september 2012

68
Edisi September Edit.indd 1 01/11/2012 9:08:36

Upload: ari-wonk

Post on 25-Nov-2015

239 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • Edisi September Edit.indd 1 01/11/2012 9:08:36

  • Edisi September Edit.indd 2 01/11/2012 9:08:38

  • Vol. 32 No. 3 September 2012

    www.tniad.mil.id

    Jurnal

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    DAFTAR

    ISI

    36

    50 54

    30 44

    Sistem Pengendalian Latihan yang Efektif dan Implementasinya

    di Tingkat Kotama

    Mewujudkan Kemampuan BTP Kodam III/Slw Dalam Operasi

    Lawan Insurjensi Melalui Latihan yang Berkesinambungan

    Desain Makro Pembinaan Latihan Jangka Panjang

    TNI AD dan Permasalahannya

    Peran dan Upaya Ditziad Dalam Rangka Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Latihan

    TNI AD

    Konsepsi Pembinaan Latihan Yonif Raider

    Untuk Menjawab Tantangan Tugas Masa Depan

    Menggagas Formulasi Keterpaduan Guna Mensinergikan Kekuatan

    Kecabangan TNI AD Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas

    Pembinaan Latihan Antar Kecabangan

    Penyelenggaraan Latihan Pratugas TNI Dalam Rangka

    Misi Pemeliharaan Perdamaian

    Peran Satuan Penerangan Dalam Mendukung

    Latihan Antar Kecabangan TNI AD Tingkat Brigade

    6 14 20

    Peran Dithubad Dalam Meningkatkan Efektivitas

    Pembinaan Latihan Tni Ad

    62

    Edisi September Edit.indd 3 01/11/2012 9:08:43

  • Salam Indonesia!! Tanpa kita sadari, saat ini kita sudah memasuki triwulan ketiga tahun 2012, dimana program kerja selama setengah semester ini telah kita laksanakan dengan baik. Tentunya hal tersebut patut kita syukuri bersama, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,

    redaksi dapat menghadirkan Jurnal Yudhagama Volume 32 Nomor 3 September 2012. Pada edisi kali ini, Pembaca Jurnal Yudhagama akan dimanjakan dengan tampilan fresh look dengan menampilkan tulisan-tulisan aktual berisi informasi yang bersifat strategis mengenai Angkatan Darat yang berasal dari buah pikiran para perwira yang berpengalaman dan mempunyai kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan bidangnya. Seperti kita ketahui bersama, salah satu fungsi organik militer adalah latihan yaitu menyelenggarakan pembinaan latihan perorangan dan satuan dalam rangka pembinaan kemampuan TNII AD yang diatur oleh Undang-Undang. Untuk mengetahui kebijakan Pimpinan Angkatan Darat khususnya dibidang pembinaan latihan akan diulas oleh Asrena Kasad Mayjen TNI Dicky W. Usman, S.IP., M.Si. dalam tulisan berjudul Desain Makro Pembinaan Latihan Jangka Panjang TNI AD dan Permasalahannya. Pembaca yang budiman, pada tahun 2012 ini, pemerintah telah menaikkan anggaran pertahanan negara sebesar 35%, dimana sebagian besar anggaran tersebut dialokasikan untuk peremajaan dan modernisasi Alutsista TNI termasuk TNI Angkatan Darat. Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mencanangkan tahun 2012 sebagai tahun latihan TNI Angkatan Darat. Untuk memberikan pemahaman tentang latihan, Asops Kasad Mayjen TNI Dedi Kusnadi Thamim mengupasnya dalam tulisan berjudul Sistem Pengendalian Latihan yang Efektif dan Implementasinya di Tingkat Kotama. Konsekuensi logis sebagai alat pertahanan negara di darat, TNI AD dituntut untuk selalu siap menghadapi tantangan tugas kedepan, sehingga latihan merupakan salah satu hal mendasar yang terus dikembangkan sesuai tuntutan perubahan zaman. Danpussenif Kodiklat TNI AD Mayjen TNI M. Nasir membahasnya dalam tulisan berjudul Menggagas

    Jurnal Yudhagama

    4 Volume 32 No. 3 September 2012

    Kata Pengantar

    Susunan RedaksiJurnal

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Kata Pengantar

    PELINDUNG : Kepala Staf TNI Angkatan Darat PEMBINA : Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat PENASEHAT : Irjenad, Aspam Kasad, Asops Kasad,

    Aspers Kasad, Aslog Kasad, Aster Kasad, Asrena Kasad, Koorsahli Kasad.

    PEMIMPIN REDAKSI : Brigadir Jenderal TNI Sisriadi

    WAKIL PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Kav Bambang Hartawan, M.Sc.

    DEWAN REDAKSI : Kolonel Arh Erwin Septiansyah, S.IP. Kolonel Caj Drs. Moh. Noor, M.M.

    Kolonel Inf Drs. Zaenal Mutaqim, M.Si.Kolonel Arh Heru Sudarminto, S.IP., M.Sc.

    KETUA TIM EDITOR : Kolonel Inf Drs. Andi Suyuti, M.M.

    SEKRETARIS TIM EDITOR : Mayor Caj (K) Dra. Sri Indarti

    ANGGOTA TIM EDITOR : Letkol Caj Drs. M. Yakub

    Mayor Caj (K) Yeni Triyeni, S.Pd. Mayor Inf Dodi Fahrurozi, S.Sos.

    Mayor Inf Achmad SiswahadiKapten Inf Candra Purnama, S.H.

    Lettu Caj (K) Besarah Septiana M., S.S.

    DISTRIBUSI : Mayor Inf Ibnu Yudho Prawiro, S.E.

    DESAIN GRAFIS : Serka Enjang

    TATA USAHA : Peltu (K) Ety Mulyati, PNS Suwarno,

    PNS Supriyatno

    REDAKTUR FOTO : Letkol Czi Drs. Syarifuddin Sara, M.Si.

    ALAMAT REDAKSI : Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat

    Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat Tlp. (021) 3456838, 3811260, Fax. (021) 3848300,

    Alamat email : [email protected]

    Edisi September Edit.indd 4 01/11/2012 9:08:45

  • Jurnal Yudhagama sebagai media komunikasi internal TNI Angkatan Darat, mengemban misi:

    a. Menyebarluaskan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat kepada seluruh prajurit di jajaran TNI Angkatan Darat.b. Memberikan wadah untuk pemikiran-pemikiran yang konstruktif dalam pembinaan TNI Angkatan Darat dan fungsi teknis pembinaan satuan sesuai tugas pokok TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara matra darat.c. Menyediakan sarana komunikasi untuk penjabaran Kemanunggalan TNI-Rakyat.

    Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Yudhagama ini merupakan pandangan pribadi penulisnya dan bukan pandangan resmi TNI Angkatan Darat, namun redaksi berhak merubah tulisan (rewrite) tanpa mengubah inti tulisan untuk disesuaikan dengan misi yang diemban Jurnal Yudhagama dan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat. Redaksi menerima karangan dari dalam maupun dari luar lingkungan TNI Angkatan Darat, dengan syarat merupakan karangan asli dari penulis. Karangan yang dimuat dalam jurnal ini dapat dikutip seluruh atau sebagian dengan menyebut sumbernya.

    Topik dan judul tulisan diserahkan kepada penulisnya, dengan ketentuan panjang tulisan berkisar sepuluh halaman kertas folio, dengan jarak satu setengah spasi.

    Redaksi

    Formulasi Keterpaduan Guna Menyinergikan Kekuatan Kecabangan TNI AD dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembinaan Latihan Antar Kecabangan. Dewasa ini, hakikat ancaman yang menonjol adalah permasalahan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, separatis, terorisme konflik komunal yang bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), serta gerakan radikal yang anarkis. Guna menghadapi kemungkinan adanya pemberontakan bersenjata di setiap wilayah, Pangdam III/Slw Mayjen TNI Sonny Widjaya membahasnya dalam tulisan berjudul Mewujudkan Kemampuan BTP Kodam III/Slw dalam Operasi Lawan Insurjensi Melalui Latihan yang Berkesinambungan. Sumbangan pemikiran yang sangat strategis dari Kas Kostrad, Mayjen TNI Harry Purdianto, S.IP., M.Sc. dengan judul Konsepsi Pembinaan Latihan Yonif Raider Untuk Menjawab Tantangan Tugas Masa Depan turut menjadi bagian penting dari jurnal edisi Kali ini. Masih berkaitan tentang pembinaan latihan, Dirziad Brigjen TNI Zainal Arifin, S.IP. pun turut menyumbangkan tulisan berjudul Peran dan Upaya Ditziad dalam rangka Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Latihan TNI AD. Tulisan tersebut mengupas tentang pembinaan latihan yang dilaksanakan oleh Ditziad dalam rangka pembinaan kekuatan, latihan dalam rangka penggunaan kekuatan dan latihan dengan negara lain. Selain tulisan dari Dirziad, Dirhubad Brigjen TNI Sahrun Abu Junwar juga menyumbangkan buah pikirnya

    kedalam tulisan berjudul Peran Dithubad dalam Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Latihan TNI AD. Prajurit Perhubungan didalam mendukung tugas pokok TNI AD khususnya dalam bidang latihan disiapkan juga untuk dapat mendukung fungsi pembinaan latihan TNI AD khususnya yang berkaitan dengan perhubungan. Selain itu, redaksi juga menurunkan tulisan yang masih berkaitan dengan pembinaan latihan. Dalam keterlibatannya pada misi perdamaian dunia, pasukan TNI yang dikirimkan dalam misi PBB hampir selalu menorehkan sukses dan keberhasilan, serta mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Komandan PMPP TNI Brigjen TNI Imam Edi Mulyono, M.Sc. membahasnya dalam tulisan yang berjudul Penyelenggaraan Latihan Pratugas TNI dalam Rangka Misi Pemeliharaan Perdamaian. Yang tak kalah menariknya, tulisan dari Kabaginfosus Dispenad berjudul Peran Dispenad Dalam Mendukung Latihan Antar Kecabangan Tingkat Brigade Tahun Anggaran 2012 dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca setia Jurnal Yudhagama. Akhirnya segenap redaksi Jurnal Yudhagama menyampaikan terima kasih atas sumbangan tulisan baik berupa ide/gagasan maupun konsepsi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan TNI Angkatan Darat dimasa yang akan datang. Redaksi berharap kiranya apa yang disajikan pada edisi kali ini senantiasa dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Selamat membaca!

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 5

    Edisi September Edit.indd 5 01/11/2012 9:08:45

  • DESAIN MAKRO PEMBINAAN LATIHAN JANGKA PANJANG TNI AD

    DAN PERMASALAHANNYA

    Oleh : Mayor Jenderal TNI Dicky W. Usman, S.IP., M.Si.

    (Asrena Kasad)

    PENDAHULUAN. Ditinjau dari analisa lingkungan strategis, maka pada tahun 2012, berdasarkan cakupannya, ancaman terhadap bangsa Indonesia dapat dikategorikan menjadi ancaman internasional, regional dan nasional. Ancaman internasional meliputi terorisme internasional, perkembangan senjata pemusnah massal dan persaingan dalam pembangunan kekuatan militer. Ancaman regional meliputi konflik bersenjata, kejahatan internasional, sengketa perbatasan dan bencana alam. Sedangkan ancaman nasional meliputi separatisme, terorisme, gangguan keamanan darat dan perbatasan, kerusuhan sosial dan bencana alam. Berdasarkan UU TNI Nomor 34 Tahun 2004 bahwa tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah darat negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah daratan

    dari segala ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut, telah ditentukan berbagai fungsi yang melekat pada organisasi TNI AD, diantaranya adalah fungsi organik militer. Salah satu dari fungsi organik militer adalah latihan yaitu menyelenggarakan pembinaan latihan perorangan dan satuan dalam rangka pembinaan kemampuan TNI AD yang diatur oleh Undang-Undang. Pada pelaksanaan kegiatan pembinaan latihan tentunya dibutuhkan suatu konsep desain makro pembinaan latihan jangka panjang yang dapat dipedomani dalam rangka mengarahkan pencapaian suatu tingkat kemampuan profesionalisme baik kemampuan dan keterampilan perorangan maupun kemampuan dan keterampilan dalam hubungan satuan. Dalam upaya pencapaian tersebut tentunya akan ditemukan berbagai macam permasalahan yang harus segera dieliminir sehingga seiring dengan berjalannya waktu diharapkan pada masa yang akan datang kualitas latihan semakin meningkat dan dapat menjawab tantangan tugas sebagaimana yang telah diuraikan pada tinjauan dari analisa lingkungan strategis diatas.

