42. Transaksi Swap Jual Bank Indonesia adalah

transaksi beli valuta asing terhadap rupiah oleh Bank

Indonesia secara tunai (spot) dengan diikuti transaksi

penjualan kembali valuta asing terhadap rupiah oleh

Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang

dilakukan secara simultan dengan counterpart yang

sama serta pada tingkat harga yang dibuat dan

disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.

43. Standard Settlement Instruction adalah suatu

pedoman tertentu dalam melakukan transfer dana

melalui sarana telekomunikasi yang antara lain

memuat nama Bank Koresponden, nomor rekening,

kode kliring, dan kode Society for Worldwide Interbank

Financial Telecommunication (SWIFT).

44. Transaksi Forward adalah transaksi jual atau beli

valuta asing terhadap rupiah dengan penyerahan

dana dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah

tanggal transaksi.

45. Transaksi Forward Jual Bank Indonesia adalah

transaksi jual valuta asing terhadap rupiah oleh Bank

Indonesia dengan penyerahan dana dilakukan lebih

dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi.

9

46. Transaksi Forward Beli Bank Indonesia adalah

transaksi beli valuta asing terhadap rupiah oleh Bank

Indonesia dengan penyerahan dana dilakukan lebih

dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi.

47. Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward yang

selanjutnya disebut Transaksi DNDF adalah

transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah yang

standar (plain vanilla) berupa transaksi forward

dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar

domestik.

48. Mekanisme Fixing adalah mekanisme penyelesaian

transaksi tanpa pergerakan dana pokok dengan cara

menghitung selisih antara kurs Transaksi Forward

dan kurs acuan pada tanggal tertentu yang telah

ditetapkan di dalam kontrak (fixing date).

49. Transaksi DNDF Jual Bank Indonesia adalah

transaksi derivatif jual valuta asing terhadap rupiah

yang standar (plain vanilla) oleh Bank Indonesia

berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing

yang dilakukan di pasar domestik.

50. Transaksi DNDF Beli Bank Indonesia adalah

transaksi derivatif beli valuta asing terhadap rupiah

yang standar (plain vanilla) oleh Bank Indonesia

berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing

yang dilakukan di pasar domestik.

51. Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate

yang selanjutnya disebut JISDOR adalah representasi

harga spot dolar Amerika Serikat terhadap rupiah

dari transaksi antar Bank di pasar domestik,

termasuk transaksi Bank dengan bank di luar negeri,

yang informasi data transaksinya dapat diakses

melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing

Terhadap Rupiah sebagaimana diatur dalam

ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai

transaksi valuta asing terhadap rupiah antara bank

dengan pihak domestik.

10

52. Setelmen Surat Berharga adalah kegiatan pendebitan

dan pengkreditan Rekening Surat Berharga untuk

penatausahaan.

53. Setelmen Dana adalah kegiatan pendebitan dan

pengkreditan Rekening Giro di Bank Indonesia

melalui Sistem BI-RTGS untuk penatausahaan.

54. Delivery Versus Payment yang selanjutnya disingkat

DVP adalah mekanisme setelmen transaksi dengan

cara Setelmen Surat Berharga dan Setelmen Dana

dilakukan secara bersamaan.

55. Pelunasan atau Pencairan Sebelum Jatuh Waktu

yang selanjutnya disebut Early Redemption adalah

pelunasan SBI, SDBI, SBBI Valas sebelum jatuh

waktu atau pencairan Term Deposit OPT Konvensional

atau Term Deposit OPT Syariah sebelum jatuh waktu.

56. Hari Kerja adalah hari kerja Bank Indonesia,

termasuk hari kerja operasional terbatas Bank

Indonesia.

