serat karbon dari kelapa

Upload: muhammad-fikriansyah

Post on 12-Oct-2015

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

serat karbon dari kelapa

TRANSCRIPT

  • BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei tahun

    2011. Pembuatan serat karbon dari sabut kelapa, karakterisasi XRD dan SEM

    dilakukan di Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan,

    Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Bogor. Pengukuran konduktivitas

    listrik bahan, pembuatan material komposit semen-karbon, serta pengujian

    kekuatan, konduktivitas listrik dan deteksi kerusakan diri dari material komposit

    dilakukan di UPT BPP Biomaterial LIPI Cibinong, Bogor.

    Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat sabut kelapa,

    kalium hidroksida (KOH), semen portland, pasir, air, silica fume, carboxy

    methylcellulose (CMC). Sedangkan alat yang digunakan adalah tungku

    karbonisasi (retort pirolisis) kapasitas 5 kg, desikator, oven, cetakan komposit

    semen-serat dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 300 mm, Scanning Electron

    Microscope (SEM) JSM 6360 LA 20 kV, X-Ray Difraction (XRD) SHIMADZU

    7000 series 40 kV, LCR Meter KRISBOW tipe KW06-489, Universal Testing

    Machine (UTM) dan Resistivity Meter.

    Metode Penelitian

    Analisa Bahan Baku Serat Sabut Kelapa

    Analisa komponen kimia bahan baku serat sabut kelapa yang diamati

    adalah kadar lignin, selulosa dan hemiselulosa berdasarkan pada TAPPI Standard

    Volume 1 (1999).

    Pembuatan dan Karekterisasi Arang Serat Sabut Kelapa

    Arang serat sabut kelapa dibuat menggunakan retort pirolisis dengan

    pemanas listrik pada suhu 400 C selama 300 menit dan didinginkan 12-24 jam.

    Selanjutnya, arang tersebut kembali dipanaskan dengan menggunakan variasi suhu

    700 C, 800 C dan 900 C, dan variasi waktu pemanasan 45, 60 dan 90 menit.

  • Arang yang dihasilkan dianalisa sifat-sifatnya berdasarkan SNI 06-3730-1995

    yang meliputi penetapan rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, dan

    kadar karbon terikat. Selain analisa terhadap sifat arang, dilakukan pula

    penentuan derajat kristalinitas dari arang dengan menggunakan XRD serta

    penampakkan topografi dari permukaan serat dan arang dengan menggunakan

    SEM. Adapun uraian lengkap dari perhitungan sifat arang dan derajat

    kristalinitasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

    a. Penetapan rendemen

    Penetapan rendemen arang dilakukan dengan menghitung perbandingan berat arang

    yang dihasilkan terhadap bahan baku sebelum pembuatan arang.

    =

    100%

    b. Penetapan kadar air

    Contoh arang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan petri dan dikering

    ovenkan pada suhu 110 oC selama 3 jam, setelah itu didinginkan dalam desikator

    dan ditimbang sampai beratnya konstan.

    =

    100%

    c. Penetapan kadar abu

    Contoh arang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah

    diketahui beratnya, kemudian di panaskan dalam tanur listrik pada suhu 700oC

    selama 6 jam. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai

    beratnya konstan.

    =

    100%

    d. Penetapan kadar zat terbang

    Contoh arang sebanyak 2 gram dimasukan ke dalam cawan porselin yang telah

    diketahui beratnya, kemudian dimasukan ke dalam tanur listrik pada suhu 950 oC

    selama 10 menit. Setelah itu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai

    beratnya konstan.

    20

  • =

    100%

    e. Penetapan kadar karbon

    Kadar karbon arang dihitung dengan cara pengurangan dari kadar abu dan zat

    terbang.

    Kadar karbon = 100% (kadar abu + kadar zat terbang)

    f. Penentuan derajat kristalinitas dan turunannya

    Untuk mengetahui derajat kristalinitas (X), sudut difraksi () dan jarak antar

    lapisan aromatik (d), digunakan XRD dengan sumber radiasi tembaga/Cu.

