prosidingerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · prosiding...

17
i

Upload: others

Post on 21-Aug-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

i

Page 2: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Tim Penyunting

Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M. Hum.

Drs. I Wayan Teguh, M. Hum.

Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M. Hum.

DENPASAR, 29 – 30 MARET 2019

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019

i

Page 3: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Ida Sang Hyang Widhi atas berkat-

Nyalah kegiatan ini dapat diselengarakan sesuai dengan harapan. Pada kesempatan

ini kami menghaturkan terima kasih kepada dua pembicara kunci, yakni Bapak

Prof. Dr. Djoko Saryono, M. Pd., Guru Besar Universitas Negeri Malang (UNM),

dan Bapak H. Sunggono, Sekretaris Daerah Kutai Kartanegara. Selain itu, ucapan

terima kasih yang tulus kepada kedua pembicara undangan, yaitu Bapak Dr. Ida

Bagus Kade Gunayasa, M. Hum., dari Universitas Mataram, dan Bapak Dr. Drs. I

Nyoman Wardi, M. Si. dari Prodi Arkeologi FIB Universitas Udayana yang telah

bersedia menyampaikan ide-ide dan gagasannya untuk memperkuat isi SNSB IV

ini. Terima kasih pula kami ucapkan kepada para pemakalah pendamping, peserta

dan mahasiswa yang sudah berupaya menjadikan SNSB IV sangat berarti.

Partisipasi Bapak Ibu sekalian sebagai pemakalah dan sebagai peserta sangat

memotivasi bagi kami demi keberlangsungan SNSB IV ini maupun SNSB pada

tahun-tahun berikutnya dan sudah tentu dengan tema dan materi yang berbeda.

Kami juga mengucapkan terima kasih atas semua fasilitas yang diberikan

oleh Ibu Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M. A. selaku dekan FIB beserta staf,

serta para koordinator Program Studi di lingkungan FIB, Bapak/Ibu dosen,

mahasiswa dan segenap civitas Akademika FIB Unud, yang telah memperlancar

SNSB IV ini. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh panitia SNSB IV atas

dukungan dan kerja samanya yang baik juga tidak kenal lelah. Harapan, tujuan,

semangat, kerja sama yang dilandasi dengan komitmen baik telah menjadikan

seminar ini berjalan dengan suasana akademik yang kondusif.

Akhirnya kami tidak pernah lupa dengan pepatah bahasa Jawa Kuno ―Tan

Hana Wang Saswatānulus‖ yang identik dengan ―Tiada gading yang tak retak‖. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat kami harapkan

demi terlaksananya SNSB yang lebih berkualitas di masa mendatang. Kami mohon

maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan di hati Bapak/Ibu selama acara ini

berlangsung. Terima kasih.

Panitia Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

Ketua,

Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum.

ii

Page 4: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan

Yang Maha Esa karena atas asung kerta wara nugraha-Nya maka Buku Kumpulan

Abstrak untuk Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV (SNSB IV) yang

mengusung tema Kearifan Lokal sebagai Pembentuk Karakter Bangsa' dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Tema ini menjadi sangat penting karena kita

dapat memahami hubungan yang sangat erat antara Sastra dan Budaya sehingga

Sastra dan Budaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui karya

sastra yang penulisnya memiliki latar belakang budaya berbeda akan mampu

memperindah karya-karya sastra yang dihasilkan baik untuk kebutuhan sebagai

bahan ajar maupun untuk dihayati.

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana mengembangkan ilmu-ilmu

Sastra dan Budaya. Dengan mengungkap hasil karya sastra yang berisikan

kandungan budaya diharapkan dapat membangun karakter masyarakat dan bangsa

Indonesia dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dapat terwujud

dengan baik. SNSB IV dilaksanakan untuk mendiskusikan dan menginterpretasikan

hubungan yang begitu erat antara Sastra dan Budaya sehingga muncul pemahaman,

dan apresiasi terhadap keanekaragaman dan persamaan budaya untuk mewujudkan

multikulturalisme. Multikulturalisme adalah ideologi yang mengakui dan

mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individu maupun

budaya. Perbedaan dan persamaan Sastra dan Budaya dipandang sebagai landasan

dalam multikulturalisme, yaitu peradaban manusia melalui rentang waktu dan

tempat.

