seminar nasional sastra dan budava

23
rsBN 978 - 602 - 294 - t07 - 1 : f*'- F'AKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA 20r6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA MENGGEU DEN MEMBERDaYEKAN POTENSI SES?R6 DEN BUDAYE SEBEGAI PENSGUH KERETTAN SENCSE DELAM MEMEffNAI *INDONESIE EMES 2045- DENPASAR, 27 - 29 MEr 2016 L if' a: * I l'' i Lt :

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

rsBN 978 - 602 - 294 - t07 - 1

: f*'-

F'AKULTAS SASTRA DAN BUDAYAUNIVERSITAS UDAYANA

20r6

PROSIDINGSEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

MENGGEU DEN MEMBERDaYEKAN POTENSI SES?R6DEN BUDAYE SEBEGAI PENSGUH KERETTAN SENCSE

DELAM MEMEffNAI *INDONESIE EMES 2045-

DENPASAR, 27 - 29 MEr 2016

Lif'

a:

*Il ' '

i

Lt

:

Page 2: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

ISBN 978 _ 602 _ 294 - 107 _ |

PROSIDING

\E}IINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA\I E\GGALI DAN MEMBERDAYAKAN POTENSI SASTRA[' T\ BT-DAYA SEBAGAI PENEGUH KARAKTER BANGSA

D.{LAM MEMAKNAI "INDONESIA EMAS 2045"

Penyunting AhliDr. Drs. I Ketut Sudewa, M. Hum

penyunting pelaksana

Drs. I Made Suarsa, M. SDra. Ni Wayan Arnati, M. Hum

Dr. I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani, S.S, M. HumDrs. I Ketut Nama, M. Hum

Drs.I Wayan Teguh, M. Hum

DENPASAR,2T _ 28 MEI2016

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYAUNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 3: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

DAFTAR ISI

KIDTJNG INTERAKTIF DI PANGGI-ING ELEKTRONIK : ALIH WAHANASASTRA BALI TRADISIONAL DI RADIO DAN TELEVISI........... ................lI Nyoman Darma Putra

TANBIH HARMONI DALAM BINGKAI ISLAM DAN KEARIFAN TRADISI ..............22Angga Pusaka Hidayat

STRATEGI KONSERVASI NILAI.NILAI KEARIFAN LOKAL BERORIENTASILINGKUNGAN..... . . . . . . . . . . . . . . . . .33Asep Yusup Hudayat

PERANAN TINGGALAN ARKEOLOGI DALAM MEMBENTUK JATI DIRI BANGSA4JColeta Palupi Titasari

CERPEN *ADILA" DALAM PERSPEKTIF A. J. GREIMAS. ......56Eka Yusriansyah

POTENSI KARYA SASTRA ARAB SEBAGAI PENEGUH KARAKTER BANGSAINDONESIA.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .67Eva Farhah

AKTUALISASI NILAI-NILAI BUDAYA DALAM TRADISI SEMKALPADAUPACARA PERNIKAHAN I\4ASYAII.AKAT MELAYU DI SIINGAI PASIRTANJUNG BALAI KARIMUN ................79Evadila

TANGGAPAN PUBLIK ATAS TEKS LASKARPEI-/INGI.. .........90I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani

NILAI PROFESIONALISME DAN NASIONALISME DALAM CERITATHE ENEMY ......I04I Gusti Ayu Gde Sosiowati

PENCITRAAN DALAM VARIASI BAHASA PADA WACANA POLITIK.................. I 13I Gusti Ngurah Parthama

UNGKAPAN TRADISIONAL: MAKNA DAN FI-INGSINYA DALAMMENJAGA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA........................... 123I Ketut Darma Laksana

Il

Page 4: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

- l

,ii

I

; l

Ag AXTIVTTAS GERU TIMBULDI BANJAR INTARAN SANUR DILIHATfImrUS KOLEKSI NASKAH LONTARNYA................ ..... 133lh'hryt Anek Agung Gede Bawa,I wayan Sukersa,I Made wijana,Ihftr===---

'm[ GIJNT.'NG INDRAKILA DALAM KAKAWIN ARJUNAMWAHA:

DAN ETIoLocI DALAM HIKAYAT MAHARAJA BTKMA,L4 LAKTI.... rs4

UTAI.A*{ DALAM SASTRA TRADISIONAL GEGURITAN BALI. ... 165m!b'"[ sulibra, Ni Ketut Ratna Erawati, dan Ni Luh Nyoman Seri Marini

M|IT}IAGAMA ISLAM DALAM SISTEM PENGOBATAN TRADISIONALIf $IILDN I(ASUS DI DALAM TEKS US$HA MANAK. ...173

hcr

PANJANG,,BU AMINAH" KARYA W. S RENDRA............................. I 8 5

XPARASI BAFIASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS: STRATEGIAAI{ DALAM KOMUNIKASI LINTAS BAIIASA DAN BUDAYA DI

rif,Il SANU& DENPASA& BALI.......... ....... t93I{fr I Nengah Sudipa, I Made Rajeg dan I Ketut Wandia

KEHIDUPAN MELALUI METAFORA LINGUISTIK DAN

REVOLUSI DALAM KARYA-KARYA TERAKHIR MADE SANGGRA229

D''[AS'ITLA SEBAGAI WADAH PELESTARIAN BAHASA BALI DANIIDAYA..

. . . .240ffia

lA XARYA SASTRA POSMODERN.........rhxa Sutika

' L vetrLvuDrur """""" ' """""" '249

[f,} BLDAYA BANGSA DALAM GENDING RARE SEMUT-SEMUT API26IS.rta

TA}i KARAKTER DALAM KA KAII/IN B MHMAND HA P UMNA ..,.........,,.. 27 3g*rtha

trG DAN Df,T.IAMIKANYA DALAM BAHASA MELAYU DI8ALI............285f;rra

B;

15I

I

16i

Iln

;

t

pIi

I

h

iv

Page 5: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

MASYARAKAT BAYAN DALAM DINAMIKA IDENTITAS................. .,..295I Putu Gede Suwitha

AKTUALISASI NILAI BELA NEGARA DALAM GEGUNTAN WIMCANTAP UP UTAN MARGAMNA.. PERSPEKTIF PEMBANGI.INAN KARAKTERBANGSA . . . . . . . . . . .3I Wayan Cika