    Perhitungan dan persamaan rumusnya adalah sebagai berikut:

    =

    + 100%

    =

    2

    Tinggi lapisan aromatik (Lc) : Lc (002) = K / cos

    Lebar lapisan aromatik (La) : La (100) = K / cos

    Jumlah lapisan aromatik (N) : N = Lc / d

    dimana:

    = 0,15406 nm (panjang gelombang radiasi sinar Cu)

    = Sudut difraksi

    = Intensitas tinggi dan lebar (radian )

    K = Tetapan untuk lembaran grafit (0,89)

    21

  • Gambar 6 Skema jarak antara lapisan (d), tinggi lapisan (Lc), jumlah lapisan (N)

    dan lebar lapisan (La) aromatik dari unit terkecil penyusun struktur

    kristalit arang dan arang aktif

    Untuk mengetahui pengaruh pembedaan suhu dan lamanya karbonisasi

    terhadap rendemen, kadar abu, zat terbang dan karbon terikat, dilakukan analisa

    statistik dengan menggunakan rancangan faktorial dalam Rancangan Acak

    Lengkap (RAL). Rancangan faktorial dalam RAL tersebut menggunakan dua

    faktor yaitu faktor suhu karbonisasi dan faktor waktu karbonisasi yang digunakan

    dengan masing-masing tiga taraf yaitu suhu 700 C, 800 C, 900 C dan waktu

    karbonisasi 45, 60 dan 90 menit. Model persamaannya adalah sebagai berikut

    (Mattjik & Sumertajaya 2000) :

    Yijk = + Ai + Bj + ABij + ijk

    Yijk = Nilai pengamatan pada faktor suhu karbonisasi taraf ke-i, faktor waktu

    karbonisasi taraf ke-j dan ulangan ke-k

    = Komponen aditif dari rataan

    Ai = Pengaruh utama faktor suhu karbonisasi ke-i

    Bj = Pengaruh utama faktor waktu karbonisasi ke-j

    ABij = Interaksi dari faktor suhu ke-i dan waktu karbonisasi ke-j

    ijk = Pengaruh acak yang menyebar normal (0, 2) dari faktor suhu ke-i, waktu

    karbonisasi ke-j, dan ulangan ke-k

    22

  • Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata antara taraf

    perlakuan, dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ)

    atau Honest Significance Diference (HSD). Uji BNJ dilakukan dengan cara

    membandingkan nilai mutlak selisih kedua nilai rata-rata yang akan kita lihat

    perbedaannya dengan nilai BNJ pada taraf nyata dan derajat bebas tertentu. Nilai

    BNJ didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Mattjik & Sumertajaya

    2000) :

    = ; ;

    dimana p adalah jumlah perlakuan, dbg adalah derajat bebas galat, r adalah

    ulangan, KTG adalah kuadrat tengah galat dan ;; adalah nilai kritis yang

    diperoleh dari table wilayah nyata student.

    Kriteria uji dari uji BNJ ini adalah sebagai berikut :

    Jika

    > maka hasil uji menjadi nyata

    maka hasil uji menjadi tidak nyata

    Pengukuran Konduktivitas Bahan Baku Serat Sabut Kelapa dan Arangnya

    Pengukuran konduktivitas bahan baku serat sabut kelapa dan arangnya

    dilakukan dengan menggunakan LCR meter. Serat dihaluskan dengan ukuran

    lolos 40 mesh, kemudian dimasukkan ke dalam tabung berukuran diameter 15,11

    mm, untuk selanjutnya diukur konduktivitas nya menggunakan LCR meter.