    KEBIJAKAN PEMBINAAN LATIHAN. Pembinaan latihan TNI AD diproyeksikan sebagai acuan dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalisme prajurit TNI AD sesuai bidang keterampilannya guna mencapai sasaran dan tugas pokoknya. Dimana sasaran pembinaan latihan itu sendiri adalah meningkatnya kemampuan prajurit TNI AD di Satpur, Satbanpur, Satbanmin, Sat Kewilayahan, Sat Intel dan Sat Markas/Pendukung baik pengetahuan dan keterampilan secara perorangan maupun dalam hubungan satuan dengan mengacu kepada pencapaian tingkat profesionalisme prajurit yang tinggi dalam rangka menghadapi tantangan tugas. Kebijakan pembinaan latihan sebagai prioritas utama dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan satuan jajaran TNI AD dalam pelaksanaan tugas operasi baik dalam rangka OMP maupun OMSP. Adapun Tugas-tugas bidang pembinaan latihan mengacu kepada pokok-pokok

    Jurnal Yudhagama

    6 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 6 01/11/2012 9:08:45

  • kebijaksanaan dan tugas umum pembinaan latihan TNI AD, yang mencakup delapan tugas-tugas esensial. Pertama, meningkatkan profesionalisme prajurit baik secara perorangan sampai dengan satuan, maka setiap pelaksanaan program kegiatan selalu berpedoman pada Proglatsi. Kedua, meningkatkan kepedulian pembinaan latihan di Kotama dan Puscabfung selaku pembina LKT terhadap penyelenggaraan latihan, Sisbinlat maupun penerapan manajemen latihan satuan jajarannya, maka dilaksanakan kegiatan asistensi maupun pengendalian dan pengawasan latihan sebagai upaya untuk menjamin tercapainya tujuan latihan. Ketiga, penyusunan program latihan satuan jajaran TNI AD

    yang dilaksanakan melalui penyeimbangan materi taktik konvensional dan gerilya/lawan gerilya, sesuai dengan dinamika yang berkembang. Keempat, penyelengaraan program yang disesuaikan dengan status satuan tersebut dalam Protita (program tiga tahunan). Kelima, dalam rangka mengatasi keterbatasan dukungan munisi latihan yang dialokasikan kepada prajurit Satpur, Satbanpur, Satbanmin dan Satwil, Satintel maka dikembangkan suatu program latihan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menembak prajurit untuk mencapai nilai minimal 80%. Keenam, untuk meningkatkan kemampuan dan peran Bintara sebagai pelatih di Satuan maka dilaksanakan penataran pelatih khusus untuk prajurit yang berpangkat Bintara bekerja sama dengan USARPAC. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan Perwira dilaksanakan kegiatan penataran tentang tehnik penyelenggaraan latihan. Ketujuh, meningkatkan kerjasama Internasional antara TNI AD dengan Angkatan Darat Negara Sahabat sesuai naskah kesepakatan dan hasil koordinasi berupa penawaran/undangan dari Negara Sahabat dalam rangka memperluas wawasan dan meningkatkan profesionalisme prajurit TNI AD sesuai tingkat jabatan masing-masing. Kedelapan, pembenahan 10 Komponen Latihan untuk meningkatkan profesionalisme para pelatih maupun para prajurit TNI AD.

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 7

    Edisi September Edit.indd 7 01/11/2012 9:08:47

  • Kebijakan-kebijakan Pimpinan Angkatan Darat saat ini khususnya di bidang Pembinaan Latihan terlihat adanya perubahan dukungan anggaran yang sangat signifikan bila dibandingkan dukungan anggaran pada tahun-tahun sebelumnya yakni dukungan anggaran latihan TA. 2011 sebesar Rp. 99.657.567.000,00- sedangkan dukungan anggaran latihan TA 2012 sebesar Rp. 253.216.554.000,00- artinya meningkat sebesar 255,6%. Demikian halnya Kebijakan pada alokasi anggaran Per Program terlihat adanya peningkatan yang signifikan pada Program Peningkatan Profesionalisme Personel Matra Darat yang semula alokasi anggaran pada TA 2011 sebesar Rp 614.835.183.000,00- menjadi Rp. 911.453.526.000,00- atau meningkat sebesar 48%. Diikuti dengan komitmen kebijakan untuk tetap melanjutkan Kebijakan Modernisasi Alutsista TNI AD yang semakin membaik dengan memberikan alokasi anggaran pada Program Modernisasi Alutsista dan non-Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat TA 2012 sebesar Rp. 2.514.069.469.000,00-. Dari uraian diatas terlihat jelas adanya upaya dan perhatian pimpinan Angkatan Darat yang sangat besar di bidang Latihan sehingga sudah seyogyanya Pemetaan atau Desain Makro di bidang Pembinaan Latihan TNI AD yang bersifat jangka panjang segera dirumuskan bersama kearah yang lebih baik dan diharapkan pembangunan Kemampuan Matra Darat yang Tangguh dan Profesional dapat segera diwujudkan. Pada sistem pembinaan Latihan TNI AD diketahui bersama bahwa peranan Latihan adalah membina prajurit agar miliki kemampuan dan keterampilan tertentu untuk mengisi jabatan dan melaksanakan tugas dalam organisasi satuan serta membina kemampuan satuan agar memiliki kesiapan tempur dan kesiapan operasional untuk tugas-tugas pertahanan negara di darat. Beragamnya fungsi tekhnis TNI AD yang diselenggarakan dalam rangka pencapaian tugas pokok TNI AD tentunya memberikan dampak konsekuensi pada pola pembinaan latihan secara menyeluruh.

    Secara umum pola Pembinaan Latihan dalam rangka pembinaan kemampuan perorangan dapat dilakukan dengan menggelar latihan dasar militer namun bila dihadapkan dengan kemampuan dalam hubungan satuan dan sesuai dengan peran dan fungsi tekhnisnya dilapangan penugasan secara umum dan secara khusus pada pelaksanaan pertempuran yang sesungguhnya.

    SASARAN PEMBINAAN KEMAMPUAN. Bila diuraikan kemampuan yang harus dikembangkan sebagaimana yang tercantum dalam Postur TNI AD tahun 2005-2024 maka arah pembinaan latihan jangka panjang TNI AD dalam rangka pemenuhan dan pengembangan kemampuan TNI AD ditujukan pada empat kemampuan pokok, yaitu kemampuan intelijen, kemampuan tempur, kemampuan pembinaan teritorialdan kemampuan dukungan. Pembinaan kemampuan intelijen diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dibidang penyelidikan, pengamanan dan penggalangan. Kemampuan penyelidikan perlu ditingkatkan melalui program-program yang tepat guna meweujudkan kemampuan deteksi dini dan cegah dini yang sampai saat ini masih

    Jurnal Yudhagama

    8 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 8 01/11/2012 9:08:49

  • terkendala oleh keterbatasan materil khusus intelijen yang dimiliki saat ini. Secara umum kemampuan pengamanan telah dimiliki oleh seluruh satuan TNI AD yaitu kemampuan pengamanan dalam rangka pengamanan personel, materiil, berita, dokumen, kegiatan militer, operasi dan obyek vital nasional yang bersifat strategis serta pengamanan terhadap pejabat VVIP dan VIP. Kemampuan penggalangan dan pembentukan opini dalam rangka menciptakan kondisi yang dikehendaki untuk kepentingan TNI dan TNI AD telah dimiliki oleh satuan Intelijen pada setiap tingkat komando, namun kemampuan penggalangan ini secara khusus lebih dikuasai oleh satuan Sandi Yudha Kopassus. Pembinaan kemampuan tempur diarahkan untuk meningkatkan kemampuan satuan pemukul strategis, operasi khusus, Raider, pertahanan wilayah darat, pertahanan udara, Pernika serta Nubika pasif. Satuan Pemukul Strategis diharapkan mampu menyelenggarakan operasi pertahanan tingkat strategis dalam rangka pertahanan negara. Satuan-satuan khusus diharapkan mampu menyelenggarakan pertempuran darat dan operasi intelijen strategis dalam bentuk operasi komando, operasi penanggulangan teror dan operasi sandhi

    yudha. Satuan Raider diharapkan mampu beroperasi di berbagai bentuk medan untuk menghancurkan lawan dengan memanfaatkan unsur pendadakan melalui kemampuan Raid maupun mobil udara yang dimiliki. Kemampuan pertahanan wilayah darat harus dibngun sedemikian rupa sehingga satuan-satuan jajaran TNI AD mampu untuk menyelenggarakan pertahanan wilayah secara cepat, tepat, ulet berdiri sendiri dan berlanjut yang dilaksanakan oleh Komando Kewilayahan dalam rangka pertahanan negara. Satuan pertahaanan udara diharapkan mampu menyelenggarakan pertahanan udara dalam rangka melindungi instalasi strategis dari kemungkinan ancaman serangan udara lawan. Kemampuan Pernika dibangun agar mampu melaksanakan fungsi komando dan pengendalian serta mencegah dan meniadakan gangguan komunikasi dari pihak lawan. Pembinaan kemampuan Nubika pasif diarahkan pada peningkatan kemampuan pengamanan terhadap kemungkinan serangan Nubika lawan. Pembinaan kemampuan Binter dilaksanakan untuk meningkatkan lima kemampuan teritorial. Pertama, kemampuan melaksanakan temu dan lapor cepat tentang kejadian di wilayah, yang bertujuan untuk menciptakan situasi wilayah yang kondusif.

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 9

    Edisi September Edit.indd 9 01/11/2012 9:08:50

  • Kedua, mantapnya kemampuan menyelenggarakan manajemen teritorial di wilayah, sehingga pelaksanaan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat terlaksana secara optimal dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ketiga, kemampuan penguasaan wilayah, yang bertujuan untuk mengetahui potensi wilayah yang dapat digunakan untuk penyiapan kekuatan pertahanan. Keempat, kemampuan pembinaan terhadap masyarakat yang diarahkan pada penyiapan dan penyelenggaraan perlawanan rakyat di wilayah dalam rangka menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelima, kemampuan menyelenggarakan komunikasi sosial dengan seluruh aparatur dan komponen bangsa, dengan tujuan terciptanya kesamaan visi, misi dan interpretasi dalam pemberdayaan wilayah pertahanan dan terciptanya kemanunggalan TNI-Rakyat. Pembinaan kemampuan dukungan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan satuan-satuan dukungan dalam menyelenggarakan fungsi dukungan operasi. Pertama, kemampuan K4I (Komando Kendali Komunikasi Komputerisasi Informasi) yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan menyelenggarakan K4I guna menjamin ketepatan, kecepatan dan kerahasiaan dalam penyelenggaraan pembinaan kekuatan dan penggunaan kekuatan. Selain itu, kemampuan K4I juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas kemampuan Senhub dan Sisinfolahta dalam rangka mendukung K4I Puskodal Mabes TNI AD dan Kotamaops. Kedua, kemampuan kukungan administrasi yang meliputi personel dan administrasi umum yang diarahkan untuk menjamin pelaksanaan pembinaan dan penggunaan kekuatan secara berlanjut, terpadu, terarah, efektif dan efisien dalam suatu keutuhan sistem. Ketiga, kemampuan pembinaan doktrin agar mampu mewujudkan keterpaduan dalam upaya pembinaan dan penggunaan kekuatan. Selain itu, pembinaan doktrin juga diarahkan untuk mencapai kuantitas dan kualitas TNI AD serta menjadi rujukan

    dalam semua bidang kegiatan di jajaran TNI AD sehingga mampu menunjang tugas pokok TNI AD yang berhasil dan berdaya guna. Keempat, penelitian dan pengembangan serta penguasaan Ilpengtek yang diarahkan untuk meningkatkan badan-badan Litbang TNI AD dalam penyelenggaraan pembinaan Ilpengtek serta Litbang guna mewujudkan penataan dan penerapan teknologi di jajaran TNI AD sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Alutsista untuk pemenuhan kebutuhan TNI AD dalam rangka mendukung pertahanan negara. Kelima, kemampuan kualitas lembaga pendidikan dalam rangka meningkatkan profesionalisme prajurit sesuai fungsi dan tugasnya serta tersedianya Alins, sarana dan prasarana serta pelatih yang memadai. Keenam kemampuan survei dan pemetaan yang diprioritaskan pada pemutakhiran data dan revisi peta.