MAKNA IKONOGRAFI DURGA DALAM KAITAN AKTUALISASI PERANANIBUI Wayan Redig

KERUKI-INAN DALAMI Wayan Srijaya

WACANA TDEAL YANG TERCERMIN DALAM TEKS GEGURITAN BASURVERSUS WACANA POSTMODERN SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI ORANG BALII Wayan Suhrdiana

PARWA JARATKARU PESAN INSANI KELANGSI-INGAN GENERASIPENERUS BANGSA... . . . . . . . . .3I Wayan Sukersa

..KOH NGOMONG' REFLEKSI PERLAWANAN TERHADAP I{EGEMONIKEKUASAAN REZIM ORDE BARUIda Bagus Gde Pujaastawa

YATBAWISYAZ: IKAN YANG RELAIda Bagus Jelantik Sutanegara Pidada

MATI DI KOLAM TANPA AIR ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3

WACANA JIWA DANA DALAM ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT BALIMEMELIHARA KUALITAS HIDUP RUMAH TANGGA LAHIR-BATINIda Bagus Rai Putra

'r,/nrruaL IDER BUMI DALAM KEHIDUPAN MASyAItAKtr{T usING DESAKAMIREN, BANYUWANGI, JAWA TIMURKetut Darmana

FUNGSI SOSIAL DALAM TEKS MITOS SAPI DI DESA TAMBAKANKECAMATAN KUBUTAMBAIIAN KABUPATEN BULELENG .................................. 4Luh Putu Puspawati

AKTUALISASI NILAI-NILAI BUDAYA DALAM TRADISI MESURYAK PADAPERAYAAN HARI RAYA KT]NINGAN KHUSUSNYA DI DESA BONGAN.TABANAN, BALIMarhamah, Yulianto dan I Gusti Putu Wiratama

ALIH WAHANA DARI CERPEN KE DRAMA PANGGLING: REFLEKSI DARILOMBA DRAMA MODERN BALIMaria Matildis Banda

V

Page 6: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA
Page 7: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

MEMAKNAI BATIK BLITAR IINTUK PEMA}IAMAN JATI DIRI DAERAH

Rochtri Agung Bawono dan Zuraidah

MAKNA DAN NILAI -NILAI WATAWATAANGKE: SASTRA LISAN ETNISMtrNA.......Salniwati

LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA: DARI NOVEL KE FILM

Sri Jumadiah

PERAN PANTTIN TUNJUK AJAR MELAYU KARYA TENAS EFFENDY DALAM

PEMBENTUKAN KARAKTER BANG SA

Sri Rahaw. Alber

KOMI-INIKASI HIPERPERSONAL DI MEDIA SOSIAL: KAJIAN SOSIO-KULTU

MEDIA.... . .Sukri

KAJIAN SISTEM TRANSIVITAS TEKS SURAT AL INSAN SEBAGAI WUJUD

IDENTITAS BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA....... "........ZulHaeri

MENINGKATKAN PEMAT{AMAN MA}IASISWA TERHADAP

WARISAN BUDAYA MELALUI PERKULIAHAN SEJARAH KEBUDAYAAN

TNDONESIA ... . . . . . . . . . . . . .Zuraidah

vtl

Page 8: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

Seminar Nasionat Sastra ."lTil.T:Denpasar, 27_Zg Mei 20ii

RITUAL IDER BUMI DALAM KEHIDUPAI\MASYARAKAT USINGDESA KAMIREN,BANYUWAI\GI JAWA TIMUR

Ketut DarmanaProgram Studi Antropolo gi, F IB -Unud-D enpasar, B ali

Abstrak

Ritual ider bumi diselenggarakan setiap tahun sekali, yaitu hari ke-2 hari rayaIdul Fitri (Lebaran). Prosesi ritual ini dimulai dari jam 14.00 siang Wib danberakhir jam 16.00 Wib sore hari menjelang magrib. Kemudian dalam pelaksanaanritual ini meliputi 3 (tiga) tahap sebagai berikut: (l) pembukaan, (2) pelaksanaan,dan (3) penutupan. Masing-masing tahapan daripada prosesi ritual ini polanyasudah baku, dengan kata lain tidak boleh berubah baik mengenai waktu maupunhari. Jika ritual itu tidak dapat terlaksana tepat pada waktu dan harinya makakonsekuensi yang dihadapi oleh warga masyarakat Using Desa Kemiren adalahpagebluk yang sangat dihindari dan ditakuti. Pagebluk ini sebagai suatu bentukke'percayaan yang sangat diyakini oleh warga masyarakat berupa bencana" sepertigagal panen, sumber mati air mongering, konflik sosial dalam kehidupan keluargadan tetangga, bahkan menimbulkan wabah penyakit sehingga terjadi kematianmassal terhadap warga masyarakat.

Agar ritual tetap eksis di era globalisai maka ritual ini dikemas dalam bentukyang lebih meriah, semarak, menarik, dan melibatkan semua warga masyarakatdengan menambah atraksi-atraksi kesenian yang lain. Sepanjang bentuk ataksikesenian itu tidak bertolak belakang dengan nilai-nilai yang dimaknai dalam ritualider bumi. Agar roh atau spirit ritual ini tetap terjaga alua kesakralannya dankesuciannya sebagai penolak bala Qtagebluk) agar tidak tergerus dalam globalisasi.

Lebih-lebih ritual ider bumi dijadikan sebagai atraksi unggulan (ikon)

pengembangan pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Selain itu, sudah masuk dalam

warisan budaya dunia (word heritage cultural).

Kata kunci: Ritual. Ider Bumi. dan Eksistensi

1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Dewasa ini prosesi ritlail ider bumi tanrpak lebih kompleks karena

dikonstruksi oleh pihak-pihak yang berkepentingan, tidak hanya bagi warga

masyarakat lokal (Kemiren) justru dari pihak masyarakat luar menghendaki

keberadaan ritus ini. Ritual ider bumi masih mencerminkan ciri-ciri kultur

ISBN 978 - 602 -294 - 107 -l

i

400

Page 9: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

Prosidingi.minar Nasional Sastra dan Budaya

DroPtttt, 27-28 Mei 2016

kehidupan masyarakat dipandang eksotik. Oleh kare,na itu, ritus ider bumi sebagai

suatu bentuk ritualitas keagamaan sebagai warisan budaya dari nenek moyang

radahulu, sebeltrm budaya Jawa pemeluk agama Islam masuk ke wilayah ini.

pengaruh masuknya unsur-unsur budaya luar yang telah memenganrhi

sosiokulrural kehidupan masyarakat Desa Kamiren yang tergolong subetnik Jawa

{Jsing semua penduduk memeluk agama Islam. Fenomena yang menarik dari

penoalan ini bahwa masih tetap dilaksanakan penyelenggaraan ritual ider bumi

setiap tahun yang dirangkaikan dengan perayium hari raya Idul fitri (Lebaran) bagi

umat Islam. Unsur-unsur nilai budaya yang bagaimana terkandung di balik ritual

ider bumi tersebut. Bila dikaitkan pada aspek pendukung atau pihak pelaku ritual

itu, temyata sudah terjadi proses pergeseran atau perubahan yang mendasar,

rerutama dalam doktrin agama yang dianut sekarang ini.