2. Ketentuan Bab II ditambahkan 1 (satu) bagian, yakni

Bagian Kedua Belas, yang terdiri dari 23 (dua puluh tiga)

Pasal, yakni Pasal 184A sampai dengan Pasal 184W

sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kedua Belas

Transaksi DNDF

Paragraf 1

Pengumuman Lelang Transaksi DNDF

Pasal 184A

(1) Bank Indonesia mengumumkan rencana Transaksi

DNDF secara lelang dan perubahannya paling lambat

sebelum window time, melalui sistem otomasi lelang

operasi moneter valuta asing, Sistem LHBU,

dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

11

(2) Pengumuman rencana Transaksi DNDF secara lelang

meliputi:

a. jenis Transaksi DNDF;

b. sarana transaksi;

c. tanggal lelang;

d. nama lelang (auction name), apabila lelang

Transaksi DNDF dilakukan melalui sistem

otomasi lelang operasi moneter valuta asing;

e. tanggal spot;

f. tanggal tertentu yang ditetapkan di dalam

kontrak (fixing date);

g. waktu penyerahan dana (tenor);

h. window time;

i. metode lelang;

j. tanggal setelmen (tanggal valuta);

k. kurs DNDF, apabila lelang dilakukan dengan

metode harga tetap (fixed rate tender);

l. kurs acuan yang digunakan pada saat fixing date

adalah kurs JISDOR;

m. target indikatif lelang, apabila lelang dilakukan

dengan metode harga beragam (variable rate

tender);

n. jenis valuta; dan/atau

o. informasi lainnya.

Paragraf 2

Pengajuan Penawaran Transaksi DNDF Secara Lelang

Pasal 184B

Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara

mengajukan penawaran Transaksi DNDF secara lelang

kepada Bank Indonesia melalui sistem otomasi lelang

operasi moneter valuta asing dan/atau sarana transaksi

lain dalam window time yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.

12

Pasal 184C

(1) Pengajuan penawaran Transaksi DNDF secara lelang

meliputi informasi:

a. nama Peserta OPT Konvensional;

b. tanggal transaksi;

c. waktu penyerahan dana (tenor);

d. tanggal spot;

e. tanggal tertentu yang ditetapkan di dalam

kontrak (fixing date);

f. tanggal setelmen (tanggal valuta);

g. jenis valuta;

h. nilai nominal, apabila lelang dengan metode

harga tetap (fixed rate tender);

i. nilai nominal dan kurs DNDF, apabila lelang

dengan metode harga beragam (variable rate

tender);

j. Standard Settlement Instruction; dan/atau

k. informasi lainnya.

(2) Pengajuan setiap penawaran nilai nominal dari

Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara

paling sedikit USD1,000,000.00 (satu juta dolar

Amerika Serikat) dan selebihnya dengan kelipatan

USD1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat).

(3) Dalam hal lelang Transaksi DNDF dilakukan dengan

metode harga beragam (variable rate tender),

pengajuan setiap penawaran kurs DNDF dari Peserta

OPT Konvensional dan Lembaga Perantara paling

sedikit dengan kelipatan Rp1,00 (satu rupiah).

Pasal 184D

(1) Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara

harus memantau kebenaran data penawaran

Transaksi DNDF secara lelang yang disampaikan

kepada Bank Indonesia.

(2) Lembaga Perantara harus menyampaikan informasi

kepada Peserta OPT Konvensional mengenai

Transaksi DNDF secara lelang yang diajukan untuk

13

kepentingan Peserta OPT Konvensional.

(3) Dalam hal Peserta OPT Konvensional dan Lembaga

Perantara mengajukan penawaran yang tidak

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 184C dan tidak melakukan koreksi pengajuan

penawaran dalam window time Transaksi DNDF

secara lelang, penawaran tersebut dinyatakan batal.

Paragraf 3

Pendaftaran dan Pengkinian Informasi untuk Mengikuti

Transaksi DNDF Secara Lelang Melalui Sistem Otomasi

Lelang Operasi Moneter Valuta Asing

Pasal 184E

Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara

melakukan pendaftaran dan/atau pengkinian informasi

sebelum mengikuti Transaksi DNDF secara lelang.

