sepak bola tuk fokus

3
Persipasi Bekasi Bakal Terkubur Penggabungan PBR dan Persipasi ini bisa jadi meninggalkan banyak masalah di kemudian hari. Persipasi Bekasi harus keluar dari PSSI. MIMPI tuk kelak bersama Persipasi Bekasi seketika buyar. Setiap kali dia pulang ke Bekasi dan melintas Stadion Patriot, suasana hatinya campur aduk tak menentu; terkadang cemas, risau, dan sesekali ingin marah. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa selain merenung. Dia tak akan pernah tahu kelak apa yang bakal terjadi pada Persipasi. “Klub kesayangan saya bakal hilang dari Bekasi,” kata Denny Shulton. Denny – dia lahir di Bekasi, 29 Mei 1995, dan besar di Kampung Nangka, Bekasi Utara – adalah suporter fanatik Persipasi. Dia sangat bangga dengan Persipasi dan selalu mengikuti kemana tim kesayangannya bertanding. Denny tak hanya menjadi pendukung, tapi dia bercita-cita kelak berada di dalam tim sebagai fisioterapis; ahli gangguan otot dengan tujuan melatih otot agar dapat berfungsi secara normal bagi pemain-pemain Persipasi yang mengalami cidera. Setelah tamat SMA, pada 2013, Denny kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Makassar, dan mengambil jurusan fisioterapi, yang menurut Denny, terbaik di Indonesia. “Saya ingin mengabdi untuk Persipasi,” kata Denny. Kecemasan Denny berawal ketika ada berita merger antara Pelita Bandung Raya sebagai peserta kompetisi tertinggi dan Persipasi Bekasi yang berada di Divisi Amatir. Kecemasan itu menjadi-jadi setelah ia mendengar penggabungan dua tim berbeda kasta itu diluncurkan dengan nama Persipasi Bandung Raya. Bisa jadi Denny cemas karena di arena sepak bola tidak mengenal istilah merger. Jika itu terjadi, merger bisa diartikan menghilangkan salah satu nama tim atau kedua tim yang bergabung itu membentuk nama baru. Tapi, penggabungan dan perubahan nama klub tak semudah membalik telapak tangan. “Tidak bisa begitu saja Pelita Bandung Raya (PBR) berganti nama menjadi Persipasi Bandung Raya,” kata Joko Driyono, CEO PT Liga Indonesia, operator kompetisi. “Saya pun belum memberikan lampu hijau atas penggabungan ini,” kata Joko.

Upload: eko-prasetyo

Post on 19-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

opini tentang sepakbola saat ini

TRANSCRIPT

Page 1: Sepak Bola Tuk Fokus

Persipasi Bekasi Bakal Terkubur

Penggabungan PBR dan Persipasi ini bisa jadi meninggalkan banyak masalah di kemudian hari. Persipasi Bekasi harus keluar dari PSSI.

MIMPI tuk kelak bersama Persipasi Bekasi seketika buyar. Setiap kali dia pulang ke Bekasi dan melintas Stadion Patriot, suasana hatinya campur aduk tak menentu; terkadang cemas, risau, dan sesekali ingin marah. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa selain merenung. Dia tak akan pernah tahu kelak apa yang bakal terjadi pada Persipasi. “Klub kesayangan saya bakal hilang dari Bekasi,” kata Denny Shulton.

Denny – dia lahir di Bekasi, 29 Mei 1995, dan besar di Kampung Nangka, Bekasi Utara – adalah suporter fanatik Persipasi. Dia sangat bangga dengan Persipasi dan selalu mengikuti kemana tim kesayangannya bertanding. Denny tak hanya menjadi pendukung, tapi dia bercita-cita kelak berada di dalam tim sebagai fisioterapis; ahli gangguan otot dengan tujuan melatih otot agar dapat berfungsi secara normal bagi pemain-pemain Persipasi yang mengalami cidera.

Setelah tamat SMA, pada 2013, Denny kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Makassar, dan mengambil jurusan fisioterapi, yang menurut Denny, terbaik di Indonesia. “Saya ingin mengabdi untuk Persipasi,” kata Denny.

Kecemasan Denny berawal ketika ada berita merger antara Pelita Bandung Raya sebagai peserta kompetisi tertinggi dan Persipasi Bekasi yang berada di Divisi Amatir. Kecemasan itu menjadi-jadi setelah ia mendengar penggabungan dua tim berbeda kasta itu diluncurkan dengan nama Persipasi Bandung Raya.