Akhirnya ada sekelompok masyarakat (disebut orang Using)tetap menjaga,

memelihara, bahkan melestarikannya supaya warisan budaya adihulung itu bisa

tetap eksis. Tampaknya perlu digali untuk mengungkap lebih dalam nilai-nilai yang

terkadung dari ritual ider bumi itu sebagai pencemrinan dari kearifan lokal.

Kearifan lokal (local genans) yang membingkai kehidupan kelompok masyarakat

tersebut, tidak begitu saja lenyap dalam arus globalisasi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka menjadi pokok

perumusan masalah sebagai berikut. Pertama bagaimanakah beirtuk prosesi ritual

ider bumi di D6sa Kamiren? Kedua, bagaimanakah keberadaan itual ider bumi di

Desa Kamiren dalam era globalisai? Kedua permasalahan tersebut selanjutnya

menjadi pokok pembahasan dalam tulisan ini.

2. RRITUAL IDER BAMIDIDESA KAMIREN

Konsepsi Ritual lder Bumi dan Landasan Teoritis.

Menurut Dhavamony (2004), ritual merupakan suatu aktivitas tindakanagama dalam praktiknya dilakukan berdoa (bersujud), bersaji, bertapa, dan jenis-jenis persembahan (makanan dengan lauk-pauknya, buah-buahan, binatang kurban,

ISBN 978 - 602 - zg4 - ro7 - | 401

Page 10: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

s emin ar * T'""::l "::'* *i ff*Oenpasar,2Z-2t ME-ilfr

dll) yang ditujukan kepada kekuatan-kekuatan transenden. oleh karena ltq dwdikatakan ritus sebagai wujud simbolik upaya manusia menjalin hubungan d*gakekuatan-kekuatan transenden (Suhardi, 2009). Berikutnya, pengertian ider bumi,secara harfiah berasal dari kata "ider" dan "bumi". Kata "ider" berarti hrput",dengan berjalan kaki mengelilingi, selnjutnya dimaksud "bumi", berartitanah untuktempat berpijak bagi manusia. Jadi, yang dimaksud dengan "ider bumi" adatahmengelilingi burni, yaitu suatu kegiatan mengelilingi bumi yang menjadi tempartumpuan hunian dan mata pencaharian hidup bagi seluruh komunitas Desa Kamiren(Rahayu,2003).

Implementasi teori globalisasi dalam realitas empiris itual ider bumi adalah

pertemuan tradisi dengan dunia modern sudah menjadi keniscayaan dalam dunia

sosial secara luas. Praktik ritual yang mentradisi akan merevitalisasi diri agar sesuai

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang modern. Begitu juga dunia modem

akan menyesuaikan diri pada kehendak-kehendak tradisi agar kemodernannya

dapat beradaptasi dalam ketradisian. Baik secara teoretis maupun konsepsional,

keduanya belum memiliki landasan yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja

(working definition) yang masih bergantung pada sudut pandang masing-masing

(Eriksen, 2003: Tsing, 2005). Dikatakan bahwa globalisasi akan mampu membuar

praktik ritual semakin kuat dan bergantung satu sama lain. Akan tetapi, ada yang

berpandangan sebaliknya bahwa ritual bisa terlibas habis oleh globalisasi karena

kekolotan dan ketertutupan terhadap unsur-unsur baru dibawa oleh dunia global.

Dewasa ini pengaruh globalisasi begitu besar terhadap keberlangsungan tradisi

bersama ritualnya (Lewellen, 2002).

Dalam konteks industri pariwisata yang telah merasuk ke dalam ntual ider

bumi di Desa Kerniren, menurut pandangan Comaroff dan Comaroff (2001),

globalisasi lebih menekankan pada kemasan baru kapitalisme neoliberal yang

mengancam akar-akar ketradisian bersama ritual-ritual di dalamnya. Mengingat

globalisasi yang selalu bergandengan dengan kapitalisasi ekonomi sebagai

spiritnya. Oleh karena itu, timbul banyak anggapan bahwa praktik-praktik nrua]

tradisi akan banyak ditinggalkan karena praktik-praktik tersebut dianggap sebagai

ISBN 978 - 602 - 294 - r07 - |402

.i

Page 11: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

F

Prosiding (

Seminar Nasional Sastra dan Budaya

Denpasar, 27'28 Mei 2016

p*anbat kemajuan ekonomi neoliberal. Fenomena ini tidak sepenuhnya benar

apabrla dipandang dari bawah, tempat instrumen-instrumen globalisasi tersebut

bekerja. Dalam tulisan ini globalisasi dilihat dari empat aspek, yaitu (1)

memberikan berkah atau peluang ekonomi yang cukup berhasil dan terobosan-

rerobosan kreatif-inovatif pada masa depan, (2) menguatrya gerakan antitradisi

y6rg dianggap benar-benar menentang gagasan kapitalisme ekonomi dan

neoliberalisme pasar, (3) fenomena yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun,

termasuk oleh masyarakat, bangsa, dan negara karena semuanya sudah saling

tergantung satu sama lainnya, yang berkaitan dengan produk dihasilkan, sajian

ingin dipasarkan, dan keinginan berubah dari masyarakatnya, dan (a) timbul

pandangan pro dan kontra terhadap tradisi itual ider bumi dalarrt globalisasi

pariwisata. Dalam konteks ritlual ider bumi, sebemrnya bukan merupakan hal yang

banr dalam masyarakat masa kini karena kedua pihak sama-sama ingin bertukar

tempat untuk memperoleh pijakan yang kuat dalam mencapai eksistensinya.