Pasal 184F

(1) Peserta OPT Konvensional menyampaikan surat

permohonan pendaftaran untuk mengikuti Transaksi

DNDF secara lelang, yang dilengkapi dengan

informasi paling sedikit sebagai berikut:

a. nama Peserta OPT Konvensional;

b. Bank Identifier Code (BIC) Peserta OPT

Konvensional;

c. 1 (satu) Terminal Controller Identifier (TCID)

dalam hal Peserta OPT Konvensional telah

memiliki Terminal Controller Identifier (TCID);

d. nama, surat elektronik, dan contoh tanda tangan

dealer yang berwenang melakukan Transaksi

DNDF; dan

e. nama, surat elektronik, dan contoh tanda tangan

dari pejabat yang membawahkan dealer yang

berwenang melakukan Transaksi DNDF

sebagaimana dimaksud dalam huruf d.

14

(2) Lembaga Perantara menyampaikan surat

permohonan pendaftaran untuk mengikuti Transaksi

DNDF secara lelang, yang dilengkapi dengan

informasi paling sedikit sebagai berikut:

a. nama Lembaga Perantara;

b. 1 (satu) Terminal Controller Identifier (TCID)

Lembaga Perantara;

c. nama, surat elektronik, dan contoh tanda tangan

broker yang berwenang melakukan Transaksi

DNDF; dan

d. nama, surat elektronik, dan contoh tanda tangan

dari pejabat yang membawahkan broker yang

berwenang melakukan Transaksi DNDF

sebagaimana dimaksud dalam huruf c.

(3) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) ditandatangani oleh pejabat

yang berwenang mewakili Peserta OPT Konvensional

atau Lembaga Perantara.

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

disampaikan melalui surat kepada Bank Indonesia

pada saat pertama kali akan melakukan Transaksi

DNDF.

(5) Surat permohonan pendaftaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) menggunakan format

sebagaimana contoh yang tercantum dalam Lampiran

XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

(6) Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

disampaikan ke alamat sebagai berikut:

Bank Indonesia c.q. Departemen Pengelolaan Moneter

Jl. M.H. Thamrin No. 2

Jakarta 10350

(7) Dalam hal terjadi perubahan alamat surat-menyurat

sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Bank Indonesia

memberitahukan melalui surat dan/atau media lain.

15

Pasal 184G

(1) Dalam hal terjadi perubahan atas informasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184F ayat (1)

dan ayat (2), Peserta OPT Konvensional dan Lembaga

Perantara menyampaikan pengkinian informasi

melalui surat dengan menggunakan format

sebagaimana contoh yang tercantum dalam Lampiran

XV.

(2) Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184F ayat (6).

Pasal 184H

Bank Indonesia menyampaikan persetujuan pendaftaran

untuk mengikuti Transaksi DNDF secara lelang kepada

Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara melalui

surat yang memuat informasi sebagai berikut:

a. nama Peserta OPT Konvensional dan/atau Lembaga

Perantara;

b. Bank Identifier Code (BIC) Peserta OPT Konvensional;

c. Terminal Controller Identifier (TCID) Peserta OPT

Konvensional dan/atau Lembaga Perantara;

d. kode individual page yang terdiri dari active page,

historical page, dan confirmation page pada sistem

otomasi lelang Operasi Moneter valuta asing;

e. Standard Settlement Instruction Peserta OPT

Konvensional;

f. tanggal efektif untuk mengikuti lelang Transaksi

DNDF; dan/atau

g. informasi lainnya.

16

Paragraf 4

Pengajuan Penawaran Transaksi DNDF Secara Lelang

Melalui Sistem Otomasi Lelang Operasi Moneter Valuta

Asing

Pasal 184I

(1) Pengajuan penawaran Transaksi DNDF secara lelang

dengan metode harga tetap (fixed rate tender) meliputi

informasi paling sedikit sebagai berikut:

a. nama lelang (auction name);

b. penawaran nilai nominal; dan

c. Terminal Controller Identifier (TCID) Peserta OPT

Konvensional, dalam hal Lembaga Perantara

mengajukan penawaran untuk dan atas nama

Peserta OPT Konvensional,

untuk masing-masing jangka waktu Transaksi DNDF.