    PEMBINAAN LATIHAN JANGKA PANJANG SESUAI SASARAN PEMBINAAN KEMAMPUAN. Bentuk pembinaan latihan jangka panjang yang dapat menjawab tuntutan dan sasaran pembinaan kemampuan sebagaimana yang telah diuraikan diatas sudah seyogyanya direncanakan secara dini dalam bentuk desain makro pembinaan latihan jangka panjang TNI AD, sehingga secara bertahap tuntutan dan sasaran pembinaan kemampuan tersebut diatas secara realistis dapat diukur dan mendapatkan hasil yang signifikan dalam rangka pencapaian tugas pokok TNI AD secara umum dan khususnya menjawab tuntutan peningkatan kemampuan satuan jajaran TNI Angkatan Darat baik dalam rangka OMP maupun OMSP. Desain Makro pembinaan latihan tersebut harus diarahkan pada skala prioritas pencapaian kemampuan yang diinginkan sesuai dengan besarnya ancaman yang mungkin timbul di suatu wilayah dan prioritas modernisasi Alutsista yang diperlukan menghadapi ancaman di wilayah tersebut, demikian halnya pada dukungan anggaran yang diperlukan disesuaikan dengan prioritas pencapaian

    Jurnal Yudhagama

    10 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 10 01/11/2012 9:08:52

  • kemampuan yang hendak dicapai pada program kerja (Progja) tahun berjalan dan rencana strategis (Renstra) pada periode tersebut. Pada naskah sistem Pembinaan Latihan TNI AD telah diuraikan secara detail mulai dari bagaimana manajemen latihan yakni pentahapan latihan dan siklus latihan baik latihan perorangan maupun satuan, bagaimana program latihan yang distandarisasikan (Proglatsi) yakni dimulai dari pedoman latihan, waktu latihan dan materi latihan yang sajikan, bagaimana spesialisasi jabatan militer (SJM) yakni mulai buku pedoman kelompok jabatan (BPKJ 1-7), struktur kelompok karier, penggunaan SJM, tangungg jawab SJM, uraian kelompok karier dan pelaksanaan SJM, termasuk bagaimana teknik penyelenggaraan latihan (NIKGARLAT) yang harus dipedomani dalam pelaksanaannya yakni macam, methoda dan sifat latihan serta bagaimana bentuk rencana latihannya. Terakhir sampai dengan bagaimana rencana pengendalian dan pengawasan latihan (RENDALWASLAT) telah diatur sedemikian rupa sehingga pencapaian tujuan dan sasaran latihan yang dilaksanakan sesuai tahapan latihan dapat dicapai secara optimal. Desain Makro Binlat yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah program jangka selama 20 tahun serta sasaran-sasaran yang ingin dicapai pada setiap tahapan secara menyeluruh. Adapun sasaran atau

    materi binlat pada pencapaian kemampuan yang diinginkan pada setiap Progja tahunan, Renstra dan RPJP dapat dilihat pada tabel Desain Makro Pembinaan Latihan. Contohnya, salah satu kemampuan yang akan ditingkatkan di bidang tempur adalah PEMUKUL STRATEGI dengan asumsi bahwa bidang pemukul strategi yang perlu menjadi prioritas pertama dalam pembangunan kemampuan yang bermuara pada peningkatan kemampuan perorangan dan satuan serta modernisasi peralatan yang digunakan oleh satuan-satuan pemukul strategi dengan mempertimbangkan urgensi penggunaannya sesuai dengan spesifikasi wilayahnya yang perlu didukung dengan skala prioritas. Satuan pemukul strategi yang berada atau akan berangkat penugasan di wilayah atau daerah rawan tentunya diprioritaskan lebih awal dukungannya dibandingkan yang berada di daerah damai, demikian juga pertimbangannya pada setiap tahapan Renstra sehingga pada rentang waktu jangka panjang (20 tahun) diharapkan pembangunan kemampuan satuan-satuan pemukul strategi sudah terwadahi dengan baik terutama di bidang Pembinaan Latihan.

    PERMASALAHAN YANG DIHADAPI. Pencapaian sasaran program latihan tidak akan optimal manakala para pemangku kepentingan pembinaan latihan tidak mampu menegasi berbagai

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 11

    Edisi September Edit.indd 11 01/11/2012 9:08:53

  • permasalahan klasik yang seringkali ditemukan di lapangan. Pertama, keterpaduan dan integrasi dalam penyusunan program. Azas keterpaduan dan integritas sangat diperlukan dalam memanage latihan terutama dalam skup yang lebih besar sehingga peningkatan kemampuan Matra Darat yang diharapkan dapat dicapai dalam rentang waktu yang relatif lebih singkat. Kedua, kepedulian peran Kotama dalam pelaksanaan Binlat. Panjangnya bentangan dan luasnya wilayah yang menjadi tanggung jawab Kotama serta sulitnya medan yang dihadapi dilapangan menuju dislokasi satuan-satuan yang terpencil memungkinkan timbulnya kelemahan dan kekurangan dalam hal pengawasan dan pengendalian latihan Ketiga, ketepatan pemanfaatan alokasi anggaran. Diperlukan adanya personel Dansat yang mampu berkreatifitas tinggi sehingga alokasi anggaran latihan yang diperuntukan bagi satuannya tidak dimanfaatkan untuk memenuhi kepentingan satuan lainnya. Keempat, kreativitas komandan satuan dalam penyusunan program latihan. Program latihan yang telah disusun dari Komando Atas tentunya menjadi pedoman utama dalam mengembangkan kreatifitas Dansat sehingga program-program latihan dalam satuan yang mengacu pada peningkatan kemampuan yang harus dihadapi dalam program latihan yang sudah disusun tadi dapat diantisipasi sebelum pelaksanaan program tersebut dilaksanakan. Kelima, keterbatasan anggaran dalam memodernisasi Alutsista. Lamanya rentang waktu dimasa lalu yang tidak dibarengi dengan Peremajaan atau Modernisasi Alutsista menyebabkan besarnya alokasi yang disiapkan pada saat ini untuk mengejar ketertinggalan Alutsista. Walaupun demikian adanya keterbatasan anggaran dalam memodernisasi Alutsista bukanlah menjadi suatu alasan pembenaran untuk tidak melakukan sesuatu yang esensial sehingga yang perlu dikembangkan adalah kemauan dan semangat untuk berbuat untuk mengejar ketertinggalan dan meningkatkan mutu latihan. Keenam, kesiapan tenaga pelatih yang berkualitas masih minim. Perlu adanya pemikiran bersama yang komprehensif integral dalam menyikapi sikap mental prajurit yang berada di stara pelaksana, dimana sikap mental prajurit yang tangguh seperti di masa lalu yang syarat dengan penugasan tugas operasi ke daerah konflik sudah semakin sulit kita temukan di lapangan. Prajurit yang dimaksud ini adalah prajurit yang begitu mudahnya semangat patriotik dan disiplinnya kendor setelah sekian lama bergabung dengan rekannya karena terbawa arus pemikiran globalisasi, mereka dengan mudahnya melihat dan membanding prajurit yang setia dan sejati dibandingkan dengan prajurit yang biasa-biasa saja namun hak yang mereka terima sama besar adanya. Oleh karena itu dalam rangka penyiapan tenaga pelatih

    TABE

    L DE

    SAIN

    MAK

    RO P

    EMBN

    INAA

    N L

    ATIH

    AN JA

    NGK

    A PA

    NJA

    NG

    TNI A

    DJurnal Yudhagama

    12 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 12 01/11/2012 9:08:53

  • RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS

    I. Data Pokok.

    1. Nama : Dicky W. Usman, S.IP., M.Si.2. Pangkat/NRP : Mayjen TNI/3. Tempat/Tgl. Lahir : Makassar/28-04-19574. Agama : Islam5. Status : Kawin 6. Sumber Pa/Th : AKABRI/19807. Jabatan : Asrena Kasad

    II. Pendidikan.

    A.Dikbangum.

    1. AKABRI : 19802. Sussarcabzi : 19803. Suslapa Zeni : 19904. Seskoad : 19955. Sesko TNI : 20026. Lemhannas : 2008

    B.LuarNegeri.

    1. Kamboja : 19922. Singapura : 19963. Bosnia : 19974. Malaysia : 19985. Malaysia : 2012

    III.RiwayatPenugasan.

    A.DalamNegeri.

    1. Ops Seroja Tim-Tim : 19782. Ops Seroja Tim-Tim : 19803. Ops Seroja Tim-Tim : 19894. Ops Irja : 19965. Ops Lihkam NAD : 2000

    IV. Riwayat Jabatan.

    1. Danton Denzipur-4 Dam VII/Wrb2. Pa Intel Operasi Denzipur-4 Dam VII/Wrb3. Wadan Denzipur-4 Dam VII/Wrb4. Kasiminkar Bagpers Setditziad5. Wadanyon Zipur-5 Dam V/Brw6. Kasdim-0817/Surabaya Utara7. Kadeptiknikzi Pusdikzi8. Danyon Zipur-2 Kodam II/Swj 9. Dandim-0404 Muara Enim10. Waasrendam II/Swj11. Kasrem 041/Gamas Dam II/Swj12. Irdya Lat Pra Itops Itjen TNI13. Sespri Menkopolhukkam14. Paban III/Manwil15. Wadirziad16. Dirziad17. Asrena Kasad

    yang berkualitas yang masih sangat minim ditemukan di lapangan, diperlukan adanya perhatian yang lebih atau Reward yang lebih baik dan jaminan Karier yang lebih dibanding dengan rekan-rekannya. Ketujuh, rentang waktu dan jarak serta padatnya kegiatan di suatu wilayah menyebabkan penyelenggaraan latihan tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Rentang waktu dan jarak yang jauh dengan dislokasi Markas Komandonya memungkinkan adanya peluang yang dapat digunakan oleh satuan bawah untuk tidak melaksanakan kegiatan latihan dengan baik dan sempurna terlebih jika satuan tersebut juga melaksanakan kegiatan protokoler yang sulit dihindari karena dislokasi dan peran pelayanan yang diperlukann dari keberadaan satuan tersebut. Kedelapan, kepemilikan lahan sarana/prasarana latihan yang ada di satuan-satuan masih ditemukan adanya beberapa kasus belum jelas status hukumnya. Salah satu contohnya lapangan tembak Ambal di

    Kebumen hingga sampai dengan saat ini masih adanya beberapa permasalahan yang digugat oleh masyarakat. Hal demikian seyogya dan harus dilakukan upaya-upaya atau langkah-langkah penyelesaian permasalahan dengan berbagai macam cara yang harus ditempuh sekalipun memakan waktu lama dan membutuhkan dana yang cukup besar. Terlepas dari semua kendala tersebut diatas tentunya setiap prajurit harus sangat memahami bahwa peran pembinaan latihan itu sangat penting sehingga tidak ada kata menyerah atau mundur selangkahpun untuk tidak melaksanakan latihan dengan baik dan benar. Demikian penulisan Desain Makro Pembinaan Latihan Jangka Panjang TNI AD dan Permasalahannya disusun, semoga dapat menjadi bahan masukan bagi satuan dan Komando atas dalam mengambil suatu kebijakan dan keputusan lebih lanjut terutama dalam pembinaan latihan secara menyeluruh.