3. PROSESI RITUAL IDER BAMI MASYARAKAT USING DI DESA

KAMIREN

Prosesi Slametan Bukaan

Prosesi ritual ini diselenggarakanpadapergantian hari dari hari sebelumnya

dan sekitar dua jam sebelum pelaksanaan arak-arakan. I-azimnya diselenggarakan

setiap tanggal 2 Syawal (dul Fitri) dalam rentang waktu antarapukul 12.00-13.30

WIB. Rentang waktu ini dipilih menurut kepercayaan masyarakat Using karena

pergantian hari terjadi pada setiap pukul 12.00 siang. Begitu juga mereka meyakini

bahwa ritual arak-arakan (ider bumi) harus mulai pada pukul 14.00 WIB. Jadi,

prosesi s/az etan rniblladilalarkan di luar rentang waktu itu, maka kesakralan ritual

slametan dan arak-arakan dipercaya akan konkaproduktif pada keseluruhan ritual

yang diselenggarakan.

Slametan buknan selalu bertempat di makam Buyut Cili dengan

menyertakan Barong Using, uborampe, sesaji slametan tumpeng pecel pithik, dan

para sesepuh adcf. Barong Using, diuzung oleh dua penari dari tempat

ISBN 978 - 602 - Zg4 - tO7 - I

I

\-_

403

Page 12: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

Seminar Nasional Sastra Oan iiDenpasar,2T-2g

penyimpanan di rumah sesepuh adat,sedan$anuboranpe dan sesaji

lima sampai sepuluh orang sesepuh adat. JuriJah tumpeng pecel pithikbin.q,

atau lebih, bergantung pada kesepakatan pinisepuh adat dan warga mas.yadt

Walaupun tidak ada ketentuan yang baku, namun pola ini lazim dilakukan hgisesepuh adat dan warga, karena sifatrya sukarela berdasarkan kesadtr@

Keseluruhan sesaji tumpeng pecel pithik itu meliputi (a) Seekor ayam jante

panggang yangp|thdntdng (dibelah dengan kedua kaki dan kepala dilipat), (b) sanr

ithuk (pincuk) sesaji berisi nasi putitt, satu kaki, sayap, dan kepala ayam, s€rta

secuil betutu (daging ekor), (c) satu tangkep kulit kelapa, (d) satu tahr sesaji untuk

Buyut Ctlt laki-laki, berisi satu bungkus rokok jarum 7 6 dan satu tusuk sate rempelo

ati, (e) satu takir sesaji untuk Buyut Crli perempuan berisi daun sirih, gambir, baur

kapur, dan tembakau, (0 satu bungkul kemenyan dibungkus daun pisang, (g) satu

bunglrus kerrbang kirim, berisi bunga mawar merah dan putih, bunga kenanga

hijau dan kuning, dan bunga kanthil putih, yang semuanya disirami minyak wang,

dan (h) satu bakul nasi putih. Sesaji ini sebagian kecil dipersembahkan kepada

Buyut Cili, sisanya untuk pesta makan bersama bagi peserta rombongan yang

mengikuti ritual tersebut, yang dilakukan di areal makam Buyut Cili.

Tepat pukul 14.00 WIB, keseluruhan prosesi slametan bukaan di atas

diakhiri dan prosesi ritual ider bumi siap dimulai. Namun, sebelum ritual itu

dimulai, satu hal penting ingin disampaikan melalui prosesi slametan bukaan itu

adalah sebuah proses penyucian, bukan sebuah kewajiban ritual rutin. Ritual

tersebut merupakan prosesi penyucian terhadap diri dari para sesepuh cdot,

penyrcian diri Barong (Ising, dan penyucian diri seluruh simbol-simbol sakal

yang akan digunakan dalam keseluruhan itual ider bumi. Prosesi penyucian ini

diperlukan karena ada keyakinan masyarakat yang memercayai kondisi suci itu

mampu menjadi kekuatan pembuka bagi prosesi ritual berikutnya. Kekuatan suci

ini dipercaya mampu membuat seluruh wilayah desa menjadi bersih setelah dilalui

oleh arak-arakan Barong Using yang telah disucikan. Begitu juga dengan seluruh

arak-arakan yang bergerak di belakang Barong Using juga dipercaya dapat

tersucikan dengan sendirinya karena mengikuti gerak Barong Using yang telah

404 ISBN 978 - 602 - 294 - 107 - I

Page 13: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

ffi;l'-,::"^"I l:*:: i "" Budavaffirrtt, Z7-2:M nre

disrrcikan. Begitu pula, seluruh rangkaian arak-arakan itual ider bumi yang

dipersepsi oleh seluruh masyarakat sebagai parade suci. Parade suci ini dipercaya

me,miliki kekuatan suci, yang mampu mengusir roh-roh jahat, mencegah datangnya

pagebluk dan memberikan kesejahteraan serta perlindungan bagi seluruh warga

desa. Prosesi slametan bul<nan yang diselenggarakan di areal makam Buyut Cili

untuk memohon keselamatan dan wajib dilakukan dengan tepat dan benar karena

fondasi bagi rangkaian prosesi rrttral ider bumi berikrrtnya. Sebelum prosesi ini

selesai dilakukan maka prosesi berikutnya tidak dapat dilanjutkan. Prosesi ritual

ini wajib dilakukan terlebih dahulu, kemudian disusul dengan arak-arakan

pernbersihan (bersih desa).

Prosesi Arak-arakan Pembersihan

Prosesi ini dilakukan setelah slametan buknan selesai diselenggarakan dan

seluruh simbol sakral telah disucikan dari tempat penyimpanan. Simbol-simbol

sakal ini adalah Barong Using bersayap yang telah disucikan, sembur otik-otdk

yang berisi campuran beras kuning dan putih, bunga empat warna (merah, latning,

putih, hijau). dan ribuan uang receh bernilai Rp 500,00 yang ditempatkan dalam

satu wadah bokor antik. Simbol-simbol ini dibawa keluar dari rumah menunju jalan

utema desa untuk disatukan dengan Barong Using dan simbol-simbol profan

lainnya di titik pemberangkatan. Kepercayaan masyarakat terhadap kedua simbol

sahal ini dipercaya memiliki kekuatan gaib atau mirip dengarr mana dalam

pandangan Codrington (Baal, 1987). Kekuatan gaib ini dipercaya dapat mengusir

datangnya bahaya, batk pageblzk maupun kekuatan roh-roh jahat lainnya.