Berkaitan dengan hal ini, perlu diperhatikan hubungan Sastra dan Budaya

untuk pendidikan multikulturalisme yang terdiri atas:

1. Menginterpretasikan perbedaan Sastra dan budaya berdasarkan persamaan;

2. Membuat hubungan dan perbandingan secara lintas budaya (cross Cultural

Connections and Comparisons);

3. Menunjukkan konteksnya; dan

4. Menyeimbangkan antara konteks (ecology) dan komparasi (cross-culture)

dalam Sastra dan Budaya.

Melalui kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Para Koordinator Program Studi di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Udayana atas kerjasama yang baik sehingga SNSB IV bisa

dilaksanakan secara berkesinambungan.

2. Bapak Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., dari Universitas Negeri Malang

sebagai pembicara kunci, pemakalah utama yakni Bapak Dr. Drs. I.B. Kade

Gunayasa, M.Hum. dari Universitas Mataram, dan Bapak Dr. I Nyoman Wardi,

M.Si. dari Fakultas Ilmu Budaya Unud, serta para pemakalah pendamping

lainnya yang terdiri atas dosen bahasa, pengamat sastra, budayawan, dll.

3. Peserta SNSB IV, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana yang terdiri

atas, peneliti dan/atau dosen bahasa, sastra, dan budaya, guru, mahasiswa,

pekerja dan pengamat media, sastra dan budaya, yang terlalu panjang bila

disebutkan semuanya.

iii

Page 5: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

4. Panitia SNSB IV Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana yang telah

bekerja keras mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan

penyelenggaraan seminar ini dengan sebaik-baiknya.

Semoga SNSB IV yang diselenggarakan atas kerjasama semua Program

Studi di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana dapat memberikan

pencerahan tentang hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara Sastra dan

Budaya, dan diharapkan bermuara pada penyatuan Visi Fakultas Ilmu Budaya,

Unud yaitu memiliki keunggulan dan kemandirian dalam bidang pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dengan aplikasi keilmuan yang

berlandaskan kebudayaan.

Melalui kesempatan ini sekali lagi kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran

pelaksanaan SNSB IV, dengan harapan semoga Tuhan YME memberikan imbalan

yang setimpal dengan pengorbanan Bapak/Ibu sekalian. Kami juga tidak lupa

mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan dan semoga Buku ini

bermanfaat untuk kita semua.

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Udayana

Dekan,

Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A.

iv

Page 6: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

SAMBUTAN ......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

PEMAKALAH KUNCI

MEMUDAKAN KEARIFAN LOKAL, MEMPERKUAT KARAKTER

BANGSA: Kearifan dan Karakter sebagai Kompas Kehidupan Zaman Disrupsi

Djoko Saryono ........................................................................................................ 1

PEMAKALAH UTAMA

REVITALISASI NILAI DALAM CERITA RAKYAT SASAK LOQ SESEKEQ

SEBAGAI PENGUATAN POLA ASUH ANAK DAN PENDIDIKAN

KARAKTER

Ida Bagus Kade Gunayasa .................................................................................... 15

RITUAL AIR DALAM SIKLUS PURNAMA KAPAT PADA KAWASAN

CAGAR BUDAYA BATUKARU DI BALI : KEARIFAN KONSERVASI

LINGKUNGAN SEBAGAI IDENTITAS DAN KARAKTER MASYARAKAT

BALI

I Nyoman Wardi .................................................................................................... 25

PEMAKALAH PENDAMPING

ANALISIS PUISI “SAJAK HOAX” KARYA SOSIAWAN LEAK

MENGGUNAKAN TEORI SEMIOTIKA RIFFATERRE

Ahmad Habib, Robbi Gunawan, Mamluqil Farihah ............................................. 37

TRADISI KULINER TRADISIONAL MASYARAKAT LUMAJANG

REPRESENTASI IDENTITAS BUDAYA PENDALUNGAN

Aliffiati, AA Ayu Murniasih ................................................................................. 43

PERANAN MADE ADA DALAM PERUBAHAN EKONOMI DI DUSUN

PAKUDUI TEGALALANG GIANYAR (1984-2018)

Anak Agung Inten Asmariati ................................................................................ 54

RIAK GELOMBANGRESILIENSI KELUARGA ORANG DENGAN

GANGGUAN JIWA (ODGJ) DALAM BALUTAN ASPEK BUDAYA BALI

Bambang Dharwiyanto Putro ................................................................................ 59

v

Page 7: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

MOTIFEME-MIGRASI-AKULTURASI BUDAYA DALAM CERITA

RAKYAT JAKA TARUB DAN CERITA SERUPA DI ASIA (STRUKTUR

NARATIF ALAN DUNDES) Dewi Ayuningtyas ................................................................................................. 69