(2) Pengajuan penawaran Transaksi DNDF secara lelang

dengan metode harga beragam (variable rate tender)

meliputi informasi paling sedikit sebagai berikut:

a. nama lelang (auction name);

b. penawaran nilai nominal;

c. kurs DNDF; dan

d. Terminal Controller Identifier (TCID) Peserta OPT

Konvensional, dalam hal Lembaga Perantara

mengajukan penawaran untuk dan atas nama

Peserta OPT Konvensional,

untuk masing-masing jangka waktu Transaksi DNDF.

Pasal 184J

(1) Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara

dapat mengajukan koreksi untuk setiap penawaran

yang diajukan dalam window time Transaksi DNDF.

(2) Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Peserta OPT Konvensional dapat mengajukan

koreksi terhadap informasi penawaran, selain

informasi nama lelang (auction name); dan/atau

17

b. Lembaga Perantara yang mengajukan

penawaran lelang Transaksi DNDF untuk dan

atas nama Peserta OPT Konvensional dapat

mengajukan koreksi terhadap informasi

penawaran selain informasi Terminal Controller

Identifier (TCID) Peserta OPT Konvensional dan

nama lelang (auction name).

(3) Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

memenuhi persyaratan pengajuan penawaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184I.

Paragraf 5

Pengajuan Penawaran Transaksi DNDF Secara Lelang

Melalui Sarana Transaksi Lain Yang Ditetapkan Oleh

Bank Indonesia

Pasal 184K

Pengajuan penawaran Transaksi DNDF secara lelang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184C ayat (1) melalui

sarana transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia, dilakukan paling banyak 2 (dua) kali untuk

masing-masing tenor yang ditawarkan.

Pasal 184L

(1) Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara

hanya dapat mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk

setiap penawaran yang diajukan dalam window time

Transaksi DNDF secara lelang.

(2) Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan terhadap informasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 184C ayat (1) kecuali

informasi nama Peserta OPT Konvensional dan tenor

Transaksi DNDF secara lelang.

(3) Dalam hal dilakukan koreksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) atas jumlah penawaran (nilai nominal),

jumlah penawaran (nilai nominal) tersebut harus

18

memenuhi persyaratan penawaran nilai nominal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184C ayat (2).

Paragraf 6

Penetapan Pemenang Transaksi DNDF Secara Lelang

Pasal 184M

(1) Dalam hal Transaksi DNDF secara lelang dilakukan

dengan metode harga tetap (fixed rate tender),

penetapan pemenang dihitung dengan cara:

a. penawaran nilai nominal yang diajukan Peserta

OPT Konvensional dimenangkan seluruhnya;

atau

b. penawaran nilai nominal yang diajukan Peserta

OPT Konvensional dapat dimenangkan sebagian

dengan perhitungan secara proporsional sesuai

dengan perhitungan Bank Indonesia.

(2) Dalam hal Transaksi DNDF secara lelang dilakukan

dengan metode harga beragam (variable rate tender),

penetapan pemenang dihitung dengan cara:

a. Bank Indonesia menetapkan batas kurs DNDF

yang diterima;

b. untuk Transaksi DNDF Jual, Bank Indonesia

menetapkan penawaran yang dimenangkan

dengan cara:

1. dalam hal kurs DNDF yang diajukan

Peserta OPT Konvensional lebih tinggi dari

batas penawaran kurs DNDF yang diterima

Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional

yang bersangkutan memenangkan seluruh

penawaran yang diajukan; atau

2. dalam hal kurs DNDF yang diajukan

Peserta OPT Konvensional sama dengan

batas penawaran kurs DNDF yang diterima

Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional

yang bersangkutan memenangkan seluruh

atau sebagian dari penawaran yang

19

diajukan secara proporsional sesuai dengan

perhitungan Bank Indonesia; dan

c. untuk Transaksi DNDF Beli, Bank Indonesia

menetapkan penawaran yang dimenangkan

dengan cara:

1. dalam hal kurs DNDF yang diajukan

Peserta OPT Konvensional lebih rendah dari

batas penawaran kurs DNDF yang diterima

Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional

yang bersangkutan memenangkan seluruh

penawaran yang diajukan; atau

2. dalam hal kurs DNDF yang diajukan

Peserta OPT Konvensional sama dengan

batas penawaran kurs DNDF yang diterima

Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional

yang bersangkutan memenangkan seluruh

atau sebagian dari penawaran yang

diajukan secara proporsional sesuai dengan

perhitungan Bank Indonesia.

(3) Contoh perhitungan pemenang Transaksi DNDF

secara lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

tercantum dalam Lampiran XV.

(4) Pembulatan nilai nominal yang dimenangkan oleh

pemenang Transaksi DNDF secara lelang dengan

perhitungan secara proporsional dilakukan dengan

pembulatan ke seratusribuan dolar Amerika Serikat

terdekat dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk nominal kurang dari USD50,000.00 (lima

puluh ribu dolar Amerika Serikat) dibulatkan

menjadi 0 (nol); dan

b. untuk nominal USD50,000.00 (lima puluh ribu

dolar Amerika Serikat) atau lebih dibulatkan

menjadi USD100,000.00 (seratus ribu dolar

Amerika Serikat).

20

Pasal 184N

Peserta OPT Konvensional menyampaikan konfirmasi hasil

penetapan pemenang Transaksi DNDF melalui SWIFT

message format MT300 atau sarana lain kepada Bank

Indonesia c.q. Departemen Operasional Tresuri dan

Pinjaman.

Pasal 184O

Bank Indonesia dapat menetapkan tidak ada pemenang

Transaksi DNDF secara lelang.

Paragraf 7

Pengumuman Hasil Transaksi DNDF Secara Lelang

Pasal 184P

Bank Indonesia mengumumkan hasil Transaksi DNDF

secara lelang setelah dilakukan proses penetapan

pemenang lelang oleh Bank Indonesia dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. mengumumkan hasil penetapan pemenang lelang

kepada semua Peserta OPT Konvensional dan

Lembaga Perantara secara keseluruhan melalui

sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing,

Sistem LHBU dan/atau sarana lain, yang memuat

informasi berupa nilai nominal Transaksi DNDF yang

dimenangkan, rata-rata tertimbang (weighted

average) kurs DNDF per tenor, dan/atau informasi

lainnya;

b. melakukan konfirmasi kepada pemenang lelang

secara individual melalui sistem otomasi lelang

operasi moneter valuta asing, dan/atau sarana

transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

berupa:

1. nominal lelang Transaksi DNDF yang

dimenangkan Peserta OPT Konvensional;

2. kurs DNDF yang dimenangkan;

3. jangka waktu transaksi;

21

4. tanggal valuta;

5. permintaan Standard Settlement Instruction

Peserta OPT Konvensional;

6. permintaan nomor Rekening Giro rupiah Peserta

OPT Konvensional; dan/atau

7. informasi lainnya; dan

c. dalam hal penawaran lelang diajukan melalui

Lembaga Perantara, konfirmasi sebagaimana

dimaksud dalam huruf b dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. dalam hal Peserta OPT Konvensional tidak

memiliki sistem otomasi lelang operasi moneter

valuta asing dan/atau sarana transaksi lain

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, konfirmasi

akan dilakukan melalui Lembaga Perantara;

atau

2. dalam hal Peserta OPT Konvensional memiliki

sistem otomasi lelang operasi moneter valuta

asing dan/atau sarana transaksi lain yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia, konfirmasi

akan dilakukan kepada Peserta OPT

Konvensional yang bersangkutan.