Simbol ini bisa dikreasikan karena diambil dari simbol yang telah ada

dalam kehidupan masyarakat Using Desa Kemiren. Beberapa jenis simbol profan

yang diikutkan dalam prosesi ritual arak-arakan, yaitu (a) barisan barong cilik, dart

pitik-pitikan (pitik lanang-wadon), (b) barisan rombongan Bupati dan Kepala

Dinas Pariwisata (c) barisan Kades dan staf desa, (d) barisan kaum tani membawa

tape buntut, tumpeng panggang ayam, dan polo pendem dengan cingkek; (e)

barisan kelompok kesenian kuntutaq (f barisan barong lancing yang diikuti pitik-

ISBN 978 - 602 - 294 - to7 - |

Page 14: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

Seminar Nasionat Sastra t.lt;],t}:Denpasar, ZZ-29 Mei 20ii

pitikan, (g) barisan ketua RTiRW serta istrinya, (h) barisan kelompok kesenian

bordah cengkir gading, (i) barisan Banyuwangi Ethno Carnivalmeliputi kelompot

buto-butoan, ewer-eweran, dan peraga busana, fi) barisan anak-anak bermain

egrang, dan (k) kelompok religius mocoan lontar (mocoan reboan).

Keseluruhan simbol ini ditempatkan secara berurutan di belakang simbol

sembur otik-otdk dan Barong Using bersayap. Simbol-simbol ini disusun ke dalam

dua baris beriringan ditata sejajar dan berderet memanjang ke belakang. Apabila

susunan ini dibaca dari arah depan, maka pola barisan prosesi yang terbentuk

adalah barisan simbol-simbol sakral diikuti dengan simbol-simbol profan. Pola ini

berlaku tetap dari tahun ke tahun walaupun simbol-simbol profan yang mengisi di

dalamnya relatif sering berubah-ubah jenisnya dan bentuknya. Perpaduan susunan

simbol sakral-propan ke dalam satu barisan prosesi ini bila diperhatikan, lebih

mirip dengan sebuah barisan karnaval (pawai pesta perayaan) dibandingkun

barisan prosesi sebuah ritual sakral. Namun, pandangan warga masayakat Usrng

Desa Kemiren, semua itu tidak menjadi masalah, justru pola seperti itulah yang

diinginkan mengingat seluruh simbol profan yang lebih bersifat merayakan dengan

sendirinya seluruhnya akan berubatr menjadi nilai sakral. Kesakralan ini menurut

kepercayaan mereka diperoleh dari pancaran kesucian Barong Using yang lebih

dahulu disucikan sebelum prosesi arak-arakan pembersihan.

Seluruh simbol yang berada di belakang barisan Barong (Ising dipersepsi

akan dengan sendirinya berubah meqjadi suci setelah mengikuti jejak langkah

perjalanan Barong Using itu sepanjang prosesi arak-arakan. Posisi Barong Using

yang berada di depan dari semua simbol profan yang dipercaya sebagai pembuka

jalan kebersihan dan kesucian sehingga seluruh simbol yang mengikutinya juga

diyakini akan ikut dalam aura kebersihan dan kesucian. Begitu pula, prosesi arak-

arakan ini merupakan prosesi arak-arakan yang berada dalam situasi dan kondisi

bersih serta suci. Hal ini dapat dilakukan dengan simbol-simbol sakral yang zuci'

melintasi jalan-jalan yang suci, dan difungsikan untuk membukakan jalan bagr

kebersihan dan kesucian. Oleh karena itu, prosesi ini disebut oleh wuga

405 ISBN g78 - 602 - 2g4' r07 -l

Page 15: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

ProsidingSeninar Nasional Sastra dan Budaya

Dcnpasar, 27'28 Mei 2016

:' aasyarakat using Desa Kemiren sebagai prosesi pembersihan dan penyucian bagi

seluruh kehiduPannYa.

Berdasarkan tradisinya, prosesi arak-arakan pembersihan ini mulaidilalsanakan pada pukul 14.00 wIB untuk mengelilingi seluruh wilayah desa.walaupun kondisinya hujan deras, panas terik, para pejabat terlambat datang,bahkan ada kejadian kematian dari salah satu warganya. prosesi arak-arakanBorong using dalam itual ider bumi harus tetap diberangkatkan dan semuapaistiwa itu tidak bisa dijadikan sebagai alasan penundaan atau pembatalan.Beftagu pengalaman mereka telah mencatat bila kejadian penundaan ataupernbatalan dilakukan, maka sesuatu yang buruk akan dapat menimpa seseorang,bahkan seluruh warga masyarakat tJsing. pernah ada kejadian ganjil, sepertikecelakaan, mimpi buruk, kematian, atau kesurupan akan berrrunculan dimasyarakat yang menjadikan kehidupan tidak nyaman. oleh karena itu, apa punbentuk penghalang yang mungkin terjadi bertepatan dengan pelaksanaan prosesritual ini maka prosesi arak-arakan Barong using harus tetap dilaksanakan tepatpada jam 14.00 WIB.

Prosesi pemberangkatan dimulai dari titik di manaBa rong (Jsingdisimpan.Titik ini berada di sebelah timur kantor desa dan dipersepsi sebagai pusat desa.walaupun titik pusat yang sebenarnya adalah kantor desa, anggapan seperti initidak begitu lazim dalam persepsi warga masyarakat. Titik pusat tetap ditetapkandi tempat lokasi Barong usingdisimpan, bukan di kantor desa. Begitu pula, pusatlebih ditentukan berdasarkan nilai magisnya daripada posisi geografisnya. olehkarena ifu, untuk menggabungkan perbedaan kedua pandangan tersebut, beberaparombongan arak-arakan yang rain diwajibkan berkumpul di kantor desa, sebelummenuju ke titik pemberangkatan atau titik yang dipersepsi memiliki nilai magis dipusat desa. Setelah semua berkumpul di kantor desa, rombongan dipandu menujutitik pemberangkatan untuk bergabung dengan rombongan rain'ya.