PERAN MISIONARIS DALAM TERBENTUKNYA MASYARAKAT

MULTIBUDAYA DI BALI

Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo ........................................................................ 75

REVITALISASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL TRI HITA KARANA DAN

SAD KERTIH DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA SANGKAN

GUNUNG

Gede Ginaya, I.A. Kade Werdika Damayanti, Ni Wayan Wahyu Astuti,

I Wayan Nurjaya .................................................................................................... 82

ANALISIS ‗UNTUK KITA RENUNGKAN‘

I Gusti Ayu Gde Sosiowati .................................................................................... 88

METAFORA DI MEDIA CETAK: SEBUAH PENELITIAN PENDAHULUAN

I Gusti Ngurah Parthama ....................................................................................... 95

PEMBERDAYAAN SASTRA DAN BUDAYA DALAM MEMBANGUN

KARAKTER BANGSA YANG SEHAT

I Ketut Darma Laksana ........................................................................................ 102

MEMILIH DAN MEMILAH SATUA DI DUNIA PENDIDIKAN UNTUK

MEMBANGUN KARAKTER YANG TEPAT

I Ketut Jirnaya ..................................................................................................... 107

RATU SAKTI PANCERING JAGAT DI DESA TRUNYAN

I Ketut Setiawan .................................................................................................. 112

KAKAWIN SIWARATRIKALPA: ALUR DAN TEMA CERITA

I Made Suastika ................................................................................................... 117

TRANSFORMASI SOSIAL DAN ETIKA BUDAYA RELIGIUS

MASYARAKAT BALI ERA MODERN

I Nyoman Duana Sutika ...................................................................................... 123

HIPONIMI KATA‖SEKAR‖ DALAM BAHASA JAWA KUNA

I Nyoman Sukartha, Komang Paramartha ........................................................... 130

DINAMIKA SAPAAN DALAM BAHASA MELAYU BALI

I Nyoman Suparwa .............................................................................................. 136

vi

Page 8: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

DARI ISLAM KAMPUNG SAMPAI ISLAM BALI : PERANAN NILAI-NILAI

TRADISIONAL DALAM KEBERTAHANAN MASYARAKAT ISLAM DI

BALI I Putu Gede Suwitha............................................................................................ 143

BENANG MERAH SASTRA LISAN NUSANTARA: STUDI KASUS CERITA

RAKYAT CORO ILA DAN I BELOG MANTU

I Wayan Cika ....................................................................................................... 153

MASYARAKAT MULTIKULTUR PADA ZAMAN BALI KUNO ABAD IX-

XIV M BERDASARKAN REKAMAN ARKEOLOGI

I Wayan Srijaya ................................................................................................... 159

BUDAYA KRITIK DALAM TEKS SASTRA TRADISI: REPLEKSI TEKS

GEGURITAN I KETUT BUNGKLING DAN GEGURITAN I KETUT BAGUS

I Wayan Suardiana .............................................................................................. 166

KEBERTERIMAAN KOMUNITAS HINDU DALAM PLURALITAS AGAMA

DI LAMPUNG SUMATRA SELATAN

I Wayan Tagel Eddy, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni ....................................... 173

KEPRIBADIAN NASIONAL DAN BAHASA INDONESIA: SUATU

TINJAUAN SINGKAT

I Wayan Teguh .................................................................................................... 178

KATA KETERANGAN ASPEK FREKUENTATIF DALAM BAHASA SASAK

Ida Ayu Putu Aridawati ...................................................................................... 185

KEARIFAN LOKAL DALAM KEBIJAKAN RAJA-RAJA PADA MASA

KERAJAAN BALI KUNO

Ida Ayu Putu Mahyuni ........................................................................................ 193

DESA-DESA DI BALI, DALAM LINTASAN SEJARAH

Ida Ayu Wirasmini Sidemen ............................................................................... 197

WACANA TRADISI TARI WALI BARIS SUMBU DALAM UPACARA

NEDUH DI PURA DESA, DESA ADAT SEMANIK DESA PLAGA-BADUNG

Ida Bagus Rai Putra ............................................................................................. 205

KEARIFAN LOKAL SINKRETISME HINDU-BUDHA PADA RELIEF CANDI

PENATARAN SEBAGAI JATI DIRI BANGSA

Ida Bagus Sapta Jaya ........................................................................................... 210