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 13

    Edisi September Edit.indd 13 01/11/2012 9:08:53

  • SISTEM PENGENDALIAN LATIHAN YANG EFEKTIF DAN IMPLEMENTASINYA

    DI TINGKAT KOTAMA

    Oleh :Mayor Jenderal TNI Dedi Kusnadi Thamim

    (Asops Kasad)

    Pada tahun 2012, pemerintah telah meningkatkan anggaran pertahanan negara sekitar 35%. Sebagian besar anggaran tersebut dialokasikan untuk melakukan peremajaan, modernisasi serta kualitas pemeliharaan dan kesiapan Alutsista TNI termasuk TNI Angkatan Darat didalamnya. Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada HUT Ke-66 TNI tanggal 5 Oktober 2011 di Cilangkap mengatakan: Pada saatnya nanti modernisasi Alutsista, doktrin, organisasi, maupun SDM TNI harus diuji dalam latihan-latihan termasuk dalam latihan gabungan TNI, serta penugasan secara berkelanjutan untuk mewujudkan postur TNI dengan kemampuan penangkalan dan penindakan yang tinggi dan kemampuan melaksanakan tugas-tugas operasional yang efektif. Hal tersebut tentunya selaras dengan motto latihan yaitu: Apa yang akan dilaksanakan itu yang dilatihkan dan apa yang dilatihkan itu pula yang akan diujikan.

    Dalam Rapim TNI Angkatan Darat pada awal tahun 2012, Kepala Staf Angkatan Darat telah mencanangkan tahun 2012 sebagai tahun latihan bagi TNI Angkatan Darat. Sebagai tindak lanjut dari pencanangan tersebut Staf Umum Operasi Angkatan Darat telah menempatkan kegiatan pembinaan latihan sebagai prioritas utama dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan satuan jajaran TNI Angkatan Darat dalam pelaksanaan tugas operasi, baik dalam rangka OMP maupun OMSP. Selama tahun 2012 TNI Angkatan Darat telah menyelenggarakan berbagai kegiatan latihan mulai dari tingkat latihan perorangan sampai dengan latihan satuan setingkat Batalyon dan puncaknya pada bulan September 2012 diselenggarakan latihan antar kecabangan tingkat Brigade. Dengan demikian, latihan yang diprogramkan dalam TA. 2012 diharapkan mampu meningkatkan profesionalisme prajurit dalam mencapai tingkat kesiapan operasional satuan yang tinggi. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama khususnya para pembina latihan di satuan dalam menjamin terlaksananya seluruh program latihan, sehingga berjalan dengan baik dan efektif sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Pimpinan TNI Angkatan Darat. Tingkat kesiapan operasional yang tinggi bagi satuan di jajaran TNI Angkatan Darat khususnya di tingkat Kotama selaku kompartemen strategis dan seluruh satuan yang termasuk dalam komandonya merupakan konsekuensi logis yang harus dipenuhi. Realitas menunjukkan bahwa kesiapan operasional satuan sangat dipengaruhi oleh kondisi kekuatan dan kemampuan satuan yang diimplementasikan melalui penyelenggaraan latihan yang terarah, terukur, dan berorientasi kepada tugas pokok. Ironisnya, penyelenggaraan latihan yang dilaksanakan saat ini masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan. Bila dibiarkan, kondisi tersebut dapat mendorong timbulnya hal-hal yang bersifat kontraproduktif terhadap pelaksanaan tugas pokok satuan itu sendiri. Guna menyikapi permasalahan tersebut serta

    Jurnal Yudhagama

    14 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 14 01/11/2012 9:08:54

  • tercapainya sistem pengendalian latihan yang efektif oleh setiap tataran kewenangan satuan khususnya di tingkat Kotama, perlu dirumuskan acuan yang benar dalam pembinaan latihan di lingkungan TNI Angkatan Darat, diantaranya dengan mengoptimalkan sistem pengendalian latihan dan implementasinya di tingkat Kotama. Pertanyaannya adalah: Bagaimana meningkatkan sistem pengendalian latihan yang efektif dan implementasinya di tingkat Kotama? Pembinaan latihan merupakan suatu usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam merencanakan dan menyusun program latihan, mengelola sumber daya latihan dan mengatur serta mengendalikan kegiatan latihan yang dilakukan para pembina latihan untuk mencapai tingkat kesiapan operasional satuan dalam melaksanakan tugas-tugas operasi peperangan di darat. Salah satu fungsi dalam manajemen latihan adalah pengawasan dan pengendalian latihan yang merupakan rangkaian kegiatan untuk menjamin tercapainya tujuan latihan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pengawasan dan pengendalian latihan merupakan satu rangkaian kegiatan yang saling terkait dengan maksud untuk mengetahui sejauhmana latihan dapat dilaksanakan disertai hasil latihan yang dapat diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengawasan yang seksama dan pengendalian yang baik dari semua eselon akan mempermudah pimpinan menentukan kebijaksanaan

    latihan satuan pada tahun yang akan datang. Dalam melaksanakan pengendalian latihan para pejabat sebagai pembina latihan perlu memedomani langkah-langkah dalam penyelenggaraan latihan meliputi tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pengawasan dan pengendalian. Pada tahap perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan wewenang latihan ada pada Kotama, sedangkan tahap pengarahan dan pengawasan pengendalian latihan wewenang ada pada Kotama dan pada Puscab/Fung/Dit selaku LKT (Sumber: Bujukmin tentang Garlat). Oleh karena itu, agar fungsi pengawasan dan pengendalian dapat terlaksana secara optimal sesuai dengan tataran kewenangan dan kebijaksanaan pimpinan TNI Angkatan Darat, maka setiap pembina latihan perlu memedomani ketentuan umum yang meliputi tujuan, sasaran, sifat, peranan, pengorganisasian, tugas dan tanggung jawab, persyaratan personel, teknik, metode, obyek, bentuk dan prosedur, serta alat perlengkapan dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian latihan. Implementasi pengawasan dan pengendalian latihan yang dilaksanakan oleh satuan di tingkat Kotama saat ini masih belum berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan karena: Pertama, keterbatasan kemampuan pembina latihan dalam menyusun program latihan, sehingga penyusunan rencana program latihan yang bersifat bottom up di tingkat Kotama belum selaras dengan program latihan dari komando atas. Kedua, penyelenggaraan latihan yang dibuat dalam program kerja satuan masih belum sepenuhnya mengacu pada program latihan standardisasi yang disebabkan karena adanya dinamika penugasan, sehingga kemampuan standardisasi satuan belum semua dapat tercapai. Ketiga, sarana dan prasarana latihan yang dimiliki oleh masing-masing satuan TNI Angkatan Darat khususnya di tingkat Kotama masih terbatas baik kualitas maupun kuantitas, sehingga

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 15

    Edisi September Edit.indd 15 01/11/2012 9:08:58

  • berpengaruh terhadap pelaksanaan latihan itu sendiri. Keempat, pengawasan dan pengendalian latihan pada level komandan satuan selaku pembina latihan belum dilaksanakan dengan optimal. Kelima, evaluasi latihan yang terdiri dari pencatatan dan laporan masih sering diabaikan dan berupaya menutupi kelemahan, sehingga penyelenggaraan latihan tidak dapat dievaluasi dengan baik dan benar. Keberhasilan dalam pelaksanaan pengawasan dan pengendalian latihan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: Pertama, kemampuan personel yang tergabung dalam Tim Wasdallat memiliki pemahaman tentang penyelenggaraan latihan, sehingga tidak sekedar melaksanakan program Wasdallat saja. Kedua, dislokasi satuan yang tersebar dihadapkan pada besaran anggaran Wasdallat yang terbatas menyebabkan tidak seluruh satuan dapat dijadikan sasaran Wasdallat.

    Ketiga, dukungan anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan pengawasan dan pengendalian latihan tidak tepat waktu, sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan Wasdallat itu sendiri. Keempat, terbatasnya referensi dan buku-buku petunjuk tentang pedoman pengawasan dan pengendalian latihan menjadi kendala dalam melaksanakan tugas pengendalian latihan. Dengan demikian, pengawasan dan pengendalian latihan perlu dilaksanakan dengan efektif oleh seluruh komandan satuan maupun pembina latihan dalam mencapai keberhasilan pada setiap penyelenggaraan latihan. Untuk mengefektifkan kegiatan pengendalian latihan yang dilakukan oleh Kotama, maka diperlukan penyamaan persepsi sebagai pembina latihan terhadap implementasi kegiatan pengawasan dan pengendalian latihan. Berdasarkan Buku Petunjuk Administrasi tentang Penyelenggaraan Latihan disebutkan bahwa Pengawasan latihan adalah kegiatan untuk mengawasi berlangsungnya penyelenggaraan latihan terhadap penyelenggara, pelaku, sarana dan prasarana, serta metode dan perangkat latihan lain yang digunakan. Sedangkan Pengendalian Latihan adalah suatu proses tindakan oleh penyelenggara latihan atau pejabat yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan latihan untuk mengarahkan/memengaruhi jalannya latihan dengan metode dan perangkat tertentu agar latihan dapat berlangsung sesuai skenario yang direncanakan. Kesemua itu bertujuan untuk : Pertama, mewujudkan

    Untukmengefektifkankegiatanpengendalianlatihanyang

    dilakukan oleh Kotama, maka diperlukanpenyamaanpersepsikitasebagaipembinalatihanterhadapimplementasikegiatanpengawasan

    danpengendalianlatihan.

    Jurnal Yudhagama

    16 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 16 01/11/2012 9:09:04

  • keselarasan antara program latihan yang ditetapkan dengan penyelenggaraan latihan. Kedua, ketepatan dalam menerapkan sistem dan metode latihan yang ditentukan. Ketiga, ketepatan penggunaan teknik, taktik, dan prosedur operasi sesuai kecabangan/fungsi. Keempat, menghindari kesalahan dalam teknik penyelenggaraan latihan. Adapun obyeknya terdiri dari: Piranti lunak yang berhubungan dengan latihan, program latihan, sistem dan metode latihan, penyelenggara dan pelaku latihan, mekanisme dan realisme latihan, taktik dan teknik sesuai kecabangan, produk latihan, Sarpras latihan, dan anggaran latihan. Upaya untuk mengefektifkan Pengendalian Latihan diperlukan suatu alat pengendalian latihan, baik secara

    lampiran Sprin Pangkotama serta petunjuk latihan diterbitkan oleh Komando dibawah Kotama. Ketiga, Rencana Garis Besar Latihan diterbitkan oleh Komando latihan memuat hal-hal secara garis besar tentang pelaksanaan latihan dan merupakan hal-hal yang harus dikembangkan oleh staf perancang latihan. Keempat, Naskah Latihan, produk komando latihan secara lengkap sebagai panduan penyelenggaraan latihan bagi penyelenggara maupun pelaku tingkat Batalyon ke atas. Kelima, Rencana Lapangan, produk komando latihan memuat segala kebutuhan dan pekerjaan di lapangan yang dibuat oleh koordinator materi latihan. Keenam, Pencatatan Hasil Latihan, produk penyelenggara latihan sebagai bahan penyusun laporan latihan. Ketujuh,

    administratif (tertulis) maupun secara operasional (kegiatan). Pengendalian Administratif merupakan pengendalian latihan tertulis terhadap hal-hal yang menyangkut administrasi untuk dapat mendukung penyelenggaraan latihan yang meliputi: Pertama, Program Latihan sebagai salah satu sarana pengendalian yang memuat kegiatan, waktu dan dana serta menjadi pedoman utama bagi seluruh penyelenggaraan latihan di satuan. Kedua, Direktif Latihan meliputi direktif latihan Kasad, diterbitkan tersendiri sebagai lampiran Sprin Kasad, dan direktif latihan Pangkotama ditujukan kepada Komando penyelenggara latihan sebagai