Bila urut-urutan sudah tertata dengan rapi,arak-arakan pembersihan dimulai dengan diiringi

maka prosesi pemberangkatan

oleh seluruh musik gamelan

ISBN 978 - 602 - zg4 _ to7 _ | I

\-

407

Page 16: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

t- L}l - n6Z- 209 - 816 NSSI

usp llq$l rJstlulstu uswleeled q8rs uBEuep eurus Eusl( rsesord reEuqas uqEoleuerp

teduaps 1e4ure,{seu uSre/K ISeq Ienflr rsasord uerelndred qBrV

'e,(wsasord qnmles mrJr? Tlll rpufuaur u8nt sn8rplas Eue,t .uelul8uereqtued

illq e{ nfnueu relndreq DlsreIAI 'srrrus Euu{ uepf uep mlef mplatu rnurJ e{

Fq ryqua{ {n1m uref umruf qerses )illeqreq rsesord ,1eng qplaqes rp $ple {.qJlp rudurus qslelas '1"J3q a{ nfnuaur mury t{eJe uep 4ere8raq rsesord u,{qurne upe4.euns Eus,{ mpf uep uepfpe,nalaur ue8uep rnl8ulleu 1du1o1

,qere ntres ErmsEuepaq

)tspp IuI IUedeS uuwsJeqrued rsesord 'e,tursrpurl rrrBlsp uudu1a1e1 rpefueu

qslel 11:a&S 'slruues {rJp e{ rflu1 ququre4 redures uelelEueraqrued rse>lot {rtppsp PFur nfpd 'uup[ Euefuedas Ip suel EunsEtrelraq r-ul lIedes rsesord

'efutunurn eped 1ur4es lenlp uepp lUodas (uu>1nsura1) InqDranete suo.4 Euef uP)pre-)pJ? euesed u,(trepe {epp q"ppB rur rsesoJd ueqnrnlasalusp uu)Flsgredrp nlred Eue{ pq (uBS 'uwmz)[4e{ ueEuep mdruucreq enqrueE uepleupnpf mduecreq EuelJ'r{nlJ rndurecraq qsFeur Busf euesens u.rBlep e>l quqrueqW{BJ'-{EJ? rsesoJd 'er(ursnryed {rs*u ueEuur qn4r8ueur L(ue,(uats trep .3uqn6req

'ueueru lrqups ueqeFed 4ureEreq 'uru1 8ue,( ueSuoquor qrunles ,e8nf nlrgeg'ur(ququf qor-qor rsn8ueru gacer Euen uep Btmml sureq rrE{mqura{ueur )t?tol?to'nqwas enuqured 'edusr8uur emu ue{Enle8uetu Fqugs Lr?u-ugueru Bu1s2 Buongpquns 'efuuuEuoquror

1odruo1e1 derl-de4 IrEp rsn4red >lrsnru ueEuur ue8uapFut+lp Eue,( uegrsrsqtued urplep e,{uupred uep seEnl ue8uap rcnsos lere8reqenEas 'Emseu-Ewseur efqerles n>Iel r{e{Euq uap treu4 ,etef rcfleqtaq ueEuepnfeu :praEreq lrq-r e8nf urul gue,{ ueguoqruor uzsueq ueqel:ad e'nces

'u?{qrsraqry uepInl?llp {qun u'Iruuelrp qe1a1 gue,( rnpf nlnuaur nfeur qulSuelau lrqu?s Feue.'tuput u8nf 3u1s2 Suotog p-qes loqu{s rr?Brrr?sraq Buef lues eped uep 4eduereseoces uqr,tunq1p rsrupad uulaureE )Fsruu enrues rur tq{Blr epud 1ede1 .g16

00'lt tqnd nDIpA\ eduuqrl qelal rde1a1 ,rd?r el'ces rr,pru-)TsJ' rrerrun e.,{uunsnsral{ul* eped un,rrespp,p {epp Frr ueluqEuurequrad ueloled s^\q?q e,{uumlaqasEIqe)Fp uuurureEeqag .uuEuoqruor rrusu?q durt-duq qolo u^\?qrp Bue,{ rsn4red

80t

=,G.F,z:F-

F

F

-llllt r^- -

,i: :"ltt gl,- LZ.rusudueq

l;::lo"P B4SBS tuuorseN ruu[ruasrulplsord )

Page 17: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

wF

Prosidingi,oriort Nasional Sastra dan Budaya

ii"ptttt, 27-28 Mei 2016

dn'r dan tenggelam di barat, perjalanan pergantian siang, dan malam, siklus

b€rcocok tanam (menanam, merawat, memanen), dan siklus kehidupan Qahir,

hidup, mati). Matahari terbit (timur) dipersepsi sebagai dimulainya kehidupan;

wakru siang dilakukannya aktivitas kehidupan; mulai menanam, sebagai awal

kebidupan. Sebaliknya, matahari tenggelam (barat), dipersepsi sebagai simbol

diakhirinya kehidupan; malam berhentinya aktivitas kehidupan, dan mati serta

panen merupakan akhir kehidupan. Namuq berakhirnya kehidupan ini tidak berarti

mati tanpa kembali lagi, tetapi keberaktiran itu merupakan tanda dilanjutkairnya

kmrbali kehidupan, sebagaimana prosesi ritual itu berputar kembali ke arah timur,

tempat awal kehidupan dimulai lagi.

Dengan kata lain, arah prosesi gerakan keseluruhan arak-arakan tersebut

menggambarkan adanya siklus kehidupan. Gambaran ini selaras dengan sistem

kepercayaan warga masyarakatnya, ymg menyakini bahwa kehidupan ini terus

berputar (bersiklus), dari lahir, hidup, mati, dan kembali lagi lahir untuk

meneruskan kembali kehidupannya yang telah mati. Mereka percaya bahwa setiap

kelahiran pasti akan diikuti dengan kematian, begitu juga setiap kematian juga akan

diikuti dengan kelahiran. Selama proses itu manusia tidak akan selalu mudah

menjalaninya, tetapi penuh dengan masa-masa krisis yang akan merintangi dan

menghambatnya. Prosesi arak-arakan pembersihan di atas, di antaranya

dimaksudkan untuk mencegah masa-masa krisis seperti itu. Mereka berusaha agarkr'.sis tersebut tidak berlanjut dan berubah menjadi bencana (pagebluk) bagskehidupannya, seperti yang pernah terjadi dan dialami oleh para pedahulunya pada

masa lalu. Mereka percaya bahwa prosesi ini akan mampu mencegah situasi krisisdan mdaga keseimbangan dalam siklus kehidupan. Keseluruhannya akan kembalimenjadi harmonis dan prosesi ini merupakan jembatan yang menghubungkankeharmonisan tersebut. Akhirnya, pada titik ini keseluruhan prosesi pembersihanitu diakhiri dan seluruh simbol bersama para pelaku ritual dikumpulkan untukmelanjutkan tahap terakhir dari seluruh rangkaian prosesi itual ider bumi, yutuslamehn tutupan.