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT KAWASAN GUNUNG MUTIS

DALAM PELESTARIAN HUTAN DI TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA

TENGGARA TIMUR

Industri Ginting Suka .......................................................................................... 216

vii

ORIENTASI NILAI BUDAYA PETANI SAYUR: STUDI KASUS DI DESA

ARGOSARI, KECAMATAN SENDURO, KABUPATEN LUMAJANG,

PROVINSI JAWA TIMUR

Page 9: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

Ketut Darmana ..................................................................................................... 221

CERITA SI LUTUNG DAN SIKEKUWE DALAM SEBUAH

PERBANDINGAN

Komang Paramartha, I Nyoman Sukartha ........................................................... 227

KISAH CINTA DAN PENGORBANAN DI BALIK TRADISI PASOLA DI

SUMBA (KONSEP AWAL PENULISAN SKENARIO FILM PASOLA SUMBA)

Maria Matildis Banda .......................................................................................... 234

KAJIAN SEMIOTIKA PEIRCE PADA PUISI IA TAK PERNAH JANJI LANGIT

SELALU BIRU DALAM ANTOLOGI PUISI DI KOTA TUHAN AKU ADALAH

DAGING YANG KAU PECAH-PECAH KARYA STEBBY JULIONATAN

Moh. Yusril Hermansya ...................................................................................... 240

PERAN EKOLOGI SASTRA PUISI TERHADAP PELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP

Mursalim .............................................................................................................. 247

PROBLEMATIKA KURIKULUM GENERIK PELAJARAN BAHASA BALI

Nengah Arnawa ................................................................................................... 252

DIVERSIFIKASI PEMAKNAAN ISTILAH BUDAYA BALI DI MEDIA

ONLINE

Ni Ketut Alit Ida Setianingsih, I Gusti Ngurah Parthama ................................... 258

PRASASTI SEBAGAI BUKTI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT BALI

KUNO

Ni Ketut Puji Astiti Laksmi ................................................................................. 265

“ARDHANARESWARI”; REPRESENTASI NILAI KEARIFAN LOKAL BALI

DALAM MEWUJUDKAN KESETARAAN GENDER

Ni Luh Arjani ...................................................................................................... 270

PERSPEKTIF GENDER TUTURAN PERINTAH BAHASA JEPANG: STUDI

PENDAHULUAN

Ni Luh Kade Yuliani Giri .................................................................................... 275

REDUPLIKASI ADJEKTIF SECARA MORFEMIS DALAM BAHASA BALI

Ni Luh Komang Candrawati................................................................................ 280

GEGURITAN SIWARATRI KALPA (LUBDAKA): ANALISIS ALUR CERITA

DAN PENOKOHAN

Luh Putu Puspawati ............................................................................................. 287

viii

EKSPLOITASI BURUH YANG DIGAMBARKAN KOBAYASHI TAKIJI

DALAM CERPEN HOKKAIDO NO „SHUNKAN‟ Ni Luh Putu Ari Sulatri, Silvia Damayanti ......................................................... 292

MANFAAT DAUN DEDAP ‗Erythrina variegate‘

Ni Luh Sutjiati Beratha ....................................................................................... 301

Page 10: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

KESANTUNAN BERBAHASA YANG TERCERMIN DALAM AIMAI

HYŌGEN

Ni Made Andry Anita Dewi, Ni Putu Luhur Wedayanti..................................... 310

REPRESENTASI IDENTITAS DALAM GAYA HIDUP PEREMPUAN BALI

MASA KINI

Ni Made Wiasti, Ni Luh Arjani ........................................................................... 318

PEMILIHAN PEDOMAN PENULISAN AKSARA JAWA DI RUANG

PUBLIK

Rahmat, Tya Resta Fitriana ................................................................................. 326

NILAI PENDIDIKAN DALAM ANTOLOGI PUISI SENDJA DJIWA PAK

BUDI

Sri Jumadiah ........................................................................................................ 330

KEARIFAN LOKAL UPACARA RITUAL ERPANGIR KU LAUSEBAGAI

PROYEKSI JATI DIRI MASYARAKAT KARO

Vanesia Amelia Sebayang, Asmyta Surbakti ...................................................... 337