Paragraf 8

Transaksi DNDF Secara Nonlelang

Pasal 184Q

Transaksi DNDF secara nonlelang dilakukan secara

bilateral antara Bank Indonesia dengan Peserta OPT

Konvensional dengan cara langsung atau melalui Lembaga

Perantara.

22

Paragraf 9

Setelmen Transaksi DNDF

Pasal 184R

(1) Penyelesaian Transaksi DNDF dilakukan dengan

Mekanisme Fixing.

(2) Mekanisme Fixing sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dengan menggunakan kurs acuan

berupa kurs JISDOR untuk mata uang dolar Amerika

Serikat terhadap rupiah pada tanggal tertentu yang

ditetapkan dalam kontrak (fixing date).

(3) Penyelesaian Transaksi DNDF dilakukan dalam mata

uang rupiah.

(4) Transaksi DNDF tidak dapat dilakukan perpanjangan

(roll over), pengakhiran transaksi (unwind) dan

percepatan penyelesaian transaksi (early termination).

Pasal 184S

(1) Pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak

(fixing date) sebagaimana dimaksud dalam Pasal

184R ayat (2), Bank Indonesia melakukan

perhitungan selisih antara kurs transaksi DNDF

dengan kurs JISDOR.

(2) Bank Indonesia menginformasikan selisih antara

kurs Transaksi DNDF dengan kurs JISDOR

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Peserta

OPT Konvensional melalui sistem otomasi lelang

operasi moneter valuta asing, sarana transaksi lain

dan/atau sarana informasi lain yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia.

(3) Peserta OPT Konvensional menyampaikan konfirmasi

atas perhitungan selisih antara kurs Transaksi DNDF

dengan kurs JISDOR sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) melalui SWIFT message format MT300 atau

sarana transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia kepada Bank Indonesia c.q. Departemen

Operasional Tresuri dan Pinjaman.

23

Pasal 184T

(1) Untuk Transaksi DNDF Jual, dalam hal:

a. Kurs DNDF lebih tinggi dari kurs JISDOR, Bank

Indonesia menerima selisih antara kurs DNDF

dengan kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang

ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan

dengan nilai nominal (notional amount); atau

b. Kurs DNDF lebih rendah dari kurs JISDOR,

Bank Indonesia membayar selisih antara kurs

DNDF dengan kurs JISDOR pada tanggal

tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing

date) dikalikan dengan nilai nominal (notional

amount);

(2) Pada tanggal setelmen Transaksi DNDF, Bank

Indonesia:

a. mendebit Rekening Giro rupiah Peserta OPT

Konvensional di Bank Indonesia sebesar selisih

antara kurs DNDF dengan kurs JISDOR pada

tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak

(fixing date) dikalikan dengan nilai nominal

(notional amount) dalam hal kurs DNDF lebih

tinggi dari kurs JISDOR pada tanggal tertentu

yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date); atau

b. mengkredit Rekening Giro rupiah Peserta OPT

Konvensional di Bank Indonesia sebesar selisih

antara kurs DNDF dengan kurs JISDOR pada

tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak

(fixing date) dikalikan dengan nilai nominal

(notional amount) dalam hal kurs DNDF lebih

rendah dari kurs JISDOR pada tanggal tertentu

yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date).

Pasal 184U

(1) Untuk Transaksi DNDF Beli, dalam hal:

a. kurs DNDF lebih tinggi dari kurs JISDOR pada

tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak

(fixing date), Bank Indonesia membayar selisih

24

antara kurs DNDF dengan JISDOR pada tanggal

tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing

date) dikalikan dengan nilai nominal (notional

amount); atau

b. kurs DNDF lebih rendah dari kurs JISDOR pada

tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak

(fixing date), Bank Indonesia menerima selisih

antara kurs DNDF dengan JISDOR pada tanggal

tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing

date) dikalikan dengan nilai nominal (notional

amount).