I

L

ISBN 97s - 602 - 2g4 - ro7 - | 409

Page 18: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

Seminar Nasional Sastra .":Tltll:Denpasar, 27-29 Mei 20ii

Prosesi Slametan Tutupan

Slametan tutupan ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian

prosesi ritual ider bumi yang diselenggarakan oleh masyarakat Kemiren. Slametun

ini sering disebut sebagai penyucian akhir karena penyelenggaraannya yang

diletakkan di akhir keseluruhan prosesi. Dalam pelaksanaannya slametan int

bertempat di jalan utama desa, sebuah jalan yang menjadi jalur prosesi arak-arakan

sebelumnya. Hanya jalan ini tidak digunakan seluruhnya, tetapi hanya digunakan

sebagian dari keseluruhan jalan yang panjangnya lebih dari lima kilometer.

Satu hal yang paling baku dan bernilai sakral dalam prosesi slametan

tutupan ini adalah tumpeng pecel pithik dan doa penyucian. Tumpeng pecel pithik

ini disediakan dan diolah oleh tiaptiap RT (rukun tetangga), RW (rukun warga),

dan kelompok-kelompok seni atau perkumpulan-perkumpulan kemasyarakatan

yang lain. Setelah tumpeng selesai diolah di tingkat keluarga, maka tumpeng-

tumpeng itu dikumpulkan pimpinan RT/RW atau kelompok kesenian masing-

masing, tetapi ada juga yang langsung dibawa ke jalan utama desa. Setelah itu

tumpeng dibawa ke jalan utama desa, yang telah digelari tikar plastik dan karpet

biru bagi para pejabat dan tamu undangan.

Seluruh peserta slametan duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan

dibatasi oleh susunan tumpeng pecel pithik di tengah-tengahnya. Tumpeng ini

diletakkan di tengah-tengahjalan desa dan ditata berderetan di sepanjang + I km

di depan kantor desa. Komponen tumpeng pecel pithik meliputi: nasi putih satu

bakul, ayam pethdnting, parutan kelapa muda dengan bumbunya dan sedikit

airnya. Bila semua komponen ini lengkap, maka prosesi ,'Jranl tutupcn dimulai,

yang didahului beberapa acara seremonial berupa sambutan kepala des4 bupati,

dan pesan para tokoh adatbudayawan.

Seorang kyai desa yang ditugaskan untuk memimpin nt.is slametdn tutupan

untuk membacakan doa dalam bahasa Arab, bukan mantra bahasa Using yang

disambut dengan jawaban 'amin' oleh seluruh peserta slametan sambil

menengadahkan tangan. Setelah kyai selesai membacakan doa, seluruh peserta

slametan dipersilakan menyantap tumpeng pecel pithik yang telah disediakan'

410 ISBN g78 - 602 - 294 - r07 -l

Page 19: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

F'Fia

(

ProsidingSeminar Nasional Sastra dan Budaya

Ilenpasar, 27-28 Mei 2016

seluruh warga masyarakat, para penonton, dan wisatawan ikut serta makan

bersama makanan yang telah disucikan itu. Mereka mengenrmum tumpeng pecel

pithik denganduduk berkelompok dalam bentuk pola lingkaran. Salah seorang dari

kelompok itu membagi tumpeng pecel pithik dengan aras pincukan daun pisang ke

dap orang dan setelah mendapatkannya, mereka memakan sesaji itu secara

benama-sama. Mereka bersyukur dan merasa lega karena seluruh rangkaian

prosesi ritual adanrya berhasil terlaksana. Dalam kepercayaan masyarakat, segala

sumber penyakit, pagebluk, atau bentuk-bentuk kebencanaan yang lain telah

berhasil ditangkal dan ke dop- semua itu tidak lagi menjadi penghalang dalamperjalanan kehidupannya. Masa-masa krisisnya telah berhasil diatasi sehinggayang ada masa-masa keharmonisan dan ketenteraman.

{. EKSISTENSI RITUAL IDER BUMI DI DESA KAMIREN MEMASUKIERA GLOBALISASI

Dipandang dari proses penyelenggaraan ritual ider bumi di atas, diperolehgambaran bahwa ritual itu diselenggarakan oleh warga masyarakat (Jsing DesaKerniren untuk mencapai tujuan, yaitu, (l) pembersihan diri warga adat setelahsetahun menjalani hidup, (2) menghilangkan kekhawatiran diri dari ancamanpagebluk, (3) memperoleh ketentraman batin, (4) penyucian kembali simbol sakralbarong, (5) pengukuhan kembali kelompok kesenian barong, (6) menegaskankeberadaan kelompok adat daramdesa (7) membersihkan dan mencegah wilayahdesa dui pagebtuk, (B) sarana memohon keselamatan dan kemurahan pangan, (10)mernberikan pesan simbolik tentang kehidupan bersiklus (lahir, hidup, mati; pagi,siang, malam; bangun, bekerja, fidur; menanam, tumbuh, memanen), (il)selamatan bersama, (12) simpul kebersamaan dan kerukunan warga masyarakat,dan(13) senyuguhkan sajian atraksi wisata melalui penyelenggaraan ritual sakralbarong ider bumi.

Dalam kehidupan masyarakat (lsing Desa Kemiren, tujuan-tujuanPenyelenggaraan seperti itu kini telah tumbuh mengakar secara melokal sekaligusjuga menyebar secara global. Ritual barong ider bumi telah dikonstruksi untukhenguatkan nilai-nilai tradisi leluhurny4 sekaligus juga direvitalisasi untuk

F-il-

ISBN 978 - 602 - 2g4 - ro7 _ l 4t7

Page 20: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

seminar Nasional Sastra ."lt$* Trsronat Jasfta Oan Budri ,Oenpasar, 27-28 Mei lOii I

-t

disesuaikan dengan tuntutan zmnarlnya. Seperti yang terlihat dalam sCiq

penyelenggaraan prosesinya, ritual tersebut berusaha membawa nilai-nilai tadisi

ke dalam arus global pariwisata, sekaligus juga membawa nilai-nilui gt*.t

pariwisata merasuk ke dalam tujuan-tujuan ritualnya. Dengan kata lain, sekarang

ritual ini sedang berpijak di dua kaki sekaligus, yaitu di kehendak tradisi dan global

pariwisata. Akan tetapi, hal ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang

diproblematikkan, tetapi sebagai sebuah keniscayaan yang harus terus diadaptasi.