KEARIFAN LOKAL DI BUMI MAJAPAHIT KECAMATAN TROWULAN-

KABUPATEN MOJOKERTO

Zuraidah .............................................................................................................. 344

ix

Page 11: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ADAT KAWASAN GUNUNG

MUTIS DALAM PELESTARIAN HUTAN

DI TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR

Industri Ginting Suka

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

[email protected]

ABSTRAK

Kearifan lokal(local wisdom) yaitu keseluruhan bentuk pengetahuan,

kepercayaan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau

etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam

komunitas masyarakat adat. Masyarakat adat adalah kelompok

masyarakat yang secara turun-temurun bermukim di wilayah

geografis tertentu, karena ada ikatan pada asal usul leluhur, adanya

hubungan kuat dengan lingkungan hidup, ada sistem nilai yang

menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum. Masyarakat

adat kawasan Gunung Mutis yang telah lama bermukim memiliiki

kearifan local yang sampai saat kini bertahan dari serangan

kebudayaan modern, hal ini terlihat dari tetap lestarinya kawasan

hutan gunung Mutis. Permasalahannya ialah bagaimana wujud

kearifan lokal masyarakat gunung Mutis sehingga mampu

mempertahankan kelestarian kawasan hutan. Tulisan ini ingin

mendeskripsikan kearifan local dari masyarakat adat kawasan

gunung Mutis yang memiliki kepedulian pada pelestarian

lingkungan, khususnya dalam ekosistem kawasan hutan. Pendekatan

yang dipakai dalam tulisan ini adalah pendekatan antropologi ekologi

dengan memakai konsep adaptasi manusia terhadap lingkungan.

Masyarakat di kawasan gunung Mutis memanfaatkan hutan untuk

energi, membuat rumah, mengambil madu hutan danberternak,

namun hutannya terjaga kelestariannya. Hal ini disebabkan ada

kearifan local yang tercermin dalam nilai aturan adat yang melarang

melakukan eksploitasi yang berlebihan. Kearifan local itu terdapat

pada filosofi mansion muit nasi na bua, yang artinya ada kesatuan

antara manusia, hewan ternak dan hutan.

Kata kunci: kearifan local, masyarakat adat, mansion muit nasi na

bua.

I. Pendahuluan

Rusaknya kawasan hutan telah menjadi ancaman yang berdampak luas

seperti kekeringan, banjir dan hilangnya sumberdaya genetik. Situs dan hutan

keramat telah menjadi bagian dari banyak komunitas lokal di Indonesia. Mengacu

pada pengetahuan dan kepercayaan tradisional, pola pengamatan

Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV 216

Denpasar, 29 - 30 Maret 2019

Page 12: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER
Page 13: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV

Denpasar, 29 - 30 Maret 2019

217

menjadi langkah yang strategis dalam membangun sistem produksi sumber daya

hutan lokal dan pemanfaatannya untuk kepentingan spiritual. Upaya konservasi

yang berasal dari kesadaran masyarakat lokal berdasarkan akal sehat dan

kepercayaanakan lebih efektif dalam menjaga kelestarian hutan dibandingkan

dengan pengelolaan oleh pemerintah dengan sistem birokrasinya yang rumit.

Permasalahannya ialah: bagaimanakah wujud kearifan lokal masyarakat

gunung Mutis sehingga mampu mempertahankan kelestarian kawasan hutan.

Tujuan tulisan ini ingin mendeskripsikan kearifan lokal masyarakat adat kawasan

gunung Mutis yang memiliki kepedulian pada pelestarian lingkungan, khususnya

dalam ekosistem kawasan hutan. Pendekatan atau metode yang dipakai dalam

tulisan ini adalah deskriptifkualitatif, serta didukung dengan studi perpustakaan

(literature).

1.1. Wujud Kearifan Lingkungan Masyarakat Kawasan Gunung Mutis

Kearifan lokal merupakan bagian dari masyarakat untuk bertahan hidup

sesuai dengan kondisi lingkungan, sesuai dengan kebutuhan, dan kepercayaan yang

telah berakar dan sulit untuk dihilangkan. Pendapat lain mengatakan bahwa

kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang digunakan oleh masyarakat

untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang menyatu dengan sistem

kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut

dalam jangka waktu yang lama. Fungsi kearifan lokal adalah sebagai berikut.

Pertama, sebagai penanda identitas sebuah komunitas. Kedua, sebagai elemen

perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan kepercayaan. Ketiga,

kearifan local memberikan warna kebersamaan bagi sebuah komunitas. Keempat,

mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dengan

meletakkannya di atas nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki. Kelima, mendorong

terbangunnya kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme

bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang meredusir, bahkan merusak,

solidaritas komunal, yang dipercayai berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama,

dari sebuah komunitas terintegrasi (Sumarmi dan Amirudin, 2014).