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 17

    Edisi September Edit.indd 17 01/11/2012 9:09:09

  • Laporan Latihan, produk komando latihan yang berisi hasil penyelenggaraan latihan atau disebut dengan Buku III dan merupakan objek pengamatan tidak langsung oleh komando atasan penyelenggara untuk mengendalikan mutu latihan selanjutnya. PengendalianOperasional dilaksanakan pada saat berlangsungnya pelaksanaan latihan agar latihan dapat berjalan sesuai rencana dan skenario yang ditetapkan. Penanggung jawab latihan atau Komandan Latihan/Direktur Latihan dapat mengarahkan dan memengaruhi jalannya latihan dengan berbagai cara antara lain: Pertama, teguran dan pujian yang dilakukan pimpinan secara langsung di lapangan terhadap penyimpangan dan keberhasilan latihan yang dilaksanakan, biasanya

    cara ini sangat efektif untuk membangkitkan motivasi peserta latihan agar berbuat lebih baik. Kedua, rapat latihan secara periodik dalam tahun anggaran berjalan melalui forum Wandiklat (Rapim, Raker maupun Rakornis) atau bersifat situasional sesuai kebutuhan, termasuk paparan-paparan dengan tujuan membahas rencana latihan tahunan, mengevaluasi hasil latihan yang telah dilaksanakan, memberikan pengarahan tentang pelaksanaan latihan yang akan datang. Ketiga, konsultasi untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh komando bawahan dalam penyelenggaraan latihan. Keempat, perwasitan dan pengendalian latihan yang diberikan oleh Wasit dan pengendali latihan untuk memengaruhi kegiatan pelaku agar sesuai skenario

    Jurnal Yudhagama

    18 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 18 01/11/2012 9:09:12

  • RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS

    I. Data Pokok.

    1. Nama : Dedi Kusnadi Thamim2. Pangkat/NRP : Mayjen TNI/295893. Tempat/Tgl. Lahir : Bandung/31-08-19584. Agama : Islam5. Status : Kawin 6. Sumber Pa/Th : AKABRI/19837. Jabatan : Asops Kasad

    II. Pendidikan.

    A.Dikbangum.

    1. AKABRI : 19832. Diklapa II/Inf : 19923. Seskoad : 19994. Sesko TNI : 20035. Lemhannas : 2009

    B.Dikbangspes.

    1. Sus Sar Para : 19822. Sussarcab Inf : 19823. Sus Danki : 19864. Suslapa I/Inf : 19895. Sus Danyonif : 1997 6. Sus Danrem : 2007

    III.RiwayatPenugasan.

    A.DalamNegeri.

    1. Ops Tim-Tim : 19842. Ops Tim-Tim : 19903. Ops Tim-Tim : 1999

    IV. Riwayat Jabatan.

    1. Danton Ban/C Yonif Linud-7002. Danton-1/C Yonif Linud-7003. Danton-1/B Yonif Linud-7004. Dankipan A Yonif Linud-7005. Kasi-2/Ops Yonif Linud-7006. PS Wadan Yonif-5217. Wadan Yonif-5218. Kasdim-0821/Lumajang 9. Danyonif-521 Rem-083/BDJ10. Pamen Kodam V/Brw11. Kabag Dikbangum Pussenif12. Kasbrigif-1/PIK/JS Dam Jaya13. Danbrigif-1/PIK/JS Dam Jaya14. Asops Kasdam Jaya15. Danrem-163/WS Dam IX/Udy16. Pamen Mabesad (Dik)17. Irdam VII/Wrb18. Sekretaris Pussenif19. Pati Ahli Kasad Bid Jemen20. Kasdam IV/Dip21. Danpussenif22. Asops Kasad

    latihan yang telah dirancang, sedangkan pengendali berfungsi atas dasar informasi yang diberikan oleh Wasit. Guna menjamin terselenggaranya seluruh kegiatan pengendalian latihan yang dilakukan oleh pembinaan latihan berjalan sesuai dengan harapan, maka diperlukan beberapa hal. Pertama, keterpaduan dan integrasi dalam penyusunan program. Kedua, peningkatan dan kepedulian peran Kotama dalam pelaksanaan Pembinaan Latihan. Ketiga, ketepatan pemanfaatan alokasi anggaran. Keempat, kreatifitas para Komandan satuan dalam penyusunan program latihan dan penyelenggaraan latihan di satuan. Kelima, menghindari terjadinya kerugian personel dalam setiap pelaksanaan latihan. Keenam, tidak mengalihkan alokasi dukungan program latihan satuan tanpa persetujuan pimpinan TNI AD.

    Dari uraian tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hasil akhir suatu upaya pengendalian latihan yang efektif sangat ditentukan oleh para Pembina latihan di satuan, sekalipun rencana telah disusun secara baik dan persiapan sudah dilakukan secara matang namun apabila pelaksanaannya menyimpang dan tidak terkendali akan menghasilkan sesuatu di luar ketentuan yang sudah digariskan oleh komando atas. Dengan demikian, sistem pengendalian latihan yang efektif melalui pengendalian latihan secara administratif dan operasional merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam mengoptimalkan pembinaan latihan di satuan jajaran TNI AD. Oleh karenanya sistem pengendalian latihan tersebut harus di implementasikan oleh Kotama dengan sungguh-sungguh sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan/digariskan oleh Komando Atas.

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 19

    Edisi September Edit.indd 19 01/11/2012 9:09:12

  • Oleh : Mayor Jenderal TNI M. Nasir

    (Danpussenif Kodiklat TNI AD)

    MENGGAGAS FORMULASI KETERPADUAN# GUNA MENYINERGIKAN

    KEKUATAN KECABANGAN TNI AD DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBINAAN LATIHAN ANTAR KECABANGAN

    # Formulasi keterpaduan yang dimaksud dalam judul tulisan ini lebih pada pemahaman keterpaduan kecabangan TNI AD sehingga diperlukan suatu rumusan formulasi keterpaduan, sedangkan definisi keterpaduan. Dapat dilihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemendiknas RI terbitan Balai Pustaka tahun 2008 hal 810 esensi dari keterpaduan; sudah padu, disatukan, dilebur menjadi satu, kompak, sudah bercampur dan menjadi satu, utuh dan kuat.

    PENDAHULUAN. Seperti halnya esensi kebijakan Kasad bahwa tahun ini adalah tahun latihan dan latihan harus realistis sesuai dengan medan operasi sesungguhnya. memberikan semangat baru untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru yang cerdas dan bijak untuk mendukung perwujudan profesionalitas prajurit TNI AD. Konsekuensi logis sebagai alat pertahanan negara di darat, TNI AD dituntut untuk selalu siap menghadap tantangan tugas ke depan, sehingga latihan merupakan

    salah satu hal mendasar yang terus dilakukan dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan perubahan zaman. Latihan yang berkesinambungan sebagai upaya kolektif dalam penyiapan dini perwujudan kekuatan TNI AD yang handal untuk selalu siap dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. TNI AD bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan Negara di darat, mempertahankan keutuhan wilayah dan melindungi keselamatan bangsa serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diselenggarakan melalui pola OMP dan OMSP yang didasarkan atas kebijakan dan keputusan politik negara1. Untuk melindungi kepentingan nasional suatu Negara, diperlukan perwujudan kekuatan pertahanan yang tangguh dan handal. Perwujudan pembangunan kekuatan TNI AD merupakan prasyarat utama dan mutlak untuk disiapkan bagi terlaksananya tugas pokok TNI AD, dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman secara efektif. Mengacu kepada semboyan Si Vis Pacem Para Bellum, kalau menginginkan perdamaian maka harus bersiap berperang2. Filosofis tersebut memberikan makna perlunya melakukan berbagai pembangunan kekuatan secara komprehensif untuk mempersiapkan secara dini perwujudan kekuatan militer yang handal agar mampu menjaga kepentingan nasional dan merespon berbagai bentuk ancaman. Fenomena kekinian seperti yang dikemukakan dalam berbagai literatur tentang teori generasi peperangan, bahwa abad ke-21 merupakan era peperangan generasi keempat (4GW)3 yang bertumpu pada ruang tempur (battlespace) dan meninggalkan pendekatan medan tempur (battlefield), karateristik perang menjadi sedemikian kompleks dan bersifat multi dimensional dan sulit diprediksi. Berbagai bentuk perang kekinian tidak lagi bersifat simetris namun lebih pada pola asimetris dan tidak selalu konvensional dengan menggunakan cara-cara yang bersifat regular, dan juga tidak linier. Potret model pola peperangan tersebut menjadikan hal penting artinya untuk digunakan sebagai critical review bagi satuan-satuan Infanteri khususnya

    Jurnal Yudhagama

    20 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 20 01/11/2012 9:09:13

  • dan seluruh satuan jajaran TNI AD, untuk merevisi, mereaktualisasikan kembali serta meredifinisi berbagai pengembangan taktik dan teknik bertempur yang ada pada, doktrin, strategi, taktik maupun berbagai Juklak dan sebagainya. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membawa berbagai perubahan perkembangan lingkungan strategis yang semakin dinamis. Pada aspek realitas hakekat ancaman militer kedepan akan semakin kompleks, tidak pernah tunggal melainkan jamak dan bersifat multidimensional serta sedemikian sulit diprediksi, maka penanganannyapun harus mencerminkan interoperabilitas yang tinggi. Respon berbagai negara di dunia menyikapi perubahan karateristik bentuk ancaman di abad ke-21, dengan mengembangkan RMA (Revolution in Millitary Affairs)4 dalam rangka penyesuaian terhadap perubahan pola peperangan modern (modern warfare) yang sekaligus merubah karakteristik perang di masa mendatang. Walaupun perang bukan pilihan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan antar negara, namun demikian pembangunan kekuatan militer di dunia tetap menonjol mengingat kekuatan militer merupakan bagian dari alat diplomasi. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan George Friedman yang memformulasikan prediksi masa depan, mengatakan bahwa; masa depan kekuatan ekonomi Negara ditentukan oleh kekuatan pertahanan Negara, tetapi kekuatan ekonomi yang tangguh dalam jangka panjang ditentukan oleh seberapa tangguh kekuatan militernya5. Seperti Negara; Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, China, Korea Selatan dan Jepang, bukan saja negara-negara yang kuat secara ekonomi, melainkan juga kuat dan canggih secara militer. Kekuatan militer yang modern tersebut diimbangi dengan kualitas SDM, Alutsista, strategi, hingga sistem pendidikan militernya yang modern dan profesional. Pengembangan teknologi militer negara-negara tersebut terus dimodernisasikan untuk mampu mengimbangi berbagai trend kemajuan zaman. Mencermati fenomena kekinian tersebut tentu saja keberadaan TNI AD tidak serta merta mengikuti berbagai pengembangan model RMA yang dilakukan di belahan dunia. TNI AD lebih mengedepankan pada perwujudan SDM berkualitas, seperti yang saat ini berjalan proses kaji ulang pembinaan personel, dan perlunya proses kaji ulang kesinambungan pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan yang menyinergikan kecabangan TNI AD. Kekuatan utama TNI AD terletak pada profesionalitas, soliditas dan kualitas prajurit TNI AD serta kedekatannya dengan rakyat, maka peran sumber daya manusia dalam pembinaan TNI AD bersifat mutlak, karena bagaimanapun keberhasilan