    Gambar 7 Pengukuran konduktivitas listrik sabut kelapa dan arangnya dengan

    menggunakan LCR meter

    23

  • Konduktivitas listrik dari bahan dihitung dengan menggunakan rumus :

    = D

    R x A

    dimana :

    : Konduktivitas listrik

    D : Tebal tempat penyimpanan sampel uji

    A : Luas permukaan tempat penyimpanan sampel uji

    Untuk mengetahui pengaruh pembedaan suhu dan lamanya karbonisasi

    terhadap konduktivitas listrik, dilakukan analisa statistik dengan menggunakan

    rancangan faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan dilanjutkan

    dengan uji lanjut BNJ. Sama seperti pada analisa statistika terhadap nilai sifat

    arang.

    Perlakuan Perendaman Serat Karbon dengan Larutan KOH

    Serat karbon dengan suhu dan lamanya karbonisasi yang terpilih

    berdasarkan pola struktur dan konduktivitas listriknya kemudian dilakukan

    perlakuan perendaman dengan larutan KOH. Perendaman divariasikan menjadi

    dua yaitu perendaman serat dalam larutan KOH 10% dan 20%. Perendaman

    dengan larutan KOH tersebut dilakukan setelah serat sabut kelapa mengalami

    proses pengarangan dengan suhu 400 C. Setelah selama 24 jam direndam dalam

    larutan KOH, selanjutnya serat karbon diangkat untuk dibilas sampai bersih dan

    ditiriskan sampai kering. Selanjutnya serat karbon yang telah kering dikarbonisasi

    kembali dalam suhu dan waktu terpilih.

    Setelah proses karbonisasi selesai, pada serat karbon tersebut dilakukan

    analisa pola struktur dan pengukuran konduktivitas listriknya. Kemudian

    dilakukan kembali analisa statistika dengan menggunakan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) terhadap sifat konduktivitasnya untuk mengetahui pengaruh

    pembedaan jenis serat karbon yaitu perlakuan perendaman serat karbon dengan

    larutan KOH terhadap nilai konduktivitas listriknya. Model persamaannya adalah

    sebagai berikut (Mattjik & Sumertajaya 2000) :

    24

  • Yij = + i + ij

    dimana :

    i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3

    Yij = Nilai pengamatan pada pembedaan jenis karbon ke-i, dan ulangan ke-j

    = Rataan umum

    i = Pengaruh jenis karbon ke-i

    ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

    Pembuatan Komposit Semen - Serat Karbon Sabut Kelapa

    Pembuatan komposit dilakukan dengan menggunakan serat karbon dari

    sabut kelapa yang dihasilkan dengan parameter suhu dan waktu karbonisasi

    terpilih (parameter dengan suhu dan waktu paling efisien ditinjau dari

    konduktivitas listrik dan karakteristik karbon lainnya). Pada bagian ini, serat

    karbon dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah serat karbon dengan

    parameter suhu dan waktu karbonisasi terbaik tanpa perlakuan. Bagian kedua

    adalah hasil perendaman terhadap serat karbon yang dihasilkan pada suhu 400 0C

    menggunakan larutan kalium hidroksida (KOH) 10% dan 20% selama 24 jam,

    untuk selanjutkan dipanaskan kembali dengan menggunakan tungku karbonisasi

    dengan suhu dan waktu karbonisasi terpilih. Serat karbon dipotong dengan ukuran

    panjang kurang dari 10 mm. Kandungan serat karbon yang akan dicampurkan

    untuk pembuatan komposit semen tersebut adalah sebanyak 0.5%, 0.75% dan

    1.0% dari berat semen. Bahan baku lainnya yaitu semen Portland, pasir alam

    dengan ukuran lolos saringan 20 mesh dan tertahan di saringan 30 mesh, silica

    fume sebanyak 10% dari berat semen dan carboxy methylcellulose (CMC)

    sebanyak 0.5% dari berat semen. Perbandingan air dengan semen yang digunakan

    sebesar 0.62 dan perbandingan pasir dengan semen sebesar 1.0. Ukuran komposit

    yang dibuat adalah 25 mm x 25 mm x 300 mm. Ukuran sampel ini mengacu

    kepada ukuran sampel yang digunakan untuk pengujian kekuatan patah (flexural

    strength), dimana ukuran panjang sampel minimal tiga kali dari ukuran tebalnya.