Bisa jadi Denny cemas karena di arena sepak bola tidak mengenal istilah merger. Jika itu terjadi, merger bisa diartikan menghilangkan salah satu nama tim atau kedua tim yang bergabung itu membentuk nama baru. Tapi, penggabungan dan perubahan nama klub tak semudah membalik telapak tangan. “Tidak bisa begitu saja Pelita Bandung Raya (PBR) berganti nama menjadi Persipasi Bandung Raya,” kata Joko Driyono, CEO PT Liga Indonesia, operator kompetisi. “Saya pun belum memberikan lampu hijau atas penggabungan ini,” kata Joko.

Menurut Joko, yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), jika nantinya penggabungan ini dipaksakan mencantumkan nama “Persipasi”, maka Persipasi Bekasi yang bermain di Liga Nusantara, harus mengajukan surat mengundurkan diri dari keanggotaan PSSI. “Persipasi Bekasi harus keluar dulu dari PSSI,” kata Joko.

Penggabungan PBR dan Persipasi ini bisa jadi meninggalkan banyak masalah di kemudian hari. Masalah yang bisa juga muncul dari penggabungan Bandung Raya dengan Pelita Jaya.

Jika ditelusuri dari awal, Bandung Raya yang bermain di Divisi III, dan Pelita Jaya FC , tidak pernah terjadi merger. Bila ditelusuri secara hukum, Ari D. Sutedi, seorang pengusaha, melalui PT Kreasi Performa Pasundan, membeli lisensi keikutsertaan Liga Super dari Pelita Jaya (PT Nirwana Pelita Jaya).

Page 2: Sepak Bola Tuk Fokus

Ini artinya, antara dua klub anggota PSSI; PS Pelita Jaya dan PS Bandung Raya, tidak bisa dikatakan merger dan membentuk klub baru dengan badan hukum baru. Tapi yang terlihat adalah akuisisi kepemilikan. Atau boleh dikatakan Ari Sutedi “membeli” lisensi Pelita Jaya FC, yang sejatinya langkah ini bisa dikatakan illegal jika mengikuti ketentuan regulasi FIFA untuk lisensi klub.

Nah, jelas sudah bahwa Pelita Bandung Raya itu bukan hasil merger antara dua klub (Pelita Jaya dan Bandung Raya). Maka, seyogyanya, Persipasi Bekasi sebagai anggota PSSI, tidak bisa gabung atau disebut merger dengan Pelita Bandung Raya, klub yang juga anggota PSSI, dengan membentuk nama baru dan badan hukum baru, karena slot di Liga Super hanya diperuntukkan untuk Pelita Bandung Raya, bukan Persipasi.

Tapi, jika seseorang, sebut saja pengusaha asal Bekasi, bisa saja mengakuisisi saham kepemilikan mayoritas dari klub Pelita Bandung Raya (melalui saham dan badan hukumnya). Sebagai contoh, Sule – komedian yang sudah kaya raya --, misalnya, memiliki klub Manchester United. Seandainya Sule membeli saham klub Cholsester FC yang bermain di divisi bawah di kompetisi Inggris, bukan berarti sudah terjadi merger antara Manchester dan Cholsester, karena ini dua entitas yang berbeda yang telah ditentukan slot keikutsertaan kompetisi masing-masing. Jadi, jelas sudah, jika dipaksakan telah terjadi merger yang seharusnya menghilangkan nama salah satu klub atau membentuk nama baru, bukan salah satu klub nebeng nama.

Kasus penggabungan PBR dan Persipasi, tidak bisa terjadi karena Persipasi yang bermain di Liga Nusantara, nebeng nama dengan klub yang bermain di Liga Super. Jika diperjelas, PBR tidak bisa memakai nama Persipasi karena Persipasi adalah milik sejumlah klub anggota PSSI yang bernama Persipasi. Apalagi tidak ada bukti hukum Persipasi sebagai institusi/badan hukum melakukan akuisisi terhadap Pelita Bandung Raya.

Sangat beralasan jika Denny Shulton, anak Kampung Nangka, Bekasi Utara, cemas. Hanya ada dua pilihan atas penggabungan ini; Pelita Bandung Raya yang dipaksakan berganti nama menjadi Persipasi Bandung Raya, yang sewaktu-waktu bisa berpindah tangan ke daerah lain, atau Persipasi Bekasi terkubur pelan-pelan dan tak lagi tersimpan di hati para pecintanya.

YON MOEIS