    atau kegagalan pembinaan kekuatan dan kemampuan TNI AD diantaranya ditentukan oleh kualitas personel.6 Sejalan pengembangan perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD yang tentunya perlu di awaki oleh SDM prajurit berkualitas yang antara lain dilahirkan dari perwujudan kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD yang modern dan mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Format modern dalam pembahasan ini lebih pada meninggalkan kebiasaan lama seperti: bersama untuk meninggalkan pemikiran-pemikiran primodial korps, yang hanya membanggakan korps, namun tidak jelas apa yang dibanggakannya. Pengembangan taktik dan teknik bertempur kedepan, tidak lagi membenarkan kebiasaan yang berorientasi pada pola peperangan lama dan sudah ditinggalkan oleh negara di dunia. Namun mindset ke depan adalah membiasakan penggunaan taktik dan strategi yang benar dan sesuai dengan fenomena kekinian. Hal sensitif lainnya yang perlu ditinggalkan adalah adanya pemikiran yang masih bersifat linier dan regular. Pemikiran kedepan tidak terbelenggu dengan pola peperangan masa lalu dan keraguan untuk berubah perlu ditinggalkan. Kedepan menjadi penting untuk mengembangkan formulasi berbagai aspek keterpaduan yang mampu mensinergikan kecabangan TNI AD dalam mengoptimalkan pencapaian tugas. Dalam kondisi seperti itu, pembangunan kekuatan pokok minimum TNI AD tahun 2010-2029 merupakan langkah yang paling relevan untuk diimplementasikan secara berkesinambungan dan konsisten, untuk mewujudkan kemampuan TNI AD yang memiliki efek tangkal terhadap berbagai bentuk ancaman yang mungkin timbul pada masa mendatang.7 Respon terhadap hal tersebut secara bertahap TNI AD melakukan modernisasi Alutsista serta perlengkapan dan persenjataan perorangannya. Tentu saja perlu juga diimbangi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempurnya secara bersinergi. Sinergitas

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 21

    Edisi September Edit.indd 21 01/11/2012 9:09:13

  • kekuatan kecabangan perlu dikembangkan, salah satu hal mendasarnya adalah memformulasikan berbagai aspek keterpaduan yang akan mewujudkan kekuatan kecabangan TNI AD mampu bersinergi secara optimal, yang akan meningkatkan kualitas berbagai model latihan antar kecabangan, yang merupakan latihan puncak TNI AD kedepan. Sebagai salah satu contoh pada konteks pertempuran sampai saat ini kita mengenal sistem yang menterpadukan tembakan yang disebut dengan Korbantem (Koordinasi Bantuan Tembakan). Sedemikian sederhananya rumusan tersebut, sehingga mekanisme Korbantem hampir dilupakan, pada lingkup pendidikan dan latihan bukan menjadi hal menarik untuk dikemukakan dan dilatihkan. Pengembangan berbagai program pendidikan dan latihan saat ini Korbantem kurang dikembangkan. Konsekuensi logis dengan pengembangan modernisasi Alutsista TNI AD saat ini yang secara bertahap akan semakin modern, maka format Korbantem penting artinya untuk terus dikembangkan dan dilatihkan. Tentu saja perlu juga diarahkan secara berkesinambungan dalam pengembangan siklus latihannya yang menyinergikan kecabangan, dengan tidak harus menunggu sampai pada waktu pelaksanaan latihan antar kecabangan TNI AD yang dijadikan sebagai latihan puncak TNI AD. Dalam upaya meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD perlu dijembatani melalui perwujudan berbagai aspek keterpaduan yang berkesinambungan dan konsisten antara pola pembinaan pendidikan yang mencerminkan kecabangan TNI AD dengan pola pembinaan latihan TNI AD ke depan. Perwujudan kekuatan sinergitas kecabangan TNI AD yang tangguh dan berdaya tangkal tinggi, diperlukan komitmen bersama untuk mewujudkannya. Berbagai aspek keterpaduan yang saat ini belum diformulasikan secara utuh sehingga perlu untuk dirumuskan secara bijak dan cerdas sebagai bagian dari upaya kolektif untuk mengakomodasi berbagai kepentingan kecabangan TNI AD. Keberadaan 15 kecabangan TNI AD ke depan dapatnya bersinergi dan saling mendukung serta bekerjasama secara maksimal, efektif, efisien dan berdaya guna, serta mampu menjembatani berbagai kepentingan dalam mewujudkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD.

    MaksuddanTujuan. Tulisan ini dimaksudkan memberikan gambaran sekilas tentang pentingnya formulasi berbagai aspek keterpaduan guna mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD yang merupakan latihan puncak TNI AD. Tujuan tulisan ini untuk memberikan solusi alternatif dalam

    merumuskan formulasi keterpaduan yang tepat, cerdas dan bijak untuk menjembatani perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD kedepan yang mampu merespon berbagai bentuk ancaman.

    LingkupBahasan. Penggunaan terminologi formulasi keterpaduan pada lingkup bahasan ini, lebih pada pemikiran berbagai upaya menggagas formulasi berbagai aspek keterpaduan untuk mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD secara optimal, sebagai prasyarat utama dan mutlak dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan yang menjadi latihan puncak TNI AD. Adapun lingkup bahasannya lebih pada potret sinergitas kecabangan TNI AD dan pentingnya formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek untuk mampu mewujudkannya, yang merupakan upaya kolektif dalam meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan kedepan.

    POTRET SINERGITAS KECABANGAN TNI AD. Mencermati berbagai fenomena kekinian tersebut, pentingnya mewujudkan latihan antar kecabangan TNI AD yang berkualitas dan realistis, yang merupakan kesiapan dini kekuatan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Untuk mewujudkannya ada hal sensitif yang menjadi pertanyaan yaitu; formulasi keterpaduan apa yang mampu menjembatani perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak untuk mewujudkan latihan antar kecabangan TNI AD yang berkualitas dan realistis ?..... tentu saja perlu diletakkan kembali secara cerdas dan bijak dengan berbagai upaya kolektif untuk mampu merespon dan menyikapinya. Respon untuk menyikapi fenomena kekinian dengan berubahnya karateristik bentuk ancaman di abad ke-21 yang bersifat multidimensional menuntut kehadiran kualitas SDM yang cerdas dan profesional.

    Jurnal Yudhagama

    22 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 22 01/11/2012 9:09:14

  • Hal tersebut harus diawali melalui penataan kembali secara berkesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan antar kecabangan. Implementasi kesinambungan pola pembinaan pendidikan dan pembinaan latihan dalam perspektif sinergitas antar kecabangan TNI AD saat ini, belum optimal dan belum berkesinambungan dalam menjembatani kepentingan sinergitas kecabangan tersebut. Pola pembinaan pendidikan yang mencerminkan sinergitas kecabangan belum ada, masih lebih didominasi pada tataran kecabangan masing-masing. Pada strata pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan belum dirancang suatu pendidikan ataupun kursus yang menyinergikan kecabangan TNI AD dalam berbagai materi yang belum dikembangkan seperti Korbantem, komunikasi terpadu, penyelenggaraan dukungan terpadu, Nikgarlat Ancab, serta berbagai hal lainnya yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Pada pengembangan siklus pembinaan latihan TNI AD, belum terlihat adanya kreatifitas dan inovasi cerdas terhadap perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD, masih menggunakan siklus pembinaan latihan rutinitas setiap tahun anggaran, yaitu rentang waktu yang terlalu lama untuk masuk pada program latihan antar kecabangan yang merupakan latihan puncak TNI AD. Tidak adanya program materi latihan yang mensinergikan kecabangan sebagai latihan awal yang menjembataninya. Potret program latihan masih bersifat rutinitas, belum mengembangkan kepentingan sinergitas kecabangan seperti berbagai bentuk olah yudha dengan diskusi, geladi peta, geladi model, geladi medan maupun geladi posko masih mengedepankan kecabangan masing-masing. Model latihan masih mengedepankan berbagai asesoris bahkan lebih pada untuk penyiapan kepentingan protokoler peninjauan latihan, sehingga mengorbankan realisme latihan. Berbagai Bujuklap TNI AD tentang berbagai taktik dan teknik bertempur belum diakomodasikan untuk kepentingan sinergitas kecabangan lainnya, masih lebih didominasi pada satu kecabangan saja. Demikian juga pada mekanisme proses pengesahan suatu produk atau Buku Petunjuk Lapangan, yang di kenal dengan model UT (Uji Teori) belum dikembangkan kreatifitas dan inovasi baru untuk mencerminkan sinergitas kecabangan. Format baku pada tataran UT I, II dan III belum optimal untuk mewadahi pencapaian sinergitas kecabangan TNI AD. UT pada tahap awal belum menjadi wadah sebagai forum diskusi olah yudha yang mensinergikan kecabangan TNI AD. Belum dikembangkan model olah yudha dalam UT antar kecabangan melalui TFG (Tactical Floor Game). Model UT yang larut dengan debat kusir tanggapan, sehingga terjadi UT sudah sampai tingkat

    pusat dapat mentah kembali, artinya proses UT belum optimal mensinergikan kecabangan. Hal tersebut mencerminkan masih mengedepankan kebiasaan lama pada saat melakukan olah yudha dengan sebutan prememori atau diasumsikan peran kecabangan. Kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD belum mencerminkan sinergitas kecabangan secara optimal. Belum adanya formulasi yang tepat dalam mewujudkan berbagai aspek keterpaduan yang dapat digunakan sebagai perekat dalam upaya mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Perwujudan sinergitas kecabangan belum sepenuhnya terpelihara dan teruji dengan baik melalui wadah latihan antar kecabangan yang dijadikan sebagai latihan puncak TNI AD. Pola pembinaan latihan yang dikembangkan saat ini, belum diimbangi dengan berbagai kesiapan peranti lunak yang up to date untuk mampu mengoptimalkan perwujudan berbagai model organisasi BTP (Batalyon Tim Pertempuran) dan juga tingkat Brigade bahkan dapat dikembangkan sampai pada tingkat Divisi. Format latihan antar kecabangan sampai saat ini masih merupakan bentuk Latihan Puncak TNI AD yang mewadahi kerjasama antar kecabangan meliputi Satpur, Banpur, Satter dan Banmin dan diujicoba kemampuan dan sinergitasnya dalam wadah latihan antar kecabangan merupakan tahapan tertinggi dalam siklus pembinaan latihan TNI AD yang diterapkan sampai saat ini. Bertahap, bertingkat dan berlanjut merupakan format yang dikemas dalam sistem pembinaan latihan TNI AD. Hal tersebut menunjukan strata pembinaan latihan sampai dengan strata tertinggi yaitu latihan antar kecabangan TNI AD. Mencermati format siklus pembinaan latihan TNI AD tersebut memberikan gambaran bahwa efektifitas waktu untuk menuju sinergitas kecabangan TNI AD yang dikemas pada latihan puncak TNI AD tersebut, masih membutuhkan waktu sedemikian lama dan belum dijembatani oleh berbagai aspek keterpaduan kecabangan yang mengantarnya. Alokasi waktu latihan dalam wadah latihan antar kecabangan TNI AD sedemikian singkat dengan berbagai materi, sehingga perlu dijembatani sebelumnya dengan berbagai aspek keterpaduan. Respon untuk menyikapi kebijakan Kasad bahwa tahun ini adalah tahun latihan dan latihan harus

    Model latihan masih mengedepankan berbagai asesoris bahkan lebih

    pada untuk penyiapan kepentingan protokoler peninjauan latihan, sehingga

    mengorbankan realisme latihan.