    Pembuatan komposit diawali dengan menggunakan sebanyak 30% dari air

    untuk merendam CMC dan serat karbon supaya dapat menyebar secara merata.

    Campuran air, CMC dan serat karbon diaduk dengan mixer dan ditambahkan

    25

  • silica fume sambil diaduk sampai merata dengan menggunakan mixer. Campuran

    tersebut dimasukkan ke dalam campuran semen dan pasir yang telah berada dalam

    mixer mortar, sambil dituangkan sisa air sebanyak 70% dari jumlah totalnya.

    Mixer mortar tetap dijalankan sampai dengan campuran merata. Adonan

    komposit tersebut dimasukkan ke dalam cetakan besi berukuran 25 x 25 x 300

    mm. Setelah dikondisikan dalam suhu ruangan selama 24 jam, komposit

    kemudian diambil dari cetakan untuk selanjutnya direndam pada bak air sampai

    dengan waktu pengujian selama 28 hari.

    Diagram Alir Penelitian

    Rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan digambarkan dalam

    diagram alir yang tersaji pada Gambar 8.

    Gambar 8. Diagram alir penelitian

    26

  • Pengujian Komposit Semen-Serat Karbon Sabut Kelapa

    Setelah melewati masa pengkondisian untuk pengujian selama 28 hari,

    selanjutnya komposit yang telah dibuat siap untuk diuji. Pengujian yang

    dilakukan adalah pengujian kuat tekan dengan menggunakan standard pengujian

    ASTM C116-90, kuat patah dan kekakuan dengan menggunakan standard

    pengujian ASTM C293-94 untuk mengetahui sifat mekanis dari komposit, serta

    pengujian deteksi kerusakan diri dari komposit tersebut.

    Pengujian kuat tekan dimaksudkan untuk mengetahui besarnya beban

    persatuan luas yang menyebabkan benda uji hancur bila dibebani dengan beban

    tekan tertentu. Pengujian kuat patah dimaksudkan untuk mengetahui besarnya

    beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji patah pada saat diberikan

    beban tertentu. Sedangkan pengujian kekakuan adalah besarnya beban persatuan

    luas yang menunjukkan seberapa besar benda uji itu bersifat kaku. Semakin besar

    nilai kekakuan, maka benda tersebut semakin kaku atau cepat untuk patah.

    Selanjutnya khusus untuk pengujian kuat tekan dan kuat patah, dilakukan

    analisa statistik dengan menggunakan rancangan faktorial dalam Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) untuk mengetahui pengaruh pembedaan jenis serat karbon serta

    pembedaan kadar serat karbon yang digunakan dalam pembuatan komposit serat

    semen. Rancangan faktorial dalam RAL tersebut menggunakan dua faktor yaitu

    jenis serat karbon dan kadar serat karbon yang digunakan dengan masing-masing

    tiga taraf yaitu serat karbon tanpa perendaman KOH, serat karbon dengan

    perendaman larutan KOH 10%, serat karbon dengan perendaman larutan KOH

    20% dan kadar serat karbon sebanyak 0.5%, 0.75% dan 1.0%. Model

    persamaannya adalah sebagai berikut (Mattjik & Sumertajaya 2000) :

    Yijk = + Ai + Bj + ABij + ijk

    Yijk = Nilai pengamatan pada faktor jenis karbon taraf ke-i, faktor kadar serat

    taraf ke-j dan ulangan ke-k

    = Komponen aditif dari rataan

    Ai = Pengaruh utama faktor jenis karbon ke-i

    Bj = Pengaruh utama faktor kadar serat karbon ke-j

    ABij = Interaksi dari faktor jenis serat karbon ke-i dan kadar serat karbon ke-j

    27

  • ijk = Pengaruh acak yang menyebar normal (0, 2) dari faktor jenis karbon ke-I

    dan faktor kadar serat karbon ke-j.