(2) Pada tanggal setelmen Transaksi DNDF, Bank

Indonesia:

a. mengkredit Rekening Giro rupiah Peserta OPT

Konvensional di Bank Indonesia sebesar selisih

antara kurs DNDF dengan JISDOR pada tanggal

tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing

date) dikalikan dengan nilai nominal (notional

amount) dalam hal kurs DNDF lebih tinggi dari

kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang

ditetapkan dalam kontrak (fixing date); atau

b. mendebit Rekening Giro rupiah Peserta OPT

Konvensional di Bank Indonesia sebesar selisih

antara kurs DNDF dengan JISDOR pada tanggal

tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing

date) dikalikan dengan nilai nominal (notional

amount) dalam hal kurs DNDF lebih rendah dari

kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang

ditetapkan dalam kontrak (fixing date).

Pasal 184V

(1) Dalam hal pada tanggal setelmen Transaksi DNDF

dengan Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional

tidak memiliki dana rupiah yang cukup untuk

memenuhi kewajiban setelmen, Peserta OPT

Konvensional wajib menyediakan dana rupiah yang

cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen pada

25

Hari Kerja berikutnya.

(2) Pembayaran kewajiban setelmen Transaksi DNDF

dengan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan melalui pendebitan Rekening Giro

rupiah Peserta OPT Konvensional di Bank Indonesia.

Pasal 184W

(1) Dalam hal tanggal tertentu yang ditetapkan dalam

kontrak (fixing date) ditetapkan sebagai hari libur oleh

pemerintah maka kurs JISDOR pada tanggal tertentu

yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date)

dilakukan menggunakan kurs JISDOR pada Hari

Kerja sebelumnya.

(2) Dalam hal tanggal setelmen ditetapkan sebagai hari

libur oleh pemerintah maka tanggal pelaksanaan

setelmen dilakukan pada Hari Kerja berikutnya.

3. Ketentuan Pasal 306 ditambahkan ayat (1) huruf d dan

ayat 3 (tiga) sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 306

(1) Peserta OPT Konvensional dikenakan sanksi dalam

hal tidak dapat memenuhi kewajiban setelmen

Transaksi OPT Konvensional dalam valuta asing,

meliputi:

a. Transaksi Spot sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 145 huruf c dan Pasal 146 huruf c;

b. Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 162, Pasal 164 ayat (1), Pasal 166 ayat (1),

dan Pasal 168;

c. Transaksi Forward sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 181 ayat (1) dan Pasal 183; dan

d. Transaksi DNDF sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 184V ayat (1).

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

huruf b dan huruf c berupa:

a. teguran tertulis dengan tembusan kepada

26

Otoritas Jasa Keuangan; dan

b. kewajiban membayar yang dihitung atas dasar:

1. rata-rata suku bunga efektif Fed Fund yang

berlaku pada tanggal penyelesaian

transaksi ditambah margin sebesar 200

(dua ratus) basis point dikalikan nilai

transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga

ratus enam puluh), untuk penyelesaian

kewajiban pembayaran dalam valuta asing

dolar Amerika Serikat;

2. rata-rata suku bunga yang dikeluarkan oleh

bank sentral atau otoritas moneter di

negara valuta yang bersangkutan (official

rate) yang berlaku pada tanggal

penyelesaian transaksi ditambah margin

sebesar 200 (dua ratus) basis point

dikalikan nilai transaksi dikalikan 1/360

(satu per tiga ratus enam puluh), untuk

penyelesaian kewajiban pembayaran dalam

valuta asing nondolar Amerika Serikat; atau

3. rata-rata Bank Indonesia 7-Day (Reverse)

Repo Rate yang berlaku ditambah margin

sebesar 350 (tiga ratus lima puluh) basis

point dikalikan nilai transaksi dikalikan

1/360 (satu per tiga ratus enam puluh),

untuk penyelesaian kewajiban pembayaran

dalam rupiah.