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 23

    Edisi September Edit.indd 23 01/11/2012 9:09:14

  • realistis sesuai dengan medan operasi sesungguhnya. Memberikan semangat baru untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi-inovasi baru yang cerdas dan bijak untuk mendukung perwujudan profesionalitas prajurit TNI AD. Belum adanya kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pembinaan latihan yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD, akan sangat berpengaruh terhadap kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD kedepan. TNI AD tidak dapat terlepas dari kebijakan pertahanan negara tentang postur pertahanan negara yang mensinergikan antara kekuatan pertahanan militer dengan kekuatan pertahanan nir militer8, sehingga pada aspek militer respon TNI AD untuk menyikapi berbagai bentuk ancaman tidak dapat diatasi dengan mengedepankan hanya satu kecabangan semata. Hal tersebut menuntut sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman kedepan. Pada kepentingan TNI AD dalam mendesain pertahanan darat, yang saat ini secara bertahap dan berkelanjutan telah melakukan berbagai transformasi mengembangkan doktrin, strategi dan taktik dengan mordenisasi Alutsista TNI AD. Keberadaan 15 kecabangan TNI AD akan bersinergi secara optimal apabila adanya rumusan formulasi keterpaduan, untuk dapat diwujudkan secara berkesinambungan dan konsisten. Formulasi berbagai aspek keterpaduan ini belum diletakkan sebagai hal prioritas dalam mewujudkan sinergitas kecabangan, dikarenakan tidak akan pernah terjadi suatu pertempuran hanya mengedepankan satu kecabangan. Kekuatan kecabangan TNI AD belum sepenuhnya bersinergi secara optimal dapat saling bekerjasama dan saling mendukung baik dalam keadaan damai maupun dalam suatu pertempuran serta belum mengembangkan dan memformulasikan berbagai aspek keterpaduan kecabangan TNI AD. Pembangunan kekuatan TNI AD dititikberatkan pada keterpaduan 15 kecabangan TNI AD untuk dapat bersinergi dan saling mendukung secara maksimal. Kapabilitas dan struktur kecabangan TNI AD dapatnya mencerminkan keterpaduan antar kecabangan TNI AD. Belum adanya rumusan formulasi keterpaduan yang menjadikan perekat untuk mewujudkan menyinergikan kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dalam menjembatani dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD. Potret pola pembinan penyiapan dini masih mengedepankan kecabangan secara mandiri dan selanjutnya bertemu pada latihan puncak antar kecabangan TNI AD, belum disinergikan dengan berbagai aspek keterpaduan yang mampu menjembatani

    perwujudan sinergitas tersebut. Belum adanya formulasi keterpaduan tersebut akan menjadikan kecabangan TNI AD belum optimal bersinergi, saling mendukung dan bekerjasama secara efektif, efisien dan berdaya guna. Kemajuan IPTEK serta perubahan karateristik bentuk ancaman abad ke-21, perlu direspon dan disikapi bersama melalui penyamaan persepsi pentingnya formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek. Tidaklah berlebihan perwujudan sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD akan meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD, yang merupakan cerminan kekuatan TNI AD yang profesional dan proporsional untuk siap menghadapi berbagai bentuk ancaman terhadap NKRI kedepan.

    PENTINGNYA FORMULASI KETERPADUAN DALAM MEWUJUDKAN SINERGITAS KECABANGAN TNI AD. Mencermati berbagai hal tersebut, bahwa formulasi keterpaduan menjadikan penting artinya dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Hal tersebut perlu didukung dengan profesionalitas dan soliditas serta kualitas para prajuritnya maupun kedekatannya dengan rakyat, maka peran SDM prajurit TNI AD menjadi sedemikian penting untuk terus ditingkatkan kualitasnya, untuk mampu mewujudkan tugas, peran dan fungsinya secara bersinergi antar kecabangan TNI AD. Melalui perwujudan formulasi keterpaduan terhadap berbagai aspek diharapkan mampu men-driver perubahan dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Perwujudan formulasi keterpaduan tersebut akan mampu meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD kedepan. Untuk menuju pencapaian latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD, perlu adanya formulasi keterpaduan dalam berbagai aspek yaitu; terpadu dalam doktrin, strategi dan taktik, terpadu dalam perencanaan, terpadu dalam pendidikan dan latihan, terpadu dalam operasi, terpadu dalam penyelenggaraan dukungan dan terpadu dalam pengadaan Alutsista. Berbagai aspek keterpaduan tersebut akan mengantar perwujudan sinergitas kecabangan, sebagai hal fundamental dalam mendukung peningkatan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD kedepan.

    FormulasiKeterpaduan. Pertempuran tidak dapat dimenangkan oleh satu kecabangan saja. Gabungan kecabangan tidak menjamin kemenangan pertempuran, kecuali bila diorganisir secara solid dan memiliki unity of effort, dan keberhasilan Operasi Darat memerlukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi semua Kecabangan TNI AD secara bersinergi secara optimal. Perwujudan

    Jurnal Yudhagama

    24 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 24 01/11/2012 9:09:15

  • optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD, akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tangkal tinggi, dan berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Sinergitas kecabangan TNI AD serta modernisasi Alutsista dan pengembangan Doktrin, strategi serta taktik dan teknik bertempur akan lebih efektif dan efisien serta berdayaguna tinggi apabila dapatnya diwujudkan formulasi keterpaduan yang mencakup; Pertama, aspek keterpaduan dalam doktrin, strategi dan taktik. Keterpaduan dalam aspek doktrin, strategi, taktik maupun berbagai Juklap (Buku Petunjuk Lapangan) TNI AD yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Saat ini perlu disinergikan secara utuh, seperti pengembangan berbagai taktik dan teknik bertempur infanteri semestinya bersinergi juga dengan berbagai pengembangan mordenisasi Alutsista kecabangan lainnya demikian juga sebaliknya. Keterpaduan doktrin, strategi, taktik yang dikembangkan perlu diwujudkan di lapangan dengan duduk bersama untuk melakukan olah yudha, pada kepentingan pengembangan taktik dan teknik bertempur Infanteri maupun kecabangan yang terkait. Kajian akademik yang disusun dilakukan olah yudha secara komprehensif secara detail pada berbagai kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD dalam pola OMP maupun OMSP. Perwujudan berbagai Bujuklap TNI AD diharapkan sepenuhnya menyinergikan kecabangan. Hal tersebut perlu menghilangkan primordial korps, dan selalu mengembangkan kreatifitas dan inovasi baru pada pengembangan taktik dan teknik bertempur sesuai perubahan zaman yang mengedepankan sinergitas kecabangan. Sinergitas kecabangan tersebut dapatnya dicerminkan pada berbagai Bujuklap TNI AD, pola pengembangan pada proses mekanisme pengesahan produk melalui UT (Uji Teori) sesuai tingkatannya dapat dikembangkan sebagai forum diskusi dengan berbagai model olah yudha yang mampu menyinergikan kecabangan TNI AD dan menghasilkan berbagai Bujuklap yang up to date. Kedua, aspek keterpaduan dalam perencanaan. Keterpaduan dalam aspek perencanaan, implementasi sistem bottom up maupun top down perlu diawali dengan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD, tidak semata mengedepankan kepentingan satu kecabangan saja namun perlu diolahyudhakan bersinergi pada berbagai kecabangan TNI AD. Berbagai proses perencanaan perlu mengedepankan sinergitas kecabangan. Mekanisme perencanaan dan kepentingan kecabangan masing-masing diharapkan dapat sepenuhnya disinergikan yang berorientasi

    kepada keterpaduan dalam perencanaan, sehingga peran dan dominasi masing-masing kecabangan tidak lagi mengemuka. Salah satu akibat dari model bottom up planning adalah munculnya kepentingan kecabangan yang lebih dominan karena perencanaan berawal dari masing-masing kecabangan. Dominasi kecabangan tersebut perlu diadakan perubahan mind set pada tataran perencanaan yang mengedepankan kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD dalam setiap perumusan program. Perencanaan kedepan perlu memadukan berbagai kecabangan TNI AD secara bersinergi dihadapkan pada perwujudan kekuatan dan kemampuan TNI AD yang diinginkan. Pada implementasinya tidak hanya sebatas menyalurkan kepentingan masing-masing kecabangan ketataran yang lebih tinggi namun perlu kepentingan masing-masing kecabangan tersebut mampu disinergikan dan diakomodasi, sehingga sistem perencanaan bottom up planning tetap terwadahi. Sebagai gambaran mekanisme pada aspek perencanaan terpadu ditingkat kecabangan diharapkan telah melibatkan berbagai kecabangan yang terkait. Pengembangan Alutsista akan berimplikasi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur atau sebaliknya. Tuntutan perubahan zaman juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan sehingga pada tataran kecabangan yang bersinergi tersebut, mampu memberikan keterpaduan perencanaan, yang selanjutnya dapat diteruskan pada tataran yang lebih tinggi. Ketiga, aspek keterpaduan dalam operasi. Keterpaduan pada aspek operasi, diharapkan sepenuhnya menyinergikan kekuatan kecabangan TNI AD secara optimal, kebiasaan dominasi pada salah satu kecabangan dapatnya dihilangkan. Sinergitas kecabangan menjadi penting artinya dalam mendukung suatu pertempuran. Optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tangkal tinggi serta berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Keterpaduan untuk saling mendukung antar kecabangan dalam berbagai operasi militer yang dilaksanakan diharapkan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD dapat mewujudkan pencapaian tugas yang lebih optimal. Kedepan tidak lagi mengedepankan salah satu kecabangan seperti berbagai pengalaman operasi selama ini yang masih menonjolkan kecabangan tunggal. Selain sinergitas Aspek Kodal. Kodal juga berperan penting dalam pelaksanaan operasi, penerapan kodal yang tepat memungkinkan operasi dapat dikendalikan sesuai dengan rencana

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 25

    Edisi September Edit.indd 25 01/11/2012 9:09:15

  • dan terukur. Penyelenggaraan Kodal dalam berbagai operasi peranan Kodal harus bersinergi secara terpadu, keberadaan Puskodal perlu dikembangkan tidak hanya pada kepentingan masa damai. Perlunya dikembangkan suatu sistem kodal terpadu yang akan mampu mengakomodasi sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD dalam suatu penyelenggaraan operasi kedepan dalam penyiapan dini pertahanan di darat. Selanjutnya Komunikasi. Sistem, sarana dan prosedur komunikasi belum sama antar kecabangan TNI AD, maupun berbagai satuan yang sampai saat ini terus dikembangkan dalam mensinergikan sarana komunikasi. Konsekuensi logis perwujudan pertahanan di darat yang sedemikian luas perlu didukung sarana komunikasi yang modern dan mampu menjangkau satuan terdepan, dengan sarana satelit menjadi pertimbangan untuk dikembangkan kedepan. Komunikasi yang bersinergi untuk mencegah terjadi kesalahpahaman dalam pelaksanaan berbagai operasi, perlu membangun sistem dan prosedur komunikasi terpadu yang mampu menyinergikan kecabangan TNI AD di seluruh wilayah NKRI. Dan tidak kalah pentingnya adalah Korbantem (Koordinasi Bantuan Tembakan). Korbantem yang ada saat ini dapatnya diimplementasikan secara optimal, sehingga pemahaman terhadap prosedur koordinasi bantuan tembakan pada lingkup kepentingan operasi perlu disinergikan kembali. Perlu memformulasikan kembali prosedur koordinasi bantuan tembakan secara terpadu yang dikembangkan dalam berbagai implementasi pada pola OMP maupun OMSP sesuai dengan perubahan zaman saat ini yang mengedepankan kompleksitas berbagai bentuk ancaman yang bersifat multidimensional. Keempat, aspek keterpaduan dalam pendidikan dan latihan. Sinergitas antar kecabangan perlu dijembatani dengan berbagai aspek keterpaduan guna mewujudkan sinergitas kecabangan sejak dini, sesuai dengan strata kepentingan. Pola pembinaan pendidikan, kursus maupun penataran yang mensinergikan antar kecabangan perlu dikembangkan kembali seperti, Korbantem yang melibatkan berbagai kecabangan, pendidikan yang bersinergi terhadap materi tersebut dapatnya diwadahi. Demikian juga berbagi hal lainnya seperti; pengambilan keputusan militer, komunikasi terpadu dan lain-lain, dapatnya mengedepankan sinergitas kecabangan. Sinergitas kecabangan dapat dipadukan dalam kesinambungan pola pendidikan dan kesinambungan pola pembinaan latihan. Pada kesinambungan pola pendidikan sumber daya manusia prajurit TNI AD yang berkualitas diwujudkan melalui kesinambungan pola pembinaan pendidikan terintegrasi yang mencerminkan sinergitas kecabangan. Pengembangan pendidikan kedepan diharapkan

    mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD, sesuai strata pembinaan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Orientasi pola pembinaan pendidikan pada strata taktis dan operasional diharapkan sepenuhnya mentransformasikan lingkup sinergitas kecabangan sesuai porsi pada semua strata pembinaan pendidikan. Pada aspek realitas penyelenggaraan pendidikan yang mencerminkan sinergitas kecabangan baru terselenggara pada tingkat pendidikan pengembangan umum seperti Diklapa dan Seskoad, dengan materi yang mencerminkan sinergitas kecabangan TNI AD. Demikian juga peserta didik yang heterogen diharapkan dapat mewakili kecabangan, sehingga pengetahuan sinergitas kecabangan dalam konteks pertempuran maupun lingkup materi latihan antar kecabangan dapat merata. Pada aspek kelembagaan, perlu pengembangan terhadap Dikbangspes yang mengakomodasikan materi sinergitas kecabangan TNI AD seperti Sus Korbantem, Sus komunikasi terpadu, Sus penyelenggaraan dukungan terpadu, Sus Nikgarlat Ancab dsb, yang berorientasi pada kepentingan penyelenggaraan operasi yang menyinergikan kecabangan TNI AD. Pada Kesinambungan pola pembinaan latihan. Formulasi keterpaduan untuk mewujudkan sinergitas kecabangan merupakan prasyarat utama dan mutlak dalam mewujudkan kualitas latihan antar kecabangan TNI AD dalam merespon ancaman. Diharapkan implementasinya dapat berkesinambungan dengan pola pembinaan pendidikannya. Perlunya pengembangan siklus pembinaan latihan TNI AD yang mencerminkan sinergitas kecabangan. Kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan, dapatnya mentransformasikan berbagai kepentingan pada pola OMP dan OMSP yang mensinergikan kecabangan TNI AD. Demikian juga pola pengembangan pembinaan Latihan yang telah diprogramkan sebaiknya tidak lagi seragam, namun lebih mencerminkan kelima model satuan infanteri, demikian juga kemampuan yang ingin dicapai dari kecabangan lainnya. Tipologi satuan merupakan cerminan konstelasi geografis NKRI, sehingga kualifikasi kelima model satuan Infanteri perlu dirancang kembali tuntutan kemampuannya seperti pertempuran kota, hutan gunung dan kepulauan (Ralasuntai). Pengembangan ini secara komprehensif perlu diawali dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur yang berorientasi pada fenomena kekinian. Kelima, aspek keterpaduan dalam penyelenggaraan dukungan. Salah satu aspek yang dapat memenangkan pertempuran dalam peperangan di abad modern adalah adanya sustainability dalam melaksanakan pertempuran. Sustainability tersebut

    Jurnal Yudhagama

    26 Volume 32 No. 3 September 2012

    Edisi September Edit.indd 26 01/11/2012 9:09:15

  • sangat bergantung terhadap kelancaran dukungan kepada satuan yang sedang bertempur. Oleh karena itu dalam memberikan dukungan diperlukan formulasi keterpaduan pada aspek dukungan yang mampu mensinergikan kepentingan kecabangan untuk saling mendukung dan bekerjasama secara optimal. Dukungan untuk salah satu kecabangan, sebaiknya dapat juga digunakan oleh kecabangan yang lain dan sebaliknya, sehingga akan lebih efektif, efisien dan berdaya guna. Pengembangan penyelenggaraan dukungan secara terpadu perlu diorientasikan dengan mengedepankan sinergitas kecabangan. Pelibatan satuan-satuan TNI AD dalam berbagai operasi perdamaian dunia, bantuan kemanusiaan untuk mengatasi bencana alam dan bantuan kemanusiaan lainnya, sebaiknya tetap berorientasi pada sinergitas kecabangan TNI AD akan lebih efektif, efisien dan berdaya guna. Hal tersebut dapat diwujudkan secara optimal apabila didukung dengan kesinambungan antara pola pembinaan pendidikan dengan pola pembinaan latihan TNI AD kedepan. Keenam, aspek keterpaduan dalam pengadaan Alutsista. Cerminan berbagai aspek keterpaduan tersebut perlu diimplementasikan secara cerdas dan bijak, dalam berbagai kreatifitas dan inovasi baru dan upaya kolektif untuk mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD sebagai prasyarat utama dan mutlak untuk meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan yang merupakan latihan puncak TNI AD. Cerminan kualitas tersebut sebagai wujud kesiapan TNI AD dalam merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Dalam mengimplementasikan perwujudan sinergitas kecabangan TNI AD tidak terlepas dari kemampuan Alutsista untuk mampu mewujudkan daya tangkal yang tinggi dalam merespon berbagai bentuk ancaman. Mekanisme pengadaan Alutsista TNI AD dapatnya mencerminkan kepentingan sinergitas kecabangan TNI AD, yang berorientasi pada keleluasaan kepentingan dan kemampuan kecabangan yang diolahyudhakan pada kepentingan taktis dan strategis, selanjutnya dapat diakomodir pada Strata Mabes TNI AD. Modernisasi Alutsista kecabangan perlu disinergikan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur, sejalan dengan penggelaran kekuatan Alutsista TNI AD akan mencerminkan keterpaduan yang saling mendukung antar kecabangan dalam kepentingan pertempuran. Perwujudan mordenisasi Alutsista TNI AD tidak hanya berorientasi pada kuantitas Alutsista namun tuntutan kemampuan Alutsista tersebut menjadikan penting untuk dipertimbangkan. Dalam pola peperangan modern di abad ke-21 yang mengedepankan teknologi canggih, disamping jumlah Alutsista, maka kemampuan Alutsista tersebut sangat

    menentukan perimbangan daya tempur relatif. Keterbatasan jumlah Alutsista dapat diimbangi dengan kemampuan Alutsista yang handal, sehingga imbangan daya tempur relatif TNI AD menjadi semakin tinggi. Konstelasi geografis Indonesia sangat beragam dan berbeda antara wilayah/pulau yang satu dengan lainnya. Keberagaman konstelasi geografis tersebut juga berpengaruh terhadap kebutuhan Alutsista yang akan digelar di masing-masing wilayah. Oleh karena itu dalam pengadaan dan penggelaran Alutsista juga perlu dipertimbangkan kesesuaian antara Alutsista dengan kondisi geografis wilayah setempat dan diselaraskan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur Infanteri serta kualifikasi kelima model satuan Infanteri yang terus dikembangkan.

    IMPLEMENTASI FORMULASI KETERPADUAN. Respon TNI AD dalam menyikapi berbagai pemikiran tersebut perlunya untuk menata kembali berbagai perangkat lunak seperti; Doktrin, strategi dan taktik yang mencerminkan sinergitas kecabangan, merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalitas kecabangan TNI AD. Perwujudan tersebut dapat dijadikan sebagai momentum untuk menyinergikan kembali kecabangan TNI AD secara cerdas dan bijak, melalui kegiatan bersama dalam mendiskusikan kembali action plan keterpaduan kecabangan TNI AD. Kesinambungan modernisasi Alutsista dan pengembangan taktik dan teknik bertempur yang lebih up to date diharapkan mampu merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Adapun implementasi formulasi keterpaduan dengan berbagai pertimbangan, meliputi: Pertama, optimalisasi tugas, peran dan fungsi kekuatan kecabangan TNI AD akan efektif, efisien dan berdaya guna tinggi, berdaya tangkal tinggi serta berdaya tempur tinggi apabila kekuatan kecabangan TNI AD tersebut bersinergi, saling bekerjasama dan saling mendukung secara optimal guna pencapaian tugas pokok TNI AD. Kedua, sinergitas kecabangan TNI AD serta modernisasi Alutsista dan pengembangan taktik dan teknik bertempur akan lebih efektif, efesien serta berdayaguna tinggi apabila dapat diwujudkan dalam suatu formulasi keterpaduan yang mencakup; aspek keterpaduan dalam doktrin dan strategi, aspek keterpaduan dalam perencanaan, aspek keterpaduan dalam operasi, aspek keterpaduan dalam pendidikan dan latihan, aspek keterpaduan dalam penyelenggaraan dukungan dan aspek keterpaduan dalam pengadaan Alutsista. Ketiga, modernisasi Alutsista, yang diimbangi dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur serta keterpaduan kekuatan kecabangan yang bersinergi. Kedepan disarankan perlunya didalami kembali dan ditindak lanjuti pada kelompok-kelompok kerja yang terintegrasi dalam

    Media Informasi dan Komunikasi TNI AD

    Volume 32 No. 3 September 2012 27

    Edisi September Edit.indd 27 01/11/2012 9:09:15

  • rangka penyempurnaannya secara bertahap. Keempat, saatnya secara bertahap melakukan perubahan dan pembenahan serta pengembangan secara cerdas dan bijak untuk merevisi, mereaktualisasi serta meredifinisi kembali berbagai buku petunjuk TNI AD tentang taktik dan teknik bertempur maupun berbagai perangkat lunak seperti doktrin, strategi dan taktik, yang mengatur tentang cara-cara berperang di darat secara berkesinambungan dengan mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD.

    KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan menggagas perwujudan formulasi keterpaduan menjadikan penting dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD, yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas latihan antar kecabangan sebagai latihan puncak TNI AD. Hal tersebut merupakan cerminan perwujudan kekuatan TNI AD yang handal dan mampu merespon dan menyikapi berbagai bentuk ancaman. Berbagai aspek keterpaduan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: Pembinaan kekuatan TNI AD saat ini perlu mengedepankan formulasi keterpaduan pada aspek perencanaan, aspek operasi, aspek pendidikan dan latihan, aspek penyelenggaraan dukungan serta aspek pengadaan Alutsista, sebagai hal mendasar dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD. Perwujudan formulasi keterpaduan menjadi sedemikian penting untuk di wujudkan dalam upaya mengakomodasi berbagai kepentingan strategis dari masing-masing kecabangan, sehingga mampu bersinergi dan saling mendukung secara maksimal, efektif, efisien dan berdaya guna. Proses perencanaan merupakan ujung tombak dalam menentukan seluruh program agar keterpaduan masing-masing kecabangan TNI AD dapat terwujud. Mabes TNI AD dalam menentukan kebutuhan pokok minimal tetap mengedepankan sinergitas kecabangan TNI AD. Modernisasi Alutsista secara bertahap dapatnya disinergikan dengan pengembangan taktik dan teknik bertempur atau

    sebaliknya. Kesinambungan antara kepentingan pola pembinaan pendidikan dengan kepentingan pola pembinaan latihan perlu disinergikan kembali, sehingga mampu mewujudkan berbagai aspek keterpaduan kecabangan TNI AD kedepan. Disarankan dalam pembinaan kemampuan TNI AD perlunya Mabes TNI AD merumuskan kembali tentang formulasi keterpaduan yang dikembangkan dalam mewujudkan sinergitas kecabangan TNI AD dengan mengedepankan: Pertama, keterpaduan antara Staf Umum dan Staf Perencana dilaksanakan disemua tingkatan organisasi, mengedepankan sinergitas kekuatan kecabangan TNI AD, yang diolahyudhakan pada berbagai kepentingan. Kedua, dalam setiap pelaksanaan operasi TNI AD pada kepentingan pola OMP maupun OMSP disarankan tetap berorienta