    Selanjutnya dilakukan uji lanjutan Dunnet untuk mengetahui perbandingan

    komposit dengan serat karbon dengan kontrol (komposit campuran semen dan

    pasir) dalam hal kuat tekan dan kuat patah. Uji Dunnet dilakukan dengan cara

    membandingkan nilai mutlak selisih nilai rata-rata kontrol dan masing-masing

    perlakuan dengan nilai Dunnet pada taraf nyata dan derajat bebas tertentu. Nilai

    Dunnet didapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Montgomery 2001):

    Dunnet= ( 1,) 2

    dimana p adalah jumlah perlakuan, f adalah derajat bebas galat, r adalah ulangan,

    KTG adalah kuadrat tengah galat dan ( 1,) adalah nilai kritis yang

    diperoleh dari table Dunnet.

    Kriteria uji dari uji Dunnet ini adalah sebagai berikut :

    Jika

    > maka hasil uji menjadi nyata

    maka hasil uji menjadi tidak nyata

    Pada saat pengujian deteksi kerusakan diri, sampel dilapisi dengan pasta

    perak dan dilapisi dengan elektroda tembaga pada kedua ujungnya. Selanjutnya

    sampel dihubungkan dengan perangkat pengukuran yang telah disiapkan untuk

    mengetahui hubungan antara perubahan beban yang diberikan terhadap resistivitas

    sampel. Pengujian terhadap sampel dilakukan secara simultan terhadap sifat

    mekanis, yaitu kekuatan sampel menerima beban, serta konduktivitas dan

    resistivitas listrik dari sampel.

    Pengujian deteksi kerusakan diri dilakukan untuk mengetahui hubungan

    antara beban yang diberikan terhadap konduktivitas listrik sampel. Skema

    pengujian sampel mengacu kepada ASTM C293-94 tentang pengujian Flexural

    Strength dengan metode Center Point Load seperti tampak pada Gambar 9 dan

    Gambar 10.

    28

  • Gambar 9 Skema pengujian sampel komposit semen - serat karbon dari sabut

    kelapa

    Gambar 10 Skema pengujian deteksi kerusakan diri komposit semen-karbon

    dengan menggunakan Universal Testing Machine dan Resistivity

    meter

    Data yang dihasilkan dari pengujian ini adalah nilai beban yang diterima

    sampel, sekaligus dengan nilai resistivitas atau konduktivitas sampel ketika

    menerima beban tersebut.

    Analisa Data Hasil Pengujian Deteksi Kerusakan Diri

    Kerusakan diri terdeteksi jika konduktivitas listrik dari sampel naik pada

    saat diberikan beban dengan besaran tertentu. Analisa dilakukan terhadap data

    25 mm Sampel

    250 mm

    125 mm 125 mm

    25 mm 25 mm Beban

    R

    elektroda elektroda

    29

  • yang diperoleh dari pengujian sampel, baik terhadap masing-masing nilai beban

    yang diberikan terhadap sampel komposit, konduktivitas listrik dari sampel,

    maupun hubungannya secara simultan. Pengaruh perlakuan perendaman serat

    karbon dalam larutan KOH juga dilihat dalam kaitannya terhadap hubungan

    antara beban yang diberikan dengan konduktivitas listriknya.

    Hasil dari analisa terhadap data tersebut, akan didapatkan informasi tentang

    berapa nilai optimum dari kandungan serat karbon dalam komposit serta pengaruh

    perlakuan perendaman serat karbon dengan larutan KOH terhadap kemampuan

    materialnya dalam menerima beban dan juga sifat konduktivitas listriknya.

    Hal yang dianalisa dari data yang diperoleh adalah hubungan antara

    banyaknya serat karbon yang ditambahkan ke dalam komposit terhadap nilai

    konduktivitas listrik, kekuatan dan pendeteksian kerusakan diri dari kompositnya.

    Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa kadar serat karbon yang optimal

    dalam memperoleh komposit dengan sifat yang terbaik.

    30