Kearifan lingkungan merupakan wujud dari perilaku komunitas atau

masyarakat tertentu sehingga dapat hidup berdampingan dengan alam lingkungan

tanpa harus merusaknya. Kearifan lokal merupakan suatu kegiatan unggulan dalam

masyarakat tertentu, keunggulan tersebut tidak selalu berwujud dan kebendaan,

sering kali di dalamnya terkandung unsur kepercayaan atau agama, adat istiadat dan

budaya atau nilai-nilai lain yang bermanfaat seperti untuk kesehatan, pertanian,

pengairan, dan sebagainya. Berangkat dari pengertian tersebut dapat dijelaskan

bahwa kearifan lokal sudah mengakar, bersifat mendasar, dan telah menjadi wujud

perilaku dari suatu warga masyarakat guna mengelola dan menjaga lingkungan

secara arif atau bijaksana..

Dalam persepsi masyarakat kawasan gunung Mutis dipercaya memiliki

nilai-nilai filosofi yang mendalam, sehingga kawasan tersebut menjadi kawasan

kramat, sebagai sumberdayakehidupan, pemasok berbagai kebutuhan pokok

sekitarnya, dan merupakan tempat yang dipercaya sebagai asal usul orang Timor.

Page 14: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

218 Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV

Denpasar, 29 - 30 Maret 2019

Dalam keyakinan penduduk Timor pada umumnya Mutis bukan hanya

dipandang sebagai gunung yang menjulang tinggi. Mutis bermakna sebagai sumber

kehidupan, dan dalam pemahaman mereka sumber kehidupan adalah berhubungan

dengan persediaan air yang berlimpah dari gunung Mutis bagidaratan Timor

(Boymau, 2001)

Mutis mengandung pengertian, sesuatu yang melengkapi, artinya gunung

Mutis mampu menyediakan atau melengkapi segala kebutuhan orang Timor mulai

dari air, kayu, tali, madu, hewan buruan (babi hutan, burung, rusa, kuskus, kera, dan

lainnya) serta berbagai hasil hutan lainnya. Dalam pengertian lain masyarakat juga

menyebutkan bahwa Mutis merupakan sumber kekuatan. Awal mula kehidupan

nenek moyang penduduk Timor adalah berasal dari gunung Mutis, yang

menyimpan sejumlah kekuatan dan kedahsyatan tertentu. Penduduk Timor

mempunyai keyakinan bahwa gunung Mutis dapat melepaskan penduduk Timor

dari segala bencana yang membahayakan (Marettra W, 2001)

Secara harafiah Mutis berasal dari kata mum tis yang artinya melengkapi

dan merupakan tempat raja (uwis=usif)oematan melakukan penyembahan (gunung

Mutis) di wilayah Timor Tengah Selatan), sedangkan bagian atau sisi gunung Mutis

yang menghadap Timor Tengah Utara merupakan tempat dari uwis kono( di

Miomafo) untuk melakukan penyembahan. Sementara itu penduduk Timor di

Kabupaten Belu menyebut gunung Mutis Bab-nai (bab artinya pelihara dan nai

artinya kelompok suku yang ada di Timor). Penduduk Timor yang hidup di dataran

Timor hidup karena tetesan gunung Mutis. Sampai sekitar tahun sekitar 1970 an

puncak gunung Mutis masih dianggap tempat yang keramat dan tidak boleh

dimasuki siapapun. Alasan dari larangan itu ialah karena puncak gunung Mutis

merupakan tempat kramat bagi raja dan golongan usif. Selain itu puncak gunung

Mutis tempat bagi golongan usif untuk melepas hewan ternak yang dikenal dengan

namaluke teme pusu, yaitu ternak yang tidak bercap dan tidak dipotong telinganya.

Ternak yang dipelihara antar lain kerbau, kuda, babi, kambing dan ayam.