Selanjutnya, bentuk arus globalisasi yang masuk ke kehidupan masyarakat

Using Desa Kemiren khususnya terkait dengan ritual ider bumi. Temyata bentuk

globalisasi tidak hanya berwujud ke dalam sebuah unsur tunggal, tetapi menyebu

ke dalam berbagai bentuk, seperti teknologi, informasi, budaya, kapital, ideologi,

dan mobilitas manusia (Featherstone, 1991; Comaroff dan Comaroff, 2001).

Sebagaiman tampak pada kehidupan masyarakat Using Desa Kemireq anrs

globalisasi juga telah memengaruhi perkembangan pelaksanaan ritual ider bumi

yang dilakukan setiap tahun. Akibat globalisasi itu, ada unsur ritual yang masih

tetap dipertahankan, tetapi ada juga unsur yang dilengkapi dengan unsur-unsur

modem. pada setiap prosesi penyelenggraannya, arus globalisasi telah bersentuhan

langsung, seperti (a) wujud industri pariwisata, (b) wujud perubahan gaya hidup

modem warga masyarakat (Jsing,dan (c) wujud komersialisasi terhadap innlider

bumi.

5. SIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut'

1. Ritual ider bumi diselenggarakan setiap tahun sekali pada hari ke-2 setelah

hari raya Idul Fitri (Lebaran). Warga masyarakat Usingmempercayai ritual

bersih desa untuk p enolak pageblukkatenamengancam kehidupan manusia'

2. Prosesi lirual ider bumi meliputi beberapa tahapan, yaitu (l) prosesi

slametan bukaan, (2) prosesi arak-arakan pembersihan, dan (3) prosesi

slametan tutupan.Ketiga tahapan tiap-tiap prosesi ritual ini sudah dipolakan

secara baku dalam tata pelaksanaann ritual tersebut

ISBN g78 - 607 - 294'107 - I412

Page 21: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

Prosiding (

i.tio"t Nasional Sastra dan Budaya

D."pttt., 27-28 Mei 2016

j. Elrsistensi itual ider bumi dalam konteks globalisasi karena ritual ini

dipercayai oleh masyarakat using Desa Kemiren untuk mencegahp agebluk

(bencana). selain itu, ritual ini sangat akomodatif terhadap penerimaan

rursur-unsurnilai budaya modem sepanjang nilai-nilai budaya modern tidak

merusak kesakralan ritual itu sebagai fondasi kerukunan, keharmonisan, dan

integritas sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Beaffy, A., 1999. varieties of Javanese Religion. United Kingdom: cambridgeUniversity Press.

comarrof, J. dan comarrof, J.L. (Eds). 2001. "Millennial capitalism: FirstThoughts on a second coming", dalam Mittennial capitalism andthe Culture of Neoliberalisrz. Durham & London: Duke UniversityPress.

Douglas, M., 1978. Purity and Danger: An Analysis of concepts of pollution andTaboo. London and Henley: Routledge & Kegan paul.

Eriksen, H. (Ed). 2003. Globalization Studies in Anthropologt. London-Sterling,Virginia: Pluto Press.

Featherstone, M. 1991. "Global Culture Nationalism, Globalization, and ModemityA Theory, Culture, and Society Special Issu", dalam Globalculture: An Introduaion (EArted by M. Featherstone). London:NewburyPark-New Delhi.

Geertz, c., l98l . Abangan, satntri, Priyayi daram Masyarakat Jawa. Jakarta:Penerbit Pustaka Jaya.

Harianto, T. 1995. "Kesenian Singo Barong Merupakan Kesenian AsliBan1ruwangi", Makalah dalam Sarasehan/pelatihan InsanPariwisata dalam upaya Melestarikan dan Mempromosikan seniBudaya Tradisional Using.

Hutomo. 200r, sinkretisme Jawa-Islam, studi Kasus seni Kentrung suaraSeniman Ralryat. Yogyakarta: penerbit Bentang Budaya.

Kamajaya. lgg2. I suro Tahun Baru rawa, perpaduan Jawa Islam.yogyakarta:Penerbit UP Indonesia.

Lewellen, T.c. 2002.Tha Anthropolog of Globalization: cultural AnthroplogtEnters The 21 sL Century. westsport, connecticut, London: Bergin& Garvev.

ISBN 978 - 602 -zg4 - ro7 -l 413

Page 22: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

Nawiyanto,et

Seminar Nasional Sasha daiDenpasar, 27-Zt lr

rl, 1996, "Ritus Masyarakat Osing *"b:l:j:i 3a,1VuryU-funTimur", Laporan Hasil Penelitian. Jen

universitas Jember. Luttt'r e"e"ttun' rerrr'er: kmbaga Pe4it

Rahayu, E.w. 2003. "Barong using dalam upacara Ider Bumi di Desa Keeh!. ,Banyuwangi, Jawa Timur", Tesis. yogyakarta: pascasarjanaulGil 1

suhardi, 2009. Ritual: Pencarian Jalan Keselamatan Tataran Aqrme d..Masyarakat perspektif Antroporogi. pidato p"ngutut.-dIBesar Antropolgi pada Fakultas Irmu Budaya, UGM vogyuk rt l'

serad, L.2001. "Asal usul Selamaten Ider Bumi", Brosur dalam llpacam ldaBumi. Kameren.

Subaharianto, A. 1996. "Mitologi Buyut cili dalam pandangan orang osrng diDesa'Kamiren,r Kabupaten Banyuwangi', Laporan penehii:Jember: Lernbaga Penelitian Universitas Jember.

Tsing, A.L. 2005. Friction An Ethnography of connection. princeton & oxfortPrirrceton University Press.

Zainuddin, s. dkk, l996."orientasi Nilai Budaya osing di KabuparcrBanyuwangi", Laporan Penelitian. Jember: lrmbaga penelitiaoUniversitas Jember.

ISBN g78 - 602 - 2g4 - 107 - |4L4

Page 23: SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAVA

, i

Udayana UniversityPress jtllililtilffit