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

berupa:

a. kewajiban membayar dalam rupiah yang

dihitung atas dasar rata-rata Bank Indonesia 7-

Day (Reverse) Repo Rate yang berlaku ditambah

margin sebesar 350 (tiga ratus lima puluh) basis

point dikalikan kewajiban setelmen dan

dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam

puluh), paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh

juta rupiah) per transaksi; dan

27

b. penghentian sementara untuk mengikuti

kegiatan Operasi Moneter sampai dengan akhir

hari saat Peserta OPT Konvensional memenuhi

kewajibannya.

4. Pasal 308 ditambahkan 3 (tiga) ayat sehingga berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 308

(1) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 306 ayat (2) dilakukan dengan

mendebit Rekening Giro rupiah atau Rekening Giro

valuta asing Peserta OPT yang ada di Bank Indonesia

paling lama 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal

kewajiban setelmen.

(2) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 306 ayat (3) huruf a dilakukan

dengan mendebit Rekening Giro rupiah Peserta OPT

Konvensional yang ada di Bank Indonesia paling lama

1 (satu) Hari Kerja setelah tanggal kewajiban

setelmen.

(3) Sanksi penghentian sementara untuk mengikuti

kegiatan OM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 306

ayat (3) huruf b diberlakukan mulai 1 (satu) Hari

Kerja setelah diperoleh informasi tidak dipenuhinya

kewajiban setelmen Transaksi DNDF.

(4) Sanksi penghentian sementara untuk mengikuti

kegiatan Operasi Moneter sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dikenakan sampai dengan akhir hari

saat Peserta OPT Konvensional memenuhi kewajiban

setelmen Transaksi DNDF.

5. Pasal 312 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 312

Atas batalnya transaksi OMK, yang terdiri atas transaksi

OPT Konvensional dan/atau transaksi Standing Facilities

28

Konvensional, yang ketiga kali dalam kurun waktu 6

(enam) bulan, selain dikenakan sanksi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 303 ayat (2) dan Pasal 309, Peserta

OPT juga dikenakan sanksi penghentian sementara

untuk mengikuti kegiatan OMK selama 5 (lima) Hari

Kerja berturut-turut.

6. Lampiran ditambahkan 1 (satu) lampiran, yakni Lampiran

XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

Pasal II

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada

tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan

Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 7 November 2018

ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,

TTD

ERWIN RIJANTO

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 20/29/PADG/2018

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

NOMOR 20/6/PADG/2018 TENTANG PELAKSANAAN OPERASI PASAR

TERBUKA

I. UMUM

Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia menjadi Undang-Undang, telah diatur secara jelas bahwa

tujuan Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai

rupiah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter antara lain melalui penerbitan

Transaksi DNDF sebagai salah satu instrumen Operasi Moneter. Oleh

karena itu perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Anggota Dewan

Gubernur Nomor 20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan Operasi Pasar

Terbuka yang mengatur mengenai mekanisme Transaksi DNDF tersebut.

2

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1

Cukup jelas.

Angka 2

Pasal 184A

Cukup jelas.

Pasal 184B

Cukup jelas.

Pasal 184C

Cukup jelas.

Pasal 184D

Cukup jelas.

Pasal 184E

Cukup jelas.

Pasal 184F

Cukup jelas.

Pasal 184G

Cukup jelas.

Pasal 184H

Cukup jelas.

Pasal 184I

Cukup jelas.

Pasal 184J

Cukup jelas.

3

Pasal 184K

Cukup jelas.

Pasal 184L

Cukup jelas.

Pasal 184M

Cukup jelas.

Pasal 184N

Cukup jelas.

Pasal 184O

Cukup jelas.

Pasal 184P

Cukup jelas.

Pasal 184Q

Cukup jelas.

Pasal 184R

Cukup jelas.

Pasal 184S

Cukup jelas.

Pasal 184T

Cukup jelas.

Pasal 184U

Cukup jelas.

Pasal 184V

Cukup jelas.

4

Pasal 184W

Cukup jelas.

Angka 3

Pasal 306

Cukup jelas.

Angka 4

Pasal 308

Cukup jelas.

Angka 5

Pasal 312

Cukup jelas.

Angka 6

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.