Cara pemeliharaan ternak dilepas di sekitar rumah. Salah satu fungsi penting ternak

adalah untuk kepentingan adat terkait dengan upacara sekitar silus hidup kelahiran,

perkawinan, kematian dan siklus hidup berladang. Ternak untuk kepentingan

ekonomi (dijual) terbatas pada ternak besar seperti sapi, kuda dan kerbau. Pada

waktu dulu oreintasi pemeliharaan tenak untuk dijual belum berkembang

(membudaya). Khusus ternak besar seperti sapi, kuda dan kerbau dilepas agar

pemilik ternak dapat mengenali dengan mudah digunakan tanda cap yang disebut

malak. Setiap keluarga (suku) memiliki tanda cap ternak (malak) yang berbeda-

beda. Cap ternak tidak saja diketahui oleh yang bersangkutan tetapi diketahui oleh

seluruh masyarakat setempat. Selain tanda cap (malak) juga masyarakat mengenal

tanda berupa potongan daun telinga hewan yang disebut (hetis) oleh masing-

masing suku (marga).

III. Konsepsi masyarakat tentang hutan, tanah dan air

Konsepsi yang digunakan manusia untuk menafsirkan hidup dan

menentukan sikap terhadapnya. Konsepsi mengakomodir idealisme dan harapan

yang erat kaitannya dengan perilaku manusia. Sebuah konsepsi tidk mengubah

wajah dunia secara langsung, melainkan melalui tindakan manusia. Tanpa tindakan,

sebuah konsepsi tidak pernah akan berdaya menciptakan realitas empiris.

Page 15: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV

Denpasar, 29 - 30 Maret 2019

219

Bagi masyarakat Mutis hutan memiliki arti yang sangat penting bagi

kelangsungan kehidupan mereka, seperti yang diungkapkan oleh masyarakat

bahwa: hutan itu seperti rambut apabila kita buang rambut kita maka rambut akan

botak dan menderita karena panas. Hutan juga bermanfaat untuk melindungi air

sehingga kalu hutan ditebang habis mungkin di Mutis ini tinggal beberapa puluh

penduduk saja, menurut penduduk local.Masyarakat Mutis menggolongkan hutan

ke dalam beberapa tipe menurut fungsi dan statusnya, antara lain hutan suku (sufma

autuf), hutan larangan (nasi talas), dan hutan keramat (nasi le u) atau (nasi mnuni).

(Marettra W, 2001).

IV. Konsepsi masyarakat tentang kearifan lokal Man sian muit Nasi Na bua

Kearifan lokal masyarakat adat ada dalam pengelolaan sumberdaya alam

mengandung nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan, selalu ada keseimbangan

antara manusia dan alam sekitarnya, oleh karena itu tidak heran jika lingkungan

terpelihara dengan baik. Kehidupan yang selaras dengan lingkungan alam bukan

berarti masyarakat tradisional bersifat pasif, akan tetapi memanfaatkan lingkungan

alam sebaik baiknya demi kelangsungan hidupnya. Hal tersebut tersirat dalam

keyakinan dasar masyarakat di mana antara manusia, ternak dan lingkungannya

dipandang mempunyai kaitan yang sangat erat dan merupakan bagian yang tersusun

secara sederhana dan tidak terpisahkan antara satu dengan lainnya.

Hutan dan ternak mempunyai arti yang sangat penting bagi masyarakat

menurut penuturan masyarakat konon dalam sejarah jaman kerajaan telah dibuat

perjanjian anatar tiga raja Mutis, yaitu raja Kono, Wamatan dan Sonbai mengenai

konsep segi tiga kehidupan man sian muit nasi na bua. Artinya manusia, ternak,

dan hutan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling memiliki

ketergantungan. Manusia mengambil manfaat dari ternak, ternak mencari makan di

hutan dan hutan dijaga kelestariannya oleh manusia. Untuk mengukuhkan

perjanjian ini dikorbankan satu ekor kerbau jantan berumur 3 tahun sebagai materai

hukum adat sekaligus disebarluaskan kepada masyarakat dari ke tiga raja tersebut.

Bertitik dari kearifan lokal tersebut hutan memiliki arti penting bagi

masyarakat selain ekonomis, setiap marga atau suku memiliki faud kana foe

kanaf( batu nama, air nama). Di dalam hutan pada waktu tertentu seluruh anggota

keluarga berkumpul di tempat tersebut untuk melakukan upacara adat sesuai

kepentingan. Faut kana foe kanaf di dalam hutan dianggap sebagai tempat

pertama kali nenek moyang mereka datang dan menginjakkan kaki di desa itu.

Hutan keluarga tersebut dikeramatkan oleh sukunya dan disegani oleh suku suku

lain karena diyakini bahwa hutan tersebut memiliki kekuatan gaib yang dapat

membawa rejeki ataupun menimbulkan malapetaka bagi manusia (Boymau, 2001).

Selain fat kanaf/oe kanaf, di dalam desa juga ada nais/tala (hutan larangan

umum) artinya semua kehidupan yang ada di dalam hutan dilarang untuk diambil

sesuka hati baik penebangan pohon, panen hasil utan maupun berburu satwa liar.

Larangan itu akan dicabut stelah menurut kreteria objektif, hasil hutan tersebut

memenuhi syarat panen dan kegiatan pemanenan pada umumnya diawali dengan

upacara adat. Setiap masyarakat yang melanggar aturan tersebut dapat dikenakan

sangsi adat dalam bentuk denda yang besar dan jumlahnya beragam tergantung

bentuk dan ukuran keslahan. Tetapi denda umumnya berupa kerbau, sapi, babi,

kopi, beras dan uang perak Belanda. Penetapannais tala dilakukan oleh

Page 16: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

220 Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV

Denpasar, 29 - 30 Maret 2019

tokoh tokoh adat dengan ditandai satu ekor sapi atau kerbau dagingnya dibagikan

kepada kepala keluarga. Sedangkan tanduk sapidan kerbaunya diikat pada tempat

strategis sebagai pengumuman bagi masyarakat desa lain.

V. Kesimpulan

1. Pada dasarnya masyarakat di sekitar kawasan gunung Mutis Kabupaten Timor

Tengah Selatan terdiri dari beberapa komunitas kecil atau suku bangsa (etnis),

yang masih tetap berupaya mempertahankan dan melestarikan nilai- nilai

budaya kearifan local sebagai warisan yang diterima dari nenek moyang

mereka. Hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan benda-benda budaya

material dan non material seperti upacara-upacara ritual adat yang masih tetap

dilaksanakan sebagai pendukungnya.

2. Dalam menjaga hutan komunitas adat terus memegang kuat filosofi tentang

alam dan merangkainya dalam wujud budaya bahwa tanah adalah daging,

hutan adalah rambut, batu adalah tulang dan air adalah darah. Filosofi ini

menjadi kekuatan masyarakat di Timor Tengah Selatan untuk menjaga dan

melestarikan lingkungan. Pelestarian lingkungan berbasis budaya ini

merupakan warisan leluhur yang sampai kini dilakukan walaupun

perkembangan teknologi dan modernisasi, namun masyarakat tetap konsisten

mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal.

Daftar Pustaka

1. Adrianus Lopo Anunut dan Kusmayadi, Analysis of Local Wisdom Tamkesi

Indigenous Village as a tourist attraction in the North Central Timor Regency

of East Nusa Tenggara, Jurnal Sains Terapan Pariwisata, Vol. 1, No. 1, Tahun

2011, pp. 100-108.

2. Ardana dalam Apriyanto, 2008. Hubungan Kearifan Lokal Masyarakat Adat

dengan Pelestarian Lingkungan Hidup. Bandung, Universitas Pendidikan

Indonesia.

3. Boymau,Yulianti Marlina, 2001., Pola Beternak Lepas dan Pengaruhnya

Terhadap Kawasan Konservasi Cagar Alam Gunung Mutis di Timor Tengah

Selatan, Skripsi Jurusan Antropologi Fakultas Sastra, Universitas Udayana,

Bali.

4. Keraf, 2010. Hubungan Kearifan Lokal Masyarakat Adat dengan Pelestarian

Lingkungan Hidup. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

5. MarettaW, Dida Hermandini, 2001., Konsepsi Mansian Muit Nasi Na Bua di

Kawasan Gunung Mutis Timor Tengah Selatan, Skripsi Jurusan Antropologi

Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Bali.

6. Rohana Sufia, Sumarmi, Ach. Amirudin., Kearifan Lokal Dalam Melestarikan

Lingkungan Hidup (Studi Kasus Masyarakat Adat Desa Kemiren Kecamatan

Glagah Kabupaten Banyuwangi), Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan

Pengembangan Volume: 1 Nomor: 4 Bulan April Tahun 2016.

Page 17: PROSIDINGerepo.unud.ac.id/id/eprint/27673/1/26d8366d4765df9d8b288... · 2020. 7. 21. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL SASTRA DAN BUDAYA IV KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER

Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV

Denpasar, 29 - 30 Maret 2019

221

350 Seminar Nasional Sastra dan Budaya IV

Denpasar, 29 - 30 Maret 2019